42
Tinjauan Pustaka Tumor Ganas pada Kelenjar Parotis Fitry Hardiyanti 102011059 1 november 2013 Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta 2013 Jl.Terusan Arjuna N0.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Tutor : dr. Darminto Pendahuluan Tumor ganas kelenjar saliva mewakili berbagai macam kelompok neoplasma denganberbagai macam variasi biologik. Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar saliva mayor yangmencakup sepasang kelenjar parotis, submandibular dan sublingual serta kelenjar salivaminor yang mana terdiri dari 600-1000 kelenjar kecil terdistribusi pada traktus aerodigestif bagian atas. Beberapa tumor ganas sering sulit dibedakan dari yang lain pada pewarnaanrutin (hematoksilin-eosin). Tumor ganas kelenjar saliva mewakili 3-4% dari keganasan padakepala dan leher dan < 0,5% dari seluruh kanker yang terdiagnosis setiap tahun di AmerikaSerikat. Keganasan kelenjar saliva biasanya tidak umum dan terjadi insiden denganperkiraan 1-2 per 100.000 populasi per tahun. Hal ini disebabkan karena kasus keganasankelenjar saliva jarang 1

Blok 21- CA Parotis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Blok 21- CA Parotis

Tinjauan Pustaka

Tumor Ganas pada Kelenjar Parotis

Fitry Hardiyanti

102011059

1 november 2013

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta 2013

Jl.Terusan Arjuna N0.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Tutor : dr. Darminto

Pendahuluan

Tumor ganas kelenjar saliva mewakili berbagai macam kelompok neoplasma denganberbagai

macam variasi biologik. Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar saliva mayor yangmencakup sepasang kelenjar

parotis, submandibular dan sublingual serta kelenjar salivaminor yang mana terdiri dari 600-1000 kelenjar

kecil terdistribusi pada traktus aerodigestif bagian atas. Beberapa tumor ganas sering sulit dibedakan dari yang

lain pada pewarnaanrutin (hematoksilin-eosin). Tumor ganas kelenjar saliva mewakili 3-4% dari keganasan

padakepala dan leher dan < 0,5% dari seluruh kanker yang terdiagnosis setiap tahun di AmerikaSerikat.

Keganasan kelenjar saliva biasanya tidak umum dan terjadi insiden denganperkiraan 1-2 per 100.000 populasi

per tahun. Hal ini disebabkan karena kasus keganasankelenjar saliva jarang terjadi, penelitian terhadap tumor

ini biasanya terbatas sehinggapengobatan yang diberikan sulit.

 Hanya 20-25% dari tumor kelenjar parotis, 44-50% dari tumor kelenjarsubmandibular dan > 70% dari tumor

kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor yangmengarah kepada suatu keganasan. Walaupun, 75-80%

dari tumor kelenjar parotis berlokasidi kelenjar parotis, umumnya kebanyakan berubah ke arah tumor ganas

denganperbandingan 40:10:1 untuk tumor ganas pada kelenjar parotis, kelenjar submandibular dankelenjar

sublingual. 

1

Page 2: Blok 21- CA Parotis

Skenario

Seorang laki-laki 60 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan benjolan pada bawah

telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan dirasa semakin membesar hingga

membuat telinga kanannya terangkat. Selain itu, pasien juga mengeluh mata kananya tidak

dapat menurup sempurna sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, teraba benjolan

berdiameter kurang lebih 7 cm, nyeri tekan (+), konstitensi keras, melekat pada jaringan

sekitar. Pada palpasi daerah leher dan supraclavicula teraba adanya perbesaran kelenjar getah

bening.

Rumusan masalah

Laki-laki 60 tahun terdapat benjolan pada bawah telinga kanannya 6 bulan yang lalu.

Hipotesis

Laki-laki usia 60 tahun tersebut menderita ca parotis

Pembahasan

Anatomi kelenjar parotis

Kelenjar liur dibagi 2 yaitu kelenjar liur mayor dan minor. Kelenjar liur mayor terdiri

dari kelenjar parotis, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual. Kelenjar liur minor

terdiri dari 600-1000 kelenjar yang tersebar sepanjang saluran pencernaan dan pernafasan

atas.1,2 Kelenjar parotis dibentuk pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8 pertumbuhan janin,

berasal dari lapisan ektoderm mulut dan berkembang di sekitar mesenkim. Kelenjar parotis

berkembang mulai dari posterior ke anterior dengan membungkus saraf fasialis di

tengahnya.3,4 Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dari kelenjar liur dengan berat 15

sampai 30 gram. Bentuknya segitiga, bagian ujungnya berada tepat di bawah sudut mandibula

dan dasarnya sedikit di bawah arkus zigoma. Bagian anterior berbatasan dengan tepi posterior

ramus mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior otot maseter. Bagian posterior kelenjar

dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi anterior otot sternokleidomastoideus.3

2

Page 3: Blok 21- CA Parotis

Bagian dalam yang merupakan lobus medius meluas ke rongga parafaring, dibatasi

oleh prosesus stiloideus, ligamentum stilomandibula, otot digastrikus, dan selubung karotis.

Di bagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial otot pterigoideus.

Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutan. Jaringan ikat dan

jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis

berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta

cabangnya, arteri karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfe, cabang

aurikulotemporalis dari saraf trigeminus dan saraf fasialis (gambar 1). 2,3

Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 4-7cm, muncul dari anterior kelenjar.

