97
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN SKRIPSI FARIS MOHAMMAD HADININGRAT NIM. 1113102000071 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA 2017

DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

  • Upload
    lamkhue

  • View
    228

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei)

PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY

DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

FARIS MOHAMMAD HADININGRAT

NIM. 1113102000071

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

2017

Page 2: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

ii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL 70%

DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA TIKUS

PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY DENGAN

METODE INDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

FARIS MOHAMMAD HADININGRAT

NIM. 1113102000071

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM

STUDI FARMASI

JAKARTA

2017

Page 3: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

iv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

v

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Faris Mohammad Hadiningrat

Program Studi Farmasi

Judul Uji Efek Antihiperglikemia Ekstrak Etanol 70% Daun Seledri

Jepang (Angelica keiskei) pada Tikus putih jantan galur Sprague

Dawley dengan Metode Induksi Aloksan

Daun Seledri Jepang (Angelica keiskei) merupakan salah satu tanaman yang memiliki khasiat

sebagai tanaman antioksidan yang kuat. Berbagai senyawa metabolit sekunder seperti fenol

dan flavonoid berperan besar dalam timbulnya efek antioksidan yang juga diduga dapat

mengendalikan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek

antihiperglikemia ekstrak etanol 70% daun seledri jepang terhadap tikus Sprague-Dawley

jantan yang diinduksi aloksan. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan.

Kelompok normal diberi akuades, kelompok kontrol positif diinduksi dan diberikan

Glibenklamid, kelompok kontrol negatif diinduksi dan diberi aquadest, dan kelompok dosis

ekstrak yang diinduksi dan diberi dosis ekstrak 1; 10; dan 100 mg/kgBB. Sebelum diberi

perlakuan, sebanyak 25 tikus uji diinduksi Aloksan pada dosis 150 mg/kgBB secara

intraperitoneal. Setelah 7 hari diinduksi, tikus uji diberikan perlakuan selama 21 hari.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada hari sebelum

induksi,hari ke-0, 7, 14, dan 21. Kadar glukosa darah secara statistik diuji Kruskal-Wallis yang

kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol

70% daun seledri jepang dapat mengendalikan kadar gula darah yaitu ada perbedaan yang

bermakna dengan kontrol negatif (p < 0,05), tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05)

dengan obat antihiperglikemik (glibenklamid) yang beredar di masyarakat, dan tidak ada

perbedaan yang bermakna (p > 0,05) antar ekstrak etanol 70% daun seledri jepang pada

berbagai dosis (1, 10, 100mg/kgBB). Hal ini menunjukkan ekstrak etanol 70% daun Seledri

jepang memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi

aloksan

Kata Kunci : Antihiperglikemia, aloksan, daun Seledri jepang, kadar glukosa darah, Angelica

keiskei.

Page 7: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name Faris Mohammad Hadiningrat

Mayor Pharmacy

Title Test Effect of Antihiperglikemia Ethanol Extract 70% Japanese

Celery Leaf (Angelica keiskei) on Sprague-Dawley male white rats

with Aloksan Induction Method

Japanese Celery Leaf (Angelica keiskei) is one of the plants that has the property as a powerful

antioxidant plant. Various secondary metabolite compounds such as phenols and flavonoids

play a major role in the emergence of antioxidant effects that are also thought to control blood

glucose levels. The purpose of this study was to investigate the antihyperglycemia effect of

ethanol extract 70% of Japanese celery leaves against male-induced all-male Sprague-Dawley

rats. A total of 30 rats were divided into 6 treatment groups. The normal group was given

aquadest, a positive control group induced and given Glibenclamide, a negative control group

induced and given aquadest, and a group of extract dose induced and given a dose of extract 1;

10; And 100 mg / kgBW. Prior to treatment, a total of 25 Aloksan-induced mice were tested at

a dose of 150 mg / kgBW intraperitoneally. After 7 days induced, the test rats were treated for

21 days. Measurement of blood glucose level was done 5 times ie on the day before induction,

day 0, 7, 14, and 21. Blood glucose level was statistically tested Kruskal-Wallis which then

continued with Mann-Whitney test. The results showed that ethanol extract 70% of Japanese

celery leaves can control blood glucose level which has significant difference with negative

control (p <0,05), has no significant difference (p > 0,05) with antihipergicemic drug

(glibenklamid) Circulating in the community, and had no significant difference (p > 0.05)

between ethanol extract 70% of Japanese celery leaves at various doses (1, 10, 100mg / kgBW).

This shows 70% ethanol extract of Japanese Celery leaves have the ability to lower blood

glucose levels in alloxan-induced rats

Keywords: Antihiperglikemia, alloxan, Japanese Celery leaves, blood glucose level, Angelica

keiskei.

Page 8: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Serta

shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi

seluruh umat manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau. Skripsi ini berjudul “Uji

Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol 70% daun seledri jepang (Angelica keiskei) pada Tikus

Putih Jantan galur Spargue dawley dengan Metode Induksi Aloksan” yang telah diajukan

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Kementerian Agama Republik Indonesia, selaku pemberi beasiswa saya selama

pendidikan strata-1.

2. Bapak Prof. Dr. Arief Sumantri, M. Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M. Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Yardi, Ph.D., Apt dan Bapak Drs. Ahmad Musir, M. Sc., Apt. selaku

pembimbing yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian

skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak membantu

selama berlangsungnya penelitian ini.

7. Abi M. Imbran, Umi Endang lukmiati, Fakhry Muhammad Lutfirahman, dan Farhan

Mohammad Al-Aziz yang selalu menjadi keluarga terhebat yang telah berjuang keras

membantu, mendo’akan dan mendukung penulis dengan sepenuh hati.

8. Amalia Rahmatika, dan Sagita praja atas pencerahan dalam terwujudnya penelitian ini

9. Teman seperjuangan penelitian Eksperimen 2013 terima kasih atas segala bantuan dan

semangat selama penelitian berlangsung.

10. Teman-teman Farmasi 2013, yang banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

Page 9: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11. Teman-teman CSSMoRA 2013 yang banyak membantu penulis selama masa

perkuliahan.

12. Lisa Ibrahim, Haka Asada, Dwipuspita terima kasih atas segala bantuan selama

penelitian berlangsung.

13. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi

ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, Agustus 2017

Penulis

Page 10: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

x

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya

yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Faris Mohammad Hadiningrat

NIM : 1113102000071

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skirpsi karya ilmiah saya dengan

judul :

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SELEDRI

JEPANG (Angelica keiskei) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE-

DAWLEY DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN SECARA IN VIVO

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan diinternet atau media lain yaitu : Digital Library

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan

akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 30 Agustus 2017

Yang menyatakan,

(Faris Mohammad H)

Page 11: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v

ABSTRAK ......................................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... x

DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

1.3 Hipotesis .............................................................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6

2.1. Tanaman seledri jepang (Angelica kieskei) ........................................................ 6

2.1.1 Sistematika Tumbuhan .............................................................................. 6

2.1.2 Morfologi Tumbuhan ................................................................................ 6

2.1.3 Habitat ....................................................................................................... 8

2.1.4 Kandungan Kimia...................................................................................... 8

2.1.5 Literatur Review ........................................................................................ 10

2.1.6 Kalkon ....................................................................................................... 12

2.2. Simplisia ............................................................................................................. 14

Page 12: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.1 Definisi Simplisia ...................................................................................... 14

2.2.2 Pengelolaan Simplisia ............................................................................... 14

2.3. Ekstraksi ............................................................................................................. 15

2.3.1 Ekstrak ....................................................................................................... 15

2.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak......................................................................... 15

2.3.3 Metode Ekstraksi ....................................................................................... 17

2.3.3.1 Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut ....................................... 17

2.3.3.2 Destilasi Uap ................................................................................. 18

2.4. Diabetes Melitus ................................................................................................. 18

2.4.1 Definisi ...................................................................................................... 18

2.4.2 Klasifikasi .................................................................................................. 18

2.4.3 Gejala Klinik ............................................................................................. 19

2.4.4 Patofisiologi Diabetes Melitus .................................................................. 20

2.4.5 Terapi Diabetes Melitus ............................................................................ 21

2.4.5.1 Terapi non Farmakologis .............................................................. 21

2.4.5.1 Terapi Farmakologis ..................................................................... 22

2.5. Tinjauan Hewan Coba ........................................................................................ 24

2.5.1 Model Hewan Uji pada Pengujian efek Antihiperglikemia ...................... 25

2.6. Model Penginduksian Diabetes Melitus secara Kimiawi ................................... 26

2.6.1 Model Streptozosin.................................................................................... 26

2.6.2 Model Aloksan .......................................................................................... 27

2.7. Senyawa yang digunakan untuk kontrol positif Glibenklamid .......................... 28

2.8. Metode Pengukuran Glukosa Darah ................................................................... 28

2.8.1 Glukometer ( Glukosa meter) .................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 32

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 32

3.2. Desain penelitian ................................................................................................ 32

3.3. Alat dan Bahan ................................................................................................... 32

3.3.1 Alat ............................................................................................................ 32

Page 13: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2 Bahan ......................................................................................................... 33

3.4. Prosedur Kerja .................................................................................................... 33

3.4.1 Penyiapan Ekstrak Etanol 70% Daun Seledri jepang ................................ 33

3.4.1.1 Determinasi tanaman .................................................................... 33

3.4.1.2 Pembuatan Simplisia ..................................................................... 34

3.4.1.3 Ekstraksi ........................................................................................ 34

3.5. Penapisan Fitokimia ........................................................................................... 35

3.6. Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak ................................... 36

3.6.1 Parameter Spesifik ..................................................................................... 36

3.6.2 Parameter non Spesifik .............................................................................. 36

3.7. Penyiapan bahan ................................................................................................. 37

3.8. Uji Pendahuluan Induksi Aloksan ...................................................................... 38

3.9. Uji Antihiperglikemik ........................................................................................ 39

3.9.1 Pengelompokan Hewan Uji ....................................................................... 39

3.9.2 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan .......................... 39

3.10. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah .................................................................. 40

3.11. Alur penelitian .................................................................................................. 41

3.11.1 Alur pembuatan ekstrak ........................................................................... 41

3.11.2 Alur aklimatisasi hewan uji metode induksi aloksan .............................. 42

3.11.3 Alur kerja uji induksi aloksan ................................................................. 43

3.12. Metode Pengolahan dan Statistik Data ............................................................. 44

3.12.1 Presentase pengendalian hiperglikemia glukosa darah ........................... 44

3.12.2 Pengolahan data ....................................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 45

4.1. Determinasi Tanaman ......................................................................................... 45

4.1.1 Determinasi Tanaman ................................................................................ 45

4.1.2 Pembuatan Simplisia ................................................................................... 45

4.1.3 Ekstraksi ..................................................................................................... 45

4.1.4 Penapisan Fitokimia .................................................................................. 46

Page 14: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.5 Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak ............................................ 47

4.2 Uji Pendahuluan Dosis Aloksan .......................................................................... 48

4.2.1 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan........................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 55

5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 55

5.2 Saran .................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 56

LAMPIRAN....................................................................................................................... 62

Page 15: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Daun Seledri jepang berbentuk menjari ................................................................ 6

Gambar 2. 2 Stuktur kalkon, FABAD J. Pharm. Sci., 36, 223-242, 2011 ............................... 13

Gambar 2. 3 Struktur kimia aloksan ........................................................................................ 27

Gambar 2. 4 Struktur Glibenklamid......................................................................................... 28

Gambar 2. 5 Test strip glukometer .......................................................................................... 30

Gambar 2. 6 Reaksi kimia glukosa pada strip Glukometer ..................................................... 30

Gambar 4. 1 Skema toksisitas sel β pankreas ......................................................................... 53

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun seledri jepang secara kualitatif

.................................................................................................................................................. 10

Tabel 2. 2 Tabel parameter penegakkan diagnosis Diabetes Melitus ...................................... 19

Tabel 3. 1 Kelompok Perlakuan Hewan Uji ............................................................................ 39

Tabel 4.1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun seledri jepang..........................45

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak...............................46

Tabel 4.3 Kadar glukosa darah hewan uji pendahuluan dosis aloksan.....................................47

Tabel 4.4 Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Uji Metode Induksi Aloksan...................50

Tabel 4.5 Persentase pengendalian hiperglikemia glukosa darah tikus.....................................51

Page 16: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik

menahun akibat penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon

insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin yang diproduksi

secara efektif sehingga menyebabkan kondisi hiperglikemia, yaitu kadar

glukosa darah yang melebihi batas normal (GDP : >126mg/dL dan GDS : >

200mg/dL) . Diabetes melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak

disadari oleh penderita dan saat telah diketahui sudah terjadi komplikasi.

(Depkes, 2014).

Berdasarkan estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF),

terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013.

Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta

orang. Indonesia merupakan negara terbesar ke-4 untuk pravelensi penyakit

diabetes. (Depkes, 2014).

Di abad ke-21 ini, telah terjadi perubahan paradigma masyarakat dalam

mengonsumsi obat. Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebutkan bahwa 59,12%

(lima puluh sembilan koma dua belas persen) penduduk semua kelompok umur,

laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun diperkotaan menggunakan

jamu, yang merupakan produk obat tradisional asli Indonesia. Berdasarkan riset

tersebut 95,60% (sembilan puluh lima koma enam puluh persen) merasakan

manfaat jamu. Dari berbagai kekayaan aneka ragam hayati yang berjumlah

sekitar 30.000 (tiga puluh ribu) spesies, terdapat 1.600 (seribu enam ratus) jenis

tanaman obat yang berpotensi sebagai produk ramuan kesehatan tradisional atau

pada gilirannya sebagai obat modern. (Kemendag RI, 2014)

Dalam ajaran agama islam baik dalam Al-quran maupun Hadist telah

tertulis bahwa setiap penyakit selalu dibarengi dengan obatnya. Seperti

disebutkan dalam QS Al-isra 17 : 82

Page 17: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang artinya “Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi obat

(penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”. Begitu

pula dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam muslim

: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit,

penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR Muslim).

Dalam ayat lainpun disebutkan bahwa apa-apa yang diciptakan oleh Allah SWT

pasti bermanfaat, yaitu dalam surat Shad 38: 27 yang artinya : “Dan Kami tidak

menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.

Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-

orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”. Maka dari itu peneliti

mencoba menjadikan al-quran dan hadist sebagai dasar dari penelitian ini.

Praktik pelayanan medik herbal telah berkembang dengan pesat,

bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan keamanannya. Dalam kasus DM

ini, banyak literatur menunjukkan beberapa spesies tanaman memiliki

efektivitas yang cukup tinggi dalam menurunkan kadar gula darah, dengan

sedikit efek samping, dan dengan harga yang lebih murah daripada obat

konvensional. Sebagian masyarakat telah menggunakan tanaman tradisional

sebagai terapi diabetes militus, banyak obat antihiperglikemia yang bersumber

dari tumbuhan yang juga berpotensi sebagai antioksidan.

Salah satu penyebab terjadinya diabetes militus adalah stress oksidasi.

Mekanisme Stres oksidasi menimbulkan diabetes melitus dengan meningkatkan

hasil glikosidasi dan liposidasi di dalam plasma dan jaringan protein yang

merusak sel β pankreas sehingga berakibat terjadinya diabetes melitus. Bahan

diabetonik diantaranya adalah aloksan yang dapat menyebabkan stres oksidatif

pada sel β pangkreas, demikian pula pasien menderita diabetes sering

mengalami stres oksidatif karena rusaknya sel β pangkreas yang merupakan

penghasil insulin.

Beberapa tumbuhan antioksidan yang juga berpotensi sebagai

antihiperglikemia diantaranya adalah ekstrak Pycnogenol sebagai antioksidan

ternyata dapat mencegah komplikasi vaskuler diabetes, mencegah diabetes

retinopathy dengan pemberian ekstrak pycnogenol 20-160 mg/hari. Pemberian

ekstrak pycnogenol secara signifikan dapat mengurangi kadar glukosa darah

Page 18: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan meningkatkan sistem antioksidan endogenous pada tikus diabetes (Hughes,

K. An Antioxidant for Diabetes,2003). Tanaman lain adalah yacon, telah

terbukti memiliki bahan aktif seperti fructooligosacakira, karbohidrat, dan

flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan dan bisa menyebabkan

penurunan glukosa dalam darah dengan cara memperbaiki sel beta pankreas

sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin dan meningkatkan sensitivitas

reseptor insulin. (Valentova, 2002). Contoh lain adalah ekstrak Gymnema

sylvestre yang mempunyai aktivitas antioksidan, diinduksi pada mencit ternyata

dapat memperbaiki fungsi insulin dan mengontrol kadar glukosa darah,

pemberian ekstrak Gymnema sylvestre dapat mengurangi kadar glukosa darah

dan meningkatkan kadar insulin plasma (Pragya Tiwari,2014).

Tanaman dengan potensi antioksidan umumnya memiliki kandungan

flavanoid yang tinggi. Dan tanaman yang mengandung flavonoid tinggi mampu

menurunkan kadar glukosa darah karena mampu meregenerasi sel beta pankreas

dan membantu merangsang sekresi insulin (Dheer dan Bhatnagar, 2010).

Sejumlah studi telah dilakukan untuk menunjukkan efek hipoglikemik dari

flavonoid dengan menggunakan model eksperimen yang berbeda, hasilnya

tanaman yang mengandung flavonoid telah terbukti memberi efek

menguntungkan dalam melawan penyakit diabetes melitus, baik melalui

kemampuan mengurangi penyerapan glukosa maupun dengan cara

meningkatkan toleransi glukosa (Brahmachari, 2011).

Mekanisme lain dari flavonoid yang menunjukkan efek hipoglikemik

yaitu mengurangi penyerapan glukosa dan mengatur aktivitas ekspresi enzim

yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Brahmachari, 2011). Ada

beberapa mekanisme kerja obat hipoglikemik oral, yaitu meningkatkan sekresi

insulin (golongan sulfonilurea), meningkatkan kepekaan reseptor insulin

sehingga absorpsi glukosa di jaringan perifer meningkat, meningkatkan

kepekaan insulin jaringan otot, jaringan lemak dan hati, serta menghambat

penguraian polisakarida menjadi monosakarida, (Tjay dan Rahadja, 2003) dan

disini flavonoid mempunyai mekanisme sama dengan obat hipoglikemik oral

golongan sulfonilurea dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus dengan

cara meningkatkan sekresi insulin pada organ pankreas.

