16
Diktat Speleologi 2013 – ASC 1 Cave Rescue Dasar Disusun oleh : Thomas Suryono - Acintyacunyata Spelological Club. Penelusuran goa termasuk kegiatan outdoor yang beresiko tinggi. Penelusur akan menghadapi medan yang gelap total, tertutup, lembab, dengan berbagai variasi bentukan vertikal dan horisontal. Perlu disadari semakin penelusur melewati rintangan medan yang semakin sulit akan memberikan konsekwensi semakin sulit memberikan pertolongan dan evakuasi ketika terjadi kecelakaan. Sebuah tim yang baik juga harus dibekali dengan kemampuan rescue, setidaknya mereka bisa menolong anggota timnya yang mengalami kecelakaan. Kemampuan ini disebut self rescue, yaitu kemampuan tim penenlusuran untuk melakukan pertolongan anggota tim yang terkena musibah dengan perlatan yang ada, dan tidak menambah parah kondisi korban. Kasus yang sering ditemui oleh anggota tim dan bisa dilakukan usaha pertolongan dan evakuasi sendiri adalah : blocking ditengah lintasan karena kehabisan tenaga, tertimpa batu, kecelakaan medan horisontal dan lain-lainya. Ada beberapa langkah yang perli dicermati ketika tim atau anggota tim mengalami kecelakaan karena bahaya goa tertentu , berikut langkahnya : A. STOP. Menaksir kejadian. Tahapan ini perlu dilakukan dengan cepat, semakin cepat akan semakin baik bagi korban. Begitu terjadi kecelakaan dengan cepat kenalilah kejadian dan sumber bahaya yang menjadi penyebab kecelakan. Pikirkan apakah kita bisa melakukan pertolongan dengan aman. Safety harus menjadi yang utama bagi usaha pertolongan. Gunakan alat pengaman pribadi dan tambahan yang dibutuhkan.. B. THINK. Menentukan rencana pertolongan dengan aman, Berpikirlah nilai kemanan bagi penolong dan korban selama usaha pertolongan. Perhitungkan usaha pertolongan dan perawatan yang dibutuhkan, jika aman dekati posisi korban, pertimbangkan untuk mencari bantuan tim rescue dari luar.

Cave Rescue Dasar...yang serius, shock atau cidera tulang belakang. Segera putuskan usaha pertolongan/ evakuasi selanjutnya dengan pertimbangan kondisi korban. Jika diperlukan pertolongan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    1

    Cave Rescue Dasar Disusun oleh : Thomas Suryono - Acintyacunyata Spelological Club. Penelusuran goa termasuk kegiatan outdoor yang beresiko tinggi. Penelusur akan menghadapi medan yang gelap total, tertutup, lembab, dengan berbagai variasi bentukan vertikal dan horisontal. Perlu disadari semakin penelusur melewati rintangan medan yang semakin sulit akan memberikan konsekwensi semakin sulit memberikan pertolongan dan evakuasi ketika terjadi kecelakaan. Sebuah tim yang baik juga harus dibekali dengan kemampuan rescue, setidaknya mereka bisa menolong anggota timnya yang mengalami kecelakaan. Kemampuan ini disebut self rescue, yaitu kemampuan tim penenlusuran untuk melakukan pertolongan anggota tim yang terkena musibah dengan perlatan yang ada, dan tidak menambah parah kondisi korban. Kasus yang sering ditemui oleh anggota tim dan bisa dilakukan usaha pertolongan dan evakuasi sendiri adalah : blocking ditengah lintasan karena kehabisan tenaga, tertimpa batu, kecelakaan medan horisontal dan lain-lainya. Ada beberapa langkah yang perli dicermati ketika tim atau anggota tim mengalami kecelakaan karena bahaya goa tertentu , berikut langkahnya : A. STOP. Menaksir kejadian. Tahapan ini perlu dilakukan dengan cepat, semakin cepat akan semakin baik bagi korban. Begitu terjadi

    kecelakaan dengan cepat kenalilah kejadian dan sumber bahaya yang menjadi penyebab kecelakan. Pikirkan apakah kita bisa melakukan pertolongan dengan aman. Safety harus menjadi yang utama bagi usaha pertolongan. Gunakan alat pengaman pribadi dan tambahan yang dibutuhkan..

