8
Perjalanan Hidup Saya, Alfi Kurnia Adha Nama saya Alfi Kurnia Adha, teman- teman sekolah saya biasa memanggil saya Adha. Tapi panggilan saya ketika di rumah berubah menjadi Alfi, bahkan ada tetangga saya yang memanggil saya Novi. “Apalah arti sebuah nama” Saya memberikan kebebasan berekspresi kepada orang- orang ketika memanggil saya. Saya lahir di Kota Klaten nan Bersinar ini pada 2 mei bertepatan saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 17 tahun lalu. Saya bersyukur karena Tuhan telah banyak memberi saya kebahagiaan. Saya memiliki keluarga yang sederhana namun unik, dan juga teman- teman dari latar belakang, ras, suku, sifat, maupun warna kulit yang berbeda. Keluarga saya memiliki latar belakang hobi, bakat, dan profesi. Alfi Kurnia Adha 06/ XII IPA 7

Contoh Biografi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Contoh biografi pribadi, ditulis saat tugas akhir kelulusan SMA. Silakan download apabila membutuhkan.

Citation preview

X

Perjalanan Hidup Saya, Alfi Kurnia AdhaNama saya Alfi Kurnia Adha, teman- teman sekolah saya biasa memanggil saya Adha. Tapi panggilan saya ketika di rumah berubah menjadi Alfi, bahkan ada tetangga saya yang memanggil saya Novi. Apalah arti sebuah nama Saya memberikan kebebasan berekspresi kepada orang- orang ketika memanggil saya. Saya lahir di Kota Klaten nan Bersinar ini pada 2 mei bertepatan saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 17 tahun lalu.

Saya bersyukur karena Tuhan telah banyak memberi saya kebahagiaan. Saya memiliki keluarga yang sederhana namun unik, dan juga teman- teman dari latar belakang, ras, suku, sifat, maupun warna kulit yang berbeda. Keluarga saya memiliki latar belakang hobi, bakat, dan profesi. Ayah saya, Bambang Riyanto adalah seorang pegawai di Dinas Pekerjaan Umum, dan ibu saya, Dwi Rahayu sebenarnya tidak bekerja, namun bisa dikatakan bekerja. Ibu adalah orang yang aktif, walaupun predikatnya ialah sebagai ibu, beliau jauh lebih aktif dibandingkan dengan ayah saya. Yang saya tahu, saat ini ibu aktif di beberapa organisasi sosial, agama maupun dalam bisnis asuransi. Saya juga mempunyai kakak yang jago menari, mulai dari Tari Jawa klasik gaya Yogyakarta yang halus, lemah gemulai sampai Tari Hip Hop yang enerjik. Dialah kakak saya satu-satunya yang bernama Indah Kurnia Anisafitri yang sampai saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi semester 9 Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Saya kira perkenalan tentang anggota keluarga sudah cukup, nah kini saatnya saya bercerita tentang masa kecil saya, mari saya ajak kalian kembali ke tahun 1999, ketika saya berusia 4 tahun. Seingat saya, di tahun ini setelah Presiden Soeharto lengser, film India sedang nge-trend di Indonesia, mungkin kalau sekarang ini ya seperti deman K-Pop lah. Sama halnya seperti deman Korea yang baru digangrungi banyak ABG, film India di era 90 an dulu juga banyak fansnya, bahkan simbah-simbah sampai anak balita pun setiap hari menonton film India. Termasuk saya, hamper tiap hari selalu nonton film India di rumah tetangga.

Menginjak usia 5 tahun, ibu memutuskan untuk memasukkan saya ke Taman kanak- Kanak Aisyiah Busthanul Atfhal, Danguran. Wahh, saya gembira sekali waktu itu karena saya akan jadi anak TK. Di usia ini, saya suka sekali dengan acara tv Tweenes, dan Teletubies. Bahkan, kami club anak- anak TK selalu minta pulang awal sebelum jam 10 agar bisa menonton Teletubies di rumah. Tahukah? Saya sangat mengidolakan tokoh Lala, Teletubies kuning dan Po si merah pemilik antena bundar yang paling imut diantara teman-temannya. Selayaknya anak TK lainnya, saya memiliki sahabat dekat yaitu Rika, Risa, dan Isna yang semuanya saat ini bersekolah di SMA N 2 Klaten. Bersama dengan merekalah untuk pertama kalinya kami berhasil menyabet Juara 1 Tari tingkat Kecamatan Klaten-Selatan.

