52

Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008
Page 2: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

2

Daftar Isi :

Pengantar Redaksi 3

Dimensi Mutu 4

Payung Hukum apa

yang kita butuhkan ...

12

Penyakit Potensi PHEIC 21

Aplikasi Portable solusi

computer ….(bag II)

32

Champaca 33

Kenali kanker Serviks 34

Pengaruh Narkotika

dan Obat-obatan ...

37

Penggunaan Kom-

puter dalam bekerja

43

Fitofarmaka 47

BULETIN

INFO KESEHATAN PELABUHAN

Diterbitkan oleh :

KANTOR KESEHATAN

PELABUHAN KELAS I

TANJUNG PRIOK

DITJEN PP & PL DEPARTEMEN

KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA

PELINDUNG / PENASEHAT

Kepala Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

Raissekki, SKM.MM.

DEWAN REDAKSI :

Ketua,

RBA. Widjonarko, SKM.M.Kes.

ANGGOTA REDAKTUR :

Rosyid Ridlo Prayogo, SE.MKM.,

Ikron, SKM.MKM.,

Agus Syah FH.SKM.,

Sugeng Retyono, SKM.

EDITOR :

Nana Mulyana, SKM.,

Lussi Soraya.,

Dewi Dyah Palupi, SKM.

SEKRETARIAT :

Evi Maria

Bagi pembaca yang memiliki tulisan dan ingin ditampilkan di buletin ini, Kirimkan artikel Anda ke redaksi Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

SURAT : Jln . Raya Pelabuhan No. 17 , Tanjung Priok - Jakarata utara ( kode Pos 13140)

E-MAIL : [email protected]

Kompetensi teknis dalam dimensi mutu pada Kantor K e s e h a t a n P e l a b u h a n , berkaitan dengan

bag a im ana ket e p at an , konsistensi dan kepatuhan s e o r a n g p e t u g a s melaksanakan prosedur tetap yang ad a . K uran gnya kompetensi teknis seorang petugas akan menyebabkan penyimpangan kecil terhadap p r o t a p s a m p a i p a d a kesa lahan besa r yang mengurangi efektifitas dalam k e t e l i t i a n p e m e r i k s a a n dokumen dan menimbulkan dampak penyimpangan hukum yang berat. Oleh karena itu, penyelenggaraan u p a y a k e s e h a t a n d i pelabuhan harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terlatih sesuai persyaratan yang ditentukan.

DIMENSI MUTU

PAYUNG HUKUM APA YANG KITA BUTUHKAN SAAT INI ??

S ebagian besar pasti mengatakan : “Undang –

Undang Karantina Kesehatan”. Apabila anda juga mengatakan demikian, pertanyaan yang seharusnya muncul dalam benak anda, yakni : “Seberapa besar efektifitas dan efisiensi pengupayaan memunculkan undang – undang tersebut” ?

Payung Undang – Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 sudah ada dan jelas, antara lain tentang pemberantasan penyakit, baik penyakit menular

maupun penyakit tidak menular, pengamanan makanan, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, penyembuhan penyakit, pengamanan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif, dan kesehatan matra.

Sedangkan bila muncul Undang – Undang Karantina Kesehatan, dimanakah tempat penyakit tidak menular, pengamanan makanan, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, penyembuhan penyakit, pengamanan dan lainnya ?

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 3: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

3

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan

buletin Volum III nomor 2 yang diterbitkan oleh Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini

merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan

dalam mengembangkan potensi diri guna mendukung

pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi para

pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh

Indonesia.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi

hasil pelaksanaan program, kajian – kajian,

pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya

manusia melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan

karya – karya seni serta peristiwa – peristiwa terkini lainya,

bahkan informasi kesehatan tradisional.

Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Nusantara

ini merupakan salah satu unit pelaksana teknis

Departemen Kesehatan RI yang mempunyai tugas

melaksanakan pencegahan masuk & keluarnya penyakit,

penyakit potensial wabah, pengamanan terhadap

penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,

survailans epidemiologi, kekarantinaan,pengawasan

OMKABA, pelayanan kesehatan, pengendalian dampak

kesehatan lingkungan,bioterorism, unsur biologi, kimia dan

pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Oleh karena

itu unit pelaksana teknis ini (KKP) harus saling memberikan

informasi tentang seluruh faktor resiko di wilayah kerjanya

masing – masing dengan menggunakan seluruh media

informasi yang telah tersedia, termasuk menggunakan

buletin ini sebagai wahana penyampaian informasi.

Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan,

reportase, saduran, karikatur, sajak – sajak ataupun karya

sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan program

kesehatan pelabuhan. Redaksi memberikan kesempatan

ini pada para kolega KKP, institusi kesehatan unit pusat

dan daerah serta seluruh pembaca di seluruh Indonesia

untuk berpartisipasi dalam penulisan Buletin Info

Kesehatan Pelabuhan.

Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini

untuk melaju dengan kecepatan optimal dalam

meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja

yang kita inginkan.

Selamat bekerja dan sukses selalu

Pengantar Redaksi

INFO KESEHATAN PELABUHAN

MENUJU GREEN LIVE ???

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan,

dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain (UU 23 /1997). Kerusakan

lingkungan, khususnya lingkungan

Pelabuhan dapat terjadi karena aktifitas

manusia dan alam. Dampak negatif

aktifitas pembangunan diberbagai sektor

adalah dihasilkannya limbah yang

semakin banyak yang menimbulkan

pencemaran yang merusak fungsi

lingkungan hidup. Pencemaran di wilayah

pelabuhan, dapat menimpa laut sekitar

pantai dan daratan oleh adanya aktifitas

manusia.

Sumber pencemaran daratan

pelabuhan, antara lain berasal dari limbah

industri, buangan sampah dari transportasi

darat, dll, sedangkan sumber dari

pencemaran laut sekitar pantai antara

lain berasal dari tumpahan minyak, sisa

damparan amunisi perang, buangan dan

proses di kapal, buangan industri ke laut,

proses pengeboran minyak di laut, emisi

transportasi laut, dll. Pencemaran dari

tumpahan minyak di laut merupakan

sumber pencemaran laut yang selalu

menjadi fokus perhatian dari masyarakat

luas, karena akibatnya akan sangat cepat

dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai

dan sangat signifikan merusak makhluk

hidup di sekitar pantai tersebut.

Oleh karena itu, pelaksanaan

pembangunan berbagai sektor di wilayah

pelabuhan harus berwawasan lingkungan,

terutama oleh munculnya krisis

pemanasan global yang menimpa dunia.

Kantor Kesehatan Pelabuhan

menyelenggarakan fungsi dalam

pengawasan kualitas lingkungan fisik

udara, air (termasuk air laut sekitar pantai

atau kolam pelabuhan) dan tanah

sebagai bahan masukan dalam

kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup di wilayah

Pelabuhan.

Selanjutnya, perlukah kita

berteriak meminta “action” kepada para

ahli dibidang kesehatan lingkungan

dalam mengantisipasi dampak issue krisis

pemanasan global yang semakin

memanas ???

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 4: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

4

DIMENSI MUTU

Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM

M utu suatu pelayanan dapat menggunakan konsep yang

multi dimensi, antara lain kompetensi teknis, akses terhadap

pelayanan, efektifitas, efisiensi, hubungan antar manusia,

berkesinambungan, keamanan, kenyamanan, dll. Konsep mutu ini

merupakan kerangka pikir yang bermanfaat bagi petugas, khususnya petugas kesehatan

pelabuhan untuk menganalisa masalah dan untuk mengetahui sampai seberapa jauh

petugas tersebut telah memenuhi standar sesuai yang ditetapkan.

Mutu merupakan perpaduan antara sifat – sifat dan karakteristik yang menentukan

sampai seberapa jauh keluaran dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

Oleh karena itu, mutu dapat didifinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan

dengan jasa, produk, petugas, proses dan lingkungan yang memenuhi harapan.

Dengan demikian maka Kantor Kesehatan Pelabuhan harus mampu melaksanakan

upaya daya saing yang optimal melalui perbaikan secara terus menerus atas jasa, produk,

petugas, proses dan lingkungannya. Manfaat perbaikan tersebut, antara lain :

meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan daya saing, menurunkan waktu

pelayanan, dan menurunkan biaya, dll.

Kompetensi teknis dalam dimensi mutu pada Kantor Kesehatan Pelabuhan,

berkaitan dengan bagaimana ketepatan, konsistensi dan kepatuhan seorang petugas

melaksanakan prosedur tetap yang ada. Kurangnya kompetensi teknis seorang petugas

akan menyebabkan penyimpangan kecil terhadap protap sampai pada kesalahan besar

yang mengurangi efektifitas dalam ketelitian pemeriksaan dokumen dan menimbulkan

dampak penyimpangan hukum yang berat.

Oleh karena itu, penyelenggaraan upaya kesehatan di pelabuhan harus

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terlatih sesuai persyaratan yang

telah ditentukan. Tenaga yang profesional tersebut adalah tenaga yang telah memiliki

pendidikan formal dan telah memperoleh pelatihan teknis fungsional di dalam negeri

ataupun luar negeri, untuk menjamin kemampuan dan kepercayaan internasional. Secara

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 5: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

5

otomatis petugas kesehatan di pelabuhan

harus diberikan tunjangan atas risiko kerja

yang harus dijalankan sesuai tugas yang

diberikan. Tunjangan risiko kerja ini

merupakan imbalan atas risiko kerja

ataupun kompensasi apabila sewaktu –

waktu dapat menimpa petugas tersebut.

Kenapa demikian ??? Karena . . . . .

petugas kesehatan pelabuhan dalam

melaksanakan tugasnya, banyak

mengandung r i s iko ker ja yang

berhubungan dengan :

Pekerjaan yang dilakukan pada

lokasi yang jauh, dan dengan

menggunakan alat angkut

Dilakukan dalam waktu 24 jam

Peralatan yang dioperasikan

memerlukan perhatian penuh dan

khusus

Kadang menggunakan pestisida

yang sangat mematikan

dll

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

P eningkatan kesehatan di wilayah

pelabuhan merupakan upaya

prioritas dalam menyambut era globalisasi

pasar bebas, yang mana wilayah ini

merupakan obyek bisnis segala bidang

ekonomi. Dalam menyambut era

globalisasi pasar bebas, beberapa tahun

terakhir ini pertumbuhan telah terjadi pada

pelabuhan di seluruh Indonesia, termasuk

pelabuhan Tanjung Priok yang memiliki arus

lalu lintas tertinggi di Indonesia. Secara

otomatis, jenis dan pola penyakit di wilayah

pelabuhan ini dapat berubah dan dapat

menjadi pencetus adanya kedaruratan

kesehatan masyarakat yang meresahkan

dunia.

Kantor Kesehatan Pelabuhan

merupakan unit pelaksana teknis

Departemen Kesehatan RI yang

d iharapkan mampu mencegah,

mel indungi dan menanggulangi

penyebaran penyakit antar negara dan

antar pelabuhan dalam wilayah Nusantara

ini, tanpa adanya pembatasan yang tidak

perlu terhadap penyelenggaraan

perjalanan dan perdagangan

Oleh karena itu, dibutuhkan

sumberdaya tenaga yang memadai

secara kualitas maupun kuantitas dan

menyeluruh meliputi berbagai multidisiplin

i l mu sesu a i keb utuha n da la m

penyelenggaraan fungsi KKP sesuai

klasifikasi kelasnya. Pengadaan tenaga

sering menjadi bahan pembicaraan sehari

– hari di KKP sebagai unit pelaksana teknis,

proses pengadaan dan penggajiannyapun

PENGADAAN TENAGA KESEHATAN PADA UPT

Page 6: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

6

bervariasi, terutama pengadaan tenaga di

luar jalur PNS melalui perjanjian kerja

sehingga diperoleh tenaga sesuai

kebutuhan KKP.

Dibawah ini disajikan titik – titik

penting yang perlu diperhatikan oleh

teman – teman KKP dalam pengadaan

tenaga dengan perjanjian kerja sesuai

Permenkes nomor : 1199 tahun 2004

sehingga status tenaga tersebut fleksibel

walaupun kedudukannya bukan sebagai

Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak

Tetap.

Beberapa hal yang perlu menjadi

perhatian :

1. Perjanjian kerja adalah suatu

perjanjian kerja antara tenaga

kesehatan dengan pimpinan sarana

kesehatan secara tertulis, dalam

waktu tertentu yang memuat syarat-

syarat kerja, hak, dan kewajiban

para pihak.

Perjanjian Kerja Perorangan

a d a l a h p e r j a n j i a n k e r j a

perorangan, merupakan perjanjian

kerja yang dilakukan antara

pemberi kerja dengan seorang

tenaga kesehatan

Perjanjian Kerja Bersama adalah

per jan j ian ker ja bersama

merupakan perjanjian kerja yang

dilakukan antara pemberi kerja

dengan beberapa tenaga

kesehatan sebagai suatu Tim Kerja

yang bergerak di bidang

kesehatan untuk angka waktu

tertentu

2. Jenis pekerjaan

Paket pelayanan adalah

Perjanjian kerja yang bertujuan

untuk menyelesaikan sejumlah

beban kerja tertentu, misalnya

pelayanan imunisasi pada

daerah tertentu

Prestasi adalah Perjanjian kerja

yang didasarkan pada prestasi

(target) yang dicapai apabila

prestasi melampaui target

pelayanan maka tenaga

kesehatan yang bersangkutan

dapat memperoleh insentif

sesuai yang diperjanjikan

3. Syarat perjanjian kerja

kesepakatan kedua belah pihak

Kemampuan atau kecakapan

melakukan perbuatan hukum

Adanya peker jaan yang

diperjanjikan; dan

Pekerjaan yang diperjanjikan

tidak bertentangan dengan

ketertiban umum kesusilaan, dan

peratu ran perundang –

undangan yang berlaku.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 7: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

7

4. Langkah – langkahnya :

Melakukan pendataan tenaga

yang dimiliki

Melakukan analisis kebutuhan

tenaga

Menetapkan jenis pekerjaan

(spesifikasi)

Menetapkan kebutuhan tenaga

berdasarkan jenis dan kualifikasi

yang disusun berdasarkan skala

prioritas.

Melaksanakan penyebar luasan

informasi

M e l a k u k a n p e n j a r i n g a n

peminatan sesuai dengan

ketentuan persyaratan yang

diberlakukan antara lain seleksi

administrasi, seleksi tertulis,

wawancara dan psikotest

Membuat pengumuman hasil

seleksi.