    B. THINK. Menentukan rencana pertolongan dengan aman, Berpikirlah nilai kemanan bagi penolong dan korban selama usaha pertolongan. Perhitungkan usaha

    pertolongan dan perawatan yang dibutuhkan, jika aman dekati posisi korban, pertimbangkan untuk mencari bantuan tim rescue dari luar.

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    2

    C. ACT. Mulai melakukan pertolongan Pindahkan posisi korban jika sumber bahaya jika masih ada dengan hati-hati. Teliti kondisi korban mulai

    dari tanda vital. Jika tidak respon, hilang nafas dan nadi lakukan CPR. Setelah stabil periksa adanya luka yang serius, shock atau cidera tulang belakang. Segera putuskan usaha pertolongan/ evakuasi selanjutnya dengan pertimbangan kondisi korban. Jika diperlukan pertolongan dari luar segeralah membagi tim untuk sebagian keluar dan meminta pertolongan pada organisasi SAR/ cave rescue tim. Anggota tim yang tinggal harus selalu memonitor kondisi korban untuk tetap stabil sampai bantuan rescue dari tim luar datang.

    Pada materi ini akan dibahas teknik dasar untuk teknik evakuasi dasar yang bisa dilakukan sebuah tim. Berdasar bentuk medannya dibagi menjadi dua : Vertical Rescue Dasar

    Vertical Rescue adalah usaha pertolongan yang dilakukan pada medan-medan vertikal. Usaha pertolongan ini sebenarnya memerlukan keterlibatan beberapa pihak/ aspek, seperti medis, komunikasi, logistik, teknik dan masih banyak lagi. Pada kesempatan ini kita hanya membahas masalah teknik, yaitu masalah evakuasi pada medan-medan vertikal. Pada proses pertolongan ini ada beberapa hal yang harus selalu kita ingat : a. Safety Procedure

    Safety procedure adalah prosedur untuk keamanan korban dan penolong sendiri meliputi perhitungan jumlah pengaman yang terpasang, dan anchor (main anchor dan backup anchor) untuk semua lintasan dan instalasi.

    b. Prinsip pemindahan beban Prinsip pemindahan beban adalah berbagai teknik yang harus dilakukan untuk memindahkan beban

    antar lintasan, pergantian instalasi, maupun beban korban ke penolong. Untuk dapat melakukannya harus terlebih dahulu mengetahui peralatan yang kita pakai, baik jenis, fungsi, maupun prinsip kerjanya.

    c. Kasus beban

    Kasus yang paling besar ditemui pada suatu operasi vertical rescue adalah beban, terutama pada saat evakuasi korban ke atas (hauling/ lifting). Dengan beberapa sistem yang ada kita bisa mengurangi beban selama proses evakuasi yang berarti juga mengurangi beban pada anchor yang digunakan.

    d. Menciptakan gaya.

    Mengangkat korban keatas berarti harus menciptakan gaya lebih besar dan berlawan dengan arah beban korban. Efektifitas dan efisiensi gaya yang di ciptakan bisa didapat dari teknik rigging, lintasan dan instalasi rescue yang akan digunakan.

    I. Peralatan Vertical Rescue Dalam sebuah instalasi vertical rescue ada beberapa peralatan tambahan yang digunakan. Peralatan ini dipakai untuk tujuan dan kondisi yang berbeda. Peralatan tersebut berupa : a. Pulley Alat ini berupa sebuah katrol (kerekan), dan mempunyai fungsi sebagai :

    1. Pembelok arah lintasan yang bergerak, yaitu untuk “ Human Deviation dan Adjustable Pulley Rig“ . 2. Tambatan atau tempat menggantungkan korban/ penelusur ketika melewati lintasan horisontal 3. Membelokkan arah gaya dan untuk memaksimalkan gaya yang diciptakan. 4. Meringankan beban yang ditarik.

    Ada beberapa macam pulley yang biasa digunakan : 1. Ultra Legere Pulley

    Pulley jenis ini hanya berupa roda, tanpa as penyangga. Pemakaian pulley ini harus dengan menggunakan hart atau oval carabiner. Digunakan untuk kedaan darurat saja, seperti transfer barang, adjustable pulley rig.

