Upload
siti-nurmilati
View
238
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Contoh Proposal Penelitian untuk Mata Kuliah Metodologi Penelitian dengan Judul PENGURANGAN POLUSI CAHAYA DENGAN MENGATUR PENGGUNAAN LAMPU SECARA OTOMATIS
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
PENGURANGAN POLUSI CAHAYA DENGAN
MENGATUR PENGGUNAAN LAMPU SECARA
OTOMATIS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Fisika Universitas Padjadjaran
Disusun oleh:
Siti Nurmilati
140310100052
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Polusi cahaya merupakan suatu keadaan cahaya berlebih, baik dari sumber-
sumber alamiah maupun dari sumber-sumber buatan, yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan. Pencahayaan yang tidak tepat umumnya menyebabkan
terhamburnya cahaya ke atas (ke arah langit) secara percuma, sehingga cahaya
terbuang secara sia-sia. Karena itu, terjadinya polusi cahaya biasanya merupakan
indikator dari pemborosan energi. Langit yang terkena polusi cahaya akan nampak
terang sehingga bintang - bintang atau benda - benda langit lain yang seharusnya bisa
terlihat menjadi tidak terlihat. Burung-burung yang bermigrasi biasanya melakukan
perjalanan sangat jauh antar benua dan berjarak ratusan kilometer menggunakan
cahaya bintang dan bulan sebagai pemandu jalan mereka. Pada saat sekarang ini,
cahaya benda-benda langit semakin kalah dan redup dengan semakin terangnya
cahaya buatan dari perkotaan1. Penggunaan lampu sebagai sumber cahaya merupakan
hal yang sangat diperlukan di kota-kota besar. Tetapi penggunaan yang tidak sesuai
menciptakan polusi cahaya yang berdampak buruk bagi lingkungan dan
memboroskan energi. Oleh sebab itu, penggunaan lampu harus diatur sesuai dengan
kebutuhan, untuk mengatur penggunaan lampu sering kali orang-orang sedikit
mengabaikannya karena menyusahkan ketika harus mematikan atau menyalakan
lampu saat akan masuk atau keluar ruangan. Dengan membuat pengaturan lampu
secara otomatis akan dapat sedikit meringankan pekerjaan seseorang juga dapat
menjadi solusi untuk mengurangi polusi cahaya sekaligus mengurangi pemborosan
listrik.
1.2. Identifikasi Masalah
Perumusan yang akan timbul dari penelitian ini adalah bagaimana membuat
suatu sistem pengaturan lampu secara otomatis. Pengaturan yang akan digunakan
berdasar pada keadaan suatu ruangan yang penggunaan lampunya disesuaikan dengan
intensitas matahari yang masuk dan keberadaan orang pada ruangan tersebut.
1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi hanya mengenai bagaimana membuat suatu
sistem pengaturan lampu ruangan secara otomatis berdasarkan output dari sensor
gerak PIR yang mendeteksi keberadaan seseorang dan sensor cahaya yang
mengidentifikasi intensitas cahaya pada ruangan tersebut.
1.4. Perumusan Masalah
Penelitian ini dirumuskan dengan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang suatu sistem pengatur lampu otomatis?
2. Bagaimana keluaran dari sensor PIR?
3. Bagaimana keluaran dari sensor cahaya?
4. Bagaimana membuat pengaturan pada mikrokontroler?
5. Bagaimana hasil pengaturan mikrokontroler pada relay dan dimmer untuk
menghasilkan pengaturan lampu yang sesuai?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengurangi polusi cahaya. Mengingat
polusi cahaya yang ditimbulkan dari kota-kota besar yang tidak dapat mengatur
pengguanan pancahayaan/lampu dengan baik membuat kerugian yang cukup besar
bagi pemakaian energi listrik. Dengan melakukan pengaturan pencahayaan ruangan
secara otomatis akan mengurangi tingkat polusi cahaya di perkotaan sekaligus dapat
sedikit mengurangi pemborosan energi listrik.
