44
CARA KERJA YANG AMAN DAN ASEPSIS DALAM KEDOKTERAN GIGI TERUTAMA PADA PASIEN HEPATITIS a. Hepatitis Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan ada pula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ). a.1 Hepatitis A Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular

cara kerja asepsis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cara kerja asepsis ke kedokteran gigi

Citation preview

Page 1: cara kerja asepsis

CARA KERJA YANG AMAN DAN ASEPSIS DALAM KEDOKTERAN GIGI

TERUTAMA PADA PASIEN HEPATITIS

a. Hepatitis

Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).

Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan,

termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A,

hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut

( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan ada pula yang

kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).

a.1 Hepatitis A

Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali

menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A)

penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sebagai contoh, ikan atau kerang

yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko

tinggi tertular hepatitis A. Penyakit Hepatitis A penularannya bukan melalui

darah.

Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4

minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan

suntikan vaksin beberapa kali.

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak

penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan

gejala terserang penyakit Hepatitis A.

a.1.1 Gejala Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,

sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam,

Page 2: cara kerja asepsis

diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang

sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal

terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A

tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.

a.1.2 Penyebab Hepatitis A

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ

hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya

hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya

cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C.

a.1.3 Pengobatan Hepatitis A

Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama

munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan

untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan

kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti

paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan

daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual

dan muntah.

a.1.4 Pencegahan Hepatitis A

Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan

adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan

bagi seseorang yang berada disekitar penderita.

a.2 Hepatitis B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya

didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang

hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis

Page 3: cara kerja asepsis

C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.

Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak

dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari

ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik,

maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-

sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka

yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.

a.2.1 Gejala Hepatitis B

Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah

demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).

Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-

tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.

a.2.2 Penyebab Hepatitis B

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ

hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya

hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya

cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun

disini kita akan membahas pada fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.

a.2.3 Pengobatan Hepatitis B

Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang

ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan

sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu

pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.

- Pengobatan oral yang terkenal :

1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang

dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-

Page 4: cara kerja asepsis

anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT)

untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. 

2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan

lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh

buruk terhadap fungsi ginjal.

3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita

Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit

kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat

keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

- Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;

Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif

pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak

jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang

INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan

skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek

samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang

memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada

otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat

dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

a.2.4 Pencegahan Hepatitis B

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B

adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena

virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti

pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang

berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.

a.3 Hepatitis C

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus

Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum

suntik (terkontaminasi), serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang

Page 5: cara kerja asepsis

lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang

jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan

kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati.

Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan

merusak hati bertahun-tahun.

a.3.1 Gejala Hepatitis C

Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A

atau B. Setelah terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara

sempurna, tidak ada yang menjadi kronik. Hepatitis B juga sebagian besar akan

sembuh dengan baik dan hanya sekitar 5-10 persen yang akan menjadi kronik.

Bila hepatitis B menjadi kronik maka sebagian penderita hepatitis B kronik ini

akan menjadi sirosis hati dan kanker hati. Pada Hepatitis C penderita yang

menjadi kronik jauh lebih banyak. Sebagian penderita Hepatitis C kronik akan

menjadi sirosis hati dan kanker hati. Hanya sebagian kecil saja penderita Hepatitis

B yang berkembang menjadi kanker hati. Begitu pula pada penderita Hepatitis C

hanya sebagian yang menjadi kanker hati. Biasanya diperlukan waktu 17 sampai

dengan 20 tahun seorang yang menderita Hepatitis C untuk berkembang menjadi

sirosis hati atau kanker hati. Anti HCV negatif artinya Anda belum pernah

terinfeksi Hepatitis C. Sampai sekarang ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C

sehingga Anda dianjurkan agar berhati-hati sehingga tidak tertular Hepatitis C.

Jadi hindari kontak dengan cairan tubuh orang lain. Sekarang memang ada obat

baru untuk Hepatitis B yang disebut lamivudin. Obat ini berupa tablet yang

dimakan sekali sehari. Sedangkan jika diperlukan pengobatan untuk Hepatitis C

tersedia obat Interferon (suntikan) dan Ribavirin (kapsul). Namun penggunaan

obat-obat tersebut harus dilakukan dibawah pengawasan dokter.

a.3.2 Penyebab Hepatitis C

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ

hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya

Page 6: cara kerja asepsis

hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya

cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun

disini kita akan membahas pada fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.

