Case Fraktur Fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB ISTATUS PASIEN

I. Identifikasi PasienNama: Nn. AIJenis kelamin: PerempuanUsia: 16 tahunStatus: Belum MenikahAlamat: Dalam KotaAgama: IslamNo. Reg/Med: RI14005763/802361Tanggal MRS: 19-03-2014

II. AnamnesisKeluhan utama:Nyeri dan sulit menggerakkan tungkai kiri setelah kecelakaan lalu lintas. Riwayat perjalanan penyakit: 7 jam SMRS motor yang dikendari penderita dengan kecepatan sedang (40 km/jam) ditabrak oleh mobil dari arah samping dengan kecepatan tinggi, penderita terjatuh dengan tungkai kiri membentur benda keras. Setelah kejadian penderita dalam keadaan sadar, dan penderita mengeluh nyeri serta sulit menggerakkan tungkai kiri.

III. Pemeriksaan FisikStatus generalis Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran: compos mentis Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi: 88 x/m

1 Frek. Pernapasan: 22 x/m Temperature: 36,60 Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+) Ekstremitas superior: lihat status lokalis Ekstremitas inferior: lihat status lokalis

Status lokalisRegio Cruris sinistra, didapatkan: Look: tampak luka ukuran 1x1 cm tepi tidak rata dengan dasar otot Feel: nyeri tekan (+), krepitasi (+), NVD baik Movement: ROM aktif pasif terbatas

IV. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium (19 Maret 2014) Hemoglobin : 10,6 (12,0-14,4) Eritrosit: 3,73 (4,75-4,85) Leukosit: 5,5(4,5-13,5) Trombosit : 369(150-450) Hematokrit: 31(36-42, krisis 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit. Tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih dari kehancuran atau kominusi fraktur tingkat sedang.3. Grade III : terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak dan struktur neurovaskuler, disertai banyak kontaminasi luka. III A : tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat ditutupi secara memadai oleh jaringan lunak. III B : terdapat pelepasan periosteum dan fraktur kominutif yang berat. III C : terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak peduli berapa banyak kerusakan jaringan lunak yang lain.

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

Klasifikasi radiologis Menurut lokalisasi1. diafisial2. metafisial3. intra-artikuler4. fraktur dislokasi

Menurut konfigurasi1. fraktur transversal2. fraktur oblik3. fraktur Z4. fraktur segmental5. fraktur komunitif (fraktur lebih dari dua fragmen)6. fraktur baji biasanya pada vertebrae karena trauma kompresi7. fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patella8. fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya tengkorak9. fraktur impaksi10. fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah misalnya pada fraktur patela, talus, kalkaneus11. fraktur epifisis

Menurut ekstensi1. fraktur total2. fraktur tidak total3. fraktur buckle atau torus4. fraktur garis rambut5. fraktur green stick

Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya1. fraktur tidak bergeser (undisplaced)2. fraktur bergeser (displaced)- bersampingan- angulasi- rotasi- distraksi- over riding- impaksi

Klasifikasi fraktur menurut muller AO2Klasifikasi menurut muller AO, pada angka pertama menunjukkan tulang, angka kedua menunjukkan segmen, huruf pertama menunjukkan jenis fraktur dan nomor selanjutnya menunjukkan morfologi fraktur secara rinci.

Klasifikasi fraktur tibia fibula diaphysis menurut AO

942-A simple fracture42-A1 spiral42-A2 oblique (>_ 30)42-A3 transverse (< 30)42-B wedge fracture42-B1 spiral wedge42-B2 bending wedge42-B3 fragmented wedge42-C complex fracture42-C1 spiral42-C2 segmental42-C3irregular

2.1.4 Gambaran klinis frakturAnamnesisBiasanya penderita datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun karena trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggerakkan anggota gerak. Penderita mengeluh adanya nyeri, pembengkakkan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.1

Pemeriksaan fisikPemeriksaan awal, perlu diperhatikan adanya1 Syok, anemia atau perdarahan Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga thorax, panggul dan abdomen. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologisPemeriksaan lokal1Inspeksi (Look) Bandingkan dengan bagian yang sehat Perhatikan posisi anggota gerak Keadaan umum penderita secara keseluruhan Ekspresi wajah karena nyeri Lidah kering atau basah Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain Perhatikan kondisi mental penderita Keadaan vaskularisasi

Palpasi (Feel) 1Hal-hal yang perlu diperhatikan Temperatur setempat yang meningkat Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang Krepitasi dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit. Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

Pergerakan (Move) 1Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakan secara aktif dan pasif sendi proximal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

Pemeriksaan Neurologis1Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropaksia,aksonotmesis atau neurotmesis.

