Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG
DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
(LP3A)
PROYEK AKHIR ARSITEKTUR
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA ARSITEKTUR
DISUSUN OLEH :
RISKY ANISA PRATIWI
5112413032
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penyusunan Landasan Program
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, November 2017
Risky Anisa Pratiwi NIM. 5112413032
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
(LP3A) yang berjudul “City Planning Gallery di Kota Semarang dengan
Pendekatan Tenologi Tinggi”. LP3A City Planning Gallery ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk kelulusan akademik di Universitas Negeri Semarang serta
landasan dasar untuk merencanakan desain City Planning Gallery nantinya.
Dalam penulisan LP3A City Planning Gallery ini tidak lupa penulis untuk
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,
membimbing serta mengarahkan sehingga penulisan LP3A City Planning Gallery
ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas segala perhatian, kasih sayang
serta doa yang tiada hentinya
2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
3. Aris Widodo, S. Pd., M. T., Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri
Semarang
4. Teguh Prihanto, S.T., M.T., Kepala Program Studi Teknik Arsitektur S1
Universitas Negeri Semarang
5. Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si., pembimbing 1 yang memberikan
arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A City
Planning Gallery
6. Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc., pembimbing 2 yang memberikan arahan,
bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A City Planning
Gallery ini
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan
arahan dalam penyusunan LP3A City Planning Gallery ini
8. Seluruh teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2016 yang telah memberikan
dukungan.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
LP3A City Planning Gallery ini, maka segala saran dan kritik yang bersifat
vi
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penulisan LP3A City
Planning Gallery. Akhir kata semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Semarang, November 2017
Penulis
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir LP3A City Planning Gallery di Kota Semarang ini penulis
persembahkan kepada :
❖ Kedua orang tua, dan saudara-saudara saya, terimakasih untuk semua
perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis
selama pengerjaan LP3A
❖ Ketua Jurusan Teknik Sipil, Aris Widodo, S. Pd., M. T. yang telah memberikan
ijin bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir City Planning Gallery
❖ Kaprodi S1 Arsitektur Teguh Prihanto, S.T., M.T. yang memberikan arahan
dalam program Tugas Akhir ini sehingga memperlancar proses penulisan
LP3A City Planning Gallery ini
❖ Pembimbing Tugas Akhir Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si. dan Wiwit
Setyowati, S.T., M.Sc., yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan
persetujuan dalam penyusunan LP3A City Planning Gallery ini dengan penuh
keikhlasan dalam membantu memperlancar jalannya proses Tugas Akhir
❖ Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan
arahan dalam penyusunan LP3A
❖ Seseorang yang spesial buat saya yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan secara psikis.
❖ Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir Arika, Novia, Sheila, terimakasih
atas bantuan dan kerja samanya selama Tugas Akhir ini.
❖ Semua teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2016 yang telah memberikan
dukungan
viii
ABSTRAK
Risky Anisa Pratiwi 2017
“City Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi”
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si., Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc.
Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang mengalami perkembangan setelah pendudukan Kolonial Belanda. Sejarah perencanaan Kota Semarang dalam kurun waktu 1900-1970, merupakan bagian penting dari sejarah perencaaan kota Indonesia, karena Kota Semarang dijadikan kota yang menjadi eksperimen perencaaan kota modern di Eropa. Hingga saat ini perkembangan Kota Semarang dinilai terus maju seiring dengan masalah perkotaan yang ada. Namun berbagai upaya terus dilakukan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada di kota, salah satunya dengan dibentuknya RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2016-2021 yang memprioritaskan arah pembangunan kota menuju Semarang Hebat. Namun perencanaan itu hanya bisa diketahui beberapa orang saja, sehingga diperlukan sebuah wadah yang dapat menyajikan perencanaan pembangunan kota secara terbuka dan transparan kepada masyarakat serta dapat mewadahi berbagai kekayaan latar belakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang berupa City Planning Gallery.
Dalam penyusunan LP3A City Planning Gallery, pendalaman materi dilakukan melalui studi literatur berupa buku, peraturan maupun media elektronik dan studi observasi, dengan mempelajari kasus serupa. Semua data-data tersebut kemudian dievaluasi dan dijadikan acuan untuk menentukan konsep dasar dalam merencanakan dan merancang City Planning Gallery di Kota Semarang dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan aspek fungsional, kontekstual, kinerja, struktural dan arsitektural.
Mengusung pendekatan teknologi tinggi diharapkan dapat memberikan pengalaman baru bagi pengunjung serta dapat menjadi daya tarik dari City Planning Gallery. Selain itu dengan penggunaan teknologi tinggi diharapkan juga dapat menjadi salah satu objek wisata yang dapat mendukung konsep Smart City yang telah diterapkan di Kota Semarang serta dapat mengembangkan Kota Semarang dari segi pariwisata dan pelayanan publik. Kata kunci: City Planning Gallery, Semarang, Teknologi Tinggi
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Permasalahan ................................................................................. 5
1.2.1. Permasalahan Umum........................................................... 5
1.2.2. Permasalahan Khusus ......................................................... 5
1.3. Tujuan dan Sasaran ........................................................................ 6
1.3.1. Tujuan .................................................................................. 6
1.3.2. Sasaran ................................................................................ 6
1.4. Manfaat ........................................................................................... 6
1.4.1. Subjektif ............................................................................... 6
1.4.2. Objektif ................................................................................. 6
1.5. Lingkup Pembahasan ...................................................................... 7
1.5.1. Ruang Lingkup Substansial .................................................. 7
1.5.2. Ruang Lingkup Spasial ........................................................ 7
1.6. Metode Pembahasan....................................................................... 7
x
1.6.1. Data Primer .......................................................................... 8
1.6.2. Data Sekunder ..................................................................... 8
1.7. Keaslian Penulisan .......................................................................... 10
1.8. Sistematika dan Pembahasan ......................................................... 10
1.9. Alur Pikir .......................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Gallery .............................................................................. 13
2.1.1 Pengertian Gallery ............................................................... 13
2.1.2 Jenis – Jenis Gallery ............................................................ 14
2.1.3 Fungsi Gallery ...................................................................... 15
2.1.4 Prinsip – Prinsip Perencanaan Gallery ................................. 15
2.2. Studi Kasus City Gallery .................................................................. 29
2.2.1. Singapore City Gallery ......................................................... 29
2.2.2. Kuala Lumpur City Gallery.................................................... 33
2.2.3. Hongkong City Gallery ......................................................... 37
2.3. Tinjauan Teknologi Tinggi ................................................................ 44
2.3.1. Building Automation System ................................................. 47
2.3.2. Virtual Reality ....................................................................... 52
2.3.3. Augmented Reality ............................................................... 54
2.3.4. Multitouch Screen ................................................................ 56
2.4. Studi Kasus Bangunan Teknologi Tinggi ......................................... 58
2.4.1. Pompidou Centre ................................................................. 58
2.4.2. The Energy Building, Jakarta ............................................... 60
BAB III TINJAUAN LOKASI
3.1. Tinjauan Umum Kota Semarang ...................................................... 73
3.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi ........................ 73
3.1.2 Kondisi Tanah dan Iklim ....................................................... 77
3.1.3 Penggunaan Lahan .............................................................. 80
3.2. Tinjauan Kebijakan RTRW .............................................................. 80
3.3. Penentuan Lokasi ............................................................................ 83
xi
3.3.1. Kriteria Penentuan Lokasi .................................................... 83
3.3.2. Lokasi Terpilih ...................................................................... 83
3.4. Pemilihan Site ................................................................................. 85
3.4.1. Kriteria Pemilihan Site .......................................................... 85
3.4.2. Alternatif Site........................................................................ 86
3.4.3. Penilaian Alternatif Site ........................................................ 98
3.4.4. Site Terpilih ....................................................................... 102
BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
4.1. Dasar Pendekatan ........................................................................ 109
4.1.1. Dasar Pertimbangan ......................................................... 109
4.2. Pendekatan Aspek Fungsional ..................................................... 111
4.2.1. Tujuan Perencanaan ......................................................... 111
4.2.2. Analisis Pelaku Kegiatan ................................................... 112
4.2.3. Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ........................... 116
4.2.4. Analisis Kelompok Ruang ................................................. 123
4.2.5. Analisis Sirkulasi Ruang .................................................... 124
4.2.6. Analisis Hubungan Kelompok Ruang ................................ 126
4.2.7. Analisis Besaran Ruang .................................................... 127
4.3. Pendekatan Aspek Kontekstual .................................................... 136
4.3.1. Analisis Aksesibilitas ......................................................... 136
4.3.2. Analisis Klimatologi ........................................................... 138
4.3.3. Analisis Topografi ............................................................. 140
4.3.4. Analisis View ..................................................................... 142
4.3.5. Analisis Vegetasi ............................................................... 144
4.4. Pendekatan Aspek Teknis ............................................................ 145
4.4.1. Sistem Modul .................................................................... 145
4.4.2. Sistem Struktur ................................................................. 146
4.5. Pendekatan Aspek Kinerja ........................................................... 153
4.5.1. Sistem Building Automation System (BAS) ....................... 153
4.5.2. Sistem Transportasi Vertikal ............................................. 154
4.5.3. Sistem Pemadam Kebakaran ............................................ 157
4.5.4. Sistem Pengkondisian Udara ............................................ 160
xii
4.5.5. Sistem Pencahayaan ........................................................ 162
4.5.6. Sistem Penangkal Petir ..................................................... 164
4.5.7. Sistem Jaringan Listrik ...................................................... 166
4.5.8. Sistem Jaringan Air Bersih ................................................ 167
4.5.9. Sistem Jaringan Air Kotor ................................................. 168
4.5.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet ................................. 170
4.5.11. Sistem Keamanan ............................................................. 173
4.6. Pendekatan Arsitektural ................................................................ 174
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5.1. Konsep Fungsional ....................................................................... 177
5.1.1 Lingkup Kegiatan .............................................................. 177
5.1.2 Pelaku Kegiatan ................................................................ 177
5.1.3 Dimensi Ruang ................................................................. 178
5.1.4 Sirkulasi Ruang ................................................................. 179
5.1.5 Hubungan Ruang .............................................................. 181
5.2. Konsep Kontekstual ...................................................................... 182
5.2.1. Site Terpilih ....................................................................... 182
5.2.2. Konsep Analisis Aksesibilitas ............................................ 183
5.2.3. Konsep Analisis Klimatologi .............................................. 185
5.2.4. Konsep Analisis Topografi................................................. 187
5.2.5. Konsep Analisis View ........................................................ 189
5.2.6. Konsep Analisis Vegetasi .................................................. 190
5.2.7. Zoning Akhir ...................................................................... 192
5.3. Konsep Teknis .............................................................................. 193
5.3.1. Konsep Sistem Modul ....................................................... 193
5.3.2. Konsep Sistem Struktur .................................................... 194
5.4. Konsep Kinerja ............................................................................. 194
5.4.1. Sistem Building Automation System (BAS) ....................... 194
5.4.2. Sistem Transportasi Vertikal ............................................. 195
5.4.3. Sistem Pemadam Kebakaran ............................................ 195
5.4.4. Sistem Pengkondisian Udara ............................................ 197
5.4.5. Sistem Pencahayaan ........................................................ 198
xiii
5.4.6. Sistem Penangkal Petir ..................................................... 199
5.4.7. Sistem Jaringan Listrik ...................................................... 199
5.4.8. Sistem Jaringan Air Bersih ................................................ 200
5.4.9. Sistem Jaringan Air Kotor ................................................. 200
5.4.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet ................................. 201
5.4.11. Sistem Keamanan ............................................................. 202
5.5. Konsep Arsitektural ...................................................................... 202
5.5.1. Konsep Gubahan Massa ................................................... 202
5.5.2. Material ............................................................................. 204
5.5.3. Konsep Arsitektur Hi – Tech .............................................. 205
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 208
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penataan Tata Letak Objek 2 Dimensi ............................................... 18
Tabel 2.2 Penataan Tata Letak Objek 3 Dimensi ............................................... 19
Tabel 2.3 Sirkulasi Pencapaian .......................................................................... 24
Tabel 2.4 Konfigurasi Jalur ................................................................................ 24
Tabel 2.5 Hubungan Jalur dan Ruang ............................................................... 26
Tabel 2.6 Ruang Pembentuk Sirkulasi ............................................................... 27
Tabel 2.7 Tinggi Rata – Rata Manusia ............................................................... 28
Tabel 3.1 Ketinggian Tempat Kota Semarang ................................................... 75
Tabel 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Semarang, 2016 .............. 76
Tabel 3.3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Semarang, 2016 ........... 79
Tabel 3.4 Rata–Rata Suhu dan Kelembapan Udara di Kota Semarang,2016 .... 79
Tabel 3.5 Lokasi Alternatif ................................................................................. 84
Tabel 3.6 Penilaian Alternatif Site ...................................................................... 99
Tabel 4.1 Analisis Pelaku Kelompok Pengelola .............................................. 114
Tabel 4.2 Data Acuan Jumlah Pengunjung ..................................................... 116
Tabel 4.3 Analisis Aktivitas Pelaku dan Kebutuhan Ruang ............................. 116
Tabel 4.4 Analisis Kelompok Ruang ............................................................... 123
Tabel 4.5 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Utama .......................... 127
Tabel 4.6 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Penunjang .................... 130
Tabel 4.7 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Pengelola ..................... 133
Tabel 4.8 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Servis ........................... 134
Tabel 4.9 Total Besaran Ruang City Planning Gallery .................................... 135
xv
Tabel 4.10 Ciri – Ciri Bentuk Visual Arsitektur Hi-Tech ................................... 175
Tabel 5.1 Dimensi Ruang City Planning Gallery.............................................. 178
Tabel 5.2 Fire Protection City Planning Gallery ............................................... 195
Tabel 5.3 Pengkondisian Udara City Planning Gallery .................................... 197
Tabel 5.4 Pemilihan Material .......................................................................... 204
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cahaya Alami pada Galeri .......................................................... 17
Gambar 2.2 Pola Jalur Sequential Circulation ................................................. 22
Gambar 2.3 Pola Jalur Random Circulation .................................................... 22
Gambar 2.4 Pola Jalur Ring Circulation .......................................................... 23
Gambar 2.5 Pola Jalur Linear Bercabang ....................................................... 23
Gambar 2.6 Jarak Display .............................................................................. 28
Gambar 2.7 Aksonometri Denah Singapore City Gallery ................................ 30
Gambar 2.8 Kuala Lumpur City Gallery .......................................................... 34
Gambar 2.9 Pembagian Ruang KL City Gallery .............................................. 35
Gambar 2.10 Hong Kong City Gallery ............................................................. 37
Gambar 2.11 Groundfloor ............................................................................... 38
Gambar 2.12 1st Floor .................................................................................... 39
Gambar 2.13 2nd Floor ................................................................................... 40
Gambar 2.14 3rd Floor.................................................................................... 41
Gambar 2.15 4th Floor .................................................................................... 42
Gambar 2.16 Pola Sirkulasi Hong Kong City Gallery ...................................... 43
Gambar 2.17 Building Automation System...................................................... 48
Gambar 2.18 Virtual Reality ............................................................................ 52
Gambar 2.19 Virtual Reality CAD ................................................................... 53
Gambar 2.20 Augmented Reality .................................................................... 55
Gambar 2.21 Augmented Reality di Arsitektur ................................................ 56
Gambar 2.22 Multi Touch Screen ................................................................... 57
xvii
Gambar 2.23 Standing Multi Touch Screen .................................................... 57
Gambar 2.24 Fasad Pompidou Centre ........................................................... 58
Gambar 2.25 Eskalator dan Pipa Utilitas pada Fasad Bangunan .................... 59
Gambar 2.26 Penggunaan Material Kaca pada Fasad ................................... 59
Gambar 2.27 Struktur Baja Pompidou ............................................................ 60
Gambar 2.28 Eksterior The Energy Building ................................................... 60
Gambar 2.29 Sistem IBMS pada The Energy Building .................................... 62
Gambar 2.30 AC System ................................................................................ 63
Gambar 2.31 Security Management System ................................................... 64
Gambar 2.32 CCTV ........................................................................................ 65
Gambar 2.33 Public Address .......................................................................... 66
Gambar 2.34 Lift Address ............................................................................... 66
Gambar 2.35 Fire Alarm Address ................................................................... 67
Gambar 2.36 Building Automation System...................................................... 68
Gambar 2.37 Parking System ......................................................................... 70
Gambar 2.38 Generator System ..................................................................... 71
Gambar 3.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Semarang ................................. 74
Gambar 3.2 Peta Rencana Pembagian BWK Kota Semarang ........................ 82
Gambar 3.3 Site Alternatif 1 ............................................................................ 86
Gambar 3.4 Jalan Pemuda ............................................................................. 87
Gambar 3.5 Permukiman ................................................................................ 87
Gambar 3.6 DP Mall ....................................................................................... 87
Gambar 3.7 Lawang Sewu ............................................................................. 87
Gambar 3.8 Kondisi Jalan Pemuda ................................................................ 88
xviii
Gambar 3.9 Pedestrian dan Halte di depan Site ............................................. 88
Gambar 3.10 Roil Kota disekitar Site .............................................................. 89
Gambar 3.11 Jaringan Listrik pada Site .......................................................... 89
Gambar 3.12 View to Site dari Jl. Pemuda...................................................... 90
Gambar 3.13 View to Site dari Jalan Lingkungan............................................ 90
Gambar 3.14 Ukuran Site Alternatif 1 ............................................................. 90
Gambar 3.15 Site Alternatif 2 .......................................................................... 91
