28
Contoh Penulisan Proposal KTI PROPOSAL PENELITIAN EVALUASI CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI USIA 12 – 24 BULAN DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh : NAMA MAHASISWA NIM NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Contoh Proposal KTI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contoh Proposal KTI

Contoh Penulisan Proposal KTI

PROPOSAL PENELITIAN

EVALUASI CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B

PADA BAYI USIA 12 – 24 BULAN

DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

NAMA MAHASISWANIM

NIM

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN2009

Page 2: Contoh Proposal KTI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik disebabkan oleh virus

hepatitis B. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka

kejadian paling tinggi tercatat di Negara Afrika dan Asia, khususnya di daerah Afrika

Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu di antara 7 orang dilaporkan mengidap

virus hepatitis B. Di Indonesia, kejadiannya satu diantara 12 – 14 orang (Markum,

1997). Hepatitis B ini hampir 100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus

HIV (Akbar, 2006). Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan gejala

yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila penyakit berlangsung lebih dari 6

bulan, maka disebut hepatitis kronik. Anak-anak yang terinfeksi pada waktu lahir atau

pada usia antara 1 dan 5 tahun maka akan terjadi penyakit hati yang kronik. Infeksi

yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi kanker hati dan sirrosis

hati. Mereka yang menderita infeksi kronis ini merupakan sumber untuk penularan

penyakit hepatitis B. Penyakit kanker hati dan sirrosis hati sampai sekarang belum ada

obatnya, biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan atau beberapa tahun

(Markum, 1997; Prijanto, 2002).

Oleh karena itu pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi

sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit

hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi dan balita

melalui pemberian imunisasi hepatitis B. Pemerintah Indonesia melalui Program

Pengembangan Imunisasinya (PPI) sejalan dengan komitmen internasional Universal

Child Immunization (UCI), telah menargetkan “Universal Child Immunization 80-80-

80” sebagai target cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis

B, harus mencapai cakupan 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan

di setiap desa (Akbar, 2006)

Saat ini data infeksi hepatitis B masih tinggi yaitu angka kejadiannya 4% -

30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka kejadiannya

20% - 40% (Markum, 1997). Pada ibu hamil prevelensinya sebesar 4% dan penularan

dari ibu hamil yang mengidap hepatitis ke bayinya sebesar 45.9% (Prijanto, 2002).

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hepatitis B sejak

Page 3: Contoh Proposal KTI

dini, maka WHO telah merekomendasi program imunisasi hepatitis B untuk semua

bayi (Universal Chilhood Immunization Against Hepatitis B). Sebagai

implemetasinya, pemerintah Indonesia memasukkan program imunisasi hepatitis B ke

dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak tahun 1997. Hingga saat ini

program imunisasi hepatitis B masih terus berjalan walaupun banyak kendala yang

dihadapi, misalnya belum tercapainya target cakupan imunisasi dan indek pemakaian

vaksin yang rendah. Bila program imunisasi ini berhasil, diharapkan pada tahun 2015

(satu generasi kemudian) hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan

kesehatan masyarakat lagi (Ranuh, 2001).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian evaluatif

terhadap pelaksaaan imunisasi hepatitis B untuk menjawab pertanyaan penelitian

yaitu bagaimanakah cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12 – 24 bulan di

Kabupaten Asahan Propinsi Sumtera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Menilai cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12 - 24 bulan di

Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui faktor-faktor penghambat dalam memperoleh imunisasi

hepatitis B pada balita.

2. Mengetahui penggunaan tempat-tempat sarana pelayanan kesehatan untuk

memperoleh imunisasi hepatitis B

3. Menilai persentase pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan frekuensi

pemberiannya.

4. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap masalah yang

berhubungan dengan imunisasi hepatitis B

Page 4: Contoh Proposal KTI

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Memberikan informasi tambahan bagi pengambil keputusan/kebijakn

kesehatan serta sebagai perbandingan terhadap laporan cakupan imunisasi

secara admistratif.

2. Menyediakan informasi untuk langkah-langkah strategis bagi peningkatan

cakupan imunisasi hepatitis B khususnya dan imunisasi dasar umumnya.

3. Memberikan informasi bagi sarana pelayanan kesehatan dalam

memberikan pelayanan imunisasi hepatitis B agar lebih meningkatkan

cakupan imunisasinya.

