16
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan. TëROBOSAN ADVERSITING Sekapur Sirih, Kaderisasi dan Disorientasi, Halaman 2 Sikap, Dari PPMI Sumatera Barat ke OPPM Kairo , Halaman 3 Laporan Khusus, Tindak Kriminal dan Kondisi Sosial Mesir Pascarevolusi Halaman 4- 5 Laporan Utama, Kelanjutan Pembangunan Asrama, Halaman 6-7 Kometar Peristiwa, Haji Umroh Masisir Terganjal Hukum, Halaman 8 Opini, Haji Umroh Masisir dalam Pandangan Fikih, Halaman 9 Sastra, Cerita Terakhir, Halaman 10 Sastra, Janji Kelabu, Halaman 11 Bahasa, Pena Bulu De Sade, Halaman 12 Seputar Kita, Back to Campus Show, Awali Tahun Ajaran Baru, Halaman 13 Dinamika, Layakkah Menjadi Alumni Al-Azhar?, Halaman 14 Dinamika, Silahkan Pilih!, Halaman 15 Edisi 348 15 Oktober 2012 Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi Kelanjutan Pembangunan Asrama Menjawab kesimpangsiuran mega proyek yang tersendat Simak Laporan Utama hal 6-7 Pak Sangidu: Mudah-mudahan (asrama) dalam 18 bulan bisa selesai!

Buletin Terobosan Edisi 348

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin mahasiswa Indonesia di Mesir, terbit pertama kali pada 21 Oktober 1990. Sebagai media informasi, penyalur opini dan alat komunikasi antar mahasiswa Indonesia di Mesir. Silahkan download dengan menekan tombol di bawah ini. Selamat Membaca....!!

Citation preview

Page 1: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi

mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa

menghilangkan makna dan tujuan.

TëROBOSAN

AD

VER

SITI

NG

Sekapur Sirih, Kaderisasi dan Disorientasi, Halaman 2

Sikap, Dari PPMI Sumatera Barat ke OPPM Kairo , Halaman 3

Laporan Khusus, Tindak Kriminal dan Kondisi Sosial Mesir Pascarevolusi Halaman 4-5

Laporan Utama, Kelanjutan Pembangunan Asrama, Halaman 6-7

Kometar Peristiwa, Haji Umroh Masisir Terganjal Hukum, Halaman 8

Opini, Haji Umroh Masisir dalam Pandangan Fikih, Halaman 9

Sastra, Cerita Terakhir, Halaman 10

Sastra, Janji Kelabu, Halaman 11

Bahasa, Pena Bulu De Sade, Halaman 12

Seputar Kita, Back to Campus Show, Awali Tahun Ajaran Baru, Halaman 13

Dinamika, Layakkah Menjadi Alumni Al-Azhar?, Halaman 14

Dinamika, Silahkan Pilih!, Halaman 15

Edisi 348 15 Oktober 2012

Selamat Membaca!

Santai dan penting dibaca

Tajam tanpa melukai

Kritis tanpa menelanjangi

Kelanjutan Pembangunan

Asrama Menjawab kesimpangsiuran mega proyek yang tersendat Simak Laporan Utama hal 6-7

Pak Sangidu: Mudah-mudahan (asrama) dalam 18 bulan bisa selesai!

Page 2: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Sekapur Sirih

Kaderisasi dan Disorientasi

Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin Pimpinan Umum: Faznir Syam Harefa. Pimpinan Redaksi: Tsabit Qodami. Pimpinan Perusahaan: Reni Dwi Jayanti. Sekretaris: Sirojul Khikam,. Dewan

Redaksi: Kadarisman, Abdul Majid, Ahmad Farros El-Halimy, Muslihun Maksum, Habib Rahman Haqiqi, Ulfiya Nur Faiqoh. Redaktur Pelaksa-na: Siti Rahma. Reportase: Mohamad Bakri, Memen Maimanah Mukhtar, Nurul Ulfa, Beri Prima, Reni Dwi Jayanti, Shally Fandhu Femilianda, Sun Fan Ulum Fiy, Tata Letak: Fahmi Hasan, Lukman Hakim. Editor: Zulfahani Hasyim, Ahmad Maimun. Pembantu Umum: Keluarga TëROBO-

SAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-mail: [email protected]. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor tel-pon : 0109427876 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)

Kami ucapkan selamat datang kepada

para pelajar dan mahasiswa Indonesia

yang baru datang dari tanah air. Niat dan

semangat anda sekalian semoga selalu

dipelihara oleh Allah sebagaimana janji-

Nya bahwa para penuntut ilmu akan

selalu didoakan oleh seluruh makhluk

sampai para ikan di laut.

Seperti biasa, setiap awal tahun aja-

ran para mahasiswa baru menjadi salah

satu topik pembicaraan hangat di ka-

langan Masisir, selain baru yang bisa jadi

pasangan hidup, mahasiswa baru pun

menjadi tumpuan harapan berbagai

macam organisasi agar dapat terus

bernafas mengisi dinamika

keorganisasian di masing-masing tem-

pat.

Mahasiswa baru pastinya masih

memiliki semangat yang tinggi untuk

menuntut ilmu (tidak seperti para

seniornya yang sudah mulai bosan), na-

mun semangat itu akan terbentur

dengan kata yang tertulis di atas, Kade-

risasi. Setiap organisasi saat ini sedang

gencarnya mengadakan orientasi bagi

pelajar baru, yang jika anda amati

ternyata akan mendisorientasi para ma-

hasiswa baru dari tujuan mereka semula,

dari niat untuk belajar kemudian ikut

sibuk dalam organisasi.

Para mahasiswa baru biasanya masih

mencari jati diri, dan akan mencoba

segala hal yang dihadapkan kepadanya.

Layaknya kanvas kosong yang

menunggu untuk diberi warna, tak

heran biasanya mereka tidak bisa

menolak untuk disibukkan di

berbagai acara. Dan hampir di setiap

organisasi mereka akan sibuk dalam

kepanitiaan acara yang semakin

menenggelamkan mereka dalam

kesibukan organisasi.

Kaderisasi memang sebuah per-

masalahan yang cukup serius. Be-

berapa organisasi, kecil maupun be-

sar mengalami permasalahan yang

sama, kurangnya sumber daya manu-

sia. Beberapa organisasi bahkan sem-

pat mati suri karena ketiadaan

generasi penerus. Bahkan untuk lem-

baga sepenting DKKM pun tidak ada

kaderisasi di dalamnya.

Kata kaderisasi layaknya buah

simalakama. Para senior berusaha

keras agar organisasi yang ia urus

berjalan dengan lancar, namun itu

berarti mengorbankan semangat pa-

ra mahasiswa baru dalam menuntut

ilmu untuk ikut andil di dalamnya.

Atau membiarkan para mahasiswa

baru untuk berkarya tanpa terganggu

organisasi, yang berarti organisasi

yang mereka urus akan kekurangan

SDM yang memadai.

Beberapa waktu yang lalu PPMI

mengadakan acara Coffee Break yang

bertempat di Limas. Sebuah acara

yang merupakan bincang-bincang

antara PPMI bersama para ketua

senat dan ketua kekeluargaan. Salah

satu keputusan yang disepakati da-

lam acara itu adalah tidak boleh bagi

sebuah organisasi untuk melibatkan

para mahasiswa baru dalam dewan

pengurus ataupun dalam kepanitiaan

acara keorganisasian. Semoga saja

kesepakatan ini benar-benar bisa

berjalan agar semangat para maha-

siswa itu tidak cepat luntur karena

organisasi, dan organisasi bisa men-

cari jalan lain agar bisa dijadikan so-

lusi.

Tidak dipungkiri, kami pun

mendapatkan masalah yang sama,

kurangnya sumber daya manusia

yang membuat kinerja kami akhir-

akhir ini berkurang. Namun meski

begitu, kami tetap selalu berusaha

untuk menghadirkan ulasan berita

yang tajam namun tidak melukai

kepada para pembaca.

Untuk Laporan Utama kami

mengangkat berita tentang perkem-

bangan pembangunan asrama yang

telah dimulai sejak Februari kemarin.

Menjelaskan seluk beluk pem-

bangunan asrama itu dan kondisi

terakhir asrama saat ini.

Untuk Laporan Khusus kami

mencoba menghadirkan ulasan ten-

tang keamanan Mesir pascarevolusi,

ditambah dengan beberapa tindak

kejahatan yang menimpa beberapa

rekan Masisir selama bulan Rama-

dhan kemarin. Sekaligus memberikan

harapan Masisir kepada DKKM yang

baru saja mendapatkan SK baru dari

Presiden PPMI.

Kamipun sedikit mengangkat ten-

tang birokrasi visa haji dan umroh

untuk Masisir, menjelaskan proses

sekaligus kendala yang dihadapi oleh

Masisir yang menyebabkan sulitnya

birokrasi umroh pada tahun ini.

Kami selalu menerima saran mau-

pun kritik dari para pembaca sekal-

ian, yang hal itu menandakan bahwa

keberadaan media-media mahasiswa

seperti kami masih dibutuhkan di

kalangan masisir, bukan sebagai alas

makan, atau pemenuh ruangan, na-

mun benar-benar sebagai media

penyalur aspirasi, smart power yang

membawa perubahan ke arah yang

lebih baik. Selamat membaca! [ë]

02

Page 3: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Dari PPMI Sumatera Barat ke OPPM Cairo

S i k a p

PPMI adalah organisasi induk yang

membawahi seluruh pelajar dan mahasiswa

Indonesia di Mesir, dan di sanalah pusat

pergerakan roda keorganisasian Masisir

secara keseluruhan. Sudah semestinya

PPMI dapat mengayomi seluruh elemen

Masisir tanpa memandang ras, suku, partai

politik ataupun golongan.

Bulan lalu para anggota kabinet PPMI

Bersinergi dan Berprestasi (B&B) baru saja

pulang dari liburan mereka, setelah

melaksanakan tugas yang melelahkan sela-

ma satu tahun ajaran. Liburan mereka kali

ini terasa lebih meriah karena Sidang

Umum II MPA telah menerima hasil laporan

kerja mereka dengan predikat Mumtaz,

sebuah nilai yang belum didapat oleh

kepengurusan PPMI pada tahun-tahun

sebelumnya. Kabinet yang dinahkodai oleh

Abu Nashar Bukhari dan Muhammad

Syukron sekilas bisa dipandang sempurna,

selain dari 91% program kerja telah ter-

penuhi, peraihan predikat Mumtaz di ujung

kepengurusan mereka memberikan kesan

akhir yang bahagia. Namun seperti kata

pepatah; Tiada gading yang tak retak.

Terdapat sekitar 41 orang yang pernah

berkecimpung dalam kabinet B&B dengan

beberapa kali reshuflle, yang jika kita per-

hatikan maka kita akan merasakan suasana

kedaerahan yang sangat kental dalam

tubuh PPMI. Tercatat dari keseluruhan

yang berjumlah 41 orang terdapat

setidaknya 15 orang anggota kabinet yang

berasal dari daerah Sumatera Barat, terma-

suk di dalamnya Wakil Presiden

Muhammad Syukron, atau jika dipersenkan

akan mencapai angka 37%, sebuah per-

senan yang terlalu besar untuk sebuah or-

ganisasi yang membawahi masyarakat yang

majemuk.

Mari kita lirik sejenak motto mereka,

Bersinergi dan Berprestasi. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sinergi

bermakna kegiatan atau operasi gabungan,

sedangkan bersinergi adalah melakukan

kegiatan atau operasi gabungan. Maka su-

dah seharusnya kabinet B&B selalu

berusaha untuk bergabung, menyatu

dengan seluruh elemen masyarakat yang

ada tanpa memandang ras atau suku. Kata

“Bersinergi” tidak kemudian dipraktekkan

dengan usaha untuk menjadikan anggota

KMM yang bersinergi dengan PPMI ataupun

sebaliknya. PPMI adalah milik Masisir ber-

sama.

Terlepas dari unsur nepotisme atau

tidak, sejatinya hal ini sah-sah saja

dilakukan mengingat penunjukkan anggota

kabinet merupakan hak prerogatif presiden

sesuai dengan AD/ART PPMI bab IV pasal

32 tentang kabinet DPP. Presiden dan wakil

presiden berhak untuk mengangkat siapa

saja untuk menjadi anggota kabinet, karena

hal ini akan berpengaruh kuat pada kinerja

organisasi ke depannya. Akan sangat berisi-

ko jika seorang pemimpin memilih oknum

yang tidak memiliki ide atau maksud yang

sama dengan sang pemimpin.

Kritikan keras pernah mengalir deras

kepada khalifah ketiga Islam, Utsman bin

Affan yang disebutkan mengangkat para

pejabat dan gubernur dari kalangan kerabat

dekatnya, yang hal ini lah yang menjadi

salah satu penyebab terjadinya pemberon-

takan yang berujung pada aksi penge-

pungan dan pembunuhan terhadap dirinya.