Gambar 3.16 Jalan Veteran ............................................................................ 91
Gambar 3.17 Permukiman di sisi Selatan Site ................................................ 91
Gambar 3.18 Jalan Diponegoro ...................................................................... 92
Gambar 3.19 Perkantoran Swasta .................................................................. 92
Gambar 3.20 Kondisi Jl. Diponegoro .............................................................. 92
Gambar 3.21 Pedestrian di sekitar Site ........................................................... 93
Gambar 3.22 Penerangan disekitar Site ......................................................... 93
Gambar 3.23 Roil Kota disekitar Site .............................................................. 93
Gambar 3.24 View to Site dari Jl. Diponegoro ................................................ 94
Gambar 3.25 View to Site dari Jl. Veteran ...................................................... 94
Gambar 3.26 Ukuran Site Alternatif 2 ............................................................. 94
Gambar 3.27 Site Alternatif 3 .......................................................................... 95
Gambar 3.28 Jl. Cendrawasih I ....................................................................... 95
Gambar 3.29 Jl. Letjen Suprapto .................................................................... 95
Gambar 3.30 Bengkel Mobil Sedjati ................................................................ 96
Gambar 3.31 Jl. Kedasih ................................................................................ 96
Gambar 3.32 Kondisi Jalan di depan Site ....................................................... 96
xix
Gambar 3.33 Kondisi Jalan di sekitar Site ...................................................... 96
Gambar 3.34 Jaringan Listrik di sekitar Site .................................................... 97
Gambar 3.35 Roil Kota di sekitar Site ............................................................. 97
Gambar 3.36 View to Site dari Jl. Kedasih ...................................................... 98
Gambar 3.37 View to Site dari Jl. Letjen Suprapto .......................................... 98
Gambar 3.38 Ukuran Site Alternatif 3 ............................................................. 98
Gambar 3.39 Site Terpilih ............................................................................... 102
Gambar 3.40 Batas – Batas Site Terpilih ........................................................ 103
Gambar 3.41 Konteks Urban Site Terpilih ....................................................... 105
Gambar 3.42 Potongan Jalan Diponegoro ...................................................... 105
Gambar 3.43 Potongan Jalan Veteran ............................................................ 106
Gambar 3.44 Topografi Site ............................................................................ 107
Gambar 3.45 Potongan A-A Topografi Site ..................................................... 107
Gambar 3.46 Potongan B-B Topografi Site ..................................................... 108
Gambar 3.47 Vegetasi pada Site .................................................................... 108
Gambar 4.1 Aksesibilitas Sekitar Site ............................................................. 137
Gambar 4.2 Detail Potongan Jalan Sekitar Site .............................................. 137
Gambar 4.3 Analisa Aksesibilitas Site ............................................................. 138
Gambar 4.4 Data Klimatologi .......................................................................... 139
Gambar 4.5 Analisa Klimatologi ...................................................................... 140
Gambar 4.6 Data Topografi ............................................................................ 141
Gambar 4.7 Analisa Topografi ........................................................................ 142
Gambar 4.8 Data View.................................................................................... 143
Gambar 4.9 Analisa View ............................................................................... 143
xx
Gambar 4.10 Data Vegetasi ........................................................................... 144
Gambar 4.11 Pondasi Mini Pile ....................................................................... 147
Gambar 4.12 Pondasi Sumuran ...................................................................... 148
Gambar 4.13 Pondasi Bore Pile ...................................................................... 149
Gambar 4.14 Talud ......................................................................................... 149
Gambar 4.15 Struktur Atap Rangka Baja ........................................................ 152
Gambar 4.16 Space Frame ............................................................................ 153
Gambar 4.17 Small Building Control ............................................................... 154
Gambar 4.18 Ramp ........................................................................................ 155
Gambar 4.19 Tangga ...................................................................................... 155
Gambar 4.20 Eskalator ................................................................................... 156
Gambar 4.21 Lift ............................................................................................. 157
Gambar 4.22 Heat Detector ............................................................................ 158
Gambar 4.23 Smoke Detector ........................................................................ 158
Gambar 4.24 Sprinkler .................................................................................... 159
Gambar 4.25 Hydrant Box .............................................................................. 159
Gambar 4.26 Hydrant Pillar ............................................................................ 160
Gambar 4.27 Fire Extinguisher ....................................................................... 160
Gambar 4.28 Unit Outdoor dan Indoor AC VRV .............................................. 161
Gambar 4.29 AC Inverter ................................................................................ 162
Gambar 4.30 Penangkal Petir Konvensional ................................................... 165
Gambar 4.31 Penangkal Petir Elektrostatis ..................................................... 166
Gambar 4.32 Genset Tipe Silent ..................................................................... 167
Gambar 4.33 Panel Surya .............................................................................. 167
xxi
Gambar 4.34 Rainwater Harvesting System ................................................... 168
Gambar 4.35 Bio Septick Tank ....................................................................... 169
Gambar 4.36 Jaringan PABX .......................................................................... 171
Gambar 4.37 Jaringan Satelit ......................................................................... 171
Gambar 4.38 Jaringan Fiber Optik .................................................................. 172
Gambar 4.39 Jaringan Wi-Fi ........................................................................... 172
Gambar 4.40 CCTV ........................................................................................ 173
Gambar 4.41 Access Control .......................................................................... 174
Gambar 4.42 Skema Access Control .............................................................. 174
Gambar 5.1 Site Terpilih ................................................................................. 182
Gambar 5.2 Respon Aksesibilitas Site ............................................................ 183
Gambar 5.3 Plaza di depan Site ..................................................................... 184
Gambar 5.4 Zoning Aksesibilitas .................................................................... 184
Gambar 5.5 Secondary Skin dan Roof Garden ............................................... 185
Gambar 5.6 Barier Vegetasi pada Site ............................................................ 186
Gambar 5.7 Pencahayaan Alami pada Bangunan .......................................... 186
Gambar 5.8 Bukaan Sisi Utara Bangunan ...................................................... 187
Gambar 5.9 Cut and Fill System ..................................................................... 187
Gambar 5.10 Bangunan Split Level ................................................................ 188
Gambar 5.11 Ramp di dalam Bangunan ......................................................... 188
Gambar 5.12 Zoning Topografi ....................................................................... 189
Gambar 5.13 Plaza ......................................................................................... 189
Gambar 5.14 Zoning View .............................................................................. 190
Gambar 5.15 Elemen Arsitektural pada Entrance ........................................... 191
xxii
Gambar 5.16 Pohon di dalam Hall .................................................................. 191
Gambar 5.17 Analisa Zoning Akhir ................................................................. 192
Gambar 5.18 Zoning Akhir .............................................................................. 193
Gambar 5.19 Skema Building Automation System .......................................... 194
Gambar 5.20 Sistem Sensor Eskalator ........................................................... 195
Gambar 5.21 Sistem Sensor AC ..................................................................... 197
Gambar 5.22 Sistem Otomasi Pencahayaan .................................................. 198
Gambar 5.23 Skema Jaringan Listrik .............................................................. 199
Gambar 5.24 Skema Panel Surya .................................................................. 200
Gambar 5.25 Skema Jaringan Air Bersih ........................................................ 200
Gambar 5.26 Skema Jaringan Black Water .................................................... 200
Gambar 5.27 Skema Jaringan Air Kotor ......................................................... 201
Gambar 5.28 Skema Jaringan Air Hujan ......................................................... 201
Gambar 5.29 Sistem Jaringan Komunikasi ..................................................... 202
Gambar 5.30 Analisa Gubahan Massa ........................................................... 203
Gambar 5.31 Penggunaan Material Kaca Pada Fasad ................................... 205
Gambar 5.32 Pergerakan Dalam Bangunan yang di Ekspos .......................... 206
xxiii
DAFTAR SKEMA
Skema 4.1 Struktur Organisasi City Planning Gallery .................................... 112
Skema 4.2 Sirkulasi Pengunjung .................................................................... 124
Skema 4.3 Sirkulasi Pengunjung Kelompok Ruang Utama ............................. 125
Skema 4.4 Sirkulasi Pengunjung Kelompok Ruang Penunjang ...................... 125
Skema 4.5 Sirkulasi Pengelola ....................................................................... 126
Skema 4.6 Hubungan Ruang Berdasarkan Kelompok Ruang ......................... 126
Skema 5.1 Sirkulasi Pengelola City Planning Gallery ..................................... 179
Skema 5.2 Sirkulasi Pengunjung City Planning Gallery .................................. 180
Skema 5.3 Hubungan Ruang City Planning Gallery ........................................ 181
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
1 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota merupakan hasil karya peradaban manusia, sejalan dengan
peradaban tersebut, kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sehingga menghasilkan suatu bentuk struktur kota yang ditemui sekarang.
Wujud perkembangan struktur kota, sebagaimana yang dikemukakan
Budihardjo (1996), pada hakekatnya merupakan jejak peradaban yang
ditampilkan sepanjang sejarah kota sebagaimana perwujudan proses yang
panjang, identitas tidak bisa diciptakan pada suatu saat saja (seketika)
seperti budaya dadakan, jadi perwujudan struktur suatu kota merupakan
manifestasi dari berbagai kegiatan masyarakat, sehingga kota
mencerminkan suatu bentuk simbol kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan
politik masyarakat.
Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang
mengalami perkembangan setelah pendudukan Kolonial Belanda tahun
1918. Terletak di pantai Utara Jawa Tengah tepatnya pada garis 6º 5’ - 7º
10’ Lintang Selatan dan 110º 35’ Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai
37.366.838 ha atau 373,7 km². Letak geografi Kota Semarang yang strategis
menjadikan Kota Semarang sebagai koridor pembangunan Jawa Tengah.
Sejarah perencanaan Kota Semarang dalam kurun waktu 1900-1970,
menurut Pratiwo (2004) merupakan bagian penting dari sejarah
perencanaan kota di Indonesia. Kota Semarang dijadikan kota yang menjadi
eksperimen perencanaan kota modern di Eropa.
Dalam perkembanganya dewasa ini Semarang tumbuh sebagai kota
besar di kawasan Provinsi Jawa Tengah yang menjadi tujuan urbanisasi
masyarakat desa di kawasan Jawa Tengah. Hal ini menyebabkan kepadatan
penduduk di Kota Semarang, sehingga banyak bukit-bukit yang dialih
fungsikan untuk area permukiman baru. Kondisi ini akan menyebabkan
munculnya masalah-masalah baru di kota Semarang dan sekitarnya.
Diantaranya adalah masalah banjir dan rob yang sampai saat ini belum
terpecahkan solusinya. Meskipun begitu, perkembangan Kota Semarang
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
2 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
yang merupakan Kota Metropolitan ke-5 di Indonesia dinilai terus maju
seiring dengan masalah-masalah yang ada.
Kemajuan yang ada di Kota Semarang dapat dilihat dengan terjadinya
peningkatan kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Semarang, pada tahun 2009 hingga 2014 terus mengalami
peningkatan baik dari jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisata sebanyak 1.633.042, pada tahun
2010 sebanyak 1.909.903, pada tahun 2011 sebanyak 2.100.923, pada
tahun 2012 sebanyak 2.712.442, pada tahun 2013 sebanyak 3.192.899 dan
pada tahun 2014 kunjungan wisata sebanyak 4.007.192. Meskipun jumlah
wisatawan terus mengalami peningkatan Kepala Disbudpar (Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata) Kota Semarang, Masdiana Safitri
(TribunJateng.com, 2017), mentargetkan kunjungan wisatawan
mancanegara pada tahun 2017 dapat meningkat lagi hingga mencapai 5 juta
kunjungan. Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Kota untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisata antara lain dengan lebih gencarnya
melakukan promosi wisata di Kota Semarang melalui sosial media serta
dengan membangkitkan kembali objek wisata agar kembali diminati
masyarakat hingga menggali dan menumbuhkan potensi wisata baru yang
ada di Kota Semarang. Menurut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
(merdeka.com, 2016), pada tahun 2017 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
juga lebih mendorong infrastruktur pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan
pembangunan Bandar Udara Ahmad Yani yang ditargetkan selesai pada
2018 sehingga akan membuka akses yang lebih luas lagi bagi para
wisatawan untuk mengunjungi objek – objek wisata di Semarang dan Jawa
Tengah.
Selain upaya pembenahan pada segi infrastruktur pariwisata,
Pemerintah Kota Semarang juga terus berbenah untuk mencari solusi dari
masalah – masalah yang ada di Kota yang semakin berkembang ini.
Berbagai upaya guna membangun Kota Metropolitan ke-5 di Indonesia ini
terus dilakukan seperti dengan dibentuknya RPJPD serta RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) tahun 2016 – 2021 yang
memprioritaskan arah pembangunan Kota menuju Semarang Hebat.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
3 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Beberapa lompatan besar menuju Semarang Hebat ini antara lain Kampung
Bahari di bagian utara, perluasan ruang terbuka hijau, pusat pertumbuhan
baru di bagian timur dan barat, terwujudnya transportasi massal, pembangkit
listrik tenaga sampah, mendukung bandara internasional, jalur tol
Semarang-Demak, Semarang-Solo, Semarang-Batang dalam lima tahun,
pengurangan rob dan banjir melalui normalisasi Banjir Kanal Timur dan
Polder serta penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.
Akan tetapi, hingga saat ini berbagai perencanaan pembangunan kota
yang ada di Semarang hanya bisa diketahui oleh beberapa orang yang
memang mempelajari keilmuan tentang kota atau masyarakat yang
membutuhkan informasi tentang perencanaan pembangunan kota saja,
melalui Bappeda Kota Semarang atau Dinas Tata Kota Semarang.
Kurangnya kesadaran masyarakat serta belum adanya wadah yang bersifat
transparan untuk mempelajari tentang Kota menyebabkan banyak
masyarakat awam yang tidak mengetahui bagaimana arah perencanaan dan
pengembangan pembangunan Kota Semarang yang akan datang. Maka dari
itu, Kota Semarang membutuhkan sebuah wadah yang menyajikan
perencanaan pembangunan Kota secara terbuka dan transparan kepada
masyarakat luas, sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk
mengetahui, mempelajari, serta menyampaikan aspirasi tentang
perencanaan pembangunan Kota Semarang agar terciptanya suatu
perencanaan kota yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang ada
berupa City Planning Gallery.
Selain sebagai wadah untuk menyajikan tentang perencanaan
pembangunan Kota Semarang, City Planning Gallery juga mewadahi
berbagai kekayaan latar belakang sejarah yang dimiliki Kota Semarang baik
yang terekam maupun tidak terekam. Sehingga City Planning Gallery bisa
dijadikan sebuah objek wisata baru di Kota Semarang yang dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat untuk mengetahui segala informasi
tentang Kota Semarang baik itu past, present ataupun future yang bersifat
transparan. Terkait dengan perencanaan City Planning Gallery di Semarang,
beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta telah memiliki gallery
serupa, dan yang paling baru berada di Bandung yang dikenal dengan nama
Bandung Planning Gallery. Sedangkan di luar negeri seperti Singapura juga
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
4 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
memiliki Singapore City Gallery URA Centre sebagai contoh perwujudan
galeri kota yang menghubungkan beragam komunitas, perencanaan jangka
panjang untuk kawasan negaranya, membuat ruang terbuka yang nyaman
dan hidup, serta dapat digunakan sebagai media promosi arsitektural dan
perencanaan perkotaan yang dimiliki.
Pada Bandung Planning Gallery serta Singapore City Gallery URA
Centre telah menggunakan teknologi digital dalam menyajikan karyanya,
sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung terhadap sebuah galeri,
karena selama ini galeri identik dengan suasana sunyi dan kekakuannya.
Maka dari itu, sebuah karya sejarah dan perencanaan kota yang ada di
dalam City Planning Gallery nantinya akan disajikan menggunakan teknologi
digital yang mendekatkan dan menyalurkan kreativitas berekspresi dari
pengguna yaitu “user experince” dengan memberikan pengalaman baru bagi
pengunjung di dalam City Planning Gallery dalam menikmati suatu karya.
Selain dengan penggunaan teknologi digital dalam penyajian karya, di dalam
City Planning Gallery juga dilengkapi dengan fasilitas untuk masyarakat
dapat belajar mengenai perencanaan kota melalui permainan digital yang
nantinya akan menambah daya tarik dari City Planning Gallery ini. Hal lain
yang direncanakan akan terdapat di City Planning Gallery adalah maket dari
Kota Semarang serta pengembangan Kota Semarang yang dapat dinikmati
oleh masyarakat luas.
Untuk mewujudkan rancangan City Planning Gallery sesuai dengan
tujuan, maka pendekatan teknologi tinggi akan digunakan. Teknologi tinggi
yang akan diterapkan di dalam City Planning Gallery ini dilakukan dengan
penggunaan teknologi – teknologi digital, antara lain dengan penggunaan
virtual reality, augmented reality serta multitouch screen. Selain digunakan
dalam penyajian karya, teknologi tinggi di dalam City Planning Gallery juga
digunakan untuk sistem kinerja di dalam bangunan. Building Automation
System (BAS) diterapkan untuk mempermudah pelayanan terhadap
aktivitas/kegiatan di dalam galeri. Selain dalam hal pelayanan, dengan
adanya BAS juga diharapkan dapat menjadikan bangunan City Planning
Gallery ini menjadi bangunan ramah lingkungan karena fungsi dari BAS
untuk meminimalkan penggunaan energi di dalam sebuah bangunan. Selain
untuk menjadikan City Planning Gallery sebagai bangunan ramah
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
5 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
lingkungan dan memiliki daya tarik dengan penggunaan teknologi tinggi, hal
lain yang mendasari penerapan teknologi tinggi di dalam bangunan ini
adalah agar tercapai sebuah galeri kota yang dapat mencerminkan kesan
future serta dapat mendukung konsep Smart City yang diterapkan di Kota
Semarang. Menurut Walikota Semarang, Hendrar Prihadi
(TribunJateng.com, 2017) penerapan konsep smart city di Kota Semarang
telah serius dikerjakan sejak tahun 2013. Wakil Walikota Semarang,
Hevearita Gunaryanti Rahayu (semarang.bisnis.com, 2016) mengatakan
bahwa konsep smart city ini dianggap penting karena pada era saat ini
teknologi menjadi alat bantu kebutuhan manusia. Sehingga dengan adanya
City Planning Gallery dengan pendekatan teknologi tinggi akan dapat
mengembangkan Kota Semarang dari segi pariwisata dan pelayanan publik.
1.2. Permasalahan
1.2.1. Permasalahan Umum
Bagaimana merencanakan dan merancang City Planning
Gallery sebagai sebuah wadah yang dapat memberikan segala
informasi di Kota Semarang dari dulu, kini hingga perencanaan ke
depannya (past – prenst – future), yang bersifat edukatif serta
rekreatif dengan pendekatan teknologi tinggi.
1.2.2. Permasalahan Khusus
Bagaimana menciptakan bangunan City Planning Gallery
dengan bentuk fasad yang menarik, sistem konstruksi yang tepat,
tanpa melupakan fungsi bangunan sebagai galeri kota, dan dapat
menunjang kegiatan dalam bangunan tersebut.
Bagaimana merancang dan memanfaatkan ruangan-ruangan
yang ada di City Planning Gallery baik pencahayaan, penghawaan,
hubungan antar fungsi kegiatan dengan fasilitas galeri yang
menggunakan teknologi tinggi dalam bangunan dan penanganan
agar terealisasi keamanan dan kenyamanan ruang bagi
penggunanya serta memberi sumbangan positif bagi ruang Kota
Semarang.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
6 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Terwujudnya landasan perencanaan dan perancangan City
Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi
Tinggi.
1.3.2. Sasaran
a. Terwujudnya pemahaman mengenai pengertian dan esensi
City Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan
Teknologi Tinggi
b. Terwujudnya konsep programatik dalam City Planning Gallery di
Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi
c. Terwujudnya konsep tata bentuk dan tata ruang yang eksporatif,
menarik dan fungsional di dalam City Planning Gallery di Kota
Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi
d. Terwujudnya konsep sustainable yang diterapkan pada City
Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan
Teknologi Tinggi
1.4. Manfaat
1.4.1. Subjektif
a. Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Proyek Akhir
Arsitektur sebagai penentu kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) pada
Jurusan Teknik Sipil Prodi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
UNNES.
b. Sebagai pedoman dalam penyusunan desain proyek akhir
arsitektur.
1.4.2. Objektif
a. Memberi masukan dan pengalaman dalam mengenal potensi
dan permasalahan yang ada di lapangan sehingga bisa menjadi
alternatif landasan perancangan City Planning Gallery di Kota
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
7 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi bagi
mahasiswa lain.
b. Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan menambah
wawasan pembaca pada umumnya dan mahasiswa arsitektur
pada khususnya yang akan mengajukan Proyek Akhir Arsitektur.
