130
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PROYEK AKHIR ARSITEKTUR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA ARSITEKTUR DISUSUN OLEH : RISKY ANISA PRATIWI 5112413032 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG

DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

(LP3A)

PROYEK AKHIR ARSITEKTUR

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENCAPAI

GELAR SARJANA ARSITEKTUR

DISUSUN OLEH :

RISKY ANISA PRATIWI

5112413032

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018

Page 2: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

ii

Page 3: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

iii

Page 4: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penyusunan Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, November 2017

Risky Anisa Pratiwi NIM. 5112413032

Page 5: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

(LP3A) yang berjudul “City Planning Gallery di Kota Semarang dengan

Pendekatan Tenologi Tinggi”. LP3A City Planning Gallery ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk kelulusan akademik di Universitas Negeri Semarang serta

landasan dasar untuk merencanakan desain City Planning Gallery nantinya.

Dalam penulisan LP3A City Planning Gallery ini tidak lupa penulis untuk

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,

membimbing serta mengarahkan sehingga penulisan LP3A City Planning Gallery

ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas segala perhatian, kasih sayang

serta doa yang tiada hentinya

2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

3. Aris Widodo, S. Pd., M. T., Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri

Semarang

4. Teguh Prihanto, S.T., M.T., Kepala Program Studi Teknik Arsitektur S1

Universitas Negeri Semarang

5. Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si., pembimbing 1 yang memberikan

arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A City

Planning Gallery

6. Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc., pembimbing 2 yang memberikan arahan,

bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A City Planning

Gallery ini

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan

arahan dalam penyusunan LP3A City Planning Gallery ini

8. Seluruh teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2016 yang telah memberikan

dukungan.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

LP3A City Planning Gallery ini, maka segala saran dan kritik yang bersifat

Page 6: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

vi

membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penulisan LP3A City

Planning Gallery. Akhir kata semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan pada umumnya.

Semarang, November 2017

Penulis

Page 7: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

vii

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir LP3A City Planning Gallery di Kota Semarang ini penulis

persembahkan kepada :

❖ Kedua orang tua, dan saudara-saudara saya, terimakasih untuk semua

perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis

selama pengerjaan LP3A

❖ Ketua Jurusan Teknik Sipil, Aris Widodo, S. Pd., M. T. yang telah memberikan

ijin bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir City Planning Gallery

❖ Kaprodi S1 Arsitektur Teguh Prihanto, S.T., M.T. yang memberikan arahan

dalam program Tugas Akhir ini sehingga memperlancar proses penulisan

LP3A City Planning Gallery ini

❖ Pembimbing Tugas Akhir Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si. dan Wiwit

Setyowati, S.T., M.Sc., yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan

persetujuan dalam penyusunan LP3A City Planning Gallery ini dengan penuh

keikhlasan dalam membantu memperlancar jalannya proses Tugas Akhir

❖ Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan

arahan dalam penyusunan LP3A

❖ Seseorang yang spesial buat saya yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan secara psikis.

❖ Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir Arika, Novia, Sheila, terimakasih

atas bantuan dan kerja samanya selama Tugas Akhir ini.

❖ Semua teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2016 yang telah memberikan

dukungan

Page 8: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

viii

ABSTRAK

Risky Anisa Pratiwi 2017

“City Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi”

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si., Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc.

Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang mengalami perkembangan setelah pendudukan Kolonial Belanda. Sejarah perencanaan Kota Semarang dalam kurun waktu 1900-1970, merupakan bagian penting dari sejarah perencaaan kota Indonesia, karena Kota Semarang dijadikan kota yang menjadi eksperimen perencaaan kota modern di Eropa. Hingga saat ini perkembangan Kota Semarang dinilai terus maju seiring dengan masalah perkotaan yang ada. Namun berbagai upaya terus dilakukan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada di kota, salah satunya dengan dibentuknya RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2016-2021 yang memprioritaskan arah pembangunan kota menuju Semarang Hebat. Namun perencanaan itu hanya bisa diketahui beberapa orang saja, sehingga diperlukan sebuah wadah yang dapat menyajikan perencanaan pembangunan kota secara terbuka dan transparan kepada masyarakat serta dapat mewadahi berbagai kekayaan latar belakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery.

Dalam penyusunan LP3A City Planning Gallery, pendalaman materi dilakukan melalui studi literatur berupa buku, peraturan maupun media elektronik dan studi observasi, dengan mempelajari kasus serupa. Semua data-data tersebut kemudian dievaluasi dan dijadikan acuan untuk menentukan konsep dasar dalam merencanakan dan merancang City Planning Gallery di Kota Semarang dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan aspek fungsional, kontekstual, kinerja, struktural dan arsitektural.

Mengusung pendekatan teknologi tinggi diharapkan dapat memberikan pengalaman baru bagi pengunjung serta dapat menjadi daya tarik dari City Planning Gallery. Selain itu dengan penggunaan teknologi tinggi diharapkan juga dapat menjadi salah satu objek wisata yang dapat mendukung konsep Smart City yang telah diterapkan di Kota Semarang serta dapat mengembangkan Kota Semarang dari segi pariwisata dan pelayanan publik. Kata kunci: City Planning Gallery, Semarang, Teknologi Tinggi

Page 9: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Permasalahan ................................................................................. 5

1.2.1. Permasalahan Umum........................................................... 5

1.2.2. Permasalahan Khusus ......................................................... 5

1.3. Tujuan dan Sasaran ........................................................................ 6

1.3.1. Tujuan .................................................................................. 6

1.3.2. Sasaran ................................................................................ 6

1.4. Manfaat ........................................................................................... 6

1.4.1. Subjektif ............................................................................... 6

1.4.2. Objektif ................................................................................. 6

1.5. Lingkup Pembahasan ...................................................................... 7

1.5.1. Ruang Lingkup Substansial .................................................. 7

1.5.2. Ruang Lingkup Spasial ........................................................ 7

1.6. Metode Pembahasan....................................................................... 7

Page 10: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

x

1.6.1. Data Primer .......................................................................... 8

1.6.2. Data Sekunder ..................................................................... 8

1.7. Keaslian Penulisan .......................................................................... 10

1.8. Sistematika dan Pembahasan ......................................................... 10

1.9. Alur Pikir .......................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Gallery .............................................................................. 13

2.1.1 Pengertian Gallery ............................................................... 13

2.1.2 Jenis – Jenis Gallery ............................................................ 14

2.1.3 Fungsi Gallery ...................................................................... 15

2.1.4 Prinsip – Prinsip Perencanaan Gallery ................................. 15

2.2. Studi Kasus City Gallery .................................................................. 29

2.2.1. Singapore City Gallery ......................................................... 29

2.2.2. Kuala Lumpur City Gallery.................................................... 33

2.2.3. Hongkong City Gallery ......................................................... 37

2.3. Tinjauan Teknologi Tinggi ................................................................ 44

2.3.1. Building Automation System ................................................. 47

2.3.2. Virtual Reality ....................................................................... 52

2.3.3. Augmented Reality ............................................................... 54

2.3.4. Multitouch Screen ................................................................ 56

2.4. Studi Kasus Bangunan Teknologi Tinggi ......................................... 58

2.4.1. Pompidou Centre ................................................................. 58

2.4.2. The Energy Building, Jakarta ............................................... 60

BAB III TINJAUAN LOKASI

3.1. Tinjauan Umum Kota Semarang ...................................................... 73

3.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi ........................ 73

3.1.2 Kondisi Tanah dan Iklim ....................................................... 77

3.1.3 Penggunaan Lahan .............................................................. 80

3.2. Tinjauan Kebijakan RTRW .............................................................. 80

3.3. Penentuan Lokasi ............................................................................ 83

Page 11: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xi

3.3.1. Kriteria Penentuan Lokasi .................................................... 83

3.3.2. Lokasi Terpilih ...................................................................... 83

3.4. Pemilihan Site ................................................................................. 85

3.4.1. Kriteria Pemilihan Site .......................................................... 85

3.4.2. Alternatif Site........................................................................ 86

3.4.3. Penilaian Alternatif Site ........................................................ 98

3.4.4. Site Terpilih ....................................................................... 102

BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1. Dasar Pendekatan ........................................................................ 109

4.1.1. Dasar Pertimbangan ......................................................... 109

4.2. Pendekatan Aspek Fungsional ..................................................... 111

4.2.1. Tujuan Perencanaan ......................................................... 111

4.2.2. Analisis Pelaku Kegiatan ................................................... 112

4.2.3. Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ........................... 116

4.2.4. Analisis Kelompok Ruang ................................................. 123

4.2.5. Analisis Sirkulasi Ruang .................................................... 124

4.2.6. Analisis Hubungan Kelompok Ruang ................................ 126

4.2.7. Analisis Besaran Ruang .................................................... 127

4.3. Pendekatan Aspek Kontekstual .................................................... 136

4.3.1. Analisis Aksesibilitas ......................................................... 136

4.3.2. Analisis Klimatologi ........................................................... 138

4.3.3. Analisis Topografi ............................................................. 140

4.3.4. Analisis View ..................................................................... 142

4.3.5. Analisis Vegetasi ............................................................... 144

4.4. Pendekatan Aspek Teknis ............................................................ 145

4.4.1. Sistem Modul .................................................................... 145

4.4.2. Sistem Struktur ................................................................. 146

4.5. Pendekatan Aspek Kinerja ........................................................... 153

4.5.1. Sistem Building Automation System (BAS) ....................... 153

4.5.2. Sistem Transportasi Vertikal ............................................. 154

4.5.3. Sistem Pemadam Kebakaran ............................................ 157

4.5.4. Sistem Pengkondisian Udara ............................................ 160

Page 12: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xii

4.5.5. Sistem Pencahayaan ........................................................ 162

4.5.6. Sistem Penangkal Petir ..................................................... 164

4.5.7. Sistem Jaringan Listrik ...................................................... 166

4.5.8. Sistem Jaringan Air Bersih ................................................ 167

4.5.9. Sistem Jaringan Air Kotor ................................................. 168

4.5.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet ................................. 170

4.5.11. Sistem Keamanan ............................................................. 173

4.6. Pendekatan Arsitektural ................................................................ 174

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1. Konsep Fungsional ....................................................................... 177

5.1.1 Lingkup Kegiatan .............................................................. 177

5.1.2 Pelaku Kegiatan ................................................................ 177

5.1.3 Dimensi Ruang ................................................................. 178

5.1.4 Sirkulasi Ruang ................................................................. 179

5.1.5 Hubungan Ruang .............................................................. 181

5.2. Konsep Kontekstual ...................................................................... 182

5.2.1. Site Terpilih ....................................................................... 182

5.2.2. Konsep Analisis Aksesibilitas ............................................ 183

5.2.3. Konsep Analisis Klimatologi .............................................. 185

5.2.4. Konsep Analisis Topografi................................................. 187

5.2.5. Konsep Analisis View ........................................................ 189

5.2.6. Konsep Analisis Vegetasi .................................................. 190

5.2.7. Zoning Akhir ...................................................................... 192

5.3. Konsep Teknis .............................................................................. 193

5.3.1. Konsep Sistem Modul ....................................................... 193

5.3.2. Konsep Sistem Struktur .................................................... 194

5.4. Konsep Kinerja ............................................................................. 194

5.4.1. Sistem Building Automation System (BAS) ....................... 194

5.4.2. Sistem Transportasi Vertikal ............................................. 195

5.4.3. Sistem Pemadam Kebakaran ............................................ 195

5.4.4. Sistem Pengkondisian Udara ............................................ 197

5.4.5. Sistem Pencahayaan ........................................................ 198

Page 13: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xiii

5.4.6. Sistem Penangkal Petir ..................................................... 199

5.4.7. Sistem Jaringan Listrik ...................................................... 199

5.4.8. Sistem Jaringan Air Bersih ................................................ 200

5.4.9. Sistem Jaringan Air Kotor ................................................. 200

5.4.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet ................................. 201

5.4.11. Sistem Keamanan ............................................................. 202

5.5. Konsep Arsitektural ...................................................................... 202

5.5.1. Konsep Gubahan Massa ................................................... 202

5.5.2. Material ............................................................................. 204

5.5.3. Konsep Arsitektur Hi – Tech .............................................. 205

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 208

Page 14: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penataan Tata Letak Objek 2 Dimensi ............................................... 18

Tabel 2.2 Penataan Tata Letak Objek 3 Dimensi ............................................... 19

Tabel 2.3 Sirkulasi Pencapaian .......................................................................... 24

Tabel 2.4 Konfigurasi Jalur ................................................................................ 24

Tabel 2.5 Hubungan Jalur dan Ruang ............................................................... 26

Tabel 2.6 Ruang Pembentuk Sirkulasi ............................................................... 27

Tabel 2.7 Tinggi Rata – Rata Manusia ............................................................... 28

Tabel 3.1 Ketinggian Tempat Kota Semarang ................................................... 75

Tabel 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Semarang, 2016 .............. 76

Tabel 3.3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Semarang, 2016 ........... 79

Tabel 3.4 Rata–Rata Suhu dan Kelembapan Udara di Kota Semarang,2016 .... 79

Tabel 3.5 Lokasi Alternatif ................................................................................. 84

Tabel 3.6 Penilaian Alternatif Site ...................................................................... 99

Tabel 4.1 Analisis Pelaku Kelompok Pengelola .............................................. 114

Tabel 4.2 Data Acuan Jumlah Pengunjung ..................................................... 116

Tabel 4.3 Analisis Aktivitas Pelaku dan Kebutuhan Ruang ............................. 116

Tabel 4.4 Analisis Kelompok Ruang ............................................................... 123

Tabel 4.5 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Utama .......................... 127

Tabel 4.6 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Penunjang .................... 130

Tabel 4.7 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Pengelola ..................... 133

Tabel 4.8 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Servis ........................... 134

Tabel 4.9 Total Besaran Ruang City Planning Gallery .................................... 135

Page 15: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xv

Tabel 4.10 Ciri – Ciri Bentuk Visual Arsitektur Hi-Tech ................................... 175

Tabel 5.1 Dimensi Ruang City Planning Gallery.............................................. 178

Tabel 5.2 Fire Protection City Planning Gallery ............................................... 195

Tabel 5.3 Pengkondisian Udara City Planning Gallery .................................... 197

Tabel 5.4 Pemilihan Material .......................................................................... 204

Page 16: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cahaya Alami pada Galeri .......................................................... 17

Gambar 2.2 Pola Jalur Sequential Circulation ................................................. 22

Gambar 2.3 Pola Jalur Random Circulation .................................................... 22

Gambar 2.4 Pola Jalur Ring Circulation .......................................................... 23

Gambar 2.5 Pola Jalur Linear Bercabang ....................................................... 23

Gambar 2.6 Jarak Display .............................................................................. 28

Gambar 2.7 Aksonometri Denah Singapore City Gallery ................................ 30

Gambar 2.8 Kuala Lumpur City Gallery .......................................................... 34

Gambar 2.9 Pembagian Ruang KL City Gallery .............................................. 35

Gambar 2.10 Hong Kong City Gallery ............................................................. 37

Gambar 2.11 Groundfloor ............................................................................... 38

Gambar 2.12 1st Floor .................................................................................... 39

Gambar 2.13 2nd Floor ................................................................................... 40

Gambar 2.14 3rd Floor.................................................................................... 41

Gambar 2.15 4th Floor .................................................................................... 42

Gambar 2.16 Pola Sirkulasi Hong Kong City Gallery ...................................... 43

Gambar 2.17 Building Automation System...................................................... 48

Gambar 2.18 Virtual Reality ............................................................................ 52

Gambar 2.19 Virtual Reality CAD ................................................................... 53

Gambar 2.20 Augmented Reality .................................................................... 55

Gambar 2.21 Augmented Reality di Arsitektur ................................................ 56

Gambar 2.22 Multi Touch Screen ................................................................... 57

Page 17: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xvii

Gambar 2.23 Standing Multi Touch Screen .................................................... 57

Gambar 2.24 Fasad Pompidou Centre ........................................................... 58

Gambar 2.25 Eskalator dan Pipa Utilitas pada Fasad Bangunan .................... 59

Gambar 2.26 Penggunaan Material Kaca pada Fasad ................................... 59

Gambar 2.27 Struktur Baja Pompidou ............................................................ 60

Gambar 2.28 Eksterior The Energy Building ................................................... 60

Gambar 2.29 Sistem IBMS pada The Energy Building .................................... 62

Gambar 2.30 AC System ................................................................................ 63

Gambar 2.31 Security Management System ................................................... 64

Gambar 2.32 CCTV ........................................................................................ 65

Gambar 2.33 Public Address .......................................................................... 66

Gambar 2.34 Lift Address ............................................................................... 66

Gambar 2.35 Fire Alarm Address ................................................................... 67

Gambar 2.36 Building Automation System...................................................... 68

Gambar 2.37 Parking System ......................................................................... 70

Gambar 2.38 Generator System ..................................................................... 71

Gambar 3.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Semarang ................................. 74

Gambar 3.2 Peta Rencana Pembagian BWK Kota Semarang ........................ 82

Gambar 3.3 Site Alternatif 1 ............................................................................ 86

Gambar 3.4 Jalan Pemuda ............................................................................. 87

Gambar 3.5 Permukiman ................................................................................ 87

Gambar 3.6 DP Mall ....................................................................................... 87

Gambar 3.7 Lawang Sewu ............................................................................. 87

Gambar 3.8 Kondisi Jalan Pemuda ................................................................ 88

Page 18: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xviii

Gambar 3.9 Pedestrian dan Halte di depan Site ............................................. 88

Gambar 3.10 Roil Kota disekitar Site .............................................................. 89

Gambar 3.11 Jaringan Listrik pada Site .......................................................... 89

Gambar 3.12 View to Site dari Jl. Pemuda...................................................... 90

Gambar 3.13 View to Site dari Jalan Lingkungan............................................ 90

Gambar 3.14 Ukuran Site Alternatif 1 ............................................................. 90

Gambar 3.15 Site Alternatif 2 .......................................................................... 91

Gambar 3.16 Jalan Veteran ............................................................................ 91

Gambar 3.17 Permukiman di sisi Selatan Site ................................................ 91

Gambar 3.18 Jalan Diponegoro ...................................................................... 92

Gambar 3.19 Perkantoran Swasta .................................................................. 92

Gambar 3.20 Kondisi Jl. Diponegoro .............................................................. 92

Gambar 3.21 Pedestrian di sekitar Site ........................................................... 93

Gambar 3.22 Penerangan disekitar Site ......................................................... 93

Gambar 3.23 Roil Kota disekitar Site .............................................................. 93

Gambar 3.24 View to Site dari Jl. Diponegoro ................................................ 94

Gambar 3.25 View to Site dari Jl. Veteran ...................................................... 94

Gambar 3.26 Ukuran Site Alternatif 2 ............................................................. 94

Gambar 3.27 Site Alternatif 3 .......................................................................... 95

Gambar 3.28 Jl. Cendrawasih I ....................................................................... 95

Gambar 3.29 Jl. Letjen Suprapto .................................................................... 95

Gambar 3.30 Bengkel Mobil Sedjati ................................................................ 96

Gambar 3.31 Jl. Kedasih ................................................................................ 96

Gambar 3.32 Kondisi Jalan di depan Site ....................................................... 96

Page 19: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xix

Gambar 3.33 Kondisi Jalan di sekitar Site ...................................................... 96

Gambar 3.34 Jaringan Listrik di sekitar Site .................................................... 97

