29
LAPORAN PENDAHULUAN DISUSUN OLEH: ETI CHAIRUNNISA NIM: 111220043 STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM NERS

Dara Ners Ana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengkajian Kasus Anemia AplstkDanang Apriyanto

Citation preview

Page 1: Dara Ners Ana

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH: ETI CHAIRUNNISANIM: 111220043

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANGPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM

NERS

TAHUN 2015

Page 2: Dara Ners Ana

1. DefinisiDemam tifoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus

yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, penularannya terjadi secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. (Arif Mansjoer,et all..2000 ).

Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran.

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2008).

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistematik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Sumarmo, 2008).

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005).

2. Etiologi Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhi.

Infeksi umumnya diperoleh dari makanan atau air yang

Page 3: Dara Ners Ana

terkontaminasi bakteri dari tinja yang terinfeksi (Valman, 2006).

Etiologi penyakit demam typhoid menurut Rampengan (2008) disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhos atau Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70˚c ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu :a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak

menyebar).b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flgela dan

bersifa termolabil.c. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi

tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia

akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella typhosa juga memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.

Ada 3 spesies utama, yaitu :Salmonella typhosa (satu serotipe), Salmonella choleraesius (satu serotipe), Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).

3. PatofisiologiPenyakit typhoid adalah penyakit menular yang sumber

infeksinya berasal dari feses dan urine, sedangkan lalat

Page 4: Dara Ners Ana

sebagai pembawa atau penyebar dari kuman tersebut (Ngastiyah, 2005).

Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lainnya ( Suriadi, 2006).

Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi Hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi Ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelaianan pada usus halus (Suriadi, 2006).

Perjalanan penyakit demam typhoid juga di sampaikan oleh Rohim (2002) adalah: pada fase awal demam typhoid biasa ditemukan adanya gejala saluran napas atas. Ada kemungkinan sebagian kuman ini masuk ke dalam peredaran darah melalui jaringan limfoid di faring. Terbukti dalam suatu penelitian bahwa Salmonella typhi berhasil diisolasi dari

Page 5: Dara Ners Ana

jaringan tonsil penderita demam typhoid, walaupun pada Salmonella typhi percobaan lain seseorang yang berkumur dengan air yang mengandung hidup ternyata tidak menjadi terinfeksi. Pada tahap awal ini penderita juga sering mengeluh nyeri telan yang disebabkan karena kekeringan mukosa mulut. Lidah tampak kotor tertutup selaput berwarna putih sampai kecoklatan yang merupakan sisa makanan, sel epitel mati dan bakteri, kadang-kadang tepi lidah tampak hiperemis dan tremor. Bila terjadi infeksi dari nasofaring melalui saluran tuba eustachi ke telinga tengah dan hal ini dapat terjadi otitis media.

Perubahan pada jaringan limfoid didaerah ileocecal yang timbul selama demam typhoid dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: hyperplasia, nekrosis jaringan, ulserasi, dan penyembuhan. Adanya perubahan pada nodus peyer tersebut menyebabkan penderita mengalami gejala intestinal yaitu nyeri perut, diare, perdarahan dan perforasi. Diare dengan gambaran pea soup merupakan karakteristik yang khas, dijumpai dari 50% kasus dan biasanya timbul pada minggu kedua. Karena respon imunologi yang terlibat dalam patogenesis demam typhoid adalah sel mononuklear maka keterlibatan sel poli morfo nuclear hanya sedikit dan pada umumnya tidak terjadi pelepasan prostaglandin sehingga tidak terjadi aktivasi adenil siklase. Hal ini menerangkan mengapa pada serotipe invasif tidak didapatkan adanya diare. Tetapi bila terjadi diare seringkali hal ini mendahului fase demam enterik. Penulis lain mengatakan bahwa diare dapat terjadi oleh karena toksin yang berhubungan dengan toksin kolera dan enterotoksin E. coli yang peka terhadap panas.

Page 6: Dara Ners Ana

Nyeri perut pada demam typhoid dapat bersifat menyebar atau terlokalisir di kanan bawah daerah ileum terminalis. Nyeri ini disebabkan karena mediator yang dihasilkan pada proses inflamasi (histamine, bradikinin, dan serotonin) merangsang ujung saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu rasa nyeri dapat disebabkan karena peregangan kapsul yang membungkus hati dan limpa karena organ tersebut membesar.

Perdarahan dapat timbul apabila proses nekrosis sudah mengenai lapisan mukosa dan submukosa sehingga terjadi erosi pada pembuluh darah. Konstipasi dapat terjadi pada ulserasi tahap lanjut, dan merupakan tanda prognosis yang baik. Ulkus biasanya menyembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut, tetapi ulkus dapat menembus lapisan serosa sehingga terjadi perforasi. Pada keadaan ini tampak adanya distensi abdomen. Distensi abdomen ditandai dengan meteorismus atau timpani yang disebabkan konstipasi dan penumpukan tinja atau kurangnya tonus pada lapisan otot intestinal atau lambung.

