Dasar Anastesi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    1/30

    Mank Agus Blog

    Sabtu, 29 Agustus 2009

    KONSEP DASAR ANESTESIOLOGI DAN TINJAUAN KASUS ANESTESI

    KONSEP TEORI ANESTESI

    A.PENGERTIAN ANASTESI

    Anestesi(pembiusan; berasal daribahasa Yunanian-"tidak, tanpa" dan aesthtos,

    "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

    menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

    yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

    Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasri berbagai tindakan

    meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di

    operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien

    gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.

    B.SKALA RESIKO ASAAmerican Society of Anaesthesiologists (ASA) menetapkan sistem penilaian yang

    membagi status fisik penderita ke dalam lima kelompok.

    Golongan Status Fisik

    I

    Tidak ada gangguan organic, biokimia dan psikiatri, misalnya

    penderita dengan hernia inguinalis tanpa kelainan lain, orang tua

    sehat dan bayi muda yang sehat.

    II

    Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan disebabkanoleh penyakit yang akan dibedah, misalnya penderita dengan

    obesitas, penderita bronchitis dan penderita DM ringan yang akan

    menjalani apendektomi

    IIIPenyakit sistemik berat, misalnya penderita DM dengan

    komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendicitis akut

    IVPenyakit gangguan sistemik berat yang membahayakan jiwa yang

    tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, missal

    http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/wiki/Bahasa_Yunanihttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/wiki/Bahasa_Yunanihttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/wiki/Bahasa_Yunanihttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/wiki/Bahasa_Yunanihttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/
  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    2/30

    insufisiensi koroner atau MCI

    V

    Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan

    dilakukan sebagai pilihan terakhir, missal penderita syok berat

    karena perdarahan akibat kehamilan di luar uterus yang pecah.

    C.PEMBAGIAN ANASTESI

    1.ANASTESI UMUM

    Adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya

    kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anastesi ideal terdiri dari

    hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.

    Cara pemberian anastesi umum:

    a.Parenteral (intramuscular/intravena)

    Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anastesi.

    b.Perektal

    Dapat dipakai pada anak untuk induksi anastesi atau tindakan singkat.

    c.Anastesi Inhalasi

    Yaitu anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastesi yang mudah

    menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat

    anestetik yang digunakan berupa campuran gas (denganO2) dan konsentrasi

    zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya.

    Stadium Anestesi

    Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium

    (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:

    a.Stadium I

    Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnyakesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    3/30

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    4/30

    Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan

    buatan.

    Obat-obat anestesi umum

    a.Tiopenthal :

    1) Bubuk berbau belerang, berwarna kuning, dalam ampul 500/1000 mg.

    Dilarutkan dengan aquades sampai konsentrasi 2,5%. Dosis 3-7 mg/kgBB.

    2)Melindungi otak oleh karena kekurangan O2.

    3) Sangat alkalis, nyeri hebat dan vasokonstriksi bila disuntikkan ke arteri yangmenyebabkan nekrosis jaringan sekitar.

    b.Propofol:

    1) Dalam emulsi lemak berwarna putih susu, isotonic, dengan kepekatan 1%.

    Dosis induksi 2-2,5 mg/kgBB, rumatan 4-12mg/kgBB/jam, sedasi perawatan

    intensif 0,2mg/kgBB. Pengenceran hanya dengan Dextrosa 5%.

    2) Dosis dikurangi pada manula, dan tidak dianjurkan pada anak dibawah 3 thn

    dan ibu hamil.

    c.Ketamin:

    1)Kurang disenangi karena sering takikardi, HT, hipersalivasi, nyeri kepala. Paska

    anestesi mual, muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Dosis bolus iv 1-

    2mg/kgBB, im 3-10mg/kgBB.

    2)Dikemas dalam cairan bening kepekatan 5%, 10%, 1%.

    d.Opioid:

    1) Diberikan dosis tinggi, tak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak

    digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung.

    2)Untuk induksi dosis 20-50mg/kgBB, rumatan dosis 0,3-1 mg/kgBB/mnt.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    5/30

    Untuk memberikan cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di

    punggung tangan, di dalam pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti.

    Pada anak kecil dan bayi digunakan punggung kaki, depan mata kaki atau di kepala.

    Bayi bari lahir digunakan vena umbilikus.

    2.ANASTESI LOKAL/REGIONAL

    Adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangmya

    kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dengan tekhnik:

    a.Anastesi Permukaan

    Yaitu pengolesan atu penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa, seperti

    mata, hidung atau faring.

    b.Anastesi I nf il trasi

    Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat

    lesi, luka dan insisi.

    c.Anastesi Blok

    Penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau pleksus saraf. Hal ini

    bervariasi dari blokade pada saraf tunggal, misal saraf oksipital dan pleksus

    brachialis, anastesi spinal, anastesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi

    spinal, anestesi lokal disuntikkan ke ruang subarakhnoid.

    1)Anastesi Spinal

    Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan

    memasukkan anestesi local dalam rung subarachnoid di tingkat lumbal

    (biasanya L4 dan L5). Cara ini menghasilkan anesthesia pada ekstermitas

    bawah, perenium dan abdomen bawah. Untuk prosedur fungsi lumbal, pasien

    dibaringkan miring dalam posisi lutut-dada. Teknik steril diterapkan saat

    melakukan fungsi lumbal dan medikasi disuntikkan melalui jarum. Segera

    setelah penyuntikan, pasien dibaringkan terlentang. Jika diinginkan tingkat

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    6/30

    blok yang secara relative tinggi, maka kepala dan bahu pasien diletakkan lebih

    rendah.