Pemeriksaan radiologis 1Foto polosDengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis : Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi Untuk konfirmasi adanya fraktur Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya Untuk menentukan teknik pengobatan Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulangPemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua : Dua posisi proyeksi ; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah sendi yang mengalami fraktur Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur femur dan kalkaneus, maka perlu dilakukan foto pada tulang panggul dan tulang belakang. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya dilakukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian. Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri

2.1.5 Waktu penyembuhan frakturWaktu penyembuhan fraktur dipengaruhi beberapa faktor 1. Umur penderitaAnak-anak lebih cepat daripada dewasa karena aktivitas osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan juga proses remodeling tulang masih sangat aktif dan semakin berkurang apabila usia bertambah.2. Lokasi dan konfigurasi frakturFraktur metafisis lebih cepat daripada diafisis. Fraktur transversal lebih lambat daripada fraktur oblique karena kontak yang lebih banyak.3. Pergeseran awal frakturFraktur tidak bergeser lebih cepat mengalami penyembuhan.4. Vaskularisasi pada kedua fragmenKedua fragmen yang mempunyai vaskularisasi yang baik maka penyembuhannya akan lebih cepat. Apabila salah satu fragmen vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union.5. Reduksi serta imobilisasiReposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya sehingga mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam penyembuhan fraktur.6. Waktu imobilisasiBila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka untuk terjadinya non union sangat besar.7. Ruang diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunakBila ditemukan interposisi jaringan berupa periostat maupun otot atau jaringan fibrosa maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.8. Adanya infeksiInfeksi akan mengganggu proses penyembuhan. 9. Cairan sinoviaCairan sinovia pada sendi dapat menghambat penyembuhan fraktur.10. Gerakan aktif dan pasif anggota gerakGerakan aktif dan pasif akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Perkiraan Penyembuhan Fraktur pada Dewasa

Falang/metacarpal/metatarsal/kosta3-6 minggu

Distal radius6 minggu

Diafisis ulna dan radius 12 minggu

Humerus10-12 minggu

Klavikula6 minggu

Panggul10-12 minggu

Femur12-16 minggu

Kondilus femur/tibia8-10 minggu

Tibia/fibula12-16 minggu

Vertebrae12 minggu

Waktu penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan. Waktu penyembuhan pada anak secara kasar waktu penyembuhan daripada orang dewasa.Fase Penyembuhan Fraktur1

Fase hematomaApabila terjadi fraktur pada tulang panjang maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

Fase proliferasi seluler subperiostal dan endostalPada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jarigan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan daerah radioulsen.

Fase Pembentukan KalusSuatu pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut woven bone. Pada pemeriksaan radiologis kalus atau woven bone sudah terlihat.

Fase konsolidasiWoven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktifitas osteoblas yang menjadi struktur lamenar dan kelebihan kalus akan diresopsi secara bertahap

Fase remodelingBilamana union telah lengkap, maka tulang baru membentuk bagian yang menyerupai bulbus yang meliputu tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resobsi secara osteoklasik dan tetap rerjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna yang secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisis sitem haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.Penilaian Penyembuhan Fraktur1a. Klinis: tidak menimbulkan nyeri dan gerakan pada tempat fraktur saat ditekuk dan diputar.b. Radiologis : terbentuk kalus, tetapi masih ada garis fraktur.

Abnormalitas Penyembuhan 1a. Malunion: waktu penyembuhan pada saatnya, tetapi posisi tidak memuaskan dengan deformitas tulang yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.b. Delayed union: union lebih lama dari waktu penyembuhan normal/tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan.c. Non union: tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan pembentukan konsolidasi sehingga terdapat sendi palsu (pseudoartrosis).