Kondisi Rongga Mulut Penderita Hepatitis C

a.3.3 Pencegahan Hepatitis C

1. Jangan biarkan darah kita berhubungan dengan darah orang lain.

2. Jangan berbagi peralatan suntik

3. Jangan gunakan alat tatto, alat tindik atau alat peluka lainnya yang

tidak disterilkan dengan prosedur  yang layak

4. Jangan berbagi alat cukur dan sikat gigi

5. Jangan berhubungan seks dengan sembarang orang dan berganti-ganti

pasangan.

a.3.4 Pengobatan

Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti

Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan

pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini

mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir

penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang

cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu

perlu penanganan pada stadium awalnya.

Page 7: cara kerja asepsis

a.4 Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak

lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan

melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit

hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau

amat progresif.

a.5 Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit

perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), kecuali bila terjadi pada

kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air

yang terkontaminasi tinja manusia. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang

disebabka oleh virus dan mengganggu serta merusak organ hati. Dengan

mengetahui bagaimana penyakit ini dapat terjadi, gejalagejala yang ditimbulkan,

serta pencegahan yang dapat dilakukan akan mengurangi kasus penyakit ini.

b. Pendahuluan

Mikroorganisme patogen yang terdapat pada darah, saliva, dan plak gigi dapat

mengkontaminasi tangan dari orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran

gigi. Mikroorganisme ini dapat mengkontaminasi instrumen, peralatan kedokteran

gigi dan permukaan dari peralatan lain dalam ruang praktek. Tindakan pencegahan

termasuk semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi dokter gigi, karyawan,

dan pasien dari penyebaran penyakit infeksi melalui perawatan gigi. Prosedur

tindakan pencegahan infeksi harus ditujukan terhadap semua pasien dan terhadap

semua tindakan perawatan gigi. Semua instrumen yang digunakan dalam rongga

mulut harus disterilkan. Semua permukaan dan alat-alat yang disentuh oleh tangan

yang terkontaminasi saliva atau darah yang tidak dapat disterilkan harus benar-benar

Page 8: cara kerja asepsis

dibersihkan dan didesinfeksi dengan bahan yang efektif, dengan alternatif hanya

ditututpi dengan bahan penutup yang kedap air.

Dokter gigi, stafnya dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan

mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi.

Tindakan secara asepsis harus selalu dilakukan, termasuk tindakan pencegahan

seperti sterilisasi dan desinfeksi. Dokter gigi harus menganggap pasiennya adalah

carrier dari hepatitis B, acquired immuno defficiency syndrome (AIDS) atau

tuberculosis (TBC), dan harus selalu mengikuti prosedur tindakan pencegahan.

Banyak penyakit infeksi dapat ditularkan selama perawatan gigi, antara lain TBC,

sifilis, hepatitis A, B, C, AIDS, ARC, herpes, dan lain-lain. Dengan melakukan

tindakan pencegahan infeksi dapat dicegah terjadinya infeksi yang berbahaya,

bahkan dapat mencegah terjadinya kematian. Sumber infeksi yang potensial pada

praktek dokter gigi termasuk tangan, saliva, darah, sekresi hidung, baju, rambut juga

alat-alat/instrumen dan perlengkapan praktek lainnya harus dijaga sterilitasnya untuk

mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Kontaminasi dari rongga mulut dan luka terbuka dapat disebarkan oleh udara, air,

debu, aerosol, percikan atau droplets, sekresi saluran pernafasan, plak, kalkulus,

bahan tumpatan gigi dan debris. Flora mulut yang patogen dari pasien dapat

ditransmisikan pada jaringan atau organ (autogenous infection) seperti katup jantung,

sendi artificial, dan jaringan lunak sekitarnya, dan tulang.

Prosedur pencegahan penularan penyakit infeksi antar lain adalah evaluasi pasien,

perlindungan diri, sterilisasi dan desinfeksi, pembuangan sampah yang aman dan

tindakan asepsis termasuk juga dalam laboratorium tehnik gigi. Metode sterilisasi

dan asepsis masa kini pada praktek dokter gigi dan laboratorium gigi secara nyata

telah menurunkan resiko terjadinya penyakit pada pasien, dokter gigi, dan stafnya.

Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui :

1. Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi.

2. Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi.

3. Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang

terluka maupun yang utuh atau mukosa.

4. Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.

Page 9: cara kerja asepsis

b.1 Kontrol infeksi secara umum

Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan

giginya adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua

pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen.

Semua prosedur klinis yang dilakukan pada semua pasien harus dilakukan dengan

menggunakan kontrol infeksi yang umum.

