52

BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006
Page 2: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

• Pengantar Redaksi 3

• Gambaran Faktor Resiko Avian Influenza 4 - 6

• Telaah Praktis Surveilens Epidemiologi pada Kantor Kesehatan Pelabuhan

7 - 10

• Pemahaman Dasar Tentang Fumigasi 11 - 14

• Info Program Karantina dan Surveilans Epidemiologi 15 - 19

• Pelatihan Surveilans Epidemiologi bagi pengelola Surveilans Epidemiologi di KKP Kls I Tanjung Priok

19 - 25

• Sekilas Info tentang Penyakit Karantina 26 - 34

• Malaria Sejak Jaman Penjajahan Belanda 34 - 38

• Informasi Program Pengendalian Risiko Lingkungan Operasionalisasi PM TRAP Di Pelabuhan Tanjung Priok

39 - 40

• Seni menyampaikan pesan kesehatan 41 - 48

• Kedatangan kapal layar GOTHERBORG Swedia di Pelabuhan Tanjung Priok

49 - 50

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOKKANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOKKANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOKKANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

http://www.pbs.org/wgbh/amex/influenza/

HEADLINE AVIAN INFLUENZA KAPAL GOTHERBORG PM TRAP

Page 3: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

IINNFFOO KKEESSEEHHAATTAANN PPEELLAABBUUHHAANN

Pengantar RedaksiPengantar RedaksiPengantar RedaksiPengantar Redaksi

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan buletin Volume 1 nomor 3

yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini

merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan dalam mengembangkan

potensi diri guna mendukung pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi

para pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi hasil pelaksanaan

program, kajian – kajian, pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya

manusia melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan karya – karya seni serta

peristiwa – peristiwa terkini lainya, bahkan informasi pengobatan tradisional.

Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan, reportase, saduran,

karikatur, sajak – sajak ataupun karyasastra lain dan foto – foto yang berkaitan

dengan program kesehatan pelabuhan.

Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini untuk melaju dengan

kecepatan optimal dalam meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja

yang kita inginkan.

Selamat bekerja dan sukses selalu.

Dewan Redaksi

Diterbitkan oleh : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

Ditjen PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

Pelindung / Penasehat: Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok

Raissekki, SKM, MM

Anggota : Rahmat Subekti, SKM, MHM

Agus Syah, SKM

Sugeng Retyono, SKM

Dewi Dyah Palupi, SKM

Dewan Redaksi : Ketua, RBA. Widjonarko, SKM, MKes

Editor : Nana Mulyana, SKM

Ani Budi Lestari

Lussie Soraya

Sekretaris : Rosyid Ridho P, SE

Tata Usaha / Distribusi : Agus Sudarman, SKM

Sulastyono Wahyudi, SH

Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17 Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail : [email protected]

Page 4: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

4

GAMBARAN FAKTOR RESIKO AVIAN INFLUENZA

Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM

AVIAN INFLUENZA ??

Avian Influenza adalah suatu penyakit unggas disebabkan kuman virus. Ada banyak strain virus

Avian Influenza yang dapat menyebabkan infeksi yang berbeda, mulai dari yang memiliki tingkat

pathogen rendah sampai tinggi yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian pada

unggas.

Penyebaran virus Avian Influenza saat ini antara lain mencapai Asia Tengah, Eropa, Timur Tengah

dan Afrika utara. Strain Avian Influenza tertentu sangat mematikan unggas dan telah menunjukkan

kapasitas untuk menginfeksi manusia dan binatang menyusui lain. Walaupun infeksi Avian Influenza

ini jarang terjadi namun apabila terjadi maka akan sangat mematikan. Para ahli terus mempelajari

kemungkinan – kemungkinan beberapa strain Avian Influenza yang dapat menyebar dari manusia

ke manusia.

BINATANG YANG TERINFEKSI

Unggas yang dapat terinfeksi virus Avian Influenza, antara lain mencakup : ayam, kalkun, ayam

hutan, burung puyuh, merpati, itik, angsa, ayam kate dan burung unta dan burung – burung liar

lainnya. Beberapa burung air ada yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala klinis.

Pada umumnya virus Avian Influenza menginfeksi unggas namun babi, harimau, macan tutul dan

kucing domestik dapat juga terkena infeksi oleh H5N1. Sejauh ini, semua kasus infeksi H5N1

menimpa manusia yang kontak langsung dengan unggas yang terkena infeksi. Oleh karena itu,

kemungkinan menularnya H5N1 juga dapat terjadi pada binatang menyusui lainnya yang kontak

dekat dengan unggas yang terinfeksi.

Laporan hasil penelitian terbaru yang dilaksanakan oleh FAO menunjukkan bahwa di Jerman telah

dideteksi adanya penyebaran virus H5N1 yang menginfeksi kucing (Australian Wildlife Health

Network).

Bagaikan cerita di komik – komik tentang menyebarnya teluh ratu suwanggi, kehadiran virus ini

mendatangkan kematian mendadak dan bersamaan dalam satu lingkungan unggas.

PENYEBARAN KE UNGGAS PELIHARAAN

Burung - burung liar yang terinfeksi virus Avian Influenza terbang kesana – kemari mencari

makanan dan air minum untuk kebutuhan hidupnya sampai ke wilayah unggas peliharaan

sehingga mencemari persediaan makanan minuman, material dan peralatan kandang unggas

Page 5: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

peliharaan. Virus Avian Influenza dapat bertahan

hidup dalam tinja, bulu, daging atau telor

unggas.

Burung – burung liar yang berpindah – pindah

terbang kesana – kemari merupakan faktor resiko

terjadinya penularan virus Avian Influenza,

padahal sulit sekali mengendalikan terjadinya

infeksi Avian Influenza pada burung – burung liar

tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa

adanya kontak dekat dengan unggas sakit atau

mati oleh virus H5N1 adalah sumber utama

terjadinya infeksi pada manusia.

PERAN KKP ??

Penyelenggaraan system bio – security harus

dibangun pada peternakan domestic yang

dilengkapi fasilitas yang memadai. Melihat

banyaknya ledakan kasus Avian Influenza saat

ini, harus dilakukan monitoring terhadap produk

unggas di daerah perbatasan (border), dalam

hal ini adalah pelabuhan – pelabuhan laut,

udara dan darat dan bahkan juga tindakan –

tindakan karantina. Kantor Kesehatan Pelabuhan

tidak perlu menunggu pedoman atau apapun

aspek legal lain, kita telah memiliki Undang –

Undang Wabah dan Keputusan Menteri

Kesehatan RI nomor 265 tahun 2004. Walaupun

Avian Influenza bukan penyakit karantina namun

kita memiliki Undang – Undang Wabah dan

Kepmenkes RI 265 / 2004, jadi petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan harus tegas dalam

melakukan pengendalian terhadap penyebaran

virus ini. Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan

harus mewaspadai terhadap daging unggas

mentah, bahkan bila perlu produk tersebut tidak

diijinkan masuk Indonesia. Seluruh penumpang

dan bagasi yang tiba dari Negara China,

Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, Korea

Selatan, Taiwan, Pakistan, Hong Kong dan

Jepang harus dilakukan pemeriksaan phisik dan

pemeriksaan menggunakan peralatan modern

bahkan bila perlu menggunakan anjing pelacak.

Nah, . . . sudah siapkah kita ??

Avian Influenza pernah menyerang unggas di

Australia, kasus terakhir yang dilaporkan adalah

pada tahun 1997 di Tamworth, di Victoria pada

tahun 1976, 1985 dan 1992 dan di Queensland

pada tahun 1994 (Australian Wildlife Health

Network) namun dapat dibasmi dan tidak

sampai menyerang manusia.

Perlu diketahui bahwa tindakan kekarantinaan di

Australia sangatlah ketat, bahkan saat ini produk

unggas dari Indonesia tidaklah mudah masuk ke

Australia. Sebaliknya ??

Nah, . . . mampukah kita bertindak demikian ??

BAGAIMANA ORANG AWAM ??

Apakah aman apabila kita makan ayam?

Ya, aman asalkan telor dan daging ayam

dimasak dengan baik.

Mari kita lihat kenyataan cara penanganan

ayam di pasar, semoga ayam tersebut bukan

ayam mati oleh infeksi Avian Influenza dan ayam

sisa makanan kucing. Pencabutan bulu ayam

dan pembungkusan daging ayam yang kurang

hygienis, dilakukan sambil menghisap rokok.

E P I D E M I C A L E R T A N D R E S P O N S E

Influenza pandemics Influenza pandemics

20th century20th century

1918: “Spanish Flu”

20-40 million deaths

A(H1N1)

1957: “Asian Flu”

1-4 million deaths

A(H2N2)

1968: “Hong Kong Flu”

1-4 million deaths

A(H3N2)

Credit: US National Museum of Health & Medicine

5

Page 6: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Foto dibawah ini, kenyataan di lapangan bahwa

binatang menyusui yang lainnya juga bisa

terinfeksi virus H5N1.

Bagaimanakah sikap kita jika bepergian ??

Kita harus menghindari kontak dengan kasus

kesakitan / kematian oleh virus Avian Influenza,

harus menghindari kontak dengan unggas

peliharaan di rumah atau di kebuan atau di

pasar.

Saat ini mulai dianjurkan untuk minum obat

sebagai tindakan propilaxis apabila kita

bepergian ke wilayah yang terjadi ledakan kasus

Avian Influenza.

Apa yang sebaiknya kita lakukan jika kita

mencurigai terjadinya kasus Avian Influenza ??

Nah, . . . sesuai Undang – Undang Wabah maka

kita harus melaporkan ke institusi pelayanan

kesehatan dalam waktu 24 jam.

Mari kita lihat foto dibawah ini, betapa besar

resiko penularan Avian Influenza, bahkan di jalan

raya pun berresiko tertular virus H5N1.

FLU BURUNG DALAM KARTUN

RAS10

RAS12

RAS

14

6

Page 7: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

yang ditularkan melalui pelabuhan, perlu

adanya peningkatan jejaring surveilens

epidemiologi di wilayah ini seiring dengan

perkembangan pola penyakit. Peningkatan

pengembangan jejaring kerja surveilens

epidemiologi di wilayah pelabuhan merupakan

salah satu upaya untuk meningkatkan

kepercayaan pelayaran internasional bahwa

pelabuhan – pelabuhan di Indonesia telah

mampu menyiapkan upaya antisipatif

kemungkinan terjadinya ledakan penyakit di

kapal dan wilayah daratan pelabuhan. Hal ini

seiring dengan pemberlakuan Amandemen

SOLAS 1974 di Indonesia tentang

Pengamanan Kapal dan Fasilitas pelabuhan atau

International Ships and Port Facility Security

(ISPS Code), guna menciptakan Pelabuhan

aman dan nyaman, termasuk aman dari

penularan penyakit.

Guna meningkatkan kepercayaan

pelayaran internasional terhadap kemampuan

pelabuhan – pelabuhan di Indonesia yang aman

diperlukan tenaga yang profesional. Untuk

memperoleh tenaga yang professional dan

handal, maka perlu bahan bacaan praktis

yang harus dilakukan oleh petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan, salah satunya

melalui bacaan buletin ini.

Pengertian

Para ahli berpendapat sesuai

dengaan pikirannya masing – masing

tentang difinisi Surveilens, Epidemiologi

maupun dalam satu kesatuan Surveilens

Epidemiologi. Penulis ingin secara praktis

mengemukakan tentang pengertian perihal

tersebut agar lebih dapat dipahami para

petugas yang berada digaris depan

bersama komunitas pelabuhan.

Surveilens adalah rangkaian

kegiatan teratur, terus menerus dan

sistematis yang menghasilkan informasi,

sedangkan epidemiologi adalah studi

tentang kejadian penyakit yang menimpa

sekelompok masyarakat. Apabila dua

pengertian tersebut dipadukan maka

Surveilens Epidemiologi adalah rangkaian

kegiatan teratur, terus menerus dan

TELAAH PRAKTIS

SURVEILENS EPIDEMIOLOGI PADA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Oleh : RBA. WIDJONARKO

ntuk melindungi

masyarakat pelabuhan dari

ancaman masuk keluarnya

penyakit antar negara dan

antar pulau dalam negeri

U dan kemampuan dalam

menanggulangi masalah

kesehatan masyarakat

yang dianggap darurat

secara internasional maka

7

Page 8: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

sistematis tentang distribusi dan determinant

kejadian yang berkaitan dengan masalah

kesehatan pada suatu kelompok

masyarakat sehingga dapat diperoleh

informasi guna mengatasi masalah tersebut.

Dengan demikian, semua kejadian penyakit

yang menimpa masyarakat pastilah

mempunyai unsur determinant kejadian

penyakit, sekelompok masyarakat yang

ditimpa penyakit tersebut dan distribusi

kasus pada kelompok masyarakat tersebut.

Surveilens epidemiologi diawali oleh

pengalaman mempelajari wabah penyakit

yang besar seperti pes, cholera, cacar,

influenza dll yang disertai tingginya angka

kesakitan dan angka kematian. Selanjutnya

surveilens epidemiologi berkembang dan

saat ini telah diterapkan pada berbagai

penyakit, baik penyakit menular maupun

penyakit tidak menular seperti penyakit

jantung, kecelakaan lalu lintas dan lain –

lainnya. Issue santer saat ini yang

menggema yakni beberapa istilah lain yang

secara vokal diucapkan hampir sama

namun pengertiannya berbeda, antara lain

adalah endemi dan pandemi.

Endemi : Istilah ini dipakai untuk

mengatakan bahwa suatu penyakit

tertentu selalu saja ditemukan dalam suatu

wilayah tertentu atau dengan istilah lain

bahwa prevalensi suatu penyakit tertentu

dalam suatu wilayah tertentu masih dalam

batas normal.

Pandemi : Istilah ini di berikan jika wabah

suatu penyakit tertentu menyerang

banyak negara atau benua sehingga

negara atau benua sehingga

hampir sebagian besar dunia terkena.

Surveilens epidemiologi ”Border area”

Kenyataan praktis Surveilen

epidemiologi akan lebih tepat diarahkan

pada basis kelompok masyarakat, rumah

sakit dan pelabuhan sebagai area lintas

batas (border area). Surveilens epidemiologi

berbasis rumah sakit tersebut sudah

termasuk laboratorium guna penegasan

diagnostik. Segitiga basis surveilens

epidemiologi tersebut, secara praktis

digambarkan berikut dibawah ini.

Pelaksanaan surveilens epidemiologi

berbasis rumah sakit dan berbasis kelompok

masyarakat sudah ada pedoman –

pedoman ataupun petunjuk

operasionalnya, oleh karenaitu naskah ini

hanya membahas pelaksanaan praktis di

pelabuhan dalam arti border area. Adapun

pelaksanaan surveilens epidemiologi di

pelabuhan yang menjadi telaah praktis

dalam naskah ini, antara lain :

SE. BERBASIS RUMAH SAKIT

SE. BERBASIS KELOMPOK

MASYARAKAT

SE. BERBASIS PELABUHAN

(BORDER AREA)

8

Page 9: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

1. Pencarian kasus melalui screening

kesehatan pada titik memeriksaan di

pelabuhan, misalnya melalui

pemeriksaan suhu badan para

penumpang, dll

2. Pencarian kasus kontak

3. Pemeriksaan kartu – kartu kesehatan

yang dibawa oleh penumpang,

misalnya terhadap pemilikan ICV

(International Health Vaccination), dll

4. Pemberian kartu – kartu kesehatan,

misalnya Allert Card (kartu

kewaspadaan) bagi para penumpang

dari negara terjangkit, dll

5. Pengembangan jejaring informasi

surveilens dengan lintas program dan

lintas sektor di dalam pelabuhan dan di

luar pelabuhan, misalnya melalui

pertemuan - pertemuan, web – site, dll.

Namun apabila pihak pelabuhan

memperoleh laporan jarak jauh dari atas

kapal atau pesawat atau kendaraan darat

bahwa mereka akan memasuki pelabuhan

atau ”border area” dengan membawa

kasus penyakit kholera, maka point 1 dan 2

tersebut diatas akan menjadi tindakan

identifikasi kasus, pencarian kasus kontak,

isolasi ataupun tindakan karantina lainya,

secara praktis digambarkan sebagai

berikut.

