4
ditanya dan dimarahi karena masuk Islam. Jibril kemudian datang menghadap beliau dan bersabda: “Wahai Muhammad saya disuruh menghadap untuk mambantumu. Apa yang anda inginkan untuk menghancurkan penduduk Tho'if saya akan melakukan.” Baginda Nabi kemudian bersabda: “Ya Tuhanku berilah kaumku hidayah karena mereka belum mengetahui (bahwa saya adalah utusanmu”. Sabda Jibril : “Maha benar Allah yang menamakan anda penyantun lagi penyayang.” Memang tidak dapat dipungkiri Rasulullah SAW. adalah sauritauladan yang umat Islam termasuk dalam hal mendidik masyarakat yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Kebijaksanaan, kesabaran dan rasa kasih sayang yang Rasul miliki setidaknya patut dicontoh siapapun yang hendak mengajarkan kebaikan. Keadilan Untuk Semua Mendidik Dengan Santun Ketika Kekerasan Menimpa Diriku Rasulullah SAW: Mendidik dengan Santun dan Bijak Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi 7 Edisi: 26/II/Februari/2009 Assalamualaikum Wr. Wb Untuk buletin adalah yang saya hormati, saya perempuan pekerja yang sehari-hari menghabiskan waktu sebagai karyawan sebuah pabrik. Jam kerja saya sangat padat, dan terkadang saya lembur sampai malam. Alternatif untuk menghilangkan rasa capek saya salah satunya dengan pijat ketika hari libur. Yang ingin saya tanyakan apakah ketika saya dipijat di bagian perut itu akan berbahaya untuk rahim saya? Karena yang saya dengar dari kawan-kawan “rahime melorot nek dipijet wetenge” . Kalau memang berbahaya apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasi rahim yang sudah melorot tadi. Matur nuwun saya sampaikan Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Hanik TANYA JAWAB Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Hallo mbak hanik, apa kabar? Terima kasih atas pertanyaan yang dikirimkan ke redaksi. Saat usia kehamilan semakin tua, sering terjadi keluhan pegal. Ini adalah hal yang wajar. Hanik dapat memijat sendiri bagian perut dengan tekanan yang tidak terlalu keras. Namun, pemijatan bisa menjadi hal yang berbahaya saat dilakukan pada kehamilan muda. Pemijatan pada bulan-bulan awal kehamilan sangat tidak dianjurkan karena membahayakan janin dalam kandungan. Rahim yang melorot atau turun bila perut dipijat adalah mitos. Rahim berada pada rongga panggul dan terlindung. Organ yang dapat turun adalah usus yang masuk ke kantung testis yang dinamakan hernia, hal ini dialami oleh laki-lakI. Demikian saja yang dapat kami sampaikan untuk menjawab pertanyaan mbak ini. Semoga jawaban ini dapat meringankan kebingungan yang mbak alami sekarang. Terima kasih. Disarikan dari berbagai buku kisah teladan Rasullullah SAW oleh Retno Purwanti Kesehatan Reproduksi T a n y a J a w a b

Buletin 'Adalah edisi 26

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mendidik dengan Santun

Citation preview

Page 1: Buletin 'Adalah edisi 26

ditanya dan dimarahi karena masuk Islam.Jibril kemudian datang menghadap beliau dan bersabda: “Wahai Muhammad saya

disuruh menghadap untuk mambantumu. Apa yang anda inginkan untuk menghancurkan penduduk Tho'if saya akan melakukan.” Baginda Nabi kemudian bersabda: “Ya Tuhanku berilah kaumku hidayah karena mereka belum mengetahui (bahwa saya adalah utusanmu”.

Sabda Jibril : “Maha benar Allah yang menamakan anda penyantun lagi penyayang.”Memang tidak dapat dipungkiri Rasulullah SAW. adalah sauritauladan yang umat

Islam termasuk dalam hal mendidik masyarakat yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Kebijaksanaan, kesabaran dan rasa kasih sayang yang Rasul miliki setidaknya patut dicontoh siapapun yang hendak mengajarkan kebaikan.