    Penyebab agens anastetik dan tingkat anesthesia bergantung pada

    jumlah cairan yang disuntikkan, posisi pasie setelah penyuntikan, dan berat

    jenis agens. Jika berat jenis agens lebih berat dari berat jenis cairan

    serebrospinal (CSS), agens akan bergerak keposisi dependen spasium

    subarachnoid, jika berat jenis agens anastetik lebih kecil dadri CSS, maka

    anasteti akan bergerak menjauh bagian dependen. Perbatasan ini dikendalikan

    oleh ahli anestesi. Secara umum, agens yang digunakan adalah prokain,

    tetrakain (Pontocaine), dan lidokain (Xylokain).

    Dalam beberapa menit, anestesia dan paralisis mempengaruhi jari-jari

    kaki dan perineum dan kemudian secara bertahap mempengaruhi tungkai dan

    abdomen. Jika anestetik mencapai toraks bagian atas dan medulla spinalis

    dalam konsentrasi yang tinggi, dapat terjadi paralisis respiratori temporer,

    parsial atau komplit. Paralisis oto-otot pernapasan diatasi dengan

    mempertahankan respirasi artificial sampai efek anestetik pada saraf

    respiratori menghilang. Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama

    pembedahan ketika digunakan anestesia spinal. Sebagai aturan, reaksi ini

    terjadi akibat traksi pada berbagai struktur, terutama pada struktur di dalam

    rongga abdomen. Reaksi tersebut dapat dihindari dengan pemberian intarvena

    secara simultan larutan teopental lemah dan inhalasi oksida nitrat.

    Indikasi

    Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai

    bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan

    khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur

    tulang panggul, bedah obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi

    dan anak kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum.

    Kontraindikasi

    Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan

    pungsi lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan

    peningkatan tekanan intracranial. Kontraindikasi relatf meliputi neuropati,

    prior spine surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi

    golongan AINS, heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil,

    serta a resistant surgeon.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    7/30

    Persiapan Pasien

    Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

    concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin

    terjadi.

    Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan

    untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga

    adanya scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan

    adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin

    parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah.

    Perlengkapan

    Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan

    perlengkapan operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi

    umum, dan tindakan resusitasi.

    Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal

    memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran

    16G sampai dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah prokain,

    tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal

    mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi

    spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka

    akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil

    (hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama

    (isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada

    suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat jenis 1,003-1,008.

    Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan

    duk steril juga harus disiapkan. Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal,

    yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti ujung bamboo runcing (Quincke-

    Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil (whitacre).

    Ujung pensil banyak digunakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala

    pasca penyuntikan spinal.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    8/30

    Teknik Anestesi Spinal

    Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain:

    1.Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi

    termudah untuk tindakan punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi

    dengan kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang di

    depan. Pada posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah

    satu sisi tubuh berada di meja operasi.

    2. Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara

    vertebrata lumbalis (interlumbal).

    3.Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien.

    4.Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial

    dengan sudut 10o-30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum

    lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum, ligamentum

    interspinosum, ligamentum flavum, lapisan duramater, dan lapisan

    subaraknoid.

    5.Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar.

    6. Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang

    subaraknoid. Kadang-kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan

    vasokonstriktor seperti adrenalin.

    Komplikasi

    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hipotensi, nyeri saat

    penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urine, meningitis, cedera

    pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total.

    Pengkajian keperawatan yang dilakukan setelah anestesia spinal, selain

    memantau tekanan darah, perawat perlu mengobservasi pesien dengan cermat

    dan mencatat waktu saat perjalanan sensasi kaki dan jari kembali. Jika sensasi

    pada jari kaki telah kembali sepenuhnya, pasien dapat dipertimbangkan telah

    pulih dari efek anestetik spinal.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    9/30

    2)Blok Epidural

    Anestesia epidural dicapai dengan menyuntikkan anestetik local ke

    dalam kanalis spinalis dalam spasium sekeliling durameter. Anestesia epidural

    memblok fungsi sensori, motor dan otonomik yang mirip, tetapi tempat

    injeksinya yang membedakannya dari anestesi spinal. Dosis epidural lebih

    besar disbanding dosis yang diberikan selama anestesi spinal karena anestesi

    epidural tidak membuat kontak langsung dengan medulla atau radiks saraf.

    Keuntungan dari anestesi epidural adalah tidak adanya sakit kepala yang

    kadang disebabkan oleh penyuntikan subarachnoid. Kerugiannya adalah

    memiliki tantangan teknik yang lebih besar dalam memasukkan anestetik ke

    dalam epidural dan bukan ke dalam spasium subarachnoid. Jika terjadi

    penyuntikan subarachnoid secarA tidak sengaja selama anestesi epidural dan

    anestetik menjalar ke arah kepala, akan terjadi anestesia spinal tinggi.

    Anestesia spinal tinggi dapat menyebabkan hipotensi berat dan depresi atau

    henti napas. Pengobatan untuk komplikasi ini adalah dukungan jalan napas,

    cairan intravena, dan penggunaan vasopresor.

