Cocor Bebek Bab2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    1/24

    5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)

    2.1.1 Taksonomi

    Cocor bebek merupakan tanaman asli dari Madagaskar. Kesamaan iklim

    dan cuaca yang hampir sama dengan Indonesia, membuat cocor bebek tumbuh

    subur dan semakin dikenal oleh masyarakat sebagai bahan obat alternatif (Putri,

    2011).

    Cocor bebek termasuk pada suku Crassulaceae, tanaman ini tersebar di

    daerah tropis, ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias yang berguna

    atau tumbuh liar di tepi jurang, tepi jalan, dan tempat-tempat lain yang tanahnya

    berbatu pada daerah panas dan kering (Ahira, 2008).

    Cocor bebek memiliki rasa agak asam, sifatnya dingin, baunya lemah,

    dan astrigen. Cocor bebek bisa dimanfaatkan sebagai antiradang, antiseptik,

    penghenti pendarahan, peluruh dahak (ekspektoran), peluruh kencing (diuretik),

    pereda demam, penyejuk, mengurangi bengkak, dan pembersih darah. Selain itu

    daun cocor bebek berkhasiat untuk mengatasi kulit terkelupas, radang payudara,

    radang amandel, radang lambung, radang telinga luar, rheumatik, memar, tulang

    patah, wasir, diare, disentri, luka darah, luka bakar dan luka akibat tersiram air

    panas (Ahira, 2008).

    Untuk dapat mengenal tanaman ini lebih dalam, perlu diketahui morfologi

    dan klasifikasi dari tanaman tersebut. Adapun klasifikasi biologi dari tanaman

    cocor bebek adalah (Fitrah, 2010):

    Kingdom :Plantae

    http://id.wikipedia.org/wiki/Planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Plant
  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    2/24

    6

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivision : Spermatophyta

    Division :Magnoliophyta

    Class :Magnoliopsida

    Subclass : Rosidae

    Ordo :Rosales

    Family :Crassulaceae

    Genus :Kalanchoe

    Species : Kalanchoe Blossfeldiana Poelln

    Gambar 2.1 Morfologi Tanaman Cocor Bebek;daun berwarna hijau muda ini

    memiliki daging tebal dan banyak kandungan air didalamnya (Sumber: flickr.com)

    2.1.2 Nama Lokal

    Buntiris, jampe, jukut kawasa, tere, ceker itik (Sunda), suru bebek, cocor

    bebek, teres, tuju dengen (Jawa), didingin beueu (Aceh), mamala (Halmahera),

    rau kufiri (Ternate), kabi-kabi (Tidore), daun ancar bebek, daun ghemet

    (Madura), lou di sheng gen (China).

    http://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Saxifragaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Saxifragaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Saxifragaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Crassulaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Crassulaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Crassulaceaehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalanchoe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalanchoe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalanchoe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalanchoe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Crassulaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Saxifragaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_plant
  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    3/24

    7

    2.1.3 Morfologi Cocor Bebek

    Morfologi tanaman Cocor Bebek adalah sebagai berikut:

    1. Bunga

    Bentuk malai, mahkota bentuk corong warna merah. Kelopak berdaun

    lekat.

    2. Buah

    Kotak, warna ungu bernoda putih. buah silindris, melembung, 1,5 - 4 cm

    panjangnya, taju pendek. Mahkota bentuk periuk atau lonceng, jelas menyempit

    di atas pangkal yang melebar, di atasnya lagi melebar, panjang 3,5 - 5,5 cm,

    bagian yang muncul di atas kelopak merah, pangkal tabung dengan 8 lipatan

    yang dalam, taju bulat telur bentuk lanset, bentuk ekor yang meruncing. Benang

    sari, dua lingkaran. Tangkai putik panjang. Helaian sisik segi empat (Kristio,

    2007).

    3. Batang

    Segi empat, lunak, beruas, warna hijau. Batang segi empat tumpul atau

    hampir membulat, bunga berbilangan atau kelipatan empat, menggantung, pada

    malai yang tegak tidak rapat (Kristio, 2007).

    4. Daun

    Berbatang basah, daun tebal pinggir beringgit, banyak mengandung air,

    bentuk daunnya lonjong atau bundar panjang, panjang 5 - 20 cm, lebar 2,5 -15

    cm, ujung daun tumpul, pangkal membundar, permukaan daun gundul, warna

    hijau sampai hijau keabu-abuan. Daun tunggal atau kelihatan seolah-olah

    berbilang 3 atau menyirip berdaun 5. Daun atau tajunya memanjang atau oval,

    dengan ujung yang tumpul, beringgit atau beringgit rangkap, 5 - 20 kali 2,5 - 15

    cm (Kristio, 2007).

