107
DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI) TERHADAP KESEJAHTERAAN GURANDIL DI DESA CILEUKSA, KAB. BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh : Alfiani Rizqoh NIM : 11140840000042 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)

TERHADAP KESEJAHTERAAN GURANDIL DI DESA CILEUKSA,

KAB. BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

Alfiani Rizqoh

NIM : 11140840000042

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN

TERHADAP KESEJAHTERAAN GURANDIL DI DESA CILEUKSA,

KAB. BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Alfiani Rizqoh

NIM: 11140840000042

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Najwa Khairina, SE, MA Roosita MD, M.Si

NIP. 198711132018012001 NIDN. 031058004

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 3: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 11 Juli 2018 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa :

1. Nama : Alfiani Rizqoh

2. NIM : 11140840000042

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin

Terhadap Kesejahteraan Gurandil di Desa Cileuksa,

Kabupaten Bogor

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswi tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta. 11 Juli 2018

1. Arief Fitrijanto, M.Si ( )

NIP : 19711118 200501 1 003

2. Fahmi Wibawa, S.E., MBA ( )

NIP :

Page 4: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Senin, 29 April 2019, telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa :

1. Nama : Alfiani Rizqoh

2. NIM : 11140840000042

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin

Terhadap Kesejahteraan Gurandil di Desa Cileuksa,

Kabupaten Bogor

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi

tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke

tahap berikutnya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 April 2019

1. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( )

NIP. 19760430 201101 1 002 Ketua

2. Najwa Khairina, SE, MA ( )

NIP. 19871113 201801 2 001 Pembimbing I

3. Roosita MD, M.Si ( )

NIDN. 031058004 Pembimbing II

4. Dr. Lukman, M.Si ( )

NIP. 19570617 198503 1 002 Penguji Ahli

Page 5: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI
Page 6: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Alfiani Rizqoh

2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 21 Desember 1993

3. Alamat : Jl. Jayadiningrat Rt.02 Rw.06 No.30

Lontar Baru, Serang, Banten

4. Telepon : 081295236812

5. Email : [email protected]

6. Anak Ke Dari : 3 dari 6 bersaudara

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Aisyiyah Serang Tahun 1999-2000

2. SD Muhammadiyah Serang Tahun 2000-2006

3. SMPN 4 Serang Tahun 2006-2009

4. SMAN 3 Serang Tahun 2009-2012

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2019

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2008 Anggota Karya Ilmiah Remaja Kota Serang

2. 2011 Ketua Majalah Dinding SMAN 3 Serang

3. 2017 Volunteer Pers WikiDPR.org Batch 10

IV. PENGALAMAN LAINNYA

1. 2018 Internship PT. Bank Muamalat Indonesia

2. 2018 Internship Program BHUN Kementerian BUMN –

PT.Telkom Indonesia

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Rafei

2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 11 Maret 1964

3. Ibu : Ismawati

4. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 5 Mei 1969

7. Alamat : Jl. Jayadiningrat Rt.02 Rw.06 No.30

Lontar Baru, Serang, Banten

8. Telepon : 085920173846

Page 7: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

vi

ABSTRACT

This study aimed to analyze the relationship between the factors which is

simulated the emergence gurandil with activities undertaken by gurandil in doing

illegal gold mining and its relationship with the welfare of households by using

Spearman Rank correlation test. This research was conducted using quantitative

research approach, namely the use of instruments such as questionnaires, and

qualitative data supported by in-depth interviews, participant observation and

document tracking. Result of this study explain that the factors stimulates the

emergence gurandil associated with the level of activity in the gold mining without

permission. Factors that influence the intensity of gurandil’s activity is economic

factors because the low level of earned income to meet family needs. Another factor

that affects the activity of gurandil is legal factor and social factors. Gurandil

activity levels are categorized according to the characteristics, namely gurandil

shallow, regular gurandil and gurandil barrel. Gurandil activity in gold mining

without permission is gurandil shallow highest. Based on obtained relationship

gurandil activity by household welfare level gurandil seen from the education level,

income level, the level of expenditure, the level of health, and physical condition of

residential buildings

Keywords: driving factors, gurandil’s activity, the level of welfare

Page 8: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antar faktor-faktor

pendorong munculnya gurandil dengan aktivitas pertambangan emas tanpa izin

(PETI) yang dilakukan oleh gurandil dan hubungannya dengan kesejahteraan

gurandil dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Penelitian ini

dilakukan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan penggunaan

instrument berupa kuesioner, serta didukung data kualitatif dengan metode

wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen. Hasil penelitian ini

memaparkan bahwa faktor pendorong munculnya gurandil berhubungan dengan

tingkat aktivitas gurandil dalam melakukan penambangan emas tanpa izin. Faktor

yang sangat mempengaruhi tingginya aktivitas gurandil adalah faktor ekonomi dan

sisanya faktor hokum dan sosial. Tingkat aktivitas gurandil dikategorikan dalam

tiga tingkatan sesuai karakteristik gurandil yaitu, gurandil cetek (kecil), gurandil

biasa, dan gurandil tong. Berdasarkan tingkat aktivitas gurandil tersebut diperoleh

hubungan dengan tingkat kesejahteraan gurandil yang dilihat dari tingkat

pendidikan, besaran pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat kesehatan, dan

kondisi tempat tinggal.

Kata kunci : faktor-faktor pendorong, aktivitas gurandil, tingkat

kesejahteraan

Page 9: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena

atas nikmat dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Dampak Aktivitas

Pertambangan Emas Tanpa Izin Terhadap Kesejahteraan Gurandil di Desa

Cileuksa, Kabupaten Bogor” ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang

ditentukan. Shalawat kerinduan dan salam penghormatan tak lupa penulis panjatkan

kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alayhi wa Salam, yang telah menuntun kita

dan memberi suri tauladan yang baik. Semoga kita termasuk umat yang kelak

mendapatkan syafa’at di akhir hari nanti. Aamin ya Rabbal’alamiin.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan

hambatan. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik

melalui bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis

diantaranya :

1. Kedua orangtua saya, Bapak Rafei dan Ibu Ismawati yang telah memberikan

dukungan moril maupun materil. Kemudian kakak dan adik-adik saya

tercinta.

2. Bapak Dr. Amilin Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, semoga diberikan kesehatan selalu oleh Allah SWT

agar dapat mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik

3. Bapak Arief Fitriejanto, M. Si dan Bapak Sofyan Rizal, M. Si selaku ketua

dan sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

waktu, saran dan semangat kepada penulis

4. Ibu Najwa Khairina, M. Si dan Ibu Roosita. MD, M. Si selaku dosen

pembimbing I dan II yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, arahan

serta ilmu yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik

Page 10: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

ix

5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama perkuliahan. Kemudian,

jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

melayani dan membantu penulis selama perkuliahan

6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2014, khususnya Tiara,

Silvia, Anita, Islamiyah, Alida, Deby, Azka, Varrah, Choirunnisa, Nonik

dan yang lainnya yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Teman-teman KKN Mafaza 146, khususnya Tiara dan Delfi yang senantiasa

membantu dan menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

ini

8. Teman-teman magang BHUN PT. Telkom Indonesia, khususnya Fini,

Zekha, Nada, Syifa dan Ucup yang bersedia meluangkan waktunya untuk

terus mengingatkan dan menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini

9. Teman-teman volunteer wikiDPR batch 10 yang juga menginspirasi penulis

dalam pembuatan judul skripsi ini

10. Para responden dan warga Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor yang telah

bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk pengisian kuesioner

penelitian dan penggalian informasi lainnya demi kelancaran skripsi ini

11. Dan persembahan terakhir ini saya dedikasikan untuk yang selalu bertanya

“kapan skripsimu selesai?” Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu

bukan sebuah kejahatan. Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran

seseorang hanya dari siapa yang paling cepat lulus. Bukankah sebaik-baik

skripsi adalah skripsi yang selesai? Baik itu selesai tepat waktu maupun

tidak tepat waktu.

Skripsi ini penulis susun berdasarkan survey yang peneliti lakukan

di Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor dengan responden masyarakat yang

bekerja sebagai gurandil. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar

sarjana yang telah ditetapkan oleh pihak akademik.

Page 11: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

x

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan

penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya kritik

dan masukan yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 05 April 2019

Alfiani Rizqoh

Page 12: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………….. i

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF …………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………............ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ………............ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………............. v

ABSTRACT ………………………………………………………………….... vi

ABSTRAK …………………………………..…………………….................. vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………….............. viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xvi

DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..…. xviii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………...………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………........………. 8

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..… 8

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………....... 8

1. Manfaat Teoritis ……………………………………………......... 8

2. Manfaat Praktis ………………………………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………........ 10

A. Landasan Teori …………………………………………………......... 10

1. Pertambangan ………………………………………………......... 10

2. Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) ……………………......... 11

3. Dampak Aktivitas Pertambangan ………………………………... 12

4. Dampak Aspek Sosial-Ekonomi …………………………............. 14

5. Kesejahteraan ……………………………….………………......... 15

B. Penelitian Terdahulu ………………….……………………………….. 16

Page 13: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xii

C. Kerangka Berpikir …………………………………………………….. 27

D. Hipotesis Penelitian ……………………………………………............ 30

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….. 31

A. Populasi dan Sampel …………………………………………………… 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 32

C. Sumber Data ………………………………………………….………… 32

D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 32

1. Observasi …………………………………………………............... 32

2. Wawancara …..…………………………………….……................. 33

3. Kuesioner ……………...…………………………………………... 33

4. Dokumentasi …………………………..………………………….... 33

E. Teknik Pengolahan Data ……………………..…………….................... 34

F. Pengujian Instrumen Penelitian …..……………………………............. 35

1. Uji Kualitas Data …………………………………..………............. 35

2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang ……………………..……….. 36

3. Uji Korelasi Spearman Rank ……………………..………………... 37

G. Operasional Variabel …………………………………………………... 38

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………..…………... 42

A. Gambaran Umum Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor ………….............. 42

B. Deskripsi Responden ……………………….……………….……….… 48

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……..………….. 48

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ………………..…………. 49

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………….. 50

4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya ……..… 51

5. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ..……….............. 51

6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan ..………………….. 52

C. Hasil Uji Data Penelitian ….………………………………………….... 54

1. Hasil Uji Kualitas Data …..………………………………………… 54

2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation) ………..……………… 57

3. Hasil Tabel Komparatif ………………….…..…………………..… 62

4. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank …………........………………... 64

Page 14: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xiii

BAB V PENUTUP …………………………...……………………………….. 66

1. Kesimpulan …………………………………………....………………. 66

2. Saran …………………………………………………………………... 66

DAFTAR PUSTAKA ………………………..………………….……............ 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………….……….. 70

Page 15: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian …………………. 4

Tabel 1.2 Area Eksplorasi PT. Antam Periode Maret 2017 …………………... 6

Tabel 1.3 Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa 2017 …………. 7

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………………………………….… 18

Tabel 3.1 Tingkat Hubungan Variabel …………………………………. ……. 38

Tabel 3.2 Operasional Variabel ……………………………………………….. 38

Tabel 4.1 Jumlah Kepala Keluarga dan Penduduk ……………………............. 44

Tabel 4.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Agama yang Dianut ………….......... 45

Tabel 4.3 Keadaan Sarana Pendidikan …………………………………............ 46

Tabel 4.4 Kondisi Sarana Keagamaan ………...……………………................. 47

Tabel 4.5 Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa ……................... 48

Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …..... 48

Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kategori Usia …..... 49

Tabel 4.8 Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………..… 50

Tabel 4.9 Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya ……… 51

Tabel 4.10 Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja ……………….. 52

Tabel 4.11 Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan …………. 52

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Tingkat Faktor Pendorong …………………..... 54

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Tingkat Aktivitas PETI ………………………. 55

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan ……………….………. 56

Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kesejahteraan …………………….. 57

Page 16: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xv

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pendapatan dengan Kesejahteraan ………………. 57

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Usia dengan Tingkat Aktivitas PETI ……………. 59

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Aktivitas PETI ….. 60

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Pendidikan Terakhir dengan Faktor Pendorong …. 61

Tabel 4.20 Tabel Komparatif Jumlah dan Persentase Gurandil …….……….... 62

Tabel 4.21 Tabel Komparatif Persentase Pendidikan Terakhir Gurandil …....... 63

Tabel 4.22 Tabel Komparatif Persentase Pendapatan Perbulan Gurandil …..... 63

Tabel 4.23 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Antar Variabel ……..………… 64

Page 17: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Umum …….…………………………………………. 29

Gambar 2.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel ……………………………. 30

Gambar 4.1 Peta Desa Cileuksa ………………………………………………. 42

Page 18: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Harga Emas dalam Kurun Waktu 2010-2019 ………………...…. 7

Diagram 4.1 Persentase Wilayah Menurut Pola Penggunaannya ……………… 43

Page 19: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ……………………………………………… 71

Lampiran 2 Data Mentah Variabel …………………………………………….. 75

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas ………………………………………………… 79

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitias ……………………………………………... 82

Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation) ……………………… 83

Lampiran 6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank ……………………………….. 87

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian …………………………………………… 88

Page 20: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

yang sama kaya nya, ibarat harta karun yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Dengan begitu, sepatutnya Indonesia tidak memiliki kesulitan

untuk menggarap dan mengolah semua yang dimiliki dalam usaha

peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Diantara segala sumberdaya

alam yang dimiliki, salah satu sumberdaya alam yang paling potensial untuk

dikelola berada di sektor pertambangan, dimana kita hanya perlu

mengeksplorasi sumberdaya alam yang sudah ada dari dalam bumi,

menyerap begitu banyak tenaga kerja, menggairahkan begitu banyak sektor

pendukung, dan nilai jual produk yang di eksplor begitu bernilai harganya.

Sebagai negara yang kaya akan titik tambang, Indonesia memiliki

sumber tambang batu bara, tambang pasir, tambang minyak, gas alam,

mineral lainnya serta tambang emas yang tersebar di pulau Kalimantan,

kepulauan Bangka Belitung, Papua dan Jawa Barat. Sebagai bukti bahwa

kekayaan sumber tambang Indonesia membuat Negara ini diperhitungkan

dimata dunia adalah salah satunya menurut laporan CNN Indonesia tahun

2017 tentang geliat industri pertambangan global, Indonesia dengan sukses

menempatkan beberapa BUMN yakni PT. Antam dan PT. Freeport

Indonesia yang berada di sektor pertambangan sebagai salah satu

perusahaan yang kehandalannya diakui oleh dunia.

Sektor pertambangan khususnya emas menyerap begitu banyak

tenaga kerja dengan berbagai kualifikasi kemampuan, dari yang tertinggi

hingga yang terendah dalam setiap prosesnya. Suatu kegiatan pertambangan

membutuhkan begitu banyak tenaga untuk terlibat di lapangan dengan

berbagai keahlian terkait.