Dalam dunia perpolitikan praktis kita me-

mang sudah biasa mendengar kata koalisi

dan oposisi, namun apakah organisasi in-

duk kita pun butuh hal semacam ini?

Yang memang disayangkan, kurang ada

sosialisasi dari kabinet B&B tentang

keanggotaan kabinet yang menjadikan DPP

PPMI kemarin terasa ekslusif dan tertutup.

Masisir jarang yang tahu akan; berapa

jumlah pengurus DPP yang menjabat? Siapa

saja mereka? Berapa kali reshuffle terjadi?

Siapa yang mengundurkan diri dan siapa

yang menjadi pengurus baru? Maka

bagaimana Masisir akan mengenal PPMI

jika para anggota kabinetnya pun masih

mubham. Meski pemilihan kabinet adalah

hak prerogatif pemimpin, namun sosialisasi

ke masyarakat sangatlah diperlukan agar

PPMI benar-benar bisa bersinergi dan ber-

masyarakat.

Tapi yang lalu biarlah berlalu, terasa

kurang etis jika kita membicarakan masa

lalu yang kita pun tak lagi bisa memperbai-

kinya, paling saat ini kita hanya bisa

mengambil pelajaran dari apa yang telah

terjadi agar tidak terulang di kemudian

hari. Maka mari kita arahkan pandangan

kita ke hari ini. Kepengurusan perangkat

PPMI lama telah usai digantikan dengan

perangkat PPMI yang seluruhnya baru. MPA

baru, BPA baru, hingga Presiden yang baru,

semestinya membawa semangat baru kepa-

da Masisir untuk berdinamika kembali.

Jika kita perhatikan, sepertinya meru-

pakan sebuah kebetulan bahwa saat ini

dunia dinamika Masisir sedang diwarnai

oleh organisasi almamater IKPM. Dimulai

dari Wihdah yang telah memilih Nurul Cha-

sanah sebagai pemimpin pada pertengahan

tahun lalu, kemudian Jamil Abdul Latif yang

terpilih sebagai presiden PPMI pada pemilu

raya, dan diakhiri oleh Amrizal Batu Bara

yang terpilih sebagai pimpinan MPA pada

Sidang Umum I PPMI. Memang tidak ada

skenario terencana yang mengatur semua

ini, ketiganya terpilih dalam waktu yang

berbeda dan di tempat yang berbeda pula,

maka bisa kita sebut bahwa hal ini tidak

lain merupakan suratan takdir dari Sang

Penyusun Skenario yang menjadikan tiga

orang pemimpin kita saat ini berasal dari

almamater yang sama.

Namun belum berhenti di situ. Awal

bulan lalu kabinet DPP PPMI baru saja di-

lantik, dan tidak seperti tahun sebelumnya,

PPMI sekarang telah mempublikasikan

acara pelantikan beserta nama-nama kabi-

net pengurus DPP PPMI untuk tahun ajaran

ini. Dari 26 orang pengurus DPP PPMI yang

dilantik, terdapat sekitar 13 orang berasal

dari IKPM termasuk di dalamnya sang

Presiden Jamil Abdul Latif, dan jika diper-

senkan akan mencapai angka 50%, angka

yang lebih tinggi dari pada yang sebe-

lumnya. Kabinet Bersama dan Bersatu, apa-

kan juga kelak ditafsirkan dengan bersama

bersatu di bawah naungan IKPM?

Namun kembali ke atas bahwa penun-

jukan anggota kabinet adalah hak pre-

rogatif pemimpin, maka sang presiden dan

wakilnya berhak untuk memilih siapa saja

demi kelancaran perputaran roda organ-

isasi, terlepas dari siapa, dari mana, suku

apa, atau golongan apa.

Perlu diingat bahwa PPMI berbeda

dengan majlis pemerintahan seperti di In-

donesia yang terdiri dari koalisi beserta

oposisi. “Persatuan” Pelajar dan Mahasiswa

Indonesia merupakan wadah bersatunya

seluruh aspirasi pelajar dan mahasiswa,

maka seyogyanya PPMI bisa merangkul

seluruh masyarakat tanpa harus ada istilah

golongan koalisi atau oposisi. Persatuan,

singkatan huruf pertama dari kata PPMI,

setidaknya itulah harapan besar Masisir

dari PPMI di setiap pergantian kepenguru-

san setiap tahunnya, menyatukan Masisir di

bawah naungan Persatuan Pelajar dan Ma-

hasiswa Indonesia. Semoga saja kita

melihat harapan ini terkabul pada kepengu-

rusan PPMI tahun ini. Selamat berjuang,

Jamil dan Delfa! [ë](Fahmi)

03

Page 4: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Tindak Kriminal dan Kondisi Sosial Mesir Pascarevolusi

Laporan Khusus

04

Berbicara soal keamanan di Mesir tak

ubahnya seperti membicarakan sepakbola,

artis, dan tren terbaru. Pembicaraan yang

sudah menjadi sangat biasa meski merupa-

kan kejadian yang luar biasa bagi korban.

Apalagi di saat Mesir memasuki masa pas-

carevolusi dan transisi pemerintahan dari

pihak militer yang memegang pemerinta-

han sementara ke pemerintahan baru yang

dipegang Ikhwanul Muslimin dan Muham-

mad Mursi sebagai presiden. Semua bisa

terjadi di sini, di Negeri Seribu Menara ini,

di masa ini, masa di mana kondisi politik,

ekonomi, dan keamanan sedang tidak sta-

bil.

Tumbangnya Rezim Mubarak dari tam-

puk kekuasaan tertinggi di Mesir mem-

berikan konsekuensi yang bermacam-

macam, salah satunya adalah keamanan.

Keamanan Mesir jatuh pada masa paling

buruk dalam beberapa dekade terakhir.

Setiap diri di Negeri Para Nabi ini benar-

benar tidak memiliki jaminan keamanan

apapun. Semua masuk pada masa yang

sama di mana pengangguran naik secara

drastis. Kesenjangan sosial pun naik secara

signifikan. Jurang antara orang kaya dan

miskin semakin naik.

Tradingeconomics.com dalam laman

resminya memuat grafik pengangguran di

Mesir menumbus angka tertinggi dalam

sejarah Mesir yaitu menembus angka 12,6

persen per Maret 2012. Ini adalah angka

pengangguran tertinggi yang pernah di

alami Mesir. Sedang pada 2008 angka

pengangguran hanya mencapai 9,1 persen

dan 2010 hanya mencapai 9,4. Sementara

lonjakan paling pesat dimulai sejak

keruntuhan rezim Mubarak yaitu naik

sebanyak 3 persen yaitu dari angka 8,9

persen ke angka 11,9 persen. Statistika ini

menunjukan angka kesejahteraan

penduduk Mesir semakin menurun. Se-

mentara buruknya sistem ekonomi di Me-

sir memaksa Mesir mengalami krisis

ekonomi yang belum juga membaik. Kondi-

si rakyat miskin semakin terlindas oleh

roda kehidupan yang memaksa mereka

melakukan apa saja untuk bertahan hidup

di sini.

Dari segi kesejahteraan, Mesir pasca

Revolusi 25 Januari justru masuk pada

masa terburuk. nationsencyclopedia.com

merilis soal kemiskinan di Mesir yang su-

dah mencapai angka antara 20-30 persen.

Artinya sedikitnya 16 juta penduduk Mesir

hidup dalam kondisi kemiskinan. Ini ada-

lah angka terburuk yang ada dalam statisti-

ka Mesir. Ini tidak lepas dari sistem yang

dipakai selama Rezim Mubarak. Prof. Reem

Saad seorang pakar antropology dari

American University in Cairo memaparkan

pada egyptindependent.com bahwa selama

Mubarak berkuasa dia banyak mempriori-

taskan pembangunan di kota-kota besar

saja, itupun hanya pada wilayah urban

seperti Zamalek, Ma’adi, dan Garden City.

Selebihnya wilayah pinggiran dan

pedesaan tidak tersentuh program pem-

bangunan. Bahkan nationsencyclope-

dia.com merilis bahwa 20 persen orang

terkaya di Mesir mengendalikan 39 persen

kekayaan Mesir. Data ini sudah cukup bagi

kita untuk memahami kondisi

kesejahteraan Mesir yang sebenarnya.

Setelah data pengangguran dan

kemiskinan di Mesir kita pelajari pada

uraian di atas kita sekarang menengok,

bagaimana keadaan keamanan di Mesir

sebenarnya? Telah sama-sama kita ketahui

24 ribu narapidana melarikan diri dari

penjara pada Revolusi 25 Januari dan

hanya 8.400 narapidana yang tertangkap

kembali. Sementara itu 6.600 senjata

hilang dari gudang senjata di beberapa

kantor polisi dan tidak ditemukan kembali

hingga sekarang. Dengan data ini tentu

mudah bagi kita membayangkan kondisi

Mesir sebenarnya bukan?

Dari sedikit gambaran Mesir di atas

menyoal kondisi sosial, ekonomi, dan kea-

manan kita sekarang menengok ke dalam

komunitas kita−Masisir−yang notabene

tinggal di Mesir, baik Kairo maupun daerah

-daerah lain di Mesir. Masisir menjadi salah

satu komunitas warga asing terbesar di

Mesir. Jumlahnya yang mencapai ribuan

sudah cukup untuk membuat sebuah keca-

matan di Mesir. Dengan latar budaya dan

sosial yang berbeda dan tinggal di kawasan

pinggiran, Masisir memberi warna lain dari

sosio-kultur masyarakat Mesir. Mereka

kadang ada yang menyatu dengan

masyarakat Mesir dan kadang ada yang

memilih untuk nampak ekslusif. Tentu hal

ini tidak sertamerta lepas dari perhatian

orang Mesir, apalagi yang merupakan

penduduk yang hidup dalam kondisi pas-

pasan. Masisir sedikit banyak juga mem-

beri kesenjangan berbeda antara warga

asing dan penduduk pribumi. Terlepas dari

hubungan baik antara Indonesia dan Mesir,

kita harus melihat secara obyektif kondisi

Masisir yang sama-sama hidup dalam an-

caman kriminalitas di Mesir.

Bulan Ramadhan tahun ini rasanya

memang membawa berkah bagi para pen-

jahat Mesir dengan beberapa kasus yang

sukses melibas harta benda dari Masisir.

Kondisi Ramadhan di musim panas mem-

buat Masisir lebih senang menghabiskan

malam dengan begadang dan menghabis-

kan siang untuk tidur. Ternyata kebiasaan

Masisir ini dibaca dengan sangat cerdas

oleh para penjahat. Mereka menjalankan

aksinya di beberapa tempat di kawasan

Hay Al-‘Ashir.

Tercatat beberapa kasus kriminal

menimpa kawan-kawan kita di sekitar

bulan Ramadhan. TëROBOSAN setidaknya

mencatat enam kasus besar selama bulan

Ramadhan yang terjadi selama bulan puasa

tersebut.

Kasus pertama adalah yang menimpa

rekan kita yang juga ketua KPMJB, Jajang

Hermawan, di daerah Suq Sayarat pada

tanggal 16 Juli 2012. Dia ditondong seka-

wanan orang Mesir pada sekitar pukul

sebelas malam. Meski tidak mengalami

luka-luka, namun korban harus menderita

kerugian sekitar 1000 LE.

Berselang sebelas hari kemudian masih

di tempat yang sama di kawasan Suq

Sayarat, Maulana Noviansyah dari KPMJB

juga mengalami penodongan oleh seka-

wanan penjahat Mesir. Ia tidak mengalami

kerugian materi namun mengalami luka

tusuk karena berusaha membela diri.

Peristiwa ini pun terjadi pada jam yang

sama yaitu sekitar pukul 11 malam.

Pada tanggal 3 Agustus 2012, kasus

pencurian yang berujung pada perkelahian

menimpa Rumah Budaya Akar di kawasan

Bawabah. Padahal satu hari sebelumnya

rumah Atase Pendidikan yang tidak jauh

dari Rumah Budaya Akar juga menderita

kerugian akibat pencurian yang dilakukan

oleh penjahat Mesir. Kejadian di Rumah

Budaya Akar sendiri menarik perhatian

karena pencurian yang awalnya hanya

kasus pencurian biasa berujung pada

perkelahian antara penghuni rumah dan

kawanan preman yang diduga kawan dari

si pencuri.

Para pencuri yang telah berhasil mem-

bawa kabur beberapa barang berharga

ternyata kembali lagi hendak melakukan

aksi untuk kedua kalinya di tempat yang

sama, karena mereka berfikir para

penghuni rumah masih terlelap. Namun

dugaan mereka salah, para penghuni ru-

Page 5: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Laporan Khusus

05

mah yang sudah terjaga mengetahui gela-

gat dari pencuri itu lalu mengejar mereka.

Dari dua orang pencuri, hanya satu orang

yang dapat tertangkap. Beberapa hand-

phone yang sempat diambil pun didapat-

kan dan dijadikan barang bukti. Namun

kejadian tidak berhenti sampai di situ. Ka-

wanan preman yang diduga sebagai kawan

-kawan si pencuri datang dengan memba-

wa sejumlah senjata dan bom molotov.

