43
o

Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin Interaksi PPI Jepang Edisi ke-14 Bulan Maret 2011

Citation preview

Page 1: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

o

Page 2: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

REDAKSI

PENGARAH

Fithra Faisal Hastiadi

PEMIMPIN REDAKSI

Jimmy Hadi Susanto

KONTRIBUTOR BERITA

Atus Syahbuddin

Fatwa Ramdani

Herpin Dwijayanti

Khoirul Anwar

Muhammad Akbar Sihotang

Sri Yayu Indriani R.

EDITOR

Adam Badra Cahaya

Muhammad Fadlil

Rahma Hutami

DESIGNER

Aldina Suwanto

Hamdika Muflih

Isa Ansharullah

Jimmy Hadi Susanto

Email : [[email protected]]

Redaksi menerima pertanyaan, saran,

dan kritik dari pembaca. Untuk setiap

e m a i l y a n g m a s u k m o h o n

mencantumkan nama, instansi

(sekolah/tempat bekerja) dan kota

tempat tinggal.

Hormat Kami,Tim Redaksi

Assalamualaikum Wr.Wb

Salam Sejahtera Rekan-rekan PPI Jepang

Musim dingin akan segera usai dan berganti musim semi yang penuh dengan keceriaan menyambut tahun ajaran baru di Negeri Sakura ini. Berbekal semangat itulah, kami mengangkat tema "Habis Gelap Terbitlah Terang" pada Buletin Interaksi PPI Jepang edisi kali ini.Pada buletin kali ini, kami kembali menghadirkan artikel-artikel menarik antara lain mengenai Mahasiswa-Mahasiswa Indonesia Berprestasi di Negeri Jepang, Kisah Perjuangan Seorang Ilmuwan Indonesia Menggapai Negeri Matahari Terbit, dan artikel artikel lainnya yang sayang untuk dilewatkan.

Masih dengan semangat INTERAKSI (Integrity, Teamwork, Action, Solidarity), kami berharap buletin ini bisa menjadi media untuk saling merasakan keberadaan satu sama lain. Sehingga rasa kepemilikan terhadap PPI Jepang bisa membawa pada perbaikan pada organisasi kita ini serta memberikan kontribusi nyata kepada negara kita, Indonesia tercinta.

Seperti kata pepatah, "Tiada gading yang tak retak", kami pun sadar buletin ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk Buletin PPI Jepang yang lebih baik ke depannya.

Dari Redaksi

2

Page 3: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

3

DAFTAR ISI

Hokuriku Science Forum di Kanazawa, Ishikawa

Semangat di Musim Dingin

Sendai, Kota Hijau Nan Indah

Tanya Kenapa Shikoku dibagi?

Kabar PPI Korda dan Komsat:

Mahasiswa Indonesia Berprestasi di Jepang

Kampung Terang PPIJ

Menggapai Negeri Matahari Terbit

Serba-Serbi:

Mau Dibawa Kemana Lulusan Luar Negeri (Baca : Kita)?

Menembus Limit Komunikasi

Team Building PPI Jepang 2010-2011

Sekilas Galeri Kongres PPI Jepang di Kyoto

Pelatihan Penulisan Berita dan Opini PPI Jepang

Seputar PPI Jepang:

Lagi,,, Konferensi Selanjutnya

Penggalangan Dana Masjid Meguro

Page 4: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

4

Sekilas Galeri Kongres PPIJ di Kyoto

Terlepas dari hasi l

k o n g r e s y a n g

d isepakat i , dengan

k o n g r e s i n i m a k a

kerjasama PPI Jepang

dan PPI Korda akan

semakin membaik.

11 Desember 2010

Dihadiri oleh para

ketua korda PPI

Jepang

Suasana di

ruang kongres:

para peserta

kongres

sangat

antusias dan

berlangsung

bagai gayung

bersambut.

Sekilas Galeri Kongres PPIJ di Kyoto

Seputar PPIJ

Page 5: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

5

Team Building PPI Jepang 2010-2011

Pada tanggal 10 Januari 2011, PPI

Jepang mengadakan kegiatan Team

Building yang dilaksanakan di kampus

tokodai. Acara ini dihadiri oleh 19 orang

pengurus PPI Jepang. Narasumber

pada kegiatan kal i in i adalah

Khoirunurrofik, staf pengajar FEUI yang

saat ini sedang melanjutkan studi

Program PhD di GRIPS. Kegiatan ini

bertujuan agar anggota PPIJ dapat lebih

efisien dalam mengerjakan tugas. Tema

yang dibahas adalah “Membangun

Efektivitas dan Akuntabilitas PPI

Jepang dengan Kinerja”. Acara ini

berlangsung dari pukul 13.35 sampai

dengan pukul 18.00.

Dalam materinya, Khoirunnurofik membahas empat pokok bahasan, yaitu apakah itu strategi, “Balanced

Score Card” untuk penyusunan indikator kerja, evaluasi kegiatan, dan manajemen kegiatan. Beliau

mengutarakan bahwa dengan strategi yang baik maka tujuan organisasi dapat dicapai karena strategi

dapat meningkatkan kompetisi organisasi. Selain itu kepemimpinan akan terasa mudah dengan strategi

yang efektif.

Khoirun Nurotik juga menjelaskan pentingnya menggunakan “Balanced Score Card” untuk penyusunan

indikator kerja. “Balanced Score Card” adalah kartu yang mengontrol pelaksanaan strategi yang telah

direncanakan. “Balanced Score Card” yang baik terdiri dari indikator kerja yang bersifat SMART

(Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Timely). Di dalam “Balanced Score Card” juga dicantumkan

indikator performa yang meliputi input, output, dan outcome.

Di akhir sesi, peserta dibagi sesuai dengan bidangnya dalam PPIJ. Setiap bidang melakukan simulasi

pembuatan “Balanced Score Card” yang akan ditinjau ulang oleh Pak Khoirun Nurotik. Setelah

pembuatan “Balanced Score Card” ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja anggota PPIJ

kedepannya.

Seputar PPIJ

Page 6: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

6

Pelatihan Penulisan Berita dan OpiniPPI Jepang

13 Februari 2011

“… semakin sering kita menulis, maka akan semakin lekatlah ilmu tersebut pada diri kita. Dan untuk meninggikan pengetahuan yang kita miliki,sampaikanlah pada orang lain...”

