Upload
katie-coughlan
View
256
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Islam agama rama perempuan
Citation preview
Susunan
Redaksi
Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Sholawat serta salam kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga, sahabat dan ummatnya.
Syukur alhamdulillah akhirnya buletin ini bisa kami
hadirkan di tengah-tengah pembaca. Kami
menamakan buletin ini 'Adalah yang berarti
keadilan. Dengan nama ini, kami berharap buletin
ini bisa menjadi penyemangat bagi kita untuk
berbuat adil terhadap umat manusia, khususnya
perempuan yang selama ini banyak mengalami
ketidakadilan.
Penerbitan buletin ini didasari atas pemahaman
bahwa inti ajaran Islam adalah kemaslahatan bagi
umat manusia yang dalam praktiknya lebih dikenal
dengan keadilan sosial. Nilai-nilai ajaran Islam
seperti perdamaian, pembebasan, saling
menghargai termasuk persamaan derajat antara laki-
laki dan perempuan banyak tertuang dalam ayat al-
Qur'an. Hal itu menandakan bahwa tidak ada
perbedaan kualitas individu laki-laki dan
perempuan di mata Allah. Amal dan prestasi
keduanya sama-sama diakui. Keduanya sama-sama
berpotensi untuk memperoleh kehidupan duniawi
yang lebih layak. Keduanya juga mempunyai
potensi yang sama untuk masuk surga.
'Adalah hadir sebagai media untuk merespon
persoalan hak perempuan yang penyajiannya
sederhana dan singkat dalam bentuk kajian,
kesaksian, dan perbicangan dengan menggunakan
pendekatan Islam.
Penerbitan buletin ini merupakan salah satu
rangkaian kegiatan dalam program pengenalan hak-
hak perempuan dan demokasi di lingkungan
pesantren dan majelis ta'lim. Buletin ini akan
diterbitkan dua kali dalam satu bulan dan
disebarluaskan ke 4 (empat) wilayah: Gunung
Kidul, Kulonprogo, Magelang, dan Solo.
Semoga apa yang tertuang dalam buletin ini
menghadirkan kemaslahatan bagi kita semua.
Selamat membaca
Menengok wajah perempuan di masa
jahiliyah seperti mendapati luka yang
begitu dalam. Perempuan menjadi
bagian masyarakat yang sering
dikorbankan oleh kekerasan budaya.
Tidak ada penghargaan terhadap
perempuan pada masa itu. Di kondisi
seperti itulah Islam datang sebagai
juru penyelamat.
Islam datang mengemban tugas
untuk memperbaiki akhlak manusia.
Salah satu su'ul akhlak sebelum Islam
datang adalah perlakuan yang tidak
adil terhadap perempuan. Kondisi
bangsa Arab khususnya Makkah
sebagai pusat perdagangan dan
tempat ibadah ketika itu sama sekali
tidak mencerminkan kota yang
penuh pengabdian diri kepada
Tuhan. Masyarakatnya bersikap
sombong, selalu membanggakan
kekuasaan dan kekayaan, sementara
perlakuan mereka terhadap sesama
orang miskin, anak yatim, dan
terutama kaum perempuan sangat
tidak manusiawi.
Al-Qur'an memotret fakta sejarah
yang timpang ini dalam ayat-ayat
yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. Di zaman itu,
kelahiran seorang anak perempuan
di muka bumi disambut dengan raut
muka yang muram, mata yang penuh
kebencian, dan cibiran masyarakat.
Hal ini berbeda ketika kaum Quraisy
menyambut kelahiran anak lelaki
dengan perasaan bahagia dan
kemenangan.
Sikap penolakan terhadap bayi
perempuan tidak berhenti sampai di
sini saja. Bayi perempuan yang baru
saja lahir atau pun yang sudah
terlanjur menghirup udara hingga
menjadi kanak-kanak harus dikubur
h i d u p - h i d u p . S u n g g u h
memilukan. Semua ini
d i l a k u k a n t a n p a
m e n g h i r a u k a n
perasaan ibu yang
mengandung dan
melahirkannya.
Al-Qur 'an
menuturka
n d a l a m
Surat Yunus,
A y a t 5 8 - 5 9 :
Dan apabila
seseorang dari
mereka diberi
kabar dengan (ke lahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah)
mukanya, dan dia sangat marah. Ia
Penanggungjawab
Ketua Yayasan LKiS
Ketua Sidang Redaksi
Zusiana Elly Triantini
Sidang Redaksi
Mar'atul Uliyah
Hanifah el Adiba
Andi Andrianto
Wafiyatul Muflihah (Magelang)
Maria Ulfa (Solo)
Ibah Muti'ah (Kulon Progo)
Asih Nuryanti (Gunung Kidul)
Setting/Layout
Imam S. A
Administrasi
Pusvyta
Nungki
Reni
Yanti
Alamat Redaksi
Jl. Pura 1/1 Sororwajan Baru,
Banguntapan Bantul
Yogyakarta 55198
Telp/Fax: (0274) 489901.