1.6. Kegunaan Penelitian
Mengingat makin tinggi polusi cahaya di kota-kota besar, penelitian ini
harus segera dilakukan karena hal tersebut dapat mengganggu kegiatan observasi
bintang di observatorium, dan juga dapat berdampak pada hewan-hewan yang
melakukan imigrasi dengan bantuan konstelasi bintang dapat tersesat. Terlebih
lagi pencahayaan yang terlalu banyak pada saat malam/waktu istirahat dapat
menurunkan kesehatan pada tubuh manusia.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Polusi Cahaya
Istilah polusi cahaya merujuk pada suatu keadaan cahaya berlebih, baik dari
sumber-sumber alamiah maupun dari sumber-sumber buatan, yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan. Dalam kondisi normal, polusi cahaya banyak ditimbulkan oleh
sumber-sumber cahaya buatan, misalnya dari lampu penerangan jalan, lampu-lampu
reklame, lampu dekorasi, lampu taman, lampu dari stadion olahraga, lampu
penerangan luar, dan lain-lain, yang umumnya akibat penggunaan sistem penerangan
yang tidak tepat. Pencahayaan yang tidak tepat umumnya menyebabkan
terhamburnya cahaya ke atas (ke arah langit) secara percuma, sehingga cahaya
terbuang secara sia-sia. Karena itu, terjadinya polusi cahaya biasanya merupakan
indikator dari pemborosan energi. Dewasa ini, kita sedang mengalami krisis listrik,
namun kita masih saja menghamburkan listrik melalui lampu peneangan yang tidak
tepat. Polusi cahaya tidak hanya menyebabkan "hilang"nya bintang-bintang di langit
malam, tetapi telah diketahui bahwa polusi cahaya juga mempunyai dampak ekologis,
misalnya menngganggu sistem reproduksi hewan, mengganggu navigasi burung-
burung, dan lain-lain1.
2.2 Jenis-Jenis Polusi Cahaya
Adapun jenis-jenis pencahayaan yang buruk yang menyebabkan polusi
cahaya adalah
1. Glare: Kilauan cahaya akibat sumber cahaya tidak tepat sasaran. Jauh dari
cahaya yang wajar dan sering menghasilkan bahaya pada masalah keamanan.
2. Light trespass: Cahaya yang dari lampu tetangga dan mengenai atau
menerangi rumah kita.
3. Poor aesthetic: terlalu terang, cahaya yang menyilaukan yang membuat kita
pusing pada waktu malam hari dan dapat menghasilkan stres
4. Boros energi: dengan menggunakan pencahayaan yang berlebih sama saja
dengan melakukan pemborosan energi karena sebagian dari pencahayaan itu
tidak terpakai yang membuat energi terbuang sia-sia
5. Over illuminating: Bangunan atau sesuatu properti yang diterangi terlalu
berlebihan
6. Sky Glow: Langit tampak terang karena memendarkan cahaya yang
diterimanya2
2.3 Dampak Polusi Cahaya
Langit yang terkena polusi cahaya akan nampak terang sehingga bintang -
bintang atau benda - benda langit lain yang seharusnya bisa terlihat menjadi tidak
terlihat. Seperti pada foto rasi bintang orion disamping, yang menunjukkan perbedaan
langit yang gelap di sebelah kiri dan langit yang terkena polusi cahaya disebelah
kanan. Pada foto disebelah kiri, nampak bintang-bintang pada rasi orion sangat jelas
sekali sedangkan pada foto sebelah kanan, kita akan sulit menentukan bintang -
bintang mana yang menjadi penanda rasi orion1.
Gambar 1. Langit terang sulit untuk observasi bintang3
Kita semua pasti pernah melihat berbagai jenis serangga yang
menggerombol di sekitar lampu jalan. Ketika melihat mereka, kita mungkin hanya
berfikir bahwa memang serangga tertarik dengan lampu, tapi pada kenyataannya,
serangga lebih dari sekedar tertarik melainkan sebuah obsesi. Serangga yang terbang
di sekitar lampu bersama dengan serangga lainnya lama kelamaan akan kelelahan,
buta, atau bahkan mati terpanggang karena kepanasan. Sebuah studi di Amerika
menemukan bahwa rata-rata setiap lampu jalan di malam hari bisa membunuh sekitar
150 serangga. Jika satu tahun berarti sekitar 54.750 serangga dibunuh oleh sebuah
lampu. Bayangkan seandainya ada 50 buah lampu dalam satu kompleks, berarti ada
2.737.500 ekor serangga yang terbunuh dalam satu tahun. Burung-burung tertentu
melakukan migrasi tahunan ke tempat yang lebih hangat dan kembali ke tempat
semula. Burung menggunakan medan magnet bumi sebagai kompas untuk navigasi
dan rasi-rasi bintang dan cahaya bulan sebagai petanya. Biasanya mereka melakukan
perjalanan sangat jauh antar benua dan berjarak ratusan kilometer menggunakan
cahaya bintang dan bulan sebagai pemandu jalan mereka. Pada saat sekarang ini,
cahaya benda-benda langit semakin kalah dan redup dengan semakin terangnya
cahaya buatan dari perkotaan1.