Sampaikan, agar pengetahuan yang kita miliki bermanfaat bagi orang lain juga diri sendiri. Menulis

bukan hal yang mudah namun bukan juga hal yang sulit. Oleh karena itu, pada tanggal 13 Februari 2011,

PPI Jepang mengadakan Pelatihan Penulisan Berita dan Opini yang dihadiri 20 orang peserta. Pelatihan

ini diadakan di lantai dua, gedung Jasso, Okubo, Tokyo. Acara ini dimulai pada pukul 09.15 dan berakhir

pada pukul 16.30. Tujuan diadakan pelatihan ini adalah mendorong mahasiswa lebih berkontribusi untuk

masyarakat melalui jalur jurnalistik.

Pelatihan ini terbagi menjadi dua sesi. Sesi

pertama diisi oleh Richard Susilo. Lahir di

Jakarta tahun 1961, Richard Susilo telah

menggeluti dunia jurnalistik sejak 1976.

Beberapa pengalaman kerjanya antara lain

menjadi wartawan dan koresponden di Sinar

Harapan, Prioritas, Bisnis Indonesia,

Kompas, RCTI, Seputar Indonesia. Selain itu,

beliau juga menjadi penyiar di NHK Jepang,

penulis di The Japan Times, Asahi, Sankei,

Mainichi, dan kepala editor JIEF Economic

Magazine Tokyo. Peraih gelar MBAdari Newport University ini sekarang menjadi

CEO untuk perusahaan yang didirikannya sejak

2003, Promosi, Ltd. yang berbasis di Tokyo.

Dengan berbagai pengalamannya di dunia

jurnalistik Richard Susilo memaparkan cara

jitunya tentang penyusunan berita yang baik dan

benar. Menurut jurnalis yang hobi filateli ini,

perasaan mendalam yang bisa dirasakan

dengan hati dan berpikir secara santai adalah

kiat sukses ketika menulis berita. Menurut beliau,

jurnalistik merupakan profesi yang sangat luar

biasa tetapi susah dalam menggelutinya.

Seputar PPIJ

Page 7: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

7

Sesi kedua diisi oleh Agus Fanar Sukri. Beliau yang

pernah tinggal di Jepang selama lebih dari 15 tahun

ini, menyelesaikan S1-nya di Saga University, S2 di

JAIST, serta S3 di University of Electro-

Communication (UEC). Pria kelahiran 1969 yang

berdomisili di Tangerang ini sekarang berkarier di

Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi

Pengujian (P2SMTP) LIPI setelah sebelumnya

pernah menjadi staf peneliti di NEC R&D serta asisten

professor di UEC, Tokyo. Beliau piawai di bidang

mana jemen in fo rmas i , mana jemen i lmu

pengetahuan, serta sosio-informatika.

Berbeda dengan sesi pertama, sesi kedua membahas tips dan trik dalam menulis opini. Dalam sesi ini,

peserta membuat opininya masing-masing yang langsung dibahas oleh pembicara. Dengan

pengalaman menulis, pembicara mampu membahas opini dari masing-masing peserta secara menarik

dan tidak membosankan. Suasana diskusi yang santai ini berlangsung lancar.

Seputar PPIJ

Page 8: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

8

Seputar PPIJ

Lagi,,, Konferensi BerikutnyaAdalah AMSTECS dan SAST, konferensi yang akan menyusul berikutnya

Annual Meeting of Science and Technology Studies (AMSTECS) and Tokyo Tech Indonesian Innovation

Days 2011 adalah sebuah konferensi tahunan sebagai wadah komunikasi keilmuan antarpelajar

Indonesia di Jepang. Dengan adanya urgensi untuk penerapan dan riset industri, AMSTECS 2011 ini

diupayakan untuk menjadi jembatan antara riset keilmuan dan penerapannya dalam bidang industri.

Oleh karena itu, dalam AMSTECS and Tokyo Tech Indonesian Innovation Days 2011 akan

mengikutsertakan berbagai ahli, ilmuan, pelajar, praktisi industri, dan institusi pemerintahan.

Pada tahun ini, AMSTECS and Tokyo Tech Indonesian Innovation Days akan diadakan pada 19-20

maret 2011. Acara ini diselenggarakan di Hall Gedung West 8 Ookayama Campus of Tokyo Institute of

Technology (Tokodai) oleh The Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) bekerja sama

dengan PPIJ dan beberapa organisasi lainnya. Pada hari pertama acara akan dimulai pada pukul 09:00

hingga 21:30, sedangkan pada hari kedua akan dimulai pada pukul 08:00 hingga 18:30. Sejumlah tokoh

penting akan hadir dalam acara ini, antara lain Duta Besar Indonesia untuk Jepang Bapak Muhammad

Luthfi, Menristek Bapak Suharna Surapranata, Presiden Tokyo Tech Prof. Kenichi Iga, Dirjen Dikti

Bapak Djoko Santoso dan Rektor ITB Bapak Akhmaloka.

AMSTECS and Tokyo Tech Indonesian Innovation Days 2011 merupakan multi-event yang kegiatannya

terdiri dari:1. Scientific Meeting;2. Policy Meeting;3. Executive Meeting;4. Workshop on Publication, Carrier and Entrepreneur;5. Awards and Achievements Show;6. Social and Culture Event.

Bidang - bidang yang menjadi topik pembahasan:1. Agriculture and Food Security;2. Life Science, Health and Medicine Technology;3. New and Renewable Energy and Energy Saving Technology;4. Technology and Management Transportation;5. Information and Telecommunication Technolgy;6. Advanced Material Science.

Selain kegiatan-kegiatan ilmiah di atas yang cukup “serius”, pada sesi akhir hari pertama akan ada

acara yang cukup “santai” yaitu pada sesi Cultural Event. Sesi ini memang dikhususkan untuk

mempromosikan kebudayaan Indonesia. Pada sesi ini akan ada makanan khas Indonesia, juga

beberapa performance lainnya seperti yang akan ditampilkan tim angklung PPI Tokodai dan tim saman

PPI Komaba.

