Upload
yulandiwulancharie
View
113
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Undip
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMBAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
Disusun oleh :
Kelompok IVA
Raden Reza Prathama 23010111120008Yunita Sri Melati P. 23010111120040Nisa Junitasari 23010111120041Dwi Nurul Febriana 23010111120042Arif Nurrohman 23010111120050
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2013
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
memakannya. Bahan pakan yang diberikan pada ransum ternak harus bermutu baik dan
dalam jumlah cukup. Bungkil kedelai adalah ampas kedelai yang sudah diambil
minyaknya. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan yang dikenal dengan
sebutan Soybean Meal, merupakan satu-satunya sumber protein nabati terbaik dalam
bahan pakan ternak.
Analisis proksimat merupakan suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan
dari bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung
komponen-komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak
masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis
proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi atau nilai sesungguhnya.
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum bertujuan untuk mengetahui atau
untuk menentukan kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, dan lemak kasar kadar
serat kasar dan BETN. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui
proses dalam analisis proksimat untuk menentukan kadar air, kadar abu, kadar protein
kasar, kadar lemak, kadar serat kasar dan BETN dari sampel atau suatubahan pakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1. Bahan Pakan
Bahan pakan adalah bahan yang sangat penting dalam pemeliharaan ternak karena merupakan sumber nutrien bagi ternak. Nutrien inilah ternak dapat bertahan hidup dan berproduksi. Biaya pakan dalam pola pemeliharaan dapat mencapai 60%, oleh karena itu peternak yang ingin menghasilkan keuntungan yang optimal harus memperhatikan kualitas dan harga bahan pakannya (Martawijaya et al., 2004).Pemilihan bahan pakan sebaiknya memperhatikan beberapa persyaratan antara lain : bahan baku pakan murah, melihat kandungan nutrien yang ada di dalamnya, kualitas nutrien bahan baku pakan, tidak mengandung racun (Ichwan, 2003).
Pakan yang dimakan ternak harus mempunyai kualitas bahan pakan yang
ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi kimianya, serta penggunaannya
secara internasional bahan pakan di bagi menjadi delapan kelas(Agus,2007).Pakan
berisi nutrien yang digunakan oleh ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi
dan reproduksi. Bahan pakan menurut fungsinya dibagi menjadi dua bahan pakan pokok
yaitu bahan pakan yang menampung kebutuhan primer selama 24 jam tanpa produksi,
dan bahan pakan produksi yaitu bahan pakan yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu misalnya daging, susu, telur wool dan tenaga (Lubis, 1991).
2.1.1 Bungkil Kedelai (Soybean Meal)
Bungkil kedelai merupakan hasil ikutan pembuatan minyak kedelai bungkil
kedelai merupakan pakan sumber protein kandungannya antara lain 44%-55%
(Agus, 2007). Analisis formula pakan, penggunaan bungkil kedelai digunakan
sebagai sumber protein, mengingat kandungan proteinnya sebesar 40-48% yang
dominan yang mempunyai kandungan energi metabolisme sebesar 2.330 kkal/kg
menjadikan bahan baku ini menjadi dua fungsi yaitu, sebagai sumber protein dan
sumber energi (Ichwan, 2003).
2.2. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu kegiatan menganalisis bahan pakan yang
meliputi proses pengovenan, penanuran, pengekstraksian yang bertujuan untuk
mengetahui kandungan nutrisi dan kualitas suatu bahan pakan tersebut (Tillman et
al., 1991).Melalui proses analisis proksimat dapat diketahui bahwa nutrisi dari bahan
pakan ternak terdiri dari air, abu, protein, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak yang
tidak mengandung nitrogen (Anggorodi, 1997).
Kadar air bahan pakan akan berkaitan dengan kemampuan daya simpan bahan,
berpengaruh pada nilai nutrisinya, biaya pengangkutan dan pengaruh jumlah pakan
yang dapat diterima oleh ternak(Tillmanet al., 1991).Air adalah suatunutrien yang paling
sederhana namun paling sukar ditentukan dalam analisis proksimatnya. Analisis kadar
air adalah usaha untuk mengetahui presentase air yang ada dalam pakan. Biasanya
bahan baku akan di uji keringkan atau kadar air yang ada dalam pakan tersebut di
keluarkan (diuapkan) (Murtidjo, 1987).