Gambar 3.35 Roil Kota di sekitar Site ............................................................. 97

Gambar 3.36 View to Site dari Jl. Kedasih ...................................................... 98

Gambar 3.37 View to Site dari Jl. Letjen Suprapto .......................................... 98

Gambar 3.38 Ukuran Site Alternatif 3 ............................................................. 98

Gambar 3.39 Site Terpilih ............................................................................... 102

Gambar 3.40 Batas – Batas Site Terpilih ........................................................ 103

Gambar 3.41 Konteks Urban Site Terpilih ....................................................... 105

Gambar 3.42 Potongan Jalan Diponegoro ...................................................... 105

Gambar 3.43 Potongan Jalan Veteran ............................................................ 106

Gambar 3.44 Topografi Site ............................................................................ 107

Gambar 3.45 Potongan A-A Topografi Site ..................................................... 107

Gambar 3.46 Potongan B-B Topografi Site ..................................................... 108

Gambar 3.47 Vegetasi pada Site .................................................................... 108

Gambar 4.1 Aksesibilitas Sekitar Site ............................................................. 137

Gambar 4.2 Detail Potongan Jalan Sekitar Site .............................................. 137

Gambar 4.3 Analisa Aksesibilitas Site ............................................................. 138

Gambar 4.4 Data Klimatologi .......................................................................... 139

Gambar 4.5 Analisa Klimatologi ...................................................................... 140

Gambar 4.6 Data Topografi ............................................................................ 141

Gambar 4.7 Analisa Topografi ........................................................................ 142

Gambar 4.8 Data View.................................................................................... 143

Gambar 4.9 Analisa View ............................................................................... 143

Page 20: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xx

Gambar 4.10 Data Vegetasi ........................................................................... 144

Gambar 4.11 Pondasi Mini Pile ....................................................................... 147

Gambar 4.12 Pondasi Sumuran ...................................................................... 148

Gambar 4.13 Pondasi Bore Pile ...................................................................... 149

Gambar 4.14 Talud ......................................................................................... 149

Gambar 4.15 Struktur Atap Rangka Baja ........................................................ 152

Gambar 4.16 Space Frame ............................................................................ 153

Gambar 4.17 Small Building Control ............................................................... 154

Gambar 4.18 Ramp ........................................................................................ 155

Gambar 4.19 Tangga ...................................................................................... 155

Gambar 4.20 Eskalator ................................................................................... 156

Gambar 4.21 Lift ............................................................................................. 157

Gambar 4.22 Heat Detector ............................................................................ 158

Gambar 4.23 Smoke Detector ........................................................................ 158

Gambar 4.24 Sprinkler .................................................................................... 159

Gambar 4.25 Hydrant Box .............................................................................. 159

Gambar 4.26 Hydrant Pillar ............................................................................ 160

Gambar 4.27 Fire Extinguisher ....................................................................... 160

Gambar 4.28 Unit Outdoor dan Indoor AC VRV .............................................. 161

Gambar 4.29 AC Inverter ................................................................................ 162

Gambar 4.30 Penangkal Petir Konvensional ................................................... 165

Gambar 4.31 Penangkal Petir Elektrostatis ..................................................... 166

Gambar 4.32 Genset Tipe Silent ..................................................................... 167

Gambar 4.33 Panel Surya .............................................................................. 167

Page 21: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xxi

Gambar 4.34 Rainwater Harvesting System ................................................... 168

Gambar 4.35 Bio Septick Tank ....................................................................... 169

Gambar 4.36 Jaringan PABX .......................................................................... 171

Gambar 4.37 Jaringan Satelit ......................................................................... 171

Gambar 4.38 Jaringan Fiber Optik .................................................................. 172

Gambar 4.39 Jaringan Wi-Fi ........................................................................... 172

Gambar 4.40 CCTV ........................................................................................ 173

Gambar 4.41 Access Control .......................................................................... 174

Gambar 4.42 Skema Access Control .............................................................. 174

Gambar 5.1 Site Terpilih ................................................................................. 182

Gambar 5.2 Respon Aksesibilitas Site ............................................................ 183

Gambar 5.3 Plaza di depan Site ..................................................................... 184

Gambar 5.4 Zoning Aksesibilitas .................................................................... 184

Gambar 5.5 Secondary Skin dan Roof Garden ............................................... 185

Gambar 5.6 Barier Vegetasi pada Site ............................................................ 186

Gambar 5.7 Pencahayaan Alami pada Bangunan .......................................... 186

Gambar 5.8 Bukaan Sisi Utara Bangunan ...................................................... 187

Gambar 5.9 Cut and Fill System ..................................................................... 187

Gambar 5.10 Bangunan Split Level ................................................................ 188

Gambar 5.11 Ramp di dalam Bangunan ......................................................... 188

Gambar 5.12 Zoning Topografi ....................................................................... 189

Gambar 5.13 Plaza ......................................................................................... 189

Gambar 5.14 Zoning View .............................................................................. 190

Gambar 5.15 Elemen Arsitektural pada Entrance ........................................... 191

Page 22: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xxii

Gambar 5.16 Pohon di dalam Hall .................................................................. 191

Gambar 5.17 Analisa Zoning Akhir ................................................................. 192

Gambar 5.18 Zoning Akhir .............................................................................. 193

Gambar 5.19 Skema Building Automation System .......................................... 194

Gambar 5.20 Sistem Sensor Eskalator ........................................................... 195

Gambar 5.21 Sistem Sensor AC ..................................................................... 197

Gambar 5.22 Sistem Otomasi Pencahayaan .................................................. 198

Gambar 5.23 Skema Jaringan Listrik .............................................................. 199

Gambar 5.24 Skema Panel Surya .................................................................. 200

Gambar 5.25 Skema Jaringan Air Bersih ........................................................ 200

Gambar 5.26 Skema Jaringan Black Water .................................................... 200

Gambar 5.27 Skema Jaringan Air Kotor ......................................................... 201

Gambar 5.28 Skema Jaringan Air Hujan ......................................................... 201

Gambar 5.29 Sistem Jaringan Komunikasi ..................................................... 202

Gambar 5.30 Analisa Gubahan Massa ........................................................... 203

Gambar 5.31 Penggunaan Material Kaca Pada Fasad ................................... 205

Gambar 5.32 Pergerakan Dalam Bangunan yang di Ekspos .......................... 206

Page 23: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

xxiii

DAFTAR SKEMA

Skema 4.1 Struktur Organisasi City Planning Gallery .................................... 112

Skema 4.2 Sirkulasi Pengunjung .................................................................... 124

Skema 4.3 Sirkulasi Pengunjung Kelompok Ruang Utama ............................. 125

Skema 4.4 Sirkulasi Pengunjung Kelompok Ruang Penunjang ...................... 125

Skema 4.5 Sirkulasi Pengelola ....................................................................... 126

Skema 4.6 Hubungan Ruang Berdasarkan Kelompok Ruang ......................... 126

Skema 5.1 Sirkulasi Pengelola City Planning Gallery ..................................... 179

Skema 5.2 Sirkulasi Pengunjung City Planning Gallery .................................. 180

Skema 5.3 Hubungan Ruang City Planning Gallery ........................................ 181

Page 24: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

1 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota merupakan hasil karya peradaban manusia, sejalan dengan

peradaban tersebut, kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sehingga menghasilkan suatu bentuk struktur kota yang ditemui sekarang.

Wujud perkembangan struktur kota, sebagaimana yang dikemukakan

Budihardjo (1996), pada hakekatnya merupakan jejak peradaban yang

ditampilkan sepanjang sejarah kota sebagaimana perwujudan proses yang

panjang, identitas tidak bisa diciptakan pada suatu saat saja (seketika)

seperti budaya dadakan, jadi perwujudan struktur suatu kota merupakan

manifestasi dari berbagai kegiatan masyarakat, sehingga kota

mencerminkan suatu bentuk simbol kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan

politik masyarakat.

Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang

mengalami perkembangan setelah pendudukan Kolonial Belanda tahun

1918. Terletak di pantai Utara Jawa Tengah tepatnya pada garis 6º 5’ - 7º

10’ Lintang Selatan dan 110º 35’ Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai

37.366.838 ha atau 373,7 km². Letak geografi Kota Semarang yang strategis

menjadikan Kota Semarang sebagai koridor pembangunan Jawa Tengah.

Sejarah perencanaan Kota Semarang dalam kurun waktu 1900-1970,

menurut Pratiwo (2004) merupakan bagian penting dari sejarah

perencanaan kota di Indonesia. Kota Semarang dijadikan kota yang menjadi

eksperimen perencanaan kota modern di Eropa.

Dalam perkembanganya dewasa ini Semarang tumbuh sebagai kota

besar di kawasan Provinsi Jawa Tengah yang menjadi tujuan urbanisasi

masyarakat desa di kawasan Jawa Tengah. Hal ini menyebabkan kepadatan

penduduk di Kota Semarang, sehingga banyak bukit-bukit yang dialih

fungsikan untuk area permukiman baru. Kondisi ini akan menyebabkan

munculnya masalah-masalah baru di kota Semarang dan sekitarnya.

Diantaranya adalah masalah banjir dan rob yang sampai saat ini belum

terpecahkan solusinya. Meskipun begitu, perkembangan Kota Semarang

Page 25: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

2 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

yang merupakan Kota Metropolitan ke-5 di Indonesia dinilai terus maju

seiring dengan masalah-masalah yang ada.

Kemajuan yang ada di Kota Semarang dapat dilihat dengan terjadinya

peningkatan kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun

wisatawan mancanegara. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Semarang, pada tahun 2009 hingga 2014 terus mengalami

peningkatan baik dari jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisata sebanyak 1.633.042, pada tahun

2010 sebanyak 1.909.903, pada tahun 2011 sebanyak 2.100.923, pada

tahun 2012 sebanyak 2.712.442, pada tahun 2013 sebanyak 3.192.899 dan

pada tahun 2014 kunjungan wisata sebanyak 4.007.192. Meskipun jumlah

wisatawan terus mengalami peningkatan Kepala Disbudpar (Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata) Kota Semarang, Masdiana Safitri

(TribunJateng.com, 2017), mentargetkan kunjungan wisatawan

mancanegara pada tahun 2017 dapat meningkat lagi hingga mencapai 5 juta

kunjungan. Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Kota untuk

meningkatkan jumlah kunjungan wisata antara lain dengan lebih gencarnya

melakukan promosi wisata di Kota Semarang melalui sosial media serta

dengan membangkitkan kembali objek wisata agar kembali diminati

masyarakat hingga menggali dan menumbuhkan potensi wisata baru yang

ada di Kota Semarang. Menurut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

(merdeka.com, 2016), pada tahun 2017 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

juga lebih mendorong infrastruktur pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan

pembangunan Bandar Udara Ahmad Yani yang ditargetkan selesai pada

2018 sehingga akan membuka akses yang lebih luas lagi bagi para

wisatawan untuk mengunjungi objek – objek wisata di Semarang dan Jawa

Tengah.

Selain upaya pembenahan pada segi infrastruktur pariwisata,

Pemerintah Kota Semarang juga terus berbenah untuk mencari solusi dari

masalah – masalah yang ada di Kota yang semakin berkembang ini.

Berbagai upaya guna membangun Kota Metropolitan ke-5 di Indonesia ini

terus dilakukan seperti dengan dibentuknya RPJPD serta RPJMD (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah) tahun 2016 – 2021 yang

memprioritaskan arah pembangunan Kota menuju Semarang Hebat.

Page 26: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

3 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Beberapa lompatan besar menuju Semarang Hebat ini antara lain Kampung

Bahari di bagian utara, perluasan ruang terbuka hijau, pusat pertumbuhan

baru di bagian timur dan barat, terwujudnya transportasi massal, pembangkit

listrik tenaga sampah, mendukung bandara internasional, jalur tol

Semarang-Demak, Semarang-Solo, Semarang-Batang dalam lima tahun,

pengurangan rob dan banjir melalui normalisasi Banjir Kanal Timur dan

Polder serta penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

Akan tetapi, hingga saat ini berbagai perencanaan pembangunan kota

yang ada di Semarang hanya bisa diketahui oleh beberapa orang yang

memang mempelajari keilmuan tentang kota atau masyarakat yang

membutuhkan informasi tentang perencanaan pembangunan kota saja,

melalui Bappeda Kota Semarang atau Dinas Tata Kota Semarang.

Kurangnya kesadaran masyarakat serta belum adanya wadah yang bersifat

transparan untuk mempelajari tentang Kota menyebabkan banyak

masyarakat awam yang tidak mengetahui bagaimana arah perencanaan dan

pengembangan pembangunan Kota Semarang yang akan datang. Maka dari

itu, Kota Semarang membutuhkan sebuah wadah yang menyajikan

perencanaan pembangunan Kota secara terbuka dan transparan kepada

masyarakat luas, sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk

mengetahui, mempelajari, serta menyampaikan aspirasi tentang

perencanaan pembangunan Kota Semarang agar terciptanya suatu

perencanaan kota yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang ada

berupa City Planning Gallery.

Selain sebagai wadah untuk menyajikan tentang perencanaan

pembangunan Kota Semarang, City Planning Gallery juga mewadahi

berbagai kekayaan latar belakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang baik

yang terekam maupun tidak terekam. Sehingga City Planning Gallery bisa

dijadikan sebuah objek wisata baru di Kota Semarang yang dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat untuk mengetahui segala informasi

tentang Kota Semarang baik itu past, present ataupun future yang bersifat

transparan. Terkait dengan perencanaan City Planning Gallery di Semarang,

beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta telah memiliki gallery

serupa, dan yang paling baru berada di Bandung yang dikenal dengan nama

Bandung Planning Gallery. Sedangkan di luar negeri seperti Singapura juga

Page 27: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

4 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

memiliki Singapore City Gallery URA Centre sebagai contoh perwujudan

galeri kota yang menghubungkan beragam komunitas, perencanaan jangka

panjang untuk kawasan negaranya, membuat ruang terbuka yang nyaman

dan hidup, serta dapat digunakan sebagai media promosi arsitektural dan

perencanaan perkotaan yang dimiliki.

Pada Bandung Planning Gallery serta Singapore City Gallery URA

Centre telah menggunakan teknologi digital dalam menyajikan karyanya,

sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung terhadap sebuah galeri,

karena selama ini galeri identik dengan suasana sunyi dan kekakuannya.

Maka dari itu, sebuah karya sejarah dan perencanaan kota yang ada di

dalam City Planning Gallery nantinya akan disajikan menggunakan teknologi

digital yang mendekatkan dan menyalurkan kreativitas berekspresi dari

pengguna yaitu “user experince” dengan memberikan pengalaman baru bagi

pengunjung di dalam City Planning Gallery dalam menikmati suatu karya.

Selain dengan penggunaan teknologi digital dalam penyajian karya, di dalam

City Planning Gallery juga dilengkapi dengan fasilitas untuk masyarakat

dapat belajar mengenai perencanaan kota melalui permainan digital yang

nantinya akan menambah daya tarik dari City Planning Gallery ini. Hal lain

yang direncanakan akan terdapat di City Planning Gallery adalah maket dari

Kota Semarang serta pengembangan Kota Semarang yang dapat dinikmati

oleh masyarakat luas.

Untuk mewujudkan rancangan City Planning Gallery sesuai dengan

tujuan, maka pendekatan teknologi tinggi akan digunakan. Teknologi tinggi

yang akan diterapkan di dalam City Planning Gallery ini dilakukan dengan

penggunaan teknologi – teknologi digital, antara lain dengan penggunaan

virtual reality, augmented reality serta multitouch screen. Selain digunakan

dalam penyajian karya, teknologi tinggi di dalam City Planning Gallery juga

digunakan untuk sistem kinerja di dalam bangunan. Building Automation

System (BAS) diterapkan untuk mempermudah pelayanan terhadap

aktivitas/kegiatan di dalam galeri. Selain dalam hal pelayanan, dengan

adanya BAS juga diharapkan dapat menjadikan bangunan City Planning

Gallery ini menjadi bangunan ramah lingkungan karena fungsi dari BAS

untuk meminimalkan penggunaan energi di dalam sebuah bangunan. Selain

untuk menjadikan City Planning Gallery sebagai bangunan ramah

Page 28: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

5 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

lingkungan dan memiliki daya tarik dengan penggunaan teknologi tinggi, hal

lain yang mendasari penerapan teknologi tinggi di dalam bangunan ini

adalah agar tercapai sebuah galeri kota yang dapat mencerminkan kesan

future serta dapat mendukung konsep Smart City yang diterapkan di Kota

Semarang. Menurut Walikota Semarang, Hendrar Prihadi

(TribunJateng.com, 2017) penerapan konsep smart city di Kota Semarang

telah serius dikerjakan sejak tahun 2013. Wakil Walikota Semarang,

Hevearita Gunaryanti Rahayu (semarang.bisnis.com, 2016) mengatakan

bahwa konsep smart city ini dianggap penting karena pada era saat ini

teknologi menjadi alat bantu kebutuhan manusia. Sehingga dengan adanya

City Planning Gallery dengan pendekatan teknologi tinggi akan dapat

mengembangkan Kota Semarang dari segi pariwisata dan pelayanan publik.

1.2. Permasalahan

1.2.1. Permasalahan Umum

Bagaimana merencanakan dan merancang City Planning

Gallery sebagai sebuah wadah yang dapat memberikan segala

informasi di Kota Semarang dari dulu, kini hingga perencanaan ke

depannya (past – prenst – future), yang bersifat edukatif serta

rekreatif dengan pendekatan teknologi tinggi.

1.2.2. Permasalahan Khusus

Bagaimana menciptakan bangunan City Planning Gallery

dengan bentuk fasad yang menarik, sistem konstruksi yang tepat,

tanpa melupakan fungsi bangunan sebagai galeri kota, dan dapat

menunjang kegiatan dalam bangunan tersebut.

Bagaimana merancang dan memanfaatkan ruangan-ruangan

yang ada di City Planning Gallery baik pencahayaan, penghawaan,

hubungan antar fungsi kegiatan dengan fasilitas galeri yang

menggunakan teknologi tinggi dalam bangunan dan penanganan

agar terealisasi keamanan dan kenyamanan ruang bagi

penggunanya serta memberi sumbangan positif bagi ruang Kota

Semarang.

Page 29: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

6 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

1.3. Tujuan dan Sasaran

1.3.1. Tujuan

Terwujudnya landasan perencanaan dan perancangan City

Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi

Tinggi.

1.3.2. Sasaran

a. Terwujudnya pemahaman mengenai pengertian dan esensi

City Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan

Teknologi Tinggi

b. Terwujudnya konsep programatik dalam City Planning Gallery di

Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi

c. Terwujudnya konsep tata bentuk dan tata ruang yang eksporatif,

menarik dan fungsional di dalam City Planning Gallery di Kota

Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi

d. Terwujudnya konsep sustainable yang diterapkan pada City

Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan

Teknologi Tinggi

1.4. Manfaat

1.4.1. Subjektif

a. Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Proyek Akhir

Arsitektur sebagai penentu kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) pada

Jurusan Teknik Sipil Prodi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik

UNNES.

b. Sebagai pedoman dalam penyusunan desain proyek akhir

arsitektur.

