12
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan. TëROBOSAN ADVERSITING Sekapur Sirih, Terimakasih, Halaman 2 Sikap, Gerakan Tujuh Belas, Halaman 3 Laporan Utama, Semester Olahraga Masisir, Halaman 4 Laporan Utama, Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan, Halaman 5 Komentar Peristiwa, Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah, Halaman 6 Wawancara, Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!, Halaman 8 Seputar Kita, PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013, Halaman 9 Opini, Kekeluargaan dan Wajah PPMI, Halaman 10 Kolom, Dua Dunia, Halaman 11 Edisi 352 10 April 2013 Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi Semester Olahraga Masisir Semester ini berbagai event olahraga diadakan. Ribuan Pound dana mengalir demi kelancaran kegiatan-kegiatan ini... Simak Laporan Utama hal 4 Opick: Bangsa kita sangat butuh kepada kalian! Doc: www.facebook.com/anakbasketcairo

Buletin Terobosan Edisi 352

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin Terobosan adalah media independen yang dikelola oleh mahasiswa Indonesia yang berdomisili di Mesir. Terbit pertama kali sejak 21 Oktober 1990.

Citation preview

Page 1: Buletin Terobosan Edisi 352

Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi

mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya

tanpa menghilangkan makna dan tujuan.

TëROBOSAN

AD

VER

SITI

NG

Sekapur Sirih, Terimakasih, Halaman 2

Sikap, Gerakan Tujuh Belas, Halaman 3

Laporan Utama, Semester Olahraga Masisir, Halaman 4

Laporan Utama, Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan, Halaman 5

Komentar Peristiwa, Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah, Halaman 6

Wawancara, Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!, Halaman 8

Seputar Kita, PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013, Halaman 9

Opini, Kekeluargaan dan Wajah PPMI, Halaman 10

Kolom, Dua Dunia, Halaman 11

Edisi 352 10 April 2013

Selamat Membaca!

Santai dan penting dibaca

Tajam tanpa melukai

Kritis tanpa menelanjangi

Semester Olahraga Masisir Semester ini berbagai event olahraga diadakan. Ribuan

Pound dana mengalir demi kelancaran kegiatan-kegiatan

ini...

Simak Laporan Utama hal 4

Opick: Bangsa kita sangat butuh kepada kalian!

Doc: www.facebook.com/anakbasketcairo

Page 2: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Sekapur Sirih

Belajar dari Kesalahan

Terbit perdana pada 21 Oktober 1990. Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika

Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Luthfiatul Fuadah Al-Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septiani. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TëROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail: [email protected]. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)

Kami ucapkan selamat kepada kekeluargaan

KSW dan KSMR yang telah berhasil menjuarai

ajang olahraga bergengsi Jawa Cup dan Sumatera

Cup. Semoga dengan adanya kegiatan ini bukan

hanya menjadi ajang bergengsi antar

kekeluargaan, namun juga menjadi wahana

untuk saling bersilaturahmi dan berkomunikasi

antar kekeluargaan.

Kami pun tak lupa mengucapkan selamat hari

jadi kepada beberapa kekeluargaan yang baru

saja memperingati hari jadinya. Semoga dengan

bertambahnya umur organisasi anda semakin

menjadikan ikatan kekeluargaan antar anggota

dan kekeluargaan lain menjadi lebih kuat.

Beberapa waktu lalu, salah seorang senior

TëROBOSAN berkunjung ke negeri ini. Zainur

Rofieq, pemimpin redaksi buletin TëROBOSAN

tahun 1996-1997 dan Ketua PPMI tahun 1998-

1999. Di tengah perbincangan antara tim

TëROBOSAN dengannya, ia sempat berbicara, “Di

TëROBOSAN–lah saya mendapatkan pengalaman

yang sebenarnya.”

Membaca lembaran-lembaran buletin

TëROBOSAN lama dalam arsip seolah membawa

kami kepada zaman saat TëROBOSAN menjadi

penerobos kebekuan aktifitas jurnalistik di kala

itu. Tidak terasa memang, buletin yang anda

pegang saat ini hampir memasuki umur yang ke

dua puluh tiga, bahkan mungkin umur buletin ini

lebih tua dari umur sebagian pembaca.

Namun bukan umur yang kami pentingkan.

TëROBOSAN tidak lain adalah tempat bagi kami

untuk belajar, belajar menulis, belajar membaca

dan belajar untuk peka terhadap masalah sosial.

Tidak jarang, dalam masa pembelajaran

manusia akan mendapatkan berbagai macam

ujian, manusia pun pasti

akan berbuat kesalahan

dalam jalan hidupnya.

Kesalahan bukanlah se-

buah pukulan agar kita

berhenti untuk mencoba

dan berkarya, kesalahan

justru sebuah tamparan

agar kita terus mencoba

dan berbuat.

Seorang anak me-

nyemprotkan selai ka-

cang ke seantero ruang

makan karena sempro-

tan selainya rusak.

Bukan marah yang ia

dapatkan, justru seluruh

keluarga itu tertawa dan memberinya se-

mangat untuk terus mencoba.

Itu adalah sedikit cuplikan dari film

Meet the Robinson. Film tentang anak yang

jenius namun aneh. Salah satu pelajaran

yang bisa kita ambil dari film itu adalah

kita harus terus mencoba dan tidak menye-

rah karena kesalahan.

Pada edisi kali ini kami mencoba untuk

mengadakan riset ke hampir seluruh

kekeluargaan. Ya, riset ini memang kami

rasa berat dan melelahkan. Terlebih harus

“mengganggu” para ketua kekeluargaan

agar bersedia untuk diwawacara dan

dimintai keterangan.

Namun akhirnya keringat kami mem-

buahkan hasil. Setidaknya, saat ini kami

bisa menghidangkan kepada anda sebuah

laporan tentang peringatan hari jadi

masing-masing kekeluargaan disertai

dengan jenis kegiatan dan keperluan dana

dari masing-masing kekeluargaan.

Ternyata, jika dikalkulasikan seluruh

kegiatan peringatan hari jadi kekeluargaan

bisa menghabiskan dana hingga seratus

ribu pound lebih. Sebuah dana yang sangat

besar untuk kegiatan komunitas Masisir.

Survey lain kami lakukan untuk menge-

tahui sejauh mana hubungan kekeluargaan

dengan daerah masing-masing. Kami ingin

menginformasikan kepada pembaca bahwa

di seluruh penjuru Indonesia saat ini telah

berdiri ikatan-ikatan alumni al-Azhar tem-

pat para alumni al-Azhar berkiprah.

Kami pun ingin menginformasikan se-

jauh mana kontribusi masing-masing

pemeritah provinsi kepada putra dae-

rahnya di negeri ini.

Akhirnya, kami ucapkan terimakasih

kepada beberapa pihak yang telah mem-

bantu kami dalam penerbitan kali ini mau-

pun dalam terbitan-terbitan lain.

Selamat membaca! [ë]

02

Express Copy

Menerima segala jenis

fotokopi

Mahatthah Mutsallas,

Hay `Asyir

Building 102 Sweesry.

Hp: 01001726484

RALAT Pada buletin TëROBOSAN edisi 351, 15

Maret 2013, rubrik Seputar Kita yang

berjudul PPMI mengadakan Halaqoh

Ilmiyah kedua, terdapat sebuah

kesalahan.

Di sana tertulis Syaikh Yusri Rusydi

Jabar al-Husny.

Seharusnya tertulis: Syaikh Yusri

Rusydi Jabar al-Hasany.

Kami memohon maaf yang sebesar-

besarnya atas kesalahan ini.

Permohonan Maaf

Kami segenap keluarga besar buletin

TëROBOSAN memohon maaf atas

dimuatnya tulisan dalam buletin kami

yang dikhawatirkan akan memicu

ketidaknyamanan atau melukai

perasaan beberapa pihak.

Page 3: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

S i k a p

03

Gerakan Tujuh Belas

Angka “tujuh belas” telah menjadi warna

sejarah tersendiri yang berperan dalam

menghiasi mozaik perjalanan Masisir.

Bagaimana tidak, angka tujuh belas adalah

sejumlah angka yang mewakili perwajahan

Masisir. Untuk merujuk pernyataan di atas,

organisasi kekeluargaan adalah alasannya.

Mereka yang berjumlah tujuh belas itu ada-

lah mesin penggerak Masisir untuk meraup

kekuatan anggotanya.

Tujuh belas organisasi kekeluar-

gaan yang hadir di hadapan kita

bukanlah organisasi yang secara

tidak sengaja menjadi perwakilan

suara ataupun aspirasi. Mereka telah

ada sejak lama, umurnya bukan lagi

seumuran pohon jagung. Itu seha-

rusnya menandakan mereka sebagai

organisasi yang sudah mapan secara

turun-temurun. Jika sebuah acara

sekelas Masisir dijadwalkan, maka

deretan utama yang akan

mendapatkan undangan adalah

tujuh belas alamat di atas. Hal ini

dikarenakan mereka sebagai peng-

gerak masa yang dianggap ampuh.

Bahkan akhir-akhir ini merekalah pemain

utama di panggung Masisir, organisasi lain

tergeser perannya menjadi hanya pemeran

figuran.

Contoh yang bisa kita ambil adalah or-

ganisasi senat. Jika di Indonesia, senat adalah

organisasi tulang punggung mahasiswanya.

Namun tidak demikian dengan nasib senat di

Masisir. Beberapa kali senat harus tepinggir-

kan karena keadaan alam sekitarnya. Lan-

dasan logisnya sederhana, karena dianggap

tidak memenuhi kriteria organisasi ideal

Masisir –dianggap tidak bisa menjaring ma-

sa. Itulah dia alasan yang mungkin paling

bisa ditangkap logika kita.

Barangkali anggota bisa saja menunjuk-

kan angka banyak, namun partisipasi aktif

perlu dijadikan acuan untuk melihat besar

tidaknya sebuah organisasi. Rasanya cukup

patut menyorot sepak terjang “tujuh belas

sekawan di atas” setelah kita melihat keti-

dakberdayaan organisasi yang terpinggirkan

semisal tadi atau yang lainnya. Penting bagi

kita melakukan usulan ini, setidaknya untuk

mengukur sejauh mana roda peradaban

Masisir ini melaju. Sudahkah program yang

diadakan mereka searah dengan yang kita

cita-citakan bersama? Atau malah jauh

melenceng?

