19
PRAKTIKUM III Topik : Percobaan Iod Tujuan : Untuk mengetahui kandungan pati dengan uji iod Hari/tanggal : Jum’at/19 Maret 2010 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin I. ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Lampu spritus 4. Gelas kimia 5. Pipet tetes 6. Kertas label 7. Baki 8. Tripot dan kasa asbes Bahan : 1. Larutan Amilum 1 % 2. Larutan Sukrosa 1 % 3. Larutan Glukosa 1 % 4. Larutan Dekstrosa 1 % 5. Larutan Laktosa 1 % 6. Agar-agar 1 % 7. Larutan NaOH 8. Larutan Iodium 9. Air

Biokimia 1.3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Biokimia 1.3

PRAKTIKUM III

Topik : Percobaan Iod

Tujuan : Untuk mengetahui kandungan pati dengan uji iod

Hari/tanggal : Jum’at/19 Maret 2010

Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Lampu spritus

4. Gelas kimia

5. Pipet tetes

6. Kertas label

7. Baki

8. Tripot dan kasa asbes

Bahan :

1. Larutan Amilum 1 %

2. Larutan Sukrosa 1 %

3. Larutan Glukosa 1 %

4. Larutan Dekstrosa 1 %

5. Larutan Laktosa 1 %

6. Agar-agar 1 %

7. Larutan NaOH

8. Larutan Iodium

9. Air

II. CARA KERJA

1. Memasukkan larutan uji sebanyak 15 tetes ke dalam tabung reaksi dan

menambahkan 5 tetes larutan iodium. Mengamati perubahan yang

terjadi.

2. Mengamati perubahan yang terjadi saat campuran bahan uji tersebut

dipanaskan.

3. Memasukkan larutan uji sebanyak 15 tetes ke dalam tabung reaksi

lainnya kemudian menambahkan 5 tetes NaOH ke dalam tabung reaksi

Page 2: Biokimia 1.3

yang berisi 15 tetes larutan uji dan mengamati perubahan warna yang

terjadi.

4. Mengamati perubahan yang terjadi saat campuran bahan uji tersebut

dipanaskan.

5. Dengan prosedur yang sama (1-4), melakukan uji dengan menggunakan

bahan-bahan yang lain.

III. TEORI DASAR

Karbohidrat adalah golongan senyawa yang terdiri dari unsur-unsur

C, H dan O. Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m. Harga n dan m

boleh sama juga berbeda, tetapi jumlah atom H harus dua kali jumlah atom

O.

Sifat-sifat kimia karbohidrat antara lain :

1. Banyaknya isomer ruang suatu karbohidrat adalah 2n dengan n

menyatakan jumlah atom C simetri.

2. Karbohidrat dapat mereduksi hidroksida-hidroksida logam dan

karbohidrat itu sendiri akan teroksidasi.

3. Oksidasi pada karbohidrat menghasilkan asam.

4. Karbohidrat umumnya dapat diragikan menjadi etanol dan CO2 (gas).

Sifat-sifat fisik karbohidrat ada yang berupa zat padat pada suhu

kamar, ada yang berupa hablur, tidak berwarna (misal : sukrosa dan

glukosa), zat padat amorf atau pati dan basa serat/ selulosa. Sebagian besar

karbohidrat mempunyai sifat dapat memutar bidang polarisasi cahaya.

Sebagai patokan, dapat dilihat gugus –OH pada atom C kedua sebelum

terakhir. Apabila –OH terletak di sebelah kanan, berarti memutar bidang

polarisasi ke kanan dan diberi awalan d (dekstro) dan apabila –OH ke kiri

diberi awalan l (Levo) berarti memutar bidang polarisasi ke kiri.

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α – glikosidik.

Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-

nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari

dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut

Page 3: Biokimia 1.3

amilosa dan fraksi tidak terlarut diisebut amilopektin. Amilosa memiliki

struktur lurus dengan ikatan α – (1,4) – D – glukosa. Sedangkan

Amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α – (1,4) – D – glukosa 4-5

% dari berat total.

Enzim-enzim yang terdapat pada tanaman yang dapat

menghidrolisis pati adalah β – amilase, α – amilase, dan fosforilase. Enzim-

enzim β – amilase dapat mencegah pati menjadi fraksi-fraksi yang kecil-

kecil, misalnya pemecahan amilase menjadi fraksi kecil yang disebut

moltosa, yang merupakan suatu disakarida dari glikosa. Bila β – amilase

direaksikan terhadap pati biasa, hanya diperoleh 60 %-70 % dari hasil

moltosa toeritis. Bagian pti yang tidak terurai menjadi residu disebut β –

amilase limit dextrin. Hal ini disebabkan karena ternyata β – amilase tidak

mampu menghidrolisis amilopektin diluar batas cabang-cabang tertentu.