    2. Oscillante Cheek Pulley Pulley jenis ini sangat ringan, mempunyai dua sisi pengapit (pipi) yang bisa bergerak, dipakai dengan oval carabiner. Digunakan untuk menarik beban yang tidak terlalu berat. Biasa digunakan untuk membelokkan arah tali pada Z-rig system, adjustable pulley rig maupun membuat human deviation.

    3. Fixe Pulley Pulley dengan kedua sisinya tidak bisa bergerak, dipasang dengan menggunakan oval carabiner. Biasa digunakan untuk membuat perangkat hauling, tambatan korban/ penelusur pada tyrolean, maupun untuk model instalasi rescue yang lain.

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    3

    4. Tandem Pulley Jenis ini termasuk cheek pulley, mempunyai sisi yang tidak bisa bergerak. Berbentuk seperti penggabungan dua buah fixe pulley. Pulley ini digunakan untuk pengurangan beban yang ditarik, dan paling ideal digunakan untuk tyrolean karena akan memperkecil sudut diantara dua sisi tali yang mendapat gaya, dan memperkecil friksi antara roda dengan tali.

    5. Rescue Pulley. Mempunyai dua sisi yang bisa bergerak, dengan lobang untuk penambatan carabiner lebih lebar dan berbentuk segitiga sama sisi, dirancang untuk dapat dipasang tiga carabiner. Jenis ini paling kuat untuk proses penarikan beban yang berat, dan variasi instalasi rescue yang lain.

    Kita harus tahu prinsip kerja dari pulley, walau berupa roda yang bergerak, tapi tetap mempunyai

    friksi (fs). Sebagai contoh ketika ada benda dengan berat (P) 80 kg kita bisa mengangkatnya langsung dengan gaya F=P, tetapi dengan menggunakan pulley yaitu membelokkan arah tali (seperti menimba) kita memerlukan gaya sebesar F = P + fs .

    Agar kita dapat mengangkat beban dan hanya memerlukan setengah atau bahkan kurang dari gaya

    normalnya (Fx=0.5 Fn) kita perlu untuk membuat sebuah instalasi khusus. Disamping hal tersebut diatas masing-masing pulley juga mempunyai “Working Load “ dan “Breaking

    Load”. Working Load yaitu beban maksimal atau gaya maksimal yang bisa diterima pulley agar bisa bekerja normal, sedang breaking load yaitu beban maksimal yang menyebabkan pulley tersebut rusak/ patah.

    Gambar 1. Breaking load, working load dan effisiens (fs) pulley

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    4

    Gambar 2. Spesifikasi tiap jenis pulley product petzl.

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    5

    b. Ascender

    Dalam SRT alat ini digunakan sebagai alat untuk memanjat tali. Dalam instalasi vertical rescue alat ini berguna sebagai pengunci tali (hauling), penarik beban dan ascending belayer.

    c. Descender

    Dalam SRT alat ini digunakan sebagai alat untuk menuruni tali (descending). Dalam instalasi vertical rescue alat ini digunakan dalam instalasi lowering, maupn descending belay.

    d. Roll Module

    Dalam suatu pembuatan lintasan/ instalasi rescue kita juga harus selalu memperhatikan keamanan alat, salah satunya adalah tali. Untuk menghindari gesekan tali dengan tebing dalam penelusuran goa kita biasa menggunakan padding, ataupun memasang variasi anchor (intermediete, deviation). Dalam instalasi rescue kita friksi bisa kita hilangkan dengan variasi anchor. Di sini pemakaian padding tidak bisa selalu digunakan, karena sebagian tali yang harus dilindungi adalah tali yang bergerak. Dalam kasus seperti ini kita bisa menggunakan “Roll Module”, alat ini berfungsi sebagai pelindung, mengarahkan tali, maupun landasan untuk tali yang bergerak. Alat ini berupa berbentuk seperti kotak yang didalamnya ada roller (tabung berputar).

    e. Peralatan Rigging Hampir semua peralatan rigging digunakan untuk pembuatan lintasan vertical rescue. Dalam rigging for rescue, yang perlu diperhatikan dan perlu pertimbangan adalah perhitungan kekuatan, baik untuk jenis tambatan maupun peralatan yang digunakan. Dalam hal ini diperlukan kekuatan ekstra, karena dalam kondisi tertentu ada hal-hal yang memungkinkan lintasan yang dipakai harus mendapat beban yang lebih besar.