Selama gelaran semester ini kita bisa

melihat keadaan Masisir yang penuh dengan

pergerakan di lapangan. Berbagai macam

bentuk di lapangan bisa kita dapatkan.

Semuanya itu diadakan dalam bentuk

kegiatan Masisir. Misal pada perlombaan

yang diadakan dalam rangka menyambut

hari jadi organisasi terkait atau agenda ruti-

nan yang diadakan atas nama organisasi.

Misalkan saja Jawa Cup yang diadakan setiap

tahun oleh forum Jawa, juga demikian Su-

matera Cup. Sedangkan acara yang diadakan

oleh

kekeluargaan

misalkan Kambing Cup (KMB), KKS Cup dan

KMM Cup. Tidak hanya olahraga sepakbola

dan voli, ABC Cup hadir dalam gelora seman-

gat olahraga basket.

Pastinya data di atas menunjukkan beta-

pa bertaringnya Masisir di dunia lapangan.

Selama semester ini pertunjukkan seni di

atas lapangan menjadi tontonan kita. Ti-

daklah sedikit pundi-pundi uang yang ter-

gelontor untuk agenda-agenda ini. Ratusan

pound bahkan ribuan adalah jumlah wajib

yang pasti dikeluarkan. Intinya jumlah yang

tidak sedikit ini memang telah keluar demi

gelaran kompetisi olah raga. Lalu mengapa

sampai demikian besarnya gengsi sebuah

trofi di bidang olahraga ya?

Yang menjadi tawaran sebuah organisasi

mahasiswa adalah belajar memahami proses

dari pengalaman. Tidak ada tawaran keun-

tungan yang lebih menarik selain satu hal

tersebut, kecuali bagi mereka yang memang

mengejar suatu hal lain di luar garis normal.

Jika dilihat dari sisi non oportunis, pengor-

banan adalah asas pokok yang selalu

menghiasi pergerakan organisasi. Untuk itu,

tidaklah mudah bagi Masisir untuk bergerak

dalam ranah organsiasi jika khalayak ini

masih terjangkit kegersangan rasa ikhlas.

Bukankah menghindar dari ranah sosial ada-

lah egoisme yang mengatasnamakan kepent-

ingan pribadi? Masa depan misalnya.

Namun akan sangat membahayakan,

bahkan bisa menimbulkan virus yang me-

matikan jika seandainya gerakan menum-

buhkembangkan kesadaran ikhlas guna

membangun sosial semacam tersebut

kemudian dibelokkan arahnya. Jika saja

program dan kegiatan tersebut kemudian

berseberangan dengan keyakinan individu,

maka yang dirasakan adalah publik merasa

tidak adanya kesesuaian dengan norma

dasarnya. Terlebih akan sangat

menakutkan, jika program ini diang-

gap menghianati kepercayaan dan

kebutuhan publik.

Menimbang.

“Masisir bergelora”. Mungkin itulah

yang pantas untuk kita apresiasikan

atas nama rentetan kegiatan di atas

yang begitu banyak, khususnya sela-

ma semester ini. Saking bergeliatnya

Masisir kali tekadang kawan-kawan

aktifis sampai rela begadang

mengejar deadline. Sudah menjadi

cerita lumrah karena seringnya cerita

yang kita temukan semacam ini. Ham-

pir setiap minggunya ada sebuah event

besar di Masisir, khususnya olahraga.

Pastilah ada kerja keras panitia maupun

pihak yang bersinggungan di dalamnya.

Maka bisa kita katakan, Masisir bergelora.

Jika sebuah kata mutiara latin menga-

takan: “men sana in corpore sano” (dalam

tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat).

Mungkin kutipan ini harus mempunyai porsi

besar dalam pembicaraan kita kali ini. Se-

buah slogan yang akan selalu melekat pada

setiap insan yang menginginkan keselamatan

jasmani dan rohani. Tapi benarkah slogan ini

mutlak benar diterapkan tanpa menimbang

bobot sebuah lazimnya kebutuhan?

“Komunitas sehat, komunitas idaman”,

demikian mungkin lanjutan slogan yang

sesuai dengan arah kutipan di atas. Untuk

memenuhi cita-cita luhur ini kita perlu me-

nilik balik kegiatan Masisir sebagai cerminan

usaha kita untuk mewujudkannya. Untuk itu

seharusnya ada sebuah pertimbangan atas

dasar kepentingan bersama, untuk

mewujudkan cita-cita kita sebagai maha-

siswa, ikon pembangunan. Jika seandainya

data menunjukkan hal positif maka kita patut

bersyukur. Namun jika harus berbanding

terbalik dengan keseharusan, maka jidat

perlu berkerut. Lalu bagaimanakah dengan

laju kendaraan peradaban Masisir ini? Mari

kita jawab bersama! [ë]

Doc: sleepy00.wordpress.com

Page 4: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Laporan Utama

04

Semester Olahraga Masisir Solo adalah kota pertama yang menjadi

saksi diadakannya Pekan Olahraga Nasional

pertama (PON) pada tahun 1948. Pekan

Olahraga Nasional, sebuah nama agenda

olahraga yang diadakan selama sepekan se-

bagaimana namanya tersebut. Tepatnya, saat

itu diadakan pada tanggal 8 sampai

dengan 12 September 1948. Agenda olahraga

yang dirancang untuk kurun waktu empat

tahun sekali ini sudah diadakan hingga angka

ke tujuh belas kalinya sampai saat ini.

Jika pemerintah mengagendakan PON

selama sepekan, tidak demikian dengan

Masisir yang telah berhasil mengadakan

kegiatan selama hampir satu semester.

Berbagai macam olahraga diadakan di ranah

Masisir seperti perlombaan voli, sepak bola,

futsal hingga basket. Seandaianya kita harus

menamakan semester Masisir kali ini, maka

kita akan memberi nama dengan sebutan

“SOM” (Semester Olahrga Masisir). Hal itu

tidak lain karena semua agenda kejuaraan di

bidang olahraga Masisir yang berjalan sela-

ma satu semester ini. Itu bisa kita rujuk

dengan melihat agenda kegiatan olahraga

Masisir yang tanpa henti.

Perlombaan-perlombaan ini dihelat

sesaat setelah ujian musim dingin selesai

akhir Januari lalu. Tepatnya, pada tanggal 15

atau pertengahan Februari 2013 lalu, lon-

ceng semester olahraga Masisir dibunyikan

dengan diawali oleh kompetisi bola basket.

Kompetisi ini diadakan oleh komunitas ABC

(Anak Basket Cairo). Sejak tanggal tersebut

acara olahraga yang melibatkan khalayak

Masisir ini masih terus bergulir hingga berita

ini diturunkan.

Setidaknya terdapat enam kompetisi

besar olahraga yang digulir secara beruru-

tan. Kompetisi itu adalah, ABC Cup, Jawa Cup,

Sumatera Cup, Kambing Cup, KMM Cup

(Futsal dan Basket) dan yang terakhir adalah

KKS Cup (Voli dan Sepakbola). Semua kom-

petisi di atas adalah kompetisi yang digelar

terbuka untuk sekelas Masisir bahkan

ASEAN.

Berbagai format dan peserta kompetisi

mewarnai ajang olahraga ini. Untuk ABC Cup,

kompetisi diadakan untuk semua kalangan

Masisir yang diwakili atas nama kekeluar-

gaan. Meskipun pada kenyataannya perlom-

baan bola keranjang ini hanya diikuti oleh

enam kekeluargaan saja, namun menilik dari

profil ajang yang satu ini adalah untuk men-

jalin silaturahim. “Tujuan diadakan ABC Cup

adalah untuk menjalin silaturahim antara

semua kekeluargaan, khususnya di bidang

olahraga basket. Maka bermainlah basket

dengan jiwa!”, ungkap Haidar, ketua panitia

ABC Cup tahun ini.

Jika ABC Cup diperuntukkan bagi Masisir,

maka Jawa Cup dan Sumatera Cup adalah

kompetisi yang diadakan untuk mempererat

satu kultur yang berada dalam suatu letak

geografis (asal kekeluargaan). Misalkan, pe-

serta tetap Jawa Cup adalah semua kekeluar-

gaan yang berasal dari pulau Jawa dan Madu-

ra yang berjumlah enam kekeluargaan. Se-

dangkan untuk Sumatera Cup pesertanya

yang berjumlah delapan kekeluargan yang

berasal dari pulau Sumatera. Dua agenda di

atas memang merupakan sebuah ajang sila-

turahim bagi peserta terkait. Hal senada juga

pernah disampaikan oleh ketua Fosgama

yang menjadi tuan rumah Jawa Cup tahun ini

ketika diwawancarai tim TëROBOSAN be-

berapa hari kemarin. “Tujuan dari kegiatan

ini tidak lain adalah sebagai ajang sila-

turrahmi”.

Masih menurut ketua Fosgama,

sebenarnya Jawa Cup yang berisi kompetisi

sepakbola ini merupakan salah satu agenda

yang dicanangkan Forum Jawa. Kegiatan

tersebut berisi tiga hal, pertama olahraga

(Jawa Cup), kedua kesenian yang mana

KPMJB menjadi tuan rumahnya tahun ini,

sedangkan terakhir adalah keilmuan yang

dipegang oleh Gamajatim. “Kabarnya divisi

keilmuan tahun ini mengagendakan untuk

menerbitkan sebuah karya berupa buku”,

ungkap pria yang biasa disapa dengan

panggilan Khodri ketika ditemui tim TëRO-

BOSAN di sekretariat Fosgama.

Agenda dalam rangka menyambut hari

jadi organisasi.

Biasanya hari jadi sebuah organisasi me-

mang erat kaitannya dengan perayaan. Hal

ini juga terjadi dengan fenomena yang

melanda organisasi di ranah Masisir. Selain

ajang silaturahmi, kegiatan di lapangan ini

juga merupakan kegiatan yang sengaja di-

adakan dalam rangka menyambut HUT or-

gansasi.

Kambing Cup, KMM Cup dan KKS Cup

merupakan perlombaan yang diadakan

kekeluargaan terkait dalam rangka menyam-

but hari jadi kekeluargaan. Kambing Cup

merupakan agenda yang diadakan KMB da-

lam rangka menyambut hari jadi KMB yang

ke-37. Menurut ketua KMB, ada dua Kambing

Cup diadakan KMB. Yang pertama adalah

kompetisi internal bagi paguyuban anggota

KMB sendiri. Sedangkan Kambing Cup yang

kedua diperuntukkan untuk khalayak

Masisir yang diadakan pada tanggal 17 dan

18 Februari lalu. Semuanya ini merupakan

rangkaian agenda yang diadakan dalam rang-

ka menyambut hari jadi KMB.