Kericuhan tidak dapat dihindarkan

sampai akhirnya para penghuni rumah

memutuskan untuk melepas pencuri yang

tertangkap setelah bernegosiasi dengan

kawanan preman yang bersedia mengem-

balikan beberapa barang meski tidak sepe-

nuhnya. Beberapa rekan Rumah Budaya

Akar sempat mengubungi pihak KBRI,

DKKM, dan polisi, namun seperti tidak ada

respon dan hanya Pak Samsir yang datang

ke TKP. Dan dari kejadian ini Rumah Bu-

daya Akar mengalami kerugian materil

sekitar 1500 LE dan rekan Coh’an yang

luka di bagian pelipisnya.

Kejadian kriminal selanjutnya terjadi di

kawasan Tub Ramli tepat di rumah rekan

Ahmad Hujaj Nurrohim pada tanggal 15

Agustus 2012. Hujaj menuturkan tentang

kejadian yang menimpa rumahnya, “Jadi

saat itu jam 3 sore habis dzuhur sebelum

ashar tiba-tiba ada orang mengetuk pintu

"tok tok tok tok". Terus saya lihat saya kira

dia itu tukang listrik karena memang sudah

masanya bayar listrik kan. Nah setelah saya

buka, dia langsung masuk dan menusukkan

sebilah pisau, pisau dapur itu yang agak

panjang. Untung kebiasaan saya adalah

membukakan pintu dari belakang pintu.

Jadi, saya otomatis nggak kena.”

Dalam percobaan perampokan ini

pelaku berusaha masuk namun mendapat

perlawanan dari Hujaj. Hujaj pun me-

manggil kawan-kawannya yang kebetulan

sedang istirahat siang. Karena melihat

banyak orang datang pelaku percobaan

perampokan ini pun kabur tanpa mening-

galkan kerugian fisik dan materi.

“Saya melawannya dan saya berhasil

memegang tangannnya. Saya dorong-

dorongan dan akhirnya pisau mengarah

kepada perutnya. Kita sama kuatnya saat

itu tapi saya balikkan arah pisau ke perut-

nya. Belum kena perutnya, dia lari.” Papar

Hujaj kepada reporter TëROBOSAN.

Tiga hari berselang kejadian lebih be-

sar lagi terjadi di kawasan Mutsallas. Kali

ini kasus perampokan menimpa dua

rekanita kita bernama Rina dan Novita.

Saat itu pukul 07.00 pagi Rina dan Novita

sedang terlelap tidur di rumah mereka

yang berlokasi di musallas. Mereka disekap

dan diikat kedua tangan dan kakinya, kare-

na melakukan beberapa perlawanan. Salah

satu di antara mereka pun sedikit mengala-

mi luka goresan pada wajahnya. Dan

mengalami kerugian 3 handphone, 2 lap-

top, 1 hardisk internal.

Pada akhir Ramadhan, sekitar jam

setengah satu malam terjadi penusukan di

Gami’, korban adalah salah satu warga

fosgama yang sedang bejalan bersama

seorang teman dan ternyata di tengah jalan

dijegal oleh orang Mesir dan akhirnya

mendapatkan tusukan di leher dan goresan

di tangan, karena pada saat itu handphone

korban berdering dan pelaku berniat untuk

mengambil handphone tersebut.

Dari beberapa kasus yang tercatat di

atas, kawasan Hay Al-‘Ashir menjadi red

zone dalam hal terjadinya tidak kriminali-

tas. Kawasan yang banyak dihuni warga

asing di Mesir ini adalah kawasan paling

rawan di Kairo. Dengan kondisi lingkungan

berstatus suburban ditambah penduduk

asing yang banyak kawasan ini menjadi

target operasi bagi banyak kawanan penja-

hat di Mesir. Dan warga asing dari Asia

Tenggara menjadi target utama dalam

tidak kriminal ini karena dianggap

memiliki kondisi ekonomi yang relatif lebih

baik dibanding penduduk suburban yang

berasal dari pribumi maupun penduduk

kulit hitam.

Di Hay Al-‘Ashir sendiri Syuq Sayarat

dan Bawabah 3 menjadi zona paling baha-

ya pada jeda waktu antara jam 10 malam

sampai jam 8 pagi. Pada jam-jam ini Syuq

Sayarat dan Bawabah 3 memang relatif

sepi. Dan modus operandi yang paling

sering terjadi di kawasan ini adalah pe-

nodongan (untuk pejalan kaki) dan pencu-

rian (untuk rumah). Wilayah Tub Ramli

dan Musallas menjadi kawasan paling ba-

haya nomor dua dengan modus operandi

perampokan, pembobolan rumah, dan pen-

curian. Sementara kawasan Gamik berada

di nomor urut tiga dengan mencatat hanya

ada satu kasus dalam satu bulannya

dengan modus operandi penodongan.

TëROBOSAN mencoba memberi sedikit

analisa tentang fenomena keamanan ini.

Setidaknya ada 3 faktor yang

melatarbelakangi fenomena

ini. 3 faktor tersebut adalah:

1. Kondisi Mesir pasca

Revolusi.

Kondisi Mesir pasca Revolusi

memang sangatlah memprihatinkan

mulai dari lawless akibat pe-

gurangan jumlah personil

polisi dan perangkat hukum yang diyakini

sebagai bagian dari rezim yang terguling-

kan hingga buruknya kondisi

kesejahteraan rakyat Mesir yang mendesak

mereka melakukan apa saja untuk ber-

tahan hidup. Dari kondisi yang kompleks

seperti ini wajar rasanya kondisi kea-

manan memburuk.

2. Kesenjangan sosial yang terjadi di

antara penduduk kawasan suburban

seperti Hay Al-‘Asyir.

Kawasan Hay Al-‘Asyir dihuni oleh

berbagai macam etnis, mulai dari pribumi,

kulit hitam, Asia Tenggara, Cina, Rusia, dan

beberapa etnis lainnya. Mereka datang dari

budaya dan kondisi sosial yang berbeda-

beda, termasuk kondisi ekonomi. Dari

sinilah gesekan-gesekan sosial terjadi

tanpa bisa dielakkan, termasuk tindak

kriminalitas.

3. Kurangnya pengawasan,

pertolongan pertama pada kejadian,

dan tindakana preventif yang mungkin

dilakukan oleh Masisir, KBRI, DKKM,

dan pihak keamanan Mesir.

Ini adalah faktor penting dari muncul-

nya fenomena tindak kriminal yang men-

impa WNI. Bagaimana tidak? Kita yang

mempunyai populasi yang cukup besar di

Hay Al-‘Ashir seharusnya mempunyai sis-

tem keamanan yang mandiri yang tidak

bergantung pada sistem keamanan Mesir

yang sedang limbung. Kita juga harus pedu-

li pada setiap kejadian dan korban.

Kurangnya pengawasan itu juga

ditandai dengan tidak adanya data yang

falid untuk setiap kejadian dari pihak

DKKM. Memang DKKM tidak memiliki

wewenang penuh atas keamanan Masisir

layaknya polisi atau keamanan lingkungan,

namun setidaknya DKKM memiliki data

yang falid dari setiap kejadian agar dapat

diolah dan dipelajari kemungkinan keja-

hatan terbesar menurut waktu, tempat,

kerugian dan modus operandi. Setelah kita

mempelajari peta persentase tindak krimi-

nal dan modus operandinya, maka kita bisa

melakukan usaha-usaha pencegahan untuk

menghindari ter-

jadinya tindak kriminal

yang lain. [ë]

(Bakrie,

Memen,

Zulfa) Image: m

erdek

a.com

Page 6: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Laporan Utama

06

Kabar kejelasan tentang asrama maha-

siswa yang merupakan program yang di-

canangkan sejak Lokakarya tahun 2008

masih simpang siur di kalangan mahasiswa.

Sebagian mahasiswa pun bertanya-tanya

sejauh mana kelanjutan proses pem-

bangunan asrama yang telah dimulai

dengan peletakan batu pertama 15 Febru-

ari lalu, dan lagi-lagi pihak KBRI menjadi

pihak yang dilirik dalam masalah ini.

Dalam website resminya, Atase Pen-

didikan dan Kebudayaan KBRI Cairo merilis

sebuah berita pada Rabu (12/9), bahwa

Duta Besar Republik Indonesia untuk Me-

sir, Nurfaizi Suwandi mengadakan per-

temuan dengan ketua tim pembangunan

asrama, Abdurrahman Musa pada hari

Selasa (11/9). Dalam pertemuan itu dijelas-

kan bahwa pembangunan asrama maha-

siswa yang sedang berlangsung ini

dilaksanakan sesuai dengan aturan perun-

dang-undangan yang berlaku di negeri ini.

Proses pembangunan asrama saat ini telah

disetujui oleh Kementrian Keuangan dan

Sekretariat Negara Republik Arab Mesir.

Selanjutnya dikatakan bahwa proses

pembangunan asrama ini dilakukan oleh

perusahaan property Arab Contractor,

setelah memenangkan kontrak dari

perusahaan property Wadi el-Nile. Atase

Pendidikan KBRI Cairo, Sangidu, M.Hum.

menambahkan bahwa pembangunan tahap

pertama akan dimulai pada awal bulan ini,

dengan membangun empat buah gedung

asrama dan satu buah dapur umum yang

memakan biaya sekitar 44 milyar Rupiah,

dan diharapkan akan selesai dalam waktu

18 bulan ke depan.

Pihak yang bertanggung jawab penuh

dalam birokrasi dan pembangunan asrama

ini adalah tim khusus yang telah dipilih

oleh Syaikhul Azhar, sedangkan pihak KBRI

sendiri hanya memantau jalannya proses

pembangunan tersebut. Dana yang tersedia

saat ini berjumlah 19 milyar Rupiah, yang

terdiri dari 14 milyar anggaran dari Ke-

mentrian Agama RI, dan 5 milyar dari

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Uang

itu seluruhnya telah diberikan kepada Al-

Azhar sebagai pihak yang bertanggung

jawab dalam proses pembangunan asrama

tersebut.

Lebih

jauh

dikatakan

bahwa pem-

bangunan

tahap per-

tama ini

masih mem-

butuhkan

dana sebesar

25 milyar,

dan KBRI

akan

mengajukan

proposal

kepada Ke-

mentrian Perumahan Rakyat untuk

menambahi kekurangan itu. Dan pihaknya

pun akan menagih proposal dari beberapa

pemerintah daerah yang pernah menjan-

jikan bantuan untuk menambahi biaya

pembangunan ini. Di antaranya adalah

Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Ten-

gah, Kalimantan Timur dan NTB, dan

bahkan dikatakan bahwa DPR pusat pun

siap untuk membantu.

Proses keuangan untuk pembangunan

asrama ini memang sulit, karena merupa-

kan hibah dari pemerintah daerah kepada

sebuah lembaga yang berada di luar negeri.

Tidak seperti Malaysia yang mudah, Indo-

nesia memiliki sistem birokrasi keuangan

yang rumit. Pemerintah Daerah tidak bisa

sembarangan mengirimkan bantuan lang-

sung ke luar negeri, namun harus melalui

beberapa tahap sesuai dengan peraturan

keuangan yang berkaku, itu pun masih di-

awasi dengan ketat oleh Komisi

Pemberantas Korupsi (KPK). Maka dari itu,

pihak KBRI saat ini pun tidak lagi menyim-

pan uang pembangunan tersebut, karena

seluruhnya telah dikirimkan ke Grand

Syaikh.

Selain kendala keuangan, terdapat be-

berapa kendala yang menghambat proses

pembangunan asrama ini. Di antaranya

adalah terjadinya revolusi pada awal tahun

2011 lalu. Pihak KBRI pun selalu meminta

kejelasan kepada pihak Al-Azhar tentang

kelanjutan proses pembangunan asrama

itu, salah satunya adalah berlangsungnya

proses peletakan batu pertama yang meru-

pakan usaha dari KBRI untuk mendorong

pihak Al-Azhar dalam hal ini Grand Syaikh

Ahmad Thayyib.

Bapak Sangidu mengakui bahwa setelah

peletakan batu pertama yang terkesan

dipaksakan itu memang tidak ada lagi ke-

jelasan tentang kelanjutan pembangunan

ini, maka pihaknya menghadap ke Grand

Syaikh guna meminta kejelasan proses

pembangunan tersebut, dan barulah

diketahui bahwa pihak Al-Azhar selama ini

masih dalam proses birokrasi dengan be-

berapa lembaga terkait sekaligus mengada-

kan lelang tender yang akhirnya di-

menangkan oleh Arab Contractor, sebuah

perusahaan kontraktor besar yang telah

sukses membangun berbagai bangunan dan

jalan di negeri ini.