Komponen abu dalam analisis proksimat tidak memberikan nutrien yang penting.
Jumlah abu bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN.
Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan dapat berasal dari tanaman yang
bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan
jumlah unsur mineral tertentu (Tillman et al.,1991).Analisis kadar abu adalah usaha
untuk mengetahui kadar abu bahan baku pakan. Analisis kadar abu dilakukan dengan
membakar bahan baku pakan, biasanya hanya zat-zat organik, selanjutnya ditimbang
dan sisanya disebut abu (Murtidjo, 1987).Proses pengabuan secara kering (dry ashing),
yaitu dengan menggunakan tanur 400oC yang menyebabkan berkurangnya mineral-
mineral yang volatil pada temperatur tinggi sehingga memungkinkan adanya perbedaan
pada hasil analisis dari ketentuan komposisi bahan tersebut (Rasyaf, 1990). Menurut
Tillman et al. (1998) penyebabnya adalah proses pengabuan yang tidak sempurna.
Tidak seluruh unsur utama pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan berubah
menjadi gas oksigen yang masih tinggal dalam abu sehingga senyawa oksida (misalnya
CaO) dan karbon sebagai karbonat sebagian mineral tertentu larut menjadi gas
(misalnya sulfur sebagai H2S).
Protein adalah senyawa organik komplek yang mempunyai berat molekul tinggi,
mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, mengandung pula nitrogen, serta sulfur dan
fosfor (Anggorodi, 1997). Analisis kadar protein adalah usaha untuk mengetahui kadar
protein pada bahan pakan. Pengujian kadar protein dilakukan dengan menentukan
kadar nitrogennya secara kimiawi, kemudian angka yang diperolehdikalikan dengan
6,25. Faktor tersebut digunakan karena nitrogen mewakili 16% dari protein (Murtidjo,
1987). Perbedaan kandungan protein kasar bungkil kedelai disebabkan oleh kualitas
kacang kedelai, macam proses pengambilan minyak dan varietas kacang kedelai
tersebutRasyaf (1994).
Analisis kadar lemak kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar lemak pada
pakan, secara umum dalam menganalisis bahan baku pakan, lipida ditetapkan sebagai
ekstrak eter(Murtidjo, 1987).Lemak kasar dalam bahan pakan ternak yang berasal dari
hewan terdiri dari gliserol dan tiga asam lemak, tetapi dalam pakan ternak nabatiterdiri
dari sterol, lilin, dan berbagai produk seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E dan karotin
seringkali menyusun sampai lebih dari 50% lemak makanan (Tillman et al., 1991). Kadar
lemak diperoleh dengan cara ekstraksi dengan N-heksan untuk menghilangkan eter.
Menurut Tillman et al.(1998) dari sampel bahan kering diekstraksi dengan diethyl
ether selama beberapa jam, maka bahan yang didapat adalah lemak dan eter akan
menguap. Ditambahkan oleh pendapat Anggorodi (1997), penggunaan lemak dalam
ransum berperan menaikkan nilai energi sehingga menghasilkan daya produksi yang
lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik
Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang sulit dicerna dan mengandung
senyawa selulosa, hemiselulosa maupun senyawa lignin. Hemiselulosa bersama
selulosa membentuk jaringan tanaman yang membentuk suatu struktur yang kuat pada
bagian daun, akar dan kayu tanaman. Hemiselulosa tidak larut dalam air mendidih
tetapi larut dalam garam alkali dan asam kuat encer (Tillman et al., 1991).Analisis kadar
serat kasar adalah untuk mengetahui kadar serat kasar yang ada di bahan pakan.
Biasanya pengujian dilakukan secara kimiawi dengan analisis metode
Weende (Murtidjo, 1987). Faktor yang dapat memepangaruhi kadar serat kasaradalah
umur, nutrisi dalam tanah serta jenis tanamanAnggorodi (1997).