Menginjak usia 6 tahun, saya lulus dari TK, saya melanjutkan ke Sekolah Dasar. SD Negeri 1 Sumberejo, almamater saya bersama teman saya Ira (XII IPA 4) menuntut ilmu. Ira adalah teman baik saya ketika SD walaupun sebenarnya dia anak baru yang pindah dari Kotagede, Yogyakarta. Orangnya pun baik dan pintar. Dimasa SD, saya juga suka bermain layang-layang bersama dengan Devi, teman saya yang tomboy yang kebayakan temannya laki-laki. Atau kalau saya sedang mood untuk agak lebih feminin, saya bermain masak-masakan bersama dengan teman saya yang bernama Yuli. Saat SD saya juga mengikuti berbagai lomba mata pelajaran, Porseni, maupun menggambar. Namun, tidak semuanya berhasil mendapatkan juara. Tapi, Alhamdulillah selama 6 tahun belajar di Sekolah Dasar, akhirnya saya diterima di SMP Negeri 1 Klaten.Kini saya duduk di bangku putih- biru, SMP Negeri 1 Klaten. Di masa inilah saya mulai mengenal organisasi tempat saya bersosialisasi, belajar dan berkarya, mulai dari Dewan Penggalang, OSIS, hingga Palang Merah Remaja. Kini, saya yang dulu sikenal sebagai siswa yang kalem, dan pendiam ber-revolusi menjadi anak yang aktif dan suka berorganisasi. Dari semua kegiatan yang saya ikuti, ternyata Pramuka lah yang menarik hati saya. Berbicara tentang Pramuka, Pramuka tidak bias dipisahkan dari hidup saya. Saya adalah satu dari banyak orang yang aktif dalam kegiatan Pramuka, ibaratnya pahit, manis, bahkan asam sudah saya jalani. Mulai dari berbaris di siang hari yang sangat terik, kena hukuman push-up 50 kali dan sampai long marche 20 km pernah saya alami. Sekilas, bagi orang awam hal-hal seperti itu sangat tidak enak, dan menyiksa. Ya, saya akui memang tidak enak tapi justru itu yang menjadi sensasi dan hal unik yang tidak bias dilupakan bersama teman- teman. Jerih payah saya tidak sia-sia, sekolah mengirimkan saya untuk mengikuti seleksi kemah. Saya hanya menurut saja saat itu. Tak diduga kwarcab mempercayai saya sebagai ketua Kontingen yang mewakili Jawa Tengah dalam Kemah Budaya Nasional 2009 yang diselenggarakan di Kota kelahiran Bapak SBY, Pacitan. Kurang lebih 2 bulan, waktu yang kami butuhkan untuk persiapan, mulai dari perlengkapan tenda, tali, tongkat bahkan hingga pentas seni. Ada banyak pengalaman menarik selama saya mengikuti kemah ini, mulai dari menunggu bis yang telat hingga 3 jam, hanya mandi selama 2 kali saat kemah padahal acara kemah selama 6 hari, hingga berkesempatan memiliki teman baru dari Manado, Padang, Belitung hingga Papua. Sungguh, pengalaman yang tak bias saya lupakan. Hal yang paling mengejutkan sekaligus menggembirakan saat kami berhasil memperoleh Juara 1 Pentas Seni, yang saat itu kami menampilkan Sendratari Rama-Sinta dan dinobatkan sebagai Regu Tergiat.Menginjak bangku putih abu-abu. Pramuka masih memikat hati saya, saya menjadi anggota Dewan Ambalan dan menjabat sebagai Bendahara/ Juru Uang Putri. Sebagai seorang pandu, berkemah tetap menjadi hobi saya. Kelas X, untuk pertama kalinya saya diutus bersama teman-teman yang tergabung dalam Dewan Ambalan mengikuti Kemah Kebangsaan 2010 bertempat di Korem 073/ Makutarama, Meteseh, Semarang. Karena acara ini diselenggarakan oleh TNI, maka kami harus mengikuti seluruh tata tertib, dan aturan yang berlaku di pendidikan militer. Hal yang tidak terlupakan ketika jam 2 pagi, saat kami tidur dengan nyenyaknya tiba-tiba terdengar suara ledakan dari tengah lapangan. Seketika, kami terkejut dan terbangun dari tidur. Kami di bariskan, dan tahukah, kami dibariskan hanya untuk ditanyai apakah anggota regu sudah lengkap atau belum. Lalu, kami dipersilakan untuk melanjutkan tidur kembali.Kemah lainnya yang saya ikuti antara lain Tesa Penitra 2011 yang diadakan oleh kakak-kakak senior saya di Dewan Ambalan dan merupakan kegiatan wajib bagi kelas X, dan Kemah Bhakti Pemuda Provinsi Jawa Tengah 2011 yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah bertempat di Purbalingga.Menginjak kelas XI, selain aktif di organisai kepramukaan dan jurnalistik saya juga tidak meninggalkan akademik saya, tahun ini saya mencoba mengikuti seleksi OSN bidang Kebumian. Tahap demi tahap saya lewati, dari 12 besar, 6 besar hingga 3 besar terbaik yang mewaikili sekolah di tingkat kabupaten. Alhamdulillah, setelah tahun lalu gagal, kali ini saya berhasil menyabet Juara 3 OSN bidang Kebumian, dan berhak melaju ke tingkat provinsi. Saya telah berusaha semaksimal mungkin, namun saya harus berbesar hati, karena perjalanan saya terhenti di tingkat provinsi, sehingga saya tidak bias mewakili ke tingkat nasional.Kelas XII SMA, semua jabatan di organisasi sudah saya tanggalkan, itu berarti kelas XII adalah kelas dimana saya harus mempersiapkan otak dan mental untuk menghadapi Ujian Akhir. Saya harus fokus dalam urusan belajar, dan tidak akan terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merusak konsentrasi.Lebih dari 12 tahun saya telah mengenyam bangku pendidikan di Indonesia. Semakin bertambah usia, semakin saya tahu bahwa sistem pendidikan di negeri ini masih memiliki kekurangan di sana-sini, saya merasa bahwa sistem pendidikan ini hanya mengubah orang yang bodoh menjadi orang pintar yang tidak bermoral. Maka, saya ingin memberikan kualitas pendidikan terbaik yang dilihat dari segi agama, moral, maupun ilmu pengetahuan bagi putra-putri bangsa generasi mendatang. Langkah awal untuk mewujudkan itu semua yakni dengan menjadi pengusaha sukses yang bisa menguasai pasar internasional, sehingga nantinya dapat berguna untuk kemajuan Bangsa Indonesia.Itulah, perjalanan hidup saya selama 17 tahun ini.

Alfi Kurnia Adha

06/ XII IPA 7