Page 5: Contoh Proposal KTI

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan

anak. Imunisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk memberikan kekebalan

khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.

Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Disebut

imunisasi aktif bila tubuh anak akan membuat sendiri zat anti terhadap rangsangan

antigen dari luar tubuhnya, misalnya dengan pemberian imunisasi polio atau campak

pada anak, dimana dalam imunisasi ini rangsangannya adalah virus yang telah

dilemahkan. Dengan adanya rangsangan ini, kadar zat anti dalam tubuh anak akan

meningkat sehingga anak menjadi imun atau kebal. Sedangkan imunisasi pasif,

dilakukan penyuntikan sejumlah zat anti sehingga kadarnya dalam darah akan

meningkat. Zat anti yang disuntikan tadi biasanya telah dipersiapkan pembuatannya di

luar tubuh anak, misalnya zat anti yang terdapat dalam serum kuda yang telah

dimurnikan. Jadi pada imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh

anak itu bukan sebagai hasil produksi tubuh anak sendiri,melainkan diperoleh secara

pasif melalui suntikan atau pemberian dari luar tubuh.

Pemberian imunisasi pada anak biasanya dilakukan dengan cara imunisasi

aktif, karena imunisasi aktif akan memberikan kekebalan yang lebih lama (bertahan

selama bertahun-tahun), sedangkan imunisasi pasif hanya bertahan untuk beberapa

bulan.

2.2. Imunisasi Dasar

Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang Program

Pengembangan Imunisasi (PPI), maka setiap anak Indonesia harus mendapatkan

imunisasai dasar sebagai perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama, yaitu penyakit

tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG, penyakit difteria, tetanus dan

pertusiss (batuk rejan) dengan imunisasi DPT, penyakit poliomeyelitis dengan

imunisasi polio, penyakit campak dengan imunisasi campak dan penyakit hepatitis B

Page 6: Contoh Proposal KTI

dengan imunisasi hepatitis B. Imunisasi terhadap penyakit lain seperti tifus, mump,

cacar air, rubella hepatitis A, radang selaput otak dan influenza tidak diwajibkan

tetapi dianjurkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005)

Saat ini imunisasi hepatitis B sudah diwajibkan di Indonesia terhadap bayi

berumur sampai 1 tahun sehingga imunisasi dasar hepatitis B diberikan secara cuma-

cuma di tempat imunisasi seperti Puskesmas atau Posyandu.

2.3. Vaksin Hepatitis B

Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit

hepatitis B. Penyakit ini dalam istilah sehari-hari lebih dikenal sebagai penyakit lever.

Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa virus hepatitis B

mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit lever tadi. Vaksin terbuat dari

bagian virus hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan

tapi tidak menimbulkan penyakit. HbsAg ini dapat diperoleh dari serum manusia atau

dengan cara rekayasa genetika dengan bantuan sel ragi. Dengan tehnik rekayasa

genetik ini maka vaksin telah dapat diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak dan

biaya pengolahan lebih rendah, dengan mutu vaksin yang baik. Dengan demikian

maka harga vaksin yang semula mahal dapat ditekan sehingga terjangkau oleh

sebagian besar masyarakat.

Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi yaitu antara 94 – 96% (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2005)

2.4. Penyakit Hepatitis B dan Epidemiologinya

Hepatitis B merupakan penyakit endemik di hampir seluruh bagian dunia.

Pada anak sering menimbulkan gejala yang minimal bahkan sering terjadi sub-klinik,

namun sering menyebabkan hepatitis kronik, yang dalam kurun waktu 10 – 20 tahun

dapat berkembang menjadi sirosis ataupun hepatoma (kanker hati); sedangkan pada

orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat berkembang

menjadi bentuk fulminan, dengan angka kematian yang tinggi.

Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini tersebar di

seluruh dunia, tetapi angka kejadian paling tinggi tercatat di Negara Afrika dan Asia,

khususnya di daerah Afrika Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu di antara 7

orang dilaporkan mengidap virus hepatitis B. Di Indonesia, kejadiannya satu diantara

12 – 14 orang. Selanjutnya dinyatakan bahwa 10% di antara pengidap virus tadi akan

Page 7: Contoh Proposal KTI

menjadi karier menahun, yang setelah beberapa tahun kemudian dapat menunjukkan

gejala kanker hati atau cirrosis hati.