Dibanding β – amilase, kemampuan menghidrilisis α – amialse lebih

hebat. Enzim ini dapat menghidrolisis pati menjadi fraksi-fraksi molekul

yang terdiri dari 6-7 unit glukosa.

Enzim fosforilase mampu memecah ikatan 1,4 – glukosidik pati

dengan bantuan asam atau ion fosfat, sedangkan amilase memerlukan

molekul air.

Proses tersebut disebut proses fosforilasi, dan biasanya tidak disebut

hidrolisis. Fosforilasi dapat memecah amilase secara tuntas, tapi bila

substratnya amilopektin, disamping glukosa terbentuk dekstrin yang disebut

“dekstrin tahan fosforilase”, yang molekulnya mengandung cabang-cabang

ikatan α – 1,6.

Fosforilase Pati + PO4

3- α – D – glukosa – 1 – fosfat

Page 4: Biokimia 1.3

Kedua macam amilum yang utama tersebut pada umumnya

tersimpan dalam benih, akar, dan umbi dari tanaman serta dapat membentuk

sampai 30 % dari berat keseluruhan tanaman.

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Gambar Hasil Percobaan

Page 5: Biokimia 1.3

Catatan :

Pemanasan dilakukan selama 5 menit

B. Tabel Hasil Pengamatan

No Larutan Uji+ Iodium 5 tetes + NaOH 5 tetes

Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan Sebelum dupanaskan Sesudah dipanaskan

1 Laktosa 1 % Kuning bening Kuning bening Kuning bening Kuning kecoklatan

2 Dextrosa 1 % Putih bening Putih bening Putih bening Kuning muda bening

3 Sukrosa 1 % Putih bening Putih bening Putih beningPutih bening

(ada endapan)

4 Glukosa 1 % Putih bening Putih bening Putih bening Kuning

5 Amilum 1 % Putih beningPutih bening

(ada endapan)Putih keruh Putih bening

6 Agar-agar 1 % Putih beningPutih keruh

(ada endapan)Putih agak keruh Putih bening

Page 6: Biokimia 1.3

V. ANALISIS DATA

Pada percobaan kali ini (Percobaan Iod), digunakan larutan-larutan

seperti amilum 1 %, sukrosa 1 %, laktosa 1%, dekstrosa 1%, glukosa 1 %

dan agar-agar 1 % sebagai bahan pembanding untuk mengetahui kadar pati

yang dikandung dalam setiap larutan tersebut. Dimana untuk mengetahui

kandungan pati dalam setiap larutan tersebut, maka ke dalam larutan

dilakukan penambahan dengan larutan iodium dan NaOH.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil

percobaan sebagai berikut:

A. Larutan Uji + Iodium

1. Amilum 1 % + Iodium

Pada larutan amilum ini setelah ditetesi iodium, sebelum

dipanaskan larutan berwarna putih bening. Namun, setelah dipanaskan

warna larutan tetap putih bening tetapi ada endapan berwarna ungu di

dasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati

pada saat pemanasan. Adapun endapan yang muncul di dasar tabung ini

disebabkan karena proses hidrolisis pati yang tidak sempurna. Endapan

ini merupakan sisa dari butir-butir amilum.

2. Sukrosa 1 % + Iodium

Ketika larutan sukrosa 1 % ditambahkan dengan larutan iodium

5 tetes, maka terjadilah perubahan warna pada larutan tersebut. Warna

awal larutan adalah putih berubah menjadi putih bening. kemudian

larutan tadi dipanaskan selama 5 menit.

Dalam proses pemanasan ini tidak terjadi perubahan warna pada

larutan. Warna larutan tidak berubah karena tetap berwarna putih

bening seperti semula, tetapi tetap terjadi reaksi kimia dalam tabung

reaksi tersebut. Larutan menjadi lebih homogen dan terjadi hidrolisis

dalam molekul-molekul sukrosa tersebut.