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    4/24

    8

    2.1.4 Kandungan Aktif Cocor Bebek dan Manfaatnya sebagai Tanaman Obat

    Daun yang cukup tebal ini selain banyak mengandung air juga

    menyimpan berbagai bahan kimia yang bermanfaat bagi kesehatan. Cocor

    bebek yang mempunyai rasa sedikit asam, lunak, dan dingin ini juga

    mengandung zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, saponin, tanin,

    flavonoid, quercetin-3-diarabinoside, kaempferol-3-giocoside. Kandungan kimia

    tersebut membuat cocor bebek bisa digunakan untuk berbagai pengobatan

    (Putri, 2011).

    Cocor bebek selain antitumor juga mempunyai sifat antiradang,

    menghentikan pendarahan, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat

    penyembuhan luka. Masyarakat China kerap menggunakan cocor bebek sebagai

    ramuan untuk mengatasi masalah pencernaan, muntah darah, serta gangguan

    pada telinga maupun tenggorokan. Kemudian cocor bebek digunakan untuk

    mengatasi trauma luka akibat kecelakaan, memar maupun pendarahan. Hal ini

    disebabkan sifatnya yang dingin (Putri, 2011).

    Masyarakat kepulauan Baham kerap menggunakan daun sejuk (cocor

    bebek), untuk mengatasi gangguan asam atau pernafasan. Lalu teh cocor bebek

    diminum untuk mengatasi rasa seperti terbakar di bagian dada. Sebenarnya

    bagian yang sering digunakan sebagai ramuan obat adalah daunnya. Namun tak

    jarang seluruh bagian tanaman ini digunakan sebagai ramuan dan belum ada

    diberitakan efek samping akibat penggunaan cocor bebek ini. Namun beberapa

    literatur menyarankan untuk tidak menggunakan ramuan tersebut pada orang

    yang berkulit sensitif akan mengakibatkan gatal atau menimbulkan lepuhan.

    Untuk itu jika ingin menggunakan ramuan ini berkonsultasilah lebih dahulu

    kepada ahli tanaman (Putri, 2011).

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    5/24

    9

    1. Flavonoid

    Flavonoid adalah senyawa yang tegabung dalam kelompok komponen

    fenolik (polyphenol) bersama dengan tannin dan merupakan senyawa non polar .

    Flavonoid dapat ditemukan dalam sel tumbuhan yang berfotosintesis, pada

    umumnya terdapat dalam buah-buahan, sayuran, kacang, biji-bijian, teh, dan

    madu. Fungsi flavonoid pada bunga untuk memberikan warna yang menarik,

    pada daun atau kulit buah sebagai pertahanan terhadap patogen seperti jamur

    dan sinar matahari. Senyawa ini juga berperan dalam fotosintesis, transfer

    energi, mengaktifkan hormon pertumbuhan dan meregulasi pertumbuhan

    tanaman (Tim and Andrew, 2005). Flavonoid dibagi menjadi 12 subgrup sesuai

    struktur kimianya, yaitu: flavines, flavonols, flavanonols, isoflavones,

    anthocyanins, anthocyanidins, leucoanthosyanins, chalcones, dihydrochalcones,

    aurones, dan catechins (Machlin, 1991).

    Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk

    senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas

    membran sel bakteri. Senyawa flavonoid diduga mekanisme kerjanya adalah

    mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel bakteri tanpa dapat

    diperbaiki lagi (Arsyi, 2008).

    Flavonoid bisa diekstraksi dengan menggunakan pelarut air, metanol dan

    etanol (Darusman, 2007). Flavonoid mempunyai macam efek, yaitu efek

    antitumor, anti HIV, immunostimulant, antioksidan, analgesik, antiradang

    (antiinflamasi), antivirus, antifungal, antidiare, antihepatotoksik, antihiperglikemik,

    dan sebagai vasodilator (de Padua et al, 1999).

    Efek flavonoid sebagai anti bakteri diduga karena kemampuannya

    berikatan dengan protein ekstraseluler dan membran sitoplasma dari kuman.

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    6/24

    10

    Semakin lipofilik suatu flavonoid, maka semakin kuat daya rusak flavonoid

    tersebut terhadap membran sitoplasma kuman (Tsuchiya et al, 1996).