Page 19: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tanaman yang memiliki potensi sebagai antidiabetes adalah Seledri

jepang atau biasa disebut tanaman seledri jepang. Tanaman yang banyak

tumbuh di Asia ini mempunyai cairan pekat berwarna kuning pada daun dan

batangnya yang mengandung Chalcone (Okuyama, et al., 1991). Chalcone

adalah getah berwarna kuning cerah dan mengandung senyawa flavonoid yaitu

xantoangeol dan 4-hidrooxyricine. Senyawa inilah yang membedakan Seledri

jepang dengan tanaman sejenisnya dan memiliki potensi antioksidan dan dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan metabolisme untuk

mengontrol berat badan serta menurunkan kadar gula darah.

Menurut Enoki, (2007), secara umum Seledri jepang berkhasiat sebagai

antioksidan, membantu melindungi organ tubuh dari kerusakan oleh radikal

bebas dan memperlambat proses penuaan (antiaging). Seledri jepang juga

berkemampuan detoksifikasi,membuang sisa racun dalam tubuh, memperhalus

gerakan usus, membersihkan darah, membantu melancarkan peredaran darah,

mengatur kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah, mencegah osteoporosis,

memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta menekan sekresi asam lambung.

Hasil skrining fitokimia daun,batang dan umbi seledri jepang dari Balai

Tanaman Obat Manoko, secara kualitatif menunjukkan bahwa tanaman seledri

jepang mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, saponin, flavonoid,

triterfenoid dan glikosida cukup kuat, dan khusus pada daun terdapat senyawa

kimia golongan tanin paling kuat yang disebut juga dengan polifenol. Data hasil

tersebut menunjukkan bahwa tanaman seledri jepang dapat digunakan sebagai

sumber antioksidan terutama bagian daun karena memiliki aktivitas antioksidan

dalam menangkap radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan batang dan

umbi yang ditunjukkan dengan nilai (EC50) (Sembiring, 2011).

Mekanisme kerja yang diharapkan dari ekstrak daun seledri jepang

(ashitaba) adalah pada perbaikan di beta pankreas, kandungan fenol dan

flavanoid yang tinggi berpotensi meningkatkan sekresi insulin di beta pankreas

dengan memperlambat laju autooksidasi (stress oksidatif) dengan mekanisme

transfer elektron dari ikatan glikasi-oksidasi glukosa menjadi ikatan glikasi

dengan atom –H dari gugus hidroksil (flavanoid) sehingga dapat menghambat

pembentukan radikal bebas.

Page 20: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tingginya kandungan senyawa fenol dan flavanoid dari Ashibata

menjadi dasar terhadap dilakukannya penelitian Uji Aktivitas antihiperglikemik

ekstrak etanol 70% daun seledri jepang/ashitaba (Angelica keiskei) pada tikus

putih jantan galur Sprague Dawley dengan metode induksi Aloksan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diketahui bahwa tanaman yang memiliki kandungan

antioksidan yang tinggi memiliki senyawa mayor berupa flavanoid yang juga

memiliki khasiat dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Tanaman seledri jepang (Angelica keiskei) memiliki aktvitas antioksidan tinggi

karena kandungan xantoangeol dan 4-hidrooxyricine yang merupakan senyawa

flavanoid.

Namun, penelitian Uji Aktivitas antihiperglikemik ekstrak etanol 70% daun

seledri jepang/ashitaba (Angelica keiskei) belum pernah dilakukan.

1.3. Hipotesis

Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang (Angelica keiskei) dapat mengendalikan

kadar glukosa darah tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan.

1.4. Tujuan Penelitian

Umum : Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% daun seledri

jepang (Angelica keiskei) terhadap aktivitas pengendalian hiperglikemik

pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan.

Khusus : Untuk mengetahui zat berkhasiat dalam daun seledri jepang

(Angelica keiskei) yang berfungsi sebagai antihiperglikemia.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di

bidang bahan alam yang mempunyai efek antihiperglikemia dan menambah

perbendaharaan tanaman dalam buku Materia Medika.

b. Secara aplikatif

Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan obat

antihiperglikemia dari bahan alam dan dapat menjadi masukan bagi pemerintah

dalam menata tumbuhan obat dari bahan alam.

Page 21: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman seledri jepang (Angelica keiskei)

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Adapun klasifikasi dari seledri jepang tersebut adalah :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Famili : Apiaceae

Ordo : Apiales

Genus : Angelica

Spesies : Angelica keiskei

Nama Indonesia : Seledri jepang

2.1.2. Morfologi tumbuhan

Daun ashitaba (bahasa jepang) atau yang lebih di kenal di indonesia

daun seledri jepang termasuk daun lengkap yang terdiri dari pelepah, tangkai,

dan helaian. Pelepah daun melekat pada batang pokok yang sepintas kita tidak

dapat membedakan antara batang pokok dengan daunnya. Tangkai daun silinder

agak sedikit kecil bila di bandingkan dengan pelepah daun yang mengalami

pelebaran di bagian samping yang kemudian melekat di batang pokok. Daun

tersebar, majemuk atau terbagi menjadi menyirip, menjari, atau trifoliolatus

(beranak daun tiga), dengan pelepah yang lebar, ada atau tidak stipula (daun

penumpu).

Daun seledri jepang termasuk daun majemuk karena dari mulai pelepah

dan ujung tangkai daun-daun mulai tumbuh dengan anak daun yang sebenarnya

berjumlah tiga atau lebih. Anak-anak daun pada daun seledri jepang ini

mempunyai anak tangkai yang seolah-olah seperti tangkai daun untuk daun-

daun yang melekat padanya.

Ujung daun seledri jepang meruncing dengan pangkal daun yang

tumpul. Susunan tulang daun pada tanaman ashitaba ada dua macam yaitu ada

Gambar 2. 1 Daun seledri jepang

berbentuk menjari (Mitalom.com)

Page 22: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang menjari dan menyirip. Hal ini di lihat dengan dua sudut pandang yang

berbeda yaitu , pertama jika kita melihat mulai dari bagian tempat melekatnya

daun tanaman tersebut, tulang daunnya menjari. Tulang daun menjari yaitu jika

dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperihatkan

susunan seperti jari-jari pada tangan (Gembong Citro Soepomo,1997).

Berdasarkan argumentasi buku tersebut,daun seledri jepang di katakan

memiliki susunan tulang daun menjari karena tulang daun muncul dari ujung

anak tangkai dengan tulang daun mengikuti susunan tulang daun yang berasal

dari tangkai tersebut. Sedangkan seledri jepang dikatakan sebagai susunan

tulang daun menyirip karena pada helaian daun yang merupakan hasil torehan

daun tersebut, tulang daunnya tersusun menyirip. Daun menyirip yaitu daun -

daun yang mempunyai ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal keujung dan

merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini akan muncul tulang-tulang

cabang, sehingga susunannya seperti susunan sirip-sirip pada ikan (Gembong

Citro Soepomo,1997).

Ada daun seledri jepang yang menjadi ibu tulang daun ada sistem

pertulangan yang menyirip ini yaitu tulang daun yang mengalami sistem

pertulangan daun menjari. Dari sanalah kemudian akan muncul tulang-tulang

cabang yang membentuk seperti sirip ikan tadi. Tepi daun seledri jepang yaitu

bergerigi dengan duri yang berwarna putih yang tidak terlalu keras atau kaku.

Daging daunnya tipis seperti kertas jika pada usia muda tapi pada daun-

daun yang sudah dewasa, daun tanaman ini tipis agak keras dengan permukaan

yang agak kasar. Warna daun yang masih muda berwarna hijau agak kekuning-

kuningan sedangkan daun yang sudah dewasa berwarna hijau tua. Daun

tanaman yang oleh orang Barat di panggil dengan sebutan Tomorrow’s

leaf yang berasal dari Jepang ini berdasarkan sisitem pertulangan daunnya

merupakan daun tipe majemuk campuran.daun majemuk campuran yaitu

daunsuatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang – cabang ibu tangkai

memencar seperti jari dan terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip

(Gembong Citro Soepomo,1997).

Page 23: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3. Habitat

Tumbuhan Ashitaba (Angelica keiskei) atau seledri jepang sangat cocok

dilakukan di dataran tinggi dengan ketinggian 1000-1200 meter dari permukaan

laut. Namun tanaman ini masih toleran ditumbuhkan di dataran rendah.

Tanaman ini kurang tahan terhadap curah hujan tinggi.

Jenis tanah yang dikehendaki dalam budidaya seledri jepang adalah

tanah yang gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanaman ini

tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-6,5. Apabila tanah terlalu

asam sebaiknya tambahkan kapur atau dolomit.

2.1.4. Kandungan Kimia

Seledri jepang mengandung klorofil yang cukup tinggi sehingga dapat

meningkatkan produksi darah serta keseimbangan fungsi tubuh. Zat aktif yang

terdapat dalam chalcone bermanfaat untuk meningkatkan produksi sel darah

merah, meningkatkan perhatian dan konsentrasi, produksi hormon pertumbuhan

serta meningkatkan pertahanan tubuh untuk melawan penyakit infeksi (Hida et

al.,2007).

Tanaman Seledri jepang mengandung vitamin A, B, B2, C, B12, zat besi

dan potassium. Tanaman Seledri jepang adalah lactogate dan sebagai

detoksifier yang dapat mengeluarkan logam berat seperti merkuri, timbal dan

sebagainya. Tanaman Seledri jepang dapat meningkatkan sistem kekebalan

tubuh dan meningkatkan metabolisme untuk mengontrol berat badan serta

menurunkan kadar gula darah.Tanaman Seledri jepang mempunyai cairan pekat

berwarna kuning pada batangnya yang mengandung Chalcone (Okuyama, et al.

1991).

Sedang menurut Hasil penelitian Universitas Farmasi Osaka tahun 1990,

jumlah kandungan bahan aktif dalam 100 g seledri jepang adalah terdapat

xanthoangelol 0,25%, 4-Hydroksiderricin 0,07% dan total kalkone 0,32%

(Baba 1995). Total flavonoid di dalam pucuk seledri jepang berkisar 219

mg/100 g per berat basahnya (Yang et al., 2008).

Selanjutnya menurut Ma’mun et al., (2009), di dalam seledri jepang

terdapat zat asam heksadekanoat 2,42%, asam palmitat 5,08%, xanthotoksin

3,12%, asam linoleat 9,17%, pirimidin 2,70%, strisinidin 3,18% dan

Page 24: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

smenokromena 7,55%. Selain zat tersebut di dalam seledri jepang juga terdapat

vitamin, asam amino dan unsur mineral. Seledri jepang merupakan tanaman

yang kaya akan vitamin, mineral, asam amino maupun zat aktif penciri sehingga

dapat disebut sebagai tanaman multi fungsi.

Sigurdsson et al., (2005) ekstrak daun Angelica kaeshei mempunyai

aktivitas sebagai antitumor, kanker (paruparu dan kulit). Selain itu seledri

jepang juga berpotensi sebagai sumber antioksidan (Li et al., 2009). Menurut

Wicaksono dan Syafirudin (2003) efek antioksidan seledri jepang melebihi

anggur, teh hijau maupun kedelai, yang berfungsi menjaga organ tubuh dan

kerusakan sel akibat radikal bebas serta memperlambat proses penuaan. Nilai

total aktivitas antioksidan dari seledri jepang berkisar 1890±30 mg/g berat

kering (Chen et al., 2004). Seledri jepang juga berguna sebagai lactogen, karena

mampu menginduksi sekresi susu ibu. Seledri jepang yang diberikan untuk sapi

sebagai makanannya dapat meningkatkan produksi susu. Disamping itu juga

dapat menyembuhkan diabetes, asam lambung, hipertensi, jantung koroner,

asma, liver, menurunkan kolesterol, osteoporosis, ginjal, maag dan menambah

vitalitas, penghambat proliferasi HIV dan sebagai antibakteri terutama

Staphyloccocus aureus. Seledri jepang dapat disebut sebagai tanaman insulin

karena dapat menyembuhkan penyakit diabetes. Menurut Enoki et al., (2007).

Hasil skrining fitokimia daun,batang dan umbi seledri jepang dari Balai

Tanaman Obat Manoko, secara kualitatif menunjukkan bahwa tanaman seledri

jepang mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, saponin, flavonoid,

triterfenoid dan glikosida cukup kuat; dan khusus pada daun terdapat senyawa

kimia golongan tanin paling kuat yang disebut juga dengan polifenol

(Sembiring, 2011)

Karakteristik mutu bagian daun memiliki kadar air 8,7%, kadar abu

11,20%, kadar sari air 31,5%, kadar sari alokhol 9,75%, natrium 0,81%, kalsium

4,17%, besi 435 ppm, aktivitas radikal bebas (EC50) daun 38,00 ppm, batang

390,98 ppm dan umbi 780,65 ppm sehingga daun seledri jepang memiliki

aktivitas antioksidan lebih tinggi dalam menangkap radikal bebas dibanding

batang dan umbi (Sembiring, 2011). Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%

karena dapat menarik secara optimal senyawa mayor dari daun seledri jepang

yaitu flavanoid yang bersifat polar, dan kemampuan dalam menarik senyawa

Page 25: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

polar yang sama dengan metanol serta lebih aman dibandingkan dengan pelarut

metanol yang bersifat toksik (pertimbangan keamanan ke hewan uji). Selain itu

pelarut ini masih mengandung air yang bersifat polar guna menarik senyawa

antibakteri yang terdapat dalam daun. Dan etanol 70% dapat menekan

kontaminasi mikroba pada saat pembuatan ekstrak sehingga dapat

memininalisasi kerusakan senyawa mayor dari ekstrak daun seledri jepang dan

kontaminasi mikroba lain pada saat pengujian.

Tabel 2. 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun seledri jepang secara kualitatif (Jurnal

Kesehatan Bakti Tunas Husada 2015)

Keterangan : +++ (Sangat kuat), ++ (Kuat), + (Lemah), - (Tidak terdeteksi)

Pada tabel menunjukan bahwa hasil uji skrining fitokimia memberikan

hasil positif sangat kuat pada uji flavonoid, tanin, saponin, fenol dan polifenol

dan positif lemah terhadap terpenoid hal ini menunjukan bahwa pelarut etanol

bersifat polar dapat menarik zat-zat aktif yang bersifat polar seperti alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin dan fenol sedangkan terpenoid umumnya diekstraksi

menggunakan pelarut eter atau klorofom bersifat non polar (Sirait, 2007).

2.1.5. Literatur review

a) Tatsuji enoki,et al. 2007 : Antidiabetic Activities of Kalkon Isolated from a

japanese Herb, Angelica keiskei, jepang

Telah meneliti khasiat tanaman Angelica keiskei berupa aktivitas

antidiabetik secara in vivo, dengan menggunakan simplisa berupa akar dari

tanaman tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggolongkan hewan uji

kedalam tiga golongan, masing-masing golongan terdiri dari 7-10 tikus

berdasarkan berat badan dan kadar glukosa darah kemudian diberi bubuk

CE-2 diet (Clea Jepang) atau diet yang mengandung sampel uji (0,15%

untuk kalkon atau 0,05% untuk pioglitazone). Tikus diberi asupan makanan,

No Golongan Senyawa Hasil Uji Blanko

1 Alkaloid +++ -

2 Flavanoid +++ -

3 Tanin +++ -

4 Saponin +++ -

5 Steroid/Triterpenoid + -

6 Fenol +++ -

Page 26: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan asupan air diukur, dan sampel darah dikumpulkan dari ekor vena ke

quantitate kadar glukosa darah. Komponen yang berperan sebagai agen

antidiabetik adalah kalkon (4-hidroksidericin dan xantoangelol). Komponen

kalcone menunjukkan aktivitas insulin-seperti yang kuat melalui

independen jalur Peroksisom proliferator-diaktifkan oleh reseptor-ç. 4-HD

terutama menunjukkan efek pencegahan pada perkembangan diabetes pada

genetik diabetes tikus uji.

b) Widowati, 2008 ; Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes, Laboratorium

Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kedokteran Dasar (LP2IKD) Fakultas

Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Didapatkan adanya hubungan antioksidan dengan efek antidiabetes

melalui mekanisme sebagai berikut : Glukosa dapat teroksidasi sebelum

berikatan atau setelah berikatan dengan protein (glycated protein)

menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS). Penderita DM kadar

peroksida lipid dan kadar Thiobarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS)

memiliki kadar protein plasma lebih tinggi dibanding orang normal.

Kombinasi glikasi dan oksidasiglukosa menghasilkan pembentukan AGEs

(advanced glycogen end-products). Glycated protein dan AGEs modified

protein dapat mengakibatkan stres oksidatif dengan melepaskan O2*- ,

H2O2 dan karbonil toksik yang dapat merusak protein. Senyawa

antioksidan sintetik maupun alami (dari berbagai tanaman) mampu

mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi diabetes.

Senyawa aktif golongan polifenol pada tanaman mempunyai aktivitas

antioksidan dan hipoglikemik.

c) Hughes, K. An Antioxidant for Diabetes. http://www.bnpmedia.com/, 2003

Menyatakan bahwa ekstrak batang tanaman pinus tanaman

(Pycnogenol) yang tumbuh di pinggiran laut Perancis sebagai tanaman obat

untuk menyembuhkan luka mengandung 70 % prosianidin, asam fenolat,

derivat asam benzoat, derivat asam sinamat sebagai food supplement tidak

toksik, non-alergenik, non-mutagenik. Pycnogenol sebagai antioksidan

ternyata dapat mencegah komplikasi vaskuler diabetes, mencegah diabetes

retinopathy dengan pemberian ekstrak pycnogenol 20-160 mg/hari.