Membuat surat Perjanjian kerja .

5. Hak pemberi kerja

P e m b e r i k e r j a b e r h a k

memperoleh jasa dari tenaga

kesehatan

Berhak melakukan pemutusan

hubungan kerja apabila tenaga

kesehatan tidak memenuhi

kewajibannya

Berhak melakukan pemutusan

hubungan kerja apabila tenaga

kesehatan tidak memenuhi

kewajibannya.

6. Hak tenaga kesehatan sebagai

penerima kerja

Memperoleh penghasilan / upah

M e m p e r o l e h p e n g a k u a n

pengalaman kerja sesuai dengan

masa kerja;

Memperoleh tunjangan transport,

premi asuransi jiwa dan jaminan

pemeliharaan kesehatan sesuai

peraturan yang berlaku di sarana

kesehatan tersebut

Memperoleh kesejahteraan/

insentif yang ditetapkan oleh

pimpinan misalnya jasa medik,

lembur dan lain-lain

Memperoleh cuti yang ditetapkan

oleh pimpinan :

cuti tahunan lamanya 12 hari

kerja bagi tenaga kesehatan

dengan perjanjian kerja lebih

dari satu tahun

cuti hamil lamanya satu bulan

sebelum melahirkan dan satu

setenga bu lan setelah

melahirkan bagi karyawati

cuti sakit lamanya berdasarkan

Page 8: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

8

atas surat keterangan dokter

selama menjalankan cuti hak-

hak atas pengahasilan / upah

tetap dibayar sebagaimana

mestinya.

Menjalankan praktik di luar jam

kerja sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang

berlaku

Berhak melakukan pemutusan

hubungan kerja apabila pemberi

kerja tidak memenuhi

kewajibannya

7. Kewajiban pemberi kerja

Membayarkan penghasilan/

upah dan kesejahteraan / insentif

tenaga kesehatan sesuai yang

diperjanjikan

Mentaati perjanjian kerja yang

telah disepakati dan semua

peraturan perundang-undangan

yang berlaku

Melaksanakan ketentuan waktu

kerja/lembur sesuai peraturan

perundangan yang berlaku

Memenuhi dan menghormati hak

-hak tenaga kesehatan

8. Kewajiban tenaga kesehatan

sebagai penerima kerja

Untuk tenaga kesehatan

tertentu wajib memiliki surat ijin

praktik sementara / surat ijin

praktik/surat ijin kerja

Mmentaati perjanjian kerja yang

telah disepakati dan semua

peraturan perundang –

undangan yang berlaku

Melaksanakan tugas sesuai

dengan profesinya

9. Pelanggaran disiplin, dikenakan

sanksi, berupa :

Teguran lisan

Teguran tertulis

Pemutusan hubungan kerja sebe-

lum berakhirnya batas waktu per-

janjian kerja.

10. Gaji pokok

Gaji pokok ditentukan berdasar-

kan tingkat pendidikan, sebagai

berikut :

Contoh perhitungan gaji tenaga dengan

No Tk Pendidikan Gaji pokok

1 SMU 1,4 UMR

2 D2 1,5 UMR

3 D3 1,6 UMR

4 S1 1,7 UMR

5 Dr / drg / Apoteker 1,8 UMR

6 S2 1,9 UMR

7 Spesialis 2 UMR

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 9: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

9

perjanjian di DKI Jakarta (2004) :

PERAWAT

Seorang perawat, pendidikan setingkat

SMU UMR DKI = Rp. 426.250,-

1. Gaji pokok perawat : 1,4 x Rp.

426.250 = Rp. 596. 750,-

2. Tunjangan jabatan : 0,2 x Rp. 596.750

= Rp. 119. 350,-(+) fungsional

3. PENGHASILAN : Rp. 716. 100,-

DOKTER

1. Gaji Pokok : 1,8 x Rp. 426.250 =

Rp. 767.250,-

2. Tunjngan jabatan dokter : 0,2 x

Rp. 767.250 = Rp. 153.450,-(+)

fungsional

3. PENGHASILAN : Rp. 920. 700,-

11. Kerja lembur : Ketentuan lembur

dalam pasal 78 ayat(1), Undang –

Undang Nomor 13 Tahun 2003

12. Struktur gaji tenaga kesehatan per-

janian kerja, pada prinsipnya terdiri

dari :

a. Gaji Pokok;

b. Tunjangan dapat terdiri atas :

Tunjangan jabatan

Tunjangan pengabdian

Tunjangan kesejahteraan

Kerja lembur

Insentif

Iuran premi asuransi kesehatan

Pada dasarnya, para pengelola

pengadaan tenaga pada unit pelaksana

teknis, khususnya pada Kantor Kesehatan

Pelabuhan harus mengacu pada

Permenkes nomor : 1199 tahun 2004 dan

undang – undang nomor : 13 tahun 2003.

(RBAW)

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

M edia dalam proses pembelajaran

merupakan seperangkat benda

atau alat yang berfungsi dan digunakan

sebagai ” Pembantu” fasilitator atau

pelatih untuk komunikasi dan interaksi

dalam suatu proses pembelajaran dengan

tujuan untuk mempermudah dan

mempercepat proses penyampaian materi

pembelajaran kepada peserta latih.

Media merupakan alat Bantu dalam proses

pembelajaran di dalam kelas ataupun di

luar kelas dalam bentuk non fisik (software)

yang mengandung „pesan‟ didalamnya (isi

materi pembelajaran).

Pemilihan dan penggunaan media dalam

proses pembelajaran harus disesuaikan

MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Page 10: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

10

dengan :

1. Pendekatan pelatihan yang

digunakan.

2. Tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

3. Kebutuhan proses pembelajaran

dan kemampuan peserta latih.

4. Kemampuan yang ada pada fasili-

tator / pelatih dalam menggunakan

media pembelajran.

5. Alokasi waktu dan lokasi pelatihan.

Beberapa contoh media pembelajaran

yang digunakan sesuai dengan pendeka-

tan pelatihan tatap muka / dalam kelas

(off the job training), antara lain sebagai

berikut :

OHT

Software

Buku referensi

Modul

Panduan pelatihan (petunjuk

diskusi/kasus)

Film

dll

Sedangkan alat bantu dalam

pembelajaran merupakan seperangkat

benda atau alat dalam bentuk fisik

(hardware) yang dapat dilihat, didengar

dan diraba oleh panca indera, yang

digunakan oleh fasilitator/pelatih dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

Dalam memilih alat bantu dalam

suatu proses pembelajaran, harus

disesuaikan dengan :

Disesuaikan dengan pendekatan

pelatihan.

Disesuaikan dengan tujuan pembe-

lajaran.

Disesuaikan dengan media pembe-

lajaran yang digunakan.

Menghasilkan efek pembelajaran

yang lebih baik.

Prinsip efektif dan efisien.

Disesuaikan dengan kemampuan

dari fasilitator/pelatih.

Beberapa alat bantu dalam proses

pembelajaran suatu pelatihan tatap

muka / dalam kelas (off the job training),

antara lain sebagai berikut :

Spidol

Transparan

LCD

OHP

White board

Komputer

Film Chart

Dll

Page 11: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

11

Proses pengiriman dan penerimaan dalam

proses pembelajaran suatu pelatihan dari

fasi l i tator kepada peserta latih,

digambarkan sebagai berikut :

Para pejabat Kantor Kesehatan

Pelabuhan sebagai tim instalasi

“Pelatihan” harus betul – betul

memahami tentang prinsip –

prinsip kediklatan, dengan

harapan proses pembelajaran

pelatihan dapat sesuai

d e n g a n h a r a p a n ,

terutama pada Kantor

Kesehatan Pelabuhan

Kelas I yang akan

semakin banyak

jumlahnya.

Marilah

k i t a

perhatikan

k e r u c u t

pengalaman Edgar Dale disamping ini

secara cermat, dengan harapan agar

pemi l ihan media dalam proses

pembelajaran suatu pelatihan yang

diselenggarakan oleh instansi kita

memperoleh hasil yang optimal.

Perolehan Hasil Belajar

1. Indra pandang = 75 %

2. Indera dengar = 13 %

3. Indera lainnya = 12 %

PENGIRIM

Pikiran

Perasaan

Perhatian

minat

PENERIMA

Peralatan

P e s a n /Informasi

merangsang

Proses belajar

terjadi

Page 12: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

12

S ebagian besar pasti mengatakan :

“Undang – Undang Karantina

Kesehatan”. Apabila anda juga

mengatakan demikian, pertanyaan yang

seharusnya muncul dalam benak anda,

yakni : “Seberapa besar efektifitas dan

efisiensi pengupayaan memunculkan

undang – undang tersebut” ?

Marilah kita simak bersama – sama :

Proses awal sejak penyusunan naskah

akademis rancangan suatu undang –

undang sampai pada diberlakukannya

undang undang tersebut memerlukan

waktu yang relatif lama. Kita tengok

tentang waktu yang dibutuhkan dalam

memunculkan Undang – Undang

Kesehatan nomor 23 tahun 1992,

Undang – Undang nomor 4 tahun 1984

tentang wabah penyakit menular dan

beberapa undang – undang bidang

kesehatan lainnya. Kenyataan

menunjukkan bahwa awal penyusunan

naskah akademik rancangan undang

– undang sampai diundangkannya

undang – undang tersebut,

membutuhkan waktu tidak kurang dari

10 tahun.

Siapa yang memperlambat??

Mari kita sama – sama bertanya pada

rumput yang bergoyang

Dana yang dibutuhkan, amat sangat

banyak bahkan mencapai bilangan

milyard, yakni dana yang dibutuhkan

mulai dari awal penyusunan naskah

akademik rancangan undang –

undang sampai diundangkannya

undang – undang tersebut. Marilah kita

hitung memakai “cost benefit”, bila kita

dibandingkan dengan dana yang

dibutuhkan untuk merevisi undang –

undang yang sudah ada atau

dibandingkan dengan dana yang

dibutuhkan untuk mengupayakan

Peraturan Pemerintah tentang

karantina kesehatan yang dipayungi

oleh undang – undang yang sudah

ada. Hal ini bukanlah rahasia umum,

kenyataan menunjukkan bahwa awal

penyusunan naskah akademik

rancangan undang – undang sampai

diundangkannya undang – undang

tersebut, membutuhkan dana

bermilyard - milyard.

Mengapa demikian mahal??

Mari kita sama – sama bertanya pada

rumput yang bergoyang

Seberapa besar efektifitas ataupun

seberapa besar daya ungkit

PAYUNG HUKUM APA YANG KITA BUTUHKAN

SAAT INI ??

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 13: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

13

peningkatan capaian program

kesehatan atas munculnya Undang –

Undang Karantina Kesehatan ??

Marilah kita sama – sama menghitung

“cost efektif” upaya tersebut secara

arif.

Seberapa banyak menyita pikiran

“man power” dalam

penyelenggaraan undang – undang

tersebut? Padahal disatu sisi uraian

tugas rutin sesuai tugas pokoknya

tetap menanti dan tidak mungkin

ditinggalkan.

Seberapa banyak frekuensi

pertemuan dan seberapa banyak

methode pertemuan yang harus

diterapkan ??

Seberapa banyak institusi lintas

program dan lintas sektor yang harus

dilibatkan ??

Dll, banyak sekali yang harus

dipertimbangkan dan bukan sekedar

merencanakan program

pengupayaan peraturan

perundangan tetapi setiap program

harus dikaji dan terjamin mutunya

dalam berbagai dimensi.

Urutan prioritas program kesehatan

haruslah terukur secara jelas bahkan bila

perlu ditiap jenjang struktur organisasi

diselenggarakan diskusi tentang program –

program unggulan atau program program

prioritas demi terjaminnya mutu program

yang akan dilaksanakan.

Bisik – bisik, dukung – mendukung,

kasak – kusuk terdengar “ Wah dana BLN

ataupun PLN, ada siap pakai banyak sekali,

sisa kita buat proposal atau kerangka

acuan, rugi kalau kita tidak

memanfaatkannya, kalau kita bergerak

lambat akan dipakai untuk kegiatan

program lain, jangan sok idealis karena gaji

kita hanya cukup untuk transport ke kantor,

dll, dll, dll”. Akhirnya muncul kegiatan

program – program yang tidak jelas ujung

dan pangkalnya. Pada era ini, kalimat –

kalimat sumbang dan egoistis seperti hal

itu, seharusnya sudah tidak perlu terdengar

lagi. Marilah kita lihat kenyataan, masih

banyak masyarakat kita hidup segan,

matipun tak mau.

Payung Undang-Undang Kesehatan

nomor 23 tahun 1992 sudah ada dan jelas,

antara lain tentang pemberantasan

penyakit, baik penyakit menular maupun

penyakit tidak menular, pengamanan

makanan, kesehatan lingkungan,

kesehatan kerja, penyembuhan penyakit,

pengamanan alat kesehatan,

pengamanan zat adiktif, dan kesehatan

matra. Sedangkan bila muncul Undang –

Undang Karantina Kesehatan, dimanakah

tempat penyakit tidak menular,

pengamanan makanan,kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja,

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 14: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

14

penyembuhan penyakit, pengamanan alat

kesehatan, pengamanan zat adiktif, dan

kesehatan matra??

Padahal tugas pokok dan fungsi Kantor

Kesehatan Pelabuhan meliputi hal tersebut

diatas. Lebih jelasnya bahwa tugas pokok

dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

bukan hanya penyelenggaraan karantina

kesehatan.

Marilah kita simak secara bersama –

sama tentang kemungkinan atau pilihan

Undang – Undang Kesehatan nomor 23

tahun 1992 sebagai payung pengupayaan

Peraturan Pemerintah tentang Karantina

Kesehatan atau sebagai payung

penjabaran upaya tersebut diatas yang

dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah.