AMSTECS

Page 9: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

9

Seputar PPIJ

SAST

Untuk menghangatkan masa transisi dari musim dingin ke musim semi ini, Indonesian Agricultural

Sciences Association (IASA) bekerjasama dengan PPI Jepang mengundang akan mengadakan

Symposium on Agriculture, Science, and Technology (SAST) 2011, pada 06 Maret 2011 di Anext

Building, Yayoi Campus Graduate School of Agricultural and Life Sciences The University of Tokyo,

Tokyo. Mahasiswa, akademisi, praktisi dan perumus kebijakan yang memiliki concern pada dunia

pertanian di Indonesia untuk mendiskusikan ide dan pemikirannya tentang investasi di dunia

pertanian Indonesia diundang untuk menghadiri konferensi dalam rangka membangun ketahanan

pangan nasional.

SAST ini bertemakan tentang “Ivestasi Pertanian, Ketahanan Pangan dan Masa Depan Indonesia”.

Acara ini berlangsung pada pukul 09:00 - 16:00 dan terdiri dari 3 sesi seperti di bawah ini.

Sesi I:

1. "Food Estate dan Ketahanan Pangan Nasional" oleh

Dr. Arman Wijanarko (Atase Pertanian KBRI Tokyo)

2. "Kopi Coklat (Tanpa Susu): Tantangan Globalisasi Komoditas Pertanian Indonesia" oleh

Dr. Dias Pradadimara (Visiting Professor Kyoto University & Dosen Univ. Hasanudin)

Sesi II:

"Menyoal Petani, Infrastruktur & Daya Saing Pertanian Indonesia” oleh 4 orang pembicara

1. Dr Subejo (Dosen Universitas Gadjah Mada)

2. Dr Amzul Rifin (Dosen Institut Pertanian Bogor)

3. Chusnul Arief, MSc (The University of Tokyo)

4. Chairani Putri Pratiwi, BIAFS (Tokyo University of Agriculture)

Sesi III:

"Masalah-masalah Kehutanan di Indonesia" oleh 3 orang pembicara

1. Rustam Fahmi, MSi (Dosen Universitas Mulawarman)

2. Christianto Ginting, MSc (The University of Tokyo)

3. Meilani Rahmawati, MSc (The University of Tokyo)

Kita berharap konferensi-konferensi ini dapat meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi Indonesia sehingga mampu bersaing dengan negara-negara maju. Dan juga diharapkan

dapat mengubah status Indonesia dari negara sedang berkembang menjadi negara maju.

Page 10: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

10

Kabar PPI Korda dan Komsat

Page 11: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

11

Page 12: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

12

Page 13: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

13

Page 14: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

14

Page 15: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

15

Page 16: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

16

Page 17: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

17

Kabar PPI Korda dan Komsat

Page 18: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

18

Kabar PPI Korda dan Komsat

Page 19: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

19

Page 20: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

20

Page 21: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Serba-Serbi

21

Page 22: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

22

Page 23: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

23

Page 24: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

24

Page 25: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

25

Page 26: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

26

Page 27: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

27

Page 28: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

28

Page 29: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

29

Page 30: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Menggapai Negeri Matahari TerbitSri Yayu Indriyani R

“Mimpiku adalah kuliah di negeri matahari terbit,

sampai tidak ada jenjang kuliah lagi di negeri ini.”

30

Page 31: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

ku terlahir di desa bersuhu terik dalam

keluarga petani turun-temurun. Kakak Aperempuanku dan adik laki-laki saat itu

masih di sekolah dasar. Meski, Bapak dan ibu tidak

lulus SD, aku bertekad lulus, bahkan berhasil masuk

SMP dengan NEM terbaik.

Beberapa hari lalu bapak baru saja meninggal.

Tulang punggung hidup kami beralih pada ibu

seorang. Dua ekor sapi piaraan yang kami gunakan

untuk menggemburkan tanah sawah menjadi

tanggung jawabku. Setiap hari aku harus mencarikan

rumput untuk sapi. Sepulang sekolah, aku merumput

bersama ibu. Kupilih rumput segar dan gemuk.

Sementara ibu merawat sawah dan kebun. Sesekali

aku pun diminta menamani jagung, kedelai ataupun

bibit lain.

Dalam hidup aku ingin selalu belajar. Setiap

malam lampu minyak menjadi teman setiaku, lampu

listrik belum masuk desa saat itu. Ibu yang sudah

lelah bekerja di sawah setia menemani. Tangannya

tak pernah kosong saat menghampiri. Beliau selalu

datang membawa segelas teh hangat dan ketela

rebus kesukaanku.

“Sudah jam sembilan malam, belum ngantuk toh

Nak?”

“Belum Bu, aku masih ingin mengerjakan soal-

soal matematika yang akan diajarkan besok oleh Pak

Guru.”

“Ya sudah, ibu temani di sini ya.”

Aku mengangguk tersenyum, kulihat ibu mulai

leyeh-leyeh di dipanku. 30 menit berlalu, aku mulai

menguap, mataku pun berair.

Pelajaran SMP terasa lebih

menarik dibandingkan SD. Inilah yang

selalu membuatku bersemangat untuk

membaca terus, terkadang sampai

kehabisan bacaan.

Aku ingin membeli buku lainnya, tapi harganya

sulit terjangkau untuk keluargaku. Teringat anak Pak

Camat yang dikenal pintar, wajarlah kalau ternyata

buku-buku pelajaran dia cukup lengkap. Aku

berencana untuk meminjam darinya, Alhamdulillah

ia mau berbagi. Di rumah kubuat tulisan ringkas dari

buku pinjaman, esoknya kukembalikan. Kulakukan

berulang-ulang untuk beberapa buku lain.

Aku punya sahabat setia sewaktu SMP. Dia

adalah sepeda ontel berwarna hitam, hadiah dari

bapak. Setiap pergi dan pulang sekolah aku

bersamanya menyusuri sawah, kebun tebu, aliran

selokan dan saluran irigasi yang airnya masih bening.

Mimpi-mimpi masa depan kujalin satu persatu dari

sini.

Menjelang kelulusan SMA, aku makin rajin

belajar. Cita-citaku belum pudar, untuk meraih

mimpi dan mengubah hidup. Kupikir perjuangan

yang berat akan mulai dari sini. Alhamdulillah, aku

dinyatakan sebagai peraih NEM terbaik satu

kecamatan. Putra Pak Le mengajakku mendaftar di

sebuah SMA ternama di propinsi ini. Aku pun

diterima, ada kegembiraan yang memuncak. Tapi

dalam lubuk hati, rasa sedih berkecamuk. Aku harus

berpisah dengan kakak dan adik, berpisah dengan

sapi-sapi, rumah yang seringkali menjadi tempat

penelitian kecil, jalanan tempat menjalin mimpi dan

yang terberat, berpisah dengan ibu tercinta.