Cara penularan hepatitis B dapat melalui mulut, transfusi darah, dan jarum

suntik yang tercemar. Pada bayi cara penularannya adalah dari ibu melalui plasenta

(uri) semasa dalam kandungan atau pada saat kelahiran

Kelainan utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada hati. Virus

hepatiti B yang masuk dalam tubuh akan berkembang biak di dalam jaringan hati dan

kemudian merusaknya. Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai

kelainan hati yang berat atau penyakit yang berjalan menahun (kronis). Biasanya

gejala penyakit hepatitis ialah kekuningan pada mata, rasa lemah, mual, muntah, tidak

nafsu makan dan demam.

Pada bayi infeksi hepatitis B sebagian besar (90%) akan berjalan kronis.

Risiko untuk menjadi kronis ini akan menurun dengan bertambahnya umur, pada usia

anak sekolah risiko ini ialah sebesar 23 – 46% dan pada orang dewasa 3 – 10%.

Infeksi yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi kanker hati dan

cirrosis hati. Mereka yang menderita infeksi kronis ini merupakan sumber untuk

penularan penyakit hepatitis B. Terhadap penyakit kanker hati dan sirrosis hati sampai

sekarang belum ada obatnya. Biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan

atau beberapa tahun.

2.5. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3

kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan lima bulan

antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi

dasar. 1,3,4 Cara pemberian imunisasi dasar tersebut dapat berbeda-beda, tergantung

dari rekomendasi pabrik pembuat vaksin hepatitis B mana yang kita pergunakan.

Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan Pasteur, Perancis berbeda dengan

jadwal vaksinasi vaksin buatan MSD, Amerika Serikat.

Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus

dilakukan imunisasi pasif memakai immunoglobulin khusus anti hepatitis B dalam

waktu 24 jam setelah kelahiran. Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat

imunisasi aktif 24 jam setelah lahir, dengan penyuntikan vaksin hepatitis B dengan

cara pemberian yang sama seperti biasa.

Page 8: Contoh Proposal KTI

Risiko penularan hepatitis B dari ibu ke bayinya sangat tinggi, oleh karena itu

ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ia

mengidap virus hepatitis B, sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang diperlukan

menjelang kelahiran bayi.

Adapun jadwal imunisasi dasar yang merupakan imunisasi wajib yang

dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia adalah sebagai berikut (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1996).

Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Bayi

Vaksin Pemberian Interval Umur Keterangan

BCG 1x - 0-11 bulan Minimal, tidak ada

batasan minimal

DPT 3x 4 minggu 2-11 bulan -

Polio

(OPV)

4x 4 minggu 0-11 bulan Lengkapi sebelum umur

1 tahun

Campak 1x - 9-11 bulan -

Hepatitis B 3x 1 dan 6 bulan

dari suntikan

pertama

0-11 bulan -

2.6. Reaksi imunisasi

Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan,

yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini

akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam

ringan.

2.7. Efek samping

Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan adanya efek samping yang

berarti. Berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh penyakit

AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis yang berasal dari plasma, merupakan berita

Page 9: Contoh Proposal KTI

yang terlalu dibesar-besarkan. Dan melalui suatu penelitian yang lebih luas WHO

tetap menganjurkan pelaksanaan hepatitis B.

2.8. Indikasi kontra

Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat.

Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak

membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin selama

dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.

2.9. Program Imunisasi di Sumatera Utara: Kelemahan dan Tantangan

Cakupan imunisasi di Sumatera Utara secara umum cukup tinggi, tetapi tidak

merata setiap kabupaten, ada di antaranya dibawah 80 persen. Hal ini memungkinkan

terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit misalnya campak, polio, tetanus dan

sebagainya. Sehingga peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi harus terus

diupayakan dan diharapkan dalam waktu 2 tahun ke depan, cakupan bisa mencapai

minimal 80,5 persen di Sumatera Utara.

Kelemahan-kelemahan pada program imunisasi Sumatera Utara, diantaranya,

kelemahan pertama pada tenaga kesehatan yakni distribusi tenaga tidak merata,

petugas lapangan dan praktek swasta belum semuanya mendapat pelatihan safety

injection dan RR, tingginya mutasi di kabupaten/kota dan Puskesmas terhadap tenaga

yang sudah dilatih, motivasi petugas masih rendah dan ketrampilan pengoperasian

komputer masih kurang khususnya di tingkat kabupaten/kota.