Pemberantasan penyakit

Penyakit menular dan penyakit tidak

menular serta karantina kesehatan dapat

dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah dengan merujuk beberapa

pasal dalam Undang – Undang nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan dan lebih

lanjut lagi dapat dijabarkan dalam

peraturan Menteri. Karantina kesehatan ini

juga bisa dijabarkan dala peraturan

perundang – undangan dibawahnya

melalui peraturan Menteri Kesehatan

tentang Karantina Rumah, Karantina

Wilayah, Karantina Lintas Batas (Border

Area) di Pelabuhan, Bandara dan Pos

Lintas Batas Darat. Lebih rinci lagi sampai

diuraikan menurut lokasi dan fungsi di lini I

atau di lini II atau di lini III pada saat

penanganan episenter. Beberapa pasal

dalam Undang – Undang nomor 23 tahun

1992 tentang Kesehatan tersebut, antara

lain :

Bagian Kedelapan

Pemberantasan Penyakit

Pasal 28

(1) Pemberantasan penyakit

diselenggarakan untuk menurunkan

angka kesakitan dan atau angka

kematian.

(2) Pemberantasan penyakit dilaksanakan

terhadap penyakit menular dan

penyakit tidak menular.

(3) Pemberantasan penyakit menular atau

penyakit yang dapat menimbulkan

angka kesakitan dan atau angka

kematian yang tinggi dilaksanakan

sedini mungkin.

Pasal 29

Pemberantasan penyakit tidak menular

dilaksanakan untuk mencegah dan

mengurangi penyakit dengan perbaikan

dan perubahan perilaku masyarakat dan

dengan cara lain.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 15: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

15

Pasal 30

Pemberantasan penyakit menular

dilaksanakan dengan upaya penyuluhan,

penyelidikan, pengebalan, menghilangkan

sumber dan perantara penyakit, tindakan

karantina, dan upaya lain yang diperlukan.

Pasal 31

Pemberantasan penyakit menular yang

dapat menimbulkan wabah dan penyakit

karantina dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan undang-undang yang berlaku.

Pengamanan makanan dan minuman

Pengamanan makanan dan minuman

merupakan tugas pokok dan fungsi Kantor

Kesehatan Pelabuhan sesuai Peraturan

Menteri Kesehatan nomor : 356 tahun 2008.

Pengamanan makanan dan minuman

dapat dijabarkan lebih lanjut dalam

Peraturan Pemerintah dengan merujuk

beberapa pasal dalam Undang – Undang

nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

dan lebih lanjut lagi dapat dijabarkan

dalam peraturan Menteri. Beberapa pasal

dalam Undang – Undang nomor 23 tahun

1992 tentang Kesehatan tersebut, antara

lain :

Bagian Keempat

Pengamanan Makanan dan Minuman

Pasal 21

(1) Pengamanan makanan dan minuman

diselenggarakan untuk melindungi

masyarakat dari makanan dan

minuman yang tidak memenuhi

ketentuan mengenai standar dan atau

persyaratan kesehatan.

(2) Setiap makanan dan minuman yang

dikemas wajib diberi tanda atau label

yang berisi:

a. bahan yang dipakai;

b. komposisi setiap bahan;

c. tanggal, bulan, dan tahun

kadaluwarsa;

d. ketentuan lainnya.

(3) Makanan dan minuman yang tidak

memenuhi ketentuan standar dan atau

persyaratan kesehatan dan atau

membahayakan kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilarang untuk diedarkan, ditarik dari

peredaran, dan disita untuk

dimusnahkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(4) Ketentuan mengenai pengamanan

makanan dan minuman sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayal (2), dan

ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Kesehatan lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan merupakan

tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan

Pelabuhan sesuai Peraturan Menteri

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 16: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

16

Kesehatan nomor : 356 tahun 2008. Upaya

kesehatan lingkungan dapat dijabarkan

lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

dengan merujuk beberapa pasal dalam

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992

tentang Kesehatan dan lebih lanjut lagi

dapat dijabarkan dalam peraturan

Menteri. Beberapa pasal dalam Undang –

Undang nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan tersebut, antara lain :

Bagian Kelima

Kesehatan Lingkungan

Pasal 22

(1) Kesehatan lingkungan diselenggarakan

untuk mewujudkan kualitas lingkungan

yang sehat.

(2) Kesehatan lingkungan dilaksanakan

terhadap tempat umum, lingkungan

pemukiman, lingkungan kerja, angkutan

umum, dan lingkungan lainnya.

(3) Kesehatan lingkungan meliputi

penyehatan air dan udara,

pengamanan limbah padat, limbah

cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,

pengendalian vektor penyakit, dan

penyehatan atau pengamanan

lainnya.

(4) Setiap tempat atau sarana pelayanan

umum wajib memelihara dan

meningkatkan lingkungan yang sehat

sesuai dengan standar dan

persyaratan.

(5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan

kesehatan lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat

(3), dan ayat (4) ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

Kesehatan kerja

Upaya kesehatan kerja merupakan tugas

pokok dan fungsi Kantor Kesehatan

Pelabuhan sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan nomor : 356 tahun 2008. Upaya

kesehatan kerja dapat dijabarkan lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah dengan

merujuk beberapa pasal dalam Undang –

Undang nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan dan lebih lanjut lagi dapat

dijabarkan dalam peraturan Menteri.

Beberapa pasal dalam Undang – Undang

nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

tersebut, antara lain :

Bagian Keenam

Kesehatan Kerja

Pasal 23

(1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk

mewujudkan produktivitas kerja yang

optimal.

(2) Kesehatan kerja meliputi pelayanan

kesehatan kerja, pencegahan penyakit

akibat kerja, dan syarat kesehatan

kerja.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 17: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

17

(3) Setiap tempat kerja wajib

menyelenggarakan kesehatan kerja.

(4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

dan ayat (3) ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

Pelayanan kesehatan dan kesehatan

matra

Upaya pelayanan kesehatan dan

kesehatan matra merupakan tugas pokok

dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

nomor : 356 tahun 2008. Upaya pelayanan

kesehatan dan kesehatan matra dapat

dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah dengan merujuk beberapa

pasal dalam Undang – Undang nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan dan lebih

lanjut lagi dapat dijabarkan dalam

peraturan Menteri. Beberapa pasal dalam

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992

tentang Kesehatan tersebut, antara lain :

Bagian Kesembilan

Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan

Kesehatan

Pasal 32

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan diselenggarakan untuk

mengembalikan status kesehatan

akibat penyakit, mengembalikan fungsi

badan akibat cacat atau

menghilangkan cacat.

(2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan dilakukan dengan

pengobatan dan atau perawatan.

(3) Pengobatan dan atau perawatan

dapat dilakukan berdasarkan ilmu

kedokteran dan ilmu keperawatan atau

cara lain yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(4) Pelaksanaan pengobatan dan atau

perawatan berdasarkan ilmu

kedokteran atau ilmu keperawatan

hanya dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan untuk itu.

(5) Pemerintah melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan

pengobatan dan atau perawatan

berdasarkan cara lain yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Pasal 33

(1) Dalam penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan dapat dilakukan

transplantasi organ dan atau jaringan

tubuh, transfuse darah, implan obat

dan atau alat kesehatan, serta bedah

plastik dan rekonstruksi.

(2) Transplantasi organ dan atau jaringan

tubuh serta transfusi darah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan hanya untuk tujuan kemanu-

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 18: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

18

siaan dan dilarang untuk tujuan komer-

sial.

Pasal 34

(1) Transplantasi organ dan atau jaringan

tubuh hanya dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai

keahlian dan kewenangan untuk itu

dan dilakukan di sarana kesehatan ter-

tentu.

(2) Pengambilan organ dan atau jaringan

tubuh dari seorang donor harus mem-

perhatikan kesehatan donor yang ber-

sangkutan dan ada persetujuan donor

dan ahli waris atau keluarganya.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata

cara penyelenggaraan transplantasi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (2) ditetapkan dengan Pera-

turan Pemerintah.

Pasal 35

(1) Transfusi darah hanya dapat dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mem-

puyai keahlian dan kewenangan untuk

itu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata

cara transfusi darah sebagaimana di-

maksud dalam ayat (1) ditetapkan de

ngan Peraturan Pemerintah.

Pasal 36

(1) Implan obat dan atau alat kesehatan

ke dalam tubuh manusia hanya dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dan kewenangan

untuk itu dan dilakukan di sarana kese-

hatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata

cara penyelenggaraan implan sebagai-

mana dimaksud dalam ayat (1) ditetap-

kan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 37

(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya

dapat dilakukan oleh tenaga kese-

hatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu dan dilakukan di

sarana kesehatan tertentu.

(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak bo-

leh bertentangan dengan norma yang

berlaku dalam masyarakat.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata

cara bedah plastik dan rekonstruksi se-

bagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (2) ditetapkan dengan Pera-

turan Pemerintah.

Bagian Keenam Belas

Kesehatan Matra

Pasal 48

(1) Kesehatan matra sebagai bentuk

khusus upaya kesehatan diselenggara-

kan untuk mewujudkan derajat kese-

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 19: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

19

hatan yang optimal dalam lingkungan

matra yang serba berubah.

(2) Kesehatan matra meliputi kesehatan

lapangan, kesehatan kelautan dan

bawah air, serta kesehatan kedirganta-

raan.

(3) Ketentuan mengenai kesehatan Matra

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (2) ditetapkan dengan Pera-

turan Pemerintah.

Pengawasan OMKABA

Pelaksanaan pemberian sertifikat

kesehatan obat, makanan, kosmetika, alat

kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA)

ekspor dan mengawasi pesyaratan

dokumen kesehatan OMKABA impor

merupakan tugas pokok dan fungsi Kantor

Kesehatan Pelabuhan sesuai Peraturan

Menteri Kesehatan nomor : 356 tahun 2008.

Pelaksanaan pemberian sertifikat

kesehatan obat, makanan, kosmetika, alat

kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA)

ekspor dan mengawasi pesyaratan

dokumen kesehatan OMKABA impor dapat

dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah dengan merujuk beberapa

pasal dalam Undang – Undang nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan dan lebih

lanjut lagi dapat dijabarkan dalam

peraturan Menteri. Beberapa pasal dalam

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992

tentang Kesehatan tersebut, antara lain :

Bagian Kesebelas

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Ke-

sehatan

Pasal 39

Pengamanan sediaan farmasi dan alat ke-

sehatan diselenggarakan untuk melindungi

masyarakat dari bahaya yang disebabkan

oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat

kesehatan yang tidak memenuhi per-

syaratan mutu dan atau keamanan dan

atau kemanfaatan.

Pasal 40

(1) Sediaan farmasi yang berupa obat dan

bahan obat harus memenuhi syarat far-

makope Indonesia dan atau buku stan-

dar lainnya.

(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tra-

disional dan kosmetika serta alat kese-

hatan harus memenuhi standar dan

atau persyaratan yang ditentukan.

Pasal 41

(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan

hanya dapat diedarkan setelah men-

dapat izin edar.

(2) Penandaan dan informasi sediaan

farmasi dan alat kesehatan harus me-

menuhi persyaratan objektivitas dan

kelengkapan serta tidak menyesatkan.

(3) Pemerintah berwenang mencabut izin

edar dan memerintahkan penarikan

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 20: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

20

dari peredaran sediaan farmasi dan

alat kesehatan yang telah memperoleh

izin edar, yang kemudian terbukti tidak

memenuhi persyaratan mutu dan atau

keamanan dan atau kemanfaatan, da-

pat disita dan dimusnahkan sesuai de

ngan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 42

Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan

dalam rangka menjaga mutu sediaan

farmasi yang beredar.

Pasal 43

Ketentuan tentang pengamanan sediaan

farmasi dan alat kesehatan ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Belas

Pengamanan Zat Adiktif

Pasal 44

(1) Pengamanan penggunaan bahan

yang mengandung zat adiktif

diarahkan agar tidak mengganggu dan

membahayakan kesehatan perora

ngan, keluarga, masyarakat, dan ling-

kungannya.

(2) Produksi, peredaran, dan penggunaan

bahan yang mengandung zat adiktif

harus memenuhi standar dan atau per-

syaratan yang ditentukan.

(3) Ketentuan mengenai pengamanan ba-

han yang mengandung zat adiktif seba-

gaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Setelah kita secara bersama – sama

menyimak uraian sepintas tentang hal

tersebut diatas, masih perlukah kita

mengupayakan Undang – Undang tentang

Karantina Kesehatan ??

Marilah kita jawab secara bersama – sama

dalam suatu lagu koor “jangan kita

bertanya pada rumput yang

bergoyang” (RBAW)

Pojok Web

Untuk mengikuti perkembangan teknologi

informasi yang semakin maju sebagai

fungsi terdepan dalam penangganan pen-

yakit menular pada setiap POS informasi di

Kantor Kesehatan Pelabuhan se Indonesia.

Maka diperlukan informasi yang jelas dan

transparan yang bisa diketahui oleh

Jadi Kapan http://karkes.pppl.depkes.go.id …… Go Public ?

Masyarakat luas untuk melakukan fartisipasi

aktif yang dinamis. Kenapa hal tersebut

penting karena program yang selalu diden-

gungkan adalah swakarya aktif dan peduli-

dari masyarakat sebagai ujung tombak infor-

masi. Maka diperlukan akses melalui jaringan

internet yang aman dan terbuka. ***

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 21: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

21

I. CACAR (SMALLPOX, VARIOLA)

1. Defenisi : Suatu penyakit virus sis-

temik dengan gejala khas adanya

erupsi kulit.

2. Gejala Klinis

Demam, tidak nafsu makan,

sakit kepala, badan lemah, sa-

kit perut dan muntah.

Sesudah 2-4 hari demam turun

timbul ruam yang berkembang

menjadi makula, papula, vesi-

kula, pustule dan menjadi

krusta. Lesi pertama timbul

pada muka kemudian ke

badan.

3. Penyebaran Penyakit

Awalnya penyakit ini tersebar di

seluruh dunia.

Penyakit ini terakhir ditemukan

di Somalia pada tahun 1977.

4. Penyebab

Virus Variola

5. Reservoir

Manusia.

Saat ini virus variola tersimpan

di dalam lemari pendingin di

Atlanta dan Rusia.

7. Cara Penularan

Droplet dan aerosol, pada

umumnya terjadi pada saat

muncul wabah.

8. Masa Inkubasi

Masa Inkubasi 7-19 hari, rata-

rata 10-14 hari sejak infeksi dan

2-4 hari lebih setelah timbul

ruam

9. Masa Penularan

Masa penularan dimulai dari

waktu berkembangnya lesi

awal sampai menghilangnya

semua scab (koreng), kurang

lebih 3 minggu.

10. Pencegahan

Vaksinasi

11. Pengobatan

Pengobatan spesifik tidak ada.