2.1.6 Penatalaksanaan1Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4 :a. Recognition, diagnosis dan penilaian frakturPrinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatanb. Reduction : reduksi fraktur apabila perluReduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi semula (reposisi). Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari. Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna aposisi yang sempurnac. Retention : tindakan mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi fraktur)d. RehabilitationMengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Metode pengobatan fraktur antara lain :a. Konservatif Proteksi semata-mata untuk mencegah cidera lebih lanjut, dapat menggunakan sling (mitela)/tongkat. Diindikasikan pada fraktur-fraktur tidak bergeser, fraktur iga stabil, falangs, metacarpal,dan klavikula pada anak. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi), menggunakan gips atau bidai dari plastik/metal. Diindikasikan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi ekterna, mempergunakan gips. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur. Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi dapat dilakukan dengan cara traksi kulit atau traksi tulang. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, menggunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai Brown Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment.Ada 4 metode traksi kontinu yang digunakan, yaitu traksi kulit, traksi menetap, traksi tulang, dan traksi berimbang & traksi sliding. b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutan dengan K-wire. Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang tidak stabil, maka reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutan.c. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulangOperasi harus dilakukan secepatnya. Alat-alat yang dipergunakan dalam operasi yaitu kawat bedah, kawat kirschner, screw, screw dan platem pin Kuntscher intrameduler, pin Rush, pin Steinmann, pin Trephine, plate and screw Smith Peterson, pin plate teleskopik, pin Jewett, dan protesis.

Indikasi reduksi terbuka degan fiksasi interna : Fraktur intraartikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon, patella. Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur tidak stabil. Terdapat interposisi jaringan diantara kedua fragmen Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik dengan reduksi tertutup misalnya fraktur monteggia dan Bennett Kontraindikasi imobilisasi eksterna Eksisi fragmen kecil, dan lainnya.

d. Eksisi fragmen tulang dan penggantuan dengan protesisPada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan pemasangan protesis, yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagian bahan tambahan sering dipergunakan metilmetakrilit.

Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur, baik dewasa muda maupun dewasa tua, karena: Perlu reduksi yang akurat dan stabil Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi paru-aru dan ulkus dekubitus.Fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi interna. Fraktur yang terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu terdapat risiko pergeseran pada fraktur itu, sekalipun berada di tempat tidur, jadi fiksasi akan lebih aman.Prinsip terapi adalah reduksi yang tepat, fiksasi secara erat dan aktivitas dini. Bila pasien di bawah anestesi, pinggul dan lutut difleksikan dan paha yang mengalami fraktur ditarik ke atas, kemudian dirotasikan secara interna, lalu diekstensikan dan di abduksi akhirnya kaki diikat pada footpiece. Pengawasan dengan sinar-x digunakan untuk memastikan reduksi pada foto anteroposterior dan lateral. Diperlukan reduksi yang tepat pada fraktur stadium III dan IV; fiksasi pada fraktur tak tereduksi hanya mengakibatkan kegagalan. Kalau fraktur stadium III dan IV, fiksasi pada fraktur yang tidak tereduksi secara tertutup melalui pendekatan anterolateral.Sekali direduksi, frakur dipertahankan dengan pen atau screw berkanula atau kadang-kadang dengan screw kompresi geser (Screw pinggul yang dinamis) yang ditempelkan pada batang femur. Insisi lateral digunakan untuk membuka femur bagian atas. Kawat pemandu, yang disisipkan di bawah kendali fluoroskopik, digunakan untuk memastikan bahwa penempatan alat pengikat telah tepat. Dua skrup berkanula sudah mencukupi, keduanya harus terletak sejajar dan memanjang sampai plat tulang subkondral; pada foto lateral keduanya berada di tengah-tengah pada kaput dan leher, tetapi pada foto anteroposterior screw distal terletak pada dengan korteks inferior leher.Bila tidak dilakukan operasi ini cara konservatif terbaik adalah langsung immobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk pseuarthritis yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapat ditahan, serta sedikit rasa sakit yang didapat ditahan, serta sedikit pemendekkan.

