3
Biogas dari Limbah Tahu Ditulis oleh Kementerian Riset dan Teknologi melalui Program Pengendalian Dampak Perubahan Iklim membuat proyek percontohan mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk industri tahu kecil di dua kawasan sentra industri kecil tahu di Purwokerto, yakni di Desa Kalisari dan dusun Ciroyom. Proyek percontohan ini terdiri dari tiga kegiatan. Salah satunya adalah membuat unit percontohan instalasi pengolahan limbah (IPAL) cair industri kecil tahu. Kedua kegiatan lainnnya adalah perbaikan proses produksi dan efisiensi energi melalui pelatihan, pendampingan dan implementasi serta kajian sosial, ekonomi, kebijakan pada klaster industri kecil Mengapa industri tahu? Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek pada Deputi Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Ristek Eddy Prihantoro mengatakan, industri tahu merupakan ternyata salah satu industri penyumbang emisi yang signifikan. Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen. Sebanyak 80 persen industri tahu berada di Pulau Jawa. Dengan demikian emisi yang dikeluarkan pabrik tahu di Jawa mencapai 0,8 juta ton CO2 ekivalen. 1 / 3

Biogas Dari Limbah Tahu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Biogas Dari Limbah Tahu

Biogas dari Limbah Tahu

Ditulis oleh

Kementerian Riset dan Teknologi melalui Program Pengendalian Dampak Perubahan Iklimmembuat proyek percontohan mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk industri tahu kecil di duakawasan sentra industri kecil tahu di Purwokerto, yakni di Desa Kalisari dan dusun Ciroyom.

Proyek percontohan ini terdiri dari tiga kegiatan. Salah satunya adalah membuat unitpercontohan instalasi pengolahan limbah (IPAL) cair industri kecil tahu. Kedua kegiatanlainnnya adalah perbaikan proses produksi dan efisiensi energi melalui pelatihan,pendampingan dan implementasi serta kajian sosial, ekonomi, kebijakan pada klaster industrikecil

Mengapa industri tahu? Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek pada Deputi Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Ristek Eddy Prihantoro mengatakan, industri tahumerupakan ternyata salah satu industri penyumbang emisi yang signifikan.

Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksi lebihdari 2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meterkubik per tahun dan menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen. Sebanyak 80 persenindustri tahu berada di Pulau Jawa. Dengan demikian emisi yang dikeluarkan pabrik tahu diJawa mencapai 0,8 juta ton CO2 ekivalen.

1 / 3

Page 2: Biogas Dari Limbah Tahu

Biogas dari Limbah Tahu

Ditulis oleh

Unit pengolahan limbah cair tahu yang dikembangkan dan dipasang di Desa Kalisari dan DusunCiroyom menggunakan model Fixed Bed Reactor dan dibangun dengan sistem anerobik.Pertimbangannya, sistem ini tidak memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkanenergi untuk aerasi.

Keuntungan lain dari sistem ini adalah dalam prosesnya menghasilkan energi dalam bentukbiogas dan ampas dan air untuk makanan ikan dan ternak lain. Selain itu, prosesnya lebih stabildan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

Unit pengolah limbah cair tahu ini terdiri dari unit utama yang disebut digester, jaringan pipapengumpul limbah, penampung gas, trickling filter, jaringan sisa limbah hasil olahan, kolampenampung air hasil proses.

Unit utama atau reaktor yang dipasang di Desa Kalisari memiliki volume sebesar 21 meterkubik atau setara dengan 1.200 kg kedelai/hari (untuk 20 pengrajin tahu), sementara di DusunCiroyom sebesar 5 meter kubik atau setara dengan 300 kg kedelai/hari (untuk lima pengrajintahu).

Limbah cair tahu masih mengandung bahan-bahan organik yang mengandung nutrisi yangcukup baik untuk pertumbuhan bakteri metanogenik. Adanya bakteri metanogenik di dalamreaktir dapat menyebabkan terjadinya proses metanogenesis yang dapat menghasilkan gasmetana. Gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif sehinggadapat mengurangi dampak pemanasan global

Menernakan mikroba anaerob dapat menyebabkan terjadinya proses metanogenesis danmendegerasi COD, TSS adalah langkah awal dalam membangun bioreaktor.

Untuk itu, reaktor terlebih dulu diisi oleh kotoran sapi untuk memperbanyak bakteri atau mikrobaanaerob. Selain itu reaktor juga diisi oleh potongan bambu sepanjang 5-10 cm, sebagai ‘rumah’bagi mikroba. Proses ini dilakukan selama dua hingga tiga bulan.

Langkah awal itu menjadi penentu keberhasilan IPAL di Desa Kalisari dan Dusun Ciroyom.

2 / 3

Page 3: Biogas Dari Limbah Tahu

Biogas dari Limbah Tahu

Ditulis oleh

Kedua IPAL ini mampu mendegenerasi nilai COD hingga 85 persen sehingga air hasil olahandapat menjadi pakan ikan dan ternak lain.  Selain itu dengan mengolah limbah cair sebanyak 5meterkubik per hari, IPAL juga menghasilkan gas metan yang dapat digunakan untuk keperluanmemasak 21 rumahtangga per hari.

Untuk menggunakan biogas hasil olahan limbah cair tahu, tak perlu kompor khusus. Cukupmenggunakan kompor yang ada di pasaran dengan sedikit modifikasi, yakni mencabut spuyer,kompoenen yang berfungsi mengatur tekanan gas. Hal ini karena gas metan sudah bertekananrendah, tak seperti LPG yang bertekanan tinggi.

Untuk mengelola biogas tersebut, para pengrajin tahu membentuk kelompok. Kelompok inilahyang mengelola dan memelihara unit IPAL. Para anggota yang menikmati biogas memberikaniuran Rp10.000 per bulan untuk biaya perawatan IPAL. Dengan menggunakan biogas tersebut,para pengrajin tahu dapat melakukan berhemat biaya bahan bakar. Menurut Kamilah, salahseorang pengajin tahu, sebelum memakai biogas, ia biasa menggunakan kayu bakar sehargaRp400 ribu (sebanyak satu truk kecil) untuk keperluan produksi tahu dan memasak selama 6hari, setelah menggunakan biogas, kayu bakar bisa digunakan hingga 8 hari.

Selain membuat unit percontohan pengolahan limbah cair tahu, program mitigasi KementerianRistek juga melakukan kegiatan efisiensi energi. Kegiatan ini diwujudkan dengan memodifikasitungku yang digunakan untuk merebus kedelai.

Eddy berharap prototip IPAL yang dikembangkan Kementerian Ristek di Desa Kalisari danDesa Ciroyom ini dapat direplikasi oleh Pemkab Banyumas untuk sentra-sentra industri tahulainnya di wilayah itu dan juga oleh pemerintah daerah lainnya di Indonesia.

3 / 3