II. POLIOMYELITIS AKUT

1. Definisi : Suatu infeksi virus yang da-

pat menyebabkan kelumpuhan.

2. Gejala Klinis

Gejala minor : Demam, sakit

kepala, mual, muntah. Gejala

mayor : Nyeri otot berat, kaku

kuduk dan punggung dan flac-

cid paralysis yang asimetris.

3. Penyabaran Penyakit

Polio masih merupakan pe

nyakit yang menyerang bayi

WARTA BIDANG UKP 12 PENYAKIT POTENSI PHEIC

Oleh : dr. I Nyoman Putra

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 22: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

22

dan anak-anak, 70-80 % di-

bawah 3 tahun dan 80-90 % di-

bawah usia 5 tahun.

Akhir tahun 2002 tercatat 6 ne-

gara endemis polio yaitu : Af-

ganistan, Mesir, India, Nigeria,

Pakistan dan Somalia.

Virus polio liar import yang me

nyebabkan kelumpuhan dite-

mukan terjadi di : Aljazair, Bul-

garia, Burkina Faso, Georgia,

Gana, Iran, Libanon, Togo dan

Zambia.

Tahun 2005 virus polio liar impor

dari Nigeria menyerang Ya-

man, Saudi Arabia dan Indone-

sia (Cidahu, Sukabumi).

4. Penyebab

Poliovirus tipe 1, 2 dan 3.

5. Reservoir

Manusia, sumber penularan bi-

asanya penderita tanpa ge-

jala.

6. Cara Penularan

Dari manusia ke manusia me-

lalui oro-fekal dan droplet dari

sekret tenggorokan.

7. Masa Inkubasi

Masa Inkubasi umumnya 7-14

hari, dengan rentang waktu 3-

35 hari.

8. Masa Penularan

Tidak diketahui dengan pasti,

Penularan dimungkinkan terjadi

sepanjang virus masih dikeluar-

kan melalui tinja.

Virus dapat ditemukan dalam

tinja selama 3-6 minggu atau

lebih.

9. Pencegahan

Vaksinasi.

10. Pengobatan

Pengobatan spesifik tidak ada.

Pengobatan bersifat simpto-

matis dan suporti

III. INFLUENZA

1. Definisi

Merupakan suatu penyakit

i n f e k s i a k u t s a l u r a n

pernafasan.

2. Gejala klini

Demam,sakit kepala, sakit

otot, batuk, pilek, kadang-

kadang sakit menelan dan

suara serak.

Pada pemeriksaan fisis tidak

ditemukan tanda-tanda khas

kecuali hiperemia ringan

sampai sampai berat pada

selaput lendir tenggorokan.

3. Penyebaran Penyakit

Serangan penyakit ini tercatat

paling tinggi pada musim

dingin di negara beriklim

dingin dan pada waktu

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 23: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

23

musim hujan di negara tropik.

Sudah diketahui bahwa dunia

dilanda pandemi oleh

influenza 2-3 tahun sekali.

Jumlah kematian bisa

mencapai ribuan orang.

4. Reservoir

Manusia sendiri.

Babi, kuda, dan unggas

memegang peranan penting

sebagai penyebab terjadinya

strain virus influenza yang

baru.

5. Diagnosis

Diagnosis pasti penyakit

influenza dapat diperoleh

melalui isolasi virus maupun

pemeriksaan serologis.

6. Penatalaksanaan

Diobati secara simptomatik

7. Pencegahan

Higienik perorangan

Bila memungkinkan hindari

berada di daerah padat dan

ramai.

Hindari kontak dengan orang

yang menderita infeksi saluran

pernafasan (panas,batuk,

pilek).

Vaksinasi.

IV. SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME

(SARS)

1. Definisi : SARS atau Severe Acute

Respiratory Syndrome adalah pen-

yakit menular dengan gejala in-

feksi saluran pernafasan berat

yang disertai dengan gejala salu-

ran pencernaan .

2. Gejala Klinis

Lemas, nyeri otot, demam, dan

dengan cepat diikuti gejala

pernapasan berupa batuk,

sesak nafas, diare.

Gejala ini bertambah berat be-

berapa hari kemudian dengan

disertai viraemia, 10 hari

setelah timbulnya penyakit.

3. Penyebaran Penyakit

KLB SARS yang cukup besar

terjadi antara bulan November

2002 sampai dengan bulan Juli

2003 di Kanada, Cina,

Hongkong, Taiwan, Singapura

dan Vietnam.

Pada tanggal 5 Juli 2003, WHO

melaporkan bahwa tidak dite-

mukan lag i pe nu la ran

dari orang ke orang diseluruh

wilayah KLB SARS.

4. Penyebab : Coronavirus.

5. Reservoir

Sampai saat ini reservoir virus

SARS belum diketahui dengan

jelas, menurut penelitian di

Guangdong, China, coronavi-

rus yang sama ditemukan

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 24: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

24

pada spesies binatang tertentu

yang dijual di pasar.

6. Cara Penularan : SARS ditularkan

melalui kontak dekat dengan

penderita.

7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi

umumnya 1-10 hari.

8. Masa Penularan : Diduga berlang-

sung kurang dari 21 hari

9. Pencegahan

Identifikasi segera terhadap

semua penderita suspect dan

probable sesuai definisi kasus

menurut WHO.

Tindakan Isolasi terhadap ka-

sus probable.

Petugas medis dan lainnya ha-

rus mengetahui cara peng-

gunaan PPE atau APD, yaitu :

Face mask, sarung tangan,

kaca mata/google, jas sekali

pakai, apron, alas kaki yang

dapat di dekontaminasi.

10. Pengobatan

Pengobatan : Simptomatik

dan Suportif.

Pengobatan spesifik tidak ada.

V. KOLERA

1. Definisi : Merupakan penyakit

infeksi yang disebabkan oleh

bakteri vibrio cholerae dengan

manifestasi diare disertai muntah

yang akut dan hebat akibat

enterotoksin yang dihasilkan oleh

bakteri tersebut.

2. Gejala Klinis

Gejala bervariasi dar i

asimptomatik sampai gejala

klinis berupa dehidrasi berat.

3. Tanda Klinis:

Diare yang banyak tinja

didahului oleh rasa mulas dan

mual.

Tinja dalam waktu cepat

bermasalah menjadi cairan

putih keruh seperti air cucian

beras, tidak berbau keruh.

Cairan yang menyerupai air

cucian beras bila diendapkan

a k a n m e n g e l u a r k a n

gumpalan-gumpalan putih.

Muntah timbul setelah diare.

Kejang otot menyusul.

Gejala dan tanda kolera

terjadi akibat kehilangan

cairan dan elektrolit serta

asidosis.

4. Penyebaran Penyakit

Penyakit ini diketahui sejak

tahun 1917 menyebar lintas

negara dan lintas benua.

Pada akhir tahun 1992

ledakan kasus kolera dimulai

dari India da Bangladesh

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 25: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

25

yang disebabkan oleh

serogroup V Cholerae yang

s e b e l u m n y a b e l u m

teridentifikasi yaitu serogroup

0139 atau bengal.

5. Cara Penularan

Pada daerah endemik Air

terutama berperan dalam

penularan Kolera.

Pada Epidemi yang rentan

penularan juga terjadi

m a k a n a n y a n g

terkontaminasi oleh tinja atau

air yang mengandung virus

kolera.

6. Masa inkubasi

Masa Inkubasi 16-72 jam.

7. Masa Penularan

Selama hasil pemeriksaan

tinja masih positif, masih

menular sampai beberapa

hari sesudah sembuh.

P a d a c a r r i e r d a p a t

m e n u l a r k a n h i n g g a

beberapa bulan.

8. Penatalaksanaan

Dasar penatalaksanaan kole-

ra adalah terapi simptomatik

dan kausal secara simultan.

Tatalaksana mencakup

penggantian kehilangan

cairan tubuh dan terapi anti

mikroba.

9. Antimikroba pada Kolera

Tetrasiklin 500mg peroral 4x

sehari.

Doksisiklin

Siproproxasin, Eritromisin, dll.

VI. PES PARU

1. Defenisi : Merupakan penyakit

zoonosis yang melibatkan

binatang mengerat dan pinjal

yang hidup padanya, yang

menyebarkan infeksi bakteri

kepada berbagai binatang dan

manusia.

2. G a m b a r a n k l i n i s :

Demam,menggigil, lemas, batuk,

nyeri dada, sesak, batuk darah,

hipotensi dan syok.

3. Penyebab

Yersinia pestis, basil gram

n e g a t i f , f a m i l y

Enterobacteriaceae.

4. Penyebaran Penyakit

Binatang pengerat liar

penyebab pes berada di

Afrika Tengah, Afrika Timur,

Afrika Selatan, Amerika Utara,

Amerika Barat dan Asia.

Pes endemis di Afrika, bekas

negara Uni Soviet, Amerika

dan Asia.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 26: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

26

Tahun 2003, 9 negara

melaporkan 2118 kasus Pes

dengan 182 kematian.

98,7 % kasus dan 98,9 %

kematian dilaporkan dari

Afrika.

5. Cara Penularan

Sumber paparan yang paling

sering menghasilkan penyakit

pada manusia di seluruh

dunia adalah gigitan pinjal

yang te lah te r in feks i

Xenopsylla cheopsis ( kutu

tikus ).

Pada Pes Paru ditularkan

melalui Aerosol dan Droplet

infection.

6. Masa Inkubasi : Masa inkubasi 1-

7 hari.

7. Pencegahan

Pemberantasan tikus pada

kapal , dermaga atau

gudang.

Mengurangi kemungkinan

orang terkena gigitan pinjal,

mencegah kontak langsung

dengan jaringan yang

terinfeksi atau dengan

eksudat penderita, atau

terpajan dengan penderita

Pes Paru.

8. Pengobatan

O b a t p i l i h a n a d a l a h

Streptomycin.

O b a t a l t e r n a t i f j i k a

streptomiycin tidak tersedia

dapat diberikan Gentamycin,

Tetrasiklin, Fluoroquinolon

dan Kloramfenikol.

VII. PENYAKIT YELLOW FEVER

1. Definisi : Demam Kuning merupakan

penyakit menular akut yang dise-

babkan oleh virus Yellow Fever.

2. Gejala Klinis ;Demam, sakit kepala,

sakit punggung, nyeri otot, mual,

muntah, perdarahan, badan men-

jadi kuning, gangguan fungsi hati,

ginjal, jantung, otak, pencernaan,

gangguan kesadaran. Angka ke-

matian sampai 80 %.

3. Penyebaran Penyakit

Penyakit Yellow Fever mempu

nyai sejarah yang menyeramkan.

Pada tahun 1940 ribuan orang

meninggal di Sudan karena Yel-

low Fever. Tahun 1960-1962, 30

ribuan orang meninggal di Ethio-

pia, dan penyakit ini terus men-

yebar ke berbagai negara

seperti : Sinegal, Bolivia, Equador,

Brazil, Columbia, Peru, Ghana

dan lain lain.

Angka kematian sampai 80 %.

4. Penyebab

Virus Yellow fever. Termasuk ge-

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 27: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

27

nus Flavivirus.

5. Cara Penularan

Vektor utama dari penyakit Ye

llow Fever adalah nyamuk Aedes

aegypty, Aedes africanus, dan

lain lain yang merupakan vektor

dari penyakit demam berdarah.

7. Masa Inkubasi : 3 sampai 6 hari

8. Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan yang

spesifik.

Terapi ditujukan langsung untuk

me n g or e ks i ca i ra n d a n

mempertahankan stabil itas

hemodinamik.

9. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan

dengan pengontrolan vektor dan

mencegah gigitan nyamuk.

Vaksinasi dengan virus yang dile-

mahkan sangat efektif untuk

mencegah terkena penyakit De-

mam Kuning.

Setiap orang dianjurkan untuk

divaksinasi Yellow Fever sebelum

berkunjung ke daerah endemis

dan vaksinasi ulang dianjurkan

setiap 10 tahun.

VIII. PENYAKIT VIRUS EBOLA MARBURG

(Demam Berdarah Afrika)

1. Definisi : Suatu penyakit yang dise-

babkan oleh virus dengan gejala

akut yang parah.

2. Gejala Klinis

Demam mendadak, kele-

mahan, nyeri otot, sakit kepala ,

radang tenggorokan, muntah,

diare dan ruam makulopapuler.

Manifestasi perdarahan, kerusa-

kan hati, gagal ginjal, kerusakan

otak berat disertai kegagalan

fungsi multiorgan

3. Penyebaran Penyakit

Sebagian besar kasus terdapat

di afrika

Tahun 1967 pernah ditemukan di

Jerman dan Yugoslavia, setelah

itu tidak pernah ditemukan lagi

di Eropa.

Akhir Tahun 2003 terjadi KLB di

Republik Kongo dengan angka

kematian yang tinggi.

4. Penyebab

Virus Marburg dan Ebola.

5. Cara Penularan

Penularan terjadi melalui kontak

langsung dengan darah, sekret

dan semen yang terinfeksi.

6. Masa Inkubasi

Masa Inkubasi untuk virus Mar-

burg 3-9 hari dan virus Ebola 2-21

hari.

7. Masa Penularan

Masa penularan terjadi selama

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 28: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

28

darah dan cairan tubuh me

ngandung virus ( kurang lebih 67

hari).

8. Pencegahan : Belum ada vaksin

untuk Ebola dan Marburg.

9. Pengobatan : Belum ada pengo-

batan spesifik untuk Ebola dan

Marburg.

IX. DEMAM LASSA

1. Defenisi : Suatu penyakit demam

akut yang disebabkan oleh virus

Lassa.

2. Gejala Klinis

Demam akut, lemas, sakit

kepala, sakit tenggorokan, ba-

tuk, mual, muntah, diare, nyeri

otot, sakit dada dan perut.

Inflamasi dan eksudasi pada

tenggorokan dan konjungtiva.

Pada kasus berat terjadi syok,

efusi pleura, perdarahan, ke-

jang, ensefalopati, dan oe-

dema pada muka dan leher.

3. Penyebaran Penyakit

Endemis di daerah Sierra Leone,

Liberia, Guinea dan Nigeria.

Juga dilaporkan dari Republik

Afrika Tengah, Kongo , Mali dan

Senegal.

4. Penyebab : Virus Lassa

5. Reservoir : Binatang pengerat liar di

Afrika Barat, sejenis tikus multi-

mamat kompleks spesies dari mas-

tomys.