1.5. Lingkup Pembahasan
1.5.1. Ruang Lingkup Substansial
Lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan
dengan City Planning Gallery di Kota Semarang dengan titik berat
pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur,
sedangkan hal-hal diluar ke-arsitekturan yang mempengaruhi,
melatar belakangi dan mendasari faktor-faktor perencanaan akan di
batasi, dipertimbangkan dan diasumsikan tanpa dibahas secara
mendalam.
1.5.2. Ruang Lingkup Spasial
Perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota
Semarang.
1.6. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program
dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul City
Planning Gallery di Kota Semarang dengan Pendekatan Teknologi Tinggi
adalah metode deskriptif. Metode ini memaparkan, menguraikan dan
menjelaskan mengenai persyaratan desain dan ketentuan desain terhadap
perencanaan dan perancangan City Planning Gallery.
Berdasarkan persyaratan desain dan ketentuan desain inilah nantinya
akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan
dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari
hasil penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan batasan
dan juga anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan
City Planning Gallery di Kota Semarang.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
8 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang
digunakan dalam perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di
Kota Semarang sebagai landasan dalam Desain Grafis Arsitektur.
Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan
dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:
1.6.1. Data Primer
a. Observasi Lapangan
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi
dan tapak perencanaan dan perancangan City Planning Gallery
dan studi banding.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam
perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota
Semarang.
1.6.2. Data Sekunder
Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis
mengenai perencanaan dan perancangan City Planning Gallery,
serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan studi kasus
perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota
Semarang.
Berikut ini akan dibahas persyaratan desain dan ketentuan
desain yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan City
Planning Gallery.
a. Pemilihan Lokasi dan Tapak
Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak
dilakukan terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam penentuan suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai
perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota
Semarang, adapun data yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut:
1) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah
perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota
Semarang.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
9 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan
bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan
juga terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang
terhadap perencanaan dan perancangan sebuah City
Planning Gallery di Kota Semarang.
Setelah memperoleh data dari beberapa alternative tapak,
kemudian dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap
kriteria lokasi dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian
memberi scoring terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang
terpilih diambil dari nilai yang terbesar.
b. Program Ruang
Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan
pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta
kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi
kasus maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau
literatur perencanaan dan perancangan City Planning Gallery.
c. Penekanan Desain Arsitektur
Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur
dilakukan dengan observasi lapangan melalui studi banding
pada City Planning Gallery lain serta dengan standar literatur
yang mengenai perencanaan dan perancangan City Planning
Gallery kaitannya dengan persyaratan bangunan tersebut.
Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Aspek kontekstual pada lokasi dan tapak terpilih dengan
pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.
2) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan City
Planning Gallery. Setelah memperoleh data tersebut,
kemudian menganalisa antara data yang diperoleh dari studi
banding dengan standar perencanaan dan perancangan City
Planning Gallery sehingga akan diperoleh pendekatan
arsitektural yang akan digunakan.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
10 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
1.7. Keaslian Penulisan
Laporan perencanaan ini adalah laporan yang di fokuskan sebagai
panduan dalam perancangan desain City Planning Gallery sebagai wadah
presentasi tentang sejarah dan perencanaan kota yang bersifat past –
present - future. Laporan yang terkait dengan laporan ini adalah :
a. Yogyakarta City Gallery, 2012 (Oleh: Suciyhuma Armenda, TA
Universitas Islam Indonesia)
Perancangan Yogyakarta City Gallery adalah perancangan sebuah
wadah galeri berupa penataan ruang pameran perkembangan kota dan
ruang publik hijau melalui eksplorasi karakteristik elemen sumbu filosofis
Yogyakarta.
b. Bandung City Gallery, 2016 (Oleh: Tri Nugroho, TA Universitas Komputer
Indonesia)
Perancangan Bandung City Gallery adalah perancangan sebuah wadah
interaksi sosial pada ruang publik di pusat kota melalui sebuah galeri
interaktif yang mengadaptasi sejarah dan perkembangan Kota Bandung.
c. Banda Aceh City Gallery, 2013 (Oleh: Fahmi Aulia, TA Universitas Syiah
Kuala)
Banda Aceh City Gallery merupakan sebuah wadah komunikasi antara
pemerintah Kota Banda Aceh dalam rangka mengungkap ragam citra
Kota Banda Aceh terhadap masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui
informasi mengenai Kota Banda Aceh itu sendiri merangkup sejarah
hingga perencanaan ke depan.
1.8. Sistematika dan Pembahasan
Secara garis besar, sistematika dalam penyusun Landasan Program
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur City Planning Gallery di Kota
Semarang adalah :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang permasalahan, tujuan, manfaat, ruang
lingkup pembahasan, keaslian penulisan, sistematika dan
pembahasan serta alur pikir.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
11 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
BAB II. TINJAUAN UMUM
Berisi tentang uraian umum mengenai galeri, studi banding galeri,
tinjauan umum tentang teknologi tinggi serta contoh bangunan
dengan teknologi tinggi.
BAB III. TINJAUAN LOKASI
Membahas tentang gambaran umum pemilihan tapak berupa
data fisik dan non fisik, potensi dan kebijakan tata ruang
pemilihan tapak, gambaran khusus berupa data tentang batas
wilayah dan karakteristik tapak terpilih.
BAB IV. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Berisi penjelasan mengenai analisis pelaku, kegiatan, dan ruang.
Analisis pemilihan lokasi bangunan, analisis transformasi
karakter bangunan, utilitas serta analisis struktur dan konstruksi
yang terkait dengan pendekatan desain yang digunakan.
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan City
Planning Gallery yang ditarik berdasarkan analisis yang telah
dilakukan.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
12 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
1.9. Alur Pikir
1.7
1.8
co
Latar Belakang Aktualita
- Semarang memiliki keunikan sejarah perkembangan kota yang hampir terlupakan
- Belum adanya wadah berupa pusat informasi tentang sejarah dan perkembangan Kota Semarang yaitu City Planning Gallery
Urgensi Keberagaman informasi dan sejarah yang ada di Kota Semarang mengundang banyaknya wisatawan yang ingin mengetahuinya. Namun karena belum adanya wadah yang dapat memberikan informasi dengan baik dan transparan, maka diperlukan kehadiran City Planning Gallery di Kota Semarang yang menjadi wadah untuk menampilkan informasi mengenai sejarah dan perkembangan Kota Semarang.
Originalitas Diperlukan Perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota Semarang sebagai fasilitas presentasi mengenai perkembangan kota dengan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan menggunakan teknologi tinggi sehingga menampilkan kesan future serta dengan standarisasi yang sesuai.
Tujuan pembahasan
Mengadakan penyusunan data dan menganalisa potensi-potensi lingkungan untuk dijadikan landasan konseptual dan program dasar perencanaan dan perancangan City Planning Gallery di Kota Semarang sesuai dengan pedoman teknis yang ada. City Planning Gallery ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kota Semarang agar kebutuhan wadah yang menampilkan sejarah dan informasi kota terpenuhi dengan baik dan transparan.
Studi Pustaka :
- Tinjauan tentang Gallery
- Tinjauan Teknologi Tinggi
- Tinjaun Kota Semarang
Studi Lapangan
- Tinjauan Tapak Perencanaan
Analisis
Analisis antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan aspek fungsional ,kontekstual ,teknis dan kinerja program perencanaan dan citra (konsep) perancangan City Planning Gallery di Kota Semarang.
Konsep Dasar dan Program Perencanaan dan Perancangan City Planning Gallery di
Kota Semarang .
FEED B
AC
K
Studi Kasus
- Studi City Planning Gallery
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
13 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Gallery
2.1.1. Pengertian Gallery
Gallery berasal dari kata latin yaitu “galleria”, sebuah kata
benda yang bermakna sebuah ruang terbuka tanpa pintu yang
dibatasi dinding berbentuk U dan disangga tiang-tiang kantilever
yang berfungsi sebagai ruang pertemuan umum untuk berdiskusi
apa saja. Pengertian tersebut dapat ditarik sebagai pengertian
bahwa galeri adalah tempat/ruang yang digunakan sebagai
memamerkan karya dan budaya dalam bentuk dan penataan
secara estetis. Galeri bukan saja digunakan sebagai hiburan,
melainkan sebagai pengembang wawasan dan edukasi setiap
pengunjung.
Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau
bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya
seni (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1986). Lalu selain itu juga
memberi pelayanan dalam bidang seni baik itu konsultasi ataupun
workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam masyarakat.
Dalam Wikipedia, galeri adalah ruangan atau gedung tempat
memamerkan benda atau karya seni seperti: galeri foto, koleksi
lukisan, patung, dan lain-lain. Meskipun galeri sering dikaitkan
dengan ruangan yang disediakan untuk menampilkan karya-karya
seni rupa, namun galeri kadang-kadang digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan artistik, seperti: seni pertunjukkan,
konser musik, membaca puisi dan lain-lain.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
(2003), galeri adalah selasar atau tempat, dapat pula diartikan
sebagai tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional
karya seorang atau sekelompok seniman atau bisa juga
didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat untuk
memamerkan benda atau karya seni.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
14 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Sedangkan galeri pada awalnya merupakan bagian dari
museum yang berfungsi sebagai ruang pameran. Menurut Robillard
(1982), ruang publik pada museum dibagi menjadi 4 bagian:
a. Entrance hall
b. Jalur Sirkulasi
c. Galeri
d. Lounge (ruang duduk)
Dalam kamus Oxford (2005), galeri adalah:
a. Sebuah ruangan atau bangunan untuk menampilkan atau
menjual karya-karya seni.
b. Tempat yang menyediakan karya-karya foto-foto oleh
fotographer dan lukisan oleh seniman.
c. Ruang yang disediakan untuk tempat yang memproyeksikan
interior atau tema untuk penyanyi, musisi, penonton, gereja, alat-
alat musik, dan tempat untuk bermain film.
d. Sebuah ruangan untuk tempat teater dan menyediakan kursi-
kursi untuk penonton.
2.1.2. Jenis – Jenis Gallery
Menurut Rina Kumala Dewi (2010), jenis – jenis galeri dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Galeri di dalam museum
Galeri ini merupakan galeri khusus untuk memamerkan benda-
benda yang dianggap memiliki nilai sejarah ataupun kelangkaan.
b. Galeri Kontemporer
Galeri yang memiliki fungsi komersial dan dimiliki oleh
perorangan.
c. Vanity Gallery
Galeri seni artistik yang dapat diubah menjadi suatu kegiatan
didalamnya, seperti pendidikan dan pekerjaan.
d. Galeri Arsitektur
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
15 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di bidang arsitektur
yang memiliki perbedaan antara 4 jenis galeri menurut karakter
masing-masing.
e. Galeri Komersil
Galeri untuk mencari keuntungan, bisnis secara pribadi untuk
menjual hasil karya. Tidak berorientasi mencari keuntungan
kolektif dari pemerintah nasional atau lokal.
2.1.3. Fungsi Gallery
Galeri memiliki fungsi utama sebagai wadah / alat komunikasi
antara konsumen dengan produsen. Pihak produsen yang
dimaksud adalah para seniman sedangkan konsumen adalah
kolektor dan masyarakat. Fungsi galeri menurut Kakanwil
Perdagangan dalam Aditama (2011) antara lain :
a. Sebagai tempat promosi barang-barang seni.
b. Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman.
c. Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni
dan budaya dari seluruh Indonesia.
d. Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara
seniman dan pengelola.
e. Sebagai jembatan dalam rangka eksistensi pengembangan
kewirausahaan.
f. Sebagai salah satu obyek pengembangan pariwisata nasional.
2.1.4. Prinsip - Prinsip Perencanaan Gallery
a. Persyaratan Umum
Menurut Neufert (1996), ruang pamer pada galeri sebagai
tempat untuk memamerkan atau mendisplay karya seni harus
memenuhi beberapa hal yaitu: Terlindung dari kerusakan,
pencurian, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung
dan debu. Persyaratan umum tersebut antara lain :
1) Pencahayaan yang cukup
2) Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
16 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
3) Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat
dengan mudah
b. Pencahayaan pada Galeri
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun
2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif. Dengan adanya cahaya pada lingkungan ruang
dalam yang bertujuan menyinari berbagai bentuk elemen-
elemen yang ada di dalam ruang, sehingga ruangan menjadi
teramati dan dapat dirasakan suasana visualnya
(Honggowidjaja, 2003). Pencahayaan pada galeri memberikan
kontribusi yang besar tentang bagaimana menampilkan benda
yang dipamerkan agar lebih memiliki kekuatan dan menarik
sesuai tema yang ada, selain itu pencahayaan juga dapat
memberikan fokus yang lebih menonjol dibandingkan dengan
suasana galeri secara keseluruhan. Berdasarkan sumber dan
fungsinya pencahayaan dibagi menjadi :
1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang diperoleh dari
sinar matahari langsung dimana cahaya ini diperoleh pada
pagi hari hingga sore hari (Aditya, 2011). Pencahayaan alami
dapat diperoleh dengan membuat jendela atau ventilasi atau
bukaan-bukaan yang besar. Pencahayaan alami dapat
digunakan sebagai efek dari mendramatisir dan
menghidupkan desain dari sebuah bangunan. Beberapa
arsitek menggunakan pencahayaan alami sebagai bentuk
dari bangunan.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
17 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2) Pencahayaan Buatan (General Artificial Lighting)
Pencahayaan buatan merupakan salah satu sistem dimana
sumber yang dihasilkannya bersumber pada alat yang
diciptakan manusia, sebagai contoh lampu pijar, lilin, dan
cahaya lampu. Pencahayaan buatan diperlukan sebab tidak
sepenuhnya dapat bergantung dengan ketersediaan
pencahayaan alami (Satwiko, 2008).
c. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan memberikan kenyamanan thermal
bagi pengunjungnya. Kenyamanan fisik dapat dicapai pada
kondisi temperatur rata-rata 23°C. Akan tetapi temperatur
rendah lebih baik untuk koleksi yang dikonservasikan.
Temperatur 20°C sampai 21°C adalah jarak yang biasanya
direkomendasikan untuk ruang pameran yang digunakan untuk
umum. Sedangkan temperatur 15°C sampai 20°C
direkomendasikan bagi ruang penyimpanan koleksi. Pencapaian
kondisi kenyamanan ini tergantung dari banyaknya bukaan
jendela, kondisi lingkungan, jumlah manusia dan dimensi ruang.
Untuk mengatasinya dapat dicapai dengan banyaknya bukaan
jendela atau menggunakan penghawaan seperti Air Conditioner
atau Fan (J. Pamudji Suptandar, 1999).
Gambar 2. 1 Cahaya Alami pada Galeri
Sumber : Ernst Neufert, 2002
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
18 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
d. Tata Cara Display Koleksi Galeri
Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksi
menurut Patricia Tutt dan David Adler (1979), yaitu :
1) In show case
Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan
suatu tempat display berupa kotak tembus pandang yang
biasanya terbuat dari kaca. Selain untuk melindungi, kotak
tersebut terkadang berfungsi untuk memperjelas atau
memperkuat tema benda koleksi yang ada.
2) Free standing on the floor or plinth or supports
Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar
sehingga diperlukan suatu panggung atau pembuatan
ketinggian lantai sebagai batas dari display yang ada.
3) On wall or panels
Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya
seni 2 dimensi dan ditempatkan di dinding ruangan maupun
partisi yang dibentuk untuk membatasi ruang.
Menurut Susanto (2004) penataan dalam perancangan ruang
pamer yang baik terkait dengan beberapa hal yang harus
diperhatikan baik hasil karya 2 dimensi maupun 3 dimensi adalah
sebagai berikut:
No Perletakan Lukisan Keterangan Objek
1
Perletakan objek pamer semacam ini
dinamakan pola sejajar dimana perletakan ini memudahkan
pengunjung dalam melihat objek.
2
Perletakan objek pamer semacam ini
dinamakan pola berselang – seling dan menimbulkan
kesan tidak monoton.
Tabel 2. 1 Penataan Tata Letak Objek 2 Dimensi
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
19 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
3
Perletakan objek pamer yang lebih variatif sehingga menekan tingkat
jenuh pengunjung dalam eksplorasi
objek yang dipamerkan.
4
Perletakan objek pamer yang demikian
memunculkan titik fokus berada pada
tengah objek.
Tata Peletakan Penyajian Keterangan
Objek
Kotak dengan material kaca
Salah satu penyajian objek
karya tiga dimensi dengan menyimpannya dalam sebuah
kotak box, dengan maksud
bahwa objek tersebut tidak
boleh tersentuh tangan
Split level
Penyajian objek karya tiga
dimensi dengan menggunakan
trap – trap panggung
Sumber : Susanto, 2004
Tabel 2. 2 Penataan Tata Letak Objek 3 Dimensi
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
20 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Dengan di gantung
Penyajian objek
tiga dimensi yang demikian biasanya
dilakukan pada objek yang tidak dapat diletakkan dan berukuran cukup besar
sehingga hanya dapat digantung
Dengan disangga/penya
ngga
Penyajian objek
tiga dimensi dengan cara
disangga biasanya berlaku pada objek yang menggunakan material patung
dan gerabah
e. Elemen Interior
1) Elemen Lantai
Lantai merupakan elemen horizontal pembentuk ruang.
Menurut DK. Ching (1979), elemen horizontal suatu ruang
dapat dipertegas dengan cara meninggikan maupun
menurunkan bidang lantai dan lantai dasar. Dengan demikian
akan terbentuk kesatuan ruang dan kesatuan visual pada
ruang pamer akibat adanya penurunan dan peninggian
elemen lantai.
2) Elemen Dinding
Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap
bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai
struktur pemikul lantai diatas permukaan tanah, langit – langit
dan atap. Menjadi muka bangunan, memberi proteksi dan
privasi pada ruang interior yang dibentuknya. (D.K Ching,
1979). Tekstur dinding juga mempengaruhi jumlah cahaya
yang akan dipantulkan atau diserap. Dinding yang halus lebih
Sumber : Susanto, 2004
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
21 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
banyak memantulkan cahaya daripada dinding yang memiliki
tekstur yang cenderung mengaburkan cahaya yang menyinari
permukaannya. Demikian pula halnya, permukaan dinding
yang halus dan keras lebih banyak memantulkan suara ke
dalam ruang daripada dinding – dinding yang berpori dan
bertekstur lembut (D.K Ching, 1979).
3) Elemen Ceiling
Menurut Gardner (1960), langit-langit/ceiling yang sesuai
untuk ruang pamer (exibition hall) adalah langit-langit yang
sebagian dibiarkan terbuka untuk keperluan ekonomis dan
memberikan kemudahan untuk akses terhadap peralatan
yang digantung pada langit-langit/ceiling. Ceiling merupakan
faktor yang penting yang berfungsi sebagai tempat untuk
meletakan komponen yang terkait dengan pencahayaan.
f. Sirkulasi Ruang
Sirkulasi dalam galeri mengantarkan pengunjung untuk
memberikan kelayakan dalam memamerkan hasil karya.