Pemberian ekstrak pycnogenol secara signifikan dapat mengurangi kadar

Page 27: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

glukosa darah dan meningkatkan sistem antioksidan endogenous pada tikus

diabetes.

d) Brahmachari, Goutam 2011 : Bio-flavonoids with promising antidiabetic

potentials: A critical survey Department of Chemistry, Visva-Bharati

University, Santiniketan-731 235 West Bengal, India

Bio-flavonoid terdiri dari sekelompok fenolik sekunder metabolit

tanaman yang tersebar luas di alam. flavonoid utama telah dikategorikan

berdasarkan struktur dan Fungsi seperti : flavans, flavanon, flavon, flavonol,

flavanols, flavanonols, katekin, antosianidin dan isoflavon. Bio-flavonoid

utama banyak memiliki khasiat termasuk khasiat anti-diabetes. Banyak

sekali penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi potensi peran bio-

flavanoid dalam pengobatan diabetes. Sejumlah penelitian sudah

menunjukkan efek hipoglikemik flavonoid menggunakan model

eksperimental yang berbeda dan beberapa kandidat obat (dari flavanoid)

telah menunjukkan efek menguntungkan seperti melawan manifestasi

penyakit, baik melalui kemampuan mereka untuk menghindari penyerapan

glukosa atau untuk meningkatkan toleransi glukosa. Ini juga telah

menunjukkan bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai peningkat sekresi

insulin, mungkin dengan mempengaruhi mekanisme genetik, untuk

melemahkan komplikasi diabetes; selain itu, obat yang memanfaatkan

flavanoid telah ditemukan dapat untuk merangsang glukosa serapan di

jaringan perifer, dan mengatur aktivitas dan atau ekspresi dari rate-limiting

enzim dalam jalur metabolisme karbohidrat. Akibatnya, bio-flavonoid

sekarang dianggap sebagai zat alam yang menjanjikan dan secara signifikan

memperkaya pilihan terapi saat melawan diabetes.

2.1.6. Kalkon

Kalkon (1,3-difenil-2-propenone) adalah flavonoid yang ditemukan

dalam buah-buahan dan sayuran, yang menarik perhatian karena aktivitas

farmakologi mereka seperti antiinflamasi, antibakteri, antijamur, antivirus,

antioksidan, antineoplastik. Sebagian besar cincin aromatik alami kalkon

ditemukan sebagai hidroksilasi. kalkon, dan dihidrokalkon terdiri dari pigmen

perubahan warna yang dari kuning ke oranye dalam beberapa spesies taksa

Page 28: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Coreopsis dan Asteraceae. Senyawa Ini tidak hanya ditemukan di bunga tetapi

juga di banyak jaringan yang berbeda dari tanaman. Sifat radikal bebas kalkon

dari kelompok fenol meningkatkan minat konsumsi tanaman yang termasuk

kalkon yaitu tanaman seledri jepang. (Hiromu et.al.,2012)

Kalkon termasuk dimer, oligomer, Diels-Alder adducts dan konjugat

yang berbeda pada waktu bersamaan karena menjadi prekursor dari semua

kelompok flavonoid lainnya, kalkon merupakan biosintesis senyawa yang

sangat penting. Properti penting yang memisahkan kalkon dan dihydrokalkon

dari flavonoid yang lain adalah rantai terbuka dengan tiga molekul karbon

mengikat cincin A dan B flavonoid

Kalkon beralih ke flavanon dengan reaksi

stereospesifik dikatalisis oleh enzim chalcone

isomerase pada tanaman. Pendekatan biogenetis

dan hubungan struktural antara kalkon dan

flavanon adalah alasan untuk senyawa ini biasanya

ditemukan bersama-sama dalam produk alami. Ini

adalah penyebab identifikasi Kalkon,

dihydrochalcone dan aurones bersama-sama dengan flavanone dan

dihydroflavonol umumnya. Kalkon disebut sebagai flavonoid minor. Tetapi

menggunakan nama flavonoid minor untuk kalkon tampaknya tidak tepat

karena meningkatnya spesies baru flavonoid.

Seledri jepang mempunyai getah berwarna kuning atau kalkon yang

keluar dari batang dan daun. Disitu terdapat beberapa bahan aktif seperti

xantoangelol dan 4-hidroksiderisin yang merupakan antioksidan. Diantara

sekitar 50 anggota genus Angelica, seledri jepang satu-satunya yang memiliki

getah kuning, (http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/seledri-jepang)

Tanaman ini juga ampuh mengatasi kanker seperti dibuktikan oleh Toru

okuyama. Peneliti di fakultas farmasi di Meiji University, jepang itu

memberikan ekstrak seledri jepang pada tikus pengidap kanker paru-paru dan

kanker kulit. Enam bulan berselang, pertumbuhan kanker paru dan kanker kulit

berhenti, diperkuat dengan riset Kimura Y di kedokteran, Ehime University

Jepang. Senyawa aktif yang berperan menghambat pertumbuhan kanker itu

adalah xantoangelol. Ia menghambat sintesis DNA pada sel-sel kanker

Gambar 2. 2 Stuktur Kalkon, FABAD J.

Pharm. Sci., 36, 223-242, 2011

Page 29: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2. Simplisia

2.2.1. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk

pengobatan dan belum mengalami pengolahan (Depkes RI, 2009).

2.2.2. Pengelolaan Simplisia

Beberapa tahapan pengelolaan simplisia adalah sebagai berikut :

A. Sortasi basah

Tahap ini dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lain

dari bahan simplisia. Pembersihan bahan simplisia dari bahan lain dapat

mengurangi jumlah mikroba awal.

B. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau pengotor lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.

Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air mengalir,

pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin.

C. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami perajangan untuk

memperoleh proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Semakin tipis

bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga

mempercepat waktu pengeringan. Namun, irisan yang terlalu tipis dapat

memperbanyak pengurangan zat aktif yang mudah menguap.

D. Pengeringan

Tahap ini dilakukan dengan mengurangi kadar air dan menghentikan

reaksi enzimatik pada bahan simplisia. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan

simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama. Proses pengeringan sudah dapat menghentikan reaksi enzimatik ada

bahan simplisia bila kadar airnya kurang dari 10%. Hal-hal yang perlu

diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban

udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu

pengeringan terbaik adalah tidak meebihi 60’C, tetapi bahan aktif yang tidak

tahan pemanasan atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah

mungkin, sekitar 30-45’C. Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan

Page 30: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alami (dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan

pengeringan buatan (menggunakan alat).

E. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda

asing yang masih ada pada simplisia kering.

F. Penyimpanan

Setelah disortasi kering, simplisia kemudian ditempatkan dalam wadah

tersendiri agar tidak bercampur dengan bahan lain. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penyimpanan simplisia adalah cahaya, oksigen, sirkulasi udara,

reaksi kimia yang terjadi antara zat aktif simplisia dengan wadah, penyerapan

air, kemungkinan proses dehidrasi, dan pengotoran yang disebabkan oleh

serangga, kapang atau yang lainnya. Wadah yang digunakan sebagai

pembungkus simplisia harus bersifat inert, yang berarti tidak mudah bereaksi

dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari

cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan zat aktif, serta dari pengaruh

cahaya, oksigen, dan uap (Depkes, 1985).

2.3. Ekstraksi

2.3.1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau simplisia hewani menurut cara yang cocok, di luar

pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes, 2009).

2.3.2. Proses Pembuatan ekstrak

A. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya

Simplisia yang telah didapatkan selanjutnya dibuat serbuk simplisia dengan

peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Semakin halus serbuk

simplisia, proses ekstraksi semakin efektif-efisien. Namun, semakin halus

serbuk simplisia, semakin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan

filtrasi. Gerakan dan interaksi simplisia dengan benda keras akan menimbulkan

panas yang dapat mempengaruhi senyawa kandungan. Namun, hal ini dapat

dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.

Page 31: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal

untuk senyawa kandungan yang aktif sehingga senyawa tersebut dapat terpisah

dari senyawa lain. Faktor utama sebagai pertimbangan pada pemilihan cairan

penyari adalah: selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan

tersebut, ekonomis, ramah lingkungan, dan keamanan. Berdasarkan peraturan

yang berlaku, pelarut yang diperbolehkan adalah air dan etanol serta

campurannya. Jenis pelarut lain seperti alkohol turunannya (metanol dll),

hidrokarbon alifatik (heksana dll), hidrokarbon aromatik (toluen dll), kloroform

(dan segolongannya), aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap

separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi).

C. Separasi dan pemurnian

Tahapan ini dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan senyawa

pengotor semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan

yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses

pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur,

sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion.

D. Pemekatan / Penguapan

Pemekatan adalah peningkatan jumlah zat terlarut secara penguapan pelarut

sampai menjadi kental atau pekat.

E. Pengeringan ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan

serbuk. Beberapa proses pengeringan yang dapat dilakukan yaitu : pengeringan

evaporasi, pengeringan vaporasi, pengeringan sublimasi, pengeringan

konveksi, pengeringan kontak, pengeringan radiasi, dan pengeringan dielektrik.

F. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang diperoleh dengan

bobot simplisia awal (Depkes, 2000).

Page 32: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.3. Metode Ekstraksi

2.3.3.1. Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut

A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang. Metode

ini merupakan ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi

pada kesetimbangan.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang biasanya dilakukan pada suhu ruang.

Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

tahap penetesan/penampungan ekstrak yang terus menerus hingga

diperoleh misella (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

B. Cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya, selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

sampai 3-5 kali hingga reaksi berlangsung sempurna.

2. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan kontinu) pada suhu yang

lebih tinggi dari suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50’C.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (96-

98’C) selama 15-20 menit.

Page 33: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Dekok

Dekok adalah proses infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan

pada suhu titik didih air.

2.3.3.2. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari

bahan (segar atau simplisia) dengan uap air. Metode ini dilakukan berdasarkan

tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air secara

kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran

menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah secara

sempurna atau sebagian (Depkes, 2000).

2.4. Diabetes Melitus

2.4.1. Definisi

Berdasarkan WHO tahun 1999, Diabetes melitus didefinisikan sebagai

suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang

ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau

defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau

disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes,

2005).

2.4.2. Klasifikasi

Diabetes melitus tipe 1 atau disebut dengan IDDM (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus) merupakan diabetes melitus yang terjadi pada pasien dengan

sekresi insulin yang sedikit atau insulin tidak disekresi oleh pankreas sehingga

membutuhkan terapi insulin dari luar untuk menjaga kadar glukosa darahnya.

Diabetes melitus tipe 1 ditandai oleh destruksi sel β secara selektif dan defisiensi

insulin absolute atau berat. Penyakit ini disebabkan karena autoimun dan

idiopatik, kebanyakan disebabkan oleh penyakit autoimun dan terjadi pada usia

muda. Pasien hipoinsulinemia dan hiperglikemia beresiko terjadi ketosis dan

ketoasidosis (Sweetman, 2009; Katzung, 2010).

Diabetes tipe 2 bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi

insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi

insulin disertai resistensi insulin. Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent

Page 34: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diabetes Melitus) ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus

menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari

normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga

tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe

ini sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi

lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama

pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2

mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun,

maka dari itu orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar

untuk mengawali kadar gula darah normal.

Diabetes melitus tipe 3 adalah peningkatan kadar glukosa darah yang

disebabkan oleh berbagai penyebab atau penyakit lain yang tidak

mempengaruhi pankreas, terapi lain, dll. Diabetes melitus tipe 4 atau diabetes

melitus gestasional merupakan intoleransi glukosa yang terjadi pada masa

kehamilan. Diabetes gestasional terjadi pada sekitar 7% dari ibu hamil. Selama

kehamilan, plasenta dan hormon plasenta menimbulkan resistensi insulin yang

paling mencolok pada trimester ke-tiga. Pengujian klinis penting pada kasus ini,

dan terapi DM akan menurunkan morbiditas dan mortalitas janin (Katzung,

2010).

Tabel 2. 2 Tabel parameter penegakkan diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2015; Depkes, 2014)

2.4.3. Gejala Klinik

Diabetes melitus (DM) seringkali muncul tanpa gejala. Namun, terdapat

beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai tanda kemungkinan diabetes.

Parameter Nilai (Depkes, 2014) Nilai (ADA, 2015)

Glukosa darah puasa/fasting

plasma glucose

Lebih dari 126 mg/dL ditambah

4 gejala khas DM (banyak

makan, sering kencing, sering

haus, berat badan turun).

≥126 mg/dL (7,0

Glukosa darah

sewaktu/random plasma

glucose

Lebih dari 200 mg/dL ditambah

4 gejala khas DM

≥200 mg/dL (11,1

mmol/L)

Glukosa darah pada uji

toleransi glukosa / impaired

glucose tolerance (IGT)

Antara 140-199 mg/dl Antara 140-199 mg/dl

HbA1c - 6,5% atau lebih

Page 35: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita antara lain poliuria (sering buang

air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).

Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak

anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal

yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa

sebab yang jelas.

Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),

iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit). Pada DM Tipe 2 gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa

diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika

penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe

2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya

pengelihatan semakin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,

hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf

(Depkes, 2005).

2.4.4. Patofisiologi diabetes melitus

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang

lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau

dalam peta, sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas. Pulau-

pulau ini berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang

menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara berlawanan,

glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan

kadar glukosa darah.

Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas sebagai anak kunci yang

dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Insulin dapat

menghantarkan glukosa masuk ke dalam sel dengan bantuan GLUT 4 yang ada

pada membran sel, kemudian glukosa akan dimetabolisme menjadi ATP atau

tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan

masuk ke dalam sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan

mengakibatkan keadaan hiperglikemia.

Page 36: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penderita DM apapun penyebabnya kadar glukosa darah jelas

meningkat, akan menyebabkan timbulnya gejala dan keluhan klasik yang

berupa :

1) banyak kencing

2) rasa haus yang terus

3) penderita cepat lapar karena kalori dari makanan yang dimakan setelah

dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat

dimanfaatkan

4) penurunan berat badan dan rasa lemah, karena glukosa dalam darah tidak

dapat masuk ke dalam sel. Sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan

tenaga, sehingga sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel

lemak dan otot.

2.4.5 Terapi Diabetes Melitus

2.4.5.1 Terapi Non Farmakologis

A. Pengaturan Diet

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik

sebagai berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres

akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah terbukti dapat

mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap

stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5%

berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6%. Asupan kolesterol

tetap diperlukan, tidak lebih dari 300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan

berasal dari bahan nabati yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh

dibandingkan asam lemak jenuh. Masukan serat diusahakan paling tidak 25 g

per hari. Selain akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan

berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi

Page 37: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang

berlebih (Depkes, 2005).

B. Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar

glukosa darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat

CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training).

Beberapa contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi,

bersepeda, berenang, dll. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama

total 30-40 menit per hari. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan

meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan

penggunaan glukosa (Depkes, 2005).

2.4.5.2 Terapi Farmakologis

A. Terapi Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul sebesar 5808

pada manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua

rantai (A dan B) yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Insulin merupakan

obat utama untuk penderita DM tipe 1 dan beberapa pasien DM tipe 2 yang

dikombinasikan dengan obat antihiperglikemia oral. Insulin dapat diberikan

melalui beberapa cara, yaitu disuntikkan secara intravena, intramuskular, dan

subkutan. Preparat insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerjanya yaitu

insulin kerja cepat (rapid-action) dengan onset kerja yang sangat cepat dan lama

kerja yang pendek, insulin kerja singkat (short-acting) dengan onset kerja yang

cepat, insulin kerja sedang (intermediate-acting), dan insulin kerja lama (long-

acting). Dosis awal insulin pasien DM adalah 0,7-1,5 U/kgBB. Pasien baru DM

1 belum memerlukan insulin karena terkadang terjadi remisi dan pada periode

ini insulin tidak dibutuhkan (honeymoon phase). Untuk terapi awal, insulin

regular dan insulin kerja sedang (intermediate-acting) dapat menjadi pilihan

dan diberikan 2 kali sehari. Untuk pasien DM dewasa yang kurus, diberikan

insulin kerja sedang 8-10 U yang diberikan 20-30 menit sebelum makan pagi

dan 4-5 U sebelum makan malam. Untuk pasien DM dewasa yang gemuk,

diberikan insulin 20 U pada pagi hari dan 10 U sebelum makan malam. Dosis

ditingkatkan secara bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin.

Page 38: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Obat Antidiabetik Oral

Terdapat 5 golongan antidiabetik oral yang dapat digunakan untuk

diabetes melitus dan telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan:

Sulfonilurea, Meglitinida, Biguanida, Penghambat α-glikosidase, dan

Tiazolidinedion. Kelima golongan ini dapat diberikan pada DM tipe 2 yang

tidak dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja.

i. Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi obat sulfonilurea. Generasi pertama terdiri dari

tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropramid. Generasi kedua yaitu

gliburid (glibenklamid), glipizid, gliklazid, dan glimepirid. Mekanisme kerja

golongan ini adalah dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β

langerhans pankreas dengan cara berinteraksi dengan ATP-sensitive K Channel

pada membran sel β yang menimbulkan depolarisasi membran. Pada

penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan

hipoglikemia. Semua obat-obatan golongan sulfonilurea dimetabolisme di hati.

Beberapa diantaranya merupakan obat aktif, sedangkan yang lainnya

merupakan metabolit inaktif.

ii. Golongan Meglitinide

Repaglitinida dan Nateglinida merupakan obat-obatan golongan ini

dengan mekanisme yang sama dengan sulfonilurea, tetapi struktur kimia

golongan ini sangat berbeda dengan sulfonilurea. Berdasarkan

farmakodinamika, golongan ini bekerja dengan menutup kanal K yang bersifat

ATP-independent di sel β pankreas. Berdasarkan farmakokinetika, absorpsi obat

ini yang diberikan secara oral bekerja cepat dan kadar puncak dicapai dalam

waktu 1 jam. Waktu paruh obat ini adalah 1 jam, sehingga harus diberikan

beberapa kali dalam sehari sebelum makan. Metabolisme utamanya di hepar,

dan sekitar 10% di ginjal. Efek samping utama penggunaan obat ini adalah

hipoglikemia dan gangguan saluran cerna.

iii. Golongan Biguanida

Beberapa obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah fenformin,

buformin, dan metformin. Namun, obat yang pertama telah ditarik dari

peredaran. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin. Biguanida

memiliki mekanisme kerja menurunkan produksi glukosa di hepar dan

Page 39: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Metformin

oral diabsorpsi di usus, diekskresikan melalui urin dalam keadaan utuh, dan

memiliki waktu paruh sekitar 2 jam. Dosis awal metformin adalah 2 x 500 mg

dengan dosis maksimum 2,5 gram sehari yang diminum bersamaan dengan

makanan. Efek samping obat ini adalah gangguan pada sistem pencernaan

seperti mual-muntah. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau sistem

kardiovaskular, pemberian biguanida dapat menimbulkan peningkatan asam

laktat dalam darah. Biguanida tidak boleh diberikan pada ibu hamil, pasien

dengan penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremia, penyakit jantung

kongestif dan penyakit paru dengan hipoksia kronik.

iv. Golongan Tiazolinedion

Obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah pioglitazon,

rosiglitazon, dan troglitazon. Namun, troglitazon telah ditarik dari peredaran

karena menimbulkan toksisitas hati.Tiazolinedion bekerja dengan menurunkan

resistensi insulin. Kerja utama obat ini adalah mengatur gen yang terlibat dalam

metabolisme lipid dan glukosa dan diferensiasi adiposit. Efek samping obat ini

adalah resistensi cairan yang bermanifestasi sebagai anemia ringan dan edema

perifer. Beberapa laporan mengindikasikan peningkatan risiko gagal jantung.

v. Inhibitor α-glukosidase

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akarbosa dan

miglitol. Obat golongan ini bekerja dengan memperlambat absorpsi

polisakarida (starch), dekstrin, dan disakarida dalam saluran pencernaan. Obat

golongan ini menurunkan glukosa plasma postprandial pada DM tipe 1 dan 2.