Selain KMB yang mengadakan dua Kamb-

ing Cup, KMM juga hadir dalam rangka

menyambut hari jadinya yang ke-56. KMM

sendiri memilih mengadakan dua kompetisi

besar berupa kejuaraan futsal dan bola bas-

ket. Kedua perlombaan ini dihelat di Nadi

Central Zahro. Sebagaimana terpampang di

pamflet pengumuman, perlombaan sepak

bola dan basket KMM ini merupakan agenda

yang diadakan dalam rangka menyambut

hari jadinya yang ke-56.

Kekeluargaan selanjutnya adalah KKS

yang mencoba unjuk diri dengan mengada-

kan perlombaan seperti di atas. KKS yang

hari jadinya jatuh pada 17 April ini memilih

untuk mengadakan berbagai macam perlom-

baan dalam rangka menyambut hari jadinya

semisal, MHQ (Musabaqah Hifdzil Qur’an),

Musabaqah Qiraatul Kutub, Cipta baca puisi

dan lagu, terjemah langsung serta dua agen-

da besar yaitu perlombaan voli antar Masisir

dan ajang sepak bola sekelas Masisir dan

ASEAN.

Ketiga kekeluargaan inilah yang memilih

20.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KKS

dan KPMJB

16.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh

Gamajatim

15.000 LE

Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMB

12.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KSW

8.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMA

HUT Kekeluargaan

Dalam Angka

Bersambung ke Hal. 7...

Page 5: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Laporan Utama

05

Bagi sebuah organisasi, perayaan ulang

tahun, merupakan momen yang paling tepat

untuk ajang silaturrahim dan mempererat

ukhuwah. Terlebih bagi organisasi kekeluar-

gaan yang beranggotakan masisir dengan asal

daerah dan kebudayaan yang sama. Suasana

akrab bagai keluarga menjadi obat kerinduan

tersendiri di negeri orang. Bermacam

kegiatan pun digelar dalam rangka perayaan

HUT. Masing-masing kekeluargaan berusaha

sebaik mungkin memeriahkan dan berkreasi

dengan kegiatan-kegiatan baru. Berikut

laporan kami tentang HUT kekeluargaan dari

16 organisasi kekeluargaan yang berhasil

kami wawancarai.

Setiap kekeluargaan rata-rata mengada-

kan perayaan HUT setahun sekali. Seperti

GAMAJATIM, KMB, KEMASS, IKMAL, KMKM,

KKS dan lainnya. Namun beberapa mengada-

kan secara kondisional sesuai permintaan

anggota atau juga tergantung kesiapan biaya

seperti yang diakui oleh KMA. Lain lagi

KMNTB yang selama 10 tahun belakangan

sama sekali tidak merayakan HUT dengan

alasan yang sama dengan KMA, dan ditambah

jumlah senior yang sedikit. KPJ yang telah

berdiri sejak tahun 1960-an dan mengadakan

PRJ (Pekan Raya Jakarta) setiap tahunnya juga

mengaku tidak adanya perayaan HUT.

Setidaknya ada enam kekeluargaan yang

merayakan HUT pada termin dua ini. Di an-

taranya KSW, KMB, KEMASS, KKS, KMKM dan

KMM. Berbeda dengan KSW dan KMB yang

merayakan HUT setiap tahun, baik internal

sesama anggota maupun eksternal dengan

melibatkan kekeluargaan lainnya. Tahun ini

perayaan HUT semakin semarak dengan KE-

MASS dan KKS yang biasanya hanya internal

namun tahun ini HUT dilaksanakan secara

eksternal dengan bermacam rangkaian

kegiatan. Sementara KMKM tetap memper-

tahankan tradisi HUT internalnya.

Kegiatan yang diadakan dalam rangka

perayaan HUT berkisar pada tiga bidang. Per-

tama, olahraga. Pertandingan olahraga tidak

bisa dipisahkan dalam setiap perayaan HUT

seluruh kekeluargaan. Misalnya GAMAJATIM

dengan Airlangga Cup dan KMB dengan

Kambing Cup-nya. Bermacam jenis olahraga

dilombakan, mulai dari sepakbola, futsal, tenis

meja, badminton, hingga catur dan PS.

Bidang kedua adalah ilmiyah. Kegiatan ini

diisi dengan talk show, perlombaan menulis

cerpen, essay dan cipta puisi, musabaqoh ti-

lawatil qur’an, musabaqoh hifzil qur’an, mu-

sabaqah syarhil qur’an, dan lomba qiraatul

kutub yang diadakan oleh IKMAL dan KKS.

Sedangkan bidang ketiga adalah keterampilan

dan kebudayaan. Misalnya KSW dengan Tal-

ent Show-nya atau KMB dengan festival band

dan budaya-nya.

Sementara tahun ini KMJ tidak mengeluar-

kan banyak biaya untuk perayaan HUT yang

sifatnya hanya seremonial, karena kekeluar-

gaan itu tengah sibuk dengan penyambutan

Gubernur Jambi untuk meresmikan Darul

Hasan (DAHA), rumah daerah kekeluargaan

Jambi, dan juga dibarengkan dengan pelanti-

kan ketua kekeluargaan KMJ baru.

Lama kegiatan pun bervariasi. Mulai dari

KMJ yang mengaku hanya menghabiskan wak-

tu satu malam untuk merayakan HUT secara

seremonial. Lalu KMA dan KSMR selama satu

hari. Disusul KPTS dan KMKM selama

sepekan. Kekeluargaan yang merayakan HUT

dengan melibatkan kekeluargaan lain bi-

asanya memakan waktu lebih dari 2 pekan.

Sebut saja KEMASS yang memulai rangkaian

kegiatan dari tanggal 9 Februari dan berakhir

tanggal 1 Maret. Lalu KSW melalui SMW

(Sekolah Menulis Walisongo) yang mengada-

kan lomba menulis cerpen di pertengahan

Februari dan berakhir di acara puncak tanggal

11 April. Hingga KKS yang rangkaian acaranya

melebihi satu bulan lamanya, mulai dari bulan

Februari dan direncanakan berakhir pada

acara puncak tanggal 17 April.

Untuk perayaan HUT internal, dana yang

dihabiskan kekeluargaan tidak melebihi

10.000 Le. Misalnya saja FOSGAMA yang

menghabiskan dana kurang lebih 1000 Le,

berasal dari kas kekeluargaan dan proposal

kepada anggota senior. Biaya yang dikeluar-

kan KSMR pun tidak jauh berbeda, 1200 Le.

Begitu pula KPTS dan HMM, dua organisasi

kekeluargaan yang berpisah pada masa Orde

Baru ini juga menghabiskan dana lebih dari

1000 Le untuk penyelenggaraan HUT internal

mereka. KPTS yang sering bekerja sama

dengan HMM dalam kegiatan internal mereka

ini menyatakan bahwa dana kegiatan

mengandalkan dari temus dan senior yang

bekerja di Arab Saudi. Sementara KMA yang

merayakan HUT secara kondisional dan inter-

nal ini menghabiskan sekitar 6000-8000 Le di

setiap pelaksanaannya.

Untuk kekeluargaan yang merayakan HUT

dengan melibatkan organisasi kekeluargaan

lainnya, mereka harus mengeluarkan biaya

yang lebih banyak. KSW mengaku menghabis-

kan dana sekitar 12.000 Le untuk 9 rangkaian

kegiatannya. Dana itu diperoleh dari KBRI dan

anggota senior KSW di Cairo. Sementara KMB

yang telah mengajukan proposal ke KBRI na-

mun tidak berharap banyak dari itu mengaku

menghabiskan 15.000 Le untuk pelaksanaan

Kambing Cup. Tidak kalah pula, GAMAJATIM

yang harus merogoh kocek 16.000 Le untuk

kegiatan perayaan HUT, internal dan ekster-

nal. Lalu KPMJB dan KKS mengaku mengha-

biskan sekitar 20.000 Le untuk menyemarak-

kan HUT mereka. Beberapa kekeluargaan juga

menyatakan bahwa dana yang mereka keluar-

kan berasal dari kas maupun iuran anggota

ataupun sponsor. Hanya KMKM yang

mengaku mendapat dana tambahan dari Pem-

da untuk perayaan HUTnya.

Secara keseluruhan, masing-masing

kekeluargaan mengaku bahwa mempererat

ukhuwah dan sebagai ajang silaturrahim,

terutama dengan anggota senior yang diaggap

sebagai “sesepuh” adalah tujuan perayaan

HUT mereka. beberapa kekeluargaan juga

menambahkan bahwa selain dua hal tersebut,

kegiatan-kegiatan dalam rangka perayaan

HUT juga bertujuan untuk melatih berorgan-

isasi, mengasah potensi peserta kegiatan,

serta memperkenalkan budaya masing-

masing daerah. Misalnya KPMJB yang turut

mengundang tamu dari luar Indonesia seperti

Malaysia dan Singapura.

Menurut Annisa Fadhilah, “Tahun ini per-

ayaan HUT banyak yang diadakan dengan

waktu yang hampir bersamaan.” Tutur maha-

siswi tingkat tiga jurusan Tafsir ini. “Suatu

kekeluargaan tengah menyiapkan perayaan

HUTnya, sementara di sisi lain ia juga harus

berpartisipasi dalam HUT kekeluargaan yang

lain. sehingga pelaksanaannya menjadi tidak

efektif.” Tambahnya.

Kurniawan Saputra ikut mengomentari

hal ini, “Sebaiknya peringatannya sekedarnya

saja, tidak perlu mengadakan kegiatan yg

banyak, lama dan melibatkan byk pihak,

karena kalau semua institusi yang ulang tahun

mengadakan kegiatan besar dalam satu

waktu, bayangkan sendiri akibatnya”

Cholis Waidi berkomentar lain,

“Penyelengaraan HUT yang serentak

sebenarnya punya dua kemungkinan;

kemungkinan bahwa kekeluargaan itu sudah

mulai hidup sendiri-sendiri sehingga tidak

perduli padatnya agenda.Atau kemukinan

kekeluargaan sudah mulai rapi menyusun

jadwal HUT nya, agar tidak selama setahun

penuh masisir hanya disuguhi acara-acara

HUT dari 17 kekeluargaan.”