Duktus ini keluar dari permukaan lateral otot maseter, menembus jaringan lemak pipi dan

otot businator. Ujung saluran ini berada di mukosa pipi rongga mulut, berhadapan dengan

gigi molar kedua bagian atas. Kelenjar parotis aksesorius dapat ditemukan di sepanjang

bagian anterior kelenjar dan pada duktus Stensen. Kelenjar ini dijumpai berkisar 20%.2,3

Secara anatomi lobus kelenjar parotis merupakan struktur yang saling terkait, namun pada

pembedahan lebih mudah menggambarkannya sebagai lobus superfisialis atau lateral dan

lobus profunda atau medialis. Kedua lobus ini dipisahkan oleh saraf fasialis.1-4 Perdarahan

kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna, dimana arteri ini berjalan medial dari

kelenjar parotis, kemudian mempercabangkan arteri maksilaris dan arteri temporalis superior.

Arteri temporalis superior mempercabangkan arteri fasialis tranversalis yang berjalan di

anterior zigoma dan saluran parotis, kemudian memperdarahi kelenjar parotis, saluran parotis

dan otot maseter. Vena maksilaris dan vena temporalis superfisialis bersatu membentuk vena

retromandibuler yang berjalan di sebelah dalam saraf fasialis, kemudian menyatu dengan

vena jugularis eksterna.3,4

3

Page 4: Blok 21- CA Parotis

Fungsi sekretomotorik dihantarkan melalui serabut saraf parasimpatis lewat saraf

glosofaringeus. Dalam perjalanan yang rumit serabut saraf ini memasuki kelenjar parotis

setelah melewati ganglion otik dan dihantarkan melalui saraf aurikulotemporalis.3,4 Lobus

superfisial dari kelenjar parotis mengandung lebih kurang 3-20 kelenjar limfe, terletak di

antara kelenjar parotis dengan kapsulnya. Kelenjar limfe ini merupakan saluran dari kelenjar

parotis, liang telinga luar, daun telinga, kulit kepala, kelopak dan kelenjar air mata. Lapisan

kedua dari kelenjar limfe terdapat pada bagian dalam jaringan kelenjar parotis dan merupakan

saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, telinga tengah, nasofaring, dan palatum mole.

Kedua sistem ini mengalir ke sistem limfe servikal superfisialis dan profunda.3,4

Fisiologi Kelenjar Parotis

Fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Air liur diproduksi di sel-sel

asinus, dikirim secara aktif dan disimpan oleh sel-sel duktal. Sel-sel pada kelenjar parotis

hampir seluruhnya merupakan sel serosa, sehingga cairan yang dihasilkan lebih encer dan

rendah kadar musinnya, tetapi tinggi kadar enzimnya. Produksi air liur setiap hari 500 sampai

1500 ml.10 Air liur penting untuk mempertahankan rongga mulut tetap basah dan melindungi

dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Informasi rasa juga dihantarkan dengan bantuan air

liur. Air liur mengandung komponen organik dan nonorganik. Komponen organik terdiri dari

protein seperti musin, amilase, enzim, dan karbohidrat. Komponen nonorganik antara lain ion

kalsium, flour, magnesium, dan fosfat.3,4

1. Anamnesis

Laki-laki usia 60 tahun, maka kita lakukan dengan autoanamnesis yaitu

menanyakan langsung pada pasien. Keluhan utama pasien adalah terdapat benjolan

pada bawah telinga kananya sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat penyakit sekarang :

sejak kapan benjolannya timbul? Bagaimana kosistensinya apakah lunak, atau keras ?

apakah benjolan soliter ? apakah ada nyeri ? di pre/infra/retro aurikula (tumor

parotis), atau di submandibula (tumor submandibula), atau intraoral (tumor kelenjar

liur minor)? Bagaimana suhunya apakah panas / dingin ?apakah di bagian yang

benjolan tadi seperti ada yang mengganjal atau tidak ? apakah benjolannya membesar,

menetap, bahkan mengecil ? bagaimana dengan bola matanya apakah dirasa

membesar ? apakah palpebra bisa menutup atau tidak? Jarangkah berkedip? Apakah

4

Page 5: Blok 21- CA Parotis

sebelumnya ada seseorang yang menderita gondongan? Atau dikeluarganya apakah

ada yang seperti ini atau tidak? Apakah ada gejala lain seperti Disfagia, sakit

tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis terlibat), Paralisis

n.glossofaringeus, vagus, acessorius, hipoglosus, pleksus simatkus (pada karsinoma

arotis lanjut) Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase), tanyakan mengenai

radiasi terdahulu pada daerah kepala-leher, operasi yang pernah dilakukan pada

kelenjar ludah dan penyakit tertentu yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar

ini (diabetes ,sirosis, hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate,

antihipertensi, derivate fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan

pembengkakan, karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, lihat keadaan umum pasien

apakah pasien merasa kelelahan, bagaimana kesadarannya, yang pertama dilakukan

adalah mengukur tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan dan

lain-lain lalu periksa mata, apakah ada anemia, ikterik, melakukan pemeriksaan

seperti : jofroy sign : tak bisa mengerutkan dahi, von stelwag sign : jarang

mengedipkan mata, von grave sign : melihat kebawaah, dan tak bisa mengikuti,

rosenbach : tremor palpebra, moebius sign : tak bisa konvergensi, dan exophtalmus :

mata menonjol. Pemeriksaan otot-otot wajah. Melihat apakah ada tanda metastase

jauh, seperti paru-paru, tulang, dan lain-lain. Pada saat inspeksi suruhlah pasien

menelan apakah pasien merasa ada yang mengganjal atau tidak, (termasuk intraoral,

adakah pendesakan tonsil/uvula) lalu lihat apakah warna benjolannya, sebesar apa?