    2. Saponin

    Saponin adalah senyawa glikosida yang berfungsi sebagai detergen

    alami (Rao, 1996). Menurut Lacaille-Dubois dan Wagner (1996) aktivitas spesifik

    saponin meliputi aktivitas yang berhubungan dengan kanker seperti sitotoksik,

    antitumor, kemopreventif, antimutagen, dan yang menyangkut aktivitas antitumor,

    antiinflamatori dan antialergenik, imunomodulator, antivirus, antihepatotoksik,

    antidiabetes, antifungi, dan molusisidal.

    Efek saponin meliputi aktivitas pada sistem kardiovaskular dan aktivitas

    pada sifat darah (hemolisis, koagulasi, kolesterol), sistem saraf pusat, sistem

    endokrin, dan aktivitas lainnya. Saponin mampu berikatan dengan kolesterol,

    sedangkan saponin yang masuk kedalam saluran cerna tidak diserap oleh

    saluran pencernaan sehingga saponin beserta kolesterol yang terikat dapat

    keluar dari saluran cerna. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh

    dapat berkurang (Lipkin, 1995).

    Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan

    (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)

    dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid). Pada hewan ruminansia,

    saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan

    kolesterol pada sel membran protozoa sehingga menyebabkan membrondisis

    pada sel membrane protozoa. Saponin dapat beraktivitas sebagai adjuvant pada

    vaksin antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat perkembangan

    sporozoit di dalam saluran pencernaan (Cheeke,1999).

    Saponin juga merupakan phytochemical yang berguna, antara lain

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    7/24

    11

    menunjukkan aktivitas antifungal dan antibakteri yang berspektrum luas. Sifat

    fisik saponin yaitu memiliki minimal 2 atom N yang dapat berupa amin primer,

    sekunder, dan tertier. Sedangkan secara kimia, saponin bersifat basa

    (tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Saponin mempunyai

    kerja merusak membran plasma dari bakteri (Hopkins, 1995). Saponin juga

    bekerja dengan menghambat enzim DNApolymerase sehingga terjadi hambatan

    pada sintesa asam nukleat bakteri. Selain bakteri, saponin juga menghambat

    pertumbuhan jamur (Davidson, 2004).

    3. Tanin

    Tanin merupakan salah satu senyawa kimiawi yang termasuk dalam

    golongan polifenol yang diduga dapat mengikat salah satu protein yang dimiliki

    oleh bakteri yaitu adhesin dan apabila hal ini terjadi maka dapat merusak

    ketersediaan reseptor pada permukaan sel bakteri. Tanin juga telah dibuktikan

    dapat membentuk kompleks senyawa yang irreversibel dengan prolin, suatu

    protein lengkap, yang mana ikatan ini mempunyai efek penghambatan sintesis

    protein untuk pembentukan dinding sel (Agnol et.al., 2003).

    Tannin umumnya banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan (akar, daun,

    buah, dan biji) dan tanaman berkayu dengan konsentrasi tinggi, merupakan

    metabolit sekunder tumbuhan, non-nitrogen dan fenolik di alam. Fungsi tannin

    adalah sebagai sistem pertahanan tumbuhan melawan serangan mikroba dan

    hewan-hewan melalui kemampuan mereka mengkonstriksikan jaringan lunak dan

    membentuk kompleks bersama protein dan polisakarida (Aguilera et al., 2007).

    Polifenol yang terdiri atas tanin, flavonoid dan asam fenolat merupakan

    komponen yang paling menonjol dalam kaitannya dengan aktivitas antibakteri.

    Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    8/24

    12

    diperkirakan adalah sebagai berikut : toksisitas tanin dapat merusak membran

    sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks

    senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat bakteri dan pembentukan suatu

    kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas

    tanin itu sendiri (Akiyama, 2001).

    Untuk membedakan tannin dengan senyawa sekunder lainnya, dapat

    dilihat dari sifat-sifat tannin itu sendiri:

    1. Sifat fisika

    Apabila dilarutkan dengan air, tannin akan membentuk koloiddan

    akan memiliki rasa asam dan sepat.

    Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, makaakan terbentuk

    endapan.

    Tidak dapat mengkristal.

    2. Sifat kimia

    Merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran

    polifenol yang sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membentuk

    kristal.

    Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromatografi.

    Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia,

    antiseptik, dan pemberi warna.

    Sementara menurut Ajizah (2004), tanin diduga dapat mengkerutkan

    dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu

    sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas

    hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Masduki (1996)

    menyatakan bahwa tanin mempunyai daya antibakteri dengan cara

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    9/24

    13

    mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan

    senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi dengan

    membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi

    genetik.