Ia melanjutkan, “Kapan HUT itu dil-

aksanakan, kita lihat positifnya saja. Cuma

jangan sampaikekeluargaan menjadikan HUT

sebagai satu-satu “Mega Acara” disetiap pri-

ode.Kalau ini terjadi, berartipara pemuka

kekeluargaan dari tahun ketahun tidak kreatif

dan susah membuat trobosan kegiatan besar

selain HUT tadi. Seperti yang kita tahu, selama

ini skema agenda kekeluargaan kan sudah

bisa ditebak. Mayoritas begini “SPA (meliputi

pemilihan dan pelantikan), Pengundian

Temus, HUT dan SPA (meliputi LPJ)”. Begitu-

begitu saja kan.” Ujarnya. [ë] Ainun.

Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan

Page 6: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Komentar Peristiwa

06

Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah

Kekeluargaan adalah tangan panjang dari

pemerintah tiap-tiap provinsi untuk menjalin

hubungan dengan putra daerahnya.

Pemerintah daerah mengirimkan dan

menitipkan para putra daerahnya kepada

organisasi kekeluargaan dengan dukungan

dana maupun moral agar kelak para putra

daerah itu kembali ke daerah masing-masing

dan mengabdi sesuai dengan kemampuan di

bidang masing-masing. Maka, secara tidak

langsung kekeluargaan dan pemerintah telah

bekerjasama dalam mengayomi putra daerah

sejak awal mereka berangkat ke negeri ini

hingga mereka mengabdi di daerah masing-

masing.

Kali ini kami tim TëROBOSAN berpencar

ke berbagai kekeluargaan untuk

mengadakan surfey tentang hal ini. Dari 17

organisasi kekeluargaan, hanya KMM

(Sumatera Barat) yang tidak berhasil kami

waancarai karena beberapa kesibukan yang

dijalani oleh kekeluargaan itu.

Kami mencoba untuk mengangkat sejauh

mana hubungan tiap-tiap kekeluargaan

dengan Pemerintah Provinsi pusat dan

bagaimana kontribusi alumni terhadap

daerah masing-masing. Berikut laporannya.

Bentuk Hubungan dengan Pemerintah

Provinsi

Setiap kekeluargaan mempunyai tingkat

dan bentuk hubungan dengan Pemerintah

Provinsi (Pemprov) yang berbeda-beda. Dari

16 kekeluargaan yang berhasil kami survei,

mayoritas kekeluargaan mengatakan bahwa

hubungan mereka dengan Pemerintah

Daerah cukup baik. Di antaranya adalah

KMNTB (Nusa Tenggara dan Bali) yang mana

gubernur NTB yang menjabat sekarang, KH.

DR. Moh. Zainul Majdi adalah alumni al-

Azhar. Dan beberapa bulan lalu ia sempat

datang ke sini untuk sidang disertasi di al-

Azhar.

Di antara sekian kekeluargaan, KEMMAS

(Sumatera Selatan, Bengkulu dan Bangka)

dan KMJ (Jambi) mendapat kehormatan

untuk menyambut kedatangan sang

gubernur yang datang untuk peresmian

rumah daerah akhir termin satu lalu.

Datangnya gubernur menandakan baiknya

hubungan kekeluargaan dengan pemerintah

daerah.

Ada juga beberapa kekeluargan yang

bekerja-sama dengan Pemprov masing-

masing dalam pembentukan ikatan alumni Al

-Azhar. KMB (Banten) dan KPMJB (Jawa

Barat) contohnya. KMB dan Pemprov Banten

telah mendirikan YANSIB (Yayasan Alumni

Mesir-Banten) yang mewadahi seluruh

alumni warga Banten yang telah mengais

ilmu di Negeri Piramida ini. Dan sejak dua

tahun terakhir ini, KPMJB mendapat

kemudahan lantaran Perkumpulan Alumni

Timur Tengah di Jawa Barat difasilitasi

langsung oleh Pemprov, salah satunya

dengan memberikan lapangan pekerjaan.

Kekeluargaan IKMAL (Lampung) juga

memiliki hubungan yang bagus dengan

Pemprovnya. Hal itu ditandai dengan peran

Pemprov dalam pembentukan kekeluargaan

IKMAL. Muhith Ali, ketua Ikmal saat ini

menjelaskan, “Pemprov juga andil besar

dengan terbentuknya IKMAL, karna mereka

juga ikut mendesak dan menyarankan agar

mahasiswanya yang kuliah di Mesir untuk

memisahkan diri dari kekeluargaan yang

menampung para warga Lampung.

Dukungan seperti ini adalah bukti bahwa

keberadaan mahasiswa Lampung di Mesir ini

diperhatikan oleh Pemprov”.

Lain halnya dengan KKS (Sulawesi).

Selama ini hubungan mereka dengan

Pemprov kurang begitu dekat. Ketua KKS,

Laodhe Muhammad menyebutkan ada

beberapa alasan, diantaranya karena KKS

terdiri dari beberapa provinsi. Maka,

Pemprov tidak langsung memberikan

bantuan kepada kekeluargaan, karena

anggotanya tercampur dengan anggota dari

provinsi lain. Namun terlepas dari itu, KKS

sanggup menunjukkan kemandiriannya

dengan memiliki Baruga KKS, rumah daerah

yang tidak berasal dari bantuan Pemprov.

Dan pada tahun ini KKS pun mampu

mengadakan kegiatan ulang tahun yang

terbuka dan melibatkan berbagai kalangan di

Masisir, bahkan beberapa negara ASEAN.

Serupa tapi tak sama. KMKM

(Kalimantan), meski warganya terdiri dari

berbagai daerah di Kalimantan laiknya KKS,

namun KMKM mendapatkan perhatian yang

baik dari beberapa Pemprov. KMKM

mendapatkan dana sekitar 2000 dolar dari

Pemprov Kalimantan Selatan setiap

tahunnya. Dan Pemprov Kalimantan Timur

memberikan beasiswa sekitar 20 juta per

tahun kepada masing-masing warganya.

Sedangkan Pemprov Kalimantan Tengah dan

Barat, kurang banyak mendukung KMKM

karena warganya di sini masih sedikit.

Namun meski begitu, para anggota yang

berasal dari Kalteng dan Kalbar ikut

bernaung dalam pendanaan yang diberikan

oleh Pemprov Kalsel. Bahkan, meski biaya

pendirian dan perawatan Wisma KMKM

adalah bantuan dari Pemprov Kalimantan

Selatan, namun rumah itu digunakan untuk

semua warga Kalimantan yang bernaung di

bawah KMKM.

Fosgama (Madura) memiliki kendala

yang berbeda. Selama ini Fosgama kurang

memiliki hubungan khusus dengan Pemprov

karena Fosgama sendiri hanya terdiri dari

empat kabupaten yang berada di bawah

naungan Pemprov Jawa Timur. Fosgama pun

pernah mencoba untuk mengundang salah

seorang Bupati, namun hingga saat ini belum

ada tindak lanjut dari pihak Pemerintah Ka-

bupaten yang bersangkutan.

Provinsi Sumatera Utara yang di da-

lamnya terdapat HMM (Medan) dan KPTS

(Tapanuli dan sekitarnya) pun memiliki hub-

ungan yang baik. Abdul Ghofur, ketua HMM

menjelaskan bahwa antara HMM dan KPTS

telah ada semacam MOU, sebuah kesepaka-

tan jika terdapat hal yang berkaitan dengan

hubungan antara Pemprov dan putra dae-

rahnya maka keduanya menjadi satu atas

nama Mahasiswa Sumatera Utara. Berbeda

jika hubungan dilakukan dengan pemerintah

kabupaten masing-masing, HMM dan KPTS

memiliki pembagian masing-masing Pemkab

mana yang berhubungan dengan HMM mau-

pun KPTS. Pada tahun lalu, Gubernur Su-

matera Utara pun sempat datang dan mem-

berikan dana sebesar lima milyar untuk

pembangunan asrama al-Azhar di Hay Sadis

bersama Pemprov Jambi dan beberapa pihak

lain.

KMA (Aceh), Gamajatim (Jawa Timur),

KSW (Jawa Tengah), KMSR (Riau), dan KPJ

(Jakarta) mengungkapkan bahwa hubungan

mereka cukup harmonis dan terjaga meski

tidak begitu intens.

Mengenai pendanaan rutin dari Pemprov

untuk kekeluargaan, sebagian besar

kekeluargaan menyebutkan tidak ada dana

rutin tahunan yang diberi Pemprov. Hanya

KMKM yang tiap tahun mendapat sekitar

2000 Dolar dari Pemprov Kalimantan Selatan

untuk perawatan wisma dan kelangsungan

kegiatan KMKM. Meski dana tahunan turun

hanya dari Pemprov Kalsel, KMKM

menggunakan dana tersebut untuk seluruh

warganya. Pemprov Aceh pun pada awalnya

memberikan dana tahunan untuk putra

daerahnya yang berada di negeri ini, dana itu

berbentuk beasiswa sebesar 400 Dolar

setiap bulan untuk seluruh anggota KMA.

Namun beasiswa ini berhenti sejak ada

perjanjian damai antara Pemerintah

Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka

(GAM) pada 2006 lalu.

KMNTB tahun lalu mendapatkan dana

sebesar 1000 Dolar, namun pada tahun ini

mereka belum menerima apa-apa. Pemprov

Jambi tahun lalu menggelontorkan Rp. 4

milyar untuk ikut menyumbang

pembangunan asrama di kawasan Hay Sadis.

KEMASS juga menerima dana sebesar Rp. 5,6

Milyar untuk pengadaan rumah daerah dan

Page 7: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Komentar Peristiwa

07

perpustakaan.

Sedangkan kekeluargaan yang lain,

mayoritas dana bantuan Pemprov mereka

keluar hanya untuk pembelian rumah

daerah. Dana Ahmad Dachlani, ketua

Gamajatim menjelaskan bahwa Pemprov

Jawa Timur hanya memberikan rumah

daerah dan Graha Jatim, dan uang yang

diperoleh dari Graha digunakan untuk

kemaslahatan bersama warga Gamajatim.

Ketua KSW pun juga menuturkan hal yang

sama seperti Dana.

Selain dana untuk rumah daerah,

Pemprov Jawa Barat memberikan beasiswa

bagi warganya. Untuk warga KPMJB yang

hafal al-Quran lebih dari 10 juz, akan

mendapatkan beasiswa khusus dari

Pemprov. Sebagaimana Pemprov Kaltim

yang memberikan beasiswa bagi seluruh

warganya di negeri ini.

