Upload
dangthuy
View
290
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
WUJUD DAN MAKNA IMPERATIF DALAM BIOGRAFI
JOKOWI SERTA PENERAPANNYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DI SMP
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
DESI KOMALASARI
NIM 1111013000059
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ABSTRAK
Desi Komalasari (1111013000059). “Wujud dan Makna Imperatif dalam
Biografi Jokowi serta Penerapannya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMP.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Pembimbing: Dr. Darsita S, M. Hum.
Wujud dan makna imperatif menggunakan ancangan sosiopragmatik harus
dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dan makna imperatif yang terdapat dalam
biografi Jokowi, dan mendeskripsikan penerapan hasil temuan pada pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Menengah Pertama. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ancangan sosiopragmatik dengan
penyajian data kualitatif deskriptif. Ancangan sosiopragmatik melibatkan kondisi-
kondisi dari ranah kemasyarakatan dan melibatkan berbagai konteks yang bersifat
sosial dan kultural.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam ranah sosial yang
ditemukan dalam biografi Jokowi. Keenam ranah sosial tersebut adalah ranah
keluarga, ranah tempat kerja, ranah pemerintahan, ranah ekonomi, ranah pilkada, dan
ranah pemilu. Dari enam ranah sosial tersebut, ditemukan sebanyak lima puluh
delapan wujud tuturan imperatif dan sebelas makna sosiopragmatik imperatif. Sebelas
macam makna imperatif tersebut diantaranya (a) makna imperatif ajakan, (b) makna
imperatif harapan, (c) makna imperatif larangan, (d) makna imperatif persilaan, (e)
makna imperatif suruhan, (f) makna imperatif umpatan, (g) makna imperatif perintah,
(h) makna imperatif permintaan, (i) makna imperatif bujukan, (j) makna imperatif
desakan, (k) makna imperatif imbauan.
Penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMP kelas 7 semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada aspek membaca. Dalam kurikulum tersebut, terdapat
Standar Kompetensi memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan
membaca memindai, dan Kompetensi Dasarnya adalah peserta didik diharapkan
mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam buku biografi
yang dibaca secara intensif.
Kata kunci: wujud imperatif, makna imperatif, sosiopragmatik, biografi.
ii
ABSTRACT
Desi Komalasari (1111013000059). “The Form and Meaning of The Imperatives
in Jokowi’s Biography and it’s Application for Indonesian Language and
Literature Education in Junior High School.” Departement of Education
Indonesian Language and Literature, Faculty of Education and Teaching Tarbiyah,
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016. Under the guidance: Dr.
Darsita S, M.Hum.
The form and meaning of the imperatives that use sociopragmatics approach
must associated with the background context of the utterance’s situation. This study
aims to describe the form and meaning of the imperatives which contained in
Jokowi’s biography and describe application of the form and meaning of imperatives
in learning Indonesian language and literature at school. The method that used in this
research is based on sociopragmatics approach with qualitative descriptive method
for data presentation. Sociopragmatics approach involving conditions of social
domain and involving various of contexts which have the social and cultural’s
qualities.
The result showed that there are six social’s domains in Jokowi’s biography.
The six kind of social’s domains are family’s domain, office’s domain,
administration’s domain, economy’s domain, election’s domain, and general
election’s domain. With these six social’s domains found that there are fifty eight and
eleven kinds of imperatives’s meaning. These eleven kinds of imperatives’s meaning;
include (a) the meaning of agitation’s imperative, (b) the meaning of hope’s
imperative, (c) the meaning of prohibition’s imperative, (d) the meaning of
permission’s imperative, (e) the meaning of order’s imperative, (f) the meaning of
aspersion’s imperative, (g) the meaning of command’s imperative, (h) the meaning of
demand’s imperative, (i) the meaning of persuasion’s imperative, (j) the meaning of
insistence’s imperative, (k) the meaning of appeal’s imperative.
This research can be apply in learning Indonesian language and literature at
school with students of 7th
grades in even semester based on KTSP’s curriculum with
reading aspect. In this curriculum could be found the standart’s competences:
comprehend write discourse by means of intensive reading activity and scanning, and
the based competence is students could be reveal submissive things from the figure
in the biography that they read intensively.