Satu bulan sekali aku pulang untuk bertemu ibu.

Jarak rumah dan kontrakan sebenarnya bisa

ditempuh bis antar kota selama dua jam. Tapi aku

ingin menghemat ongkos dan berkonsentrasikan

dalam belajar. Biarlah rasa rindu pada keluarga

kupendam selama satu bulan.

Hidup sendiri bagi remaja umur belasan tahun,

hanya ditemani ranjang kecil, meja belajar dan rak

buku tentu sangatlah berat. Tapi mimpiku semakin

jelas dan bara semangat semakin menyala.

Serba-Serbi

31

Page 32: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Sebagai satu-satunya murid SMA terkenal di

propinsi yang berasal dari desa pelosok aku cukup

bangga. Terlebih lagi saat dinyatakan meraih

peringkat pertama untuk seluruh kelas satu. Tapi

kegembiraan ini ternyata harus kandas pada

semester dua. Peringkatku turun drastis. Aku merasa

terpuruk, tak sanggup rasanya menatap wajah ibu

yang selalu menanti kedatanganku membawa rapor

abu-abu ke rumah.

Aku merasa bodoh dan tidak berpikir panjang.

Kesalahan raporku kali ini rasanya gara-gara tingkat

hemat yang terlalu tinggi. Demi mengurangi biaya

hidup dari hasil jerih payah ibu, tiap hari aku tak

sarapan. Sepanjang semester dua, uang tabungan

aku gunakan untuk membeli buku. Tapi semangat

hidup hemat ini ternyata telah mengubur satu

mimpiku untuk meraih mimpi yang lebih tinggi. Aku

sedih sejadi-jadinya dan berharap kelas dua nanti

akan berubah.

Saat pembagian rapor kelas dua aku sudah

bersiap akan apapun yang terjadi. Rapor kali ini

diambilkan oleh orangtua sahabatku. Sudah tak

sabar bertemu ibu dan menyampaikan dua kabar

gembira. Peringkat satu kembali kuraih dan

kontrakan mungilku akan berubah menjadi kamar

yang nyaman. Ibu sahabatku menawarkan agar

tinggal bersama putranya. Beliau memiliki dua putra,

anak sulungnya akan kuliah di luar kota. Aku sangat

bersyukur, karena biaya sewa rumah menjadi gratis,

bahkan beliau menjamin makanku tiga kali sehari.

Sejak kelas dua aku mulai menjalin mimpi

bersama sahabatku. Kami belajar bersama, pergi

sekolah bersama dan pulang bersama. Akhirnya kami

pun sama-sama meraih peringkat satu di kelas tiga.

Menjelang kelulusan aku mengisi formulir untuk

mendapatkan beasiswa ke negeri impian. Setelah aku

isi lengkap, formulir dikirim ke sebuah lembaga

pemberi beasiswa pemerintahan Jepang, Monbusho.

Lama aku menanti kabar jalan impian, hingga jadwal

Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri semakin

mendekat.

Hasil belajar dua belas tahun kupertaruhkan

dalam dua hari UMPTN. kuingin membahagiakan

ibu. Kalaupun lulus aku tetap harus ikhlas berjauhan

dengan beliau, karena pilihan pertamaku adalah

sebuah perguruan tinggi di Bandung.

Pengumuman pun datang dan namaku tertera di

sebuah Koran nasional. Semua keluarga bahagia,

walau waktunya berpisah semakin dekat. Wajah ibu

sering berkerut akhir-akhir ini, aku khawatir ibu berat

melepaskanku pergi ke Bandung. Rupanya ibu

bingung dengan biaya adminitrasi yang beratus-ratus

ribu. Bagi kami sangatlah berat. Akhirnya mbah yang

kuhormati membekaliku dengan uang hasil

penjualan sapi. Beruntungnya untuk kost sementara

di Bandung, para alumni SMA menerimaku di

asrama. Aku berangkat diiringi tatapan keluarga

yang terisak saat keretaku melaju menuju Bandung.

Aku berjuang keras menghadapi perubahan

hidup dan belajar di kota Bandung. Kota ini adalah

satu jalan untuk mengubah diri. Mimpi belum

berakhir dan akan semakin bertambah. Seiring

waktu, akhirnya formulir Monbusho yang kunanti

bersambut. Tapi muncul berat hati meninggalkan ibu

semakin jauh. Aku baru melangkah sejauh 12 jam

perjalanan dari wajah ibu. Aku pun menahan mimpi

dalam sabar.

Serba-Serbi

32

Page 33: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Kusimpan sementara mimpiku, saatnya berjuang

sekuat tenaga untuk meraih gelar sarjana di kota

sejuk di ujung barat pulau Jawa. Hingga suatu saat

celah mimpi kembali datang, walau hanya untuk satu

tahun. Program exchange students digelar, semua

mahasiswa boleh mendaftar. Aku termasuk salah

satu yang bersemangat. Wawancara dan menulis

artikel adalah syarat untuk lolos. Akhir wawancara,

salah seorang dosen mengingatkan bahwa dengan

kesempatan ini, akan sulit meraih gelar Cum Laude.

Aku mendadak mundur. Aku ingin membahagiakan

ibu dengan gelar ini, saat nanti di podium

penyerahan gelar sarjana. Terbang jauh ke negeri

impian mungkin malah membuat ibu sedih.

Mimpiku masih harus kandas.

Predikat Cum Laude pun tak sulit kuraih. Pada

acara kelulusan, aku dinobatkan sebagai lulusan

terbaik fakultas teknologi industri. Ibu berurai air

mata. Aku dipanggil maju ke podium dengan sebutan

lulusan Cum laude. Aku pun diminta menyampaikan

pidato perwakilan dari seluruh mahasiswa yang lulus.

Kalimat-kalimatku bergetar, membakar semangat

para lulusan. Masih kuingat sampai kini, untaian

kalimat penyemangat yang sebenarnya aku tujukan

untuk diri ini. Ingatlah diri bahwa Tuhanlah yang

telah menentukan jalan takdir, tapi kita akan diminta

pertanggungjawaban atas perjuangan dan usaha

yang telah kita lakukan.

Kelulusan sarjana mengantarkan aku lolos

saringan kerja di sebuah perusahaan IT di Jakarta.