Sirkulasi pergerakan jalur dalam suatu kegiatan ruang pameran
perlu dilakukan agar memberikan kenyamanan antara objek
dengan pengunjung. Menurut De Chiara dan Callender (1973),
tipe sirkulasi dalam suatu ruang yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Sequential Circulation
Sirkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui
dan benda seni yang dipamerkan satu persatu menurut ruang
pamer yang berbentuk ulir maupun memutar sampai akhirnya
kembali menuju pusat entrance area galeri.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
22 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2) Random Circulation
Sirkulasi yang memberikan kebebasan bagi para
pengunjungnya untuk dapat memilih jalur jalannya sendiri dan
tidak terikat pada suatu keadaan dan bentuk ruang tertentu
tanpa adanya batasan ruang atau dinding pemisah ruang.
3) Ring Circulation
Sirkulasi yang memiliki dua alternatif, penggunaannya lebih
aman karena memiliki dua rute yang berbeda untuk menuju
keluar suatu ruangan.
Gambar 2. 2 Pola Jalur Sequential Circulation
Sumber : De Chiara and Callender, 1973
Gambar 2.3 Pola Jalur Random Circulation
Sumber : De Chiara and Callender, 1973
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
23 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
4) Linear Bercabang
Sirkulasi pengunjung jelas dan tidak terganggu, pembagian
koleksi teratur dan jelas sehingga pengunjung bebas melihat
koleksi yang dipamerkan.
Menurut DK. Ching (2000), faktor yang berpengaruh dalam
sirkulasi eksterior maupun interior yaitu pencapaian, konfigurasi
jalur, hubungan jalur dan ruang, bentuk ruang sirkulasi. Dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pencapaian
Pencapaian merupakan jalur yang ditempuh untuk
mendekati/menuju bangunan.
Gambar 2. 4 Pola Jalur Ring Circulation
Sumber : De Chiara and Callender, 1973
Gambar 2. 5 Pola Jalur Linear Bercabang
Sumber : De Chiara and Callender, 1973
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
24 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Pencapaian Keterangan Gambar
Pencapaian langsung
Suatu pendekatan yang mengarah
langsung kesuatu tempat masuk,
melalui sebuah jalan lurus yang segaris dengan alur sumbu
bangunan
Pencapaian tersamar
Pendekatan yang samar meningkatkan efek perspektif pada
fasad depan dan bangunan
Pencapaian berputar
Jalur berputar memperpanjang
urutan pencapaian
2) Konfigurasi jalur
Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung
sampai titik pencapaian akhir.
No Jalur Keterangan Gambar
1 Linier Jalan lurus yang mengorganisir untuk sederet ruang-ruang
Sumber : D. K. Ching, 2000
Tabel 2. 4 Konfigurasi Jalur
Tabel 2. 3 Sirkulasi Pencapaian
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
25 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2 Radial Jalan lurus yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat
3 Spiral Jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah
4 Grid Dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan membentuk ruang segi empat
5 Jaringan Jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang
6 Komposit Kombinasi keseluruhan pola jalur
Sumber : D. K. Ching, 2000
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
26 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
3) Hubungan Jalur dan Ruang
Hubungan jalur dan ruang dapat difungsikan sebagai
fleksibilitas ruang-ruang yang kurang strategis.
No Hubungan
Jalur Keterangan Gambar
1 Melalui Ruang
• Kesatuan tiap ruang
• Konfigurasi jalan yang fleksibel
• Menghubungkan jalan dengan ruang
2 Menembus Ruang
• Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya
• Dapat menimbulkan ruang istirahat
3 Berakhir Dalam Ruang
• Lokasi ruang menentukan jalan
• Fungsional dan simbolis
4) Bentuk Ruang Sirkulasi
Bentuk ruang sirkulasi lebih mengutamakan pada interior
bangunan yang dapat menampung gerak pengunjung waktu
berkeliling, berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati
sesuatu yang dianggapnya menarik.
Tabel 2. 5 Hubungan Jalur dan Ruang
Sumber : D. K. Ching, 2000
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
27 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
No Ruang
Sirkulasi Keterangan Gambar
1 Tertutup Membentuk koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu masuk
2 Terbuka pada salah satu sisinya
Membentuk balkon yang memberikan kesan kontinuitas visual
3 Terbuka pada kedua sisinya
Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dan ruang yang ditembusnya
g. Jarak Display
Berikut merupakan standar jarak pengamat terhadap objek
dengan mengacu pada tinggi rata – rata manusia di Indonesia
yang sesuai dengan pandangan mata sehingga dapat mencakup
objek yang dilihat dalam posisi nyaman. Tentu suatu pameran
yang baik adalah pameran yang menampilkan objek pada sudut
pandang normal penglihatan manusia yang berkisar antara 27º
sampai 54º. Posisi atau tempat perletakan yang baik adalah
antara 30º – 60º pada ketinggian ruangan 6,70 meter dan 2,13
meter dan untuk karya seni panjangnya 3,04 – 3,65 cm maka
Tabel 2. 6 Ruang Pembentuk Sirkulasi
Sumber : D. K. Ching, 2000
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
28 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
pengunjung dapat melihat secara nyaman dengan penataan
yang demikian. (Neufert, 1996)
Gender Tinggi Rata –
Rata Pandangan Mata
Pria 165 cm 160 cm
Wanita 155 cm 150 cm
Anak - Anak 115 cm 110 cm
h. Sistem Keamanan
Sistem keamanan pada galeri harus dibuat sangat aman,
bukan hanya mengandalkan sistem aktif dari penjaganya dan
sistem keamanan digital, tapi juga dari segi desain dan tatanan
dari galeri itu sendiri. Semua aspek dari galeri harus didesain
Gambar 2. 6 Jarak Display
Sumber : Julius Panero dan Martin Zelnik, 2003
Tabel 2.7 Tinggi Rata – Rata Manusia
Sumber : Neufert, 1996
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
29 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
untuk menjaga keamanan dari koleksinya sendiri. Koleksi ini
harus dilindungi dari kerusakan, maling, dan basah.
Galeri ini harus memiliki satu pintu masuk dan pemisah
tipikal untuk pintu masuk pengelola (tergantung dari ukuran dari
galeri). Prioritas dari keamanan koleksi, dimana hal ini berbeda
dari standar keamanan bangunan. Lima zona keamanan yang
harus diamati adalah:
1) Zona #1: Keamanan Tertinggi - Tempat Penyimpanan Koleksi
2) Zona #2: Keamanan Tinggi – Koleksi yang tidak dapat
diakses publik
3) Zona #3: Keamanan Tinggi – Koleksi yang dapat diakses
publik
4) Zona #4: Aman – Bukan akses publik, tidak ada koleksi
5) Zona #5: Aman – Akses publik, tidak ada koleksi
2.2. Studi Kasus City Gallery
2.2.1. Singapore City Gallery
URA atau Urban Redevelopment Authority of Singapore.
URA (Urban Redevelopment Authority of Singapore) lebih dikenal
sebagai Singapore City Gallery, dimana di dalam bangunan
tersebut, pengunjung dapat melihat sejarah perkembangan negara
Singapura sejak berdiri hingga rencana yang akan datang. Di dalam
bangunan tersebut ada dua fungsi bangunan. Satu sebagai kantor
perencanaan wilayah dan pengembangan Singapura, yaitu Urban
Redevelopment Authority dan City Gallery. Area yang
diperuntukkan bagi publik adalah area City Gallery.
Singapore City Gallery merupakan satu-satunya galeri yang
menceritakan sejarah bangsa dan usaha perencanaan dari masa
lalu, masa kini hingga masa depan. Bangunan ini bermassa tunggal
dan tata letaknya berada di tengah kota dan dikelilingi jalan dengan
menggunakan style modern. Bagian depan atau area entrance
bangunan terdapat ruang yang digunakan untuk memamerkan
karya – karya mahasiswa arsitektur Singapura. Pada lantai 2
merupakan ruang yang menampilkan ribuan gambar dan foto yang
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
30 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
memaparkan tata kota kehidupan masyarakat jaman dulu hingga
sekarang. Lantai 3 terdapat ruang pamer yang memaparkan proses
transformasi negara Singapura dan juga dapat digunakan untuk
mempelajari konsep dan tata letak negara Singapura dengan media
buku sebagai alat paparan secara detail.
a. Jenis Ruang pada Singapore City Gallery
Terdapat 10 tematik area dan 50 audiovisual ruang pamer yang
atraktif pada galeri ini. Berikut tematik-tematik yang ada di
Singapore City Gallery:
1) Area 1 – Vibrant Cities
Di area ini pengunjung akan berada di sebuah ruangan
berbentuk lingkaran sehingga dapat melihat panorama visual
dalam 270º paparan berbagai kota.
2) Area 2 - Periods of Progress
Melalui area 2 yang berbentuk panjang ini dengan model
ramp. Sepanjang dinding dipasang perioda perubahan dari
kota nelayan menjadi kota kosmopolitan sekarang ini.
Gambar 2. 7 Aksonometri Denah Singapore City Gallery
Sumber : URA Brochure Eng, diakses 18 Juni 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
31 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
3) Area 3 – Conversations
Pada area ini pengunjung akan mendengarkan paparan
berbagai pihak atau stake holder. Karena semua pihak turut
andil dalam pembangunan Singapura.
4) Area 4 - Learning the Fundamentals
Pada area 4 pengunjung akan mendapat paparan mengenai
solusi negara Singapura untuk menjawab berbagai kebutuhan
penduduk yang terus meningkat secara virtual dan interaktif.
5) Area 5 - Planning Sustainability
Pada area ini pengunjung dapat mempelajari tentang strategi
perencanaan yang berbeda yang telah membantu
membentuk Singapura menjadi seperti sekarang ini.
6) Area 6 - Brush with History
Area 6 merupakan sebuah area sejarah negara Singapura
yang bisa pengunjung lihat.
7) Area 7 - Urban Design
Area ini memanjakan pengunjung dengan berbagai olahan
dan variasi model skyline.
8) Area 8 - Study Area
Di area ini disimpan berbagai model dan studi pendalaman
tentang desain kota Singapura secara detail dan mewah
dalam album-album foto berupa map besar.
9) Area 9 - Distinctive District
Area ini merupakan area main-main. Pengunjung boleh
memilih latar belakang dengan pilihan Bras Basah, Bugis,
Singapore River dan Marina Bay serta Orchard Road yang
terkenal. Sebuah kamera terpasang siap
mendokumentasikan pengunjung dan disediakan fasilitas
email, bila ingin foto diri dikirim via email.
10) Area 10 - Central Area Model
Area ini merupakan area yang paling menarik. Karena
pengunjung dapat melihat maket Singapura dalam ukuran
besar dan merupakan yang terbesar di dunia. Maket disini
dilengkapi dengan penjelasan melalui audio pada jam-jam
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
32 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
tertentu dan dilengkapi dengan permainan cahaya berupa
Light and Sound Show. Setelah puas mendengarkan paparan
tentang Singapura, pengunjung dapat turun kembali ke area
kedatangan semula kemudian dapat meninggalkan gedung
melalui pintu samping. Sebuah sculpture menawan diletakkan
tepat di depan pintu. Sehingga area keluar pun ditata
sedemikian rupa menjadi satu kesatuan dengan pedestrian.
b. Analisa Denah Singapore City Gallery
Pada gedung Urban Redevelopment Authority terdapat 5
lantai yaitu lantai 1 – 3 terdapat Singapore City Gallery
sedangkan pada lantai 4 terdapat pusat informasi dan pada
lantai 5 terdapat hall. Pada lantai 1 terdapat eksibisi temporer
dan model maket Singapura sebelum pembangunan. Pada lantai
2 terdapat eksibisi permanen dan maket Singapura setelah
pembangunan dan resepsionis City Galery. Lalu pada lantai 3
terdapat eksibisi permanen dan ruang virtualisasi pembangunan
Singapura.
Lobby utama pada gedung URA terdapat rencana awal
pembangunan Singapore dan karya karya siswa dalam
membuat siteplan dan masterplan Singapore. Pada lantai 2
terdapat maket besar yang merupakan replika dari negara
Singapura beserta bangunan – bangunannya. Maket yang
berwarna krem dan terbuat dari kayu merupakan bangunan yang
akan dibuat dan masih dalam tahap perencanaan. Pada lantai 3
terdapat Singapore City Gallery yang menampilkan sejarah
perkembangan negera Singapura per dekade, serta terdapat
informasi mengenai penemuan – penemuan teknologi
pembangunan di Singapura. Selain itu terdapat pula ruangan
simulasi perencanaan Singapura yang bisa diakses pengunjung
untuk turut serta mengatur pembangunan Singapura dalam
bentuk virtual.
c. Analisa Sirkulasi Singapore City Gallery
Sirkulasi pengunjung Singapore City Gallery dimulai dari
lantai dasar, dimana pengunjung dapat melihat karya – karya
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
33 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
mahasiswa arsitektur di Singapore serta terdapat eksibisi
temporer. Setelah itu, pengunjung dapat naik menuju lantai 1
menggunakan lift atau eskalator serta terdapat juga ramp yang
dapat digunakan oleh kaum difabel. Pada lantai 1 ini pengunjung
dapat merasakan sentuhan teknologi tinggi yang digunakan
pada bangunan Singapore City Gallery melalui ruang vibrant
cities.
Setelah berada di vibrant cities, para pengunjung diarahkan
menuju lantai 2 yang menampilkan sejarah perkembangan
negara Singapura per dekade serta informasi penemuan –
penemuan teknologi pembangunan Singapura. Pengunjung
diarahkan lagi menuju ruangan simulasi perencanaan singapura
dalam bentuk virtual. Dan setelah itu pengunjung menuju area
central area model, dimana terdapat maket Singapura dalam
ukuran besar. Singapore City Gallery ini memiliki pola sirkulasi
yang menerus. Kelebihan lain yang dimiliki Singapore City
Gallery adalah respon terhadap kaum difabel, dimana para
difabel dapat juga menikmati galeri ini dengan baik melalui
teknologi yang digunakannya. Teknologi ini dapat membantu
para difabel mengetahui sejarah perkembangan Singapura
melalui sound.
2.2.2. Kuala Lumpur City Gallery
Kuala Lumpur City Gallery merupakan bagian dari visi ARCH
dalam mempromosikan warisan negara dan budaya. Sementara
ARCH mempromosikan koleksi dan souvenir yang terbuat dari
veneer kayu, mereka juga menyajikan peta Kuala Lumpur yang
sangat diperlukan untuk mempelajari arsitektur dan warisan
budaya, dan semuanya sekarang terpusat di Kuala Lumpur City
Gallery. Kuala Lumpur City Gallery ini terletak tepat di kantong
sejarah Dataran Merdeka (Merdeka Square). Terletak di sebuah
bangunan tua yang berusia 114 tahun.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
34 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
a. Jenis Ruang pada Kuala Lumpur City Gallery
Adapun pembagian ruang dan fasilitas pada Kuala Lumpur City
Gallery ini di groundfloor dan lantai 1. Dan pada setiap lantai KL
City Gallery ini terdapat pula pembagian area-area tematik
diantaranya:
1) Information Center
Area ini terletak tepat pada entrance Kuala Lumpur City
Gallery. Pada area ini terdapat peta kota Kuala Lumpur
dengan ukuran sangat besar beserta penjelasan mengenai
lokasi-lokasi cagar budaya dan peninggalan sejarah
2) Memories of Kuala Lumpur
Pada area ini terdapat proses perjalanan sejarah Kota Kuala
Lumpur dari tahun ke tahun. Menampilkan foto, gambar dan
beberapa model maket.
3) ARCH Gift Shop
Merupakan pusat penjualan produk kerajinan tangan ARCH
dari bahan kayu yang sangat indah
4) The Making ARCH
Pengunjung dapat melihat langsung pembuatan kerajinan
tangan oleh pegawai ARCH. Dimana pengunjung juga bisa
mengcustom sesuai keinginan sendiri.
Gambar 2. 8 Kuala Lumpur City Gallery
Sumber : www.klcitygallery.com (Diakses 18 Juni 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
35 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5) Kuala Lumpur Tourist Departement
Merupakan sebuah galeri yang dikhususkan untuk para turis
yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang Kota Kuala
Lumpur dengan menyaksikan koleksi berupa benda seni yang
mengagumkan.
6) Kuala Lumpur City Model
Sebuah model kota yang sangat menakjubkan dengan detail
yang indah menampilkan Kota Kuala Lumpur dalam
pandangan mata burung yang dapat disaksikan langsung dari
mata pengunjung.
b. Analisa Denah Kuala Lumpur City Gallery
Bangunan Kuala Lumpur City Gallery terdiri dari 2 lantai
yaitu ground floor dan lantai 1. Pada area ground floor terdapat
area tourist information centre yang menyediakan brosur dan
buku referensi tentang tempat makan, tempat belanja, tempat
wisata dan rekomendasi lain untuk dijelajahi di Kuala Lumpur.
Terdapat juga area newseum on the history of kuala lumpur yang
menyajikan sejarah Kuala Lumpur yang ditampilkan melalui
cetakan dan foto, terdapat juga event space yang digunakan
ketika ada pameran. Selain itu terdapat area largest miniature of
dataran merdeka yang menyajikan maket Dataran Merdeka yang
merupakan sebuah warisan negara. Pada groundfloor juga
terdapat area ARCH kuala lumpur gift shop yang menyediakan
souvenir khas Kuala Lumpur yang dapat dibeli oleh para
Gambar 2. 9 Pembagian Ruang KL City Gallery
Sumber : www.klcitygallery.com/tour (Diakses 18 Juni 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
36 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
pengunjung. Terdapat pula DIY workshop dimana pengunjung
dapat belajar membuat souvenir serta area the making of ARCH
yang memberi kesempatan pengunjung melihat proses
pembuatan souvenir. Pada groundfloor terdapat pula coutyard
dan toilet.
Sedangkan di lantai 1 dimanfaatkan sebagai sebagai area
management office, the largest kuala lumpur city model, tourism
unit, kuala lumpur city hall.
c. Analisa Sirkulasi Kuala Lumpur City Gallery
Pada saat pengunjung memasuki Kuala Lumpur City Gallery
ruangan pertama yang dituju adalah tourist information centre.
Kemudiaan pengunjung diarahkan untuk menuju area newseum
on the history of KL. Setelah itu pengunjung dapat menikmati
sebuah miniatur kota Kuala Lumpur lengkap dengan gemerlap
lampu yang ada di area the spectacular city model show di lantai
1. Setelah berada di lantai 1 pengunjung akan kembali dibawa
turun menuju ground floor menuju area largest miniature of
Dataran Merdeka.
