Briket Limbah Kulit Kacang

Embed Size (px)

Citation preview

Briket Limbah Kulit Kacang

Pembuatan briket kulit kacang itu dimulai dengan pembakaran. Setelah menjadi arang, kulit kacang yang masih berbentuk utuh lantas digiling. Proses selanjutnya, serbuk arang kulit kacang itu dicampur dengan adonan lem kanji, kemudian dipres untuk dicetak. Pencampuran antara adonan serbuk kulit kacang dengan lem kanji membutuhkan perbandingan 10:1, jadi setiap 10 kilogram serbuk kulit kacang membutuhkan satu kilogram lem kanji agar bisa dipres menjadi cetakan briket yang diinginkan. Setelah briket dicetak, lantas dijemur hingga kering.

Dari keseluruhan proses produksi briket limbah sampah organik itu, pembakaranlah yang memakan waktu cukup lama, kurang lebih sekitar dua hingga dua setengah jam. Saat dilakukan pembakaran itu, kita harus benar-benar memerhatikan keseluruhan prosesnya, tidak bisa ditinggal karena harus terus-menerus diawasi, jangan sampai apinya mati sebab nanti akan gagal. Akan tetapi api itu juga tidak boleh dibiarkan hidup (membesar) karena kulit kacang yang dibakar akan menjadi abu, kalau sudah jadi abu tidak bisa dibikin menjadi serbuk. Gampang-gampang susah, memang. Untuk itu dirinya harus selalu mengamati dengan teliti ketika proses pembakaran itu tengah berlangsung melalui asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.

Setiap satu tong drum ukuran sedang sanggup memuat 10 kilogram kulit kacang untuk dibakar. Itu, nantinya, akan menghasilkan briket sebanyak 5-6 kilogram. Jika bisa memanfaatkan waktu kerja secara efektif, per hari, bisa menghasilkan hingga dua kuintal briket siap pakai.

Liputan6.com, Bantul: Bagi sebagian orang, kulit kacang adalah sampah. Namun, tidak demikian halnya dengan Edi Gunarto. Di rumahnya di Desa Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta, Edi justru gembira jika ada tetangga yang memberinya limbah kulit kacang.

Berawal dari melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM), ia bersama sejumlah warga Bantul memutar otak mencari alternatif pengganti BBM yang kian tak terjangkau oleh mereka. Tanpa sengaja justru kulit kacang yang terlintas di benak Edi. "Karena pada waktu awal pembuatan, kulit kacang tidak begitu banyak peminatnya," kata Edi, Rabu (20/1).

Setelah bereksperimen berulang kali, akhirnya Edi menemukan cara yang tepat untuk mengolahnya. Awalnya kulit kacang dibakar dengan menggunakan tungku khusus dari drum bekas. Usai dibakar sekitar tiga jam, kulit kacang yang berubah warna jadi hitam pekat digiling sampai halus.

Kulit kacang yang sudah menjadi serbuk kemudian dicampur larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian diaduk hingga rata. Cairan ini lantas diangin-anginkan dalam alat pemutar untuk membuatnya sedikit kering. Berikutnya, campuran tadi dipadatkan dengan alat cetak.

Dijual dengan harga relatif murah, Rp 2.500 per kilogram, yaitu untuk sekitar 45 buah briket. Edi berharap briket buatannya dapat berguna bagi sesama warga di desanya. Selain harga yang murah, nilai kalori briket kacang tanah cukup tinggi. Dan yang terpenting briket kacang tanah ramah lingkungan karena saat dibakar tak mengeluarkan asap

Tumpukan kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) tampak menggunung di bagian samping rumah Edi Gunarto (35) di Dusun Plebengan, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul (DIY). Sekilas, tumpukan kulit kacang itu hanyalah limbah tak berguna. Dulu, tumpukan kulit kacang ini saya jual ke pengusaha tahu seharga Rp 30 ribu per satu mobil pick up. Satu mobil jumlahnya kirakira 6 kwintal, kata Gun, panggilan Edi Gunarto. Kacang tanah memang selalu tersedia berkarung-karung di rumah Gunarto. Pasalnya, sejak 7 tahun lalu, ia memang menjadi pengusaha biji kacang tanah (oase). Kacang tanah saya giling. Isinya saya jual, limbah kulit kacangnya pun dulu saya jual juga, tuturnya. Daerah Bambanglipuro, Bantul, memang dikenal sebagai penghasil kacang tanah, meski hanya panen setahun sekali. Kalau sedang tidak musim, biasanya saya memperoleh suplai kacang tanah dari daerah Wonosari, GunungKidul, Yogyakarta. Jadi, enggak pernah kehabisan suplai, lanjut pria berambut panjang ini melanjutkan. Satu kilo kacang tanah ia beli seharga Rp 6 ribu. Setelah digiling/dikupas, sekilo biji ia jual Rp 9 ribu. Dari sekilo kacang tanah, bisa menjadi 6 ons biji kacang tanah. Namun, sejak pertengahan 2007 lalu, Gunarto tak lagi menjual limbah kulit kacang tanah. Ia mampu menyulapnya menjadi bahan bakar alternatif briket. Briket kulit kacang tanah ini hampir sama dengan briket batubara dan menggunakan tungku batubara. Kisah berawal ketika ia mendapat pelatihan membuat briket dari sampah/limbah. Dari hasil pelatihan itu, Gun mendapat ilmu cara mengolah sampah organik menjadi briket. Sebetulnya, semua jenis sampah organik (nonkaca, nonlastik) bisa dibuat briket. Kalau pakai plastik, hasil pembakarannya kurang bagus karena mengandung zat kimia, lanjut Gun yang kemudian mencoba membuat briket di rumahnya. Sebelumnya saya pakai tatal (potongan kayu) hasil penggergajian sebagai bahan bakar alternatif di rumah. Saya juga pernah mencoba bikin briket dari sampah daun-daunan, lanjutnya. LEM KANJI Ide menggunakan limbah kulit kacang tanah sebagai bahan utama briket muncul setelah ia melihat tumpukan

