35
RADIKULOPATI I. Pendahuluan Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal. II. Etiologi Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur dan lokasi terjadinya proses. a. Proses kompresif Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medulla spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis b. Proses inflammatori 1

Css Radikulopati

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Css Radikulopati

RADIKULOPATI

I. Pendahuluan

Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi

dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks

saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.

II. Etiologi

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu

proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur dan

lokasi terjadinya proses.

a. Proses kompresif

Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati

adalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor

medulla spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis

spinal, traumatic dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis

tuberkulosa, cervical spondilosis

b. Proses inflammatori

Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah

seperti : Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster

b. Proses degeneratif

Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopati

adalah seperti Diabetes Mellitus

1

Page 2: Css Radikulopati

III. Tipe-tipe radikulopati

a. Radikulopati lumbar

Radikulopati lumbar merupakan problema yang sering terjadi yang disebabkan

oleh iritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. Ia juga sering disebut

sciatica. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti bulging

diskus (disk bulges), spinal stenosis, deformitas vertebra atau herniasi nukleus

pulposus. Radikulopati dengan keluhan nyeri pinggang bawah sering didapatkan

(low back pain)

b. Radikulopati cervical

Radikulopati cervical umunya dikenal dengan “pinched nerve” atau saraf terjepit

merupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus pada leher. Gejala

pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh spondilosis cervical.

c. Radikulopati torakal

Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari kompresi saraf

pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok sebanyak

lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih jarang

menyebabkan sakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang ditemukan pada

bagian ini adalah nyeri pada infeksi herpes zoster.

Pengetahuan anatomi, pemeriksaan fisik diagnostik dan pengetahuan berbagai

penyebab untuk radikulopati sangat diperlukan sehingga diagnosa dapat ditegakkan

secara dini dan dapat diberikan terapi yang sesuai.

Terdapat 5 ruas tulang vertebra lumbalis dan diantaranya dihubungkan dengan

discus intervertebralis. Vertebra lumbalis ini menerima beban paling besar dari tulang

belakang sehingga strukturnya sangat padat.

2

Page 3: Css Radikulopati

Tiap vertebra lumbalis terdiri dari korpus dan arkus neuralis. Korpus vertebra

lumbal paling besar dibandingkan korpus vertebra torakal dan cervikal. Arkus

neuralis terdiri dari 2 pedikel, prosesus tranversus, faset artikularis (prosesus

artikularis) superior dan inferior, lamina arkus vertebra dan prosesus spinosus. Tiap

vertebra dihubungkan dengan diskus intervertebralis, beberapa ligament spinalis dan

prosesus artikularis/faset artikularis/sendi faset. Diskus intervertebralis berfungsi

sebagai shock absorbers dan bila terjadi rupture ke dalam kanalis spinalis dapat

menekan radiks-radiks saraf.

Pada vertebra lumbalis yang lebih atas, hubungan antara prosesus artikularis

arahnya vertical, faset inferior menghadap ke lateral dan faset superior menghadap ke

medial. Akibat susunan anatomi yang dem,ikian menyebabkan terbatasnya rotasi ke

aksial yang memungkinkan fleksi atau ekstensi.

Pada dua vertebra lumbalis yang paling bawah, hubungan antara faset artikularis

tersebut lebih horizontal sehingga mobilitas rotasi aksialnya lebih besar atau luas. Hal

ini menjelaskan sering terjadinya herniasi diskus pada lumbal 4 dan 5.

3

Page 4: Css Radikulopati

Gambar 1. Koluman Vertebra Gambar 2. Radiks Saraf

Gambar 3. Diskus Intervertebralis potongan aksial

4

Page 5: Css Radikulopati

Gambar 4 : Distribusi Dermatomal Pada Bagian Atas Tubuh

5

Page 6: Css Radikulopati

Gambar 5 : Distribusi Dermatomal Pada Bagian Bawah Tubuh

IV. Patofisiologi

Proses kompresif pada lumbal spinalis

Pergerakan antara vertebra L4/L5 dan L5/S1 lebih leluasa sehingga lebih sering

terjadi gangguan. Verterbra lumbalis memiliki beban yang besar uttuk menahan

bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, 6ucleus6 dan jaringan lunaknya lebih besar

dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai pada usia lebih awal seperti

pada masa remaja dengan degenerasi nucleus pulposus yang diikuti protusi atau

ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat penting adalah arah protusi ke posterior,

medial atau ke lateral yang menyebabkan tarikan malah robekan 6ucleus fibrosus.

