22
WORKING PAPER DAMPAK KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL CAPITAL BUFFER TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT DI INDONESIA Bambang Pramono Januar Hafidz Justina Adamanti Maulana Harris Muhajir Muhammad Sahirul Alim Desember, 2015 WP/ 4 /2015 Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.

dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

WORKING PAPER

DAMPAK KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL CAPITAL BUFFER TERHADAP PERTUMBUHAN

KREDIT DI INDONESIA

Bambang Pramono

Januar Hafidz

Justina Adamanti

Maulana Harris Muhajir

Muhammad Sahirul Alim

Desember, 2015

WP/ 4 /2015

Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam

paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank

Indonesia.

Page 2: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

1

DAMPAK KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL CAPITAL BUFFER

TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT DI INDONESIA

Bambang Pramono, Januar Hafidz, Justina Adamanti, Maulana Harris Muhajir, dan Muhammad Sahirul Alim1

Abstrak

CCB bertujuan untuk mengurangi laju prosiklikalitas kredit. Penelitian ini menganalisis dampak implementasi CCB di Indonesia terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Dengan menggunakan data seluruh bank, kelompok BUKU, dan DSIB, kajian ini menganalisis dampak CCB dengan menggunakan analisis data panel dinamis dengan pendekatan system GMM (generalization method of moments). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan regulasi permodalan, seperti CCB mempunyai hubungan negatif dan signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan kredit. Oleh karena itu, kajian ini merekomendasikan CCB untuk diterapkan di Indonesia karena CCB dapat secara efektif menahan laju pertumbuhan kredit di Indonesia.

Key word : CCB, System GMM, Prosiklikalitas

JEL Classification : G21

1 Peneliti ekonomi senior, peneliti ekonomi senior, peneliti ekonomi, peneliti ekonomi, dan research fellow di Grup Riset dan Pengaturan Makroprudensial (GRMP), Departemen

Kebijakan Makroprudensial (DKMP), Bank Indonesia. Pendapat dalam paper ini merupakan pendapat penulis dan bukan merupakan pendapat

resmi DKMP atau Bank Indonesia.

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], dan

[email protected].

Page 3: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan belajar dari pengalaman krisis keuangan global 2008, Basel

Committee on Banking Supervision (BCBS) mengeluarkan kerangka kebijakan BASEL

III yang menitikberatkan pada ketahanan institusi keuangan melalui penguatan

permodalan dan likuiditas. Salah satu instrumen yang diusulkan dalam BASEL III

adalah countercyclical capital buffer (CCB). Tujuan implementasi CCB berdasarkan

BCBS adalah untuk mencegah timbulnya dan/atau meningkatnya risiko sistemik

yang berasal dari pertumbuhan kredit yang berlebihan dan kemampuan untuk

menyerap kerugian yang ditimbulkan (BIS, 2010). Pertumbuhan kredit yang

berlebihan dapat terjadi akibat dari perilaku prosiklikalitas antara pertumbuhan

kredit dan pertumbuhan ekonomi yang penyaluran kreditnya cenderung meningkat

sejalan dengan ekspansi ekonomi dan sebaliknya. Kebijakan CCB diharapkan dapat

menekan pertumbuhan kredit pada periode ekspansi ekonomi melalui transmisi

kenaikan biaya kredit akibat adanya kebutuhan bank untuk meningkatan cadangan

modalnya. Oleh karena itu, ketika kebijakan CCB dapat mencapai tujuannya dalam

menekan pertumbuhan kredit yang berlebihan, kebijakan CCB dapat dikatakan

mampu mengurangi perilaku prosiklikalitas perbankan.

Kebijakan CCB perlu diimplementasikan di Indonesia karena adanya perilaku

prosiklikalitas yang tinggi antara pertumbuhan kredit dan pertumbuhan ekonomi

(Utari et al., 2012). Deriantino (2011) juga membuktikan adanya perilaku

prosiklikalitas yang tinggi pada pembentukan kapital terhadap pertumbuhan

ekonomi di beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia. Di samping adanya fakta

terkait prosiklikalitas, Indonesia sebagai anggota G-20 wajib untuk menerapkan

kebijakan CCB. Gambar 1 menunjukkan bagaimana pertumbuhan kredit dan

pembentukan modal bersifat prosiklikal.

Page 4: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

3

Gambar 1. Kredit yoy, PDB yoy, dan Buffer CAR

Salah satu hal yang perlu dicermati dari penerapan kebijakan CCB adalah

apakah kebijakan ini efektif dalam menekan pertumbuhan kredit yang berlebihan

sebagai salah satu sumber risiko sistemik. Beberapa literatur ekonomi

mengemukakan bahwa regulasi pada permodalan bank dapat mempengaruhi

pertumbuhan kredit melalui 2 (dua) channel, yakni lending channel dan capital

channel. Lending channel terfokus pada penurunan penyaluran kredit akibat

peningkatan biaya, sedangkan capital channel terfokus pada penurunan penyaluran

kredit akibat peningkatan kebutuhan modal. Namun, kedua transmisi tersebut

dapat tidak terjadi atau dengan kata lain regulasi permodalan tidak mempengaruhi

pertumbuhan kredit apabila beberapa asumsi tidak terpenuhi. Penurunan kredit

melalui lending channel bisa tidak terjadi ketika bank memiliki sumber modal yang

kuat dan akses dana yang lebih luas (tidak hanya terbatas pada DPK). Begitu pula

dalam capital channel, bank dapat menyesuaikan besaran modal tanpa

mempengaruhi portofolio kreditnya ketika memiliki kelebihan modal yang cukup

tinggi atau mampu meningkatkan modalnya karena memiliki akses luas terhadap

sumber modal.