Keadilan Untuk Semua

Mendidik Dengan Santun

Ketika Kekerasan Menimpa Diriku

Rasulullah SAW:Mendidik dengan Santun dan Bijak

Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi

7

Edisi: 26/II/Februari/2009

Assalamualaikum Wr. Wb

Untuk buletin adalah yang saya hormati, saya perempuan pekerja yang sehari-hari menghabiskan waktu sebagai karyawan sebuah pabrik. Jam kerja saya sangat padat, dan terkadang saya lembur sampai malam. Alternatif untuk menghilangkan rasa capek saya salah satunya dengan pijat ketika hari libur. Yang ingin saya tanyakan apakah ketika saya dipijat di bagian perut itu akan berbahaya untuk rahim saya? Karena yang saya dengar dari kawan-kawan “rahime melorot nek dipijet wetenge” . Kalau memang berbahaya apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasi rahim yang sudah melorot tadi.

Matur nuwun saya sampaikan

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Hanik

T A N Y A

JAWAB

Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Hallo mbak hanik, apa kabar? Terima kasih atas pertanyaan yang dikirimkan ke redaksi. Saat usia kehamilan semakin tua, sering terjadi keluhan pegal. Ini adalah hal yang wajar. Hanik dapat memijat sendiri bagian perut dengan tekanan yang tidak terlalu keras. Namun, pemijatan bisa menjadi hal yang berbahaya saat dilakukan pada kehamilan muda. Pemijatan pada bulan-bulan awal kehamilan sangat tidak dianjurkan karena membahayakan janin dalam kandungan.

Rahim yang melorot atau turun bila perut dipijat adalah mitos. Rahim berada pada rongga panggul dan terlindung. Organ yang dapat turun adalah usus yang masuk ke kantung testis yang dinamakan hernia, hal ini dialami oleh laki-lakI.

Demikian saja yang dapat kami sampaikan untuk menjawab pertanyaan mbak ini. Semoga jawaban ini dapat meringankan kebingungan yang mbak alami sekarang. Terima kasih.

Disarikan dari berbagai buku kisah teladan Rasullullah SAW oleh Retno Purwanti

Kesehatan Reproduksi T a n y a J a w a b

Page 2: Buletin 'Adalah edisi 26

Islam Transformatifdan Toleran

Y a y a s a n

Penanggungjawab

Ketua Yayasan LKiS

Ketua Sidang Redaksi

Zusiana Elly Triantini

Sidang Redaksi

Mar'atul Uliyah

Hanifah el Adiba

Andi Andrianto

Wafiyatul Muflihah (Magelang)

Maria Ulfa (Solo)

Ibah Muti'ah (Kulon Progo)

Asih Nuryanti (Gunung Kidul)

Setting/Layout

Matador Design

Administrasi

Pusvyta Sari

Nungki Kusetyowati

Reni Dwi Putranti

Dwi Yanti

Iras

Alamat Redaksi

Jl. Pura I/1 Sorowajan Baru,

Banguntapan Bantul

Yogyakarta 55198

Telp/Fax: (0274) 489901.

Hp. 085253775585

Email: [email protected]

Website: www.lkis.or.id

Redaksi Susunan

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Sholawat serta salam kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya.

Dunia pendidikan beberapa waktu terakhir dikotori dengan berita kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya. Guru yang seharusnya menjadi contoh bagi siswa atau anak didiknya, kini berbalik mengajarkan kekerasan yang berakibat pada perilaku kekerasan antar siswa. Keprihatinan akan kasus ini muncul dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan agamawan.

Berangkat dari keprihatinan ter-sebutlah buletin 'Adalah mencoba me-rangkum berbagai pandangan dan juga kesaksian seputar kekerasan dalam dunia pendidikan pada edisi 26 kali ini.

Rangkuman kami sajikan dalam beberapa rubrik, di antaranya rubrik artikel utama yang mengulas tentang pandangan Islam terhadap perilaku mendidik yang santun, testimony yang mengangkat kesaksian seorang alumni siswa SMP korban kekerasan gurunya, dan juga rubrik kisah yang menggambarkan bagaimana cara mendidik yang baik dalam Rasulullah SAW terhadap ummatnya.