Protusi diskus posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari radik. Bila

proses ini berlansung secara progresif dapat terbentuk osteofit. Permukaan sendi

menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi penebalan dari

ligamentum flavun. Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi

sepanjang vertebra lumlais sehingga menyebabkan kanalis menjadi tidak bulat dan

membentuk trefoil axial shape.

6

Page 7: Css Radikulopati

Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan proses penuaan. Protusi diskus

dapat mengenai semua jenis kelamin dan berhubungan dengan trauma yang lalu.

Stenosis kanalis vertebra lumbalis sering mengenai laki-laki pekerja usia tua.

Kelainan pada diskus vertebra lumbalis hanya merupakan salah satu penyebab

gangguan dari vertebra lumbalis. Sendi faset (facet joint), nucleus dan otot juga dapat

mengalami perubahan degeneratif dengan atau tanpa kelainan pada diskus.

Hernia Nucleus Pulposus

Hernia nucleus pulposus atau herniasi diskus, disebut juga ruptured, prolapsed

atau protruded disc. Keadaan ini diketahui sebagai penyebab terbanyak back pain dan

nyeri tungkai berulang. Kebanyakan terjadi di antara vertebra L5-S1. Frekuensi yang

kurang terdapat di antara vertebra L4-L5, L3-L4, L2-L3 dan L1-L2. Jarang terdapat

pada vertebra torakal, dan sering pada vertebra C5-C6 dan C6-C7. Penyebab biasanya

terjadi trauma fleksi, tapi pada beberapa penderita dapat berupa tanpa trauma.

Penyebab lain adalah kecenderungan degenerasi discus intervertebral bertambah,

sesuai dengan meningkatnya umur, dapat mengenai daerah cervikal dan lumbal pada

penderita yang sama. Herniasi nucleus merupakan tonjolan yang lunak, tetapi suatu

waktu mengalami perubahan menjadi fibrokartilago, akhirnya menjadi tonjolan

kalsifikasi.

Kebanyakan kasus berumur antara 20-64 tahun dan tersering pada umur 30-39

tahun. Setelah umur 40 tahun frekuensinya menurun. Laki-laki memiliki dua kali lipat

kemungkinan untuk menderita HNP berbanding wanita. Nukleus pulposus yang

menonjol melalui annulus fibrosus yang robek biasanya pada sis dorsolateral satu sisi

atau sisi lainnya (kadang-kadang pada bagian dorsomedial) menyebabkan penekanan

pada radiks atau radiks-radiks.

7

Page 8: Css Radikulopati

Gambar 6. Diskus Herniasi

Tumor medulla spinalis

Tumor di daerah lumbosakral dapat terjadi pada konus medularis dan kauda

equine. Tumor yang tersering adalah ependioma. Tumor ini berasal dari sel-sel

ependim yang terdapat pada konus medularis dan filum terminale. Tumor ini

timbulnya lambat, hanya sebagian kecil berasal dari konus, sebagian besar berasal

dari filum terminale yang kemudian mengenai radiks saraf.

Schwannoma; merupakan tumor primer intraspinal yang sering ditemukan.

Merupakan ekstrameduler intradural tumor yang terdiri dari sel-sel schwann, dan

dapat muncul dari saraf spinal pada setiap level. Tersering muncul dari radiks

posterior dengan keluhan-keluhan nyeri radikuler. Pertumbuhannya lambat sebelum

diagnosa diketahui dengan benar.

Neoplasma Tulang

Tumor ganas dapat merupakan tumor primer dari tulang ataupun sekunder hasil

metastase dari tempat lain seperti buah dada, paru-paru, prostate, tiroid, ginjal,

lambung dan uterus. Tumor ganas primer yang sering ditemukan adalah multiple

myeloma yang menyerang dan merusak tulang terutama sekali pada orang tua,laki-

laki berusia lebih dari 40 tahun. Dapat menyebabkan kolaps vertebra dengan keluhan

pertama yaitu nyeri punggung.