Keywords: form imperative, meaning imperative, sociopragmatics, biography.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul “Wujud
dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi serta Penerapannya terhadap
Pembelajaran di Sekolah” dapat diselesaikan meskipun rintangan dan cobaan sempat
dialami penulis. Atas izin-Nya lah penulis diberikan kesempatan untuk bisa melalui
semua rintangan dan cobaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa penulis sampakan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh
umatnya.
Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk para
pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini sulit
untuk terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah mempermudah dan memperlancar proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Dona Aji Karunia Putra MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
iv
4. Dr. Darsita S, M.Hum., selaku dosen pembimbing penulis. Beliau dengan
sabar dan tulus meluangkan waktunya serta berbagi pemikirannya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses menyelesaikan
skripsi ini.
5. Dr. Nuryani, MA dan Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen penguji.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua (Bapak Noin dan Ibu Marsinah) penulis, berkat doa, didikan,
dukungan, dan kesabaran keduanya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Purwo Sasmito yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan
dukungan kepada penulis ketika penulis hilang semangat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Maimunah dan Fenty Yanuati teman seperjuangan skripsi yang selalu
mendengarkan keluh kesah penulis, dan selalu memberikan semangat
kepada penulis agar tak lelah berjuang menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2011, khususnya kelas B yang telah membantu penulis. Tak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah membantu dengan ikhlas demi
terwujudnya skripsi ini.
Jakarta, 13 April 2016
Penulis,
DK
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………... i
ABSTRACT …………………………………………………………………..... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….. 5
C. Batasan Masalah ………………………………………………………... 5
D. Rumusan Masalah ……………………………………………………..... 5
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………...... 6
F. Manfaat Penelitian …………………………………………………….... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sosiopragmatik ……………………………………………………......... 7
1. Sosiolinguistik …………………………………………………….... 8
2. Pragmatik ……………………………………………………............ 9
B. Kalimat Imperatif ……………………………………………………...... 11
C. Wujud dan Makna Imperatif dalam Bahasa Indonesia …………………. 15
D. Ranah ……….……………………………………………………............ 23
E. Biografi ……….……………………………………………………........ 24
F. Penelitian Relevan …………………………………………………….... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian …………………………………………………..... 32
vi
B. Metode Penelitian ……….……………………………………................. 32
C. Ruang Lingkup Penelitian .……………………………………................. 32
D. Objek Penelitian ……….…………………………………….................... 33
E. Pengumpulan Data …….…………………………………….................... 33
F. Instrumen Penelitian …….…………………………………….................. 35
G. Analisis Data ……….……………………………………......................... 36
H. Tahap Analisis Data .…………………………………….......................... 37
I. Pelaksanaan Penelitian …………………………………........................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sinopsis Biografi …….……………………………………...................... 41
B. Wujud dan Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Enam Macam Ranah 42
1. Ranah Keluarga ……………………………………........................... 42
2. Ranah Tempat Kerja ……………………………………................... 44
3. Ranah Pemerintahan …………………………………….................... 49
4. Ranah Ekonomi ……………………………………........................... 58
5. Ranah Pilkada ……………………………………….......................... 63
6. Ranah Pemilu ……………………………………….......................... 67
Tabel Frekuensi Kemunculan Makna Tuturan Sosiopragmatik
Imperatif dalam Enam Ranah …………………………............................ 70
C. Pembahasan Penelitian ……………………………………....................... 71
1. Analisis Data Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi … 71
2. Penerapan Temuan Terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Sekolah ...……………………...................... 100
BAB V PENUTUP
A. Simpulan …………………………………................................................. 102
B. Saran …………………………………....................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ................................…....................................................... 104
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambar Sampul Depan Biografi Jokowi
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 4 : Biodata Penulis Biografi Jokowi
Lampiran 5 : Lembar Surat Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu lambang bunyi yang arbitrer dan merupakan salah
satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Hal itu disebabkan karena
manusia memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan untuk mengembangkan
akalnya. Dengan kemampuan itu manusia mengembangkan dirinya untuk
berkomunikasi, guna mengungkapkan pikirannya, perasaannya, ataupun
keinginannya melalui bahasa. Tanpa adanya bahasa, seseorang tentu akan mengalami
kesulitan apabila ingin menyatakan pikiran, perasaan, keinginan, atau pendapatnya.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ahmad HP dan Abdullah, “bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.”1
Bahasa dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal bahasa
dikaji berdasarkan struktur internal kebahasaannya, yakni dikaji sesuai aspek-aspek
linguistik dan teori linguistik. Misalnya, morfologi, fonologi, dan sintaksis. Secara
eksternal bahasa dikaji dengan memperhatikan unsur eksternal kebahasaannya, yakni
berhubungan dengan penggunaan bahasa oleh penuturnya dalam kelompok
masyarakat tertentu. Pengkajian bahasa secara eksternal tidak hanya melibatkan satu
disiplin ilmu saja, tetapi terdiri dari dua atau lebih disiplin ilmu. Misalnya, perpaduan
antara sosiologi dan linguistik menghasilkan sosiolinguistik, perpaduan antara
sosiologi dan pragmatik menghasilkan sosiopragmatik.