Aku berusaha menikmati pergantian hidup ini walau

pekerjaan sangat menumpuk. Rutinitas pulangku

bertemu ibu, harus cukup hanya setahun sekali.

Kondisi rumah kost-an ku pun tidak jauh berbeda

saat mahasiswa dulu, bahkan terasa lebih kumuh.

Inilah kota perjuangan Jakarta, tampak indah di

antara gedung-gedung tinggi, tapi saksikanlah di

sepanjang sungai yang menjadi jalanan keseharianku

menuju kantor. Deretan rumah kardus, sungai penuh

sampah mengharuskanku menutup hidung saat

melewatinya.

Satu tahun berjuang diantara panas terik

Jakarta, berjejal diantara para penumpang mikrolet

dan bis. Belumlah lagi saat mudik ke rumah ibu

tercinta. Penumpang kereta ekonomi semakin

menggila saat lebaran sudah dekat. Aku mencari

kereta bisnis meski dengan biaya sedikit mahal dan

mengurangi uang bawaan pulang kampung.

Kantor masih lengang, aku sengaja kembali ke

Jakarta sebelum arus balik tiba. Ibu mengerti dengan

kondisi ini dan bahkan memintaku kembali segera

demi keselamatanku. Pekerjaan rutin belum

berdatangan, aku membuka e-mail dalam inbox,

sebuah e-mail yang sangat menarik kubaca perlahan.

Tawaran beasiswa dari sebuah perusahaan swasta

terkenal sedang dibuka. Kuperhatikan detail syarat-

syarat yang harus dipenuhi. Bersorak kecil dalam

hati, ternyata predikat Cum Laude yang manfaatnya

belum kurasa, bahkan menghalangiku menggapai

impian, membuka kesempatan untuk meraih

beasiswa ini. Aku segera berkonsentrasi menyiapkan

aplikasi dan dokumen.

Lembur kerja sudah menjadi kebiasaan rutinku

di Jakarta, banyak manfaat selain pekerjaan cepat

selesai. Sejujurnya aku tidak betah dalam kondisi

kumuh rumah kontrakan. Tapi inilah hidup di kota

besar, aku harus bersabar. Hampir tiap malam aku

lembur, tapi kali ini untuk menyiapkan aplikasi

beasiswa dan kuliah di negeri impian.

Lima tahap ujian seleksi kujalani. Ribuan

pelamar pun semakin berkurang dan menyisakan

lima calon penerima yang terpilih. Seiring

perjuangan ini, tiba seorang gadis calon pendamping

hidup, rupanya telah dipersiapkan oleh Allah SWT

melalui seorang teman.

Dua proses berat dalam hidup, hanya kepada-

Nya-lah aku bersandar. Kubiarkan semua mengalir

dengan natural, tanpa paksaan. Perjuangan berliku

kuhadapi dengan sungguh-sungguh. Kucari solusi

satu persatu.

Serba-Serbi

33

Page 34: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Pada saat yang hampir bersamaan, aku harus

tampil dalam wawancara-wawancara formal untuk

mewujudkan impian terbang ke negeri mentari. Aku

pun harus bersiap dalam wawancara non formal

keluarga untuk soal pendamping hidup.

K e l u l u s a n m e r a i h b e a s i s w a m e n j a d i

pembicaraan diantara aku dan ibu saat liburan idul

fitri. Aku tak ingin seandainya nanti berhasil lulus, ibu

akan berat berpisah denganku. Perjumpaanku

dengan ibu tak mungkin setiap tahun. Bersabar dan

perlahan aku ceritakan untaian mimpi yang telah

kujalin sejak SD. Perempuan berwajah sederhana

yang senantiasa menjadi pendorong semangat

hidupku mengangguk tanda memberikan izin

seandainya harus berbeda negara.

Satu hal lain yang sebenarnya sulit kusimpan

sendiri dan harus kuutarakan pada ibu. Wajah

memerah menjadi pertanda ibu untuk tersenyum

simpul saat aku berusaha untuk menceritakan hal

lain. Sudah bukan menjadi rahasia, aku berusaha

menceritakan seorang gadis pilihan pada ibu tercinta.

Terbata-bata aku mengatakan belum ada apa-apa

diantara kami. Hanya izin yang kupinta dari ibu agar

proses dapat berlanjut. Dua hari ibu terl ihat

tampak terdiam dan bingung. Pasrah sudah, tinggal

esok hari kesempatan aku berbicara panjang lebar

dengan ibu. Tanggal yang tertera di tiket kereta

sudah pasti untuk mengejar waktu sebelum arus

balik.

Ibu memanggilku dengan halus malam ini. Beliau

mengajakku berdiskusi di meja makan indah kami.

Aku ingat betul, seringkali mendapat sebutir telur

terpendam dalam nasi di meja ini. Telur rebus itu

tanda kasih ibu yang berlebihan menurutku. Ibu

berkilah agar aku menjadi anak pintar. Kami memang

jarang makan telur, walau ayam peliharaan ibu

berpuluh-puluh di kandang halaman.

Sebenarnya ibu sangat terbuka dengan pilihanku,

tapi perbincangan perihal gadis Bandung para

tetangga membuat ibu maju mundur. Astaghfirulloh.

Aku berusaha menjelaskan tidak semua gadis

Bandung memiliki sifat buruk, yang terpenting

apakah dia sholehah atau tidak, aku yakinkan ibu

bahwa gadis yang kuajukan sudah memakai hijab

rapih. Ada satu permintaan yang sebenarnya sulit

kukabulkan. Ibu ingin mendengar suara gadis itu. Aku

kikuk dibuatnya.

Aku berjanji pada ibu, saat kembali pulang nanti

aku akan menghubungkan ibu dengan gadis itu lewat

telepon. Aku berharap cintaku pada ibu dan harapan

pada gadis itu akan bersambut dan menjadi dua

cinta dalam hidup.

Tes wawancara terakhir akan berlangsung satu

minggu lagi, aku pun sudah bersiap-siap. Hasil kursus

bahasa Jepang menjadi bekal andalan dalam

wawancara kal i in i . Research plan sudah

kupersiapkan jauh-jauh hari. Lantunan doa dan izin

dari ibu terus kupinta untuk melangkah ke kota

hujan, tempat wawancara penentuan.

Satu hari penuh, para kandidat penerima

beasiswa dikumpulkan dalam gedung mewah.