Kelemahan kedua yakni vaksin. Perubahan birokrasi pengadaan vaksin di

Depkes terjadi keterlambatan distribusi vaksin (awal tahun 2007), terjadi kekosongan

vaksin di provinsi dan kabupaten/kota tahun 2005 dan 2006 (BCG, DPT, Hepatitis B

dan TT). Perubahan vaksin DPT & HB, pemakaian vaksin kurang optimal khususnya

di daerah dengan geografi luas dan sulit dijangkau, seringnya terjadi pemadaman

listrik telah menurunkan kualitas vaksin.

Kelemahan ketiga pada logistik. Lebih dari setengah penyimpanan vaksin di

Puskesmas sudah berumur kurang dari 10 tahun, keterbatasan suku cadang

Refrigerator, sistem bundling belum terlaksana (dari provinsi ke lapangan), distribusi

logistik yang tergantung biaya operasional, ADS (Auto Disable Syringe) dan safety

box masih tergantung pengadaan pusat dan bantuan, form RR tidak dimanfaatkan

secara efisien, manejemen logistik masih kurang.

Page 10: Contoh Proposal KTI

Kelemahan keempat yakni tempat pelayanan masih terjadi miss opportunities

terutama di Rumah Sakit dan praktek swasta yakni HB Birth dose (0-7 hari),

kurangnya kerjasama dengan rumah sakit dan praktek swasta pada logistik, tata

laksana vaksin dan sistem RR.

Sedangkan biaya operasional masih minimnya dukungan Pemda untuk biaya

operasional (transportasi ke lapangan, supervisi, pengambilan/distribusi vaksin dan

logistik), anggaran tidak tepat waktu, tidak tersedia biaya operasional transpor

terutama untuk daerah sulit dan terpencil.

Kelemahan kelima pada sistem dan kemitraan yakni ketidakakuratan sistem

RR di semua level, monev dan feed back kegiatan tidak rutin, kurang perhatian kepala

puskesmas terhadap program imunisasi, masih kecilnya dukungan dari eksekutif dan

legislatif untuk program imunisasi, kurangnya promosi program.

Sedangkan yang menjadi tantangan antara lain meningkatkan motivasi petugas

pengelola di kabupaten/kota dan petugas lapangan, penguatan supervisi support

beserta tindak lanjutnya, pelembagaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) di

puskesmas, pertemuan koordinasi kecamatan, advokasi stakeholder, meningkatkan

KIE dan training petugas, meningkatkan kerjasama dengan RS dan praktek swasta,

penanganan khusus untuk daerah sulit dan terpencil, pemanfaatan for RR oleh petugas

pengelola dan petugas lapangan, peremajaan refrigerator di Puskesmas, transport

kenderaan beserta biaya operasional untuk petugas ke lapangan (Sulani, 2007)

Page 11: Contoh Proposal KTI

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang cakupan imunisasi Hepatitis B

pada balita 12 – 24 bulan ini akan diuraikan berdasarkan variabel-variabel

karakteristik demografi, pengetahuan dan sarana pelayanan kesehatan.

Gambar 3. Kerangka konsep cakupan imunisasi Hepatitis B

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup karakteristik demografi,

pengetahuan dan sarana pelayanan kesehatan serta cakupan imunisasi Hepatitis B.

Karakteristik demografi ibu mencakup umur, pendidikan, pekerjaan, dan

jumlah anak sedangkan karakteristik balita meliputi, jenis kelamin, tempat lahir dan

penolong persalinan.

Pengetahuan ibu yaitu mencakup sejauhmana pengetahuan ibu tentang

imunisasi hepatitis B dan penyakitnya.

Sarana pelayanan kesehatan yaitu mencakup pelaksanaan imunisasi Hepatitis

B oleh unit-unit pelayanan imunisasi pemerintah seperti Rumah Sakit Umum,

Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu maupun oleh unit-unit pelayanan

imunisasi non pemerintah.

Cakupan imunisasi adalah bila seorang bayi usia 12 bulan sudah mendapat

imunisasi tiga dosis hepatitis B.