BETN suatu senyawa terdiri dari zat-zat monosakarida, disakarida, dan
polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta serat kasar
mempunyai daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1997). Nutrien tersebut mempunyai
kandungan energi yang tinggi sehingga digolongkan dalam makanan sumber energi
yang tidak berfungsi spesifik.Kadar BETN adalah 100% dikurangi kadar abu, protein,
lemak kasar dan serat kasar, maka nilainya tidak selalu tepat serta dipengaruhi oleh
kesalahan analisa dari zat-zat lain (Tillman et al.,1991). Tillman et al.(1998) besar
kecilnya nilai BETN ditentukan tergantung kelima fraksi yang ada (kadar air, abu, protein
kasar, lemak, dan serat kasar). Besarnya kadar BETN menunjukkan bahwa masih
banyak kandungan zat pakan yang dapat menguntungkan, tetapi juga dapat merugikan
seperti hemiselulosa jika terlalu banyak zat tersebut sulit untuk dicerna, sebaiknya
apabila nilai BETN yang kecil menunjukkan sediktnya kandungan zat pakan dan juga
hemiselulosa yang sedikit dan berakibat pada zat tersebut mudah untuk dicerna.
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi analisis
Proksimat dilaksanakan pada hari Kamis-Jumattanggal 13-14Desember 2012 di
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. MateriMateri yang digunakan dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum adalah bungkil kedelai, H2SO40,3N, NaOH 1,5N, Aseton 25 ml,aquades, N-Heksan, katalisator (selenium), HCl 0,1 N, NaOH 1,5 N, NaOH 45%, 4% indikator (Methyl Red + Methyl Blue), H2SO4 pekat, dan air panas. Alat yang digunakan meliputi botol timbang yang berfungsi untuk tempat sempel analisis kadar air, timbangan analitis untuk menimbang sampel, oven untuk menghilangkankadar air dalam sampel, eksikator sebagai tempat pendingin setelah sampel keluar dari oven, crucible porcelainberfungsi untuk tempatmeletakkan sampel, tanur listrik berfungsi untuk membakar sampel pada proses kadar abu dan serat kasar,erlenmeyerberfungsi untuk tempat larutan, beaker glassberfungsi untuk tempat larutan, gelas ukur untuk mengukur larutan, corongbuchnerberfungsi untuk tempat meletakkan kertas saring dan menyaringsampel pada proses analisis lemak, kertas saring yang bebas abu (ashless)dan kertas saring sebagai penyaring,sampel, soxhletberfungsi sebagai tempatekstraksi pada proses analisis kadar lemak, pendingin tegak untukproses pengembunan, labu dekstruksi, buret sebagai alat titrasi, alat-alat destilasi dan titrasi, gelas ukur berfungsi untuk mengukur larutan yang akan digunakan, dan kompor listrik berfungsi untuk memanaskan larutan atau air yang akan digunakan dalam praktikum.
3.2. Metode3.2.1. Kadar air Metode yang digunakan dalam analisis kadar air adalahbotol timbangdicuci kemudian dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110C kemudian diambil dengan piset dan dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang. Sampel ditimbang kemudian dimasukkan kedalam botol timbang dan dikeringkandalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105-110C. Langkah selanjutnya sampel mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbangnya. Pengeringan dilakukan berulang kali sampai mencapai berat konstan (maksimal 0,0002g).
Rumus perhitungan kadar air sampel adalah sebagai berikut:Kadar air = (botol timbang + sampel sebelum oven) – sampel setelah ovenx100% Sampel masuk
3.2.2. Kadar Abu
Metode yang digunakan dalam analisis kadar abu yaitu dengan mencucicrucible
porcelain, kemudian memasukkan dalam oven pada suhu 105-110C selama 1 jam, lalu
mengeksikatornya selama 15 menit dan menimbangnya.Langkah selanjutnya
adalah menimbang sampel dan memasukkan kedalamcrucible
porcelain.Memijarkan sampeldalam tanur listrik pada suhu 400-600C selama 4-6 jam,
sampai menjadi abu putih semua dan mematikan tanur sampai suhunya sekitar 120oC.
Mendinginkan sampel dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.
Rumus perhitungan untuk analisis kadar abu adalah:
Kadar abu
3.2.3. Kadar protein kasar
Metode yang digunakan dalam analisis kadar protein kasar adalahmenimbang
sampel, kemudian memasukkan ke dalam labu destruksi,menambahkan selenium 1
gram dan H2SO4 pekat 15 ml kedalam labudestruksi.memanaskan ke dalam lemari
asam. Pemanasan dihentikan sampai larutan menjadi berwarna hijau jernih.