8

Page 9: Css Radikulopati

Tumor ganas sekunder juga sering ditemukan pada vertebra, dapat berupakan

osteoblastik tumor, metastase dari buah dada. Osteolitik tumor dapat berasal dari

buah dada, apru-paru, ginjaldan tiroid, menebabkan destruksi tulang dengan akibat

“wedge shape” atau kolaps pada vertebra yang terkena. Satu atau beberapa radix akan

ikut terlibat.

Spondilolisis dan Spondilolitesis

Spondilolisis adalah proses degeneratif pada kolumna vertebra dan berhubungan

dengan jaringan lunak. Ia adalah garis litik yang menyilang pars interartikularis yaitu

daerah antara prosesus artikularis superior dan inferior. Hal ini ditandai dengan defek

structural dari spina meliputi lamina atau neural arch dari vertebra. Bagian yang

paling sering dipengaruhi adalah spina lumbal. Defek ini terjadi pada bagian lamina

di antara superior dan inferior articular facets yang disebut pars interartikularis.

Tekanan mekanis dapat menyebabkan vertebra yang bersangkutan dapat bergeser

mengakibatkan forward displacement dari defisiensi vertebra yang disebut

spondylolisthesis.

Faktor keturunan memainkan peranan penting, dan diduga disebabkan fraktur

karena stress berulang. Akibat dari torsional dan rotasional stress, mikrofraktur dapat

terjadi pada tempat yang dipengaruhi dan bahkan menyebabkan disolusi pada pars

interartikularis. Yang paling sering mengalami spondilolisis dan spondilisthesis

adalah vertebra L5.

Spondylolithesis dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan persentase

terjadinya slip atau tergelincir. Derajat pergeseran secara klinis dihitung dari

hubungan vertebra bagian superior terhadap vertebra bagian inferior. Pergeseran

sampai 25% merupakan derajat I, 25-50% derajat II, 50-75% derajat III, lebih dari

75% derajat IV. Terdapat lima tipe spondilolithesis, yaitu :

Tipe I : Kongenital spondilolithesis

Tipe II : Isthmik spondilolithesis

Tipe III : Degeneratif spondilolithesis

Tipe IV : Traumatik spondilolithesis

9

Page 10: Css Radikulopati

Tipe V : Patologik spondilolithesis

Kongenital spondilolithesis atau displastik spondilolisthesis merupakan proses

sekunder dari defek kongental pada sacral superior atau inferior faset L5 atau

keduanya dengan pergeseran yang bertahap pada vertebra L5. Pada tipe isthmik

spondilolithesis lesi terdapat pada isthmus atau pars interartikularis. Degeneratif

spondilolisthesis timbul karena proses degenerasi pada sendi faset lumbal, sering

pada usia tua. Traumatik spondilolithesis berhubungan dengan fraktur elemen

posterior (pedikel, lamina atau faset). Patologik spondilolithesis timbul karena

kelemahan struktur tulang, sekunder dari proses penyakit tumor atau penyakit tulang

lain.

Gambar 7. Pergeseran pada Gambar 8. Spondilolithesis

spondilolithesis Grade I

Stenosis spinal

10

Page 11: Css Radikulopati

Pada stenosis spinal, canalis spinal mungkin secara congenital sempit atau

menyempit karena penonjolan annulus, hipertrofi faset, atau ligament longitudinal

posterior yang tebal atau mengeras “entrapping” satu nervus yang mengandung

beberapa radix. Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh pedikel yang

pendek karena congenital, lamina dan faset yang tebal, kurva scoliosis dan lordotik.

Kebanyakan kasus idiopatik meskipun banyak kondisi yang berhubungan dengan

lumbar kanal stenosis dan sering terjadi pada usia pertengahan dan usia tua.Lumbar

kanal stenosis dan sering terjadi pada usia pertengahan dan usia tua.

Gambar 9 : Stenosis Kanalis

Gambar 10 : Spinal stenosis

Traumatik dislokasi

Pada traumatic yang menimbulkan dislokasi dari facet joint vertebra akan

menimbulkan nyeri punggung yang hebat. Keadaan ini akan meyebabkan

penyempitan foramen intervertebal, sehingga radix dan jaringna yang berdekatan

mengalami iritasi den kompresi di dalam kanalnya dengan gejal-gejala radikuler.