Sebagai salah satu sektor industri dalam tatanan ekonomi global,

industri pertambangan menempati salah satu posisi dominan dalam

Page 21: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

2

pembangunan sosial ekonomi Negara maju dan berkembang, khusunya

Indonesia. Hadirnya sektor industri ini memberikan dampak positif maupun

negatif bagi masyarakat. Tanpa menampik adanya dampak positif, dampak

yang ditimbulkan dari adanya industri ini baik secara sosial, ekonomi,

lingkungan, politik dan budaya justru tidak main-main. Dampak negatif

tersebut nampaknya sangat terasa di Negara-negara berkembang seperti

Indonesia, yang cenderung belum memiliki kemampuan regulasi

pemerintah yang memadai serta tingginya gejolak sosial-politik.

Pembangunan yang dilakukan pemerintah seharusnya tidak hanya

semata-mata berorientasi pada pembangunan fisik saja melainkan juga

dengan mempertimbangkan pembangunan manusia menuju peningkatan

taraf hidup masyarakat Indonesia. Dengan berdasarkan pada pasal 33 ayat

3 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dipergunakan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Pengelolaan dan penguasaan sumberdaya alam telah dibangun

melalui semangat UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dengan tujuan utama untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Amanat ini merupakan landasan

dibentuknya kebijakan pertambangan yakni Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1967 tentang pokok pertambangan mineral dan batu bara yang

kemudian diganti dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

pertambangan mineral dan batu bara.

Menurut Saleng (2007), dibentuknya Undang-Undang nomor 4

Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara merupakan

konsekuensi dari lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintah daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang

perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

sebagaimana diatur dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 Tentang kewenangan

pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai daerah otonom.

Pemerintah disamping meningkatkan sektor pertanian dalam

usahanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga menggalakkan

industri baik industri kecil, menengah maupun besar, untuk menciptakan

Page 22: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

3

lapangan kerja baik disektor formal maupun informal. Industri menempati

posisi sentral dalam ekonomi mayarakat saat ini dan merupakan motor

penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan

mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian

besar penduduk di dunia. Industri pertambangan menjadi sangat esensial

untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan

masyarakat yang terus meningkat. Pembinaan masyarakat menjadi

masyarakat industri, hanya dimungkinkan oleh pengetahuan yang luas dan

mendalam tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

tersebut. Namun lebih dari itu, industri membutuhkan kesiapan sosial

budaya dari masyarakat untuk menerima, mendukung serta melestarikan

keberadaan fisik suatu industri di tengah masyarakat, bahkan justru

kesiapan sosial budaya ini merupakan faktor penting dalam menunjang

lajunya proses industri dalam masyarakat khususnya industri pertambangan.

Industri pertambangan mineral dan migas dapat berkembang pesat

karena saat ini kebutuhan dan permintaannya terus meningkat bersamaan

dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kesejahteraannya. Namun

dibalik peningkatan tersebut, terdapat dua permasalahan besar yang

dihadapi industri pertambangan yaitu pertama cadangan sumber daya alam

yang semakin menipis dan kedua resistensi masyarakat khususnya

masyarakat lokal semakin meningkat yang terungkap dari adanya konflik

antara korporasi dengan masyarakat lokal, baik diakibatkan karena aktivitas

pertambangan itu sendiri maupun konflik kepentingan. Oleh karena itu,

dibalik pesatnya perkembangan industri pertambangan, kedudukan

korporasi sangat rentan terhadap tekanan utamanya yaitu dari kalangan

masyarakat sipil dengan persepsi bahwa adanya praktik industri tersebut

justru lebih banyak memberikan dampak negatif daripada positifnya secara

fisik maupun sosial terhadap lingkungan sekitar.

Hadirnya industri pertambangan di daerah Bogor menimbulkan

daya tarik tersendiri bagi para pencari kerja baik dari dalam maupun dari

luar daerah pertambangan, sehingga akan menimbulkan masyarakat yang

majemuk. Dengan adanya masyarakat tersebut, berbagai macam budaya dan

Page 23: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

4

perilaku akan berpengaruh pada kehidupan sosial dan ekonomi. Sebelum

adanya industri pertambangan, masyarakat pada umumnya bermata

pencaharian sebagai petani. Seiring dengan berkembangnya industri

pertambangan yang masuk ke perdesaan, perlahan-lahan membuat minat

bertani semakin luntur dan masyarakat lebih tertarik untuk bekerja di

industri pertambangan. Akan tetapi untuk masuk dalam ranah industri

pertambangan masyarakat juga masih harus bersaing satu sama lain agar

terserap industri. Hal tersebut didasari dengan adanya persaingan

keterampilan dan pengetahuan yang menjadi modal dasar dalam

pengambilan karyawan. Hal ini terjadi saat perusahaan lebih memilih untuk

menyerap tenaga kerja dari luar daerah yang memiliki skill memadai

daripada masyarakat asli lingkar tambang yang masih berpendidikan rendah

dan minim keterampilan.

Masyarakat yang tidak terserap oleh perusahaan pertambangan

besar akhirnya lebih memilih bekerja sebagai penambang liar. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat kajian sosial dan kebijakan

publik, FOSIL Bogor tahun 2016, diketahui bahwa pada studi kasus

pertambangan tanpa izin di Desa Cileuksa telah menyerap kurang lebih 400

orang tenaga kerja gurandil hingga saat ini. Dari data perkembangan jumlah

penduduk Desa Cileuksa tahun 2017, tidak ada yang menyebutkan secara

resmi atau tertulis tentang mata pencaharian sebagai penambang gurnadil.

Pekerjaan tersebut ditulis secara resmi sebagai wiraswasta, buruh dan lain-

lain (lihat tabel 1.1)

Tabel 1.1

Klasifikasi Penduduk Desa Cileuksa Menurut mata Pencahairan

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai negeri 9

2 Pensiunan/ Purnawirawan 4

3 Petani 1462

4 Pedagang 143

5 Jasa Industri 176

Page 24: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

5

6 Wiraswasta, buruh dan lain-

lain*

469

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Keterangan * : termasuk kedalam pekerjaan gurandil

Pertambangan emas tanpa izin ini akhirnya muncul sebagai salah

satu tumpuan hidup bagi sebagian masyarakat, karena dirasa dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pada sektor

pertanian. Munculnya para penambang liar, ilegal atau tanpa izin pada suatu

wilayah dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat. Hal tersebut disebabkan adanya beberapa faktor

pendorong seperti faktor sosial, ekonomi, hukum dan faktor-faktor lainnya.

Dikemukakan Ismono (2010), bahwa keberadaan perusahaan

pertambangan belum tentu memberikan dampak yang positif terhadap

masyarakat. Namun demikian adanya industri pertambangan illegal justru

memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan,

dampak tersebut meliputi dampak positif dengan terserapnya tenaga kerja

dan peningkatan pendapatan maupun negatif karena penambangan liar

menggunakan peralatan yang belum memadai sehingga rentan kecelakaan

kerja dan kerusakan lingkungan.

Desa Cileuksa merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan

Sukajaya, Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan provinsi

Banten dan kawasan taman nasional gunung halimun salak serta titik-titik

tambang perusahaan pertambangan baik nasional maupun swasta.

Contohnya adalah pertambangan emas milik PT. Antam yang terletak di

gunung Pongkor yang tidak lain adalah salah satu titik pertambangan yang

berbatasan langsung dengan Desa Cileuksa (lihat tabel 1.2). Karena kondisi

geografis tersebut, selain di bidang pertanian, masyarakat desa cileuksa

umumnya akhirnya memanfaatkan kesempatan dengan bekerja sebagai

penambang emas ilegal atau penambang emas tanpa izin dan lebih dikenal

dengan istilah gurandil dalam Bahasa setempat.

Page 25: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

6

Tabel 1.2

Area Eksplorasi PT. Antam Periode Maret 2019

Area Komoditas

Pongkor

Cibaliung Emas

Pomalaa

Tapunopaka

Waylukum

Nikel

Tayan

Mempawah Bauksit

Sumber : Laporan Eksplorasi PT. Antam 2019

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wira Fuji Astuti tentang

dampak aktivitas pertambangan emas tanpa izin di gunung Pongkor dalam

jurnal sains komunikasi dan pengembangan masyarakat tahun 2015,

diketahui bahwa keberadaan PETI mulai banyak ditemui sejak fenomena

krisis 1998, hal ini juga berdampak sama pada wilayah tambang disekitar

atau perbatasannya. Sejak tahun 1980-an fenomena keberadaan gurandil

masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun setelahnya

tepatnya pada tahun 1998 dimana daya tarik harga emas saat itu sangat

menggiurkan disamping jumlah pengangguran yang melonjak sehingga

mendorong maraknya masyarakat setempat untuk berbondong-bondong

menjadi penambang emas tanpa izin. Sekitar 70% dari jumlah gurandil di

desa cileuksa ini adalah merupakan warga asli setempat dengan kategori

gurandil kecil dan gurandil besar atau pemilik modal yang didominasi oleh

warga pendatang. Dengan harga emas saat ini yang trennya cenderung

selalu naik memicu aktivitas masyarakat untuk melakukan penambangan

liar, seperti yang terlihat pada (lihat diagram 1.1), dikutip dalam laman

resmi www.goldprice.com, pergerakan harga emas khususnya di Indonesia

cenderung selalu mengalami kenaikan hingga pernah mencapai titik

tertingginya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir di angka 602.611.88

rupiah per gram pada awal tahun 2019

Page 26: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

7

Diagram 1.1

Harga Emas Dalam Kurun Waktu 10 tahun terakhir (2010-2019)

Sumber : www.goldprice.org.id

Akan tetapi pekerjaan yang terlihat menjanjikan keuntungan berlipat

tersebut mungkin saja belum tentu dapat menjadikan masyarakat hidup

sejahtera. Hal ini diketahui berdasarkan data keluarga miskin atau pra-

sejahtera yang masih mendominasi di desa Cileuksa walaupun sebagian

warganya telah beralih profesi menjadi gurandil (lihat tabel 1.3).

Tabel 1.3

Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa tahun 2017

No RT/RW Pra

KS

KS 1 KS 2 KS 3 KS

+

Jumlah

1

Se-Desa Cileuksa

1328

481

225

156

32

2780

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat adalah perubahan

kondisi ekonomi masyarakat yang dapat diukur misalnya dengan tingkat

pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kesanggupan memenuhi

kebutuhanya. Desa cileuksa merupakan salah satu desa yang berbatasan

Page 27: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

8

langsung dengan daerah pertambangan emas besar (PT.Antam). Akan tetapi

dalam kegiatannya, berdasarkan keterangan yang diperoleh melalui

wawancara perangkat desa, masyarakat lokal belum begitu terlibat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh faktor pendorong munculnya gurandil terhadap

tingkat kesejahteraan gurandil?

2. Bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI)

terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis sejauhmana

dampak kegiatan pertambangan emas tanpa izin terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat gurandil di desa Cileuksa, kecamatan sukajaya,

kabupaten Bogor. Kemudian tujuan khususnya ialah menjawab pertanyaan

permasalahan, yakni :

1. Menganalisis hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil

terhadap tingkat kesejahteraan gurandil.

2. Menganilisis hubungan antara aktivitas pertambangan emas tanpa izin

(PETI) terhadap tingkat kesejahteraan gurandil.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

dan sebagai sumbangsih pemikiran dalam upaya meningkatkan kesadaran

mengenai dampak yang ditimbulkan dengan adanya pertambangan emas

ilegal baik itu positif maupun negatif

Page 28: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai aktivitas

pertambangan emas tanpa izin serta dampak ekonomi yang

ditimbulkannya serta melatih kemampuan dalam menulis karya ilmiah

serta dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

b. Bagi masyarakat

Menambah wawasan dan meningkatkan kesadaran akan dampak

ekonomi yang ditimbulkan dari adanya aktivitas pertambangan emas

tanpa izin terhadap kehidupan sosial-ekonomi

c. Bagi perusahaan atau stakeholder

Memberikan informasi dan inspirasi bagi para pengusaha atau

stakeholder agar lebih aware terhadap dampak yang ditimbulkan dari

adanya aktivitas pertambangan emas tanpa izin bagi lingkungan dan

masyarakat

d. Bagi institusi pemerintah

Memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan regulasi yang tepat berkaitan dengan aktivitas

pertambangan emas baik resmi maupun liar serta pengaruhnya bagi

masyarakat lingkar tambang

Page 29: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pertambangan

Pengertian pertambangan sesuai UU Minerba No.4 Tahun 2009 pasal 1

yaitu, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang

meliputi penyelidikan umuum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pasca tambang.

Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral

diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam

industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis

biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-

mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-

mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan

mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi

lingkungan. Industri pertambangan sebagai industry hulu yang menghasilkan

sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang

diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).

Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia

modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat

kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara (Noor dalam Sulto 2011).

Penambangan adalah bagian dari kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral dana tau batu bara serta mineral ikutannya.

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan

galian. Menurut UU No. 11 tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3

jenis, yakni: golongan A (bahan galian strategis), golongan B (bahan vital) dan

golongan C (bahan galian tidak strategis dan tidak vital). Bahan golongan A

Page 30: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

11

merupakan barang yang penting bagi pertahanan, kemanan dan strategis untuk

menjamin perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk

dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak bumi, uranium dan

plutonium. Sementara bahan golongan B dapat menjamin hajat hidup orang

banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan golongan C adalah

bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hajat hidup orang banyak

contohnya garam, pasir, marmer dan asbes.

Manan dan Saleng (2004) dalam Siregar (2009) menyatakan bagaimana

peran dari kegiatan pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang strategis

dan kontribusi besar terhadap pembangunan daerah. Beroperasinya kegiatan

pertambangan di suatu daerah, maka akan terbetuk komunitas baru sebagai

pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah beroperasinya pertambangan.

Komunitas baru tersebut akan memberikan pengaruh pada perekonomian

dearah setempat karena masyarakat pencari kerja akan terserap serta pelaku

ekonomi secara tidak langsung akan tertarik ke wilayah pertumbuhan ekonomi

yang baru dan menyebabkan jasa-jasa lainnya akan tumbuh, baik jasa yang

berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pertambangan.

2. Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

Kegiatan PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan perorangan,

kelompok ataupun yayasan/ perusahaan yang dalam operasinya tidak memiliki

izin dari instansi pemerintah pusat atau daerah sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku. Menurut Ngadiran, Santoso dan Purwoko (2002)

persoalan-persoalan dalam PETI adalah sebagai berikut :

a. Keselamatan kerja kurang terjamin karena para pekerja dalam

pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun seperti

sianida dan merkuri

b. Modal kerja yang minim karena hanya ditanggung oleh seorang pemilik

lubang atau pemilik mesin

c. Para penambang bekerja dengan teknik yang sederhana atau tradisional

sehingga sulit terjadi inovasi dan tanpa adanya perlengkapan

keselamatan yang memadai

Page 31: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

12

Faktor pendorong kehadiran PETI dapat dikelompokkan menjadi :

1. Faktor sosial, kegiatan PETI dianggap sudah menjadi pekerjaan turun

temurun yang dilakukan oleh masyarakat setempat; terdapatnya

hubungan yang kurang harmonis antara pertambangan resmi dengan

masyarakat setempat dan terjadi penafsiran keliru tentang reformasi

yang diartikan sebagai kebebasan tanpa batas

2. Faktor hukum, yaitu ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku di bidang pertambangan, yang

diantaranya tercermin dalam kekurang berpihakkan kepada kepentingan

masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan resmi

yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur); serta

terjadinya kelemahan dalam penegakkan hukum dan pengawasan

3. Faktor ekonomi, yaitu disebabkan oleh keterbatasan lapangan pekerjaan

dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan tingkat keahlian dan

keterampilan masyarakat lingkar tambang; kemiskinan dalam berbagai

hal , yakni miskin secara ekonomi, pengetahuan dan keterampilan;

keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinan untuk tujuan

tertentu , yaitu penyandang dana (cukong), beking (oknum aparat), dan

LSM; krisis ekonomi berkepanjangan yang melahirkan pengangguran

terutama dari kalangan masyarakat bawah

3. Dampak Aktivitas Pertambangan

Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu

perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas

tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut

didefinisikan dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan

antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang

diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang

dimaksud termasuk kegiatan penambangan batubara yang dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum. Dampak

penambangan berarti perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan

eksploitasi baik perubahan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan maupun

Page 32: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

13

kondisi alam. Dampak penambangan bisa positif bila perubahan yang

ditimbulkannya menguntungkan dan negatif jika merugikan, mencemari

dan merusak lingkungan hidup. Dampak yang diakibatkan oleh

penambangan menjadi penting bila terjadi perubahan lingkungan hidup

yang sangat mendasar.

Menurut Salim (2007) setiap kegiatan pertambangan pasti akan

menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari kegiatan

pembangunan di bidang pertambangan adalah :

1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional

2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang

4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang

5. Meningkatkan usaha mikro dan jasa lainnya bagi masyarakat lingkar

tambang

6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang

7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang

Sedangkan dampak negatif dari kegiatan pembangunan di bidang

pertambangan adalah :

1. Degradasi lingkungan hidup

2. Penderitaan masyarakat adat

3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal

4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan

Berdasarkan aspek sosial ekonomi, kegiatan PETI diharapkan dapat

memberikan manfaat tidak hanya terhadap pembangunan tetapi juga terhadap

masyarakat lokar yang berada di sekitar lokasi penambangan. Dalam skala

makro, PETI dianggap sebagai ancaman dan bahaya bagi investasi

pertambangan di Indonesia. Namun, dalam skala mikro kegiatan PETI dianggap

sebagai salah satu gerakan “ekonomi kreatif” oleh masyarakat kecil lingkar

tambang. Mereka berusaha menggali dan menemukan butiran emas demi

perbaikan kehidupan ekonominya (Willybrodus, dan Chang (2012)).

Page 33: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

14

Selanjutnya, menurut (Willybrodus, dan Chang (2012)) terdapat beberapa

dilema dalam kegiatan PETI. Pertama adanya keterpaksaan hidup (desakan

kebutuhan ekonomi) dan perolehan izin pemerintah atas kegiatannya. Tidak

semua penambang emas berpenghasilan tinggi. Sebelum beroperasi penambang

lokal harus memiliki mesin dompeng (gelundungan) bermutu baik serta biaya

operasional yang mencapai jutaan rupiah. Modal tersebut tidak menjamin

dengan sendirinya segera kembali. Terkadang dalam sehari penghasilan mereka

bisa mencapai puluhan juta rupiah namun tidak jarang pula sulit mencapai target

yang diharapkan. Kedua, bukan mustahil bahwa seorang gurandil ditangkap dan

diproses secara hukum, walaupun mereka memiliki antena khusus untuk

mendeteksi adanya razia petugas keamanan. Walaupun ketenangan dan

kenyamanan kerja penambang masih belum terjamin, para penambang tetap

memilih untuk mengadu peruntungan ditengah ketidakpastian hidup, sosial dan

politik saat ini.

4. Dampak Aspek Sosial-Ekonomi

Dampak sosial ekonomi merupakan dampak aktivitas pertambangan pada

aspek sosial dan ekonomi yang dapat bersifat positif dan negatif. Dampak

positif adanya pertambangan adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), terciptanya lapangan pekerjaan, dan peningkatan ekonomi bagi

masyarakat yang bergerak di sekitar wilayah lingkar tambang. Sedangkan

dampak negative yang mungkin terjadi karena adanya usaha pertambangan

adalah penurunan pendapatan masyarakat yang bekerja di sector pertanian,

karena menurunnya kualitas lahan yang tersedia.

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) bagi sebagian masyarakat dapat

menjadi tumpuan hidup, karena dapat menghasilkan pendapatan yang lebih

tinggi dibandingkan pada sector pertanian. Selain itu kegiatan PETI dapat

dilakukan oleh semua masyarakat dengan berbagai tingkat pendidikan, karena

kegiatan PETI tidak perlu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup

karena untuk melakukan kegiatannya para penambang hanya cukup melihat dan

meniru kegiatan yang dilakukan rekannya di lapangan.

Page 34: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

15

Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap

pergerakan penduduk, seperti halnya memicu terjadinya migrasi penduduk.

Dijelaskan oleh Rusli (2012) migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk

geografis, spasial atau territorial antara unit-unit geografis yang melibatkan

perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Seseorang

melakukan migrasi apabila ia melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah

tempat secara permanen atau relative permanen dalam menempuh jarak

minimal tertentu atau pindah dari satu geografis ke geografis lainnya. Banyak

factor melatarbelakangi seseorang melakukan migrasi seperti halnya adalah

memperoleh pekerjaan.

5. Kesejahteraan

Kesejahteraan merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk mengukur

keadaaan seseorang pada kondisi tertentu pada wilayah tertentu. Persatuan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi batasan kesejahteraan social

sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu

individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan

meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan

masyarakat. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu:

pertama, kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kedua, institusi, arena atau

bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai

profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan social dan

pelayanan social. Dan ketiga aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan atau usaha yang

terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Soeharto,2005)

Konsep kesejahteraan yang ideal dikemukakan oleh BPS (2005), bahwa

terdapat tujuh indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan antara lain: pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga,

fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan

pelayanan kesehatan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, dan

kemudahan mendapat akses pendidikan.

1. Pendapatan adalah penghasilan tetap yang diperoleh dalam satu bulan

yang merupakan pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Page 35: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

16

2. Konsumsi atau pengeluaran keluarga adalah jumlah biaya yang

dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

3. Fasilitas tempat tinggal yang dapat diukur dari luas lantai rumah,

penerangan, jenis alas/lantai rumah, kondisi MCK, kondisi bangunan,

atap, sumber air. Kondisi dan kualitas rumah yang ditempati dapat

menunjukkan keadaan social ekonomi rumah tangga

4. Kesehatan anggota keluarga merupakan indicator kebebasan dari

penyakit. Salah satu indicator yang digunakan untuk menentukan derajat

kesehatan penduduk adalah dengan melihat kondisi keluhan

kesehatannya

5. Akses terhadap layanan kesehatan merupakan kemudahan responden

dalam menjangkau dan memperoleh fasilitas untuk kesehatan seperti

BPJS Kesehatan dan lain-lain

6. Akses terhadap pendidikan merupakan kemudahan responden dalam

menjangkau dan memperoleh jenjang pendidikan yang baik dan tinggi

7. Kepemilikan alat transportasi merupakan jenis alat transportasi yang

dimiliki responden untuk mempermudah akses ke berbagai tempat

B. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu sebagai pendukung penelitian yang relevan dengan

permasalahan yang akan diteliti tentang analisis dampak aktivitas

pertambangan emas illegal terhadap kesejahteraan gurandil di desa cileuksa,

kecamatan sukajaya, kabupaten Bogor.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Edi Farlan, Indra, Ahmad

Humam Hamid, (2016) disimpulkan bahwa keberadaan pertambangan emas

telah memberi dampak pada kondisi social masyarakat. Pertambangan emas

menjadi daya Tarik bagi para pendatang untuk bekerja di penambangan

sehingga terjadi arus perpindahan penduduk yang tidak biasa, sering

menimbulkan pertikaian, serta terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat

setempat maupun pendatang. Keberadaan pertambangan emas di Gampong

Mersak telah memberi dampak terhadap aktivitas perekonomian masyarakat

Page 36: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

17

yang terlihat dari pergeseran kegiatan mata pencaharian masyarakat dari sector

pertanian ke sector non pertanian, serta mampu mendongkrak penghasilan

masyarakat walaupun pekerjaan menambang itu sulit.

Penelitian yang dilakukan oleh Eriyati, Rita Yani Iyan (2011)

disimpulkan bahwa terdapat dampak ekonomi dan lingkungan yang diakibatkan

oleh aktivitas penambangan emas liar di Desa Lado Kecamatan Singingi

Kabupaten Kuantan yaitu peningkatan penghasilan warga setempat yang

berprofesi sebagai penambang emas liar yang dapat mencapai Rp. 4.722.000

per bulan. Namun walaupun adanya peningkatan penghasilan yang lumayan,

ternyata menimbulkan efek yang cukup fatal yakni pencemaran air sungai

singingi sehingga tidak layak digunakan lagi untuk kegiatan konsumsi, mandi,

cuci, kakus (MCK) sehingga para penambang harus bersedia membayar biaya

pengganti untuk kerusakan lingkungan (willingness to pay) dengan besaran

yang telah ditentukan dari jarak sungai singingi yang telah tercemar ke

pemukiman warga terdampak.

Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina Natalia,

Marlinang Sitompul (2011) dikemukakan bahwa proses penambangan emas

tanpa izin di Desa Widodaren Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing

Natal, dilakukan secara manual dengan alat-alat mesin sederhana, kegiatan

tersebut memiliki dampak positif terhadap mereka yang berkecimpung didalam

usaha penambangan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka,

misalnya saja penghasilan yang didapat cukup tinggi yaitu mencapai Rp.

6.328.125 per bulan untuk pekerja, Rp. 27.337.500 per bulan untuk pemilik

dompeng dan Rp. 6.075.000 per bulan untuk pemilik lahan yang disewa.

Namun dibalik dampak positif yang ada, terdapat dampak negative yang

dihasilkan pula yaitu terjadinya kerusakan lingkungan akibat adanya buangan

limbah dan potensi terjadinya longsor akibat galian tambang.

Penelitian yang dilakukan U. Selvi Tuaputy, E. Intan Kumala Puti, Z.

Anna (2014) dijelaskan bahwa selain adanya dampak positif dari kegiatan

penambangan emas tanpa izin yakni meningkatnya pendapatan masyarakat

penambang, tapi juga menghasilkan eksternalitas negative yaitu dengan

merugikan pemerintah karena tidak adanya pajak yang masuk kedalam kas

Page 37: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

18

daerah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis willingness to pay

(WTP) yang dibebankan pada penambang sebagai bagian dari perhitungan

dalam upaya mengembalikan kelestarian lingkungan. Kemudian biaya

transasksi penambangan sebagai nilai eksternalitas.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Trisnia Anjami (2017)

mendeskripsikan bahwa setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan

menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap masyarakat. Dampak

positif dari adanya penambangan emas tanpa izin di desa Sungai Sorik

Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi ini antara lain

membuka lapangan kerja bagi masyarakat lingkar tambang, meningkatnya

pendpatan masyarakat serta tumbuhnya usaha penunjang pertambangan seperti

: usaha warung makan, penjualan alat-alat pertambangan sederhana.

Pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menjadi penambang cenderung

meninkat drastis, dari sebelumnya yang sebesar dibawah Rp. 1.000.000

perbulan menjadi lebih dari Rp. 3.500.000 perbulan. Namun peneliti tidak

hanya melihat dari aspek ekonomi daja, namun juga membahas dari segi aspek

kesehatan masyarakat dimana air sungai yang biasa dimanfaatkan untuk

kegiatan konsumsi saat ini tidak dapat dipergunakan lagi karena pencemaran

berat.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

NO

PENELITI

DAN JUDUL

PENELITIAN

TUJUAN METODE HASIL

1 Nama : Edi

Farlan, Indra,

Ahmad

Humam Hamid

Tahun : 2016

Judul :

Dampak

- Untuk

mendapatkan

gambaran

tentang

dampak positif

dan negatif

yang terjadi

Metode

deskriptif

dengan

pendekatan

kualitatif

(wawancara,

observasi dan

- Hasil

penelitian

mendeskrip-

sikan bahwa

keberadaan

tambang

emas di

Page 38: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

19

Pertambangan

Emas

Tradisional

Terhadap

Perubahan

Sosial

Ekonomi

Masyarakat di

Gampong

Mersak

Kecamatan

Kluet Tengah

Kabupaten

Aceh Selatan

(Jurnal Ilmiah

Mahasiswa

Pertanian

Vol.1 No. 1 :

Unsyiah)

dari

keberadaan

pertambangan

emas terhadap

kondisi social

maupun

perekonomian

masyarakat

studi

kepustakaan)

dengan teknik

analisis data

interaktif oleh

Milles and

Hubberman

berupa reduksi

data, penyajian

data dan

verifikasi

Gampong

Mersak

telah

memberi

dampak

pada kondisi

sosial dan

ekonomi

masyarakat

- Pertamba-

ngan emas

berdampak

negatif pada

aspek

perpindahan

penduduk

yang tidak

terkendali,

tingkat

kejadian

konflik

meningkat

dan

peralihan

mata

pencaharian

dari

pertanian ke

pertambang-

an

menjadikan

lahan

Page 39: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

20

pertanian

tidak

berfungsi

optimal

- Pertambang-

an emas

berdampak

positif pada

aspek

terbukanya

lapangan

pekerjaan

dan

peningkatan

penghasilan

pada

masyarakat

2 Nama : Eriyati,

Rita Yani Iyan

Tahun : 2011

Judul :

Dampak

Ekonomi dan

Lingkungan

Penambangan

Emas Liar di

Desa Kebun

Lado

Kecamatan

Singingi

Kabupaten

- Untuk

mengetahui

besarnya

pendapatan

yang diperoleh

masyarakat

dari kegiatan

penambangan

emas liar di

Desa Kebun

Lado

Kecamatan

Singingi

Kabupaten

Metode yang

digunakan

adalah dengan

pengambilan

sampel

responden

sebanyak 45

orang untuk

seluruh PETI

dan 80 klaster

sampel untuk

perhitungan

WTP atau 20%

dari populasi

Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bahwa rata-rata

keseluruhan

pendapatan

para pekerja

sebesar Rp.

2.881.045,33

perbulan serta

total WTP

masyarakat di

Desa Kebun

Lado sebesar

Page 40: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

21

Kuantan

Singingi

(Jurnal

Ekonomi Vol.