Beberapa studi empiris telah dilakukan untuk melihat hubungan antara

regulasi permodalan dan pertumbuhan kredit. Hasilnya didominasi oleh hubungan

negatif di antara keduanya, antara lain Tabak et al. (2011) yang menguji hubungan

modal bank dan pertumbuhan kredit perbankan di Brazil. Mora dan Lora (2010)

menguji pengaruh capital buffer pada pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan

data industri perbankan Inggris. Bridges et al. (2014) menguji pengaruh perubahan

ketentuan permodalan terhadap perilaku kredit perbankan di Inggris. Gambacorta

dan Mistrulli (2003) menguji pada data perbankan Italia, Coffinet et al. (2012)

Page 5: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

4

menggunakan data perbankan Perancis, Deriantino (2011) menggunakan sampel

data perbankan Indonesia, serta Xiong (2013) menggunakan sampel data perbankan

Tiongkok. Di samping itu, terdapat juga studi yang dilakukan Drehmann dan

Gambacorta (2011) yang menunjukkan bahwa penambahan buffer CCB mampu

menurunkan pertumbuhan kredit, khususnya di Spanyol. Sebaliknya, hubungan

antara permodalan bank dan pertumbuhan kredit yang positif ditemukan pada hasil

studi Berrospide dan Edge (2010) yang menggunakan data perbankan di Amerika

Serikat walaupun dengan besaran yang relatif kecil.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk

melakukan analisis dampak implementasi kebijakan CCB terhadap pertumbuhan

kredit di Indonesia. Estimasi persamaan akan dilakukan pada data bank secara

industri dan berdasarkan kelompok yaitu per BUKU dan DSIB/non-DSIB.

1.3 Batasan Penelitian

Pada saat penelitian ini dilakukan, Indonesia belum mengimplementasikan

CCB sehingga data yang akan digunakan terkait besaran buffer CCB diperoleh dari

studi mengenai indikator utama CCB yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia

bersamaan dengan kajian ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan kajian ini adalah sebagai berikut. Bab 1 berupa latar

belakang perlunya mengetahui dampak implementasi CCB terhadap pertumbuhan

kredit perbankan. Selain itu, juga dijelaskan tujuan dan batasan penelitian. Bab 2

berupa studi literatur yang menjelaskan motif bank menjaga level buffer

permodalan, hubungan modal, dan kredit bank serta beberapa studi yang telah

dilakukan sebelumnya. Bab 3 berupa penjelasan data dan persamaan yang

digunakan untuk mengestimasi pengaruh pengaturan permodalan terhadap kredit

dengan kasus perbankan Indonesia. Bab 4 berupa urai hasil analisis dengan

menggunakan persamaan yang didefinisikan pada data bank secara industri dan

berdasarkan kelompok. Bab 5 akan disajikan simpulan dan rekomendasi terkait

penelitian ini.

Page 6: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

5

II. TINJAUAN LITERATUR

2.1 Motif Bank Menjaga Level Buffer Modal

Berdasarkan studi terdahulu terdapat beberapa alasan mengapa perbankan

umumnya memiliki buffer permodalan2. Tabak et al. (2011) menyatakan bahwa bank

memiliki buffer permodalan dengan tujuan untuk (i) disiplin pasar3, (ii) pemenuhan

ketentuan pengawasan, dan (iii) pengantisipasian terhadap adanya shock di

perekonomian. Sementara itu, Lidquist (2004) mengatakan bank memelihara buffer

permodalan untuk menghindari biaya yang terkait dengan disiplin pasar. Ketika

tidak semua liabilitas bank dijamin, deposan akan meminta imbal hasil yang lebih

tinggi (dalam bentuk suku bunga simpanan) sebagai kompensasi atas risiko bank

yang lebih tinggi. Oleh karena itu, bank akan berusaha mengurangi risiko dan biaya

simpanan dengan meningkatkan level permodalan yang menunjukkan tingkat

soundness perbankan.

Nier dan Baumann (2006) berpendapat bahwa bank menjaga buffer modal

untuk mengurangi resiko insolvency. Hal itu dapat dicapai dengan meningkatkan

level permodalan dari batas ketentuan modal minimum. Selain itu, bank menjaga

buffer modal sebagai sinyal kepada pasar ataupun agen pemeringkat agar menjadi

bersaing dalam hal mendapatkan pendanaan yang lebih efisien. Jokipii dan Milne

(2006) menyatakan bahwa buffer modal juga dapat menjadi antisipasi terhadap

segala unexpected shocks, khususnya ketika terdapat tekanan pada sistem

keuangan.

Selain beberapa alasan di atas, bank menjaga level buffer modal juga untuk

alasan teknis, yakni sebagai pengaman agar terhindar dari pelanggaran ketentuan

modal minimum (Jokipii dan Milne, 2006; Nier dan Baumann, 2006). Tabak et al.

(2011) menyatakan bahwa ketika regulasi modal minimum berubah, bank tidak

dapat menyesuaikan level modal seketika. Hal itu disebabkan oleh adanya

adjustment cost terkait peningkatan modal baru dari eksternal (fresh external

capital).