    Gambar 3. Roll Module

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    6

    A

    B

    C

    II. Rigging for Rescue. Rigging untuk rescue perlu meningkatkan pertimbangan pada kekuatan anchor. Untuk beban statis saja

    beban yang diterima anchor minimal 2x rata-rata beban penelusur, belum lagi fall factor untuk 2x beban penelusur, juga gaya yang diciptakan kadang menambah beban pada ancor >2x rata-rata berat penelusur.

    Distribution Anchor Anchor ini berbentuk gabungan dari dua atau lebih posisi anchor yang digabungkan menjadi satu ketika dibebani. Tujuan dari anchor jenis ini adalah untuk menambahkan kekuatan pada anchor yang digunakan yaitu dengan cara membagikan beban pada tiap anchor dan menempatkan posisi lintasan pada titik jatuh tertentu. Penggabungan anchor bisa menggunakan simpul pada tali utama , webing, ataupun menggunakan potongan tali. 1. Y anchor. Disebut Y anchor karena lintasan akan membentuk huruf Y. Variasi ini menggabungkan dua sisi anchor., bisa dibuat menggunakan 1 atau 2 buah webbing atau menggunakan simpul (playboy, simpul delapan+Butterfly, double bowline) . Gambar 4. A Y anchor menggunakan 1 webbing B. Y anchor menggunakan2 webbing C. Y anchor menggunakansimpul pada tali. Dalam mempertimbangkan penempatkan sudut Y anchor harus selalu memperhitungkan sudut yang terbentuk antara dua sisi tegangan dan nilai kekuatan masing-masing dari kedua sisinya. Jangan membentuk sudut antara lebih dari 120 o. Gambar 5. A.Dasar Perhitungan Y anchor B. Variasi besaran sudut pada Y anchor C. Tabel perhitungan sudut dan beban yang diterima masing-masing sisi pada Y anchor.

    A B C

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    7

    2. Multiple Anchor. Seperti Y anchor multiple anchor ini juga bertujuan untuk menempatkan titik jatuh lintasan, dan membagi beban pada lebih dari dua anchor yang berarti akan meningkatkan safety working load dari anchor tersebut ketika digunakan. Variasi ini bisa dibuat dengan menggunakan webing, tali potongan, maupun simpul pada tali terbebani. Gambar 6. Multiple Anchor A. Fixed distribuiton menggunakan tali potongan.dan disimpul pada tambatan carabiner, B. Dinamik distributin menggunakan tali potongan. C. Dinamik distributin menggunakan simpul pada tali utama. . 3. Tyrolean Anchor. Jenis anchor ini biasa digunakan untuk membuat lintasan tali hosrisontal maupun slope. Sebelum digunakan, ketegangan memberikan beban tension dari elongasi tali, saat lintasan ini dibebani kedua anchor akan bekerja dengan prinsip abnormal Y anchor. Hal ini disebabkan sudut yang terbentuk antara 2 sisinya akan lebih besar dari 120o, dan beban yang diterima masing-masing anchor akan berubah-ubah tergantung pada jarak dengan titik beban. Jadi harus dipatikan bahwa pemilihan anchor tyrolean harus benar-benar kuat.

    Gambar 7. Lintasan tyrolean dan prinsip perhitungan bebannya.

    A B C

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    8

    III. Instalasi Vertical Rescue

    Lintasan rescue yang dibuat harus bisa menyesuaikan berbagai bentuk medan yang ada, baik pada medan vertikal, maupun horisontal. Dalam membuat lintasan rescue kita harus bisa menentukan instalasi apa yang akan kita pergunakan. Instalasi ini juga bisa berarti gerakan dasar pada sebuah lintasan vertical rescue.