Banyak sumber penularan infeksi pada praktek dokter gigi antara lain tangan,

saliva, sekresi saluran pernafasan, darah, pakaian, dan rambut, demikian pula

instrumen gigi serta peralatan lainnya harus betul-betul diperhatikan untuk

mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Kontaminasi dari rongga mulut dan luka yang terbuka dapat disebabkan oleh

udara, air, debu, aerosol, percikan atau droplet, sekresi saluran pernafasan, plak,

karang gigi, bahan tumpatan gigi serta debris. Flora mulut pasien yang patogen dapat

masuk ke dalam jaringan lain atau organ (autogenous infection) seperti pada katup

jantung yang lemah, sendi palsu dan jaringan lunak sekitarnya atau tulang.

b.2 Infeksi melalui udara

Mikroorganisme yang ditularkan melalui udara terdapat pada aerosol yang

terhirup dan karenanya dapat menyebabkan penyakit influenza, commond cold, dan

tuberkulosis. Bila terjadi aerosol misalnya oleh instrumen kecepatan tinggi, terbentuk

percikan-percikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Percikan yang diameternya

lebih besar dari 100 nanometer yang dinamakan splatter akan cepat jatuh oleh gaya

tarik bumi, sedang percikan yang umum terjadi adalah berukuran diameter kurang

dari 100 nanometer. Percikan kecil ini dengan cepat menguap dan tetap ada pada

udara selama beberapa jam sebagai droplet nuclei yang mengandung saliva atau

sekresi serum yang kering dan mikroorganisme.

Page 10: cara kerja asepsis

b.3 Infeksi melalui benda tajam dan jarum suntik

Jalur utama terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang kedokteran gigi

yaitu melalui kulit atau mukosa yang terluka oleh benda tajam atau jarum suntik,

termasuk di sini adalah penyebaran penyakit hepatitis B dari pasien ke dokter gigi

dan sebaliknya yang sudah terbukti.

b.4 Prosedur Cara Kerja yang Aman dan Asepsis dalam Pencegahan Infeksi

Hepatitis di Kedokteran Gigi

Ada beberapa tahap :

1. Evaluasi pasien

Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari tiap-tiap pasien dan

perbaharui pada tiap tahap kunjungan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat

diketahui adanya infeksi silang yang kemungkinan terjadi pada praktek dokter

gigi. Harus diperhatikan mengenai adanya penyakit hepatitis yang berbahaya.

2. Perlindungan diri

Dalam hal ini termasuk :

- Kebersihan diri.

Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang pada

praktek dokter gigi. Secara umum pada waktu merawat pasien seorang dokter

gigi harus :

Hindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu

merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut,

dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi.

Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester sebab luka

tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen

(harus memakai sarung tangan).

Page 11: cara kerja asepsis

Cuci tangan dengan baik sebelum dan setelah merawat pasien dengna

memakai sabun antimikrobial (mis. klorheksidin glukonat) sebelum

memakai sarung tangan.

- Pemakaian baju praktek.

Dokter gigi dan stafnya harus memakai baju yang bersih dan baru

dicuci.

Baju tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi

kontaminasi.

Baju praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih

klorin, untuk baju yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri.

Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup

pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

- Proteksi misalnya sarung tangan, kacamata, masker, dan rubber dam.

Sarung tangan

Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran

pernafasan dan mulut yang utama. Kuku harus digunting pendek dan tidak

boleh memakai perhiasan seperti cincin, gelang, dan jam tangan pada saat

merawat pasien. Tangan harus dicuci dengan sikat dan sabun yang

mengandung zat antimikrobial seperti iodofor (1% iodine), klorheksidin

glukonat (2-4%), para-klormeta-silenol (PMCX) 0,5-3% atau alkohol

(70% isopropil aklohol) dan lain-lain. Tangan digosok paling sedikit

selama 10 detik dan dikeringkan dengan memakai pengering otomatis atau

tissue.

Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks

atau vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi baik dokter gigi atau

stafnya maupun pasien. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka

yang alergi terhadap lateks, walaupun hal ini jarang terjadi.

Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi yaitu :

Page 12: cara kerja asepsis

Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter

gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan

terjadinya perdarahan.

Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan

bedah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada

perawatan.

Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus

membersihkan alat, permukaan kerja atau bila menggunakan bahan

kimia.

Semua luka dan lecet-lecet pada kulit harus ditutup dengan plester yang

kedap air sebelum memakai sarung tangan. Jangan merawat pasien bila

sedang mengalami luka yang bernanah atau dermatitis yang terbuka hingga

luka tersebut benar-benar sembuh.

Pakai 1 sarung tangan untuk tiap pasien, jangan memakai ulang sarung

tangan karena akan mengurangi nilai protektifnya.

Kacamata pelindung

Kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan stafnya untuk

melindungi mata dari splatter dan debris yang diakibatkan oleh high speed

handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual maupun

ultrasonik.