Sebelum mengakhiri kunjungan pengunjung akan dibawa
menuju area the making of ARCH dimana pengunjung dapat
melihat proses pembuatan souvenir yang diperjual belikan di
area ARCH Kuala Lumpur gift shop yang berada bersebelahan
dengan area the making of ARCH. Pengunjung juga dapat
berfoto di area largest Kuala Lumpur skyscrapers wood mural
sebelum mengakhiri kunjungan.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
37 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2.2.3. Hongkong City Gallery
Hongkong City Gallery merupakan galeri perencanaan dan
infrastruktur pertama di Hongkong. Tempat ini adalah tempat
pameran unik yang menampilkan proposal perencanaan utama dan
proyek infrastruktur Hongkong. Hal ini juga menunjukkan kepada
kita prospek pembangunan masa depan kota ini. Dalam rangka
menggambarkan pesona yang mempesona dan aset yang
berharga dari Hongkong, logo dari Hongkong City Gallery
mempunyai prinsip tentang ‘City Expression’ adalah untuk tampilan
yang dinamis, unik, dan mempunyai rasa pada garis-garis berwarna
hijau, sebagai ilustrasi gedung-gedung pencakar langit pada warna
silver, dan adegan refleksi cahaya malam yang spektakuler pada
Victoria Harbour terdapat pada bar warna rainbow. City Expression
bertujuan untuk menunjukkan pandangan kosmopolitan Hongkong
yang dicampur menjadi tempat yang harmonis dan isnpirasional.
Untuk mengalami perpaduan dari wajah sejarah dan metropolis
Hongkong, pasti pengunjung akan mengagumi semangat seni lokal,
kreatifitas dan energi di seluruh galeri.
a. Jenis Ruang pada Hongkong City Gallery
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Hongkong City Gallery antara
lain:
Gambar 2. 10 Hong Kong City Gallery
Sumber : http://www.citygallery.gov.hk/images/gallery/gallery-1/14.jpg (Diakses 10 September 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
38 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
1) Thematic Exhibition Area: untuk memberikan pameran lebih
menarik dan khusus bagi pengunjung, isi pameran tematik ini
diperbarui setiap 2 sampai 3 bulan.
2) Multi-purpose Hall: terletak di lantai 3 galeri, aula serba guna
ini memiliki kapasitas tempat duduk 180 yang fleksibel untuk
konferensi dan seminar
3) Meeting Room: ruang pertemuan di lantai tiga yang dilengkapi
untuk kegaiatan seminar, kursus dan lokakarya
4) Resource Center: terletak di lantai 4 galeri, Resource Center
memegang koleksi buku dan majalah yang berkaitan dengan
perencanaan dan infrastruktur
5) Loker: terletak di lantai dasar dan menyediakan gudang
penyimpanan sementara bagi visitor
6) Baby-care Room: terletak di lantai 4 yang dilengkapi dengan
meja ganti dan fasilitas mencuci
7) Barrier-free Acces and Facilities: galeri ini menyediakan
akses bebas hambatan bagi pengguna kursi roda di semua
tingkatan dengan lift.
b. Analisa Denah Hongkong City Gallery
1) Ground Floor
Gambar 2. 11 Groundfloor
Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017
Visitors Lockers
Great Worlds Cities
City Hall
Thematic Exhibition
Unique Hongkong
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
39 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Pada area groundfloor pengunjung yang datang harus
mendaftarkan kode QR di registration terminal atau
resepsionis. Setelah itu barulah pengunjung dapat memulai
kunjungan menuju City Hall Annex History yang memberikan
informasi tentang sejarah bangunan dan perubahan –
perubahan yang terjadi. Setelah itu terdapat great world cities
yang menyajikan pameran perbandingan Hongkong dengan
kota – kota lain di dunia yang juga memperhatikan dengan
pembangunan area, populasi dan gedung – gedung tinggi.
Pada groundfloor juga terdapat thematic exhibition yang
menampilkan pameran tema spesial secara berkala.
Topiknya biasanya memberikan informasi tambahan terkait
pameran permanen untuk meningkatkan keragamannya.
Selain itu, terdapat pula unique hongkong yang menyajikan
serangkaian video dan audio serta pengaturan khusus yang
merupakan area transisi dimana pengunjung akan
diperlihatkan bagaimana hongkong memiliki keunikan dalam
banyak hal. Pada lantai dasar tersedia tangga darurat,
eskalator, toilet, toilet untuk disabilitas, serta lift yang bisa
digunakan sebagai sirkulasi vertikal untuk kaum difabel dan
loker penyimpanan bagi pengunjung serta telefon umum.
2) 1st Floor
Gambar 2. 12 1st Floor
Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017
Protecting Our Heritage
Living Environment
Hongkong Next Century
Unique Hongkong
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
40 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Pada lantai 1 terdapat area living environment, protecting
our heritage, hongkong next century, serta unique hongkong.
Di area living environment pengunjung akan mendapatkan
informasi tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas
lingkungan hidup melalui penerapan pedoman perencanaan
dan implementasi strategi pembangunan. Pada area
protecting our heritage pengunjung dapat mengeksplorasi
teknik modern yang digunakan untuk mencatat data situs
heritage, pertimbangan dan klasifikasi situs heritage dan
lokasinya.
Selain ruangan tersebut, di lantai 1 terdapat juga tangga,
eskalator dan lift sebagai sirkulasi vertikal. Toilet umum dan
toilet khusus disabilitas serta tangga darurat juga tersedia
sebagai area servis di lantai 1 ini.
3) 2nd Floor
Pada lantai 2 terdapat beberapa area antara lain the
strategic picture yang memberikan penjelasan tentang
strategi perencanaan untuk masa depan Hongkong,
pertimbangan latar belakang, strategi fleksibel yang diajukan,
dan berbagai kebijakan yang terus ditinjau untuk memenuhi
Gambar 2. 13 2nd Floor
Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017
Sustainable Hongkong
Transportation & Communications
Strategic Infrastructure
Photo Booth
The Strategic Picture
Unique Hongkong
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
41 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
keadaan yang berubah. Area strategic infrastructure yang
menyajikan beberapa masalah dan tantangan yang dihadapi
dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur utilitas kota
adi Hongkong. Pada area transportation & communication
akan dijelaskan tentang jaringan transportasi saat ini dan
bagaimana infrastruktur transportasi masa depan. Pada area
sustainable Hongkong pengunjung dapat mempelajari lebih
lanjut tentang inisiatif keberlanjutan pemerintah dan
bagaimana masyarakat dapat membantu membuat
perubahan. Selain itu terdapat juga area photo booth yang
dapat digunakan pengunjung untuk mengabadikan memori
saat berkunjung ke Hongkong City Gallery.
Selain ruangan tersebut, di lantai 2 terdapat juga tangga,
eskalator dan lift sebagai sirkulasi vertikal. Toilet umum dan
toilet khusus disabilitas serta tangga darurat juga tersedia
sebagai area servis di lantai 2 ini.
4) 3rd Floor
Pada lantai 3 terdapat main show yang mencatat
perkembangan wilayah dari perspektif perencanaan,
infrastruktur dan koridor dengan tampilan interaktif dari
planning process dan informasi tentang pembentukan tanah
Gambar 2. 14 3rd Floor
Sumber : Gallery Guide, diakses 18 Juni 2017
Planning Process
Land Information
Main Show
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
42 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
serta pengembangan garis pantai serta skylines di area land
information. Area servis yang terdapat di lantai 3 antara lain
toilet umum, toilet khusus disabilitas, tangga darurat,
eskalator dan tangga untuk sirkulasi vertikal, serta lift yang
bisa digunakan oleh para difabel.
5) 4th Floor
Pada lantai 4 bangunan ini digunakan sebagai area
resource centre yang memegang koleksi buku dan majalah
yang berkaitan dengan perencanaan dan infrastruktur. Selain
itu, toilet umum, toilet khusus disabilitas, tangga darurat,
eskalator dan tangga untuk sirkulasi vertikal, juga terdapat di
lantai 4 ini. Lift yang bisa digunakan oleh para difabel serta
baby caring room terdapat juga di lantai 4.
Gambar 2. 15 4th Floor
Sumber : Gallery Giude, diakses 18 Juni 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
43 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
c. Sirkulasi Hongkong City Gallery
Sirkulasi pengunjung Hongkong City Gallery dimulai dari
entrance menuju reception counter. Setelah itu pengunjung
diarahkan menuju great world cities dan dilanjutkan unique
Hongkong. Setelah itu pengunjung akan dibawa menuju lantai 3
menuju main show (multi – purpose hall), planning process dan
dilanjutkan menuju area history (coastline and skyline).
Kemudian dilanjutkan menuju lantai 2 bangunan menuju unique
Hongkong – photo booth – strategic picture – strategic
infrastructure – transportation & communications dan diakhiri
menuju sustainable Hongkong sebelum dilanjutkan menuju
lantai 1. Pada lantai 1 pengunjung akan diarahkan menuju
unique hongkong – living environment – protecting our heritage
dan menuju lantai dasar. Pada lantai dasar pengunjung masih
diperlihatkan pameran yang ada di area thematic exhibition dan
Gambar 2. 16 Pola Sirkulasi Hong Kong City Gallery
Sumber : Gallery Guide Hongkong City Gallery, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
44 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
untuk mengakhiri kunjungan pengunjung akan dibawa menuju
area history wall.
2.3. Tinjauan Teknologi Tinggi
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis
yaitu “La Teknique” yang dapat diartikan dengan “semua proses yang
dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.
Sedangkan Harahap (1982) menjelaskan bahwa penggunaan kata teknologi
pada dasarnya mengacu pada sebuah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
tentang cara kerja di dalam bidang teknik, serta mengacu pula pada ilmu
pengetahuan yang digunakan dalam pabrik atau industri tertentu. Definisi ini
tentu saja sangat mengacu pada definisi praktis dari teknologi, yang banyak
ditemukan pada pabrik-pabrik dan juga industri tertentu. Seorang ilmuwan
lainnya, yaitu Ursula Franklin memberikan definisi atau pengertian dari
teknologi yang lainnya. Franklin (1989) mengatakan pendapatnya mengenai
teknologi sebagai suatu cara praktis yang menjelaskan mengenai cara kita
semua sebagai manusia membuat segala sesuatu yang berada di sekita sini.
Pengertian ini merujuk pada penggunaan teknologi yang merupakan seluruh
benda yang dibuat oleh manusia, dimana setiap orang bisa saja membuat
dan juga mengembangkannya apabila mempelajarinya dengan baik dan
dapat menerapkannya secara praktis. Menurut Khalil (2000) teknologi
merupakan semua pengetahuan, produk, proses, alat, metode dan sistem
yang digunakan dalam penciptaan barang atau dalam membelikan
pelayanan. Terdapat 3 macam klasifikasinya yaitu :
a. New Technology (Teknologi Baru)
New technology merupakan suatu teknologi yang baru atau
menerapkan sesuatu yang baru dan dikenalkan pertama kali dalam
situasi baru kepada masyarakat. Teknologi tersebut tidak harus baru
kepada dunia, teknologi tersebut bisa saja menjadi pengembangan tahun
lalu dan digunakan orang lain. Jika teknologi baru diperkenalkan untuk
pertama kali dalam situasi baru, maka itu bisa disebut teknologi baru.
b. Emerging Technology
Emerging technology merupakan teknologi pengembangan, artinya
mengembangkan teknologi yang sudah ada sebelumnya yang
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
45 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
diperkirakan berpotensi sangat bermanfaat. Biasanya dilandasi
perubahan filosofi/konsep atau pendekatan yang berbeda dari teknologi
sebelumnya.
c. High Technology
High Technology atau teknologi tinggi adalah suatu teknologi
dimana teknologi ini belum ada yang dapat menandinginya. Sedangkan
pengertian High Technology secara etimologis (tata bahasa), menurut
kamus bahasa inggris adalah :
High : untuk menunjukan sesuatu yang tinggi/maju
Technology : sesuatu yang menggunakan ilmu pengetahuan untuk
memudahkan dalam melakukan pekerjaan.
Menurut Colin Davies, 1998 dalam bukunya High Tech Architecture,
pengertian Hi - Tech dalam arsitektur berbeda dengan high tech dalam
industri. Arsitektur high tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang
bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar –
besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Menurut Charles
Jenks dalam buku High Tech Maniera, elemen servis dan struktur pada
suatu bangunan high tech hampir selalu diperlihatkan di eksterironya
sebagai ornamen dan ukiran. Bangunan high tech juga diperlihatkan
dengan menggunakan kaca buram maupun transparan, pemipaan yang
saling tumpang tindih, tangga, escalator dan lift juga warna – warna cerah
yang bertujuan membedakan fungsi masing – masing elemen struktur
dan servis. Arsitektur hi - tech merupakan suatu “ kejujuran “ yang
menyatakan dengan jelas fungsi elemen bangunannya. Perkembangan
lebih lanjut, arsitektur berteknologi tinggi bukan saja tercermin dari
struktur bangunan tetapi juga pada sistem utilitas bangunan sehingga
muncul istilah smart building dengan karakter Hi -Tech Architecture.
Dalam tulisannya Charles Jenks mengenai arsitektur High-tech,
“The Battle of High-tech, Great Building with Great Fault”. Charles Jenks
juga menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yang intinya sebagai
berikut:
1) Inside out
Pada bangunan hi-tech, struktur, area servis dan utilitas dari suatu
bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
46 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
bentuk ornamen ataupun sclupture dengan penggunaan material
penutup yang transparan, seperti kaca.
2) Celebration of process
Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya sehingga
muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang
ilmuwan.
3) Transparan, pelapisan dan pergerakan
Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara jelas
tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang transparan
dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran, tangga dan
struktur, serta penekanan pada escalator dan lift sebagai suatu unsur
yang bergerak merupakan karateristik dari bangunan high-tech.
4) Pewarnaan yang cerah dan merata
Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai
jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para teknisi dalam
membedakannya dan memahami penggunaannya secara efektif.
5) A light weight filigree of tensile members
Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari bangunan hi-
tech, sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat mereka
lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya pada
struktur.
6) Optimistic confidence in a scientific cultural
Bangunan hi-tech dapat mewakili kebudayaan/peradaban masa depan
yang serba scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa dipakai dan
tidak ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode
kerja, perlakuan pada material, warna-warna dan pendapatan,
dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi.
Terdapat beberapa hal yang mendasari keterkaitan pendekatan
teknologi tinggi dengan sebuah bangunan galeri antara lain:
1) Tuntutan sebuah galeri untuk menghilangkan kesan sunyi dan
kekakuannya sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat
terhadap sebuah galeri. Hal ini pendekatan teknologi tinggi dapat
menjadi solusinya, karena dalam high technology menuntut inovasi-
inovasi yang modern dan canggih.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
47 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2) Tuntutan sebuah galeri untuk memberikan kemudahan pelayanan
terhadap aktivitas/kegiatan di dalam galeri yang menuntut adanya
inovasi baru dengan sistem yang otomatis, efisiensi service, serta
memberi pengalaman baru bagi pengguna.
Untuk itu, beberapa bentuk teknologi tinggi yang dapat menjadi solusinya
antara lain:
2.3.1. Building Automation System
Sistem automatik pada gedung atau dikenal dengan BAS
(Building Automation System) adalah suatu sistem pengendalian
dan pemantauan yang terpusat dari seluruh peralatan mekanikal
dan elektrikal yang terdapat di suatu gedung. BAS terdiri dari
beberapa Direct Digital Control (DDC) yang mempunyai input dan
output baik secara analog ataupun digital. Input dan output tersebut
berguna sebagai indikator untuk mengetahui status dari perangkat
yang akan dikontrol. (Yamatake, 2006)
BAS juga biasa disebut sebagai Energy Management and
Control System (EMCS). BAS dalam suatu gedung merupakan
suatu sistem yang dapat mengatur penggunaan energi sesuai atau
sebatas yang dibutuhkan tanpa mengurangi fungsi peralatan yang
dipakai dan meningkatkan kemampuan melakukan manajemen
energi suatu gedung.
Untuk beberapa macam bangunan, Building Automation
System adalah sebuah solusi untuk mengatur, mengontrol dan
mengotomatisasi perlengkapan dan fungsi dari gedung tersebut,
termasuk Heating Ventilating and Air Conditioning (HVAC), Thermal
Source, peralatan listrik dan sanitasi, penerangan, elevator,
keamanan, kebakaran dan kenyamanan gedung.
DDC atau Direct Digital Control, adalah jantung dari BAS. DDC
mengukur kondisi lingkungan dan membandingkannya dengan
pengaturan yang diinginkan (setpoints). DDC mengkalkulasi respon
yang pantas ketika keduanya tidak sama, dan memberikan sinyal
untuk mengkontrol dan mengoreksi perbedaan tersebut. Fungsi dari
Building Automation Systems (BAS) ini antara lain:
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
48 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
a. mengoptimasi start-up dan performansi dari peralatan HVAC dan
sistem alarm. BAS menambah dalam jumlah besar interaksi dari
mekanikal subsistem dalam gedung
b. meningkatkan kenyamanan pemilik
c. minimasi energi yang digunakan
d. menyediakan off-site kontrol gedung
e. BAS berbasis kontrol komputer untuk mengkoordinasi,
mengorganisasi, dan mengoptimasi kontrol subsistem pada
gedung seperti keamanan, kebakaran/keselamatan, elevator,
dan lain-lain.
Sistem BAS memiliki tipologi, yaitu jaringan otomatis gedung
terdiri dari primary dan secondary bus yang terdiri dari
Programmable Logic Controllers, input / output dan sebuah user
interface (human interface device). Primary dan secondary bus
dapat berupa kabel fiber optik, ethernet, ARCNET, RS-232, RS-485
atau wireless network. Controller digunakan dengan software yang
akan bekerja dengan standar BACnet, LanTalk, dan ASHRAE. Input
dan output berupa analog dan digital (binary). Input analog
digunakan untuk membaca pengukuran variabel. Input digital
mengindikasikan apabila device menyala atau tidak. Output analog
mengontrol kecepatan atau posisi dari peralatan, seperti variable
frequency drive, sebuah I-P transducer, atau sebuah aktuator.
Gambar 2. 17 Building Automation System
Sumber : http://arminmartajasa.blogspot.com/2015/10/smart-building-adalah.html (Diakses 1 Juli 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
49 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Output digital digunakan untuk membuka dan menutup relay dan
switch. Bagian dari sistem BAS ini diantaranya adalah:
a. Controller
Merupakan sebuah computer yang dibuat dengan tujuan
tertentu, wujudnya kecil, mempunyai kemampuan input dan
output. Input mempersilakan controller untuk mengirimkan
perintah dan sinyal control ke alat-alat bawahannya, dan kepada
bagian dari sistem. Input dan output dapat berupa digital atau
analog. Pada kontroler terdapat 3 kategori:
1) Programmable Logic Controllers (PLCs)
2) System/Network Controllers
3) Terminal Unit Controllers;
Walaupun dibagi menjadi 3, sebuah alat tambahan juga
dapat dihadirkan dalam rangka mengintegrasikan 3rd party
system (contoh. Sistem AC yang berdiri sendiri) menjadi BAS
sentral.
b. Occupancy Sensor
Merupakan satu dari dua atau lebih modul operasi untuk
BAS. Mode umumnya adalah takterpakai (unoccupied),
pemanasan pagi (morning warmup) dan pengaturan malam hari
(night-time setback). Occupancy biasanya berbasis waktu dari
jadwal harian. Dalam mode Occupancy, BAS berusaha
menyediakan iklim yang nyaman dan penerangan yang pas,
biasanya dalam control berbasis zona sehingga pengguna
dalam suatu bagian bangunan dapat thermostat berbeda.
c. Lighting
Lighting dapat dinyalakan maupun dimatikan dengan
Building Automation System berdasarkan waktu harian, atau
pengatur waktu dan sensor. Contoh sederhana sistem tersebut
adalah menyalanya lampu pada suatu ruangan setelah setengah
jam orang terakhir keluar dari ruangan tersebut.
d. Air Handler – HVAC
Kebanyakan pengontrol udara mencampur kembali ke
udara luar sehingga hanya sedikit temperatur dan kelembaban
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
50 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
dibutuhkan. Didapatkan penghematan uang dengan
menggunakan air yang kurang dingin atau kurang panas (tidak
semua AHU menggunakan sirkuit air dingin/panas). Udara luar
tetap dibutuhkan untuk menjaga kesegaran/kesehatan udara
dalam bangunan.