    Pemasangan semua lintasan rescue harus selalu memperhatikan rigging yang benar, yaitu dan kekuatan anchor (dipertimbangkan minimal 2x kekuatan lintasan normal), selalu ada backup baik untuk anchor maupun peralatannya, dan fall factor, Pada dasarnya ada tiga macam instalasi yang biasa di gunakan : A. Instalasi Hauling

    Hauling adalah sebuah instalasi yang digunakan untuk menarik korban kearah tertentu, baik mendekati ataupun menjauhi hauling anchor. Instalasi ini biasanya terdiri atas serangkaian alat berupa pulley (fixe, rescue, oscilante), ascender (basic/ hand jammer), dan oval carabiner. Pulley berfungsi sebagai pembelok arah tali dan tempat bergeraknya tali, ascender berfungsi sebagai pengunci gerakan tali.

    Gambar 8. Instalai hauling standard.. Prinsip kerjanya adalah saat tali ditarik, maka tali yang dibelokkan pada pulley akan bergerak, dan agar

    tali tidak bergerak berlawanan dengan arah tarikan, maka digunakan ascender sebagai pengunci.

    Gambar 9. Variasi instalasi Hauling dan simpul prussik (kanan)

    a.Hauling dengan pulley dan basic

    b.Hauling dgn Pulley dan Pursik

    c.Petzl Microtraxion, Hauling compact

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    9

    Dalam bentuk biasa/ normal gaya (F) yang diperlukan untuk menarik korban/ beban (P) adalah F= P + fs.

    Untuk menurunkan nilai F maka ada beberapa sistem yang bisa ditambahkan pada hauling, yaitu : 1. Z-rig System

    Sistem ini akan menghasilkan F=1/3 P. 2. Yossemite System

    Sistem ini akan menghasilkan F=1/2 P. 3. Crowter Lift System

    Sistem ini akan menghasilkan F=1/3 P. 4. Piggy Back System

    Sistem ini akan menghasilkan F=1/4 P.

    Dalam pemakaian sistem diatas kadang kita mendapatkan kasus dimana arah kita menark tali yang tidak dapat searah dengan arah keluarnya tali atau tidak sejajar dengan arah tali yang mendapat beban. Untuk mengatasi hal ini kita kadang perlu membuat tambatan baru dengan pulley guna membelokkan arah tarikan tali.

    Dengan makin majunya kegiatan di medan-medan vertikal, makin bertambah pula ragam peralatan yang sudah tersedia. Kini dengan mengkombinasikan beberapa peralatan makin mudah untuk menurunkan gaya yang harus diciptakan untuk menarik beban ke atas.

    1) 2) 3)

    4)

    Gambar 10. Beberapa sistem pengurangan beban pada proses hauling

    Gambar 11. Instalasi dari beberapa jenis pulley dan ascender, F=P/4 Module Hauling, F=P/4

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    10

    B. Instalasi Lowering

    Lowering adalah instalasi yang digunakan untuk mengulur korban kearah tertentu, dengan gerakan menjauhi maupun mendekati lowering anchor. Peralatan yang digunakan adalah descender (bobbin, auto stop, figure of eight dll). Pemilihan jenis descender tergantung dari beban yang akan diterima descender. Untuk beban yang besar pilih jenis descender dengan friksi yang lebih besar.

    C. Instalasi Belaying

    Adalah sebuah instalasi yang digunakan untuk melakukan atau memberikan back up atau pengamanan yang berlebih. Instalasi belaying bisa bekerja dan memakai istalasi hauling maupun lowering. Perbedaannya adalah bahwa instalasi ini tidak mendapat beban langsung. Karena berfungsi sebagai back up/ cadangan, instalasi ini lebih baik menggunakan tali dinamik.

    Gambar 12. Instalasi Lowering

    Gambar 13. Instalasi belaying

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    11

    Variasi Instalasi Vertikal Rescue. Dalam prakteknya semua jenis lintasan, acnhor, dan instalasi diatas dapat digabungkan menjadi sebuah instalasi yang disesuaikan dengan kasus kecelakaan, kondisi korban, jumlah personel maupun kondisi lapangan. Yang perlu diperhatikan adalah safety procedure harus selalu dimasukkan dalam rancangan instalasi, baik dari segi jumlah anchor dan backupnya, instalasi belaying, penurunan beban, penciptaan gaya yang optimal dan pembagian kerja. A. Instalasi Counter Balance. Prinsip instalasi ini adalah menaikkan korban dengan memanfaatkan berat tubuh penolong, sehingga membentuk sebuah mekasisme kesetimbangan.