Page 7: Biokimia 1.3

3. Glukosa 1 % + Iodium

Dengan menggunakan larutan glukosa 1 % yang kemudian

ditambahkan iodium sebanyak 5 tetes didapatkan warna larutan

sebelum dipanaskan adalah berwarna putih bening. Dan setelah

dilakukan proses pemanasan, didapatkan warna akhir yang sama

dengan warna awal larutan yaitu tetap berwarna putih bening. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam proses pemanasan yang berlangsung selama

5 menit tersebut tidak terjadi proses penguraian zat pati. Tetapi tidak

menutup kemungkinan jika proses pemanasan dilakukan lebih lama,

mungkin akan terjadi hidrolisis atau penguraian zat pati tersebut.

4. Dekstrosa 1 % + Iodium

Pada percobaan iodium yang menggunakan larutan dekstrosa 1

% ditambah larutan iodium ini, dihasilkan warna putih bening sebagai

warna awal sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan selama 5 menit,

warna larutan tidak berubah yaitu tetap berwarna putih bening. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi hidrolisis pada saat pemanasan.

5. Laktosa 1 % + Iodium

Pada percobaan yang menggunakan larutan laktosa 1 %

ditambahkan dengan larutan iodium 5 tetes ini, didapatkan warna awal

saat penetesan (sebelum larutan dipanaskan), larutan berwarna kuning

bening. Dan setelah dipanaskan warna larutan tidak berubah sebab

larutan tersebut tetap berwarna kuning bening. Hal Ini berarti bahwa

larutan laktosa yang diberi iodium, kandungan pati yang terkandung di

dalamnya tidak mudah terhidrolisis pada saat pemanasan. Ini diduga

dikarenakan rantai atomnya tidak mudah terlepas.

Page 8: Biokimia 1.3

6. Agar-agar 1 % + Iodium

Pada percampuran antara larutan agar-agar 1 % dengan Iodium,

dihasilkan warna larutan sebelum dipanaskan adalah putih bening.

Seperti pada percobaan sebelumnya, warna larutan sebelum dipanaskan

tidak mengalami perubahan warna karena tidak ada reaksi yang terjadi

dalam tabung reaksi. Namun setelah dipanaskan, larutan ini menjadi

putih keruh dan ada endapannya. Hal ini membuktikan bahwa dalam

larutan agar-agar ini juga terdapat kandungan pati. Adapun endapan

yang muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses hidrolisis

pati yang tidak sempurna.

B. Larutan Uji + NaOH

1. Amilum 1 % + NaOH

Pada tabung reaksi yang berisi larutan amilum 1 % yang

kemudian ditambahkan NaOH sebanyak 5 tetes ke dalamnya, lalu

diamati perubahan warna yang terjadi.

Sebelum dipanaskan warna larutan berwarna putih keruh,

namun setelah dilakukan proses pemanasan larutan menjadi berwarna

putih bening. Hal ini menunjukkan bahwa pada larutan amilum yang

diberi NaOH sebelum dipanaskan tidak terjadi proses hidrolisis. Hal ini

dapat disebabkan karena larutan tidak homogen dan tidak ada reaksi

yang terjadi di dalam tabung reaksi tersebut. Namun, setelah

dipanaskan warna larutan menjadi putih kekuningan. Ini dikarenakan

pada saat pemanasan, NaOH yang awalnya merupakan basa kuat

menjadi lemah dan tidak berpengaruh pada larutan amilum. Jadi, tidak

terjadi hidrolisis pada molekul-molekul pembentuk senyawa amilum

ini.

Page 9: Biokimia 1.3

2. Sukrosa 1 % + NaOH

Pada tabung reaksi yang berisi sukrosa 1 % + NaOH, sebelum

dipanaskan warnanya adalah putih bening. Ini berarti bahwa tidak ada

reaksi yang terjadi pada percampuran kedua larutan tersebut. Dan

setelah larutan dipanaskan, larutan tersebut ternyata tidak mengalami

perubahan warna karena larutannya tetap berwarna putih bening, tetapi

ada endapannya. Ini berarti terjadi proses penguraian pati

3. Glukosa 1 % + NaOH

Larutan glukosa + NaOH sebelum dipanaskan menghasilkan

warna putih bening dalam tabung reaksi. Namun, setelah dipanaskan

warna larutan berubah menjadi lebih tua, yaitu berwarna kuning.

Perubahan warna ini membuktikan adanya kandungan pati di dalam

larutan glukosa 1 % ini.