1) Constant volume air-handling units(CAV)
Tata udara yang kurang efisien. Kipas pada CAV tidak
mempunyai control kecepatan yang bervariasi. Sebaliknya,
CAV menggunakan suplai air untuk menjaga temperature
dalam ruang bangunan.
2) Variable volume air-handling units(VAV)
Tata udara yang lebih efisien. VAV menyuplai udara
bertekanan ke kotak VAV, biasanya 1 box per area/ per ruang.
Tata udara VAV dapat mengubah tekanan ke kotak VAV
dengan cara mengubah kecepatan kipas. Setiap kotak VAV
mensuplai air ke ruangan kecil seperti kantor. Memiliki katup
yang dapat membuka dan menutup, mengeluarkan udara
yang dibutuhkan sesuai permintaan.
e. Central Plant
Dibutuhkan untuk mensuplai air bagi sistem tata udara.
Dapat mensuplai sistem air dingin, sistem air panas, dan sistem
air condenser, juga tranformasi dan aucilliary power unit bagi
emergency power.
1) Chilled water system
Biasa digunakan untuk menginginkan udara bangunan dan
peralatan bangunan.
2) Condenser water system
Menggunakan menara pendingin dan pompa digunakan
untuk menyuplai condenser dingin dengan air ke pendingin.
3) Hot water system
Menyuplai panas ke unit tata udara atau kotak VAV, bersama
dengan pemanas air domestic (calorifier).
f. Alarms and Security
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
51 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Banyak BAS yang mempunyai alarm. Jika sebuah alarm
dideteksi, alarm tersebut dapat di program untuk memberitahu
seseorang. Pemberitahuan dapat melalui computer, pager,
telepon selular, dan alarm yang berbunyi.
1) Alarm temperature yang umum antara lain: ruang, suplai
udara, suplai air panas dan dingin.
2) Switch pembedaan tekanan dapat diletakan di filter untuk
menentukan kebersihan.
3) Umumnya alarm status. Ketika sebuah alat mekanik seperti
pompa diminta untuk mulai, dan status inpur mengindikasikan
OFF. Hal ini dapat mengindikasikan kegagalan mekanikal.
4) Mengindikasikan terbuka atau tertutupnya katup.
5) Sensor karbon monoksida dan karbon dioksida dapat
digunakan untuk mengalarm ketika kadarnya terlalu tinggi.
6) Sensor refrigerant dapat digunakan untuk mengindikasi
adanya kebocoran refrigerant.
7) Sensor arus dapat digunakan untuk mendeteksi keadaan arus
rendah dikarenakan fan belts yang salah, atau pompa yang
macet.
Sistem sekuritas dapat di lokasikan dalam BAS. Jika sensor
occupancy sedang menyala, maka dapat digunakan sebagai
alarm pencuri. Sistem alarm api dan asap dapat menggunakan
kabel untuk mengambil alih BA. Contoh: jika alarm asap
teraktivasi, maka segala saluran udara luar akan ditutup untuk
mencegah masuknya udara dari luar ke dalam bangunan dan
sistem yang lelah dapat di isolasi.
g. Room Automation
Adalah sebuah subset BA dengan tujuan yang hampir sama.
Merupakan sebuah konsolidasi dari satu atau lebih sistem
dibawah control sentralisasi, walaupun dalam kasus ini adalah
sebuah ruangan. Contoh umum dari room automation adalah
boardroom perusahaan, ruang presentasi, hall seminar, dimana
operasi sebagian besar alat-alat ditaruh dalam satu ruangan
tersendiri.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
52 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
h. Video Audio System
Perlengkapan audio dan visual dilengkapi dengan tools high
– tech seperti peredam suara elektronik agar mampu mengatasi
masalah gema dan gaung suara dalam ruang secara smart.
2.3.2. Virtual Reality
Virtual Reality (VR) atau realitas maya adalah teknologi yang
membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan
yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated
environment), suatu lingkungan sebenarnya yang ditiru atau benar-
benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam imaginasi (Sihite,
2013). Konsep VR mengacu pada sistem prinsip-prinsip, metode
dan teknik yang digunakan untuk merancang dan menciptakan
produk-produk perangkat lunak untuk digunakan oleh bantuan dari
beberapa sistem komputer multimedia dengan sistem perangkat
khusus (Lacrama, 2007).
Lingkungan realitas maya terkini umumnya menyajikan
pengalaman visual, yang ditampilkan pada sebuah layar komputer
atau melalui sebuah penampil stereokopik, tapi beberapa simulasi
mengikut sertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti
suara melalui speaker atau headphone. Beberapa sistem haptic
canggih sekarang meliputi informasi sentuh, biasanya dikenal
Gambar 2. 18 Virtual Reality
Sumber : oketekno.com/wp-content/uploads/2017/07/VR-AR.jpg (Diakses 10 Juli 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
53 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
sebagai umpan balik kekuatan pada aplikasi berjudi dan medis
(Sihite, 2013).
Para pemakai dapat saling berhubungan dengan suatu
lingkungan sebetulnya atau sebuah artifak maya baik melalui
penggunaan alat masukan baku seperti keyboard dan mouse, atau
melalui alat multimodal seperti sarung tangan terkabel, Polhemus
boom arm, dan ban jalan segala arah. Lingkungan yang ditirukan
dapat menjadi mirip dengan dunia nyata.
Untuk memunculkan sensasi nyata dari virtual reality
diperlukan perangkat pendukung berupa helm, walker, headset, suit
dan sarung tangan (glove). Perangkat-perangkat tersebut bertujuan
untuk melibatkan sebanyak mungkin indra yang dimiliki manusia.
Tentunya dengan banyak indra yang terlibat dalam virtual reality
akan berbanding lurus dengan tingkat sensasi nyata dari dunia
virtual yang dimunculkan. Paling tidak dibutuhkan sebuah headset
(yang dipasangkan smartphone yang mendukung VR) untuk bisa
merasakan sensasi virtual reality. Ada 4 elemen penting dalam
virtual reality. Adapun 4 elemen itu adalah sebagai berikut:
a. Virtual world, sebuah konten yang menciptakan dunia virtual
dalam bentuk screenplay maupun script
Gambar 2. 19 Virtual Reality CAD
Sumber : https://www.astcad.com.au/virtual-reality-and-future-of-cad-design/ (Diakses 10 Juli 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
54 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. Immersion, sebuah sensasi yang membawa pengguna teknologi
virtual reality merasakan ada di sebuah lingkungan nyata yang
padahal fiktif. Immersion dibagi dalam 3 jenis, yakni:
1) Mental immersion, membuat mental penggunanya merasa
seperti berada di dalam lingkungan nyata
2) Physical immersion, membuat fisik penggunanya merasakan
suasana di sekitar lingkungan yang diciptakan oleh virtual
reality tersebut
3) Mentally immersed, memberikan sensasi kepada
penggunanya untuk larut dalam lingkungan yang dihasilkan
virtual reality
c. Sensory feedback berfungsi untuk menyampaikan informasi dari
virtual world ke indera penggunanya. Elemen ini mencakup
visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan sentuhan
d. Interactivity yang bertugas untuk merespon aksi dari pengguna,
sehingga pengguna dapat berinteraksi langsung dalam medan
fiktif atau virtual world
2.3.3. Augmented Reality
Augmented Reality (AR) mirip dengan VR dalam arti bahwa
keduanya menggunakan data yang dihasilkan komputer secara
virtual. Virtual Reality mencoba untuk menghasilkan lingkungan
yang lengkap, simulasi atau kondisi sintetis, yang mengelilingi atau
menenggelamkan subjek. AR berbeda dari realitas virtual yang
tidak mencoba untuk memblokir lingkungan nyata sekitarnya dari
pengguna. Sebaliknya tujuannya adalah untuk meningkatkan
kondisi lingkungan bagi tujuan tertentu (Mikko Sairio, 2001).
"Augmented Reality enhances a user's perception of and interaction
with the real world. The virtual objects display information that the
user cannot directly detect with his own senses. The information
conveyed by the virtual objects helps a user perform real-world
tasks" (Azuma, 2001).
Teknologi Augmented Reality merupakan salah satu terobosan
yang digunakan pada akhir-akhir ini dibidang interaksi. Penggunaan
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
55 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
teknologi ini akan sangat membantu dalam menyampaikan suatu
informasi kepada pengguna. Prinsipnya secara umum masih sama
dengan virtual reality, yaitu bersifat interaktif, immersion, realtime,
dan objek virtual biasanya berbentuk 3 dimensi. Namun kebalikan
dari virtual reality yang menggabungkan objek nyata (user) kedalam
lingkungan virtual, augmented reality menggabungkan objek virtual
pada lingkungan nyata. “Kelebihan utama dari Augmented reality
dibandingkan virtual reality adalah pengembangannya yang lebih
mudah dan murah”. (Nur Fajri Azhar, 2011)
Dalam teknologi Augmented Reality ada tiga karakteristik yang
menjadi dasar diantaranya adalah kombinasi pada dunia nyata dan
virtual, interaksi yang berjalan secara real-time, dan karakteristik
terakhir adalah bentuk obyek yang berupa model 3 dimensi atau
3D. Bentuk data kontekstual dalam sistem Augmented Reality ini
dapat berupa data lokasi, audio, video ataupun dalam bentuk data
model 3D. ( Sony Sulistyo Hadi, 2013)
Dalam penggunaan teknologi augmented reality ini bertujuan
untuk menambahkan informasi dan pengalaman pada dunia nyata
yang akan di proses oleh sistem augmented reality dengan didasari
aktifitas dunia nyata agar pemahaman pengguna teknologi ini
menjadi lebih jelas (Galih & Farid, 2011). Pada umumnya
Augmented Reality membutuhkan alat masukkan (input device)
seperti kamera atau webcam, alat keluaran (output device) seperti
Gambar 2. 20 Augmented Reality
Sumber : www.jochensackmann.de/JocBlog/2012/03/15/augmented-reality-exponat (Diakses 10 Juli 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
56 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
monitor atau Head Mounted Display (HMD), alat pelacak (tracker)
agar benda maya tambahan berupa penanda (marker) yang
dihasilkan berjalan secara real-time atau mungkin interaktif
walaupun benda nyata yang menjadi induknya digeser-geser, dan
komputer untuk menjalankan program AR.
Augmented Reality bekerja berdasarkan deteksi citra, dan citra
yang digunakan adalah marker. Prinsip kerjanya adalah kamera
yang telah dikalibrasi akan mendeteksi marker yang diberikan,
kemudian setelah mengenali dan menandai pola marker, webcam
akan melakukan perhitungan apakah marker sesuai dengan
database yang dimiliki. Bila tidak, maka informasi marker tidak akan
diolah, tetapi bila sesuai maka informasi marker akan digunakan
untuk me-render dan menampilkan objek 3D atau animasi yang
telah dibuat sebelumnya.
2.3.4. Multitouch Screen
MultiTouch Screen atau layar multi sentuh adalah
pengembangan dari teknologi layar sentuh yang sudah ada. Dari
arti kata “multi” yang berarti banyak, sudah terlihat bahwa
keunggulan layar sentuh ini dapat disentuh oleh lebih dari satu jari.
Dalam komputasi, multi-touch mengacu pada (trackpad atau
touchscreen) kemampuan permukaan sentuh penginderaan untuk
mengenali adanya dua atau lebih titik kontak dengan permukaan.
Gambar 2. 21 Augmented Reality di Arsitektur
Sumber : https://www.inition.co.uk/case_study/drees-sommer-building-information-modelling/ (Diakses 10 Juli 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
57 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Layar multi sentuh ini mampu disentuh oleh puluhan jari dari
orang yang berbeda-beda secara bersamaan. Multi touch screen
merupakan monitor yang dapat menangkap lebih dari 1 titik
koordinat yang bisa memberikan action kepada aplikasi program.
Teknologi ini telah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan IT
besar di dunia, seperti Apple, Microsoft, Google, dll. Layar multi
sentuh ini dapat digunakan untuk membesarkan, mengecilkan,
mengubah posisi, dan memindahkan posisi objek pada layar
monitor seperti foto atau games. Layar multi sentuh ini biasa
digunakan pada handphone, komputer, MP3 player, dan
sebagainya.
Screen yang mendukung layar multi sentuh salah satunya
adalah capacitive screen. Device dengan capacitive screen tidak
bekerja dengan ditekan, screen jenis ini mengandalkan sensor
Gambar 2. 22 Multi Touch Screen
Sumber : www.tested.com/tech (Diakses 10 Juli 2017)
Gambar 2. 23 Standing Multi Touch Screen
Sumber : http://www.allse-tech.com/images (Diakses 10 Juli 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
58 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
electrode konduktor, seperti jari tangan kita. Layar capacitive ini
tetap bagus dilihat dibawah sinar matahari. Cukup dengan sentuhan
ringan langsung dapat mengaktifkan screen. Capacitive screen ini
tidak berpengaruh jika kondisi layar kotor.
2.4. Studi Kasus Bangunan Teknologi Tinggi
2.4.1. Pompidou Centre
Pompidou Centre yang berada di jantung kota Paris, Perancis
ini didesain oleh Richard Rogers dan Renzo Piano dengan
menggabungkan seni desain teknik dan industri. Bangunan ini
mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai museum seni
modern , perpustakaan referensi, pusat desain industri dan pusat
penelitian musik, akustik dan audio visual. Pompidou Centre dapat
dikatakan sebagai bangunan yang bergaya Arsitektur Modern High-
Tech karena bangunan tersebut dapat memenuhi 4 dari 6 kriteria
bangunan High-Tech menurut versi Charles Jenks, yaitu:
a. Inside Out
Rogers dan Piano mengekspose alat – alat pelayanan dari
Pompidou Centre seperti lift, eskalator dan pipa -pipa saluran
utilitas yang juga berfungsi sebagai ornamen.
Gambar 2. 24 Fasad Pompidou Centre
Sumber : https://www.archdaily.com/ (Diakses 30 November 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
59 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. Menggunakan material kaca
Hampir seluruh dinding bagian luar bangunan merupakan kaca,
sehingga bangunan ini sangat maksimal menerima daylight dan
dapat mengekspos interiornya.
c. Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom
Bangunan transparan ini dihiasi warna-warna cerah dari pipa-
pipa yang berwarna putih dan kuning, dan tangga yang berwarna
merah yang memberi kesan ceria pada bangunan.
d. Menggunakan struktur baja atau kabel baja pada struktur utama
dan struktur atap.
Gambar 2. 25 Eskalator dan Pipa Utilitas pada Fasad Bangunan
Sumber : https://www.archdaily.com/ (Diakses 30 November 2017)
Gambar 2. 26 Pengunaan Material Kaca pada Fasad
Sumber : https://www.emporis.com/ (Diakses 30 November 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
60 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2.4.2. The Energy Building, Jakarta
Keterlibatan seni dan profesionalisme yang bergabung menjadi
gedung perkantoran terpadu, The Energy memenuhi tuntutan
konsep baru untuk arsitektur masa depan dalam menciptakan
lingkungan kerja yang indah dan estetis yang menyenangkan,
profesional dan dinamis. Dirancang oleh arsitek terkenal di dunia
Gambar 2. 28 Eksterior The Energy Building
Sumber : http://www.theenergy.co.id/gallery/, diakses 10 September 2017
Gambar 2. 27 Struktur Baja Pompidou
Sumber : https://www.emporis.com/ (Diakses 30 November 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
61 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Kohn Pederson Fox, The Energy’s crisp, tinggi dan elegan
membangkitkan perasaan yang sangat ringan namun energik.
Sebagai bangunan cerdas, The Energy menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif bagi produktivitas optimal, sekaligus
menciptakan lingkungan kerja yang ideal dengan tingkat stres
terendah, yang berpotensi meningkatkan kualitas kerja dan
kehidupan. The Energy terdiri dari 43 lantai dengan tinggi 217 meter
serta memiliki kapasitas parkir mobil sebanyak 862 dan 750 parkir
motor. Beberapa sistem yang diterapkan pada bangunan ini antara
lain :
a. Smart Elevators (Miconic)
b. AC with VRV System
c. Electrical & Light System
d. Water Fixture
e. Vehicle Security Check
f. Control Room
g. Manless Parking
h. Safety
i. IBMS
j. Telecommunication
k. Fiber Optic / High BW
Dengan adanya IBMS pada gedung The Energy maka terdapat
banyak sekali peralatan yang harus saling berkomunikasi. Oleh
karena itu diperlukan suatu protokol yang berfungsi untuk
mengkomunikasikan satu alat dengan alat yang lain. Protokol-
protokol yang dipakai di Gedung The Energy adalah Modbus dan
Bacnet serta beberapa protokol yang lain.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
62 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
a. Subsystem IBMS
Gambar 2. 29 Sistem IBMS pada The Energy Building
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
63 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. AC System
Pada sistem ini, IBMS dapat memonitor hal-hal berikut ini :
1) Keadaan menyala atau mati
2) Temperatur
3) Status thermostat
4) Setpoint
Dan hal-hal berikut ini sebagai alarm points:
1) Alarm Sign
2) Filter Alarm
3) Mal Function Error
IBMS dapat mengendalikan hal-hal yang terdapat dalam sistem
VRV sebagai berikut:
1) Jadwal pemakaian
2) Menyalakan atau mematikan
3) Remote Operation Mode
4) IBMS Setpoint
5) Run Hour
Gambar 2. 30 AC System
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
64 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
c. Security Management System
Pada perancangan IBMS di Gedung The Energi Security
Management System terdiri dari card access control, RFID dan
Closed Circuit Television (CCTV).
1) Card Access, sistem ini merupakan salah satu bagian dari
security management system. Fungsinya adalah mencegah
seseorang diluar pihak yang berwenang dapat memasuki
ruangan atau wilayah tertentu.
2) RFID, cara kerja RFID mengidentifikasi dengan
menggunakan perangkat interogasi juga disebut sebagai
reader atau master dan sebuah tag disebut sebagai
transponder atau slave yang menyimpan informasi kode
indentifikasi yang unik. Pertukaran data terjadi antara Reader
dengan Tag dengan menggunakan gelombang radio
frekwensi dan tidak membutuhkan direct line of sight atau
tanpa harus secara fisik terlihat. Perangkat reader akan
mengirimkan sinyal kepada tag untuk mengidentifikasi kode
Gambar 2. 31 Security Management System
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
65 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
yang terkandung dalam tag tersebut. Kemudian dikirimkan ke
komputerKemudian oleh komputer sinyal tersebut disimpan
atau diadakan pencocokan di dalam database komputer
untuk pemrosesan lebih lanjut. RFID digunakan untuk
kendaraan mobil yang memasuki wilayah parkir.
3) CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit
Television. Yang diartikan sebagai jalur televisi tertutup, yang
dalam pengertiannya bahwa sebuah CCTV sistem bersifat
tertutup dari lingkungan umum. Total CCTV yang berada di
gedung ini sekitar 150 buah.
Sistem ini memiliki tiga buah Network Attached Storage
(NAS). Satu buah NAS terdiri dari 16 serial ATA disk drive.
Total kapasitas dari satu buah NAS adalah 12 TeraByte.
Kemudian juga terdapat tiga buah NVR. Satu buah NVR
maksimal dapat memonitor 64 CCTV.
Gambar 2. 32 CCTV
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
66 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
d. Public Address
e. Lift System
Gambar 2. 33 Public Address
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
Gambar 2. 34 Lift Address
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
67 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Dengan IBMS keberadaan lift dapat dimonitor. Sistem lift juga
akan menyalakan alarm jika terjadi:
• Tidak terdapat status
• Saklar mati
• Terjadi kebakaran
• Listrik padam
• Kelebihan muatan
• Terjadi kerusakan
• Tombol alarm ditekan
Jika lift sedang di perbaiki, maka akan terdapat tanda perbaikan
di layar IBMS.
f. Fire Alarm System
IBMS akan memberikan alarm jika terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Terdeteksi asap
2) Terdeteksi panas
Gambar 2. 35 Fire Alarm Address
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
68 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
3) Tombol alarm di tiap-tiap lantai ditekan
Pada sistem ini IBMS tidak dapat mengendalikan apa-apa hanya
bisa mendeteksi hal-hal yang tidak berjalan secara normal.
g. Building Automation System
Hal-hal yang dapat dimonitor oleh IBMS dari BAS ini adalah:
1) PUTM-1 Panel Utama Tegangan Menengah yang meliputi
incoming breaker status, outgoing breaker status, arus
masuk, tegangan masuk, arus keluar, dan tegangan keluar.
Gambar 2. 36 Building Automation System
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
69 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
2) PUTR-1 Panel Utama Tegangan Rendah meliputi incoming
breaker status dan arus masuk.
3) SDP Fan/Pompa pada saat keadaan menyala/ mati
4) Toilet Exhaust Fan keadaan menyala/ mati
5) Exhaust Fan keadaan menyala/ mati
6) Intake Fan keadaan menyala/ mati
Kemudian alarm akan menyala jika terjadi hal-hal sebagai
berikut:
1) PUTM-1 Panel Utama Tegangan Menengah mengalami
incoming breaker trip atau outgoing breaker trip
2) PUTR-1 Panel Utama Tegangan Rendah mengalami
incoming breaker trip
3) Toilet Exhaust Fan mengalami Trip Status
4) Exhaust Fan mengalami Trip Status
5) Intake Fan mengalami Trip Status
Berikut ini hal-hal yang dapat dikendalikan oleh IBMS dari BAS
ini:
1) PUTM-1 Panel Utama Tegangan Menengah:
a) Incoming breaker terbuka/ tertutup
b) Outgoing breaker terbuka/ tertutup
2) PUTR-1 Panel Utama Tegangan Rendah:
a) Incoming breaker terbuka/tertutup
3) Toilet Exhaust Fan:
a) Perintah start/ stop
4) Exhaust Fan:
a) Perintah start/ stop
5) Intake Fan:
a) Perintah start/ stop
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
70 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
h. Parking System
Di Gedung The Energy sistem parkir dibagi menjadi dua bagian,
yang pertama adalah untuk tenant dan yang kedua untuk tamu.
Sistem parkir untuk tenant menggunakan RFID yang
bekerjasama dengan sistem keamanan melalui IBMS.
Gambar 2. 37 Parking System
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
71 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Sedangkan sistem parkir untuk tamu menggunakan tiket. Alarm
akan menyala jika terjadi hal-haberikut:
1) Barrier
a) Barrier rusak
b) Barrier dibuka secara manual
c) Kartu parkir macet
d) Go Offline
e) System Start-up
f) Barrier tidak dapat dibuka
g) Barrier tidak dapat ditutup
i. Generator System
Gambar 2. 38 Generator System
Sumber : http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F005546_MKP.pdf, diakses 10 September 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
72 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Empat buah generator masuk ke panel genset. Di panel genset
tersebut terdapat sebuah kontroler yang disebut ILB. Keluaran
dari ILB lalu masuk ke modbus. Keluran dari modbus berupa
data serial yang dilewatkan dengan menggunakan RS-232.
Diperlukan sebuah konverter dari RS-232 ke RS-485 agar data
yang dikirimkan dapat menuju ruang kontrol di lantai 3.
Kemudian dari RS-485 diubah lagi menjadi RS-232. Dengan
IBMS hal-hal berikut ini dapat dimonitor:
1) Frekuensi
2) KiloWatt Hour
3) Keadaan menyala/mati
4) Tegangan 3 fasa
5) Arus 3 fasa
6) Faktor daya
Alarm akan menyala jika hal-hal berikut terjadi :
1) Battery Charger Alarm
2) Controller Failure
3) Low Level Alarm
4) Trip
Pada saat terjadi listrik padam, IBMS akan menginstruksikan
generator untuk menyala. Dari kejadian yang pernah dialami,
waktu yang diperlukan untuk menyalakan seluruh gedung ini
adalah 24 detik.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
177 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5.1. Konsep Fungsional
5.1.1 Lingkup Kegiatan
City Planning Gallery merupakan sebuah galeri yang
menyajikan segala informasi tentang perkembangan perencanaan
Kota Semarang past – present – future yang dikelola oleh
Pemerintah Kota sebagai wujud transparasi Kota Semarang. City
Planning Gallery ini bertujuan sebagai objek wisata yang
memberikan edukasi tentang perkotaan serta sebagai wujud
transparasi kota dalam hal perencanaan kota.
5.1.2 Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan pada City Planning Gallery ini dikelompokkan
menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Kelompok Pengelola
1) Kepala UPT City Planning Gallery
2) Koordinator Administrasi
3) Koordinator Personalia
4) Koordinator Pendataan
5) Koordinator Promosi
6) Koordinator Galeri
7) Koordinator Virtual Area
8) Koordinator Consultation Area
9) Koordinator Perpustakaan
10) Koordinator Culinary and Souvenir Area
11) Koordinator Convention Hall
12) Staff, Housekeeping dan Security
b. Pengunjung
1) Wisatawan Domestik dan Mancanegara
2) Pelajar dan Mahasiswa
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
178 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
3) Pengamat Keilmuan Perkotaan
4) Disabilitas/Penyandang Cacat
5.1.3 Dimensi Ruang
Pembahasan dimensi ruang ini merangkum besaran ruang dari
beberapa kelompok ruang yaitu, kelompok ruang utama,
penunjang, pengelola dan servis yang telah dihitung. Dari total
besaran ruang kemudian didapatkan luas lahan dari city planning
gallery. Dimensi ruang yang telah ditentukan tersebut dapat
berubah dalam proses desain nantinya, meskipun perubahan yang
terjadi tidaklah signifikan. Perubahan besaran ruang bisa
disebabkan oleh penyesuaian dengan bentuk dan proporsi,
kenyamanan sirkulasi atau karena faktor lain. Tetapi pada dasarnya
konsep dimensi ruang masih sesuai dengan perkiraan.
No Nama Ruang Luas (m²)
Kelompok Ruang Utama
1 Lobby 367,416
2 Gallery 1986,47
3 Virtual Area 189,84
4 Post it Room 5,2
Kelompok Ruang Penunjang
1 Culinary and Souvenir Area 307,25
2 Consultation Area 84,32
3 Thematic Exhibition 388,5
4 Perpustakaan 216,66
5 Convention Hall 695,92
6 ATM Center 9
7 Mushola 72,12
8 Plaza 600
Kelompok Ruang Pengelola
1 Kantor Pengelola 381,77
Kelompok Ruang Servis
1 Loker Karyawan 156
2 Gudang 48
3 Loading Dock 36
4 Pos Satpam 9
5 Ruang Utilitas 181,75
6 Parkir Pengelola 510
Tabel 5. 1 Dimensi Ruang City Planning Gallery
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
179 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
7 Parkir Pengunjung 762
Jumlah 7007,714
Flow 50% 3503,857
Total 10511,571
5.1.4 Sirkulasi Ruang
a. Sirkulasi Pengelola
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Skema 5. 1 Sirkulasi Pengelola City Planning Gallery
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
180 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. Sirkulasi Pengunjung
Skema 5. 2 Sirkulasi Pengunjung City Planning Gallery
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
181 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.1.5 Hubungan Ruang
Skema 5. 3 Hubungan Ruang City Planning Gallery
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
182 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.2. Konsep Kontekstual
5.2.1. Site Terpilih
Site yang terpilih berada di jalan Diponegoro, Kecamatan
Gajahmungkur. Site terletak dekat dengan pusat pemerintahan dan
pusat Kota Semarang, berikut data site terpilih:
Lokasi : Jalan Diponegoro, Kecamatan
Gajahmungkur, Kota Semarang
Luas Site : 1, 80 Ha
KDB : 60%
KLB : 3,0
Ketinggian maksimal : 5 lantai
GSB : 23 m
Topografi : Berkontur
Batas Utara : Jalan Veteran
Batas Selatan : Permukiman
Batas Barat : Perkantoran dan Lahan Kosong
Batas Timur : Jalan Diponegoro
Gambar 5. 1 Site Terpilih
Sumber : Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
183 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.2.2. Konsep Analisis Aksesibilitas
Dari analisa aksesibilitas, maka menghasilkan respon sebagai
berikut:
a. Dibuat dua entrance yaitu main entrance dan service entrance,
hal ini dilakukan untuk mempermudah pencapaian dan tidak
membuat masalah baru di dalam site.
b. Main entrance berada di Jl. Veteran sedangkan service entrance
melalui Jl. Diponegoro, dan kedua entrance berjarak minimal 25
m dari perempatan.
c. Pada sisi site yang berbatasan dengan jalan terdapat pedestrian
yang akan dipertahankan dan akan dibuat plaza yang
merupakan sebuah respon terhadap perempatan jalan untuk
aktivitas komunal masyarakat.
Gambar 5. 2 Respon Aksesibilitas Site
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
184 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
d. Zoning Aksesibilitas
Pada zoning aksesibilitas kelompok ruang utama terletak
dekat dengan jalan. Hal ini dilakukan agar memudahkan
pencapaian pengunjung menuju bangunan utama. Sedangkan
untuk area kelompok ruang penunjang, pengelola dan servis
diletakkan berjajar di belakang kelompok ruang utama untuk
memudahkan sirkulasi menuju ruang – ruang penunjang,
pengelola dan servis.
Gambar 5. 4 Zoning Aksesibilitas
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 3 Plaza didepan Site
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
185 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.2.3. Konsep Analisis Klimatologi
Dari analisa klimatologi, maka muncul respon sebagai berikut:
a. Panas matahari siang dan sore sangat mengganggu
kenyamanan thermal bangunan, maka pada sisi bagian barat
menggunakan elemen masiv, green wall atau dengan secondary
skin. Sedangkan untuk mengurangi panas pada siang hari akan
memanfaatkan desain roof garden sebagai pereduksi panas.
b. Pada fasad bangunan sisi timur dan barat yang menggunakan
secondary skin diterapkan sensorik sun shading, dimana sun
shading dapat bergerak secara otomatis menghalangi cahaya
matahari yang akan masuk ke dalam bangunan
c. Selain pada bangunan, pada site bagian barat diberikan barier
berupa vegetasi pohon
Gambar 5. 5 Secondary Skin dan Roof Garden
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
186 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
d. Sisi bangunan utara dan selatan dapat dimanfaatkan sebagai
pencahayaan alami karena tidak mendapat sorotan sinar
matahari secara langsung.
e. Pencahayaan alami selain di dapat dengan pemberian bukaan
pada sisi utara dan selatan bangunan juga dengan penerapan
skylight pada atap bangunan
Gambar 5. 6 Barier Vegetasi pada Site
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 7 Pencahayaan Alami pada Bangunan
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
187 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
f. Pada bangunan yang berorientasi ke utara dan dimanfaatkan
sebagai bukaan lebar pada sisi atas akan dibuat menjorok ke
depan, sehingga dapat dimanfaatkan juga sebagai tritisan yang
menghalangi matahari dan air hujan mengenai kaca secara
langsung
5.2.4. Konsep Analisis Topografi
Dari analisa topografi, maka muncul respon sebagai berikut:
a. Beberapa ruang membutuhkan tanah yang datar sehingga
dilakukan metode cut and fill untuk didapatkan tanah yang datar
Gambar 5. 9 Cut and Fill System
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 8 Bukaan Sisi Utara Bangunan
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
188 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. Tidak semua kontur dilakukan metode cut and fill, beberapa
kontur dipertahankan dan bangunan di desain split level untuk
mengikuti kontur yang ada
c. Untuk mempermudah pencapaian para disabilitas di tanah
berkontur, maka akan disediakan ramp
d. Zoning Topografi
Pada zoning topografi area servis terletak di sisi utara karena sisi
utara site memiliki ketinggian paling rendah, sehingga akan
memudahkan dalam hal utilitas. Sisi selatan site digunakan
sebagai kelompok ruang penunjang, utama dan pengelola. Hal
Gambar 5. 10 Bangunan Split Level
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 11 Ramp di dalam Bangunan
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
189 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
ini dilakukan agar pada kelompok ruang tersebut memiliki view
out site yang menarik karena terletak di ketinggian.
5.2.5. Konsep Analisis View
Dari analisa view, maka muncul respon sebagai berikut:
a. Membuat plaza pada area perempatan jalan, agar pandangan ke
dalam site lebih bebas
Gambar 5. 12 Zoning Topografi
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 13 Plaza
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
190 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. Kontur tinggi dimanfaatkan sebagai perletakan bangunan utama
agar bangunan terlihat dari kejauhan
c. Pada bangunan yang mengarah ke sisi utara dibuat bukaan
untuk memaksimalkan view out site
d. Zoning View
Pada zoning view perletakan kelompok ruang utama, penunjang,
pengelola dan servis dibuat sejajar. Hal ini dilakukan agar
seluruh kelompok ruang mendapat view out site. Selain itu hal ini
dilakukan agar view to site juga dapat menjangkau seluruh
kelompok ruang.
5.2.6. Konsep Analisis Vegetasi
Dari analisa vegetasi, maka muncul respon sebagai berikut:
a. Pohon beringin yang tetap dipertahankan pada site akan
dijadikan elemen arsitektural pada area entrance bangunan,
sehingga terletak diluar bangunan
Gambar 5. 14 Zoning View
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
191 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
b. Pada area dalam bangunan yaitu di hall, akan ditanami pohon
sebagai elemen arsitektural dimana pada sisi atas dilubangi
sehingga pohon akan tetap bisa tumbuh
c. Selain pohon beringin dan pohon yang berada di hall terdapat
beberapa vegetasi lain yang digunakan sesuai dengan fungsinya
yaitu vegetasi pengarah, peneduh, penghias, pelindung dan
pembatas.
Gambar 5. 16 Pohon di dalam Hall
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 15 Elemen Arsitektural pada Entrance
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
192 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.2.7. Zoning Akhir
Dari zoning aksesibilitas, zoning topografi dan zoning view
dihasilkan zoning akhir sebagai berikut:
Pada zoning akhir kelompok ruang servis terletak di sisi utara
dan timur site. Dibelakang kelompok ruang servis terdapat
kelompok ruang utama. Sisi timur belakang site dimanfaatkan
sebagai kelompok ruang pengelola, sedangkan sisi barat belakang
site dimanfaatkan sebagai kelompok ruang penunjang.
Gambar 5. 17 Analisa Zoning Akhir
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
193 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.3. Konsep Teknis
5.3.1. Konsep Sistem Modul
a. Modul Vertikal
Modul Vertikal yang dipakai pada desain City Planning Gallery
memiliki jarak floor to floor 4 meter, atas dasar pertimbangan
efektifitas dan efisiensi. Tetapi pada ruang – ruang tertentu
misalnya thematic exhibition, lobby dan convention hall jarak
floor to floor lebih tinggi dari 4 meter, karena kebutuhan skala
ruang yang besar. Sedangkan jarak antara lantai – plafon pada
ruang kantor pengelola dan area servis menyesuaikan dengan
kebutuhan arsitektural dan sistem utilitas yang digunakan.
b. Modul Horisontal
Modul ruangan didesain berdasarkan dengan aktivitas yang
dilakukan dalam ruangan yang ada, peralatan yang digunakan,
perabotan dan syarat ketentuan ruang yang digunakan pada city
Gambar 5. 18 Zoning Akhir
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
194 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
planning gallery. Sistem modul yang digunakan adalah bentuk
grid dan polar.
5.3.2. Konsep Sistem Struktur
Sub structure atau struktur bawah yang diterapkan pada
bangunan city planning gallery adalah pondasi mini pile, karena:
• Pondasi mini pile dapat mencapai daya dukung tanah yang
paling keras
• Mutu beton terjamin karena dibuat pabrikasi
• Daya dukung pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu
beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang) sangat kuat
• Pemasangannya tidak dipengaruhi oleh muka air tanah
• Harga relatif murah jika dibandingkan pondasi sumuran
Selain pondasi mini pile, struktur penahan tanah (talud) juga
digunakan pada beberapa area site yang dilakukan sistem cut and
fill, karena kondisi site yang memiliki banyak kontur. Sedangkan
untuk mid structure atau struktur tengah dari bangunan city planning
gallery menggunakan struktur rangka. Dan untuk upper structure
atau struktur atas diterapkan beton bertulang dan spaceframe.
5.4. Konsep Kinerja
5.4.1. Sistem Building Automation System (BAS)
Sistem BAS pada bangunan city planning gallery akan
digunakan untuk memonitor dan mengontrol sistem AC VRV, sistem
pencahayaan, sistem penangkal petir, sistem escalator dan lift,
sistem fire protection, sistem CCTV dan access card, sistem listrik
serta sistem sanitasi.
Gambar 5. 19 Skema Building Automation System
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
195 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.4.2. Sistem Transportasi Vertikal
Pada bangunan city planning gallery akan diterapkan beberapa
transportasi vertikal, yaitu ramp, tangga, escalator dan lift. Ramp
pada bangunan merupakan sebuah respon terhadap pengguna
bangunan city planning gallery yaitu para disabilitas. Penerapan
escalator pada bangunan city planning gallery menggunakan
sensor optik berupa sensor infra merah agar sesuai dengan
pendekatan teknologi tinggi.
Keterangan :
- ADC (Analog to Digital Converter), berfungsi agar sinyal input
dapat diolah microcontroller
- Microcontroller, berisi program aplikasi yang berfungsi untuk
mengendalikan kinerja keseluruhan sistem
- DAC (Digital to Analog Converter), berfungsi agar sinyal output
microcontroller dapat dimengerti oleh sistem aktuator.