Kompresif fraktur

Defisit neurology pada kompresif fraktur, bil;a terjadi penekanan pada radix atau

penyempitan pada foramen intervertebral yang dapat mengenai satu atau lebih radix.

11

Page 12: Css Radikulopati

Skoliosis

Umumnya pada orang dewasa dengan keluhan utama nyeri punggung. Sering

berhubungan dengan lengkungan lumbal dan lengkungan torakolumbal. Nyeri

disebabkan oleh proses degeneratif pada facet joint lengkungan itu sendir.

Proses kompresif pada thorakal dan lumbal spinalis

Spondilitis tuberkulosa

Spondilitis tuberkulosa sering terjadi pada vertebra torakal dan lumbal. Vertebra yang

sering terinfeksi adalah torakolumbal T8-L3. Bagian anterior vertebra lebih sering

terinfeksi dibandingkan bagian posterior dengan gejala awal berupa nyeri radikuler yang

dikenal sebagai nyeri interkostalis.

Perjalanan infeksi pada vertebra dimulai dengan setelah terjadi fase hematogen atau

reaktivasi kuman dorman. Basil masuk ke korpus vertebra melalui jalur arteri dan

penyebaran berlansung secara sistemik sepanjang arteri ke perifer termasuk ke dalam

korpus vertebra yang berasal dari arteri segmentalis interkostal. Di dalam korpus, arteri

ini berakhir sebagai end artery tanpa anastomoses sehingga perluasan infeksi korpus

vertebra sering dimulai pada daerah paradiskal.

Jalur kedua adalah melalui pleksus Batson, suatu anyaman vena epidural dan

peridural. Vena dari korpus vertebra mengalir ke pleksus Batson pada perivertebral. Vena

dari korpus ke luar melalui bagian posterior. Pleksus ini beranastomose dengan vena

dasar otak, dinding dada, interkostal, lumbal, dan vena pelvis. Aliran retrograde yang

dapat terjadi akibat perubahan tekanan dinding dada dan abdomen dapat menyebabkan

basil menyebar dari infeksi tuberkulosa yang berasal dari organ di daerah aliran vena

tersebut.

Jalur ketiga adalah dari abses paravertebral yang telah terbentuk dan menyebar

sepanjang ligamentum longitudinal anterior dan posterior ke korpus vertebra yang

berdekatan. Infeksi pada korpus vertebra berlanjut menjadi nekrosis dan destruksi

sehingga pada bentuk sentral dapat terjadi kompresi spontan akibat trauma, sedangkan

pada bentuk paradiskus akan menimbulkan kompresi, iskemi dan nekrosi diskus. Pada

12

Page 13: Css Radikulopati

bentuk anterior terjadi destruksi dari korpus di bagian anterior sehingga korpus vertebra

menjadi bentuk baji dan pasien diperhatikan adanya “gibbus formation” apabila proses

ini telah berjalan lama. Gangguan neurologist yang terjadi pada fase awal adalah akibat

penekanan oleh pus, perkejuan atau jaringan granulasi dengan nyeri sebagai keluhan

pertama yang muncul. Nyeri dapat dirasakan terlokalisir di sekitar lesi atau berupa nyeri

menjalar sesuai saraf yang terkena.

Proses kompresif pada cervikal

Cervical Spondylosis

Dengan berlanjutnya umur, perubahan degeneratif pada tulang punggung, terdiri

dari dehidrasi dan kolaps nucleus pulposus dan penonjolan annulus fibrosus ke segala

jurusan. Anulus menjadi kalsifikasi dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir korpus

vertebral seperti osteofit, dengan penyempitan rongga intervertebral. Dapat mengenai

satu atau beberapa radixc, unilateral atau bilateral namun keluhannya tidak sehebat

herniasi diskus.

Gambar 11 : Spondilosis Cervikal

13

Page 14: Css Radikulopati

Hernia Nukleus Pulposus

Mekanisme yang pada herniasi diskus di cervikal sama seperti pada bagian

lumbal. Namun insidensnya 15 kali kurang berbanding HNP di lumbal. Nyeri yang terasa

menjalar sepanjang lengan yang dinamakan brakialgia akibat lesi iritatif di radiks

posterior C4 sampai T1.