6. Cara Penularan

Melalui udara atau kontak

langsung dengan ekskreta dari

binatang pengerat yang terin-

feksi pada permukaan lantai

dan tempat tidur atau mence-

mari makanan dan air.

Kontak langsung dengan darah

melalui jarum yang tercemar

atau kontak dengan sekret

tenggorokan atau urine

pasien.

Melalui hubungan seksual.

7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi 6-

21 hari.

8. Masa Penularan

Masa penularan dari orang ke

orang terjadi selama fase de-

mam akut pada saat virus ada

di tenggorokan.

Melalui urin pasien 3-9 minggu

dari masa sakit.

9. Pencegahan : Pemberantasan res-

ervoir.

10. Pengobatan

Ribavarin (Virazole) diberikan

intravena awalnya 30 mg/kgBB,

kemudian 15 mg/kgBB setiap 6

jam selama 4 hari, 8 mg/kgBB

setiap 8 jam dalam 6 hari beri-

kutnya sebagai tambahan.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 29: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

29

X. WEST NILE FEVER

1. Definisi Adalah penyakit yang

disebabkan kelompok virus yang

menyebabkan demam mirip

demam dengue dan berlang-

sung selama satu minggu atau

kurang.

2. Gejala Klinis

Demam , yang berlangsung

selama satu minggu atau

kurang, sakit kepala, lesu,

nyeri sendi, nyeri otot, mual,

muntah.

Pada umumnya terdapat ge-

jala konjungtivitis dan fotofo-

bia (takut terhadap ca-

haya).

Bisa juga terjadi ruam.

3. Penyebaran Penyakit

Virus West Nile menyebabkan

KLB di Mesir, Israel, India, Per-

ancis, Rumania, Republik

Ceko dan tersebar di Afrika,

daerah Mediteran Udara dan

Asia Barat.

4. Penyebab : Virus West Nile masuk

dalam kelompok flavivirus.

5. Reservoir : Burung adalah sum-

ber dari infeksi nyamuk untuk

virus West Nile.

6. Cara Penularan

Melalui gigitan nyamuk in-

fektif (Culex univittatus di Af-

rika Selatan, C.modestus di

Perancis dan C.pipiens di Is-

rael).

7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi 3

– 12 hari.

8. Masa Penularan

Tidak langsung ditularkan dari

orang ke orang.

Nyamuk yang terinfeksi mung-

kin menularkan virus sepan-

jang hidupnya.

7. Pencegahan : Memusnahkan

sarang nyamuk

8. Penatalaksanaan : Tidak ada

pengobatan spesifik

9. Pencegahan

Musnahkan tempat perkem-

bangbiakan nyamuk.

Gunakan obat gosok anti

nyamuk yang telah direko-

mendasikan.

Lakukan survey serologis ter-

hadap burung.

XI. DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF)

1. Definisi : Merupakan penyakit vi-

rus dengan demam akut yang

disebabkan oleh virus Dengue.

2. Gejala Klinis

Demam akut 2-7 hari ,sakit

kepala berat, nyeri otot, sakit

di sekitar mata, tidak nafsu

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 30: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

30

makan, gangguan saluran

pencernaan dan timbul ruam

pada kulit.

Dapat timbul perdarahan

bawah kulit, gusi, hidung, dan

saluran pencernaan, dan

akhirnya terjadi syok.

3. Penyebaran Penyakit

Endemis di daerah Asia Teng-

gara, Cina Selatan, India, Sri-

la n ka , Pa k i s ta n ,Af r i ka ,

Amerika Selatan, Mexico,

Karibia, dan Amerika Tengah

Endemis rendah di Papua

New Guinea, Bangladesh, Ne-

pal, Taiwan, dan sebagian

besar negara Pasifik

4. Penyebab ; Virus Dengue Se-

rotipe 1,2,3,4

5. Reservoir : Nyamuk Aedes Ae-

gypti dan Manusia secara tidak

langsung.

6. Cara Penularan : Melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti.

7. Masa Inkubasi : Masa Inkubasi 3-

14 hari.

8. Masa Penularan

Manusia menjadi infektif bagi

nyamuk beberapa saat se-

belum panas sampai saat de-

mam berakhir.

Nyamuk menjadi infektif 8-12

hari sesudah menghisap da-

rah penderita dan tetap in-

fektif selama hidupnya.

9. Pencegahan

Pemberantasan sarang nya-

muk dengan cara 3M:

Menguras tempat penam-

pungan air

Menutup tempat penam-

pungan air

Mengubur barang-barang

bekas.

Mencegah gigitan nya-

muk .

10. Penatalaksanaan

Belum ada pengobatan yang

spesifik, pengobatan bersifat

simptomatis dan suportif.

XII. MENINGITIS MENINGOKOKAL

1. Definisi : penyakit akut yang dise-

babkan oleh infeksi bakteri den-

gan gejala khas yang timbul

mendadak berupa demam , sa-

kit kepala hebat, mual, muntah,

kaku kuduk. Dahulu, Angka ke-

matian lebih dari 50 % , tetapi

sekarang dengan diagnosis dini,

terapi modern dan kemajuan pe-

meriksaaan penunjang, angka

kematian sedikit menurun , tetapi

tetap tinggi yaitu 8-15% .

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 31: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

31

2. Gejala Klinis

Demam , sakit kepala berat,

mual, muntah, kaku kuduk,

ser ing terdapat ruam

petekiae dengan makula ber-

warna pink, dan sangat

jarang berupa vesikel.

Sering terjadi delirium dan

koma.

3. Penyebaran Penyakit

Infeksi meningokokus tinggi

pada musim dingin dan semi

di daerah Eropa dan Amerika

Utara. Musim kering di daerah

Sub Sahara.

Infeksi tertinggi pada bayi

dan dewasa muda.

Infeksi meningokokus mening-

kat pada sosio ekonomi ren-

dah, kepadatan penduduk

yang tinggi, perokok dan

ISPA.

Dahulu, Angka kematian lebih

dari 50 % , tetapi sekarang

dengan diagnosis dini, terapi

modern dan kemajuan pe-

meriksaaan penunjang,

angka kematian sedikit menu-

run , tetapi tetap tinggi yaitu 8

-15% .

4. Penyebab : Bakteri Neisseria

meningitidis , jenis meningokokus.

5. Reservoir : Pada tubuh manusia .

6. Cara Penularan

Melalui kontak langsung ter-

masuk droplet pernafasan

dari hidung dan tenggoro-

kan orang yang terinfeksi.

7. Masa Inkubasi

Masa Inkubasi biasanya ber-

variasi antara 2 – 10 hari, ter

sering adalah 3-4 hari..

8. Masa Penularan

Selama bakteri masih berada

pada hidung dan mulut.

Bakteri biasanya hilang dari

mulut dan hidung dalam 24

jam setelah pengobatan de

ngan anti mikroba.

9. Pencegahan

Edukasi pada masyarakat

diperlukan untuk mengurangi

kontak langsung dan pa-

janan infeksi droplet.

Mengurangi kepadatan

tempat kerja dan tempat

tinggal seperti barak, sekolah,

kampus dan kapal.

Vaksinasi.

10. Penatalaksanaan

Antibiotik (Penicilin/ Cloram-

fenikol,/ Cefalosporin/ Cipro-

floxacin)/. *****

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 32: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

32

Menginstals aplikasi cara portableapps

Untuk menyimpan sebuah aplikasi portable

dalam USB flash disk pada dasarnya dapat

langsung dilakukan dengan mengekstrak

paket aplikasi yang diterima atau

didownload. Setelah itu kita dapat men-

jalankan file eksekusinya. Semakin bertam-

bahnya portable application yang diguna-

kan menuntut adanya cara bagaimana

menjalankan aplikasi-aplikasi tersebut se-

cara mudah. Untuk itu kita dapat meng-

gunakan program peluncur aplikasi

(application launcher) sebagai program

pembuka yang menyimpan shortcut-

shortcut ke aplikasi. PStart adalah salah

satu contoh yang pernah saya coba. Jika

ada yang mempunyai kebebasan untuk

membuat shortcut ke file aplikasinya, yang

lain menuntut adanya struktur tertentu di-

rektori dan file aplikasinya, misalnya saja

application launcher untuk PortableApps ,

yang hadir bersamaan dengan paket ap-

likasinya maupun dapat didownload se-

cara tersendiri. Meskipun begitu, Portab-

leApps masih memberi kebebasan untuk

menambah aplikasi portable lain selain

yang tersedia di websitenya, berbeda de

ngan yang diterapkan pada U3.

cara menginstall nya pun mudah sekali,

anda hanya membutuhkan mendownload

aplikasi portable ini dari website JohnHaller

di http://portable.com karena dialah yang

membuat aplikasi portable.

Saat pertama diciptakan tahun 1998

oleh IBM yang bekerja sama dengan M-

System, portable drive memang khusus

digunakan sebagai pengganti floppy disk

untuk menyimpan file-file data saja. Namun

dengan semakin berkembangnya zaman,

semakin berkembang pula kebutuhan para

pengguna komputer untuk mendapatkan

sesuatu yang praktis untuk menunjang

mereka dalam bekerja. Berdasarkan hal

tersebut banyak software house di seluruh

dunia dan para programer tunggal men-

ciptakan aplikasi-aplikasi yang dikhususkan

untuk digunakan dalam portable drive

tersebut.

Saat ini banyak sekali aplikasi untuk port-

able drive yang tersebar di Internet, mulai

dari aplikasi yang berbayar, shareware

(time limited), freeware, sampai open

source. Jika memiliki koneksi Internet yang

cukup cepat, Anda pasti bisa mendapat-

kan aplikasi-aplikasi tersebut dengan mu-

dah. Namun, bagimana bagi yang tidak

mempunyai koneksi Internet atau mempun-

yai koneksi tetapi hanya sebatas dial-up

Disambung ke halaman………. 46

APLIKASI PORTABLE SOLUSI KOMPUTER BERJALAN

(Bagian II)

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 33: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

33

Ch ampaca sering disebut

bunga cempaka, sejenis

tanaman perdu dengan

tinggi sekitar 3 – 6 meter, memiliki daun

yang hijau mengkilap serta bunga yang

berbau wangi dan berwarna oranye,

kuning atau putih krem, sedangkan minyak

bunga ini digunakan sebagai bahan

parfum.

Cempaka,

seuntai kata nan

cantik menawan,

sesuai dengan

indahnya bunga

cempaka sehingga

tidaklah heran

apabila seuntai kata

cempaka ini dipakai

sebagai nama

seorang buah hati

(putri), termasuk

nama putri Penulis. Oleh kecantikan nama

dan harumnya bunga tersebut, sebagian

orang menanam bunga ini sebagai

tanaman hias di depan rumah. Bagi para

muda – mudi yang sedang dilanda cinta,

seringkali kata cempaka dipakai untuk

mengungkapkan rasa cinta yang sedang

tumbuh di dada (”cintaku padamu bak

bunga cempaka yang sedang mekar di

halaman rumahku”).

Disamping kecantikannya, tanaman

bunga cempaka juga mempunyai khasiat

sebagai obat tradisionil untuk beberapa

penyakit. Beberapa khasiat istimewa

tanaman cempaka :

Daun tanaman cempaka kuning,

caranya : ambil 7

helai daun,

dibersihkan, direbus

dengan 3 gelas air

hingga mendidih

sampai airnya kira –

kira sisa 1 gelas,

kemudian didinginkan

sampai suam – suam

kuku, diminum untuk

ibu – ibu habis

bersalin.

Bunga tanaman

cempaka kuning,

caranya : ambil 3 tangkai bunga,

dibersihkan, direbus dengan 3 gelas

air hingga mendidih sampai airnya

kira – kira sisa 1 gelas, kemudian

didinginkan sampai suam – suam kuku,

diminum untuk kencing tidak lancar.

Akar tanaman cempaka kuning,

caranya : ambil 3 utas akar,

HEALTH ROOM CHAMPACA

Oleh : Ny. Bertha M. Pasolang, S. Sos

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 34: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

34

dibersihkan, direbus dengan 3 gelas

air hingga mendidih sampai airnya

kira – kira sisa 1 gelas, kemudian

didinginkan sampai suam – suam kuku,

diminum untuk demam.

Daun tanaman cempaka putih,

caranya : ambil 7 helai daun,

dibersihkan, ”diulek” (dihaluskan),

dipakai ”bobok” untuk (penempel)

pada bisul. Sedangkan untuk obat

radang tenggorokan caranya : ambil

5 tangkai bunga, dibersihkan, direbus

dengan 3 gelas air hingga mendidih

sampai airnya kira – kira sisa 1 gelas,

kemudian didinginkan sampai suam –

suam kuku, diminum.

Bunga tanaman cempaka putih,

caranya : ambil 3 tangkai bunga,

dibersihkan, ”diulek” (dihaluskan),

dipakai ”bobok” untuk (penempel)

pada luka, sedangkan untuk obat

radang tenggorokan seperti pada

demam diatas. ****

P ernah dengarkah anda tentang

kanker serviks? Atau pernah baca kah

anda tentang kanker serviks? Jika melihat

perkembangan penyakit ini, maka saya

sarankan anda untuk mulai mengenal dan

Menurut statistik setiap 2 menit, ada satu

wanita meninggal karena kanker serviks di

seluruh dunia. Di Asia Pasifik setiap 4 menit,

ada satu wanita meninggal karena kanker

serviks dan sekitar 80% kematian terjadi di

negara berkembang. Kanker serviks adalah

kanker pembunuh nomor satu bagi

perempuan di Indonesia. Setiap satu jam,

rata-rata satu perempuan meninggal

akibat kanker ini. Rendahnya pengetahuan

perempuan terhadap kanker ini

merupakan pemicu tingginya angka

kejadian kanker serviks di Indonesia

Kanker serviks adalah kanker di leher

rahim yang disebabkan oleh infeksi Human

Papiloma Virus (HPV), virus HPV yang

bersifat onkogenik (berpotensi jd

penyebab kanker) merupakan penyebab

utama dari sekitar 80 % kasus kanker serviks.

Beberapa faktor penyebab infeksi HPV

adalah berhubungan seks di usia muda,

berganti-ganti pasangan, dan kebiasaan

merokok. Semua perempuan tanpa

memandang usia dan latar belakang

berisiko terkena kanker ini.