1.4.2. Objektif

a. Memberi masukan dan pengalaman dalam mengenal potensi

dan permasalahan yang ada di lapangan sehingga bisa menjadi

alternatif landasan perancangan City Planning Gallery di Kota

Page 30: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

7 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi bagi

mahasiswa lain.

b. Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan menambah

wawasan pembaca pada umumnya dan mahasiswa arsitektur

pada khususnya yang akan mengajukan Proyek Akhir Arsitektur.

1.5. Lingkup Pembahasan

1.5.1. Ruang Lingkup Substansial

Lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan

dengan City Planning Gallery di Kota Semarang dengan titik berat

pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur,

sedangkan hal-hal diluar ke-arsitekturan yang mempengaruhi,

melatar belakangi dan mendasari faktor-faktor perencanaan akan di

batasi, dipertimbangkan dan diasumsikan tanpa dibahas secara

mendalam.

1.5.2. Ruang Lingkup Spasial

Perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota

Semarang.

1.6. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program

dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul City

Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi

adalah metode deskriptif. Metode ini memaparkan, menguraikan dan

menjelaskan mengenai persyaratan desain dan ketentuan desain terhadap

perencanaan dan perancangan City Planning Gallery.

Berdasarkan persyaratan desain dan ketentuan desain inilah nantinya

akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan

dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari

hasil penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan batasan

dan juga anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan

City Planning Gallery di Kota Semarang.

Page 31: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

8 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang

digunakan dalam perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di

Kota Semarang sebagai landasan dalam Desain Grafis Arsitektur.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

1.6.1. Data Primer

a. Observasi Lapangan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi

dan tapak perencanaan dan perancangan City Planning Gallery

dan studi banding.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam

perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota

Semarang.

1.6.2. Data Sekunder

Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis

mengenai perencanaan dan perancangan City Planning Gallery,

serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan studi kasus

perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota

Semarang.

Berikut ini akan dibahas persyaratan desain dan ketentuan

desain yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan City

Planning Gallery.

a. Pemilihan Lokasi dan Tapak

Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak

dilakukan terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan

dalam penentuan suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai

perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota

Semarang, adapun data yang dimaksudkan adalah sebagai

berikut:

1) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah

perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota

Semarang.

Page 32: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

9 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan

bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan

juga terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang

terhadap perencanaan dan perancangan sebuah City

Planning Gallery di Kota Semarang.

Setelah memperoleh data dari beberapa alternative tapak,

kemudian dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap

kriteria lokasi dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian

memberi scoring terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang

terpilih diambil dari nilai yang terbesar.

b. Program Ruang

Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan

pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta

kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi

kasus maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau

literatur perencanaan dan perancangan City Planning Gallery.

c. Penekanan Desain Arsitektur

Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur

dilakukan dengan observasi lapangan melalui studi banding

pada City Planning Gallery lain serta dengan standar literatur

yang mengenai perencanaan dan perancangan City Planning

Gallery kaitannya dengan persyaratan bangunan tersebut.

Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Aspek kontekstual pada lokasi dan tapak terpilih dengan

pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.

2) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan City

Planning Gallery. Setelah memperoleh data tersebut,

kemudian menganalisa antara data yang diperoleh dari studi

banding dengan standar perencanaan dan perancangan City

Planning Gallery sehingga akan diperoleh pendekatan

arsitektural yang akan digunakan.

Page 33: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

10 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

1.7. Keaslian Penulisan

Laporan perencanaan ini adalah laporan yang di fokuskan sebagai

panduan dalam perancangan desain City Planning Gallery sebagai wadah

presentasi tentang sejarah dan perencanaan kota yang bersifat past –

present - future. Laporan yang terkait dengan laporan ini adalah :

a. Yogyakarta City Gallery, 2012 (Oleh: Suciyhuma Armenda, TA

Universitas Islam Indonesia)

Perancangan Yogyakarta City Gallery adalah perancangan sebuah

wadah galeri berupa penataan ruang pameran perkembangan kota dan

ruang publik hijau melalui eksplorasi karakteristik elemen sumbu filosofis

Yogyakarta.

b. Bandung City Gallery, 2016 (Oleh: Tri Nugroho, TA Universitas Komputer

Indonesia)

Perancangan Bandung City Gallery adalah perancangan sebuah wadah

interaksi sosial pada ruang publik di pusat kota melalui sebuah galeri

interaktif yang mengadaptasi sejarah dan perkembangan Kota Bandung.

c. Banda Aceh City Gallery, 2013 (Oleh: Fahmi Aulia, TA Universitas Syiah

Kuala)

Banda Aceh City Gallery merupakan sebuah wadah komunikasi antara

pemerintah Kota Banda Aceh dalam rangka mengungkap ragam citra

Kota Banda Aceh terhadap masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui

informasi mengenai Kota Banda Aceh itu sendiri merangkup sejarah

hingga perencanaan ke depan.

1.8. Sistematika dan Pembahasan

Secara garis besar, sistematika dalam penyusun Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur City Planning Gallery di Kota

Semarang adalah :

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, tujuan, manfaat, ruang

lingkup pembahasan, keaslian penulisan, sistematika dan

pembahasan serta alur pikir.

Page 34: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

11 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

BAB II. TINJAUAN UMUM

Berisi tentang uraian umum mengenai galeri, studi banding galeri,

tinjauan umum tentang teknologi tinggi serta contoh bangunan

dengan teknologi tinggi.

BAB III. TINJAUAN LOKASI

Membahas tentang gambaran umum pemilihan tapak berupa

data fisik dan non fisik, potensi dan kebijakan tata ruang

pemilihan tapak, gambaran khusus berupa data tentang batas

wilayah dan karakteristik tapak terpilih.

BAB IV. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Berisi penjelasan mengenai analisis pelaku, kegiatan, dan ruang.

Analisis pemilihan lokasi bangunan, analisis transformasi

karakter bangunan, utilitas serta analisis struktur dan konstruksi

yang terkait dengan pendekatan desain yang digunakan.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan City

Planning Gallery yang ditarik berdasarkan analisis yang telah

dilakukan.

Page 35: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

12 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

1.9. Alur Pikir

1.7

1.8

co

Latar Belakang Aktualita

- Semarang memiliki keunikan sejarah perkembangan kota yang hampir terlupakan

- Belum adanya wadah berupa pusat informasi tentang sejarah dan perkembangan Kota Semarang yaitu City Planning Gallery

Urgensi Keberagaman informasi dan sejarah yang ada di Kota Semarang mengundang banyaknya wisatawan yang ingin mengetahuinya. Namun karena belum adanya wadah yang dapat memberikan informasi dengan baik dan transparan, maka diperlukan kehadiran City Planning Gallery di Kota Semarang yang menjadi wadah untuk menampilkan informasi mengenai sejarah dan perkembangan Kota Semarang.

Originalitas Diperlukan Perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota Semarang sebagai fasilitas presentasi mengenai perkembangan kota dengan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan menggunakan teknologi tinggi sehingga menampilkan kesan future serta dengan standarisasi yang sesuai.

Tujuan pembahasan

Mengadakan penyusunan data dan menganalisa potensi-potensi lingkungan untuk dijadikan landasan konseptual dan program dasar perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota Semarang sesuai dengan pedoman teknis yang ada. City Planning Gallery ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kota Semarang agar kebutuhan wadah yang menampilkan sejarah dan informasi kota terpenuhi dengan baik dan transparan.

Studi Pustaka :

- Tinjauan tentang Gallery

- Tinjauan Teknologi Tinggi

- Tinjaun Kota Semarang

Studi Lapangan

- Tinjauan Tapak Perencanaan

Analisis

Analisis antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan aspek fungsional ,kontekstual ,teknis dan kinerja program perencanaan dan citra (konsep) perancangan City Planning Gallery di Kota Semarang.

Konsep Dasar dan Program Perencanaan dan Perancangan City Planning Gallery di

Kota Semarang .

FEED B

AC

K

Studi Kasus

- Studi City Planning Gallery

Page 36: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

13 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Gallery

2.1.1. Pengertian Gallery

Gallery berasal dari kata latin yaitu “galleria”, sebuah kata

benda yang bermakna sebuah ruang terbuka tanpa pintu yang

dibatasi dinding berbentuk U dan disangga tiang-tiang kantilever

yang berfungsi sebagai ruang pertemuan umum untuk berdiskusi

apa saja. Pengertian tersebut dapat ditarik sebagai pengertian

bahwa galeri adalah tempat/ruang yang digunakan sebagai

memamerkan karya dan budaya dalam bentuk dan penataan

secara estetis. Galeri bukan saja digunakan sebagai hiburan,

melainkan sebagai pengembang wawasan dan edukasi setiap

pengunjung.

Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau

bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya

seni (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1986). Lalu selain itu juga

memberi pelayanan dalam bidang seni baik itu konsultasi ataupun

workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam masyarakat.

Dalam Wikipedia, galeri adalah ruangan atau gedung tempat

memamerkan benda atau karya seni seperti: galeri foto, koleksi

lukisan, patung, dan lain-lain. Meskipun galeri sering dikaitkan

dengan ruangan yang disediakan untuk menampilkan karya-karya

seni rupa, namun galeri kadang-kadang digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan artistik, seperti: seni pertunjukkan,

konser musik, membaca puisi dan lain-lain.

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

(2003), galeri adalah selasar atau tempat, dapat pula diartikan

sebagai tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional

karya seorang atau sekelompok seniman atau bisa juga

didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat untuk

memamerkan benda atau karya seni.

Page 37: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

14 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Sedangkan galeri pada awalnya merupakan bagian dari

museum yang berfungsi sebagai ruang pameran. Menurut Robillard

(1982), ruang publik pada museum dibagi menjadi 4 bagian:

a. Entrance hall

b. Jalur Sirkulasi

c. Galeri

d. Lounge (ruang duduk)

Dalam kamus Oxford (2005), galeri adalah:

a. Sebuah ruangan atau bangunan untuk menampilkan atau

menjual karya-karya seni.

b. Tempat yang menyediakan karya-karya foto-foto oleh

fotographer dan lukisan oleh seniman.

c. Ruang yang disediakan untuk tempat yang memproyeksikan

interior atau tema untuk penyanyi, musisi, penonton, gereja, alat-

alat musik, dan tempat untuk bermain film.

d. Sebuah ruangan untuk tempat teater dan menyediakan kursi-

kursi untuk penonton.

2.1.2. Jenis – Jenis Gallery

Menurut Rina Kumala Dewi (2010), jenis – jenis galeri dapat

dibedakan sebagai berikut:

a. Galeri di dalam museum

Galeri ini merupakan galeri khusus untuk memamerkan benda-

benda yang dianggap memiliki nilai sejarah ataupun kelangkaan.

b. Galeri Kontemporer

Galeri yang memiliki fungsi komersial dan dimiliki oleh

perorangan.

c. Vanity Gallery

Galeri seni artistik yang dapat diubah menjadi suatu kegiatan

didalamnya, seperti pendidikan dan pekerjaan.

d. Galeri Arsitektur

Page 38: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

15 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di bidang arsitektur

yang memiliki perbedaan antara 4 jenis galeri menurut karakter

masing-masing.

e. Galeri Komersil

Galeri untuk mencari keuntungan, bisnis secara pribadi untuk

menjual hasil karya. Tidak berorientasi mencari keuntungan

kolektif dari pemerintah nasional atau lokal.

2.1.3. Fungsi Gallery

Galeri memiliki fungsi utama sebagai wadah / alat komunikasi

antara konsumen dengan produsen. Pihak produsen yang

dimaksud adalah para seniman sedangkan konsumen adalah

kolektor dan masyarakat. Fungsi galeri menurut Kakanwil

Perdagangan dalam Aditama (2011) antara lain :

a. Sebagai tempat promosi barang-barang seni.

b. Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman.

c. Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni

dan budaya dari seluruh Indonesia.

d. Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara

seniman dan pengelola.

e. Sebagai jembatan dalam rangka eksistensi pengembangan

kewirausahaan.

f. Sebagai salah satu obyek pengembangan pariwisata nasional.

2.1.4. Prinsip - Prinsip Perencanaan Gallery

a. Persyaratan Umum

Menurut Neufert (1996), ruang pamer pada galeri sebagai

tempat untuk memamerkan atau mendisplay karya seni harus

memenuhi beberapa hal yaitu: Terlindung dari kerusakan,

pencurian, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung

dan debu. Persyaratan umum tersebut antara lain :

1) Pencahayaan yang cukup

2) Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil

Page 39: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

16 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

3) Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat

dengan mudah

b. Pencahayaan pada Galeri

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun

2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu

bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

secara efektif. Dengan adanya cahaya pada lingkungan ruang

dalam yang bertujuan menyinari berbagai bentuk elemen-

elemen yang ada di dalam ruang, sehingga ruangan menjadi

teramati dan dapat dirasakan suasana visualnya

(Honggowidjaja, 2003). Pencahayaan pada galeri memberikan

kontribusi yang besar tentang bagaimana menampilkan benda

yang dipamerkan agar lebih memiliki kekuatan dan menarik

sesuai tema yang ada, selain itu pencahayaan juga dapat

memberikan fokus yang lebih menonjol dibandingkan dengan

suasana galeri secara keseluruhan. Berdasarkan sumber dan

fungsinya pencahayaan dibagi menjadi :

1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang diperoleh dari

sinar matahari langsung dimana cahaya ini diperoleh pada

pagi hari hingga sore hari (Aditya, 2011). Pencahayaan alami

dapat diperoleh dengan membuat jendela atau ventilasi atau

bukaan-bukaan yang besar. Pencahayaan alami dapat

digunakan sebagai efek dari mendramatisir dan

menghidupkan desain dari sebuah bangunan. Beberapa

arsitek menggunakan pencahayaan alami sebagai bentuk

dari bangunan.

Page 40: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

17 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2) Pencahayaan Buatan (General Artificial Lighting)

Pencahayaan buatan merupakan salah satu sistem dimana

sumber yang dihasilkannya bersumber pada alat yang

diciptakan manusia, sebagai contoh lampu pijar, lilin, dan

cahaya lampu. Pencahayaan buatan diperlukan sebab tidak

sepenuhnya dapat bergantung dengan ketersediaan

pencahayaan alami (Satwiko, 2008).

c. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan memberikan kenyamanan thermal

bagi pengunjungnya. Kenyamanan fisik dapat dicapai pada

kondisi temperatur rata-rata 23°C. Akan tetapi temperatur

rendah lebih baik untuk koleksi yang dikonservasikan.

Temperatur 20°C sampai 21°C adalah jarak yang biasanya

direkomendasikan untuk ruang pameran yang digunakan untuk

umum. Sedangkan temperatur 15°C sampai 20°C

direkomendasikan bagi ruang penyimpanan koleksi. Pencapaian

kondisi kenyamanan ini tergantung dari banyaknya bukaan

jendela, kondisi lingkungan, jumlah manusia dan dimensi ruang.

Untuk mengatasinya dapat dicapai dengan banyaknya bukaan

jendela atau menggunakan penghawaan seperti Air Conditioner

atau Fan (J. Pamudji Suptandar, 1999).

Gambar 2. 1 Cahaya Alami pada Galeri

Sumber : Ernst Neufert, 2002

Page 41: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

18 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

d. Tata Cara Display Koleksi Galeri

Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksi

menurut Patricia Tutt dan David Adler (1979), yaitu :

1) In show case

Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan

suatu tempat display berupa kotak tembus pandang yang

biasanya terbuat dari kaca. Selain untuk melindungi, kotak

tersebut terkadang berfungsi untuk memperjelas atau

memperkuat tema benda koleksi yang ada.

2) Free standing on the floor or plinth or supports

Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar

sehingga diperlukan suatu panggung atau pembuatan

ketinggian lantai sebagai batas dari display yang ada.

3) On wall or panels

Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya

seni 2 dimensi dan ditempatkan di dinding ruangan maupun

partisi yang dibentuk untuk membatasi ruang.

Menurut Susanto (2004) penataan dalam perancangan ruang

pamer yang baik terkait dengan beberapa hal yang harus

diperhatikan baik hasil karya 2 dimensi maupun 3 dimensi adalah

sebagai berikut:

No Perletakan Lukisan Keterangan Objek

1

Perletakan objek pamer semacam ini

dinamakan pola sejajar dimana perletakan ini memudahkan

pengunjung dalam melihat objek.

2

Perletakan objek pamer semacam ini

dinamakan pola berselang – seling dan menimbulkan

kesan tidak monoton.

Tabel 2. 1 Penataan Tata Letak Objek 2 Dimensi

Page 42: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

19 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

3

Perletakan objek pamer yang lebih variatif sehingga menekan tingkat

jenuh pengunjung dalam eksplorasi

objek yang dipamerkan.

4

Perletakan objek pamer yang demikian

memunculkan titik fokus berada pada

tengah objek.

Tata Peletakan Penyajian Keterangan

Objek

Kotak dengan material kaca

Salah satu penyajian objek

karya tiga dimensi dengan menyimpannya dalam sebuah

kotak box, dengan maksud

bahwa objek tersebut tidak

boleh tersentuh tangan

Split level

Penyajian objek karya tiga

dimensi dengan menggunakan

trap – trap panggung

Sumber : Susanto, 2004

Tabel 2. 2 Penataan Tata Letak Objek 3 Dimensi

Page 43: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

20 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Dengan di gantung

Penyajian objek

tiga dimensi yang demikian biasanya

dilakukan pada objek yang tidak dapat diletakkan dan berukuran cukup besar

sehingga hanya dapat digantung

Dengan disangga/penya

ngga

Penyajian objek

tiga dimensi dengan cara

disangga biasanya berlaku pada objek yang menggunakan material patung

dan gerabah

e. Elemen Interior

1) Elemen Lantai

Lantai merupakan elemen horizontal pembentuk ruang.

Menurut DK. Ching (1979), elemen horizontal suatu ruang

dapat dipertegas dengan cara meninggikan maupun

menurunkan bidang lantai dan lantai dasar. Dengan demikian

akan terbentuk kesatuan ruang dan kesatuan visual pada

ruang pamer akibat adanya penurunan dan peninggian

elemen lantai.

2) Elemen Dinding

Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap

bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai

struktur pemikul lantai diatas permukaan tanah, langit – langit

dan atap. Menjadi muka bangunan, memberi proteksi dan

privasi pada ruang interior yang dibentuknya. (D.K Ching,

1979). Tekstur dinding juga mempengaruhi jumlah cahaya

yang akan dipantulkan atau diserap. Dinding yang halus lebih

Sumber : Susanto, 2004

Page 44: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

21 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

banyak memantulkan cahaya daripada dinding yang memiliki

tekstur yang cenderung mengaburkan cahaya yang menyinari

permukaannya. Demikian pula halnya, permukaan dinding

yang halus dan keras lebih banyak memantulkan suara ke

dalam ruang daripada dinding – dinding yang berpori dan

bertekstur lembut (D.K Ching, 1979).

3) Elemen Ceiling

Menurut Gardner (1960), langit-langit/ceiling yang sesuai

untuk ruang pamer (exibition hall) adalah langit-langit yang

sebagian dibiarkan terbuka untuk keperluan ekonomis dan

memberikan kemudahan untuk akses terhadap peralatan

yang digantung pada langit-langit/ceiling. Ceiling merupakan

faktor yang penting yang berfungsi sebagai tempat untuk

meletakan komponen yang terkait dengan pencahayaan.

f. Sirkulasi Ruang

Sirkulasi dalam galeri mengantarkan pengunjung untuk

memberikan kelayakan dalam memamerkan hasil karya.