Proses inflamasi

Gullaine-Barre Syndrome

Disebut juga sebagai acute inflammatory demyelinating polyradiculopathy..

Kelainan neurologik kemungkinan besar disebabkan oleh reaksi humoral dan “cell-

mediated” yang diarahkan ke myelin saraf perifer. Influks makrofag didahului dengan

infiltrasi oleh limfosit yang berperan di dalam proses destruksi. Akhirnya cirri infiltrasi

sel radang dan demyelinasi segmental dan bebrapa derajat dari degenerasi wallerian.

Infiltrasi kadang-kadang menyebar melalui saraf kanalis, radix anterior dan posterior,

ganglion radix posterior,dan sepanjang keseluruhan saraf perifer. Infiltrasi dari sel-sel

radang juga dijumpai dalam kelenjar limfe, hati, limfa, jantung dan organ-organ lainnya,

ini menunjukkan suatu penyakit sistemik. Manifestasi penyakit berupa hasil suatu reaksi

imunologik. Biasanya penyakit ini didahului oleh infeksi virus exanthema, dan penyakit-

penyakit virus lainnya.

Herpes Zoster

Herpes Zoster juga dikenal sebagai Acute Inflammatory demyelinating

Polyradiculopathy disebabkan oleh varicella virus. Dapat terjadi di semua tempat, semua

musim, emua umur pada kedua jenis kelamin. Penyakit ini mempunyai pola dan bentk

yang tetap. Infiltrasi menyebar melalui saraf kranialis, radix anterior dan posterior,

ganglion radix posterior, dan sepanjang keseluruhan saraf perifer. Manifestasi penyakit

ini merupakan hasil suatu reaksi imunologik yang biasanya didahului dengan infeksi

virus exanthema dan penyakit-penyakit virus lainnya terutama pada keadaan

imunosupresif.

14

Page 15: Css Radikulopati

Penyakit Degeneratif

Penyakit Diabetes Mellitus

Pasien-pasien yang menderita diabetes mellitus merupakan predisposisi dari

berbagai macam gangguan saraf perifer berupa “peripheral neuropathy” yang cenderung

progresif dan irreversible. Terutama polineuropati distal sensoris simetris. Neuropati

asimetrik juga dapat muncul seperti mononeuritis multikompleks, sensitive terhadap

kompresi atau neuropati karena jeratan (entrapment) dan radikulopleksopati akut (lumbal

pleksopati). Hal ini disebabkan oleh gangguan metabolic dan vaskuler.

V. Manifestasi Klinis Radikulopati

Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai berikut :

1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra

hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal. Nyeri bersifat

tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.

2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.

3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang

distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.

4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.

5. Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau

bahkan menghilang.

Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada

servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks

posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang

lengan. Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan

iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke

perifer. Radikulopati setinggi segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid

daripada segmen servikal maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen

torakal, maka akan timbul nyeri pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.

Manifestasi klinis radikulopati pada daerah servikal antara lain :

15

Page 16: Css Radikulopati

Leher terasa kaku, rasa tidak nyaman pada bagian medial skapula.

Gejala diperburuk dengan gerakan kepala dan leher, juga dengan regangan pada

lengan yang bersangkutan. Untuk mengurangi gejala, penderita seringkali

mengangkat dan memfleksikan lengannya di belakang kepala.

Lesi pada C5 ditandai dengan nyeri pada bahu dan daerah trapezius,

berkurangnya sensorik sesuai dengan pola dermatomal, kelemahan dan atrofi

otot deltoid. Lesi ini dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan abduksi

dan eksorotasi lengan.

Lesi pada C6 ditandai dengan nyeri pada trapezius, ujung bahu, dan menjalar

hingga lengan atas anterior, lengan bawah bagian radial, jari ke-1 dan bagian

lateral jari ke-2. Lesi ini mengakibatkan paresthesia ibu jari, menurunnya

refleks biseps, disertai kelemahan dan atrofi otot biseps.