    3)Blok Pleksus Brakialis

    Blok pleksus brakialis menyebabkan anestesia pada lengan.

    4)Anestesia Paravertebral

    Anestesia paravertebral menyebabkan anestesia pada saraf yang mempersarafi

    dada, dindind abdomen dan ekstremitas.

    5)Blok Transakral (Kaudal)

    Blok transakral menyebabkan anestesia pada perineum dan kadang abdomen

    bawah.

    d.Anastesi Regional Intravena

    Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi

    bagian proksimalnya dari sirkulasi sistemik dengan torniquet pneumatik.

    D.OBAT PREMEDIKASI

    Pemberian obat premedikasi bertujuan untuk:

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    10/30

    1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran, memberikan

    ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi).

    2.Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anastesi.

    3.Mengurangi jumlah obat-obatan anastesi.

    4.Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual dan muntah pascaanastesi.

    5.Mengurangi stres fisiologis (takikardi, napas cepat, dan lain-lain).

    6.Mengurangi keasaman lambung.

    Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi adalah sebagai

    berikut:

    1.Analgetik narkotik

    a.Morfin

    Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kg BB) intramuskular diberikan

    untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi,

    menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan

    dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu

    pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris dan ureter.

    b.Petidin

    Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kg BB) intravena diberikan untuk

    menekan tekanan darah dan pernafasan serta merangsang otol polos. Dosis induksi

    1-2 mg/kg BB intravena.

    2. Barbiturat

    Penobarbital dan sekobarbital). Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis

    dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kg BB secara oral atau intramuslcular.

    3. Antikolinergik

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    11/30

    Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan dan bronkus

    selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.

    4. Obatpenenang(tranquillizer)

    a.Diazepam

    Diazepam (valium) merupakan golongan benzodiazepin. Dosis premedikasi

    dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis

    maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2

    mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kg BB intravena.

    b.Midazolam

    Mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek dibandingkan dengan

    diazepam.

    E.OBAT PELUMPUH OTOT

    Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan

    kelumpuhan pada otot rangka. Menurut mekanisme kerjanya obat ini dibagi menjadi 2

    golongan, yaitu obat penghambat secara depolarisasi resisten dan obat penghambat

    kompetitif atau nondepolarisasi. Pada anestesi umum, obat ini memudahkan dan

    mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakhea, serta memberi relaksasi otot

    yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali.

    Perbedaan Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi dan Nondepolarisasi

    Depolarisasi Nondepolarisasi

    Ada vasikulasi otot Tidak ada vasikulasi ototBerpotensiasi dengan antikolinesterase Berpontisiasi dengan hipokalemia,

    hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter,

    halotan, enfluran dan isofluran

    Tidak menunjukkan kelumpuhan yang

    bertahap pada perangsangan tunggal

    atau tetanik

    Menunjukkan kelumpuhan yang

    bertahap pada perangsangan tunggal atau

    tetanik

    Belum dapat diatasi dengan obat

    spesifik

    Dapat diantagonis oleh antikolin

    esterase

    Kelumpuhan berkurang dengan

    pemberian obat pelumpuh otot

    nondepolarisasi dan asidosis

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    12/30

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    13/30

    vasomotor, depresi miokard.

    Kontraindikasi gangguan hepar.

    Paska pemberian menyebabkan

    menggigil.

    Enfluran Induksi dan pemulihanlebih cepat dari halotan.

    Efek relaksasi terhadap

    otot lebih baik

    Pada EEG, menunjukkan kondisiepileptik. Depresi nafas, iritatif,

    depresi sirkulasi.

    Isofluran Menurunkan laju meta-

    bolisme otak terhadap O2

    Meninggikan aliran darak otak dan

    TIK.

    Desfluran Sangat mudah menguap, potensi

    rendah. Simpatomimetik, depresi

    nafas, me-rangsang jalan nafas atas.

    Sevofluran Bau tidak menyengat,

    tidak merangsang jalan

    nafas, kardiovaskular

    stabil

    G.OBAT ANESTESI INTRAVENA

    1.Natrium Tiopental (tiopental, pentotal)

    2.Ketamin

    3.Droperidol

    4.Diprivan

    H.OBAT ANESTESI REGIONAL/LOKAL

    Obat anestesi regional/lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila

    dikenakan secara lokal. Anestesi lokal ideal adalah yang tidak mengiritasi atau merusak

    jaringan secara permanen, batas keamanan lebar, mula kerja singkat, masa kerja cukup

    lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan,

    dan efeknya reversibel. Obat anestesianya yaitu lidokain dan bupivikain.

    I.POSISI PASIEN DI MEJA OPERASI

    Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan

    dilakukan juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah

    sebagai berikut :

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    14/30

    1.Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tetidur atau sadar.

    2.Area operatif harus terpajan secara adekuat.

    3.Pasokan vascular tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah.

    4. Pernapasan pasien harus bebas dar gangguan tekanan lengan pada dada atau konstriksi pada

    leher dan dada yang disebabkan oleh gaun.

    5.Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu. Pengaturan posisi lengan, tangan, tungkai,

    atau kaki yang tidak tepat dapat mengakibatkan cedera serius atau paralisis. Bidang bahu

    harus tersangga dengan baik untuk mencegah cedera saraf yang tidak dapat diperbaiki,

    terutama jika posisi Trendelenburg diperlukan.

    6.Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi, terutama pada pasien kurus,

    lansia atau obes.