    Tanin menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk kompleks

    dengan protein melalui kekuatan nonspesifik seperti ikatan hidrogen dan efek

    hidrofobik , sebagaimana pembentukan ikatan kovalen, menginaktifkan adhesin

    bakteri (molekul untuk menempel pada sel inang), menstimulasi sel-sel fagosit

    yang berperan dalam respon imun selular (Asti, 2009)

    2.2 Escherichia col i

    2.2.1 Taksonomi

    Escherichia coliadalah jenis bakteri gram negatif berbentuk batang dari

    famili Enterobactericeae dengan genus Escherichia. Enterobactericeae

    merupakan kelompok bakteri heterogen yang habitat alaminya adalah di saluran

    pencernaan manusia dan hewan. Contoh lain dari famili Enterobactericeae

    adalah kelompok Shigella, Salmonella, Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Serratia

    dan lainnya. Dalam genus Escherichia terdapat enam jenis species dan lima di

    antaranya berhubungan dengan penyakit pada manusia. Escherihia coli

    bertanggung jawab pada semua infeksi klinis yang disebabkan oleh genus

    Escherichia, sementara species lainnya menyebabkan infeksi klinis kurang dari

    1% (Brooks et al., 2004).

    Escherichia coli adalah bakteri yang bertempat tinggal sebagai normal

    flora di usus besar manusia, hewan, dan insekta. Selain tentunya dapat dengan

    mudah dijumpai di tanah, air, sampah. Escherichia vulneris dahulu dimasukkan

    dalam enteric group 21, juga dapat diisolasi dari infeksi luka. Escherichia

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    10/24

    14

    adecarboxylataadalah isolat manusia yang jarang ditemukan dan dikelompokkan

    ke dalam enteric group 41 oleh CDC (Centers of Disease Control) dan

    diklasifikasikan sebagai Enterobacter agglomerans oleh center lainnya.

    Escherichia hermani dahulu diklasifikasikan sebagai enteric group 11, bisa

    diperoleh dari isolat darah dan cairan spinal. Escherichia ergusoni dahulu

    merupakan enteric group 10, dapat diisolasi dari darah dan saluran kemih tetapi

    pada awalnya hanya dapat diperoleh dari tinja dan hewan. Escherichia blattae

    tidak dapat diisolasi dari manusia, tetapi dari usus kecoak (Dzen, dkk., 2003).

    Escherichia coli adalah spesies bakteri yang sering diisolasi dari

    spesimen klinik, lebih sering digunakan sebagai objek dalam penelitian ilmiah

    dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya, juga telah digunakan sebagai

    organisme indikator dalam menilai kualitas air. Organisme ini merupakan

    penghuni utama usus besar dan merupakan isolat penyebab utama infeksi

    saluran kemih dan luka infeksi, pneumonia, meningitis dan septisemia.

    Penelitian-penelitian baru menyatakan bahwa galur tertentu dari Escherichia coli

    juga merupakan patogen intestinal dan menyebabkan berbagai penyakit

    gastrointestinal (Power et al., 2005; Greenwood, 1992).

    2.2.2 Morfologi

    Eschericia coliyang merupakan bakteri Enterobactericeae gram negatif

    berbentuk batang (basil), berukuran kecil (0.5 x 3.0 mikrometer) dan tidak

    membentuk spora (Greenwood, 1992). Memiliki fimbria atau pili yang

    bertanggung jawab pada perlekatan antar bakteri, perlekatan antar sel hospes

    dan bakteriofaga. Dinding sel terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein,

    dan lipopolisakarida (LPS), semuanya tersusun menjadi lapisan-lapisan. Lapisan

    murein-lipiprotein merupakan 20% dari dinding sel dan bertanggung jawab pada

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    11/24

    15

    rigiditas seluler. Sisanya 80% berkaitan dengan lipid dari lipoprotein untuk

    membentuk lipid bilayer. LPS mengandung rantai polisakarida khusus yang

    menentukan antigenitas dari berbagai spesies dan bertanggung jawab pada

    aktifitas endotoksik (Elena et al., 2005; Dzen, dkk., 2003).

    Gambar 2.2 Escherichia colipada Media Eosin Methylen Blue (EMB);

    Escherichia coli akan memberikan warna yang khas yaitu berwarna gelap dan metalik

    pada bagian tengahnya (Sumber: fedcosierra.com)

    2.2.3 Struktur Antigen

    Pembagian antigen Escherichia coli berdasarkan reaksi serologis

    terutama ditentukan atas tipe antigen O (lipopolisakarida), tipe antigen H

    (flagela), dan tipe antigen K (kapsuler). Terdapat lebih dari 164 antigen O, 100

    antigen K, dan 50 antigen H untuk Escherichia coli. antigen H selanjutnya akan

    dibagi menjadi subgrup L, A, dan B. Penentuan profil antigen dari berbagai galur

    berguna untuk penelitian epidemiologi dan beberapa penelitian menyangkut

    penyakit diare. Contohnya serotipe O157:H7 memproduksi Shigalike toxin yang

    bertanggung jawab pada kolitis hemoragik sedangkan serotipe O78:H11 dan

    O78:H12 hampir semuanya adalah enterotoksigenik (Dzen, dkk., 2003).