Lalu ukur benjolan tersebut menggunakan pita pengukur, pada skenario ini pasien

memiliki benjolan kurang lebih 7 cm.

Pada palpasi kita raba suhu benjolannya apakah panas/ dingin, lalu raba

konstitensinya apakah lunak seperti busa, ataukah keras, melekat pada jaringan

sekitar, raba pada daerah supraclavicular apakah ada pembesaran kelenjar getah

bening ipsilateral dan kontralateral, bila ada pembesran tentukan lokasi, jumlah,

ukuran terbesar dan mobilitasnya, nyeri tekan atau tidak, permukaan benjolannya

bagaimana halus atau ada kasar, pemeriksaan fungsi N VII, VIII, IX, X, XI, XII.

Pada auskultasi dengarkan bunyi bruit atau tidak dengan menggunakan

mikroskop yang diletakan didaerah benjolan.

5

Page 6: Blok 21- CA Parotis

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Radiologi.1

Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil)

Pemeriksaan ini sangat penting dalam diagnostik pembengkakan yang

dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat dicapai

diagnosis kerja sementara. Dan pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna,

tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan dengan pencitraan.

Sialografi

Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis

sejak dulu, namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan (Computerized

tomografi scan) dan MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan pemeriksaan ini

massa tumor terlihat mendorong jaringan parotis dan duktus-duktusnya.

Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI). Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi

gambaran berupa massa berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau

heterogen. Densitasnya lebih tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak

parotis. Gambaran yang heterogen dengan daerah nekrosis, kistik sering didapatkan

karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat cairan, lemak darah, dan kalsifikasi.

Pemberian kontras memberikan penyangatan yang bervariasi. Pemeriksaan MRI akan

membantu untuk melihat perluasan ke jaringan sekitar. Namun MRI tidak terlalu

penting dilakukan pada massa tumor yang secara histopatologi jinak dan mudah

dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam

menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.

CT scan/ MRl, pada tumor yang mobilitas terbatas, untuk rnengetahui luas

ekstensi tumor lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus

untuk mengetahui peluasan ke orofaring Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas

untuk deteksi metastase jauh.

6

Page 7: Blok 21- CA Parotis

Ultrasonografi (USG)

Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut,

hipoekoik dan sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas memberikan

gambaran yang lebih heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan

diagnosis adenoma pleomorfik namun CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor

lebih lengkap.

Biopsi Terbuka

Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan

merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tanda-tanda kearah

ganas, seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada

daerah ini bersifat kambuh lokal jika kapsulnya dirusak dan juga karena alasan

kosmetik.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali

fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum etektrolit, faal hemostasis, untuk

menilai keadaan umum dan persiapan operasi

4. Working diagnosis

Working diagnosis : ca mukoepidermoid, tumor jinak parotis : adenoma pleomorfik

Diagnosis banding : parotitis, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel acinic.

Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar

saliva. Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian

besar tumor kelenjar saliva adalah jinak. Tidaklah mengherankan jika sebagian besar

tumor yang terjadi di parotid adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan

antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang

paling sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah:

kistadenoma papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang

sering terjadi pada orang tua.5

7

Page 8: Blok 21- CA Parotis

Sedangkan untuk karsinoma ganas yang dapat timbul pada kelenjar liur

mayor, pada kelenjar parotis yang paling umum adalah karsinoma mukoepidermoid,

sedangkan untuk kelenjar submandibular adalah karsinoma adenoid kistik. Karsinoma

lain yang dapat terdapat di kelenjar liur mayor adalah karsinoma sel asinar,

adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan tumor malignan campuran, walalupun

beberapa karsinoma dari jaringan lain dapat saja timbul di kelenjar liur mayor.5

Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya

neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor

internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor

pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-

obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol.6

Kelenjar parotis

Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula (antara prossesus

mastoideus dan ramus mandibula)

Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,

aldolase, dan kolinesterase. Merupakan kelenjar serous pada manusia dewasa,

kaya akan air sekresi encer. Pada anak-anak masih mengandung kelenjar mucous.

Saliva terdiri dari 25% sekresi kelenjar parotis

Merupakan kelenjar terbesar dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya dengan

berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mm

Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula meluas ke

lengkung zygomaticum di depan telinga dan mencapai dasar dari musculus

masseter

Duktus parotis yakni duktus Stensen yang berjalan menyilang permukaan otot

masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada

vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas

8

Page 9: Blok 21- CA Parotis

Tumor jinak parotis7

Tumor jinak parotis yang sering ditemukan adalah tumor campur, sifatnya :

- Benjolan disekitar ruang telinga tanpa rasa sakit, benjolan tumbuh lambat, bila

cukup besar daun telinga terlihat terangkat bila dibandingkan dengan daun telinga

normal dikontralateral. Benjolan kosistensi padat, berbatas tegas, gangguan saraf

facialis tidak ditemukan.

- Gross anatomi : tumor berkapsul, berwarna putih dan padat,.