5.4.3. Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran pada bangunan city planning
gallery tersedia di setiap ruang. Alat yang digunakan pada
bangunan yaitu smoke detector, sprinkler dan fire extinguisher.
Selain itu terdapat juga tangga darurat serta hydrant.
No Nama Ruang Fire Protection
Kelompok Ruang Utama
1 Lobby Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler
2 Gallery Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler CO2
3 Virtual Area Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler CO2
Gambar 5. 20 Sistem Sensor Eskalator
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Tabel 5. 2 Fire Protection City Planning Gallery
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
196 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Kelompok Ruang Penunjang
1 Culinary and Souvenir Area Sprinkler, Fire Extinguisher
2 Consultation Area Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler
3 Thematic Exhibition Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler, Fire Extinguisher
4 Convention Hall Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler
5 Perpustakaan Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler
6 ATM Center -
7 Mushola Sprinkler, Fire Extinguisher
8 Plaza -
Kelompok Ruang Pengelola
1 Ruang Kepala City Planning Gallery
Sprinkler
2 Ruang Sekretaris Sprinkler
3 Ruang Bagian Tata Usaha Sprinkler
4 Ruang Kantor Galeri dan Virtual Area
Sprinkler
5 Ruang Kantor Bagian Penunjang
Sprinkler
6 Ruang Kantor Bagian Servis
Sprinkler
7 Ruang Rapat Besar Sprinkler
8 Ruang Rapat Kecil Sprinkler
9 Ruang Tamu Sprinkler
Kelompok Ruang Servis
1 Toilet / Lavatory Smoke Detector, Sprinkler
2 Loker Karyawan Sprinkler
3 Pantry Fire Extinguisher
4 Loading Dock Fire Extinguisher
5 Gudang Fire Extinguisher
6 Ruang Engineer Heat Detector, Smoke Detector, Sprinkler
7 Ruang Genset Sprinkler, Fire Extinguisher
8 Ruang Panel -
9 Ruang Pompa Fire Extinguisher
10 Ruang Trafo -
11 Ruang Kontrol Fire Extinguisher
12 Ruang Kontrol BAS Fire Extinguisher
13 Ruang AHU Fire Extinguisher
14 Pos Satpam -
15 Ruang CCTV Fire Extinguisher
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
197 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.4.4. Sistem Pengkondisian Udara
Dalam bangunan city planning gallery diterapkan 2 jenis
penghawaan, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.
Penghawaan alami ini digunakan pada area terbuka dan pada
ruang – ruang tertentu, sedangkan penghawaan buatan yang
digunakan adalah AC VRV dan juga fan. Untuk AC menggunakan
sensor sehingga akan lebih menghemat penggunaan energi.
No Nama Ruang Jenis Penghawaan
Kelompok Ruang Utama
1 Lobby AC VRV
2 Gallery AC VRV
3 Virtual Area AC VRV
Kelompok Ruang Penunjang
1 Culinary and Souvenir Area AC VRV, Penghawaan Alami
2 Consultation Area AC VRV
3 Thematic Exhibition AC VRV
4 Convention Hall AC VRV
5 Perpustakaan AC VRV
6 ATM Center AC VRV
7 Mushola Fan, Penghawaan Alami
8 Plaza Penghawaan Alami
Kelompok Ruang Pengelola
1 Ruang Kepala City Planning Gallery
AC VRV
2 Ruang Sekretaris AC VRV
3 Ruang Bagian Tata Usaha AC VRV
4 Ruang Kantor Galeri dan Virtual Area
AC VRV
5 Ruang Kantor Bagian Penunjang
AC VRV
6 Ruang Kantor Bagian Servis
AC VRV
7 Ruang Rapat Besar AC VRV
Tabel 5. 3 Pengkondisian Udara City Planning Gallery
Gambar 5. 21 Sistem Sensor AC
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
198 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
8 Ruang Rapat Kecil AC VRV
9 Ruang Tamu AC VRV
Kelompok Ruang Servis
1 Toilet / Lavatory AC VRV
2 Loker Karyawan AC VRV
3 Pantry AC VRV
4 Loading Dock Penghawaan Alami
5 Gudang Penghawaan Alami
6 Ruang Engineer AC VRV
7 Ruang Genset -
8 Ruang Panel -
9 Ruang Pompa -
10 Ruang Trafo -
11 Ruang Kontrol Penghawaan Alami
12 Ruang Kontrol BAS Penghawaan Alami
13 Ruang AHU -
14 Pos Satpam Fan, Penghawaan Alami
15 Ruang CCTV Fan, Penghawaan Alami
5.4.5. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada bangunan city planning gallery
menggunakan 2 jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Sistem pencahayaan buatan yang diterapkan
pada bangunan city planning gallery menggunakan sistem otomatis
dengan sistem deteksi cahaya dan deteksi pergerakan.
Keterangan:
• LDR (Light Dependent Resistor), berfungsi sebagai pendeteksi
cahaya
• PIR Sensor (Passive Infrared Sensor), berfungsi sebagai
pendeteksi gerakan berdasarkan radiasi sinar infra merah
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 22 Sistem Otomasi Pencahayaan
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
199 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
• ADC (Analog to Digital Converter), berfungsi agar sinyal input
dapat diolah oleh microcontroller
• Microcontroller, berisi program aplikasi yang berfungsi untuk
mengendalikan kinerja sistem
• DAC (Digital to Analog Converter), berfungsi agar sinyal output
microcontroller dapat dimengerti oleh sistem aktuator.
5.4.6. Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan city
planning gallery adalah sistem penangkal petir elektrostatis.
Penangkal petir elektrostatis merupakan jenis penangkal petir yang
lebih ramah lingkungan. Sistem penangkal petir elektrostatis juga
lebih murah, perawatan dan pemasanganpun lebih mudah serta
lebih aman bagi pekerja yang melakukan perawatan.
5.4.7. Sistem Jaringan Listrik
Sumber jaringan listrik utama yang digunakan pada city
planning gallery berasal dari PLN, sedangkan sumber cadangan
berasal dari genset serta panel surya. Genset digunakan apabila
terjadi listrik yang bersumber dari PLN padam.
Panel surya sifatnya tidak dapat diandalkan karena sistem ini
memanfaatkan energi matahari dan hanya digunakan untuk
penerangan di luar bangunan serta beberapa pencahayaan yang
tidak terlalu berat.
Gambar 5. 23 Skema Jaringan Listrik
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
200 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.4.8. Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan pada city planning gallery
bersumber dari PDAM. Selain bersumber dari PDAM, air juga di
dapat dari sumur yang sebelumnya telah ada di site mengingat site
merupakan lahan bekas hotel. Sedangkan untuk sistem
pendistribusian air menuju bangunan menggunakan upfeed
system.
5.4.9. Sistem Jaringan Air Kotor
a. Black Water, air kotor yang berasal dari air buangan yang
mengandung kotoran manusia yang akan dialirkan ke septick
tank dan kemudian ke sumur resapan.
b. Grey Water, air kotor yang berasal dari floor drain, sink dan
wastafel yang akan dilakukan treatment terlebih dahulu
kemudian dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman.
Gambar 5. 25 Skema Jaringan Air Bersih
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 26 Skema Jaringan Black Water
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 24 Skema Panel Surya
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
201 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
c. Air Kotor dari dapur tidak langsung dibuang ke roil kota, tetapi
akan ditampung dalam bak pemisah lemak kemudian dialirkan
ke sumur resapan maupun ke penampungan untuk digunakan
penyiram tanaman
d. Air hujan akan ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman, operasional toilet dan mushola
5.4.10. Sistem Telekomunikasi dan Internet
Sistem komunikasi eksternal yang digunakan pada bangunan
city planning gallery adalah jaringan telepon dan faximili melalui
jaringan Telkom yang digunakan untuk kepentingan komunikasi.
Jaringan telepon dan faximili menggunakan PABX atau alat
komunikasi secara khusus agar memudahkan komunikasi antar
ruangan. Sedangkan sistem yang digunakan untuk pusat informasi
dan pengumuman di seluruh ruang menggunakan sound system.
Gambar 5. 27 Skema Jaringan Air Kotor
Sumber : Analisa Penulis, 2017
Gambar 5. 28 Skema Jaringan Air Hujan
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
202 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Sedangkan untuk sistem jaringan internet pada city planning
gallery menggunakan jaringnan internet wi-fi yang terhubung
dengan BTS (Base Transciever Station) yang merupakan tower
penguat pemancar sinyal selular.
5.4.11. Sistem Keamanan
Sistem keamanan yang digunakan pada city planning gallery
adalah system yang digunakan untuk pengaman baik yang
berfungsi sebagai alat bantu personil maupun pengaman
bangunan. Peralatan yang membantu dalam keamanan city
planning gallery adalah CCTV dan access control. Penempatan
CCTV pada setiap ruang diperlukan untuk memantau segala
aktivitas pengguna yang dikontrol langsung melalui ruang CCTV
atau ruang keamanan.
5.5. Konsep Arsitektural
5.5.1. Konsep Gubahan Massa
Sesuai dengan pendekatan teknologi tinggi, ciri – ciri bentuk
visual arsitektur hi-tech dalam segi posisi menjadikan site sebagai
inspirasi dalam membentuk sebuah bangunan. Maka dari itu,
bentuk gubahan massa merupakan hasil transformasi dari bentuk
site yang disesuaikan dengan potensi yang ada di dalam site serta
lingkungan site. Hal – hal yang dijadikan pertimbangan dalam
mengolah bentuk bangunan yaitu dengan melihat hasil analisa
klimatologi, topografi, view dan vegetasi.
Gambar 5. 29 Sistem Jaringan Komunikasi
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
203 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Gambar 5. 30 Analisa Gubahan Massa
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
204 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.5.2. Material
Pada bangunan city planning gallery material yang digunakan
banyak menggunakan material kaca pada eksterior bangunan. Hal
ini dilakukan karena salah satu karakteristik bangunan yang
menggunakan pendekatan teknologi tinggi adalah penggunaan
material kaca. Selain material kaca, pada bangunan juga
menggunakan zinc rain-screen system pada beberapa kulit
bangunan.
No Material Keterangan
1
Kaca Transparan (Exterior Glazing) Material kaca digunakan pada beberapa titik eksterior bangunan
2
Perforated Panel Material ini digunakan sebagai secondary skin bangunan yang berfungsi juga sebagai sun shading
3
Zinc Rainscreen System Material berupa zinc digunakan pada beberapa titik bangunan
4
Beton Ekspos Material beton ekspos digunakan pada ramp yang berada di luar bangunan serta sebagai pagar pembatas
Tabel 5. 4 Pemilihan Material
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
205 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
5.5.3. Konsep Arsitektur Hi – Tech
Konsep arsitektur hi-tech yang diterapkan pada bangunan city
planning gallery ditunjukkan dengan penggunaan material kaca
yang bertujuan memperlihatkan area dalam bangunan keluar dan
sebaliknya. Selain itu pada bangunan city planning gallery juga
menggunakan warna asli dari material yang berada pada kulit
bangunan. Penggunaan teknologi tinggi pada sistem kinerja
bangunan juga diterapkan untuk dapat mengendalikan lingkungan,
salah satunya dengan cara memanfaatkan panas matahari serta air
hujan. Beberapa karakteristik dari arsitektur hi-tech yang diterapkan
pada bangunan city planning gallery, antara lain:
a. Inside – out
Beberapa bagian interior pada bangunan city planning gallery
akan diperlihatkan keluar dengan menggunakan material kaca.
Selain itu beberapa bagian struktur spaceframe yang diterapkan
pada bangunan juga akan ditonjolkan pada eksterior sebagai
bentuk bangunan dan ornamen pada bangunan.
b. Transparan, pelapisan dan pergerakan
Penggunaan material kaca pada bangunan digunakan untuk
mengekspos sistem pergerakan di dalam bangunan yaitu ramp
yang ada di dalam bangunan sebagai alat transportasi vertikal.
Gambar 5. 31 Penggunaan Material Kaca Pada Fasad
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
206 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
c. Pewarnaan yang cerah dan merata
Pada bangunan city planning gallery akan menggunakan warna
– warna yang cerah yang berasal dari warna asli dari material
yang digunakan pada bangunan
d. Optimistic confidence in scientific cultura
Pada bangunan city planning gallery menggunakan teknologi –
teknologi yang memberikan kesan future diantaranya:
1) Penerapan Building Automation System (BAS)
Building automation system yang diterapkan pada bangunan
city planning gallery digunakan untuk mengontrol sistem
penghawaan, sistem pencahayaan, sistem penangkal petir,
sistem transportasi, sistem keamanan, sistem listrik serta
sistem sanitasi.
2) Penggunaan virtual reality, augmented reality dan multi
touchscreen
Teknologi virtual reality, augmented reality dan multi
touchscreen digunakan pada area galeri. Hal ini dilakukan
agar galeri yang dirancang tidak terkesan kaku dan dapat
memberi pengalaman baru bagi pengunjung melalui galeri
yang lebih interaktif.
3) Penggunaan sensor – sensor pada bangunan
Gambar 5. 32 Pergerakan Dalam Bangunan yang di Ekspos
Sumber : Analisa Penulis, 2017
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
207 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Sensor – sensor yang digunakan pada bangunan city
planning gallery diterapkan untuk sistem otomasi
pencahayaan, penghawaan dan transportasi. Hal ini
dilakukan agar bangunan city planning gallery menjadi
bangunan hemat energi.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
208 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
DAFTAR PUSTAKA
Andi Prasetia Aditama. 2011. Jogja Resto dan Galeri, Restoran dan Galeri Seni
Lukis di Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Azuma, R.T., Baillot, Y, Behringer, R, Feiner, S. K., Julier, S., and MacIntyre, B.
2001. Recent Advances in Augmented Reality. IEEE Computer Graphics
and Applications.
B. Sihite. 2013. Pembuatan Aplikasi 3D Viewer Mobile dengan Menggunakan
Teknologi Virtual Reality. Jurnal Teknik Pomits 2(2) A397-A400.
BPS Kota Semarang. 2016. Kota Semarang Dalam Angka 2016. Semarang.
BPS Kota Semarang. 2017. Kota Semarang Dalam Angka 2017. Semarang.
Charles Jenks. 1990. High Tech Maniera. Academy Edition.
Charles Jenks.1988. The Battle of High Tech, Great Building with Great Fault.
Architectural Design.
Colin Davies. 1998. High Tech Architecture. New York : Rizolli Architectural Press.
D. Lacrama. 2007. Virtual Reality. Journal Anale Seria Informatica, 5(1) 137-144.
David A Robillard. 1982. Public Space Design in Museums. Milwaukee : University
of Wisconsin.
Eko Budihardjo. 1996. Menuju Arsitektur Indonesia. Bandung : Alumni.
Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
: PT. Cipta Adi Pusaka.
Ernst Neufert. 1996. Data Arsitek. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Ernst Neufert. 2002. Data Arsitek Edisi kedua Jilid 2 Terjemahan Sjamsu Amril.
Jakarta : Erlangga.
Francis D. K Ching. 2000. Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, ed. ke-2,
Terjemahan Nurrahman Tresani Harwadi. Jakarta: Erlangga.
Francis D.K Ching. 1979. Architecture - Form, Space and Order. New Jersey :
John Wiley & Sons, Inc.
Galih Rakacitra Rachman dan Farid Thalib. 2011. Jurnal Pengembangan
Teknologi Augmented Reality. Universitas Gunadarma.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
209 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung
J. Gardner & H. Caroline. 1960. Exhibition and Display. London : Hold, Renehart
dan Winston.
J. Pamudji Suptandar. 1999. Desain Interior: Pengantar Merencana Interior untuk
Mahasiswa Desain dan Arsitektur. Jakarta : Djambatan.
Jhon Tuah S Aditya. 2011. Pengaruh Cahaya Tehadap Tingkat Kenyamanan
Ruang Studio. Universitas Katolik Santo Thomas.
Joseph De Chiara and John Hancock Callender. 1973. Time Saver Standard for
Building Types. New York : McGraw-Hill Book Company.
Julius Panero and Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta
: Erlangga.
M. Susanto. 2004. Menimbang Ruang Menata Rupa, Wajah, dan Tata Pameran
Seni Rupa. Yogyakarta : Galang Press.
Mikko Sairio. 2001. Augmented Reality. Helsinki University of Technology.
Nur Fajri Azhar. 2011. Pemanfaatan Augmented Reality untuk Game “Ranger
Target” FPS Berbasis Android Menggunakan Unity 3D dan Vuforia SDK.
Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Oxford Advanced Learner’s Dictionary. 2005. Oxford : Oxford University Press.
Patricia Tutt and David Adler. 1979. New Metric Handbook. London : The
Architectural Press.
Pratiwo. 2004. The City Planning of Semarang 1900-1970. Surabaya : Universitas
Airlangga
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rina Kumala Dewi. 2010. Department of Art. Jakarta
S.P. Honggowidjaja. 2003. Pengaruh Signifikan Tata Cahaya pada Desain Interior.
Jurnal Dimensi Interior Vol 1 No 1 : 1-15. Surabaya : Universitas Kristen
Petra.
Satwiko. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
210 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Sony Sulistyo Hadi. 2013. Aplikasi Pengenalan Sistem Tata Surya Menggunakan
Augmented Reality Untuk Pendidikan Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu
Komputer, Universitas Dian Nuswantoro.
T. M. Khalil. 2000. Management of Technology: The Key to Competitiveness and
Wealth Creation. McGraw-Hill.
Thaden, R. E., dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang – Jepara. Pusat
Penelitian Geologi Lingkungan. Bandung
Ursula Franklin. 1989. Real World of Technology. House of Anansi Press
Yamatake. 2006. Instrumentation Guide Comfort Control. Yamatake Corp.
Peraturan:
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031.
RTRW Kota Semarang 2011-2031.
Internet:
Bisnis.com. 2016. Usung Konsep Kota Cerdas, Ini 3 Upaya Pemkot Semarang.
http://semarang.bisnis.com/read/20161129/1/90928/usung-konsep-kota-
cerdas-ini-3-upaya-pemkot-semarang (Diakses pada tanggal 2 April
2017)
Merdeka.com. 2016. 2017, Jateng Siap Genjot Infrastruktur Pariwisata.
https://jateng.merdeka.com/infrastruktur/2017-jateng-siap-genjot-
infrastruktur-pariwisata-161228j.html (Diakses pada tangal 2 April 2017)
Tribun Jateng. 2017. Hendrar Prihadi Beberkan Rahasia Smart Birokrasi Kota
Semarang di Jakarta. http://jateng.tribunnews.com/2017/09/19/hendrar-
prihadi-beberkan-rahasia-smart-birokrasi-kota-semarang-di-
jakarta?page=2 (Diakses pada tanggal 21 September 2017)
CITY PLANNING GALLERY DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI TINGGI
211 RISKY ANISA PRATIWI / 5112413032
Tribun Jateng. 2017. Kepala Disbudpar Kota Semarang Ajak Pelaku Wisata
Promosi Lewat Medsos. http://jateng.tribunnews.com/2017/03/21/kepala-
disbudpar-kota-semarang-ajak-pelaku-wisata-promosi-lewat-
medsos?page=2 (Diakses pada tanggal 2 April 2017)
www.wikipedia.com