Memasukkan hasil destruksikedalam labu destilasi kemudian menambahkan 50 ml
aquades dan NaOH 45% sebanyak 40 ml. Larutan pelengkap terdiri dari H3BO3 4% 20
ml dan indikator Methyl Red +Methyl Blue masing-masing sebanyak 2 tetes ke dalam
labu erlenmeyer.Hasil sulingan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna dari hijau menjadi ungu. Jumlah titran sebagai faktor koreksi. Larutan
blanko dibuat dengan memasukkan aquades 50 ml dan NaOH 45% 40 ml ke dalam labu
destilasi. Hasilnya ditangkap dengan H3BO3 4% 20 ml yang ditambah dengan
indikatorMethyl Red + Methyl Blue masing-masing sebanyak 2 tetes.
Rumus perhitungan untuk analisis kadar protein adalah:
Kadar protein=
3.2.4. Kadar lemak kasar
Metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak adalah mengovenkertas
saringselama 1 jam pada suhu 105-110oC. Menimbang sampel, kemudianmembungkus
sampel dengan kertas saring dan mengovennya pada suhu 105-110ºC. Selanjutnya
memasukkan sampel ke dalam eksikator selama 15 menit, danmenimbangnya. Langkah
selanjutnya proses ekstraksi dengan memasukkansampeldan kertas
saringkedalam soxhlet yang telah terpasang diatas kompor listrik, lalumenuangkan N-
Heksanke dalam labu penyari dan selanjutnyamemasangalat pendingin tegak yang
dialiri air. Mengangkat kertas saring dan isi dari soxhlet dan mengangin-anginkan,
setelah itu memasukkankedalam oven selama 2 jam dan mengeksikatornya selama 15
menit lalu menimbangnya.
Rumus perhitungan untuk analisis kadar lemak adalah:Kadar lemak =
3.2.5. Kadar serat kasar
Metode yang digunakan dalam analisis serat kasar adalah mencuci beaker
glass dan memasukkan kertas saring kertas saring bebas abu(ashless)kedalam oven
selama 1 jam pada suhu 105–110oC dan mendinginkan dalam eksikator selama 15
menit.Membungkus sampeldengan kertas minyak dan menimbangnya, kemudian
menuangkan sampelke dalam becker glassdanmenambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N lalu
memasaknya hingga mendidih selama 30 menit. Kemudian menambahkan 25 ml NaOH
1,5 N ke dalam beaker glassdan memasaknya hingga mendidih selama 30
menit.Menyaring cairan pada kertas saring whatman yang telah terpasang pada
corong Buchner. Kemudian mencuci hasil saringanberturut–turut dengan 50 ml air
panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Memasukkan sampel ke
dalam crucible porcelain dan mengeringkannyadalam oven pada suhu 105–110oC
selama 5 jam, kemudian mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit
dan menimbangnya.Langkah selanjutnya memasukkan sampel ke dalam tanur pada
suhu 400–600oC selama 4-6 jam. Mendinginkan sampel, sampai suhu sekitar 120C.
Selanjutnya memasukkankedalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.
Rumus perhitungan untuk analisis kadar serat kasar adalah:Kadar serat kasar =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan dan formulasi ransum
dengansampelbungkil kedelaidiperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data perbandingan kandungan nutrien bungkil kedelai
Parameter Hasil Praktikum (% BK) * Literatur (% BK)**
Kadar airKadar abuProtein kasarKadar lemak kasarSerat kasarBETN
13,506,28
38,582,393,16
36,09
12,07,0
46,03,56,5
25,0Sumber :* Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.
** Standar Nasional Indonesia (1996)
4.1. Kadar air
Berdasarkan hasil Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum diketahui
bahwa kadar air dari bungkil kedelaidalam BK sebesar13,50%. Hasil tersebut lebih
rendah dari literatur SNI (1996) yang menyatakan bahwa standar kadar air bungkil
kedelai dalam BK sebesar 12,0%. Hal ini dikarenakanperbedaan umur setelah
pemanenan kedelai.Perbedaan kadar air mempengaruhi nutrisi lain yang ada dalam
pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa banyak
sedikitnya kadar air secara kuantitas mempengaruhi kadar nutrisi lain, presentase kadar
air yang semakin kecil kepekatannya semakin baik untuk diperhitungkan komposisinya.