4. Manifestasi klinikMenurut ngastiyah (2005), demam thypoid pada anak

biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:

1. Demam

Page 7: Dara Ners Ana

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

2. Gangguan pada saluran pencernaanPada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

3. Gangguan kesadaranUmumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.

4. RelapsRelaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil

Page 8: Dara Ners Ana

dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

Soedarto (2007) mengemukakan bahwa manifestasi klinis klasik yang umum ditemui pada penderita demam typhoid biasanya disebut febris remitter atau demam yang bertahap naiknya dan berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan dengan perincian : 1. Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang

lemah bersifat dikrotik, dengan denyut nadi 80-100 per menit.

2. Minggu kedua, suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa dapat diraba.

3. Minggu ketiga, jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan berkurang. Jika keadaan memburuk : penderita mengalami delirium, stupor, otot-otot bergerak terus, terjadi inkontinensia alvi dan urine. Selain itu terjadi meteorisme dan timpani, dan tekanan perut meningkat, disertai nyeri perut. Penderita kemudian kolaps, dan akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi mikardial toksik.

4. Minggu keempat, bila keadaan membaik, penderita akan mengalami penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

5. Komplikasi Perforasi usus Perdarahan usus

Page 9: Dara Ners Ana

Peritonitis Sepsis Kolestisis Meningitis,ensefalitis,

ensefalopati Bronkopeuminia

6. PenatalaksanaanA. Medis

Penatalaksanaan demam typhoid secara medis menurut Ngastiyah (2005) antara lain: a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.b. Perawatan yang baik untuk menghindari

komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia.

c. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.

d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahkan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

e. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan

Page 10: Dara Ners Ana

dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg berat badan/hari (makanan 2 gram per hari), diberikan empat kali sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.

f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena.

Medikasi yang digunakan untuk demam typhoid menurut Rampengan (2008) selain kloramfenikol, obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain:a. Tiamfenikol: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.b. Kotrimoksasol: 6-8 mg/ kg berat badan/ hari.c. Ampisilin: 100-200 mg/kg berat badan/ hari.d. Amoksilin: 100 mg/ kg berat badan/ hari.e. Sefriakson: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.f. Sefotaksim: 150-200 mg/ kg berat badan/ hari.g. Siprofloksasin: 2 x 200-400 mg oral (usia kurang

dari 10 tahun).B. Keperawatan

Penatalaksanaan demam typhoid ditinjau dari segi keperawatan menurut Ngastiyah (2005), adalah Pasien typhoid harus dirawat di kamar isolasi yang dilengkapi dengan peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit menular seperti desinfektan mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot

Page 11: Dara Ners Ana

atau urinal bekas pakai pasien. Yang merawat atau sedang menolong pasien agar memakai celemek.

Masalah pasien typhoid yang perlu diperhatikan adalah:a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.

Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik sampai spoorokoma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula, dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu, pasien typhoid menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien.1) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan

makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu.

2) Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti

Page 12: Dara Ners Ana

sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih secara bertahap ke lunak.

3) Jika pasien menderita delirium, dipasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde di samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, beralih ke makanan biasa.

b. Gangguan suhu tubuh. Pasien tifus abdominalis menderita demam

lama, pada kasus yang khas demam dapat sampai 3 minggu. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kondisi tubuh lemah, dan mengakibatkan kekurangan cairan, karena perspirasi yang meningkat. Pasien dapat menjadi gelisah, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering dan pecah-pecah.

Penyebab demam, karena adanya infeksi basil Salmonella typhosa, maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya secara adekuat, istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi, kemudian mobilisasi bertahap. Jika pasien diberikan makanan melalui sonde, obat dapat diberikan bersama makanan tetapi berikan pada permulaan memasukkan makanan, jangan dicampur pada semua makanannya atau diberikan belakangan

Page 13: Dara Ners Ana

karena jika pasien muntah obat akan keluar sehingga kebutuhan obat tidak adekuat.

Ruangan diatur agar cukup ventilisi. Untuk membantu, menurunkan suhu tubuh yang biasanya pada sore hari dan malam hari lebih tinggi jika suhu tinggi sekali cara menurunkan lihat pada pembahasan tentang hiperpireksia. Di samping kompres berikan pasien banyak minum boleh sirup, teh manis, atau air kaldu sesuai kesukaan anak.

Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar. Jika menggunakan kipas angin untuk membantu menurunkan suhu usahakan agar kipas angin tidak langsung kearah tubuh pasien.

c. Gangguan rasa aman dan nyaman. Gangguan rasa aman dan nyaman pasien

typhoid sama dengan pasien lain, yaitu karena penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat tidur, jika ia sudah dalam penyembuhan. Khusus pada pasien typhoid, karena lidah kotor, bibir kering, dan pecah-pecah menambah rasa tak nyaman disamping juga menyebabkan tak nafsu makan. Untuk itu pasien perlu dilakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) dengan sering dan sering berikan minum. Karena pasien apatis harus lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi. Jika pasien dipasang sonde perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lendir mulut

Page 14: Dara Ners Ana

dan tenggorok tidak kering. Selain itu sebagai akibat lama berbaring setelah mulai berjalan harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambil berpegangan. Katakan bahwa gangguan itu akan hilang setelah 2-3 hari mobilisasi.

7. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006)

meliputi:a. Pemeriksaan Rutin

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam typhoid dapat meningkat.SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

b. Kultur DarahHasil biakan darah yang pasif memastikan

demam typhoid akan tetapi hasil negative tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:

Telah mendapat terapi antibiotik. Volume darah yang timbul kurang.

Page 15: Dara Ners Ana

Riwayat vaksinasi.c. Uji Widal.

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhi dengan antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid yaitu :

Aglutinin O (dari tubuh kuman). Aglutinin H (flagella kuman). Aglutinin Vi (sampai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan. Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :a. Pengobatan dini dengan antibiotik.b. Gangguan pembentukan antibody dan

pemberian kortikosteroid.c. Waktu pengambilan darah.d. Darah endemik atau non endemik.e. Riwayat vaksinasi.f. Reaksi anamnestik.g. Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium

akibat aglutinin silang dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.

8. Asuhan Keperawatan

Page 16: Dara Ners Ana

A. Pengkajiana. Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?,

lingkungan rumah / sekolah ada yang menderita demam tifoid ?)

b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan

pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi

2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?

3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)

4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)

5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?

6) Riwayat imunisasic. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)

2) Pemeriksaan persistema) Sistem persepsi sensori :

Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal

Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering

Page 17: Dara Ners Ana

b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing

c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles

d) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada

e) Sistem gastrointestinal : Mulut : membran mukosa lembab /

kering, lidah kotor, perdarahan gusi Perut : turgor ?, kembung /

meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut, skibala ?

Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena

f) Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ?

g) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria

d. Pola Fungsi Kesehatan1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :

sanitasi ?, 2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia,

mual, muntah 3) Pola eleminasi

Page 18: Dara Ners Ana

a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau, darah

b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria

4) Pola aktifitas dan latihan 5) Pola tidur dan istirahat6) Pola kognitif dan perceptual7) Pola toleransi dan koping stress8) Pola nilai dan keyakinan9) Pola hubungan dan peran10) Pola seksual dan reproduksi11) Pola percaya diri dan konsep diri

B. Diagnosa Keperawatana. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi

salmonella typhib. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak ada mual, muntah, anorexia, dan kembung

c. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh.

d. ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik, imobilisasi.

C. Intervensi Keperawatana. Hipertermia berhubungan dengan infeksi

salmonella typhi.\Tujuan : suhu kembali normal setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Page 19: Dara Ners Ana

Kriteria Hasil : klien mengatakan tidak panas, TTV dalamm batas normalIntervensi : Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang

hipertermia Observasi suhu, nadi, tekanan darah,

pernafasan Berri minum yang cukup Berikan kompres air biasa Lakukan tepid sponge (seka) Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap

keringa Pemberian obat antipireksia Pemberian cairan parenteral (IV) yang

adekuatb. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak ada mual, muntah, anorexia, dan kembung Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria hasil : klien mengatakan dapat makan dan minum, tidak ada keluhan mual, muntah, nafsu makan meningkat, BB naik.Intervensi :

Menilai status nutrisi anak Ijinkan anak untuk memakan makanan

yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

Page 20: Dara Ners Ana

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi

Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering

Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama

Mempertahankan kebersihan mulut anak Menjelaskan pentingnya intake nutrisi

yang adekuat untuk penyembuhan penyakit

Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak

c. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuhTujuan : kurangnya volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan Kriteria Hasil : TTV dalam batas vital, turgor kulit baik, selaput mulut tidak kering, bibir tidak pecah-pecah, intake dan output seimbang.Intervensi : Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh)

paling sedikit setiap 4 jam Monitor tanda-tanda meningkatnya

kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-

Page 21: Dara Ners Ana

ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah

Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama

Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge

Memberikan ntibiotic sesuai programd. ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-

hari berhubungan dengan kelemahan fisik, imobilisasiTujuan : kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhiKriteria Hasil : klien mengatakan dapat melakukan aktivitas seperti : mandi, makan, minum, eliminasi, dank lien berpartisipasi dalam tirah baring.Intervensi :

Beri bantuan melakukan aktifitas sehari-hari, makan, minum, personal hygiene, dsb.

Jelaskan tujuan tirah baring dalam usaha mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi.

Beri mobilisasi bertahap sesudah demam hilang sesuai keadaan pasien secara bertahap.

Page 22: Dara Ners Ana

Dekatkan semua keperluan pasien dalam jangkauannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI JakartaDina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005.Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004.Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001.Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta.Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. EGC. Jakarta.Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC.

Jakarta.

Page 23: Dara Ners Ana
Page 24: Dara Ners Ana