    Antigen O adalah antigen di bagian terluar dari dinding sel

    lipopolisakarida dan terdiri atas unit-unit polisakarida berulang (oligosakarida).

    Beberapa antigen O mengandung gugus gula yang unik, tahan panas, dan

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    12/24

    16

    alkohol dan biasanya dapat dideteksi dengan aglutinasi bakteri. Antigen ini

    tersusun atas senyawa LPS yang teridiri atas tiga region:

    1. Region I: antigen dinding sel, merupakan polimer dari unit-unit

    oligosakarida yang telah dijelaskan sebelumnya.

    2. Region II: melekat pada dinding antigen O, terdiri atas core

    polysaccharide yang konstan terdapat dalam genus tertentu tetapi

    berbeda antar spesies.

    3. Region III: lipid A, melekat pada region II melalui 2-keto-3-

    deoksioktanat (KDO). Unit dasar lipid A adalah disakarida yang

    melekat pada lima atau enam asam lemak. Secara struktural lipid A

    meningkatkan asam lemak murein-lipoprotein dinding sel.

    Selain digunakan sebagai tanda serologik, LPS juga berperan sebagai

    faktor virulensi penting oleh toksik (endotoksin). Di samping itu, antigen O dapat

    meningkatkan perlekatan organisme pada hospes (Brooks et al., 2004; Dzen,

    dkk., 2003).

    Antigen K (kapsuler) terletak lebih eksternal dibandingkan antigen O.

    Antigen K dari spesies Klebsiella tampak dengan jelas membentuk kapsul yang

    besar mengelilingi antigen O dan H (somatik). Pada genus bakteri lain, antigen K

    hanya merupakan lapisan tipis mengelilingi sel bakteri. Antigen K dari

    Escherichia coli berupa senyawa protein (bukan polisakarida) dan membentuk

    suatu fimbria. Antigen H (berlokasi di flagela) adalah protein yang dapat

    didenaturasi dengan pemanasan atau alkohol. Antigen H dapat diaglutinasikan

    oleh anti-H antibodi terutama IgG. Faktor penentu dari antigen ini adalah fungsi

    rantai asam amino pada protein flagelata yang disebut flagelin. Dalam serotipe

    tunggal, antigen H bisa berada dalam satu atau dua bentuk yang disebut antigen

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    13/24

    17

    H fase 1 dan antigen H fase 2. Dua bentuk antigen ini terjadi karena ada

    mikroorganisme yang cenderung berubah dari fase satu ke fase lain. Antigen ini

    bisa mengganggu aglutinasi oleh antibodi terhadap antigen O (Dzen, dkk., 2003;

    Brooks et al.,2004; Anonymous, 2009).

    2.2.4 Ciri-Ciri Pertumbuhan

    Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik,

    mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya

    paling sedikit banyak di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan yang baik pada

    suhu optimal 37C pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber

    karbon dan nitrogen.

    Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, uji

    indole positif dan mampu memfermentasi berbagai karbohidrat seperti glukosa,

    laktosa, manitol dan arabinosa.

    1. Media Eosin Methylene Blue

    Media ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi

    untuk memilah bakteri yang memfermentasi laktosa seperti Escherichia coli

    dengan bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa seperti Staphylococcus

    aureus, Pseudomonas aeruginosadan Salmonella. Bakteri yang memfermentasi

    laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam,

    sedangkan bakteri lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya

    eosin dan methylen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun

    demikian jika media ini digunakan pada tahap awal, karena kuman lain juga

    tumbuh terutama Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella sp dapat

    menimbulkan keraguan. Bagaimanapun media ini sangat baik untuk

    mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah Escherichia coli.

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    14/24

    18

    2. Media MacConkey Agar

    Media ini mempunyai keistimewaan memilah bakteri enterik gram negatif

    yang memfermentasi laktosa, karena media ini mengandung laktosa, crystal

    violet dan neutral red bile salt. Kemampuan Escherichia coli memfermentasi

    laktosa menyebabkan penurunan pH, sehingga mempermudah absorpsi neutral

    reduntuk mengubah koloni menjadi merah bata dan bile/ empedu diendapkan.