4..2. Kadar abu
Berdasarkan hasil Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum diketahui
bahwa kadar abu dari bungkil kedelaidalam BK sebesar6,28%. Hasil tersebut lebih
rendah dari literaturSNI (1996) yang menyatakan bahwa standar kadar abu bungkil
kedelai sebesar 7,0%. Semakin kecil kadar abu maka semakin baik nutrisi yang
terkandung, karena bahan organik semakin tinggi sehingga kandungan nutrien bahan
organik didalam bahan pakan semakin tinggi.Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et
al., (1991) yang menyatakan bahwa komponen abu dalam pakan hanya untuk
menentukan perhitungan BETN sehingga kadar abu tidak memberikan nilai pakan yang
penting.
4.3. Kadar protein kasar
Berdasarkan hasil Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum diketahui
bahwa kadar protein kasar dari bungkil kedelai adalah 38,58%.Hasil tersebut lebih
rendah dari literatur SNI (1996) yang menyatakan bahwa standar kadar protein kasar
pada bungkil kedelai sebesar 46%. Perbedaan ini dikarenakan faktor beragamnya
kualitas bungkil kedelai dan pada saat proses pengambilan minyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa perbedaan kandungan
protein kasar bungkil kedelai disebabkan oleh kualitas kacang kedelai, macam proses
pengambilan minyak dan varietas kacang kedelai tersebut.
4.2.4. Kadar Lemak Kasar
Berdasarkan hasil Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
diperolehhasil kadar lemak kasar dari bungkil kedelai adalah 2,39%. Hal ini tidak sesuai
dengan SNI (1996) yang menyatakan bahwa standar kadar lemak kasar pada bungkil
kedelai sebesar 3,5%.Perbedaan kadar kemak kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kandungan minyak, kadar air, umur kedelai pada saat dipanen. Analisis lemak
kasar pada bungkil kedelai tidak kesuluruhannya megandung lemak, akan tetapi
mengandung zat lain. MenurutMurtidjo (1987) yang menyatakan bahwa analisis kadar
lemak kasar bukan merupakan lemak murni melaikan campuran dari berbagai macam
zat seperti kloropil, xantopil, karoten, dan lain-lain.
4.5. Kadar serat kasar
Berdasarkan hasil Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum diketahui
bahwa kadar serat kasar dari bungkil kedelai adalah 3,16%. Hasil tersebut lebih rendah
dari literatur SNI (1996) yang menyatakan bahwa standar kadar serat kasar pada
bungkil kedelai sebesar 6,5%.Perbedaan pada serat kasar bungkil kedelai dipengaruhi
beberapa hal seperti umur kedelai saat dipanen, kandungan nutrien, dan proses
pembuatan bungkil kedelai. Hal ini sesuai pendapat Anggorodi (1997) menyatakan
bahwa faktor yang dapat memepangaruhi kadar serat kadar ialah umur, nutrisi dalam
tanah serta jenis tanaman.