Gambar 2. Hewan sangat tertarik dengan cahaya3
Terangnya cahaya malam membuat siklus hormon dalam manusia menjadi
sedikit berubah, dan perubahan ini memberi kontribusi yang sangat besar terhadap
kesehatan dan psikologi manusia. Menurut penelitian di Eropa menunjukkan bahwa
ada kaitan antara wanita yang berada di lingkungan berpolusi cahaya dengan kanker
payudara1. Hormon Melantonin adalah hormon yang mengatur jam biologis manusia.
Melantonin di produksi tubuh saat malam hari, seperti terlihat pada gambar 3 di
bawah ini. Produksi melantonin dapat menurun karena banyaknya cahaya yang
didapat. Beberapa penelitian menyatakan bahwa menurunnya produksi melantonin
dapat berdampak pada semakin tingginya resiko terkena kanker3.
Gambar 3. Jam tubuh manusia10
2.4 Sensor PIR
Sensor PIR (Passive Infra Red) merupakan sensor yang banyak digunakan
sebagai detektor. Radiasi infra red diemisikan oleh suatu objek yang memiliki
temperatur tertentu. Radiasi infra red memiliki panjang gelombang diantara 0.75-
1000 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan energi infra red dengan pada rentang
8-14 nikrometer. Prinsip dasar dari sensor PIR adalah bergantung pada perbedaan
temperatur pada background denagn suatu objek yang mengganggu diantara sensor
dan background pada jarak tempuh tertentu. Sensor ini merupakan perangkat pasif
yang mana tidak mentransmisikan suatu sinyal. Tetapi sensor ini merespon pancaran
energi yang dipancarkan dari manusia yang menjadi penghalang diantara sensor dan
background. Gambar 4 adalah gambar yang dapat menunnjukkan sistem kerja sensor
PIR.7
(a)
(b)
Gambar 4. Sistem Kerja Sensor PIR (a) diagram skematik (b) konfigurasi dasar8
Sensor PIR ini akan digunakan untuk mendeteksi keberadaan manusia pada
suatu ruangan. Hasil deteksi sensor ini yang akan menentukan kondisi dimana lampu
boleh dinyalakan atau harus dimatikan. Output dari sensor ini akan dihubungkan pada
mikrokontroler untuk mengatur aksi selanjutnya.
2.5 Sensor Cahaya
Kontrol cahaya matahari adalah mata fotoelektrik yang memadamkan
cahaya lampu atau meredupkannya ketika cahaya matahari yang masuk mencukupi
pencahayaan dalam ruangan. Piranti saklar fotoelektrik dapat beroperasi sebagai tipe
transmitif, dimana objek yang dideteksi memotong seberkas sinar cahaya yang
umumnya adalah radiasi inframerah dan berhenti ketika mencapai detektor atau
sebagai tipe reflektif dimana objek yang dideteksi memantulkan seberkas sinar
cahaya ke detektor. Pada sensor cahaya, cahaya yang mengenai detektor akan
dikonversikan menjadi perubahan arus, perubahan tegangan, atau perubahan tahanan.