    7. Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-jaga bila pasien

    melawan

    Posisi pasien di meja operasi:

    1.Posisi Dorsal Rekumben

    Posisi lazim untuk pembedahan adalah terlentang dasar; satu lengan di sisi tubuh, dengan

    telapak tangan tertelungkup; tangan satunya diposisikan di atas sebuah papan lengan untuk

    infuse intravena. Posisi ini kebanyakan digunakan pada bedah abdomen, kecuali untuk bedah

    kandung empedu dan pelvis.

    2.Posisi Trendelenberg

    Posisi ini biasanya digunakan untuk pembedahan abdomen bawah dan pelvis untuk mendapat

    pajanan area operasi yang baik dengan mengeser intestine ke dalam abdomen atas. Dalam

    posisi ini kepala dan badan lebih rendah dan lutut dalam keadaan fleksi.

    3.Posisi L itotomi

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    15/30

    Dalam posisi litotomi, pasien terlentang dengan tungkai dan paha fleksi dengan sudut yang

    tepat. Posisi ini dipertahankan dengan menempatkan telapak kaki pada pijakan kaki. Posisi

    ini digunakan pada pembedahan perineal, rectal dan vaginal.

    4.Untuk Bedah Gin jal

    Pasien dibaringkan miring pada sisi tubuh yang tidak dioperasi dalam posisi Sims

    menggunakan bantal udara dengan ketebalan 12,5 cm samapai 15 cm di bawah pinggang,

    atau di atas meja dengan ginjal dan punggung di atas.

    5.Untuk Bedah Dada dan Abdominotorakik

    Posisi yang dibutuhkan beragam sesuai dengan pembedahan yang akan dilakukan. Ahli bedah

    dan ahli anestesi membaringkan pasien dalam posisi yang diinginkan.

    6.Pembedahan pada L eher

    Bedah leher, misalnya bedah tiroid, dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang, leher

    ekstensi menggunakan bantal yang diletakkan dibawah bahu, dan kepala serta dada

    ditinggikan untuyk mengurangi aliran balik vena.

    7.Pembedahanpada Tulang Tengkorak dan Otak

    Prosedur ini membutuhkan posisi dan peralatan khusus, biasanya diataur oleh ahli bedah.

    J.PERALATAN

    Mesin anestesi merupakan peralatan anestesi yang sering digunakan. Secara

    umum mesin anestesi terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan yaitu:

    1. Komponen 1: sumber gas, penunjuk aliran gas (flow meter),dan alat penguap

    (vaporizer).

    2. Komponen 2: sistem napas, yang terdiri dari sistem lingkar dan

    sistem Magill.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    16/30

    3. Komponen 3: alat yang menghubungkan sistem napas dengan

    pasien yaitu sungkup muka (face mask), pipa endotrakhea

    (endotrakheal tube).

    K.TAHAPAN

    1.Persipan Praanestesi

    Keadaan fisis pasien telah dinilai sebelumnya. Dilakukan penilaian praoperasi.

    Keadaan hidrasi pasien dinilai, akses intravena dipasang untuk pemberian cairan infus,

    transfusi dan obat-obatan. Dilakukan pemantauan elektrografi, tekanan darah, saturasi

    Cb, kadar CO2dalam darah (kapnograf), dan tekanan vena sentral (CVP). Premedikasi

    dapat diberikan. oral, rektal, intramuskular, atau intravena.

    2.Induksi Anestesi

    Pasien diusahakan tenang dan diberikan O2 melalui sungkup muka. Obat-obat

    induksi diberikan secara intravena seperti tipental, ketamin, diazepam, midazolam, dan

    profol. Jalan napas dikontrol dengan sungkup muka atau napas orofaring/nasofaring.

    Setelah itu dilakukan intubasi trakhea. Setelah kedalaman anestesi tercapai, posisi

    pasien disesuaikan.

    3.Rumatan Anestesi

    Selama operasi berlangsung dilakukan pemantauan anestesi. Hal-hal yang

    dipantau adalah fungsi vital (pernapasan, tekanan darah, nadi, dan kedalaman

    anestesi, misalnya adanya gerakan, batuk, mengedan, perubahan pola napas,

    takikardi, hipertensi, keringat, air mata, midriasis.Ventilasi pada anestesi umum dapat secara spontan, bantu, atau kendali tergantung

    jenis, lama, dan posisi operasi. Cairan infus diberikan dengan memperhitungkan

    kebutuhan puasa, rumatan, perdarahan, evaporasi, dan lain-lain

    Selama pasien dalam anestesi dilakukan pemantauan frekuensi nadi dan tekanan

    darah. Peningkatan tekanan darah dan dan frekuensi nadi terjadi bila anestesi kurang

    dalam. Hal ini disebabkan karena terjadi sekresi adrenalin. Diatasi dengan membuat

    anestesi lebih dalam, yaitu dengan meningkatkan konsentrasi halotan atau suntikan

    barbiturat. Penurunan tekanan darah dan nadi halus sebagai tanda syok dapat

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    17/30

    disebabkan karena kehilangan banyak darah. Hal ini diatasi dengan pemberian cairan

    pengganti plasma atau darah. Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat

    disebabkan karena anestesi terlalu dalam atau terlalu ringan serta kehilangan banyak

    darah atau cairan. Peningkatan tekanan darah dan tekanan nadi serta penurunan frekuensi

    nadi disebabkan transfusi yang berlebihan. Diatasi dengan penghentian transfusi.