Selain pendanaan untuk rumah daerah

dan beasiswa, mayoritas kekeluargaan

menggunakan biaya mandiri untuk

menjalankan seluruh kegiatannya. Baik

kegiatan kecil yang khusus untuk warganya

maupun kegiatan besar yang mencangkup

lingkup Masisir hingga ASEAN.

Alumnus, Kekeluargaan dan Pemprov

Sejauh yang kami amati dari hasil

wawancara 16 kekeluargaan, rata-rata

seluruhnya telah menjalin hubungan dengan

Pemprov dan mendirikan sebuah wadah

untuk alumni-alumni Al-Azhar. IKMAL

misalnya, yang telah mendirikan

IKAMLAMPUNG untuk mempermudah

Pemprov mengusahakan lapangan pekerjaan

untuk alumni Timur Tengah dan menyebar

sebagian mereka untuk mengajar di

beberapa perguruan tinggi.

KMA mempunyai IKAT, KMB memiliki

Yansib, KMJ mendirikan IKATT, KEMASS

memiliki IAAM, dan sisanya seperti KKS,

Gamajatim, KMNTB, KPMJB, KPJ, KSW, KSMR

dan beberapa kekeluargaan lain tidak

menyebutkan nama ikatan alumni. Namun,

semua ikatan alumni yang telah dilahirkan

dengan kerja sama kekeluargaan dan

Pemprov ini sama-sama bertujuan untuk

memberikan lapangan kerja dan meratakan

misi dan visi dakwah.

Sebagian dari para alumni ada yang

mengajar di perguruan tinggi seperti IKMAL,

ada juga yang menyebarkan alumni untuk

mengajar di berbagai pesantren seperti yang

dilakukan KEMASS bersama Pemprovnya.

KPTS bergotong-rotong dengan pemerintah

setempat untuk menyebarkan dakwah Islam

melalui buletin-buletin yang ditulis alumni-

alumni Timur Tengah lalu diberikan kepada

masyarakat secara cuma-cuma.

KMKM menjadikan para alumninya tidak

hanya berdakwah dan mengajar namun juga

menjadi dewan fatwa di berbagai media di

daerah. Dan Pemprov NTB, telah

membangung Islamic Centre yang dikelola

oleh para alumni Timur Tengah dan

merupakan markas bagi mereka berbagi

ilmu dan wawasan. [ë]Yaqin, Zai.

untuk mengadakan perlombaan ajang duel

olahraga pada Semester ini dalam rangka

menyambut hari jadi masing-masing. KMB

yang berulang tahun pada 3 Maret mengada-

kan perlombaan dan agenda menyambut

hari jadi sejak awal bulan pembukaan

kegiatan semester ini akhirnya ditutup pada

acara puncak 6 Maret lalu di American Fu-

ture. Sedangkan KMM yang merayakan hari

jadinya pada 23 Juni juga memilih agenda

perayaannya pada waktu belakangan ini

juga.

Biaya besar untuk ajang yang besar pula.

Ajang olahraga memang memerlukan

dana yang besar, dan biasanya pengeluaran

terbesar itu ditujukan untuk sewa lapangan.

Pada perlombaan sekelas Masisir biasanya

dana kegiatan olahraga selalu di atas angka

ribuan. Sebagaimana yang dikeluarkan oleh

KMB untuk membeli kambing bagi

pemenang mencapai 1500 L.E. Dana besar

juga mengalir dari Jawa Cup yang mencapai

angka 6.000 L.E. Sedangkan untuk gelaran

Sumatera Cup, Panitia menjelaskan dana

keseluruha mencapai 8.500. L.E.

Ada berbagai macam cara untuk memen-

uhi kebutuhan dana. Seperti yang diungkap-

kan ketua panitia Sumatera Cup, Edi Widodo

mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan

dana yang mencapai angka 8.500 L.E itu di-

ambil dari iuran setiap kekeluargaan yang

bergabung. Selain itu dana juga didapat dari

sumbangan para senior kekeluargaan Jambi

yang dulunya merupakan pemain di Su-

matera Cup yang sekarang sudah berada di

Indonesia. Yang terakhir dana diraih dengan

cara penyebaran proposal kepada berbagai

pihak luar.

Edi meneruskan, dana anggaran tersebut

digunakan untuk biaya penyewaan lapangan

selama 26 jam yang mencapai angka 3.650

L.E. Selain itu anggaran juga dialokasikan

untuk biaya barang inventaris forum Su-

matera, seperti jaring gawang, papan skor,

dan papan pergantian pemain. Sedangkan

untuk hadiahnya berupa piala bergilir. Juga

ada piala tetap untuk pemenang pertama,

kedua dan ketiga yang berupa bingkisan,

piagam, dan mendali untuk para finalis.

Kejuaraan ABC Cup tahun ini juga men-

capai angka ribuan pound. Menurut panitia,

dana yang digunakan untuk menyelenggara-

kan ABC Cup adalah sebesar 4.000. L.E. Dana

tersebut diperoleh dari pihak KBRI dan iuran

masing masing tim basket sebesar 200 L.E.

Dengan demikian, dana yang dihabiskan

untuk berbagai macam kegiatan olahraga ini

mencapai angka puluhan ribu. Sebuah angka

yang tidak sedikit.

Melihat berbagai macam perlombaan

Ahmad Hujaj, seorang mahasiswa fakultas

Syariah Islamiyah memberikan komentar

miring. “Menurutku lomba-lomba yang di-

adakan di Masisir terbagi menjadi tiga: Per-

tama, lomba yang ada kaitannya kita sebagai

mahasiswa Al-Azhar, seperti lomba baca

kitab kuning dan lomba debat berbahasa

Arab. Ini sangat penting karena bisa menjadi

tolok ukur kemampuan kita. Kan malu-

maluin kalau tidak bisa. Kedua, lomba yang

sebenarnya tidak ada kaitannya sebagai ma-

hasiswa Al-Azhar, tapi sangat penting meng-

ingat kita akan membutuhkan itu. Misalnya

lomba menulis, menerjemah dan sejenisnya.

Ketiga, lomba yang sebenarnya tidak dibu-

tuhkan atas nama mahasiswa, dengan kata

lain, lomba orang umum. Lomba-lomba itu

sama sekali tidak mencirikan keberadaan

kita sebagai mahasiswa Al-Azhar, juga tidak

akan ditanyakan nanti oleh masyarakat kita.

Misalnya lomba-lomba yang berhubungan

dengan musik dan olah raga. Masyarakat kita

tidak akan pernah bertanya kita pernah ber-

tanya kita juara berapa dalam lomba band,

misalnya. Juga tidak akan ditanya apakah

kita pernah menjadi pemain bola terbaik.

Tidak. sama sekali tidak.”

Namun di lain pihak, Djazam Asfari, ma-

hasiswa asal Jawa Tengah melihat hal ber-

beda lewat komentarnya. “Menurutku sih

dampak positifnya cukup banyak. Soalnya

jalinan silaturahmi benar-benar terjalin,

antar lain bisa saling kenal antar pemain.

Selain itu juga menimbulkan respect untuk

para juara atau pemain terbaik, dengan be-

gitu suatu tim sepakbola akan dikenal begitu

juga pemainya. Kalo yang saya sering kali

pertandingan pasti berjalan panas, tapi kalo

sudah selasai ya sudah”.

Hal yang sama juga disampaikan Khodri,

ketua Fosgama yang melihat banyak sisi

positif dari berbagai ajang olahraga semisal

di atas. “Bagus sekali itu, sebagai ajang sila-

turrahmi dan menjaga kesehatan jasmani.

Harapan saya supaya kedepaanya lebih ma-

ju, sebagai wadah silaturrahmi, menggali dan

mengembangkan potensi yang dimiliki, juga

menjaga keutuhan NKRI.” [ë] Tsabit, Erika,

Heni .

Sambungan dari Hal. 4...

Page 8: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Seputar Kita

08

Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!

Tujuan anda sendiri datang ke negeri

ini apa?

Kita di Indonesia sudah beberapa kali

membuat event yang sama, yaitu Opick Con-

cert for Palestine yang bertujuan untuk peng-

gaklangan dana. Kita sudah dapet uang ban-

yak. Kemudian dari situ saya berfikir

bagaimana kalau saya sendiri yang ikut

mengantarkannya ke Gaza. Terus ada

kemungkinan nggak kalo saya bisa nyanyi di

sini? Di satu atau dua tempat lah. Dan alham-

dulillah ternyata diijabah, wah aku seneng

banget.

Dari uang yang itu tadi, akhirnya akan

dibawa langsung ke Gaza. Kita sudah mem-

beli dua buah mobil ambulans, kemudian

kita bawa uang untuk langsung dibagikan di

sana. Tentunya KNRP sebagai

badan penyelenggakranya,

dan saya di sini hanya se-

bagai pelaku, berjalan dari

satu daerah ke daerah

lain kemudian mengum-

pulkan uang. Dan Alham-

dulillah, ini sudah sepa-

ruh jalan, dan setelah

itu kita akan masuk

ke Gaza.

Bagaimana kesan anda pertama kali

datang ke negeri ini?

Satu kebahagiaan sendiri saya bisa

mengenal teman-teman. Ini adalah pertama

kali saya ke sini. Karena memang orang sep-

erti saya bisa masuk ke tempat kalian ini,

Masya Allah, saya senang sekali. Apalagi di

sini tempat orang soleh dan solehah semua.

Ada satu puisi yang saya tulis:

“Ketika aku sampai di sini.

Ya Allah, Engkau tidak pernah mengajak

aku bicara terlebih dahulu. Engkau tidak

pernah mengajak aku berunding terlebih da-

hulu.

Seperti apa wajahku hari ini? Hitam?

Putih? Gelap? Terang? Kaya? Miskin? Bodoh?

Pintar?

Kau lempar aku ke timur maka aku men-

jadi bulan. Kau lempar aku ke barat maka aku

jadi matahari. Menjadi bintang, menjadi bu-

rung, menjadi ikan, menjadi daun kering.

Menjadi apa saja yang engkau inginkan.

Dan aku tak berdaya. Aku hanya berharap

di penghujung umurku, aku hilang dalam

cinta.”

Apa atau siapa yang mempengaruhi

anda dalam berkarya?