Jenis-jenis operasia. Pemasangan pinb. Pemasangan plate dan screw

2.1.7 KomplikasiKomplikasi pada fraktur radius ulna :1. Komplikasi dini :- forearm swelling- Compartement syndrome2. Komplikasi lanjut :- malunionKomplikasi pada fraktur tibia fibula :1. Komplikasi dini : - syok (dapat terjadi perdarahan massif walaupun fraktur bersifat tertutup - trauma pembuluh darah - trauma saraf - infeksi2. Komplikasi lanjut : - delayed union, non union, malunion - kaku sendi lutut - refraktur

2.1.8 PrognosisQuo ad vitam: bonamQuo ad functionam: bonam

2.2 Fraktur diafisis tibia dan fibula1Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasa terjadi antara batas 1/3 tengah dan 1/3 bagian distal sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 bagian tengah dengan 1/3 bagian proximal, sehingga fraktur tidak terjadi pada ketinggian yang sama. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Gambaran klinis pada fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan penonjolan tulang keluar kulit.

Pengobatan KonservatifPengobatan standar dengan cara koservatif berupa reduksi fraktur dengan manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk imobilisasi, dipasang sampai diatas lutut. Prinsip reposisi: fraktur tertutup ada kontak 70% atau lebih tidak ada angulasi tidak ada rotasipada fraktur oblik atau spiral imobilisasi denga gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.

Operasi Terapi operatif dilakukan pada: fraktur terbuka kegagalan dalam terapi konservatif fraktur tidak stabil adanya nonunion

metode pengobatan operatif pemasangan plate and screw nail intrameduler pemasangan screw semata-mata pemasangan fiksasi eksterna. Adapaun indikasinya yaitu fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang dan pseudoartrosis yang mengalami infeksi.

Komplikasi 1. infeksi2. delayed union3. malunion4. kerusakan pembuluh darah5. trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis6. gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki, gangguan ini disebabkan karena adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.Pengobtan fraktur metacarpal tunggal biasanya bersifat stabil dan tidak memerlukan tindakan operasi. Fraktur multiple kemungkinan memerlukan tindakan operasi untuk mengoreksi kerusakan dan rotasi.

BAB IIIANALISIS KASUS

Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita berusia 16 tahun berasal dari dalam kota Palembang datang berobat ke RSMH dengan keluhan utama nyeri dan sulit menggerakkan tungkai kiri setelah kecelakaan lalu lintas. Dari anamnesis lebih lanjut didapatkan 7 jam SMRS motor yang dikendari penderita dengan kecepatan sedang (40 km/jam) ditabrak oleh mobil dari arah samping dengan kecepatan tinggi penderita terjatuh dengan tungkai kiri membentur benda keras. Setelah kejadian penderita dalam keadaan sadar, dan penderita mengeluh nyeri serta sulit menggerakkan tungkai kiri.Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan pada regio cruris, tampak fraktur terbuka, nyeri tekan (+), krepitasi (+), NVD baik, ROM aktif dan pasif terbatas.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis berupa rontgen cruris dextra AP lateral yang menunjukkan adanya fraktur os tibia 1/3 distal kompleks dan os fibula 1/3 distal oblique.Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosa Fraktur terbuka os tibia 1/3 distal kompleks dan fraktur terbuka os fibula 1/3 distal oblique grade II.Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini ada 2 pilihan yaitu terapi konservatif dan terapi operatif. Jika secara konservatif yaitu dilakukan debridement dan immobilisasi pada fraktur terbuka os tibia 1/3 distal kompleks dan fraktur terbuka os fibula 1/3 distal oblique posterior slab dan dilakukan immobilisasi. Dilakukan terapi ORIF pada fraktur terbuka os tibia 1/3 distal kompleks dan fraktur terbuka os fibula 1/3 distal oblique. Prognosis pasien ini adalah quo ad vitam bonam dan quo ad functionam bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Cetakan keenam. Jakarta : Penerbit PT. Yarsif Watampone.2. Ruedi. P. Thomas. AO Principles of Fractures Management. New York: AO Publishing. 20003. Matthew Camuso, Chris Colton. AO Principles of Management Open Fractures. New York: AO Publishing. 20124. Doherty M. Gerard. Current Diagnosis and Treatment Surgery.13th Edition. New York: Mc Grow Hill. 20095. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.

25