- Patologi : tumor tidak berkapsul asli, mengesankan berasal dari campuran

adenoma jaringan miksomatosa dan gambaran ini diberikan nama : pleomorfik

adenoma (tumor campur)

- Tumor campur mudah residif bila pengangkatan inadekuat.

Tumor ganas parotis7

Tumor ganas parotis atau kelenjar ludah lainnya pada tingkat permulaan tidak mudah

dibedakan dari benjolan yang bersifat benigna. Kadang-kadang hasil keganasan ini

hanya dapat diketahui pada saat pemeriksaan potong beku atau pada pemeriksaan

parafin

Beberapa tanda yang mencurigakan akan keganasan parotis antara lain :

- Tumor keras dan berbatas tidak tegas

- Parese/paralise nervus fasialis

- Tumor yang ulseratif

- Tumor yang tumbuh cepat

- Tumor dengan perbesaran kelenjar getah bening regional

- Tumor parotis dengan gambaran metastase di paru-paru.

Tumor Jinak Kelenjar Saliva

Pleomorphic Adenoma 9

Page 10: Blok 21- CA Parotis

Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal

dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor.

Tumor ini tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakan, dan

konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak

jaringan sekitarnya.6,8

Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai

pada kelenjar parotis. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor),

yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam

beberapa variasi komponennya.

Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara

pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik

mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa

rasa sakit, nodul tunggal.

Pada daerah parotis, meskipun diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam

ukurannya tumor dapat bertambah besar dan menjadi destruktif setempat. Reseksi

bedah total merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk

mencegah cedera pada saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya

sudah berdekatan dengan tumor.

Gambar 1 Gambaran klinis penderita Adenoma pleomorfik (kanan). Potongan  

diseksi Adenoma pleomorfik (kiri).

Diagnosis banding untuk Adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna:

karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma

adnexa dalam, dan neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma

pleomorfik adalah perubahan ke arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma

10

Page 11: Blok 21- CA Parotis

(carcinoma ex-pleomorphic adenoma) atau nama lainnya tumor campur jinak yang

bermetastasis (benign metastazing mixed tumors). Prognosis adenoma pleomorfik

adalah sempurna, dengan angka kesembuhan mencapai 96 %

Perawatan tumor pleomorfic adenoma adalah dengan pembedahan dengan

mengupayakan seluruh jaringan tumor terangkat. Jika pengambilan tumor tidak hati-

hati dan meninggalkan sel tumor di dalam jaringan mesenkim glandula, maka dapat

terjadi kekambuhan. Jika tumor ini tumbuh didalam jaringan parotis kadangkala

nervus fasialis diikutsertakan diambil bersama jaringan tumor. Prognosis setelah

perawatan baik, karena umumnya jika terjadi kekambuhan lokal tidak menunjukan

tanda-tanda keganasan.6

Warthin’s Tumor

Tumor jinak kelenjar saliva lain yang relatif sering. Tumor ini paling sering

terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok.

Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini

dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari

lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi

limfostik yang matang

Gambar 2 Bentuk Whartin’s tumor (kanan). Gambaran histologi Whartin’s tumor dari

kelenjar parotis (kiri).

Sumber : Wikipedia, 2010.

Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila

terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin’s tumor

yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak

pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.11

Page 12: Blok 21- CA Parotis

Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan

suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial

parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat peningkatan

aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari

mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histologi. Terapi

terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraf fasialis

Perawatan dari tumor Warthin’s adalah pembedahan dengan seluruh jaringan

tumor dengan mengupayakan kapsul terangkat utuh tanpa meninggalkan sel tumor

tersisa di dalam jaringan kelenjar ludah parotis. Pengangkatan sempurna dapat

mencegah kekambuhan. Prognosis setelah perawatan adalah baik.6

Tumor Ganas Kelenjar Saliva.9

Karsinoma Mukoepidermoid

Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar

ludah parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling

sering melibatkan kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada

orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko

lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel

epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar

ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parotis.

Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang

diakibatkan oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara

dekade 30-40. Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang

asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis

nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar duktus

saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak

30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat

rendah,menengah, dan tinggi.

12

Page 13: Blok 21- CA Parotis

Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

Sumber : IARC WHO, 2010.

Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade,

intermediate grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel

skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-

sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade

merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor,

pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel

epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe

intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid

dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly

differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel

berdiferensiasi

Gambar 4 Gambaran histopatologi karsinoma epidermoid

Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor.

Prognosis baik well differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90%

13

Page 14: Blok 21- CA Parotis

kasus well differentiated dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly

differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup 5

tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%)

Karsinoma Adenoid Kistik

Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma,

merupakan tumor ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat,

cenderung lokal invasive, dan kambuh setelah operasi. Sepertiga angka kejadian

terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul pada kelenjar ludah

atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah

dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis.

Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun

Gambar 5 Gambaran klinis karsinoma adenokistik pada pria usia 30 tahun

Sumber : IARC WHO, 2010.

Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang

termasuk tumor dengan potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 %

dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor submandibular, dan 30 % tumor kelenjar

saliva minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik, walaupun sebagian besar

tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Tumor ini berbeda dari tumor-

tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh

kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun.

Penderita dengan karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi

hingga lima tahun, angka harapan hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun

ditemukan kurang dari 20 persen. Prognosis buruk dalam jangka panjang.