Sirkulasi pergerakan jalur dalam suatu kegiatan ruang pameran

perlu dilakukan agar memberikan kenyamanan antara objek

dengan pengunjung. Menurut De Chiara dan Callender (1973),

tipe sirkulasi dalam suatu ruang yang dapat digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Sequential Circulation

Sirkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui

dan benda seni yang dipamerkan satu persatu menurut ruang

pamer yang berbentuk ulir maupun memutar sampai akhirnya

kembali menuju pusat entrance area galeri.

Page 45: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

22 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2) Random Circulation

Sirkulasi yang memberikan kebebasan bagi para

pengunjungnya untuk dapat memilih jalur jalannya sendiri dan

tidak terikat pada suatu keadaan dan bentuk ruang tertentu

tanpa adanya batasan ruang atau dinding pemisah ruang.

3) Ring Circulation

Sirkulasi yang memiliki dua alternatif, penggunaannya lebih

aman karena memiliki dua rute yang berbeda untuk menuju

keluar suatu ruangan.

Gambar 2. 2 Pola Jalur Sequential Circulation

Sumber : De Chiara and Callender, 1973

Gambar 2.3 Pola Jalur Random Circulation

Sumber : De Chiara and Callender, 1973

Page 46: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

23 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

4) Linear Bercabang

Sirkulasi pengunjung jelas dan tidak terganggu, pembagian

koleksi teratur dan jelas sehingga pengunjung bebas melihat

koleksi yang dipamerkan.

Menurut DK. Ching (2000), faktor yang berpengaruh dalam

sirkulasi eksterior maupun interior yaitu pencapaian, konfigurasi

jalur, hubungan jalur dan ruang, bentuk ruang sirkulasi. Dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Pencapaian

Pencapaian merupakan jalur yang ditempuh untuk

mendekati/menuju bangunan.

Gambar 2. 4 Pola Jalur Ring Circulation

Sumber : De Chiara and Callender, 1973

Gambar 2. 5 Pola Jalur Linear Bercabang

Sumber : De Chiara and Callender, 1973

Page 47: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

24 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Pencapaian Keterangan Gambar

Pencapaian langsung

Suatu pendekatan yang mengarah

langsung kesuatu tempat masuk,

melalui sebuah jalan lurus yang segaris dengan alur sumbu

bangunan

Pencapaian tersamar

Pendekatan yang samar meningkatkan efek perspektif pada

fasad depan dan bangunan

Pencapaian berputar

Jalur berputar memperpanjang

urutan pencapaian

2) Konfigurasi jalur

Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung

sampai titik pencapaian akhir.

No Jalur Keterangan Gambar

1 Linier Jalan lurus yang mengorganisir untuk sederet ruang-ruang

Sumber : D. K. Ching, 2000

Tabel 2. 4 Konfigurasi Jalur

Tabel 2. 3 Sirkulasi Pencapaian

Page 48: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

25 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2 Radial Jalan lurus yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat

3 Spiral Jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah

4 Grid Dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan membentuk ruang segi empat

5 Jaringan Jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang

6 Komposit Kombinasi keseluruhan pola jalur

Sumber : D. K. Ching, 2000

Page 49: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

26 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

3) Hubungan Jalur dan Ruang

Hubungan jalur dan ruang dapat difungsikan sebagai

fleksibilitas ruang-ruang yang kurang strategis.

No Hubungan

Jalur Keterangan Gambar

1 Melalui Ruang

• Kesatuan tiap ruang

• Konfigurasi jalan yang fleksibel

• Menghubungkan jalan dengan ruang

2 Menembus Ruang

• Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya

• Dapat menimbulkan ruang istirahat

3 Berakhir Dalam Ruang

• Lokasi ruang menentukan jalan

• Fungsional dan simbolis

4) Bentuk Ruang Sirkulasi

Bentuk ruang sirkulasi lebih mengutamakan pada interior

bangunan yang dapat menampung gerak pengunjung waktu

berkeliling, berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati

sesuatu yang dianggapnya menarik.

Tabel 2. 5 Hubungan Jalur dan Ruang

Sumber : D. K. Ching, 2000

Page 50: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

27 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

No Ruang

Sirkulasi Keterangan Gambar

1 Tertutup Membentuk koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu masuk

2 Terbuka pada salah satu sisinya

Membentuk balkon yang memberikan kesan kontinuitas visual

3 Terbuka pada kedua sisinya

Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dan ruang yang ditembusnya

g. Jarak Display

Berikut merupakan standar jarak pengamat terhadap objek

dengan mengacu pada tinggi rata – rata manusia di Indonesia

yang sesuai dengan pandangan mata sehingga dapat mencakup

objek yang dilihat dalam posisi nyaman. Tentu suatu pameran

yang baik adalah pameran yang menampilkan objek pada sudut

pandang normal penglihatan manusia yang berkisar antara 27º

sampai 54º. Posisi atau tempat perletakan yang baik adalah

antara 30º – 60º pada ketinggian ruangan 6,70 meter dan 2,13

meter dan untuk karya seni panjangnya 3,04 – 3,65 cm maka

Tabel 2. 6 Ruang Pembentuk Sirkulasi

Sumber : D. K. Ching, 2000

Page 51: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

28 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

pengunjung dapat melihat secara nyaman dengan penataan

yang demikian. (Neufert, 1996)

Gender Tinggi Rata –

Rata Pandangan Mata

Pria 165 cm 160 cm

Wanita 155 cm 150 cm

Anak - Anak 115 cm 110 cm

h. Sistem Keamanan

Sistem keamanan pada galeri harus dibuat sangat aman,

bukan hanya mengandalkan sistem aktif dari penjaganya dan

sistem keamanan digital, tapi juga dari segi desain dan tatanan

dari galeri itu sendiri. Semua aspek dari galeri harus didesain

Gambar 2. 6 Jarak Display

Sumber : Julius Panero dan Martin Zelnik, 2003

Tabel 2.7 Tinggi Rata – Rata Manusia

Sumber : Neufert, 1996

Page 52: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

29 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

untuk menjaga keamanan dari koleksinya sendiri. Koleksi ini

harus dilindungi dari kerusakan, maling, dan basah.

Galeri ini harus memiliki satu pintu masuk dan pemisah

tipikal untuk pintu masuk pengelola (tergantung dari ukuran dari

galeri). Prioritas dari keamanan koleksi, dimana hal ini berbeda

dari standar keamanan bangunan. Lima zona keamanan yang

harus diamati adalah:

1) Zona #1: Keamanan Tertinggi - Tempat Penyimpanan Koleksi

2) Zona #2: Keamanan Tinggi – Koleksi yang tidak dapat

diakses publik

3) Zona #3: Keamanan Tinggi – Koleksi yang dapat diakses

publik

4) Zona #4: Aman – Bukan akses publik, tidak ada koleksi

5) Zona #5: Aman – Akses publik, tidak ada koleksi

2.2. Studi Kasus City Gallery

2.2.1. Singapore City Gallery

URA atau Urban Redevelopment Authority of Singapore.

URA (Urban Redevelopment Authority of Singapore) lebih dikenal

sebagai Singapore City Gallery, dimana di dalam bangunan

tersebut, pengunjung dapat melihat sejarah perkembangan negara

Singapura sejak berdiri hingga rencana yang akan datang. Di dalam

bangunan tersebut ada dua fungsi bangunan. Satu sebagai kantor

perencanaan wilayah dan pengembangan Singapura, yaitu Urban

Redevelopment Authority dan City Gallery. Area yang

diperuntukkan bagi publik adalah area City Gallery.

Singapore City Gallery merupakan satu-satunya galeri yang

menceritakan sejarah bangsa dan usaha perencanaan dari masa

lalu, masa kini hingga masa depan. Bangunan ini bermassa tunggal

dan tata letaknya berada di tengah kota dan dikelilingi jalan dengan

menggunakan style modern. Bagian depan atau area entrance

bangunan terdapat ruang yang digunakan untuk memamerkan

karya – karya mahasiswa arsitektur Singapura. Pada lantai 2

merupakan ruang yang menampilkan ribuan gambar dan foto yang

Page 53: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

30 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

memaparkan tata kota kehidupan masyarakat jaman dulu hingga

sekarang. Lantai 3 terdapat ruang pamer yang memaparkan proses

transformasi negara Singapura dan juga dapat digunakan untuk

mempelajari konsep dan tata letak negara Singapura dengan media

buku sebagai alat paparan secara detail.

a. Jenis Ruang pada Singapore City Gallery

Terdapat 10 tematik area dan 50 audiovisual ruang pamer yang

atraktif pada galeri ini. Berikut tematik-tematik yang ada di

Singapore City Gallery:

1) Area 1 – Vibrant Cities

Di area ini pengunjung akan berada di sebuah ruangan

berbentuk lingkaran sehingga dapat melihat panorama visual

dalam 270º paparan berbagai kota.

2) Area 2 - Periods of Progress

Melalui area 2 yang berbentuk panjang ini dengan model

ramp. Sepanjang dinding dipasang perioda perubahan dari

kota nelayan menjadi kota kosmopolitan sekarang ini.

Gambar 2. 7 Aksonometri Denah Singapore City Gallery

Sumber : URA Brochure Eng, diakses 18 Juni 2017

Page 54: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

31 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

3) Area 3 – Conversations

Pada area ini pengunjung akan mendengarkan paparan

berbagai pihak atau stake holder. Karena semua pihak turut

andil dalam pembangunan Singapura.

4) Area 4 - Learning the Fundamentals

Pada area 4 pengunjung akan mendapat paparan mengenai

solusi negara Singapura untuk menjawab berbagai kebutuhan

penduduk yang terus meningkat secara virtual dan interaktif.

5) Area 5 - Planning Sustainability

Pada area ini pengunjung dapat mempelajari tentang strategi

perencanaan yang berbeda yang telah membantu

membentuk Singapura menjadi seperti sekarang ini.

6) Area 6 - Brush with History

Area 6 merupakan sebuah area sejarah negara Singapura

yang bisa pengunjung lihat.

7) Area 7 - Urban Design

Area ini memanjakan pengunjung dengan berbagai olahan

dan variasi model skyline.

8) Area 8 - Study Area

Di area ini disimpan berbagai model dan studi pendalaman

tentang desain kota Singapura secara detail dan mewah

dalam album-album foto berupa map besar.

9) Area 9 - Distinctive District

Area ini merupakan area main-main. Pengunjung boleh

memilih latar belakang dengan pilihan Bras Basah, Bugis,

Singapore River dan Marina Bay serta Orchard Road yang

terkenal. Sebuah kamera terpasang siap

mendokumentasikan pengunjung dan disediakan fasilitas

email, bila ingin foto diri dikirim via email.

10) Area 10 - Central Area Model

Area ini merupakan area yang paling menarik. Karena

pengunjung dapat melihat maket Singapura dalam ukuran

besar dan merupakan yang terbesar di dunia. Maket disini

dilengkapi dengan penjelasan melalui audio pada jam-jam

Page 55: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

32 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

tertentu dan dilengkapi dengan permainan cahaya berupa

Light and Sound Show. Setelah puas mendengarkan paparan

tentang Singapura, pengunjung dapat turun kembali ke area

kedatangan semula kemudian dapat meninggalkan gedung

melalui pintu samping. Sebuah sculpture menawan diletakkan

tepat di depan pintu. Sehingga area keluar pun ditata

sedemikian rupa menjadi satu kesatuan dengan pedestrian.

b. Analisa Denah Singapore City Gallery

Pada gedung Urban Redevelopment Authority terdapat 5

lantai yaitu lantai 1 – 3 terdapat Singapore City Gallery

sedangkan pada lantai 4 terdapat pusat informasi dan pada

lantai 5 terdapat hall. Pada lantai 1 terdapat eksibisi temporer

dan model maket Singapura sebelum pembangunan. Pada lantai

2 terdapat eksibisi permanen dan maket Singapura setelah

pembangunan dan resepsionis City Galery. Lalu pada lantai 3

terdapat eksibisi permanen dan ruang virtualisasi pembangunan

Singapura.

Lobby utama pada gedung URA terdapat rencana awal

pembangunan Singapore dan karya karya siswa dalam

membuat siteplan dan masterplan Singapore. Pada lantai 2

terdapat maket besar yang merupakan replika dari negara

Singapura beserta bangunan – bangunannya. Maket yang

berwarna krem dan terbuat dari kayu merupakan bangunan yang

akan dibuat dan masih dalam tahap perencanaan. Pada lantai 3

terdapat Singapore City Gallery yang menampilkan sejarah

perkembangan negera Singapura per dekade, serta terdapat

informasi mengenai penemuan – penemuan teknologi

pembangunan di Singapura. Selain itu terdapat pula ruangan

simulasi perencanaan Singapura yang bisa diakses pengunjung

untuk turut serta mengatur pembangunan Singapura dalam

bentuk virtual.

c. Analisa Sirkulasi Singapore City Gallery

Sirkulasi pengunjung Singapore City Gallery dimulai dari

lantai dasar, dimana pengunjung dapat melihat karya – karya

Page 56: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

33 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

mahasiswa arsitektur di Singapore serta terdapat eksibisi

temporer. Setelah itu, pengunjung dapat naik menuju lantai 1

menggunakan lift atau eskalator serta terdapat juga ramp yang

dapat digunakan oleh kaum difabel. Pada lantai 1 ini pengunjung

dapat merasakan sentuhan teknologi tinggi yang digunakan

pada bangunan Singapore City Gallery melalui ruang vibrant

cities.

Setelah berada di vibrant cities, para pengunjung diarahkan

menuju lantai 2 yang menampilkan sejarah perkembangan

negara Singapura per dekade serta informasi penemuan –

penemuan teknologi pembangunan Singapura. Pengunjung

diarahkan lagi menuju ruangan simulasi perencanaan singapura

dalam bentuk virtual. Dan setelah itu pengunjung menuju area

central area model, dimana terdapat maket Singapura dalam

ukuran besar. Singapore City Gallery ini memiliki pola sirkulasi

yang menerus. Kelebihan lain yang dimiliki Singapore City

Gallery adalah respon terhadap kaum difabel, dimana para

difabel dapat juga menikmati galeri ini dengan baik melalui

teknologi yang digunakannya. Teknologi ini dapat membantu

para difabel mengetahui sejarah perkembangan Singapura

melalui sound.

2.2.2. Kuala Lumpur City Gallery

Kuala Lumpur City Gallery merupakan bagian dari visi ARCH

dalam mempromosikan warisan negara dan budaya. Sementara

ARCH mempromosikan koleksi dan souvenir yang terbuat dari

veneer kayu, mereka juga menyajikan peta Kuala Lumpur yang

sangat diperlukan untuk mempelajari arsitektur dan warisan

budaya, dan semuanya sekarang terpusat di Kuala Lumpur City

Gallery. Kuala Lumpur City Gallery ini terletak tepat di kantong

sejarah Dataran Merdeka (Merdeka Square). Terletak di sebuah

bangunan tua yang berusia 114 tahun.

Page 57: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

34 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

a. Jenis Ruang pada Kuala Lumpur City Gallery

Adapun pembagian ruang dan fasilitas pada Kuala Lumpur City

Gallery ini di groundfloor dan lantai 1. Dan pada setiap lantai KL

City Gallery ini terdapat pula pembagian area-area tematik

diantaranya:

1) Information Center

Area ini terletak tepat pada entrance Kuala Lumpur City

Gallery. Pada area ini terdapat peta kota Kuala Lumpur

dengan ukuran sangat besar beserta penjelasan mengenai

lokasi-lokasi cagar budaya dan peninggalan sejarah

2) Memories of Kuala Lumpur

Pada area ini terdapat proses perjalanan sejarah Kota Kuala

Lumpur dari tahun ke tahun. Menampilkan foto, gambar dan

beberapa model maket.

3) ARCH Gift Shop

Merupakan pusat penjualan produk kerajinan tangan ARCH

dari bahan kayu yang sangat indah

4) The Making ARCH

Pengunjung dapat melihat langsung pembuatan kerajinan

tangan oleh pegawai ARCH. Dimana pengunjung juga bisa

mengcustom sesuai keinginan sendiri.

Gambar 2. 8 Kuala Lumpur City Gallery

Sumber : www.klcitygallery.com (Diakses 18 Juni 2017)

Page 58: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

35 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5) Kuala Lumpur Tourist Departement

Merupakan sebuah galeri yang dikhususkan untuk para turis

yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang Kota Kuala

Lumpur dengan menyaksikan koleksi berupa benda seni yang

mengagumkan.

6) Kuala Lumpur City Model

Sebuah model kota yang sangat menakjubkan dengan detail

yang indah menampilkan Kota Kuala Lumpur dalam

pandangan mata burung yang dapat disaksikan langsung dari

mata pengunjung.

b. Analisa Denah Kuala Lumpur City Gallery

Bangunan Kuala Lumpur City Gallery terdiri dari 2 lantai

yaitu ground floor dan lantai 1. Pada area ground floor terdapat

area tourist information centre yang menyediakan brosur dan

buku referensi tentang tempat makan, tempat belanja, tempat

wisata dan rekomendasi lain untuk dijelajahi di Kuala Lumpur.

Terdapat juga area newseum on the history of kuala lumpur yang

menyajikan sejarah Kuala Lumpur yang ditampilkan melalui

cetakan dan foto, terdapat juga event space yang digunakan

ketika ada pameran. Selain itu terdapat area largest miniature of

dataran merdeka yang menyajikan maket Dataran Merdeka yang

merupakan sebuah warisan negara. Pada groundfloor juga

terdapat area ARCH kuala lumpur gift shop yang menyediakan

souvenir khas Kuala Lumpur yang dapat dibeli oleh para

Gambar 2. 9 Pembagian Ruang KL City Gallery

Sumber : www.klcitygallery.com/tour (Diakses 18 Juni 2017)

Page 59: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

36 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

pengunjung. Terdapat pula DIY workshop dimana pengunjung

dapat belajar membuat souvenir serta area the making of ARCH

yang memberi kesempatan pengunjung melihat proses

pembuatan souvenir. Pada groundfloor terdapat pula coutyard

dan toilet.

Sedangkan di lantai 1 dimanfaatkan sebagai sebagai area

management office, the largest kuala lumpur city model, tourism

unit, kuala lumpur city hall.

c. Analisa Sirkulasi Kuala Lumpur City Gallery

Pada saat pengunjung memasuki Kuala Lumpur City Gallery

ruangan pertama yang dituju adalah tourist information centre.

Kemudiaan pengunjung diarahkan untuk menuju area newseum

on the history of KL. Setelah itu pengunjung dapat menikmati

sebuah miniatur kota Kuala Lumpur lengkap dengan gemerlap

lampu yang ada di area the spectacular city model show di lantai

1. Setelah berada di lantai 1 pengunjung akan kembali dibawa

turun menuju ground floor menuju area largest miniature of

Dataran Merdeka.

Sebelum mengakhiri kunjungan pengunjung akan dibawa

menuju area the making of ARCH dimana pengunjung dapat

melihat proses pembuatan souvenir yang diperjual belikan di

area ARCH Kuala Lumpur gift shop yang berada bersebelahan

dengan area the making of ARCH. Pengunjung juga dapat

berfoto di area largest Kuala Lumpur skyscrapers wood mural

sebelum mengakhiri kunjungan.