    4.Pemulihan Pasca-Anestesi

    Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan (recovery room) atau

    keruang perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara umum, ekstubasi terbaik

    dilakukan pada saat pasien dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan

    dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pemapasan,suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dan lain-lain

    Kriteria yang digunakan dan umumnya yang dinilai adalah warna kulit,

    kesadaran, sirkulasi, pemapasan dan aktivitas motorik, seperti Skor Aldrette. Idealnya

    pasien baru boleh dikeluarkan bila jumlah skor total adalah 10. namun bila skor total

    telah diatas 8 pasien boleh dipindahkan dari ruang pemulihan.

    Skor Pemulihan Pasca-Anestesi

    Penilaian Nilai

    Warna

    Merah muda

    Pucat

    Sianotik

    2

    1

    0

    Pernapasan

    Dapat bernafas dalam dan batuk

    Dangkal namun pertukaran udara adekuat

    Apnea atau obstruksi

    2

    1

    0

    Sirkulasi

    Tekanan darah menyimpang

    Tekanan darah menyimpang 20-50% dari normal

    Tekanan darah menyimpang >50% dari normal

    2

    1

    0

    Kesadaran

    Sadar, siaga, dan orientasi

    Bangun namun cepat kembali tertidur

    2

    1

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    18/30

    L.

    INTUBASI

    TRAKEA

    Intubasi

    trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea sehingga jalan

    napas bebas hambatan dan napas mudah dibantu atau dikendalikan. Ekstubasi trakea

    adalah tindakan pengeluaran pipa endotrakeal.

    1.Tujuan

    Pembersihan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan napas agar tetap

    paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan

    oksigenisasi.

    2.Indikasi

    Tindakan resusitasi, tindakan anestesi, pemeliharaan jalan napas, dan

    pemberian ventilasi mekanis jangka panjang.

    3.Peralatan

    Sebelum mengerjakan intubasi trakea, dapat diingat kata STATICS

    S :scope, laringioskop dan stetoskop

    T : tubes,pipa endotrakeal

    A: airway tubes,pipa orofaring/nasofaring

    T: tape,plester

    I:introducer, stilet, mandrin

    C:connector, sambungan-sambungan

    S :suction,penghisap lendir

    4.Komplikasi

    a.Komplikasi tindakan laringioskopi dan intubasi:

    Tidak berespon 0

    Aktivitas

    Seluruh ekstremitas dapat digerakkan

    Dua ekstremitas dapat digerakkan

    Tidak bergerak

    2

    1

    0

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    19/30

    1) Malposisi: intubasi esofagus, intubasi endobronkial,

    malposisi laryngeal cuff.

    2) Trauma jalan napas: kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah,

    atau mukosa mulut, cedera tenggorokan, dislokasi

    mandibula, dan diseksi retrofangeal.

    3) Gangguan refleks: hipertensi, takikardi, tekarian

    intrakranial meningkat, tekanan intraokular meningkat,

    dan spasme laring.

    4)Malfungsi tuba: perforasi cuff.

    b.Komplikasi pemasukan pipa endotrakeal:

    1) Malposisi: ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke

    endobronkial, malposisi laringeal cuff.

    2) Trauma jalan napas: inflamasi dan ulserasi mukosa, serta

    ekskoriasi kulit hidung.

    3)Malfungsi tuba: obstruksi.

    c.Komplikasi setelah ekstubasi:

    1) Trauma jalan napas: edema dan stenosis (glotis, subglotis,

    atau trakea), suara serak/ parau (granuloma atau paralisis

    pita suara), malfungsi dan aspirasi laring.

    2)Gangguan refleks: spasme laring.

    5.Penentuan ukuran ETT

    Usia Diameter Skala French Jarak sampai bibir

    Prematur 2,0-2,5 10 10 cm

    Neonatus 2,5-3,5 12 11 cm

    1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    20/30

    0,5-1 tahun 3,5-3,5 16 12 cm

    1-4 tahun 4,0-5,0 18 13 cm

    4-6 tahun 4,5-5,5 20 14 cm

    6-8 tahun 5,0-5,5 22 15-16 cm8-10 tahun 5,5-6,0 24 16-17 cm

    10-12 tahun 6,0-6,5 26 17-18 cm

    12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm

    Dewasa wanita 6,5-8,5 28-30 20-24 cm

    Dewasa pria 7,5-10,0 32-34 20-24 cm

    Cara memilih pipa trakhea untuk bayi dan anak kecil

    a. dalam pipa trakheal (mm) = 4,0 + umur (thn)

    b.Panjang pipa oro trakheal (cm) = 12 + umur (thn)

    c.Panjang pipa nasotrakheal (cm) = 12 + umur (thn)

    M.INTUBASI PADA OPERASI DARURAT

    Pada operasi darurat dilakukan induksi cepat (crush induction) untuk mencegah

    aspirasi selama tindakan intubasi. Diindikasikan terutama pada pasien dengan lambung

    penuh. Selain peralatan intubasi dipersiapkan pula alat penghisap dan pipa lambung.

    Pasien dipersiapkan dalam posisi setengah duduk atau telentang dengan posisi kepala lebih

    rendah.

