25

Bst Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anestesi

Citation preview

Slide 1

BED SIDE TEACHINGLokakarya Analisa Gas DarahOleh : Ajeng Dwinta LestariNim : 702010014Pembimbing : dr. Susi Handayani, Sp.An, M.Sc

Pada lokakarya ini, petugas medis diharapkan :Mengetahui batas nilai normal gas darah arteriMampu menerapkan 5 langkah interpretasi gas darah arteriMengetahui penyebab kelainan asam-basa dan penanganannya

5 Langkah Pendekatan Untuk Menginterpretasikan Analisa Gas Darah ArteriBagaimana keadaan pasienMenilai oksigenasi atau suplai oksigen tubuhMenilai konsentrasi pH atau ion H+Menentukan komponen respiratorikMenentukan komponen metabolik1. Bagaimana keadaan pasien ?Mengetahui keadaan pasien atau riwayat perjalanan penyakit akan menjadi petunjuk penting terhadap interpretasi dari hasil gas darah.Memprediksikan efek dari keadaan patologis pasien terhadap gas darah darah2. Menilai oksigenasi atau suplai oksigen tubuhApakah pasien mengalami hipoksemia ?Indikator yang digunakan adalah PaO2, yaitu tekanan parsial atau konsentrasi dalam darah arteriKadar PaO2 normal > 10 kPa (75mmHg) di udara dan < 10 kPa terinspirasi konsentrasinya

3. Menilai konsentrasi pH atau ion H+Pasien dinyatakan asidosis jika pH < 7,35 (H+ > 45 nmol I-1)Pasien dinyatakan alkalosis jika pH > 7,45 ( < 35 nmol I-1)

4. Menentukan komponen respiratorikIndikator untuk menentukan komponen respiratorik adalah PaCO2, yaitu tekanan parsial atau konsentrasi CO2 dalam darah arteriPasien dinyatakan mengalami asidosis respiratorik jika konsentrasi PaCO2 > 6.kPa (45 mmHg)Pasien dinyatakan mengalami alkalosis respiratorik jika konsentrasi PaCO2 > 4.7 kPa (35 mmHg)5. Menentukan komponen metabolikIndikator untuk menentukan komponen metabolik adalah HCO3-, yaitu bikarbonatPasien dinyatakan mengalami asidosis metabolik jika konsentrasi HCO3- < 22 mmol I-1Pasien dinyatakan mengalami alkalosis metabolik jika konsentrasi HCO3- > 26 mmol I-1Sebagian dokter menggunakan base excess (BE) dibanding bikarbonat. Indikator bikarbonat atau BE sebenarnya sama saja dalam interpretasinya. Normal BE adalah +/- 2 mmol I-1Jenis gangguan pHpCO HCO3- BEAsidosis resp.Tak terkompensasi NNKompens.parsialAlkalosis resp.Tak terkompensasi NNKompens. parsialAsidosis metabol.Tak terkompensasiNKompens.parsialAlkalosis metabolTak terkompens.NKompens. parsial