- Karekteristik demografi ibu dan balita

- Pengetahuan ibu

- Sarana Pelayanan Kesehatan

Cakupan Imunisasi Hepatitis B

Page 12: Contoh Proposal KTI

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penilitian ini adalah penelitian evaluatif yang akan menilai program

pemberian imunisasi hepatitis B pada balita. Pendekatan yang digunakan pada desain

penelitian ini adalah cross sectional study, dimana akan dilakukan pengumpulan data

berdasarkan survey terhadap rumah tangga.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara.

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus – November 2008.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh balita usia 12 – 24 bulan yang berada di

wilayah penelitian. Penentuan usia 12 -24 bulan ini berdasarkan pertimbangan bahwa

pada rentang usia tersebut diperkirakan seorang anak balita sudah seharusnya

mendapat imunisasi hepatitis B yang lengkap dan periode waktu tersebut bagi ibu dari

balita yang terpilih dianggap cukup baik untuk mengingat kembali imunisasi hepatitis

B anaknya.

Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan

rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan

tingkat ketepatan relatif 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Maka diperoleh 97

sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 100 sampel:

n = Z 2 pq dimana: p = 0.5 q = 0.5

d2 d = 0.1 Z = 1.96

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik cluster

sampling, dimana unit adminstratif terkecil adalah desa/kelurahan. Pada tahap awal

akan dipilih 10 cluster desa/kelurahan dari Kabupaten Asahan. Survei akan

mengambil data dari 10 subjek dari tiap cluster, sehingga ukuran sample menjadi 100

subjek.

Page 13: Contoh Proposal KTI

4.4. Tehnik Pengumpulan Data

Responden pada penelitian evaluatif ini adalah ibu yang anaknya terpilih

sebagai sample pada survey ini. Ibu tersebut akan diwawancari oleh seorang

pewawancara dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi yang

berhubungan dengan status imunisasi hepatitis B anak mereka. Data kegiatan

imunisasi anak yang ada pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ataupun buku Kesehatan

Ibu Anak (KIA) dan catatan yang sejenisnya yang dimiliki ibu juga akan dicatat

sebagai verifikasi atas wawancara yang dilakukan pada ibu.

Instrumen (kuesioner) untuk survei yang digunakan merupakan modifikasi

kuesioner dari panduan rujukan survey cluster cakupan imunisasi WHO dan cakupan

pengetahuan praktis untuk kesehatan ibu dan anak.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap pewawancara akan diperiksa silang (cross-checked) oleh

supervisor dilapangan. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi

akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap

akan dibersihkan dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer. Pada proses

pemasukan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis

cakupan imunisasi dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS for

windows 11.5.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Contoh Proposal KTI

Akbar N, 2006. Hepatitis B, Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Vol. 19.

Anwar C, 2001. Cost Effectiveness Analysis Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis B dengan Penggunaan Alat Suntik Uniject dan Alat Suntik Sekali Pakai (Disposable) di Kabupaten Bantul Tahun 2000. Badan Litbang Kesehatan. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001-anwar2c-2150-uniject&q=imunisasi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis B, edisi II, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dep Kes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.

Herawati MH, 1999. Program Pengembangan Imunisasi dan Produk Vaksin Hepatitis B di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 124. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11ProgramPengembanganImunisasidanProdukVaksin124.pdf/11ProgramPengembanganImunisasidanProdukVaksin124.html.

Markum AH, 1997. Imunisasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Kedua.

Prijanto M dkk, 2002. Evaluasi Imunoserologi Pada Pasca Imunisasi Hepatitis B Lengkap. Buletin Penelitian Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol.30 No. 3;

Ranuh IGN, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita S, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi Pertama.

Sastroasmoro S dan Ismael S, 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV Sagung Seto, Jakarta, Edisi kedua.

Suara Merdeka CyberNews, 2006. Cakupan Imunisasi Hepatitis B Perlu Diperluas.16Agustus2006.http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0608/16/nas38.htm

Sulani F, 2007. Kelemahan Dan Tantangan Program ImunisasiProvinsi Sumatera Utara. Waspada online 25 September 2007. http://www.waspada.co.id/Ragam/Kesehatan/Kelemahan-Dan-Tantangan-Program-Imunisasi-Provinsi-Sumatera-Utara.html

World Health Organization, 2001. Introduction of hepatitis B vaccine into childhood immunization services: Management guidelines, including information for health workers and parents. Department Of Vaccines and Biologicals, Geneva.