Efek samping obat ini adalah malabsorpsi, flatulen, diare, dan abdominal-

boasting. Efek samping ini bersifat dose-dependent (Nafrialdi, 2007; Katzung,

2010).

2.5. Tinjauan Hewan Coba

Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan

percobaan pada berbagai penelitian. Berikut ini merupakan taksonominya

(Sharp et al., 1998):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Page 40: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kelas : Mammalia

Orde : Rodentia

Suborde : Myomorpha

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : norvegicus

Menurut Malole dan Pramono, terdapat tiga galur tikus putih yang

memiliki kekhususan untuk digunakan sebagai hewan percobaan antara lain

Wistar, long evans, dan Sprague dawley (Widiartini et al., 2013). Pada

eksperimen ini akan digunakan tikus jantan putih galur Sprague Dawley.

Pertumbuhan dan perkembangbiakan tikus galur Sprague Dawley lebih cepat

dibandingkan galur Wistar. Selain itu, secara morfologi tikus galur Sprague

dawley memiliki kepala yang kecil dan ekor yang ukurannya sama dengan

panjang tubuhnya (Chusadama et al., 2015).

Tikus Sprague dawley dipilih karena memiliki sifat yang tenang dan

mudah dikendalikan dibandingkan jenis tikus lainnya (Fauzi Mohd, 2009). Pola

diet tikus adalah nutrisi lengkap dan tidak memerlukan suplemen. Asupan

makanan sebaiknya diberikan sekitar 10% dari berat badannya dan asupan air

sekitar 10-20 mL/100 g BB/hari (Widiartini et al., 2013 dan SAGE Labs,2015).

2.5.1 Model Hewan Uji pada Pengujian Efek Antihiperglikemia (Etuk,2010)

Selama beberapa tahun terakhir, beberapa model hewan uji telah

dikembangkan sebagai bahan pembelajaran diabetes melitus atau sebagai

sampel pengujian agen antidiabetes. Beberapa model hewan uji dalam

pengujian efek antihiperglikemia adalah sebagai berikut:

Model Hewan Uji Normoglikemik

Hewan uji sehat dapat digunakan untuk menguji agen hiperglikemik

oral. Metode ini valid untuk digunakan dalam menguji efek antihiperglikemia

obat pada hewan uji walaupun tidak ada aktivitas perusakan pankreas.

Model Hewan Uji yang Diberikan Asupan Glukosa secara Oral

Metode ini disebut juga sebagai metode induksi fisiologi diabetes

mellitus karena peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi tidak disertai

dengan adanya kerusakan pankreas. Prosedur metode ini adalah hewan uji

dipuasakan sepanjang malam lalu diberikan asupan glukosa oral (1-2,5

Page 41: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g/kgBB). Selanjutnya kadar glukosa darah dipantau selama interval waktu

tertentu. Kelemahan dari metode ini adalah kondisi hiperglikemia yang terjadi

lebih fluktuatif dibandingkan dengan kondisi hiperglikemia yang dihasilkan

oleh induksi aloksan monohidrat.

2.6. Model Penginduksian Diabetes Melitus secara Kimiawi

Beberapa senyawa kimia yang dapat menginduksi diabetes melitus

adalah aloksan monohidrat, streptozosin, ferri nitriloasetat, ditizon, dan serum

antiinsulin. Di antara semua senyawa penginduksi, streptozosin dan aloksan

monohidrat adalah senyawa yang paling sering digunakan. Rute pemberian

senyawa induksi ini adalah secara parenteral (intravena, intraperitoneal, atau

subkutan).

2.6.1 Model Streptozosin

Streptozosin adalah derivat nitrosourea glukopiranosa sintetik yang

diisolasi dari hasil fermentasi Streptomyces achromogenes yang merupakan

anibiotik antitumor. Streptozosin dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe

1 ataupun DM tipe 2. Dosis tunggal treptozosin dalam buffer sitrat steril untuk

menginduksi diabetes adalah 150 mg/kgBB untuk mencit, dan 80 mg/kgBB

untuk tikus yang diberikan secara intraperitoneal. Diabetes akan terjadi secara

bertahap dan dapat dideteksi selama beberapa hari, biasanya 4 hari untuk mencit

dan 7 hari untuk tikus. Meskipun streptozosin merupakan senyawa penginduksi

diabetes yang banyak digunakan, penggunaan streptozosin memiliki banyak

kekurangan. Salah satu kekurangan penggunaan streptozosin adalah pemulihan

segera dari kadar glukosa darah yang tinggi akibat insulinoma serta insiden

tumor ginjal dan tumor hati akibat sifat onkogenik dari streptozosin. Apabila

hal-hal tersebut terjadi, maka akan terjadi penurunan kadar glukosa darah secara

signifikan dan hewan uji tidak dapat digunakan sebagai model pengujian.

Page 42: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.2.Model Aloksan

Aloksan merupakan suatu derivat urea yang memiliki struktur molekul

C4H2N2O4 dengan bobot molekul 142,06968 g/mol. Pada pH netral dan suhu

37’C, aloksan memiliki waktu paruh sebesar 1,5 menit. Pada suhu yang lebih

rendah, waktu paruh aloksan dapat

diperpanjang. Penyimpanan aloksan lebih

baik dilakukan pada suhu dingin (2-8’C)

karena dapat menjaga aloksan tidak rusak

Aloksan mudah larut dalam air, larut dalam

aseton, alkohol, metanol, dan alam asam

asetat glasial. Aloksan agak sukar larut

dalamkloroform, petroleum eter, toluene, etil

asetat, dan asam asetat anhidrat, serta tidak larut dalam eter (O’Neil, 2001).

Aloksan dan produk hasil reduksinya, asam dialurat, dapat menghasilkan

reaksi redoks dengan membentuk radikal superoksida. Radikal tersebut akan

mengalami dismutase menjadi hidrogen peroksida. Melalui reaksi Fenton,

hidrogen peroksida akan berubah menjadi radikal hidroksil reaktif. Aksi radikal

hidroksil dengan peningkatan konsentrasi kalsium pada sitosol

menyebabkankerusakan sel β pankreas dengan cepat, sehingga produksi insulin

menurun (Szkudelski, 2001).

Aloksan bekerja pada sel-sel β pankreas dalam 4 tahap. Tahap pertama,

yaitu 30 menit setelah injeksi aloksan, terjadi peningkatan sekresi insulin dalam

waktu singkat. Tahap kedua, yaitu 1 jam setelah injeksi aloksan, terjadi fase

hiperglikemik pertama yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kadar

glukosa darah yang disertai dengan penurunan kadar insulin dalam darah selama

2-4 jam. Tahap ketiga, yaitu 4-8 jam setelah injeksi aloksan, kembali terjadi

penurunan kadar glukosa darah yang berangsung selama beberapa jam karena

adanya peningkatan kadar insulin akibat hancurnya membran sel-sel beta

pankreas. Tahap keempat adalah terjadinya hiperglikemia permanen (Lenzen,

2008).

Gambar 2. 3 Struktur kimia

aloksan (PubChem, 2015)

Page 43: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7. Senyawa yang digunakan untuk kontrol positif

Glibenklamid

Glibenklamid berwarna putih atau

hampir putih dan merupakan bubuk

kristalin (BP, 2009). Dosis lazim

glibenklamid adalah 5 mg/hari sedangkan

dosis maksimumya adalah 20 mg/hari

(Dipiro, 2008).

Secara farmakokinetik, Glibenklamid diabsorpsi di lambung dan terikat

oleh protein plasma dalam darah. Absorbsi dapat lebih lambat pada pasien

hiperglikemia atau waktu absorbsi dapat berubah sesuai dengan ukuran

partikelnya. Obat ini dimetabolisme di hepar dan dieliminasi sebagian melalui

hepar, sebagian lagi melalui feses (Sweetman, 2009).

Obat ini disering digunakan sebagai kontrol positif antidiabetes karena

mekanisme kerja glibenklamid yang dapat meningkatkan sekresi insulin dengan

berikatan pada kanal ion kalium yang bersifat ATP-dependent, sehingga effluks

kalium menurun dan terjadi depolarisasi membran. Hal ini menyebabkan kanal

ion kalsium terbuka dan ion Ca2+ masuk. Peningkatan ion Ca2+ intraselular

menyebabkan eksositosis granul insulin sehingga insulin lepas dari sel (Dipiro,

2008).

Onset kerja glibenklamid adalah 2-4 jam dengan durasi kerja hingga 24

jam. Efek samping glibenklamid adalah hipoglikemia dan porphyria (akumulasi

jumlah porphyrin dalam darah) (Sweetman, 2009). Glibenklamid sebaiknya

disimpan di dalam wadah tertutup rapat (BP, 2009).

2.8. Metode Pengukuran Glukosa Darah

Glukosa dapat diukur pada sampel darah, plasma atau serum. Molekul

glukosa tidak dapat diukur secara langsung. Secara umum terdapat 3 metode

pengukuran glukosa yang dapat digunakan, yaitu metode reduksi, metode

kondensasi, dan metode enzimatik. Namun, metode yang lebih sering

digunakan saat ini adalah metode enzimatik (Rand, 2013).

Gambar 2. 4 Struktur Glibenklamid

(British Pharmacopoeia, 2009)

Page 44: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Metode reduksi (McMillin, 1990)

Metode reduksi merupakan metode tertua yang memanfaatkan sifat reduktor

dari glukosa. Metode ini kurang spesifik karena dapat terjadi bias akibat

keberadaan agen pereduksi kuat lainnya sehingga memberikan hasil

pengukuran kadar glukosa darah terlalu tinggi. Hal ini sebenarnya dapat diatasi

dengan menambahkan tahap tertentu untuk meniadakan pengaruh agen

pereduksi lain.Metode ini tidak dianjurkan dan saat ini sudah banyak

ditinggalkan.

b. Metode kondensasi (McMillin, 1990)

Beberapa gugus aldehida pada glukosa dapat berkondensasi dengan senyawa

aromatika untuk membentuk senyawa yang berwarna. Pada reaksi kondensasi,

senyawa o-toluidine akan bereaksi dengan glukosa membentuk senyawa

glukosamin yang berwarna hijau. Intensitas warna tersebut kemudian diukur

dengan instrumen spektrofotometer untuk mengestimasi konsentrasi glukosa.

Reaksi ini berlangsung cepat dan memiliki tingkat sensitifitas warna yang

tinggi. Dari beberapa senyawa aldosa, hanya mannosa dan galaktosa yang

memiliki hasil warna yang baik. Namun kadarglukosa tersebut tidak terlalu

banyak terdapat dalam darah. Senyawa o-toluidine juga bersifat sangat korosif

dan toksik. Alasan-alasan tersebut yang menyebabkan metode ini ditinggalkan.

c. Metode enzimatik (Rand, 2013)

Saat ini, metode ini paling sering digunakan dalam mengukur kadar glukosa

darah. Enzim yang paling sering digunakan adalah enzim Hexokinase. Enzim

heksokinase mempercepat reaksi antar glukosa dan adenosine trifosfat dengan

mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Selanjutnya enzim glukosa- 6-

fosfat dehidrogenase, dengan adanya nikotinamida dinukleotida (NAD), akan

mengoksidasi glukosa-6-fosfat untuk mereduksi NAD (NADH) dan

fosfoglukonat. Senyawa NADH inilah yang dapat diukur secara

spektrofotometri. Salah satu contoh alat yang menggunakan metode ini adalah

glukometer.

2.8.1 Glukometer (Glukosa Meter)

Glukometer adalah alat pengukur kadar glukosa darah dengan metode

enzimatik yang mudah dibawa (Hönes et al., 2008). Terdapat berbagai jenis

glukometer yang bekerja dengan berbagai teknologi, seperti:

Page 45: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Reflectance Photometry, yang menggunakan prinsip kolorimetri.

- Teknologi biosensor, yang menggunakan prinsip elektrokimia (Thomas,

2016).

Persentase pengguna glukometer biosensor di seluruh dunia lebih dari

85% sehingga teknologi glukometer semakin dikembangkan. Pada glukometer

biosensor, teknologi yang terus dikembangkan

adalah pada bagian test strip. Pada umumnya, test

strip glukometer mengandung enzim, koenzim,

mediator dan indikator yang berada pada lapisan

tipis matriks untuk mengubah kadar glukosa darah

menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh alat

glukometer (Hönes et al., 2008).

Sejarah awal glukometer biosensor dimulai dari alat glukometer pertama

yang dibuat oleh Clark dan Lyons pada tahun 1962. Glukometer tersebut

menggunakan enzim glukosa oksidase (GOx) yang terperangkap pada elektroda

oksigen melalui membran dialisis semipermeabel. Pengukuran dilakukan

berdasarkan jumlah glukosa yang digunakan pada reaksi enzimatik. Diketahui

hingga saat ini terdapat 3 generasi teknologi glukometer yaitu glukometer

generasi pertama yang menggunakan oksigen sebagai substrat dan mengukur

kadar glukosa darah berdasarkan jumlah hidrogen peroksida yang terbentuk,

glukometer generasi ke-2 yang menggunakan mediator eletron antara enzim

GOx dan permukaan elektroda, dan glukometer generasi ke-3 yang tidak

menggunakan mediator melainkan menggunakan konduktor organik (Wang,

2008).

Pada penelitian ini, glukometer yang digunakan adalah Easy touch

Biosensor yang merupakan glukometer biosensor generasi ke-2 yang

menggunakan kalium ferrisianida. Berikut ini merupakan reaksi kimia yang

terjadi dalam menentukan kadar glukosa darah oleh alat Easy touch

Gambar 2. 5 Test strip glukometer

(Hönes et al..,, 2008)

Gambar 2. 6 Reaksi kimia glukosa pada strip Glukometer (Wang, 2008)

Page 46: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Beberapa kelebihan pada pengecekan kadar glukosa darah dengan

menggunakan glukometer adalah mudah digunakan, akurat, dan bisa digunakan

pada pasien buta warna. Namun, kekurangan glukometer adalah terbatasnya

interval analisis pengukuran, hanya cocok pada sampel kontrol tertentu, adanya

efek matriks pada alat, suhu yang dapat mempengaruhi ketepatan hasil, serta

harganya yang lebih mahal daripada metode pengukuran lain (Thomas, 2016).

Page 47: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I dan Animal House

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dimulai dari bulan Februari sampai juli 2017.

3.2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian

eksperimental. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley dengan umur 2 - 3 bulan dan berat

badan 150-200 gram sebanyak 30 ekor dengan penambahan 20% untuk

menghindari drop out pada waktu perlakuan, total 36 ekor tikus digunakan.

Hewan uji dibagi secara acak menjadi 6 kelompok kontrol, terdiri dari

kelompok kontrol normal, kontrol negatif (plasebo), kontrol positif

(Glibenklamid), kontrol ekstrak dosis 1mg/kgBB, 10mg/kgBB, dan

100mg/kgBB. Kelompok selain kontrol normal dilakukan penginduksian

dengan aloksan.

Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi daun seledri jepang

(Angelica keiskei) menggunakan pelarut etanol 70% dengan metode maserasi.

Ekstrak yang diperoleh diberikan kepada tikus yang telah diinduksi aloksan dan

selanjutnya diamati pengendalian kadar glukosa darah tikus hiperglikemik

tersebut

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain perangkat alat

destilasi, oven, tanur, vacum rotary evaporator (EYELA), erlenmeyer (pyrex),

timbangan analitik, blender, spatula, corong, batang pengaduk, alumunium foil,

kapas steril, kertas saring, lemari pendingin, desikator, botol maserasi, tabung

reaksi, botol maserasi, botol maserat, alokoholmeter, kandang tikus beserta

wadah makan dan minumnya, alas bedah, alat bedah, stoples, timbangan,

glukometer GlucoDR.

Page 48: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2. Bahan

1. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun seledri

jepang (Angelica keiskei). Daun seledri jepang/Ashitaba segar yang diambil dari

Balai tanaman obat Manoko, Bandung pada tanggal 18 desember 2016. Jenis

daun yang digunakan berbentuk menjari berwarna hijau gelap. Selain itu

digunakan pula glibenklamid (Indofarma) dan aloksan (Sigma-aldrich) sebagai

penginduksi.

2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur spreague dawley berumur 2-3 bulan dengan berat 150-200 g yang

diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Kadar

glukosa tikus lazim yang digunakan sebagai parameter kenormalan dan

keberhasilan metabolisme didalam tubuh berdasarkan jurnal System

International consentration blood glucose tikus normal berkisar pada nilai 70-

115mg/dl (Thomas, 2016).

3. Bahan Kimia

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

Etanol 70% (pelarut)

H2SO4 pekat (pereaksi)

Amonia encer (pereaksi)

FeCl3 (pereaksi)

Pereaksi Mayer (mengandung gabungan senyawa HgCl2 dan KI)

Pereaksi Dragendroff (mengandung gabungan senyawa Bi(NO3)3 dan KI)

Asam klorida (pereaksi)

Kloroform (pereaksi)

Aquadest (pereaksi dan pelarut)

dan larutan NaCl 0,9% (pelarut).

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Penyiapan Ekstrak Etanol 70% Daun Seledri jepang

3.4.1.1. Determinasi tanaman

Daun Seledri jepang segar diambil dari balai tamanan obat Manoko dan

dikumpulkan dalam kantong plastik besar warna hitam. Sebelum daun diolah

Page 49: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjadi simplisia, sampel daun Seledri jepang (Angelica keiskei) diidentifikasi

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI, Bogor untuk memverifikasi

identitas tanaman.