Selain tiga rubrik di atas, kami juga menyajikan rubrik tanya jawab kesehatan reproduksi yang menjawab petanyaan dari para pembaca buletin. Harapan kami rubrik kesehatan reproduksi ini dapat mening-katkan kualitas kesehatan dan pengetahuan pembaca. Begitu juga dengan ketiga rubrik lainnya, kami berharap kehadirannya dapat menggunggah kita semua untuk selalu berperilaku santun dalam mendidik.

Terakhir, semoga apa yang kami sajikan dapat menghadirkan kemaslahatan ummat. Amin

Selamat membaca.

Pembaca yang kami muliakan.

Pepatah yang kurang lebih berarti bahwa seorang pendidik adalah suri tauladan yang baik bagi orang sekelilingnya masih terngiang di telinga saya hingga sekarang ini Karena pepatah itu pulalah dulu semasa kecil aku ingin menjadi guru atau mubalig yang bisa digugu dan ditiru oleh masyarakat. Namun, sekarang pepatah itu tak lagi memberikanku semangat untuk menjadi guru, jika saya melihat banyaknya kekerasan yang dilakukan guru ketika mendidik. Apakah ini yang dinamakan orang yang patut ditiru?

Entah apa yang sedang terjadi di Negeri yang konon dikatakan memiliki adat ketimuran (cenderung mengutamakan sopan dan santun) ini. Kekerasan terjadi di berbagai tempat dan sektor. Contoh yang sangat parah, kekerasan itu terjadi di dunia pendidikan. Akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 media masa banyak mengupas tentang perilaku kekerasan seorang guru terhadap anak didiknya. Guru yang seharusnya menjadi suri tauladan bagi anak didiknya justru melakukan kekerasan yang tidak pantas. Bukan hanya itu saja, hukuman yang kerap diberikan kepada anak didik yang melanggar peraturan, kerap kali tidak pantas diberikan, bahkan beberapa lembaga pendidikan memberikan hukuman berendam dalam kolam selama 4 jam, digunduli, dijemur di lapangan, dan beberapa hukuman lain bagi anak didik atau santri (jika di Pesantren) yang tidak menaati peraturan lembaga tersebut.

Seringkali unsur jera (agar anak manjadi takut) bagi pelakunya dijadikan alasan untuk melakukan hukuman ini. Padahal, apabila ditinjau dari sisi psikologis, hal ini akan berdampak tidak baik bagi si anak didik.

MENDIDIK SANTUNO l e h : A A A m r u l B a h t i a r *

2

Guru iku digugu lan ditiru Hukuman yang seharusnya diberikan bukanlah hukuman yang bersifat fisik melainkan hukuman yang dapat mengasah fungsi otak seperti menghapal, membuat tulisan, atau kegiatan lain yang justru akan membuat anak tersebut semakin berkembang kemampuan-nya.

Bagaimana sejatinya Islam me-mandang hal ini? Islam pada dasarnya mengajarkan cara mendidik seseorang dengan santun. Salah satu contoh dasar hukum yang bisa digunakan dalam hal ini adalah bunyi salah satu ayat dalam surat an-Nahl: 125: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Dalam kitab Ta'lim Muta'alim (etika belajar dan mengajar) yang sering dipelajari di Pesantren, disebutkan bahwa guru dan murid harus saling menghormati. Penghormatan guru terhadap murid diwujudkan dengan kasih sayang dan mendoakan muridnya menjadi generasi yang ahlul ilmi wa ahlul khoir, selain memberikan bekal ilmu. Seperti hubungan guru dan murid yang ada pada abad klasik dan abad pertengahan, ketika seorang murid hendak pulang dari menimba ilmu sang guru menayakan tentang bekal untuk pulang dan diberikan doa supaya selamat sampai di tempat dan ilmu yang dimiliki menjadi ilmu yang bermanfaat.