    Awali dengan pemberian O2100% (praoksigenisasi) selama 3-5 menit kemudian obat

    pelumpuh otot nondepolarisasi dosis (prekurarisasi). Suntikan obat induksi cepat

    diberikan sampai refleks bulu mata hilang. Tulang krikoid ditekan ke arah posterior (Sellick

    manouver) dan kemudian obat pelumpuh otot depolarisasi diberikan dengan dosis 1,5-2

    kali dosis normal. Setelah itu baru dilakukan tindakan laringioskopi dan intubasi. Bila

    pipa endotrakeal telah masuk, balon pipa (cuff) segera dikembangkan.

    N.HIPOTERMIA

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    21/30

    Hipotermia adalah keadaan dimana suhu tubuh di bawah batas normal fisiologis

    (36,6 - 37,5C). Hipotermia yang tidka diinginkan mungkin dialami oleh pasien sebagai

    akibat suhu yang rendah diruang operasi, infuse denga cairan yang dingin, inhalasi gas-

    gas yang dingin, kavitas atau kula terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia

    lanjut atau agens obat-obatan yang digunakan.

    Penanganan hipotermi antara lain dengan membuat suhu lingkungan dalam ruang

    operasi diataur pada suhu 25 - 26,6C. Cairan intravena dan irigasi dihangatkan samapai

    37C. gaun dan selimut basah diganti dengan yang kering, karena gaun dan selimut yang

    basah memperbesar kehilangan panas.

    Diperlukan pemantauan suhu inti tubuh, haluan urin, EKG, tekanan darah, gasdarah dalam ateri, dan serum elektrolit yang cermat. Perhatikan terhadap penatalaksanaan

    hiportemi meluas hingga keperiode pascaoperatif untuk mencegah kehilangan nitrogen

    yang signifikan dan katabolisme. Pengobatan mencakup pemberian oksigen, hidrasi yang

    adekuat, dan nutrisi yang sesuai. Kehilangan panas pada pasien lansia di rung operasi

    dapat dicegah dengan menutupi kepala pasien mengguanakn topi penahan panas selama

    anestesi, jaga suhu ruangan operasi harus dipertahankan pada 26,6oC. larutan antiseptic

    yang digunakan dalam persiapkan awal kulit sebelum pemasangan selimut harus cukup

    hangat, dan bukan yang dingin.

    O.HIPERTERMIA MALIGNA SELAMA ANASTESI UMUM

    Hipertermia maligna adalah gangguan otot yang diturunkan yang secara kimiawi

    diinduksikan oleh anestetik. Selama anastesi agen protein seperti anastesi inhalasi dan

    relaksan otot dapat memicu gejala hipertermi maligna. Medikasi seperti simpatomimetik,

    teofilin, aminofilin, dan glikosida jantung dapat juga menginduksi atau mengeluarkanreaksi tersebut, proses ini diawali oleh setres.

    Patofisiologi ini berkaitan dengan aktivitas sel-sel otot. Sel-sel otot terdiri atas

    cairan bagian dalam dan membrane bagian terluar. Kalsium, suatu factor penting dalam

    proses kontraksi otot, normalnya disimpan dalam froses kontraksi otot, kalsiu dilepaskan

    sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi otot, hipertermia, dan kerusakan pada

    system saraf pusat. Dengan angka moralitas yang melebihi 50%, mengidentifasikan

    pasien yang beresiko adalah penting penting.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    22/30

    Manifestasi klinis; gejala awal hipertermia maligna adalah yang berkaitan dengan

    aktivitas kardiovaskuler dan muskuloskletal. Takikardi sering merupakan tanda dini.

    Selain takikardi, silmulasi saraf sinpatis mengarah pada disrima ventikuler, hipotensi, dan

    penurunan curah jantung, oliguria, dan selanjutnya henti jantung. Dengan transport

    kalsium yang abnormal, kekakuan atau gerakan seperti tetani yang sering terjadi pada

    rahang. Kenaikan suhu tubuh sebenarnya adalah tanda lanjut yang terjadi dengan cepat,

    dan dapat meningkat 1oC setiap 5 menit.

    Pemindahan dari ruang operasi ke unit perawatan pascaanestesia (PACU), yang

    juga disebut sebagai ruang pemulihan pascaanestesia (PARR), memerlukan pertimbangan

    khusus pada letak insisi, perubahan vascular dan pemajanan.letak posisi insisi harus

    selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pascaoperatif dipindahkan banyak luka tertutup

    dalam tetgangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah

    renggangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring

    pada dan menyumbat drain atau selang drainase.

    Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi

    ke posisi lainya, seperti dari posisi litotomi keposisi hozontal, dari lateral ke posisi

    terlentang. Bahkan memindahklan pasien yang telah dianestesi ke brankar dapat

    menimbulkan masalah. Jadi pasien harus dipindahkan secara perlahan lahan dan secara

    cermat.

    P.UNIT PERAWATAN PASCA ANESTESIA

    PACU biasanya berdekatan dengan ruang operasi. Pasien yang masih terpengaruh

    anestesi atau yang pulih dari anestesi ditempatkan diunut untuk kemudahan akses ke

    1.Perawat yang disiapkan dalam merawat pasien pascaoperatif segera

    2.Ahli anestesi dan ahli bedah

    3.Alat pemantau dan peralatan khusus medikasi dan penggantian cairan.

    Ruang dijaga agar harus, bersih dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan.