Kalo aku, aku polos banget. Aku hanya

pengen tulis sesuatu yang bergolak

dalam pikiran, itu saja. Ndak ikut

cara penulisan, bebas, bisa dibi-

lang merdeka banget. Ndak ada

rujukan. Atau istilahnya, sastra

ngawur.

Karena memang gini, kalian itu

sekolah, kalo aku ndak sekolah.

Jadi cara berfikirku adalah cara

berfikir seperti yang aku bisa,

seperti yang aku mampu. Kalo aku

berfikir seperti kalian, pake logi-

ka kalian, ya ndak bisa. Jadi

aku lebih berfikir nggak

pake otak kiri nggak

pake otak kanan lagi.

Saya lebih memilih

majnun, ya belajar

ndak pake otak. Kare-

na belajar ndak pake

otak, akhirnya aku

belajar bagaimana

hari-hari yang di-

jalani itu sak paring-

paringe Gusti Allah.

Sediberinya Gusti

Allah. Sedikasihnya.

Nrimo.

Jadi, dalam proses

ilmu, pencapaian itu

biasanya sampe ting-

gi dan akhirnya

menemukan Dia. Tapi kalo saya ini susah, lah

wong ndak sekolah. Akhirnya pencariannya

ke ketiadaan. Ketidakberdayaanku hari ini,

Ya Allah, ketidakmampuanku kebodohanku,

hari ini mempertemukan diriku kepada diri-

Mu.

Kita terkadang banyak sibuk di ruang-

ruang luar, terutama orang-orang yang ser-

ing berfikir hanya kepada teks. Begini, ada

satu puisi yang unik dari guru saya:

“Wahai para sahabatku! Aku telah kenal

Allah dari seribu kitab yang aku baca.

Kemudian Allah aku kecilkan, aku taruh di

lemari di sebelah rumahku dan aku suruh-

suruh setiap hari.”

Wah, ekstrim banget kan? Bayangkan,

kita tuh begitu sama Allah. Padahal Allah

lebih luas lagi dari segala pemahaman di

manusia. Allah!

Proses perubahan anda dari awalnya

seorang musisi rock menjadi musisi reli-

gi?

Tiba-tiba seorang manusia diperjalankan

lewat keburukan di hari-harinya, di masa

lalu. Ini ternyata sebuah karunia, suatu a gift,

suatu hal yang hebat yang diberikan oleh

Allah. Lalu kemudian akhirnya pas di tengah

perjalanan, dia inget bahwa ini nggak baik.

Wah itu karunia lagi. Akhirnya dia bisa men-

galami rasa seperti apa dia ketika jauh dari

Allah, dan mengalami seperti apa ketika dek-

at dengan Allah. Itu adalah beda. Kamu me-

rasakan pecel itu nikmat karena kamu sudah

lama sekali tidak makan pecel. Nah itu, rasa

nikmatnya itu di situ.

Nah, di dalam pencarian si orang ini tadi,

ada sebuah proses. Suatu saat, saya adalah

seorang penulis, seorang musisi yang hebat

menurut orang-orang. Seorang penyair,

seorang pemain teater, yang menurut orang

sudah mempunyai dedikasi yang hebat kepa-

da dunia kesenian. Lalu saya bertemu

dengan anak muda. Dia menangis di depan

saya.

Aku tanya “Kenapa?” Dia bilang, “Aku

tidak melihat manusia, aku melihat ada bi-

natang hari ini yang ada di depanku”. Aku

kaget, aku seniman kok aku dibilang bi-

natang? Dia bilang, “Keinginan yang ada da-

lam hatimu hari ini telah mengikat dirimu

dan merubah wajahmu menjadi binatang.

Kauhalalkan segala cara untuk dirimu

memuja dirimu sendiri”. Akhirnya di situlah

saya tulis lagu Istighfar.

Anda ini kan seorang musisi religi.

Kalau boleh tahu, orientasi anda dalam

berkarir ini apakah demi dakwah atau

semata mengikuti permintaan pasar?

Kata orang aku ini tersesat ke jalan yang

benar. Aku ini, kalo aku ngomong dakwah, Doc: TëROBOSAN

Beberapa hari lalu Komite Nasional untuk

Rakyat Palestina KNRP kembali menggelar

Konser amal di negeri ini dengan Rafi`I sebagai

Event Organizer. Dan kali ini, KNRP datang

bersama Opick dalam rangkaian kegiatan yang

bertajuk Opick Concert for Palestine.

Salah seorang kru kami, Fahmi Hasan

beserta beberapa kawan jurnalis lain berhasil

mewawancarai Opick di sela konsernya. Beri-

kut cuplikannya:

Page 9: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Seputar Kita

09

nggakk pantes mas. Ilmu saya ndak cukup,

pemikiran saya ndak cukup, kapasitas saya

untuk berbicara tentang Allah itu ndak

cukup. Kalo saya ngomong saya berdakwah,

saya geer sama diri saya sendiri. Saya malu,

walaupun berdakwah adalah cita-cita saya.

Dakwah tuh cita-cita saya dan saya bangun,

Ya Allah izinkan saya untuk bercerita tentang

engkau sebanyak-banyaknya.

Tapi lagi-lagi saya menemukan diri saya

kosong, diri saya ndak bisa apa-apa. Ternyata

saya menemukan saya seorang penyair,

seorang seniman, seorang budayawan. Ya

sudah, saya ndak usah mengakui apa-apa

dalam hidup saya. Saya tulis saja apa yang

saya tulis, saya buat saja apa yang saya buat.

Ya Allah, terserah ya Allah. Ini apa namanya

aku ndak mengerti, yang jelas aku ndak mau

mengaku-aku.

Karena ketika saya mengaku, banyak

sekali orang yang mengaku kiyai, ajengan,

tapi prilakunya ndak begitu. Sebenarnya

yang betul itu namanya atau prilakunya? Ada

orang kayanya ini orang pinter, ngakunya

orang pinter, tapi prilakunya ndak begitu.

Yang mana ini sebenarnya? Itulah, saya ndak

milih, saya ndak milih semuanya. Pokoknya

saya buat, saya tulis apa yang saya pikirkan,

ya nafas saya nafas kecintaan saya kepada

Allah, kepada Rasulullah, kepada kebaikan

kebaikan.

Kenapa saya ngomong seperti itu? Kare-

na sebenarnya saya ini sedang mengajari diri

saya sendiri. Lagu saya itu adalah seperti

prasasti yang saya tulis dalam hidup saya

untuk mengingatkan saya dari hari ke hari

tentang zaman, tentang waktu, tentang hidup

yang saya jalani dalam pemikiran-pemikiran

saya. Lagu ini adalah gambar saya wajah saya

di saat itu, terus begitu. Semua ada ceritanya,

semua ada alasannya. Dan saya ini orang

bodoh, ndak bisa sebenarnya. Tapi kenapa

saya ini bisa? Pasti ada suatu kekuatan yang

memudahkan itu semua.

Selama ini, kepuasan pribadi yang

anda rasakan dari karir anda sendiri?

Ya, jadi gini. Betapa saya dalam sujud

saya tidak menangis. Allah ngasihnya ke-

banyakan sama saya. Ya Allah ini kok

karuniamu banyak banget? Tapi ya saya

sedih juga. Sedihnya kenapa? Karena orang

menganggakp saya orang baik, orang

menganggakp saya orang mulia, padahal

saya tahu kartu saya sendiri. Di situ saya,

minta ampun. Ajari aku mencintai, ajari aku

merindukan-Mu, dalam lelah dan bosanku, di

keadaan yang seperti ini.

Apakah ada tokoh yang menginspirasi

anda dalam bermusik atau bersastra?

Aku senang sekali sama syaikh Faridud-

din Atthar, kitab Mantiqutthayr. Ada juga

kitab Tadzkirul Aulia. Mungkin juga Masnawi

dan Jalaluddin Rumi, tapi itu cuma baca

sekedarnya. Tapi yang saya serius membaca

itu kitab Mantiqutthayr. Ada pengembaraan

jiwa yang seperti itu. Saya menemukan diri

saya ada dalam buku itu, dia memainkan

hidup saya dalam buku itu. Kemudian kalo

bahasa yang saya buat itu ya memang

keseharian, tidak bisa acting.

Bagaimana pandangan anda tentang

dakwah lewat musik?

Saya ingat ada ulama jaman dulu ketika

saya masih kecil, kemudian saya juga ingat

Rhoma Irama. Ulama itu tidak ada yang saya

inget dalam ingatan saya, tapi Rhoma Irama,

“Judi”, itu inget saya. Berarti nyanyian itu

lebih abadi. Nah kalo nyanyiannya ada ruang

kita kontemplasi kepada Allah, ada ruang

pelajaran kepada hidup, ada ruang pelajaran

kepada hati, kepada Rasulullah shallallahu

alaihi wasallam. Luar biasa. nah saya melihat

poin di situ.

Ya Allah terimakasih pada hari ini saya

bisa ada di sini, menjadi seperti apa yang

engkau inginkan, bukan yang aku inginkan.

Apa pesan yang ingin anda sampaikan

kepada para mahasiswa di sini?

Saya berharap memang benar-benar di

antara kalian nanti pulang ke Indonesia,

benar-benar menjadi seseorang yang sangat

berarti bagi bangsa Indonesia. Bangsa kita

sangat butuh kepada kalian. [ë] Fahmi.

Pada hari Ahad (31/3) lalu, PPMI

bekerjasama dengan beberapa persatuan

pelajar negara-negara ASEAN mengadakan

acara Asean Students Gathering 2013 yang

dimulai dengan acara Konferensi Pelajar

ASEAN pada hari Ahad (31/3) lalu di Aula

Darul Hasan KMJ, Nasr City.

Konferensi yang dihadiri oleh sembilan

perwakilan ini menghasilkan empat butir

kesepakatan yang akan dideklarasikan pada

acara ASAPE yang diadakan seminggu

setelahnya. Empat butir kesepakatan itu

adalah: 1) Mendukung terciptanya

komunitas ASEAN 2015, 2) Lebih

menguatkan hubungan kerjasama pelajar

ASEAN di Mesir dalam bidang pendidikan,

sosial dan budaya, 3) Saling membantu

dalam menyelesaikan masalah yang menjadi

kepentingan bersama, 4) Mendorong

terbentuknya ikatan alumni al-Azhar di

ASEAN.