Sedangkan wujud penghormatan murid terhadap guru, mendengar dan mengamalkan apa yang diajarkan oleh gurunya yang sering di sebut “nikmatilah kebodohanmu jika kamu tidak menghormati

DENGAN

1

Page 3: Buletin 'Adalah edisi 26

MENDIDIK DENGAN SANTUN

guru, dan rasakanlah penyakitmu jika kamu tidak menghormati dokter”.

Kedua sandaran pandangan Islam di atas menandakan bahwa siapapun hendaknya saling menghargai dan menghormati orang lain tanpa mem-bedakan jenis kelamin, fisik, maupun usia.

Kejujuran, sikap tawadu' dan saling menghormati dalam dunia pen-didikan adalah unsur penting dalam pengajaran segala ilmu pengetahuan. Taklim Muta'lim sekali lagi menegaskan bahwa hubungan guru dan murid seperti hubungan bapak dan anak. Murid menghormati guru karena mereka telah diberi cahaya pengetahuan, sebaliknya guru menghormati dan mencintai murid karena kesempatan mengajar yang diberikan kepada mereka merupakan pengabdian yang bernilai ibadah dalam Islam.

Selain sandaran dari sudut pandang Islam di atas, negara Indonesia juga menindak soal kekerasan terhadap anak di semua sektor. Negara membuat peraturan yang dapat menindak pelaku kekerasan terhadap anak secara hukum. Hal ini dapat dilihat dalam UU nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Oleh karena itu, siapa pun dapat melaporkan pelaku kekerasan ke pengadilan. Ketentuan yang dapat dijadikan sandaran hukum antara lain; pada pasal 77 menyebutkan sanksi hukuman dan denda bagi pelaku keke-rasan sebagai berikut: (a.) diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau (b.) penelantaran terhadap anak yang mengak iba tkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

Beberapa waktu yang lalu saya melihat berita kekerasan terhadap siswa di beberapa media, baik cetak maupun elektronik. berita itu membuatku teringat akan kejadian serupa yang menimpa diri saya tujuh tahun yang lalu. Ketika itu, saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Mandonga, Kendari. Meski kejadian itu sudah lama, tapi sulit untuk saya lupakan.

Pada waktu itu saya men-dapat pertanyaan dari guru Bahasa Indonesia yang kebetulan merang-kap menjadi kepala sekolah di SD kami. Pertanyaan rumit ibu guru pada waktu itu, membuat saya tidak berdaya untuk menjawab. Akhirnya saya dimarahi. Saya disuruh maju ke depan kelas. Sekujur tubuhku gemetar. Yang saya rasakan ketika itu hanya takut bercampur malu dengan teman-teman sekelasku.

Tak lama setelah saya berdiri di depan kelas, ibu guru berkata “mana tangannya”. “Karena kamu tak bisa menjawab, maka kamu saya

hukum.”Kedua tangan saya dipukul sebanyak tiga kali dengan menggu-nakan sepotong bambu kecil.

Tak puas dengan menyakiti kedua tanganku, ibu guru itu lalu melampiaskan kekesalannya ke bagian tubuhku yang lain. Dengan menggunakan bambu yang sama, ia mengarahkan pukulan ke bagian belakang (pantat) saya sebanyak tiga kali. Karena rasa sakit, saya tak kuat menahan tangis.

Akan tetapi, meski saya merintih sakit dan menangis, ia tetap saja bersikap angkuh. Bukan-nya belas kasihan atau kasih sayang yang saya dapatkan, tapi malah cacian. Saya dikatakan anak yang cengeng.

Kekerasaan lain yang juga selalu terngiang dalam ingatan saya adalah ketika saya berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Palopo tahun 2003. Pada waktu itu, saya masih duduk di kelas 1 SMP. Sebagai murid baru, banyak hal yang belum saya ketahui di sekolah itu, termasuk mata pelajaran bahasa daerah.

Seolah tak mau tahu dengan keadaan saya, seorang guru nama-nya Pak Basyir menyuruh saya untuk maju di depan kelas. Saya diminta untuk menuliskan aksara bahasa daerah yang telah ia sebutkan.