19 No.3 :

Universitas

Riau)

Kuantan

Singingi

- Untuk

mengetahui

besarnya

kesediaan

membayar

(willingness to

pay)

masyarakat

Desa Kebun

Lado

Kecamatan

Singingi

Kabupaten

Kuantan

Singingi

Rp. 8.092.743

perbulan

3 Nama : Dina

Natalia,

Marlinang

Sitompul

Tahun : 2011

Judul :

Dampak

Penambangan

Emas

Terhadap

Lingkungan di

Desa

Widodaren

Kecamatan

Sinunukan

- Untuk

mengetahui

proses

penambangan

emas di Desa

Widodaren

Kecamatan

Sinunukan

Kabupaten

Mandailing

Natal

- Untuk

mengetahui

proses

perizinan

Metode

deskriptif

kualitatif

(wawancara,

observasi dan

studi

kepustakaan)

- Hasil

penelitian

menunjukan

bahwa

proses

penamba-

ngan emas

tanpa izin di

Desa

Widodaren

Kecamatan

Sinunukan

Kabupaten

Mandailing

Natal,

Page 41: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

22

Kabupaten

Mandailing

Natal (Jurnal

Ilmu Sosial :

Universitas

Negeri Medan)

penambangan

emas di Desa

Widodaren

Kecamatan

Sinunukan

Kabupaten

Mandailing

Natal

- Dampak

penambangan

emas terhadap

lingkungan

social ekonomi

yang mencakup

(pendapatan) di

Desa

Widodaren

Kecamatan

Sinunukan

Kabupaten

Mandailing

Natal

- Dampak

penambangan

emas terhadap

lingkungan

fisik ke

bentang lahan

di Desa

Widodaren

Kecamatan

Sinunukan

dilakukan

secara

manual

dengan alat-

alat mesin

sederhana

- kegiatan

tersebut

memiliki

dampak

positif

terhadap

mereka yang

berkecimpu

ng didalam

usaha

penamba-

ngan dalam

memenuhi

kebutuhan

ekonomi

keluarga

mereka,

misalnya

saja

penghasilan

yang didapat

cukup tinggi

yaitu

mencapai

Rp.

6.328.125

Page 42: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

23

Kabupaten

Mandailing

Natal

per bulan

untuk

pekerja, Rp.

27.337.500

per bulan

untuk

pemilik

dompeng

dan Rp.

6.075.000

per bulan

untuk

pemilik

lahan yang

disewa.

- Terdapat

dampak

negatif yang

dihasilkan

pula yaitu

terjadinya

kerusakan

lingkungan

akibat

adanya

buangan

limbah dan

potensi

terjadinya

longsor

4 Nama : U.

Selvi Tuaputy,

- Untuk

mengidentifika

Metode

pendekatan

- Hasil survei

dalam

Page 43: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

24

E. Intan

Kumala Puti,

Z. Anna

Tahun : 2014

Judul :

Eksternalitas

Pertambangan

Emas Rakyat

di Kabupaten

Buru Maluku

(Jurnal

Ekonomi

Pertanian,

Sumberdaya

dan

Lingkungan)

-si dan

menghitung

biaya transaksi

dari

pertambangan

emas rakyat

- Mengidentifika

-si dan

menghitung

WTP biaya

transaksi dan

WTP perbaikan

kualitas

lingkungan

- Mengetahui

persepsi

masyarakat

terhadap

keberadaan

pertambangan

- Mengidentifika

-si nilai

eksternalitas

dari kegiatan

pertambangan

emas rakyat

analisis

stastistik,

analisis WTP

dengan CVM

Models dan

analisis

regresi

berganda

penelitian

ini dapat

disimpulkan

bahwa biaya

masuk yang

ada

merupakan

biaya

transaksi

politik

karena biaya

yang

dikeluarkan

penambang

merupakan

biaya

legalisasi

usaha secara

sepihak oleh

pemerintah

adat tanpa

izin resmi

dari

pemerintah

daerah

- Biaya yang

harus

dikeluarkan

oleh

penambang

khusus laki-

laki adalah

Page 44: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

25

sebesar Rp.

750.000 per

orang untuk

tiga bulan

sementara

untuk

penambang

perempuan

sebesar Rp.

500.000 per

orang per

tiga bulan,

sedangkan

untuk buruh

pikul

sebesar Rp.

1.000.000

per orang

untuk tiga

bulan

- Surat izin

usaha sangat

mudah

diperoleh

hanya

dengan

biaya

masuk, foto

dan kartu

identitas

masyarakat

sudah

Page 45: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

26

mendapat

kartu

penambang

illegal

5 Nama : Trisnia

Anjami

Tahun : 2017

Judul :

Dampak Sosial

Penambangan

Emas Tanpa

Izin (PETI) di

Desa Sungai

Sorik

Kecamatan

Kuantan Hilir

Kabupaten

Seberang

Kabupaten

Kuantan

Singingi

(Jurnal Ilmu

Sosial Vol. 4

No.2 :

Universitas

Riau)

- Untuk

mengetahui

siapa pelaku

penambangan

emas tanpa izin

(PETI) di Desa

Sungai Sorik

- Untuk

mengetahui

dampak social

yang terjadi

akibat

penambangan

emas tanpa izin

(PETI) di Desa

Sungai Sorik

- Untuk

mengetahui

hubungan

perubahan

mata

pencaharian

terhadap

mobilitas

social

Metode

deskriptif

kuantitatif

karena

penelitian ini

berbentuk

kasus

- Hasil dari

penelitian

ini diketahui

bahwa

dampak

sosial PETI

di Desa

Sungai

Sorik adalah

pelaku

penambang

yang

berubah

mata

pencaharian

demi

kepentingan

individu

maupun

kelompok

- Adanya

pelaku,

dampak

sosial dan

hubungan

perubahan

mata

pencaharian

Page 46: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

27

terhadap

mobilitas

sehingga

memicu

terjadinya

dampak

sosial PETI

di Desa

Sungai

Sorik

C. Kerangka Berpikir

Berdirinya perusahaan pertambangan emas akan memberikan pengaruh,

baik itu positif maupun negatif (Ngadiran, Santoso, Purwoko (2002)). Terlihat

dari keberadaan perusahaan pertambangan resmi dapat memberikan kontribusi

yang positif terhadap tingkat pendapatan daerah, namun perusahaan

pertambangan besar atau perusahaan legal bisa jadi mendorong munculnya para

penambang liar atau penambang tanpa izin yang diakibatkan karena tidak

terserapnya tenaga kerja dari kalangan pribumi (FOSIL Institut, 2016).

Berbagai faktor pendorong seperti faktor sosial, faktor hukum, dan faktor

ekonomi (Wibisono, 2008). Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat

aktivitas masyarakat untuk melakukan pertambangan tanpa izin. Tingkat

aktivitas ini dapat dilihat dari lama bekerja, frekuensi bekerja, tingkat modal

kerja, dan tingkat keselamatan kerja.

Dari indikator tersebut dapat dilihat sejauh mana aktivitas masyarakat

penambangan liar dengan menggunakan teknik-teknik sederhana dan secara

tradisional. Dalam rangka analisis juga dijelaskan pembukaan pertambangan

mempengaruhi masyarakat untuk menjadi penambang liar yang juga

memberikan dampak positif dan negatif dalam bidang sosial maupun ekonomi.

Hal ini akhirnya sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat terutama

masyarakat lokal.

Page 47: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

28

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan penambangan emas tanpa izin

atau ilegal khususnya terhadap kesejahteraan gurandil yang diukur

menggunakan indikator-indikator yang telah ditentukan. Untuk mempermudah

pelaksanaan penelitian dibuatlah alur berpikir yang dapat dilihat dari gambar

2.1 dan gambar 2.2

Page 48: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

29

Gambar 2.1

Kerangka Umum

Dampak Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin Terhadap

Kesejahteraan Gurandil di Desa Cileuksa, Kab. Bogor

Variabel Penelitian

1. Tingkat Faktor

Pendorong (X1)

Faktor Sosial

Faktor Hukum

Faktor Ekonomi

3. Kesejahteraan (Y)

Tingkat pendapatan

Tingkat konsumsi

Fasilitas tempat

tinggal

Tingkat kesehatan

Tingkat pendidikan

Kepemilikan alat

transportasi

2. Tingkat Aktivitas

Pertambangan

Emas Tanpa Izin

(PETI) (X2)

Lama bekerja

Frekuensi bekerja

Tingkat modal kerja

Tingkat migrasi

Pertanyaan Penelitian :

1. Bagaimana pengaruh faktor pendorong munculnya gurandil

terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?

2. Bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan emas tanpa izin

(PETI) terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?

Tujuan Penelitian :

1. Menganalisis hubungan antara faktor pendorong

munculnya gurandil terhadap tingkat kesejahteraan

gurandil.

2. Menganilisis hubungan antara aktivitas pertambangan

emas tanpa izin (PETI) dan tingkat kesejahteraan gurandil.

Page 49: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

30

Gambar 2.2

Kerangka Hubungan Antar Variabel

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu

penelitian. Maka berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka

hipotesis penelitian ini dapat disusun sebagai berikut :

a. H1 : Terdapat hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil

dengan tingkat kesejahteraan gurandil

H0 : Tidak terdapat hubungan antara faktor pendorong munculnya

gurandil dengan tingkat kesejahteraan gurandil

b. H1 : Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas PETI dengan tingkat

kesejahteraan gurandil

H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas PETI dengan

kesejahteraan gurandil

Kesejahteraan (Y)

Tingkat Faktor Pendorong (X1)

Tingkat Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa

Izin (PETI) (X2)

Page 50: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono 2012 Hal.80). Dalam hal ini peneliti telah membatasi ruang

lingkup penelitian tersebut. Dari aspek waktu, peneliti membatasi penelitian

dengan kondisi sampel dalam rentang waktu bulan Juli-Agustus 2018. Dari

aspek lokasi, peneliti hanya menjadikan desa Cileuksa Kecamatan Sukajaya

Kabupaten Bogor sebagai sebagai tempat dilakukannya penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bekerja

sebagai gurandil yang ada di Desa Cileuksa dengan unit analisis yaitu rumah

tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK)

yang berprofesi sebagai penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil di

Desa Cileuksa. Jumlah keseluruhan Kepala Keluarga sebanyak 469 KK

yang tersebar di 14 RW. Karena Jumlah populasi ini lebih dari 100 orang

maka dalam penelitian ini menggunakan sampel

Sampel memiliki arti suatu bagian dari keseluruhan serta

karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2008 Hal.118).

Penelitian ini menggunakan sensus terhadap seluruh rumah tangga gurandil.

Selanjutnya ditentukan sampel atau responden untuk penelitian ini

menggunakan simple random sampling. Teknik simple random sampling

adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu

(Sugiyono, 2001 Hal. 57). Syarat simple random sampling adalah sebagai

barikut :

1. Teknik ini digunakan jika elemen populasi bersifat homogen,

sehingga elemen manapun yang terpilih menjadi sampel dapat

mewakili populasi

Page 51: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

32

2. Dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan

bersifat umum

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan antara bulan Juni sampai dengan Agustus tahun

2018. Tempat penelitian di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten

Bogor

C. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder serta didukung

dengan pendekatan kualitatif

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden

atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti (M.

Pabundu Tika 2005: 44). Data primer diperoleh dari kuesioner yang

disebar kepada penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil

2. Data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada

pengumpul data. Data sekunder dapat disajikan dalam bentuk data-data,

dokumen, tabel-tabel mengenai topik penelitian. Data sekunder

didapatkan dari literatur terdahulu, internet dan instansi terkait dengan

obyek penelitian yaitu kantor desa cileuksa, kecamatan Sukajaya

Kabupaten Bogor

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau

fenomena yang ada pada obyek penelitian (M. Pabundu Tika

(2005:44)). Metode ini digunakan peneliti dalam rangka untuk

mendapatkan data awal yang menyangkut daerah peneliti tentang

keadaan Desa Cileuksa dan masyarakatnya secara riil di daerah peneliti.

Pada metode observasi menggunakan checklist, yaitu suatu daftar berisi

Page 52: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

33

nama obyek atau fenomena yang akan diteliti atau diamati. Peneliti

hanya perlu memberi tanda setiap pemunculan gejala yang akan diamati.

b. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab

yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan peneliti

(M. Pabundu Tika (2005:44)). Metode ini digunakan untuk memperoleh

informasi tentang kondisi social ekonomi masyarakat sebelum dan

sesudah menjadi penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Alat

yang digunakan pada wawancara ini adalah kuesioner dan daftar

pedoman pertanyaan yang telah ditentukan.

c. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Untuk mengetahui

data dari suatu variable, kemudian dijabarkan kedalam indicator-

indikator dan selanjutnya diwujudkan kedalam butir-butir pertanyaan

yang nantinya tertuang dalam angket. Penelitian ini menggunakan

metode angket untuk mengetahui kondisi social ekonomi masyarakat

Desa Cileuksa sebelum dan sesudah menjadi penambang emas tanpa

izin (PETI) atau gurandil. Alat yang digunakan kuesioner ini adalah

kuesioner dan daftar pedoman pertanyaan yang telah ditentukan.

Kusioner ini ditujukan kepada kepala keluarga yang bekerja sebagai

penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Dalam pengisian

angket, responden cukup memilih salah satu jawaban dengan memberi

tanda ceklis pada setiap kolom alternatif jawaban yang paling sesuai

dengan kondisinya.

Pada penelitian ini digunakan angket tertutup, dengan jawaban yang

tersedia untuk setiap butir pernyataan. Dalam penelitian ini bentuk

jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS)

dan Tidak Setuju (TS). Urutan pemberian bobot nilai untuk jawaban SS

= 4, S = 3, KS = 2 dan TS = 1 untuk pernyataan positif, sedangkan

pernyataan negatif sebaliknya.

d. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

Page 53: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

34

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar, patung, film dan lain-lain. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara (Sugiyono, 2009:329). Teknik dokumentasi dilakukan untuk

memperoleh data sekunder yang berupa data-data yang berkaitan

dengan kesejahteraan gurandil. Data yang dikumpulkan juga berasal

dari Kantor desa Cileuksa tempat penelitian. Alat yang digunakan dalam

pengambilan data adalah flashdisk untuk penyimpanan data dalam

bentuk soft-file.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data

ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara atau rumus-

rumus tertentu (Hasan, 2006). Adapun teknik pengolahan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan apliksai Microsoft Excel 2016

dan SPSS for Windows 23.0 untuk pengolahan data kuantitatif. pembuatan

tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat

data awal responden dari masing-masing variable secara tunggal

menggunakan Microsoft Excel 2016. Kemudian SPSS for Windows 23.0

digunakan untuk membantu dalam uji statistik dengan menggunakan

Spearman Rank. Uji korelasi Spearman Rank digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan

tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Spearman Rank

digunakan untuk uji korelasi yang menguhubungkan variabel faktor-faktor

pendorong, tingkat aktivitas PETI, serta adanya hubungan keduanya dengan

tingkat kesejahteraan gurandil.