    Ruang juga harus dicat dengan warna yang lembut dan menyenangkan dan mempunyai

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    23/30

    1.Pencahayaan tidak langsung

    2.Plafon kedap suara

    3.Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara mis basin emesis dari plastic

    4.Ruang terisolasi (kotak berkaca) untuk pasien yang terganggu

    Alat pemantau tersedia untuk memberikan penilaian yang akurat dan cepat tentang

    kondisi pasien.

    1.Alat bantu pernapasan

    2.Oksigen

    3.Laringoskop

    4.Set trakeostomi

    5.Peralatan bronchial

    6.Kateter

    7.Ventilator mekanis

    8.Peralatan suction

    Sasaran pelaksanan PACU adalah untuk memberikan perawatan sampai pasien

    pulih dari efek anestesi (sampai kembalinya fungsi motorik dan sensorik), terorientasi,

    mempunyai tanda vital yang stabil, dan tidak memperlihatkan tanda-tanda hemoragik.

    Pengkajian pascaoperatif segera perawat PACU menerima pasien memeriksa hal

    hal berikut dengan ahli-ahli anestesi atau anastesis :

    1.Diagnosa medis dan jenis pembedahan yang dilakukan

    2.Usia dan kondisi umum pasien masih, kepatenen jalan nafas, tanda-tanda vital

    3.Anestetik dan medikasi lain yang digunakan misalnya narkotik, relaksan otot, antibiotic

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    24/30

    4.Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin mempengaruhi pascaoperatif

    midalnya hemoralgi berlebihan, syok dan henti jantung

    5.Patologi yang dihadapi (jika malignansi, apakah pasien atau keluarga sudah diberitahukan)

    6.Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian.

    7.Segala slang, drain kateter, atau alat bantu pendukung lainnya

    8.Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau anestesi yang akan diberitahukan

    Q.INTERVENSI KEPERAWATAN

    Tanda vital dipantau dan status fisik umum pasien dikaji pada setidaknya setiap 5

    menit. Kepatenan jalan nafas dan fungsi pernafasan selalu dievaluasi pertama kali, diikuti

    dengan pengkajian fungsi kardiovaskuler, kondisi letak yang dioperasi dan fungsi system

    saraf pusat.

    Sasaran utama intervensi adalah mempertahankan ventilasi pulmonal dan dengan

    demikian mencegah hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) dan hiperkapnea

    (kelebihan kadar dioksida dalam darah) hal ini terjadi jika jalan nafas tersumbat dan

    ventilasi berkurang.

    Kesulitan pernafasan berkaitan dengan tipe spesifik anestesi

    Tanda-tanda kesul itan in i termasuk :

    1.Tersedak

    2.Pernapasan yang bising dan tidak teratur

    3.Dalam beberapa menit kulit menjadi berwarna biru agak kehitaman

    Satu-satunya cara untuka mengetahui apakah pasien bernafas atau tidak adalah

    dengan menmpatkan telapak tangan di atas hidung dan mulut pasien untuk merasakan

    hembusan napas. Tindakan obstruksi hipofaringeus termasuk mendongakan kepala

    kebelakang dan mendorong kedepan pada sudut rahang bawah.

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    25/30

    1. Obstruksi hipofaringeus terjadi leher yang fleksi memungkinkan dagu untuk turun kearah

    dada; obstruksi hamper selalu terjadi ketika kepala dalam midposisi.

    2. Mendongakan kepala kebelakang untuk meregangkan struktur leher anterior menyebabkan

    dasar lidah terangkat menjauhi dinding faringeal posterior. Arah anak panah menunjukkan

    tekanan dari tangan.

    3. Membuka mulut diperlukan untuk memperbaiki obstruksi seperti katup dari saluran hidung

    selama ekspirasi yang terjadi pada sekitar 30 % pasien tidak sadar.

    R.PROSES KEPERAWATAN MERAWAT PASIEN PASCA ANESTESIA

    Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik terdiri atas yang

    berikut :

    1. Repirasi kepatenan jalan napas ; kedalaman, frekuensi, dan karakter pernapasan ; sulit dan

    bunyi napas

    2.Sirkulasi ; tanda-tanda vital termasuk tekanan darah kondisi kulit.

    3.Neurologi ; tingkat respon

    4. Drainase ; adanya drainase keharusan untuk menghubungkan selang kesistem drainase yang

    spesifik adanya dan kodisi balutan

    5.Kenyamanan ; tipe nyeri dan likasi mual atau muntah perubahan posisi yang dibutuhkan.

    6. Psikologi ; sifat dari pertanyaan pasien kebutuhan akan istirahat dan tidur ; gangguan oleh

    kebisingan pengunjung, ketersedian bel pemanggil.

    7.Keselamatan ; kebutuhan akan pagar tempat tidur ; drainase selang tidak tersumbat; cairan IV

    terinfus dengan tepat dan letak IV terbebat dengan baik

    8.Peralatan ; diperiksa untiuk fungsi yang baik

    S.PENGKAJIAN RESPIRASI

    Yang harus diamati kualitas pernapasan dicatat seperti :

    1.Kedalaman

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    26/30

    2.Frekuensi

    3.Bunyi napas

    Pernapasan pendek dan cepat mungkin karena nyeri, balutan yang terlalu ketat, dilatasi

    lambung atau obstruksi oleh sekresi.