Pemberi beasiswa adalah perusahaan swasta

terkenal. Banyak calon tertarik karena jumlah

beasiswa cukup besar dibandingkan yang lainnya.

Pengalaman berpidato dalam acara wisuda sarjana

lalu, menjadi bekal berharga saat diminta berpidato

kali ini.

Pada hari bersejarah bagiku, doaku, doa

ibu telah dikabulkan oleh Sang Pencipta. Aku

dinobatkan sebagai salah satu penerima beasiswa

dari lima orang yang terpilih. Sujud syukur

kulakukan dalam puncak rasa haru. Mimpiku

sebentar lagi akan terwujud. Satu agenda

berhasil kulewati dengan bahagia.

Serba-Serbi

34

Page 35: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Tak sabar hati ini untuk mengabarkan sebuah

berita gembira pada ibu. Kudengar lantuan

hamdalah berulang kali dari balik telepon. Tak terasa

mataku hangat. Ibu kembali mengingatkanku tentang

rencana dengan gadis yang kuajukan. Aku terkejut

karena ibu masih ingat, sementara aku melupakan

sementara untuk berkonsentrasi penuh dalam

kelulusan beasiswa. Ternyata masih ada satu lagi

agenda besar yang harus segera kuproses. Waktu

keberangkatanku ke negeri matahari terbit sudah

dekat. Aku kembali masuk ke dalam box telepon

umum wartel terdekat, tujuanku berikutnya

memproses langkah perkenalan berikutnya melalui

orang terdekat si gadis harapan.

Dua agenda besar telah kulewati. Beragam

proses dan aral melintang yang sudah menjadi fitrah

pun tak luput kujalani dalam mencapai dua harapan

dunia. Kesiapan dalam rezeki terasa diuji bersamaan.

Kurasakan dekapan kasih sayang Allah SWT saat

menjalaninya. Terasa nikmat tiada dua, semua

tabungan hasil hidup hemat dalam tanah perantauan

Jakarta berhasil aku bagi tiga seadil-adilnya.

terbang dan hidup sementara waktu di negeri

tempat aku kuliah nanti. Prioritas kedua aku

sampaikan sebagai hadiah untuk ibuku tercinta.

Priortias ketiga aku persembahkan untuk calon

belahan hati sebagai persiapan hari pernikahan kami

yang sebentar lagi akan dilangsungkan.

Bulan dua tahun ke-dua abad dua puluh, dua

buah surat kepastian aku dapatkan untuk melangkah

ke ujian berikutnya. Aku paham dan harus mengerti,

impian meraih cita perlu perjuangan dan

pengorbanan.

Dalam hitungan satu purnama, aku akan terbang

menggapai negeri matahari terbit. Hati ini pun

sedang kupersiapkan untuk meninggalkan dua orang

yang kucintai. “Ibu nantikan aku mempersembahkan

cita-citaku yang terbaik. Istriku bersabarlah tuk

menanti saatnya bersama dan bersiaplah untuk

berjuang mencapai cita-cita kita.”

Prioritas pertama kugunakan untuk biaya

Serba-Serbi

35

“Negeri matahari terbit, nantikanlah aku tuk meraih mimpi”

Page 36: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Menembus Limit KomunikasiOleh : Dr. Khoirul Anwar

Telekomukasi dapat dianalogikan dengan prinsip ekonomi. Kita mengetahui bahwa dalam hal ekonomi,

manusia melakukan aktivitas dengan pengorbanan tertentu untuk mencapai hasil maksimal. Dalam

telekomunikasi, dengan pengorbanan energi tertentu, sistem komunikasi berusaha memaksimalkan informasi

(bit) yang bisa dikirim tanpa salah (error).

rror dalam ekonomi terjadi karena beberapa

faktor seperti inflasi, kerusuhan, penipuan, dll. ESedangkan dalam telekomukasi penyebab

utama error ada dua: (1) kondisi channel antara

pengirim dan penerima yang berubah-ubah dan (2)

noise di pesawat penerima. Sampai saat ini

te l e ko m u n i ka s i m e n g g u n a ka n ge l o m b a n g

elektromagnetik sebagai medium. Oleh karena itu,

channel memburuk terjadi jika pembaca berada di

dalam gedung beton, di dalam tanah, di antara

gedung tinggi, dalam keadaan bergerak dengan

kecepatan tinggi dan beberapa kondisi lain yang

menyebabkan interferensi antar simbol.

Noise muncul karena keterbatasan komponen

hardware yang kurang sempurna. Beberapa

komponen memiliki karakteristik yang tidak ideal,

sehingga jika dipakai menghasilkan noise baru atau

bahkan bisa mendistorsi sinyal. Noise bisa pula

karena hasil ’solder-an’ yang kurang bagus. Apakah

noise dapat dihilangkan? Jawabannya adalah tidak

bisa, karena noise bersifat independen terhadap

sinyal yang diterima sehingga tidak bisa diestimasi

atau ’diprediksi’ untuk kemudian dihilangkan.

Kenyataan seperti ini menjadi salah satu penyebab

c a ra ko n v e n s i o n a l s u l i t m e n c a p a i l i m i t

telekomunikasi.

36

Serba-Serbi

Page 37: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Dalam mengevaluasi unjuk kerja suatu teknik

telekomunikasi, kita perlu memperhatikan faktor

berikut: Berapa besar energi per bit-nya di pengirim,

besar noise di penerima, apa modulasinya, berapa

kecepatan transmis i rate-nya dan berapa

efisiensinya. Efisiensi ini terkait dengan kecepatan

informasi dan biasanya dinyatakan dengan bit per

s e c o n d s ( b p s ) , m i s a l nya p a d a te k n o l o g i

telekomunikasi 4G kecepatannya harus memenuhi

antara 100 Mbps - 1 Gbps.

Seorang kawan saya di Jepang menyesalkan

kualitas televisi (TV) digital di handphone-nya yang

selain gambarnya kecil juga kadang-kadang macet

saat ditoton dengan duduk di lantai. Mengapa ini

bisa terjadi?

Pertama, karena modulasi yang dipakai untuk

handphone adalah quaternary phase shift keying,

yaitu satu simbol hanya mengandung 2 bit. Ini sangat

cukup untuk pengiriman sinyal TV ke handphone

karena layar handphone yang kecil tak memerlukan

banyak bit serta sangat kuat (robust) terhadap noise

dan channel yang buruk dibandingkan dengan

modulasi lainnya.