Page 60: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

37 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2.2.3. Hongkong City Gallery

Hongkong City Gallery merupakan galeri perencanaan dan

infrastruktur pertama di Hongkong. Tempat ini adalah tempat

pameran unik yang menampilkan proposal perencanaan utama dan

proyek infrastruktur Hongkong. Hal ini juga menunjukkan kepada

kita prospek pembangunan masa depan kota ini. Dalam rangka

menggambarkan pesona yang mempesona dan aset yang

berharga dari Hongkong, logo dari Hongkong City Gallery

mempunyai prinsip tentang ‘City Expression’ adalah untuk tampilan

yang dinamis, unik, dan mempunyai rasa pada garis-garis berwarna

hijau, sebagai ilustrasi gedung-gedung pencakar langit pada warna

silver, dan adegan refleksi cahaya malam yang spektakuler pada

Victoria Harbour terdapat pada bar warna rainbow. City Expression

bertujuan untuk menunjukkan pandangan kosmopolitan Hongkong

yang dicampur menjadi tempat yang harmonis dan isnpirasional.

Untuk mengalami perpaduan dari wajah sejarah dan metropolis

Hongkong, pasti pengunjung akan mengagumi semangat seni lokal,

kreatifitas dan energi di seluruh galeri.

a. Jenis Ruang pada Hongkong City Gallery

Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Hongkong City Gallery antara

lain:

Gambar 2. 10 Hong Kong City Gallery

Sumber : http://www.citygallery.gov.hk/images/gallery/gallery-1/14.jpg (Diakses 10 September 2017)

Page 61: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

38 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

1) Thematic Exhibition Area: untuk memberikan pameran lebih

menarik dan khusus bagi pengunjung, isi pameran tematik ini

diperbarui setiap 2 sampai 3 bulan.

2) Multi-purpose Hall: terletak di lantai 3 galeri, aula serba guna

ini memiliki kapasitas tempat duduk 180 yang fleksibel untuk

konferensi dan seminar

3) Meeting Room: ruang pertemuan di lantai tiga yang dilengkapi

untuk kegaiatan seminar, kursus dan lokakarya

4) Resource Center: terletak di lantai 4 galeri, Resource Center

memegang koleksi buku dan majalah yang berkaitan dengan

perencanaan dan infrastruktur

5) Loker: terletak di lantai dasar dan menyediakan gudang

penyimpanan sementara bagi visitor

6) Baby-care Room: terletak di lantai 4 yang dilengkapi dengan

meja ganti dan fasilitas mencuci

7) Barrier-free Acces and Facilities: galeri ini menyediakan

akses bebas hambatan bagi pengguna kursi roda di semua

tingkatan dengan lift.

b. Analisa Denah Hongkong City Gallery

1) Ground Floor

Gambar 2. 11 Groundfloor

Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017

Visitors Lockers

Great Worlds Cities

City Hall

Thematic Exhibition

Unique Hongkong

Page 62: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

39 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Pada area groundfloor pengunjung yang datang harus

mendaftarkan kode QR di registration terminal atau

resepsionis. Setelah itu barulah pengunjung dapat memulai

kunjungan menuju City Hall Annex History yang memberikan

informasi tentang sejarah bangunan dan perubahan –

perubahan yang terjadi. Setelah itu terdapat great world cities

yang menyajikan pameran perbandingan Hongkong dengan

kota – kota lain di dunia yang juga memperhatikan dengan

pembangunan area, populasi dan gedung – gedung tinggi.

Pada groundfloor juga terdapat thematic exhibition yang

menampilkan pameran tema spesial secara berkala.

Topiknya biasanya memberikan informasi tambahan terkait

pameran permanen untuk meningkatkan keragamannya.

Selain itu, terdapat pula unique hongkong yang menyajikan

serangkaian video dan audio serta pengaturan khusus yang

merupakan area transisi dimana pengunjung akan

diperlihatkan bagaimana hongkong memiliki keunikan dalam

banyak hal. Pada lantai dasar tersedia tangga darurat,

eskalator, toilet, toilet untuk disabilitas, serta lift yang bisa

digunakan sebagai sirkulasi vertikal untuk kaum difabel dan

loker penyimpanan bagi pengunjung serta telefon umum.

2) 1st Floor

Gambar 2. 12 1st Floor

Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017

Protecting Our Heritage

Living Environment

Hongkong Next Century

Unique Hongkong

Page 63: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

40 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Pada lantai 1 terdapat area living environment, protecting

our heritage, hongkong next century, serta unique hongkong.

Di area living environment pengunjung akan mendapatkan

informasi tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas

lingkungan hidup melalui penerapan pedoman perencanaan

dan implementasi strategi pembangunan. Pada area

protecting our heritage pengunjung dapat mengeksplorasi

teknik modern yang digunakan untuk mencatat data situs

heritage, pertimbangan dan klasifikasi situs heritage dan

lokasinya.

Selain ruangan tersebut, di lantai 1 terdapat juga tangga,

eskalator dan lift sebagai sirkulasi vertikal. Toilet umum dan

toilet khusus disabilitas serta tangga darurat juga tersedia

sebagai area servis di lantai 1 ini.

3) 2nd Floor

Pada lantai 2 terdapat beberapa area antara lain the

strategic picture yang memberikan penjelasan tentang

strategi perencanaan untuk masa depan Hongkong,

pertimbangan latar belakang, strategi fleksibel yang diajukan,

dan berbagai kebijakan yang terus ditinjau untuk memenuhi

Gambar 2. 13 2nd Floor

Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017

Sustainable Hongkong

Transportation & Communications

Strategic Infrastructure

Photo Booth

The Strategic Picture

Unique Hongkong

Page 64: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

41 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

keadaan yang berubah. Area strategic infrastructure yang

menyajikan beberapa masalah dan tantangan yang dihadapi

dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur utilitas kota

adi Hongkong. Pada area transportation & communication

akan dijelaskan tentang jaringan transportasi saat ini dan

bagaimana infrastruktur transportasi masa depan. Pada area

sustainable Hongkong pengunjung dapat mempelajari lebih

lanjut tentang inisiatif keberlanjutan pemerintah dan

bagaimana masyarakat dapat membantu membuat

perubahan. Selain itu terdapat juga area photo booth yang

dapat digunakan pengunjung untuk mengabadikan memori

saat berkunjung ke Hongkong City Gallery.

Selain ruangan tersebut, di lantai 2 terdapat juga tangga,

eskalator dan lift sebagai sirkulasi vertikal. Toilet umum dan

toilet khusus disabilitas serta tangga darurat juga tersedia

sebagai area servis di lantai 2 ini.

4) 3rd Floor

Pada lantai 3 terdapat main show yang mencatat

perkembangan wilayah dari perspektif perencanaan,

infrastruktur dan koridor dengan tampilan interaktif dari

planning process dan informasi tentang pembentukan tanah

Gambar 2. 14 3rd Floor

Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017

Planning Process

Land Information

Main Show

Page 65: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

42 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

serta pengembangan garis pantai serta skylines di area land

information. Area servis yang terdapat di lantai 3 antara lain

toilet umum, toilet khusus disabilitas, tangga darurat,

eskalator dan tangga untuk sirkulasi vertikal, serta lift yang

bisa digunakan oleh para difabel.

5) 4th Floor

Pada lantai 4 bangunan ini digunakan sebagai area

resource centre yang memegang koleksi buku dan majalah

yang berkaitan dengan perencanaan dan infrastruktur. Selain

itu, toilet umum, toilet khusus disabilitas, tangga darurat,

eskalator dan tangga untuk sirkulasi vertikal, juga terdapat di

lantai 4 ini. Lift yang bisa digunakan oleh para difabel serta

baby caring room terdapat juga di lantai 4.

Gambar 2. 15 4th Floor

Sumber : Gallery Giude, diakses 18 Juni 2017

Page 66: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

43 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

c. Sirkulasi Hongkong City Gallery

Sirkulasi pengunjung Hongkong City Gallery dimulai dari

entrance menuju reception counter. Setelah itu pengunjung

diarahkan menuju great world cities dan dilanjutkan unique

Hongkong. Setelah itu pengunjung akan dibawa menuju lantai 3

menuju main show (multi – purpose hall), planning process dan

dilanjutkan menuju area history (coastline and skyline).

Kemudian dilanjutkan menuju lantai 2 bangunan menuju unique

Hongkong – photo booth – strategic picture – strategic

infrastructure – transportation & communications dan diakhiri

menuju sustainable Hongkong sebelum dilanjutkan menuju

lantai 1. Pada lantai 1 pengunjung akan diarahkan menuju

unique hongkong – living environment – protecting our heritage

dan menuju lantai dasar. Pada lantai dasar pengunjung masih

diperlihatkan pameran yang ada di area thematic exhibition dan

Gambar 2. 16 Pola Sirkulasi Hong Kong City Gallery

Sumber : Gallery Guide Hongkong City Gallery, diakses 10 September 2017

Page 67: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

44 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

untuk mengakhiri kunjungan pengunjung akan dibawa menuju

area history wall.

2.3. Tinjauan Teknologi Tinggi

Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis

yaitu “La Teknique” yang dapat diartikan dengan “semua proses yang

dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.

Sedangkan Harahap (1982) menjelaskan bahwa penggunaan kata teknologi

pada dasarnya mengacu pada sebuah ilmu pengetahuan yang menyelidiki

tentang cara kerja di dalam bidang teknik, serta mengacu pula pada ilmu

pengetahuan yang digunakan dalam pabrik atau industri tertentu. Definisi ini

tentu saja sangat mengacu pada definisi praktis dari teknologi, yang banyak

ditemukan pada pabrik-pabrik dan juga industri tertentu. Seorang ilmuwan

lainnya, yaitu Ursula Franklin memberikan definisi atau pengertian dari

teknologi yang lainnya. Franklin (1989) mengatakan pendapatnya mengenai

teknologi sebagai suatu cara praktis yang menjelaskan mengenai cara kita

semua sebagai manusia membuat segala sesuatu yang berada di sekita sini.

Pengertian ini merujuk pada penggunaan teknologi yang merupakan seluruh

benda yang dibuat oleh manusia, dimana setiap orang bisa saja membuat

dan juga mengembangkannya apabila mempelajarinya dengan baik dan

dapat menerapkannya secara praktis. Menurut Khalil (2000) teknologi

merupakan semua pengetahuan, produk, proses, alat, metode dan sistem

yang digunakan dalam penciptaan barang atau dalam membelikan

pelayanan. Terdapat 3 macam klasifikasinya yaitu :

a. New Technology (Teknologi Baru)

New technology merupakan suatu teknologi yang baru atau

menerapkan sesuatu yang baru dan dikenalkan pertama kali dalam

situasi baru kepada masyarakat. Teknologi tersebut tidak harus baru

kepada dunia, teknologi tersebut bisa saja menjadi pengembangan tahun

lalu dan digunakan orang lain. Jika teknologi baru diperkenalkan untuk

pertama kali dalam situasi baru, maka itu bisa disebut teknologi baru.

b. Emerging Technology

Emerging technology merupakan teknologi pengembangan, artinya

mengembangkan teknologi yang sudah ada sebelumnya yang

Page 68: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

45 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

diperkirakan berpotensi sangat bermanfaat. Biasanya dilandasi

perubahan filosofi/konsep atau pendekatan yang berbeda dari teknologi

sebelumnya.

c. High Technology

High Technology atau teknologi tinggi adalah suatu teknologi

dimana teknologi ini belum ada yang dapat menandinginya. Sedangkan

pengertian High Technology secara etimologis (tata bahasa), menurut

kamus bahasa inggris adalah :

High : untuk menunjukan sesuatu yang tinggi/maju

Technology : sesuatu yang menggunakan ilmu pengetahuan untuk

memudahkan dalam melakukan pekerjaan.

Menurut Colin Davies, 1998 dalam bukunya High Tech Architecture,

pengertian Hi - Tech dalam arsitektur berbeda dengan high tech dalam

industri. Arsitektur high tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang

bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar –

besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Menurut Charles

Jenks dalam buku High Tech Maniera, elemen servis dan struktur pada

suatu bangunan high tech hampir selalu diperlihatkan di eksterironya

sebagai ornamen dan ukiran. Bangunan high tech juga diperlihatkan

dengan menggunakan kaca buram maupun transparan, pemipaan yang

saling tumpang tindih, tangga, escalator dan lift juga warna – warna cerah

yang bertujuan membedakan fungsi masing – masing elemen struktur

dan servis. Arsitektur hi - tech merupakan suatu “ kejujuran “ yang

menyatakan dengan jelas fungsi elemen bangunannya. Perkembangan

lebih lanjut, arsitektur berteknologi tinggi bukan saja tercermin dari

struktur bangunan tetapi juga pada sistem utilitas bangunan sehingga

muncul istilah smart building dengan karakter Hi -Tech Architecture.

Dalam tulisannya Charles Jenks mengenai arsitektur High-tech,

“The Battle of High-tech, Great Building with Great Fault”. Charles Jenks

juga menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yang intinya sebagai

berikut:

1) Inside out

Pada bangunan hi-tech, struktur, area servis dan utilitas dari suatu

bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam

Page 69: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

46 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

bentuk ornamen ataupun sclupture dengan penggunaan material

penutup yang transparan, seperti kaca.

2) Celebration of process

Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya sehingga

muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang

ilmuwan.

3) Transparan, pelapisan dan pergerakan

Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara jelas

tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang transparan

dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran, tangga dan

struktur, serta penekanan pada escalator dan lift sebagai suatu unsur

yang bergerak merupakan karateristik dari bangunan high-tech.

4) Pewarnaan yang cerah dan merata

Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai

jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para teknisi dalam

membedakannya dan memahami penggunaannya secara efektif.

5) A light weight filigree of tensile members

Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari bangunan hi-

tech, sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat mereka

lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya pada

struktur.

6) Optimistic confidence in a scientific cultural

Bangunan hi-tech dapat mewakili kebudayaan/peradaban masa depan

yang serba scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa dipakai dan

tidak ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode

kerja, perlakuan pada material, warna-warna dan pendapatan,

dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi.

Terdapat beberapa hal yang mendasari keterkaitan pendekatan

teknologi tinggi dengan sebuah bangunan galeri antara lain:

1) Tuntutan sebuah galeri untuk menghilangkan kesan sunyi dan

kekakuannya sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat

terhadap sebuah galeri. Hal ini pendekatan teknologi tinggi dapat

menjadi solusinya, karena dalam high technology menuntut inovasi-

inovasi yang modern dan canggih.

Page 70: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

47 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2) Tuntutan sebuah galeri untuk memberikan kemudahan pelayanan

terhadap aktivitas/kegiatan di dalam galeri yang menuntut adanya

inovasi baru dengan sistem yang otomatis, efisiensi service, serta

memberi pengalaman baru bagi pengguna.

Untuk itu, beberapa bentuk teknologi tinggi yang dapat menjadi solusinya

antara lain:

2.3.1. Building Automation System

Sistem automatik pada gedung atau dikenal dengan BAS

(Building Automation System) adalah suatu sistem pengendalian

dan pemantauan yang terpusat dari seluruh peralatan mekanikal

dan elektrikal yang terdapat di suatu gedung. BAS terdiri dari

beberapa Direct Digital Control (DDC) yang mempunyai input dan

output baik secara analog ataupun digital. Input dan output tersebut

berguna sebagai indikator untuk mengetahui status dari perangkat

yang akan dikontrol. (Yamatake, 2006)

BAS juga biasa disebut sebagai Energy Management and

Control System (EMCS). BAS dalam suatu gedung merupakan

suatu sistem yang dapat mengatur penggunaan energi sesuai atau

sebatas yang dibutuhkan tanpa mengurangi fungsi peralatan yang

dipakai dan meningkatkan kemampuan melakukan manajemen

energi suatu gedung.

Untuk beberapa macam bangunan, Building Automation

System adalah sebuah solusi untuk mengatur, mengontrol dan

mengotomatisasi perlengkapan dan fungsi dari gedung tersebut,

termasuk Heating Ventilating and Air Conditioning (HVAC), Thermal

Source, peralatan listrik dan sanitasi, penerangan, elevator,

keamanan, kebakaran dan kenyamanan gedung.

DDC atau Direct Digital Control, adalah jantung dari BAS. DDC

mengukur kondisi lingkungan dan membandingkannya dengan

pengaturan yang diinginkan (setpoints). DDC mengkalkulasi respon

yang pantas ketika keduanya tidak sama, dan memberikan sinyal

untuk mengkontrol dan mengoreksi perbedaan tersebut. Fungsi dari

Building Automation Systems (BAS) ini antara lain:

Page 71: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

48 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

a. mengoptimasi start-up dan performansi dari peralatan HVAC dan

sistem alarm. BAS menambah dalam jumlah besar interaksi dari

mekanikal subsistem dalam gedung

b. meningkatkan kenyamanan pemilik

c. minimasi energi yang digunakan

d. menyediakan off-site kontrol gedung

e. BAS berbasis kontrol komputer untuk mengkoordinasi,

mengorganisasi, dan mengoptimasi kontrol subsistem pada

gedung seperti keamanan, kebakaran/keselamatan, elevator,

dan lain-lain.

Sistem BAS memiliki tipologi, yaitu jaringan otomatis gedung

terdiri dari primary dan secondary bus yang terdiri dari

Programmable Logic Controllers, input / output dan sebuah user

interface (human interface device). Primary dan secondary bus

dapat berupa kabel fiber optik, ethernet, ARCNET, RS-232, RS-485

atau wireless network. Controller digunakan dengan software yang

akan bekerja dengan standar BACnet, LanTalk, dan ASHRAE. Input

dan output berupa analog dan digital (binary). Input analog

digunakan untuk membaca pengukuran variabel. Input digital

mengindikasikan apabila device menyala atau tidak. Output analog

mengontrol kecepatan atau posisi dari peralatan, seperti variable

frequency drive, sebuah I-P transducer, atau sebuah aktuator.

Gambar 2. 17 Building Automation System

Sumber : http://arminmartajasa.blogspot.com/2015/10/smart-building-adalah.html (Diakses 1 Juli 2017)

Page 72: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

49 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Output digital digunakan untuk membuka dan menutup relay dan

switch. Bagian dari sistem BAS ini diantaranya adalah:

a. Controller

Merupakan sebuah computer yang dibuat dengan tujuan

tertentu, wujudnya kecil, mempunyai kemampuan input dan

output. Input mempersilakan controller untuk mengirimkan

perintah dan sinyal control ke alat-alat bawahannya, dan kepada

bagian dari sistem. Input dan output dapat berupa digital atau

analog. Pada kontroler terdapat 3 kategori:

1) Programmable Logic Controllers (PLCs)

2) System/Network Controllers

3) Terminal Unit Controllers;

Walaupun dibagi menjadi 3, sebuah alat tambahan juga

dapat dihadirkan dalam rangka mengintegrasikan 3rd party

system (contoh. Sistem AC yang berdiri sendiri) menjadi BAS

sentral.

b. Occupancy Sensor

Merupakan satu dari dua atau lebih modul operasi untuk

BAS. Mode umumnya adalah takterpakai (unoccupied),

pemanasan pagi (morning warmup) dan pengaturan malam hari

(night-time setback). Occupancy biasanya berbasis waktu dari

jadwal harian. Dalam mode Occupancy, BAS berusaha

menyediakan iklim yang nyaman dan penerangan yang pas,

biasanya dalam control berbasis zona sehingga pengguna

dalam suatu bagian bangunan dapat thermostat berbeda.

c. Lighting

Lighting dapat dinyalakan maupun dimatikan dengan

Building Automation System berdasarkan waktu harian, atau

pengatur waktu dan sensor. Contoh sederhana sistem tersebut

adalah menyalanya lampu pada suatu ruangan setelah setengah

jam orang terakhir keluar dari ruangan tersebut.

d. Air Handler – HVAC

Kebanyakan pengontrol udara mencampur kembali ke

udara luar sehingga hanya sedikit temperatur dan kelembaban

Page 73: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

50 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

dibutuhkan. Didapatkan penghematan uang dengan

menggunakan air yang kurang dingin atau kurang panas (tidak

semua AHU menggunakan sirkuit air dingin/panas). Udara luar

tetap dibutuhkan untuk menjaga kesegaran/kesehatan udara

dalam bangunan.