3.4.1.2. Pembuatan Simplisia

Simplisia daun seledri jepang dibuat dengan tahap sebagai berikut:

1. Daun dipisahkan dari tangkai-tangkai daunnya dan di timbang berat daun

didapat 7,1kg.

2. Daun dicuci dengan air mengalir untuk memisahkan dengan pengotor.

3. Daun dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan dihindarkan dari sinar

matahari didapat daun kering 1,1kg.

4. Setelah kering, dilakukan sortasi kembali untuk memastikan simplisia bebas

dari pengotor.

5. Simplisia digiling hingga menjadi serbuk kemudian ditimbang dan disimpan

dalam wadah yang kering, tertutup rapat, serta terhindar dari cahaya matahari.

3.4.1.3. Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol

70% karena dapat menarik secara optimal senyawa mayor dari daun seledri

jepang yaitu flavanoid yang bersifat polar, dan kemampuan dalam menarik

senyawa polar lain yang sama dengan metanol serta lebih aman dibandingkan

dengan pelarut metanol yang bersifat toksik (pertimbangan keamanan ke hewan

uji), selain itu, etanol 70% bersifat tidak toksik dan dapat menimalisasi

pertumbuhan mikroorganisme selama ekstraksi (Depkes RI, 2000 dan Gaedcke

et al., 2003).

Serbuk kering simplisia masing-masing dimasukkan ke dalam empat

wadah botol bening mulut lebar dengan tutup berwarna merah, kemudian

ditambahkan pelarut etanol 70% hingga setinggi kurang lebih 3 cm di atas

serbuk simplisia. Campuran disimpan di tempat gelap dengan wadah diselimuti

alumunium foil dan sesekali dilakukan pengadukan. Maserasi dilakukan dalam

waktu 3-7 hari, setelah itu cairan dipisahkan dari simplisia melalui proses filtrasi

menggunakan kapas dan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan

rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental. Maserasi dilakukan berkali-

kali hingga pelarut berwarna jernih. Ekstrak kental selanjutnya dikeringkan

kembali dengan menggunakan freeze dry.

Page 50: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5 Penapisan Fitokimia

a. Identifikasi Flavonoid (Darmawi et a., 2015).

Menurut Harborne (1987), identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara

ekstrak ditambahkan 2 mg serbuk magnesium dan 3 tetes asam klorida pekat.

Hasil positif adanya flavonoid jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga

b. Identifikasi senyawa fenolik (Darmawi, et al., 2015).

Menurut Harborne (1987), identifikasi fenolik dilakukan dengan cara

ekstrak ditambahkan beberapa tetes FeCl3 10%. Jika terbentuk warna hijau,

merah atau ungu maka positif mengandung senyawa fenolik

c. Identifikasi Steroid/Triterpenoid (Darmawi et al., 2015).

Menurut Harborne (1987), identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara

ekstrak ditambahkan dengan 3 tetes pereaksi Lieberman-Burchard (asam asetat

glasial dan asam sulfat pekat). Uji positif triterpenoid memberikan warna merah

atau kuning dan uji positif steroid memberikan warna hijau atau biru.

d. Identifikasi alkaloid (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995):

Beberapa miligram ekstrak kental dilarutan dalam 10 mL campuran

aquades dan asam klorida 2 N (9:1), kemudian dipanaskan diatas penangas air

selama 2 menit. Selanjutnya didinginkan dan disaring. Filtrat yang didapat

digunakan sebagai larutan percobaan yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes Mayer, hasil

positif dengan terbentuknya endapan putih.

2. Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes Dragendorf,

hasil positif dengan terbentuknya endapan jingga coklat.

e. Identifikasi Saponin (Zohra et al., 2012)

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahan 5 ml aquadest pada tabung reaksi,

lalu dikocok kuat hingga terbenthuk busa stabil. Busa yang terbentuk kemudian

diamati. Busa yang stabil selama 20 menit menandakan adanya senyawa

saponin.

f. Identifikasi Tanin (Ayoola et al., 2008)

Ekstrak dipanaskan dalam 10 mL aquades dalam tabung reaksi,

kemudian disaring. Filtrat ditambahkan FeCl3 0,1% dan diamati, hasil positif

Page 51: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jika terbentuk warna biru, hijau, biru kehijauan, hijau kecoklatan atau biru

kehitaman.

3.6 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

3.6.1 Parameter Spesifik

Uji parameter spesifik meliputi identitas dan organoleptis. Pada identitas

meliputi deskripsi tata nama (nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian

tumbuhan yang digunakan, dan nama tumbuhan Indonesia). Pada organoleptis

meliputi deskripsi bentuk (padat, serbuk-kering, kental, cair dll), warna

(kuning,coklat, dll), dan bau (aromatik, tidak berbau, dll) menggunakan panca

indera (Depkes RI, 2000).

3.6.2 Parameter Non Spesifik

a. Penetapan kadar air (Metode Gravimetri)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara sebanyak kurang lebih 3

gram ekstrak dimasukkan dan ditimbang dalam krus porselen yang telah ditara.

Selanjutnya, ekstrak dikeringkan pada suhu 105’C selama 5 jam dan ditimbang.

Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan

antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%. Kadar abu total

tidak lebih dari 10%. (Depkes RI, 2000).

% kadar air =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%

b. Penetapan kadar abu total

Kurang lebih 2-3 gram ekstrak ditimbang seksama kemudian

dimasukkan kedalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara.

Selanjutnya, dipijarkan perlahan-lahan di dalam tanur dengan suhu 600’C

hingga arang habis atau menjadi abu, lalu didinginkan dan ditimbang (Depkes

RI, 2000). Berdasarkan buku monografi ekstrak tumbuhan (2004), kadar abu

total tidak lebih dari 16,6%.

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

Page 52: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.7 Penyiapan bahan

1. Uji pendahuluan untuk penentuan dosis aloksan

Aloksan monohidrat dibuat dalam bentuk larutan dengan cara

melarutkan aloksan monohidrat dalam larutan salin normal steril (larutan NaCl

0,9%). Pada prosedur pembuatannya, mula-mula aloksan monohidrat ditimbang

kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bagian luarnya telah

dilapisi dengan alumunium foil. Selanjutnya, ditambahkan dengan larutan salin

normal steril (larutan NaCl 0,9%) lalu divortex hingga larut. Aloksan

monohidrat diberikan dalam dosis tunggal intraperitoneal 150 mg/kg BB.

Adapun dosis untuk tikus adalah 30 mg/200 g BB tikus.

2. Larutan glukosa 5%

Larutan glukosa 5% dibuat dengan cara melarutkan 5 gram glukosa

secara perlahan kedalam air mendidih 100ml, diaduk hingga homogen,

kemudian di saring.

3. Ekstrak etanol 70% daun Seledri jepang

Dosis ekstrak etanol 70% daun Seledri jepang disiapkan dalam 3 besaran

dosis kelipatan 10 yakni 1 mg/kg BB sebagai dosis terkecil, 10 mg/kg BB

sebagai dosis menengah, dan 100 mg/kg BB sebagai dosis terbesar. Dosis

tersebut merupakan dosis skrining untuk mengetahui pada kisaran dosis

berapakah ekstrak etanol 70% daun seledri jepang berefek menurunkan kadar

glukosa darah pada tikus yang diinduksi aloksan. Variasi dosis ini digunakan

dengan interval rasio 10 kali lipat untuk mengetahui dosis ekstrak yang paling

efektif dalam mengendalikan glukosa darah tikus uji (Praptiwi et al., 2007).

Masing-masing dosis ekstrak etanol 70% daun Seledri jepang akan diberikan

kepada hewan coba dalam dilarutkan dengan aquadest. Dalam hal pembuatan,

ekstrak etanol 70% daun Seledri jepang dengan dosis yang berbeda dibuat

dengan prosedur yang serupa. Mula-mula ekstrak kental ditimbang sesuai

dengan kebutuhan pada setiap dosis. Selanjutnya, dilarutkan kedalam aquadest

hingga mencapai volume yang diinginkan dan dikocok atau dengan bantuan

vortex hingga larut sempurna.

4. Glibenklamid

Proses pembuatan larutan glibenklamid adalah dengan menimbang

tablet glibenklamid sesuai perhitungan dosis kemudian di larutkan perlahan

Page 53: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kedalam aquadest hingga mencapai volume yang diinginkan, dikocok hingga

terdispersi dengan bantuan vortex. Kontrol positif glibenklamid diberikan

sesuai dengan dosis oral efektif pada manusia, yaitu 5 mg/60 kgBB. Dosis

tersebut selanjutnya dikonversikan berdasarkan perhitungan luas permukaan

tubuh (HED). Dosis untuk setiap 200 g BB tikus menjadi 0,1 mg/200 gBB.

3.8. Uji Pendahuluan Induksi Aloksan

Uji pendahuluan hiperglikemia dengan induksi aloksan dilakukan untuk

mengetahui apakah dosis aloksan 150 mg/kg BB berdasarkan studi literatur dari

Optimization of Alloxan dose (2007) efektif menghasilkan kondisi

hiperglikemia tanpa menyebabkan kematian pada hewan uji. Prosedur uji

pendahuluan induksi aloksan terhadap tikus uji adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 4 tikus uji diaklimatisasi selama 7 hari untuk mendapatkan berat

badan yang seragam. Sebanyak satu tikus uji digunakan sebagai kontrol dan 3

tikus uji lainnya diinduksi dengan aloksan.

2. Sebelum diberikan aloksan, tikus uji dipuasakan selama 12 jam (08.00-20.00

WIB) kemudian diberikan injeksi aloksan monohidrat secara intraperitoneal

pada dosis 150 mg/kgBB.

3. Empat jam setelah induksi aloksan, diberikan larutan glukosa 5% dalam botol

minumnya. Selanjutnya, ditunggu selama 72 jam (3 hari) untuk menstabilkan

hiperglikemia pada tikus (Radenkovic et al., 2015). Parameter hiperglikemia

adalah tikus dengan kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dL (Gabriel et

al.,2014).

Page 54: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.9. Uji Antihiperglikemik

3.9.1. Pengelompokan Hewan Uji

Menurut WHO (2000) untuk perlakuan menggunakan hewan uji berupa

tikus tiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 tikus. Untuk mengatasi drop out

hewan uji dilebihkan 20% atau dilebihkan 1 ekor tikus tiap kelompok.

Tabel 3. 1 Kelompok Perlakuan Hewan Uji terhadap ekstrak etanol 70% Daun Seledri jepang.

Kelompok Jumlah hewan uji Perlakuan

I 5 Kontrol normal

II 5 Kontrol negatif

III 5 Kontrol positif

IV 5 Dosis 1 mg/kgBB

V 5 Dosis 10 mg/kgBB

VI 5 Dosis 100 mg/kgBB

Ket : Kontrol Negatif : Plasebo, Kontrol positif : Glibenklamid 0,1 mg/200 g BB, Dosis : Ekstrak etanol

70% daun seledri jepang

3.9.2 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan

1. Semua tikus jantan galur Sprague dawley diaklimatisasi selama satu minggu

terlebih dahulu. Selama aklimatisasi, semua tikus diberi pakan sebanyak 10 %

dari berat badannya dan minum serta ditimbang berat badannya secara rutin.

2. Sebelum diinduksi aloksan, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 12

jam namun tetap mendapatkan akses untuk minum (Al-Noory et al., 2013).

3. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa sebelum diinduksi

dengan aloksan.

4. Kemudian larutan aloksan dengan dosis tunggal 30 mg/ 200 g BB diinjeksikan

secara intraperitoneal kepada tikus kelompok perlakuan 2-6.

5. Hewan uji diberikan larutan glukosa 5% dalam botol minumnya setelah 4 jam

diinduksi aloksan untuk mencegah hipoglikemia fatal akibat induksi aloksan

(Radenkovic et al., 2015).

6. Kadar glukosa darah diperiksa 72 jam setelah injeksi aloksan (Radenkovic et

al., 2015). Namun, sebelum diperiksa kadar glukosa darahnya, hewan uji harus

dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu (Al-Noory et al., 2013).

7. Hewan uji dengan kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dL dinyatakan

mengalami hiperglikemia dan dapat digunakan dalam penelitian (Gabriel et al.,

2014).

Page 55: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Pasca dinyatakan hiperglikemia, bahan uji mulai diberikan secara oral

menggunakan alat sonde oral sesuai perlakuan masing-masing kelompok seperti

yang tertera pada tabel 3.1.

9. Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari selama 21 hari dengan frekuensi

pemberian satu kali dalam sehari (Radenkovic et al., 2015). Selama perlakuan,

seluruh hewan tetap mendapatkan akses makan dan minum serta ditimbang

berat badannya secara rutin. Tikus diberi pakan sebanyak 10% dari bobot

badannya, yaitu sekitar 15-20 gram/ekor/hari.Sedangkan air minum diberikan

secara ad libitum dan pergantian air minum dilakukan setiap hari (Widiartini et

al., 2013).

10. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ini dilakukan setiap minggu yakni pada

hari ke-7, 14 dan 21 (Radenkovic et al., 2015). Setiap pemeriksaan kadar

glukosa darah, hewan uji harus dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu (Al-

Noory et al., 2013).

11. Setelah perlakuan selama 21 hari, semua kelompok hewan diterminasi dengan

inhalasi eter.

3.10. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan sampel berupa darah

yang diambil dari ekor tikus. Mulanya, ekor tikus dibersihkan terlebih dahulu

dengan kapas beralkohol 70% lalu dibuat torehan melintang pada ekor tikus

dengan menggunakan gunting bedah. Selanjutnya, tetesan darah dari ekor tikus

ditempatkan pada strip glukosa yang telah dimasukkan ke dalam alat

glukometer. Sepuluh detik kemudian, nilai glukosa darah hewan akan muncul

pada alat glukometer dengan satuan mg/dL

Page 56: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.11. Alur penelitian

3.11.1Alur Pembuatan Ekstrak

Ekstrak kental

Dihaluskan hingga menjadi serbuk

menggunkan blender

Sortasi kering

Dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan

Dicuci dengan air bersih dan

mengalir

Daun dipisahkan dari tangkai

daunnya Daun seledri jepang (Angelica

keiskei)

Maserat dipekatkan dengan rotary

evaporator

Disaring dengan kapas dan kertas

saring. Kemudian dilakukan

remaserasi hingga didapat filtrat

bening

1.1 kg serbuk daun seledri jepang

dimaserasi dengan etanol 70%.

Disimpan di tempat gelap dan

sesekali diaduk. Pelarut diganti

setiap 3 hari.

Simplisia daun seledri jepang

Parameter spesifik

1. Identitas

2. Organoleptis (bentuk,

warna dan bau)

Parameter nonspesifik

1. Kadar air

2. Kadar abu

Penapisan fitokimia

- Alkaloid - Fenol

- Flavonoid - Saponin

- Steroid/triterpenoid - Tanin

Freeze dry

Page 57: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.11.2 Alur Aklimatisasi Hewan Uji Metode Induksi Aloksan

Disiapkan 30 ekor tikus

putih jantan galur Sprague

dawley dengan bobot 150-

200 g

Dikelompokkan secara

acak menjadi 6 kelompok

Diaklimatisasi dalam

kondisi percobaan selama

1 minggu

5 ekor tikus kelompok dosis

menengah (10 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok

dosis rendah (1 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok

kontrol positif

5 ekor tikus kelompok

kontrol negatif

5 ekor tikus kelompok

kontrol normal

5 ekor tikus kelompok dosis

tinggi (100 mg/kg BB)

Page 58: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.11.3 Alur Kerja Uji Induksi Aloksan

Persiapan tikus puasa selama 12 jam

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Kontrol positif

Kontrol negatif

Kontrol normal

Tanpa

perlakuan

Induksi aloksan dosis 30 mg/ 200 g BB tikus

Perkembangan tikus uji selama 7 hari

Pengukuran kadar gula darah tikus uji

Dosis 1mg/kgBB

Dosis 100mg/kgBB

Dosis 10mg/kgBB

Glibenklamid

0,5/kgBB

Pengukuran glukosa darah hari ke 7, 14, dan 21

Analisis data

Larutan aquadest

Diberikan larutan glukosa 5% dalam botol minumnya

setelah 4 jam

Penelitian

Pengukuran kadar gula darah awal

Page 59: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.12. Metode Pengolahan dan Statistik Data

3.12.1. Presentase pengendalian hiperglikemia glukosa darah

Perhitungan persentase pengendalian hiperglikemia glukosa darah

dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak dalam menurunkan kadar

glukosa, yang dihitung dengan cara:

Presentase pengendalian kadar glukosa darah =

(Go−Gt) / Go x 100%

Keterangan:

Go = Gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji

G t = Gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji

3.12.2. Pengolahan data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara statistik menggunakan

aplikasi SPSS. Data yang didapat dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan menggunakan metode Kolmogorof-Smirnof,

sedangkan uji homogenitas dilakukan menggunakan metode Levene. Jika data

yang didapat terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen,

selanjutnya dilakukan analisa data menggunakan metode analisis varian satu

arah (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Jika

data yang didapat tidak terdistribusi normal atau memiliki varian yang tidak

homogen, maka analisa data dilakukan menggunakan metode Kruskal-Wallis

yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2012).

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara setiap kelompok.

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ha ditolak.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ha diterima.

Page 60: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tanaman Daun Seledri Jepang

4.1.1. Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang akan digunakan.

Determinasi dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI, Bogor. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan yaitu Angelica keiskei , suku

Apiaceae (seledri jepang), (Lampiran 1).

4.1.2. Pembuatan Simplisia

Sebanyak 7,1 kg daun seledri jepang segar diperoleh dari Balai tanaman obat

Manoko, Bandung pada tanggal 18 desember 2016. Daun tersebut kemudian disortasi,

dicuci, dikering-anginkan, disortasi kembali, dan dihaluskan hingga diperoleh 1,1 kg

serbuk daun seledri jepang (Angelica keiskei). Serbuk daun seledri jepang diekstraksi

dengan metode maserasi. Prinsip dari metode ini adalah mengekstraksi zat aktif dari

tanaman dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut atau cairan

penyari yang sesuai pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya (Depkes RI, 2000).

4.1.3. Ekstraksi

Metode maserasi dipilih karena lebih tepat dibanding metode ekstraksi lain,

tanpa menggunakan panas sehingga faktor kerusakan pada zat aktif mampu

diminimalkan, pengerjaannya yang mudah, dan peralatannya sederhana. Maserasi

dilakukan 5 kali pengulangan dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 10

liter hingga dihasilkan maserat yang berwarna lebih bening dibandingkan maserat awal.

Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% karena dapat menarik secara optimal

senyawa mayor dari daun seledri jepang yaitu flavanoid yang bersifat polar, dan

kemampuan dalam menarik senyawa polar yang sama dengan metanol serta lebih aman

dibandingkan dengan pelarut metanol yang bersifat toksik (pertimbangan keamanan ke

hewan uji), selain itu, etanol 70% bersifat tidak toksik dan dapat menimalisasi

pertumbuhan mikroorganisme selama ekstraksi (Depkes RI, 2000 dan Gaedcke et al.,

2003).

Selanjutnya, maserat yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan

vacuum rotary evaporator agar terjadi pemisahan antara zat aktif dengan pelarut

berdasarkan perbedaan titik didihnya. Proses pemekatan menggunakan suhu rendah

Page 61: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yakni kurang lebih 50’ C agar tidak merusak kandungan zat aktif. Ekstraksi daun seledri

jepang menghasilkan ekstrak kental sebanyak 180 gram. Ekstrak kental yang didapat

masih memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga dilakukan pengeringan kembali

menggunakan metode freeze-dry. Proses pengeringan dilakukan selama 10 jam di

Laboratorium Fitokimia Gedung Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Cibinong, Jawa Barat. Ekstrak yang didapat setelah freeze dry sebanyak 130 gram dan

dihitung rendemen yang didapat yaitu sebesar 11,81%.

4.1.4. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder

yang terdapat dalam sampel. Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun seledri jepang

Identifikasi Metode Hasil Keterangan

Alkaloid Uji Meyer Tidak ada endapan putih. Positif

Uji alkaloid Uji alkaloid Draggendorff Ada endapan coklat

kemerahan.

Flavonoid Penambahan HCl pekat

dan logam Mg

Terbentuk warna Jingga Positif

Flavonoid

Fenol Penambahan FeCl3 10% Terbentuk warna hijau Positif Fenol

Saponin Uji ketahanan busa dengan

air

Terbentuk busa yang

tidak stabil

Negatif saponin

Steroid/Triterpenoid Liebermann-Burchard Terbentuk warna merah

kekunig-kuningan

Positif

Triterpenoid

Tannin Penambahan FeCl 0,1% Terbentuk warna hijau

kecokelatan

Positif Tannin

Berdasarkan hasil penapisan fitokimia (Tabel 4.1), ekstrak etanol 70% daun

seledri jepang positif mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid, tannin, dan juga

senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai pengendali kadar gula darah yaitu

flavanoid dan fenol. Menurut hasil penapisan fitokimia Balitro Manoko (2005), pada

daun seledri jepang juga mengandung senyawa saponin, namun pada skrining fitokimia

ini senyawa saponin tidak terdeteksi. Hal ini kemungkinan karena adanya perbedaan

kadar kandungan senyawa metabolit sekunder pada suatu tanaman yang dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik yaitu segala faktor

Page 62: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada habitat tempat tumbuh tanaman seperti intensitas cahaya, ketersediaan air,

temperatur tempat tumbuh, serta komposisi tanah (Pavarini, 2012).

4.1.5. Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Parameter spesifik dan non spesifik merupakan proses standardisasi yang dilakukan

untuk menjamin mutu ekstrak. Parameter spesifik ekstrak yang dilakukan pada penelitian

ini yaitu identifikasi organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau yang menjadi karakter

spesifik ekstrak. Serta dilakukan pengujian dua parameter non spesifik yaitu pengujian

kadar air dan kadar abu. Pengujian kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal

atau rentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Sedangkan pengujian kadar abu

dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang

berasal dari proses awal pembuatan hingga terbentuk ekstrak (Depkes, 2000).

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

No Parameter Hasil

1 Identitas ekstrak

Nama latin tumbuhan

Nama Indonesia

Bagian tumbuhan yang digunakan

: Angelica keiskei

: Seledri jepang

: Daun

2 Organoleptis

Warna

Bentuk

Bau

: Hijau tua

: Menyirip

: Khas

3 Kadar Air : 8,43%

4 Kadar Abu : 10,27%

Pengukuran parameter kadar air ekstrak penting untuk diketahui karena kadar

air dapat memengaruhi stabilitas dan bentuk ekstrak. Kadar air ekstrak etanol 70% daun

seledri jepang yang didapat dari uji kadar air yaitu sebesar 8,43% di mana batas kadar

air ekstrak yang masih memenuhi syarat yaitu kurang dari 10%. Kadar air yang tinggi

dapat menyebabkan cepatnya pertumbuhan jamur dalam ekstrak (Depkes RI, 1995).

Dalam buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat (2004), kadar abu total pada ekstrak

tidak boleh lebih dari 16,67%. Sedangkan kadar abu ekstrak yang didapat dari uji kadar

abu yaitu sebesar 10,27% maka kadar abu ekstrak masih memenuhi persyaratan yaitu

di bawah 16,67%.

Page 63: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Uji Pendahuluan Dosis Aloksan

Tabel 4.3 Kadar glukosa darah hewan uji pendahuluan dosis aloksan

Kelompok Kadar glukosa darah puasa pra-

induksi (mg/dl)

Kadar glukosa darah puasa pasca

induksi (mg/dl)

Aloksan

150

mg/kgBB

1 70

78

82

420

490

386 2

3

Normal 4 76 83

Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa semua tikus

yang diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB secara intraperitonial mengalami

hiperglikemia yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa > 140

mg/dL tanpa menyebabkan kematian pada hewan uji tikus. Oleh karena itu, dosis

aloksan 150 mg/kg BB intraperitonial diaplikasikan pada penelitian (Radenkovik,

2015)

Dari hasil data, dapat dipastikan bahwa induksi aloksan dengan dosis

150mg/kgBB mengakibatkan kondisi hiperglikemik pada tikus uji, dan hasil ini sesuai

dengan beberapa jurnal yang menggunakan aloksan dosis 150mg.kgBB sebagai bahan

penginduksi.

4.2.1 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan

Pemberian aloksan dosis 150 mg/kgBB melalui rute intraperitoneal telah

dilakukan pada uji pendahuluan, yang terbukti dapat menyebabkan hiperglikemik pada

hari ke-3 setelah induksi. Maka dapat dilanjutkan dengan pengujian efek hiperglikemik

ekstrak etanol 70% daun seledri jepang. Uji dilakukan terhadap 30 ekor tikus putih

jantan galur Sprague Dawley berusia 2-3 bulan dengan bobot 150-200 g. Pemilihan

tikus sebagai hewan uji dikarenakan tikus memiliki fisiologi yang menyerupai manusia

(NABR, 2015). Tikus uji dikelompokkan menjadi enam kelompok yang terdiri dari 3

kelompok kontrol dan 3 kelompok dosis uji. Kelompok kontrol meliputi kontrol

normal, kontrol negatif, dan kontrol positif. Kelompok kontrol pada penelitian

digunakan untuk memastikan bahwa perubahan kadar glukosa darah hanya disebabkan

oleh sediaan uji yang diberikan (Pithon, 2013). Sebelum dilakukan induksi, tikus

diaklimatisasi selama 7-14 hari. Selama proses aklimatisasi ini, tikus diberi makan dan

Page 64: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

minum secara ad libitum serta ditimbang berat badannya setiap hari. Tikus digunakan

dalam penelitian jika tidak mengalami penurunan berat badan lebih dari 10% (Foltz,

1999; IACUC, 2014).

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan perubahan kadar glukosa darah

setelah pemberian sediaan uji pada tikus diabetes. Aloksan digunakan sebagai senyawa

diabetogen untuk menimbulkan kondisi hiperglikemik pada tikus. Tikus putih terbukti

sensitif terhadap efek diabetogenik oleh aloksan (Rerup, 1970 dikutip dari Lenzen,

2007). Aloksan menyebabkan diabetes dengan cara merusak secara spesifik sel β pada

pankreas tikus (Gorus, 1982), sehingga pankreas tidak mampu memproduksi insulin

dalam jumlah yang cukup. Sebelum dilakukan induksi dengan aloksan, tikus

dipuasakan selama 12 jam. Hal ini dikarenakan glukosa dapat memberikan sifat

proteksi terhadap efek diabetogenik aloksan, meskipun efek proteksi dipengaruhi juga

oleh konsentrasi glukosa. Kemiripan struktur antara glukosa dan aloksan menyebabkan

glukosa dapat menghambat secara kompetitif ambilan aloksan ke dalam sel β pankreas

(Jorns, 1997).

Tikus dipuasakan terlebih dahulu untuk meminimalkan kadar glukosa dalam

darah. Penginduksian menggunakan aloksan dilakukan secara intraperitoneal dengan

dosis yang digunakan sebesar 150 mg/kgBB dan konsentrasi larutan 41.55 mg/ml.

Aloksan bersifat diabetogenik jika diberikan secara parenteral, baik melalui rute

intravena, intraperitoneal, atau subkutan (Rohilla, 2012). Rute pemberian dilakukan

melalui rute intraperitoneal karena lebih ditoleransi oleh tikus (Federiuk, 2004;

Radenkovik, 2015).

Aloksan dapat menimbulkan diabetes pada tikus dengan mengalami empat fase.

Fase pertama merupakan fase hipoglikemia yang berlangsung selama 30 menit setelah

injeksi aloksan. Fase kedua merupakan fase hiperglikemia, yang terjadi sekitar satu jam

setelah injeksi aloksan, dan berlangsung selama 2-4 jam. Fase ketiga yaitu fase

hipoglikemia lagi, yang biasanya terjadi 4-8 jam setelah injeksi aloksan (Lenzen, 2007).

Fase ini berlangsung selama beberapa jam dan dapat berakibat fatal jika tanpa asupan

glukosa (Radenkovic, 2015). Untuk mencegah kematian hewan uji, selang 1 jam setelah

injeksi aloksan tikus diberikan larutan glukosa 5% secara ad libitum selama 24 jam.

Sedangkan fase keempat yaitu fase hiperglikemia permanen yang ditimbulkan oleh

aloksan (Lenzen, 2007).

Page 65: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Induksi aloksan dilakukan pada tikus kelompok negatif, positif, dosis rendah,

dosis sedang, dan dosis tinggi. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus

dengan bobot yang bervariasi. Hewan yang telah diinduksi aloksan dinyatakan

memenuhi kriteria inklusi apabila mengalami hiperglikemia yang ditandai dengan

kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dL pada hari ke-3 pasca induksi aloksan

(Gabriel et al., 2014). Setelah dinyatakan hiperglikemia, tikus mulai dilakukan

perlakuan (hari ke-0) hingga hari ke-21, dengan pengambilan darah setiap hari ke-7,14,

dan 21 menggunakan alat glukometer Easy touch biosensor. Glukometer yang

menerapkan metode enzimatik ini dipilih karena lebih mudah, praktis, akurat, cepat dan

hanya membutuhkan sedikit alat dan darah (sekitar 0,3-1 μl) dibandingkan dengan

metode pengukuran lain yang menggunakan instrumen lain seperti alat spetrofotometer

dengan metode reduksi dan kondensasi dengan menggunakan berbagai reagen kimia

(Thomas et al.,2016; McMillin, 1990).

Kelompok positif merupakan kelompok hewan uji yang telah diinduksi aloksan

dan diberi obat hiperglikemia yang beredar dipasaran yaitu glibenklamid dengan dosis

tikus 0,5 mg/kgBB dengan tujuan untuk memastikan bahwa glukosa darah tikus uji

terbukti menurun dengan pemberian obat antihiperglikemik, obat Glibenklamid dipilih

karena dapat menghambat kematian sel β pankreas dan memiliki mekanisme kerja

meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas (Katzung, 2010). Sedangkan kelompok

negatif merupakan kelompok hewan uji yang diberi perlakuan induksi aloksan dengan

tanpa diberi ekstrak ataupun obat dan hanya diberi aquadest untuk memastikan kadar

glukosa darah yang tetap pada kondisi hiperglikemia. Untuk kelompok tikus ekstrak

terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok dosis rendah (1mg), dosis sedang (10mg),

dan kelompok dosis tinggi (100mg). Dosis tersebut merupakan dosis skrining untuk

mengetahui pada kisaran dosis berapakah ekstrak etanol 70% daun seledri jepang

berefek menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi aloksan. Variasi

dosis ini digunakan dengan interval rasio 10 kali lipat untuk mengetahui dosis ekstrak

yang paling efektif dalam mengendalikan glukosa darah tikus uji (Praptiwi et al., 2007).

Waktu pemberian aquadest, obat, dan ekstrak dilakukan satu kali perhari (pukul 09.00-

10.00 WIB)

Pada manusia, pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) dilakukan pagi hari

sebelum sarapan, setelah dilakukan puasa pada malam harinya. Pemeriksaan paling

baik dilakukan pada jam tersebut, karena pada waktu kadar glukosa darah meningkat,

Page 66: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau biasa disebut dawn phenomenon. Dawn phenomenon merupakan kondisi normal

terjadinya peningkatan kadar glukosa darah di pagi hari sebagai persiapan tubuh untuk

melakukan aktivitas. Pada manusia normal, peningkatan kadar glukosa darah ini

diimbangi pula dengan produksi insulin, sehingga kadar glukosa tetap dalam batas

normal. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan pasien diabetes, di mana kadar

glukosa darah cukup tinggi (ADA, 2013).

Dawn phenomenon juga terjadi pada tikus uji (Bailey, 2014) namun terjadi pada

awal malam hari karena tikus merupakan hewan nokturnal (Gale, 2011). Sehingga

pemeriksaan kadar GDP dilakukan sekitar pukul 19.00 – 20.00 setelah tikus dipuasakan

selama 12 jam di pagi hari (07.00-08.00). Selain itu, pada penelitian oleh Sun (2016)

juga telah membuktikan bahwa tikus yang dipuasakan selama 12 jam di pagi hari

memiliki variasi nilai GDP yang konsisten lebih rendah dibanding tikus yang

dipuasakan selama malam hari. Pada penelitian ini pemeriksaan kadar GDP dilakukan

pada jam 19.00-20.00 petang.

Tabel 4.4 Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Uji Metode Induksi Aloksan (mg/dl)

Waktu Sebelum induksi Setelah induksi H7 H14 H21

Normal 74,2 74,2 73,8 73,6 74,2

Positif 87,75 336,25 287 248,75 138,75

Negatif 81,8 517,2 486,4 476,8 475,2

D1 86 474,6 281 184,4 111,25

D10 83,6 572,2 369,8 113,2 187,2

D100 81,2 289,6 188,8 130 144,6

0

100

200

300

400

500

600

700

S E B E L U M I N D U K S I

S E T E L A H I N D U K S I

H 7 H 1 4 H 2 1

Kad

ar g

luko

sa d

arah

GRAFI K RERAT A PENURUNAN GLUKOSA DARAH T I KUS UJI METODE INDUKSI ALOKSAN

Normal positif Negatif D1 D10 D100

Page 67: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.5 : Persentase pengendalian hiperglikemia pada tikus

Tabel 4.5 menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas pengendalian

hiperglikemia pada tikus kelompok postif dan ekstrak daun seledri jepang pada

berbagai dosis. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pada hari ke-0 (pasca

induksi aloksan), 7, 14, dan 21 selanjutnya dianalisa secara statistik dengan program

SPSS versi 22.0. Analisa statistik digunakan untuk menganalisa dan membandingkan

kadar glukosa darah hewan uji pada kelompok kontrol dengan kelompok dosis uji. Uji

yang pertama dilakukan yaitu uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan

untuk mengetahui apakah data di setiap kelompok uji memiliki sebaran yang normal

atau tidak. Uji normalitas dilakukan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnof.

Sedangkan uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah antar

kelompok uji memiliki varian data yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan

menggunakan metode Levene. Data dikatakan memiliki sebaran normal dan homogen

jika memiliki nilai signifikansi ≥ 0,05 (Dahlan, 2012).

Secara statistika, penelitian ini termasuk ke dalam analitik komparatif numerik

tidak berpasangan. Analisis yang dilakukan adalah dengan metode One-Way ANOVA

yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) bila data terdistribusi normal

dan memiliki varian homogen. Apabila data tidak terdistribusi normal atau varian tidak

homogen, dilakukan analisis dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji

Mann-Whitney (Dahlan, 2010).

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa data yang diperoleh tidak

tersebar normal pada hari ke-14, dan 21 (p ≤ 0,05). Data juga tidak memiliki varian

yang homogen pada waktu setelah induksi hari ke-0, dan 7 setelah pemberian ekstrak

(p ≤ 0,05). Karena terdapat data yang tidak terdistribusi normal dan tidak homogen,

maka pengolahan data tidak bisa dilakukan dengan metode One-Way ANOVA.

Persentase pengendalian hiperglikemia pada tikus

kelompok uji hari 7 hari 14 hari 21

normal 0,66% -0,26% 1,02%

kontrol - 5,95% 7,81% 8,12%

kontrol + 14,64% 26,02% 58,73%

dosis rendah 40,79% 61,14% 76,55%

dosis sedang 35,37% 80,21% 67,28%

dosis tinggi 34,80% 55,11% 50,06%

Page 68: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan metode Kruskal-Wallis (uji non

parametrik) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan data kadar glukosa darah.

Apabila terdapat perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna (p < 0,05) maka

dilanjutkan dengan melakukan analisa Post Hoc dengan uji Mann-Whitney untuk

menentukan kelompok manakah yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna

dengan kelompok lainnya.

Berdasarkan hasil analisa dengan metode Kruskal-Wallis, diketahui bahwa

semua kelompok tidak memiliki perbedaan bermakna pada waktu sebelum induksi (p

≥ 0,05) dan memiliki perbedaan secara bermakna pada waktu setelah induksi, pada hari

ke-7, ke-14, dan ke-21 (p ≤ 0,05). Analisis selanjutnya dilanjutkan dengan metode

Mann-Whitney untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna antara

kelompok.