Rambut hendaknya jangan menutupi pandangan dan diikat bagi dokter

gigi yang memiliki rambut panjang serta dilindungi dari percikan dan

aerosol dengan memakai penutup kepala, sebaiknya dokter gigi mencuci

muka sebelum makan dan juga mencuci muka serta rambut sebelum tidur.

Bakteri patogen dan beberapa virus terutama virus hepatitis B dapat hidup

pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Masker

Page 13: cara kerja asepsis

Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya

digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk

mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan

atas maupun bawah.

Efektivitas penyaringan dari masker tergantung dari :

Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker

kertas.

Lama pemakaian, lama pemakaian yang efektif adalah 30-60 menit,

terutama bila masker itu basah. Jadi sebaiknya memakai 1 masker

untuk tiap pasien.

Rubber dam

Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari

terjadinya aerosol.

Pemakaian rubber dam memungkinkan :

Mendapat gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat.

Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi

terjadinya luka pada jaringan dan mengurangi perdarahan.

Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan

saliva diatas rubber dam.

- Imunisasi

Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus

memiliki data imunisasi yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis

dan rubella (bagi dokter gigi wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja

dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan dari imunisasi rutin seperti

tetanus, poliomyelitis dan difteri.

3. Sterilisasi instrument

Metode asepsis

Page 14: cara kerja asepsis

Selama perawatan gigi banyak benda, instrumen, dan peralatan di kamar

praktek yang terkontaminasi baik secara langsung melalui tangan atau melalui

splatter dan aerosol. Usahakan agar barang-barang yang dibutuhkan di ruang

praktek seminimal mungkin dan tentukan mana yang dapat ditutupi,

disterilkan atau didisinfeksi. Tentukan mana yang harus dibersihkan tiap hari

dan mana yang cukup dibersihkan seminggu sekali, lantai dan juga permukaan

lain yang datar harus didisinfeksi.

Penutupan

Dengan menutupi benda dapat mengurangi kebutuhan untuk desinfeksi.

Penutupan yang paling berguna dan sederhana adalah kertas, plastik atau

aluminium foil dan diganti tiap pasien.

Alat-alat yang dapat ditutupi :

Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastik.

Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi

selotip.

Tombol-tombol pada unit gigi ditutupi dengan plastik atau aluminium

foil.

Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau kantung

khusus.

Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula menggunakan

ujung sekali pakai (disposable) atau yang dapat disterilkan.

Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang

ujungnya digunting untuk memasukkan ujungnya.

Pegangan lampu ditutupi dengan aluminium foil, kertas atau sepon

berukuran 4 x 4 inci. Untuk beberapa unit terdapat pegangan yang

dapat disterilkan.

Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposit, pegangan dan

tombol trigger ditutupi dengan pembungkus plastik dan diberi selotip.

Page 15: cara kerja asepsis

Beberapa alat-alat yang tidak dapat ditutupi, harus disterilkan atau

didesinfeksi. Daerah operasional dapat dibersihkan dan didesinfeksi selama

kurang lebih 10 menit.

4. Sterilisasi dan Disinfeksi

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis

mikroorganisme sedang desinfeksi adalah proses yang membunuh atau

menghilangkan mikroorganisme kecuali spora. Idealnya semua bentuk

vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan jumlah

mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan

masih dapat diterima.

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :

Pembersihan sebelum sterilisasi.

Pembungkusan.

Proses sterilisasi.

Penyimpanan yang aseptik.

Dalam bidang kedokteran gigi pembersihan dapat dilakukan dengan :

Pembersihan manual

Pembersihan dengan ultrasonic

Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari

debris organik, darah, dan saliva. Asisten dokter gigi yang membersihkan

alat tersebut harus memakai sarung tangan heavy duty.

Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen

lebih aman, efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan

alat ultrasonik yang tertutup selama paling tidak 10 menit. Setelah

dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan

dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil

sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.

Page 16: cara kerja asepsis

Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab :

Meningkatkan efisiensi pembersihan

Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius

Mengurangi insiden terluka akibat benda tajam

Mengurangi waktu kerja

Pembungkusan

Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi

prosedur klinis yang baik. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran

gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan memakai :

Nampan terbuka yang ditutup dengna kantung sterilisasi yang tembus

pandang.

Nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan

kertas sterilisasi.

Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang

dapat dibeli.

Proses sterilisasi Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui

metode :

Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)

Pemanasan kering (oven)

Uap bahan kimia (chemivlave)

Metode sterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi adalah

gas etilen oksida dan radiasi gamma (yang digunakan pada pabrik alat-alat

dari plastik) dan filtrasi (yang digunakan untuk mensterilkan obat suntik).

Pemanasan basah dengan tekanan tinggi

Siklus sterilisasi dari 134 derajat Celcius selama 3 menit pada 207 kPa

untuk instrumen yang dibungkus maupun yang tidak dibungkus. (2) Cara

kerja dari autoclave sama dengan pressure cooker. Uap jenuh lebih efisien

membunuh mikroorganisme dibandingkan dengna perebusan maupun

Page 17: cara kerja asepsis

pemanasan kering (oven). Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 121

derajat Celcius pada 15 psi selama 15 menit atau 132 derajat Celcius pada

30 psi selama 3-7 menit untuk mensterilkan instrumen yang tidak

dibungkus, tambahkan 5 menit untuk instrumen yang dibungkus.

Instrumen tersebut dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon,

aluminium foil, atau plastik yang dapat menyalurkan (permeable) uap.

Pemanasan kering

Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif

dibandingkan dengan pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya

dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160 derajat Celcius/ 170 derajat

Celcius dan waktu yang lebih lama (2 jam/1 jam) untuk proses sterilisasi.

(2) Menurut Nisengard dan Newman (1994) (1) suhu yang dipakai adalah

170 derajat Celcius selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalurkan

panas adalah 190 derajat Celcius, sedang untuk instrumen yang tidak

dibungkus 6 menit.

Sterilisasi uap bahan kimia

Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138

kPa merupakan cara sterilisasi yang efektif. Kerusakan mikroorganisme

diperoleh dari bahan yang toksik dan suhu tinggi. Sterilisasi dengan uap

bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave (30 lawan 15-20 menit

pada 138-176 kPa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang

dikehendaki).

Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak

oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak

terjadi karatan apabila instrumen telah benar-benar kering sebelum

disterilkan karena kelembaban yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%.

Bahan kimia yang dipakai adalah campuran dari alkohol, formaldehid,

keton, aseton, dan air. Keuntungan dari sterilisasi dengan uap bahan kimia

adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan kering, tidak

Page 18: cara kerja asepsis

menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah sterilisasi

diperoleh instrumen yang kering. Namun instrumen harus diangin-

anginkan untuk mengeluarkan uap susa bahan kimia.

Pembungkusan instrumen yang dianjurkan pada metoda ini adalah

kain muslin, kertas, dan plastik yang "tembus" (permeable) uap atau nilon.

Penyimpanan dari alat-alat yang steril

Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai.

Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri,

karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen

tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana

instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus.

Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal

seperti pada lemari atau laci yang dapat dengan mudah didesinfeksi.

Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan,

apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.

Disinfeksi dan antiseptik

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit

dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi

kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme

patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh

dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan

mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan

pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik

atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat

tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat

menghambat proses disinfeksi.

Page 19: cara kerja asepsis

Macam-macam desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi :

Alkohol

Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk

mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan

dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun

ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi

permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

Aldehid

Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada

kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid

merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk

mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa

steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan

akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat

mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata

pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif

terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan

mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10

jam.

Biguanid

Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara

luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak,

misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub

(Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan

sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2%

digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap

bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut

terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary

mucus.

Senyawa halogen

Page 20: cara kerja asepsis

Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion

halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada

logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros,

Domestos, dan Betadine).

Fenol

Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk

membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak

oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.

Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak

digunakan di rumah sakit dan laboratorium.

Klorsilenol

Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak

digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri

dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

Desinfeksi permukaan

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda

mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa

kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh

virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus

polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga

desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit :

Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus

dilarutkan baru setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk

larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi

kain atau bahan plastik.

Page 21: cara kerja asepsis

Derifat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%)

dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut

tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah "efek

tinggal" dan kurang menyebabkan perubahan warna pada

instrumen atau permukaan keras.

Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan

dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah

dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam

karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium.

Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian

dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.

Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari

tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas

"tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu

10 menit.

Hasil cetakan (impressions)

Tekniker laboratorium gigi dan pasien lain sering kontak dengan

mikroorganisme patogen dari cetakan gigi, hasil cetakan (stone casts) dan

lain-lain. ADA menganjurkan agar semua cetakan harus dicuci untuk

menghilangkan saliva, darah, dan debris, kemudian didesinfeksi sebelum

dicor dengan dental stone atau sebelum dikirim ke laboratorium.

Untuk bahan cetak dari alginate sebaiknya tidak direndam, tetapi di

spray dengan desinfektan, lalu dimasukkan dalam kantung plastik dan

dibiarkan selama beberapa waktu sesuai dengan petunjuk pabrik.

5. Pembuangan sampah bekas praktek

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker,

tissue bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan

Page 22: cara kerja asepsis

tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik

yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak

dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau

scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum

dimasukkan dalam kantung plastik. Jaringan tubuh juga harus mendapat

perlakuan yang sama dengan benda tajam.

c. Pembahasan

Pada orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi terjadi peningkatan

resiko terkena infeksi hepatitis setelah merawat pasien. Penyebaran penyakit infeksi

hepatitis akibat pekernaan ini terjadi karena sebagian mikroorganisme patogen pada

manusia terdapat pada sekresi mulut. Sebagai akibat dari kontak secara terus menerus

dengan mikroorganisme yang terdapat pada darah dan saliva, insiden dari beberapa

penyakit infeksi secara bermakna terjadi paling banyak pada orang-orang yang

bekerja pada bidang kesehatan gigi bila dibandingkan dengan penduduk lainnya.

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi.

Sebagian dari masalah terletak pada kenyataan bahwa banyak dokter gigi maupun

asistennya tidak menyadari adanya mikroorganisme patogen pada saliva dan darah

selama melakukan perawatan. Bahaya ini seringkali tidak disadari oleh karena

percikan yang timbul dari mulut pasien tidak terlihat, debris organik terlihat jernih

tembus cahaya dan mengering sebagai lapisan jernih pada kulit, pakaian, dan

permukaan lainnya. Crawford mendemonstrasikan terjadinya percikan ini dengan

jalan mencelupkan jarinya dengan zat warna merah sebelum memulai perawatan,

ternyata zat warna tadi terpercik ke berbagai permukaan selama perawatan.

Pada evaluasi pasuen secara umum harus diperoleh data yang berisi nama, usia,

jenis kelamin, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat, dan nomor telepon.

Riwayat penyakit yang pernah diderita maupun yang sedang diderita, adanya

penyakit keturunan harus dicatat, demikian pula keadaan sosial ekonominya,

pendidikannya, apakah ia pengguna narkoba atau peminum minuman keras, semua

hal-hal tersebut harus diketahui. Hal ini karena dari data tersebut juga dapat diperoleh

informasi bahwa pasien tersebut merupakan orang yang beresiko tinggi terkena

Page 23: cara kerja asepsis

penyakit infeksi, seperti orang yang bekerja di bidang kesehatan, tentara, imigran dari

negara belum berkembang, dan orang yang hidup atau bekerja pada suatu institusi. Sir

William Osler bahkan mengatakan : "Jangan pernah merawat orang asing/orang yang

tidak dikenal."

Untuk pasien yang menderita penyakit hepatitis B sebaiknya perawatan ditunda

hingga pasien sembuh, kecuali dalam keadaan darurat seperti pulpitis akut atau

gangren dimana atap pulpa masih tertutup sehingga pasien sangat menderita kesakitan

maka pasien dijadwalkan sebagai pasien terakhir dan kita harus melakukan tindakan

pencegahan lengkap termasuk pemakaian rubber dam.

Tangan dokter gigi dan perawat gigi dapat merupakan "alat" yang efektif untuk

menularkan infeksi dari pasien ke pasien yang lain. Teknik mencuci tangan yang

sederhana dapat merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi yang

didapat dari rumah sakit/praktek dokter gigi.

Surgical scrub yang merupakan pembersihan yang sistematis pada semua

permukaan tangan dan jari-jari dengan desinfektan untuk waktu beberapa menit yang

diikuti dengan pengeringan dengan handuk steril dan pemakaian sarung tangan

dilakukan sebelum memegang jaringan atau peralatan yang steril. Pencucian tangan

yang standar dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien dengan jalam

membersihkan seluruh permukaan tangan dengan desinfektan selama 10-20 detik

yang diikuti dengan pengeringan.

Semmelweis dan Lister secara terpisah mengemukakan mengenai pentingnya

pencucian tangan yang berulang-ulang dalam usaha mencegah penyebaran

mikroorganisme dari satu orang ke orang lain.

Sarung tangan karet diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Prof. William

Halstead, seorang ahli bedah pada Johns Hopkins University pada tahun 1890. ADA

pada tahun 1976 menganjurkan pemakaian sarung tangan sekali pakai (disposable)

untuk melindungi orang-orang yang bekerja pada bidang kedokteran gigi terhadap

mikroorganisme patogen yang terdapat dalam darah.

Apabila kita tiba-tiba harus memegang benda atau alat seperti membuka laci atau

lemaru untuk mengambil botol medikamen atau memegang gagang telepon, maka

harus melapis sarung tangan dengan sarung tangan yang biasa dipakai untuk

Page 24: cara kerja asepsis

mempersiapkan makanan dan dipakai untuk 1 orang pasien saja, agar saliva atau

darah yang melekat pada sarung tangan tidak mengkontaminasi alat-alat tersebut.

Aerosol dan percikan dapat mengkontaminasi baju kerja dokter gigi dan

asistennya. Baju praktek harus dipakai untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada

pakaian dokter gigi. Untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi pada keluarga,

baju praktek harus dilepas di tempat praktek dan dicuci secara terpisah dari pakaian

lainnya.

Efisiensi masker dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam saluran

pernafasan tergantung dari bahannya dan lamanya pemakaian. Masker yang menutupi

mulut dan hidung dapat mengurangi masuknya mikroorganisme infeksius yang

terdapat pada aerosol ke dalam saluran nafas. Masker juga dapat melindungi

membran mukosa dari mulut dan hidung terhadap kontaminasi langsung. Bila masker

dipakai lebih dari 20 menit, permukaan luarnya akan menjadi tempat perlekatan bagi

bakteri patogen dan bukannya menjadi barrier, oleh karena itu dianjurkan untuk

memakai 1 masker untuk tiap pasien.

Selama merawat pasien, partikel besar dari debris dan saliva dapat tersembur pada

wajah dokter gigi. Partikel ini dapat mengandung konsentrasi tinggi dari bakteri dan

secara fisik dapat melukai mata. Untuk ini kacamata pelindung harus dipakai, bukan

hanya untuk mencegah terjadinya luka, tetapi juga untuk mencegah terjadinya infeksi,

oleh karena mata dapat menjadi port d'entree bagi masuknya mikroorganisme ke

dalam tubuh.

Kacamata dapat memberi perlindungan pada bagian atas dan bagian sisi, dan

beberapa model dibuat sehingga dapat dipakai di luar kacamata baca, selain kacamata

dapat pula dipakau pelindung wajah yang terbuat dari plastik jernih (face shield).

Kacamata yang terkontaminasi harus dicuci dengan air dan sabun, bilas sampai bersih

dan disterilkan bila mungkin atau didesinfeksi dengan bahan yang tidak merusak.

Banyak dokter gigi yang mengalami luka tusuk dan 88% melaporkan bahwa

pernah terpercik wajahnya dengan cairan tubuh pasien. Dalam suatu penelitian di

Pulau Karibia, Jamaika dilaporkan bahwa banyak terjadi luka tusuk dan percikan

darah atau cairan tubuh pada wajah. Walaupun terjadinya infeksi melelui cara

tersebut hanya sekitar 12-20% untuk hepatits B setelah terjadi luka tusuk, para dokter

Page 25: cara kerja asepsis

gigi harus waspada dan hati-hati dalam menangani benda-benda tajam dan memakai

high vacuum suction, mengatur posisi pasien, memakai rubber dam dan masker serta

kacamata pelindung.

Kualitas air dalam unit gigi sangat penting bagi orang-orang yang bekerja dalam

bidang kedokteran gigi, karena mereka sering kontak dengan air dan aerosol yang

berasal dari unit gigi.

Untuk mencegah kontaminasi pada air dari unit gigi ADA, CDC, dan BDC

menganjurkan sebelum memulai praktek saluran air pada hand-piece, three way

syringe , dan ultrasonic scaller tersebut harus di-flush selama beberapa menit untuk

mengurangi akumulasi organisme yang terjadi selama 1 malam.

Menurut Nisengard dan Newman (1) saluran air pada unit gigi harus di-flush

selama 2 menit sebelum mulai praktek dan 20-30 detik sebelum merawat tiap pasien.

Imunisasi harus dilakukan oleh semua orang yang bekerja dalam bidang kedokteran

gigi yang mencakup tiga hal yaitu imunisasi diberikan pada awal masa kerja,

pemeberian imunisasi ulangan untuk beberapa jenis penyakit yang memerlukan

imunisasi ulangan, pemberian imunisasi dan kemoterapi pada saat kontak dengan

penyakit. Imunisasi tersebut antara lain adalah terhadap hepatitis B.

Vaksin yang terbaru untuk hepatitis B adalah Recombivax HB (H-B-VAX II),

vaksin diberikan dalam 3 rangkaian suntikan (0, 1, 6 bulan), ini ternyata

meningkatkan pembentukan anti-HBs pada lebih dari 99% orang yang berusia 20-29

tahun dan dianggap lebih baik dalam merangsang pembentukan titer anti-HBs yang

tinggi.

Hepatitis B immune globulin (HBIG) efektif sebagai tindakan perlindungan

selama 3-6 bulan terhadap HBV dan digunakan hanya bila terjadi kontak dengan

darah yang diduga mengandung virus hepatitis B, baik melalui kulit maupun

membran mukosa. Imunisasi pasif dengan HBIG harus diberikan dalam waktu kurang

dari 48 jam setelah kontak dengan darah yang mengandung virus hepatitis B,

kemudian diberikan vaksinasi lengkap terhadap hepatitis B yang diberikan dalam

waktu kurang dari 7 hari setelah kecelakaan tersebut sebagai dosis I.

Page 26: cara kerja asepsis

Menurut Appleton yang dikutip Molinari (2000), secara umum sterilisasi panas

adalah merupakan pilihan utama mengingat cara pemakaiannya yang sederhana,

ekonomis, dan efektif. Bila secara fisik tidak digunakan karena akan merusak

bahan/alat yang akan disterilkan, dapat digunakan bahan kimia sebagai gantinya.

Karena tidak mungkin mencapai keadaan asepsis sempurna untuk semua

permukaan dan alat-alat selama prosedur perawatan gigi, namun paling tidak harus

dilakukan tindakan dekontaminasi dari alat-alat yang dapat merupakan sumber dari

penyebaran penyakit infeksi seperti pegangan lampu, tombol-tombol pengatur pada

unit gigi, pegangan lemari, sandaran kepala, dan sandaran lengan pada kursi unit.

Untuk ini dibutuhkan disinfektan yang dapat membunuh M. tuberculosis dan virus.

Disinfektan ini mengandung campuran fenol-klor, bersifat tuberocidal dan dapat

merusak virus yang lipophilic.

Dengan menutupi alat/benda-benda yang tak dapat disterilkan dapat mengurangi

kebutuhan untuk desinfeksi misalnya baki instrumen, ujung alat three way syringe,

alat penghisap saliva/darah, tombol-tombol pada unit gigi, pegangan lampu, ujung

alat untuk menyinari tumpatan gigi, sandaran kepala, dan lain-lain dengan bib, plastik

atau aluminium foil sekali pakai untuk tiap pasien.

Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit infeksi bagi tekniker gigi, hasil

cetakan gigi atau stone casts, harus dicuci dengan air mengalir untuk

membersihkannya dari saliva, debris dan darah kemudian direndam dalam

desinfektan atau disemprot dengan disinfektan sebelum dikirim ke laboratorium,

begitu pula prostesis sebelum dipasang dalam mulut pasien harus didisinfeksi terlebih

dulu dengan desinfektan yang sesuai dengan bahan dari protesa tersebut. Menurut

Merchant dan Mollinari, bahan disinfektan yang paling baik untuk prostesis adalah

iodophors selama 10 menit.

d. Kesimpulan dan Saran

Tujuan utama dari cara kerja yang aman dan asepsis pada pasien hepatitis adalah

untuk mengurangi resiko kontak dengan mikroorganisme patogen dan menciptakan

lingkungan kerja yang aman, baik untuk pasien maupun untuk orang-orang yang

bekerja dalam bidang kedokteran gigi.

Page 27: cara kerja asepsis

Riwayat kesehatan pasien atau pemeriksaan fisik saja tidak dapat

mengidentifikasi pasien yang menderita penyakit infeksi, dimana individu yang

kelihatan sehat bahkan hasil pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan hasil

negatif. Oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap memiliki

mikroorganisme patogen dan semua tindakan pencegahan penyebaran penyakit

infeksi harus dilakukan.

Page 28: cara kerja asepsis

DAFTAR PUSTAKA

Nisengard RJ, Newman MG. Oral microbiology and immunology, 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 1994. p.402-23.

Samanarayake LP. Essential microbiology for dentistry. New York. Churchill Livingstone; 1996. p.317-35.

Cottone JA, Terezhalmy GT, Molinari JA. Practical infection control in dentistry. Philadelphia: Lea & Febriger; 1991. p.189-96.

Inglis TJ. Microbiology and infection. New York: Churchill Livingstone; 1996. p.44-6.

Torres HO, Ehrlich A. Modern dental assisting, 5th Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1995. p.219-41.

Cottone JA. The global challenge of hepatitis B: Implications for dental personel. J Am Dent Assoc 1991; 130: 509-20.

Molinari JA. Dental infection control at the year 2000: accomplishment recoqnized. J Am Dent Assoc 1999; 130: 1291-8.

Vignarajah S, Eastmond VH, Ashraph A, Rashad M. An assessment of cross-infection control procedures among English-speaking Caribean general dental practitioners. A regional preliminary study. Int Dent J 1998; 48: 67-76.

Meiller TF, depaola LG, Kelly JI, Baqui AAMA, Turng BF, Falker WA. Dental waterlines: biofilms, desinfection and recurrence. J Am Dent Assoc 1999; 130: 62-72.

Pankhurst CL, Johnson NW, Woods RG. Microbial contamination of dental unit waterlines. The scientific argument. Int Dent J 1998; 48: 359-68.

Gillcrist JA. Hepatitis viruses A, B, C, D, E, and G: Implications for dental personnel. J Am Dent Assoc 1999; 130: 509-20.