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data,

penyajian data dan verifikasi. Pertama ialah reduksi data dimulai dari

pemilihan, penyederhanaan, abstraksi hingga transformasi data hasil

wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Tujuan dengan

adanya reduksi data ini adalah untuk mempertajam, menggolongkan,

Page 54: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

35

mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan. Kedua ialah

penyajian data, yang berupa menyusun segala informasi dan data yang

diperoleh menjadi rangkaian kalimat yang mudah dibaca ke dalam sebuah

laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram dan matriks. Kemudian

verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan

dari hasil data yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan

dengan mengonfirmasi hasil olahan data kepada responden, informan dan

dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian dalam laporan skripsi.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

pengertian validitas menurut Suryabrata (2000:41) adalah derajat fungsi

pengukuran suatu tes, atau derajat kecermatan ukuran suatu tes.

Pengertian validitas menurut Kusaeri (2012:75) adalah ketepatan

(appropriateness), kebermaknaan (meaningfull) dan kemanfaatan

(usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi

skor tes. Suatu instrumen yang valid memiliki validitas tinggi dan

sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut

kurang valid. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang hendak diukur atau diinginkan. Sebuah instrument

dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti. Pengujian validitas ditujukan untuk melihat hubungan antar

masing-masing butir pertanyaan atau pernyataan pada variabel bebas

dan variabel terikat. Untuk uji validitas pada penelitian ini digunakan

kuesioner yang disebar pada 40 orang responden.

Berdasarkan perhitungan SPSS, hasil uji validitas kuesioner yang akan

digunakan dalam penelitian ini sesuai tabel korelasi yang dianalisis.

Nilai r hitung harus lebih besar dari t tabel (taraf signifikan 0,05)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tes uji yang dapat dipercaya. Sebuah tes

dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut

Page 55: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

36

memberikan data hasil yang tetap walaupun diberikan pada waktu yang

berbeda kepada responden yang sama. Hasil tes yang tetap seandainya

berubah maka perubahan itu tidak signifikan, maka tes tersebut

dikatakan reliabel. Oleh karena itu reliabilitas sering disebut dengan

keterpercayaan, kestabilan, konsistensi, keterandalan dan sebagainya.

Reliabilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Ketepatan ini

dapat dinilai dengan analisa statistic untuk mengetahui kesalahan ukur.

Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek

kemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrument dianggap

reliabel apabila instrument tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur

data penelitian (Fred. N Kerlinger, 1973)

Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan

bahwa, reliabiltas merupakan keajegan (konsistensi) bila mana tes

tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes

yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil

korelasi yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan

koefisien reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Jika

koefisiennya semakin mendekati 1 maka semakin reliabel dan

sebaliknya. Pada umumnya para ahli memberikan standar minimal

koefisien reliabilitas sama atau lebih besar dari 0,5.

3. Tabulasi Silang atau Crosstab

Tabulasi silang (Indriatno, dkk, 1998) merupakan metode analisis

kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta

kombinasi diantaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk

menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi nilai-nilai

yang berbeda dari dua variable dan menghitung harga-harga statistic

beserta ujinya. Kegunaan tabulasi silang :

a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variable yang terjadi

b. Melihat bagaimana beberapa variable saling berhubungan

c. Untuk mengadakan control terhadap variable tertentu sehingga

dapat dianalisis ada atau tidaknya hubungan

Page 56: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

37

4. Uji Korelasi Spearman Rank

Menurut Djarwanto (2009), metode Spearman Rank ini dikemukakan

oleh Carl Spearman pada tahun 1904. Metode ini diperlukan untuk

mengukur keeratan hubungan antara dua variable dimana dua variable

itu tidak mempunyai joint normal distribution dan covariance tidak

diketahui sama. Korelasi spearman rank digunakan apabila pengukuran

kuantitatif secara eksak sulit dilakukan.

Untuk menghitung korelasi spearman rank dilakukan langkah-langkah

berikut :

a. Nilai pengamatan dua variabel yang akan diukur hubungannya

diberi jenjang. Bila ada nilai pengamatan yang sama dihitung

jenjang rata-ratanya

b. Setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya

c. Perbedaan setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya

d. Nilai koefisien korelasi spearman rank

Rumus korelasi spearman rank

Keterangan :

rs : Koefisien spearman rank

d : Perbedaan ranking antara dua variable

n : Banyak pasangan data

untuk melihat seberapa jauh koefisien korelasi antar variable, maka

peneliti menggunakan kriteria korelasi untuk melihat besarnya

korelasi antar variable dalam penelitian ini (lihat tabel 3.1)

Page 57: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

38

Tabel 3.1

Tingkat Hubungan Variabel

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2002)

G. Operasional Variabel

Menurut Azwar (2003) definisi operasional adalah suatu definisi

mengenai variable yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik

variable yang dapat dipahami. Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat

desa Cileuksa yang berprofesi sebagai gurandil. Dalam penelitian ini

terdapat dua variable bebas (independent variable), yaitu : tingkat faktor

pendorong dan tingkat aktivitas PETI kemudia satu variable terikat

(dependent variable) yaitu tingkat kesejahteraan gurandil

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Variabel Indikator Parameter Skala

Ukur Sumber

Tingkat

Faktor

Pendorong

(X1)

Faktor

Hukum

Pengetahuan

masyarakat

mengenai

hukum yang

berlaku Ordinal Wibisono,

2008 Lemahnya

regulasi hukum

dapat

memotivasi

Page 58: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

39

masyarakat

untuk menjadi

gurandil

Faktor Sosial

Gurandil

sebagai budaya

turun temurun

Hubungan

antara

masyarakat

dengan

perusahaan

tambang resmi

Faktor

Ekonomi

Tingkat

kesejahteraan

masyarakat

yang rendah

Tingkat

pendidikan

masyarakat

yang rendah

Tingkat

Aktivitas

PETI (X2)

Lama bekerja

Waktu kerja di

area

pertambangan

dalam hitungan

tahun, dibagi

menjadi dua

kategori :

<10 tahun :

Baru

>10 tahun :

Lama

Ordinal Harrianto,

2010

Page 59: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

40

Frekuensi

bekerja

Jumlah hari

kerja selama

seminggu,

yakni :

<5 hari :

normal

>5 hari : Tidak

normal

Menaker,

1997

Modal kerja

Kepemilikan

modal uang dan

mesin yang

digunakan oleh

gurandil

Eugene. F

Brigham,

Joel. F

Houston,

2006

Tingkat

migrasi

Jumlah

penduduk yang

masuk dan

menetap setelah

meluasnya

kegiatan PETI

Rusli, 2012

Kesejahteraan

(Y)

Tingkat

Pendapatan

Penghasilan

yang diperoleh

dalam satu

bulan untuk

pemenuhan

kebutuhan

Ordinal BPS, 2005

Tingkat

Konsumsi/

pengeluaran

Jumlah biaya

yang

dikeluarkan

untuk

kebutuhan

pangan dan

non-pangan,

Page 60: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

41

serta jenis

perolehan

pangan

Fasilitas

Tempat

tinggal

Jenis dinding

dan lantai

rumah, kondisi

MCK, sumber

penerangan dan

lain-lain

Tingkat/

akses

kesehatan

Kondisi

kesehatan

keluarga,

kemudahan dan

kepemilikan

jaminan

kesehatan

Tingkat/

akses

pendidikan

Perolehan

pendidikan

formal

Akses

transportasi

Kepemilikan

kendaraan atau

jenis alat

transportasi

untuk

mempermudah

akses ke

berbagai tempat

Page 61: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

42

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Lingkungan

Desa Cileuksa adalah salah satu Desa dari 11 (sebelas) Desa yang berada dibagian

Barat Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor berada pada ketinggian 600 M -925

M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 22 oC - 25 oC. Desa Cileuksa terdiri

dari 2 Dusun 14 RW dan 40 RT

Gambar 4.1

Peta Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor

Sumber : Google map, 2019

Adapun batas – batas wilayah Desa adalah :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pasirmadang

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Wirajaya

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Cisarua

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Lebak Prop.Banten

Jarak Kantor Desa Ke :

Ibu Kota Kecamatan : 17 Km

Page 62: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

43

Ibu Kota Kabupaten : 73 Km

Ibu Kota Propinsi : 134 Km

Ibu Kota Negera : 120 Km

Desa Cileuksa mempunyai luas 2.475,60 Ha dari luas tersebut sebagaian

besar adalah lahan pertanian dan perkebunan dan Kehutanan jika dilihat dari

wilayah pembangunan berdasarkan Praperda Kabupaten Bogor dan Kecamatan

Sukajaya Desa Cileuksa termasuk dalam wilayah pembangunan wilayah Barat,

wilayah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengembangan perkebunan

,agrowisata, pertanian, industri, kerajinan tangan dan peningkatan hasil usaha kecil

menengah dan pelestarian sumber daya air untuk lebih jelasnya mengenai

pembagian luas wilayah menurut penggunaannya dapat dilihat pada diagram 4.1

berikut ini

Diagram 4.1

Persentase Wilayah Menurut Pola Penggunaannya

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

4%

18%

20%44%

1%

13%

PERSENTASE WILAYAH MENURUT POLA PENGGUNAANNYA

Pemukiman dan Perkantoran Pertanian Perkebunan Kehutanan Industri Lain-lain

Page 63: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

44

2. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya

Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan Desa Cileuksa sampai dengan bulan

Januari tahun 2017 diperoleh data jumlah pendudukan sebanyak 8033 Jiwa yang

terdiri dari pendudukan laki – laki 4036 Jiwa dan perempuan 3997 Jiwa, serta terdiri

dari 2463 Kepala Keluarga.

Tabel 4.1

Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Penduduk

No Jumlah KK Jumlah Penduduk

Jumlah Perempuan Laki-laki

1 2463 3997 4036 8033

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Kondisi Sosial Budaya

Mayoritas Penduduk Desa Cileuksa adalah masyarakat suku sunda dengan

bahasa sehari – hari adalah bahasa sunda, sebagai masyarakat yang terbuka

masyarakat Desa Cileuksa tidak pernah menolak kehadiran masyarakat dari luar

untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati, keterbukaan sikap

masyarakat tersebut akhirnya turut berpangaruh pada tingginya migrasi ke Desa dan

atau ke Kecamatan lain.

Tingginya tingkat migrasi tersebut menyebabkan semakin heterogennya

masyarakat Desa Cileuksa sehingga menimbulkan akulturasi pasitif dan turut

berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang unggul, mandiri, kreatif

dan kompetitif pada sisi tingginya migrasi telah mengakibatkan tekanan penduduk

dan terpinggirkannya sebagai penduduk setempat yang tidak mempunyai keahlian,

kendati demikian dibandingkan masyarakat Desa Cileuksa masih dapat

mempertahankan stabilitas keamanannya serta mampu menjaga suasana yang

kondusif. Dilihat dari agama yang dianut terhadap Tuhan Yang Esa dapat diartikan

bahwa penduduk mayoritas beragama islam, untuk lebih jelasnya sebagaiman dapat

dilihat pada tabel 4.2

Page 64: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

45

Tabel 4.2

Klasifikasi Penduduk menurut Agama yang dianut

No Agama Jumlah

1

2

3

4

5

6

Islam

Kristen Protestan

Kristen Katolik

Budha

Hindu

Aliran Kepercayaan

8033

-

-

-

-

-

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Desa

Cileuksa dapat diklasifikasikan sebagai masyarakat yang agamis, serta warisan

budaya. Masyarakat Desa Cileuksa juga menyadari arti pentingnya prinsip dan

komitmen terhadap nilai-nilai kebijakan sebagaimana konsisten dan konsekuen

terhadap kebenaran serta penyesuian antara hati nurani dan rasionalisme.

Sebelum bertindak, sebelumnya ditetapkan dulu dalam hati dan fikiran

secara seksama, meskipun dikenal sebagai masyarakat agamis, namun disadari juga

bahwa perkembangan zaman, lingkungan serta pengaruh teknologi dan informasi

telah menyebkan terjadinya beberapa bagian masyarakat yang mempunyai perilaku

yang menyimpang yang kurang mengindahkan moral dan etika masyarakat, hal

tersebut terjadi sebagai proses akultulasi yang berlangsung sedemikian cepat

melalui keterbukaan dalam menerima sebagai media massa maupun media

elektronik.

Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah pekerjaan apa yang dilakukan oleh penduduk Desa

Cileuksa sebagai sumber mata pencaharian utama bagi keluarganya. Dengan

adanya lahan pertanian yang cukup luas, masyarakat atau penduduk desa Cileuksa

memiliki peluang untuk bekerja di bidang pertanian. Akan tetapi dengan

berkembangnya berbagai jenis pekerjaan menjadikan penduduk desa bekerja

sebagai buruh atau pekerja harian lepas dan wiraswasta. Selain itu penduduk juga

Page 65: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

46

sebagian kecil bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang keliling, petani, dan

PNS.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sehingga pendidikan

merupakan sebuah investasi (modal) dimasa yang akan datang. Pada umumnya

tingkat pendidikan yang dienyam oleh masyarakat di Desa Cileuksa adalah hanya

sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini dikarenakan banyak faktor yang

melatarbelakanginya seperti tidak adanya biaya, jarak fasilitas pendidikan yang

sulit ditempuh dan lain sebagainya

Kondisi Sarana dan Prasarana

Desa Cileuksa memiliki sarana dan prasarana baik di bidang pendidikan,

keagamaan, maupun dalam bidang kemasyarakatan lainnya. Sarana dan prasarana

yang digunakan oleh keluarga gurandil antara lain PAUD, SD dan SMP karena

sebagian gurandil memiliki anak dan bersekolah di sekolah tersebut karena

lokasinya yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka.

Tabel 4.3

Keadaan Sarana Pendidikan

No J e n i s Jumlah

1

2

3

4

5

TK/PAUD

SD Negeri

SMP Negeri satu atap

Madrasah Ibtidaiyah

SMP Terbuka

1

5

1

2

1

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Page 66: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

47

Berdasarkan sarana peribadatan yang sering digunakan gurandil adalah majelis

taklim. Hal ini terlihat dari, selain bekerja memenuhi kebutuhan keluarga gurandil

juga tergolong dalam kelompok pengajian yang dilakukan satu minggu sekali.

Kegiatan tersebut dilakukan di majelis taklim setiap kampung.