2 Yang dimaksud dengan buffer permodalan adalah selisih antara modal aktual dan modal

minimum yang wajib dibentuk oleh bank. 3 Disiplin pasar dalam sektor perbankan dapat dimaknai sebagai situasi ketika privat sector agent dihadapkan pada berbagai komponen biaya sebagai akibat bank melakukan tindakan

yang berisiko dan mengambil tindakan yang berbasis biaya (Berger, 1991).

Page 7: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

6

2.2 Hubungan Modal dan Kredit Perbankan

Dalam literatur ekonomi terdapat dua transmisi bagaimana perubahan pada

permodalan bank dapat mempengaruhi kredit, yaitu lending channel dan capital

channel. Kedua transmisi tersebut didasarkan pada tidak relevan struktur

permodalan suatu perusahaan/bank dengan menggunakan asumsi pasar

sempurna pada Modigliani-Miller theorem. Pada pasar sempurna bank akan selalu

mampu meningkatkan level pendanaan (utang atau ekuitas) untuk mendanai

pinjaman sehingga tidak diperlukan regulasi terkait permodalan bank. Namun,

pada kenyataannya pasar bersifat tidak sempurna dan terjadi assymetric

information mengenai level utang, ekuitas, dan aset perbankan. Lending channel

tergantung pada ketidaksempurnaan pasar pada pinjaman perbankan, sementara

capital channel tergantung pada ketidaksempurnaan pasar pada ekuitas perbankan

(Gambacorta & Mistrulli, 2003).

Bank lending channel dapat dijelaskan ketika terjadi pengetatan kebijakan

moneter yang dapat meningkatkan cost of fund bank, khususnya untuk DPK, serta

mengurangi interest margin sebagai akibatnya profitabilitas bank akan berkurang.

Apabila dalam kondisi ini bank harus meningkatkan permodalan, bank akan

bereaksi dengan meningkatkan persyaratan kredit. Pada akhirnya penyaluran kredit

akan berkurang karena adanya peningkatan biaya bagi nasabah. Bagi bank yang

memiliki permodalan kuat dan memiliki akses dana yang lebih luas (tidak hanya

DPK), kondisi seperti itu tidak menjadi masalah (Gambacorta & Mistrulli, 2003).

Sementara itu, buffer modal bank akan berkurang ketika terjadi peningkatan

ketentuan modal minimum. Terdapat dua kondisi yang memungkinkan regulasi

permodalan dapat mempengaruhi penyaluran kredit melalui transmisi capital

channel. Kondisi pertama ialah bank memilih untuk memenuhi ketentuan

permodalan karena menyadari pelanggaran terhadap ketentuan modal minimum

sangat berisiko (Van den Heuvel, 2002 yang dikutip dari Gambacorta & Ibanes,

2011). Bank yang tidak memiliki buffer modal tinggi dan tidak memiliki akses luas

terhadap sumber permodalan lainnya akan melakukan penyesuaian pada jumlah

kredit yang disalurkan. Sebaliknya, bank yang mempunyai buffer modal lebih atau

memiliki akses lebih luas terhadap sumber modal dapat menyesuaikan besaran

modal yang harus dipenuhi tanpa mempengaruhi portofolio kreditnya. Kondisi

kedua adalah jika pasar untuk ekuitas bank tidak sempurna karena bank tidak

dapat dengan mudah mengeluarkan ekuitas baru, terutama pada periode krisis

Page 8: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

7

karena adanya tax disadvantage serta masalah adverse selection dan agency cost

(Gambacorta & Mistrulli, 2003).

2.3 Studi Terdahulu

Beberapa studi terdahulu yang mencoba untuk menganalisis hubungan

antara permodalan dan pertumbuhan kredit perbankan diantaranya adalah sebagai

berikut.

A. The Impact of Capital Requirements on Bank Lending (Bridges et.al., 2014)

Studi ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh perubahan CAR wajib

minimum atau capital requirement terhadap rasio CAR dan kredit perbankan.

Metodologi yang digunakan adalah regresi panel dinamis dengan pendekatan

fixed effect pada data 53 banking group di UK yg memiliki aset > £ 5 miliar pada

periode 1990Q1–2011Q3 (balanced panel data). Hasil penelitian membuktikan

bahwa kenaikan modal wajib minimum akan meningkatkan CAR karena bank

cenderung menaikkan buffer modalnya. Selain itu, studi ini membuktikan

bahwa kenaikan CAR akan direspons bank dengan menurunkan kreditnya.

B. Bank Capital Buffers, Lending Growth, and Economic Cyclce: Empirical

Evidence for Brazil (B.M. Tabak, A.C. Noronha, dan D. Cajueiro, 2011)

Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara buffer modal

dan siklus ekonomi serta pengaruh dari regulasi permodalan terhadap kredit

perbankan. Metodologi yang digunakan adalah regresi data panel dinamis FGLS

(Feasible Generalized Least Square) pada 134 bank periode 2000–2010 di Brazil.

Tahap awal studi mengestimasi pengaruh output gap dan beberapa variabel

kontrol terhadap buffer modal untuk mengetahui apakah buffer modal bersifat

procyclical atau countercyclical. Selanjutnya dilakukan estimasi pengaruh

perilaku buffer modal terhadap pertumbuhan kredit. Hasil studi menemukan

bahwa buffer modal bersifat countercylical dan berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan kredit secara signifikan.