Tetapi karena saya masih baru tentu belum banyak mengerti tentang bahasa daerah setempat. Dengan ragu-ragu saya mencobamengerjakan apa yang diperin-

Ketika Kekerasan Menimpa Diriku

13 14

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Selain itu, Pasal 80 UU ini menyebutkan (1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Ketentuan-ketentuan di atas menunjukkan bahwa norma apapun selalu menentang bentuk kekerasan terhadap anak baik kekerasan psikologis maupun kekerasan fisik. Dengan demikin, sudah jelas bahwa dengan alasan apapun, kekerasan di mana pun, khususnya dalam dunia pendidikan sudah selayaknya dihindari dan dihentikan. Bagaimana pun, mendidik dengan santun merupakan cikal bakal keberhasilan generasi muda Indonesia. Semoga!

* Pengamat sosial, Alumni PP Modern Islam Assalam Surakarta

Page 4: Buletin 'Adalah edisi 26

tahkan pak guru. Ternyata jawaban saya salah, dan ini membuat pak guru marah.

Dengan wajah “sangar” karena berjenggot dan berkumis tebal ia mendekatkan mukanya kepada saya dan memelototkan matanya. Ia kemudian mengambil spidol hitam dan menarik rambutku ke belakang lalu menuliskan kata “BODOH” yang dipisah. Huruf “BO” ditulis di pipi kanan saya, di jidad tertulis huruf “D”, dan di pipi kiri tertulis huruf “OH”.

Tak hanya sampai di situ saja, pak guru itu juga menyuruh saya untuk berbalik ke belakang lalu kedua betis kanan dan kiri saya dipukul dengan memakai batang sapu. Tak puas dengan tindakan kekerasannya tersebut, ia juga menginjak keras kaki saya.

Setelah puas melampiaskan kebenciannya, pak guru tadi lalu menyuruhku duduk ala orang Jepang dengan kedua kaki dilipat di lantai samping meja sampai pelajarannya selesai. Saya cuma bisa menangis saat itu.

Setelah kejadian itu jujur saya merasa trauma dan takut. Untunglah ada teman-teman saya yang juga dihukum mencoba menenangkan saya untuk tetap sabar. Seusai kejadian itu, satu minggu saya tidak bisa masuk sekolah dan akhirnya saya putuskan untuk pindah sekolah. Saya ber-harap ada sekolah yang lebih baik yang mau menerima saya.

Akhirnya semua kejadian yang saya alami, jujur saja saya

tanggapi dengan emosi. Maklum, pada saat itu pikiran saya masih anak-anak yang hanya bisa menangis dan menaruh dendam pada orang yang menyakitinya. Rasa trauma yang amat dalam masih selalu membekas dalam batin saya.

Tapi semenjak saya lulus SMP dan menanjak SMA Yogyakarta tahun 2007, banyak hal positif atau hikmah yang bisa saya ambil dari kejadian-kejadian yang saya alami sebelum-nya. Di bangku SMA saya makin rajin atau giat belajar untuk selalu dapat menyelesaikan setiap soal yang diberikan oleh siapapun. Sejak saat itu, alhamdulillah saya sering kali menjadi juara kelas.

Walau demikian, apapun bentuknya kekerasan dalam dunia pendidikan tetap saja tidak bisa dibenarkan. Apalagi jika yang melakukan tindakan tidak terpuji itu adalah guru yang seharusnya men-jadi pembimbing dan melindungi muridnya.

Dari kejadian ini saya cuma bisa berharap semoga kekerasan dalam dunia pendidikan tidak lagi terjadi. Sebab pada dasarnya, tak ada yang diuntungkan, justru malah merugikan semua pihak, lebih khusus para siswa.

Ditulis oleh reporter buletin 'Adalah Andi Andrianto dari hasil wawancara dengan Megawati.