Tabel 4.4

Kondisi Sarana Keagamaan

No J e n i s Jumlah

1

2

3

4

5

6

Mesjid

Mushola

Gereja

Kuil Vihara/Pura

Pondok Pesantren

Majlis Ta’lim

14

4

-

-

7

11

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Selain sarana dan prasarana diatas juga terdapat beberapa sarana dan

prasarana yang ada didesa seperti irigasi yang digunakan untuk mengairi sawah

meskipun belum dapat dikatakan baik, jalan desa, jembatan, pos kamling, dan balai

desa. Dalam bidang pemasaran juga terdapat warung-warung yang menjual aneka

barang konsumsi. Fasilitas pasar belum tersedia di desa ini, hal ini menyebabkan

masyarakat desa masih kesulitan untuk memasarkan hasil pertaniannya. Guna

mempercepat proses pembangunan dan kelancaran pelaksanaan pemerintahan

daerah, di Desa Cileuksa terdapat beberapa lembaga pendukung lainnya antara lain

PKK, MUI, kelompok tani dan lembaga pendidikan lainnya.

Kondisi Kesejahteraan

Tantangan dalam pembangunan kesejahteraan social meliputi proses

globalisasi dan industrialisasi serta krisis ekonomi dan politik yang

berkepanjangan. Dampak yang dirasakan antara lain semakin berkembangnya

bobot, jumlah dan kompleksitas berbagai masalah sosial. Keadaan ini bisa dilihat

dari data tabel 4.6 Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial

Page 67: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

48

Tabel 4.5

Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa tahun 2017

No RT/RW Pra

KS

KS 1 KS 2 KS 3 KS

3+

Jumlah

1

Se-Desa Cileuksa

1328

481

225

156

32

2780

Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017

Data pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa terdapat 1328 keluarga yang

tergolong Pra keluarga sejahtera dan sisanya masuk dalam kategori keluarga

sejahtera tingkat 1 sampai dengan golongan keluarga sejahtera 3+. Data tahapan

keluarga sejahtera diklasifikasikan berdasarkan indikator-indikator yang

terkandung dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.

3. Karakteristik responden

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 40 responden dapat diketahui

bahwa 75% atau 30 orang merupakan responden laki-laki dan sisanya sebesar 25%

atau 10 orang merupakan responden perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa

keterlibatan laki-laki dalam aktivitas pertambangan emas tanpa izin atau berprofesi

sebagai gurandil paling mendominasi dibandingkan perempuan karena profesi ini

adalah profesi yang cukup berat dan beresiko sehingga laki-laki dinilai lebih

mampu dalam melakukan kegiatan tersebut (tabel 4.6)

Tabel 4.6

Jumlah dan persentase responden gurandil berdasarkan jenis kelamin di

Desa Cileuksa tahun 2018

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 30 75%

Perempuan 10 25%

Page 68: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

49

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

b. Deskripsi responden berdasarkan usia

Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang kepala keluarga yang

bekerja sebagai gurandil di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

Gurandil yang ada di desa Cileuksa dikategorikan dalam 3 karakteristik, yaitu

gurandil cetek (kecil), gurandil biasa dan gurandil tong (besar).

Tabel 4.7

Jumlah dan Persentase Responden Gurandil Berdasarkan Kategori Usia di

Desa Cileuksa Tahun 2017

Usia Frekuensi Persentase

17-22 tahun 5 12,5%

23-28 tahun 9 22,5%

29-34 tahun 9 22,5%

35-40 tahun 13 32,5%

41-47 tahun 3 7,5%

48-52 tahun 1 2,5%

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Kategori umur dalam penelitian ini didasarkan pada hasil jawaban responden

melalui kuesioner yang kemudian dihitung range-nya. Berdasarkan hasil penelitian,

umur responden berkisar antara 17 tahun sampai dengan 52 tahun. Dimana pada

rentang umur 35-40 tahun paling mendominasi dengan jumlah responden sebanyak

masing-masing 13 orang dengan persentase sebesar 32,5%. Selanjutnya pada

rentang umur 23-28 tahun dan 29-34 tahun memiliki jumlah responden yang sama

yaitu masing-masing terdapat 5 orang responden dengan persentase sebesar 22,5%.

Kemudian pada rentang umur 17-22 tahun terdapat 5 orang responden dengan

persentase sebesar 12,5%. Pada rentang umur 41-47 tahun terdapat 3 orang

responden dengan persentase 7,5%. Pada rentang umur 48-52 tahun terdapat 1

Page 69: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

50

orang responden dengan persentase terkecil diantara rentang umur lainnya yaitu

sebesar 2,5%.

c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 40 responden dapat diketahui

bahwa 65% atau 26 responden yang mendominasi sebagai gurandil merupakan

lulusan SMP. Kemudian sisanya hanya dapat menyelesaikan pendidikan

terakhirnya pada tingkat SD dan SMA yang masing-masing memiliki persentase

dominasi yang sama yaitu sebesar 17,5% atau 7 orang responden. Hal ini

menunjukkan bahwa gurandil pada tingkat pendidikan terakhir SMP paling

mendominasi dari tingkat pendidikan lainnya, terutama pada tingkat SMA yang

persentasenya tidak sampai mencapai 20%. Beberapa responden yang tidak berhasil

menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA bahkan tingkat SMP mengaku

bahwa faktor ekonomi adalah kendala utama mereka dalam melanjutkan

pendidikan. Disamping itu jarak fasilitas pendidikan dari Desa Cileuksa tergolong

cukup jauh menjadi alasan lainnya (tabel 4.9)

Tabel 4.8

Jumlah dan persentase responden gurandil berdasarkan pendidikan terakhir

di Desa Cileuksa tahun 2018

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 7 17,5%

SMP/ Sederajat 26 65%

SMA/ Sederajat 7 17,5%

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Page 70: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

51

d. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan sebelumnya

Tabel 4.9

Jumlah dan persentase responden gurandil berdasarkan

pekerjaan sebelumnya di Desa Cileuksa tahun 2018

Pekerjaan

Sebelumnya Frekuensi Persentase

Petani 27 67,5%

Pedagang 10 25%

Lainnya 3 7,5%

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang saat

ini beralih profesi menjadi gurandil adalah mereka yang dulu bekerja dibidang

pertanian atau sebagai petani, terlihat dari jumlah responden yang memiliki

pekerjaan sebelumnya sebagai petani yaitu sebanyak 27 orang dengan persentase

67,5% lebih mendominasi dibandingkan dengan gurandil yang dulunya bekerja

dibidang non pertanian, seperti pedagang dan lainnya. Hal ini dikarenakan Desa

Cileuksa merupakan daerah dengan lahan pertanian yang cukup luas. Gurandil yang

memiliki profesi sebelumnya sebagai pedagang memiliki frekuensi sebesar 10

orang dengan persentase 25% dari keseluruhan total responden. Terakhir adalah

kategori profesi lainnya yang hanya sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar

7,5% merupakan gurandil yang dulunya memiliki profesi lainnya seperti dibidang

perbengkelan, jasa pijat dan lainnya.

e. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja sebagai gurandil

Berdasarkan tabel dibawah ini (tabel 4.11) dapat diketahui bahwa lama bekerja

responden sebagai gurandil didominasi pada rentang waktu 8-10 tahun dengan

persentase sebesar 40%. Dalam rentang waktu lama bekerja 8-10 tahun ini

didominasi oleh gurandil dengan rentang usia pertengahan 35-40 tahun dengan

jumlah responden terbanyak. Kemudian dominasi selanjutnya diisi pada rentang

waktu bekerja responden sebagai gurandil selama 11-13 tahun dengan banyaknya

Page 71: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

52

responden 10 orang yang persentasenya mencapai 25%. Selanjutnya pada rentang

waktu lama bekerja 5-7 tahun terdapat 6 responden dengan persentase mencapai

15%. Pada rentang waktu lama bekerja 2-4 tahun terdapat 4 orang responden

dengan persentase mencapai 10%. Terakhir adalah rentang waktu 14-16 tahun dan

>17 tahun dengan jumlah responden 2 orang dan persentase masing-masing

mencapai 5% dari total keseluruhan.

Tabel 4.11

Jumlah dan Persentase Responden Gurandil Berdasarkan Lama

Bekerja di Desa Cileuksa Tahun 2018

Lama Bekerja Frekuensi Persentase

2-4 tahun 4 10%

5-7 tahun 6 15%

8-10 tahun 16 40%

11-13 tahun 10 25%

14-16 tahun 2 5%

>17 tahun 2 5%

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

f. Deskripsi responden berdasarkan pendapatan

Besarnya pendapatan dapat menentukan daya beli seseorang terhadap barang

dan jasa. Dalam mendeskripsikan pendapatan responden, berikut adalah hasil

penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti dan dijelaskan dalam tabel

4.12

Tabel 4.12

Jumlah dan Persentase Responden Gurandil Berdasarkan Tingkat

Pendapatan di Desa Cileuksa tahun 2018

Pendapatan rata-rata

Perbulan

Frekuensi Persentase

<Rp. 2.000.000 15 37,5%

Page 72: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

53

Rp. 2.000.000 – Rp.

5.000.000

4 10%

Rp. 5.000.000 – Rp.

8.000.000

10 25%

Rp. 8.000.000 – Rp.

11.000.000

9 22,5%

>Rp. 11.000.000 2 5%

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Dari hasil penelitian melalui kuesioner yang disebar pada 40 responden

diketahui bahwa sebanyak 15 responden dengan persentase 37,5% yang

mendominasi memiliki rata-rata pendapatan sebesar <Rp. 2.000.000 per bulan dari

hasil aktivitas mereka sebagai gurandil, dari besarnya pendapatan yang dihasilkan

maka ke 15 orang responden tersebut masuk dalam kategori gurandil cetek (kecil).

Kemudian sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 10% memiliki rata-rata

pendapatan Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 dan merupakan responden dalam

kategori gurandil biasa (sedang). Dari hasil penelitian diketahui pula sebanyak 10

responden dengan persentase 25% memiliki rata-rata pendapatan sebesar diatas Rp.

5.000.000 – Rp. 8.000.000 per bulan, dari besarnya pendapatan tersebut maka

responden dalam kategori penghasilan ini masih merupakan gurandil biasa

(sedang). Kemudian sebanyak 9 responden dengan persentase sebesar 22,5%

memiliki rata-rata pendapatan Rp.8.000.000 – Rp. 11.000.000 dan merupakan

responden dalam kategori gurandil tong (besar). Dan sebanyak 2 responden dengan

persentase sebesar 5% memiliki rata-rata pendapatan >Rp. 11.000.000 perbulan dan

merupakan responden dalam kategori gurandil tong (besar). Besar kecilnya

pendapatan yang dihasilkan oleh gurandil dipengaruhi oleh besarnya modal utama

usaha dan frekuensi produksi sehingga dapat menghasilkan output yang tinggi pula.

Page 73: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

54

g. Hasil Uji Data Penelitian

a. Hasil Uji Kualitas Data

1. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk pengukuran suatu tes atau derajat

kecermatan ukuran dalam kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur atau variable yang

diteliti (Suryabrata, 2000:41). Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan Pearson Correlation, dengan pedoman suatu model

dikatakan valid apabila signifikansinya dibawah 0,05 atau r hitung > r

tabel (n=40, r tabel= 0,311) maka butir pernyataan dikatakan valid.

Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga variable yang

digunakan dalam penelitian ini. Tingkat faktor pendorong munculnya

gurandil (X1), Tingkat aktivitas PETI (X2) dan Tingkat kesejahteraan

gurandil (Y) dengan jumlah 40 responden

1) Uji validitas tingkat faktor pendorong munculnya gurandil (X1)

Tabel 4.13

Hasil uji validitas tingkat faktor pendorong munculnya gurandil (X1)

Nomor Bukti

Pernyataan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

X1.1 0,761 0,000 Valid

X1.2 0,792 0,000 Valid

X1.3 0,813 0,000 Valid

X1.4 0,877 0,000 Valid

X1.6 0,531 0,000 Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variable untuk tingkat faktor

pendorong munculnya gurandil mempunyai kriteria valid untuk lima item

pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih

besar daripada r tabel yaitu sebesar 0,311 sedangkan satu item pernyataan

Page 74: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

55

(x1.5) dikatakan tidak valid maka peneliti mereduksi agar menjaga

kestabilan data yang ada. Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa

masing-masing pernyataan pada variable tingkat faktor pendorong

munculnya gurandil selain variable yang telah direduksi sah dan layak

diajukan sebagai penelitian.

2. Uji validitas tingkat aktivitas PETI (X2)

Tabel 4.14

Hasil uji validitas tingkat aktivitas PETI (X2)

Nomor Bukti

Pernyataan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

X2.1 0,659 0,000 Valid

X2.2 0,747 0,000 Valid

X2.3 0,837 0,000 Valid

X2.4 0,827 0,000 Valid

X2.5 0,764 0,000 Valid

X2.6 0,878 0,000 Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel untuk tingkat aktivitas PETI

mempunyai kriteria valid untuk enam item pernyataan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel

yaitu sebesar 0,311 Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa masing-

masing pernyataan pada variable tingkat aktivitas PETI sah dan layak

diajukan sebagai penelitian.

Page 75: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

56

3. Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan (Y)

Tabel 4.15

Hasil uji validitas tingkat kesejahteraan gurandil (Y)

Nomor Bukti

Pernyataan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

Y1 0,792 0,000 Valid

Y2 0,775 0,000 Valid

Y3 0,825 0,000 Valid

Y4 0,859 0,000 Valid

Y5 0,732 0,000 Valid

Y6 0,667 0,000 Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variable untuk tingkat kesejahteraan

gurandil mempunyai kriteria valid untuk enam item pernyataan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel

yaitu sebesar 0,311. Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa masing-

masing pernyataan pada variable tingkat kesejahteraan gurandil sah dan

layak diajukan sebagai penelitian.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi data yang

memiliki hasil tetap walaupun diberikan pada waktu yang berbeda kepada

responden yang sama. Hasil tes yang tetap seandainya berubah maka

perubahan itu tidak signifikan, maka tes tersebut dikatakan reliabel. Suatu

instrument dianggap reliabel apabila instrument tersebut dapat dipercaya

sebagai alat ukur data penelitian (Fred. N Kerlinger, 1973)

Hasil uji dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’ Alpha > nilai r

tabel. Berikut hasil uji reliabilitas untuk setiap variable dalam penelitian

(tabel 4.16)

Page 76: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

57

Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kesejahteraan Gurandil

Variabel Cronbach’ Alpha Keterangan

Tingkat Faktor

Pendorong (X1) 0,820 Reliabel

Tingkat Aktivitas PETI

(X2) 0,877 Reliabel

Tingkat Kesejahteraan

Gurandil (Y) 0,877 Reliabel

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Pada tabel menunjukkan nilai Cronbach’ Alpha atas variable tingkat faktor

pendorong sebesar 0,820; tingkat aktivitas PETI sebesar 0,877; dan tingkat

kesejahteraan gurandil sebesar 0,877. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena memiliki nilai Cronbach’ Alpha >

nilai r tabel. Hal ini menunjukan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan

mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti jika pernyataan tersebut

diajukan kembali maka akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban

sebelumnya.

b. Hasil Uji Tabulasi Silang (Cross tabulation)

1. Pendapatan rata-rata per bulan dengan tingkat kesejahteraan gurandil

Tabel 4.17

Tabulasi Silang Pendapatan dengan Kesejahteraan

Pendapatan rata-rata per

bulan

Tingkat Kesejahteraan

Total Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

< Rp. 2.000.000 14 1 0 0 0 15

Rp. 2.000.000–Rp.