    Pada gambar disamping adalah sebuah contoh lintasan counter balance. Instalasi yang dibuat memperhatikan semua sisi safety procedure. Posisi C adalah instalasi belaying. Ketika korban ditarik keatas instalasi ini adalah instalasi belaying-hauling, artinya tali akan diikut ditarik ketas seiring dengan pergerakan korban keatas. Alat pengontrolnya menggunakan self breaking descender, dengan alasan kemungkinan instalasi ini akan mendapatkan beban kejut. Posisi A adalah rescuer utama. Posisi ini adalah posisi "counter balance". rescuer membebani tali utama yang ditekuk keatas sehingga sejajar dengan sisi tali untuk korban. Ketika rescuer naik melakukan kegiatan ascending panjang tali antara rescuer dan korban akan memendek karena posisi rescuer ada ditempat yang tetap dengan bantuan cowstail yang terpasang, sehingga otomatis korban akan ikut naik. Hal ini juga bisa dilakukukan dengan menambahkan seutas tali dengan panjang tertentu yang akan menghubungkan korban dengan rescuer. Pilihan ini diambil jika rescuer perlu untuk berada didekat korban, terutama untuk memanuver posisi stretcher ketika melewati medan tertentu. Posisi B adalah posisi hauling, posisi ini untuk membantu beban rescuer B ketika berusaha mendapatkak kesetimbangan pada saat melakukan ascending Variasi instalasi ini sangat efektif dilakukan dimedanyang free hanging dengan tidak ada friksi pada dinding sekitarnya. Jumlah penolong juga tidak perlu terlalu banyak karena gaya yang tercipta untuk mengangkat beban korban diatas didapat dari beban tubuh penolong dan lintasan kesetimbangan

    Gambar 14. Instalasi Vertical - Horizontal Pulley Mobile.

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    12

    B. Instalasi Pulley Mobile. Instalasi ini menggabungkan semua instalasi rescue dengan lintasan tali horisontal/ tyrolean. Instalasi ini banyak digunakan ketika harus ada usaha untuk memindahkan posisi korban secara horisontal diantara dua ketinggian. Ada dua variasi yang sering digunakan : 1. Horizontal Pulley Mobile.

    Gambar 15. Instalasi Horizontal Pulley Mobile. Instalasi ini hanya digunakan untuk memindahkan posisi korban secara horisontal. Terutama sangat efektif ketika korban dalam packing stretcher. Anchor tyrolean harus selalu mendapat perhatian khusus, anchor dan tali ini akan mendapatkan beban yang berlebihan, artinya bisa berkali-kali dari beban korban sebenarnya. Menggunakan distribution anchor menjadi pilihan yang harus selalu digunakan. Pada instalasi diatas sisi kanan menjadi instlasi lowering, yang artinya mengulur tali untuk mendekati instlasi hauling. Istalasi lowering pada lintasan tyrolean harus memperhatikan perbedaan ketinggian antara kedua sisinya, perbedaan tinggi yang signifikan akan menambah beban kerja instalasi loweringnya. Sisi kanan adalah instalasi hauling, instali ini berguna untuk menarik tali, menggerakkan posisi korban ke arah kanan. semua variasi hauling untuk menurunkan beban tarikan bisa dipasang disini. 2. Vertical - Horizontal Pulley Mobile Instalasi ini juga menggunakan lintasan tyrolean, perbedaannya lintasan tyrolean juga digunakan untuk tumpuan korban ketika ditarik keatas. Jadi pada instalasi ini korban akan dievakuasi secara vertikal dan horisontal.

    Contoh lintasan ini sangat efektif digunakan ketika mengevakuasi korban dari sebuah kedalaman tertentu menuju permukaan, kemudian mengevakuasi secara horisontal. Kasus evakuasi korban yang berada didasar sungai sangat tepat menggunakan instalasi ini. Selain untuk mengevakuasi secara horisontal, lintasan tyrolean juga digunakan sebagai tumpuan korban ketika diangkat keatas. Dengan pulley mobile ini bisa menepatkan posisi tumpuan hauling ketika melewati halangan medan dibawah.