Email: [email protected]
Website: www.lkis.or.id
Ya y a s a n
Islam Transformatif
dan Toleran
menyembunyikan dirinya dari orang
banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia
a k a n m e m e l i h a r a n y a d n g a n
menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah
(hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
A y a t d i a t a s m e n u n j u k k a n
bagaimana kecintaan Allah pada
perempuan dengan melarang kaum
Quraisy membunuh anak-anak
p e r e m p u a n m e r e k a . B a h k a n
kemudian, di ayat yang lain, Allah
menetapkan hak war i s bag i
perempuan.
Pada masa itu, seorang istri tidak
mendapat bagian harta warisan
ketika sang suami meninggal dunia.
Justru ia yang menjadi harta warisan.
Jadi, sebagai sebuah harta yang
diwariskan, ia tidak mendapat
w a r i s a n m e l a i n k a n h a r u s
men yerahkan dirinya untuk
diwariskan.
Memiliki istri lebih
dari satu dan juga
masih memiliki
budak yang bisa
d i p e r l a k u k a n
layaknya istri sudah
lumrah di kalangan
k a u m Q u r a i s y .
Dalam hal waris,
istri muda dari
seorang ayah
adalah harta warisan yang diberikan
untuk anak laki-laki dari istri tua
sang ayah. Sebagaimana QS. An Nisa'
Ayat 22-23 mengabarkan: Dan
janganlah kamu kawini wanita-wanita
yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu amat keji
dan dibenci Allah dan seburuk-buruk
jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas
kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan; saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-
saudara bapakmu yang perempuan;
s a u d a r a - s a u d a r a i b u m u y a n g
perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-
anak perempuan dar i saudara-
saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu
yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu
(mertua); anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan istrimu itu (dan sudah
kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau; sesungguhnya Allah
M a h a P e n g a m p u n l a g i M a h a
Penyayang. Ayat Qur 'an ini
merupakan kecaman sekaligus
larangan terhadap perlakuan keji
tersebut.
P e m b e l a a n A l l a h t e r h a d a p
perempuan juga tertuang dalam QS.
Al Hujurat ayat 13: ....Bahwa semulia-
mulia kamu di sisi Allah ialah yang
paling taqwa". Tiada satu pun yang
bisa membedakan laki-laki dari
perempuan kecuali kadar taqwanya.
Firman Allah di atas mengandung
pengertian bahwa Allah tidak
hendak memposisikan manusia satu
di bawah manusia yang lain.
Selain itu, sikap Rahman dan Rahim
Allah juga ditunjukkan ketika
Khaulah melaporkan kepada
Rasulullah bahwa ia baru saja di zihar
(menganggap istri sebagai ibunya)
oleh suaminya. Hati Khaulah sangat
terpukul. Ia menceritakan kepada
Rasul Ya Rasul, ketika aku masih
muda, ia datang melamarku dan aku
pun mendampinginya dengan setia
sepanjang perjalanan hidup kami
yang cukup penuh derita. Dan kini
ketika aku sudah tua, tega-teganya
dia menyamakan aku dengan
ibunya. Sungguh Rasul, aku tidak
terima dengan perkataan itu.
Mendengar perbincangan tersebut,
Allah menurunkan wahyunya
kepada Nabi Muhammad untuk
penghormatan atas sikap perempuan
tersebut yang tertuang dalam QS.
Mujadalah, ayat 2: Orang-orang yang
menzihar istrinya di antara kamu,
(menganggap istrinya sebagai ibunya,
padahal) tiadalah istri mereka itu ibu
mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain
hanyalah wanita yang melahirkan
mereka. Dan sesungguhnya mereka
sungguh-sungguh mengucapkan suatu
perkataan yang mungkar dan dusta. Dan
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun.
Karena berbagai alasan di ataslah
saya hendak menyampaikan bahwa
sesungguhnya Islam datang dengan
semangat keadilan bagi laki-laki dan
perempuan. Semangat keadilan
yang akan menumbuhkan rasa
kebersamaan, saling menyayangi,
dan menghormati antarsesama
manusia. Pondasi dalam masyarakat
maupun keluarga akan selalu kokoh
jika hubungan di dalamnya di
d a s a r k a n p a d a r a s a s a l i n g
menyayangi dan menghormati.
Namaku Ratih. Aku adalah ibu
dengan dua anak. Dalam perjalanan
hidup, aku sering menerima
b e n t a k a n , p e m a k s a a n , d a n
kekerasan baik secara fisik maupun
psikis dari suami yang kucintai.
Padahal suamiku itu muslim. Ini
membuat aku sering berpikir, apa
memang Islam tidak mengayomi
perempuan.