5.000.000 0 4 0 0 0 4

Rp. 5.000.000–Rp.

8.000.000 0 0 10 0 0 10

Page 77: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

58

Rp. 8.000.000–Rp.

11.000.000 0 0 0 9 0 9

> Rp. 11.000.000 0 0 0 0 2 2

Total 14 5 10 9 2 40

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Dari hasil analisis tabulasi silang diatas diketahui bahwa semakin rendah

pendapatan rata-rata perbulan yang dihasilkan dari kegiatan penambangan maka

semakin rendah pula tingkat kesejahteraan yang didapatkan. Hal ini menunjukkan

bahwa besar kecilnya pendapatan menjadi salah satu faktor utama penentu

kesejahteraan gurandil disamping faktor-faktor penentu lainnya. Berdasarkan hasil

tabel diatas dari 40 orang gurandil yang peneliti jadikan sebagai responden, terdapat

14 orang responden yang termasuk kedalam kategori kesejahteraan gurandil sangat

rendah dan 1 lainnya dalam kategori kesejahteraan gurandil rendah dengan besar

pendapatan rata-rata perbulan <Rp. 2.000.000. kemudian terdapat 4 orang

responden yang termasuk kedalam kategori kesejahteraan gurandil rendah dengan

besar pendapatan rata-rata perbulan Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000. Terdapat 10

orang responden yang masuk kedalam kategori kesejahteraan gurandil sedang

dengan pendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp. 5.000.000 – Rp. 8.000.000.

Terdapat 9 orang responden yang termasuk kedalam kategori kesejahteraan tinggi

dengan rata-rata pendapatan perbulan sebesar Rp. 8.000.000 – Rp. 11.000.000.

Kemudian terdapat 2 orang repspnden lainnya yang termasuk dalam kategori

kesejahteraan gurandil sangat tinggi dengan pendapatan rata-rata perbulan sebesar

>Rp. 11.000.000. Dalam kegiatan penambangan emas tanpa izin ini masyarakat

memang mengalami kenaikan pendapatan yang cukup signifikan dibandingkan

pendapatannya sebelum menjadi gurandil, namun demikian berdasarkan hasil

penelitian, walaupun telah beralih profesi sebagai gurandil tidak serta merta

menaikkan derajat kesejahteraan mereka. Hal ini terlihat dari jumlah gurandil

dengan kesejahteraan sangat rendah yang masih mendominasi.

Page 78: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

59

2. Usia responden dengan tingkat aktivitas PETI

Tabel 4.18

Tabulasi Silang Usia dengan Tingkat Aktivitas PETI

Usia Responden

Tingkat Aktivitas PETI

Total Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

17-22 tahun 2 0 3 0 5

23-28 tahun 4 0 4 1 9

29-34 tahun 1 2 1 5 9

35-40 tahun 2 3 2 6 13

41-47 tahun 2 1 0 0 3

48-52 tahun 0 0 1 0 1

Total 11 6 11 12 40

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara variable usia responden dengan

tingkat aktivitas PETI diketahui bahwa terdapat 5 orang responden pada rentang

usia 17-22 tahun berada pada tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah

dan sedang. Kemudian terdapat 9 orang responden pada rentang usia 23-28 tahun

berada pada tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah, sedang dan

tinggi. Terdapat 9 orang responden pada rentang usia 29-34 tahun berada pada

tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.

terdapat 13 orang responden pada rentang usia 35-40 tahun berada pada tingkat

aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.

Selanjutnya terdapat 3 orang responden pada rentang usia 41-47 tahun berada pada

tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah dan rendah. Terakhir terdapat

1 orang responden pada rentang usia 48-52 tahun berada pada tingkat aktivitas PETI

dengan kategori sedang. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden

atau gurandil tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat aktivitasnya sebagai

penambang emas tanpa izin. Tidak selalu bahwa semakin muda usia responden

maka semakin tinggi pula aktivitasnya sebagai gurandil. Pada rentang usia

responden 35-40 tahun justru paling mendominasi daripada rentang usia lainnya,

hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut biasanya pekerjaan sebagai gurandil

Page 79: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

60

merupakan pekerjaan utamanya sehingga tingkat aktivitasnya pun cenderung lebih

tinggi. Kemudian pada rentang usia terendah yaitu 17-22 tahun cenderung memiliki

tingkat aktivitas PETI yang cukup rendah, hal ini karena pada tingkatan usia ini

mereka termasuk dalam pemain baru sebagai gurandil, alat dan modal yang

dimilikipun masih sangat terbatas sehingga aktivitas PETI yang dilakukan jadi lebih

rendah. Kemudian pada rentang usia 48-52 tahun adalah rentang usia paling tinggi

namun tingkat aktivitas PETI nya masuk dalam kategori sedang, ini dikarenakan

pada rentang usia tersebut biasanya responden merupakan pemain lama sebagai

gurandil, sehingga alat dan modal yang dimiliki sudah lebih cukup untuk

melakukan kegiatan PETI lebih banyak dibandingkan pada rentang usia termuda,

walaupun tidak melebihi aktivitas PETI dalam rentang usia pertengahan.

3. Jenis kelamin dengan tingkat aktivitas PETI

Tabel 4.19

Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Aktivitas PETI

Jenis Kelamin

Tingkat Aktivitas PETI

Total Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Laki-laki 3 4 11 12 30

Perempuan 8 2 0 0 10

Total 11 6 11 12 40

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara jenis kelamin dengan variable

aktivitas PETI diketahui bahwa keterlibatan laki-laki dalam kegiatan penambangan

ini lebih mendominasi daripada perempuan dengan tingkat aktivitas yang juga lebih

tinggi dibandingkan dengan tingkat aktivitas penambangan oleh perempuan. Hal

ini dikarenakan penambangan merupakan salah satu kegiatan yang cukup berat dan

riskan sehingga keterlibatan laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Responden

laki-laki dengan jumlah total 30 orang termsuk dalam gurandil dengan tingkat

aktivitas PETI yang tersebar dalam semua kategori. Adapun responden perempuan

sebanyak 10 orang dengan tingkat aktivitas PETI yang masuk dalam ketgori

aktivitas sangat rendah dan rendah yang memilih pekerjaan sebagai gurandil

Page 80: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

61

notabenenya berperan sebagai kepala keluarga di rumahnya karena tidak adanya

pilihan pekerjaan lain yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan keluarganya

sehari-hari.

4. Tingkat pendidikan terakhir dengan faktor pendorong munculnya gurandil

Tabel 4.20

Tabulasi Silang Pendidikan Terakhir dengan Tingkat Faktor

Pendorong Munculnya Gurandil

Pendidikan Terakhir

Tingkat Faktor Pendorong

Total Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

SD 0 0 0 0 7 7

SMP/ Sederajat 0 0 4 15 7 26

SMA/ Sederajat 0 0 5 2 0 7

Total 0 0 9 17 14 40

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan terakhir

dengan tingkat faktor pendorong munculnya gurandil diketahui bahwa keterlibatan

responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP/ Sederajat paling mendominasi

dibandingkan dengan tingkat pendidikan terakhir lainnya. Hal ini terlihat dari

keseluruhan jumlah responden yakni 40 orang, terdapat 26 orang diantaranya

merupakan lulusan SMP dengan pengaruhnya sebagai faktor pendorong munculnya

gurandil tersebar dalam kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi . Responden

dengan tingkat pendidikan terakhir SD dan SMA/ Sederajat memiliki jumlah

responden yang sama namun dengan pengaruh yang berbeda, pada responden

lulusan SD memiliki pengaruh yang sangat tinggi sebagai salah satu faktor

pendorong munculnya gurandil, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

pemahaman terhadap hukum dan resiko kerja lainnya. Sedangkan responden

dengan tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki pengaruh sebagai faktor

pendorong munculnya gurandil dalam kategori sedang dan tinggi. Hal ini

dikarenakan, sebagian dari mereka sudah memahami hukum dan resiko kerja

Page 81: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

62

lainnya sebagai penambang emas tanpa izin. Adapun responden dengan kategori

pendidikan terakhir yang sama namun masih memiliki ketertarikan untuk

melakukan kegiatan PETI yang sangat tinggi ini bukan dikarenakan ketidaktahuan

hukum, namun lebih berorientasi pada keuntungan yang didapat.

c. Hasil Tabel Komparatif

Hasil tabel komparatif dibawah ini menunjukkan perbandingan antara

gurandil cetek (kecil), gurandil biasa (sedang) dan gurandil tong (besar)

1. Jumlah Gurandil dalam Penelitian

Berdasarkan penyebaran kuesioner yang telah dilakukan maka terpilih

40 orang gurandil sebagai objek penelitian ini dengan jumlah dan

persentase berbeda dari masing-masing kategori gurandil.

Tabel 4.21

Jumlah dan Persentase Gurandil

Keterangan Jumlah

Orang Persentase

Gurandil Cetek 28 70%

Gurandil Biasa 7 17,5%

Gurandil Tong 5 12,5%

Total 40 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

2. Pendidikan Terakhir Gurandil dalam Penelitian

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir

yang paling mendominasi gurandil adalah pada tingkat SMP dengan

persentase keterlibatan sebesar 50% yang berada pada kategori gurandil

cetek dan 10% lainnya berada pada kategori gurandil biasa. Sementara

sisanya pada tingkat pendidikan terakhir SD hanya diisi oleh gurandil

cetek dengan persentase keterlibatan sebesar 12,5% dan tingkat

pendidikan terakhir SMA diisi oleh gurandil kategori cetek sebesar

2,5%, gurandil biasa sebesar 7,5% dan gurandil tong sebesar 17,5%.

Page 82: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

63

Tabel 4.22

Persentase Pendidikan Terakhir Gurandil

Pendidikan Gurandil Cetek Gurandil Biasa Gurandil Tong

SD 12,5% - -

SMP/ Sederajat 50% 10% -

SMA/ Sederajat 2,5% 7,5% 17,5%

Total 65% 17,5% 17,5%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

3. Pendapatan Rata-rata Perbulan Gurandil dalam Penelitian

Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa pendapatan rata-rata perbulan

yang didapatkan oleh ke tiga kategori gurandil, gurandil cetek, gurandil

biasa dan gurandil tong memiliki besaran atau persentase yang berbeda.

Terdapat 37,5% gurandil cetek yang memiliki pendapatan rata-rata

perbulan sebesar <Rp. 2.000.000 dan sisanya dalam kategori gurandil

yang sama sebesar Rp. 2.000.000-Rp. 5.000.000 dengan persentase

10%. Kemudian terdapat 25% gurandil biasa yang memiliki pendapatan

rata-rata perbulan sebesar Rp. 5.000.000-Rp. 8.000.000, dan tidak

ditemukan besaran pendapatan selain angka tersebut dalam jawaban

responden gurandil biasa. Selanjutnya terdapat 22,5% gurandil tong

yang memiliki pendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp. 8.000.000-

Rp.11.000.000 dan >Rp.11.000.000 dengan persentase 5%.

Tabel 4.23

Persentase Pendapatan Rata-rata Perbulan Gurandil

Pendapatan rata-rata

perbulan

Gurandil

Cetek

Gurandil

Biasa

Gurandil

Tong

<Rp. 2.000.000 37,5% - -

Rp.2.000.000-Rp. 5.000.000 10% - -

Rp.5.000.000-Rp. 8.000.000 - 25% -

Rp.8.000.000-Rp. 11.000.000 - - 22,5%

Page 83: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

64

>Rp. 11.000.000 - - 5%

Total 47,5% 25% 27,5%

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

d. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank

Uji korelasi spearman rank dilakukan untuk mengetahui keterhubungan

antar variable penelitian dari data katgorik dan berskala ordinal.

Tabel 4.24

Hasil Uji Korealsi Spearman Rank Antar Variabel

Hubungan Koefisien Korelasi Kategori

Tingkat Faktor

Pendorong (X1) dengan

Kesejahteraan Gurandil

(Y)

0,887 Sangat Kuat

Tingkat Aktivitas PETI

(X2) dengan

Kesejahteraan Gurandil

(Y)

0,970 Sangat Kuat

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hubungan antara tingkat faktor

pendorong munculnya gurandil (X1) dengan kesejahteraan gurandil (Y) memiliki

koefisien korelasi sebesar 0,887 yang menandakan adanya hubungan yang sangat

kuat antara dua variabel tersebut. Selanjutnya hubungan antara tingkat aktivitas

PETI (X2) dengan tingkat kesejahteraan gurandil (Y) menunjukkan koefisien

korelasi sebesar 0,970 yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat.

Berdasarkan hasil korelasi spearman rank antara tingkat faktor pendorong

munculnya gurandil dengan tingkat kesejahteraan gurandil menunjukkan hubungan

yang sangat kuat pula. Hal ini dikarenakan dengan adanya dorongan yang semakin

Page 84: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

65

meningkat otomatis akan meningkatkan kegiatan penambangan yang kemudian

meningkatkan pula kesejahteraan gurandil.

Kemudian hubungan yang sangat kuat juga ditunjukkan oleh variabel

tingkat aktivitas PETI dengan kesejahteraan gurandil. Hal ini dikarenakan dengan

adanya peningkatan aktivitas PETI seperti misalnya jam kerja, peralatan, dan

penambahan modal akan meningkatkan pula produksi tambang yang akan

menaikkan pendapatan gurandil sehingga dapat memenuhi kebutuhannya demi

mencapai kesejahteraan. Seperti yang dikemukakan oleh Todaro (2003:235) yang

menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan keuangan atau pendapatan akan

meningkatkan kesejahteraan pula.

Berdasarkan hasil uji korelasi spearman rank yang telah dilakukan dapat

disimpulkan secara umum bahwa variable tingkat faktor pendorong, tingkat

aktivitas PETI dengan kesejahteraan gurandil memiliki hubungan yang sangat kuat

dan saling berkesinambungan. Dimana faktor ekonomi dan pendapatan masih

menjadi tolak ukur utama dalam menentukan kesejahteraan keluarga.