Ketika diwawancarai TëROBOSAN,

beliau sempat menunjukkan beberapa lem-

bar rancangan bangunan yang rencananya

akan ditunjukkan ke Kemenpera.

Rancangan ini dibuat oleh tim pembangun

yang konsepnya merupakan konsep yang

diajukan oleh KBRI. Rancangan bangunan

itu kelak menjadi bukti sebagai penguat

proposal pembangunan asrama kepada

Mentri Perumahan Negara untuk menam-

bahi kekurangan biaya sebesar 25 milyar

Rupiah.

Asrama ini adalah asrama internasional

milik Al-Azhar yang bukan hanya dihuni

Kelanjutan Pembangunan Asrama Mahasiswa

Do

c. TëROBOSAN

Kondisi terakhir lahan pembangunan asrama. Jum`at (12/10)

Page 7: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Laporan Utama

07

oleh mahasiswa Indonesia, namun juga

diisi oleh mahasiswa yang berasal dari

negara lain sebagaimana asrama Bu`uts di

Abbasiyah. Namun karena Indonesia turut

membantu dalam pemberian dana maka

Indonesia berhak untuk meminta jatah

khusus bagi para mahasiswa Indonesia.

Asrama ini masih diperuntukkan bagi para

mahasiswa terlebih dahulu, akan dibangun

secara bertahap dan kemudian rencananya

akan dibangun juga asrama untuk maha-

siswi. Pihaknya lebih jauh menuturkan

bahwa karena Sumatera Utara adalah

provinsi yang pertama kali memberikan

dana bantuan, maka akan diberikan jatah

khusus bagi para mahasiswa yang berasal

dari sana, dan sisanya barulah dipilih

sesuai dengan kriteria yang akan disusun

nanti.

Salah seorang mahasiswa yang diwa-

wancarai oleh TëROBOSAN, M. Yusuf Hasi-

buan, Lc. menyebutkan bahwa pihak KBRI

pernah menjanjikan jatah 50% asrama

kepada mahasiswa yang berasal dari Su-

matera Utara, hal itu karena pemerintah

daerah Sumatera Utara adalah satu-satunya

Pemda yang telah mengucurkan

bantuannya. Namun di pihak lain Bapak

Sangidu tidak menyebutkan bahwa jatah

penghuni asrama itu diberikan 50% kepada

mahasiswa Sumatera Utara, dalam artian

dari seluruh gedung yang dibangun ter-

dapat jatah setengahnya untuk mahasiswa

Sumatera Utara. Pihaknya memberikan

perhitungan jika misalkan satu buah ge-

dung menghabiskan dana sebesar 7 milyar,

dan Pemda SUMUT memberikan dana sebe-

sar 5 milyar, maka bisa diperkirakan jatah

yang akan didapatkan oleh para mahasiswa

Sumatera Utara tersebut tidak akan lebih

dari satu bangunan tersebut.

Bahkan pihaknya mengatakan bahwa

bisa saja tidak disediakan jatah bagi para

mahasiswa yang berasal dari daerah yang

mana pemerintah daerahnya tidak ikut

berpartisipasi dalam pembangunan ini.

Keadaan terakhir yang dipantau TëRO-

BOSAN, Jum`at (12/10), lahan yang telah

direncanakan sebagai tempat pem-

bangunan asrama masihlah berupa lahan

kosong, dan belum terlihat adanya alat

berat ataupun bahan bangunan. Kami han-

ya menemukan tumpukan-tumpukan batu

yang tersusun membentuk pola denah

bangunan dan dihubungkan dengan garis-

garis putih. Beberapa jejak alat berat me-

nandakan bahwa proses pembangunan saat

ini baru memasuki tahap pengukuran dan

perataan tanah.

Lokasi yang direncanakan itu relatif

strategis, mengingat jarak yang tidak terla-

lu jauh dari jalan raya, terletak di dekat

lapangan bola, dan berada dalam komplek

kampus Al-Azhar yang bisa ditempuh

dengan jalan kaki. Beberapa Negara lain

juga diberitakan ingin membangun asrama

di tempat itu, namun pihak Indonesia telah

terlebih dahulu memberikan dana dan

memilih tempat itu.

Beberapa mahasiswa menaruh harapan

besar pada proyek pembangunan asrama

ini, salah seorang mahasiswi lain yang kami

temui, Ima Hikmawati menuturkan bahwa

pembangunan asrama ini sangatlah

penting, ter-

lebih lagi

untuk para

mahasiswi,

melihat

berbagai

macam

kegiatan yang

terkadang

diadakan

hingga mal-

am hari, dan

keamanan

Mesir yang

sampai saat

ini belum

stabil.

Seorang mahasiswa lain, sebut saja

Sofwan mengeluhkan ketidak jelasan berita

tentang proyek pembangunan asrama ini.

Ia telah mendengar rencana pembangunan

asrama ini sejak pertama kali ia tiba di

negeri ini pada empat tahun yang lalu, na-

mun hingga tahun ini ketika ia telah jadi

mahasiswa tingkat akhir, proses pem-

bangunan asrama ini belum juga selesai.

Para mahasiswa mengharapkan

keterbukaan pihak KBRI dalam masalah ini

agar tidak ada simpang siur dan saling curi-

ga antara pihak mahasiswa dan para staff

KBRI. [ë] (Faznir, Hikam)

Do

c. TëROBOSAN

Tumpukan batu dan garis putih sebagai patokan bangunan.

44 Milyar

Jumlah anggaran yang dibutuhkan

19 Milyar Jumlah dana tersedia, berasal dari

anggaran Kementrian Agama dan

Pemerintah Daerah Sumatera Utara

25 Milyar Kekurangan anggaran yang akan diajukan

ke Kementrian Perumahan Rakyat

18 Bulan Rencana lama proses pembangunan

4 Gedung, 1 Dapur Pembangunan Asrama tahap awal.

Pembangunan Asrama

Dalam Angka

Page 8: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Komentar Peristiwa

08

Mengunjungi tanah suci Mekkah dan

Madinah adalah impian setiap muslim di

seluruh dunia, tak heran bahwa penguru-

san Haji dan Umroh telah menjadi ladang

bisnis yang menggiurkan dan

menguntungkan sekaligus berpahala jika

berhasil mengantarkan jemaah untuk ber-

ibadah ke tanah suci. Itu adalah salah satu

hal yang mendasari banyaknya biro travel

di kalangan Masisir, ditambah dengan min-

at untuk menunaikan Haji atau Umroh di

kalangan Masisir yang tidak pernah surut.

Dalam acara Warung Kopi yang diada-

kan oleh komunitas Rumah Budaya Akar,

12/9/2012, Ali Andika Wardana selaku

perwakilan dari KBRI menjelaskan bahwa

haji dan umroh erat kaitannya dengan

surat izin untuk memasuki suatu negara,

yang kita kenal dengan sebutan visa. Visa

merupakan syarat yang harus dipenuhi

untuk memasuki suatu wilayah dari nega-

ra lain dan birokrasinya merupakan hak

penuh negara yang bersangkutan. Haji

bagi WNI di negara manapun awalnya bisa

dilakukan langsung dari negara tempat ia

berada tanpa harus ikut kuota yang dise-

diakan untuk Indonesia, namun sejak

keluarnya keputusan pihak Kementrian

Haji dan Umroh Kerajaan Arab Saudi ta-

hun 2010, seluruh warga negara yang hen-

dak pergi haji haruslah mengikuti kuota

yang telah disediakan untuk setiap negara.

Hal itu berimbas pada gagalnya pember-

angkatan haji beberapa orang Masisir pada

tahun 2010 yang menandai berhentinya

pemberangkatan haji WNI langsung dari

Mesir.

Lanjutan dari peraturan itu, pihak ke-

mentrian Haji dan Umroh Kerajaan Arab

Saudi mengeluarkan peraturan baru pada

akhir tahun 2011 bahwa Umroh pun harus

mengikuti kuota yang telah disediakan

bagi setiap negara. Itulah salah satu

penyebab tersendatnya birokrasi umroh

pada tahun ini, dan itu jugalah yang men-

jadi alasan dijalaninya proses pengurusan

visa untuk Masisir melalui kedutaan besar

Kerajaan Arab Saudi di Indonesia.

Namun pengurusan visa melalui kedu-

taan Arab Saudi di Indonesia ternyata ter-

lalu beresiko. Sudah menjadi informasi

umum bahwa pengurusan visa untuk Um-

roh beberapa tahun terakhir dilakukan

dengan cara mengirimkan paspor kepada

biro travel yang ada di Indonesia untuk

selanjutnya diteruskan ke pihak kedutaan

Arab Saudi. Dan jika pengurusan visa ber-

hasil, paspor itu kembali dikirimkan kepa-

da biro travel Masisir di Mesir.

Perpindahan tangan paspor dari calon

jemaah ke biro travel dan kemudian

dikirimkan ke Indonesia sebenarnya

merupakan tidakan yang bertentangan

dengan hukum. Karena paspor adalah buk-

ti identitas seorang warga negara yang

berada di wilayah negara lain, di dalamnya

terdapat identitas diri beserta izin

menetap yang diberikan oleh negara kepa-

da yang bersangkutan. Jika saja terjadi

suatu hal yang tidak diduga, calon jemaah

bisa terjerat dengan undang-undang keim-

igrasian Mesir yang bisa saja berujung

pada pemulangan secara paksa sebagaima-

na yang terjadi kepada dua orang Masisir

tahun lalu, terlebih lagi karena paspor

yang bersangkutan berada di negara lain—

Indonesia. Pengiriman dokumen pribadi

berbentuk paspor ke negara lain pun bisa

saja tersandung undang-undang yang ber-

laku karena merupakan penyelundupan

dokumen milik negara sebagaimana yang

tertulis pada halaman terakhir paspor.

Proses birokrasi seperti itu pun tidak

memiliki landasan hukum yang kuat yang

bisa dijadikan pegangan jika tersandung

dengan undang-undang lain yang berlaku.

Untuk masalah ini, beberapa travel

telah mengambil inisiatif untuk meminta

surat perjalanan laksana paspor (SPLP)

dari pihak konsuler KBRI sebagai pegan-

gan selama paspor berada di tangan travel,

namun itupun bisa saja bermasalah karena

SPLP hanya bisa dikeluarkan untuk kasus

kehilangan paspor bagi WNI yang berkun-

jung sementara dan tidak menetap di Me-

sir. SPLP sebenarnya tidak bisa dikeluar-

kan untuk WNI yang menetap di Mesir,

karena jika ada kasus kehilangan paspor

bagi WNI yang menetap, konsuler akan

langsung membuatkan paspor baru bagi

yang bersangkutan. Lain halnya dengan

WNI yang tidak menetap, konsuler akan

memberikan surat SPLP sebagai pegangan

sementara.

Resiko lain yang dihadapi oleh biro

visa khususnya untuk umroh bulan Rama-

dhan adalah kemungkinan bagi para

jemaah untuk melanggar peraturan keim-

igrasian dengan cara bersembunyi hingga

musim haji tiba, biasa dikenal dengan

istilah tahkalluf atau overstay. Hal itu ada-

lah pelanggaran hukum yang bukan saja

merugikan pihak jemaah yang bersangku-

tan, namun lebih lanjut bisa merugikan

pihak biro travel dan pihak-pihak lain yang

berkaitan. Sebagaimana yang dilaporkan

oleh Informatika edisi 164 bahwa ada satu

biro travel yang tidak lagi mendapatkan

kepercayaan untuk mengurusi umroh.

Bahkan dampak yang lebih jauh lagi akan

terasa, yaitu hilangnya kepercayaan pihak

travel di Indonesia kepada Masisir secara

keseluruhan, dikarenakan seringnya ter-

jadi kasus overstay yang dilakukan oleh

beberapa orang mahasiswa Indonesia di

Mesir.

Kendala utama memang terdapat pada

tidak adanya landasan atau undang-

undang yang mengatur urusan Haji Umroh

bagi WNI yang berada di Luar Negeri. Satu

-satunya peraturan yang ada hanyalah UU

no. 13 tahun 2008, tentang penyeleng-

garaan ibadah haji, bab VI pasal 27. Itupun

hanya berbunyi: “Ketentuan lebih lanjut

mengenai Warga Negara di luar negeri

yang akan menunaikan ibadah haji diatur

dengan peraturan pemerintah”, namun

hingga saat ini belum ada peraturan

pemerintah yang mengatur hal itu.