Sedangkan tindakan pengendalian resiko

penularan kasus kholera terhadap alat

angkut tersebut yakni

• Disinfeksi pada area sekitar pergerakan

kasus kholera maupun kasus kontak,

misalnya disinfeksi lantai dek termasuk

kamar mandi dan disinfeksi terhadap

sarana air bersihnya, dll

• Pengambilan specimen guna deteksi

resiko penularan, misalnya pengambilan

contoh air, usap alat, dll

• Penyuluhan terhadap ABK (crew) dan

penumpang lanjutan, misalnya

pemberian leaflet guna mencegah

terjadinya penularan kholera melalui

mencuci tangan sebelum makan, dll

Cuci tangan memang mudah, namun

bernarkan caranya ??

Dibawah ini disajikan contoh foto tentang

cara mencuci tangan secara sehat.

Pengumpulan data pada KKP

Pengumpulan data pada Kantor

Kesehatan Pelabuhan dapat diperoleh dari

hasil pencatatan kasus di Poli Klinik KKP

induk dan wilayah kerjanya, Poli Klinik lain

yang berlokasi dalam pelabuhan termasuk

sektor swasta, hasil kegiatan lapangan KKP,

dll. Seluruh kumpulan data tersebut dapat

diperoleh melalui statu kesepakatan

Dg.

gejala kholera

Tanpa

gejala kholera

Identifikasi kasus dan isolasi

Pencarian kasus

kontak dan

tindakan karantina

9

Page 10: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

dengan pihak terkait tersebut misalnya

dengan menggunakan format – format dan

prosedur sesuai panduan pusat.

Beberapa bentuk laporan yang perlu

diselenggarakan oleh KKP, antara lain :

1. Laporan rutin penyakit menggunakan

format W1 (Laporan KLB 1 kali 24 jam),

W2 (Laporan mingguan), LB1 (Laporan

bulanan 10 penyakit paling menonjol),

dll.

2. Laporan rutin faktor resiko, seperti

laporan surveilens koalitas air yang saat

ini telah berjalan pada KKP Kelas I

Tanjung Priok.

3. Laporan insidentil, seperti laporan

pemeriksaan kesehatan TKI (Tenaga

Kerja Indonesia) yang dipulangkan oleh

pemerintah Malaysia.

4. Laporan khusus, seperti laporan skrining

IMS.

5. Laporan data sekunder, dll

Laporan – laporan tersebut hendaknya

diberikan umpan balik seperlunya guna

perbaikan laboran pada masa mendatang.

Nah, hal sederhana ini . . . sudahkah

dilakukan ? Selanjutnya yang perlu diukur

yakni ketepatan dan kelengkapan laboran

yang mereka lakukan berdasarkann

kesepakatan demi kebutuhan KKP. Untuk

memperkuat komponen pengumpulan

data ini, aspek petugas dan sarana

pendukung memiliki peran penting. Oleh

karena itu, kedua aspek tersebut harus

diperkuat, misalnya melalui pertemuan

pembekalan petugas, pelatihan –

pelatihan, dll

Pengolahan, analisa dan interpretasi

data Data yang telah terkumpul pada

Kantor Kesehatan Pelabuhan harus segera

diolah oleh petugas, misalnya berupa grafik

garis ataupun batang dan peta, dll.

Pengolahan data ini seharusnya dapat

dilakukan oleh para tenaga fungsional

terampil yang ada pada Kantor Kesehatan

Pelabuhan yang telah begitu banyak.

Hasil pengolahan data tersebut

harus segera dianalisis dan interpretasi agar

dapat segera diperoleh informasi yang

cepat, tepat dan akurat. Analisis data

dapat menggunakan diskriptife ataupun

analitik yang dikerjakan oleh fungsional ahli

sehingga interpretasi yang dihasilkan

informasi tepat.

Diseminasi

Informasi epidemiologis dai hasil

analisis dan interpretasi tersebut diatas,

hendaknya didesiminasikan ke sektor terkait,

misalnya berupa buletin, berita di web – site,

dll

Ringkasan

Naskah ini tidak membahas komponen

infestigasi dan penanggulangan, namun

disinggung sedikit dalam beberapa alinea

diatas. Ringkasan singkat naskah ini pada

prinsipnya yakni sistem surveilens

10

Page 11: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

epidemiologi praktis pada Kantor

Kesehatan Pelabuhan harus segera

dilaksanakan dengan praktis dan tepat

demi tercapainya tujuan / manfaat yang

penting dan mendesak guna mencegah

keluar masuknya penyakit melalui

pelabuhan.

Apakah fumigasi itu?

Fumigasi adalah suatu upaya untuk

menghapuskan / meniadakan hama

penular penyakit dengan menggunakan

bahan kimia beracun atau fumigants.

Kalau sama – sama meniadakan hama,

apa bedanya fumigasi dan disinfeksi?

Obyek disinfeksi adalah mikroorganisme

(termask : alfa toksin, dll) sedang obyek

fumigasi adalah rodent, serangga dan

jazad renik.

Kalau demikian, salah satu metode disinfeksi

kapal ataupun rumah dapat dilakukan

dengan cara fumigasi? Secara filosofis,

benar sekali !!!

Oleh karena itu, pahami makna disinfeksi !!!

Disinfeksi kapal atas terjadinya kasus

cholera, bukan hanya memakai lisol;

Memakai air panas yang disiramkan pada

tempat – tempat kasus berada selama

perjalanan kapal, juga lebih efektif dan

efisien.

Sebelum pelaksanaan fumigasi, ruangan

(space) yang akan di fumigasi harus ditutup

rapat menggunakan segel khusus fumigasi

agar fumigant tidak menguap keluar

PEMAHAMAN DASAR TENTANG FUMIGASI Oleh : SUGENG RETIONO, SKM

uummiiggaassii mmeerruuppaakkaann uuppaayyaa uunnttuukk

mmeenngghhaappuusskkaann // mmeenniiaaddaakkaann hhaammaa yyaanngg

llaazziimm ddiillaakkuukkaann tteerrhhaaddaapp kkaappaall yyaanngg ddiidduuggaa

mmeennggiinnvveessttaassii ttiikkuuss,, nnaammuunn ddii lluuaarr nneeggeerrii

((AAuussttrraalliiaa,, ddaann bbeebbeerraappaa nneeggaarraa llaaiinn)) jjuuggaa

llaazziimm ddiillaakkuukkaann tteerrhhaaddaapp rruummaahh yyaanngg

mmeennggiinnvveessttaassii sseerraannggggaa.. FFuummiiggaannttss yyaanngg

lleebbiihh ddiissuukkaaii aaddaallaahh ffuummiiggaanntt yyaanngg

mmeemmbbeennttuukk kkoonnsseennttrraassii mmeemmaattiikkaann.. PPeessttiissiiddaa

yyaanngg ddiiaannggggaapp eeffeekkttiiff sseebbaaggaaii ffuummiiggaanntt,,

hhaarruuss mmuuddaahh mmeenngguuaapp ccuukkuupp uunnttuukk

mmeenngghhaassiillkkaann ssuuaattuu kkoonnsseennttrraassii bbeerraaccuunn ddii

ddaallaamm ssuuaattuu rruuaannggaann ddaallaamm jjaannggkkaa ppeennddeekk

wwaakkttuu.. PPrriinnssiipp ffuummiiggaassii yyaanngg hhaarruuss

ddiippeerrhhaattiikkaann yyaakknnii ppeettuuggaass ppeellaakkssaannaa

ffuummiiggaassii hhaarruuss pprrooffeessiioonnaall ddaann mmeemmaattuuhhii

ttaattaallaakkssaannaa ppeennyyeelleennggggaarraaaann ffuummiiggaassii

tteerrsseebbuutt.. SSeellaammaa ppeellaakkssaannaaaann ffuummiiggaassii,,

rruuaannggaann hhaarruuss ddeennggaann sseeppeennuuhhnnyyaa ddiittuuttuupp

rraappaatt aaggaarr ffuummiiggaanntt yyaanngg ddiigguunnaakkaann ttiiddaakk

bbooccoorr sseehhiinnggggaa ddaappaatt mmeemmaattiikkaann hhaammaa

yyaanngg jjaaddii oobbyyeekk ffuummiiggaassii ddaann ttiiddaakk

bbeerrbbaahhaayyaa tteerrhhaaddaapp mmaahhlluukk hhiidduupp

ddiisseekkeelliilliinnggnnyyaa.. PPeennuuttuuppaann rruuaannggaann ((ssppaaccee))

iinnii tteerruuttaammaa hhaarruuss ppaaddaa ssaaaatt kkiittaa mmeellaakkuukkaann

ffuummiiggaassii tteerrhhaaddaapp kkaappaall ddaann ccoonnttaaiinneerr,,

bbaahhkkaann ppeennuuttuuppaann iinnii ppeerrlluu mmeenngggguunnaakkaann

sseeggeell kkhhuussuuss ffuummiiggaassii..

F

11

Page 12: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

ruangan sehingga dapat membahayakan

lingkungan. Sebelum dilepaskannya

fumigant, petugas harus memeriksa kembali

secara seksama, apakah di dalam ruangan

kapal atau kontainer atau rumah yang di

fumigasi telah bebas dari manusia.

Selanjutnya, apabila telah selesainya

fumigasi maka petugas harus memeriksa

kadar fumigant di dalam ruangan tersebut,

apakah sudah bebas dari gas fumigant

ataukah tidak. Untuk mempercepat

bebasnya gas fumigant dalam ruangan,

petugas diperbolehkan menggunakan kipas

angin agar sisa – sisa gas fumigant dapat

cepat menguap keluar. Peralatan untuk

mengukur gas fumigant ini, mutlak harus

dimiliki oleh para perusahaan pest control

maupun sektor pemerintah yang memiliki

tugas dalam pengawasan pelaksanaan

fumigasi.

Ingat !!! Lemari – lemari, kotak – kotak yang

tertutup, harus dibuka, karena

dikhawatirkan gas fumigant tersebut masih

tertinggal didalam ruang tertutup tersebut

sehingga membahayakan manusianya.

Dibawah ini disajikan foto pelaksanaan

Fumigasi kapal di Pelabuhan Tanjung Priok.

Apakah fumigasi merupakan alternative

terbaik?

Pada beberapa tahun terakhir ini, banyak

sekali issue membicarakan tentang

pemakaian bahan – bahan kimia fumigant

yang tidak ramah lingkungan dan dapat

menimbulkan kerusakan ekologi. Saat ini

telah dilakukan penelitian tentang Methyl

Bromide telah dilakukan oleh Direktorat PL –

Ditjen PP & PL – Depkes RI. Penelitian

tentang efektifitas daya bunuh Methyl

Bromide terhadap alfa toksin pada

beberapa Negara tetangga (Thailand,

Vietnam, dll),

Nah, . . apakah penelitian ini sangat

mendasar dan begitu pentingnya?

rekomendasi suatu penelitian merupakan

masukan bagi sektor eksekutif yang dapat

dijadikan sebagai salah satu bahan

pertimbangan untuk menentukan

keputusan yang berdampak global.

Apakah fumigasi merupakan pilihan utama

dalam pengendalian rodent vektor?

Ditinjau dari segi efektifitas memang benar,

namun dari segi efisiensi masih perlu dikaji.

Pelaksanaan fumigasi terhadap kapal

merupakan dampak langsung dari

penyelenggaraan aspek legal yang berlaku

secara internasional, yakni adanya

persyaratan “Deratting Certificate dan

Deratting Exemption Certificate”.

Persyaratan adanya sertifikat tersebut dipicu

oleh timbulnya ledakan penyakit Pes yang

ditularkan melalui pinjal yang hidup di tikus.

Menjelang era globalisasi pasar bebas ini,

12

Page 13: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

pola penyakit mulai berubah, Badan

Kesehatan Dunia mulai mengantisipasi hal

ini sehingga pada bulan Juni 2007, sertifikat

yang harus dimiliki oleh kapal yakni “ Ship

Sanitation Control Certificate dan Ship

Sanitation Control Exemption Certificate ”

yang mencakup obyek lebih luas lagi.

Sudah siapkah KKP dalam pemberlakuan

sertifikat ini??

Oleh karena itu rekomendasi dalam

pemberian sertifikat baru mulai bulan Juni

2007 nanti harus penuh pertimbangan

matang tanpa memberatkan pengguna

jasa.

Babarapa pilihan yang bisa digunakan :

• Fumigasi, dengan sasaran tikus dan

jazad renik lainnya termasuk alfa toksin

• Peracunan, dengan sasaran tikus, lalat,

kecoa, dll

• Penangkal tikus (rat guard) pada tali

sandar kapal

Dibawah ini tampak foto tikus yang

sedang merayap dari daratan

pelabuhan menuju ke atas kapal karena

tidak adanya penangkal tikus (rat

guard) pada tali sandar kapal.

• Pemasangan perangkap tikus

Dibawah ini disajikan foto 2 elor tikus

yang terperangkap (hasil kerja petugas

KKP Kelas I Tanjung Priok)

• Dll masih banyak lagi.

Yang paling penting, harus

mempertimbangkan aspek efektifitas

dan efisiensi.

Permasalahan sekitar fumigasi ?

• Tarif fumigasi mahal.

Biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan fumigasi tergolong relative

mahal, apalagi bila yang difumigasi

adalah rumah tempat tinggal.

Biaya fumigasi terhadap rumah

dibanding biaya rehabilitasi atau

perawatan rumah, dapat dikatakan

sama besarnya. Pilihan yang diambil

oleh pemilik rumah adalah rehabilitasi

rumah, dengan mengganti bahan –

bahan kayu yang ditepati anai – anai

(rayap).

Kebijakan pemerintah DKI Jakarta

berjalan lebih awal dalam hal ini bahwa

syarat terbitnya Ijin Mendirikan

Bangunan di wilayah DKI Jakarta harus

ada rekomendasi penanganan pest

control. Kebijakan ini justru merupakan

13

Page 14: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

salah upaya antisipatif untuk mecegah

timbulnya kerugian masyarakat pemilik

bangunan pada masa mendatang.

Mungkin saat awal masyarakat merasa

keberatan, terlalu banyak persyaratan

yang macam – macam namun

sebenarnya hal ini justru

menguntungkan mereka pada masa

mendatang.

Anai – anai atau rayap ataupun

serangga lain tidak akan merusak

bangunan (kayu) selama masa efektif

pest control (rata – rata 20 tahun).

Bravo pemerintah DKI Jakarta . . .

• Penghuni rumah harus pindah

sementara pada saat penyelenggaraan

fumigasi, sedangkan Anak Buah Kapal

dan Penumpang harus turun dari kapal

hingga penyelenggaraan fumigasi

dianggap aman bagi manusia.

• Persiapan penyelenggaraan fumigasi

rumah atau gudang atau kapal sangat

menyita waktu dan pikiran

• Pada saat penyelenggaraan fumigasi

dapat timbul kemungkinan adanya

kerusakan barang – barang rumah atau

gudang atau kapal atas keteledoran

fumigator yang tidak professional.

• Dll, banyak lagi

Bagaimana kita memilih perusahaan

Fumigasi?

Ingat !!! Tidak semua perusahaan fumigasi

itu sama. Perusahaan mereka sama, namun

yang berbeda adalah pemilikan lisensi

perusahaan dan lisensi ketenagaannya.

Dengan kata lain, anda sudah membayar

dengan harga mahal untuk fumigasi

tersebut, lantas apakah yang telah anda

terima ??? .Yang perlu diperhatikan :

• Apakah perusahaannya telah memiliki

lisensi lengkap, khususnya dari sektor

kesehatan ??

• Apakah pelaksanaannya dikontrakkan

lagi ke perusahaan lain ??

• Apakah perusahaan tersebut telah

memiliki supervisor dan fumigator

berlisensi ??

• Apakah fumigator dan supervisor

bertindak professional sehingga

penyelenggaraan fumigasi dapat

berhasilguna dan aman terhadap

lingkungan ??

• Apakah reputasi perusahaan tergolong

baik dalam membayar pajak ??

• Apakah perusahaan memiliki proposal

untuk pekerjaan fumigasi yang kita

minta ??