Apabila outputnya digunakan untuk mengukur intensitas cahaya, sinyal output harus
diperkuat dan dikonversikan dari analog ke digital. Alternatif lain adalah dengan
mengubah cahaya menjadi frekuensi dengan menggunakan konverter cahaya ke
frekuensi. Sensor cahaya yang dapat digunakan antara lain adalah fotodioda,
fototransistor atau fotokonduktif.9
Sensor cahaya ini akan digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya
matahari yang ada pada ruangan. Hasil deteksi dari sensor cahaya ini yang akan
menentukan kapan lampu dapat digunakan dan kapan lampu harus dimatikan. Hasil
dari sensor ini juga yang menetukan intensitas lampu yang boleh digunakan pada
ruangan tersebut. Output dari sensor ini akan dihubungkan pada mikrokontroler untuk
mengatur aksi selanjutnya.
2.6 Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan suatu alat elektronika digital yang mempunyai
masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus
dengan cara khusus. Dengan arsitektur yang praktis tetapi memuat banyak kandungan
transistor yang terintegrasi, sehingga mendukung dibuatnya rangkaian elektronika
yang lebih portable.
Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis ATMega 8535. Di dalam
mikrokontroler ATMega 8535 sudah terdapat:
Saluran I/O sebanyak 32 buah
ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 buah
Tiga buah Timer / Counter dengan kemampuan pembandingan
CPU yang memiliki 32 buah register
131 intruksi yang umumnya membutuhkan satu siklus clock
Watchdog Timer dengan osilator internal
2 buah timer/counter 8 bit
1 buah timer/counter 16 bit
Tegangan operasi 2.7 V – 5.5 V
Internal SRAM 1 KB
Memori flash 16 KB dengan kemampuan read while write
Unit interupsi internal dan eksternal
Port antarmuka SPI
EEPROM 512 byte yang dapat diprogram saat operasi
Antarmuka komparator analog
4 channel PWM32x8 generale purpose register
Kecepatan hampir 16 MIPS pada kristal 16 MHz
Port USART programmable untuk komonikasi serial4
Gambar 5 menunjukkan konfigurasi dari mikrokontroler ATMega 8535
Gambar 5. Konfigurasi ATMega 85354
Mikrokontroler ini akan digunakan untuk mengatur aksi dari hasil keluaran
sensor PIR dan sensor cahaya. Saat pencahayaan dari sinar matahari cukup untuk
penerangan ruangan tersebut maka pada mikrokontroler ini akan diatur bahwa lampu
ruangan itu tidak boleh digunakan hingga pada saat intensitas cahaya menurun lampu
dapat digunakan dengan tingkat keredupan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
yang akan diatur oleh dimmer. Saat di ruangan tidak ada orang maka lampu harus
dimatikan. Dalam melakukan switch mengenai penggunaan lampu keluaran dari
mikrokontroler akan dihubungkan pada relay.
2.7 Relay
Relay elektromagnetik adalah suatu elektromegnet yang mengoperasikan
sejumlah kontak saklar. Ketika suatu arus melewati koil, inti besi lunak menjadi
termagnetisasi, manarik angker besi dan menutup kontak saklar. Koil relay secara
elektrik terisolasi dari kontak saklar, sehingga suatu relay dapat mensaklar rangkaian
yang beroperasi pada tegangan yang berbeda dengan tegangan kerja koil. Arus kecil
yang memberi tegangan pada koil juga dapat mensaklar arus yang lebih besar pada
kontak saklar. Bagian saklar relay dapat memiliki anyak kutub yang mengendalikan
beberapa rangkaian secara bersamaan.5
Relay ini akan digunakan sebagai saklar untuk mematikan dan menyalakan
lampu secara otomatis.
2.8 Dimmer
Dimmer adalah alat kontrol yang dapat memberikan cahaya lampu dan daya
lampu yang bervariasi. Dimmer hampir selalu menggabungkan peredup elektronik
dengan sebuah saklar, sehingga gabungan keduanya disebut saklar dimmer. Preset
dimmer memungkinkan tingkat pencahayaan dari riap dimmer untuk diatur dan
disimpan dalam memori. Lalu ketika tombol ditekan, lampu merespon dengan
meredup sesuai dengan tingkat peredupan yang telah disetel. Alat peredup lampu
preset yang biasa digunakan adalah four-dimmer, dengan empat jenis peredupan
lampu.6
Perancang pencahayaan, selain mempertimbangkan perbedaan jenis dimmer
yang berbeda-beda, juga harus memilih dimmer menurut kemampuan dimmernya.