Ali Andika Wardana menambahkan

bahwa pihak KBRI bisa mengirimkan nota

diplomat kepada pihak-pihak yang terkait

agar dapat mengusahakan dikeluarkannya

peraturan pemerintah yang mengatur

proses birokrasi Haji Umroh bagi WNI

yang berada di luar negeri. Senada dengan

di atas, Presiden PPMI, Jamil Abdul Latif

pun mendukung rencana itu dan ia pun

berencana untuk membuat tim yang

terdiri dari pihak-pihak yang mengerti

hukum fikih dan perundang-undangan

untuk membuat surat permohonan atau

pernyataan sikap berkenaan dengan masa-

lah haji dan umroh, dan mengirimkannya

ke beberapa lembaga yang terkait dalam

masalah ini. Semoga solusi yang mereka

tawarkan bisa terlaksana dan bukan hanya

sebuah rencana tanpa aksi. [ë] (Fahmi)

Haji Umroh Masisir Terganjal Hukum

Page 9: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

O p i n i

09

Haji Umroh Masisir dalam tinjauan fikih Oleh: Adhi Maftuhin*

Siapapun muslim tahu bahwa haji

merupakan pilar agama yang ke lima dan

dihukumi wajib 'ain. Sedang hukum umroh

tidak semua ulama bersepakat akan

kewajibannya, sebagian ulama (Hanafiyah

dan Malikiyah) mengatakan bahwa umroh

cuma sunnah muakkad, dan perlu diingat

bahwa kewajiban (sunah muakkad)

melaksanakan haji/umroh diberi qoyyid

"bagi yang mampu menjalankannya', tidak

diperuntukan bagi selain yang mampu.

Yang menjadi pertanyaan, apakah

hukum wajib dari haji dan umroh bersifat

absolute, tidak dapat diganggu gugat se-

hingga berbagai jalan—kalau tidak mau

mengatakan menghalalkan berbagai

macam cara—dan langkah ditempuh agar

dapat melaksanakannya. Dan dalam ruang

lingkup negara masisir yang kita diami ini

apakah rakyatnya sudah dibebani

kewajiban melaksanakannya?

Setelah pertanyaan pertama dijawab,

selanjutnya adalah ketika haji dan umroh

tidak selamanya wajib,—mungkin juga

berubah hukumnya menjadi haram—dan

si calon haji/umroh bersikeras

melaksanakannya tanpa mempedulikan

rambu-rambu pelaksanaan yang telah

diatur oleh pihak yang punya wewenang,

apakah haji dan umroh warga masisir sah

dan mabrur?.

Dari berbagai kejadian yang terjadi

dalam komunitas masisir dan telah

dikupas tuntas dalam acara warung kopi di

rumah budaya akar pada rabu malam

12/9/12 penulis memetik banyak sekali

tashowur permasalahan yang terjadi da-

lam masyarakat masisir, akan tetapi kare-

na keterbatasan tempat maka yang akan

dibahas dalam tulisan ini hanya beberapa

poin problematika haji/umroh masisir

menurut sudut pandang fukaha.

Pertama, kita akan membahas apakah

hukum haji dan umroh bersifat absolute

dan tidak dapat diganggu gugat.

Sebagaimana perintah-perintah Alloh

lain selain haji yang tidak bersifat paten,

haji dan umroh juga tidak selamanya di-

hukumi wajib. Pada satu waktu hukum

wajib dari umroh dan haji dapat berubah

menjadi haram, misal saja Ibadah haji

dengan menggunakan harta haram, dapat

pula berubah menjadi makruh, sepeti haji

yang dilaksanakan tanpa meminta izin dari

orang yang wajib dimintai izin, contoh

mudah adalah si calon haji sangat dibutuh-

kan oleh kedua orang tuanya dalam

berbagai hal.

Setelah kita tau bahwa ibadah haji/

umroh yang hukum aslinya adalah wajib

dan dapat berubah menjadi sunah,

makruh, haram dan seterusnya, label apa

yang akan kita sematkan pada pelaksa-

naan haji masisir? Lebih tepatnya apakah

masisir sudah (masih) berkewajiban untuk

melaksanakan ibadah haji dan umroh,

padahal kita ketahui bersama bah-

wa pintu haji dan umroh (bulan rama-

dhan) seolah sudah tertutup, dan untuk

membukanya kadang dengan cara paksa

atau masuk dari pintu belakang.

Baiklah, untuk dapat mengetahui

apakah komunitas masisir berkewajiban

haji/umroh atau tidak maka kita harus

memperbincangkan dulu masalah

syarat. Melihat Obyek penerima taklif

(mukallaf), syarat di bagi menjadi dua

yaitu syarat umum dan syarat khusus.

syarat umum adalah syarat yang

dikenakan kepada pria dan wanita, se-

dangkan syarat khusus adalah syarat yang

hanya ditujukan untuk kaum hawa saja.

Kita ketahui bersama bahwa konsekwensi

dari tidak terpenuhinya syarat adalah

mukallaf tidak berkewajiban

melaksanakan ibadah haji. Sedangkan

apabila si calon haji tetap bersikeras

melaksanakan haji maka sah atau tidaknya

ibadah yang dilakukan tergantung pada

amaliyah ibadah haji yang dilakukan.

Walhasil antara kewajiban dan keabsahan

ibadahnya tidak saling terkait satu dengan

yang lain.

Kembali ke masalah syarat. Yang

tercakup dalam Syarat umum adalah

syarat sah, syarat wajib dan syarat ijza".

Dari ketiga macam syarat tersebut ada

syarat yang tercakup dalam syarat wujub

dan sah yaitu berupa islam dan berakalnya

si calon haji. Maksudnya adalah selain

muslim tidak berkewajiban untuk

melaksanakan haji, toh andaikan ia

menunaikannya maka hajinya tidak sah.

Kedua adalah syarat yang termasuk dalam

syarat wujub dan ijza' yaitu baligh dan

merdeka. Maksudnya, jika seorang muslim

belum baligh atau statusnya adalah budak

maka ia tidak berkewajiban melaksanakan

ibadah haji, andai saja ia melaksanakan

haji maka apabila nanti ia dewasa/

merdeka dan mampu melaksanakannya

maka ia harus mengulang hajinya. Dan

yang terahir adalah syarat yang termasuk

dalam syarat wujub yaitu mampu

(Istitho'ah) melaksanakan ibadah haji. Dan

Syarat yang terahir inilah yang akan kita

ulas bersama.

Istitho'ah adalah uji kelayakan bagi

calon haji agar masuk dalam ranah wajib,

yakni standar minimum bagi calon haji

agar dirinya masuk pada lingkaran orang-

orang yang berkewajiban melaksanakann-

ya. Berkenaan dengan istitho'ah, Rasul

menjelaskan bahwa orang yang termasuk

dalam kalangan istithoah adalah orang

yang punya kemampuan untuk berziarah

ke Mekah. Hanya saja, dalam menafsiri

kata "mampu" para fuqoha berbeda pen-

dapat.

Ulama hanafiyah mengatakan bahwa

kata "istitho'ah" mencakup tiga aspek,

yaitu kemampuan fisik dari calon haji

(istithoah badaniyah), kemapanan finan-

cial (istithoah maliyah), yaitu adanya biaya

untuk pulang pergi dari tanah air ke

mekah dan adanya alat transportasi yang

layak dan terahir adalah istithoah amniyah

yaitu adanya stabilitas keamanan di perjal-

anan dan di tanah haram.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa

"istithoah" adalah kemampuan untuk sam-

pai ke tanah haram sesuai dengan cara

orang kebanyakan, baik dengan cara ber-

jalan atau menggunakan alat transportasi,

yakni kemampuan untuk berziarah ke

tanah haram saja, tidak memperhatikan

apakah nantinya dapat pulang ke tanah

kelahirannya atau tidak. Dari devinisi kata

"istithoah'' menurut cara pandang ulama

Malikiyah maka seorang muslim yang ber-

madzhab maliki berkewajiban untuk

melaksanakan ibadah haji bila : pertama,

mempunyai kekuatan fisik menuju tanah

haram, maka orang yang mampu berjalan

menuju mekah ataupun orang buta yang

mempunyai seorang penunjuk jalan wajib

melaksanakan haji. Kedua, Punya kemam-

puan financial, untuk masalah mampu

dalam bidang financial ulama malikiyah

cenderung tasyadud, sehingga orang yang

tidak punya kecukupan dalam finansialnya

akan tetapi mampu bekerja ditengah-

tengah perjalanan menuju mekah masuk

dalam kategori wajib haji. Begitu ju-

Bersambung ke hal. 13...

Page 10: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Cerita Terakhir

Oleh: Imron Rosyidi Muhammad*

S a s t r a

10

Entah dari mana aku harus memu-

lainya. Tapi, baiklah. Akan aku coba perla-

han-lahan menceritakan apa yang hendak

ingin ku sampaikan. Aku harap kau tidak

mual kemudian muntah-muntah lantaran

ceritaku yang berada ditanganmu ini

sangat buruk.

Sebelum aku bercerita, satu hal yang

aku minta. Setelah kau mendapatkan

ceritaku ini, kau bebas menganggapku

cerita murahan tak bermutu. Namun, aku

tidak akan rela kau memaki dan mencaci

lalu membuang ceritaku ini ke tong sam-

pah sebelum kau tuntas membacanya.

Karena, seburuk apapun ceritaku ini,

menurutku, kau tak berhak untuk membu-

angku ke tempat sampah tanpa mem-

bacanya terlebih dahulu. Meskipun

sebenarnya, di sanalah kuburanku.

Maaf, terlalu banyak meminta, mem-

buatku lupa mengenalkan siapa diriku

sebenarnya. Okay, aku adalah media infor-

masi Masisir. Kau pasti tahu apa itu

MASISIR. Ya! Sebuah komunitas masyara-

kat Indonesia yang ada di Mesir. Dan ko-

non, maknanya sudah dipersempit lagi

menjadi komunitas pelajar saja. Entahlah,

aku tak mau ambil pusing masalah definisi

“MASISIR” tersebut.

Agar kau dan aku lebih akrab, kau

boleh menyebutku buletin.

Perlu kau ketahui, tepat sekarang ini,

aku bercerita dalam keadaan sekarat. Aku

hampir mati. Mati secara majasi dan mati

dalam makna sebenarnya. Hilang dalam

kehidupan.

Kala aku mengingat bagaimana aku

diciptakan dan berjaya, kesedihanku se-

makin dalam menikam. Pedihnya me-

raung-raung. Dan itu sangat menakutkan.

Seperti kesedihan seorang ibu melihat

anak balitanya tertabrak truck tronton.

Mengenaskan bukan?

Ibarat seorang pedagang, aku pernah

sampai pada puncak kekayaanku. Namun

dalam kurun waktu yang sebentar

semuanya habis tanpa bekas. Begitulah

nasibku. Dulu kehadiranku pernah di-

tunggu-tunggu dan dinanti-nanti. Itu ada-

lah masa indahku. Namun sayang. Semua

hanyalah masa lalu. Dan tak ada pada za-

man sekarang ini. Zaman di mana Iphone

dan BlackBerry menjadi raja.

Awal kematianku dimulai sejak Face-

book menjadi candu bagi MASISIR. Tak

perlu heran. Semua sudah tahu, hampir

mayoritas masisir terbius racun internet.

Hari-harinya hanya diisi dengan ber-

fatamorgana dalam dunia maya. Chating

adalah kesehariannya. Browsing kesana-

kemari tak jelas, sudah menjadi tradisi tak

terelakan. Sudah menjadi rahasia umum

dan dianggap lumrah.

Tahukah engkau, dulu ketika aku

masih berjaya, aku tersenyum melihat

aktivis-aktivis yang berjuang suka rela

untuk membuatku tetap hidup. Mereka

mengadakan rapat untuk menentukan

tema besar yang akan dimuat dalam diri-

ku ini. Kemudian, bermodalkan buku tulis,

ballpoint dan alat perekam suara, mereka

bergerilya mencari sumber-sumber infor-

masi. Seperti seekor singa yang berburu di

tengah kelaparanya. Lapar akan informasi.

Uang? Mereka tak mengharapkannya.

Seperser pun mereka tak mendapatkann-

ya. Sekali lagi, mereka suka rela memper-

tahankan hidupku.

Aku harap kau tak bertanya kemana

mereka sekarang. Itu membuatku sedih

semakin dalam lagi. Aku sendiri tidak tahu

pasti kemana mereka pergi. Ada yang

bilang sebagian dari mereka sudah ter-

jangkit virus Facebook.

Sebagian lagi, aku dengar sudah mati

tenggelam dalam lautan asmara. Ahh,

sebenarnya, aku merasa sedikit mual keti-

ka mendengar kata “asmara”.

Dan yang paling membuatku terkejut,

aku mendengar kabar bahwa para

“ksatria” yang mempertahankanku untuk

hidup dulu itu, kini sudah mulai sibuk

mencari uang.

Seharusnya, aku tak perlu terkejut.

Toh, memang benar kata orang-orang,

uang nyaris dapat membeli apapu.

Jangankan idealisme, kesetiaan, wanita,

bahkan harga diri bisa dibeli dengan mu-

dah. Hidup memang keras.

Aku tak menyalahkan mereka yang

meninggalkanku demi mencari uang. Ka-

rena memang begitulah hidup. Harus ada

yang ditinggalkan demi sesuatu yang lebih

berharga. Uang.