• Apakah para petugas lapangan

fumigasi telah memiliki asuransi jiwa ??

• Berapa lamakah perusahaan bergerak

di bidang fumigasi ??

Bahan kimia yang dipakai sebagai fumigant

dan dosisnya

Bahan – bahan kimia yang dipakai sebagai

fumigant sebaiknya sesuai dengan

rekomendasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah dan ramah terhadap

lingkungan.

TipsTipsTipsTips : : : : Untuk bisa efektif fumigant harus

diterapkan sesuai pedoman atau petunjuk

(dari rekomendasi suatu penelitian efikasi).

14

Page 15: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

1. Pengawasan Kedatangan Kapal Dari

Luar Negeri

Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan

oleh Bidang Karantina dan Surveilans

Epidemiologi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas I Tanjung Priok adalah melakukan

pengawasan kedatangan kapal dari luar

negeri sehat dan terjangkit. Pengawasan ini

dilakukan di KKP induk dan 5 wilayah kerja di

lingkungan pelabuhan Tanjung Priok.

Adapun hasil pengawasan dapat dilihat

pada grafik dibawah ini.

Grafik 1.1.

Pada grafik diatas tampak kegiatan

pengawasan terhadap kapal luar negeri

(Sehat) yang tertinggi terjadi di bulan

September sebesar 341 (12,5%) dan rata-

rata pengawasan setiap bulannya 303

kapal.

Grafik 1.2.

PEMBERIAN FREE PRATIQUE (NEGARA TERJANGKIT) BULAN JANUARI - SEPTEMBER

DI WILAYAH PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN WILAYAH KERJ A, TAHUN 2006

0

5

10

15

20

25

30

KKP Induk 24 20 18 17 20 22 21 16 18

Muara Baru 0 0 0 0 0 0 1 0 4

Marunda 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 24 20 18 17 20 22 22 16 22

JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Pada grafik diatas tampak kegiatan

pengawasan terhadap kapal luar negeri

(Terjangkit) yang tertinggi terjadi di bulan

januari sebesar 24 (13,26%) dan rata-rata

pengawasan setiap bulannya 20 kapal

2. Pengawasan Kedatangan Kapal di

Lepas Pantai (Off Shore)

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung

priok selain membawahi 5 wilayah kerja

(Sunda Kelapa, Muara Baru, Marunda, Kali

Baru, Muara Angke), juga memiliki Pos

pengawasan di lepas pantai (Offshore) laut

jawa yang terdiri dari 3 (tiga) lokasi yakni :

Cinta Terminal, Widuri Terminal dan Arjuna

Terminal. Pada enam bulan terakhir, tampak

adanya fluktuasi terhadap kedatangan

kapal di pos pelayanan lepas pantai. Yang

tertinggi datang di bulan Juni sebesar 13

kapal (17,60%) dan yang terendah datang

di bulan Februari sebesar 5 kapal (6,76%)

dengan rata-rata 8 kapal.

INFO PROGRAM KARANTINA DAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

DEWI DYAH PALUPI, SKM

PEMBERIAN FREE PRATIQUE (NEGARA SEHAT) DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK, BULAN JANUARI - SEPT EMBER

TAHUN 2006

0

100

200

300

400

KKP Induk 244 296 309 290 313 291 320 320 337

Muara Baru 0 0 0 0 1 0 1 0 4

Marunda 0 2 1 0 0 3 1 0 0

TOTAL 244 298 310 290 314 294 322 320 341

JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Sumb e r : B idang Ka ra nt i na & SESumb e r : B idang Ka ra nt i na & SESumb e r : B idang Ka ra nt i na & SESumb e r : B idang Ka ra nt i na & SE

15

Page 16: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Jumlah NO BULAN

Kapal ABK

1 Januari 7 135

2 Februari 11 275

3 Maret 5 122

4 April 8 209

5 Mei 8 196

6 Juni 13 341

7 Juli 8 130

8 Agustus 8 154

9 September 6 146

3. Pengawasan Kapal Dalam Rangka

Penularan penyakit Pes

Penyakit Pes merupakan salah satu penyakit

karantina selain penyakit yellow fever dan

penyakit kolera. Penyakit pes disebabkan

oleh virus, dimana virus ini memerlukan host

berupa tikus. Oleh karena itu, bidang

karantina dan surveilans epidemiologi

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung

Priok didalam salah satu program

kegiatannya melakukan pengawasan

terhadap kapal dalam rangka penularan

penyakit pes melalui pengawasan terhadap

kapal yang melakukan perpanjangan

Deratting Exemption Certificate (DEC).

Pada grafik dapat dilihat adanya fluktuasi

jumlah pengawasan kapal dalam rangka

penularan penyakit pes baik di KKP induk

maupun pada 5 wilayah kerja, data

tertinggi terdapat di bulan Februari sebesar

265kapal (12,90%) dan terendah terdapat di

bulan September sebesar 174 kapal (8,47%)

dengan rata-rata setiap bulannya sebesar

228 sertifikat..

Grafik 3

PENEBITAN DEC BULAN JANUARI - SEPTEMBER DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN WILAYAH KERJA,

TAHUN 2006

0

50

100

150

200

250

300

KKP Induk 70 72 67 90 68 92 70 200 110

Sunda Kelapa 24 32 25 33 20 27 25 22 31

Kali Baru 11 6 5 7 15 4 13 10 7

Muara Baru 90 116 111 92 86 92 101 74 102

Marunda 15 25 26 25 13 19 11 11 25

Muara Angke 9 14 7 13 12 12 13 14 9

TOTAL 219 265 241 260 214 246 233 331 174

JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

4. Pengawasan Tindakan karantina

(Fumigasi) pada kapal

Salah satu program kegiatan

kekarantinaan adalah pengawasan

tindakan karantina (fumigasi) pada

kapal. Kegiatan ini dilakukan dengan

bekerjasama dengan bidang

Pengendalian Risiko Lingkungan melalui

pengawasan terhadap kapal-kapal

yang harus difumigasi, sebagai akibat

ditemukannya tikus/tanda-tanda

kehidupan tikus pada kapal.

Pengawasan ini harus dilakukan,

mengingat bahan yang digunakan

untuk melakukan fumigasi adalah

bahan kimia yang berbahaya sehingga

diperlukan pengawasan setiap tahap

pelaksanaannya. Jika kapal telah

dinyatakan bebas dari tikus/tanda-

tanda kehidupan tikus, maka KKP Kelas I

Tanjung Priok menerbitkan Deratting

Certificate (DC).

16

Page 17: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Grafik 4.1

PENERBITAN DC BERDASARKAN TINDAKAN,PERMOHONAN,DOKBULAN JANUARI - SEPTEMBER DI KANTOR KESEHATAN PELAB UHAN KELAS I

TANJUNG PRIOK TAHUN 2006

1 1

6

23

56

4

2

6

2

54

5

32

4

2

8

5 5

10

8

6

9

7

4

15

8

16 16 16

14

17

15

8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

JANUARI

FEBRUARI

MARET

APRILMEI

JUNI

JULI

AGUST

SEPT

TINDAKAN PERMOHONAN DOK TOTAL

Grafik 4.2.

JUMLAH DAN JENIS TIKUS HASIL PENGAWASAN FUMIGASI

BULAN JANUARI -SEPTEMBER DI WILAYAH PELABUHAN TANJU NG PRIOK, TAHUN 2006

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

JUM

LAH

Ratus Ratus 32 1 53 7 12 28 31 12 3

Ratus Norwegicus 24 54 2 0 0

Mus Musculus 5 22 11 55 2 27 0

TOTAL 37 23 88 7 66 83 35 39 3

JANUARIFEBRUA

RIMARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

5. Pengawasan lalu lintas komoditi OMKA

Salah satu Tupoksi Bidang Karantina dan

Surveilans Epidemiologi KKP Kelas I Tanjung

Priok adalah melakukan Kegiatan

Pengawasan OMKA (Obat, Makanan dan

Alat Kesehatan) melalui pemeriksaan dan

sertifikasi terhadap komoditi OMKA ekspor

dan impor. Kegiatan pengawasan OMKA

pada 9 bulan terakhir mengalami

peningkatan dan penurunan dengan

frekuensi kegiatan tertinggi terjadi pada

bulan Januari sebesar 55 sertifikat (16,92 %),

sedangkan yang terendah di bulan

September sebesar 27 sertifikat (6,46 %)

dengan rata-rata setiap bulannya

36 sertifikat.

Grafik 5

55

27

4542

3237

40

2621

0

10

20

30

40

50

60

JUM

LAH

JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

BULAN

PENERBITAN HELTH CERTIFICATE BULAN JANUARI - SEPTEMBER DI KANTOR KESEHATAN PELAB UHAN

KELAS I TANJUNG PRIOK, TAHUN 2006

6. Surveilans Epidemiologi penyakit

karantina & penyakit menular potensial

wabah

Pengamatan epidemiologi terhadap

penyakit karantina dan penyakit potensial

wabah bertujuan untuk dapat mendeteksi

secara dini kemungkinan-kemungkinan

timbulnya Kejadian Luar Biasa di wilayah

pelabuhan. Pengaman dilakukan tidak

hanya terhadap kapal yang masuk, akan

tetapi ABK dan penumpang juga turut

menjadi objek pengamatan.

Pengawasan terhadap ABK dari negara

terjangkit (penyakit pes, cholera, yellow

fever, avian flu) secara terus-menerus

dilakukan. Tampak yang tertinggi datang di

bulan Januari sebesar 908 orang (22,71%).

Untuk yang terendah datang di bulan April

sebesar 222 orang (5,57%). Sebagian besar

yang datang dari negara terjangkit berasal

dari China yang menurut World Health

Organization (WHO) negara tersebut

terjangkit penyakit cholera. Seluruh ABK

yang datang dari luar negeri (sehat dan

17

Page 18: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

terjangkit) dalam keadaan sehat. Tidak

ditemukan adanya suspect atau carier

penyakit karantina di tubuh mereka.

Untuk kedatangan penumpang dari

pelabuhan dalam negeri ke pelabuhan

Tanjung priok cukup bervariasi. Tampak

yang tertinggi jumlah penumpang terjadi

dibulan Juni sebesar 76846 penumpang

(20,33%), hal ini mungkin terjadi dikarenakan

liburan sekolah.

Grafik 6.1.

JUMLAH PENUMPANG BULAN JANUARI -SEPTEMBER DI PELABU HAN TG. PRIOK TAHUN 2006

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

Turun 20874 13776 13203 20666 9026 33958 27973 17759 17571

Lanjut 5437 4168 4945 9748 4853 11538 6058 8015 6593

Naik 16642 11744 13774 12320 8150 31350 20520 14450 12963

TOTAL 42953 29688 31922 42734 22029 76846 54551 40224 37127

JANUARIFEBRUA

RIMARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Grafik 6.2.

KEDATANGAN ABK BULAN JANUARI - SEPTEMBER DI PELABUHAN TG. PRIOK TAHUN 2006

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

ABK NEGARA SEHAT 6415 11035 6643 5819 3555 6364 5815 6424 6647

ABK NEGARA TERJANGKIT 906 460 333 362 270 574 515 347 222

ABK DALAM NEGERI 17484 15375 18430 19165 13175 26136 16867 11398 11768

JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULIAGUS

TSEPT

7. Pembayaran Negara Bukan Pajak

(PNBP)

Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi

oleh bidang Karantina dan Surveilans

epidemiologi ke negara adalah PNBP.

Jumlah PNBP dari beberapa sektor selama 9

bulan terakhir juga mengalami fluktuasi. Dari

ke empat item yang harus di bayarkan ke

negara, 3 diantaranya yang tertinggi terjadi

dibulan Mei (Free Pratique = 15,61%, Buku

Kesehatan = 15,38%, PHC = 20,57%), kecuali

PNBP DEC & DC, pembayaran tertinggi

terjadi di bulan Januari (17,77%).

Grafik 7.1.

P NBP FREE P RATI QUE BULAN J ANUARI - S EP T

D I P ELABUHAN TANJ UNG P RI OK & WI LAYAH KERJ A , TAHUN 2 0 0 6

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

0 - 10000 M3 620,000 890,000 815,000 935000 1065000

>10000 M3 1,810,000 1,160,000 134,000 1100000 1260000

PNBP N. SEHAT 827,500 747,500 777,500 725,000 2,430,000 2,050,000 949,000 2,035,000 2,325,000

<10000 M3 125,000 300,000 350,000 275000 350000

>10000 M3 500,000 450,000 450,000 250000 250000

PNBP N. TERJANGKIT 1,240,000 720,000 720,000 720,000 625,000 750,000 800,000 525,000 600,000

TOTAL 2,067,500 1,467,500 1,497,500 1,445,000 3,055,000 2,800,000 1,749,000 2,560,000 2,925,000

JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Grafik 7.2.

PN BP B UKU KESEHA TAN ( HEA LTH BOOK) BULA N JAN UA RI - S EPT D I PELA BUHAN T ANJU NG PRIOK , TAHU N 2 0 0 6

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

0 - 1000 M3 360000 400000 380000 400000 500000

1000 - 5000 M3 350000 475000 450000 600000 475000

5000 - 10000 M3 660000 300000 420000 510000 510000

>10000 M3 875000 315000 410000 350000 455000

TOTAL 1,380,000 1,140,000 1,420,000 1,460,000 2,245,000 1,490,000 1,660,000 1,860,000 1,940,000

JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT

18

Page 19: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Grafik 7.3.

PNBP PORT HEALTH CLEARANCE (PHC) BULAN JANUARI-SEPT DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK & WILAYAH KERJA TAHUN 20 06

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

<10000 M3 2,040,000 2,177,500 2,292,000 2304500 2394500

>10000 M3 1,660,000 1,490,000 1,365,000 1320000 940000

TOTAL 3,700,000 3,667,500 3,657,000 3,624,500 3,334,500

MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Grafik 7.4.

PN BP PEN ER BIT AN DEC & D C B ULA N JAN UA RI - SEPT D I PE LAB UHAN TA NJU NG PR IOK, TAHUN 2 0 0 6

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

DEC 7,133,000 3,968,000 3,312,000 5,116,000 4,345,000 5,585,000 5,460,000 5,315,000 5,615,000

DC 4,936,000 918,000 2,328,000 1,950,000 3,315,000 2,445,000 2,570,000 2,035,000 1,585,000

TOTAL 12,069,000 4,886,000 5,640,000 7,066,000 7,660,000 8,030,000 8,030,000 7,350,000 7,200,000

JANUARI FEBRUARI M ARET APRIL M EI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEM BER

PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DASAR BAGI PENGELOLA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK. Oleh : Ikron, SKM, MKM

ABSTRAK

elabuhan Tanjung Priok yang merupakan gapura niaga perdagangan

internasional. Kesibukan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai tempat “titik temu” dan

“gudang transit” terus berlangsung dan cenderung meningkat. Perkembangan

penyakit dewasa ini yang juga berkembang pesat, memerlukan peranan surveilans

epidemilogi dalam pemberantasan penyakit menjadi sangat penting. Program

pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan akan sangat efektif bila

didukung oleh system surveilans yang efektif pula, artinya sistem surveilans yang

mampu menyediakan dan memberikan informasi epidemioiogi yang peka terhadap

perubahan yang terjadi yang berguna untuk menentukan prioritas, kebijaksanaan,

perencanaan, pelaksanaan dan penggerakkan sumber daya, prediksi dan deteksi

dini kejadian luar biasa, serta monitoring dan evaluasi. Melihat hal tersebut, maka

diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan handal

dalam bidang surveilans epidemiologi, agar mampu mendeteksi secara dini

perkembangan penyakit dan respon cepat terhadap masalah kesehatan

masyarakat, karena itu nKantor Kesehatan pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

menyelenggarakan pelatihan surveilans epidemiologi dasar bagi pengelola

Surveilans Epidemiologi. Menggunakan uji t -paired pada alpha 0,05 menunjukan

bahwa pengetahuan peserta latih mengalami peningkatan yang signifikan dari

sebelum pelatihan dengan sesudah pelatihan.

P

19

Page 20: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

I. Latar Belakang

Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan

(Archipelago), transportasi laut memegang

peranan yang sangat penting dan strategis.