1) Constant volume air-handling units(CAV)

Tata udara yang kurang efisien. Kipas pada CAV tidak

mempunyai control kecepatan yang bervariasi. Sebaliknya,

CAV menggunakan suplai air untuk menjaga temperature

dalam ruang bangunan.

2) Variable volume air-handling units(VAV)

Tata udara yang lebih efisien. VAV menyuplai udara

bertekanan ke kotak VAV, biasanya 1 box per area/ per ruang.

Tata udara VAV dapat mengubah tekanan ke kotak VAV

dengan cara mengubah kecepatan kipas. Setiap kotak VAV

mensuplai air ke ruangan kecil seperti kantor. Memiliki katup

yang dapat membuka dan menutup, mengeluarkan udara

yang dibutuhkan sesuai permintaan.

e. Central Plant

Dibutuhkan untuk mensuplai air bagi sistem tata udara.

Dapat mensuplai sistem air dingin, sistem air panas, dan sistem

air condenser, juga tranformasi dan aucilliary power unit bagi

emergency power.

1) Chilled water system

Biasa digunakan untuk menginginkan udara bangunan dan

peralatan bangunan.

2) Condenser water system

Menggunakan menara pendingin dan pompa digunakan

untuk menyuplai condenser dingin dengan air ke pendingin.

3) Hot water system

Menyuplai panas ke unit tata udara atau kotak VAV, bersama

dengan pemanas air domestic (calorifier).

f. Alarms and Security

Page 74: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

51 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Banyak BAS yang mempunyai alarm. Jika sebuah alarm

dideteksi, alarm tersebut dapat di program untuk memberitahu

seseorang. Pemberitahuan dapat melalui computer, pager,

telepon selular, dan alarm yang berbunyi.

1) Alarm temperature yang umum antara lain: ruang, suplai

udara, suplai air panas dan dingin.

2) Switch pembedaan tekanan dapat diletakan di filter untuk

menentukan kebersihan.

3) Umumnya alarm status. Ketika sebuah alat mekanik seperti

pompa diminta untuk mulai, dan status inpur mengindikasikan

OFF. Hal ini dapat mengindikasikan kegagalan mekanikal.

4) Mengindikasikan terbuka atau tertutupnya katup.

5) Sensor karbon monoksida dan karbon dioksida dapat

digunakan untuk mengalarm ketika kadarnya terlalu tinggi.

6) Sensor refrigerant dapat digunakan untuk mengindikasi

adanya kebocoran refrigerant.

7) Sensor arus dapat digunakan untuk mendeteksi keadaan arus

rendah dikarenakan fan belts yang salah, atau pompa yang

macet.

Sistem sekuritas dapat di lokasikan dalam BAS. Jika sensor

occupancy sedang menyala, maka dapat digunakan sebagai

alarm pencuri. Sistem alarm api dan asap dapat menggunakan

kabel untuk mengambil alih BA. Contoh: jika alarm asap

teraktivasi, maka segala saluran udara luar akan ditutup untuk

mencegah masuknya udara dari luar ke dalam bangunan dan

sistem yang lelah dapat di isolasi.

g. Room Automation

Adalah sebuah subset BA dengan tujuan yang hampir sama.

Merupakan sebuah konsolidasi dari satu atau lebih sistem

dibawah control sentralisasi, walaupun dalam kasus ini adalah

sebuah ruangan. Contoh umum dari room automation adalah

boardroom perusahaan, ruang presentasi, hall seminar, dimana

operasi sebagian besar alat-alat ditaruh dalam satu ruangan

tersendiri.

Page 75: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

52 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

h. Video Audio System

Perlengkapan audio dan visual dilengkapi dengan tools high

– tech seperti peredam suara elektronik agar mampu mengatasi

masalah gema dan gaung suara dalam ruang secara smart.

2.3.2. Virtual Reality

Virtual Reality (VR) atau realitas maya adalah teknologi yang

membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan

yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated

environment), suatu lingkungan sebenarnya yang ditiru atau benar-

benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam imaginasi (Sihite,

2013). Konsep VR mengacu pada sistem prinsip-prinsip, metode

dan teknik yang digunakan untuk merancang dan menciptakan

produk-produk perangkat lunak untuk digunakan oleh bantuan dari

beberapa sistem komputer multimedia dengan sistem perangkat

khusus (Lacrama, 2007).

Lingkungan realitas maya terkini umumnya menyajikan

pengalaman visual, yang ditampilkan pada sebuah layar komputer

atau melalui sebuah penampil stereokopik, tapi beberapa simulasi

mengikut sertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti

suara melalui speaker atau headphone. Beberapa sistem haptic

canggih sekarang meliputi informasi sentuh, biasanya dikenal

Gambar 2. 18 Virtual Reality

Sumber : oketekno.com/wp-content/uploads/2017/07/VR-AR.jpg (Diakses 10 Juli 2017)

Page 76: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

53 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

sebagai umpan balik kekuatan pada aplikasi berjudi dan medis

(Sihite, 2013).

Para pemakai dapat saling berhubungan dengan suatu

lingkungan sebetulnya atau sebuah artifak maya baik melalui

penggunaan alat masukan baku seperti keyboard dan mouse, atau

melalui alat multimodal seperti sarung tangan terkabel, Polhemus

boom arm, dan ban jalan segala arah. Lingkungan yang ditirukan

dapat menjadi mirip dengan dunia nyata.

Untuk memunculkan sensasi nyata dari virtual reality

diperlukan perangkat pendukung berupa helm, walker, headset, suit

dan sarung tangan (glove). Perangkat-perangkat tersebut bertujuan

untuk melibatkan sebanyak mungkin indra yang dimiliki manusia.

Tentunya dengan banyak indra yang terlibat dalam virtual reality

akan berbanding lurus dengan tingkat sensasi nyata dari dunia

virtual yang dimunculkan. Paling tidak dibutuhkan sebuah headset

(yang dipasangkan smartphone yang mendukung VR) untuk bisa

merasakan sensasi virtual reality. Ada 4 elemen penting dalam

virtual reality. Adapun 4 elemen itu adalah sebagai berikut:

a. Virtual world, sebuah konten yang menciptakan dunia virtual

dalam bentuk screenplay maupun script

Gambar 2. 19 Virtual Reality CAD

Sumber : https://www.astcad.com.au/virtual-reality-and-future-of-cad-design/ (Diakses 10 Juli 2017)

Page 77: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

54 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. Immersion, sebuah sensasi yang membawa pengguna teknologi

virtual reality merasakan ada di sebuah lingkungan nyata yang

padahal fiktif. Immersion dibagi dalam 3 jenis, yakni:

1) Mental immersion, membuat mental penggunanya merasa

seperti berada di dalam lingkungan nyata

2) Physical immersion, membuat fisik penggunanya merasakan

suasana di sekitar lingkungan yang diciptakan oleh virtual

reality tersebut

3) Mentally immersed, memberikan sensasi kepada

penggunanya untuk larut dalam lingkungan yang dihasilkan

virtual reality

c. Sensory feedback berfungsi untuk menyampaikan informasi dari

virtual world ke indera penggunanya. Elemen ini mencakup

visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan sentuhan

d. Interactivity yang bertugas untuk merespon aksi dari pengguna,

sehingga pengguna dapat berinteraksi langsung dalam medan

fiktif atau virtual world

2.3.3. Augmented Reality

Augmented Reality (AR) mirip dengan VR dalam arti bahwa

keduanya menggunakan data yang dihasilkan komputer secara

virtual. Virtual Reality mencoba untuk menghasilkan lingkungan

yang lengkap, simulasi atau kondisi sintetis, yang mengelilingi atau

menenggelamkan subjek. AR berbeda dari realitas virtual yang

tidak mencoba untuk memblokir lingkungan nyata sekitarnya dari

pengguna. Sebaliknya tujuannya adalah untuk meningkatkan

kondisi lingkungan bagi tujuan tertentu (Mikko Sairio, 2001).

"Augmented Reality enhances a user's perception of and interaction

with the real world. The virtual objects display information that the

user cannot directly detect with his own senses. The information

conveyed by the virtual objects helps a user perform real-world

tasks" (Azuma, 2001).

Teknologi Augmented Reality merupakan salah satu terobosan

yang digunakan pada akhir-akhir ini dibidang interaksi. Penggunaan

Page 78: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

55 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

teknologi ini akan sangat membantu dalam menyampaikan suatu

informasi kepada pengguna. Prinsipnya secara umum masih sama

dengan virtual reality, yaitu bersifat interaktif, immersion, realtime,

dan objek virtual biasanya berbentuk 3 dimensi. Namun kebalikan

dari virtual reality yang menggabungkan objek nyata (user) kedalam

lingkungan virtual, augmented reality menggabungkan objek virtual

pada lingkungan nyata. “Kelebihan utama dari Augmented reality

dibandingkan virtual reality adalah pengembangannya yang lebih

mudah dan murah”. (Nur Fajri Azhar, 2011)

Dalam teknologi Augmented Reality ada tiga karakteristik yang

menjadi dasar diantaranya adalah kombinasi pada dunia nyata dan

virtual, interaksi yang berjalan secara real-time, dan karakteristik

terakhir adalah bentuk obyek yang berupa model 3 dimensi atau

3D. Bentuk data kontekstual dalam sistem Augmented Reality ini

dapat berupa data lokasi, audio, video ataupun dalam bentuk data

model 3D. ( Sony Sulistyo Hadi, 2013)

Dalam penggunaan teknologi augmented reality ini bertujuan

untuk menambahkan informasi dan pengalaman pada dunia nyata

yang akan di proses oleh sistem augmented reality dengan didasari

aktifitas dunia nyata agar pemahaman pengguna teknologi ini

menjadi lebih jelas (Galih & Farid, 2011). Pada umumnya

Augmented Reality membutuhkan alat masukkan (input device)

seperti kamera atau webcam, alat keluaran (output device) seperti

Gambar 2. 20 Augmented Reality

Sumber : www.jochensackmann.de/JocBlog/2012/03/15/augmented-reality-exponat (Diakses 10 Juli 2017)

Page 79: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

56 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

monitor atau Head Mounted Display (HMD), alat pelacak (tracker)

agar benda maya tambahan berupa penanda (marker) yang

dihasilkan berjalan secara real-time atau mungkin interaktif

walaupun benda nyata yang menjadi induknya digeser-geser, dan

komputer untuk menjalankan program AR.

Augmented Reality bekerja berdasarkan deteksi citra, dan citra

yang digunakan adalah marker. Prinsip kerjanya adalah kamera

yang telah dikalibrasi akan mendeteksi marker yang diberikan,

kemudian setelah mengenali dan menandai pola marker, webcam

akan melakukan perhitungan apakah marker sesuai dengan

database yang dimiliki. Bila tidak, maka informasi marker tidak akan

diolah, tetapi bila sesuai maka informasi marker akan digunakan

untuk me-render dan menampilkan objek 3D atau animasi yang

telah dibuat sebelumnya.

2.3.4. Multitouch Screen

MultiTouch Screen atau layar multi sentuh adalah

pengembangan dari teknologi layar sentuh yang sudah ada. Dari

arti kata “multi” yang berarti banyak, sudah terlihat bahwa

keunggulan layar sentuh ini dapat disentuh oleh lebih dari satu jari.

Dalam komputasi, multi-touch mengacu pada (trackpad atau

touchscreen) kemampuan permukaan sentuh penginderaan untuk

mengenali adanya dua atau lebih titik kontak dengan permukaan.

Gambar 2. 21 Augmented Reality di Arsitektur

Sumber : https://www.inition.co.uk/case_study/drees-sommer-building-information-modelling/ (Diakses 10 Juli 2017)

Page 80: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

57 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Layar multi sentuh ini mampu disentuh oleh puluhan jari dari

orang yang berbeda-beda secara bersamaan. Multi touch screen

merupakan monitor yang dapat menangkap lebih dari 1 titik

koordinat yang bisa memberikan action kepada aplikasi program.

Teknologi ini telah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan IT

besar di dunia, seperti Apple, Microsoft, Google, dll. Layar multi

sentuh ini dapat digunakan untuk membesarkan, mengecilkan,

mengubah posisi, dan memindahkan posisi objek pada layar

monitor seperti foto atau games. Layar multi sentuh ini biasa

digunakan pada handphone, komputer, MP3 player, dan

sebagainya.

Screen yang mendukung layar multi sentuh salah satunya

adalah capacitive screen. Device dengan capacitive screen tidak

bekerja dengan ditekan, screen jenis ini mengandalkan sensor

Gambar 2. 22 Multi Touch Screen

Sumber : www.tested.com/tech (Diakses 10 Juli 2017)

Gambar 2. 23 Standing Multi Touch Screen

Sumber : http://www.allse-tech.com/images (Diakses 10 Juli 2017)

Page 81: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

58 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

electrode konduktor, seperti jari tangan kita. Layar capacitive ini

tetap bagus dilihat dibawah sinar matahari. Cukup dengan sentuhan

ringan langsung dapat mengaktifkan screen. Capacitive screen ini

tidak berpengaruh jika kondisi layar kotor.

2.4. Studi Kasus Bangunan Teknologi Tinggi

2.4.1. Pompidou Centre

Pompidou Centre yang berada di jantung kota Paris, Perancis

ini didesain oleh Richard Rogers dan Renzo Piano dengan

menggabungkan seni desain teknik dan industri. Bangunan ini

mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai museum seni

modern , perpustakaan referensi, pusat desain industri dan pusat

penelitian musik, akustik dan audio visual. Pompidou Centre dapat

dikatakan sebagai bangunan yang bergaya Arsitektur Modern High-

Tech karena bangunan tersebut dapat memenuhi 4 dari 6 kriteria

bangunan High-Tech menurut versi Charles Jenks, yaitu:

a. Inside Out

Rogers dan Piano mengekspose alat – alat pelayanan dari

Pompidou Centre seperti lift, eskalator dan pipa -pipa saluran

utilitas yang juga berfungsi sebagai ornamen.

Gambar 2. 24 Fasad Pompidou Centre

Sumber : https://www.archdaily.com/ (Diakses 30 November 2017)

Page 82: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

59 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. Menggunakan material kaca

Hampir seluruh dinding bagian luar bangunan merupakan kaca,

sehingga bangunan ini sangat maksimal menerima daylight dan

dapat mengekspos interiornya.

c. Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom

Bangunan transparan ini dihiasi warna-warna cerah dari pipa-

pipa yang berwarna putih dan kuning, dan tangga yang berwarna

merah yang memberi kesan ceria pada bangunan.

d. Menggunakan struktur baja atau kabel baja pada struktur utama

dan struktur atap.

Gambar 2. 25 Eskalator dan Pipa Utilitas pada Fasad Bangunan

Sumber : https://www.archdaily.com/ (Diakses 30 November 2017)

Gambar 2. 26 Pengunaan Material Kaca pada Fasad

Sumber : https://www.emporis.com/ (Diakses 30 November 2017)

Page 83: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

60 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2.4.2. The Energy Building, Jakarta

Keterlibatan seni dan profesionalisme yang bergabung menjadi

gedung perkantoran terpadu, The Energy memenuhi tuntutan

konsep baru untuk arsitektur masa depan dalam menciptakan

lingkungan kerja yang indah dan estetis yang menyenangkan,

profesional dan dinamis. Dirancang oleh arsitek terkenal di dunia

Gambar 2. 28 Eksterior The Energy Building

Sumber : http://www.theenergy.co.id/gallery/, diakses 10 September 2017

Gambar 2. 27 Struktur Baja Pompidou

Sumber : https://www.emporis.com/ (Diakses 30 November 2017)

Page 84: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

61 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Kohn Pederson Fox, The Energy’s crisp, tinggi dan elegan

membangkitkan perasaan yang sangat ringan namun energik.

Sebagai bangunan cerdas, The Energy menciptakan

lingkungan kerja yang kondusif bagi produktivitas optimal, sekaligus

menciptakan lingkungan kerja yang ideal dengan tingkat stres

terendah, yang berpotensi meningkatkan kualitas kerja dan

kehidupan. The Energy terdiri dari 43 lantai dengan tinggi 217 meter

serta memiliki kapasitas parkir mobil sebanyak 862 dan 750 parkir

motor. Beberapa sistem yang diterapkan pada bangunan ini antara

lain :

a. Smart Elevators (Miconic)

b. AC with VRV System

c. Electrical & Light System

d. Water Fixture

e. Vehicle Security Check

f. Control Room

g. Manless Parking

h. Safety

i. IBMS

j. Telecommunication

k. Fiber Optic / High BW

Dengan adanya IBMS pada gedung The Energy maka terdapat

banyak sekali peralatan yang harus saling berkomunikasi. Oleh

karena itu diperlukan suatu protokol yang berfungsi untuk

mengkomunikasikan satu alat dengan alat yang lain. Protokol-

protokol yang dipakai di Gedung The Energy adalah Modbus dan

Bacnet serta beberapa protokol yang lain.

Page 85: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

62 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

a. Subsystem IBMS

Gambar 2. 29 Sistem IBMS pada The Energy Building

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 86: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

63 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. AC System

Pada sistem ini, IBMS dapat memonitor hal-hal berikut ini :

1) Keadaan menyala atau mati

2) Temperatur

3) Status thermostat

4) Setpoint

Dan hal-hal berikut ini sebagai alarm points:

1) Alarm Sign

2) Filter Alarm

3) Mal Function Error

IBMS dapat mengendalikan hal-hal yang terdapat dalam sistem

VRV sebagai berikut:

1) Jadwal pemakaian

2) Menyalakan atau mematikan

3) Remote Operation Mode

4) IBMS Setpoint

5) Run Hour

Gambar 2. 30 AC System

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 87: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

64 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

c. Security Management System

Pada perancangan IBMS di Gedung The Energi Security

Management System terdiri dari card access control, RFID dan

Closed Circuit Television (CCTV).

1) Card Access, sistem ini merupakan salah satu bagian dari

security management system. Fungsinya adalah mencegah

seseorang diluar pihak yang berwenang dapat memasuki

ruangan atau wilayah tertentu.

2) RFID, cara kerja RFID mengidentifikasi dengan

menggunakan perangkat interogasi juga disebut sebagai

reader atau master dan sebuah tag disebut sebagai

transponder atau slave yang menyimpan informasi kode

indentifikasi yang unik. Pertukaran data terjadi antara Reader

dengan Tag dengan menggunakan gelombang radio

frekwensi dan tidak membutuhkan direct line of sight atau

tanpa harus secara fisik terlihat. Perangkat reader akan

mengirimkan sinyal kepada tag untuk mengidentifikasi kode

Gambar 2. 31 Security Management System

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 88: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

65 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

yang terkandung dalam tag tersebut. Kemudian dikirimkan ke

komputerKemudian oleh komputer sinyal tersebut disimpan

atau diadakan pencocokan di dalam database komputer

untuk pemrosesan lebih lanjut. RFID digunakan untuk

kendaraan mobil yang memasuki wilayah parkir.

3) CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit

Television. Yang diartikan sebagai jalur televisi tertutup, yang

dalam pengertiannya bahwa sebuah CCTV sistem bersifat

tertutup dari lingkungan umum. Total CCTV yang berada di

gedung ini sekitar 150 buah.

Sistem ini memiliki tiga buah Network Attached Storage

(NAS). Satu buah NAS terdiri dari 16 serial ATA disk drive.

Total kapasitas dari satu buah NAS adalah 12 TeraByte.

Kemudian juga terdapat tiga buah NVR. Satu buah NVR

maksimal dapat memonitor 64 CCTV.

Gambar 2. 32 CCTV

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 89: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

66 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

d. Public Address

e. Lift System

Gambar 2. 33 Public Address

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Gambar 2. 34 Lift Address

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 90: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

67 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Dengan IBMS keberadaan lift dapat dimonitor. Sistem lift juga

akan menyalakan alarm jika terjadi:

• Tidak terdapat status

• Saklar mati

• Terjadi kebakaran

• Listrik padam

• Kelebihan muatan

• Terjadi kerusakan

• Tombol alarm ditekan

Jika lift sedang di perbaiki, maka akan terdapat tanda perbaikan

di layar IBMS.

f. Fire Alarm System

IBMS akan memberikan alarm jika terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Terdeteksi asap

2) Terdeteksi panas

Gambar 2. 35 Fire Alarm Address

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 91: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

68 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

3) Tombol alarm di tiap-tiap lantai ditekan

Pada sistem ini IBMS tidak dapat mengendalikan apa-apa hanya

bisa mendeteksi hal-hal yang tidak berjalan secara normal.

g. Building Automation System

Hal-hal yang dapat dimonitor oleh IBMS dari BAS ini adalah:

1) PUTM-1 Panel Utama Tegangan Menengah yang meliputi

incoming breaker status, outgoing breaker status, arus

masuk, tegangan masuk, arus keluar, dan tegangan keluar.

Gambar 2. 36 Building Automation System

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 92: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

69 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

2) PUTR-1 Panel Utama Tegangan Rendah meliputi incoming

breaker status dan arus masuk.

3) SDP Fan/Pompa pada saat keadaan menyala/ mati

4) Toilet Exhaust Fan keadaan menyala/ mati

5) Exhaust Fan keadaan menyala/ mati

6) Intake Fan keadaan menyala/ mati

Kemudian alarm akan menyala jika terjadi hal-hal sebagai

berikut:

1) PUTM-1 Panel Utama Tegangan Menengah mengalami

incoming breaker trip atau outgoing breaker trip

2) PUTR-1 Panel Utama Tegangan Rendah mengalami

incoming breaker trip

3) Toilet Exhaust Fan mengalami Trip Status

4) Exhaust Fan mengalami Trip Status

5) Intake Fan mengalami Trip Status

Berikut ini hal-hal yang dapat dikendalikan oleh IBMS dari BAS

ini:

1) PUTM-1 Panel Utama Tegangan Menengah:

a) Incoming breaker terbuka/ tertutup

b) Outgoing breaker terbuka/ tertutup

2) PUTR-1 Panel Utama Tegangan Rendah:

a) Incoming breaker terbuka/tertutup

3) Toilet Exhaust Fan:

a) Perintah start/ stop

4) Exhaust Fan:

a) Perintah start/ stop

5) Intake Fan:

a) Perintah start/ stop

Page 93: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

70 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

h. Parking System

Di Gedung The Energy sistem parkir dibagi menjadi dua bagian,

yang pertama adalah untuk tenant dan yang kedua untuk tamu.

Sistem parkir untuk tenant menggunakan RFID yang

bekerjasama dengan sistem keamanan melalui IBMS.

Gambar 2. 37 Parking System

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 94: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

71 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Sedangkan sistem parkir untuk tamu menggunakan tiket. Alarm

akan menyala jika terjadi hal-haberikut:

1) Barrier

a) Barrier rusak

b) Barrier dibuka secara manual

c) Kartu parkir macet

d) Go Offline

e) System Start-up

f) Barrier tidak dapat dibuka

g) Barrier tidak dapat ditutup

i. Generator System

Gambar 2. 38 Generator System

Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017

Page 95: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

72 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Empat buah generator masuk ke panel genset. Di panel genset

tersebut terdapat sebuah kontroler yang disebut ILB. Keluaran

dari ILB lalu masuk ke modbus. Keluran dari modbus berupa

data serial yang dilewatkan dengan menggunakan RS-232.

Diperlukan sebuah konverter dari RS-232 ke RS-485 agar data

yang dikirimkan dapat menuju ruang kontrol di lantai 3.

Kemudian dari RS-485 diubah lagi menjadi RS-232. Dengan

IBMS hal-hal berikut ini dapat dimonitor:

1) Frekuensi

2) KiloWatt Hour

3) Keadaan menyala/mati

4) Tegangan 3 fasa

5) Arus 3 fasa

6) Faktor daya

Alarm akan menyala jika hal-hal berikut terjadi :

1) Battery Charger Alarm

2) Controller Failure

3) Low Level Alarm

4) Trip

Pada saat terjadi listrik padam, IBMS akan menginstruksikan

generator untuk menyala. Dari kejadian yang pernah dialami,

waktu yang diperlukan untuk menyalakan seluruh gedung ini

adalah 24 detik.

Page 96: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

177 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1. Konsep Fungsional

5.1.1 Lingkup Kegiatan

City Planning Gallery merupakan sebuah galeri yang

menyajikan segala informasi tentang perkembangan perencanaan

Kota Semarang past – present – future yang dikelola oleh

Pemerintah Kota sebagai wujud transparasi Kota Semarang. City

Planning Gallery ini bertujuan sebagai objek wisata yang

memberikan edukasi tentang perkotaan serta sebagai wujud

transparasi kota dalam hal perencanaan kota.

5.1.2 Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan pada City Planning Gallery ini dikelompokkan

menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Kelompok Pengelola

1) Kepala UPT City Planning Gallery

2) Koordinator Administrasi

3) Koordinator Personalia

4) Koordinator Pendataan

5) Koordinator Promosi

6) Koordinator Galeri

7) Koordinator Virtual Area

8) Koordinator Consultation Area

9) Koordinator Perpustakaan

10) Koordinator Culinary and Souvenir Area

11) Koordinator Convention Hall

12) Staff, Housekeeping dan Security

b. Pengunjung

1) Wisatawan Domestik dan Mancanegara

2) Pelajar dan Mahasiswa

Page 97: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

178 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

3) Pengamat Keilmuan Perkotaan

4) Disabilitas/Penyandang Cacat

5.1.3 Dimensi Ruang

Pembahasan dimensi ruang ini merangkum besaran ruang dari

beberapa kelompok ruang yaitu, kelompok ruang utama,

penunjang, pengelola dan servis yang telah dihitung. Dari total

besaran ruang kemudian didapatkan luas lahan dari city planning

gallery. Dimensi ruang yang telah ditentukan tersebut dapat

berubah dalam proses desain nantinya, meskipun perubahan yang

terjadi tidaklah signifikan. Perubahan besaran ruang bisa

disebabkan oleh penyesuaian dengan bentuk dan proporsi,

kenyamanan sirkulasi atau karena faktor lain. Tetapi pada dasarnya

konsep dimensi ruang masih sesuai dengan perkiraan.

No Nama Ruang Luas (m²)

Kelompok Ruang Utama

1 Lobby 367,416

2 Gallery 1986,47

3 Virtual Area 189,84

4 Post it Room 5,2

Kelompok Ruang Penunjang

1 Culinary and Souvenir Area 307,25

2 Consultation Area 84,32

3 Thematic Exhibition 388,5

4 Perpustakaan 216,66

5 Convention Hall 695,92

6 ATM Center 9

7 Mushola 72,12

8 Plaza 600

Kelompok Ruang Pengelola

1 Kantor Pengelola 381,77

Kelompok Ruang Servis

1 Loker Karyawan 156

2 Gudang 48

3 Loading Dock 36

4 Pos Satpam 9

5 Ruang Utilitas 181,75

6 Parkir Pengelola 510

Tabel 5. 1 Dimensi Ruang City Planning Gallery

Page 98: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

179 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

7 Parkir Pengunjung 762

Jumlah 7007,714

Flow 50% 3503,857

Total 10511,571

5.1.4 Sirkulasi Ruang

a. Sirkulasi Pengelola

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Skema 5. 1 Sirkulasi Pengelola City Planning Gallery

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 99: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

180 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. Sirkulasi Pengunjung

Skema 5. 2 Sirkulasi Pengunjung City Planning Gallery

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 100: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

181 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.1.5 Hubungan Ruang

Skema 5. 3 Hubungan Ruang City Planning Gallery

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 101: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

182 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.2. Konsep Kontekstual

5.2.1. Site Terpilih

Site yang terpilih berada di jalan Diponegoro, Kecamatan

Gajahmungkur. Site terletak dekat dengan pusat pemerintahan dan

pusat Kota Semarang, berikut data site terpilih:

Lokasi : Jalan Diponegoro, Kecamatan

Gajahmungkur, Kota Semarang

Luas Site : 1, 80 Ha

KDB : 60%

KLB : 3,0

Ketinggian maksimal : 5 lantai

GSB : 23 m

Topografi : Berkontur

Batas Utara : Jalan Veteran

Batas Selatan : Permukiman

Batas Barat : Perkantoran dan Lahan Kosong

Batas Timur : Jalan Diponegoro

Gambar 5. 1 Site Terpilih

Sumber : Penulis, 2017

Page 102: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

183 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.2.2. Konsep Analisis Aksesibilitas

Dari analisa aksesibilitas, maka menghasilkan respon sebagai

berikut:

a. Dibuat dua entrance yaitu main entrance dan service entrance,

hal ini dilakukan untuk mempermudah pencapaian dan tidak

membuat masalah baru di dalam site.

b. Main entrance berada di Jl. Veteran sedangkan service entrance

melalui Jl. Diponegoro, dan kedua entrance berjarak minimal 25

m dari perempatan.

c. Pada sisi site yang berbatasan dengan jalan terdapat pedestrian

yang akan dipertahankan dan akan dibuat plaza yang

merupakan sebuah respon terhadap perempatan jalan untuk

aktivitas komunal masyarakat.

Gambar 5. 2 Respon Aksesibilitas Site

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 103: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

184 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

d. Zoning Aksesibilitas

Pada zoning aksesibilitas kelompok ruang utama terletak

dekat dengan jalan. Hal ini dilakukan agar memudahkan

pencapaian pengunjung menuju bangunan utama. Sedangkan

untuk area kelompok ruang penunjang, pengelola dan servis

diletakkan berjajar di belakang kelompok ruang utama untuk

memudahkan sirkulasi menuju ruang – ruang penunjang,

pengelola dan servis.

Gambar 5. 4 Zoning Aksesibilitas

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 3 Plaza didepan Site

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 104: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

185 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.2.3. Konsep Analisis Klimatologi

Dari analisa klimatologi, maka muncul respon sebagai berikut:

a. Panas matahari siang dan sore sangat mengganggu

kenyamanan thermal bangunan, maka pada sisi bagian barat

menggunakan elemen masiv, green wall atau dengan secondary

skin. Sedangkan untuk mengurangi panas pada siang hari akan

memanfaatkan desain roof garden sebagai pereduksi panas.

b. Pada fasad bangunan sisi timur dan barat yang menggunakan

secondary skin diterapkan sensorik sun shading, dimana sun

shading dapat bergerak secara otomatis menghalangi cahaya

matahari yang akan masuk ke dalam bangunan

c. Selain pada bangunan, pada site bagian barat diberikan barier

berupa vegetasi pohon

Gambar 5. 5 Secondary Skin dan Roof Garden

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 105: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

186 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

d. Sisi bangunan utara dan selatan dapat dimanfaatkan sebagai

pencahayaan alami karena tidak mendapat sorotan sinar

matahari secara langsung.

e. Pencahayaan alami selain di dapat dengan pemberian bukaan

pada sisi utara dan selatan bangunan juga dengan penerapan

skylight pada atap bangunan

Gambar 5. 6 Barier Vegetasi pada Site

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 7 Pencahayaan Alami pada Bangunan

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 106: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

187 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

f. Pada bangunan yang berorientasi ke utara dan dimanfaatkan

sebagai bukaan lebar pada sisi atas akan dibuat menjorok ke

depan, sehingga dapat dimanfaatkan juga sebagai tritisan yang

menghalangi matahari dan air hujan mengenai kaca secara

langsung

5.2.4. Konsep Analisis Topografi

Dari analisa topografi, maka muncul respon sebagai berikut:

a. Beberapa ruang membutuhkan tanah yang datar sehingga

dilakukan metode cut and fill untuk didapatkan tanah yang datar

Gambar 5. 9 Cut and Fill System

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 8 Bukaan Sisi Utara Bangunan

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 107: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

188 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. Tidak semua kontur dilakukan metode cut and fill, beberapa

kontur dipertahankan dan bangunan di desain split level untuk

mengikuti kontur yang ada

c. Untuk mempermudah pencapaian para disabilitas di tanah

berkontur, maka akan disediakan ramp

d. Zoning Topografi

Pada zoning topografi area servis terletak di sisi utara karena sisi

utara site memiliki ketinggian paling rendah, sehingga akan

memudahkan dalam hal utilitas. Sisi selatan site digunakan

sebagai kelompok ruang penunjang, utama dan pengelola. Hal

Gambar 5. 10 Bangunan Split Level

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 11 Ramp di dalam Bangunan

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 108: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

189 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

ini dilakukan agar pada kelompok ruang tersebut memiliki view

out site yang menarik karena terletak di ketinggian.

5.2.5. Konsep Analisis View

Dari analisa view, maka muncul respon sebagai berikut:

a. Membuat plaza pada area perempatan jalan, agar pandangan ke

dalam site lebih bebas

Gambar 5. 12 Zoning Topografi

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 13 Plaza

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 109: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

190 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. Kontur tinggi dimanfaatkan sebagai perletakan bangunan utama

agar bangunan terlihat dari kejauhan

c. Pada bangunan yang mengarah ke sisi utara dibuat bukaan

untuk memaksimalkan view out site

d. Zoning View

Pada zoning view perletakan kelompok ruang utama, penunjang,

pengelola dan servis dibuat sejajar. Hal ini dilakukan agar

seluruh kelompok ruang mendapat view out site. Selain itu hal ini

dilakukan agar view to site juga dapat menjangkau seluruh

kelompok ruang.

5.2.6. Konsep Analisis Vegetasi

Dari analisa vegetasi, maka muncul respon sebagai berikut:

a. Pohon beringin yang tetap dipertahankan pada site akan

dijadikan elemen arsitektural pada area entrance bangunan,

sehingga terletak diluar bangunan

Gambar 5. 14 Zoning View

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 110: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

191 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

b. Pada area dalam bangunan yaitu di hall, akan ditanami pohon

sebagai elemen arsitektural dimana pada sisi atas dilubangi

sehingga pohon akan tetap bisa tumbuh

c. Selain pohon beringin dan pohon yang berada di hall terdapat

beberapa vegetasi lain yang digunakan sesuai dengan fungsinya

yaitu vegetasi pengarah, peneduh, penghias, pelindung dan

pembatas.

Gambar 5. 16 Pohon di dalam Hall

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 15 Elemen Arsitektural pada Entrance

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 111: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

192 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.2.7. Zoning Akhir

Dari zoning aksesibilitas, zoning topografi dan zoning view

dihasilkan zoning akhir sebagai berikut:

Pada zoning akhir kelompok ruang servis terletak di sisi utara

dan timur site. Dibelakang kelompok ruang servis terdapat

kelompok ruang utama. Sisi timur belakang site dimanfaatkan

sebagai kelompok ruang pengelola, sedangkan sisi barat belakang

site dimanfaatkan sebagai kelompok ruang penunjang.

Gambar 5. 17 Analisa Zoning Akhir

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 112: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

193 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.3. Konsep Teknis

5.3.1. Konsep Sistem Modul

a. Modul Vertikal

Modul Vertikal yang dipakai pada desain City Planning Gallery

memiliki jarak floor to floor 4 meter, atas dasar pertimbangan

efektifitas dan efisiensi. Tetapi pada ruang – ruang tertentu

misalnya thematic exhibition, lobby dan convention hall jarak

floor to floor lebih tinggi dari 4 meter, karena kebutuhan skala

ruang yang besar. Sedangkan jarak antara lantai – plafon pada

ruang kantor pengelola dan area servis menyesuaikan dengan

kebutuhan arsitektural dan sistem utilitas yang digunakan.

b. Modul Horisontal

Modul ruangan didesain berdasarkan dengan aktivitas yang

dilakukan dalam ruangan yang ada, peralatan yang digunakan,

perabotan dan syarat ketentuan ruang yang digunakan pada city

Gambar 5. 18 Zoning Akhir

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 113: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

194 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

planning gallery. Sistem modul yang digunakan adalah bentuk

grid dan polar.

5.3.2. Konsep Sistem Struktur

Sub structure atau struktur bawah yang diterapkan pada

bangunan city planning gallery adalah pondasi mini pile, karena:

• Pondasi mini pile dapat mencapai daya dukung tanah yang

paling keras

• Mutu beton terjamin karena dibuat pabrikasi

• Daya dukung pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu

beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang) sangat kuat

• Pemasangannya tidak dipengaruhi oleh muka air tanah

• Harga relatif murah jika dibandingkan pondasi sumuran

Selain pondasi mini pile, struktur penahan tanah (talud) juga

digunakan pada beberapa area site yang dilakukan sistem cut and

fill, karena kondisi site yang memiliki banyak kontur. Sedangkan

untuk mid structure atau struktur tengah dari bangunan city planning

gallery menggunakan struktur rangka. Dan untuk upper structure

atau struktur atas diterapkan beton bertulang dan spaceframe.

5.4. Konsep Kinerja

5.4.1. Sistem Building Automation System (BAS)

Sistem BAS pada bangunan city planning gallery akan

digunakan untuk memonitor dan mengontrol sistem AC VRV, sistem

pencahayaan, sistem penangkal petir, sistem escalator dan lift,

sistem fire protection, sistem CCTV dan access card, sistem listrik

serta sistem sanitasi.

Gambar 5. 19 Skema Building Automation System

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 114: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

195 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.4.2. Sistem Transportasi Vertikal

Pada bangunan city planning gallery akan diterapkan beberapa

transportasi vertikal, yaitu ramp, tangga, escalator dan lift. Ramp

pada bangunan merupakan sebuah respon terhadap pengguna

bangunan city planning gallery yaitu para disabilitas. Penerapan

escalator pada bangunan city planning gallery menggunakan

sensor optik berupa sensor infra merah agar sesuai dengan

pendekatan teknologi tinggi.

Keterangan :

- ADC (Analog to Digital Converter), berfungsi agar sinyal input

dapat diolah microcontroller

- Microcontroller, berisi program aplikasi yang berfungsi untuk

mengendalikan kinerja keseluruhan sistem

- DAC (Digital to Analog Converter), berfungsi agar sinyal output

microcontroller dapat dimengerti oleh sistem aktuator.