Peneliti akan mengkaji bahasa (tuturan) dengan menggunakan landasan
sosiopragmatik. Penelitian yang dilandasi oleh ilmu sosiopragmatik masih jarang
dilakukan oleh para peneliti, penyebabnya karena sosiopragmatik lebih kompleks
dibandingkan kajian ilmu kebahasaan lainnya, sehingga pengkajiannya
1 Achmad HP dan Alex Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 10.
2
memperhatikan konteks sosiologi tuturan di luar bahasa. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Rahardi, yaitu “Penelitian sosiopragmatik hampir jarang dikaji dan
dibicarakan oleh para linguis daripada disiplin linguistik yang lain. Hal ini
disebabkan sosiopragmatik menggunakan ancangan sosiologi dan pragmatik sebagai
bahan penelitiannya. Komponen penelitian sosiopragmatik tidak hanya semata bentuk
bahasa tuturan, namun juga memperhatikan aspek sosiologi atau latar belakang si
penutur, sehingga penelitian sosiopragmatik memiliki jangkauan yang lebih luas
daripada pragmatik.”2
Berbicara tentang imperatif, pasti di pikiran setiap orang hanya menggunakan
konstruksi imperatif saja, artinya hanya memikirkan aspek struktural imperatif
tersebut. Padahal makna imperatif tidak hanya dapat dinyatakan dengan konstruksi
imperatif saja, tetapi dapat dinyatakan dengan konstruksi-konstruksi lainnya,
misalnya dapat dinyatakan dengan konstruksi deklaratif, dan interogatif. Dalam
komunikasi sesungguhnya, makna imperatif tidak selalu sesuai dengan wujud
konstruksinya, melainkan ditentukan oleh konteks situasi tutur yang
melatarbelakanginya.
Wujud imperatif selalu hadir dalam komunikasi yang dilakukan oleh manusia.
Oleh karena itu, wujud makna imperatif memiliki fungsi komunikatif yang sangat
penting. Sangat mustahil apabila dalam berkomunikasi tidak bertemu dengan wujud
imperatif. Seperti yang dipertegas oleh Rahardi berikut ini “Dalam komunikasi
sehari-hari yang memerantikan bahasa manusia sebagai media pokoknya, entitas
imperatif dipastikan selalu hadir dalam tingkat keseringan yang tinggi.”3 Hal itu
menunjukkan bahwa wujud imperatif akan selalu hadir dan fungsinya sangat penting
dalam komunikasi antar manusia, misalnya komunikasi antara guru dengan murid,
guru dengan guru, ataupun siswa dengan siswa.
2 R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural
dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 3. 3 Ibid, hlm. 1.
3
Kajian imperatif di dalam bahasa Indonesia sudah banyak dilakukan oleh para
peneliti, akan tetapi aspek yang diteliti hanya strukturalnya saja. Hal tersebut seperti
yang diungkapkan oleh Kunjana Rahardi berikut ini “ Dari pencermatan pustaka yang
dilakukan selama ini, didapatkan pula bahwa kajian ihwal imperatif di dalam bahasa
Indonesia yang berancangan struktural memang sudah banyak dilakukan.”4 Oleh
karena itu, peneliti ingin mengkaji wujud makna kalimat imperatif dalam biografi
berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker’ berlandaskan ancangan
sosiopragmatik yang melibatkan dimensi sosial dan kultural. Pada biografi ini
dilakukan penelitian dengan membagi tuturan imperatif ke berbagai ranah dan tingkat
kedudukan yang berbeda antar penutur sehingga memiliki bentuk-bentuk tuturan
imperatif yang berbeda. Tuturan yang dimaksud pada penelitian ini berdasarkan
wawancara penulis biografi kepada para penutur kemudian dituangkan ke dalam
sebuah buku biografi. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji wujud makna imperatif
berupa teks yang berlandaskan hasil wawancara (lisan) pengarang buku.