Data hispatologik tahun 2001

menunjukkan, kasus baru kanker serviks di

Indonesia berjumlah 2.429, dan merupakan

p e r i n g k a t s a t u d a r i

keseluruhan kasus kanker.

K E N A L I K A N K E R S E R V I K S

O l e h : Oleh : Dewi Palupi,SKM

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 35: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

35

Kanker leher rahim sendiri sebenarnya

terdiri dari beberapa jenis menurut asal

selnya. Yang paling sering adalah

squamous cell carcinoma, yaitu tumor

ganas dari sel epitel yang melapisi leher

rahim, seperti yang saya sebutkan

sebelumnya. Jenis lain misalnya

adenocarcinoma, yaitu tumor ganas dari

sel yang melapisi kelenjar dalam leher

rahim.

Setelah menjadi kanker pun, terdapat

beberapa stadium yang menentukan

terapi dan prognosisnya. Prognosis

merupakan perkiraan hasil terapi, berupa:

sembuh kembali normal, sembuh dengan

cacat, atau kematian. Pada stadium awal,

yaitu stadium IA sampai IIA dimana kanker

belum “merambah” struktur di sekitar rahim

yang disebut parametrium, tentu

prognosisnya lebih baik karena kanker

masih bisa diangkat dengan operasi,

dilengkapi terapi radiasi internal atau

eksternal tergantung stadiumnya.

Sedangkan pada kanker dengan stadium

lebih dari itu (IIB ke atas) memiliki tingkat

prognosis yang lebih buruk, pasien akan

diterapi dengan radiasi dan kemoterapi

untuk memperkecil dan mengurangi

penyebaran sel-sel kanker. Kemungkinan

terburuk jika kanker telah menyebar

(matastasis) jauh pada stadium IVB, yaitu

ke paru-paru, hati, atau organ lain, dokter

hanya akan berusaha mengurangi rasa

sakit pasien dengan terapi radiasi maupun

kemoterapi. Pada stadium ini, pasien tidak

dapat disembuhkan.

Biasanya, wanita yang datang ke

dokter akan mengeluhkan adanya contact

bleeding (perdarahan setelah senggama),

perdarahan dari vagina secara spontan,

atau tercium bau tidak enak pada lendir

vagina (seperti keputihan, namun baunya

tidak enak dan warnanya keruh). Gejala ini

diikuti dengan adanya nyeri, pembesaran,

penyumbatan saluran kencing (bisa

menjadi sering kencing, tidak bisa kencing,

atau kencing darah), menuju saluran

pencernaan (diare, perdarahan anus),

anemia, nafsu makan menurun dan terjadi

pula penurunan berat badan yang sangat

cepat. Dari sekian gejala, yang hampir

pasti ditemukan adalah perdarahan

setelah senggama.

Pencegahan

Ada beberapa cara untuk melakukan

pencegahan untuk penyakit ini, yaitu

“Pada wanita, lakukan pemeriksaan

skrining secara teratur” seperti Pap’s Smear,

tes Schiller, dan Inspeksi Intra Vaginal (IVA).

Pap‟s Smear adalah cara yang paling ideal

dan akurat. Cara ini membutuhkan ahli

patologi anatomi untuk membaca

perubahan sifat sel. Hal ini adalah

hambatan bagi penduduk Indonesia

karena minimnya tenaga ahli di daerah,

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 36: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

36

bahkan ahli patologi anatomi tersebut

relatif bisa ditemukan hanya di rumah sakit

pendidikan. Namun bukan berarti wanita di

daerah yang tidak ada pelayanan Pap‟s

Smear tidak bisa melakukan skrining.

Karena dua cara yang lain sangat mudah

dan cukup dokter umum yang

melakukannya.

Pap smear dianggap perlu karena data

dunia menunjukkan 50% penderita kanker

leher rahim yang mengalami kematian

adalah mereka yang tidak melakukannya.

Angka ini mencapai 100% di Indonesia.

Artinya, kematian karena kanker leher

rahim disebabkan keterlambatan diagnosis

dimana kanker diketahui ketika berada

pada stadium lanjut.

Pap smear lebih baik dilakukan pada :

Wanita telah aktif secara seksual

(atau usia 18 tahun). Di Indonesia

dilakukan setelah aktif secara

seksual

Dilakukan sekali setiap tahun,

selama dua tahun

Wanita dengan satu pasangan

seksual, tanpa riwayat abnormal

pada Pap‟s Smear sebelumnya,

dilanjutkan dengan interval sekali

setiap tiga tahun

Pemeriksaan Pap smear dapat

dilakukan di laboratorium kesehatan.

Hasil Pap‟s Smear dibagi enam klas,

yaitu

Klas 0 : tidak dapat dinilai. Harus

diulang pengambilan sampel baru

Klas 1 : normal

Klas 2 : proses radang dengan atau

tanpa displasi (perubahan sifat sel)

ringan. Dilakukan pemeriksaan ulang

3-6 bulan

Klas 3 : Displasi sedang atau berat.

Dilakukan pemeriksaan ulang, jika

hasilnya sama, dilakukan biopsi

(yaitu mengambil sedikit jaringan

untuk diperiksa

Klas 4 : Karsinoma in situ. Dilakukan

pemeriksaan ulang, jika hasilnya

sama, dilakukan biopsi kerucut

Klas 5 : Karsinoma invasif. Diperiksa

lebih jauh untuk menentukan

stadiumnya

Pencegahan lainnya adalah dengan

vaksinasi HPV. Saat ini sudah ada vaksin

pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang

menjadi penyebab 70

persen kasus kanker serviks di Asia. Vaksin

direkomendasikan sejak wanita berumur 9

tahun sampai 26 tahun, namun bisa saja

diberikan pada umur di atas 26 tahun

namun efek proteksi yang dihasilkan tidak

sebaik bila diberikan pada umur < 26

tahun. Lha kenapa kok anak kecil

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 37: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

37

dilibatkan dalam urusan vaksinasi ini ???

Kan belum mengerti “apa apa”. Nah itu

kalo di sini, kalo di sono kan anak kecil

udah ngerti “apa apa” jadi sedini mungkin

dilakukan proteksi. Selain itu juga ada

transmisi HPV yang tidak melalui hubungan

seksual jadi tetap lebih baik diberikan sejak

dini.

Untuk laki-laki dapat melakukan

pemeriksaan teratur terhadap penyakit

infeksi di organ genital (organ kelamin)

dengan memeriksakan kandungan

spermanya, apakah banyak protamin dan

histon serta ” penggunaan kondom bisa

mencegah penularan infeksi saluran

genital ke pasangan ”.

Sekali lagi ” mencegah lebih baik daripada

mengobati”. Tidak ada kata sulit jika

dibandingkan dengan keganasan

penyakitnya. Meskipun terlihat rumit,

bagaimanapun juga pencegahan jauh

lebih baik dan lebih mudah daripada

pengobatan. Jangan relakan senjata kita

menjadi bumerang. Postingan selanjutnya

akan mengajak Anda mengenal

bagaimana cara melakukan skrining

secara teratur. *** (Upi/Berbagai sumber)

Pendahuluan

Jumlah pengguna narkoba setiap ta-

hun semakin meningkat dan sudah pasti

didukung dengan peredarannya yang se-

makin meluas. Narkoba di Indonesia

datang dari jalur distribusi yang dikenal se-

bagai segitiga emas (golden triangle) yang

terletak diantara Thailand, Myanmar, Laos,

dan Cina. Kondisi ini merupakan tugas kita

bersama untuk ikut memeranginya.

Sebagian besar masyarakat belum me-

mahami benar SANGAT pentingnya perang

terhadap narkoba tersebut, salah satunya

karena tingkat pengetahuan masyarakat

yang masih sangat terbatas baik tentang

jenis narkoba? bahaya narkoba saat

digunakan? Bahaya sesudah berhenti

menggunakan? dan sebagainya. Berikut

pengenalan singkat untuk membantu me

nyebarluaskan pentingnya perang terha-

dap narkoba.

Pengertian

Narkoba adalah singkatan dari

narkotika, dan obat-obatan yang berba-

haya. Selain itu ada kata-kata lain yang

mempunyai makna yang sama, yaitu:

NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) dan

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat

PENGARUH NARKOTIKA & OBAT-OBATAN BERBAHAYA

Oleh : L u s i S o r a y a

Tentang jenis narkoba? bahaya narkoba saat digunakan? Bahaya sesudah berhenti menggunakan? dan sebagainya.

Berikut pengenalan singkat untuk membantu menyebarluaskan pentingnya perang terhadap narkoba.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 38: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

38

Adiktif). Istilah NAPZA lebih tepat karena

didalam singkatan tersebut terdapat psi-

kotropika obat yang biasanya digunakan

untuk gangguan kesehatan jiwa namun

obat ini termasuk obat yang sering disalah

gunakan dan dapat menimbulkan adiksi.

Narkoba pada awalnya adalah sejenis

obat-obatan tertentu yang digunakan oleh

kalangan kedokteran untuk terapi penyakit

misalnya untuk menghilangkan rasa nyeri.

Namun pada perkembangannya obat-

obatan itu disalahgunakan (abuse) se-

hingga menimbulkan ketergantungan

(adiksi).

Narkoba dikelompokkan dalam be-

berapa jenis. Dua kelompok narkoba yang

biasa digunakan adalah : Opiat dan Non

Opiat.

Menggunakan narkoba dapat menim-

bulkan adiksi dan akhirnya ketergantungan

obat. Sebenarnya penggunaan narkoba

dapat kita cegah. Ada banyak alasan

mengapa orang menggunakan narkoba.

Pada awalnya ada yang hanya

mencoba-coba atau sekedar ingin tahu.

Setelah mencoba menggunakan

seseorang mengalami ketergantungan

dengan narkoba, maka akan muncul

berbagai masalah dan persoalan.

Persoalan yang dapat muncul antara lain:

Kepribadian adiksi, terinfeksi berbagai

penyakit (HIV/AIDS, Hepatitis B, C), sakaw,

pengobatan yang mahal, overdosis (OD),

dll. Selain itu seorang pengguna narkoba

akan banyak mengalami kesulitan pada

masa depan serta dalam kehidupan

sosialnya. Ada banyak alasan orang

menggunakan narkoba, antara lain :

1. Rasa ingin tahu

2. Ajakan teman

3. Pelarian masalah

4. Ketidak harmonisan dalam keluarga

5. Kuatnya jaringan pemasaran

narkoba.

Dari berbagai alasan tersebut kepri-

badian, merupakan hal yang penting.

Oleh karena itu badan kesehatan sedunia

WHO menganjurkan pelatihan Life Skill

(keterampilan hidup) untuk dilatih pada se-

seorang agar terampil mengambil kepu-

tusan yang menguntungkan kesehatannya

serta terampil menolak ajakan teman yang

merugikan kesehatan.

Bahaya Akibat Penggunaan Narkoba

1. Alkohol (Minuman Keras / Miras)

a. Perubahan perilaku : misalnya perke-

lahian dan tindak kekerasan lainnya,

ketidak mampuan menilai realitas,

gangguan dalam fungsi sosial dan

pekerjaan.

b. Gejala fisiologi :

Bicara cadel

Gangguan koordinasi

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 39: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

39

Cara berjalan yang tidak man-

tap

Mata jereng (nistakmus)

Muka merah

c. Gangguan Psikologi

Perubahan alam perasaan

Mudah marah dan tersinggung

Banyak bicara (melantur)

Hendaya atau gangguan per-

hatian/konsentrasi. Hendaya ini

besar pengaruhnya bagi terja

inya kecelakaan lalu lintas.

d. Gejala putus alkohol (bila konsumsi

dihentikan) :

Kelompok Obat Nama Obat

Central Nervous System Depre-

sent (CNS)

Alkohol; Chloral hydrate; Barbitu-

rates;Benzodiasepines (Ativan, Dalmane, Valium,

Librium, Xanax, Serax, Halcion, etc); Hypnotis seda-

tive (Parest, Quaalude, Doriden).

Narkotik Opium, Codein, Heroin, Morphine, Demerol,

Pethidine, Dilaudid, Methadone, Percocet, Perco-

dan, Darvon, Tussionex, Fentanyl, Lomotil, Numor-

phan, Agonist-antagonist (TalwinStadol, Burprenex,

Temgesic, Nubain).

Stimulan Amphetamin, caffeine, cocaine, nicotine, Preludine,

Ritalin, piil diet, khat.

Hallusinasi Amphetamine variants (2,5 DMA, PMA, STP, MOA,

DOM, MMDA, TMA, DOB); LSD macaline, peyote,

phencyclidine dan analognya, psilocybin, psicocyn,

DMT dan DET

Canabis Marijuana, Hashish, THC

Hisap Nitous oxide, berbagai jenis cat dan thineer untuk

cat dan lem

Anti Depresi Amitriptyle (Elavil, Endep, Amitril, Amitrip) dan obat-

obatan lain yang sejenis.

Monoamine oxidane inhibitor Isocarboxazid (Marplan), phenenelzine (Nardil),

tranylycpromine (Parnate).

Tetracyclic antideoresants Maprotiline

Miscellaneous antidepressants Trazodone (Desyrel), fluoxetine (Prozac).

Jenis Narkoba

Berikut ini kelompok (obat) narkoba berdasarkan cara kerja.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 40: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

40

Gemetaran kasar pada tangan,

lidah dan kelopak mata

Mual dan muntah

Kelemahan

Jatung berdebar-debar, tekanan

darah meninggi dan keringatan

berlebihan

Kecemasan (gelisah, tidak

tenang, rasa ketakutan)

Perubahan alam perasaan

Tekanan darah menurun karena

perubahan posisi tubuh

(Hipotensi ortostatik).

Halusinasi pendengaran

2. Ganja

a. Jantung berdebar-debar

b. Gejala psikologi

Euforia, rasa gembira tanpa

sebab (aneh)

Halusinali dan delus (waham,

yaitu keyakinan yang tidak

rasional).

Perasaan waktu berlalu

dengan lambat (misalnya 10

menit dirasakan 1 jam).

c. Gejala fisik

Mata merah

Nafsu makan bertambah

Mulut kering

d. Perilaku maladaptif : ketakukan,

kecurigaan (paranoid), gang-

guan menilai realitas, gangguan

dalam fungsi sosial dan peker-

jaan.