C. The Effects of Bank Capital on Lending: What do we know and what does

it mean? (J.M. Berrospide dan R.M. Edge, 2010)

Studi ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana regulasi permodalan

perbankan mempengaruhi kredit perbankan di US. Selain menggunakan metode

Page 9: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

8

regresi data panel dinamis dengan menggunakan sampel 165 Bank Holding

Companies (BHC) pada periode 1992Q1–2009Q3 di US, studi ini juga

mengestimasi data agregat bank komersial dengan menggunakan vector auto

regression (VAR). Tahap awal studi mengestimasi regresi data panel dengan

menggunakan sampel BHC di US dengan dua pendekatan. Pertama

menggunakan capital index untuk melihat perbedaan pengaruh permodalan jika

bank mengalami surplus atau defisit seperti dalam Hancox and Wilcox (1994).

Kedua menggunakan CAR aktual seperti dalam Bernanke & Lown (1991). Hasil

studi menemukan bahwa baik menggunakan capital index maupun CAR,

permodalan memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan kredit, tetapi

studi tersebut menunjukkan magnitude pengaruh permodalan yang tidak terlalu

besar terhadap pertumbuhan kredit.

D. The Effects of Countercyclical Capital Buffers on Bank (Lending Drehmann

dan Gambacorta, 2011)

Studi ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh

implementasi CCB terhadap kredit perbankan di Spanyol. Metode yang

digunakan adalah regresi panel dinamis dengan menggunakan GMM

(generalized methods of moments) pada data 772 bank di UE dan UK pada

periode 1999Q1–2009Q4 (balanced). Adapun data modal yang dipergunakan

pada simulasi adalah modal aktual ditambah dengan buffer CCB. Hasil studi

menunjukkan bahwa CCB mampu mengurangi pertumbuhan kredit pada saat

credit booms dan mengurangi kontraksi kredit ketika buffer CCB di-release.

E. Bank Capital Buffer Decision Under Macroeconomics Fluctuation:

Evidence for the Banking Industry of China (Huan-Xian dan Xiong-Qiyue,

2014)

Studi ini bertujuan untuk menganalisis perilaku perbankan dalam

mengambil keputusan level buffer modal dalam fluktuasi siklus bisnis dan

transmisi yang memungkinkan CCB mempengaruhi makroekonomi Tiongkok.

Metodologi yang digunakan adalah regresi panel dinamis dengan menggunakan

GMM pada data 45 bank komersial di Tiongkok pada periode 2000–2010. Hasil

studi menemukan bukti bahwa buffers modal perbankan di Tiongkok

berperilaku countercyclical terhadap siklus bisnis. Sehubungan dengan CCB,

peneliti menyatakan bahwa adanya kebijakan penguatan permodalan seperti

CCB akan semakin memperkuat perilaku countercyclical perbankan Tiongkok.

Page 10: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

9

III. DATA DAN METODOLOGI

3.1 Data

Penelitian ini menggunakan data individual perbankan dan makroekonomi

Indonesia pada periode 2005Q1 s.d. 2015Q2 dalam format triwulan. Jumlah bank

yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 96 bank umum, tidak termasuk kantor

cabang bank asing dan bank umum syariah. Selanjutnya data dikonstruksi dalam

bentuk data panel karena penelitian menggunakan metode regresi panel.

Penggunaan data panel bertujuan untuk memperoleh data yang lebih variatif

sehingga dapat menjelaskan persamaan yang lebih informatif dan kompleks

(Gujarati dan Porter, 2009). Terdapat dua periode data yang digunakan ketika terjadi

tekanan pada perekonomian dan juga industri perbankan, yaitu periode krisis mini

(mini crisis) pada tahun 2005 dan krisis keuangan global pada tahun 2008. Kedua

kejadian itu diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan antara modal dan

kredit apakah bersifat prosiklikalitas atau tidak. Adapun data perbankan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah buffer rate CCB (%), kredit perbankan (Ln,

yoy), aset (Ln), ROA (%,) dan CAR (%), sedangkan data makroekonomi yang

dipergunakan adalah PDB (yoy) dan BI Rate (%). Keterangan mengenai data

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data yang Digunakan

Data Unit Sumber

Kredit Perbankan Rp Bank Indonesia

Total Aset Rp Bank Indonesia

CAR (%) Bank Indonesia

ROA (%) Bank Indonesia

PDB (%) Bank Indonesia

BI RATE (%) Bank Indonesia

Buffer rate CCB merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan

indikator utama sebagaimana terdapat pada kajian utama CCB (Pramono et al.,

2015) dengan rate CCB berada pada kisaran 0%–2,5%. Indikator utama yang

digunakan adalah credit-to-GDP gap (dihitung dengan one sided HP filter dengan

Page 11: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

10

parameter smoothing 25.000) dengan batas bawah (L) 3 dan batas atas (H) 6. Gambar

2 menunjukkan besaran buffer rate CCB berdasarkan indikator utama.

Gambar 2. Credit to GDP Gap dan Buffer Rate CCB

ROA dan total aset merupakan variabel yang diduga mampu menjelaskan

pertumbuhan penyaluran kredit perbankan. ROA merupakan proksi dari

profitabilitas perbankan, sedangkan total aset merupakan proksi dari ukuran (size)

perbankan. Dalam penelitian ini juga akan dibahas bagaimana perilaku perbankan

ketika terjadi perubahan regulasi permodalan seperti CCB berdasarkan ukuran/

kelompok bank. Selain dipengaruhi oleh faktor perbankan itu sendiri, pertumbuhan

kredit juga dipengaruhi oleh faktor makroekonomi, seperti PDB dan suku bunga.

Pertumbuhan ekonomi dapat memicu sifat prosiklikalitas kredit, yaitu

meningkatkan pertumbuhan kredit. Sementara itu, suku bunga yang tinggi dapat

menekan pertumbuhan kredit.