5.4.3. Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran pada bangunan city planning

gallery tersedia di setiap ruang. Alat yang digunakan pada

bangunan yaitu smoke detector, sprinkler dan fire extinguisher.

Selain itu terdapat juga tangga darurat serta hydrant.

No Nama Ruang Fire Protection

Kelompok Ruang Utama

1 Lobby Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler

2 Gallery Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler CO2

3 Virtual Area Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler CO2

Gambar 5. 20 Sistem Sensor Eskalator

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Tabel 5. 2 Fire Protection City Planning Gallery

Page 115: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

196 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Kelompok Ruang Penunjang

1 Culinary and Souvenir Area Sprinkler, Fire Extinguisher

2 Consultation Area Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler

3 Thematic Exhibition Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler, Fire Extinguisher

4 Convention Hall Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler

5 Perpustakaan Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler

6 ATM Center -

7 Mushola Sprinkler, Fire Extinguisher

8 Plaza -

Kelompok Ruang Pengelola

1 Ruang Kepala City Planning Gallery

Sprinkler

2 Ruang Sekretaris Sprinkler

3 Ruang Bagian Tata Usaha Sprinkler

4 Ruang Kantor Galeri dan Virtual Area

Sprinkler

5 Ruang Kantor Bagian Penunjang

Sprinkler

6 Ruang Kantor Bagian Servis

Sprinkler

7 Ruang Rapat Besar Sprinkler

8 Ruang Rapat Kecil Sprinkler

9 Ruang Tamu Sprinkler

Kelompok Ruang Servis

1 Toilet / Lavatory Smoke Detector, Sprinkler

2 Loker Karyawan Sprinkler

3 Pantry Fire Extinguisher

4 Loading Dock Fire Extinguisher

5 Gudang Fire Extinguisher

6 Ruang Engineer Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler

7 Ruang Genset Sprinkler, Fire Extinguisher

8 Ruang Panel -

9 Ruang Pompa Fire Extinguisher

10 Ruang Trafo -

11 Ruang Kontrol Fire Extinguisher

12 Ruang Kontrol BAS Fire Extinguisher

13 Ruang AHU Fire Extinguisher

14 Pos Satpam -

15 Ruang CCTV Fire Extinguisher

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 116: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

197 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.4.4. Sistem Pengkondisian Udara

Dalam bangunan city planning gallery diterapkan 2 jenis

penghawaan, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.

Penghawaan alami ini digunakan pada area terbuka dan pada

ruang – ruang tertentu, sedangkan penghawaan buatan yang

digunakan adalah AC VRV dan juga fan. Untuk AC menggunakan

sensor sehingga akan lebih menghemat penggunaan energi.

No Nama Ruang Jenis Penghawaan

Kelompok Ruang Utama

1 Lobby AC VRV

2 Gallery AC VRV

3 Virtual Area AC VRV

Kelompok Ruang Penunjang

1 Culinary and Souvenir Area AC VRV, Penghawaan Alami

2 Consultation Area AC VRV

3 Thematic Exhibition AC VRV

4 Convention Hall AC VRV

5 Perpustakaan AC VRV

6 ATM Center AC VRV

7 Mushola Fan, Penghawaan Alami

8 Plaza Penghawaan Alami

Kelompok Ruang Pengelola

1 Ruang Kepala City Planning Gallery

AC VRV

2 Ruang Sekretaris AC VRV

3 Ruang Bagian Tata Usaha AC VRV

4 Ruang Kantor Galeri dan Virtual Area

AC VRV

5 Ruang Kantor Bagian Penunjang

AC VRV

6 Ruang Kantor Bagian Servis

AC VRV

7 Ruang Rapat Besar AC VRV

Tabel 5. 3 Pengkondisian Udara City Planning Gallery

Gambar 5. 21 Sistem Sensor AC

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 117: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

198 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

8 Ruang Rapat Kecil AC VRV

9 Ruang Tamu AC VRV

Kelompok Ruang Servis

1 Toilet / Lavatory AC VRV

2 Loker Karyawan AC VRV

3 Pantry AC VRV

4 Loading Dock Penghawaan Alami

5 Gudang Penghawaan Alami

6 Ruang Engineer AC VRV

7 Ruang Genset -

8 Ruang Panel -

9 Ruang Pompa -

10 Ruang Trafo -

11 Ruang Kontrol Penghawaan Alami

12 Ruang Kontrol BAS Penghawaan Alami

13 Ruang AHU -

14 Pos Satpam Fan, Penghawaan Alami

15 Ruang CCTV Fan, Penghawaan Alami

5.4.5. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada bangunan city planning gallery

menggunakan 2 jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan

pencahayaan buatan. Sistem pencahayaan buatan yang diterapkan

pada bangunan city planning gallery menggunakan sistem otomatis

dengan sistem deteksi cahaya dan deteksi pergerakan.

Keterangan:

• LDR (Light Dependent Resistor), berfungsi sebagai pendeteksi

cahaya

• PIR Sensor (Passive Infrared Sensor), berfungsi sebagai

pendeteksi gerakan berdasarkan radiasi sinar infra merah

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 22 Sistem Otomasi Pencahayaan

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 118: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

199 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

• ADC (Analog to Digital Converter), berfungsi agar sinyal input

dapat diolah oleh microcontroller

• Microcontroller, berisi program aplikasi yang berfungsi untuk

mengendalikan kinerja sistem

• DAC (Digital to Analog Converter), berfungsi agar sinyal output

microcontroller dapat dimengerti oleh sistem aktuator.

5.4.6. Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan city

planning gallery adalah sistem penangkal petir elektrostatis.

Penangkal petir elektrostatis merupakan jenis penangkal petir yang

lebih ramah lingkungan. Sistem penangkal petir elektrostatis juga

lebih murah, perawatan dan pemasanganpun lebih mudah serta

lebih aman bagi pekerja yang melakukan perawatan.

5.4.7. Sistem Jaringan Listrik

Sumber jaringan listrik utama yang digunakan pada city

planning gallery berasal dari PLN, sedangkan sumber cadangan

berasal dari genset serta panel surya. Genset digunakan apabila

terjadi listrik yang bersumber dari PLN padam.

Panel surya sifatnya tidak dapat diandalkan karena sistem ini

memanfaatkan energi matahari dan hanya digunakan untuk

penerangan di luar bangunan serta beberapa pencahayaan yang

tidak terlalu berat.

Gambar 5. 23 Skema Jaringan Listrik

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 119: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

200 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.4.8. Sistem Jaringan Air Bersih

Sumber air bersih yang digunakan pada city planning gallery

bersumber dari PDAM. Selain bersumber dari PDAM, air juga di

dapat dari sumur yang sebelumnya telah ada di site mengingat site

merupakan lahan bekas hotel. Sedangkan untuk sistem

pendistribusian air menuju bangunan menggunakan upfeed

system.

5.4.9. Sistem Jaringan Air Kotor

a. Black Water, air kotor yang berasal dari air buangan yang

mengandung kotoran manusia yang akan dialirkan ke septick

tank dan kemudian ke sumur resapan.

b. Grey Water, air kotor yang berasal dari floor drain, sink dan

wastafel yang akan dilakukan treatment terlebih dahulu

kemudian dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman.

Gambar 5. 25 Skema Jaringan Air Bersih

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 26 Skema Jaringan Black Water

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 24 Skema Panel Surya

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 120: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

201 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

c. Air Kotor dari dapur tidak langsung dibuang ke roil kota, tetapi

akan ditampung dalam bak pemisah lemak kemudian dialirkan

ke sumur resapan maupun ke penampungan untuk digunakan

penyiram tanaman

d. Air hujan akan ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk

menyiram tanaman, operasional toilet dan mushola

5.4.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet

Sistem komunikasi eksternal yang digunakan pada bangunan

city planning gallery adalah jaringan telepon dan faximili melalui

jaringan Telkom yang digunakan untuk kepentingan komunikasi.

Jaringan telepon dan faximili menggunakan PABX atau alat

komunikasi secara khusus agar memudahkan komunikasi antar

ruangan. Sedangkan sistem yang digunakan untuk pusat informasi

dan pengumuman di seluruh ruang menggunakan sound system.

Gambar 5. 27 Skema Jaringan Air Kotor

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Gambar 5. 28 Skema Jaringan Air Hujan

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 121: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

202 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Sedangkan untuk sistem jaringan internet pada city planning

gallery menggunakan jaringnan internet wi-fi yang terhubung

dengan BTS (Base Transciever Station) yang merupakan tower

penguat pemancar sinyal selular.

5.4.11. Sistem Keamanan

Sistem keamanan yang digunakan pada city planning gallery

adalah system yang digunakan untuk pengaman baik yang

berfungsi sebagai alat bantu personil maupun pengaman

bangunan. Peralatan yang membantu dalam keamanan city

planning gallery adalah CCTV dan access control. Penempatan

CCTV pada setiap ruang diperlukan untuk memantau segala

aktivitas pengguna yang dikontrol langsung melalui ruang CCTV

atau ruang keamanan.

5.5. Konsep Arsitektural

5.5.1. Konsep Gubahan Massa

Sesuai dengan pendekatan teknologi tinggi, ciri – ciri bentuk

visual arsitektur hi-tech dalam segi posisi menjadikan site sebagai

inspirasi dalam membentuk sebuah bangunan. Maka dari itu,

bentuk gubahan massa merupakan hasil transformasi dari bentuk

site yang disesuaikan dengan potensi yang ada di dalam site serta

lingkungan site. Hal – hal yang dijadikan pertimbangan dalam

mengolah bentuk bangunan yaitu dengan melihat hasil analisa

klimatologi, topografi, view dan vegetasi.

Gambar 5. 29 Sistem Jaringan Komunikasi

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 122: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

203 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Gambar 5. 30 Analisa Gubahan Massa

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 123: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

204 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.5.2. Material

Pada bangunan city planning gallery material yang digunakan

banyak menggunakan material kaca pada eksterior bangunan. Hal

ini dilakukan karena salah satu karakteristik bangunan yang

menggunakan pendekatan teknologi tinggi adalah penggunaan

material kaca. Selain material kaca, pada bangunan juga

menggunakan zinc rain-screen system pada beberapa kulit

bangunan.

No Material Keterangan

1

Kaca Transparan (Exterior Glazing) Material kaca digunakan pada beberapa titik eksterior bangunan

2

Perforated Panel Material ini digunakan sebagai secondary skin bangunan yang berfungsi juga sebagai sun shading

3

Zinc Rainscreen System Material berupa zinc digunakan pada beberapa titik bangunan

4

Beton Ekspos Material beton ekspos digunakan pada ramp yang berada di luar bangunan serta sebagai pagar pembatas

Tabel 5. 4 Pemilihan Material

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 124: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

205 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

5.5.3. Konsep Arsitektur Hi – Tech

Konsep arsitektur hi-tech yang diterapkan pada bangunan city

planning gallery ditunjukkan dengan penggunaan material kaca

yang bertujuan memperlihatkan area dalam bangunan keluar dan

sebaliknya. Selain itu pada bangunan city planning gallery juga

menggunakan warna asli dari material yang berada pada kulit

bangunan. Penggunaan teknologi tinggi pada sistem kinerja

bangunan juga diterapkan untuk dapat mengendalikan lingkungan,

salah satunya dengan cara memanfaatkan panas matahari serta air

hujan. Beberapa karakteristik dari arsitektur hi-tech yang diterapkan

pada bangunan city planning gallery, antara lain:

a. Inside – out

Beberapa bagian interior pada bangunan city planning gallery

akan diperlihatkan keluar dengan menggunakan material kaca.

Selain itu beberapa bagian struktur spaceframe yang diterapkan

pada bangunan juga akan ditonjolkan pada eksterior sebagai

bentuk bangunan dan ornamen pada bangunan.

b. Transparan, pelapisan dan pergerakan

Penggunaan material kaca pada bangunan digunakan untuk

mengekspos sistem pergerakan di dalam bangunan yaitu ramp

yang ada di dalam bangunan sebagai alat transportasi vertikal.

Gambar 5. 31 Penggunaan Material Kaca Pada Fasad

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 125: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

206 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

c. Pewarnaan yang cerah dan merata

Pada bangunan city planning gallery akan menggunakan warna

– warna yang cerah yang berasal dari warna asli dari material

yang digunakan pada bangunan

d. Optimistic confidence in scientific cultura

Pada bangunan city planning gallery menggunakan teknologi –

teknologi yang memberikan kesan future diantaranya:

1) Penerapan Building Automation System (BAS)

Building automation system yang diterapkan pada bangunan

city planning gallery digunakan untuk mengontrol sistem

penghawaan, sistem pencahayaan, sistem penangkal petir,

sistem transportasi, sistem keamanan, sistem listrik serta

sistem sanitasi.

2) Penggunaan virtual reality, augmented reality dan multi

touchscreen

Teknologi virtual reality, augmented reality dan multi

touchscreen digunakan pada area galeri. Hal ini dilakukan

agar galeri yang dirancang tidak terkesan kaku dan dapat

memberi pengalaman baru bagi pengunjung melalui galeri

yang lebih interaktif.

3) Penggunaan sensor – sensor pada bangunan

Gambar 5. 32 Pergerakan Dalam Bangunan yang di Ekspos

Sumber : Analisa Penulis, 2017

Page 126: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

207 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Sensor – sensor yang digunakan pada bangunan city

planning gallery diterapkan untuk sistem otomasi

pencahayaan, penghawaan dan transportasi. Hal ini

dilakukan agar bangunan city planning gallery menjadi

bangunan hemat energi.

Page 127: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

208 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prasetia Aditama. 2011. Jogja Resto dan Galeri, Restoran dan Galeri Seni

Lukis di Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Azuma, R.T., Baillot, Y, Behringer, R, Feiner, S. K., Julier, S., and MacIntyre, B.

2001. Recent Advances in Augmented Reality. IEEE Computer Graphics

and Applications.

B. Sihite. 2013. Pembuatan Aplikasi 3D Viewer Mobile dengan Menggunakan

Teknologi Virtual Reality. Jurnal Teknik Pomits 2(2) A397-A400.

BPS Kota Semarang. 2016. Kota Semarang Dalam Angka 2016. Semarang.

BPS Kota Semarang. 2017. Kota Semarang Dalam Angka 2017. Semarang.

Charles Jenks. 1990. High Tech Maniera. Academy Edition.

Charles Jenks.1988. The Battle of High Tech, Great Building with Great Fault.

Architectural Design.

Colin Davies. 1998. High Tech Architecture. New York : Rizolli Architectural Press.

D. Lacrama. 2007. Virtual Reality. Journal Anale Seria Informatica, 5(1) 137-144.

David A Robillard. 1982. Public Space Design in Museums. Milwaukee : University

of Wisconsin.

Eko Budihardjo. 1996. Menuju Arsitektur Indonesia. Bandung : Alumni.

Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta

: PT. Cipta Adi Pusaka.

Ernst Neufert. 1996. Data Arsitek. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Ernst Neufert. 2002. Data Arsitek Edisi kedua Jilid 2 Terjemahan Sjamsu Amril.

Jakarta : Erlangga.

Francis D. K Ching. 2000. Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, ed. ke-2,

Terjemahan Nurrahman Tresani Harwadi. Jakarta: Erlangga.

Francis D.K Ching. 1979. Architecture - Form, Space and Order. New Jersey :

John Wiley & Sons, Inc.

Galih Rakacitra Rachman dan Farid Thalib. 2011. Jurnal Pengembangan

Teknologi Augmented Reality. Universitas Gunadarma.

Page 128: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

209 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung

J. Gardner & H. Caroline. 1960. Exhibition and Display. London : Hold, Renehart

dan Winston.

J. Pamudji Suptandar. 1999. Desain Interior: Pengantar Merencana Interior untuk

Mahasiswa Desain dan Arsitektur. Jakarta : Djambatan.

Jhon Tuah S Aditya. 2011. Pengaruh Cahaya Tehadap Tingkat Kenyamanan

Ruang Studio. Universitas Katolik Santo Thomas.

Joseph De Chiara and John Hancock Callender. 1973. Time Saver Standard for

Building Types. New York : McGraw-Hill Book Company.

Julius Panero and Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta

: Erlangga.

M. Susanto. 2004. Menimbang Ruang Menata Rupa, Wajah, dan Tata Pameran

Seni Rupa. Yogyakarta : Galang Press.

Mikko Sairio. 2001. Augmented Reality. Helsinki University of Technology.

Nur Fajri Azhar. 2011. Pemanfaatan Augmented Reality untuk Game “Ranger

Target” FPS Berbasis Android Menggunakan Unity 3D dan Vuforia SDK.

Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Oxford Advanced Learner’s Dictionary. 2005. Oxford : Oxford University Press.

Patricia Tutt and David Adler. 1979. New Metric Handbook. London : The

Architectural Press.

Pratiwo. 2004. The City Planning of Semarang 1900-1970. Surabaya : Universitas

Airlangga

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rina Kumala Dewi. 2010. Department of Art. Jakarta

S.P. Honggowidjaja. 2003. Pengaruh Signifikan Tata Cahaya pada Desain Interior.

Jurnal Dimensi Interior Vol 1 No 1 : 1-15. Surabaya : Universitas Kristen

Petra.

Satwiko. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Page 129: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

210 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Sony Sulistyo Hadi. 2013. Aplikasi Pengenalan Sistem Tata Surya Menggunakan

Augmented Reality Untuk Pendidikan Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu

Komputer, Universitas Dian Nuswantoro.

T. M. Khalil. 2000. Management of Technology: The Key to Competitiveness and

Wealth Creation. McGraw-Hill.

Thaden, R. E., dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang – Jepara. Pusat

Penelitian Geologi Lingkungan. Bandung

Ursula Franklin. 1989. Real World of Technology. House of Anansi Press

Yamatake. 2006. Instrumentation Guide Comfort Control. Yamatake Corp.

Peraturan:

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Kerja Perkantoran dan Industri.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031.

RTRW Kota Semarang 2011-2031.

Internet:

Bisnis.com. 2016. Usung Konsep Kota Cerdas, Ini 3 Upaya Pemkot Semarang.

http://semarang.bisnis.com/read/20161129/1/90928/usung-konsep-kota-

cerdas-ini-3-upaya-pemkot-semarang (Diakses pada tanggal 2 April

2017)

Merdeka.com. 2016. 2017, Jateng Siap Genjot Infrastruktur Pariwisata.

https://jateng.merdeka.com/infrastruktur/2017-jateng-siap-genjot-

infrastruktur-pariwisata-161228j.html (Diakses pada tangal 2 April 2017)

Tribun Jateng. 2017. Hendrar Prihadi Beberkan Rahasia Smart Birokrasi Kota

Semarang di Jakarta. http://jateng.tribunnews.com/2017/09/19/hendrar-

prihadi-beberkan-rahasia-smart-birokrasi-kota-semarang-di-

jakarta?page=2 (Diakses pada tanggal 21 September 2017)

Page 130: CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/36194/1/5112413032_Optimized.pdfbelakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery. Dalam penyusunan LP3A

CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI

211 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032

Tribun Jateng. 2017. Kepala Disbudpar Kota Semarang Ajak Pelaku Wisata

Promosi Lewat Medsos. http://jateng.tribunnews.com/2017/03/21/kepala-

disbudpar-kota-semarang-ajak-pelaku-wisata-promosi-lewat-

medsos?page=2 (Diakses pada tanggal 2 April 2017)

www.wikipedia.com