Kuesioner Penelitian

Page 15: Contoh Proposal KTI

EVALUASI CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BALITA USIA

12 – 24 BULAN DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA

Karekteristik responden:

Nama :(ibu yang mempunyai balita usia 12 – 24 bulan)Umur : tahunAlamat :Pendidikan :Pekerjaan :Agama :Suku :Jumlah anak :Dimana melahirkan :(balita yang menjadi sampel)Siapa menolong persalinannya:Pendapatan keluarga per bulan:

Balita yang menjadi sampelNama :Jenis kelamin :Umur : bulanBerat badan : kg

Riwayat Imunisasi Hepatitis B:

Imunisasi hepatitis B dan tempat pelayanannya  ya tidak   ket

HepB1 Ada tanggal pada kartu       Di kartu tanda ()       Ibu menjawab imunisasi diberikan       Imunisasi tidak diberikan       Tidak tahu

     Tempat pelayanan       Posyandu       RS pemerintah       RS swasta       Puskesmas       Klinik swasta       LSM       Lainnya, sebutkan

     

HepB2       Ada tanggal pada kartu      

Page 16: Contoh Proposal KTI

Di kartu tanda ()       Ibu menjawab imunisasi diberikan       Imunisasi tidak diberikan       Tidak tahu

     Tempat pelayanan       Posyandu       RS pemerintah       RS swasta       Puskesmas       Klinik swasta       LSM       Lainnya, sebutkan

     HepB3       Ada tanggal pada kartu       Di kartu tanda ()       Ibu menjawab imunisasi diberikan       Imunisasi tidak diberikan       Tidak tahu

     Tempat pelayanan       Posyandu       RS pemerintah       RS swasta       Puskesmas       Klinik swasta       LSM       Lainnya, sebutkan

     Status Imunisasi hepatitis B lengkap?

Bila imunisasi hepatitis B tidak lengkap, alasan kegagalan imunisasi:

Page 17: Contoh Proposal KTI

Alasan-alasan  ya tidak   ket

Page 18: Contoh Proposal KTI

Status imunisasiTidak diimunisasi

Diimunisasi sebagian   

  

  

Kurang informasi

Kurang menyadari kebutuhan untuk imunisasi      

Kurang menyadari kebutuhan untuk kembali diimunisasi pada dosis kedua dan ketiga

     

Tidak tahu tempat dan/atau waktu imunisasi      

Takut efek samping      

Anggapan salah tentang kontraindikasi      

Lainnya………………………………………..     

Kurang motivasi

menunda di lain waktu      

Tidak percaya imunisasi      

Desas-desus tentang imunisasi      

Lainnya………………………………………………..     

Hambatan

Tempat imunisasi terlalu jauh      

Waktu imunisasi tidak sesuai      

Petugas vaksin tidak hadir      

Vaksin tidak tersedia      

Ibu sangat sibuk      

Masalah keluarga, termasuk kesakitan pada ibu      

Anak sakit-tidak dibawa      

Anak sakit-anak dibawa tapi tidak diimunisasi      

Waktu tunggu lama      

Alasan biaya pelayanan imunisasi      

Lainnya, Sebutkan…………………………………………….      

Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B dan penyakitnya:

No Pernyataan ya tidak tidak

Page 19: Contoh Proposal KTI

tahu

1. Imunisasi hepatitis B dapat mencegah penyakit hepatitis

2. Imunisasi hepatitis B sebaiknya diberikan sedini mungkin pada bayi

pada hari-hari pertama kelahirannya

3. Imunisasi hepatitis B sebaiknya diberikan sebanyak tiga kali dengan

interval waktu satu bulan dan enam bulan setelah pemberian pertama

4. Imunisasi ulang hepatitis B dapat diberikan 5 tahun kemudian setelah

imunisasi dasar hepatitis B

5 Imunisasi hepatitis B umumnya tidak mempunyai efek samping

6. Penyakit hepatitis B dapat menular dari ibu hamil yang menderita

hepatitis ke bayi yang dikandungnya

7. Penyakit hepatitis B dapat menular dari ibu yang menderita hepatitis

ke bayinya sewaktu proses persalinan.

8 Penyakit hepatitis B dapat menular jarum suntik yang telah tercemar

darah penderita hepatitis

9 Penyakit hepatitis dapat menular melalui transfusi darah

10 Penyakit hepatitis yang konis dapat berkembang menjadi kanker hati