Lesi pada C7 ditandai dengan nyeri pada bahu, area perktoralis dan medial

aksila, posterolateral lengan atas, siku, dorsal lengan bawah, jari ke-2 dan 3 atau

seluruh jari. Lesi ini dapat mengakibatkan paresthesia jari ke-2,3 juga jari

pertama, atrofi dan kelemahan otot triseps, ekstensor tangan, dan pektoralis.

Lesi pada C8 ditandai dengan nyeri sepanjang bagian medial lengan bawah.

Lesi ini akan mengganggu fungsi otot-otot intrinsik tangan dan sensasi jari ke-4

dan 5 (seperti pada gangguan n.ulnaris).

Gambar 12. Penjalaran nyeri pada radikulopati servikal

 

Manifestasi klinis radikulopati pada daerah lumbal antara lain :

16

Page 17: Css Radikulopati

Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, menjalar ke bokong, paha, hingga ke betis,

dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava maneuvers (seperti : batuk,

bersin, atau mengedan saat defekasi).

Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita

sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan menjaga lututnya

dalam keadaan fleksi dan menumpukan berat badannya pada bokong yang

berlawanan. Ketika akan berdiri, penderita menopang dirinya pada sisi yang

sehat, meletakkan satu tangan di punggung, menekuk tungkai yang terkena

(Minor’s sign).

Nyeri mereda ketika pasien berbaring. Umumnya penderita merasa nyaman

dengan berbaring telentang disertai fleksi sendi coxae dan lutut, dan bahu

disangga dengan bantal untuk mengurangi lordosis lumbal. Pada tumor

intraspinal, nyeri tidak berkurang atau bahkan memburuk ketika berbaring.

Gangguan postur atau kurvatura vertebra. Pada pemeriksaan dapat ditemukan

berkurangnya lordosis vertebra lumbal karena spasme involunter otot-otot

punggung. Sering ditemui skoliosis lumbal, dan mungkin juga terjadi skoliosis

torakal sebagai kompensasi. Umumnya tubuh akan condong menjauhi area yang

sakit, dan panggul akan miring, sehingga sendi coxae akan terangkat. Bisa saja

tubuh penderita akan bungkuk ke depan dan ke arah yang sakit untuk

menghindari stretching pada saraf yang bersangkutan. Jika iskialgia sangat

berat, penderita akan menghindari ekstensi sendi lutut, dan berjalan dengan

bertumpu pada jari kaki (karena dorsifleksi kaki menyebabkan stretching pada

saraf, sehingga memperburuk nyeri).

Penderita bungkuk ke depan, berjalan dengan langkah kecil dan semifleksi sendi

lutut disebut Neri’s sign.

Ketika pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang menggantung dan

tampak lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah. Hal ini

merupakan bukti keterlibatan radiks S1.

Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan sepanjang n.iskiadikus.

17

Page 18: Css Radikulopati

Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan gangguan sensasi,

paresthesia, kelemahan otot, dan gangguan refleks tendon. Fasikulasi jarang

terjadi.

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya terletak di posterolateral dan

mengakibatkan gejala yang unilateral. Namun bila letak hernia agak besar dan

sentral, dapat menyebabkan gejala pada kedua sisi yang mungkin dapat disertai

gangguan berkemih dan buang air besar.

Gambar 13. Penjalaran nyeri pada radikulopati lumbal

Tabel 1. Common Root Syndromes of Intervertebral Disc Disease

Disc space

L3-4 L4-5 L5-S1 C4-5 C6-7 C7-T1

Root affected

L4 L5 S1 C5 C7 C8

Muscles affected

Quadriceps Peroneals, anterior tibial, extensor hallucis longus

Gluteus maximus, gastrocnemius, plantar flexor of toes

Deltoid, biceps

Triceps, wrist exrensors

Intrinsic hand muscles

Area of pain and sensory loss

Anterior thigh, medial shin

Great toe, dorsum of foot

Lateral foot, small toe

Shoulder, anterior arm, radial forearm

Thumb, middle fingers

Index, fourth fifth finger

Reflex affected

Knee jerk Posterior tibial

Ankle jerk Biceps Triceps Triceps

Straight leg raising

Many not increase pain

Aggravates root pain

Aggravates root pain

- - -

18

Page 19: Css Radikulopati

Pemeriksaan Fisik

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, adalah penting untuk melakukan

anamnesa terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dengan trauma

atau infeksi dan rekurensi. Harus ditanyakan karakter nyeri, distribusi dan penjalarannya,

adanya paresthesia dan gangguan subjektif lainnya, adanya gangguan motorik (seperti

kelemahan dan atrofi otot). Juga perlu diketahui gejala lainnya seperti gangguan

pencernaan dan berkemih, anestesia rektal/genital.

Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah penting. Penting untuk memperhatikan

abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan spasme otot. Pada pemeriksaan

neurologis harus diperhatikan :

Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia). Perlu dibedakan gangguan

saraf perifer atau segmental.

Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi, fasikulasi, spasme otot).

Perubahan refleks.

Pemeriksaan panggul dan rektum perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya

neoplasma dan infeksi di luar vertebra.

Pada pemeriksaan radikulopati servikal, antara lain akan didapatkan:

1. Terbatasnya “range of motion” leher.

2. Nyeri akan bertambah berat dengan pergerakan (terutama hiperekstensi).

3. Test Lhermitte

Test ini dilakukan dengan mengadakan penekanan pada kepala dengan posisi

leher tegak lurus atau miring sehingga berkas serabut sensorik di foramen

intervertebrale yang diduga terjepit, secara faktual dapat dibuktikan.

Gambar 14 . Test Lhermitte

19

Page 20: Css Radikulopati

4. Test distraksi

Test ini dilakukan ketika pasien sedang merasakan nyeri radikular. Pembuktian

terhadap adanya penjepitan dapat diberikan dengan tindakan yang mengurangi

penjepitan itu, yakni dengan mengangkat kepala pasien sejenak.

Gambar 15. Test Distraksi

Prosedur diagnosa khusus untuk pemeriksaan radikulopati lumbal antara lain :

1. Lasegue’s sign

Pemeriksaan dilakukan dengan : pasien berbaring, secara pasif lakukan fleksi

sendi coxae, sementara lutut ditahan agar tetap ekstensi. Fleksi pada sendi coxae

dengan lutut ekstensi akan menyebabkan stretching n.iskiadikus. Dengan tes ini, pada

radikulopati lumbal, sebelum tungkai mencapai kecuraman 70°, akan didapatkan

nyeri (terkadang juga disertai dengan baal dan paresthesia) pada sciatic notch disertai

nyeri dan hipersensitif sepanjang n.iskiadikus.

Straight-leg-raising-test : dilakukan dengan metode seperti Kernig’s sign.

Bila kedua prosedur tersebut positif, mengindikasikan terdapat iritasi meningen

atau iritasi radiks lumbosakral.

Bonnet’s phenomenon merupakan modifikasi Lasegue’s test, yang mana nyeri

akan lebih berat atau lebih cepat muncul bila tungkai dalam keadaan adduksi dan

endorotasi.

Prosedur lain yang merupakan modifikasi Lasegue’s test adalah Bragard’s

sign (Lasegue disertai dengan dorsofleksi kaki) dan Sicard’s sign (Lasegue disertai

20

Page 21: Css Radikulopati

dengan dorsofleksi jari-1 kaki). Pada kasus yang ringan, pemeriksaan dengan Lasegue

dapat menunjukkan hasil negatif. Dengan modifikasi ini, stretching n.iskiadikus di

daerah tibial meningkat, sehingga memperberat nyeri. Gabungan Bragard’s sign dan

Sicard’s sign disebut Spurling’s sign.

Gambar 16 . Test Lasegue

Gambar 17. Spurling’s sign

2. Test Lasegue silang

Pada beberapa pasien radikulopati lumbal, iskialgia pada tungkai yang sakit dapat

diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus.

Test O’Conell : dilakukan Lasegue test pada tungkai yang sehat, nyeri dapat

dirasakan pada sisi yang sehat (Fajersztajn’s sign), namun dengan derajat yang lebih

ringan. Selanjutnya pemeriksaan ini dilakukan pada tungkai yang sakit. Kemudian

21

Page 22: Css Radikulopati

dilakukan secara bersamaan pada kedua kaki. Selanjutnya tungkai yang sehat

direndahkan mendekati tempat tidur; hal ini akan menyebabkan eksaserbasi nyeri,

kadang juga disertai dengan paresthesia.