Terdapat lebih dari 17.000 pulau besar dan

kecil yang tersebar dari sabang sampai

merauke, dengan jumlah penduduk sekitar

230 juta jiwa penduduk. Serta terdapat ±

1800 pelabuhan yang tersebar di seluruh

Indonesia, dan salah satunya adalah

pelabuhan tanjung priok yang merupakan

gapura niaga perdagangan internasional.

Kesibukan pelabuhan tanjung priok sebagai

tempat “titik temu” dan “gudang transit”

terus berlangsung dan cenderung

meningkat. Seiring dengan peningkatan lalu

lintas kapal, maka peningkatan

pengawasan terhadap kesehatan kapal,

manusia dan alat angkutnya mutlak

mendapatkan perhatian yang penuh.

Perkembangan dan kemajuan IPTEK

transportasi yang semakin cepat,

menyebabkan jarak antar negara dan atau

antar pulau dapat ditempuh dalam waktu

yang relatif singkat; serta adanya arus era

globalisasi, dimana mobilitas orang dan

atau barang semakin cepat dibandingkan

massa inkubasi penyakit menular sehingga

dapat merupakan ancaman global

terhadap kesehatan masyarakat. Disadari,

bahwa penyakit menular yang berpotensi

menjadi wabah dapat menimbulkan

ancaman terhadap keselamatan jiwa

manusia dan masyarakat, maka diperlukan

upaya yang dapat mencegah segala

potensi sedini mungkin. Upaya-upaya

pembangunan kesehatan dilakukan secara

menyeluruh dan terpadu, untuk

meningkatkan derajat kesehatan tidak

hanya di dalam lingkungan pelabuhan

tetapi juga derajat kesehatan masyarakat

disekitar pelabuhan.

Perkembangan penyakit dewasa ini

yang begitu cepat, sehingga peranan

surveilans epidemilogi dalam

pemberantasan penyakit menjadi sangat

penting. Program pemberantasan penyakit

dan penyehatan lingkungan akan sangat

efektif bila didukung oleh system surveilans

yang efektif pula, artinya system surveilans

yang mampu menyediakan dan

memberikan informasi epidemioliogi yang

peka terhadap perubahan yang terjadi

dalam pelaksanaan program

pemberantasn penyakit yang menjadi

prioritas utama yang menjadi tujuan kita

yaitu cegah tangkal penyakit karantina dan

penyakit menular potensial wabah. dimana

fungsi surveilans yang utama menyediakan

informasi epidemiologi yang peka terhadap

perubahan yang terjadi dalam

pelaksanaan program surveilans cegah

tangkal faktor risiko pelabuhan yang

berguna untuk menentukan prioritas,

kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan

dan penggerakkan sumber daya, prediksi

dan deteksi dini kejadian luar biasa, serta

monitoring dan evaluasi, sehingga surveilans

berguna menjadi alat dalam pengambilan

keputusan masalah kesehatan, khususnya

20

Page 21: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

di pelabuhan.

Melihat hal tersebut, maka

diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang mempunyai kemampuan handal

dalam bidang surveilans epidemiologi, agar

mampu mendeteksi secara dini

perkembangan penyakit dan respon cepat

terhadap masalah kesehatan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas SDM

tersebut, bidang karantina dan surveilans

epidemiologi menyelenggarakan pelatihan

surveilans epidemiologi dasar bagi petugas

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1

Tanjung Priok yang diselenggarakan pada

tanggal 31 Juli s/d 4 Agustus Tahun 2006

yang lalu bertempat di hotel Dwima, Bogor.

II. TUJUAN PELATIHAN

Pelatihan Surveilans Epidemiologi

Dasar ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan

ketrampilan teknis petugas KKP Kelas I

Tanjung Priok secara profesional dalam

melakukan tugas pengumpulan, mengolah

dan mengetahui analisis, interpretasi data

dan membuat laporan secara

komprehensif sesuai dengan tugas

dibidangnya masing-masing.

Dengan tugas dan tanggungjawab

yang jelas, maka surveilans epidemiologi di

lingkungan pelabuhan dapat dilakukan

secara profesional yang diharapkan akan

mengoptimalkan upaya

penanggulangannya, sehingga dapat

diketahui faktor risiko kesehatan

masyarakat dan besarnya masalah

kesehatan dilingkungan pelabuhan, yang

dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat dan konsumen terhadap

kemampuan pemerintah dalam

menangani dan menanggulangi masalah

kesehatan masyarakat, khususnya di

lingkungan pelabuhan.

III. ASPEK LEGALITAS

Pelaksanaan pelatihan yang

diselenggarakan oleh Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok didasarkan

pada :

a. SK Menkes No 265/2004 yaitu :

melakukan pendidikan dan

pelatihan bidang surveilans

epidemiologi dalam rangka cegah

tangkal penyakit menular dan

berpotensi wabah.

b. Kepmenkes No. 1479 tahun 2003

tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemilogi

Penyakit Menular dan Penyakit Tidak

Menular Terpadu

c. Kepmenkes No. 1116 tahun 2003

tentang Pedoman

penyelenggaraan Sistem Surveilans

Epidemiologi Kesehatan

d. Kepmenkes No. 264 tahun 2004

tentang Kriteria Kalsifikasi Kantor

Kesehatan Pelabuhan

e. Kepmenkes 265 tahun 2004 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantoe

Kesehatan Pelabuhan

21

Page 22: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

f. Kepmenkes No 949 tahun 2004

tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem

Kewaspadaan Dini Kejadian Luar

Biasa

g. Revisi IHR tahun 2005 yang akan

diberlakukan 15 Juni Tahun 2007

dengan perhatian kepada Public

Health Emergency Of International

Concern /PHIEC (masalah

kedaruratan kesehatan masyarakat

yang menjadi perhatian global)

IV. PELAKSANAAN

Pelatihan di buka secara resmi oleh

Direktur Surveilans, Epidemiologi, Imunisasi

dan Kesehatan Matra Direktorat Jendral

Pemberantasan Penyakit & Pengendalian

Lingkungan (Dit Jen PP & PL) Departemen

kesehatan Republik Indonesia (dr.

Yusharmen, D.Comm. M.Kes) dengan diikuti

oleh 25 petugas Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok, dengan

rincian : 6 peserta latih bidang karantina

dan Surveilans epidemiologi, 3 peserta latih

bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan, 3

peserta latih bidang Pengendalian Resiko

Lingkungan, 3 peserta latih Bagian Tata

Usaha, 3 peserta latih wilayah kerja Sunda

Kelapa, 3 peserta latih wilayah kerja Muara

Baru, 2 peserta latih wilayah kerja Marunda,

2 peserta latih wilayah kerja Marunda, 1

peserta latihs wilayah kerja Kali Baru dan 1

peserta latih wilayah kerja Muara Angke.

Materi-materi yang diberikan terdiri

dari materi dasar (Perundang-undangan

yang berkaitan dengan penyelenggaraan

surveilans epidemiologidan Tugas Pokok

dan Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan),

materi inti (Penyakit karantina dan penyakit

menular potensial wabah, Dasar-dasar

Surveilans Epidemiologi, Ukuran-ukuran

statistik yang digunakan dalam surveilans

epidemiologi, Surveilans epidemiologii

kesehatan pelabuhan, Sistem

Kewaspadaan Dini KLB, Investigasi dan

Penanggulangan KLB / keracunan

makanan dan pelaporannya di Pelabuhan,

Surveilans Kualitas Lingkungan dan

pelaporannya di Pelabuhan, Surveilans di

Pelayanan Kesehatan dan Pelaporannya di

Pelabuhan) dan materi penunjang

(Rencana Tindak Lanjut Kerja

Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi

pada kantor Kesehatan pelabuhan dan

Buliding Learning Comitment / BLC).

Pelatihan Surveilans Epidemiolo

dasar ini didukung oleh para nara sumber

dan fasilitator dalam memberikan materi

pelatihan, berasal dari instansi Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok,

Sub Dit. Surveilans Epidemiologi Ditjen PP &

PL DepKes RI, Sub Dit Sanitasi makanan &

Bahan Pangan Ditjen PP & PL DepKes RI,

Bagian Hukormas Ditjen PP & PL DepKes RI,

Bagian Umum & Kepegawaian Ditjen PP &

PL DepKes RI, Sub bid. Hubungan Pers dan

Media Massa DEPKES RI dan Badan PPSDM

Jakarta.

22

Page 23: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Dalam waktu 40 jam pelajaran,(JPL),

diharapkan para peserta latih dapat

memperoleh peningkatan pengetahuan,

kemampuan dan ketrampilan petugas KKP

Kelas I Tanjung Priok dalam melaksanakan

Surveilans Epidemiologi khususnya di

lingkungan pelabuhan, sehingga terampil

dalam mengumpulkan dan mengolah serta

memahami bagaimana menganalisis,

menginterpretasi data dan membuat

laporan secara komprehensif sesuai tugas

dibidangnya masing-masing. pembelajaran

dilakukan dengan berbagai pendekatan

seperti : pemberian materi surveilans

epidemiologi, tanya jawab, diskusi, studi

kasus dari pengajar.

V. HASIL PELATIHAN

Dalam pelaksanaan pelatihan

terdapat tiga komponen evaluasi :

1. Evaluasi Terhadap peserta latih

Pada evaluasi terhadap peserta latih,

terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Evaluasi pre test

Evaluasi ini dilakukan sebelum

peserta latih memperoleh materi-

materi pelatihan, dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat

pengetahuan surveilans

epidemiologi yang dimiliki oleh para

peserta latih.

Adapun hasil dari pretes adalah :

sebagaian besar proporsi peserta latih

termasuk katagori pengetahuan kurang

dengan nilai ≤ 50 sebanyak 22 peserta

latih (88%) sedangkan selebihnya

termasuk kedalam proporsi peserta latih

dengan pengetahuan cukup dengan

nilai 51 – 80 sebanyak 3 peserta latih

(12%).

b. Evaluasi post test

Evaluasi ini dilakukan setelah peserta

latih memperoleh materi-materi

pelatihan, dengan tujuan untuk

mengetahui apakah ada

peningkatan pengetahuan dari

para peserta latih mengenai

surveilans epidemiologi

Adapun hasil dari posttes adalah :

sebagian besar proporsi peserta latih

termasuk katagori berpengetahuan

cukup dengan nilai 51 – 80 sebanyak

21 peserta latih (84%), diikuti proporsi

peserta latih berpengetahuan

kurang dengan nilai ≤ 50 sebanyak 1

peserta latih (4%), dan peserta latih

berpengetahuan baik dengan nilai

81 – 100 sebanyak 3 peserta latih

(12%).

Hasil pre test dan post test para peserta

latih, selanjutnya di uji kembali dengan

uji t-paired. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ada perubahan

yang signifikan dari pengetahuan para

peserta latih sebelum dengan sesudah

mengikuti pelatihan. Didapatkan hasil :

pada alpha = 0,05 dan df = 24,

diperoleh hasil t hitung = 9,963, sedang t

tabel sebesar 2,064. Dapat dilihat hasil t

hitung > dari t tabel, yang berarti Ho

23

Page 24: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

ditolak Pada program Statistical

Program for Social Science (SPSS), Uji t

berpasangan juga kami lakukan,

didapatkan hasil nilai p-value 2 sig

=0.000, maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan antara pre

test dan post test atau dengan kata lain

pelatihan berhasil merubah

pengetahuan peserta latih menjadi

lebih baik.

2. Evaluasi Terhadap Nara Sumber

Evaluasi terhadap nara sumber kami

lakukan untuk mengetahui sejauh mana

penilaian para peserta latih terhadap

kopetensi para nara sumber dalam cara

penyampaian, materi, pemberian

motivasi, sikap, disiplin dan pencapaian

tujuan belajar. Didapatkan hasil nilai

rata-rata minimal terhadap nara sumber

= 76,43 dan nilai rata-rata maksimal

terhadap satu nara sumber = 87,33.

dengan nilai rata – rata seluruh nara

sumber sebesar 82,90

3. Evaluasi Terhadap Penyelenggara

Para peserta latih latih diberikan

kesempatan untuk menilai

penyelenggaraan dari pelatihan yang

sedang diikuti. Dengan melakukan

pengisiani format evaluasi pada saat

akhir pelatihan. Evaluasi ini terdiri dari 3

bagian :

1. Materi

Pada evaluasi kepuasan peserta latih

terhadap materi yang diberikan sesuai

dengan harapan peserta latih

mendapatkan hasil nilai rata-rata 81,0.

Sedangkan untuk materi pelatihan

sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan ditempat tugas

mendapatkan hasil nilai rata-rata 79,0

dan manfaat pemanfaatan praktek

dikelas didapatkan nilai rata-rata 79,8.

2. Proses Pembelajaran

Peserta latih pelatihan diberikan evaluasi

pada saat akhir pelatihan terhadap

proses pembelajaran, dengan hasil :.

a. Pengalaman belajar selama

pelatihan bermanfaat bagi peserta

latih dalam mengembangkan

pelaksanaan pekerjaan dengan

didapatkan hasil nilai rata-rata

83,6. Hal ini memiliki arti bahwa

peserta latih latih merasa dengan

melalui pelatihan, peserta latih

mendapatkam pengalaman

belajar yang sangat bermanfaat

bagi pengembangan diri dalam

melaksanakan tugasnya sehari –

hari .

b. Untuk kepuasan peserta latih latih

terhadap penyelenggaraan proses

pembelajaran, didapatkan hasil

nilai rata-rata sebesar 80,0 . Hal ini

meiliki arti bahwa peserta latih latih

sebagian besar púas terhadap

penyelenggaraan proses

pembelajaran selama pelatihan.

3. Akomodasi

Hasil evaluasi tersebut menunjukan

bahwa : hasil nilai akomodasi

24

Page 25: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

didapatkan nilai rata-rata untuk ruang

kelas sebesar 81,2, nilai rata-rata untuk

ruang tidur/asrama sebesar 74 dan nilai

rata-rata untuk makanan/minuman

sebesar 71.

VI. KESIMPULAN

1. Pelatihan Surveilans Epidemiologi

dasar bagi pengelola surveilans

epidemiologi yang dilaksanakan

oleh Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

selama 5 hari pada tanggal 31

Juli s/d 4 agustus 2006 berjalan

dengan baik dan lancar dengan

didapatkan hasil peningkatan

pengetahuan dan kemampuan

para peserta latih secara

signifikan yang diukur dengan

menggunakan uji t-paired.

2. Pelatihan ini didukung oleh

penyelenggaraan pada proses

pembelajaran, nara sumber dan

penyelenggaraan akomodasi

yang maksimal oleh panitia

sebagai kunci kesuksesan

pelatihan.

VII. SARAN

� Hendaknya diselenggarakan

pelatihan surveilans epidemiologi

lanjutan di masa yang akan datang,

agar pengetahuan peserta latih

dapat lebih mendalam khususnya

kemampuan dalam penganalisaan

dan interpretasi data dan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anthony, Robert “EvaluatingLiteracy”, Irwing Publishing, 1993

2. Soetopo, Rosedan W. Soemanto,”Pembinaan dan

Pengembangan Kurikulum,” Penerbit : Bumi Aksara, jakarta, 1993.

3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan,

Departemen Kesehatan RI, “Buku

Pedoman Pengkajian Kebutuhan

Pelatihan”, Jakarta 1996. 4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan,

Badan Pengembangan dan

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Departemen Kesehatan RI, “Kumpulan Instrumen Diklat

(Pegangan Fasilitator)”, Jakarta, 2002.

5. Lembaga Administrasi Negara RI,

“Rencana Tindak Lanjut (Action

Plan)” , Bahan Diklat Bagi Pengelola Diklat, Jakarta, 2003

6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Badan Pengembangan dan Pendayagunaan Sumber Daya

Manusia, Departemen Kesehatan RI, “Akreditasi dan Sertifikasi

Pelatihan Kesehatan”, Jakarta, 2003.

7. Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Badan Pengembangan dan

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Departemen Kesehatan RI, “Pedoman Penyusunan Kurikulum

Modul Pelatihan Berorientasi

Pembelajaran”, Jakarta, 2004.