3. Opiat (Heroin/”Putaw”)\

a. Pupil mata mengecil atau mele-

bar

b. Euforia, rasa gembira tanpa se-

bab (aneh) atau sebaliknya dis-

foria

c. Apatis

d. Lemah tiada tenaga/lesu

(retardasi psikomotor)

e. Mengantuk/tidur

f. Bicara cadel

g. Gangguan pemutusan per-

hatian /konsentrasi

h. Daya ingat menurun

i. Tingkah laku maladaptif : ketaku-

tan, kecurigaan gangguan

menilai realitas, gangguan

dalam fungsi sosial dan peker-

jaan.

j. Gejala putus opiat/zat (sakoi)

yaitu bila konsumsi opiat

dihentikan :

Air mata berlebihan

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 41: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

41

(lakriminasi)

Cairan hidung berlebih-

lebihan (rhinorea)

Pupil mata melebar (dilatasi

pupil)

Keringat berlebihan

Mual, muntah, diare

Bulu rambut / kuduk berdiri

(bergidik, piloereksi)

Mulut menguap (yawning)

Tekanan darah naik

Jantung berdebar-debar

Demam

Sukar tidur (insomnia)

k. Nyeri otot (kejang) dan nyeri tu-

lang – belulang

l. Nyeri kepala

m. Nyeri/ngilu sendi-sendi

n. Mudah marah, emosional dan

agresif

4. Amphetamine (“Shabu-shabu”.

“Ekstasi”)

a. Gejala psikologi

Agitasi psikomotor (hiperaktif,

tidak dapat diam, “triping”)

Rasa gembira (elation)

Rasa harga diri meningkat

(granddiosity)

Banyak bicara

Kewaspadaan meningkat

Halusinasi penglihatan

b. Gejala fisik

Jantung berdebar-debar

Pupil mata melebar

Tekanan darah naik

Keringat berlebihan atau rasa

kedinginan

Mual atau muntah

c. Tingkah laku maladaptif : perke-

lahian, gangguan daya nilai re-

alitas, gangguan dalam fungsi

sosial dan pekerjaan.

d. Gangguan waham (delusi) am-

phetamine :

Waham kejaran (Ketakutan

yang tidak rasional/paranoid)

Kecurigaan terhadap lingku

ngan sekitar yang menyang-

kut dirinya sendiri (ideas of re

ference)

Agresifitas dan sikap bermusu-

han

Kecemasan dan kegelisahan

Agitasi psikomotor

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 42: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

42

e. Gejala putus zat amphetamine

yaitu bila konsumsi dihentikan:

Alam perasaan depresi

(murung, sedih, tidak dapat

merasa senang, keinginan

bunuh diri)

Rasa lelah, lesu, tidak ber-

daya, kehilangan semangat

Gangguan tidur

Gangguan mimpi bertambah

5. Kokain

a. Agitasi psikomotor : perilaku

gelisah, tidak dapat diam serta

agitasi

b. Rasa gembira (elation)

c. Rasa harga diri meningkat

(granddiosity)

d. Banyak bicara

e. Kewaspadaan meningkat

(Kecurigaan, prasangka buruk,

paranoid)

f. Jantung berdebar-debar

g. Pupil mata melebar

h. Tekanan darah naik

i. Berkeringat berlebihan atau

merasa kedinginan

j. Mual dan mutah

k. Perilaku maladaptif : perkelahian,

gangguan daya nilai realitas,

gangguan dalam fungsi sosial

dan pekerjaan

l. Gejala putus zat kokain yaitu

apabila konsumsi dihentikan :

Alam perasaan depresi

(murung, sedih, tidak dapat

merasa senang, keinginan

bunuh diri)

Rasa lelah, lesu, tidak

berdaya, kehilangan

semangat

Gangguan tidur

Gangguan mimpi bertambah

Dampak Negatif

Rusaknya hubungan keluarga

Penurunan daya fikir

Perubahan perilaku menjadi anti so-

cial

Gangguan kesehatan

Mempertinggi kecelakaan lalu lintas

Mempertinggi kriminalitas

Mempertinggi angka kematian.****

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Alamat Web Depatemen Kesehatan dan Domainya :

Departemen Kesehatan RI ( http://www.depkes.go.id/)

Badan LitBangkes (http://www.litbang.depkes.go.id/)

Ditjen PP&PL Depkes RI (http://www.pppl.depkes.go.id/)

Biro Kepegawaian Depkes RI (http://www.ropeg-depkes.or.id/)

Desentralisasi Kesehatan Depkes RI

(http:www.desentralisasi.depkes.go.id)

Direktorat Bina Kesehatan Kerja

(http://www.binakesehatankerja.depkes.go.id)

Page 43: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

43

D iera yang serba canggih

seperti sekarang ini pemakaian

komputer sudah sangat jauh

berbeda dengan jaman dahulu, baik dari

tingkat kepemilikan, keahlian maupun ke-

butuhan. Seperti layaknya jamur dimusim

penghujan, hampir setiap orang mempu

nyai komputer dan mampu mengoperasi-

kannya, bahkan keahlian menggunakan

computer tidak hanya terbatas pada usia

remaja hingga kerja sekarang anak – anak

5 tahunpun sudah bisa mengoperasi-

kannya.

Dengan menggunakan komputer tingkat

efisiensi, kemudahan, kecepatan , Validitas

suatu pekerjaan semakin meningkat se-

hingga orang – orang semakin berlomba

untuk memanfaatkannya. Penggunaan

komputer sehari – hari tidak melulu untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan, tapi juga

digunakan untuk main game, entertain-

ment, atau sekedar chating dengan teman

jauh.

Berdasarkan survey di Amerika baru – baru

ini diperoleh faakta bahwa rata – rata

waktu kerja digunakan sekitar 5,8 jam per-

hari digunakan untuk bekerja dengan kom-

puter. Disatu sisi interaksi dengan meng-

gunakan komputer membawa dampak

yang menggembirakan akan tetapi jika

kita mengetahui akibat yang ditimbulkan

dari pemakaian komputer yang berkepan-

jangan mungkin kita harus lebih berhati –

hati.

Interaksi dengan komputer dalam jangka

waktu yang cukup lama dapat menyebab-

kan gangguan kesehatan yang disebab-

kan karena kesalahan yang sama dan

berulang saat menggunakan komputer.

Gangguan kesehatan itu dapat berupa

gannguan saraf, gangguan penglihatan,

cidera otot dan pergelangan.

Untuk itu jika anda termasuk orang yang

menggunakan komputer sebagai intrumen

atau media untuk mencapai tujauan,

maka tidak ada salahnya jika anda sejenak

berpaling untuk menyadari hal –hal yang

mungkin muncul dan mengganggu aktivi-

tas serta produktivitas anda.

Dalam ilmu kesehatan kerja kita mengenal

apa yang disebut ergonomic. Dari hasil

penelitian membuktikan penerapan ergo-

nomic yang tepat ditempat kerja akan

meningkatkan produktivitas kerja hingga 25

%, termasuk pekerjaan yang memanfaat-

kan komputer.

Ergonomi yang baik dan tepat sangatlah

penting untuk diterapkan ketika meng-

gunakan komputer untuk menghindari keti-

dak nyamanan dalam bekerja dan

PENGGUNAAN KOMPUTER DALAM BEKERJA

DILIHAT DARI SISI ERGONOMI KESEHATAN

Oleh : Ani Budi Lestari

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 44: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

44

meminimalisir dampak kesehatan yang

mungkin muncul dikemudian hari.

Berikut akan kita bahas mengenai be-

berapa gangguan kesehatan akibat peng-

gunaan komputer dan bagaimana ber-

komputer secara ergonomis.

Gangguan kesehatan :

Secara garis besar gangguan kesehatan

yang mungkin muncul dari pemakaian

komputer yang kurang tepat adalah :

Gangguan pada mata dan kepala

atau sering disebut vision syndrome,

dapat berupa nyeri atau sakit

kepala, mata kering dan iritasi, mata

lelah bahkan yang lebih parah focus

mata lemah, penglihatan kabur

hingga disorientasi warna.

Gangguan pada lengan dan tan-

gan dapat berupa nyeri pada per-

gelangan tangan, nyeri siku hingga

terjadinya carpal tunnel syndrome

yaitu terjepitnya syaraf dibagian per-

gelangan yang menyebabkan nyeri

di sekujur tangan, pada stadium lan-

jut gangguan seperti ini tindakan op-

erasi wajib untuk dilakukan.

Gangguan pada leher, pundak dan

punggung.

Bekerja dengan komputer secara ergono-

mis

Bekerja dengan computer secara ergono-

mis tidak sekaligus menghilangkan efek dari

pemakaian komputer yang salah hanya

saja dapat meminimalkan dampak kese-

hatan yang mungkin dapat ditimbulkan

dari kegiatan tersebut. Adapun langkah –

langkah yang dapat dilakukan adalah se-

bagai berikut :

Penempatan perangkat

Pastikan cukup tempat dimeja untuk

menata posisi yang paling nyaman untuk

CPU, keybord , mouse, printer, penyangga

buku.

Atur meja, dengan mempertimbangkan

perangkat yang paling sering digunakan

seperti mouse, keybord di tempat yang mu-

dah dijangkau

Atur pencahayaan diruang kerja, cahaya

yang terlalu kuat menyebabkan tampilan

monitor tidak tajam akan tetapi cahaya

yang kurang juga dapat menyebabkan

gangguan pada mata.

Jangan memasang lampu yang sinarnya

langsung menyorot pada monitor karena

dapat menimbulkan pantulan pada layar

computer.

Jika pada ruangan tersebut terdapat can-

dela usahakan computer diletakan sejajar

den candela

Berkas, buku atau apasaja yang dibu-

tuhkan saat bekerja dengan computer se-

baiknya diletakan didekat monitor.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 45: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

45

Monitor

Posisikan monitor sedemikian rupa sehingga

dapat meminimalisir pantulan sinar baik

dari lampu, candela atau sumber cahaya

lainnya, jika hal tersebut tidak memung-

kinkan anda dapat memasang filter moni-

tor.

Atur monitor sehingga mata sama ting-

ginya dengan tepi atas layar atau sekitar 5

-6 cm dibawah bagian atas casing moni-

tor.

Atur jarak monitor dengan posisi anda 50 –

60 cm agar mata tidak tegang dan cepat

lelah.

Posisi monitor tepat didepan jangan sam-

pai kepala kita menoleh untuk melihat

monitor.

Sedikit tengadahkan monitor sehingga

bagian atas monitor agak kebelakang

Atur cahaya monitor jangan terlalu terang

atau redup

Bersihkan layar monitor secara periodic,

karena layar yang kotor dapat menimbul-

kan gangguan pada penglihatan

Keybord

Letakan keybord sedemikian rupa se-

hingga sehingga lengan dalam posisi relaks

dan nyaman dan lengan bagian depan

dalam posisi horizontal.

Pundak dalam posisi relaks, tidak tegang

dan terangkat keatas.

Pergelangan tangan lurus.

Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser

kekiri dan kanan sehingga jari kita tidak ter-

paksa meraih bagian – bagian yang sulit

terjangkau.

Jangan memukul tombol, tekan tombol se-

cara halus dan lembut sehingga jari tetap

relaks.

Manfaatkan fitur shortcut dan macro untuk

melakukan pekerjaan dengan computer.

Mouse

Tempatkan mouse sejajar dan dekat den-

gan keybord, hal ini untuk mengurangi

peregangan tangan keposisi yang ber-

beda saat bekerja.

Pegang mouse secara ringan dan klik den-

gan tegas, gerakan mouse dengan tangan

tidak hanya dengan pergelangan tangan

Jangan tumpukan pergelangan tangan

dan tangan baagian depan di meja saat

menggerakan mouse.

Untuk jenis rolling – ball mouse bersihkan

mouse secara periodic.

Pertimbangkan untuk menggunakan scroll

– point mouse, gunanya untuk mempermu-

dah gerakan scrolling di layar.

Gunakan optical mouse untuk memperoleh

gerakan crusor yang lebi presisi untuk me

ngurangi ketegangan di otot lengan dan

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 46: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

46

bahu.

Kursi

Kursi yang kita duduki saat bekerja dengan

menggunakan komputer mempunyai

peran yang cukup besar dalam menentu-

kan tingkat kenyamanan dalam bekerja,

untuk itu perlu ada pengaturan sedemikian

rupa sehingga tidak mengganggu aktivi-

tas , produktivitas dan kesehatan kita.

Adapun langkah – langkah yang bisa

diperhatikan dalam pengaturan kursi

adalah sebagai berikut :

Usahakan paha dalam posisi horizontal dan

punggung bagian bawah atau pinggang

terdukung.

Bila kursi kurang dapat diatur anda dapat

memberi tambahan bantal pada bagian

bawah punggung

Telapak kaki harus dapat menumpu secara

rata di lantai. ****

saja? Jangan khawatir, sekarang telah

banyak majalah dan Koran telah men-

yediakan software gratis dalam bundelan

CD dan DVD , hal ini penting untuk bisa

digunakan dalam memaksimalkan fungsi

kerja dari portable drive yang Anda miliki.

Spesifikasi yang Diperlukan dan Cara Peng-

g u n a a n n y a

Sangat umum sebenarnya spesifikasi yang

diperlukan oleh portable drive ini supaya

bisa berjalan dengan sempurna. Pertama

tentunya Anda membutuhkan PC ( per-

sonal computer ) atau laptop/ notebook

yang sudah memiliki port USB didalamnya,

karena memang port utama yang diguna-

kan oleh portable drive adalah USB port.

kedua adalah aplikasi yang tinggal di-

jalankan saja. Lebih praktis dan efisien.

Gunakanlah aplikasi portable dan gunakan

di mana saja dan kapan saja Anda me-

merlukannya. Selamat Mencoba. ( mgc ) Terusan dari halaman ………..32

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 47: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

47

D itengah berkembangnya obat-obat

konvensional (obat-obat dari bahan

kimia) dan penemuan obat-obat baru di

dunia kedokteran, Obat tradisional atau

dikenal dengan istilah “jamu” masih men-

dapat tempat tersendiri di hati masyarakat

karena konsep back to nature yang di-

tawarkan memberikan kesan aman dikon-

sumsi seluruh keluarga dibandingkan den-

gan obat-obat konvensional. Di dalam

masyarakat kita, minum obat tradisional

sudah jadi kebiasaan dan khasiatnya di-

yakini ampuh sejak zaman nenek moyang.