Rentetan acara dilanjutkan dengan

ASAPE, Asean Student Art Performance and

Exhibition di Auditorium Shalah Kamil, Nasr

City. Acara ini dihadiri oleh beberapa

perwakilan dari kedutaan negara-negara

ASEAN, ketua persatuan pelajar negara-

negara ASEAN, tamu undangan dan para

pelajar dari berbagai negara.

Dalam acara ini ditampilkan beberapa

kesenian khas dari negeri-negeri ASEAN, di

antaranya Tapak Suci, Hadrah dan Angklung

dari Indonesia, Nasyid dari Singapura, Muay

Thai dari Thailand, Taekwondo dari

Malaysia. Dalam acara ini pun dideklarasikan

empat poin kesepakatan para ketua

persatuan pelajar negara-negara ASEAN

yang telah dirumuskan pada acara

sebelumnya.

Seluruh rangkaian acara ini

menghabiskan anggaran sekitar 8.000 LE

yang didapat dari kas PPMI, proposal dari

KBRI, iuran dari seluruh persatuan pelajar

negara ASEAN dan sumbangan dari beberapa

donatur.

Kegiatan ini diprakarsai oleh PPMI dan

merupakan kegiatan yang pertama kali

diadakan. Kegiatan ini mengambil tema

Raising ASEAN Students Brotherhood, yang

bertujuan untuk meningkatkan rasa

solidaritas dan persaudaraan antar pelajar

ASEAN yang berada di Mesir.

Muhammad Izdiyan Muttaqin selaku

ketuapanitia mengungkapkan, “Dengan

adanya acara ini diharapkan para pelajar

ASEAN bisa saling mengenal. Dan agar

terjalin hubungan yang harmonis dan

berkelanjutan antara pelajar negara-negara

ASEAN yang memiliki kesamaan budaya dan

daerah yang berdekatan.”

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa acara

ini diadakan untuk menyambut ASEAN

Global Community 2015, yaitu saat 10

negara anggota ASEAN menjadi sebuah

komunitas yang bersatu dan saling

berintegrasi satu sama lain khususnya dalam

masalah ekonomi.

Dalam sambutannya, Jamil Abdul Latief

selaku presiden PPMI menjelaskan tujuan

dari diadakannya acara ini yaitu untuk

meningkatkan hubungan kecintaan dan

kekeluargaan antara pelajar negara-negara

ASEAN di Mesir. [ë] Fahmi.

PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013

Doc: Ahwazy Anhar

Page 10: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

O p i n i

10

Kekeluargaan dan Wajah PPMI Oleh: Hilmy Mubarok*

Geliat Masisir serasa tidak ada hentinya.

Kegiatan demi kegiatan memadati hari-hari,

hingga membuat satu minggu terasa hanya

satu hari. Baik kegiatan tersebut berkaitan

dengan peningkatan akademis, olahraga atau

kegiatan lainnya. Yang jelas, tanpa kegiatan,

Masisir mungkin bisa dianalogikan dengan air

diam yang menjadi sumber penyakit.

Selain kegiatan yang harus disoroti, juga

lembaga yang mengadakan kegiatan tersebut

pun harus diketahui, hingga kita mampu me-

nyimpulkan lembaga mana yang aktif dalam

kegiatan akademis, olahraga dan lain se-

bagainya. Karena sebagaimana yang kita

ketahui, bahwa setiap lembaga atau organ-

isasi yang ada di bawah naungan PPMI, selain

berbeda-beda jenisnya, berbeda juga kegiatan

yang disajikan, khususnya untuk anggotanya

sendiri dan umumnya untuk Masisir. Marak-

nya organisasi ini menurut Desi Hanara dalam

Modul ORMABA tahun 2009 menunjukkan

dua hal. Pertama, menjadi saksi nyata akan

kedinamisan Masisir dan kedua, menjadi salah

satu pemicu disorientasi Masisir selaku insan

akademik.

Adapun klasifikasi organisasi yang ada di

lingkungan Masisir bisa dilihat di Bab II pasal

tiga dan empat di dalam UU Peraturan Organ-

isasi. Pasal tersebut berbunyi bahwa organ-

isasi yang dimaksud bisa diklasifikasikan

menjadi lembaga otonom (LO) dan organisasi

khusus (OK). Adapun yang termasuk LO yaitu

lembaga kedaerahan, lembaga keputrian dan

lembaga kefakultasan. Sedangkan yang terma-

suk dengan OK yaitu Organisasi Afiliatif, Or-

ganisasi Almamater dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM). Dengan ini, kita menjadi

lebih yakin bahwa Masisir bisa dikatakan

sebagai ekosistem yang tidak pernah “tidur.”

Jika mau ditelisik lebih dalam, Organisasi

Kedaerahan atau lebih dikenal dengan istilah

‘kekeluargaan’ termasuk organisasi yang ada

di dalam ruang lingkup PPMI yang memiliki

kontribusi lebih daripada organisasi lainnya.

Hal ini salah satunya dari kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan kekeluargaan yang di-

tujukan untuk warganya masing-masing, se-

hingga warga pun dapat mengikuti kegiatan

tersebut. Bahkan jenis kegiatan yang dilaksa-

kan pun bisa dikatakan lebih positif daripada

organisasi lain, termasuk organisasi induk,

PPMI. Hal ini tidak sama sekali membuat

PPMI menjadi buruk, akan tetapi image yang

ada akan berubah menjadi positif, karena

kekeluargaan bisa dikatakan “wajah” PPMI.

Hal lain yang mempengaruhi penilaian di

atas, karena sifat kekeluargaan itu sendiri.

Artinya, Masisir lebih memilih untuk aktif

dalam beberapa kegiatan yang dilaksakan

kekeluargaan mereka daripada kegiatan di

organisasi lain, termasuk kegiatan PPMI.

Beberapa faktor mengapa sebagian besar

Masisir aktif di kekeluargaan di antaranya,

pertama, keanggotaan yang terikat bukan

hanya karena asal daerah kedatangan, tetapi

ikatan silaturahmi pun berpengaruh kuat.

Dengan kata lain, emosional (red: perasaan)

mereka lebih “damai” berada di kekeluargaan.

Kedua, kekeluargaan termasuk organisai

“profit.” Artinya, keaktifan seorang anggota di

kekeluargaannya akan berbuah poin TEMUS.

Ketiga, pentingnya sebuah relasi, baik di Mesir

atau ketika sudah pulang ke tanah air, sehing-

ga keaktifan di kekeluargaan, menurut sebagi-

an Masisir mampu memperluas relasi.

Namun di sisi lain, geliat kekeluargaan

yang begitu rupa ini membuat lupa terhadap

organisasi induknya, PPMI, khususnya ter-

hadap elemen BPA (Badan Perwakilan Ang-

gota) PPMI. Hal ini terlihat dari ketidakaktifan

sebagian besar kekeluargaan dalam agenda

yang dilaksanakan oleh BPA.

Beberapa sidang yang dilaksanakan sebe-

lumnya, tidak pernah dihadiri oleh seluruh

perwakilan kekeluargaan. Artinya jumlah

kekeluargaan yang aktif hanya sebagian kecil

saja, bisa dihitung jari. Hal ini pun dirasakan

oleh MPA, sebagai Majelis tertinggi, di mana

pada Sidang Paripurna kemarin yang memba-

has LKS PPMI, hanya beberapa kekeluargaan

saja yang mengirim delegasi.

Tentunya hal ini bertabrakan dengan

hukum SGS, karena pada dasarnya, sesuai

dengan pasal 7 bab III dalam UU Peraturan

Organisasi, meski kekeluargaan sebagai lem-

baga otonom, bebas berekspresi dalam

melaksanakan kegiatannya, tapi ia pun mem-

iliki beberapa kewajiban yang harus dipatuhi

terhadap PPMI, salah satunya tertulis pada

poin enam yang berbunyi, “memilih utusan

untuk BPA PPMI sebagai anggota tetap

sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam

ketetapan tersendiri”. Dan sebagaimana

kenyataannya, sebagian besar kekeluargaan

lebih berkonsentrasi pada kegiatannya mas-

ing-masing dan melupakan kewajibannya.

Asap tidak akan muncul, kecuali adanya

api. Begitu pun permasalahan di atas, setelah

ditelisik, ternyata kesalahan tidak berasal dari

PPMI. Artinya, BPA sebagai Badan Legislatif

dan Yudikatif PPMI sudah melaksanakan

kewajibannya sebagai pelaksana sidang terse-

but. Surat permohonan delegasi sudah di-

antarkan langsung ke setiap sekretariatnya

satu minggu sebelum hari-H, pamflet sudah

tersebar, khususnya di jejaring sosial Face-

book, bahkan ketika hari-H, usaha untuk

meminta kehadirannya via telepon pun dil-

akukan.

Lantas apakah ini akan berakibat buruk?

Tentu saja, karena beberapa sidang yang dil-

aksanakan BPA sebelumnya benar-benar

memiliki pengaruh besar terhadap Masisir,

salah satunya membahas Amandemen UU

Pemilu Raya. Pembahasan tersebut dil-

aksanakan melihat masalah-masalah yang

terjadi pada pemilu sebelumnya yang ke-

banyakan bersentuhan dengan kekeluargaan

itu sendiri. Akan tetapi sangat disayangkan,

ketika sidang tersebut dilaksanakan, hanya

beberapa keluargaan saja yang hadir ketika

itu. Padahal jika dihadiri oleh seluruh

kekeluargaan, maka permasalahan yang mun-

cul akan bisa dipecahkan dengan pendapat-

pendapat jernih yang datang dari setiap dele-

gasi kekeluargaan tersebut.

Namun hal lain yang lebih disayangkan

adalah setelah sidang-sidang tersebut dil-

aksanakan, secara otomatis kekeluargaan

yang tidak hadir tidak akan tahu permasala-

han apa yang dibahas dan solusi untuk me-

mecahkannya. Intinya, hak bersuara yang

semestinya dimiliki oleh setiap kekeluargaan

akan hilang, karena absennya. Kesepakatan

atau ketentuan yang tidak sependapat

dengannya, mungkin bisa saja didiskusikan

lagi, bahkan dibatalkan karena pendapat yang

mungkin lebih kuat, akan tetapi karena ab-

sennya, maka kesepakatan ini terus ditetap-

kan. Dan pada akhirnya, hal ini akan me-

lahirkan kesalah fahaman dan tentunya

berimbas negatif terhadap kekeluargaan yang

tidak hadir.

Permasalahan seperti ini sebenarnya per-

masalahan klasik yang sudah sering terjadi.