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan beberapa hal berikut : 1). Perbandingan

antara dosis ekstrak (1, dan 100mg/kgBB) dengan kontrol negatif memiliki perbedaan

yang bermakna pada hari ke-7,14, dan 21. Sedangkan pada dosis ekstrak 10mg/kgBB

didapat perbedaan bermakna pada hari ke-14,dan 21, serta tidak berbeda bermakna pada

hari ke-7 hal ini menunjukkan bahwa dosis ekstrak 10mg/kgBB baru memiliki efek

terapi setelah hari ke-7 pemberian. 2). Perbandingan antara dosis ekstrak (1, 10, dan

100mg/kgBB) dengan kontrol positif tidak memiliki perbedaan bermakna, hal ini

menunjukkan bahwa ekstrak yang diberikan memiliki efek yang sama dengan obat

antihiperglikemia yang beredar dimasyarakat. 3). Perbandingan selanjutnya adalah

membandingkan antar dosis ekstrak, didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan

bermakna antar dosis ekstrak daun seledri jepang 1, 10, dan 100mg/kgBB (p > 0,05)

hal ini menunjukkan pada dosis 1 dengan 10, dan dengan 100mg/kgBB memiliki efikasi

yang sama dalam pengendalian hiperglikemia glukosa darah. Senyawa metabolit

sekunder yang dikandung ekstrak etanol 70% daun seledri jepang berperan penting

dalam aktivitas antihiperglikemik yang ditimbulkan, dalam hal ini fenol dan flavanoid

diduga memiliki peran yang besar terhadap aktivitas pengendalian hiperglikemia

glukosa darah.

Hasil ini sesuai dengan jurnal (Dheer dan Bhatnagar, 2010), tentang mekanisme

pengendalian hiperglikemia glukosa darah oleh flavanoid (Chalcone) yaitu dengan

merangsang glukosa serapan di jaringan perifer, dan mengatur aktivitas dan atau

ekspresi dari rate-limiting enzim dalam jalur metabolisme karbohidrat. Dan senyawa

Page 69: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

fenol memiliki mekanisme antihiperglikemik dengan meningkatkan sekresi insulin di

beta pankreas dengan memperlambat laju autooksidasi (stress oksidatif) dengan

mekanisme transfer elektron dari ikatan glikasi-oksidasi glukosa menjadi ikatan glikasi

dengan atom –H dari gugus hidroksil sehingga dapat menghambat pembentukan radikal

bebas yang berdampak pada pengendalian penurunan glukosa kadar darah. Diketahui

bahwa flavanoid juga berperan dalam mekanisme tersebut (Dheer dan Bhatnagar,

2010).

Pada kondisi hiperglikemia, jumlah stress oksidatif dalam tubuh meningkat.

Peningkatan jumlah stress oksidatif dapat menyebabkan toksisitas pada sel β pankreas

sehingga jumlah sel β pankreas dan sekresi insulin berkurang. (Kajimoto dan Kaneto,

2004).

Gambar 4.1 : Skema toksisitas sel β pankreas (Kajimoto dan Kaneto, 2004)

Berdasarkan berbagai jurnal, daya antioksidan yang tinggi dapat mengendalikan

glukosa darah pada pasien diabetes. Hal ini didukung oleh penelitian yang menyatakan

bahwa antioksidan dapat menstimulasi sekresi insulin. Pada analisis histologi, terlihat

perbanyakan jumlah sel β pankreas pada mencit DM yang diberikan antioksidan, dan

pemberian antioksidan dapat menghambat terjadinya apoptosis sel pankreas tanpa

mengubah laju proliferasi sel. Pemberian antioksidan juga dapat dapat meningkatkan

jumlah insulin dan mRNA insulin. Ekspresi gen PDX-1 juga terlihat pada sel islet

setelah pemberian antioksidan (Kajimoto dan Kaneto, 2004).

Page 70: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang dalam berbagai dosis ada perbedaan yang

bermakna dengan kontrol negatif (p < 0,05)

Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang dalam berbagai dosis tidak ada perbedaan

yang bermakna (p > 0,05) dengan obat antihiperglikemik (glibenklamid) yang

beredar di masyarakat

Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang pada berbagai dosis (1, 10, 100mg/kgBB)

tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05)

Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang (Angelica keiskei) mampu untuk

mengendalikan kadar glukosa darah tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai dosis awal berefek dalam

mengendalikan kadar glukosa darah dengan dosis dibawah 1mg/kgBB dari ekstrak

etanol 70% daun seledri jepang.

Perlu dilakukan uji toksisitas dari ekstrak etanol 70% daun seledri jepang.

Page 71: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Al-Norry, et al., 2013. Antihyperlipidemic effects of ginger extracts in alloxan-induced

diabetes and propylthiouracil-induced hypothyroidism in (rats). Pharmacognosy

Research Vol 5 Issue 3.

American Diabetes Association. 2013. Dawn Phenomenon. http://www.diabetes.org/living-

with-diabetes/treatment-and-care/blood-gluc ose-control/dawn-phenomenon.html.

American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes—2015. Diabetes

Care. Volume 38 (suppl 1) : S1-S93.

Ashok. 2007; Optimization of alloxan dose. Shivaji University. India.

Ayoola, GA., et al., 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of Some

Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in Southwestern Nigeria.

Tropical Journal of Pharmaceutical Research; 7 (3): 1019-1024.

Baba K, Taniguchi M, Shibano M, Minami H. 2009.“The Components and Line Breeding

of Angelica keiskei koidzumi”, Bunseki Kagaku,December, Vol.58 No.12.

Bailey, S. M., Udoh, U. S., dan Young, M. E. 2014. Circadian Regulation of Metabolism.

Journal of Endocrinology Vol. 222 No. 2.

Balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/seledri-jepang (Diakses pada 23-08-2017, pukul 07.00

WIB).

BibitBunga.com//Daun Ashitaba berbentuk menyirip (Diunduh pada 29-01-2017, pukul

21.20 WIB).

British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London. Medicines

and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 2757.

Brahmachari, Goutam. 2011 : Department of Chemistry, Visva-Bharati University,

Santiniketan-731 235 West Bengal, India.

Chen, I., H. Chang, H. Yang dan G. Chen. 2004. Evaluation of total antioxidant activity of

several popular vegetables and chines herbs : a fast approach with ABTS/H2O2/HRP

System in microplates. J. Food and Drug Analysis. 12 : 29-33.

Chusadama, et al., 2015. Experimental Pharmacology. India: BookRix.

Dahlan, Sopiyudin. 2010. Mendiagnosis dan Menata Laksana 13 Penyakit Statistik: Disertai

Aplikasi Program Stata. Jakarta: Penerbit IKAPI. Hal.178.

Dahlan, S. M. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan

Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba

Medika.

Page 72: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Darmawi, et al., 2015. Aktivitas Antihiperglikemia dari Ekstrak Etanol dan n-Heksan Daun

Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A. Gray) pada Tikus Putih Jantan. Jurnal

Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit

Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Edisi Pertama. Jakarta. Departemen

Kesehatan RI. Hal : 5.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta. Pusat Data dan

Analisis Kementerian Kesehatan RI. Hal 1-2.

Dheer Reema, Pradeep Bhatnagar. 2010 : A study of the antidiabetic activity of Barleria

prionitis Linn L.B.S. College of Pharmacy, Tilak Nagar, Jaipur, India.

Dipiro, et al., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Edition. New

York: Mc graw Hill.

Enoki T; Ohnogi H. 2007 “Antidiabetic activities of Kalkon isolated from ajapanese herb,

Angelica keiskei”, Journal of agricultural and food chemistryPerhimpunan dokter

spesialis penyakit dalam indonesia (2009). Buku Ajar ilmu penyakit dalam ed. V

jilid VII. Jakarta : Internal Publishing.

Etuk, E. U. 2010. Animal Model for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture and Biology

Journal of North America 1 (2): 130-134.

Evans, W. C. 2002. Trease & Evans Pharmacognosy 15th Edition. Elsevier.

Fauzi Mohd. 2009. Pengklasifikasian Sperma Normal dan Abrormal daripada Suspensi

Sperma Tikus Galur Sprague-Dawley. USM. Tesis.

Federiuk, I. F. et al., 2004. Induction of Type-1 Diabetes Mellitus in Laboratory Rats by

Use of Alloxan: Route of Administration, Pitfalls, and Insulin Treatment.

Comparative Medicine Vol. 54 No. 3 Page 252-257.

Foltz, C. J., Ullman-Cullere, M. 1999. Guidelines for Assessing the Health and Condition

of Mice. Lab Animal Vol. 28 No. 4.

Page 73: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fransworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of

Pharmaceutical Sciences Vol. 55 No. 3.

Gabriel, et al., 2014. Evaluation of methanol extract of Gongronema latifolium leaves singly

and in combination with glibenclamide for anti-hyperglycemic effects in alloxan-

induced hyperglycemic rats. J Intercult Ethnopharmacol Vol 3 Issue 3.

Gaedcke, F. & Steinhoff, B.2003. Herbal Mesdicinal Products. Scientific and Regulatory

Basis for Development, Quality Assurance and Marketing Authorisation.

Medpharm Scientific publisher, Balogh International, Inc.

Gale, J. E. et al., 2011. Disruption of Circadian Rhythms Accelerates Development of

Diabetes through Pancreatic Beta-Cell Loss and Dysfunction. Journal of Biological

Rhythms Vol 26 No 5 Page 423-433.

Gembong Citro Soepomo,1997,Morfologi Tumbuhan , yogyakarta : UGM - IKAPI.

Gorus, F. K., Malaisse, W. J., Pipeleers, D. G. 1982. Selective uptake of Alloxan by

Pancreatic B-Cells. The Biochemical Journal Vol. 208 No. 2 Page 513-515.

Hida, K. 2007. Ashitaba. A Medicinal Plant and Health Method.www.

Organicashitaba.com/articles.html. diakses: (Diakses pada 29-01-2017, pukul 21.20

WIB).

Hiromu Ohnogi. 2014 ; Six New Kalkon from Angelica keiskei Inducing Adiponectin

Production in 3T3 L1 Adipocytes. Jepang.

Hones, J., Muller, P., dan Surridge, N. 2008. The technology behind glucose meters: Test

strips. Diabetes technology and therapeutics, 10 (1), 10-26.

Hughes, K. An Antioxidant for Diabetes. http://www.bnpmedia.com/, 2003

IACUC guideline large animal formulary, 2014 University of Pennsylvania, USA.

International Diabetes Federation ; 2011, Global Diabetes Plan 2011-2050 (Diunduh pada

29-01-2017, pukul 20.00 WIB).

Iranloye et al., 2011. Anti-diabetic and Anti-oxidant Effects of Zingiber officinale on

Alloxan-Induced and Insulin-Resistant Diabetic Male Rats. Niger J Physiol Sci.

23;26. Page 89-96.

Jemai et al., 2009. Antidiabetic and Antioxidant Effects of Hydroxytyrosol and Oleuropein

from Olive Leaves in Alloxan-Diabetic Rats. J Agric Food Chem. 2009 Oct

14;57(19). DOI: 10.1021/jf901280r. Page 8798-9804.

Jorns, A. et al., 1997. Comparative Toxicity of Alloxan, N-Alkylalloxans and Ninhydrin to

Isolated Pancreatic Islets In Vitro. Journal of Endocrinology Vol. 155 page 283-293.

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 14 Nomor 1 Agustus 2015 (Diunduh pada

30-01-2017, pukul 21.20 WIB).

Page 74: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kajimoto, Y. dan Kaneto, H. 2004. Role of Oxidative Stress in Pancreatic Beta-Cell

Dysfunction. Annals of The New York Academy of Science page 168-176.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Ke-10. Jakarta. Penerbit

EGC. Hal.704-725.

Kementerian Perdagangan RI. 2014. Obat Herbal Indonesia. Jakarta. Warta Ekspor. Edisi

September 2014. Hal. 2.

Lenzen, S. 2007. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin-Induced Diabetes.

Diabetologia. Vol. 51: 216-226.

Li, Lei., G. Aldini, M. Carini, C.Y.O. Chen, H. Chun, S. Choo, K, Park, C.R. Correa, R.M.

Russell, J.B. Blumberg dan K Yeum. 2009. Characterisation, extraction effieciency,

stability and antioxidant activity of phytonutrients in Angelica kesikei. Food

chemistry.115: 227-232.

Ma’mun, Bagem S. Sembiring, F. Manoi, Shinta S., E. Hayani, M. Sukmasari dan

Wahyudiono. 2009. Laporan Teknis Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Aromatik. Tidak diterbitkan. 12 hlm.

McMillin. 1990. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations.

Third Edition. Boston: Butterworths Publisher.

Mitalom.com//Daun Ashitaba berbentuk menjari (Diunduh pada 29-01-2017, pukul 21.00

WIB).

Mohamed, et al., 2013. Evaluation of -Glucosidase Inhibitory Effect of 50% Ethanolic

Standardized Extract of Orthosiphon stamineus Benth in Normal and Streptozotocin-

Induced Diabetic Rats. Hindawi Publishing Corporation Evidence-Based

Complementary and Alternative Medicine.

Nafrialdi dan Setawati, A. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke-5. Jakarta. Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. Hal.481-494.

National Association for Biomedical Research (NABR). 2015. Mice and Rats: The Essential

Need for Animals in Medical Research. Washington DC.

OhnogiI , Hiromu ; 2012. Journal of Six New Kalkon from Angelica keiskei Inducing

Adiponectin Production in 3T3-L1 Adipocytes (31-01-2017, pukul 22.30 WIB).

Okuyama T, Takata M, Takayasa J, Hasegawa T, Tokuda H, Nishino A, Nishini H, Iwasima

A. 1991. Antitumor- promotion by principles obtained from Angelica keskei, Chem

Phram Bull (Tokyo) 1991 Jun;39(6)”1604-5.

O'Neil, M.J. 2001. The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and

Biologicals, 13th Edition. Whitehouse Station, NJ: Merck and Co., Inc., Page 53.

Pavarini, D. P. et al., 2012. Exogenous influences on plant secondary metabolite levels.

Animal Feed Science and Technology Vol 176 Page 5-16.

Page 75: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pithon, M. M. 2013. Importance of the Control Group in Scientific Research. Dental Press

Journal of Orthodontics Vol. 18 No. 6.

Praptiwi et al., 2007. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Makasar (Brucea javanica (L)

Merr.) terhadap Plasmodium berghei secara in vivo pada Mencit. Bogor: LIPI

Puslit Biologi.

Pragya Tiwari, 2014. Phytochemical and Pharmacological Properties of Gymnema

sylvestre: An Important Medicinal Plant ; India.

Radenkovic, et al., 2015. Experimental diabetes induced by alloxan and streptozotocin: The

current state of the art. Journal of Pharmacological and Toxicological Methods.

Rand, Jacquie. 2013. Feline Diabetes, An Issue of Veterinary Clinics: Small Animal

Practice. Elsevier. Volume 43, Issue 2, Pages 221-446.

Rohilla, A. and Ali, S., 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mechanism and Effect.

International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Science Vol.3.

Sembiring Bagem Br., Manoi Feri.2011. Identifikasi Mutu Ashitaba.Litrro. 22(2) :177-185.

Sharp.P.E, La Regina, MC. 1998. The Laboratory Rat. Washington: CRC Press.

Sigurdsson, S., H.M. Ogmundsdottir, J. Hallgrimsson dan S. Gudbjarnson. 2005. Antitumor

activity of Angelica archangelica leaf extract. In vivo. 19 : 191-194.

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Suherman, Suharti K. 2007. Insulin dan antidiabetik oral. Dalam: Gunawan, S.g., R.

Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sun, C. et al., 2016. Effect of Fasting Time on Measuring Mouse Blood Glucose Level.

International Journal of Clinical and Experimental Medicine Vol. 9 Page 4186-

4189.

Sweetman, S.C. (Ed). 2009. Martindale: The Complete Drug Reference 36th Edition.

Pharmaceutical Press.

Szkudelski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action B Cells of Rat

Pancreas. Physiological Research Vol. 50 Page 536-546.

Thomas et al., 2016. Clinical Atlas in Endocrinology & Diabetes: A Case-Based

Compendium. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publishers. Hal. 132.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaan dan Efek

Samping, Edisi IV, 567-584, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Page 76: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Valentova, K, Ladislav Cvak, Alexandr Muck et al., (2002). Antioxidant activity of extracts

from the leaves of Smallanthus sonchifolius. Institute of Medical Chemistry and

Biochemistry Olomouc : Eurupean Journal of Nutrution.

Wang, J. 2008. Electrochemical Glucose Biosensors. Chemical Reviews 108 (2) page 814-

825.

Wicaksono, R. dan H. Syafirudin. 2003. Ashitaba (Angelica keiskei Koidzumi) tanaman

peningkat sistem kekebalan tubuh. Prosiding Seminar dan Pameran Nasional

Tumbuhan Obat Indonesia XXIV. hlm. 270-275.

Widiartini, et al., 2013. Pengembangan Usaha Produksi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tersertifikasi dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Hewan Laboratorium.

Universitas Diponegoro.

Widowati,2008 ; Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes, Laboratorium Penelitian dan

Pengembangan Ilmu Kedokteran Dasar (LP2IKD) Fakultas Kedokteran, Universitas

Kristen Maranatha, Bandung.

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on Research and

Evaluation of Traditional Medicines. Geneva: World Health Organization.

Yang, R., S. Lin dan G. Kuo. 2008. Content and distribution of flavonoids among 91 edible

plant species. Asia Pacific J. Clin Nutr. 17 : 275- 279.

Zhang, Tianshung ;2015. Journal of Ashitaba (Angelica keiskei) extract prevents adiposity

in high-fat diet-fed C57BL/6 mice.

Zohra et al., 2012. Phytochemical Screening and Identification of Some Compounds from

Mallow. Scholars Research Library 2 (4):512-516. ISSN : 2231 – 3184.

Page 77: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Surat determinasi tanaman seledri jepang

Page 78: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat CoA Aloksan

Page 79: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Alur Pembuatan Ekstrak

Ekstrak kental

Dihaluskan hingga menjadi serbuk

menggunkan blender

Sortasi kering

Dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan

Dicuci dengan air bersih dan

mengalir

Daun dipisahkan dari tangkai

daunnya Daun seledri jepang (Angelica

keiskei)

Maserat dipekatkan dengan rotary

evaporator

Disaring dengan kapas dan kertas

saring. Kemudian dilakukan

remaserasi hingga didapat filtrat

bening

1.1 kg serbuk daun seledri jepang

dimaserasi dengan etanol 70%.

Disimpan di tempat gelap dan

sesekali diaduk. Pelarut diganti

setiap 3 hari.