    Koloni lain (Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosadan Salmonella),

    bila tumbuh tidak akan berwarna karena tidak mampu memfermentasi laktosa.

    Bakteri lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Enterobacter, Proteus,

    Shigella, Aerobacter, Enterococcus.

    3. Media MacConkey Broth

    Media ini bermanfaat sekali dalam memilah Escherichia colidari bakteri

    lain terutama Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosadan Salmonella.

    Adanya Oxgall dalam media berperanan dalam menghambat bakteri gram positif

    lain seperti Staphylococcus aureus. Kandungan laktosa sangat penting untuk

    memilah Escherichia coli dari bakteri lain yang tidak memfermentasi laktosa,

    terutama Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella. Fermentasi laktosa oleh

    Escherichia coli menyebabkan pH turun. Kondisi asam akan menyebabkan

    bromo cresol purple (media berwarna ungu) berubah menjadi kuning (media

    berwarna kuning) dan adanya pembentukan gas yang dapat diamati pada tabung

    durham. Sedangkan Salmonella dan Pseudomonas aeruginosa tidak dapat

    mengubah warna media karena tidak memfermentasi laktosa, sedangkan bakteri

    lain yang mampu memfermetasi laktosa dan mempunyai ekspresi pada media

    seperti Escherichia coli adalah Enterobacter aerogenes. Adapun cara memilah

    Escherichia aerogenes antara lain dengan reaksi indole. Escherichia coli

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    15/24

    19

    mempunyai reaksi positif, sedang Escherichia aerogenes bereaksi negatif.

    Dengan sifat tersebut media ini sangat baik untuk memilah Escherichia colidari

    bakteri lain pada tahap awal terutama Pseudomonas aeruginosa;

    Staphylococcus aureus dan Salmonella (Suwandi, 1999).

    2.2.5 Manifestasi Klinis

    Bakteri Escherichia coli yang telah menginfeksi manusia dapat

    menimbulkan bermacam-macam gejala dan keluhan. Adapun beberapa

    manifestasi dari infeksi Escherichia coliyang paling sering dijumpai adalah:

    1. Infeksi Saluran Kemih

    Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya

    mikroorganisme didalam saluran kemih yang di dalam keadaan normal air kemih

    tidak mengandung bakteri. ISK paling banyak disebabkan oleh bakteri

    Escherichia coli dengan kejadian hampir 39,4% (Samirah, 2006). Wanita lebih

    sering terkena ISK karena perbedaan struktur anatomisnya, kematangan

    seksual, perubahan traktus urogenitalis selama kehamilan dan kelahiran, serta

    adanya tumor. Gejala-gejala ISK antara laian adalah poliuria, disuria, hematuria,

    dan piuria. Terjadinya gangguan ginjal berhubungan dengan Escherichia coli

    nefropatogenik yang memproduksi hemolisin, dan antigen K (antigen bakteri

    Escherichia coli yang terletak pada kapsuler). Sedangkan pielonefritis

    berhubungan dengan adanya fimbria-P (Tim Mikrobiologi FKUB, 2003).

    2. Diare

    Diare adalah frekuensi pengeluaran dan kekentalan feses yang tidak

    normal (Dorland, 2002). Sumber lain mengartikan diare sebagai pengeluaran

    feses cair atau kental lebih dari tiga kali sehari atau lebih dibandingkan individu

    normal, biasanya merupakan gejala infeksi gastrointestinal yang dapat

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    16/24

    20

    disebabkan oleh beragam jenis bakteri, virus, dan parasit, infeksi menyebar

    melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau kontak langsung

    dengan manusia. Angka morbiditas dan mortalitas diare cukup tinggi di negara-

    negara berkembang, utamanya dikalangan anak-anak usia kurang dari 1 tahun.

    Mortalitas diare di negara maju memang relatif kurang, namun kasus ini masih

    dianggap penting karena dapat menimbulkan morbiditas di masyarakat (Karsten

    et al., 2009; Farthing et al., 2008). Berikut adalah kelompok-kelompok

    Escherichia coliyang berperan dalam diare:

    a. Escherichia coli Enteropathogenic (EPEC)

    Penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang.

    EPEC melekat pada sel mukosa yang kecil. Faktor yang diperantarai

    secara kromosom menimbulkan pelekatan yang kuat. Akibat dari infeksi

    EPEC adalah diare cair yang biasanya sembuh sendiri taetapi dapat juga

    kronik. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dengan pemberian

    antibiotik. Diare terjadi pada manusia, kelinci, anjing, kucing dan kuda.