Sejak dulu aku selalu menderita.
Tidak pernah merasa bahagia. Suami
menganggap apa yang kulakukan
selalu salah. Dia tidak berhenti
meneriaki dan mengataiku. Bahkan
d i a t e g a m e m u k u l k a l a u
dianggapnya aku t idak mau
menurutinya.
Kalau sudah begini, aku cuma
menangis dan bertanya-tanya,
mengapa aku terus yang dibilang
tidak menuruti kemauannya?
Padahal, sedikitpun dia tidak pernah
mau mendengar apa yang menjadi
keinginanku.
Selama 18 tahun menikah yang
kurasakan hanya sakit dan kecewa.
Disakiti dan selalu disakiti. Aku
menjadi tulang punggung keluarga.
Dari pagi sampai sore takrewangi
banting tulang. Kalau tidak, tungku di
dapur gak berasap. Tapi kalau aku
pulang ke rumah tidak pernah merasa
senang. Suami cuma bisa memerintah
dan minta dilayani terus. Kalau aku
bilang capek, dia marah-marah,
mengatai dan, menuduh macam-
macam. Apa ajalah yang penting bisa
menumpahkan kekesalannya.
Pingin sih sebenarnya melawan, atau
sekedar membela diri, tapi opo toh
(apa sih) yang bisa kulakukan? Wong
badan dia lebih besar, Lagian dia juga
merasa berhak untuk melakukannya.
Aku ini ibarat barang dagangan,
sudah di tuku (beli) waktu nikah dulu.
Apalagi seingatku dulu ustadz-
ustadz ngaji selalu bilang istri akan
kualat kalau melawan suaminya dan
istri harus melayani suaminya, kapan
pun dan di manapun.
Bagiku Islam seharusnya tidak
mengajarkan hal yang demikian, ya
seharusnya mengajarkan kasih
sayang antarsesama. Tetapi kenapa
orang-orang pada bilang begitu. Aku
sendiri berpikir, Islam pasti tidak
mengajarkan begitu, tapi orang-orang
itu saja yang tidak paham, atau cari-
cari alasan untuk melampiaskan
kemarahannya saja.
Seperti suamiku. Dia cuma bekerja
serabutan. Dia malu,,dan kadang
juga gengsi karena penghasilannya di
bawahku. Untuk menutupinya, dia
selalu mempersoalkan pekerjaanku,
kalau pulang telat dikit, bukannya
ditanya ada apa, tapi ditanya pergi
dengan siapa?
Laki-laki memang egois.
Walaupun suamiku tidak rajin ke
pengajian, tapi dia selalu bilang istri
tuh harus nurut sama suami, tinggal
di rumah aja, mengerjakan apa yang
d i p e r i n t a h s u a m i , b u k a n n y a
keluyuran di luar. Padahal dia tahu
saya bekerja.
Terkadang apa yang dilakukan
suamiku itu di bela sama keluarganya
meski salah. suamimu itu suka-suka
mukul kamu karena kamu selalu
keluar rumah. Jadi kalu nggak pingin
dipukul ya nurut aja, di rumah aja,
kata keluarganya. Kalau mereka
sudah seperti itu aku selalu membela
diri terus anak-anak makan apa?
Dan akhirnya mereka diam.
Dulu orang tuaku juga begitu, tapi
setelah mereka tahu sendiri ,
bagaimana suami memperlakukan
aku dan anak-anak, bahkan pernah
melihat anakku yang pertama di
dupak bapaknya. Setelah itu baru
orang tuaku tidak lagi marah atau
menyalahkanku.
Setelah bercerai kehidupanku dan
anak-anak menjadi tenang dan
tentram, tidak ada yang marah-
marah atau kasar lagi pada kami.
Yang terpenting buatku anak-anak
merasa aman dan tidak ketakutan
dan bagaimana aku memberikan
perhatian dan kecukupan materi, biar
bisa sekolah dengan baik. Semoga
kehidupan kami ke depan menjadi
semakin baik. Amin
(*Mbak Ratih (bukan nama asli)
berasal dari satu desa di Kecamatan
Pleret Yogyakarta. Sekarang tinggal
bersama orang tuanya dan kedua
anaknya. Mba' Ratih bekerja sebagai
pegawai di lembaga koperasi rumah
sakit swasta di Yogyakarta. Dia juga
aktif di organisasi-organisasi di desa
dan kecamatan.)
Untuk Mbak Ratih dan keluarga di
h a t u r k a n t e r i m a k a s i h , a t a s
berkenannya memberikan testimony
ini sebagai tarbiyah (pendidikan) bagi
kita semua atau untuk sekadar
mengatakan cintailah setiap orang
yang ada sekeliling anda, dan seluruh
umat manusia.
(Hanifah el Adiba.)
Page 1Page 2Page 3Page 4