14

Page 15: Blok 21- CA Parotis

Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer,

jika perlu struktur vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan

tulang temporalis. Pencangkokan saraf untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat

dipertimbangkan manfaatnya karena dapat mengembalikan fungsi saraf fasialis

tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka prognosisnya buruk

Karsinoma Sel Asini

Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang

terjadi, angka kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah.

Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat,

dengan diameter kurang dari 3 cm

Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih

banyak wanita dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat

metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya

amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus

intercalated. Terapi karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap. Terapi radiasi

pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi.

Gejala klinis : adanya masa yang membesar dengan pertumbuhan yang lambat, pada /

solid serta mobile pada daerah parotid pada beberapa kasus ditemui multinodular

yang terfiksasi pada kulit ataupun otot. Pada sepertiga kasus adanya nyeri intermitten,

dan facial paralise.

Gambar 6 Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada

kasus karsinoma sel asini kelenjar saliva (kiri).

15

Page 16: Blok 21- CA Parotis

Adenokarsinoma

Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini

terdapat pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor.

Sebagian besar pasien tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada

jaringan diatas atau dibawahnya, 30 % pasien berkembang metastasis ke nodus

servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis, dan 15 % merasa sakit pada

wajahnya

Diagnosis banding

Parotitis10,11

Virus parotitis menimbulkan infeksi umum yang biasanya ditandai dengan

parotitis. Infeksi bersifat mudah menular dan paling sering terjadi pada anak. Parotitis

disebabkan oleh paramyxovirus. Secara antigen virus ini erat kaitannya dengan virus

influenza yang kadang-kadang membingungkan pemeriksaan serologi. Diameter

virion kira-kira 150 nm dan mengandung RNA; virion juga mempunyai hemolisin,

neuraminidase, dan hemaglutinin. Virus parotitis dapat diperbanyak dalam berbagai

biakan sel dan dalam telur berembrio. Virus dapat ditemukan dalam sekret pernapasan

sebelum atau sesudah pembengkakan parotis. Inkubasi normal 16-18 hari. Masa

tunasnya 12-22 hari.infeksi paling lazim terjadi pada akhir musim dingin dan diawal

musim semi. Virus parotitis menimbulkan infeksi generalisata parotitis dapat terjadi

tanpa pembengkakan parotis. Meningitis dan kelianan ginjal dapat merupakan bagian

penyakit ini. Sebagian pasien mengalami pleositosis cairan serebrospinal sekalipun

tanpa tanda klinis meningitis. Kelainan ginjal yang bermanifestasi berupa hematuria,

poliuria, dan viruria sering ditemukan. Kematian terjadi akibat komplikasi berupa

nefritis, miokarditis, atau penyakit sistem saraf pusat.

Gejala klinis nya adalah temperatur meningkat sedang, biasanya selama 3-4

hari, pembengkakan parotis 7-10 hari dan dapat dilihat baik unilateral maupun

bilateral. Kelenjar submandibula bisa bengkak secara bersamaan dengan atau tanpa

pembengkakan parotis. Kadang-kadang terjadi bengkak prasternum. Pasien yang lebih

tua sering mengeluh sakit kepala yang barangkali mencerminkan terkenanya

meningen. Tanda enselfalitis seperti kejang. Keluhan tersering anoreksia, nyeri

abdomen yang menandakan terkenanya pankreas atau pada perempuan terkena 16

Page 17: Blok 21- CA Parotis

ovarium. Amilase serum meningkat selama infeksi sebelum ditemukannya

peningkatan antibody CF, dan muntah.

Terapi yang dianjurkan untuk penderita parotitis adalah terapi konservatif, diet

harus ringan dengan banyak cairan, pasien mengalami kesulitan dengan makanan

asam seperti jeruk. Analgetik untuk sakit kepala.

Ca Submandibularis

Terletak di tengah trigonum mandibular, terbagi menjadi dua bagian, profunda

dan superficial. Bagian superficial lebih besar, bagian profunda timbul dari sisi

internal bagian superficial, melalui celah antara otot mylohioid dan hioglosus sampai

ke bagian bawah lidah, berhubungan dengan ujung posterior kelenjar sublingual.

Duktus kelenjar submandibular muncul dari bagian internal kelenjar, bermuara di

papilla di bawah lidah. Arteri maksilaris eksternal melalui venter posterior otot

digastrik dan fasies profunda kelenjar submandibular menuju ke superior, mengitari

margo inferior korpus mandibular, di margo anterior otot maseter mencapai daerha

muka. Nervus linguialis dari lateral menuju medial melintasi bagian inferior duktus

kelenjar submandibular memasuki lidah. Nervus sublingualis melintasi fasies

profunda venter posterior otot digastrik, bagian superficial otot hioglosus, ke arah

anterosuperior masuk lidah. Cabang mandibular nervus fasialis sejak muncul dari

trunkus servikofasialis, di inferior kelenjar parotis, fasies profunda otot platisma

melintasi vena fasialis posterior, di sekitar 1 cm dari angulus mandibular menuju

anterior, melintasi vena fasialis anterior dan arteri maksilaris eksternal dan menyebar

di bibir bawah.12

5. Etiologi

Idiopatik

Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat

nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Infeksi

virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.