Berikut adalah dimmer rating yang palin umum
Dimmer standar untuk lampu pijar, daya minimum dimmernya adalah 600
Watt, sedangkan daya maksimumnya dapat mencapai 2000 Watt
Dimmer untuk lampu pijar berkekuatan rendah, dimmer ini meredupkan trafo
yang mensuplai tegangan ke lampu. Dimmer ini sering digunakan untuk trafo
magnetik atau trafo elektronik. Dimmer ini juga dapat meredupka lampu pijar
biasa dan beban campuran yang terdiri dari lampu pijar dan lampu
bertegangan rendah. Dimmer trafo magnetik memiliki tegangan paling sedikit
600 V dan tegangan trafo elektrik memiliki tegangan paling sedikit 325 V.
Dimmer untuk lampu flourescent, lampu harus memiliki trafo peredip. Selain
itu dimmer harus didesain untuk mengoperasikan lampu dengan menggunakan
trafo peredup yang spesifik
Dimmer untuk lampu neon dan lampu katoda dingin.6
Dimmer ini akan digunakan untuk mengatur tingkat keredupan lampu sesuai
dengan keadaan ruangan yang akan diatur oleh mikrokontroler.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998
Tentang “Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja” dimana intensitas cahaya di
ruang kerja minimal 1000 Lux dalam rata-rata pengukuran 8 jam.11 Menghitung
pencahayaan pada suatu ruangan dapat menggunakan luxmeter untuk mengukur
intensitas lampu yang ada pada suatu ruangan. Agar dapat mengetahui jumlah lampu
yang dibutuhkan dapat dihitung:
1. Kalikan dua jumlah tingkat pencahayaan yang dibutuhkan
2. Kalikan hasilnya dengan luas ruangan untuk memperoleh jumlah total
lumen yang dibutuhkan dari seluruh lampu
3. Bagi jumllha total lumen dengan lumen awal rata-rata dari lampu yang
akan digunakan untuk mengetahui banyaknya lampu yang dibutuhkan.6
Lumen merupakan satuan flux cahaya, flux dipancarkan didalam satuan
unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu
candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah
kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”.
1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm. Efikasi Beban Terpasang
merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar
per watt pada pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam
lux/W/m².12
Tabel 1. Karakteristik kinerja pencahayaan dari beberapa lampu12
Jika ingin mengurangi polusi cahaya pada suatu ruangan maka kita perlu
mengoptimalkan kinerja lampu yang digunakan, seperti pada tabel 1 ditunjukkan
karakteristik kinerja pencahayaan dari beberaoa lampu yang biasa digunakan.
Berdasarkan kajian literatur PT. PLN (Persero) menunjukan bahwa lampu LED dapat
mencapai nilai antara 50 – 100 lumen/watt, sedangkan CFL memiliki efikasi 60 – 72
lumen/watt. Harga lampu LED relatif masih mahal, 2 – 10 kali harga lampu CFL.
Hasil pengukuran menunjukan bahwa beberapa contoh lampu LED di
pasaran mempunyai efikasi minimal 29 lumen/W pada tipe down light dan maksimal
155,3 lumen/W pada tipe TL. Efikasi rata-rata untuk tipe bulb adalah 64,41 lumen/W,
tipe spot light adalah 38,36 lumen/W, dan tipe TL adalah 128,26 lumen/W. Nilai
efikasi down light dan spot light berbeda dengan literatur. Nilai THD (Total
Harmonic Distotion) arus yang terukur akibat pemasangan lampu LED cukup besar,
yaitu dapat mencapai nilai lebih dari 100 %.13
Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan digunakan lampu LED sebagai
penerangan ruangan.
Dengan mengatur jumlah lampu ruangan yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan penjelasan sebelumnya dan juga dengan menggunakan
pengaturan lampu secara otomatis akan menghasilkan suatu sistem pencahayaan yang
sangat baik sebagai upaya pengurangan polusi cahaya dan penghematan energi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, akan
dilakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Melakukan studi literatur mengenai sensor, pengontrol dan aktuator yang akan
digunakan.
Studi literature akan dilakukan selama penelitian guna menghindari kesalahan
yang fatal saat penelitian. Serta studi literature akan disertai dengan diskusi
dengan dosen pembimbing.