Sedang aku? Aku tak menjanjikan apa-

pun kepada mereka. Aku hanya mena-

warkan sebuah pengalaman untuk mere-

ka. Memang aku tak dapat memberi mere-

ka kebutuhan materi. Namun, dalam bi-

dang wawasan, ilmu, pengalaman dan hal-

hal yang bersiifat jurnalistik, aku memiliki

peran tersendiri dalam hal tersebut.

Sekali lagi. Aku tidak menyalahkan

mereka yang meninggalkanku, atau mere-

ka yang mencampakkanku di jalan-jalan

kotor berdebu sampai pemungut sampah

datang memungutku. Aku tidak menya-

lahkan mereka. Sama sekali tidak. Aku

hanya prihatin pada nasibku yang selalu

berakhir di tempat sampah. Melebur ber-

sama sisa-sia makanan yang membusuk

dan pembalut wanita yang menjijikkan.

Terkadang dalam sakitku yang parah

ini, aku teringat pada “konsumen informa-

si” yang dengan setia menunggu jadwal

terbitku. Membeliku dan membaca menu

berita yang aku sajikan. Mulai dari berita

keamanan MASISIR sebagai menu hangat

musim dingin, perjalanan kepengurusan

PPMI sebagai menu tetap, bahkan gosip-

gosip lembaga tertinggi Indonesia di Mesir

KBRI, Sebagai menu sepesial yang aku

hidangkan di setiap terbit. Tidak lupa kar-

ya-karya MASISIR yang menjadi tambahan

suplemen.

Dan kini, pelanggan setiaku itu satu

demi satu hilang. Bulan demi bulan, mere-

ka semakin sedikit. Sepertinya mereka

sudah mulai bosan menyantapku. Mereka

beralih mengkonsumsi berita cepat saji.

Bolehlah kita menyebutnya “fastfood”.

Sebagaimana fastfood sebenarnya.

Menarik dilihat. Lebih enak. Namun sedi-

kit gizinya. Pun begitu dengan “Fastfood”

yang aku maksud tadi. Dibuat secara cepat

tanpa bumbu informasi yang mendalam.

Tak ada daftar sumber berita. Semua han-

ya gosip dari mulut ke mulut.

Kau tahu di mana tempat menjual

“fastfood” tersebut itu? Facebook. Ya lagi-

lagi Facebook. Oh.. Tidak. Jangan menu-

duhku anti-Facebook. Seperti orang-orang

yang menyebut diri mereka beriman

Page 11: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

S a s t r a

Janji Kelabu Oleh: Wahyuni Nch

11

Aku dipangku pewayangan mesra

Membutakanku dengan paradigma kea-

badian

Beremang cahaya lilin mengandung karsa

kasih sayang

Sesaat ia meredup, merangkulku dengan

dawai cinta

Dan kau menggelandangku ke dunia asing

berpawai asmara

Ku akui ..

Dunia itu menyilaukanku dengan

keglamoran

Tertutup jujur oleh gelap bayang

Pancabuta berdinding emas, syurga

terpampang

Janggal ku dapat..

Satu rumah kecil putih kusam tak ber atap

Dipintunya berdiri puluhan orang terengap

-engap

Dikepalanya gagak hitam menghinggap.

Sungguh wajah2 pucat kian muram, penuh

ketakutan

Ku tanyaimu, "apa gerangan ?"

"Itu sebuah pemula keabadian" jawabmu

berbalik dan tersenyum membelakangiku.

Menggelagak kesal sejenak berhambur

heran

Kudapati linangan air mata darah, berisak

sesenggukan

Gelisahku bercampur haru

Disambar gugup disambi pilu

Aku mendengar api bergumam

Menari-nari mengitari mereka hingga ter-

bakar lantas menghilang

Kutelan ludah sembari mengelus dada

Baku bercangkang api pun tergenggam

"Apa ini? Inikah janjimu?"

Dan kaupun mentertawakanku, "keparat!!!"

Teriakku.

Angin mulai berhembus kencang, bumi

tergoncang dan langitpun bergoyang

Aku terkoyak,,, aku terkoyak,,,

Tertatih aku dibelantara mayat-mayat bisu

Teresot aku tagih solekan janji kelabu

Lunglai rantas terinjak

Aku terkoyak,,,

Terkapar sakit yang mendesak memuncak

Barah bernanah darah dikacak

Lantas gagak hitam terdengar bersiuul...

Kaupun terbahak,

menuduh Ozzy Osbourne sebagai anti-

Christ. Aku tak membenci jejaring sosial

yang ditemukan Mark Zuckerberk yang kini

telah menjadi milyoner muda itu. Demi

tinta di tubuhku aku tak membencinya.

Dulu, hampir setiap 2 minggu sekali

aku terbit dan menyebar di rumah-rumah

MASISIR. Berbagai perlakuan berbeda aku

terima. Seperti ceritaku tadi, ada yang

membacaku sungguh-sungguh. Ada yang

membeliku hanya lantaran kasihan kepada

aktivis yang menjualku door to door layak-

nya gerilyawan komunis menyebarkan

ajarannya.

Dan tak sedikit pula yang menolak un-

tuk menukarkan uang Le 1-nya dengan

diriku. Aku tidak menghakimi mereka se-

bagai orang pelit. Menurutku mereka hanya

berpikir tak ada gunaya membeliku. Berita

murahan.

Oh ya, aku lupa satu hal. Aku sedikit

membenci anak kecil. Mungkin kau akan

bertanya, “mengapa ada anak kecil dalam

ceritaku?” aku kira kau pasti tahu bahwa

dari sekian ribu MASISIR banyak yang

memiliki balita.

Bagiku, anak kecil itu adalah pembunuh

sadis. Datang menghampariku dengan ball-

point tergenggam ditangan. Bagai pem-

bunuh berdarah dingin memegang pisau

dan kemudian menancapkannya tepat di

dadaku mencorat-coret ke kanan dan ke

kiri hingga tulisanku tak tampak lagi.

Bahkan kadang sampai aku terkoyak sobek

tak beraturan. Ironisnya, bapak-ibunya

yang MASISIR dan yang “pelajar” itu tak

merasa risih sedikitpun. Padahal mereka

belum juga membacaku. Jangankan risih,

mereka malah tertawa melihat kelucuan

anaknya. Lucu? Bagiku itu bukan sesuatu

yang lucu. Itu adalah pembunuhan terga-

nas. Dalam keadaan seperti itu, aku merasa

amat tak berguna. Lebih baik aku tak

pernah diciptakan kalau begitu halnya.

Baiklah. Sekarang, kau boleh menjadi-

kanku sebagai alas panci agar tak menodai

karpetmu. Atau, kau boleh membuangku.

Satu hal saja yang tak boleh kau lakukan;

menyerahkanku kepada anak kecil. Aku tak

mau seperti tumpukan ikan asin di depan

kucing yang kelaparan.

Dan sekarang aku benar-benar selesai.

Aku harap ini bukan cerita terakhirku. Aku

masih ingin bercerita lagi. Semoga!

Suatu hari To dan Ing sedang ngobrol sambil ngashab.

Mereka berdua tengah terlihat begitu serius berbincang-bincang.

To : Akhir-akhir ini ane pusing ni Ing. Masisir bikin puyeng aktifitas kita ni Ing.

Ing : Wah ente pusing kenapa bro? Perasaan hidup ente enjoy-enjoy aja.

To : Payah ah ente. Sebagai aktifis kita perlu pusing dong ngelihat sengkarut

yang ada di Masisir ini.

Ing : Busyett...Gaya ente aktifis ya sekarang? Okelah kalo gitu. Gini-gini ane juga

aktifis bro. Trus ente mau ngapain kalo lihat Masisir udah kacau kaya gini?

To : Ya ane mau berjuang membangun komunitas yang progresif pastinya. Jangan

sampe dah

aktifitasnya mencerminkan kegiatan yang nggak bermutu.

Ing : Haishhh... Udah kaya calon yang maju debat kandidat ketua PPMI aja bahasa

ente.

Trus yang progresif tu yang kaya apa?

To : Ya yang mencerminkan kegiatan mahasiswa. Kaya belajar bareng, diskusi dan

ya begitu-begitu.

Ing : Wah kamu benar-benar hidup bervisi tajam. Kaya pisau dapur. Akakakak.

To : Udah malam ni, kita balik yuk? Eh Ing besok pinjem baju ya? Ane belum nyuci

sebulan ni. Hahaha,

Ing : Hayah, bilangnya aktifis sejati. Nyuci aja males. klowor luuu!!! Kalo mau

minjem, boleh deh. Asal lu bayarin empat manggo gue.

To : Kamprettttttt!!!!! [ë]

TO ING Të Bë ëS

Page 12: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Pena Bulu De Sade

Oleh: Ach. Nurcholis majid

B a h a s a

12

Sebenarnya tidak ada orang gila yang

menulis. Tetapi Marquis De Sade tidak

bisa mengelak dari putusan hukuman.

Sebab, novel “Justine et Juliette” yang

ditulisnya lahir seperti api.

Dan hanya karena novel yang seperti

api itu, kaisar Napoleon memerintahkan

seorang ahli jiwa, Dr. Royer, untuk

menghentikan aktivitas menulis De Sade.

Sayangnya, De Sade adalah penulis yang

merasa terlampau bebas. Tidak cukup

penjara yang dingin untuk memadamkan

gairahnya.

Itu sebabnya, walaupun berulang kali

ia dijebloskan ke dalam penjara,

gairahnya tetap sama. Bahkan sekalipun

penjara yang ditempatinya adalah rumah

sakit jiwa. Berkumpul dengan orang-

orang gila.

Bagi sebagian orang, barangkali

penjara adalah sebuah keterpurukan. Tapi

sekali lagi, De Sade adalah seorang

penulis. Penikmat keterpurukan dan

pemburu kesedihan. Keduanya; rasa

terpuruk dan sedih, ditampung untuk

ditulis dengan suka cita. Pantas, jika di

dalam penjara, ia malah merayakan

kegembiraannya dengan produktivitas.

Produktivitas menulis dengan

mendedahkan suatu kebenaran dalam

sebuah prosa. Di atas kertas ia ungkapkan

semua kebenaran itu seperti mengangkat

sebuah cermin. Sikap dan kondisi tertentu

dipantulkan apa adanya. Sayangnya,

beberapa orang tidak menyukai apa yang

dilihatnya dalam cermin.

Padahal cermin adalah wajah itu

sendiri, yang dipantulkan dengan sedikit

kebohongan saja: posisi kanan dan kiri

yang terbalik. Itulah alasannya dokter

baru di rumah sakit jiwa itu, Dr. Royel

begitu tak menyukai De Sade, karena

sebuah naskah drama yang dipentaskan di

depan umum dan disaksikan dirinya,

seperti memantulkan bayangan dirinya

yang buruk.

Dan setelah itu juga, Dr. Royel

menghukum De Sade lebih keras, bahkan

lebih keras dari melatih seekor anjing.

“Tidakkah kau lihat munafiq. Semakin

lama kau menyiksaku, semakin dalam

prinsipku tertanam,” ucap De Sade dalam

penyiksaan itu.

Sebenarnya naskah drama yang ditulis

De Sade sangat biasa, sebuah cerita yang

terinspirasi dari kemunafikan Dr. Royel,

karena menikahi wanita muda yang lebih

pantas menjadi anaknya, dengan iming-

iming kekayaan dan kehidupan mewah

melimpah.

Tetapi kebenaran yang ditulis

memang jauh lebih melukai dan abadi,

terkadang merisaukan, bahkan

membunuh. Andai diteliti, hal yang paling

menakutkan bagi kejahatan, barangkali

adalah goresan pena seorang penulis.

Karenanya, penulis selalu terbiasa

dipandang dengan kecurigaan. Dibui dan

diasingkan.

Persis seperti kehidupan De Sade,

yang kemudian menginspirasi kata

“sadis”, karena kehidupan dan prosa-

prosa yang ditulisnya. Tentunya,

kesadisan yang tidak sebanding dengan

Hitler.

Sadis, karena memang setiap penulis

berusaha merekam kengerian-kengerian,

merekam kebahagiaan-kebahagiaan.

Termasuk juga mimpi buruk. Tugas itu

yang selama ini juga dilakukan De Sade.

Hingga pena bulu (Quills) dan buku-buku

miliknya, harus dibuang dan dijauhkan.

Memang ada beberapa tulisan yang

menakutkan, tetapi setiap tulisan

dipikirkan dari sesuatu yang matang,

sekalipun itu tentang kejahatan dan

dengan tujuan kejahatan. Kecuali tulisan

yang lahir dari penulis yang menghasilkan

tulisan jauh lebih banyak dari apa yang ia

baca. Karena penulis seperti ini adalah

penulis amatir.

Tetapi bukan berarti, seorang penulis

yang membaca beratus-ratus buku,

kemudian menulis satu tulisan adalah

penulis berkualitas. Sebab, kualitas

penulis tergantung seberapa jujur ia

dalam tulisannya. Seberapa ikhlas ia

menulis dan tanpa pretensi.