15

Menarik membaca kisah perjuangan Rasulullah SAW. ketika berhijrah ke Thoif. Setelah mengalami sekian banyak

rintangan dan ancaman dari orang kafir Makkah, beliau keluar meninggalkan Makkah menuju sebuah negeri di sebelah tenggara

Makkah. Negeri itu adalah Tho'if, yang dihuni oleh Qabilah Bani Tsaqip. Tho'if terkenal subur. Beliau ditemani oleh bekas budaknya bernama Zaid bin

Haritsah. Negeri Tho'if pada waktu itu dipimpin oleh tiga orang bersaudara, yaitu Abdu Yalil, Mas'ud, dan Habib. Ketiganya adalah putra Amru bin Umar. Beliau langsung menemui ketiga pemimpin negeri Tho'if.

Sebulan lamanya beliau merayu mereka dengan cara sangat bijaksana. Rupanya waktu itu, harapan tinggal harapan. Kenyataan yang beliau temui sebaliknya dari apa yang didambakan. Beliau diterima dengan segala kekasaran. Bahkan bukan hanya itu. yang lebih parah lagi adalah diusir dengan kejam, disoraki, dan dilempari dengan batu, Anak-anak dan budak-budak Tho'if mengeroyok beliau dengan tidak ada belas kasihan. Lemparan batu yang sekian seru itu hanya ditangkis oleh Zaid seorang diri. Karena kejadian itu, beliau berdua sampai berdarah karena lemparan itu. Jika beliau merasa letih karena lemparan dan serangan yang bertubi-tubi itu, beliau duduk istirahat, tetapi orang-orang kafir itu membangunkan beliau kembali kemudian dilempari dan disoraki.

Beliau terpaksa meninggalkan Tho'if dengan hati sedih. Ketika itu datanglah seorang Malaikat yang bertugas menjaga gunung menawarkan bantuannya: “Wahai Muhammad, saya tunggu perintah anda kepada saya untuk menghimpit semua penduduk Tho'if dengan gunung Abi Qubais dan Qu'aiqi'an. Biar mereka mampus semuanya. Mereka telah berbuat kurang ajar terhadap perintah Allah ”.

Nabi Muhammad SAW. menjawab dengan nada bijaksana: “Jangan sampai demikian wahai Malaikat. Mereka belum tahu bahwa saya adalah utusan Allah SWT. Nanti kalau mereka tahu tentu mereka akan masuk Islam. Seumpama mereka tidak akan mau, mungkin anak cucu mereka yang akan menjadi orang-orang yang beriman”.

Demikian sabarnya Nabi. Sedikit pun beliau tidak merasa dendam. Dalam perjalanan pulang beliau beristirahat di tempat yang teduh dekat kebun Uthbah dan Syaibah (kedua orang ini melawan Rasul sebelumnya). Rasulullah SAW. berdo'a: “Ya Tuhanku, kepadamulah aku adukan kelemahanku, wahai Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Engkaulah penjaga orang-orang yang diremehkan. Kepada siapakah Engkau akan menyerahkan aku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak perduli.”

Tersentuh juga hati Uthbah dan Syaibah melihat penderitaan Nabi Muhammad SAW. Disuruhlah budaknya mengantarkan buah anggur kepada Baginda. Adas nama budak itu, datang mengantarkan buah anggur. Sewaktu Baginda akan menyantapnya, beliau membaca “Basmallah”. Adas tercengang keheranan mendengar ucapan itu. Dia berkata: “Bacaan seperti itu biasa dibaca oleh orang Ninuwa ( Ninive ).”

Beliau bertanya: “Anda dari mana dan apa agamamu ?”“Saya dari Ninuwa (Ninive yaitu sebuah negeri ditepi sungai Dajlah, di ujung

negara Iraq. Di dekatnya negeri Mushil, negeri itu adalah negeri Nabi Yunus). Agama saya adalah Nashrani.

“Ninuwa adalah negeri saudaraku Yunus.”“Dari mana anda tahu Yunus ?”“Beliau adalah Nabi sama dengan aku.”Mendengar jawaban itu, Adas masuk Islam. Diciumnya wajah Nabi Muhammad

SAW. sampai kakinya. Perbuatan itu dilihat oleh majikannya. Sewaktu kembali dia

16