25

Page 26: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

SEKILAS INFO TENTANG PENYAKIT KARANTINA

Oleh : Sysoraya

ABSTRAK

Salah satu tupoksi Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah

melaksanakan cegah tangkal keluar masuknya penyakit

karantina dan penyakit menular potensial wabah.

Menurut beberapa ahli, penyakit karantina adalah

penyakit yang mempunyai ciri-ciri antara lain :

penyebarannya yang cepat, menimbulkan banyak

kematian serta sampai saat ini belum ditemukan

obatnya. Lalu apa sajakah penyakit karantina itu?

Bagaimana gejalanya? Bagaimana penyebarannya? Dan

yang lebih penting lagi bagaimana pencegahan dan

pengobatannya?

Berikut ini sedikit informasi tambahan tentang penyakit karantina yang mudah-mudahan dapat menjadi tambahan referensi bagi kita semua sebagai staff Kantor Kesehatan

Pelabuhan khususnya dan masyarakat luas umumnya

C H O L E R A

P E S

C H O L E R A

A. Apa itu Kolera?

Kolera adalah suatu penyakit diare akut disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae jenis O1 ataupun O139. Kedua jenis bakteri tersebut bisa menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Seseorang dapat terinfeksi dengan meminum air yang tercemar atau makan makanan yang tercemar oleh bakteri tersebut. Sumber infeksi/peradangan yang umum diakibatkan oleh memakan hasil laut mentah atau

yang kurang baik memasaknya, sayur-mayur dan buah mentah, dan makanan lain yang telah tercemar selama persiapan atau penyimpanannya. Kebanyakan gejala penyakit kolera tidak terlihat spesifik, kadangkala orang yang telah terkena infeksi tidak menunjukan gejala khusus/ hanya diare biasa. Namun dapat juga ditandai dengan diare yang berkelanjutan (buang air encer/berair terus

menerus) dan disertai muntah. Hilangnya sejumlah cairan terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian jika dalam 3 – 4 jam pasien pasien tidak segera ditangani dengan baik.

B. Apa yang harus saya lakukan jika saya terkena kolera?

Jika Anda terkena diare, terutama diare berkelanjutan, apalagi jika Anda mengalami diare ketika Anda berada di suatu daerah yang terjangkit kolera, maka segeralah mencari perawatan ke RS, Puskesmas atau ke dokter terdekat. Selama perjalanan menuju ke perawatan medis, pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan sendiri yakni dengan minum cairan yang tidak manis, seperti sup ayam ?

26

YELLOW FEVER

Page 27: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Penggantian cairan dapat menyelamatkan

pasien yang terkena kolera. Kebanyakan

pasien dapat pulih dengan cepat dengan

hanya melalui hidrasi kembali. Prinsip

perawatan kolera yang paling utama

adalah dengan mengganti cairan yang

terdiri dari ion-ion dan garam yang hilang

saat diare berkelanjutan dan muntah

terjadi. Paket ion-ion dan garam atau yang

biasa kita sebut oralit tersedia di banyak

tempat, bahkan dapat kita ramu sendiri

dengan menggunakan garam dam gula.

Untuk pasien yang mengalami dehidrasi

parah dapat diberikan cairan melalui vena.

Suatu zat pembunuh kuman

(Antidiarrhoeal), seperti loperamide, untuk

membantu memperpendek keluhan dari

pasien terinfeksi kholera tidaklah

direkomendasikan, dan seharusnya tidak

diberikan.

Dimana sajakah terjadinya wabah cholera?

Sekarang ini penyakit kolera ada di negara

– negara yang padat penduduknya.

Wabah baru dapat terjadi secara sporadis

di bagian dunia manapun jika persediaan

air kurang, pemeliharaan kesehatan tidak

terjaga, sanitasi makanan dan pelayanan

kesehatan tidak baik. Oleh karena itu,

alangkah baiknya jika Anda akan

mendatangi suatu daerah, terlebih dahulu

mencari informasi apakah ada penyakit

kolera di daerah tersebut.

Apakah vaksinasi bekerja melawan

penyakit kolera?

Vaksin Kolera tradisional yang diberikan

melalui suntikan, melindungi dalam jangka

waktu singkat (kurang sempurna), oleh

karena itu penggunaannya tidak

direkomendasikan.

Menurut rekomendasi WHO terakhir (update

2005), vaksin kolera oral menyediakan

perlindungan tingkat tinggi dengan jangka

waktu perlindungan lebih lama dalam

melawan kolera yang disebabkan oleh

Vibrio cholerae 01. Namun vaksin kolera oral

ini baru tersedia di beberapa negara saja.

Vaksin kolera oral menunjukan efektifitasnya

untuk digunakan oleh setiap orang.

Beberapa negara-negara yang beresiko

tinggi telah mempunyai dan menggunakan

vaksin oral untuk mencegah wabah kolera.

Namun, walau bagaimanapun juga

mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Peningkatan persediaan air, pemeliharaan

kesehatan, sanitasi makanan dan

kesadaran masyarakat adalah lebih baik

dalam mencegah penyakit kolera, seperti

halnya juga mencegah penyakit diarre

lainnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari

kolera?

Pencegahan utama dapat dilakukan

dengan memperhatikan makanan

minuman yang dikonsumsi (terutama

makanan kaleng dan makanan yang

dikonsumsi saat bepergian). Adapun hal –

hal yang perlu diperhatikan dari makanan

dan minuman yang dikonsumsi adalah

sebagai :

27

Page 28: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Minumlah air yang telah mendidih atau

didesinfeksi dengan khlor, yodium atau

produk lainnya.

Hindari es batu kecuali jika yakin dibuat dari

air yang aman.

Makan makanan yang telah dimasak

dengan sempurna (matang).

Makanan masak yang telah didiamkan

pada suhu kamar dalam waktu beberapa

jam dan disajikan tanpa dipanaskan

kembali bisa menjadi sumber infeksi.

Hindari makanan hasil laut mentah dan

makanan mentah lain, kecuali buah-

buahan dan sayur-mayur yang sudah

dikupas.

Susu yang tidak disterilkan sebelumnya

dapat menjadi sumber infeksi.

Pastikan makanan matang yang dibeli

ataupun dijual telah dimasak secara

sempurna.

Bayi di bawah enam bulan yang masih

menyusui, belum menerima makanan

tambahan, mempunyai resiko yang rendah.

Sampel apa yang diperiksa?

Pengambilan sampel dilakukan sebelum

diberikan antibiotik pada pasien. Sampel

yang dapat diperiksa untuk diagnosa

penyakit kolera yakni melalui faeces segar.

YELLOW FEVER

Apa itu Yellow Fever ?

Yellow Fever/ Demam kuning adalah suatu

penyakit karena virus yang telah

menyebabkan terjadinya wabah besar di

Afrika dan Amerika Serikat. Menurut

sejarahnya, virus ini telah ada sejak 400

tahun yang lalu. Infeksi/Peradangan

menyebabkan suatu spektrum penyakit

melebar/ meluas, dari mulai timbulnya

gejala, rasa sakit hingga menyebabkan

kematian. Walaupun telah tercipta suatu

vaksin yang efektif untuk 60 tahun, namun

masih banyak orang yang terkena infeksi,

terutama selama dua dekade terakhir ini

semakin meningkat. Demam kuning kini

menjadi suatu masalah serius bagi

kesehatan masyarakat.

Apa penyababnya?

Penyakit disebabkan oleh virus demam

kuning, yang tergolong flavivirus. Di Afrika

ada dua jenis dengan prototypes yang

berbeda dihubungkan dengan Afrika Timur

dan Afrika Barat. Amerika Selatan

mempunyai dua jenis virus berbeda, tetapi

sejak 1974 hanya satu jenis yang ditemukan

sebagai penyebab terjadinya wabah

penyakit.

Bagaimana gejalanya?

Virus sudah berada dalam tubuh selama

masa inkubasi yakni 3-6 hari. Kemudian

28

Page 29: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

terjadi 2 tahap dari penyakit. Tahap

pertama yakni sejak infeksi/peradangan

tidak menunjukkan gejala, kemudian akut

yang biasanya ditandai dengan demam,

sakit otot (sakit punggung), sakit kepala,

nafsu makan hilang, mual dan muntah.

Sering juga, demam tinggi serta denyut nadi

lambat. Setelah 3-4 hari kebanyakan pasien

membaik dan gejalanya hilang.

Akan tetapi, dalam waktu 24 jam sebanyak

15% dari kasus Yellow Fever masuk ke Tahap

Beracun. Demam muncul kembali dan

beberapa sistem badan terganggu.

Penyakit Yellow Fever dengan cepat

berkembang, penderita mengeluh sakit

abdominal dan muntah. Pendarahan dapat

terjadi dari mulut, hidung, mata dan/atau

perut. Ketika ini terjadi, darah ikut keluar

dalam muntah dan tinja. Fungsi Ginjal

memburuk; ini dapat diketahui dari

keluarnya protein (albumin) secara

abnormal melalui air seni dan dampak lebih

buruknya yakni berkurang/ tidak adanya

produksi air seni (anuria). 50% pasien yang

masuk dalam Tahap Beracun ini mati dalam

waktu 10-14 hari.

Yellow Fever sukar untuk dikenali, terutama

sepanjang tahap awal, gejalanya hampir

mirip dengan malaria, penyakit tipus,

rickettsia, Demam berdarah, atau

leptospirosis. Pemeriksaan lebih lanjut di

laboratorium diperlukan untuk memastikan

suatu kasus dari orang yang dicurigai. Test

Darah ( Serology Pengujian kadar logam)

dapat mendeteksi zat darah yang diserang

oleh kuman Yellow Fever. Beberapa teknik

lain yang digunakan untuk mengidentifikasi

virus itu yakni dengan memeriksa spesimen

darah atau jaringan/tisu hati yang

dikumpulkan setelah kematian. Test ini

hanya dapat dilakukan oleh staff

laboratorium yang sangat ahli/ terlatih dan

menggunakan material dan peralatan

khusus.

Dimana sajakah terjadinya wabah kolera?

Yellow Fever telah menjangkiti di 33 negara-

negara berpopulasi 468 juta orang di Afrika,

dengan perkiraan 200.000 kasus dan 30.000

kematian setiap tahunnya.

Yellow Fever juga merupakan 10 penyakit

terbesar Negara-Negara Amerika Selatan

dan Amerika Latin antara lain : Pulau

Caribbean, Bolivia, Brazil, Kolumbia,

Ecuador, Peru serta Venezuela.

Walaupun penyakit Yellow Fever pada

umumnya hanya menyebabkan kasus

sporadis dan dengan perjangkitan kecil,

namun adanya vektor nyamuk aedes

aegypti memperluas risiko penyebarluiasan

penyakit ini.

Meskipun Yellow Fever belum pernah

dilaporkan di Asia, tetapi kita harus tetap

waspada karena daerah ini berhadapan

dengan risiko sebab adanya nyamuk aedes

aegypti.

29

Page 30: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Bagaimana penularannya?

Manusia dan Monyet adalah yang paling

mungkin terkena infeksi/ tersebar. Virus

dibawa dari satu binatang ke binatang lain

( transmisi horisontal) melalui nyamuk

(vektor). Nyamuk dapat juga dilewati oleh

virus, setelah terinfeksio, kemudian

menyebar ke telor ke keturunan nya

(transmisi vertikal).

Bagaimana perawatannya?

Tidak ada perawatan spesifik untuk Yellow

Fever. Penurunan Demam dapat dilakukan

dengan pemberian garam / hidrasi kembali

dan dengan pemberian paracetamol.

Disamping itu juga, Infeksi/peradangan

apapun harus dilakukan pemberian zat

pembunuh kuman yang sesuai (antibiotik).

Bagaimana pencegahannya?

Vaksinasi merupakan satu-satunya cara

paling utama untuk mencegah Yellow

Fever. Dosis satu kali vaksin bisa memberikan

perlindungan hingga 10 tahun dan selama

ini tidak diketemukan efek samping yang

sangat serius.

Vaksinasi sangat direkomendasikan untuk

orang yang akan berpergian ke daerah

yang berisiko tinggo terhadap penyakit

Yellow Fever. Sertifikat vaksinasi diperlukan

untuk memasuki banyak negara-negara,

terutama sekali untuk orang yang

berpergian / tiba di Asia dari Afrika Atau

Amerika Selatan.

Sebenarnya yang harus ditingkatkan adalah

upaya pengendalikan nyamuk.

Pengendalian nyamuk merupakan cara

yang efektif dan penting untuk

mengendalikan penyakit mosquito-

transmitted. Karena saat ini pencegahan

dan kendali Yellow Fever, hanya diprioritas

pada vaksinasi.

P E S

Apa itu PES ?

Pes adalah suatu penyakit zoonotic yang

menyebar (sebagian besar) antar binatang

kecil dan kutu mereka. Penyebabnya

adalah virus Yersinia pestis yang dapat juga

menginfeksi manusia. Pes bisa menjadi

suatu penyakit yang sangat menjengkelkan

bagi manusia, dengan suatu case-fatality

dengan perbandingan 30%-60% jika tidak

lakukan tindakan yang tepat dan cepat.

Setelah masa inkubasi 3-7 hari, orang yang

terkena infeksi pada umumnya mulai

dengan gejala seperti influenza. Gejala

yang khas adalah : serangan demam yang

mendadak, rasa dingin, sakit kepala, sakit

otot dan kelemahan, muntah dan mual.

Infeksi/Peradangan pes secara klinis dibagi

dalam tiga bagian sesuai dengan rute

infeksi/peradangan :

Penyakit pes dengan pembengkakan limpa

adalah bagian penyakit pes yang

30

Page 31: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

umumnya terjadi sebagai hasil gigitan dari

kutu yang terinfeksi. Baksil Wabah masuk

kulit dari lokasi gigitan dan berjalan

sepanjang sistem yang mengandung getah

bening menuju getah bening (yang paling

dekat). Getah bening membengkak

kemudian menjadi sangat menyakitkan dan

dapat menimbulkan nanah.

Penyakit Pes Septicaemic terjadi ketika

infeksi/peradangan menyebar secara

langsung melalui/sampai bloodstream

tanpa adanya "bengkak". Virus penyakit pes

berkembang di dalam darah. Penyakit Pes

Septicaemic bias diakibatkan oleh kutu

yang mebngigit atau dari kontak langsung

dengan infective material melalui letusan

dalam kulit.

Penyakit Pes Pneumonic adalah yang

paling mematikan/jahat dan merupakan

peradangan lanjutan dari pembengkakan

limpa.

Dimana sajakah terjadinya wabah pes?

Penyakit Pes merupakan endemid di

negara-negara Afrika, di Perserikatan Soviet

(dahulu), America dan Asia. Pada tahun

2003, 9 negara melaporkan 2118 kasus dan

182 kematian.

Bagaimana perawatannya?

Perawatan dan hasil diagnosa dini adalah

penting untuk mengurangi kesulitan dan

kematian. Metoda perawatan /

pengobatan dapat dilakukan untuk semua

pasien penyakit pes jika didiagnose pada

waktunya.

Bagaimana pencegahannya?

Pencegahan dapat dilakukan dengan

menghindari kontak langsung dengan

binatang yang membawa penyakit pes,

mencegah gigitan kutu dan menangani

bangkai binatang dengan sebaiknya.

Upaya lain yang bisa dilakukan yakni

dengan melakukan pengawasan terhadap

binatang dan kutunya. Identifikasi binatang

dan jenis kutu di dalam nya secara berkala

di suatu daerah dapat dilakukan untuk

membatasi potensi penyebaran penyakit

pes.

Disamping itu, upaya lain yang dilakukan

adalah dengan melakukan vaksinasi

penyakit pes.

Uji Laboratorium?

Pemeriksaan laboratorium dilakukan

dengan memeriksa kulture darah, spesimen

pada daerah yang bengkak atau pun

dahak pasien.

Sumber : Beberapa edisi Weekly

Epidemiological Report WHO,

http://www.who.int/

31

BEKERJA HARUS KOMPAK !!!

Page 32: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

1. Pemeriksaan Kesehatan

ABK/Pengawasan Obat P3K Kapal.