2. Merancang blok diagram dan skematik sistem dan subsistem perangkat keras.
Gambar 6. Diagram blok sistem
Sensor PIR dan sensr LDR akan mendeteksi keberadaan orang dan juga intensitas
cahaya pada ruangan. Setelah itu mikrokontroler akan melakukan pengontrolan
berdasarkan informasi kondisi ruangan yang didapat dari keluaran kedua sensor.
Setelah itu akan dilakukan akasi pada relay dan dimmer untuk mengatur kondisi
lampu yang sesuai dengan kondisi ruangan, apakah menyala dengan redup,
terang, atau mati. Buffer pada perangkat ini digunakan untuk mengurangi efek
pembebanan.
3. Merancang algoritma dan perangkat lunak sistem pengontrolan.
Untuk melakukan pengontrolan perlu dirancang sebelumnya suatu algoritma yang
akan digunakan sebagai acuan saat pembuatan program pada mikrokontroler.
Sensor PIR
Sensor LDR
Mikrokontroler
Buffer
Buffer
Relay
Dimmer
Lampu
Dimana pengontrolan ini didasarkan pada kondisi lingkungan yang disensing oleh
sensor PIR yang mendeteksi keberadaan orang dengan memberikan nilai 1 dan
sensor LDR yang akan mendeteksi intensitas cahaya pada ruangan. Berikut adalah
algoritma yang telah dirancang:
Gambar 7. Algoritma perangkat lunak sistem
PIR,LDRS (Saklar)
PIR = 1
Lampu mati (L=0)
L=0
Relay : Switch
LDR
171<LDR<255 86<LDR<170 0<LDR<85
L = 0 (mati) L = 86 (redup) L = 171 (terang)
LDR - =L
Y
Y
N
N
Start
End
S=1
Y
N
4. Membangun perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak meliputi sistem
detektor gerak, detektor cahaya, pengontrol ATMega8535, dan sistem aktuator
relay dan dimmer.
Perangkat keras dibangun sesuai dengan diagram blok yang telah dirancang
dengan menambahkan komponen-komponen pendukung lain yag dibutuhkan saat
perangkaian, seperti resistor, kapasitor, regular, dll.
5. Menguji masing-masing sistem sensor (detektor gerak dan cahaya), sistem switch,
dan menguji integrasi sistem perangkat keras dengan perangkat lunak.
Pengujian setiap system bermaksud agar system yang dirancang telah memiliki
kegunaan sesuai dengan rancangan. Kemudian menguji hasil integrasi antara
perangkat keras dan perangkat lunak yang telah dibuat sesuai algoritmanya.
6. Menguji alat yang telah dibangun.
Pengujina akan dilakukan berdasarkan kesesuaian antara respon sari sistem yang
telah dibangun dengan kondisi lingkungan/ruangan tersebut. Serta akan dilakukan
pengujian intensitas cahaya pada ruangan tersebut stelah sistem diterapkan apakah
terjadi pengurangan polusi cahaya atau tidak dengan mengguakan luxmeter dan
membandingkan hasil pengukuran dengan intensitas yang dibutuhkan ruangan.
7. Menganalisa dan mengambil kesimpulan.
Setelah hasil yang diharapkan tercapai maka akan dilakukan analisa terakhir dan
pengambilan kesimpulan untuk selanjutnya dibuat laporan hasil penelitian.
Sebenarnya analisa akan selalu dilakukan setiap kali dilakukan kegiatan/aktivitas
penelitian.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan diselenggarakan di Laboratorium Instrumentasi Fisika
Universitas Padjadjaran. Penelitian ini akan dilakukan selama lima bulan dengan
jadwal kegiatan sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
No KegiatanB U L A N
1 2 3 4 5
1 Melakukan studi literatur mengenai sensor, pengontrol
dan aktuator yang akan digunakan
2 Merancang blok diagram dan skematik sistem dan
subsistem perangkat keras.