Apalagi jika obat-obatan itu didukung

pengemasan yang baik, mudah didapat,

dan harganya murah.

Obat herbal ini dibuat dari tanaman

yang diyakini sebagai tanaman obat.

Sayangnya, kegunaan beraneka jenis

tanaman itu baru sebatas indikasi khasiat.

Tidak ada acuan baku tentang peman-

faatan potensinya. Kondisi ini berbeda de

ngan penggunaan ramu-ramuan pada

pengobatan tradisional Cina misalnya,

yang memiliki panduan pemanfaatan

hingga ribuan resep, bahkan dibukukan

(Intisari,Februari 2004). Pemanfaatannya

juga masih minim jika dibandingkan de

ngan pengobatan dengan filosofi ay-

urveda dari India atau pemanfaatan ta

naman obat di Eropa.

Dengan perkembangan ilmu penge-

tahuan dan teknologi, banyak ilmuwan

yang telah meneliti tanaman obat yang

akhirnya dijadikan sebagai fitofarmaka. Isti-

lah fitofarmaka sendiri mungkin tergolong

baru di telinga awam. Beberapa kamus ke-

dokteran menerangkan, fitofarmaka berarti

bahan yang disarikan dari tanaman dan

digunakan dalam pengobatan. Asal ka-

tanya dari bahasa Yunani, phyto

(tanaman) dan pharmakon (obat). Jadi,

Apa perbedaan fitofarmaka, obat herbal

dan jamu? Bagaimana kita mengetahui

apakah obat tersebut tergolong sebagai

fitofarmaka, obat herbal atau jamu?

JAMU adalah ramuan yang dibuat

dari bahan-bahan alam, digunakan secara

turun temurun, dipercaya berkhasiat ber-

dasarkan data empiris (pengalaman nenek

moyang), dan belum ada penelitian ilmiah

untuk mendapatkan bukti klinik mengenai

khasiat tersebut. Bahan-bahan jamu

umumnya berasal dari semua bagian tana-

man, bukan hasil ekstraksi/isolasi mengenai

bahan aktifnya saja. Bahkan kemungkinan

bahan aktif belum diketahui secara pasti

karena belum ada penelitian.

Beberapa tahun terakhir ini Badan

FITOFARMAKA

By : Aah Nurliah

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 48: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

48

Pengawas Obat dan Makanan (Badan

POM) menemukan banyak produsen jamu

yang melakukan pelanggaran dengan

mencampurkan obat-obat kimia pada

sediaan jamu dimana hal ini sangat mem-

bahayakan kesehatan masyarakat, jenis

dan nama-nama jamu itupun sudah diu-

mumkan kepada masyarakat luas baik le-

wat media cetak ataupun media elektronik

agar masyarakat tidak mengonsumsinya

lagi.

Seperti halnya pada obat konvensional,

obat herbalpun mempunyai logo yang me-

rupakan tanda sertifikat dari Badan POM.

Setingkat di atas jamu adalah OBAT

HERBAL TERSTANDAR (OHT), yaitu bahan-

bahan jamu yang telah diuji secara ilmiah

(penelitian praklinik dengan hewan uji)

mengenai efek dan manfaat, memenuhi

kriteria aman (lulus uji toksisitas), klaim kha-

siat dibuktikan secara ilmiah, telah dilaku-

kan standarisasi terhadap bahan baku

yang dipergunakan dalam produk jadi,

memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Logo obat herbal terstandar :

Kategori tertinggi adalah FITOFARMAKA

dengan persyaratan aman, klaim khasiat

berdasarkan uji klinik (diterapkan pada

manusia yang biasanya dilakukan di be-

berapa rumah sakit atau tempat pelaya-

nan kesehatan lainnya), telah dilakukan

standarisasi terhadap bahan baku yang

dipergunakan, dan memenuhi persyaratan

mutu yang berlaku

Untuk memajukan obat herbal Indo-

nesia sungguh merupakan tantangan be-

sar. Masalahnya, pengolahan sebuah

tanaman hingga diakui menjadi obat yang

memenuhi syarat, butuh dukungan

teknologi yang tak pernah putus. Mulai dari

pengadaan bahan baku (ekstrak), proses

pembuatan sediaan, penyajian serta ke-

masannya. Masing-masing punya aturan

main tersendiri yang ketat untuk menghasil-

kan obat yang bermutu baik. Karena meru-

pakan obat asli alam, proses pembuatan

obat sudah dimulai sejak penyiapan ex-

strak (bahan baku) dari tanaman asalnya.

Atau tepatnya sejak tanaman dibudidaya-

kan di lahan. Sifat, kultur tanah, dan agrokli-

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Logo jamu

Logo obat

herbal

Logo

fitofarmakamu JAHE MENIRAN

LOGO TANAMAN OBAT DI INDONESIA

Page 49: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

49

matologinya harus benar-benar menun-

jang. Ditambah lagi penggunaan teknologi

yang tepat saat pembukaan dan pengola-

han lahan, pembibitan, penanaman, pe-

meliharaan, hingga pemanenan.

Dalam budidaya sebuah tanaman obat,

keberhasilan bukan hanya ditentukan dari

hasilnya yang berlimpah atau terlihat ijo

royo-royo. Tak kalah penting adalah kand-

ungan senyawa metabolit sekunder yang

menjadi bahan aktif dalam sediaan obat

alami. Misalnya, dalam budidaya jahe

(Zingiber officinale), bukan hanya soal

ukuran jahenya saja, tapi kandungan min-

yak atsiri sebagai metabolit sekunder harus

juga diperhitungkan.

Agar dihasilkan bahan baku obat

yang baik, masa panen menjadi masa

"kritis" yang menentukan kualitasnya. Waktu

pemanenan, teknik, dan pengolahan

awalnya sangat menentukan kualitas sim-

plisianya (bahan mentah sebelum menjadi

ekstrak). Ini termasuk masalah pembersihan

tanaman, pengemasannya dalam wadah,

hingga penyimpanannya. Semua harus di-

lakukan secermat mungkin.

Penanganan yang tidak tepat terha-

dap bahan baku obat dapat menyebab-

kan dekompartementasi enzim-enzim

dalam organ subseluler tanaman. Akibat-

nya, terjadi reaksi ensimatis atau peruba-

han sifat fisika-kimia kandungan seny-

awanya. Misalnya, terjadi artefact - pe-

ruraian kimiawi dan reaksi ensimatis meny-

impang dari kondisi alamiahnya. Kandun-

gan senyawa aktif bahan yang ingin dijadi-

kan obat akhirnya bisa berubah atau ber-

beda. Alhasil, setelah menjadi obat, kha-

siatnya bisa saja meleset.

Jadi, produksi fitofarmaka harus

mengikuti kaidah Good Agricultural Prac-

tice (GAP) . Artinya, cara-cara produksi mu-

lai dari penanaman, pemeliharaan panen

tanaman, proses setelah panen, semuanya

harus mengikuti standar internasional. Cara

pembuatan produk obat herbal tradisional

ini pun harus mengikuti kaidah Good Manu-

facturing Practice (GMP) atau Cara Pem-

buatan Obat yang Baik (CPOB) .

Sebagai contoh , adalah produk ke-

luaran salah satu industri farmasi yang telah

menerima sertifikat fitofarmaka dari BPOM

untuk produk imunomodulator yaitu

STIMUNO. Produk ini merupakan jenis fitofar-

maka imunomodulator berbahan ekstrak

Phyllanhus niruri atau meniran. Imunomodu-

lator diperlukan ketika seseorang sedang

dalam kondisi kelelahan, kurang istirahat,

stres, bepergian jauh, kontak dengan

penderita atau berada di tempat yang se-

dang terserang wabah.

Jika ada beberapa ekstraksi Phyllan-

thus yang ditanam di tempat berbedadan

proses penanamannya juga berbeda, be-

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 50: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

50

lum tentu kliam imunomodulator-nya sama.

Itulah sebabnya, fitofarmaka harus bersum-

ber pada tanaman yang proses penana-

mannya baik , ditanam di tempat yang su-

dah terstandarisasi dan diproses secara

GAP dan GMP, sehingga hasilnya pun baik

bagi pengobatan penyakit.

Saat ini di Indonesia telah memiliki 17 pro-

duk obat herbal terstandar dan lima pro-

duk yang menyandang "gelar" fitofarmaka,

yaitu Stimuno (peningkat sistem imun), No-

diar (antidiare), Rheumaneer (pengurang

nyeri), Tensigard Agromed (hipertensi), dan

X-Gra (peningkat gairah seksual lelaki)..

Sedangkan, 17 jenis obat tanaman yang

masuk kategori obat terstandar, yaitu

diabmeneer, diapet, kiranti (obat datang

bulan), fitogaster, fitolac, lelap dan lain

sebagainya.

Salah satu kendala dalam pengembangan

fitofarmaka adalah masalah dana. Mak-

lum, uji klinis tidaklah murah. Biayanya bisa

sampai ratusan juta untuk satu kali pengu-

jian. Konon, untuk serangkaian uji pada

meniran saja, produsen obat itu harus

mengeluarkan dana sampai Rp 5 miliar.

Menyadari kenyataan itu, Badan POM

mengaku tidak tinggal diam. Mereka juga

menguji klinis sembilan tanaman obat ung-

gulan "Dengan penelitian itu, pihak kami

mendorong pelaku usaha obat tradisional

untuk melakukan penelitian lebih lanjut ter-

hadap produknya, baik jamu atau herbal

terstandar," terang dr. Niniek Soedijani, Di-

rektur Penilaian Obat Tradisional, Badan

POM.

“Badan Pengawas Obat dan

Makanan sudah melansir sejak 2003 sekitar

9 tanaman obat siap menjadi fitofarmaka,

dan pada 2005 sedikitnya 18 jenis tanaman

obat unggulan yang siap menjadi fitofar-

maka dan OHT,” ujar Dr. Rifatul Widjhati

MSc. Apt, Direktur Pusat Teknologi Farmasi

dan Medika BPPT.

Sembilan jenis tanaman obat yang

siap menjadi fitofarmaka, yaitu cabe jawa

sebagai androgenik, temulawak untuk anti

hiperlipidemia, daun jambu biji, sebagai

obat anti demam berdarah, buah meng-

kudu dan daun salam sebagai anti diabet,

jati belanda untuk anti hiperlidemia, jahe

merah sebagai anti neoplasma, serta rim-

pang kunyit untuk anti hiperlidemia.

Sementara 18 belas jenis tanaman

obat unggulan lainnya yang siap menjadi

fitofarmaka dan OHT yaitu brotowali

(antimalaria antidiabetic), kuwalot

(antimalaria), akar kucing (anti asam urat),

sambiloto (antimalaria), johar

(perlindungan hati), biji papaya

(kesuburan), daging biji bagore

(antimalaria), daun paliasa (perlindungan

hati), makuto dewo (perlindungan hati),

daun kepel (asam urat), akar senggugu

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

Page 51: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

51

(sesak napas), seledri (batu ginjal), Gan-

darusa (KB lelaki), daun johar (anti malaria),

mengkudu (dermatitis), mengkudu rimpang

jahe (anti TBC), umbi lapis kucai (anti hiper-

tensi), jati belanda & jambu biji

(pelangsing). “Untuk OHT dan fitofarmaka,

bahan bakunya atau ekstrak tanaman

obatnya harus sudah distandarisasi isi

kandungan senyawanya,” ujarnya.

Pemerintah sedang mengusahakan

agar fitofarmaka bisa diresepkan dokter.

Sehingga saat ini sedang berlangsung

sosialisasi pada dokter-dokter dan

masyarakat tentang fitofarmaka. Yang

perlu diketahui masyarakat adalah jika pro-

duk herbal sudah terstandarisasi dan kea-

manan serta mutunya terjamin dan sudah

diuji klini maka obat herbal ini disebut fito-

farmaka.

Berkat fitofarmaka, tanaman obat asli Indo-

nesia boleh berbangga diri. Ada kesem-

patan baginya untuk naik kelas dan sejajar

dengan obat konvensional yang telah

lama merajai dunia pengobatan.

Minum obat herbal, siapa takut...... !

Disarikan dari berbagai sumber. ****

U ntuk mengakses kegiatan yang dila-

kukan oleh Kantor Kesehatan Pelabu-

han Kelas I Tanjung Priok dan berita/artikel

pada bulletin Info Kesehatan Pelabuhan

yang pada edisi sebelumnya. Dikarenakan

masih banyak yang belum menerima me-

dia cetak yang dikirim, maka solusinya

adalah memuat artikel pilihan sejak tahun

2006 dan ditulis secara bertahap. Media

elektronik yang kami gunakan adalah

berupa BLOG gratisan yang disediakan

oleh http://wordpress.com/ dan http://

www.google.com/ dengan alamatnya

http://kkptanjungpriok.wordpress.com dan

http://kkptanjungpriok.blogspot.com.Jika

ada tanggapan dan saran silahkan me

nghubungi kami lewat e-mail ke kkptan-

[email protected].

Hal ini kami lakukan untuk berperan-

serta dalam mengenalkan pemanfaatan

teknologi informasi di lingkungan instansi

pemerintahan khususnya sebagai pengem-

bangan media informasi dan komunikasi

sesama instansi kesehatan. Salam…….

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008

BULETIN ELEKTRONIK INFO

KESEHATAN PELABUHAN DI INTERNET

TIP TRIK BROWSING AMAN DI INTERNET

Pada masa dewasa ini untuk mencari

informasi begitu mudah dan bebas

dengan syarat memiliki PC, Laptop/note

book yang dilengkapi modem / jaringan

maka dengan alat pencari misalnya

Mozilla Firefox , Opera dan Safari, maka

apapun yang Anda cari baik photo,

dokumen, gambar atau sesuai keperluan

Anda saat ini “tinggal klik satu kali “

informasi sudah di hadapan dektop

komputer Anda. Tapi sudahkah aman

untuk komputer Anda?. Bagi pemula

jangan lupa pasanglah Antivirus yang

dipercaya baik lokal maupun luar ,Anti

spyware, malware, toolkit dan rookit. Baik

yang bayar atau gratisan dan lakukanlah

update secara rutin. Selamat berinternet.**

Page 52: Buletin III Edisi 2 Tahun 2008

52

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi 2 Triwulan II ( April - Juni) Tahun 2008