Kasus 1Seorang pasien, perempuan berusia 21 tahun, terlempar saat menunggangi kuda. Pasien semakin mengantuk selama perjalanan menuju rumah sakit. Paramedis memasang OroPharingeal Airway dan diberikan oksigen dengan aliran yang deras melalui face-mask. Pengambilan gas darah telah dilakukan, dengan data sebagai berikut :Oksigen terinspirasi : 40% (FiO2 0,4)PaO2 : 18,8 an kPanilai normal : > 10 kPa (75 mmHg) di udarapH: 7,19nilai normal : 7,35-7,45PaCO2 : 10,2 kPanilai normal : 4,7-60 kPaBikarbonat : 23,6 mmol I-1 nilai normal : 22-26 mmol I-1BE : -2,4 mmol I-1nilai normal : +/- 2 mmol I-1Penyelesaian Kasus 1Langkah 1, adanya penurunan kesadaran dan obstruksi jalan nafas akan mengganggu oksigenasi dan ventilasi, mengakibatkan naiknya PaCO2, atau timbul asidosis respiratorik. Langkah 2, nilai konsentrasi PaO2 seharusnya < 10 kPa yang terinspirasi. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan oksigenasiLangkah 3, pasien dinyatakan asidemia dengan pH < 7,35Langkah 4, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa respiratorik. Melihat pH < 7,35 & PaCO2 > 6,0 kPa mengindikasikan pasien mengalami asidosis respiratorikLangkah 5, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa metabolik. Melihat pH < 7,35 & Bikarbonat dalambatas normal, sehingga pasien bukan dalam asidosis metabolikKesimpulan pasien mengalami asidosis respiratorik akut dengan oksigenasi terganggu. Penanganan meliputi perbaikan jalan nafas dan ventilasi untuk mengurangi kadar PaCO2. Pasien kemungkinan mengalami cedera kepala.Kasus 2Seorang pasien, laki-laki berusia 60 tahun, dibawa ke bagian gawat darurat karena mengalami henti jantung. Paramedis datang 7 menit kemudian, dimana CPR belum dilakukan. Berdasarkan ritme jantung, pasien dinyatakan mengalami fibrilasi ventrikel. Paramedis berhasil mengembalikan sirkulasi jantung setelah kejut jantung ketiga. Pemeriksaan : pasien diintubasi, dengan oksigen 50%, nadi 120 x/mnt, TD 150/95 mmHg, GCS 3 (koma).Oksigen terinspirasi : 50% (FiO2 0,5)PaO2 : 7,5 an kPa (56 mmHg)nilai normal : > 10 kPa (75 mmHg) di udarapH: 7,10nilai normal : 7,35-7,45PaCO2 : 6,2 kPa (47 mmHg)nilai normal : 4,7-60 kPa (35-45 mmHg)HCO3- : 14 mmol I-1 nilai normal : 22-26 mmol I-1BE : -10 mmol I-1nilai normal : +/- 2 mmol I-1Penyelesaian Kasus 2Langkah 1, dari RPP kita memprediksikan terdapat gangguan oksigenasi akibat aspirasi atau edema pulmoner. Selama henti jantung, respirasi anaerobik mengakibatkan penimbunan asam laktat yang menyebabkan asidemia dan turunnya kadar bikarbonat yang dikonsumsi tubuh. Apneu meningkatkan CO2 sehingga timbul asidosis respiratorik. Tapi keadaan tersebut telah diatasi dengan intubasi dan ventilasi.Langkah 2, pasien mengalamia hipoksia, PaO2 < 10 kPa yang terinspirasi. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan oksigenasiLangkah 3, pasien dinyatakan asidemia dengan pH < 7,35Langkah 4, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa respiratorik. Melihat pH < 7,35 & PaCO2 > 6,0 kPa (45 mmmHg) mengindikasikan pasien mengalami asidosis respiratorik yang minimalLangkah 5, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa metabolik. Melihat pH < 7,35 & Bikarbonat menurun, sehingga pasien dalam asidosis metabolikKesimpulan kasus ini merupakan kasus tipikal pada analisa gas darah dengan henti jantung. Terdapat campuran antara metabolik dan respiratorik asidosis, dengan komponen yang lebih predominan yaitu metabolik. LanjutanPenanganan pada kasus 2 adalah meningkatkan FiO2 yang akan meningkatkan PaO2.Memperpanjang ventilasi untuk mengurangi PaCO2, hal tersebut akan menaikkan pHMemperbaiki curah jantung, akan memperbaiki suplai oksigen ke jaringan sehingga mengembalikan metabolisme aerobik serta meningkatkan pHKasus 3Seorang pasien, laki-laki berusia 65 tahun, dengan PPOK ditemukan dalam keadaan tidak sadar di bagian pulmonology. Pemeriksaan awal yang dilakukan oleh perawat ditemukan pasien mengalami apneu tetapi denyut arteri karotis masih teraba. Perawat tersebut melakukan ventilasi dengan ambu bag dan oksigen kemudian memanggil petugas gawat darurat.Telah dilakukan pemasangan oropharingeal airway dgn bag-mask disertai oksigen 15 l/menit. Arteri karotis teraba, nadi 90x/mnt, SpO2 99%, GCS 3Oksigen terinspirasi : 85% (FiO2 0,85)PaO2 : 19,5 kPa (147 mmHg)nilai normal : > 10 kPa (75 mmHg) di udarapH: 7,10nilai normal : 7,35-7,45PaCO2 : 18,0 kPa (135 mmHg)nilai normal : 4,7-60 kPa (35-45 mmHg)HCO3- : 36 mmol I-1 nilai normal : 22-26 mmol I-1BE : -12 mmol I-1nilai normal : +/- 2 mmol I-1Penyelesaian Kasus 3Langkah 1, dari RPP kita memprediksikan PPOK menyebabkan gangguan oksigenasi dan meningkatkan PaCO2. Apneu akan meningkatkan PaCO2 menyebabkan asidosis respiratorik dan penurunan pH. Akan terdapat peningkatan bikarbonat akibat adanya PPOK.Langkah 2, pasien tidak mengalami hipoksia, tetapi terdapat gangguan oksigenasi yang signifikan