    T.PENGKAJIAN SIRKULASI

    Pertimbangan dasar dalam mengkaji fungsi kardiovaskuler adalah Pemantaun

    tanda-tanda syok dan hemoragi. penampilan pasien, TTV untuk menentukan fungsi

    kardiovaskuler. Tekanan vena sentral (TVS) dan nilai gas darah arteri dipantau jika

    kondisi pasien membutuhkan pengkajian yang demikian.

    Institusi mempunyai protocol spesifik untuk pemantauan pascaoperatif. Nadi

    darah dan pernapasan dicatat setiap 15 menit selama 2 jam pertama, dan setiap 30 menit

    selama 2 jam, dan setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya, kecuali diindikasikan untuk

    dilakukan lebih sering setelanhnya mereka diukur lebih jarang jika semuanya tetap stabil.

    Suhu tubuh dipantau setiap 4 jam selama 24 jam pertama.

    1. Suhu tubuh diatas 37,70C (100oF) atau dibawah 36,1oC (97oF) pernapasan lebih dari 30 kali

    atau kurang dari 16 kali permenit dan tekanan darah sistolik turun dibawah 90 mmhg

    biasanya dianggap segera dilaporkan. Namun tekanan darah dasar atau praoperatif pasien

    digunakan sebagai perbandingan pascaoperatif yang jelas.

    2. Tekanan darah yang sebelumnya stabil yang menunjukkan kecendrungan menurun 5 mmHg

    pada pengukuran setiap 15 menit juga harus mewaspadakan perawat terhadap adanya

    masalah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Latief, A. Said, dkk. Anestesiology. Jakarta: FKUI. 2009

    Ganiswarna, Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI. 1995

    Tjay, Tan Hoan. Obat-Obat Penti ng. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2002

    Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran Ji li d I I

    .Jakarta: Media Aesculapius. 2000

  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    27/30

    Gainswarna, G Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI

    Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol I.Jakarta : EGC. 2001

    Staff Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2004. Anestesiologi.

    Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas

    IndonesiaAnestesi Spinal. http: //anestesi-fkunram.blogspot.com/2009/02/anestesi-spinal.html.

    Diakses tanggal 22 Agustus 2009 pukul 09:00 WIB. Visitor: Komang

    Anestesiology.http://www.wikipedia.com.Diakses tanggal 22 Agustus 2009 pukul 09:00

    WIB. Visitor: Komang

    Diposkan olehMank Agus di19.06

    1 komentar:

    1.

    Ismael, S.Kep21 Februari 2012 07.30

    thanks gan ...

    kebetulan lagi bikin tugas di ruang anestesi nich...

    Balas

    Muat yang lain...

    Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

    Langganan:Poskan Komentar (Atom)

    Mengenai Saya

    Mank Agus

    Gianyar, Bali, Indonesia

    orangnya simpel, sederhana, gaptek, santai tapi serius juga.

    Lihat profil lengkapku

    Cari Blog Iniwellcome to

    my blog

    see, reading,

    understanding

    thank's for

    http://anestesi-fkunram.blogspot.com/2009/02/anestesi-spinal.htmlhttp://anestesi-fkunram.blogspot.com/2009/02/anestesi-spinal.htmlhttp://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://www.blogger.com/email-post.g?blogID=4315295883123925229&postID=6622702569540797312http://www.blogger.com/profile/04163712603111567676http://www.blogger.com/profile/04163712603111567676http://www.blogger.com/profile/04163712603111567676http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2011/07/gagal-jantung-heart-failure.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/feeds/6622702569540797312/comments/defaulthttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/feeds/6622702569540797312/comments/defaulthttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/feeds/6622702569540797312/comments/defaulthttp://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/feeds/6622702569540797312/comments/defaulthttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2011/07/gagal-jantung-heart-failure.htmlhttp://www.blogger.com/profile/04163712603111567676http://www.blogger.com/profile/04163712603111567676http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=4315295883123925229&postID=6622702569540797312http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://www.blogger.com/profile/02917080686277728567http://www.wikipedia.com/http://anestesi-fkunram.blogspot.com/2009/02/anestesi-spinal.html
  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    28/30

    hidup itu anugrahvisiting

    https://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogos
  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    29/30

    https://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogos
  • 8/11/2019 Dasar Anastesi

    30/30

    Pengikut

    Arsip agus sumarayasa Blog

    2012(1)

    2011(1)

    2009(2)

    o Agustus(1)

    KONSEP DASAR ANESTESIOLOGI DAN TINJAUAN KASUS

    ANES...o April(1)

    LoVe U'r heart

    Ada kesalahan di dalam gadget ini Ada kesalahan di dalam gadget ini

    Template Dynamic Views. Gambar template olehmerrymoonmary.Diberdayakan oleh

    Blogger.

    http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://www.istockphoto.com/googleimages.php?id=10989085&platform=blogger&langregion=inhttp://www.istockphoto.com/googleimages.php?id=10989085&platform=blogger&langregion=inhttp://www.istockphoto.com/googleimages.php?id=10989085&platform=blogger&langregion=inhttp://www.blogger.com/http://www.blogger.com/https://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttps://picasaweb.google.com/dlc0421/GoogleLogoshttp://www.blogger.com/http://www.istockphoto.com/googleimages.php?id=10989085&platform=blogger&langregion=inhttp://void%280%29/http://void%280%29/http://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://mank-agussumarayasa.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-anestesiologi-dan-tinjauan.htmlhttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/