KKP Kelas I Tanjung Priok selama semester I

tahun 2006 dalam melaksanakan

Pemeriksaan Kesehatan ABK/Pengawasan

Obat P3K Kapal terhadap Kapal Asing

maupun RI menunjukan hasil penurunan

jumlah kapal yang diperiksa. Adapun

penurunan tersebut kurang lebih sebesar 9

% ( sekitar 64 kapal ) dari semester pertama

tahun 2006. Sedangkan kasus Obat P3K

Kapal yang tidak lengkap pada kapal RI

juga mengalami penurunan sebesar 10 % .

Grafik 1.

PEMERIKSAAN KESEHATAN ABK/PENGAWASAN OBAT P3K KAPAL SEMESTER I TAHUN 2006

0

100

200

300

400

500

600

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

RI ASING RI LENGKAPASING LENGKAP RI TAK LENGKAP ASING TAK LENGKAP

Dari grafik diatas diketahui hasil

pemeriksaan yang dilakukan terhadap

kapal asing 100 % menyediakan obat P3K

Kapal dengan lengkap. Sedang untuk kapal

RI dari 674 kapal yang diperiksa 50

diantaranya obat P3K nya tidak lengkap

diantaranya obat P3K nya tidak lengkap,

atau sekitar 7 %.

2. Pemeriksaan Kesehatan Nahkoda, ABK,

Penjamah Makanan/TKBM

Selama kurun waktu 6 bulan pertama tahun

2006 jumlah Pemeriksaan Kesehatan yang

dilakukan oleh KKP Kelas I Tanjung Priok

dalam rangka pengujian kesehatan

Nahkoda, ABK,

Penjamah Makanan/TKBM serta masyarakat

umum dilakukan terhadap 4 fumigator ( of

Shore ), 45 masyarakat umum, 2 pelaut dan

57 penjamah makanan.Adapun gambaran

perbandingannya dapat dilihat dalam

grafik di bawah ini.

Grafik 2.

PEMERIKSAAN KESEHATAN NAHKODA, ABK, PENJAMAH MAKANAN/TKBM

SEMESTER I TAHUN 2006

0

10

20

30

40

50

Januari Februari Maret April Mei Juni

Pelaut Penjamah Makanan Umum Off shore

3. Pelatihan Kesehatan Kerja

Pelatihan Kesehatan Kerja oleh KKP Kelas I

Tanjung Priok, melalui Bidang UKP

INFORMASI BIDANG UKP KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK Oleh : A.Rizal

32

Page 33: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

diselenggarakan tanggal 22 sampai

dengan 24 Pebruari 2006 di Cipayung.

Pelatihan ini di tujukan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan

program kesehatan kerja serta mampu

memfasilitasinya dilingkungan kerja masing –

masing.

a. Persiapan

Persiapan pelatihan dilakukan oleh 11 orang

yang terdiri dari 6 pejabat struktural dan 5

staf KKP Kelas I Tanjung Priok. Hal-hal yang

dibahas dalam persiapan tersebut ialah

penyusunan GBPP, Proposal, Undangan,

Materi yang akan disajikan, dan

sebagainya.

b. Pelaksanaan

Pelatihan di ikuti oleh 25 peserta dari stake

holder KKP Kelas I Tanjung Priok. Selain dari

lingkup Dep.Kes. Fasilitator juga berasal dari

PT. (persero) Pelindo II Cab. Tanjung Priok

dan BKKP. Adapun materi yang disajikan

diantaranya :

1. TUPOKSI KKP Kelas I Tanjung Priok

2. Program Kesehatan Kerja di KKP

3. Kebijakan dan Ruang lingkup

kesehatan kerja

4. Pemeriksaan dan Seleksi kesehatan

calon pekerja

5. Penyakit Akibat Kerja

6. Ergonomi dasar dan lain-lain

Metode penyampaian materi

menggunakan ceramah, tanya jawab dan

diskusi kelompok.

c. Hasil pelatihan

Pada umumnya pelatihan berjalan lancar

dan peserta mampu memahami

keseluruhan materi yang disampaikan hal ini

dapat dilihat dari hasil post test yang

menunjukan adanya peningkatan nilai

dibanding pre test.

4. Pertemuan Jejaring dan Kemitraan

Kesehatan Kerja

Pertemuan Jejaring dan Kemitraan

Kesehatan Kerja KKP Kelas I Tanjung Priok

dilaksanakan di Cibogo, 22 sampai dengan

25 Mei 2006. Jumlah peserta adalah 16

instansi ( 9 instansi pemerintah dan 8 swasta

). Pertemuan ini membahas program

kesehatan kerja yang ada di masing-masing

instansi untuk menyatukan langkah dalam

rangka mewujudkan pelabuhan yang

sehat. Adapun bentuk pertemuan ini lebih

difokuskan pada forum diskusi.

5. Pelayanan Vaksinasi dan Penerbitan buku

ICV

Pelayanan Vaksinasi yang berada di KKP

kelas I Tg. Priok ditujukan kepada

masyarakat pelabuhan, Nahkoda dan ABK

yang membutuhkannya. Adapun jenis

pelayanan vaksinasi yang diberikan tahun

2006 adalah Yellow Fever, Typhoid. Jumlah

pelayanan vaksinasi selama semester

pertama tahun 2006 sesuai grafik 1

menunjukan jumlah ABK yang divaksinasi

Yellow Fever sebanyak 1142 orang ( 858

33

Page 34: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

buku baru, 284 buku lama) , Typoid 3516

orang ( 2107 buku baru, 1409 buku lama ).

Grafik 3.

PELAYANAN VAKSINASI DAN PENERBITAN BUKU ICV SEMESTER I TAHUN 2006

0

200

400

600

800

1000

1200

JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI

CHOLERA BUKU BARU CHOLERA BUKU LAMA

YELLOW FEVER BUKU BARU YELLOW FEVER BUKU LAMA

THYPOID BUKU BARU THYPOID BUKU LAMA

MENINGITIS BUKU BARU MENINGITIS BUKU LAMA

6. Pengawasan Penumpang pada situasi

khusus

Pengawasan penumpang pada situasi

khusus dilaksanakan setiap bulan, pada

khusus dilaksanakan setiap bulan, pada

hari-hari tertentu saat terjadi lonjakan

jumlah penumpang. Hasil dari kegiatan ini

menunjukan bahwa pada semester

pertama tahun 2006 jumlah penumpang

umum yang masuk ke pelabuhan Tanjung

Priok sebanyak 51814 orang dengan

keadaan sehat, dan TKI sebanyak 2501

orang, 1139 diantaranya sakit dan 2 di rujuk

ke rumah terdekat.

Grafik 4.

Pengawasan Penumpang Pada Situasi Khusus

02000

40006000

800010000

1200014000

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Penumpang umum Jumlah Penumpang umum Sehat

Penumpang umum Sakit Penumpang umum RujukanTKI Jumlah TKI Sehat

TKI Sakit TKI Rujukan

MALARIA SEJAK JAMAN PENJAJAHAN BELANDA

alaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)

dalam bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh

nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO,1981).

Diduga sekitar 36 % penduduk dunia termasuk Indonesia terkena resiko

malaria yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, menurunkan

prodauktivitas kerja dan dapat menimbulkan (Renstra Gebrak Malaria, Dep.Kes.RI,

2001). Kemudian melalui perjalanan panjang jaman kemerdekaan sampai dengan

jaman reformasi bahkan hingga tahun 2006 saat ini, perkembangan program

pemberantasan penyakit malaria belum begitu menggembirakan. Malaria masih

merupakan salah satu penyakit yang muncul kembali (Re-emerging disease)

khususnya pada tahun-tahun terakhir ini, dengan adanya kecenderungan

peningkatan kasus malaria dibeberapa daerah.

M

34

Page 35: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Gerakan Berantas Kembali Malaria yang

lebih dikenal dengan sebutan “Gebrak

Malaria” merupakan operasionalisasi

pencanangan oleh Pemerintah Pusat, yang

melibatkan Pemerintah dan unsur – unsur

masyarakat termasuk sektor swasta,

lembaga swadaya masyarakat dan agen

pembangunan lainnya.

Seberapa jauhkah keberhasilannya ??

FAKTOR RESIKO KEJADIAN MALARIA

Kondisi spesifik yang selama ini

belum dianalisis antara lain yakni penderita

malaria tersebut bukanlah penderita baru

tetapi penderita relaps atau kambuh

sebagai akibat pengobatan yang tidak

sempurna, jenis strain malaria dan imunitas..

Penderita malaria kambuh ini disebabkan

oleh adanya parasit malaria dalam bentuk

laten yang disebut hipnosoit yang dapat

bertahan lama dalam sel hati tanpa

menunjukkan gejala klinis. Selanjutnya

pada saat kondisi daya tahan tubuh

penderita menurun dapat menyebabkan

timbulnya gejala – gejala klinis (rekrudensi

ataupun rekurensi).

Kegiatan analisis ini sangat

diperlukan karena faktor resiko kejadian

malaria antar daerah belum tentu sama

sehingga intervensi program yang

diperlukan juga berbeda. Atas dasar

kepentingan ini maka perlu sekali

mengetahu factor resiko kejadian malaria

secara umum sebagai acuan dalam

pemberantasan malaria pada daerah yang

berbeda

Faktor resiko yang mendukung atau

memberi peluang terhadap kejadian

penyakit malaria yakni factor lingkungan

dan factor pejamu, baik pejamu definitive

maupun pejamu intermidiet.

MANUSIA SEBAGAI PEJAMU INTERMEDIET

Manusia merupakan pejamu

intermidiet, yakni pada dasarnya setiap

orang dapat terinfeksi oleh parasit malaria

dan merupakan tempat berkembang

biaknya parasit tersebut. Faktor penting

yang dapat mempengaruhi resiko pejamu

untuk terpapar oleh parasit malaria, antara

lain :

* Usia : anak-anak lebih rentan terhadap

infeksi parasit malaria.

* Jenis kelamin : Infeksi malaria tidak

membedakan jenis kelamin, akan tetapi

apabila menginfeksi Ibu yang sedang

hamil akan menyebabkan anemia yang

lebih berat.

* Riwayat malaria sebelumnya : Orang

yang pernah terinfeksi parasit malaria

biasanya terbentuk imunitas sehingga

lebih tahan terhadap infeksi malaria.

Disamping itu, mempunyai kemungkinan

juga masih mengidap parasit malaria

sehingga suatu saat apabila daya tahan

tubuh menurun akan timbul relaps, baik

rekrudensi, rekurensi maupun relaps

parasit.

35

Page 36: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

* Cara hidup : cara hidup sangat

berpengaruh terhadap kemungkinan

terjadinya penularan penyakit malaria,

misalnya kebiasaan pemakaian kelambu

dan kebiasaan berada diluar rumah pada

saat malam hari.

* Penghasilan : penghasilan penduduk yang

rendah akan mengurangi minat untuk

upaya berobat ke unit pelayanan

kesehatan yang ada ataupun upaya

untuk mencegah dari gigitan nyamuk.

* Status gizi : Masyarakat yang gizinya tidak

baik dan tinggal di daerah endemis

malaraia, akan lebih rentan terhadap

infeksi parasit malaria.

* Imunitas : Masyarakat yang tinggal di

daerah endemis malaria biasanya

mempunyai imunitas alami sehingga

mempunyai pertahanan alam terhadap

infeksi parasit malaria. Namun, bila daya

tahan tubuh menurun, misalnya karena

lelah atau stress maka akan rentan

terhadap infeksi parasit malaria.

NYAMUK SEBAGAI PEJAMU DIFINITIF

Nyamuk anopheles merupakan

pejamu definitive, yakni hanya nyamuk

anopheles betina yang menghisap darah,

dan darah ini diperlukan untuk

pertumbuhan telurnya. Faktor penting yang

dapat mempengaruhi resiko pejamu untuk

terpapar oleh parasit malaria, antara lain :

semakin padat jumlah nyamuk semakin

besar kemungkinannya untuk menjadi

penular parasit malaria

Perilaku nyamuk ini sangat

menentukan dalam proses penularan

penyakit malaria, karena nyamuk

mempunyai kesukaan waktu menggigit,

hinggap atau istirahat, tempat menggigit,

tempat perindukan dan obyek yang digigit.

Nyamuk Anopheles pada umumnya

aktif mencari darah pada waktu malam

hari, yang menggigit mulai senja hingga

tengah malam. Pada waktu malam ada

nyamuk anopheles yang masuk ke dalam

rumah hanya untuk menghisap darah lalu

keluar lagi.

LINGKUNGAN SEBAGAI PENDUKUNG

Lingkungan yang dimaksud adalah

lingkungan dimana manusia dan nyamuk

berada. Nyamuk berkembang biak dengan

baik bila lingkungannya sesuai dengan

keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk

untuk berkembang biak, antara lain :

a. Suhu udara: suhu udara sangat

mempengaruhi panjang pendeknya

36

Page 37: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

siklus sporogoni atau masa inkubasi

ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai

batas tertentu) makin pendek masa

inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya

makin rendah suhu udara makin

panjang masa inkubasi ekstrinsik.

Pengaruh suhu udara ini berbeda untuk

tiap spesies. Pada suhu 26,70C , masa

inkubasi ekstrinsik untuk tiap spesies ,

sebagai berikut :

- Plasmodium falcifarum : 10 - 12 hari.

- Plasmodium vivax : 8 – 11 hari.

- Plasmodium malarie : 14 hari.

- Plasmodium ovale : 15 hari.

b. Kelembaban udara : Kelembaban udara

atau relatve humanity yang rendah

memperpendek umur nyamuk. Tingkat

kelembaban 63 % merupakan angka

yang paling rendah untuk

memungkinkan adanya penularan.

Kelembaban ini mempengaruhi

kecepatan berkembang biak,

kebiasaan menggigit, dan kebiasaan

istirahat nyamuk.

c. Hujan : terdapat hubungan langsung

antara hujan dan perkembangan larva

nyamuk menjadi bentuk dewasa, besar

kecilnya pengaruh antara lain semakin

besar hari hujan berarti air tempat

perindukan semakin banyak yang akan

memperbesar kemungkinan

berkembang biaknya Anopheles.

d. Angin : kecepatan angin mempengaruhi

terbangnya nyamuk ke dalam atau

keluar rumah. Angin merupakan salah

satu factor yang ikut menentukan

jumlah kontak antara manusia dengan

nyamuk.

e. Arus air : beberapa spesies menyenangi

tempat perindukan yang airnya statis

atau mengalir sedikit, sebaliknya ada

beberapa species yang menyenangi

tempat perindukan yang airnya

mengalir deras.

f. Kebersihan luar rumah dan dalam

rumah : kondisi dalam ataupun luar

rumah yang tidak teratur, kotor dan

tidak rapi, merupakan kondisi yang

disukai oleh nyamuk untuk hinggap

ataupun beristirahat sehingga

kemungkinan adanya kontak gigitan

nyamuk terhadap penghuni sangat

besar sekali.

g. Jarak tempat perindukan : jarak

terbang tiap species berbeda yakni

mulai dari 1,5 km, sehingga jarak

tempat perindukan ini mempengaruhi

kontak gigitan nyamuk.

RINGKASAN

Sebenarnya, pemberantasan

kejadian malaria sangatlah sederhana,

murah dan meriah asalkan seluruh jajaran

bangsa ini memiliki suatu kesepakatan

bersama untuk menekan factor resiko

kejadian malaria melalui “Gebrak Malaria”.

Kemampuan membentuk

kesepakatan bersama inilah yang sangat

dibutuhkan oleh bangsa dan Negara ini.

Sektor kesehatan tidak mungkin memiliki

37

Page 38: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

kemampuan membentuk kesepakatan

masyarakat secara global. Oleh karena itu

sector kesehatan harus mampu meyakinkan

para tokoh politis tentang pentingnya

kesepakatan tersebut. Perhitungan cost

benefit kesepakatan global dan

pemberantasan selama masa yang

panjang ini merupakan dasar utama

adfokasi sektor kesehatan terhadap para

tokoh politis. Betapa panjangnya sejak

jaman penjajahan Belanda kita memiliki

logistic kina yang besar sampai jaman

reformasi yang katanya hebat, namun . . .

apa daya malaria tidak kunjung sirna dari

permukaan bumi Pertiwi ini.