Bahkan ada beberapa orang yang mengatakan

bahwa sikap seperti ini dinilai sebagai karak-

ter yang matre. Hal tersebut didasarkan

dengan kenyataan, bahwa sidang pleno pem-

bahasan Amandemen UU Pengaturan dan

Pengurusan Tenaga Energik Mahasiswa untuk

Syariah (TEMUS) yang berbau “uang” dihadiri

begitu banyak delegasi yang datang hampir

dari seluruh kekeluargaan. Sedangkan sidang

pleno untuk membahas UU lain, seperti UU

Pemilu Raya, dihadiri hanya beberapa dele-

gasi yang datang dari sebagian kecil kekeluar-

gaan. Meski buruk, tapi kesimpulan ini adalah

nyata dan tentunya harus dihilangkan.

PPMI benar-benar bukan milik siapapun,

kecuali Masisir secara keseluruhan. Artinya

jika bukan Masisir, siapa lagi yang akan men-

jaga eksistensi PPMI. Selain itu, perlu

diketahui bahwa seluruh sidang yang diada-

kan BPA PPMI, hanyalah untuk kepentingan

dan kebaikan Masisir. Oleh karena itu, sangat

dianjurkan kepada seluruh organisasi, khu-

susnya kekeluargaan untuk ikut andil dalam

kegiatan tersebut, sehingga kepentingan

Masisir bisa terpenuhi dan image PPMI yang

baik akan terus terjaga.

*Penulis adalah ketua BPA periode 2012-

2013.

Page 11: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

K o l o m

Saya sedikit tersenyum ketika mengikuti

acara Coffee Break tiga yang diadakan oleh

PPMI di aula KEMASS beberapa waktu lalu.

Acara itu sebenarnya adalah hal yang bagus

untuk diadakan, terlebih saat itu terjadi dia-

log vertikal secara langsung antara maha-

siswa dengan Bapak Duta Besar beserta be-

berapa pejabat KBRI. Namun sayangnya, saat

itu kita terlalu banyak membuang waktu un-

tuk membicarakan hal yang sebenarnya su-

dah lama kita bicarakan.

Seingat saya, selama tahun 2012 sudah

dua kali saya meliput tentang perkembangan

proyek pembangunan asrama mahasiswa.

Dan dalam dua liputan ini juga terdapat pen-

jelasan tentang status asrama itu yang

sebenarnya bukan merupakan “Asrama Ma-

hasiswa Indonesia”, namun lebih tepat dise-

but “Asrama Al-Azhar yang dibangun oleh

Indonesia”. Dan pada acara Coffee Break

kemarin, proyek asrama itu kembali ditan-

yakan dan dibahas dalam forum, padahal

saya rasa tulisan di dua edisi buletin TëRO-

BOSAN sudah menjelaskan hal itu.

Tapi yah, mungkin saja penyebaran yang

dilakukan oleh tim TëROBOSAN kurang me-

nyeluruh hingga tidak seluruh masisir mem-

baca laporan itu. Atau bisa juga memang

laporan yang mereka buat kurang bisa menja-

wab pertanyaan di benak Masisir. Atau mung-

kin juga karena buletin mahasiswa saat ini

sudah tidak lagi menarik, hingga tidak ter-

baca dan hanya menjadi bungkus nasi atau

alas makan.

Dalam acara itu terdapat pula sedikit

penjelasan tentang proses birokrasi maha-

siswa baru. Seingat saya, apa yang dijelaskan

saat itu juga telah dibahas panjang lebar da-

lam acara Warung Kopi yang diadakan oleh

Rumah Budaya Akar, dan atas dasar itulah

tim TëROBOSAN mengangkat permasalahan

Maba ini dalam rubrik Laporan Utama di

buletin TëROBOSAN edisi 349. Hal yang sama

juga dibahas oleh buletin Informatika edisi

165 dalam rubrik Suara Mayoritas. Namun

kembali ke paragraf sebelumnya, mungkin

penyebaran yang dilakukan kedua tim itu

kurang maksimal hingga informasi ini tidak

bisa diketahui oleh seluruh masisir.

Ini hal yang ingin saya pertanyakan, se-

jauh manakah peran media mahasiswa di

dalam komunitas kita sekarang ini?

Media mahasiswa itu berputar di dunia

mahasiswa. Segala kejadian yang terjadi di

dunia mahasiswa merupakan ladang bagi

media itu untuk mengangkatnya. Karena na-

manya media mahasiswa, segala hal yang

menyangkut kemahasiswaan itu boleh saja

untuk diangkat tanpa perlu ada intervensi

dari pihak luar. Maka, media mahasiswa

seharusnya hidup di dunia mahasiswa.

Namun saya merasakan bahwa media

mahasiswa dan mahasiswa saat ini berada

dalam dua dunia yang berbeda. Media ber-

bicara apa, mahasiswa memperbincangkan

apa. Media pergi ke mana, mahasiswa pergi

ke mana. Ada atau tidaknya media mahasiswa

tidak terlalu berpengaruh terhadap dunia

mahasiswa, mereka akan tetap berjalan sep-

erti biasa dengan ada atau tidak adanya me-

dia ini.

Respon baru akan terasa ketika media itu

sedikit menyinggung dunia mahasiswa yang

kebetulan saat itu sedang tidak ingin dis-

inggung. Saat itulah persinggungan antara

dua dunia itu terasa. Apa yang ditulis media

menjadi pembicaraan mahasiswa dan apa

yang dibicarakan mahasiswa sedikit

menyangkut dengan tulisan di media.

Namun sayang, saat sebuah masalah ter-

jadi antar dua dunia tadi, penyelesaian per-

masalahan itu justru menggunakan dua logi-

ka yang berbeda. Media menggunakan logika

media dan mahasiswa pun menggunakan

logika mahasiswa yang anehnya keduanya

kok tidak bisa bertemu. Dua dunia ini terlihat

berjalan damai, asalkan satu dunia tidak

‘menyikut’ dunia yang lain.

Misalkan saja dalam beberapa tahun tera-

khir. Hampir di setiap tahun para pimpinan

media Masisir mendapatkan beberapa kali

respon yang kurang baik dari pembaca.

Bahkan bukan hanya redaksi media yang

mendapatkan itu, beberapa penulis lepas pun

pernah mendapatkan respon yang serupa.

Respon tersebut bisa berupa pemanggilan

terhadap beberapa kru redaksi ataupun hing-

ga aksi pemukulan oleh beberapa pihak yang

tersinggung dengan salah satu tulisan di me-

dia tersebut.

Melihat kenyataan itu saya berfikir bahwa

jelas sekali ada yang salah dalam hal ini. Na-

mun di sisi lain saya pun berfikir, di mana

letak kesalahan itu?

Apakah media mahasiswa saat ini telah

kehilangan fungsinya? Jika memang begitu,

maka ada dua kemungkinan di sana. Bisa jadi

karena fungsi itu disalahgunakan oleh insan

media itu sendiri hingga mahasiswa di

komunitas kita tidak lagi memandang penting

terhadap media. Atau bisa juga karena fungsi

media itu telah disalahartikan oleh anggota

komunitas ini hingga apapun yang media

lakukan maka tetap tidak akan merubah pan-

dangan mahasiswa.

Ya, media terkadang dianggap menjadi

pemicu kerusuhan ketika mengangkat sebuah

konflik antara dua pihak yang berseteru. Me-

dia pun terkadang dianggap mencari sensasi

ketika memuat tentang suatu hal yang sensi-

tif. Namun jika dipandang dari sudut pandang

media, mengangkat sebuah konflik atau hal

sensitif adalah sah-sah saja selama berdasar-

kan atas fakta dan disertai data-data yang

valid. Terlebih lagi jika hal itu berhubungan

dengan dunia mahasiswa yang mana merupa-

kan ladang tugas bagi media mahasiswa.

Selama kejadian atau perkara itu terjadi

di sekitar dunia mahasiswa, maka media ma-

hasiswa berhak untuk mengangkat ataupun

menganalisanya tanpa harus ada intervensi

dari pihak luar. Masukan ataupun kritikan

kepada media pun sebenarnya tidak pernah

habis, namun terkadang kritikan itu kemudi-

an berubah menjadi sebuah intervensi hingga

beberapa pihak ingin mengatur media agar

mengangkat suatu hal dan meninggalkan hal

lain. Inilah yang saya pandang kurang baik

dari hubungan antara komunitas ini dengan

medianya.

Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu

mempermasalahkan asas kebebasan pers

atau hal-hal yang menyangkut idealisme pers,

karena saya menilai pers mahasiswa itu

memiliki sifatnya sendiri. Pers mahasiswa,

khususnya di komunitas kita ini adalah anak

kecil yang tak pernah kunjung dewasa, kare-

na orang yang berkecimpung di dalamnya

selalu berganti setiap tahunnya. Pers maha-

siswa di komunitas kita ini tidak lain adalah

tempat untuk belajar bagi mereka-mereka

yang memiliki minat dalam bidang ini, bukan

sebagai tujuan atau bahkan alat untuk men-

cari penghidupan.

Maka, selama itu adalah tempat belajar,

saya pun tidak terlalu peduli dengan nama

baik ataupun harga diri media mahasiswa,

karena sunnatullah dalam belajar adalah ber-

buat kesalahan. Jika memang saya bersalah

ya saya meminta maaf, dan jika tidak ya saya

akan terus belajar dan tidak perlu memikir-

kan embel-embel eksistensi, nama baik atau-

pun harga diri.

Saya hanya berharap agar dua dunia yang

terpisah ini bisa kembali menyatu. Media

mahasiswa bisa hidup dan saling berinteraksi

dengan mahasiswa layaknya kawan lama,

bisa duduk bersama dan saling bertukar

pikiran layaknya teman diskusi. Saya juga

berharap agar media mahasiswa bisa kembali

kepada asasnya, memberikan informasi bagi

para pembaca dan menjadi mediator bagi

opini para mahasiswa. Bukan hanya sebagai

formalitas agar terlihat eksistensinya atau-

pun menjadi anak tiri yang tersingkir dari

dunianya.

Semoga bermanfaat.

*Penulis adalah Mahasiswa al-Azhar fak.

Syari`ah Islamiyah, Pemred Buletin

TëROBOSAN.

Dua Dunia Oleh: Fahmi Hasan Nugroho*

11

Page 12: Buletin Terobosan Edisi 352

TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

12

Email/YM: [email protected]

FB: Tranferindo Mesir