Genetik

17

Page 18: Blok 21- CA Parotis

Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama

dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen

merupakan segmen DNA yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan

produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi

sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak

terkendali semua sifat sifat kanker fragmen-fragmen genetic ini dapat merupakan

bagian dari virus tumor.

Bahan-bahan kimia

obat-obatan hormonal Kaitan hormon dengan perkembangan kanker tertentu

telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi

karsinogenesis. Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.

Faktor imunologis

Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk

mendapatkan kanker tertentu. Sel yang mempengaruhi perubahan {bermutasi}

berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun

tubuh yang kemudian memusnakannya. Dua puncak insiden yang tinggi untuk

tumbuhnya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika

system imun sedang lemah.

6. Gejala klinis

Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah (parotis),

pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau

pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat

mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi kistik, hemoragik atau malignansi.

Tumor jinak kelenjar liur biasanya bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak

yang berasal dari parotis tidak ada gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi

biasanya menimbulkan gejala seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang

cepat, parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal.

Tanda dan gejala Kanker Kelenjar Ludah yang mungkin timbul:

18

Page 19: Blok 21- CA Parotis

Kaki yang kecil.

Kelemahan pada wajah.

Memiliki kesulitan membuka mulut

Rasa sakit di kelenjar ludah yang tetap terus ada.

Sebuah benjolan atau gumpalan di leher, telinga, pipi.

Sebuah benjolan atau gumpalan di sekitar rahang, bibir, atau di dalam mulut.

Cairan mengalir dari telinga.12

7. Faktor resiko

Radiasi ke leher meningkatkan risiko keganasan kelenjar ludah dengan 15 - latency 20

tahun

Merokok merupakan faktor risiko penting untuk perkembangan tumor Warthin, tetapi

hubungannya dengan tumor parotis ganas yang kurang jelas. tumor Warthin adalah

delapan kali lebih sering terjadi pada perokok dibandingkan dengan non-perokok.

Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara penggunaan ponsel yang tinggi

dan peningkatan risiko tumor jinak dan ganas parotis meskipun orang lain telah

menemukan bukti hubungan tersebut. 13

8. Patogenesis

Kelainan peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau

nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh

bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi

yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh

staphylococcus aureus.

Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari

tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi

baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen

stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus

19

Page 20: Blok 21- CA Parotis

vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri

pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada

2% sampai 10%.

Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis,

dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor

jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.

Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga

dapat menyebabkan ganguan pendengaran.Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh

peradangan tonsil yang berulang.

Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan

dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik.

Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,

walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan

prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area

retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati

ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah

dapat terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat

melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal,

dan sendi temporomandibular. Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe

melalui ruangan parapharyngeal dan ke rangkaian jugular bagian dalam, dan ke pre-

post facial nodes.14

Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari

diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari

sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal

darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid

karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.

Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula

ekskretorius dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus

interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid

kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari

20

Page 21: Blok 21- CA Parotis

duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid

karsinoma.14

9. Epidemiologi

Penyakit tumor pada kelenjar liur mayor umumnya jarang ditemukan, dan

kelenjar parotis merupakan kelenjar yang sering terkena. Tumor kelenjar liur dapat

terjadi di dalam kelenjar parotis dan sebagian besar sisanya di kelenjar

submandibular. Laki-laki dan perempuan 80 %. Dari massa parotis, 75% berupa

neoplasia. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal

dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30% adalah maligna. Disebutkan

bahwa terdapat perbedaan geografik dan suku bangsa dimana pada orang Eskimo

tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang

mengionisasi diduga sebagai factor etiologi. Prevalensi tumor ganas yang biasanya

terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 %

tumor submandibular, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor

kelenjar liur minor adalah ganas.15

10. Komplikasi

Komplikasi–komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di

kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling

baik pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan

penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting.

Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi

luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis

terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat

penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi

pascaoperasi.

Kerusakan pada saraf wajah dapat terjadi sebagai akibat dari tumor parotis infiltrasi

atau operasi. Risiko kerusakan lebih tinggi dengan operasi berulang. Pemantauan

saraf wajah perioperatif dapat mengurangi risiko ini.

Kekambuhan tumor jinak atau ganas. Adenoma pleomorfik harus benar-benar dihapus

pada operasi primer seperti tumor berulang sering multifokal dan dapat terjadi 10-15

tahun kemudian dengan tingkat kesembuhan jauh berkurang (<25%).

21

Page 22: Blok 21- CA Parotis

adenoma pleomorfik dapat mengalami perubahan ganas dan disebut karsinoma ex-

adenoma pleomorfik. Mereka mewakili sekitar 2-4% dari keganasan kelenjar ludah.

Pertumbuhan yang cepat tiba-tiba massa yang sebelumnya stabil khas. Mereka agresif

dan memiliki prognosis buruk.

Sindrom Frey (kemerahan dan berkeringat di pipi, yang dapat muncul ketika makan,

melihat atau berpikir tentang jenis makanan tertentu yang memproduksi air liur yang

kuat) dapat terjadi setelah operasi parotis. Saraf otonom reformasi tidak tepat (impuls

parasimpatis akan saraf simpatis) sehingga stimulus untuk air liur akan membuat

keringat wajah. Xerostomia dan mucositis oral.

11. Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan lokal dan

besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor

maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Ketahanan

hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada

histologinya.9

12. Penatalaksanaan

Tumor jinak parotis pertumbuhannya relatif lambat, biasa pada usia muda ,

tidak terasa nyeri, tidak ada gangguan pada persarafan nervus tujuh dan tidak pernah

menyebar jauh. Tumor ganas parotis pertumbuhannya biasanya cepat, sering terjadi

pada usia diatas 50 tahun , sering menyebabkan rasa sakit, terabanya keras sampai

dapat teraba seperti batu, dan dapat menyebabkan gangguan pada saraf ketujuh seperti

mulut mencong dan mata sukar menutup. Untuk memastikan diagnosis tumor parotis

apakah jinak atau ganas, memang agak berbeda sedikit dengan penanganan tumor

lainnya.

Pada kasus-kasus dimana tumor masih tidak terlalu besar dan masih dapat

dioperasi, maka dilakukan pengangkatan pada tumor tersebut . Bila tumor tumbuh

dari kelenjar parotis bagian permukaan , maka seluruh kelenjar parotis dan tumor

yang ada di permukaan atau persisnya berada diatas nervus tujuh harus diangkat

semua. Tindakan ini disebut parotidektomi superficial. Setelah diangkat, maka tumor

diperiksakan ke patologi anatomi untuk dipastikan jinak atau ganasnya.

Kalau dari awal tumor sudah dicurigai ganas, dan ukurannya besar sekali dan keras,

22

Page 23: Blok 21- CA Parotis

kalau ada sarana pemeriksaan patologi anatomi potong beku atau Vries Coupe (VC)

pada saat penderita dioperasi. Bila positif ganas, maka tindakannya adalah

mengangkat seluruh kelenjar parotis bagian dalam dan permukaan . Tindakan ini

disebut parotidektomi total.

Resiko operasi atau komplikasi yang mungkin terjadi akibat operasi adalah

cedera pada saraf ke tujuh, dengan gejala kelopak mata atas sulit menutup, mulut

terlihat menyon. Bisa juga terjadi baal-baal atau berkurangnya rasa pada daerah

sekitar telinga. Kalau pengangkatannya hanya tumornya saja dikemudian hari bisa

terjadi kekambuhan. Tidak jarang tumor yang kambuh ini adalah ganas.

Pada tumor ganas yang ukurannya sangat besar dan keras, maka dilakukan VC. Bila

sarana VC tidak ada , maka dapat dilakukan biopsi tusuk jarum . Bila positif ganas,

dan secara tehnik masih dapat dilakukan operasi, biasanya akan mencederai saraf

ketujuh, dan terkadang memang saraf ketujuhnya harus diangkat karena sudah

termakan oleh kankernya. Radioterapi diberikan pada kasus kanker kelenjar parotis

yang sudah tidak memungkinkan dioperasi.

Pada tumor parotis dilakukan pembedahan

Tumor parotis yang jinak dilakukan parotidektomi superfisial, namun pada

tumor parotis yang ganas dilakukan parotidektomi total namun tumor ganas yang

belum ada ekstensi ekstra parenkim dan nervus VII dan dilakukan juga pada tumor

jinak yang sudah mengenai lobus profundus. Tumor ganas parotis yang sudah ada

ekstensi ekstra dilakukan parotidektomi total di perluas. RND (deseksi leher radikal )

dilakukan pada metastase kelenjar getah bening yang masih operabel.

Tumor inoperabel

Tindakan utamanya adalah radioterapi 65-70 Gy dalam 7-8 minggu

Tindakan tambahan adenokarsinoma ( adenoid cystic carsinoma, adenocarsinoma,

tumor ganas campur, acinic cell carsinoma) diberikan adriamisin 50 mg/m2 iv/hari, 5

flourourasil 500 mg / m2 iv/ hari ini di ulang 3 minggu. Sisplatin 100 mg/m2 iv pada

hari ke2.

Squamous cell carsinoma / mucoepidermoid carsinoma diberikan methrotrexate 50

mg/m2 iv pada hari ke 1 dan ke 7, sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2. Dan di

ulang 3 minggu. Pada metastase kelenjar getah bening yang operabel dilakukan

deseksi leher radikal (RND), namun yang sudah inoperabel dilakukan radioterapi 40

Gy/+ kemoterapi preoperatif lalu lakukan evaluasi. Jika setelah dilakukan menjadi

23

Page 24: Blok 21- CA Parotis

operabel lakukan RND kembali, namun bila sudah dilakukan masih tetap inoperabel

lakukan radioterahy 70 Gy.7

Penyulit pasca operasi parotis (parotidektomi).7

- Fistel liur. Ludah yang tidak kering dari luka operasi. Hal ini dapat disebabkan

masih banyaknya bagian kelenjar yang mengeluarkan ludah kearah luka atau

duktus stensonnya tersumbat. Balut tekan dapat membantu penyembuhan.

Kadang-kadang radiasi dibutuhkan untuk mempercepat fibrosis sehingga luka

menutup. Fistel liur yang tak sembuh sebaiknya dieksplorasi

- Syndroma frey Penderita berkeringat didaerah operasi sewaktu makan hal ini

disebabkan gangguan persarafan kulit karena regenerasi yang salah dari cabang

saraf aurikulotemporalis yang terpotong. Keluhan biasanya tidak mengganggu

banyak. Dengan penjelasan penderita dapat menerima kelainan ini.