3.2 Persamaan dan Asumsi

Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak kebijakan CCB

terhadap pertumbuhan kredit adalah panel dinamis, yaitu pertumbuhan kredit

dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit pada waktu sebelumnya. Apabila persamaan

panel dinamis diestimasi menggunakan pendekatan fixed effects atau random effects

maka dapat menyebabkan timbulnya masalah endogeneity. Sebagai akibatnya,

penduga yang dihasilkan dapat bersifat bias dan tidak konsisten (Verbeek, 2008).

Arrelano Bond (1991) menyarankan pendekatan generalized methods of moments

(GMM) yang merupakan penyempurnaan dari metode instrumental variable (IV)

Page 12: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

11

untuk estimasi persamaan panel dinamis. Metode GMM akan menghasilkan

penduga parameter yang tidak bias, konsisten, dan efisien.

Terdapat dua prosedur estimasi yang lazim digunakan dalam kerangka GMM,

yakni first difference GMM (FD–GMM) dan system GMM. Prinsip metode FD-GMM

adalah mengombinasikan matriks variabel instrumen persamaan first difference

dan matriks variabel instrumen persamaan series asli. Sementara itu, ide dasar

penggunaan metode system GMM adalah penggunaan lagged level dari i, t, y sebagai

pengubah instrumen persamaan dalam first differences dan menggunakan lagged

differences dari i, t, y sebagai variabel instrumen persamaan dalam level (Blundell

dan Bond, 1998). Namun, estimator dari GMM mungkin dapat menghasilkan

estimasi yang bias dalam kasus weak instrumental variable. Hal itu dapat dideteksi

dengan membandingkan estimator AR dari pooled least squares, fixed effect, dan

GMM. Estimator pooled least squares bersifat biased upwards dan estimator dari

fixed-effects bersifat biased downwards. Estimator yang tidak bias berada di antara

keduanya.

Kajian ini akan menganalisis dampak implementasi kebijakan CCB terhadap

pertumbuhan kredit pada industri perbankan dan juga implementasi kebijakan CCB

berdasarkan ukuran/kelompok bank, dalam hal ini berdasarkan BUKU dan

DSIB/Non-DSIB. Pada level data industri, persamaan yang digunakan adalah

sebagai berikut.

1. Persamaan (1): melihat hubungan antara kredit dan modal

𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊,𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝜽𝒊𝒕𝝐𝒊𝒕 (1)

Persamaan (1) dipergunakan untuk melihat hubungan antara kredit dan

modal tanpa menggunakan variable control karena modal menggunakan variabel

CAR aktual.

2. Persamaan (2): seperti pada persamaan 1, tetapi dengan melibatkan variabel

perbankan dan makroekonomi.

𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊,𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝜹𝒊𝒕 + 𝜷𝟒𝜽𝒊𝒕 + 𝝐𝒊𝒕 (2)

Untuk menguji robustness dari persamaan 1, ditambahkan beberapa

variable control yang mewakili variabel perbankan dan makroekonomi. Variabel

perbankan yang digunakan adalah ln(Aset) sebagai proksi ukuran bank, ROA

sebagai proksi profitabilitas, dan suku bunga kredit. Sementara itu, variabel

makroekonomi yang digunakan adalah PDB (yoy) dan BI rate (%).

Page 13: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

12

3. Persamaan (3): seperti pada persamaan (2), tetapi dengan dummy waktu untuk

melihat hubungan antara kredit dan modal ketika CCB diaktivasi.

𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊,𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹𝒊𝒕

+ 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫_𝑪𝑪𝑩𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝜹𝒊𝒕 + 𝜷𝟒𝜽𝒊𝒕 + 𝝐𝒊𝒕

(3)

Persamaan (3) bertujuan untuk melihat hubungan antara kredit dan modal

pada saat rate CCB ditetapkan lebih dari 0%, waktu yang digunakan berdasarkan

indikator utama untuk menghitung besaran buffer rate CCB. D_CCB adalah

dummy saat rate CCB >0%.

4. Persamaan (4): melihat hubungan antara kredit dan modal, modal ditambahkan

buffer CCB.

𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊,𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹_𝑪𝑪𝑩𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝜹𝒊𝒕 + 𝜷𝟒𝜽𝒊𝒕

+ 𝝐𝒊𝒕

(4)

Persamaan (4) mengasumsikan ketika terdapat tambahan modal (buffer)

yang harus dibentuk, bank cenderung akan meningkatkan modalnya. Variabel

modal yang digunakan adalah CAR aktual ditambah buffer rate CCB. Adapun

variabel kontrol yang digunakan sama dengan persamaan (2).

Untuk melihat dampak implementasi kebijakan CCB pada kredit berdasarkan

ukuran bank, estimasi dilakukan pada persamaan (2), persamaan (3), dan

persamaan (4) dengan modifikasi menambahkan dummy untuk kelompok BUKU

atau DSIB (domestic systemically important bank). Contoh penggunaan dummy

BUKU terdapat pada persamaan (5) dan dummy DSIB pada persamaan (6).

𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊,𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫𝟏𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫𝟐𝒊𝒕

+ 𝜷𝟒𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫𝟑𝒊𝒕 + 𝜷𝟓𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫𝟒𝒊𝒕 + 𝜷𝟔𝜽𝒊𝒕+ 𝝐𝒊𝒕

(5)

𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝒏(𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕)𝒊,𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫_𝑫𝑺𝑰𝑩𝒊𝒕

+ 𝜷𝟑𝑪𝑨𝑹 ∗ 𝑫_𝑵𝒐𝒏𝑫𝑺𝑰𝑩𝒊𝒕 + 𝜷𝟒𝜽𝒊𝒕+ 𝝐𝒊𝒕

(6)

3.3 Hipotesis

Adanya tambahan buffer CCB diharapkan dapat mencegah risiko sistemik

yang berasal dari pertumbuhan kredit yang berlebihan sehingga CAR diharapkan

Page 14: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

13

memiliki hubungan negatif terhadap kredit. Hal itu didasari oleh transmisi

berdasarkan lending channel dan capital channel sebagai berikut.

Gambar 3. Transmisi CCB ke Kredit (Capital & Lending Channel)

Total aset, ROA, dan PDB diharapkan memiliki hubungan positif terhadap

kredit. Ketika bank dalam kondisi sehat—antara lain ditandai dengan jumlah aset

dan profit yang dimiliki—kredit cenderung akan meningkat. Begitu pula ketika

ekonomi berada pada fase ekspansi, kredit cenderung meningkat. Sementara itu, BI

rate diharapkan memiliki hubungan negatif terhadap kredit. Ketika suku bunga

meningkat, kredit akan berkurang. Rangkuman ekspektasi hubungan (expected

sign) antara variabel yang digunakan dengan kredit terdapat pada Tabel 2.

Selain itu, implementasi kebijakan CCB diharapkan dapat mengurangi

pertumbuhan kredit pada kelompok bank yang akan dibedakan berdasarkan BUKU

dan DSIB/Non DSIB.

Tabel 2. Variabel dan Expected Sign terhadap Kredit

VariabelVariabel Expected Sign Sign

CAR (-)

Total Aset (+)

ROA (+)

PDB_YOY (+)

Monetary Policy Rate (BI_Rate) (-)

CCB Kredit Loanable

Fund CAR

CCB Biaya Kredit

Loanable Fund

CAR Kredit

Page 15: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

14

IV. HASIL ANALISIS

Berdasarkan persamaan yang telah didefinisikan pada bab sebelumnya akan

dilakukan analisis dampak kebijakan CCB terhadap pertumbuhan kredit bank

secara umum (menggunakan data industri perbankan) dan bank berdasarkan

ukuran/kelompoknya.

4.1 Dampak Implementasi Kebijakan CCB terhadap Kredit Perbankan

Tabel 3 menjelaskan hasil estimasi secara detail untuk setiap persamaan

yang menggunakan data industri bank. Permodalan bank terbukti memiliki

hubungan negatif terhadap pertumbuhan kredit meskipun dengan magnitude yang

tidak terlalu besar. Hal itu terlihat pada konsistensi hasil persamaan (1) dan (2) yang

pada persamaan (2) telah ditambahkan beberapa variabel kontrol sebagai uji

robustness. Hasil estimasi persamaan (2) juga menunjukkan bahwa semua variabel

kontrol memiliki tanda/hubungan yang sesuai seperti yang diharapkan, termasuk

sifat prosiklikalitas PDB dan Kredit.

Pada persamaan (3) ditambahkan variabel dummy CCB yang bernilai 1 ketika

CCB aktif (rate CCB diatas 0%) dan 0 ketika CCB tidak aktif (rate CCB 0%) sebagai

variabel kontrol berupa dummy interaction antara modal dan waktu aktivasi CCB.

Hasil estimasi persamaan (3) tetap menghasilkan nilai estimator CAR yang konsisten

bernilai negatif dan signifikan.

Selanjutnya pada persamaan (4), bank diasumsikan akan menambah

modalnya ketika terjadi kenaikan besaran buffer rate CCB sehingga total modal bank

adalah modal aktual ditambah besaran buffer rate CCB. Hasil estimasi persamaan

(4) menunjukkan hubungan negatif antara pertumbuhan kredit dan permodalan

bank sebagaimana tiga persamaan sebelumnya. Selain itu, magnitude yang

diperoleh lebih negatif jika dibandingkan dengan persamaan (1) dan (2). Hal itu

menunjukkan bahwa implementasi CCB mampu mengurangi pertumbuhan kredit

lebih dalam ketika bank cenderung menambah modalnya.

Hasil estimasi keempat persamaan di atas sesuai dengan beberapa studi

empiris yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu bahwa permodalan akan memiliki

hubungan yang negatif dengan kredit, baik melalui lending channel maupun capital

channel.

Page 16: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

15

Tabel 3. Hasil Estimasi Industri Perbankan

Variable Persamaan (1)

Persamaan (2)

Persamaan (3)

Persamaan (4)

Ln_Kredit (-1) 0.9880*** 0.8786*** 0.8768*** 0.8762***

(0.0055) (0.0387) (0.0295) (0.0372)

Car -0.0044** -0.0064** -0.0001

(0.0024) (0.0034) (0.0006)

Ln_Total

Aset 0.1210*** 0.1215*** 0.1204***

(0.0438) (0.0316) (0.0408)

ROA 0.0151*** 0.0161*** 0.0148***

(0.0066) (0.0049) (0.0058)

PDB yoy 0.0089*** 0.0127*** 0.0103***

(0.0044) (0.0056) (0.0018)

BI rate (-1) -0.0073*** -0.0055***

-0.0062***

(0.0020) (0.0025) (0.0018)

CAR_CCB -0.0052*

(0.0030)

CAR * D.CCB

-0.0007***

(0.0003)

Cons 0.3188*** 0.0997 0.0432 0.1107

(0.1085) (0.1721) (0.0025) (0.1796)