4.6. Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Berdasarkan hasil Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum diketahui
bahwa kadar serat kasar dari bungkil kedelaidalam BK sebesar36,09%. Hasil ini tinggi
dari literatur SNI (1996) yang menyatakan bahwa kadar BETN dari bahan pakan bungkil
kedelai adalah 25,0%. Menurut pendapatTillman et al.,(1991) menyatakan bahwa kadar
BETN adalah 100% dikurangi kadar abu, protein, lemak kasar dan serat kasar, maka
nilainya tidak selalu tepat serta dapat dipengaruhi oleh kesalahan analisa dari zat-zat
lain.Anggorodi(1997)mengatakan bahwa BETNadalah suatu senyawa terdiri dari zat-zat
monosakarida, disakarida, dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan
basa serta serat kasar mempunyai daya cerna yang tinggi.Tillman et al.(1998) besar
kecilnya nilai BETN ditentukan tergantung kelima fraksi yang ada (kadar air, abu, protein
kasar, lemak, dan serat kasar). Besarnya kadar BETN menunjukkan bahwa masih
banyak kandungan zat pakan yang dapat menguntungkan, tetapi juga dapat merugikan
seperti hemiselulosa jika terlalu banyak zat tersebut sulit untuk dicerna, sebaiknya
apabila nilai BETN yang kecil menunjukkan sediktnya kandungan zat pakan dan juga
hemiselulosa yang sedikit dan berakibat pada zat tersebut mudah untuk dicerna.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
tentang AnalisisProksimat dapat disimpulkan bahwa bungkil kedelai memiliki kadar air
tinggi, kadar abu rendah, kadar protein rendah, kadar lemak rendah, kadar serat kasar
rendah, kadar BETN tinggi, dan bungkil kedelai termasuk bahan pakan sumber
protein.Hasil yang diperoleh dari analisis proksimat menunjukkan bahwa bahan
pakan bungkil kedelai lebih cocok digunakan untuk pakan unggas dimana bungkil
kedelaimerupakan sumber protein yang sangat bagus, sebab keseimbangan asam
amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Hal tersebut sesuai
dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak unggas yaitu berupa protein yang
mengandung asam amino yang seimbang dan berkualitas.
5.2. Saran
Berdasarkan praktikum saran yang dapat disampaikan yaitu saat penimbangan
sampel harus dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan hasil yang valid serta dalam
analisis yang menggunakan larutan asam atau basa untuk berhati-hati dalam
menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKAAgus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1997. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia, Jakarta.Ichwan, W. M. W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lubis, D.A. 1991.Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta. Martawijaya, E. I., E. Martanto, N. Trinapilla. 2004. Panduan Beternak Itik Petelur Secara
Intensif. PT. Agromedia pustaka. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisus. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta
SNI 01-4227-1996. Bungkil Kedelai Bahan Baku PakanTillmanA.D., H.Hartadi,S. Reksohadiprodjo,S. Prawirokusumo, S.Lebdosoekotjo. 1991. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air
NoSampel
awalKertas minyak
awalBotol
timbangKertas
minyak akhirBerat
konstan
-------------------------------------------------g-----------------------------------------------1 1,0000 0,2622 22,4775 0,2624 23,33242 1,0002 0,2546 23,4179 0,2546 24,2794
Sampel sebenarnya I = (Sampel + kertas minyak awal) – kertas minyak akhir= (1,0000 + 0,2622) – 0,2624= 0,9998
Sampel sebenarnya II = (Sampel + kertas minyak awal) – kertas minyak akhir= (1,0002 + 0,2546) – 0,2546= 1,0002
Kadar Air I = (Sampel + Botol timbang) + Setelah oven x 100% Sampel= (0,9998 + 22,4775) – 23,3324 x 100% 0,9998= 23,4773 – 23,3324 x 100% 0,9998= 14%
Kadar Air II = (Sampel + Botol timbang) + Setelah oven x 100% Sampel= (1,0002 + 23,4179) – 24,2794 x 100% 1,0002= 24,4181 – 24,2794 x 100% 1,0002= 13%
Rata –Rata KA = Kadar air I + Kadar air II 2= 14% + 13% 2= 13,5%
BK = 100 – KA= 100 – 13,5%= 86,5%
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Abu
No.