Simplisia daun seledri jepang

Parameter spesifik

1. Identitas

2. Organoleptis (bentuk,

warna dan bau)

Parameter nonspesifik

1. Kadar air

2. Kadar abu

Penapisan fitokimia

- Alkaloid - Fenol

- Flavonoid - Saponin

- Steroid/triterpenoid - Tanin

Freeze dry

Page 80: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Alur Aklimatisasi Hewan Uji Metode Induksi Aloksan

Disiapkan 30 ekor tikus

putih jantan galur Sprague

dawley dengan bobot 150-

200 g

Dikelompokkan secara

acak menjadi 6 kelompok

Diaklimatisasi dalam

kondisi percobaan selama

1 minggu

5 ekor tikus kelompok dosis

menengah (10 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok

dosis rendah (1 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok

kontrol positif

5 ekor tikus kelompok

kontrol negatif

5 ekor tikus kelompok

kontrol normal

5 ekor tikus kelompok dosis

tinggi (100 mg/kg BB)

Page 81: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Alur Kerja Uji Induksi Aloksan

Persiapan tikus puasa selama 12 jam

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Kontrol positif

Kontrol negatif

Kontrol normal

Tanpa

perlakuan

Induksi aloksan dosis 30 mg/ 200 g BB tikus

Perkembangan tikus uji selama 7 hari

Pengukuran kadar gula darah tikus uji

Dosis 1mg/kgBB

Dosis 100mg/kgBB

Dosis 10mg/kgBB

Glibenklamid

0,5/kgBB

Pengukuran glukosa darah hari ke 7, 14, dan 21

Analisis data

Larutan aquadest

Diberikan larutan glukosa 5% dalam botol minumnya

setelah 4 jam

Penelitian

Pengukuran kadar gula darah awal

Page 82: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan dosis

1. Ekstrak daun seledri jepang

Dosis rendah ekstrak 1mg/kgBB utk tikus seberat 200g adalah : 0,2mg/200g

VAO =𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝐵𝐵 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

=

0,2𝑚𝑔

200𝑔 𝑥 200𝑔

0,2 𝑚𝑔/𝑚𝑙

= 1 ml

Dosis menengah ekstrak 10mg/kgBB utk tikus seberat 200g adalah : 2mg/200g

VAO = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝐵𝐵 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

=

2𝑚𝑔

200𝑔 𝑥 200𝑔

2𝑚𝑔/𝑚𝑙

= 1ml

Dosis tinggi ekstrak 100mg/kgBB utk tikus seberat 200g adalah : 20mg/200g

VAO = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝐵𝐵 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

=

20𝑚𝑔

200𝑔𝑥 200𝑔

20𝑚𝑔/𝑚𝑙

= 1ml

2. Aloksan Monohidrat

Mengacu pada Optimization of Alloxan dose (2007) maka dosis tunggal aloksan yang

diberikan secara intraperitoneal adalah 150 mg/kg BB. Untuk satu ekor tikus dengan

berat 200 g maka dosis aloksan menjadi 30 mg/200gBB.

VAO = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝐵𝐵 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

=

30𝑚𝑔

200𝑔𝑥 200𝑔

30𝑚𝑔/𝑚𝑙

= 1ml

3. Dosis Glibenklamid

Dosis efektif oral untuk manusia = 5 mg/ 60 kgBB

HED (mg/kg) = dosis hewan (mg/kg) x 𝑘𝑚 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎

5 mg/ 60 kgBB = dosis hewan (mg/kg) x 6

37

Dosis hewan = 5mg/60kgBB x 37

6

0,083

0,162𝑚𝑔/𝑘𝑔

Dosis hewan = 0,1mg/200g

Page 83: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun seledri jepang

(Angelica keiskei)

No Uji kandungan Keterangan gambar Indikator hasil positif Hasil

1 Flavonoid Hasil positif adanya

flavonoid jika

terbentuk warna merah,

kuning atau jingga

Hasil : (+)

Terdapat endapan

berwarna jingga

2 Alkaloid (a) (b) (a) Pereaksi

Dragendroff: adanya

endapan berwarna

oranye hingga merah

(b) Pereaksi Mayer:

terbentuk dengan

endapan berwarna

putih atau kuning

Hasil : +

(a) Menggunakan

pereaksi dragendorf

terbentuk endapan

(b) Menggunakan

pereaksi meyer

terbentuk endapan

putih kekuningan (+)

3 Tanin hasil positif jika

terbentuk warna biru,

hijau, biru kehijauan,

hijau kecoklatan atau

biru kehitaman.

Hasil : +

Terbentuk warna

hijau kecokelatan

4 Saponin Busa yang stabil selama

20 menit menandakan

adanya senyawa

saponin.

Hasil : -

Terbentuk busa yang

tidak stabil

Page 84: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Triterpenoid &

Steroid

Uji positif triterpenoid

memberikan warna

merah atau kuning dan

uji positif steroid

memberikan warna

hijau atau biru

Hasil : + triterpenoid

Terbentuk warna

merah kekunig-

kuningan

6 Fenol Jika terbentuk warna

hijau, merah atau ungu

maka positif

mengandung senyawa

fenolik

Hasil : +

Terbentuk warna

hijau

Page 85: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Etanol 70%

Daun seledri jepang (Angelica keiskei)

Rendemen = (bobot ekstrak : bobot simpilia) x 100%

(130gram : 1100gram)x 100

= 11,81%

Artinya diperlukan 100 gram simplisia kering daun seledri jepang untuk mendapatkan 11,81 gram

ekstrak etanol 70% daun seledri jepang

Penggunaan ekstrak dalam dosis uji :

1. Dosis rendah : 1mg (sebanding dengan 8,46 gram simplisia kering)

2. Dosis sedang : 10mg (sebanding dengan 84,6 gram simplisia kering)

3. Dosis tinggi : 100mg (sebanding dengan 846 gram simplisia kering)

Konversi dosis ekstrak 1mg/kgBB hewan ke dosis manusia

HED (mg/kg) = dosis hewan (mg/kg) x 𝑘𝑚 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎

x mg/ 60 kgBB = dosis hewan (mg/kg) x 6

37

x mg/ kgBB = 1 mg/kgBB x 6

37

6 x 60

37𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵

Dosis manusia = 9,72 mg/kgBB

kadar air = bobot awal - bobot akhir / bobot sampel x 100%

bobot awal : 13,334gram

bobot akhir : 13,248gram

bobot sampel : 1,019

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =(bobot awal − bobot akhir)

(bobot sampel) 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =(13,334 − 13,248)

(1,019) 𝑥 100% → 8,43%

kadar abu = (C-A)/(B-A) x 100%

kadar abu = (berat residu+berat cawan kosong) - berat cawan kosong / (berat sampel+berat

cawan kosong)- berat cawan kosong x 100%

C : (berat residu+berat cawan kosong) 30,076gram

B : (berat sampel+berat cawan kosong) 31,01gram

A : berat cawan kosong 29,969gram

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 =(C − A)

(B − A) 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 =(30,076 − 29,969)

(31,01 − 29,969) 𝑥 100% → 10,27

Page 86: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Induksi Aloksan

Normal sblm

induksi

G0 G7 G14 G21

1 80 80 80 82 83

2 78 78 87 65 75

3 75 75 65 89 80

4 68 68 65 61 62

5 70 70 72 75 68

RATA2 74,2 74,2 73,8 73,6 74,2

STDEV 5,118594 5,118594 9,628084 8,619745 5,118594

Negatif sblm

induksi

G0 G7 G14 G21

1 87 600 576 570 568

2 84 469 400 385 390

3 73 516 525 522 520

4 75 600 576 548 550

5 90 401 355 359 348

RATA2 81,8 517,2 486,4 476,8 475,2

STDEV 80,76 85,93428 102,8071 97,59969 99,56505

Gliben sblm

induksi

G0 G7 G14 G21

1 93 600 576 548 123

2 62 401 355 240 252

3 87 200 120 121 96

4 109 144 97 86 84

RATA2 87,75 336,25 287 248,75 138,75

STDEV 19,51709 207,5899 225,1918 210,1069 77,2415

Page 87: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D1 sblm

induksi

G0 G7 G14 G21

1 114 451 240 142 89

2 87 386 298 153 -

3 78 420 234 160 145

4 81 600 108 73 54

5 70 516 525 394 157

RATA2 86 474,6 281 184,4 111,25

STDEV 16,80774 84,89287 153,0065 122,1896 48,32098

D10 sblm

induksi

G0 G7 G14 G21

1 93 556 214 83 108

2 82 571 462 108 257

3 100 600 271 157 104

4 81 534 334 145 376

5 62 600 568 73 91

RATA2 83,6 572,2 369,8 113,2 187,2

STDEV 14,4326 28,58671 144,136 33,12039 125,4659

D100 sblm

induksi

G0 G7 G14 G21

1 109 315 153 91 100

2 97 268 178 114 159

3 56 234 96 141 111

4 78 469 400 227 270

5 66 162 117 77 83

RATA2 81,2 289,6 188,8 130 144,6

STDEV 21,78761 114,7489 122,2403 59,40539 75,57314

Persentase pengendalian hiperglikemia glukosa darah tikus

kelompok uji hari 7 hari 14 hari 21

normal 0,66% -0,26% 1,02%

kontrol - 5,95% 7,81% 8,12%

kontrol + 14,64% 26,02% 58,73%

dosis rendah 40,79% 61,14% 76,55%

dosis sedang 35,37% 80,21% 67,28%

dosis tinggi 34,80% 55,11% 50,06%

Page 88: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Analisis Kadar Glukosa Darah Uji Induksi Aloksan

1. Uji Normalitas dan Homogenitas kadar glukosa darah

a. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar glukosa darah tikus

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus terdistribusi normal

Ha = Data kadar glukosa darah tikus tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

o Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

o Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

N 29 29 29 29 28

Normal

Parametersa,b

Mean 82,2414 378,7586 280,9310 203,0690 192,9643

Std.

Deviation 14,47080 196,69586 183,12543 167,43739 157,58795

Most Extreme

Differences

Absolute ,095 ,137 ,155 ,291 ,264

Positive ,095 ,130 ,155 ,291 ,264

Negative -,071 -,137 -,119 -,198 -,189

Test Statistic ,095 ,137 ,155 ,291 ,264

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,177c ,073c ,000c ,000c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Interpretasi data : Kadar glukosa tikus tidak terdistribusi normal pada data hari ke-14 dan ke-

21 setelah pemberian ekstrak (p ≤ 0,05)

Page 89: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah tikus uji homogen atau tidak

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus homogen

Ha = Data kadar glukosa darah tikus tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

o Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

o Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

GULA_DARAH_SBLM 1,612 5 23 ,197

GULA_DARAH_G0 5,680 5 23 ,001

GULA_DARAH_G7 2,958 5 23 ,033

Interpretasi data : Data kadar glukosa darah tidak homogen pada waktu sebelum induksi, hari

ke-0, dan hari ke-7 (p ≤ 0,05) sehingga analisis dilanjutkan dengan uji

Kruskal-Wallis

2. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna pada data kadar

glukosa darah tikus uji

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

o Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

o Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test Statisticsa,b

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Chi-Square 19,519 17,914 16,679 18,369

df 5 5 5 5

Asymp. Sig. ,002 ,003 ,005 ,003

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: KELOMPOK

Page 90: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Interpretasi data : Terdapat perbedaan bermakna pada waktu hari ke-0, hari ke-7, ke-14, dan

ke-21. Sedangkan pada waktu sebelum induksi tidak terdapat perbedaan

secara bermakna. Analisis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

3. Uji Mann Whitney

Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna pada data kadar

glukosa darah tikus uji

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

o Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

o Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

(NORMAL X POSITIF)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 5,000 ,000 ,000 1,000 ,000

Wilcoxon W 20,000 15,000 15,000 16,000 15,000

Z -1,225 -2,449 -2,460 -2,205 -2,449

Asymp. Sig. (2-tailed) ,221 ,014 ,014 ,027 ,014

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,286b ,016b ,016b ,032b ,016b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(NORMAL X NEGATIF)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 5,500 ,000 ,000 ,000 ,000

Wilcoxon W 20,500 15,000 15,000 15,000 15,000

Z -1,467 -2,619 -2,627 -2,611 -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,142 ,009 ,009 ,009 ,009

KELOMPOK 1 : NORMAL KELOMPOK 4 : DOSIS KECIL

KELOMPOK 2 : POSITIF KELOMPOK 5 : DOSIS SEDANG

KELOMPOK 3 : NEGATIF KELOMPOK 6 : DOSIS TINGGI

Page 91: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151b ,008b ,008b ,008b ,008b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(NORMAL X DOSIS KECIL)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 5,000 ,000 ,000 3,000 5,000

Wilcoxon W 20,000 15,000 15,000 18,000 20,000

Z -1,576 -2,611 -2,619 -1,984 -1,225

Asymp. Sig. (2-tailed) ,115 ,009 ,009 ,047 ,221

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151b ,008b ,008b ,056b ,286b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(NORMAL X DOSIS SEDANG)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 5,000 ,000 ,000 4,000 ,000

Wilcoxon W 20,000 15,000 15,000 19,000 15,000

Z -1,567 -2,619 -2,619 -1,776 -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,117 ,009 ,009 ,076 ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151b ,008b ,008b ,095b ,008b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(NORMAL X DOSIS TINGGI)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 11,500 ,000 ,000 2,000 ,500

Wilcoxon W 26,500 15,000 15,000 17,000 15,500

Z -,210 -2,611 -2,619 -2,193 -2,514

Asymp. Sig. (2-tailed) ,834 ,009 ,009 ,028 ,012

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,841b ,008b ,008b ,032b ,008b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Page 92: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(POSITIF X NEGATIF)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 6,500 4,500 4,500 3,500 ,000

Wilcoxon W 21,500 14,500 14,500 13,500 10,000

Z -,861 -1,376 -1,376 -1,599 -2,449

Asymp. Sig. (2-tailed) ,389 ,169 ,169 ,110 ,014

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,413b ,190b ,190b ,111b ,016b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(POSITIF X DOSIS KECIL)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 8,500 5,500 10,000 9,000 7,000

Wilcoxon W 23,500 15,500 25,000 24,000 17,000

Z -,369 -1,107 ,000 -,245 -,289

Asymp. Sig. (2-tailed) ,712 ,268 1,000 ,806 ,773

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,730b ,286b 1,000b ,905b ,886b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(POSITIF X DOSIS SEDANG)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 8,000 4,000 8,000 5,000 7,000

Wilcoxon W 23,000 14,000 18,000 20,000 17,000

Z -,494 -1,495 -,490 -1,225 -,735

Asymp. Sig. (2-tailed) ,621 ,135 ,624 ,221 ,462

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,730b ,190b ,730b ,286b ,556b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Page 93: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(POSITIF X DOSIS TINGGI)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 8,500 10,000 8,000 6,000 9,000

Wilcoxon W 23,500 25,000 23,000 21,000 19,000

Z -,369 ,000 -,490 -,980 -,245

Asymp. Sig. (2-tailed) ,712 1,000 ,624 ,327 ,806

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,730b 1,000b ,730b ,413b ,905b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(NEGATIF X DOSIS KECIL)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 12,500 8,500 2,500 2,000 ,000

Wilcoxon W 27,500 23,500 17,500 17,000 10,000

Z ,000 -,849 -2,102 -2,193 -2,449

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 ,396 ,036 ,028 ,014

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b ,421b ,032b ,032b ,016b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(NEGATIF X DOSIS SEDANG)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 11,000 8,000 5,000 ,000 1,000

Wilcoxon W 26,000 23,000 20,000 15,000 16,000

Z -,313 -,970 -1,571 -2,611 -2,402

Asymp. Sig. (2-tailed) ,754 ,332 ,116 ,009 ,016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,841b ,421b ,151b ,008b ,016b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Page 94: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(NEGATIF X DOSIS TINGGI)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 12,000 1,500 1,500 ,000 ,000

Wilcoxon W 27,000 16,500 16,500 15,000 15,000

Z -,104 -2,312 -2,312 -2,611 -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,917 ,021 ,021 ,009 ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b ,016b ,016b ,008b ,008b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(DOSIS KECIL X DOSIS SEDANG)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 11,500 4,000 8,000 7,500 6,000

Wilcoxon W 26,500 19,000 23,000 22,500 16,000

Z -,210 -1,798 -,940 -1,048 -,980

Asymp. Sig. (2-tailed) ,834 ,072 ,347 ,295 ,327

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,841b ,095b ,421b ,310b ,413b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

(DOSIS KECIL X DOSIS TINGGI)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 9,500 3,000 7,000 8,000 7,000

Wilcoxon W 24,500 18,000 22,000 23,000 17,000

Z -,629 -1,984 -1,149 -,940 -,735

Asymp. Sig. (2-tailed) ,530 ,047 ,251 ,347 ,462

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,548b ,056b ,310b ,421b ,556b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Page 95: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(DOSIS SEDANG X DOSIS TINGGI)

Test Statisticsa

GULA_DARAH_

SBLM

GULA_DARAH_

G0

GULA_DARAH_

G7

GULA_DARAH_

G14

GULA_DARAH_

G21

Mann-Whitney U 11,000 ,000 3,000 11,000 11,000

Wilcoxon W 26,000 15,000 18,000 26,000 26,000

Z -,313 -2,619 -1,984 -,313 -,313

Asymp. Sig. (2-tailed) ,754 ,009 ,047 ,754 ,754

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,841b ,008b ,056b ,841b ,841b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Interpretasi data :

1. Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang dalam berbagai dosis memiliki perbedaan yang

bermakna dengan kontrol negatif (Sig < 0,05)

2. Ekstrak etanol 70% daun seledri jepang dosis 1, 10 dan 100 mg/kg BB memiliki

perbedaan yang tidak bermakna dengan obat antihiperglikemik (glibenklamid) yang

beredar di masyarakat (Sig > 0,05)

3. Etanol 70% daun seledri jepang pada berbagai dosis (1, 10, 100mg/kgBB) memiliki

perbedaan yang tidak bermakna. (Sig > 0,05)

Page 96: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Dokumentasi penelitian

Ekstrak kental

Uji parameter non spesifik

kadar air Proses evaporasi

Proses penyaringan ekstrak Simplisia kering dalam

toples

Simplisia kering setelah

dirajang

Page 97: DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35948/1/Faris... · ETANOL 70% DAUN SELEDRI JEPANG (Angelica keiskei) PADA

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan penginduksi

(Aloksan)

Uji parameter non

spesifik kadar abu

Hewan uji (tikus jantan)

Pembacaan kadar darah

dengan Glukometer (Easy

touch ) Penyondean ekstrak ke

hewan uji secara oral Menimbang Hewan uji

(tikus jantan)