Quarterly Dummies

Yes Yes Yes Yes

Obs. 3936 3936 3936 3936

Number of Groups

96 96 96 96

Number of Instrument

120 82 123 82

AR(1) in First Differences (p-value)

0.018 0.016 0.013 0.017

AR(2) in First Differences (p-value)

0.774 0.806 0.759 0.787

Page 17: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

16

Tabel 3. (lanjutan)

Variable Persamaan (1)

Persamaan (2)

Persamaan (3)

Persamaan (4)

Hansen Test (p-value)

0.899 0.168 0.906 0.128

Differences Hansen

Test (p-value)

All System GMM instrument

1 0.569 1 0.512

Based on Lagged Dependent Variable

0.961 0.588 0.999 0.659

4.2 Dampak Kebijakan CCB terhadap Kredit Perbankan Berdasarkan

Ukuran/Kelompok

Selanjutnya dilakukan analisis dampak kebijakan CCB berdasarkan

ukuran/kelompok bank, yaitu per BUKU dan DSIB/non-DSIB. Kelompok BUKU

didasarkan pada besaran modal suatu bank. Besarnya modal bank dapat

mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit karena bank bermodal

besar cenderung menyalurkan kredit yang lebih besar. Estimasi berdasarkan

kelompok BUKU dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

dampak kebijakan CCB terhadap kredit antara bank bermodal besar dan bank

bermodal kecil. Selain itu, dilakukan analisis berdasarkan kelompok DSIB/non-

DSIB.

Tabel 4 menyajikan hasil estimasi berdasarkan BUKU dan DSIB/non-DSIB4.

Hasil estimasi persamaan berdasarkan BUKU tidak menunjukkan hasil yang

konklusif karena secara umum CCB berdampak negatif terhadap pertumbuhan

kredit walaupun tidak signifikan. Selain itu, tidak dapat disimpulkan bahwa bank

berukuran besar terdampak lebih besar dibandingkan bank berukuran kecil.

Ketidaksesuaian itu dapat disebabkan oleh sebaran jumlah bank yang kurang

4 hasil selengkapnya terdapat pada lampiran

Page 18: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

17

berimbang antar-BUKU karena BUKU 4 hanya terdiri atas 4 bank, BUKU 3 terdiri

atas 17 bank, BUKU 2 terdiri atas 49 bank, dan BUKU 1 terdiri atas 48 bank).

Hasil yang lebih sesuai diperoleh ketika persamaan diestimasi didasarkan

pada kelompok DSIB/non-DSIB. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kebijakan

CCB dapat mengurangi pertumbuhan kredit yang dampaknya lebih besar pada bank

non-DSIB. Hal itu sejalan karena bank non-DSIB cenderung mempunyai modal yang

relatif lebih kecil jika dibanding dengan bank DSIB sehingga perubahan regulasi

modal minimum dapat berdampak terhadap kemampuan kelompok non-DSIB

dalam menyalurkan kredit.

Tabel 4. Hasil Estimasi berdasarkan Kelompok BUKU dan DSIB

Variable BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4 NON-

DSIB

DSIB

𝑪𝑨𝑹𝒊𝒕

Persamaan (2)

-0.0154***

(0.0054)

-0.0133***

(0.0048)

-

0.3140*

(0.0179)

-0.01554

(0.0140)

-

0.0145***

(0.0056)

-0.0139***

(0.0037)

𝑪𝑨𝑹_𝑪𝑪𝑩∗ 𝑫_𝑪𝑪𝑩𝒊𝒕

Persamaan (3)

-0.0008*

(0.0004)

-0.0008***

(0.0003)

-0.0004

(0.0005)

-0.0013

(0.0016)

-0.0089**

(0.0037)

-0.0060*

(0.0035)

𝑪𝑨𝑹_𝑪𝑪𝑩𝒊𝒕

Persamaan (4)

-0.0127***

(0.0042)

-0.0104***

(0.0042)

-0.0249

(0.0172)

-0.0090

(0.0112)

-0.0067*

(0.0036)

-0.0048*

(0.0030)

Page 19: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

18

IV. PENUTUP

5.1 Simpulan

Kebijakan CCB bertujuan untuk mengatasi prosiklikalitas pertumbuhan

kredit serta meningkatkan ketahanan perbankan melalui peningkatan permodalan

yang diharapkan dapat mengurangi pertumbuhan kredit yang berlebihan sebagai

salah satu sumber dari risiko sistemik. Kondisi tersebut didukung oleh beberapa

kajian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil studi ini, peningkatan

modal melalui implementasi CCB dapat menekan pertumbuhan kredit, baik pada

level industri maupun berdasarkan kelompok bank, khususnya DSIB/non-DSIB.

5.2 Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan hasil studi, implementasi kebijakan CCB terbukti dapat

menekan laju pertumbuhan kredit. Oleh karena itu, CCB dapat direkomendasikan

sebagai salah satu instrumen kebijakan makroprudensial untuk membantu

mengatasi kemungkinan timbulnya risiko sistemik yang bersumber dari

pertumbuhan kredit yang berlebihan pada saat fase ekspansi ekonomi.