4. Dekstrosa 1 % + NaOH

Pada tabung reaksi yang berisi campuran dari larutan dekstrosa

1% + NaOH ini dapat dilihat bahwa larutan mengalami perubahan

warna dari yang awalnya berwarna putih bening (sebelum dipanaskan)

menjadi berwarna kuning muda bening (setelah pemanasan). Ini karena

sebelum dipanaskan kedua larutan ini tidak mengalami reaksi apapun,

dan setelah dipanaskan larutan menjadi homogen dan terjadi reaksi

pembentukan pati sehingga warna larutan berubah menjadi kuning

muda bening. Berdasarkan warna larutan setelah dipanaskan ini, dapat

diketahui bahwa dalam larutan dekstrosa ini juga mengandung pati.

Page 10: Biokimia 1.3

5. Laktosa 1 % + NaOH

Sebelum dipanaskan, campuran dari larutan laktosa dan NaOH

ini berwarna kuning bening. Namun, setelah dipanaskan warna larutan

ternyata berubah menjadi kuning kecoklatan. Ini menunjukkan bahwa

di dalam larutan ini mengandung pati dalam jumlah yang banyak. Ini

dapat dilihat dari perubahan warna larutan setelah mengalami proses

pemanasan tadi.

6. Agar-agar 1 % + NaOH

Pada percobaan NaOH yang dilakukan pada larutan agar-agar 1

%, didapatkan warna awal larutan adalah putih agak keruh. Setelah

diamati perubahan warna awalnya tadi, kemudian larutan dipanaskan

selama 5 menit seperti pada percobaan sebelumnya. Pada proses

pemanasan ini terjadi perubahan warna larutan. Larutan yang awalnya

berwarna putih agak keruh berubah menjadi putih bening. Perubahan

warna ini menunjukkan adanya reaksi hidrolisis atau penguraian zat pati

yang terjadi di dalam tabung reaksi.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis di atas, dapat

disimpulkan bahwa larutan yang banyak mengandung pati adalah larutan

glukosa, laktosa, dan dekstrosa. Namun, hasil pengamatan dan analisis

setiap kelompok berbeda-beda tergantung pada percobaan yang telah

dilakukan oleh setiap kelompok. Adanya kemungkinan terjadinya kekeliruan

dalam hasil pengamatan mungkin dapat disebabkan karena tidak

seimbangnya jumlah larutan pada masing-masing tabung reaksi. Hal ini

dapat terjadi karena perbedaan volume larutan uji yang keluar dari pipet

tetes.

Page 11: Biokimia 1.3

VI. KESIMPULAN

1. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α – glikosidik

2. Hidrolisis pati adalah pemecahan atau penguraian pati oleh air.

3. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas.

Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut

amilopektin.

4. Suatu senyawa atau larutan dikatakan mengandung pati jika

menunjukkan reaksi positif (berwarna kuning, keunguan dan keruh)

apabila ditambahkan dengan iodium.

5. Waktu pemanasan mempengaruhi hasil akhir dalam percobaan, artinya

semakin lama pemanasan yang dilakukan maka semakin terurai pula zat

yang terkandung dalam larutan pati tersebut (terjadi peristiwa hidrolisis).

6. Perubahan warna pada percobaan ini disebabkan karena terjadinya

pemecahan molekul karbohidrat dari yang lebih kompleks (polisakarida)

menjadi molekul yang lebih sederhana (monosakarida).

7. Perubahan warna yang lebih muda dari yang sebelumnya disebabkan

karena terjadi pemecahan molekul karbohidrat dari yang lebih kompleks

(polisakarida) menjadi molekul yang lebih sederhana (monosakarida).

8. Perubahan warna ini sama halnya dengan percobaan iodin tadi, yakni

disebabkan oleh pemecahan molekul karbohidrat dari yang lebih

kompleks (polisakarida) menjadi molekul yang lebih sederhana

(monosakarida) yang disebabkan oleh pemanasan.

Page 12: Biokimia 1.3

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia-Konsep-Konsep Dasar Kimia. Kimia FMIPA- ITB: Bandung.

Fessenden, Ralph J dan Joan S Fessenden. 1987. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta.

Leghniger, Albert. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta.

Murray, Robert K. 1995. Biokima Harper. EGC. Jakarta

Noorhidayati dan Hardiansyah. 2010. Penuntun Praktikum BIOKIMIA. Jurusan PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia: Jakarta.

Thenawidjaja, Maggy. 1988. Dasar-Dasar BIOKIMIA. IPB-Erlangga: Bandung.

Tim Penyusun Kimia. 2002. Kimia Biomolekul. Intan pariwara: Klaten.