Sementara kondisi buruk, hanyalah

kebahagiaan yang dibuat tak menarik.

“Dalam kondisi terpuruk, penulis tumbuh

seperti musim semi.” Ucap De Sade, ketika

kebebasan menulisnya semakin terpuruk.

Saya tidak tahu seberapa relevannya

cerita De Sade dengan kondisi penulis

sekarang. Hanya yang saya tahu, De Sade

memberi contoh semangat yang baik. Ia

tidak mengharap ketenaran dan

kedudukan, ia hanya membiarkan orang-

orang berhutang pada buku-buku, pada

tulisannya.

Dua puluh sembilan tahun, bahkan

lebih, De Sade dipenjara. Diasingkan,

ditinggalkan istri dan orang-orang

tercintanya. Hanya karena kesenangannya

menulis. Sadisnya, bahkan ketika semua

itu ia tulis dengan tujuan yang tulus, nama

De Sade, harus menjadi inspirasi kata

“sadis”.

Sebagai pembelaan, ia mengatakan,

“dengan mendedahkan kejahatan secara

berlebihan, begitu telanjang dan

provokatif, saya ingin pembaca muak,

mual, dan jijik, dan lalu berpikir

menyimpang, kembali ke arah kebaikan.”

Sayang orang-orang sok suci, selalu

melihat kebaikan dari sisi yang sama.

Sehingga kebaikan dari sisi yang berbeda,

selalu tampak lebih buruk.

Dan sebagai penulis, tidak ada yang

lebih menakutkan bagi De Sade, kecuali

tulisan yang tak terbaca, dan kebohongan-

kebohongan yang sukses ditulis dengan

kata-kata. Sementara penjara dan

keterpurukan, tidak ada artinya,

dibanding rasa gembira karena tulisan-

tulisan yang hidup dan menginspirasi.

Masalah De Sade adalah penulis yang

“sadis” dan “porno”, saya tidak bisa

menilai lebih jauh. Saya hanya ingin

mengutip sebuah petikan pada film

“Quills”: St. Agustinus memberitahu kita

bahwa, malaikat dan setan berjalan di

antara kita di bumi. Kadang-kadang

mereka bersama-sama menghuni jiwa

seseorang secara bersamaan. Lalu

bagaimana kita benar-benar tahu siapa

yang benar-benar baik dan jahat?”

Ach. Nurcholis Majid, esais, berumah

maya di [email protected]

“Dalam kondisi terpuruk, penulis tumbuh seperti musim semi”

Page 13: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Seputar Kita

13

Beberapa hari lalu Wihdah baru

saja mengadakan dua rangkaian

kegiatan Back to Campus Show (B2C

Show) di halaman kampus putri Al-

Azhar, Hay Sadis. Dua rangkaian

kegiatan ini dilaksanakan dalam dua

hari berturut-turut yaitu Musabaqat

Wuddiyah pada hari ahad (7/10) dan

Hamlah Azhar pada keesokan

harinya, ahad (8/10)

Rentetan kegiatan ini dibuka oleh

Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah wa

al-Arabiyah, Dr. Muhghah Ghalib

dengan pengguntingan pita yang

menandakan dimulainya rentetan

kegiatan ini. Pada hari pertama dil-

aksanakan kegiatan Musabaqat Wuddiyah

yang menyajikan berbagai macam perlom-

baan antar mahasiswi, di antaranya ada-

lah Tarik Tambang, Estafet Kelereng, Men-

cari Koin, Volley Sarung dan Menginjak

Balon.

Rentetan kegiatan pada hari selanjut-

nya adalah Hamalah Azhar, yaitu pem-

bersihan seluruh komplek kampus. Para

mahasiswi dari berbagai negara terlihat

bersama-sama membersihkan kampus

setelah sebelumnya ditinggalkan kurang

lebih selama tiga bulan.

Ketika diwawancarai oleh TëROBO-

SAN, Nurul Chasanah selaku ketua

Wihdah menuturkan bahwa kegiatan ini

merupakan kerjasama antar keputrian

tadhamun Asean, yang terdiri dari Indone-

sia, Malaysia, Thailand dan Singapura.

Rentetan kegiatan ini membutuhkan ang-

garan sebesar 9.254 LE. yang berasal dari

iuran tiap negara masing-masing sebesar

200 LE., proposal ke tiap kedutaan negara

yang terlibat, dan juga proposal dari

Râbithah al-`Âlamiyah li Khirrîj al-

Azhar.

Ia pun melanjutkan bahwa

sebenarnya masih ada satu rentetan

acara yaitu pagelaran seni, yang

direncanakan akan menampilkan

berbagai macam kebudayaan dari

berbagai bangsa. Salah satu penam-

pilan yang telah disiapkan oleh wakil

dari Indonesia adalah Tari Nusanta-

ra dan Orkestra yang terdiri dari

berbagai macam alat musik dan

membawakan beberapa lagu daerah

dari Indonesia. Namun keputusan

terkait masalah pelaksanaan kegiatan ini

masih berada di pihak dekan kuliah.

“Diharapkan dengan adanya

kegiatan tersebut semakin memotivasi

mahasiswi dalam menuntut ilmu demi

bekal masa depan kelak, mengenal budaya

antar bangsa, menambah kecintaan maha-

siswi terhadap kampus, serta mempunyai

makna yang berarti dan amalan ibadah

yang senantiasa mendapat ridho Allah

Swt. Amin!.” tutur mahasiswi Jurusan Fil-

safat tingkat 4 ini. [ë]

Back to Campus Show Awali Tahun Ajaran Baru

ga orang yang hanya punya tanah sepetak

dan hasil dari tanah tersebut untuk makan

anak istri dan jikalau dijual dapat

mencukupi untuk biaya ke mekah maka

wajib menjual tanahnya, karena ia terma-

suk dalam kategori orang yang

berkewajiban haji. Dan ketiga adalah

adanya keamanan bagi jiwa dan hartanya

dalam perjalanan.

Istitho'ah dalam madzhab Syafi'I

dibagi menjadi dua, yaitu Istithoah bi nafsi

dan istithoah Bi Al ghoir. Ulama Syafi’iyah

memberikan tujuh batasan agar si calon

haji masuk dalam kategori wajib haji, yai-

tu: 1. Mampu secara fisik, 2. Mampu dalam

bidang financial 3. Adanya alat trans-

portasi 4. Jaminan keselamatan dalam

perjalanan 5. Jaminan logistic 6. Adanya

mahrom bagi kaum hawa, dan 7. Cukup

waktu untuk melaksanakannya setelah

semua sarat diatas terpenuhi

Terahir adalah Istitho’ah menurut

Hanabilah. Mereka berpendapat bahwa

istithoah adalah tercukupinya biaya untuk

haji/umroh dan adanya alat transportasi.

Setelah mengetahui konsep istitho’ah

menurut empat madzhab sudah barang

tentu kita dapat meraba apakah war-

ga masisir masuk dalam lingkaran wajib

haji atau masih berada diluarnya. Penting

untuk digaris bawahi bahwa kemampuan

dalam bidang financial diatas adalah si

calon haji/umroh punya kemampuan

sendiri untuk membiayai perjalanan pu-

lang pergi dari dan menuju mekah, dengan

kata lain si calon haji membiayainya dari

kocek sendiri tanpa meminta kepada

orang lain. Bagi yang punya utang harus

melunasi utang-utangnya dulu. Bagi yang

sudah ngebet banget nikah maka ia wajib

mendahulukan nikahnya, dan masih ban-

yak lagi furu’ fikih yang lahir dari pemba-

hasan syarat-syarat diatas. Dan yang harus

diperhatikan sekali adalah kewajiban un-

tuk taat kepada aturan pihak yang ber-

wenang dan tidak menempuh jalur

belakang atau jalan yang berliku, apalagi

sampai memberikan pungli pada preman

untuk sekedar mendapatkan visa. Karena

hal-hal semacam ini akan menghambat

diterima atau tidaknya ibadah haji/umroh

kita.

Hal terahir yang akan kita bahas ada-

lah tentang status sah dan tidaknya ibadah

haji/umroh masisir beserta kemabru-

rannya. Telah disinggung diatas bahwa

antara kewajiban melaksanakan ibadah

haji/umroh dan status sah tidaknya iba-

dah yang dilakukan tidak ada talazum

diantara keduanya. Walhasil, orang yang

tidak berkewajiban haji akan tetapi ber-

sikeras melaksanakannya akan mendapat-

kan status haji/umroh yang sah asalkan

manasiknya telah dijalankan dengan sem-

purna. Hal ini sama persis dengan sholat

yang dilakukan dengan sempurna akan

tetapi si musholi memakai pakaian yang

dighosob dari temannya. Sholat orang

tersebut sah akan tetapi di satu sisi

mendatangkan dosa. Hal ini juga berlaku

dalam ibadah haji. Contoh mudah dari

kasus ini adalah haji takholuf alias haji

mbonek. Jika si calon haji melaksanakan

ritual ibadah haji dengan sempurna maka

hajinya sah, akan tetapi dilihat dari sudut

pandang hukum taklify si calon haji me-

langgar perjanjian dengan pihak travel dan

melanggar aturan hukum Negara. Lantas

haji yang semacam itu apakah masih kita

hukumi haji yang mabrur?

*Penulis adalah anggota Lembaga

Bahtsul Masa’il (LBM) PCI NU Mesir,

Lanjutan dari hal. 9...

Image: facebook.com/nurul.chasanah.

Page 14: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Layakkah Menjadi Alumni Al-Azhar? Oleh: Ahmad Satriawan Hariadi*

Dinamika

14

Perubahan adalah tabiat kehidupan.

Dengan kata lain, alam semesta beserta isinya

ini tidak mengenal kata diam. Tapi terus

melakukan pergerakan-pergerakan yang

sesuai dengan tabiat masing-masing. Rotasi

bumi, metamorfosis kupu-kupu, pertumbuhan

manusia, dan lain-lain—merupakan hal yang

bisa dirasakan atau dilihat secara langsung

oleh indera manusia.

Artinya, jika anda mendapati seseorang

yang terus menerus stagnan alias tidak mau

bergerak—baik untuk menuntut ilmu ataupun

bekerja, maka pastikan bahwa orang tersebut

telah menyimpang dari lintasan kehidupan

yang semestinya ia tempuh. Orang semacam

ini harus sesegera mungkin disingkirkan dari

kafilah kehidupan.

Dunia akademis merupakan miniatur dari

dunia yang sesungguhnya. Jika pada awal

tahun akademik para mahasiswa baru mulai

merasakan dunia perkuliahan, maka saat itu

juga para mahasiswa tingkat akhir mulai

beranjak meninggalkan dunia lamanya. Inilah

yang sedang dirasakan oleh para mahasiswa

maupun alumni baru al-Azhar saat ini.

Setiap tahun, ratusan wisudawan dan

wisudawati Indonesia lahir dari rahim al-

Azhar. Ibu Pertiwi patut berbangga dengan

hal ini. Bagaimana tidak, pendidik-pendidik

bangsa yang baru telah lahir dan siap ikut

serta membangun dan memajukan bangsa

dan negara. Karena mendidik—sebagaimana

kata Anies Baswedan—adalah pekerjaan

orang yang terdidik.

Sebagai lulusan al-Azhar, disamping ke-

matangan akal dan pikiran, kapasitas

keilmuan dan wawasan juga harus berbading

lurus dengan penampilan. Artinya, jangan

sampai alumni al-Azhar disibukkan oleh pen-

ampilan luarnya saja, sementara pemahaman

ilmu dan perbendaharaan wawasan masih

dibawah standar.

Hal ini bukan hanya mencoreng harga diri

alumni dan nama besar Universitas al-Azhar

yang berada di pundaknya, tapi nama baik

agama yang kita peluk dan banggakan ini.

Karena stabilisas agama Islam—sebagaimana

kata Syeikh Muhammad al-Ghazali di dalam

Khuluq al-Muslim—hanya akan tetap terjaga

pada pengetahuan yang matang dan pikiran

yang bijak.

Adapun dampaknya adalah tidak ter-

laksananya misi alumni al-Azhar sebagai

penyebar Islam yang moderat, santun,

menghargai perbedaan, dan penuh kasih sa-

yang—sesuai risalah al-Azhar. Namun yang

dikhawatirkan adalah sebaliknya, yaitu men-

jadi penyebar fanatisme buta, liberalis,

eksesif, ekstremis, dan jauh dari nilai-nilai

fitrah—akibat ketidakmatangan pengetahuan

dan kurangnya wawasan alumni.

Membaca Diri dan Mengukur Kemam-

puan

Inilah betapa pentingnya kita—

mahasiswa maupun alumni—kembali mem-

baca diri, mengukur kemampuan, dan akhirn-

ya sadar diri. Dengan membaca diri, kita akan

mengetahui kapasitas keilmuan kita, bahwa

kematangan ilmu kita bukan pada hafalan

diktat kuliah saat ujian—sehingga mendapat-

kan predikat Imtiyaz.