Malaria masih merupakan salah satu

penyakit yang muncul kembali, dengan

adanya kecenderungan peningkatan kasus

malaria dibeberapa daerah.

Benarkah malaria merupakan salah satu

penyakit yang muncul kembali di Indonesia

?? Bahkan namanya “keren” sekali : Re-

emerging disease

Apakah kejadian malaria di daerah

endemis selama ini pernah menurun ??

Ataukah sekedar taktis untuk memperoleh

dana hibah ??

Amboooi, . . . . Penulis hanya berandai –

andai. (RBAW)

JENTIK ANOPHELES

SIKLUS PARASIT MALARIA PADA MANUSIA

WILAYAH PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA

38

NYAMUK ANOPHELES

Page 39: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

LATAR BELAKANG

Beberapa penyakit yang ditularkan

memalui vektor, khususnya nyamuk

menyerang Jakarta dan sekitarnya.

Demam berdarah Dengue telah

menelan korban yang tidak sedikit bahkan

baru – baru ini muncul Demam Cikungunya

melanda sekitar wilayah DKI Jakarta.

Nah, . . . apakah kita biarkan kondisi

semacam ini melanda seantero Nusantara

tercinta ini? Tentu tidak demikian. Teriakan

para pakar nyaris tidak terdengar atas kasus

semacam ini. Kontrol sosial yang terdengar

hanyalah mencakup pelayanan rumah sakit

saat masyarakat telah menderita kesakitan

tanpa menarik benang merah penyebab

kesakitan tersebut. Bukankah mencegah

lebih murah dibanding mengobati?

Institusi pada ”Border”, khususnya

Kantor Kesehatan Pelabuhan secara rutin

menghitung House Index pada daerah

perimeter dan buffer pelabuhan.

Hasilnya ???

House Index yang dihitung oleh sebagian

besar Kantor Kesehatan Pelabuhan, pada

daerah adalah NOL BESAR (lap. pada

SIMKESPEL). Seharusnya segera muncul

pertanyaan bahwa mengapa hasil

hitungan House Index pada daerah

perimeter pelabuhan ternyata NOL?

Marilah kita bersama – sama mendatangi

perimeter pelabuhan dan melihat

kenyataan di lapangan. Kenyataannya,

mungkin jumlah kontainer di daerah

perimeter sangat sedikit sehingga tidak

ditemukan jentik sama sekali, sedangkan

Ovitrap tidak pernah dikembangkan;

disamping itu mungkin justru index jentik

nyamuk lain yang tinggi (bukan nyamuk

Aedes); mungkin laporan tersebut dibuat

diatas meja (mohon maaf), dll

Atas dasar hal tersebut diatas,

pimpinan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas I Tanjung Priok berinisiatif

mengembangkan alat pengendali vektor

(nyamuk) yang dinamakan PM TRAP

(kepanjangannya : PRIOK MOSQUITO TRAP)

dan mulai akan diopreasionalkan 14 hari

menjelang IDHUL FITRI tahun 2006.

TUJUAN

Tujuan umum : Dapat dikendalikannya

vektor (nyamuk) di wilayah pelabuhan

Tujuan khusus :

• Mengidentifikasi jenis jentik nyamuk

• Menghitung indek jentik seluruh species

yang ada di wilayah pelabuhan

• Terperangkapnya nyamuk

• Menurunkan populasi nyamuk di wilayah

pelabuhan

INFORMASI PROGRAM BIDANG PENGENDALIAN RISIKO LINGKUNGAN

OPERASIONALISASI PM TRAP DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK

39

Page 40: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

• Mempromosikan PM Trap ke KKP lain dan

masyarakat (fungsi pengembangan

teknologi dan diseminasi)

KEUNTUNGAN PM TRAP

• Sederhana dan mudah

mengoperasikannya

• Praktis pengangkutannya (bongkar –

pasang)

• Seluruh jentik dapat teridentifikasi

• Nyamuk dewasa terperangkap

• Murah

40

INFO PM TRAP :

Info PM Trap lebih lengkap dapat menghubungi :

1. Redaksi Buletin Info Kesehatan Pelabuhan melalui E-Mail Adress

2. SUGENG RETYONO, SKM (HP : 081319876447)

3. Koperasi Karya Bhakti – KKP Kelas I Tanjung Priok

4000 ml 4000 ml

1800 ml 1800 ml

Page 41: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

I. Pendahuluan

enyuluhan kesehatan kepada

masyarakat merupakan upaya yang

diperlukan dalam usaha meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan

penyuluhan kesehatan dalam program

penyuhulan kesehatan masyarakat

merupakan rangkaian kegiatan yang

direncanakan untuk meningkatkan

kesadaran dan pengertian masyarakat

tentang berbagai macam hal kesehatan,

mulai dari masalah kesehatan sehari-hari,

sampai masalah prilaku, dan bagaimana

penanggulangannya itu sendiri, sehingga

dampak dari upaya itu adalah peningkatan

kesehatan dilingkungannya. Dengan

demikian penyuluhan kesehatan

merupakan upaya untuk menggerakan

potensi swadaya serta peran serta

masyarakat dalam pembangunan

kesehatan.

Dalam pelaksanaannya penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat adalah

suatu upaya dari seni dan pengetahuan

yang dikemas dalam suatu methoda / cara,

adapun beberapa metoda yang kita kenal

adalah dengan cara pendekatan, dan

teknik-teknik penyuluhan, yang diarahkan

kepada peranserta masyarakat dalam

membangun kesehatan yang paripurna,

yaitu pendekatan edukatif.

Melalui pendekatan ini diharapkan

masyarakat dapat memberikan respon

yang positif untuk berbuat dan mempunyai

persepsi-persepsi yang baik dalam

menggerkan potensi dirinya.

Menyampaikan pesan / menyuluh,

harus mempunyai kejelasan tujuan,

maksud, sasaran, kondisi, situasi dan

keluaran yang kita harapkan, jadi

penyampaian pesan / penyuluhan tidak

semata-mata hanya nyerocos berbicara

ngalor-ngidul tidak karuan, sehingga pada

akhirnya kita tidak mendapatkan hasil yang

diinginkan, dan semuanya mubazir tidak

mendapatkan hasil.

II. Dasar Komunikasi dan Proses Adopsi

Untuk dapat menggunakan teknik

penyuluhan secara benar dan tepat, perlu

paham dasar teknik tersebut, diantaranya :

A. Prinsip Komunikasi

Komunikasi dapat diartikan sebagai

penyampaian pesan secara langsung

melalui saluran komunikasi kepada

penerima pesan, untuk mendapatkan suatu

respon. Oleh karena itu komunikasi dapat

disebut sebagai manfaat dari suatu

interaksi.

Beberapa unsur pokok dalam

komponen proses komunikasi yaitu :

1. Sumber / Pemberi pesan/ Komunikator

SENI MENYAMPAIKAN PESAN KESEHATAN

Oleh: Agus Syah,SKM

PPPP

41

Page 42: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

2. Encoder / perumusan pesan

3. Pesan

4. Saluran / Media

5. Decoder/ Pentafsiran pesan

6. Sasaran / Penerima Pesan / Komunikan

7. Feed Beck / Umpan Balik

Dalam komunikasi langsung,

pemberi pesan bisa berhadapan langsung,

sedangkan pada komunikasi tidak langsung

dilakukan dengan menggunakan media

atau saluran komunikasi seperti poster,

leaflet, booklet, media masa, dll

Gangguan – gangguan ( noise )

dalam komunikasi dapat terjadi pada

kedua metoda tadi, dapat menyebabkan

bias atau salah arti dari makna pesan

aslinya. Komunikasi dapat dipengaruhi oleh

persepsi / tanggapan, sedangkan persepsi

juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan,

pengalaman, pekerjaan, kerangka berfikir,

situasi pada saat itu, adat istiadat, norma-

norma lingkungan dan lain sebagainnya.

Sementara itu, media komunikasi sangat

dipengaruhi oleh bermacam faktor,

diantarannya lingkungan, model pesan,

kesesuaian media dan kemampuan

penerima pesan. Sedangkan Feed back,

sangat dipengaruhi oleh persepsi penerima

pesan, hal ini harus menjadi perhatian

penting bagi setiap pemberi pesan, agar

mengusahakan persepsi keduanya sama.

Adapun hasil yang di harapkan dari

kegiatan komunikasi tersebut adalah

perobahan perilaku, sehingga proses

komunikasi, perlu selalu dilakukan evaluasi,

sehingga kita dapat mengukur apakah

komunikasi kita berhasil guna atau tidak.

B. Proses Adopsi

Penerimaan / adopsi sesuatu hal baru

untuk di gunakan dalam kehidupan

sehari-hari, tahapannya sbb :

1. Kesadaran / Awareness

2. Minat / Interes

3. Penilaian / Evaluation

4. Mencoba / Trial

5. Menerima / Adoption

Tahapan diatas terjadi secara berurutan,

sehingga penerimaan yang terjadi

merupakan penerimaan yang didasari oleh

yang bersangkutan secara penuh dan

mantap. Seseorang yang telah sadar

tentang sesuatu yang baru, tidak

sertamerta melaksanakan apa yang di

ketahuinya tersebut, untuk itu perlu

dikembangkan minat untuk mengetahui

lebih lanjut persoalan yang kita

komunikasikan kepadanya, selajutnya perlu

juga diusahakan terjadinya proses penilaian

dan percobaan yang memuaskan

hasratnya. Tahapan seseorang atau

kelompok masyarakat yang dalam tahap

menimbang ( evaluasi ) dan dalam tahap

trial / mencoba-coba, pendekatan yang

bersifat menyakinkan atau bersifat

dorongan-dorongan akan sangat

membantu tercapainnya proses adopsi

tersebut, di samping itu pula adopsi sangat

dipengaruhi oleh pemenuhan harapan-

harapan pada manusia, yang dapat dibagi

menjadi 2 ( dua ) bagian yaitu :

42

Page 43: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

1. Dorongan / Harapan Kodrati

Kodrat adalah sifat, keadaan atau

pembawaan alamiah manusia yang sudah

terjelma begitu manusia terlahir, misalnya

menangis, bergembira, lapar, berjalan,

bercinta, mempunyai keturunan dan lain-

lain, semua manusia mempunyai

kemampuan untuk itu. Dorongan kodrat ini

menimbulkan manusia mempunyai

keinginan atau harapan, apabila hal-hal

yang baru kita komunikasikan sesuai

dengan harapan / keinginan mereka, maka

proses adopsi sangat dimungkinkan tidak

mendapatkan permasalahan yang berarti.

2. Dorongan Kebutuhan Hidup

Sudah merupakan kodrat pula bahwa

manusia mempunyai bermacam-macam

kebutuhan hidup, secara garis besar

dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Kebutuhan Jasmaniah

b. Kebutuhan Rohaniah

Kebutuhan Jasmaniah misalnya : makan,

minum pakaian rumah ( Sandang, pangan,

papan ) sedangkan kebutuhan rohaniah

misalnya : kebahagiaan, kepuasan, hiburan

dan keberhasilan. Menurut Abraham

Maslow, kebutuhan manusia hidup itu yaitu :

a). Kelangsungan Hidup / survifal

b). Keamanan / Safety

c). Hak dan Kewajiban dicintai dan

mencintai / be loving and love

d). Diakui lingkungannya / Status

e). Perwujudan cita-cita / Self actualization

semua hal tersebut diatas dapat

mempengaruhi konsep penerimaan /

adopsi dari sesuatu informasi yang baru di

dapat dari komunikator, selanjutnya apabila

kita menghendaki terjadinya perubahan

perilaku masyarakat, dari perilaku tidak

sehat menjadi sehat, maka sebenarnya

terjadi proses pemahaman (cognitive ),

penghayatan ( Internalisasi ) yang

dicerminkan pada sikap dan pengalaman (

Psychomotor ) yang bersumber pada diri

orang yang bersangkutan. Dengan proses

ini diharapkan perubahan tidak hanya

bersifat insidentil semata akan tetapi terus

berlangsung secara lestari.

III. Tehnik-tehnik penyuluhan

A. Tehnik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu

tehnik penyuluhan kesehatan dengan

jalan tanya jawab, hal ini diarahkan

pada tujuan yang telah ditentukan, ciri

khas teknik ini adalah pihak yang

bertanya / interviewer dan yang di

tanya / interviewer. Beberapa sikap

yang harus dilakukan oleh

pewawancara yaitu

- Sopan dan menghormati yang

diwawancarai

- Jujur, terbuka dan dapat dipercaya

- Dapat mengendalikan diri

- Mau dan mudah memahami

individu yang di wawancarai

- Bersifat mendidik dan tanggunjawab

untuk menunaikan tugasnya, dll.

Untuk melakukan wawancara ada hal

yang perlu di persiapkan sebagai berikut :

43

Page 44: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

1. Persiapan

a). Tentukan tujuan wawancara :

- Untuk memperoleh keterangan

- Untuk Membujuk

- Untuk Memberikan informasi,

motifasi dll.

b). Tentukan isi pesan misalkan :

- Arti, tujuan dan manfaat

informasi yang akan

disampaikan

- Bagaimana cara

mewujudkannya

- Cara- cara menghindari

kendala-kendalanya

c). Tentukan kapan wawancara

akan diadakan misalnya

- Hari dan jam berapa

- Apa yang harus dipersiapkan

- Perkiraan waktu untuk

kegiatan wawancara

2. Pelaksanaan

a) Perkenalkan diri anda, maksud dan

tujuan wawancara

b) Ciptakan hubungan baik dan

suasana yang kondusif

c) Rumuskan dan jelaskan serta

berikan pertanyaan dengan kata-

kata yang sederhana.

d) Mulailah dengan hal-hal yang

menjadi perhatian interviewe

e) Berikan kesan bahwa kita sangat

perhatian dan dengarkan

tanggapannya

f) Persiapkan alat peraga yang

menarik dan simple

g) Bawa buku notes untuk rangkuman

yang dianggap perlu

h) Pelajari keadaan lokasi sebelum di

kunjungi

i) Pikirkan bagaimana mencapai

lokasi wawancara

j) Jangan berbicara terlaulu cepat

dan banyak, buat sesimpel mungkin

k) Yakinkan mereka hal di bicarakan

adalah hal yang penting

l) Berikan contoh –contoh idola yang

berkaitan dengan permasalahan

3. Penilaian Wawancara

Sebagai acuan untuk melihat bahwa

suatu interview berjalan dengan baik

dan cukup berhasil, maka hal-hal berikut

dapat dijadikan pegangan yaitu :

• Suasana wawancara tenang dan

tidak ada paksaan

• Pembicara merasa tenang dan

tanpa kecurigaan

• Setiap pertanyaan dijawab dengan

sewajarnya dan tidak dibuat-buat

• Orang yang diwawancara harus

berminat dan perhatian pada

permasalahan yang dikemukakan

• Pertanyaan pada umumnya sudah

dimengerti oleh interviewe.

B. Teknik Ceramah dan Tanya Jawab

Ceramah adalah salah satu metoda

penyuluhan kesehatan dimana kita

menerangkan atau menjelaskan

dengan lisan disertai dengan tanya

jawab dan diskusi kelompok, agar

kegiatan ceramah ini dapat efektif dan

44

Page 45: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

berhasil guna, maka ceramah arus

disertai dengan alat bantu seperti alat

peraga, power poin, slide, leflet tentang

program yang akan disampaiakan, dsb.

Cara penyelenggaraan ceramah yang

baik harus mengikuti langkah – langkah :

1. Persiapan

a. Tentukan maksud dan tujuan

ceramah , misalnya :

• Keterangan atau ide-ide yang

akan disampaikan dan tujuan

program serta langkah-langkah

kongkrit pelaksanaannya.

• Berupa dorongan atau motivasi

pada masyarakat agar mampu

dan berminat untuk

melaksanakannya.

• Mengajak atau menggugah

masyarakat untuk terlibat

langsung dalam pemecahan

permasalahan dilapangan

sehingga program kesehatan

tersebut dapat tercapai.

b. Tentukan siapa yang akan hadir

dalam acara ceramah tersebut:

Sesuaikan metoda apa saja yang

akan mempermudah komunikasi

antara komunikan dan komunikator

berjalan lancar, misalnya :

• Metoda atau alat peraga

disesuaikan dengan kondisi adat

istidat setempat atau kemampuan

penerimaan dari komunikan.