limbah kulit kacang tanah di rumahnya menggunung. Dalam sehari, Gun mampu menggiling (mengupas) sekitar 1,5 ton kacang tanah. Dari jumlah itu, dihasilkan limbah kulit kacang yang lumayan banyak. Kalau sedang banyak, tinggi limbah kulit kacang bisa sampai mendekati atap gudang, kata Gun. Ia menjual isi (ose) kacang tanah ke Pasar Beringhardjo, Yogyakarta, sementara kulitnya ia manfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan briket. Dari sekitar 3 kilo limbah kulit kacang tanah, bisa dihasilkan sekitar sekilo briket. Setelah kacang tanah mentah digiling, proses awal pembuatan briket kulit kacang tanah pun dimulai.Kulit kacang dipisahkan dari bijinya. Kemudian, limbah kulit kacang itu dibakar dalam sebuah alat khusus sejenis oven yang terbuat dari drum bekas yang disebut kiln metal. Panasnya sekitar 40 derajat. Lama pembakaran sekitar 4 jam kalau drum berisi penuh, kata ayah satu anak ini melanjutkan. Proses pembakaran ini merupakan proses tersulit. Kalau panasnya tidak pas atau udara masuk ke dalam drum, kulit kacang tanah bisa terbakar jadi abu. Berarti gagal, kata Gun. Jadi, lanjutnya, pembakaran hanya dilakukan sampai kulit kacang tanah berbentuk arang, tidak sampai menjadi abu. Pokoknya masih utuh bentuk kulit kacangnya. Setelah menjadi arang, kulit kacang itu kemudian digiling dengan alat sederhana bertenaga dinamo. Tadinya masih manual, pakai tangan saya onthel. Setelah itu saya pakai dinamo. Rencananya, mau pakai diesel supaya kapasitasnya bisa lebih besar, kata Gun, suami dari Purwanti (30).

YOGYAKARTA, JCDnews - Bagi sebagian orang mungkin limbah kulit kacang tidak bernilai apa-apa. Tapi lain halnya bagi warga di Desa Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta. Warga memanfaatkan kulit kacang tersebut sebagai bahan bakar alternatif, pengganti minyak tanah maupun gas. Hal ini dilakukan karena adanya harga bahan bakar minyak (BBM) yang sedikit demi sedikit naik. Selain itu juga ternyata, briket kulit kacang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar kayu maupun serbuk gergaji yang selama ini masih dilakukan oleh sebagian orang.

Pembuatan briket kulit kacang dimulai dari proses pembakaran, dengan menggunakan tungku khusus dari drum bekas. Dalam proses pembakaran itu, kita harus benar-benar memperhatikan keseluruhan prosesnya, dan tidak bisa ditinggal karena harus terus-menerus diawasi, agar jangan sampai apinya mati. Sebab, nanti berakhir dengan kegagalan.

Selain itu dalam proses pembakaran kita juga harus memperhatikan api. Api tidak boleh dibiarkan hidup membesar. Karena kalau apinya besar, kulit kacang yang dibakar akan menjadi abu dan kalau sudah menjadi abu, maka tidakbisa lagi dibuat menjadi serbuk. Untuk itu, kita harus selalu mengamati dengan teliti ketika proses pembakaran itu tengah berlangsung, dengan cara melalui asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut. Dari keseluruhan tahapan proses produksi briket limbah sampah organik itu, pembakaranlah yang memakan waktu cukup lama.

Setelah melalui proses pembakaran selama kurang lebih sekitar 3 hingga 4 setengah jam dengan suhu sekitar 40 derajat, limbah kulit kacang tersebut akan berubah menjadi arang. Arang Kulit kacang yang masih berbentuk utuh lantas digiling. Kulit kacang yang sudah menjadi serbuk kemudian dicampur larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian diaduk hingga rata. Cairan ini lantas diangin-anginkan dalam alat pemutar agar sedikit kering. Berikutnya, campuran tadi dipadatkan dengan alat cetak.

Pencampuran antara adonan serbuk kulit kacang dengan lem kanji membutuhkan perbandingan 10:1, jadi setiap 10 kilogram serbuk kulit kacang membutuhkan satu kilogram lem kanji agar bisa dipres menjadi cetakan briket yang diinginkan. Setelah briket dicetak, lantas dijemur hingga kering. Setiap satu tong drum ukuran sedang, dapat memuat 10 kilogram kulit kacang untuk dibakar. Dan akan menghasilkan briket sebanyak 5-6 kilogram. Jika dapat memanfaatkan waktu kerja secara efektif per hari, maka dapat menghasilkan hingga dua kwuintal briket siap pakai.

Harga briket ini relatif cukup murah yaitu Rp 2.500 per kilogram, untuk sekitar 45 buah briket. Selain harga yang murah, ternyata nilai kalori briket kacang tanah cukup tinggi. Dan

yang paling penting, briket kacang tanah ini ramah lingkungan karena saat dibakar tidak mengeluarkan asap sedikitpun. Bahkan briket ini sudah dipasarkan ke berbagai kota, seperti Surabaya dan Jakarta. Sebagian besar pelanggannya, adalah kalangan industri rumah tangga. Jakartacitydirectory.com (Ana R)