Alasan keduanya adalah karena ia duduk di

lantai, sehingga sinyal yang datang ke handphone-

nya tidak cukup banyak Jika ia berdiri, sinyal yang

datang akan lebih banyak, karena ada sinyal yang

dipantulkan lantai juga sampai di handphone,

sehingga siaran TV yang ia terima di handphone-nya

tidak akan tesendat.

Sekarang apa itu modulasi? Modulasi adalah

cara kita mengemas informasi. Pembaca memiliki

informasi yang tertulis di atas kertas. Bagaimana cara

mengemas informasi tersebut untuk dikirimkan

sehingga bisa diterima dengan baik? (1) Anda

mungkin melipatnya lalu melemparkan ke penerima

dengan sekuat tenaga, (2) membentuknya menjadi

mainan pesawat terbang, lalu menerbangkan ke

penerima, (3) mengikat kertas ke batu lalu kemudian

melemparkannya, (4) memakai amplop, lalu

mengirimkan dengan merpati, (5) pergi ke kantor

pos, dan (6) menyalinnya untuk dikirimkan lewat e-

mail, (7) mengirim melalui SMS.

Semua cara konvensional sampai modern (e-

mail/SMS) di atas ditujukan untuk mengirimkan

informasi dengan cara yang mudah, murah, aman

dan sampai tu juan dengan error sekec i l

mungkin.Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa

teknik berkomunikasi memegang peranan penting

agar informasi bisa dikirimkan dengan kesalahan

sekecil mungkin.

Shannon Limit adalah batas minimal energi yang

diperlukan untuk komunikasi yang reliable, jika kita

bisa menggunakan seluruh bandwidth di dunia. (Ada

yang pernah nonton Film Batman: The Dark Night?

Batman menggunakan seluruh bandwidth telepon

seluler di Gotham untuk mendeteksi di mana Joker

berada.) Artinya jika bandwidth kita terbatas, maka

energi yang diperlukan akan lebih besar daripada -

1.59dB terhadap noise.

Sekarang mari kita kaitkan limit ini dengan sifat

kita sebagai manusia. Sesuai dengan fitrahnya,

manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang

terbaik, namun tetap memiliki kelemahan. Oleh

karena itu sebuah ungkapan bahwa nobody is

perfect tidaklah salah. Kita sebagai manusia justru

berterima kasih kepada Tuhan karena dengan

ketidaksempurnaan ini kita bisa bertoleransi kepada

sesama manusia, binatang bahkan benda sekalipun

jika mereka berbuat salah.

Dengan ketidaksempurnaan ini pula, mata dan

perasaan manusia masih bisa bertoleransi bahwa

satu bit salah di antara 100.000 bit tetap bisa

diterima. Akhirnya, toleransi ini mempermudah kita

dalam menurunkan formula yang manusiawi, yaitu

bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas,

termasuk terbatasnya bandwidth.

37

Serba-Serbi

Page 38: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Sampai saat ini, Shannon limit belum berhasil

dicapai. Yang dilakukan oleh para ilmuwan baru

tahap ’mendekati’ Shannon limit. Mengapa sulit

dicapai? salah satu penyebab utamanya adalah

asumsi bahwa simbol yang dipakai adalah Gaussian

codebook, padahal ’susah’ direalisasikan karena sulit

dideteksi di penerima, apalagi ditambah dengan

kenyataan terkena noise di penerima. Secara praktis

simbol yang diimplementasikan tidak Gaussian,

melainkan seperti binary phase shift keying dll,

kapasitasnya tidak akan sebesar kapasitas Shannon.

Setelah diukur, berapa jarak simbol tersebut

dengan Shannon limit? Dalam prakteknya gap

dengan Shannon limit cukup jauh, artinya teknologi

Anda masih memerlukan energi yang besar untuk

menjamin informasi bisa diterima dengan error

sedikit.

Artinya, Anda masih harus berteriak keras dalam

kelas yang ramai agar suara Anda terdengar. Bisakah

didekati lagi? Bisakah orang mendengarkan suara

kita meski kita hanya berbisik di kelas yang ramai?

Ilmuwan sampai saat ini mendekatinya dengan

menggunakan error correction coding. Benda apakah

ini? Mari kita analogikan error correction coding dan

putri raja.

Jika Anda seorang panglima sebuah kerajaan

yang harus mentransfer putri raja ke daerah aman,

berapakah pengawal yang Anda perlukan? Berapa

banyak perbekalan yang harus dipersiapkan?

Jika Anda memutuskan 10 penjaga, putri raja

akan aman, namun perbekalan harus disiapkan

untuk 11 orang. Sayang terlalu banyak perbekalan.

Seorang panglima yang cerdas akan memilih

misalnya 2 penjaga saja yang hebat, sehingga

perbekalan bisa dihemat menjadi hanya untuk 3

orang.

Masalah ini persis seperti masalah error

correction coding dengan putri adalah informasi dan

pengawal adalah parity bit. Parity bit diperlukan

untuk membantu proses pengkoreksian bit informasi.

Parity yang terlalu banyak menyebabkan rate

parity menurun, tapi kemampuan koreksinya naik.

Sebaliknya, parity yang sedikit, membuat sistem

Anda memiliki kecepatan tinggi, karena rate

paritynya naik, namun kemampuan koreksinya

menurun (lebih mudah error).

Banyak sekali teknik error correction, misalnya

BCH Codes, Reed-Solomon Codes, convolutional

code, turbo codes, LDPC codes dan yang terbaru

adalah polar codes. Hasil prestasi dunia sampai hari

ini ditunjukkan pada Gambar berikut ini.

Gambar ini menunjukkan Shannon limit untuk

spectrum efficiency pada dimensi kompleks. Coding

yang penulis publikasikan tahun 2010 mampu

’mendekati’ Shannon limit dengan efisiensi spektrum

(bit rate / bandwidth) 0:25. Pada tahun 2011, lab

kami di Jepang mampu mendekati Shannon limit

0.5dB untuk efisiensi spektrum yang lebih tinggi

pada 0:99.

Sebenarnya apa yang kami capai saat ini masih

’kalah’ dibandingkan dengan penemuan irregular

LDPC codes pada tahun 2001 yang mampu mencapai

hasil dengan jarak 0.0045dB dari Shannon limit.