Page 85: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

66

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang didapat dari penelitian,

diperoleh kesimpulan yang dapat diambil mengenai tingkat faktor pendorong

munculnya gurandil, tingkat aktivitas PETI dengan tingkat kesejahteraan gurandil

di Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut.

a. Diketahui hubungan antara tingkat faktor pendorong munculnya gurandil

(X1) dengan kesejahteraan gurandil (Y) memiliki koefisien korelasi sebesar

0,887 yang menandakan adanya hubungan yang sangat kuat antara dua

variabel tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya dorongan yang

semakin meningkat otomatis akan meningkatkan kegiatan penambangan

yang kemudian meningkatkan pula kesejahteraan gurandil.

b. Selanjutnya hubungan antara tingkat aktivitas PETI (X2) dengan tingkat

kesejahteraan gurandil (Y) menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,970

yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan

dengan adanya peningkatan aktivitas PETI seperti misalnya jam kerja,

peralatan, dan penambahan modal akan meningkatkan pula produksi

tambang yang akan menaikkan pendapatan gurandil sehingga dapat

memenuhi kebutuhannya demi mencapai kesejahteraan.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyadari masih

adanya kekurangan-kekurangan yang dapat disempurnakan oleh penelitian

selanjutnya di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis mengajukan saran teoritis

dan praktis untuk dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya serta

dijadikan bahan pertimbangan bagi stakeholder dalam pengambilan kebijakan.

Page 86: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

67

1. Saran Teoritis

a. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah cakupan

objek penelitian agar dapat memperlihatkan hasil penelitian yang

beragam

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel

sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat dan mewakili

populasi secara tepat

c. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah item

pertanyaan atau pernyataan dalam setiap indicator sehingga dapat

mewakili dimensi dari tiap variable yang mungkin belum tercakup

dalam penelitian ini

2. Saran Praktis

a. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat faktor

pendorong munculnya gurandil yakni faktor ekonomi, sosial dan

hukum yang lemah berpengaruh sangat kuat terhadap tingkat

aktivitas masyarakat untuk melakukan penambangan emas tanpa

izin, maka dari itu, diharapkan pemerintah atau stakeholder dapat

membuat regulasi hukum atau kebijakan yang tepat untuk dapat

mengatasi permasalahan PETI ini dari akarnya tanpa merugikan

pihak manapun

b. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat lebih memilih

menjadi gurandil dan meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena

dianggap lebih menguntungkan. Namun demikian dengan adanya

aktivitas PETI, masyarakat diharapkan untuk dapat lebih peduli

terhadap keadaan lingkungan, tidak hanya berorientasi pada

keuntungan semata tetapi juga mempertimbangkan resiko-resiko

lainnya

Page 87: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

68

DAFTAR PUSTAKA

Anjami, Trismia. 2017. Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di

Desa Sungai Sorik Kec. Kuantan Hilir Kab. Kuantan Singingi. Jurnal Ilmu

Sosial Vol. 4 No. 2 : Universitas Riau

Astuti, Wira Fuji. 2017. Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin

Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Gurandil. Jurnal SKPM Vol.1

No.3: Institut Pertanian Bogor

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2018. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Hlm 151-

198

Eriyati dan Yani Iyan, Rita. 2011. Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Penambangan Emas Liar di Desa Kebun Lado Kec. Singingi Kab. Kuantan

Singingi. Jurnal Ekonomi Vol. 19 No. 3 : Universitas Riau

Farlan, Edi. Indra dan Humam Hamid, Ahmad. 2016. Dampak Pertambangan Emas

Tradisional Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Gampong

Mersak Kec. Kluet Tengah Kab. Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Pertanian Vol. 1 No. 1 : Universitas Syiah Kuala

Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta.

PT. Raja Grafindo Persada

https://goldprice.org/data/report/harga-emas-di-indonesia-dalam-kurun-waktu-10-

tahun-terakhir (Diakses 14 Februari 2019)

https://kecamatansukajaya.bogorkab.go.id/desa-cileuksa-profil (Diakses 20

Agustus 2018)

Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Kerlinger, Fred N. 1990. Asas-aasas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Kisdarto. 2002. Administrasi Pemerintah Desa dan Pembangunan. Jakarta: Ghalia

Page 88: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

69

Indonesia

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Natalia, Dina dan Sitompul, Marlinang. 2011. Dampak Penambangan Emas

Terhadap Lingkungan di Desa Widodaren Kec. Sinunukan Kab. Mandailing

Natal. Jurnal Ilmu Sosial : Universitasa Negeri Medan

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 tentang Pengelolaan dan Penguasaan

Sumberdaya Alam

Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara

Rafles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Impilkasinya Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti Kec.

Empat Nagari Kab. Sijunjung. Artikel: Program Studi Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan Program Pascasarjana: Universitas Andalas

Riduwan. 2017. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Salim HS. 2006. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Tuaputy, U. Selvi. Puti, Intan Kumala dan Anna. Eksternalitas Pertambangan

Emas Rakyat di Kab. Buru Maluku. Jurnal Ekonomi Pertanian, Sumberdaya

dan Lingkungan

Willybrodus dan Chang, William. 2013. Dampak Ekononomis Penambangan Emas

Bagi Masyarakat Mandor, Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah Nasional

Terakreditasi Masyarakat Indonesia Edisi 38 No.1

Page 89: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 90: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

71

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

No. Kuesioner

Hari, Tanggal observasi

Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian yang saya lakukan dengan judul “Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa

Izin Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Gurandil di Desa Cileuksa, Kabupaten

Bogor”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil dengan tingkat aktivitas PETI

2. Hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil dengan tingkat kesejahteraan

gurandil

3. Hubungan antara tingkat aktivitas PETI dengan tingkat kesejahteraan gurandil

Jawaban dan identitas responden akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk

disebarluaskan, serta semata-mata digunakan untuk penelitian akademik. Dalam kuesioner

ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apabila responden menemukan kesulitan

dalam proses pengisian kuesioner ini, responden dapat mengkomunikasikannya langsung

dengan peneliti. Mohon dipastikan semua pertanyaan sudah dijawab, sehingga kuesioner

bisa diolah lebih lanjut.

Atas partisipasi dan kesediaannya, saya mengucapkan banyak terima kasih, semoga

penelitian ini

bermanfaat.

Hormat Saya,

Alfiani Rizqoh

Page 91: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

72

Isilah identitas anda dengan lengkap

BAGIAN I

DATA RESPONDEN

B. Identitas Responden

Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan

Usia : ……… tahun

Pendidikan Terakhir : 1. SD

2. SMP/ Sederajat

3. SMA/ Sederajat

4. Lainnya

Pekerjaan Sebelum Menjadi Gurandil : 1. Petani

2. Pedagang

3. Buruh/ Karyawan swasta

4. Lainnya

Lama Bekerja Sebagai Gurandil : ……… tahun

Pendapatan Rata2 Per bulan : 1. < Rp. 2.000.000

2. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000

3. Rp. 5.000.000 – Rp. 8.000.000

4. Rp. 8.000.000 – Rp. 11.000.000

5. > Rp. 11.000.000

BAGIAN II

Kuesioner di bawah ini berisi sejumlah pilihan dan pertanyaan, sebelum anda

mengisi pertanyaan-pertanyaan tersebut, mohon dibaca dan dipahami dengan

seksama terlebih dahulu. Kemudian berikan tanda check list (√) pada satu kolom atau

pilihan sesuai dengan pendapat anda.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

Page 92: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

73

A. Pernyataan Faktor Pendorong (X1)

B. Pernyataan Aktivitas PETI (X2)

C. Pernyataan Kesejahteraan (Y)

NO PERNYATAAN SS S KS TS

1

Sebagai penambang emas merupakan pekerjaan

utama saya

2 Saya mengenyam bangku pendidikan (wajib belajar)

3

Kegiatan penambangan ini berdampak terhadap

kerusakan lingkungan

4

Kegiatan penambangan ini merupakan kegiatan yang

melanggar hokum

5

Pernah ada himbauan dari pemerintah tentang

kegiatan ini

6

Kegiatan penambangan ini pernah ditutup oleh

pemerintah

NO PERNYATAAN SS S KS TS

1 Lama bekerja sebagai gurandil lebih dari 10 tahun

2 Frekuensi bekerja kurang dari 5 hari per minggu

3 Memiliki mesin dompeng dan lahan milik sendiri

4

Tinggal secara permanen di wilayah desa

pertambangan

5 Memiliki alat keselamatan kerja yang memadai

6

Memiliki modal materi sendiri tanpa pinjaman untuk

menjalankan usaha

NO PERNYATAAN SS S KS TS

1

Setiap anggota keluarga memiliki jaminan kesehatan

(BPJS) atau asuransi

2

Memperhatikan kombinasi asupan makanan

(kombinasi protein, karbohidrat, sayur, buah dan

susu)

3

Seluruh anggota keluarga mengenyam bangku

pendidikan (wajib belajar)

4

Memiliki kendaraan bermotor yang dapat menunjang

pekerjaannya

Page 93: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

74

5 Memiliki rumah berdinding permanen

6

Memiliki fasilitas MCK sendiri dengan kondisi layak

pakai

Page 94: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

75

Lampiran 2 Data Mentah Hasil Kuesioner Penelitian

1. Variabel Faktor Pendorong (X1)

No Responden

1 2 3 4 5 6 Total

1 4 3 3 3 3 2 18

2 4 3 3 3 2 1 16

3 3 3 3 3 2 2 16

4 4 3 3 3 3 2 18

5 3 3 3 3 2 1 15

6 3 3 3 3 2 1 15

7 3 3 3 3 2 2 16

8 4 3 3 3 2 2 17

9 4 3 3 3 2 3 18

10 3 3 3 3 2 3 17

11 2 3 2 2 2 1 12

12 2 3 2 2 2 1 12

13 3 3 2 2 2 2 14

14 2 3 2 2 3 2 14

15 2 3 2 2 2 2 13

16 2 3 2 2 2 1 12

17 3 3 2 2 3 1 14

18 3 3 2 2 3 1 14

19 2 3 2 2 3 2 14

20 2 3 3 2 2 2 14

21 3 3 3 3 3 1 16

22 3 3 3 2 3 2 16

23 3 3 3 2 3 2 16

24 3 3 2 3 2 1 14

25 3 3 2 3 2 1 14

26 4 4 3 3 2 1 17

27 3 4 3 3 3 1 17

28 4 4 3 3 2 2 18

29 4 4 3 2 2 2 17

30 4 4 2 2 3 2 17

31 4 4 2 2 2 2 16

32 3 4 2 2 2 1 14

33 3 4 3 2 2 1 15

34 4 4 3 3 2 1 17

35 3 4 3 3 3 1 17

36 4 4 2 3 3 2 18

37 4 4 2 3 3 2 18

38 3 4 3 2 2 1 15

Page 95: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

76

39 3 4 3 2 2 1 15

40 3 4 3 3 2 1 16

Page 96: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

77

2. Variabel Tingkat Aktivitas PETI (X2)

No Responden 1 2 3 4 5 6 Total

1 4 4 3 3 4 3 21

2 4 3 3 3 3 4 20

3 4 3 3 3 4 4 21

4 3 4 2 3 4 4 20

5 4 4 3 4 4 3 22

6 4 4 3 4 3 3 21

7 4 3 4 3 3 4 21

8 3 4 4 3 4 4 22

9 3 3 3 2 4 3 18

10 3 4 3 4 4 3 21

11 3 2 2 2 3 2 14

12 3 2 2 2 3 2 14

13 3 3 2 3 3 3 17

14 4 3 3 3 2 3 18

15 4 3 3 2 2 2 16

16 3 3 3 2 3 3 17

17 3 2 3 3 3 3 17

18 3 2 2 3 2 3 15

19 4 3 3 3 2 2 17

20 4 3 4 2 3 2 18

21 3 2 3 2 3 2 15

22 3 2 3 3 3 3 17

23 3 2 2 3 2 3 15

24 4 2 3 3 2 3 17

25 4 2 3 3 2 2 16

26 3 2 1 1 2 1 10

27 3 2 1 1 2 1 10

28 3 2 1 2 2 1 11

29 2 2 1 2 1 1 9

30 3 1 2 2 1 2 11

31 3 1 2 1 2 2 11

32 2 3 2 1 2 1 11

33 2 3 1 1 2 1 10

34 3 3 1 2 2 2 13

35 3 2 1 1 2 2 11

36 3 2 2 1 3 2 13

37 3 2 1 1 3 1 11

38 3 2 1 2 2 1 11

39 3 2 2 2 2 1 12

40 3 2 2 2 2 1 12

Page 97: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

78

3. Variabel Tingkat Kesejahteraan Gurandil (Y)

No Responden 1 2 3 4 5 6 Total

1 3 3 3 4 4 3 20

2 3 2 3 3 4 3 18

3 3 3 2 4 4 2 18

4 2 3 3 3 3 3 17

5 2 3 3 3 3 3 17

6 2 3 2 4 4 2 17

7 3 2 2 4 4 2 17

8 3 2 3 4 3 3 18

9 3 4 3 4 4 3 21

10 2 3 3 3 4 3 18

11 2 2 2 2 2 3 13

12 3 3 2 3 2 2 15

13 2 2 2 2 2 3 13

14 2 2 3 3 2 3 15

15 2 2 3 3 2 3 15

16 3 2 3 2 1 4 15

17 3 2 2 2 1 3 13

18 3 3 2 3 2 3 16

19 2 3 2 3 3 3 16

20 2 3 3 3 3 3 17

21 2 2 2 3 3 2 14

22 2 2 2 3 2 2 13

23 2 2 2 3 2 3 14

24 2 3 2 2 2 3 14

25 3 3 2 2 2 3 15

26 1 1 1 2 2 2 9

27 2 1 2 2 1 2 10

28 2 1 2 2 2 2 11

29 1 2 1 1 2 2 9

30 1 2 1 2 2 1 9

31 1 2 1 2 2 1 9

32 2 2 1 2 1 2 10

33 2 1 1 1 2 2 9

34 1 1 1 1 2 2 8

35 1 1 2 1 2 2 9

36 1 2 2 1 2 2 10

37 1 2 2 2 2 1 10

38 1 2 1 2 1 2 9

39 1 2 1 2 2 2 10

40 1 1 1 2 2 1 8

Page 98: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

79

Lampiran 3 Hasil Uji SPSS

1. Uji Validitas Tingkat Faktor Pendorong (X1)

Page 99: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

80

2. Uji Validitas Tingkat Aktivitas PETI (X2)

Page 100: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

81

3. Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Gurandil (Y)

Page 101: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

82

Lampiran 4 Hasil Uji SPSS

1. Uji Reliabilitas Tingkat Faktor Pendorong (X1)

2. Uji Reliabilitas Tingkat Aktivitas PETI (X2)

3. Uji Reliabilitas Tingkat Kesejahteraan Gurandil (Y)

Page 102: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

83

Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)

5. Pendapatan perbulan dengan tingkat kesejahteraan gurandil

Page 103: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

84

6. Usia responden dengan tingkat aktivitas PETI

Page 104: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

85

7. Jenis kelamin dengan tingkat aktivitas PETI

Page 105: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

86

8. Tingkat pendidikan terakhir dengan faktor pendorong munculnya gurandil

Page 106: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

87

Lampiran 6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank

Page 107: DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI

88

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Kondisi Tempat Tinggal Gurandil Cetek

Aktivitas Penambangan Emas Gurandil Cetek

Wawancara dan Pengisian Kuesioner oleh Responden Gurandil