terlihat pada oksigen yang terinspirasi dan PaO2.Langkah 3, pasien dinyatakan asidemia dengan pH < 7,35Langkah 4, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa respiratorik. Melihat pH < 7,35 & PaCO2 > 6,0 kPa (45 mmmHg) mengindikasikan pasien mengalami asidosis respiratorikLangkah 5, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa metabolik. Melihat pH < 7,35 & Bikarbonat meningkat, menandakan adanya alkalosis metabolik sebagai kompensasi tersebut, hal ini berdasarkan peningkatan PaCO2 yang konsisten denganPPOK.Kesimpulan asidemia yang signifikan mengindikasikan adanya asidosis respiratorik akut yang disebabkan oleh henti nafas. Jika memungkinkan dapat dilakukan penanganan ventilasi non invasif atau intubasi trakealKasus 4Seorang pasien, perempuan berusia 75 tahun, dengan henti jantung akibat fibrilasi ventrikel dibawa ke ruang gawat darurat oleh paramedis. Sebelumnya pasien menderita nyeri dada selama 30 menit. Setelah dilakukan 2 kali kejut jantung, sirkulasi darah kembali normal tetapi pasien tetap dalam keadaan apneu dan tidak dapat merespon rangsangan. Paramedis melakukan intubasi trakea dan diberikan ventilator otomatis.Telah dilakukan pemasangan tracheal tube, volume tidal 900 ml, RR 18x/mnt. Oksigen 100%,, nadi 100x/mnt, TD 90/54, GCS 3 (koma)Oksigen terinspirasi : 100% (FiO2 1,0)PaO2 : 25,4 kPa (192 mmHg)nilai normal : > 10 kPa (75 mmHg) di udarapH: 7,62nilai normal : 7,35-7,45PaCO2 : 2,65 kPa (20 mmHg)nilai normal : 4,7-60 kPa (35-45 mmHg)HCO3- : 20 mmol I-1 nilai normal : 22-26 mmol I-1BE : -4 mmol I-1nilai normal : +/- 2 mmol I-1Penyelesaian Kasus 4Langkah 1, dari RPP kita memprediksikan adanya gangguan oksigenasi dan penurunan PaCO2 yang disebabkan volume tinggi mengakibatkan alkalosis respiratorik dan peningkatan pH. Bisa terjadi gangguan asam-basa metabolik yang disebabkan oleh henti jantung yang dapat mengakibatkan penurunan bikarbonat.Langkah 2, pasien telah mendapat oksigen yang cukup tetapi tampak adanya gangguan oksigenasi yang berkaitan dengan aspirasi atau edema pulmo.Langkah 3, pasien dinyatakan alkalemia dengan pH > 7,45Langkah 4, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa respiratorik. PaCO2 < 4,7 kPa (35 mmmHg) mengindikasikan pasien mengalami alkalosis respiratorikLangkah 5, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa metabolik. Melihat Bikarbonat yang menurun, menandakan adanya asidosis metabolik sekunder saat terjadi nyeri dada yang menyebabkan gangguan curah jantung dan henti jantung.Kesimpulan alkalosis respiratorik, asidosis metabolik ringan dan gangguan oksigenasi. Penanganannya menurunkan FiO2, mengejar nilai PaO2 12-15 kPa. Menurunkan volume oksigen, menetapkan volume tidak 500 ml dan RR 10-12x/mnt. Penanganan selanjutnya berdasarkan data AGD berikutnyaKasus 5Seorang pasien, laki-laki berusia 18 tahun, dengan DM tipe 1 mengalami muntah selama 48 jam dan makanan tidak masuk. Pasien belum diberikan insulin.Telah dilakukan pemeriksaan RR 35x/mnt. Diberikan Oksigen 4 l/mnt melalui Hudson mask, SpO2 98% nadi 130x/mnt, TD 90/65, GCS 12 (E3M5V4)Oksigen terinspirasi : 30% (FiO2 0,3)PaO2 : 17,0 kPa (129 mmHg)nilai normal : > 10 kPa (75 mmHg) di udarapH: 6,89nilai normal : 7,35-7,45PaCO2 : 2,48 kPa (19 mmHg)nilai normal : 4,7-60 kPa (35-45 mmHg)HCO3- : 4,7 mmol I-1 nilai normal : 22-26 mmol I-1BE : -29,2 mmol I-1nilai normal : +/- 2 mmol I-1Penyelesaian Kasus 5Langkah 1, dari RPP kita memprediksikan adanya ketoasidosis atau asidosis metabolik dengan pH dan kadar bikarbonat yang rendah yang dipakai sebagai penyeimbang produksi asam tetapi ginjal tidak sepenuhnya mengganti kehilangan bikarbonat. Hiperventilasi terjadi sebagai usaha untuk mengurangi karbondioksida yang dapat menyebabkan kompensasi alkalosis respiratorik.Langkah 2, pasien telah mendapat oksigen yang cukup tetapi tampak adanya gangguan oksigenasi yang minimal.Langkah 3, pasien dinyatakan asideemia dengan pH < 7,35Langkah 4, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa respiratorik. PaCO2 < 4,7 kPa (35 mmmHg) mengindikasikan pasien mengalami alkalosis respiratorikLangkah 5, menentukan apakah pasien termasuk gangguan asam-basa metabolik. Melihat Bikarbonat yang menurun drastis, menandakan adanya asidosis metabolik berat.Lanjutan Kesimpulan hasil AGD tersebut berhubungan dengan ketoasidosi diabetik berat. Didapatkan adanya keton pada urin pasien dan kadar glukosa yang tinggi. Pasien mengalami asidosis metabolik primer dengan kompensasi partial yang disebabkan oleh alkalosis respiratorikPenanganan pada kasus 5 adalah melakukan resusitasi cairan dengan larutan isotonis. Pemberian insulin dengan pengukuran kadar glukosa darah secara berkalaPemberian bikarbonat masih menjadi perdebatan dikalangan dokter, tetapi banyak pula dokter yang memberikan bikarbonat pada kasus asidosis berat

TERIMA KASIH Waalaikumus salam wa rahmatullahi wabarakatuh