Beberapa ahli menyatakan pemeriksaan ini patognomonik untuk herniasi diskus

intervertebra.

3. Nerve pressure sign

Pemeriksaan dilakukan dengan : Lasegue’s test dilakukan hingga penderita

merasakan nyeri, kemudian lutut difleksikan 20°, dilanjutkan dengan fleksi sendi

coxae dan penekanan n.tibialis pada fossa poplitea, hingga penderita mengeluh nyeri.

Test ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal, bokong sesisi, atau

sepanjang n.iskiadikus.

4. Test Viets dan Naffziger

Meningkatnya tekanan intrakranial atau intraspinal dapat menimbulkan nyeri

radikular pada pasien dengan space occupying lession yang menekan radiks saraf.

Tekanan dapat meningkat dengan batuk, bersin, mengedan, dan dengan kompresi

vena jugularis. Tekanan harus dilakukan hingga penderita mengeluh adanya rasa

penuh di kepalanya, dan tes ini tidak boleh dianggap negatif hingga venous return

dihambat selama 2 menit. Kompresi vena jugularis juga dapat dilakukan dengan

sphygmomanometer cuff, dengan tekanan 40 mmHg selama 10 menit (Naffziger’s

test). Penderita dapat berbaring atau berdiri. Pada pasien ruptur diskus intervertebra,

akan didapatkan nyeri radikular pada radiks yang bersangkutan.

Pemeriksaan Penunjang Radikulopati

Radikulopati dapat didiagnosa dari menifestasi klinis yang khas, seperti rasa

nyeri, baal, atau paresthesia yang mengikuti pola dermatomal. Namun demikian gejala-

gejala tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, sehingga untuk menentukan

penatalaksanaan radikulopati, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain :

a. Rontgen

Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan

struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto roentgen penderita

22

Page 23: Css Radikulopati

radikulopati juga dapat ditemukan pada individu lain yang tidak memiliki keluhan

apapun.

b. MRI/CT Scan

MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi kelainan

diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi medula spinalis dan

radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui beratnya perubahan degeneratif

pada diskus intervertebra. Dibandingkan dengan CT Scan, MRI memiliki

keunggulan, yaitu adanya potongan sagital, dan dapat memberikan gambaran

hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf yang jelas; sehingga MRI merupakan

prosedur skrining yang ideal untuk menyingkirkan diagnosa banding gangguan

struktural pada medula spinalis dan radiks saraf.

CT Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan

baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus intervertebra.

Namun demikian sensitivitas CT Scan tanpa myelography dalam mendeteksi herniasi

masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.

c. Myelografi

Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail, terutama elemen

osseus vertebra. Myelografi merupakan proses yang invasif karena melibatkan

penetrasi pada ruang subarachnoid. Secara umum myelogram dilakukan sebagai test

preoperatif, seringkali dilakukan bersama dengan CT Scan.

d. Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography (EMG)

NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk

menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal.

Selain itu pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi radiks saraf.

Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka

pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.

e. Laboratorium

Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid, fosfatase

alkali/asam, kalsium.

Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.

23

Page 24: Css Radikulopati

VI. Penatalaksanaan Radikulopati

1. Informasi dan edukasi

2. Farmakoterapi

a. Akut : asetaminofen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi

epidural.

b. Kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin), opioid (kalau sangat diperlukan).

3. Terapi nonfarmakologik

a. Akut : imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi

tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin), masase, traksi

(tergantung kasus), alat bantu (antara lain korset, tongkat).

b. Kronik : terapi psikologik, modulasi nyeri (akupunktur, modalitas termal), latihan

kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan, posisi tubuh dan

aktivitas.

4. Invasif nonbedah

Blok saraf dengan anestetik lokal.

Injeksi steroid (metilprednisolon) pada epidural untuk mengurangi pembengkakan

edematous sehingga menurunkan kompresi pada radiks saraf.

5. Bedah

Indikasi operasi pada HNP :

Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu : nyeri berat /

intractable / menetap / progresif.

Defisit neurologik memburuk.

Sindroma kauda.

Stenosis kanal : setelah terapi konservatif tidak berhasil.

Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan

radiologik.

24

Page 25: Css Radikulopati

25