• Cara penyampaian akan berbeda

ketika menghadapi kelompok

masyarakat dengan tingkat

pendidikan yang berbeda.

• Cara Penyampaian ceramah akan

berbeda dengan kelompok umur

yang berbeda pula, dll.

c. Siapkan materi atau pesan-pesan apa

saja yang akan diberikan pada acara

ceramah tersebut, misalkan upaya

membiasakan mencuci tangan dengan

sabun sebelum makan, dsb.

d. Gunakannlah waktu dengan bijaksana

dan tidak terlalu bertele-tele sehingga

kondisi acara tersebut akan

membosankan, dan pada akhirnya

tidak akan efektif, biasakan ceramah

tidak lebih dari 45 menit dan upayakan

hidupkan suasana dengan cara tanya

jawab atau dua arak komunikasi ( two

way communication )

e. Upayakan pada setiap akhir

ceramah buat suatu resume atau ringkasan,

sehingga komunikan dapat dengan mudah

menangkap simpulan-simpulan atau hal-hal

penting apa saja yang menjadi pokok

pembicaraan pada acara cermah tersebut.

f. Kondisi tempat ceramah : gedung

yang luas, tenang, udaranya sejuk,

susunan kursi yang ditata dengan apik,

sarana dan prasarana gedung

memadai untuk kelangsungan kegitan

penyampaian program tersebut dan

hal-hal lainnya yang dianggap perlu

untuk memberikan rasa nyaman dan

aman sehingga proses penyerapan

informasi tidak akan terganggu.

45

Page 46: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

2. Pelaksanaan Ceramah

a. Mulailah dengan memperkenalkan

diri, maksud dan tujuan ceramah

serta harapan yang akan dicapai

b. Penjelasan disusun dengan

sistematis dan terarah

c. Selingi dengan humor-humor yang

segar, cara ini agar pusat

perhatian komunikan terjaga.

d. Berikan tekanan-tekanan atau

intonasi yang turun naik sehinnga

konsentrasi komunikan akan

cenderung memperhatikan.

e. Pemakaian alat peraga yang tepat

dan benar-benar dapat

memperjelas yang tidak jelas.

f. Pakailah bahasa yang mudah

dimengerti oleh pendengar.

g. Berikan suasana ceramah itu

menyenangkan, agar pendengar

mudah mengungkapkan isi hatinyan

atau bertanya.

h. Bila perlu lakukan break setiap 5

menit ajukan feedback atau

pertanyaan-pertanyaan untuk

mengetahui daya serap atau

perhatian komunikan/ pendengar.

i. Jawablah setiap pertanyaan

dengan jelas dan tidak dibuat-buat.

j. Setiap pertanyaan jadikan bahan

diskusi sehinnga pendengar yang

lainnya dapat berperan aktif dalam

pemecahan permasalahan

dikelompoknya.

k. Mintalah perhatian yang sungguh-

sungguh pada pendengar pada isi

cermah di maksud.

l. Berikan tips-tips atau saran ringan

mengenai kesehatan sehingga

komunikan akan teringat terus.

m. Ucapkanlah terima kasih atas

perhatian merek dan sempatkan

untuk beramah tamah dengan

pendengar, agar mereka

mempunyai kesan yang mendalam.

3. Penilaian

Setiap kegiatan ceramah harus ada

penilaian baik itu langsung ataupun tidak

langsung, hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah pendengar/komunikan

mengerti atau tidak dengan pesan yang

kita berikan, adapun caranya antara lain :

a. Mengajukan pertanyaan secara lisan

tentang ceramah yang kita lakukan.

b. Membuat angket pertanyaan pada

komunikan dengan tidak

mencantumkan namanya.

c. Adakan wawancara setelah selesai

ceramah pada beberapa pendengar

d. Mengadakan observasi selama

ceramah berlangsung mengenai

perhatian dan tanggapan komunikan.

Adapun hal-hal yang perlu dinilai adalah :

a. pengetahuan isi ceramah

b. tanggapan tentang cermah

• Isi ceramah

• Penceramah

• Cara penyampaian, terlalu cepat

atau lambat dll.

46

Page 47: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

c. hasil guna ceramah menurut

komunikan

d. kesanggupan mengaplikasikan idea

atau keterangan yang di sampaikan.

e. Komentar umum tentang ceramah

• Ceramahnya menarik atau tidak

• Tempat duduk, suasana

• Ruangan

• Penyelenggaraan dan lain-lainnya.

C. Teknik Pameran

Pameran adalah penyajian koleksi dari

bahan-bahan material misalnya

mengenai jamban keluarga, sarana air

minum, MCK, berupa bacaan, foto-foto

dan grafik-grafik yang nyata dan tidak

dibuat-buat. Adapun kriteria pameran

adalah

• adanya kesatuan tujuan, dan tidak

diarahkan untuk berbagai tujuan

• Mempunyai daya tarik

• tempat yang strategis mudah di

capai orang, adapun hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah :

1. Persiapan

a. Harus diketahui apa tujuan

mengadakan pameran

b. Menyiapkan segala keperluan

pameran

c. Menentukan tempat

d. Menyusun pembiayaan

e. Perhitungkan luas tempat desain

dan tata ruang

f. Persiapkan tenaga khusus untuk

memandu pameran

g. Pameran hendaknya mempunyai

hubungan atau gambaran yang

jelas dengan program kesehatan .

2. Pelakasanaan

a. Adakan kegiatan-kegiatan yang

menarik perhatian

b. Buat sistem alur kunjungan

c. Usahakan sikap pemandu pameran,

ramah , sopan dan kooperatif

d. Ucapkan terima kasih pada waktu

pengunjung selesai berkunjung

e. Berikan buah tangan bila ada

seperti leaflet, booklet dll.

f. Adakan publikasi khusus bila

memungkinkan di media masa.

3. Penilaian

Hal yang perlu di nilai yaitu maksud dan

kegunaan pameran, penyelenggaraan,

tata letak, servis petugas / pemandu,

waktu penyelenggaraan, biaya

pameran, dan rencana pameran itu

sendiri harus dinilai, antara lain :

a. Lakukan observasi, perhatikan

pengunjung golongan mana yang

banyak, pertanyaan-pertanyaan

yang dilontarkan dll.

b. Siapkan questioner untuk dibagikan

pada pengunjung pameran dan

sediakan tempat khusus untuk

mengisi kuesioner tersebut, dari situ

kita dapat feed back.

D. Teknik Demontrasi

Demontrasi adalah suatu metoda

penyampaian gagasan dengan cara

memperlihatkan bagaimana cara

47

Page 48: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

menjalankan suatu tindakan atau adegan

dengan menggunakan prosedur yang baik

dan benar, sehingga prosedur tersebut

dijalankan dengan step-step yang

berurutan dan standar.

1. Persiapan

a. Yakinkan anda memahami prosedur

yang akan didemokan dan latar

belakang siapa yang akan

mendapatkan informasi tersebut.

b. Menentukan alat peraga apa yang

paling tepat

c. Semua peralatan agar dipersiapkan

dengan baik.

2. Pelaksanaan

a. Buat suasana menarik dan penuh

keakraban, upayakan juga pusatkan

perhatian pengujung pada apa

yang akan kita demokan

b. Sajikan demontrasi dengan runut,

dan berikan tekanan tekanan pada

hal-hal yang memang sangat prinsip

c. Berikan penjelasan yang menyeluruh

dan jelas serta sistematis.

d. Adakan perumusan, pengulangan

dan praktek pada pengunjung serta

tanya jawab.

e. Berikan pengunjung waktu untuk

mempraktekan dan mengulangnya serta

berikan pembetulan-pembetulan agar

sesuai prosedur yang tepat dan benar.

3. Penilaian

Lakukan penilaian pada hasil akhir dari

demo yang kita lakukan, hal ini dapat

dilakukan dengan :

Mengajukan tanya jawab langsung

atau menggunakan daftar pertanyaan

untuk diisi oleh pengujung, adapun

materi dalam penilaian yaitu :

a. Prosedur pelaksanaan demontrasi

b. Penggunaan alat demontrasi, tepat

atau tidak

c. Bagaimana atau perhatikan

ruangan fisik dan gangguan-

gangguan dari luar lainnya

d. Apakah cara yang kita gunakan

cocok dan sesuai dengan tujuan

demontrasi atau tidak.

D. Penutup

Teknik menyampain pesan ini hanyalah

sekelumit dari berbagai teknik berbagai

macam teknik yang sering kita baca,

namun teknik tersebut diatas cukup untuk

memfasilitasi bagi para penyuluh. Penyuluh

harus dapat berinteraksi dengan komunikan

sehingga pesan kesehatan dapat diterima

oleh pendengar secara efektif. Selanjutnya,

mengembangkan teknik tersebut agar

mendapatkan hasil yang diharapkan

E. Daftar Pustaka

1. Pedoman Kabupaten / Kota sehat

Depkes. Tahun 2004 2. Drs. Sujadi, MP, Ilmu Budaya Dasar,

Universitas Terbuka tahun 1997 3. Materi / Modul TOT kesehatan kerja

Pusdilak PPSDM tahun 2005 4. Depkes. RI, Jakarta, Beberapa Teknik

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat tahun 1980.

48

Page 49: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

FAKTA KAPAL SWEDIA GOTHERBORG

- Panjang kapal : 40.9 m

- Total panjang (bowsprit) : 58.5 m

- Lebar kapal : 11 m

- Tinggi kapal dari permukaan laut : 47 m

- Luas layar kapal : 1.900 m2

- Tinggi di bawah permukaan laut: 5,25 m

dari ujung belakang/depan kapal : 4,75 m

- Berat bersih 400 ton

- Berat kotor/ berat dengan isinya 1.150 ton

- Kecepatan 5 – 6 knot (maksimal 8 knot)

- Jumlah awak kapal maksimal 80 awak

- Material dasar kerangka Kayu oak

- Material dasar layar : Linen 2.000 m2

RUTE PERJALANAN :

Kapal Swedia Gotherborg melakukan

perjalanan sesuai dengan rute yang

ditempuh East Indiaman pada abad ke 18.

Gotherborg berangkat dari Pelabuhan

Gotherborg untuk melakukan perjalanan

selama 2 tahun. Tempat yang disinggahi :

- Keberangkatan 2 Oktober 2005 dari

Gotherborg

- Persinggahan 12 Nopember 2005 di Volvo

Ocean Race di Vigo, Spanyol

- Persinggahan 19 – 28 Nopember 2005 di

Cadiz, Spanyol

KEDATANGAN KAPAL LAYAR GOTHERBORG SWEDIA DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK, JAKARTA

Oleh : Ikron, SKM, MKM

KAPAL LAYAR GOTHERBORG SWEDIA: MASA LALU DAN KINI

Setelah 2 tahun ekspedisi mengarungi samudera Kapal Gotherborg mengalami

hantaman badai, para kru cemas dan sangat berharap bisa tiba kembali di kampung

halaman dengan selamat. Akhirnya pada September 1745 harapan merekapun

tercapai, para kru dan beberapa muatan yang berkaitan dengan keuangan nasional

Swedia di jemput dengan perahu kecil. Berbagai kecurigaanpun bermunculan, dari

kecurangan asuransi! Kegagalan kemudi? Atau nahkoda yang mabuk?

Setelah sekian lama Kapal East Indiaman Gotherborg pun terlupakan, sampai 240 tahun

kemudian para penyelam menemukannya kembali dan memulai penggalian arkeologi

laut. Penggalian yang menarik, penemuan-penemuannya yang menggairahkan serta

petunjuk yang ganjil tentang ide pembangunan replika kapal dengan teknologi

tradisional, untuk dapat sekali lagi berlayar menuju Cina.

Pembangunan kapal dimulai di Dermaga asli Terra Nova di Gotherborg sejak 11

Juni 1995. Sepuluh tahun kemudian, pada 2 Oktober 2005,impian menjadi kenyataan,

East Indiaman meninggalkan pelabuhan Gotherborg sekali lagi, membawa warga

Swedia dan Swedish East India Company menuju Cina dan dunia.

East Indiaman abad ke 18 mengangkut barang sepeti produk besi dan kayu, ter,

dan minyak ke Spanyol, yang ditukarkan dengan perak. Kemudian di Kanton, perak

tersebut ditukarkan dengan porselen, the, rempah-rempah, sutra dan barang-barang

oriental lainnya. Kapal Swedia Gotherborg pada tahun 2005 tidask mengangkut barang-

barang. Kapal tersebut dialihfungsikan sebagai duta Swedia di bidang kebudayaan,

perdagangan, dan perusahaan.

49

Page 50: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

- Persinggahan 30 Desember 2005 – 10

Januari 2006 di Recife, Brazil

- Persinggahan 19 – 28 Februari 2006 di

Cape Town, Afrika Selatan

- Persinggahan 9 – 25 Maret 2006 di Port

Elizabeth, Teluk Nelson Mandela, Afrika

Selatan

- Persingahan 13 – 25 Mei 2006 di Fremantle,

Australia,

- Persingahan 16 – 28 Juni 2006 di Jakarta,

Indonesia

- Tujuan akhirnya di Guangzhou (dahulu

disebut Kanton).

KRONOLOGIS KEDATANGAN

1. Rapat Persiapan kedatangan kapal

Gotheborg ke Pelabuhan Tanjung Priok

Hari Jum’at, Tanggal 9 Juni 2006

bertempat di Kantor ADPEL Tanjung Priok

Jl. Palmas No. 1, dengan Surat

Undangan No. UK.112/8/6/AD. Tpk.06

Perihal Undangan, Tanggal 7 Juni 2006

yang ditujukan kepada Kepala Kantor

KKP Kelas I Tanjung Priok.

2. Rencana Kapal sandar di Pelabuhan

Tanjung Priok mulai tanggal 18 s/d 28

Juni 2006, untuk melakukan pameran.

3. Tanggal 9 Juni 2006

a. Jam 16.30 WIB Tim KKP Kelas I

Tanjung Priok berangkat bersama

Agent dan Imigrasi ke lokasi kapal (di

Pulau Bidadari) guna pemberian

Freepratique. Setelah pemeriksaan

dokumen karantina (DEC/DC,

Vactination List, Crew List, Port Call

List) dan pemeriksaan sanitasi kapal

selesai, maka Kapal Gotherborg

dinyatakan sehat oleh Tim. Tim KKP

Kelas I Tanjung Priok langsung

memberikan Freepratique kepada

Kapten Kapal Gotheborg jam 17.10

WIB (No. Freepratique 289179).

b. Tim pemberian Freepratique :

Ikron, SKM., MKM , Saeful Millah dan

Agus Supadmo

c. Tim tiba di kantor jam 18.45 WIB

4. Rapat lanjutan persiapan kedatang

kapal Gotheborg ke Pelabuhan Tanjung

Priok Hari Jum’at, Tanggal 16 Juni 2006

bertempat di Kantor ADPEL Tanjung Priok

Jl. Palmas No. 1, dengan Surat

Undangan No. UK.112/8/6/AD. Tpk.06

Perihal Undangan, Tanggal 13 Juni 2006

yang ditujukan kepada Kepala Kantor

KKP Kelas I Tanjung Priok.

5. Tanggal 18 s/d 28 Juni 2006 Tim

Pengawasan Kapal Gotherborg stand

by di Terminal Penumpang (107).

6. Tanggal 19 dan 22 Juni Tim melakukan

pengawasan pemasangan rat guard

7. Tanggal 20 dan 23 Juni Tim melakukan

pemeriksaan sanitasi kapal

8. Tanggal 28 Juni Kapal Gotherborg

melanjutkan route perjalanan menuju

negara China (nomor PHC : 2237).

9. Kunjungan kru Kapal Gotherborg yang

berobat di Posko Kesehatan sebanyak

29 orang, dengan keluhan antara lain :

gastritis, cephalgia, myalgia dan fatique.

50

Page 51: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

Page 52: BULETIN I Edisi 3 Tahun 2006

Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 1 No.3 TAHUN 2006

520