3 Merancang algoritma dan perangkat perangkat lunak
sistem pengontrolan
4 Membangun perangkat keras (Hardware) dan perangkat
lunak
5 Melakukan pengujian pada masing-masing sistem
6 Melakukan perbaikan dari hasil pengujian
7 Melakukan pengujian kembali
8 Menganalisa dan mengambil kesimpulan
BAB IV
PEMBIAYAAN
Rincian rencana pembiayaan pada penelitian ini dihadirkan dalam table
rancangan pembiayaan dibawah ini:
Tabel 3. Rancangan Pembiayaan
No Nama Bahan
Satuan
(unit, pcs,
m, m2)
Harga per
Satuan
(Rp)
Harga total
(Rp)
1 Detektor Gerak
1. Sensor PIR, komponen, dan casing 2 200,000 400,000
2. Dudukan modul sensor 2 50,000 100,000
3. Konektor dan kabel 1 150,000 150,000
2 Detektor Cahaya
1. Sensor Cahaya (LDR) 2 5,000 10,000
2. Dudukan modul sensor 2 50,000 100,000
3. Konektor dan kabel 1 150,000 150,000
3 Modul Aktuator
1. Relay (10A) 2 5,000 10,000
2. Relay Solid State (10A) 2 275,000 550,000
4 Modul Pengontrol - -
1. Resistor 50 200 10,000
2. Kapasitor 30 500 15,000
3. Led 30 500 15,000
4. Mikrokontroler AT89C2051 5 30,000 150,000
5. Regulator 3 80,000 240,000
7. Soket 25 3,000 75,000
8. Konektor dan kabel 5 warna 30 10,000 300,000
9. DIP Switch 4 konektor 3 30,000 90,000
10. Kristal 12 MHz 4 20,000 80,000
5 Modul Catu Daya
1. Resistor 50 200 10,000
2. Kapasitor 30 500 15,000
3. Led 30 1,000 30,000
4. LM7812 5 25,000 125,000
5. LM7805 5 25,000 125,000
6. Trafo 3A 1 250,000 250,000
7. PCB, kabel, konektor 1 150,000 150,000
6 Casing pengontrol dan modul aktuator 2 350,000 700,000
7 Perancangan PCB 150,000
8 Pembuatan film positif dan negatif PCB - - 150,000
9Pencetakan PCB sensor, pengontrol dan
actuator
- - 350,000
10 Perancangan perangkat lunak - - 500,000
11 Sistem beban ke lampu ruangan
Lampu, soket, kabel, konektor 2 170,000 340,000
12 Luxmeter 350,000
13 Administrasi dan konsumsi 1,500,000
Total 7,190,000
DAFTAR PUSTAKA
[1] Website Observatorium Bosscha Istitut Teknologi Bandung
http://bosscha.itb.ac.id (siakses pada tanggal 22 Maret 2013)
[2] L. David Crawford, Robert L. Gent .2002. Proceeding of IDA Regional Meeting
LIGHT POLLUTION AND PROTECTION OF NIGHT ENVIRONMENT Thiene
Italy ISBN 88-88517-01-4
[3] A. Mark Johnson. 2009. Missing The Dark Health Effects of Light Pollution.
Environmental Health Perspective
[4] Budiharto, Widodo. 10 Proyek Robot Spektakuler. Elex Media Komputindo
[5] Linsley, Trevor. diterjemahkan oleh Mirza Satriawan Ph.D. 2004. Instalasi
Listrik Dasar. Jakarta: Erlangga
[6] Karlen, Mark, james Benya, diterjemahkan oleh Ir. Diana Rumangit. 2007.
Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Jakarta: Erlangga
[7] Garcia, Mary Lynn. 2005. Vulnerability Assessment of Physical Protection
Systems. Amerika Serikat
[8] Lukowicz, Paul, Kai Kunze, Gerd Kortuem, 2010, Smart Sensing and Context.
Jerman: Spinger-Verlag Berlin Heidelberg
[9] Bolton, William, diterjemahkan oleh Irzam Harmein S.T.. 2004. Programmable
Logic Controller (PLC) Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
[10] Joson, Corbis. 2010. Lose Sleep Gain Weight Another Piece of The Obesity
Puzzle. Environmental Health Perspective
[11] Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang :
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
[12] UNEP, Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
[13] Website PT. PLN (Persero)
http://www.pln.co.id/ (siakses pada tanggal 2 Juni 2013)