    Gambar 16. Instalasi Vertical - Horizontal Pulley Mobile.

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    13

    BASKET LONGBOARD

    REEVES

    SCOOP

    FOLDING POLE

    BASKET LONGBOARD

    REEVES

    SCOOP

    FOLDING POLE

    Horizontal Rescue Evakuasi pada medan horisontal tidaklah lebih mudah dari pada medan vertikal. Lorong sempit, atap rendah, lumpur, lintasan boulder, medan berair, panjang lorong menjadi variasi kesulitan pada medan horisontal. Membawa korban untuk dievakuai pada medan ini harus disesuaikan dengan kondisi korban. Stretcher/ tandu menjadi pilihan yang paling tepat untuk memindahkan/ mengevakuasi korban.

    Gambar 17. A. Berbagai macam stretcher, B. Tabel berbagai masam stretcher dan spesifikasinya.

    A

    B

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    14

    Saat usaha stabilisasi korban dilakukan, tugaskan sebagian anggota yang lain untuk assesment jalur evakuasi, buat sket dan catatan kesulitan serta peralatan tambahan dan lintasan pengaman yang diperlukan. Berikut beberapa teknik evakuasi stretcher pada beberapa variasi bentuk lorong.

    Gambar 18. A. lorong sempit evakuasi dengan teknik bridging dan cimneying. B. Atap rendah dengan lantai slope, dengan teknik crawling dan lintasan hauling. Tim evakuasi terbagi menjadi leader yang mengarahkan pergerakan evakuasi dan memasang

    lintasan pengaman, pemantau kondisi korban dan tim evakuasi itu sendiri. Meski pada medan horisontal rescuer tetap wajib menggunakan peralatan vertikal, digunakan untuk mengamankan diri sendiri dan mengaitkan korban pada tubuh rescuer. Pasang lintasan pengaman saat bergerak pada bentuk lorong menyempit yang mengharuskan rescuer menggunakan teknik brdiging ataupun cimneying.

    Untuk lorong yang cukup lebar tapi tidak memungkinkan rescuer bergerak maju kedepan dengan

    cepat gunakan system rotasi. Rescuer evakuasi terdiri 8 orang, 3 pasang rescuer pertama akan mengangkat korban, 1 pasang rescuer akan bergerak kedepan stretcher untuk menerima transferan stretcher, 1 pasang rescuer paling kebelakang akan berpindah kedepan stretcher untuk menerima transfer stretcher, begitu seteerusnya.

    A

    B

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    15

    Gambar 19. Sistem rotasi rescuer evakuasi horisontal pada lorong lebar. Medan berair baik berupa sungai bawah tanah maupun kolam dalam, termasuk rintangan yang harus

    dilewati pada evakuasi medan horisontal. Untuk mengevakuasi korban, bisa dengan membuatkan lintasan tyrolean diatas air atau meletakkan korban diatas perahu karet.

    Gambar 20. Meletakkan stretcher diatas perahu karet untuk ngevakuasi korban pada medan berair.

  • Diktat Speleologi 2013 – ASC

    16

    Daftar Pustaka Vertical - A Technical Manual for Cavers; Alan Warild, The Speleological Research Council Ltd, Sydney, Australia, 1990. On Rope - North Amerixan Vertical Rope Techniques For Caving - Search and Rescue, Allen Padget - Bruce Smith, National Speleological Society. The Cave Rescuer’s Manual, Speleo Secours Francais. Caving Practise and Equipment, David Judson, David & Charles, Newton Abbot, London, North Pomfret, 1984. Petzl Catalogue 1997, 1997. Petzl Catalogue 1996, 1996. Work And Rescue, Petzl, 1996-1997. Pertolongan Pada Kecelakaan Goa, Yayasan Acintyacunyata - Acintyacunyata Speleological Club, Yogyakarta. Vertical Rescue, Thomas Suryono, Acintyacunyata Spelological Club, 2013 Emergency First Respond, Emergency First Respond Corp. 2012