Namun, apa yang kami buat jauh lebih sederhana

dibandingkan dengan irregular LDPC yang harus

dijalankan dengan super komputer. Di Jepang sudah

ada perusahaan yang membuat hardware untuk

teknik kami ini dan terbukti mampu menghasilkan

performance yang lebih baik.

Serba-Serbi

38

Pencapaian Dunia: Mendekati Shannon Limit(Source : C. B. Schlegel et all , 2004)

Page 39: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Sebelum 1993, para ilmuwan masih berpikiran

konvensional yaitu bahwa teknik error correction

akan menjadi baik dengan sendirinya jika kita

mampu menambah jumlah memory dari code

tersebut. Karena bit adalah biner, yaitu 0 dan 1, maka

dengan memakai memory 14, hardware harus

mengingat 214 = 16:384 state. Jika kita asumsikan

bahwa 1 state sama dengan 1 hari, maka decoder

dari teknik tersebut harus mengingat 16.384/365 =

44.87 tahun.

Wah... kompleks dan berat sekali, hardware-nya

pasti cepat panas. Perlu power yang besar. Baterai

cepat habis. Begitulah mungkin komentar yang

muncul. Tapi memori yang besar memang benar

dipakai untuk sistem komunikasi pesawat luar

angkasa karena jaraknya yang jauh sehingga harus

sangat kuat kemampuan koreksi errornya.

Pemikiran ini berubah total ketika turbo codes

dipresentasikan pada tahun 1993 dengan hasil

sangat menakjubkan: hanya 0.7dB dari Shannon limit

walau dengan kompleksitas yang sangat rendah, dua

memory 4 = 16 state. Rahasia turbo code sangat

sederhana yaitu dengan saling memberikan

feedback.

Nah, yang kita bisa ambil hikmahnya dan

pelajari dari feedback dan turbo codes adalah bahwa

kita harus yakin dan menghargai diri kita sendiri

bahwa kita mampu. Jangan minder dengan

kemampuan diri yang mungkin menurut kita kurang

dari orang lain. Turbo codes hanya menggunakan

memory 4 = 16 hari, mampu mengalahkan teknik

koreksi error yang super dengan decoder memory 14

yang hafal 44.87 tahun.

Pelajaran berikutnya adalah feedback yang

berisi probabilitas sebuat bit bernilai 0 atau 1. Dalam

kehidupan ini mirip dengan tingkat kepercayaan. Jadi

dua decoder turbo codes saling percaya dan saling

memberikan kepercayaan mereka. Kita pun juga

harus demikian, percayalah bahwa orang sekitar kita

akan membantu kita dalam meraih kesuksesan dan

kita pun juga akan membantu mereka sukses.

Gamb ar d ib awah in i men g gamb arkan

p er j a la n a n d a n p er kem b a n ga n tek n o lo g i

telekomunikasi. Penulis sangat mengharapkan

bahwa suatu saat nanti foto ilmuwan Indonesia akan

berada di sini dengan temuan tekniknya yang diakui

dunia. Amiin.

Serba-Serbi

39

Ilmuwan dunia di bidang Telekomunikasi : Suatu saat ilmuwanIndonesia akan ada disini, Amiin(Source : Henk Wymersch)

Page 40: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Sekarang mari kita sedikit rileks dengan

mengenal 4G. Apa yang kita telah pelajari di atas

adalah ilmu fundamental telekomunikasi, sedangkan

4G adalah salah satu aplikasi yang bisa dinikmati

masyarakat luas. Perlu dipahami bahwa 4G adalah

nama standard (artinya teknik di dalamnya bisa

beragam) tetapi harus mampu melayani komunikasi

untuk kecepatan 100Mbps - 1 Gbps untuk point-to-

point.

4G adalah teknologi generasi ke-4. Jadi apakah

ada teknologi 0G, 1G, 2G, 3G? Jawabannya adalah

ada. Table dibawah menunjukkan bahwa teknologi

telekomunikasi terus berkembang. Teknik yang

efisien, sederhana tapi menghasilkan performance

yang baik, yang akan diadopsi menjadi standard.

Teknik chained turbo equalization yang penulis

publikasikan, mendapat apresiasi dari para reviewer

IEEE dan mendapat young student encouragement

award dari Jepang pada even di Taiwan, 2010,

karena mampu menghilangkan guard interval yang

menjadi permasalahan teknik komunikasi sampai

saat ini. Teknik ini sangat berguna untuk teknologi

4G terutama bagian uplink dengan SC-FDMA dengan

performance yang hanya berjarak 0.5dB dari teori.

Limit telekomunikasi memang sulit dicapai,

namun masih bisa didekati. Diperlukan ide yang

revolusioner untuk mendekatinya seperti yang

dilakukan oleh turbo codes dengan memberikan

feedback LLR yang merupakan tingkat ’kepercayaan’

sesuatu. Teknologi telekomunikasi akan terus

berkembang. Jika teknologi 4G telah distandardkan,

Anda masih bisa berkontribusi untuk teknologi 5G

kelak.

Generasi Sistem Teknologi

0G (telepon radio) Analog MTS, MTA, MTB, MTC

1G Analog AMPS

2G Digital GSM, CDMAone

2.5G Digital GSM, GPRS, CDMA2000

3G Digital WCDMA, CDMA2000

3.5G Digital Mobile WiMAX, LTE(UTRA)

4G Digital LTE Advanced, WiMAX:IEEE802.16m

5G ? Belum diketahui

Tabel: Generasi Telekomunikasi

Serba-Serbi

40

Page 41: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

41

Page 42: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Saran, Kritik, dan Isi Berita

Kami sebagai Tim Redaksi Buletin PPI-Jepang sangat mengharapkan saran ataupun kritik

dari para pembaca untuk memperbaiki kualitas buletin ini. Silahkan kirimkan langsung

melalui email ke [email protected].

Selain itu, kami juga menerima berbagai berita tentang kegiatan anggota PPI-Jepang di

mana pun berada. Kami berharap dengan saling menginformasikan kegiatan masing-masing,

bisa menjadi bahan masukan untuk rekan-rekan yang lainnya. Selain itu, media ini juga

bermanfaat untuk mempererat tali silaturahmi di antara anggota PPI-Jepang dari ujung utara,

Hokkaido, sampai ujung selatan, Okinawa.

Demi PPI-Jepang yang lebih baik!

Kritik dan Saran

42

Kritik dan Saran

Page 43: Buletin Interaksi PPI Jepang - Maret 2011

Presented by: