26
CARA PEMAKAIAN DAN PENCAMPURAN SEMEN YANG BAIK Siapa yang tidak kenal semen, apalagi yang sehari- harinya bergelut dengan dunia bangunan dan konstruksi beton. Tanpa semen, bangunan modern tidak mungkin bisa berdiri seperti saat ini. Fungsi semen sebagai bahan pengikat campuran, mulai dari campuran beton, plesteran dan acian dinding juga untuk mengikat pasangan bata atau batako. Tanpa semen, mungkin akan dibutuhkan banyak putih telor sebagai perekat untuk membangun sebuah gedung, kayak candi gitu lho..!! Bukan hanya developer dan kontraktor, Anda yang membangun rumah tinggal pribadi juga penting untuk memperhatikan bagaimana seharusnya tukang melakukan pemakaian dan pencampuran semen. Kesalahan dalam aplikasi semen akan membuat hasil tidak sempurna. Jangan hanya mengandalkan tukang, pengawas juga harus tahu cara pencampuran dan pemakaian semen yang baik dan benar serta sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai bangunan retak-retak atau dinding terkelupas karena pencampuran yang tidak benar. Anda harus tahu bahwa campuran yang benar untuk dinding kamar mandi tidaklah sama dengan campuran untuk dinding kamar tidur. Bagaimana seharusnya agar pencampuran dan pemakaian

CARA PEMAKAIAN DAN PENCAMPURAN SEMEN YANG BAIK.docx

Embed Size (px)

Citation preview

CARA PEMAKAIAN DAN PENCAMPURAN SEMEN YANG BAIK

Siapa yang tidak kenal semen, apalagi yang sehari-harinya bergelut dengan dunia bangunan dan konstruksi beton. Tanpa semen, bangunan modern tidak mungkin bisa berdiri seperti saat ini. Fungsi semen sebagai bahan pengikat campuran, mulai dari campuran beton, plesteran dan acian dinding juga untuk mengikat pasangan bata atau batako. Tanpa semen, mungkin akan dibutuhkan banyak putih telor sebagai perekat untuk membangun sebuah gedung, kayak candi gitu lho..!!

Bukan hanya developer dan kontraktor, Anda yang membangun rumah tinggal pribadi juga penting untuk memperhatikan bagaimana seharusnya tukang melakukan pemakaian dan pencampuran semen. Kesalahan dalam aplikasi semen akan membuat hasil tidak sempurna. Jangan hanya mengandalkan tukang, pengawas juga harus tahu cara pencampuran dan pemakaian semen yang baik dan benar serta sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai bangunan retak-retak atau dinding terkelupas karena pencampuran yang tidak benar. Anda harus tahu bahwa campuran yang benar untuk dinding kamar mandi tidaklah sama dengan campuran untuk dinding kamar tidur. Bagaimana seharusnya agar pencampuran dan pemakaian semen baik dan benar, simak artikel ini sampai tuntas.

Ada beberapa kesalahan dalam pemakaian dan pencampuran semen yang perlu anda ketahui. Kesalahan ini kerap terjadi pada proyek-proyek bangunan, terutama bila pengawasnya kurang perhatian, apalagi tanpa pengawasan. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi dan bagaimana seharusnya :

Kesalahan Pertama : Takaran semen tidak sesusai dengan peruntukannya.Bila semen akan digunakan sebagai bahan mortar untuk plesteran, acian, maupun adukan beton, masing-masing campuran memiliki takaran agar membentuk campuran yang ideal. Namun yang terjadi di lapangan, seringkali tukang mencampurkan semen dengan takaran yang tidak sesuai dengan standar pemakaian. Sebagai contoh, takaran semen untuk plesteran dinding menurut aturannya adalah 1:8. Yang artinya, 1 takaran semen dicampur dengan 8 takaran pasir. Namun dengan alasan penghematan, seringkali tukang mencampurkan dengan perbandingan 1:10 atau 1:12.

Bagaimana Seharusnya..??Ingat, bila takaran tidak sesuai maka hasil aplikasinya menjadi tidak sempurna, bahkan bisa terjadi kerusakan. Karena itu, alangkah baiknya jika takaran semen harus diperhatikan. Hal ini terutama untuk campuran beton. Jika salah takarannya, struktur yang terbuat dari beton bisa retak. Takaran semen yang ideal adalah sebagai berikut : a. Plesteran dinding = 1:8 b. Plesteran dinding kamar mandi = 1:3

Kesalahan Kedua : Berlebihan memakai air.Adukan tidak bisa merekat bila tidak ditambahkan air. Air berfungsi untuk mengikat semen dengan pasir atau batu kerikil. Jika air yang dicampurkan terlalu banyak maka campuran akan menjadi encer. Demikian juga jika airnya terlalu sedikit maka campurannya akan menjadi kental. Permasalahan yang terjadi adalah tukang menuangkan air terlalu banyak ke dalam adukan, baik untuk plesteran maupun beton. Akibatnya, ketika dinding diplester dengan adukan maka akan banyak adukan yang terbuang ke bawah karena adukan tidak bisa melekat dengan baik ke dinding. Untuk campuran beton, pemakaian air harus ditentukan dari kualitas/mutu beton yang ingin dicapai. Kuantitas air harus dihitung dari perbandingan antara berat air dan berat semen atau dikenal dengan istilah Faktor Air Semen (FAS). Komposisi air dan semen yang ideal jika FAS berkisar antara 0,40,6. Semakin tinggi nilai FAS maka adukan beton semakin encer. Umumnya untuk mendapatkan kualitas beton yang tinggi, nilai FAS-nya rendah.

Bagaimana Seharusnya..??Pemakaian air harus disesuaikan dengan kebutuhan campuran. Idealnya, campuran beton yang dipakai untuk balok, kolom, atau pondasi, menggunakan perbandingan 1 takaran semen, 2 takaran pasir, dan 3 takaran kerikil. Dengan komposisi ini, jumlah air yang dipakai adalah 0,5 dari volume semen. Ini artinya, nilai FAS-nya masih dalam ambang batas yaitu 0,5 (1 takaran air : 2 takaran semen = 0,5). Jika volume semen 1 takaran ember plastik maka air yang dibutuhkan 0,5 takaran ember plastik.

Kesalahan Ketiga : Dicampur dengan material yang tidak tepat.Untuk membuat campuran plesteran dinding dibutuhkan material lain yaitu pasir. Permasalahan yang terjadi, pasir yang digunakan seringkali tidak sehat. Pasirnya mengandung lumpur, tanah liat, atau garam. Pasir yang tidak sehat menyebabkan semen tidak bisa menyatu dengan pasir. Tak hanya mencampurnya dengan pasir berkualitas buruk, semen terkadang dicampur dengan batu kapur. Tujuannya untuk mengurangi pemakaian semen. Padahal hal ini justru bisa merusak hasil akhir aplikasi semen.

Bagaimana Seharusnya..??Gunakan pasir yang bersih. Pastikan pasirnya tidak mengandung lumpur atau tanah liat lebih dari 5%. Jika memang pasir yang dipakai mengandung lumpur, usahakan untuk mencuci pasir tersebut sebelum dipakai.

Kesalahan Keempat : Campurannya tidak homogen.Dalam membuat campuran, semen diaduk terlebih dahulu dengan pasir atau batu kerikil sebelum dituang air. Permasalahan yang terjadi, sebelum pasir atau batu kerikil tercampur semen dengan merata, air sudah dituang terlebih dahulu. Alasannya untuk menghemat waktu. Akibatnya, ketika campuran tersebut diaplikasikan, ada beberapa bagian yang mudah terlepas karena komposisi semen sebagai perekat tidak merata.

Bagaimana Seharusnya..??Pastikan campuran antara semen dengan pasir atau batu kerikil tercampur secara merata terlebih dahulu sebelum dituang air.

Selain dalam memakai dan mencampur, dalam pengaplikasiannya pun semen harus diperlakukan dengan baik dan benar. Contohnya dalam pengacian. Campuran acian seringkali diaplikasikan sebelum permukaan plesteran mengering. Akibatnya, campuran acian tidak bisa menempel sempurna pada permukaan plesteran. Selain itu, ketika diaplikasikan ke permukaan plesteran, campuran acian ini banyak yang rontok. Begitu pula dalam penyimpanan. Jangan menyimpan semen di tempat yang lembap. Akibatnya, uap air meresap ke dalam semen yang ujung-ujungnya semen bisa mengeras. Simpanlah semen di dalam ruangan yang kering. Jangan menaruhnya langsung di permukaan tanah atau lantai. Berilah alas di bawah tumpukan semen, bisa menggunakan plastik, kayu, atau bata.

Oke, bagi Anda yang masih awam ilmu tentang dunia bangunan, baik tentang material, proses pembangunan, maupun teknik konstruksi, sebaiknya Anda memanfaatkan jasa kontraktor untuk mengerjakan proyek bangunan Anda, baik rumah tinggal maupun gedung lainnya. Lebih baik menyisihkan dana untuk membayar jasa kontraktor yang terpercaya dan bertanggungjawab daripada nantinya bangunan anda mengecewakan.

Korosi pada bajaKali ini aku ingin menuliskan sebagian apa yang sedang aku baca, pelajari dan pahami, yaitu: korosi. Mengapa baja terkorosi pada beton? Atau pertanyaan yang lebih tepat adalah mengapa baja tidak terkorosi di beton? Telah diketahui dari pengalaman bahwa batang baja tulangan baja karbon terkorosi saat udara dan air hadir. Oleh karena beton bersifat porus dan berisi kelembaban mengapa baja pada beton umumnya tidak terkorosi?Jawabannya adalah karena beton bersifat alkali. Alkalinitas adalah kebalikan dari keasaman. Logam terkorosi pada kondisi asam; sehingga logam tersebut terlindungi dari korosi oleh alkalinitas. Hal ini merupakan kasus umum pada beton.Saat dikatakan bahwa beton bersifat alkali artinya bahwa beton berisi pori-pori mikroskopis yang berisi kalsium, oksida sodium, oksida potassium dalam konsentrasi yang tinggi. Hal ini membetuk sebuah hidroksida saat bertemu dengan air, dimana hidroksida tersebut sangat alkali, dengan kondisi pH antara 12-13. Komposisi air pori dan pergerakan ion-ion dan gas-gas melalui pori-pori merupakan hal penting saat menganalisis kemungkinan korosi pada struktur beton bertulang.Kondisi alkali akan mengantarkan pada sebuah keadaan pembentukan lapisan/lembaran pasif pada permukaan baja. Lapisan/lembaran pasif tersebut merupakan sebuah fim padat yang susah untuk ditembus, dimana sangat mudah dibentuk dan dikelola, menghalangi korosi lebih lanjut pada baja. Lapisan/lembaran yang terbentuk pada baja di beton kemungkinan merupakan bagian dari oksida logam atau hidroksida logam dan mineral bagian dari semen. Lapisan/lembaran pasif yang sebenarnya sangatlah padat, lembaran tipis oksida yang menyebabkan rerata oksidasi (korosi) yang sangat pelan. Terdapat banyak diskusi yang membahas apakah lapisan/lembaran pada beton merupakan lembaran/lapisan pasif sebagaimana yang terlihat tipis dibandingkan dengan lapisan-lapisan pasif lainnya dan lapisan pasif tersebut berisi lebih daripada hanya sekedar oksida metal ataukah lapisan/lembaran tersebut berperilaku seperti lapisan/lembaran pasif sehingga ia disebut demikian.Ahli dan ilmuwan korosi telah menghabiskan banyak waktunya mencoba untuk menemukan cara-cara untuk menghentikan korosi baja dengan menggunakan lapisan-lapisan pelindung. Logam-logam yang lain seperti zinc, polimer seperti akrilik atau epoksi digunakan untuk menghentikan kondisi korosif mencapai permukaan baja. Lapisan/lembaran pasif merupakan lapisan impian ahli korosi karena hal tersebut terbentuk dengan sendirinya dan akan mempertahankan dan memperbaiki dirinya sendiri sejauh lingkungan pasif (alkali) ada untuk meregenerasi bila terjadi kerusakan. Apabila lingkungan pasif dapat dipertahankan hal tersebut jauh lebih baik daripada lapisan buatan lainnya seperti galvanisasi ataufusion bonded epoxyyang dapat rusak, menyebabkan korosi terjadi pada daerah-daerah yang rusak.Namun, lingkungan pasif tidak selalu dapat dipertahankan. Dua buah kondisi dapat menghancurkan lingkungan pasif pada beton tanpa menyerang beton lebih dahulu. Pertama adalah karbonasi dan yang kedua adalah klorida. PROSES KOROSISekali lapisan/lembaran pasif hancur, maka daerah/wilayah korosi kemudian akan mulai muncul pada permukaan baja. Reaksi-reaksi kimia korosinya muncul entah karena serangan klorida ataupun karena karbonasi. Saat baja pada beton terkorosi, maka baja tersebut larut ke dalam air pori dan melepaskan elektron:Reaksi anodik: (1)Dua buah elektron (2e) yang dihasilkan pada reaksi anodik haruslah di konsumsi di tempat yang lain pada permukaan baja untuk memberikan kenetralan elektrik. Dengan kata lain kita tidak bisa mendapatkan sejumlah besar muatan elektrik pada satu tempat pada baja. Harus terdapat reaksi kimia lain yang mengkonsumsi elektron-elektron. Berikut ini adalah reaksi yang mengkonsumsi air dan oksigen:Reaksi katodik: (2)Hal ini digambarkan pada gambar 1. Teramati bahwa dihasilkan ion-ion hidroksil pada reaksi katodik. Ion-ion ini meningkatkan alkalinitas lokal dan dengan demikian menguatkan lapisan/lembaran pasif, menangkal efek karbonasi dan ion-ion klorida pada katoda. Perlu dicatat bahwa air dan oksigen diperlukan pada katoda agar korosi muncul.

Gambar 1. Reaksi anodik, katodik, oksidasi dan hidrasi pada korosi baja tulanganReaksi anodik dan katodik merupakan langkah pertama pada proses pembentukan korosi. Namun, sebagian dari reaksi-reaksi tersebut merupakan hal yang kritis dalam rangka pemahaman korosi dan digunakan secara luas dalam setiap diskusi korosi dan pencegahan korosi baja pada beton.Bila besi akan larut pada air pori (ion ferous Fe2+pada persamaan di atas bersifat larut) kita tidak akan melihat retak dan hancurnya beton. Beberapa tahapan harus muncul agar korosi terbentuk. Hal ini dapat digambarkan dalam beberapa cara dan salah satunya diperlihatkan dimanaferrous hydroxidemenjadiferric hydroxidedan kemudianhydrated ferric oxideatau korosi:{ferrous hydroxide} (3){ferric hydroxide} (4){hydrated ferric oxide} (5)Proses korosi lengkapnya digambarkan pada gambar 1. Oksida ferric yang tak terhidrasi (unhydrated ferric oxide) Fe2O3memiliki volume sekitar dua kali volume baja yang tergantikan saat padat penuh. Saat ia terhidrasi dia membengkak lebih besar dan menjadi porus. Hal ini berarti bahwa volumenya meningkat pada lapisan antarmuka baja/beton enam hingga sepuluh kali lipat, sebagaimana diindikasikan pada gambar 2. Hal ini mengantarkan pada retak dan hancur seperti yang teramati sebagai sebuah konsekuensi korosi baja tulangan pada beton dan korosi merah/coklat yang rapuh dan mengeripik yang terlihat pada tulangan dan noda korosi yang terlihat di retak pada beton.

Gambar 2. Volume relatif besi dan oksidanya diambil dari MansfieldCorrosion, 1981 (5): 301-307Beberapa faktor pada penjelasan yang diberikan pada bagian ini penting dan akan digunakan nantinya untuk menjelaskan bagaimana mengukur dan menghentikan korosi. Aliran arus elektrik dan pengembangan dan konsumsi elektron pada reaksi anoda dan katoda digunakan pada pengukuran potensialhalf-celldan proteksi katodik. Pembentukan ion hidroksil alkali protektif digunakan pada proteksi katodik, pembuangan klorida elektrokimiawi dan re-alkalisasi. Fakta bahwa reaksi anodik dan katodik harus seimbang satu sama lain agar proses korosi dapat berjalan digunakan dalam proteksi pelapisan epoksi batang tulangan. KOROSI HITAM (BLACK RUST)Terdapat sebuah alternatif lain dalam pembentukan korosi merah normal yang dijelaskan pada reaksi (3) hingga (5) di atas. Bila anoda dan katoda terpisah dengan baik (beberapa ratus milimeter) dan anoda pada keadaan lapar oksigen (katakanlah pada kondisi di bawah air) besi sebagai Fe2+akan tetap di dalam larutan. Hal ini berarti bahwa tidak akan terdapat gaya-gaya seperti yang dijelaskan sebelumnya untuk meretakkan beton sehingga korosi bisa jadi tidak terdeteksi.Tipe korosi ini (dikenal dengan korosi hitam atau hijau karena warna dari cairan pertama kali yang terlihat di udara setelah kehancuran) ditemukan di bawah membran anti-air yang rusak dan beberapa di kondisi bawah air ataupun keadaan jenuh air. Korosi hitam secara secara potensial sangat berbahaya disebabkan karena tidak terdapatnya indikasi korosi dengan retak dan hancurnya beton dan batang baja tulangan mungkin sama sekali dilemahkan sebelum korosi terdeteksi. Batang tulangan bisa jadi terlubangi seperti pada kondisideoxygenatedkhususnya dibawah membran-membran atau saat air tergenang secara permanen pada permukaan.Contoh-contoh batang-batang tulangan yang terserang dengan cara ini diperlihatkan pada gambar 3. Batang-batang tulangan ini diambil dari bagian bawah membran-membran anti-air yang rusak. Noda korosi pada permukaan beton mungkin merupakan indikasi tipe serangan ini, tetapi sangat jelas bila air berada di bawah membran dan mengabaikan oksigen sangatlah tidak mungkin bahwa besi dalam larutan akan mencapai permukaan beton dimana ia kemudian akan merembes keluar untuk membentuk noda korosi.

Gambar 3. Batang baja tulangan yang diambil dari bagian bawah lapisan membran kedap air PITS, STRAY CURRENT DAN BACTERIAL CORROSION Pembentukan Pit (lubang)Korosi baja pada beton umumnya dimulai dengan pembentukan lubang-lubang. Ia meningkat dalam jumlah, meningkat dan bergabung jadi satu hingga menjadi korosi umumnya terlihat pada batang-batang baja tulangan yang terekspose pada karbonasi atau klorida. Pembentukan lubang-lubang tersebut digambarkan pada gambar 4.

Gambar 4. Model klasik serangan korosi dalam bentuk lubang (pit)Pembentukan lubang secara kimiawi cukup kompleks dan dijelaskan pada kebanyakan textbook kimia. Namun, prinsip-prinsipnya cukup sederhana, terutama disaat klorida hadir. Pada beberapa daerah yang sesuai pada permukaan baja (seringkali terpikirkan sebagai lubang pada pasta semen atau inklusi sulfida pada baja) lapisan/lembaran pasif lebih rawan diserang dan perbedaan potensial elektrokimiawi muncul yang menarik ion-ion klorida. Korosi kemudian terpicu dan asam terbentuk, sulfida hidrogen dari inklusi MnS dan HCl dari klorida bila mereka hadir. Besi teruraikan (persamaan 1), besi dalam larutan berreaksi dengan air: (6) (7)Lubang terbentuk, korosi bisa jadi terbentuk di dalam lubang, mengkonsentrasikan asam (H+), mengabaikan oksigen sehingga besi tetap dalam larutan menghalangi pembentukan lapisan oksida proteksi dan mempercepat korosi. Korosi bakteriKomplikasi lain datang dari korosi bakterial. Terdapat bakteri di tanah (thiobaccilli) yang mengubah sulfur dan sulfida menjadi asam sulfida. Terdapat spesies lain (ferrobaccili) yang menyerang sulfida pada baja (FeS). Hal ini seringkali dihubungkan dengan bau sulfida hidrogen (telur busuk) dan produk lubang halus dengan korosi hitam saat batang tulangan diangkat dari kondisi jenuh air. Pada kondisi anaerobik (lapar oksigen) bakteri tersebut dapat berkontribusi dalam korosi lubang yang didiskusikan sebelumnya. Korosi yang diinduksi oleh arus nyasar (stray current).Arus nyasar (stray current) pada awalnya menjadi tumpuan kesalahan untuk setiap korosi pada beton di Amerika Serikat hingga masalah serangan klorida teridentifikasi pada 1950an. Penyebab utama korosi yang diinduksikan oleh arus nyasar yaitu arus langsung dari sistem DC trek tram (kereta jalan), saat arus mengalir melalui baja yang terbenam atau tertanam. Saat mencari jalan tahanan (resistansi) terendah hingga ke tanah, arus akan melompat dari satu logam konduktor ke logam konduktor lainnya melalui media ionik saat logam tidak bersentuhan. Hal ini mungkin dari sebuah wadah penulangan kepada yang lainnya melalui air pori beton. Salah satu ujung wadah penulangan akan menjadi negatif (katoda), dan tidak akan berkarat. Ujung yang lain akan menjadi positif dan secara aktif akan terkorosi.Saat ini, korosi karena arus nyasar pada jembatan, bangunan dan struktur di atas tanah merupakan sebuah permasalah khusus yang berhubungan langsung dengan teknik desain dan pemeliharaan sistem rel ringan. Permasalahan di bawah tanah juga muncul pada sistem proteksi katodik untuk jaringan pipa dan struktur lainnya. Sistem proteksi katodik pada jaringan pipa yang terkubur dapat berhubungan dengan fasiltas yang bersebelahan ataupun yang bersilangan. Pastilah ada alur ionik antara sumber arus dan logam beresiko yang pastilah pada alur resistansi rendah. Untuk alasan ini korosi yang terinduksi oleh arus nyasar sangatlah tidak mungkin terjadi pada struktur di atas tanah dimana sumber arus DC berada di bawah tanah.Terdapat beberapa diskusi pada literatur tentang induksi arus nyasar AC. Umumnya hal ini jauh di bawah efek arus DC meskipun literatur terbaru menyarankan bahwa untuk beberapa kasus hal tersebut menjadi signifikan. Salah satu kasus dimana arus AC signifikan yaitu pada sebuah struktur yang dipasangi proteksi katodik. Pada kondisi demikian, arus AC dapat menggeser potensial baja menjadi daerah spektrum elektrokimia terkorosi aktif yang menyebabkan korosi. Korosi lokal vs korosi umum (macrocell vs microcell)Korosi seringkali terjadi secara lokal, dengan korosi beberapa sentimeter dan kemudian menjadi beberapa meter batang tulangan pasif bersih, khususnya untuk korosi yang terinduksi oleh klorida. Hal ini mengindikasikan pemisahan reaksi anodik dan reaksi katodik untuk membentuk sebuah sel makro (macrocell). Sebagian hal ini disebabkan karena mekanisme serangan klorida, dengan pembentukan lubang dan dengan anoda-anoda kecil terkonsentrasi yang disuapi oleh katoda-katoda yang besar. Hal ini juga disebabkan serangan klorida umumnya berhubungan dengan tingkat kelembaban tinggi yang memberikan resistansi elektrik rendah pada beton dan transport ion-ion yang mudah sehingga anoda-anoda dan katoda-katoda dapat berpisah dengan mudah. Di Amerika Utara hal ini digunakan sebagai sebuah cara untuk mengukur korosi dengan mengukur arus sel makro (macrocell current). ELEKTROKIMIA, CELL DAN HALF-CELLDua buah reaksi yang pertama kali ditampilkan di atas merupakan reaksi anodik dan katodik baja pada beton. Istilah anoda dan katoda diambil dari istilah elektrokimia yang mempelajari kimiawi sel elektrik. Gambar 2.5 merupakan sel dasar Daniel yang digunakan pada sekolah menengah untuk menggambarkan bagaimana reaksi-reaksi kimia menghasilkan listrik. Sel tersebut tersusun atas dua buah sel setengah (half cells), tembaga di tembaga sulfat (copper sulphate) dan seng di seng sulfat (zinc sulphate). Tegangan total sel tersebut ditentukan dengan logam yang digunakan dan oleh sifat alami dan komposisi larutan. Apa yang terjadi adalah bahwa di setiaphalf celllogam terlarutkan dan ion-ion mengendap, yaitu:

Tembaga lebih tahan terhadap reaksi ini daripada seng sehingga saat kedua larutan tersebut dihubungkan dengan membran semi permeabel dan menghubungkan dua logam tersebut dengan kabel, maka seng bergerak menuju larutan dan sulfat tembaga keluar sebagai tembaga murni pada elektroda tembaga.Tegangan dari setiaphalf celldapat dicatat dan dibandingkan elektroda hidrogen standar (half cellatau elektroda referensi). Tabel 2.1 memberikan potensial-potensial elektroda referensi standar atauhalf cellyang menarik saat mengevaluasi masalah korosi.Tabel 1. Potensial (tegangan) elektroda referensi standar

Potensial elektroda referensi adalah fungsi konsentrasi larutan seperti halnya pada tipe logam dan tipe larutan. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi (umumnya) lebih korosif dari pada larutan dengan konsentrasi rendah sehingga arus akan mengalir dalam sebuah sel yang tersusun atas satu buah logam pada dua konsentrasi yang berbeda dalam satu larutan yang sama. Sehingga dapat dianggap bahwa korosi baja di beton sebagai konsentrasi sel.Resiko korosi dalam sebuah sel dapat diukur dengan mendekatkannya dengan elektroda referensi eksternal. Hal ini secara mudah digambarkan dengan elektroda referensi tembaga/sulfat tembaga jenuh yang digerakkan sepanjang permukaan beton yang terdapat batang tulangan baja di dalamnya dimana terdapat daerah anodik (terkorosi) dan daerah katodik (pasif).Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, dengan menempatkan elektroda referensi pada permukaan beton dan menghubungkannya dengan sebuah pengukur tegangan listrik (voltmeter) pada baja, akan diperoleh sebuah sel yang mirip dengan sel Daniel. Perbedaan potensial listrik akan merupakan sebuah fungsi dari besi pada lingkungan air porinya. Apabila selnya digerakkan sepanjang baja akan diperoleh perbedaan potensial yang disebabkan karena besi dalam lingkungan yang berbeda. Pada bagian anoda dapat berpindah ke larutan seperti seng (zinc) dalam sel Daniel. Pada bagian katoda, lapisan/lembaran pasif masih kuat dan akan diperkuat lebih lanjut dengan reaksi katodik sehingga baja akan menolak proses pelarutan.Sebagai hasilnya akan didapatkan potensial tegangan yang lebih tinggi pada pembacaan voltmeter pada bagian anodik, daerah yang terkorosi dan tegangan yang lebih rendah pada bagian katodik, daerah pasif.Pada pemakaian teori dan elektrokimia perlulah bersifat hati-hati untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi pada sel elektrokimia. Teori elektrokimia umumnya dapat digunakan pada kondisi kesetimbangan dan larutan yang dapat dijelaskan dengan baik. Korosi merupakan sebuah ketidakseimbangan namun merupakan situasi dinamik. Sehingga pemakaian teori dan persamaan elektrokimia merupakan sebuah pendekatan dan dapat mengantarkan pada kesalahan-kesalahan bila modelnya terlalu berbeda.

Korosi Pada Baja TulanganKorosi yang terjadi pada baja tulangan adalah korosi seragam atau biasa disebutuniform corrosion.Korosi memang hanyalah fenomena dipermukaan material, tetapi jika korosi telah terjadi dalam waktu yang lama dan tidak ditangani dengan baik maka fenomena korosi yang terjadi dipermukaan material akan masuk lebih dalam dan bisa menimbulkancrakingpada material, hal ini tentu saja sangat merugikan, baja tulangan yang seharusnya dapat menahan beban yang telah ditentukan oleh arsitek akan berkurang kekuatannya dan akan membahayakan penghuni bangunan jika tidak segera ditangani dengan baik. Biaya yang besar tentu harus dikeluarkan untuk mengatasi kasus seperti ini, karena bangunan telah berdiri dan korosi yang telah terjadi sudah parah.

Gambar 1. Baja tulangan yang digunakan pada struktur bangunan sudah terkorosi dengan parah

Selain dilihat dari faktor biaya, kejadian ini akan membahayakan penghuni bangunan, bayangkan jika hal semacam ini tidak ditangani dengan baik dan hanya dianggap hal sepele, memang dalam waktu beberapa bulan mungkin tidak akan terjadi apa-apa tetapi ketika telah beberapa tahun, mungkin saja hal yang tidak diinginkan akan terjadi.Sering kita melihat beton yang berwarna kuning kemerahan seperti berkarat, tetapi jarang orang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh struktur baja yang terdapat didalam bangunan terkorosi. Jika hal ini terjadi di sebuah tempat yang harus mencerminkan suatu keindahan, kesempurnaan seperti contohnya perusahaan besar, mall, jembatan layang, hal ini akan mencitrakan tempat itu berkurang keindahannya. Kredibilitas tempat itu pun jadi taruhannya.2 Penyebab Korosi Pada Baja TulanganSetiap konstruksi setelah dibangun harus dilakukan evaluasi secara terus menerus untuk menentukan kinerja bangunan. Ambruknya suatu infrastruktur, seperti jembatan, jalan layang, dermaga dan lain-lain, secara tiba-tiba sering kali membawa korban manusia dan kerugian finansial yang sangat besar. Hal ini merupakan bagian dari tugas pemilik bersama pihak yang berkepentingan untuk menjamin keselamatan masyarakat umum sebagai pengguna. Salah satu penyebab kerusakan bangunan dilingkungan laut adalah korosi pada beton dan tulangan.Secara umum, tulangan baja didalam beton tidak akan terkorosi, karena beton pada umumnya memiliki PH tinggi (sekitar 12.5), Sifat PH tinggi atau basa / alkali pada beton terjadi saat semen tercampur dengan air. Karena sifat alkali ini, dipermukaan baja dalam beton terbentuk sebuah lapisan pasif yang menyebabkan baja terlindung dari pengaruh luar. Baja baru bisa terkorosi bila lapisan pasif ini rusak (PH Beton turun), yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :Karbonasi (carbonation)Proses karbonasi terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara bebas / atmosfer dengan ion hidroksida didalam beton. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan PH beton turun (< 9) dan ini mengakibatkan penurunan ketahanan dari lapisan pasif di permukaan baja tulangan.Klorida (Chlorides)Ion klorida mempunyai kemampuan untuk penetrasi kedalam beton dan merusak lapisan pasif dipermukaan baja dan logam. Ion klorida bisa berasal dari lingkungan eksternal, misalnya air laut atau proses hyrolysis auto katalisis dari bahan logam itu sendiri yang menyebabkan baja terkorosi.Garam Magnesium (Magnesium Salts)Karena pada laut mengandung 3200 ppm bahan setara MgCl2, hal ini sudah cukup untuk melemahkan Portland Cement Hydrates dari serangan ion Mg. Hasil reaksinya akan menyebabkan kehilangan material (material loss) dan dapat melunakkan beton (soft).Serangan Sulfat (sulphate attack)Sulfat alami (natural sulphate) dan bahan polutan dari dalam tanah atau air laut dapat menyebabkan serangan Sulfat kedalam beton. Ion sulfat dari air laut akan bereaksi dengan hydrates dari portland cement yang dapat menyebabkan penurunan mutu beton, membuat beton menjadi lemah / lunak dan rapuh (brittle).Serangan Asam oleh BakteriPada bak tempat penampungan minyak mentah, struktur bawah dari bangunan offshore, pada daerah pantai yang air lautnya diam dan suhunya cenderung tetap (Oil Well 70-80 C) atau (45-50 C) akan berpotensi menumbuhkan mikroba aktif yang menghasilkan karbon dioksida serta dapat menurunkan PH air. Hal ini akan berpotensi menyebabkan proses korosi pada struktur beton, baja maupun bahan logam yang terdapat pada daerah tersebut.Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut retak, terkelupas atau pecah, sehingga daya dukung dan dimensi beton menjadi berkurang.

3 Proses Terjadinya KorosiKorosi yang tetrjadi pada baja tulangan bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:Baja tulangan yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi.Adanya air dari hasil sisa-sisa reaksi antara air dan semen.Tembok atau beton yang menggunakan baja tulangan tidak kedap air.Jika baja tulangan yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi, akan menimbulkan resiko korosi pada baja tulangan. Ada berbagai cara untuk terjadi korosi pada baja tulangan.Air dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara, melalui air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak kedap air. Bila ada sisa-sisa air yang tidak ikut tereaksikan pada saat pencampuran semen dengan air. Air yang tertinggal bisa mengenai baja tulangan dan akan menyebabkan korosi pada baja tulangan yang tidak diproteksi karena unsur-unsur yang ada pada air akan bereaksi dengan baja yang akan menyebabkan baja menjadi terkorosi.

Gambar 2. Mekanisme terjadinya korosi pada baja tulangan

Tembok atau beton yang menggunakan struktur baja tulangan yang tidak kedap air juga dapat menimbulkan korosi pada baja tulangan, hal ini memungkinkan air yang ada diluar tembok atau tergenang d atas tembok dapat masuk kedalam tembok atau beton, setelah air sampai di daerah baja tulangan maka baja tulangan akan bereaksi dengan air yang masuk dari luar tembok dan akan menghasilkan proses korosi.Korosi yang terjadi pada baja tulangan bisa menimbulkancrackingpada tembok atau beton, hal ini dikarenakan adanya seolah-olah penebalan pada permukaan baja tulangan akibat adanya produk korosi yang berupa oksida. Pada saat terjadi penebalan ini, pada tingkatan yang parah tembok atau beton tidak akan sanggup menahan laju penebalan ini sehingga terjadilahcrackingpada paermukaan tembok atau beton.

4 Dampak dari Baja Tualangan yang Mengalami Korosi.Terjadinya korosi pada suatu bangunan dapat mempengaruhi masa pakai bangunan tersebut, karena kinerja komponen struktur bangunan menurun. Guna mencapai umur bangunan sesuai dengan rencana diperlukan pemeliharaan bangunan dan perawatan bangunan secara terus menerus.Adapun beberapa kerugian yang timbul akibat korosi pada suatu konstruksi yaitu:Keluarnya biaya tambahan untuk memperbaiki kerusakan karena korosi.Kekuatan bangunan yang akan berkurang.Membahayakan keselamatan.Mengurangi keindahan bangunan.

5 Pencegahan Korosi pada Baja Tulangan.Jika kita tidak mau berbagai dampak negatif yang telah dibahas diatas terjadi pada bangunan tentu kita harus melakukan pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi. Pencegahan korosi pada baja tulangan dapata dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :Memproteksi baja tulangan yang akan digunakan.Proteksi Beton dengan cat waterproofMonitoring.Ada beberrapa hal yang perlu dilakukan agar baja tulangan yang digunakan pada struktur bangunan tidak mengalami korosi. Sebelum baja tulangan digunakan kita harus melihat apakah sudah terjadi korosi pada permukaan baja tulangan akibat dari penyimpanan yang kurang baik di udara terbuka dalam jangka waktu yang tertentu, jika baja tulangan sudah terlihat kemerahan akibat korosi bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang dari permukaan material. Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan cat bisa menekan biaya yang diperlukan untuk memproteksi baja tulangan.Jika baja tulangan telah digunakan pada struktur bangunan tanpa diproteksi terlebih dahulu, dapat dilakukan tindakan pengamanan dengan cara melapisi permukaan bangunan dengan cat. Jika permukaan bangunan itu tidak kontak langsung dengan cuaca dapat dicat dengan cat tembok, tetapi jika permukaan banguna itu akan kontak langsung dengan cuaca harus dilapisi dengan cat yang tahan dengan cuaca(weather shield).Hal yang tak kalah penting adalah monitoring secara teratur, agar diketahui jika ada sesuatu yang tidak normal dengan bangunan. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mengontrol korosi yang terjadi, tetapi juga hal-hal lain yang diaanggap perlu untuk merawat bangunan.

DURABILITAS BETON00:15Teknologi BetonNo commentsDurabilitas beton

beton harus mampu menghadapi segala kondisi dimana dia direncanakan, tanpa mengalami kerusakan (deteriorate) selama jangka waktu layannya ( service ability). Beton yang demikian disebut mempunyai ketahanan yang tinggi (durable)

Berkurangnya durabilitas beton dapat disebabkan oleh :1. pengaruh fisik2. pengaruh kimia3. pengaruh mekanispengaruh fisik (physical attack) : pelapukan oleh cuaca membeku dan mencair (freezing and thawing), terjadi pada pasta semen dan aggregate basah dan kering bergantian, terjadi pada pasta semen perubahan temperatur yang drastis, terjadi pada pasta semen dan aggregatepengaruh kimia (chemical attack) : penetras larutan / unsur kimia kedalam beton serangan sulfat, terjadi pada pasta semen reaksi alkali-aggregate, terjadi pada aggregat serangan asam dan alkalis, terjadi pada pasta semen korosi baja tulangan, terjadi pada tulanganpengaruh mekanis perubahan volume akibat perbedaan sifat thermal dari aggregat thd pasta semen, terjadi pada pasta semen dan aggregat abrasi (pengikisan), terjadi pada pasta semen dan aggregat aksi elektrolisis, terjadi pada pasta semen

sifat beton yang paling penting agar memiliki ketahanan yang tinggi dari pengaruh diatas adalah permeabelitas beton yang terdiri atas : permeabelitas thd udara permeabelitas thd zat cair

beton dengan durabilitas tinggi1. kepadatan struktur tinggi2. porositas rendah3. permeabelitas rendah4. tahan terhadap pengaruh lingkungan (pembekuan, serangan sulfat dan alkasi, korosi)5. masa layan struktur panjang

dapat dicapai dengan : beton mutu tinggi (high-strength concrete) beton mutu ultra tinggi (ultra high-strength concrete) beton tanpa pemadatan (self-compacting concrete)

komponenTypePenyebab TerjadinyaFaktor Lingkungan PemicuVariabel untuk pencegahan

SemenTidak tentuPengembangan volumeKelembabanKadar gypsum dan magnesia

Retak susutGaya akibat temperaturTemperaturPanas hidrasi, tingkat pendinginan

aggregateReaksi alkali silicaPengembangan volumeKelebihan kelembabanAlkali dalam semen, komposisi aggregate

Retak DTekanan hidrolisPembekuan dan pencairanAbsorpsi aggregate, diameter aggregate maksimum

Pasta semenSusut PlastisKehilangan kelembabanAngin, temperatur, kelembaban relatifTemperatur beton, prlindungan permukaan beton

SusutPengembangan volumeKelembaban relatifMix design, laju pengeringan

Serangan sulfatPengembangan volumeIon-ion sulfatMix design, type semen, admixtures

Pengembangan panasPengembangan volumePerubahan temperaturTingkat perubahan temperatur

BetonSettlementKonsolidasi beton p;astis di sekeliling tulangan-Slump, selimut beton, diameter tulangan

TulanganKorosi Elektro-kimiaPengembangan volumeOksigen, kelembabanSelimut beton, permeabelitas beton

pengujian/pembebanan beton

detructive tests teknik pengujian (load control, displacement control) prosedur dan peraturan (codes) pengujian material jenis pengujian (uji tekan, uji tarik, uji belah, uji lentur) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beto (jenis pembebanan, kecepatan pembebanan, metode pengujian, bentuk dan dimensi benda uji, dll)

non-destructive tests hammer test core drill ultra sonic velocity pulse (bisa untuk beton umur muda) acoustic emission testing leak testing liquid penetrant testing infrared and thermaltesting

Evaluasi Mutu Beton

pengujian langsung (destructive test)Hasil pengerjaan beton dapat diterima jika kekuatan tekannya memenuhi dua syarat berikut (pedoman beton 1989, pasal 4.7) :1. nilai rata-rata dari hasil uji tidak kurang dari : (f'c + 0,8 S)2. tidak satupun dari benda uji yang nilainya kurang dari 0,85 f'c

S= (sigma n, i=1 (f'ci - f'c)^2 / n-1 )

f'c = sigma n, i= 1 f'ci / n

S = standar deviasi (kg/cm2)f'ci = kuat tekan beton ke-i (kg/cm2)f'c = nilai rata2 kuat tekan beton (kg/cm2)n= jumlah benda uji

Core drill: diameter 76 mm, diameter 92 mmberdasarkan sk sni t 16 1991 03 :kekuatan tekan rata-rata masing2 3 benda uji minimal 0,85 f'ckekuatan tekan masing2 hasil uji minimal 0,75 f'c

Hammer test : menggunakan schmidt Hammer, menentukan keseragaman dari sifat-sifat mekanis elemen struktur, mengevaluasi hanya area lokal dan lapisan permukaan beton, tidak dapat mendeteksi retak dalam.

Ultrasonic Pulse Velocity : dapat mendeteksi retak dalam dan pori udara, dapat merekam aliran gelombang tegangan untuk analisis, membutuhkan akses terhadap dua sisi permukaan elemen struktur yang akan di test.

magnetic methods : dapat mengevaluasi area yang luas dari struktur, dapat mendeteksi lokasi dan arah dari tulangan, shear connector, serta mendeteksi ukuran tulangan.