Sampel awal
Kertas minyak awal
Kertas minyak akhir
Crucible porcelain
Setelah Tanur
----------------------------------------------------g----------------------------------------------1 1,0026 0,2541 0,2543 18,7115 18,77542 1,0004 0,2728 0,2729 22,4837 22,5416
Sampel sebenarnya I = (Sampel + kertas minyak awal) – kertas minyak akhir= (1,0026 + 0,2541) – 0,2543= 1,0024
Sampel sebenarnya II = (Sampel + kertas minyak awal) – kertas minyak akhir= (1,0004 + 0,2728) – 0,2729= 1,0003
Kadar Abu I = Berat setelah tanur – Berat Crucible porcelain x 100% Sampel= 18,7754 – 18,7115 x 100% 1,0024= 0,0639 x 100% 1,0024= 6,37%
Kadar Abu II = Berat setelah tanur – Berat Crucible porcelain x 100% Sampel= 22,5456 – 22,4837 x 100% 1,0003= 0,0619 x 100% 1,0003= 6,19%
Rata – Rata Kadar Abu
= Kadar abu I + Kadar abu II 2= 6,37 + 6,19% 2= 6,28%
Konversi dalam 100% BK
= 100 x Kadar Abu % BK
= 100 x 6,28% 86,5= 7,26%
Lampiran 3. Perhitungan Kadar Protein Kasar
No SampelKertas
minyak awal
Kertas minyak akhir
Titran Sampel Titran Blanko
---------------------------------------------g-----------------------------------------------------1 1,0027 0,2649 0,2653 36,7 0,32 1,0012 0,2669 0,2669 34,6 0,3
Sampel sebenarnya I = (Sampel + kertas minyak awal) – kertas minyak akhir= (1,0027 + 0,2649) – 0,2653= 1,0023
Sampel sebenarnya II = (Sampel + kertas minyak awal) – kertas minyak akhir= (1,0012 + 0,2669) – 0,2669= 1,0012
Kadar PK I = (Titran sampel + blanko) x N HCl x 0,014 x 6,25 x 100% Sampel= (36,7 – 0,3)x 0,125 x 0,014 x 6,25 x 100%1,0023= (36,4) x 0,0109375 x 100% 1,0023= 39,72%
Kadar PK II = (Titran sampel + blanko) x N HCl x 0,014 x 6,25 x 100% Sampel= (34,6 – 0,3)x 0,125 x 0,014 x 6,25 x 100%1,0023= (34,3) x 0,0109375 x 100% 1,0023= 37,43%
PK Rata – Rata = Protei kasar I + Protein kasar II 2= 39,72% + 37,43% 2= 38,58%
Konversi dalam 100% BK
= 100 x Kadar PK % BK= 100 x 38,58% 86,5
= 44,60%
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Lemak Kasar
No Sampel B.KS Oven I Oven II
----------------------------- g ------------------------------1 1,0006 1,0101 1,8500 1,82742 1,0025 1,0045 1,8432 1,8257
Kadar Lemak I = Oven I + Oven IIx 100% Oven I – K. Saring= 1,8500 – 1,8274x 100% 1,8500 – 1,0101= 4,69%
Kadar Lemak II = Oven I + Oven IIx 100% Oven I – K. Saring= 1,8432 – 1,8257x 100% 1,8432 – 1,0045= 2,09%
LK Rata – Rata = Kadar lemakI + Kadar lemak II 2= 4,69% + 2,09 % 2= 2,39%
Lampiran 5. Perhitungan Kadar Serat Kasar
NoSampe
l
Kertas minyak
awal
Kertas akhir
Crucible porcelain
Kertas saring
Setelah Oven
Setelah Tanur
--------------------------------------------------g--------------------------------------------1 1,0036 0,2309 0,2348 21,0383 1,0007 23,0383 22,00582 1,0068 0,2208 0,2298 21,6003 1,0010 23,0152 21,9828
Sampel sebenarnya I = (Sampel + KM 1) – KM 2= (1,0036 + 0,2309) – 0,2348= 0,9997
Sampel sebenarnya II = (Sampel + KM 1) – KM 2= (1,0068 + 0,2208) – 0,2298= 0,9978
Kadar PK I = (Berat setelah oven– Berat setelah tanur )– Kertas saring x 100% Sampel sebenarnya= (23,0383 – 22,0058) – 1,0007x 100% 0,9997= (1,0325) – 1,0007x 100% 0,9997= 3,18%
Kadar PK II = (Berat setelah oven– Berat setelah tanur )x Kertas saring x 100% Sampel sebenarnya= (23,0152 – 21,9828 ) – 1,0010x 100% 0,9978= (1,0324) – 1,0010x 100% S= 3,15%
Rata – Rata SK = Kadar SK + Kadar SKII 2= 3,18% + 3,15% 2= 3,16%
Konversi dalam 100% = 100 x Kadar PK
BK % BK= 100 x 3,16% 86,5= 3,65%
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)Kadar BETN = 100% – (PK + LK + SK + ABU)
= 100% – (44,60 + 2,39 + 3,65 + 7,26)= 42,1%