    Seperti ETEC, EPEC juga menyebabkan diare tetapi mekanisme

    molekular dari kolonisasi dan etiologi adalah berbeda. EPEC sedikit

    fimbria, ST toksin (toksin yang tahan panas) dan LT toksin (toksin yang

    labil terhadap panas), tetapi EPEC menggunakan adhesin yang dikenal

    sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC invasive (jika

    memasuki sel inang) dan menyebabkan radang.

    b. Escherichia coli Enterotoxigenic (ETEC)

    Penyebab yang sering dari diare wisatawan dan sangat penting

    menyebabkan diare pada bayi di Negara berkembang. Faktor kolonisasi

    ETEC yang spesifik untuk menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    17/24

    21

    usus kecil. Lumen usus terengang oleh cairan dan mengakibatkan

    hipermortilitas serta diare, dan berlangsung selama beberapa hari.

    Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotosin tidak tahan panas.

    Prokfilaksis antibakteri dapat efektif tetapi bisa menimbulkan peningkatan

    resistensi antibiotic pada bakteri, mungkin sebaiknya tidak dianjurkan

    secara umum. Ketika timbul diare, pemberian antibiotik dapat secara

    efektif mempersingkat lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini

    terjadi pada manusia, babi, domba, kambing, kuda, anjing, dan sapi.

    ETEC menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari dinding sel bakteri)

    untuk mengikat sel sel enterocit di usus halus. ETEC dapat

    memproduksi 2 proteinous enterotoksin: dua protein yang lebih besar, LT

    enterotoksin sama pada struktur dan fungsi toksin kolera hanya lebih

    kecil, ST enterotoksin menyebabkan akumulasi cGMP pada sel target dan

    elektrolit dan cairan sekresi berikutnya ke lumen usus. ETEC strains tidak

    invasive dan tidak tinggal pada lumen usus.

    c. Escherichia coli Enterohemorhagic (EHEC)

    Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinya pada sel vero,

    suatu sel hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk

    antigenic dari toksin. EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik,

    bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu

    penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan

    trombositopenia. Banyak kasus EHEC dapat dicegah dengan memasak

    daging sampai matang. Diare ini ditemukan pada manusia, sapi, dan

    kambing.

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    18/24

    22

    d. Escherichia coli Enteroinvansive(EIEC)

    Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Penyakit

    sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan

    yang menuju ke negara tersebut. EIEC melakukan fermentasi laktosa

    dengan lambat dan tidak bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui

    invasinya ke sel epitel mukosa usus. Diare ini ditemukan hanya pada

    manusia.

    e. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC)

    Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara

    berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel

    manusia. EAEC menproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama

    dengan ETEC (Triatmodjo,1992).

    3. Sepsis

    Terjadi bila pertahanan hospes tidak adekuat, Escherichia colikemudian

    bisa masuk peredaran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi-bayi yang baru lahir

    sangat peka terhadap sepsis karena Escherichia coli tidak memiliki antibody IgM.

    Sepsis juga bisa terjadi sebagai efek sekunder dari ISK (Dzen, dkk., 2003)

    4. Meningitis

    Escherichia coli merupakan penyebab utama meningitis pada bayi,

    disamping streptokokus grup B. Hampir 75% Escherichia coli dari kasus

    meningitis memiliki antigen K1. Antigen ini bisa bereaksi silang dengan

    polisakarida kapsuler grup B dari Neisseria meningitides (Dzen, dkk., 2003)

    2.2.5 Penentu Patogenisitas

    Escherichia coli terdiri atas beragam grup mikroorganisme yang dapat

    menginfeksi berbagai sistem hospes dan memproduksi sejumlah besar faktor

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    19/24

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    20/24

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    21/24

    25

    2.3 Antibakteri

    Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang

    mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

    organisme, khususnya dalam proses infeksi bakteri. Obat antibakteri mempunyai

    susunan kimiawi dan cara kerja berbeda antara obat satu dan obat yang lainnya

    (Brooks et al., 2004). Antibakteri mengganggu bagian-bagian bakteri yang peka,

    yaitu:

    1. Menghambat sintesis dinding sel

    2. Menghambat sintesis protein

    3. Menghambat sintesis asam nukleat

    4. Antagonis metabolit (Dzen, dkk., 2003).

    Antibiotika sering disebut bakteriostatik atau bakterisidal. Istilah

    bakteriostatik menggambarkan suatu obat yang sewaktu-waktu menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme. Keberhasilan pengobatan ini sering bergantung

    pada partisipasi mekanisme pertahanan tubuh inang. Istilah bakterisidal

    digunakan untuk obat yang menyebabkan kematian organisme (Balows et al.,

    1991).