Tapi kematangan ilmu—sebagaimana

kata Prof. Dr. Muhammad Hasan Utsman di

salah satu majelisnya (11/10)—diukur dari

kematangan pemahaman kita terhadap

berbagai disiplin ilmu yang pernah kita pela-

jari untuk kemudian kita ajarkan dan amalkan

kelak. Dalam hal ini, timbullah pertanyaan

kepada diri kita sendiri, “Layakkah aku men-

jadi alumni al-Azhar?”. Jika kita tidak bisa

menjawab, maka kita perlu menelaah kembali

apa yang sudah kita pelajari.

Tahap selanjutnya adalah mengukur ke-

mampuan. Jika kapabilitas kita tidak memadai

sebagai seorang alumni al-Azhar, alangkah

baiknya kita berpikir ulang untuk kembali ke

tanah air. Karena, jika kemampuan kita sebe-

lum tiba di negeri Kinanah ini sama, dengan

saat kita menggondol gelar License, maka

tentu hal ini sangat memilukan.

Contoh yang paling konkret mengenai

kemampuan ini adalah kemampuan kita da-

lam membaca, berbicara, dan menulis bahasa

Arab. Namun yang paling memilukan dari

ketiganya adalah kemampuan berbicara, yang

selanjutnya diiringi oleh kemampuan menulis.

Inilah yang patut disayangkan, kemampuan

kita memahami bahasa Arab ternyata ber-

banding terbalik dengan kemampuan kita

berbicara yang ternyata masih terbata-bata

dan kemampuan menulis yang masih kaku.

Kesadaran Diri = Kematangan Akal dan

Pikiran

Tahap akhir dari upaya ini adalah

kesadaran diri. Jika proses pembacaan diri

dan pengukuran kemampuan telah rampung,

maka tahap ini merupakan titik balik menuju

perbaikan diri. Pada titik ini, kematangan akal

dan pikiran menjadi tolak ukur sikap, rutini-

tas, dan upaya untuk menggapai cita-cita kita.

Sehingga apa yang ada dalam genggaman

kita saat ini, begitu halnya dengan kejadian-

kejadian yang menimpa dan kita saksikan,

harus kita pikirkan seraya memetik pelajaran.

Dalam hal ini kita jangan sampai terlena lalu

lupa, supaya kita tidak terperosok pada

lubang kesalahan yang sama.

Contoh yang paling konkret dari kesala-

han yang biasa kita lakukan adalah kebiasaan

menunda. Kesempatan-kesempatan berharga

dalam kehidupan—semacam kesempatan

untuk menuntut ilmu dan mendulang harta

sebanyak-banyaknya—seringkali berlalu sia-

sia kerena kebiasan tersebut. Akibatnya, kita

seakan rela dengan dengan kekalahan dan

kerugian kita dalam kompetisi kehidupan ini.

Akal yang dikaruniakan Allah kepada kita

selaku manusia bukan semata-mata sebagai

“Manath al-Taklif” atau pusat pembebanan

syariat. Namun akal harus kita fungsikan

menurut fitrah asalnya, yaitu menjadikan

hidup kita lebih baik dan lebih terarah dari

hari ke hari, dan tidak terjebak pada kesala-

han serupa.

Dengan memfungsikan akal menurut

fitrahnya, kita tidak akan berleha-leha lagi

dalam perantauan kita menuntut ilmu. Kita

akan menyadari bahwa kewajiaban kita akan

selalu bertambah setiap hari, sementara

persediaan waktu yang kita miliki tentu saja

semakin menipis. Artinya, kewajiban kita

berbanding terbalik dengan waktu yang dise-

diakan. Karena itu, dengan kesadaran diri ini,

terbuktilah perkataan bijak bestari bahwa

penuntut ilmu adalah makhluk Allah yang

paling menjaga waktunya.

Dengan demikian, ketika kita mau ber-

pikir dan memakai akal kita, ketika itu pula,

setiap detik dalam hidup kita selalu berujung

pada dua titik kulminasi kehidupan, yaitu kita

semakin dekat dengan Allah dan semakin

bermanfaat bagi sesama. Bukan terjatuh pada

kesalahan yang sama dan terjebak pada

penyesalan yang sama pula.

Sosok Alumni Ideal

Dari pemaparan di atas, setidaknya bisa

kita simpulkan sosok ideal alumni al-Azhar.

Selain kematangan akal dan pikiran, Kematan-

gan ilmu pengetahuan dan keluasan wawasan

merupakan ciri utama seorang duta al-Azhar

di tanah air kelak. Sebab upaya men-

dakwahkan Islam sesuai dengan pemahaman

yang benar tidak akan pernah terwuduj jika

seorang alumni tidak memiliki keempat hal

tersebut, atau masih setengah-setengah.

Kita tidak akan bisa mengumpulkan

keempat hal tersebut dalam diri kita kecuali

jika dipersiapkan mulai dari sekarang. Tidak

pantas rasanya kita disibukkan oleh hal-hal

yang tidak berguna dan membuang-buang

waktu. Oleh karena itu, kita harus berbenah

dari sekarang mumpung masih ada kesem-

patan untuk memperbaiki diri dan me-

matangkan ilmu kita. Sehingga sosok alumni

sekaligus duta al-Azhar ideal benar-benar

terwujud dalam diri kita.

*Penulis adalah Pimpinan Redaksi Jurnal

Himmah tahun 2011-2012

Page 15: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

Dinamika

15

Sungguh nikmat hidup di Mesir, kau

dan aku diperkenalkan dengan manusia-

manusia yang beraneka ragam isi kepalan-

ya. Sungguh nikmat hidup di Mesir, semua

kecenderungan bisa terpuaskan sampai

kepada batas yang kau dan aku tentukan

sendiri, tak peduli kecenderungan itu

semulia Yusuf atau sebusuk Fir’aun.

Sungguh nikmat hidup di Mesir, buku-buku

bermutu bisa didapat dengan harga murah.

Hidup di Mesir nikmat tiada tara, tak ada

yang mengatur: tidak itu orangtua, tidak itu

pengurus asrama, tidak itu senior, tidak itu

dosen. Apa kubilang, nikmat bukan hidup di

Mesir?

Di Mesir kau dan aku bisa hadir di

kuliah-kuliah yang dipaparkan oleh sarjana

-sarjana terbaik di dunia Islam, tak usah

lagi kau tanya keilmuan mereka. Kalau kau

dan aku serius jadi anak kampus, kuberita-

hu: akan banyak yang menaruh segan pada

kau dan aku, karena orang-orang kira kau

dan aku benar-benar menang atas malas

yang menjangkiti banyak orang-orang di

sini (iya, orang-orang itu. Ah, tak usahlah

kau tunjuk-tunjuk). Agak konyol, padahal

dulu di pesantren tiap hari kita berangkat

sekolah, mengaji dan diskusi. Sesampai di

sini, tiba-tiba itu semua jadi kegiatan orang

-orang “antik”.

Tapi kau juga tak perlu heran, ada pula

yang akan memandang kau dan aku sinis

sambil berbisik-bisik menyebut kita

“sarjana muqarrar” dan lain sebagainya

(iya, masih mereka yang tadi kubicarakan.

Ah, sudah kubilang tak usah kau tunjuk-

tunjuk). Tapi, ah, tak usah kau pedulikan,

kalau niatmu kuliah ya sudah, kau pura-

pura tuli saja pada ocehan mereka.

Kau suka ilmu tapi tak suka kuliah? tak

jadi soal, kau dan aku bisa duduk bersama

para pecinta ilmu di serambi masjid tua al-

Azhar, di sana kau dan aku bisa mereguk

pengetahuan dari para pesohor itu. Bukan

main, Mufti Negara mengajar di situ. Atau

barangkali kau tahu ulama muda Usamah

Sayyid al-Azhari? Ia juga mengajar di situ.

Pernah kau dengar pakar Nahwu dan

Balaghah Syaikh Fathi Hijazi? Betul, beliau

yang men-tahqiq tafsir al-Kassyaf dan

Bughyah al-Idhah, kau bisa timba ilmunya

tiap sabtu siang di ruang utama masjid itu.

Atau barangkali kau pecinta Hadis? Biar

kutemani kau berkenalan dengan bapak tua

berjas itu. Ya, yang itu, Dr. Yusri, ia juga

mengajar di Azhar Sabtu pagi. Bukan main

bukan?

Atau kau suka diskusi? Biar kuantar kau

ke kelompok-kelompok kajian. Kau mau

diskusi apa? Fikih? Pemikiran? Falak? Sas-

tra? Bahasa Arab? Politik? Kau sebut saja

yang kau mau, nanti kucarikan yang cocok.

Tapi kalau kau dan aku sudah tak lagi

bernafsu dengan ilmu ini ilmu itu, tak lagi

suka dangan syaikh ini atau dosen anu,

kajian ini kajian itu, tak jadi soal, masih

banyak yang ditawarkan Mesir buat kita.

Percayalah, tak akan bosan kau di sini.

Misalnya, kau dan aku bisa bergabung or-

ganisasi. Bukan, ia bukan organisasi OSIS

pesantren yang dulu kau ikuti, di sini mere-

ka punya trias politika yang –alamak– ru-

mitnya jangan kau tanya. Tapi tak apalah,

kalaulah hobimu memang hal-hal seperti

AD-ART, program kerja, rapat-rapat, kepa-

nitiaan ini itu, atau sekedar biar bisa sering

ketemu mbak-mbak cantik itu, apa boleh

buat, bisalah kau kuantar, kau sebut saja

organisasi macam apa: kau mau sayap or-

mas, almamater, kedaerahan, atau senat

mahasiswa? Biar nanti kukenalkan dengan

orang-orangnya. Tapi kuberitahu, karena

kau masih baru, kau tak boleh jadi pegurus

atau panitia, kau cuma boleh jadi anggota,

karena semua organisasi sepakat buat tidak

menjadikan mahasiswa baru macam kau ini

terlalu sibuk dengan yang selain kuliah.

Paling tidak itu yang kudengar dari presi-

den (ya, presiden!) orang-orang negeri kita

di sini.

Kau tahu, organisasi-organisasi punya

acara-acara yang menarik, tidak cuma

kajian, mereka juga mengadakan silatu-

rahim bulanan, makan-makan bareng bu-

lanan, jalan-jalan bareng tahunan,

olahraga bareng semester-

an, dan masih banyak yang

lainnya (sepanjang masih bisa

dilakukan bareng). Atau kau mau

klub olahraaga? Sepakbola, basket, voli,

pencak silat, nunchaku.. ah, lelah aku

menyebutnya, begini saja: selama itu

masih olahraga, aku dan kau bisa cari

perkumpulannya di sini. Kalau tak ada? Ah,

kau dan aku buat saja sendiri, siapa pula

yang mau peduli? Uang-uang kita, waktu-

waktu kita.

Kalau kelak kau dan aku juga bosan

dengan itu, kau dan aku bisa mencari uang.

Kudengar orang-orang itu bisa menganton-

gi ribuan pound dalam sebulan. Kau tahu,

kau dan aku bisa bergaya bak selebriti

dengan uang sebanyak itu, barang apapun

(sepanjang ia masih dijual) bisa kita beli.

Berguna atau tidak? Yang kuperhatikan hal

semacam itu tak perlu diambil pusing, yang

penting keren.

Kalau kau benar-benar tak tertarik

dengan semua yang kusebut, apa boleh

buat, begini saja, kau habiskan waktumu di

depan komputermu. Biar kutunjukkan situs

-situs pengunduhan film-film aneka jenis

(ya, kau mau jenis apa?), atau kau suka

game? Kuberi tahu kau rahasia ini: dari

dulu aku curiga gamer-gamer terbaik dunia

itu sebenarnya ada di antara kawan-kawan

kita senegara, karena coba kau bayangkan:

tiap dua-tiga bulan ada saja yang mengada-

kan lomba video game (biasanya

bebarengan dengan lomba gaple, scrabble,

poker, catur Tekken dan Zuma.. ah, tunggu,

Tekken dan Zuma itu juga game). Tidak-

tidak, aku tak bercanda, kau tunggu saja

beberapa minggu lagi.

Sebenarnya tak enak aku, kutunjukkan

kau pada semua ini. Ah, tapi setelah kupikir

-pikir, cepat atau lambat kau akan bertemu

juga dengan semua yang kubilang. Kau dan

aku boleh memilih, tapi pada akhirnya kau

dan aku yang bertanggung jawab dengan

pilihan itu. Ah, maksudku kau ya kau, aku

ya aku. Kita seperti akrab memang, tapi tak

bisa aku menanggung buah pilihanmu.

*Penulis adalah Ketua Senat Mahasiswa

Fakultas Bahasa Arab tahun 2012-2013

Silahkan Pilih Oleh: Romal Mujaddedi Ahda*

Image: figadvertising.com

Page 16: Buletin Terobosan Edisi 348

TëROBOSAN, Edisi 348, 15 Oktober 2012

16