Page 20: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

19

REFERENSI

Bank for International Settlements (2012) “A framework for dealing with domestic

systemically important banks”

B.M. Tabak, A.C. Noronha & D. Cajueiro (2011) “Bank Capital Buffers. Lending Growth, and Economic Cyclce : Empirical Evidence for Brazil “

Bridges et.al. (BOE, 2014) “The Impact of Capital Requirements on Bank Lending” Bank of England Working Papers

Coffinet, J., Coudert, V., A & Pouvelle, C. (2012) “Two Way Interplays Between Capital Buffers and Credit Growth : Evidence from French Bank “ Journal of International Capital Markets, Institutional and Money, 1110 – 1225

Deriantino, Elis. (2011) ”Prosiklikalitas Buffer Modal Bank di ASEAN” –

Drehmann, M., Gambacorta, L. 2011. “The Effect of Countercyclical Capital Buffers on Bank Lending”. Applied Economics Letters ISSN 1350–4851 print/ISSN 1466–4291 online # 2011 Taylor & Francis

Franciss, W.B. & Osborne, M. (2012) “ Capital Requirements and Bank Behaviours in the UK : Are There Lessons for International Capital Standars ? “ Journal of Banking & Finance (36) : 803 – 816

Gambacorta, L., & Mistrulli, P.M., (2003) “ Bank Capital and Lending Behaviour : Empirical Evidence for Italy “. Banca d’Italia, Research Deparment

Huang, X. & Xiong, Q. (2015) “ Bank Capital Buffer Decisions Under Macroeconomic Fluctuations : Evidence for The Banking Industry of China ” International Review of Economics and Finance (36) 30 – 39

J.M. Berrospide & R.M. Edge (2010)” The Effects of Bank Capital on Lending : What do we know and what does it mean ?” –

Jokipii, T. & Milne, A. (2008). “ The Cyclical Behaviour of European Bank Capital Buffers “ Journal of Banking and Finance (32): 1440-1451

Nier, E & Baumman, U. (2006) ” Market Dicipline, Disclosure, and Moral Hazard in Banking “, Journal of Financial Intermediation (15): 332-361

Utari, G.A.D., Arimurti, T., Kurniati, I.N., (2012) ”Pertumbuhan Kredit

Optimal dan Kebijakan Makroprudensial untuk Pengendalian Kredit”, Bank

Indonesia.

Page 21: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

20

LAMPIRAN

Statistik Deksriptif Data

Tabel 1. Statistik Deskriptif Perbankan Variable Obs Mean Std.Dev. Min Max

Permodalan (CAR)

4032 21.65 10.79 0.11 69.43

Ln_Kredit 4032 14.92 1.87 9.03 20.04

Size (Ln_Aset)

4032 15.37 1.82 9.85 20.47

Profitabilitas (ROA )

4032 2.58 3.34 -56.91

42.21

BI Rate 4032 7.81 1.83 5.75 12.75

Buffer_CCB 4032 1.46 0.95 0.00 2.50

PDB_yoy 4032 5.75 0.69 4.14 6.81

Permodalan perbankan memiliki keragaman yang cukup variatif yang dilihat

dari standar deviasi sebesar 20,79. Hal itu dikonfirmasi dari nilai minimal dan

maksimal yang memiliki kisaran cukup lebar. Kredit, size, dan profitabilitas

perbankan memiliki keragaman yang cukup besar. Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi dan BI rate bisa dikatakan tidak memiliki variasi yang tinggi. Hal itu terlihat

dari nilai standar deviasi yang hanya sebesar 0,69 dan 1,84. Selanjutnya, akan

dianalisis statistik deskriptif berdasarkan kelompok BUKU. Tabel 2 menjelaskan hal

tersebut.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Berdasarkan Kelompok BUKU

KELOMPOK BUKU 1

Variabel Obs Mean Std. Dev.

Min Max

Permodalan (CAR)

1806 23.25 11.32 2.87 69.43

Profitablitas

(ROA) 1806 2.13 3.83 -

56.91 42.21

Size (Ln_Aset) 1806 14.01 1.08 9.85 16.51

Ln_Kredit 1806 13.55 1.18 9.03 16.36

Page 22: dampak kebijakan countercyclical capital buffer terhadap

21

Tabel 2. (lanjutan)

KELOMPOK BUKU 2

Permodalan (CAR)

1428 20.83 10.99 6.26 69.26

Profitablitas (ROA)

1428 3.05 3.28 -47.09 30.73

Ln_Aset 1428 15.70 1.05 11.99 17.63

Ln_Kredit 1428 15.21 1.11 9.88 17.23

KELOMPOK BUKU 3

Permodalan (CAR)

630 20.10 9.26 0.11 69.34

Profitablitas (ROA)

630 2.57 1.72 -1.49 14.80

Size (Ln_Aset) 630 17.48 0.89 15.00 19.28

Ln_Kredit 630 17.14 0.87 14.82 18.97

KELOMPOK BUKU 4

Permodalan (CAR)

168 17.27 3.18 11.80 26.60

Profitabilitas (ROA)

168 3.52 1.85 -1.04 15.47

Size (Ln_Aset) 168 19.42 0.53 17.81 20.47

Ln_Kredit 168 18.88 0.63 17.54 20.04

Berdasarkan kelompok BUKU dapat dijelaskan bahwa semakin besar modal,

keragaman keempat variabel di atas semakin rendah. Nilai standar deviasi

permodalan bank semakin mengecil pada kelompok BUKU 1 hingga BUKU 4. Hal

semacam itu juga terdapat pada size, profitabilitas, dan kredit perbankan yang nilai

standar deviasi semakin mengecil pada kelompok BUKU 1 hingga BUKU 4. Dengan

demikian, pengelompokan berdasarkan kelompok BUKU mampu

merepresentasikan setiap indikator perbankan dengan baik.