    2.4 Uji Kepekaan terhadap Antibakteri In Vitro

    Penentuan aktifitas bahan antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode

    dasar, yaitu:

    2.4.1 Metode dilusi

    1. Dilusi Tabung

    Tes ini dikerjakan dengan menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi

    media cair dan sejumlah sel mikroba tertentu yang akan diuji. Kemudian masing-

    masing tabung diisi dengan obat yang telah diencerkan secara serial.

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    22/24

    26

    Selanjutnya seri tabung diinkubasikan pada suhu 37C selama 18-24 jam dan

    diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah pada tabung

    yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada

    pertumbuhan mikroba) adalah KHM (Kadar Hambat Minimal) dari obat.

    Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada media

    agar padat, diinkubasikan, dan keesokan harinya diamati ada tidaknya koloni

    mikroba yang tumbuh. Konsentrasi terendah pada biakan pada yang ditunjukkan

    dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri adalah KBM (Kadar Bunuh Minimal)

    dari obat terhadap bakteri uji. Untuk menentukan KHM dapat juga dilakukan

    dengan cara menggunakan medium agar padat yang disebut dengan metode E

    test (Dzen, dkk., 2003).

    2. Dilusi agar

    Uji kepekaan antimikroba yang lain adalah dengan menggunakan metode

    dilusi agar. Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi minimum yang

    dibutuhkan suatu bahan antimikroba untuk membunuh atau menghambat

    mikroorganisme. Cara ini memiliki kelebihan dibanding metode lain karena

    fleksibilitasnya. Fleksibilitasnya antara lain adalah format hasilnya dapat berupa

    kuantitatif (KHM dalam satuan mikrogram per mililiter) maupun dalam bentuk

    kategori (susceptible, moderately susceptible atau resistant) atau dapat

    menggunakan keduanya. Keuntungan lain metode ini adalah kemampuannya

    untuk mendeteksi berbagai pola resistensi yang mungkin tidak terdeteksi oleh

    metode difusi cakram (Balows et al., 1991).

    2.4.2 Metode difusi

    Tes ini dikerjakan dengan menggunakan cahaya kertas saring yang

    mengandung bahan anti mikroba yang telah ditentukan kadarnya. Cakram

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    23/24

    27

    kemudian ditempatkan pada media padat yang telah diberi bakteri uji. Setelah

    diinkubasi, diameter are hambatan dihitung sebagai daya hambat obat terhadap

    bakteri uji. Area hambatan yang terbentuk ditunjukkan sebagai daerah yang tidak

    memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri disekitar cakram kertas saring

    (Brooks et al., 2004).

    Untuk mengevaluasi hasil uji kepekaan tersebut, apakah isolat mikroba

    sensitif atau resisten terhadap obat, dapat dilakukan dua cara seperti berikut ini:

    1. Cara Kirby Bauer

    Dengan membandingkan diameter area jernih (zona hambatan) di sekitar

    cakram dengan tabel standar yang dibuat oleh NCCLS (National Commitee for

    Clinical Laboratory Standard). Dengan tabel NCCLS ini dapat diketahui kriteria

    sensitif, sedang, atau resisten.

    2. Cara Joan-Stokes

    Dengan membandingkan radius zona hambatan yang terjadi antara

    bakteri kontrol yang sudah diketahui kepekaannya terhadap obat tersebut

    dengan isolat bakteri yang diuji. Dengan cara ini, prosedur uji kepekaan untuk

    bakteri kontrol dan bakteri uji bersama-sama dalam satu piring agar (Dzen, dkk.,

    2003).

    2.5 Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM)

    Keefektifan antibakteri terhadap bakteri berhubungan dengan konsep KHM.

    KHM adalah konsentrasi antibakteri terendah yang bisa menghambat

    pertumbuhan bakteri. KBM adalah konsentrasi antibakteri terendah yang bisa

    membunuh bakteri. Bakteri dikatakan mati apabila tidak tumbuh pada inokulasi

    ke dalam medium kultur yang secara normal mendukung pertumbuhannya

    (Greenwood, 1992).

  • 7/22/2019 Cocor Bebek Bab2

    24/24

    28

    KHM sangat penting dalam diagnosis laboratoris untuk mengkonfirmasi

    resistensi mikroorganisme terhadap bahan antibakteri dan juga untuk memonitor

    aktivitas bahan antibakteri baru. KHM biasanya berkenaan dengan pengukuran

    laboratoris dasar dari aktivitas bahan antibakteri yang melawan bakteri (Brooks et

    al., 2004).