- Parese / paralise saraf fasialis

- Manipulasi saraf fasialis meskipun tanpa memutus saraf dapat mengakibatkan

parase saraf fisialis yang sifatnya temporer. Parese ini dapat mengakibatkan

keratitis karena mata sulit tertutup dengan baik. Pemotongan cabang saraf

mengakibatkan paralise otot yang bersangkutan. Grafting saraf dapat membantu

untuk memulihkan persarafan wajah. Hasilnya tidak selalu memuaskan.

13. Pencegahan

Mencegah kanker merupakan langkah yang terbaik sebab seperti ungkapan

"mencegah lebih baik dari pada mengobati", pencegahan membuat suatu kerusakan

tidak perlu terjadi.

Memeriksa resiko karena keturunan Salah satu penyebab kanker berasal dari

faktor keturunan. Jika ada orangtua atau saudara yang menderita kanker, sangat

mungkin kanker juga menyerang anggota keluarga lainnya. Untuk itu

mengetahui ada tidaknya anggota keluarga yang pernah terkena kanker sangat

penting sebagai upaya mencegah kanker.

Menghindari makanan yang diasap atau diasamkan. Contohnya seperti ikan asap

atau makanan yang diacar. Makanan tersebut beresiko menimbulkan kanker.

24

Page 25: Blok 21- CA Parotis

Oleh karena itu menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi makanan

tersebut menjadi keharusan untuk mencegah kanker.

Menjauhi alcohol Sejak lama alkohol sudah sering disebut sebagai penyebab

kanker.

Menghindari makanan dengan zat pewarna Banyak makanan saat ini dicampur

dengan zat pewarna agar terlihat menarik. Padahal kandungan zat pewarna itu

sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk mencegah

kanker, sebaiknya usahakan menghindari makanan yang menggunakan zat

pewarna

Menghindari rokok Seperti alkohol, rokok juga menjadi sumber penyebab

berbagai penyakit tak terkecuali untuk penyakit kanker. Meninggalkan

kebiasaan merokok atau berupaya menjauh dari orang yang sedang merokok

adalah upaya baik untuk mencegah kanker.

Menghindari makanan berlemak yang menyebabkan banyak masalah dalam

tubuh. Termasuk sebagai pemicu kanker.

Makan makanan kaya serat Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan kaya

serat. Memperbanyak konsumsi makanan tersebut sangat baik untuk mencegah

kanker.

Rutin olahraga merupakan cara yang baik untuk mencegah kanker. Sebab saat

berolahraga, lemak dalam tubuh akan terbakar dan mempercepat metabolisme.

Hal itu akan mencegah terjadinya kanker. Tidak harus berupa olahraga berat.

Olahraga ringan seperti jalan sehat atau lari pagi bisa membantu mencegah

kanker.

Konsumsi vitamin A, C, dan E memiliki kandungan antioksidan yang sangat

berguna untuk mencegah kanker.

Perilaku seks sehat Tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks juga

menjadi cara jitu mencegah kanker sebab timbulnya kanker juga dimungkinkan

karena perilaku seksual yang tidak sehat.

25

Page 26: Blok 21- CA Parotis

Kesimpulan

Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar

parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada kelenjar liur relatif jarang

terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher.

Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik,

dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada

kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80%

dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa

berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.

Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan

perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf

fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya

nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.

26

Page 27: Blok 21- CA Parotis

Daftar pustaka

1. Eisele DW, Johns ME. Salivary Glan Neoplasms. In : Bailey BJ, Calhoun KH, editors. Head

and Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd ed vol 2. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2001. p. 1279-97

2. Lee J, MD. Benign Parotis Masses. Available from: http://www.BCM.Com

AccessedSeptember 19, 2009.

3. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. In: Myers EN,

Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders. Springer: Berlin; 2007. p. 1-14.

4. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and Physiology of the Salivary Glands. In: Bailey BL,

Calhoun KH. Editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd Ed. Philadelphia:

Lippicott Williams & Wilkins; 2001. p. 453-63.

5. Andirius, C. 2009. Neoplasma Kepala dan Leher. Available at

http://www.scribd.com/doc/15170620/Referat-Neoplasma-Kepala-dan-Leher. [28 Mei 2010].

6. Syafriadi, M. 2008. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut.

Yogyakarta : Andi Yogyakarta. 31-82.

7. Reksopro S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. RS

Dr Ciptomangunkusumo. 386-8

8. Ansori, H. 2009. Gambaran Radiografi Adenoma Pleimorfik pada Kelenjar Saliva. Skripsi.

Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

9. Adams, LG, Boies, RL, and Paparella, MM. 2001. Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Jakarta :

EGC. 305-319.

10. Rudolph AM, Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol 1. Jakarta; EGC : 2006.745-7

27

Page 28: Blok 21- CA Parotis

11. Gillespie SH, Bamford KB. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. 3rd ed. Jakarta;

Erlangga : 2012.71

12. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta:

Penerbit FKUI:2007; 304-307

13. Sadetzki S, Oberman B, Mandelzweig L, et al , Merokok dan risiko tumor kelenjar parotid:

sebuah studi kasus-kontrol nasional. Kanker. Mei 2008 1; 112 (9) :1974-82.

14. Robert L. Souhami. Oxford Textbook of Oncology (2 volume set) 2nd edition. England:

Oxford Press, 2002

15. Kumar V, Robbins Sl, Cotran RS. Buku ajar patologi. Edisi 7. New york: Elsevier

Inc.;2007.hal.614-5

28