Peneliti memilih biografi sebagai objek penelitian dikarenakan biasanya
kajian wujud imperatif menggunakan ancangan sosiopragmatik kebanyakan
memfokuskan pada tuturan secara lisan dan terlibat langsung dalam sebuah tuturan.
Ternyata dalam biografipun terdapat wujud dan makna imperatif. Kalaupun ada
kajian wujud imperatif yang berupa tulisan (teks) objek kajiannya ialah berupa cerpen
atau kumpulan cerpen. Oleh karena itu, peneliti berharap penelitian ini bisa dijadikan
acuan untuk penelitian selanjutnya bahwa pengkajian wujud imperatif tidak terbatas
hanya pada tuturan lisan saja.
Membahas biografi seorang tokoh pasti ada hal menarik yang dapat diperoleh
setelah membacanya. Hal menarik tersebut misalnya saja sikap atau sifat tokoh dalam
biografi yang dapat diteladani sehingga dapat membawa pembaca menjadi pribadi
lebih baik lagi. Selain itu dapat juga membuat pembaca termotivasi sehingga akan
melakukan hal seperti yang dilakukan tokoh pada biografi. Contoh yang sudah
4 Ibid, hal. 2.
4
disebutkan dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Siswa
dilibatkan dalam pembacaan biografi tokoh sehingga dapat mengambil hal positif dari
tokoh yang terdapat pada biografi sehingga membentuk karakter siswa yang baik.
Peneliti memilih Presiden Republik Indonesia saat ini, yaitu Bapak Joko
Widodo yang biasa akrab dipanggil Jokowi sebagai tokoh objek kajian penelitian.
Seperti yang sudah diketahui, sosoknya mencuri perhatian banyak orang semenjak
namanya dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah terbaik ketika memimpin Kota
Solo. Namanya semakin terkenal ketika disebut sebut akan mencalonkan diri sebagai
presiden Republik Indonesia. Perhatian banyak orang tetuju kepada sosoknya yang
dianggap berbeda dalam memimpin. Salah satu perbedaan yang dapat dilihat yaitu
kegiatannya blusukan, melihat secara langsung keadaan masyarakatnya di lapangan.
Selain itu, ia juga mengubah sistem pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih
cepat, dan transparan. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil objek biografi
Jokowi sebagai bahan penelitian.
Penelitian ini tidak hanya akan menganalisis wujud makna imperatif dalam
biografi berlandaskan sosiopragmatik saja, tetapi juga menganalisis penerapan
biografi tokoh terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada kelas VII
Sekolah Menengah Pertama semester genap. Penerapan dalam pembelajaran
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Standar
Kompetensi (SK) memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan
membaca memindai, dan Kompetensi Dasar (KD) mengungkapkan hal-hal yang
dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif.
Penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah agar siswa lebih memahami aturan-aturan dalam berkomunikasi
(bertutur) dan mengajarkan siswa agar lebih termotivasi, mengambil sisi positif, dan
meneladani tokoh. Atas dasar latar belakang yang sudah dipaparkan, maka penelitian
ini mengambil judul “Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi serta
Penerapannya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.”
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka dapat
diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:
1. Wujud makna kalimat imperatif yang terdapat dalam biografi berjudul
‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
2. Kajian imperatif di dalam bahasa Indonesia berancang struktural sudah
banyak dilakukan, sehingga masih terbatasnya penelitian mengenai kajian
entitas imperatif secara eksternal.
3. Pengungkapan hal-hal menarik dan hal-hal yang dapat diteladani pada
tokoh yang terdapat dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat
Berjiwa Rocker.’
4. Penerapan temuan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMP.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan untuk memudahkan penelti agar lebih
mendalam dan spesifik ketika meneliti. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada wujud makna kalimat imperatif
dengan melakukan analisis terhadap tujuh macam ranah yang terdapat pada biografi
berjudul „Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana wujud makna kalimat imperatif dalam biografi berjudul
‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker?’
2. Bagaimana penerapan wujud kalimat imperatif yang terdapat dalam
biografi ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker’ terhadap
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang sudak dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan wujud makna kalimat imperatif yang terdapat dalam
biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.‟
2. Mendeskripsikan penerapan wujud kalimat imperatif yang terdapat dalam
biografi ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker’ terhadap
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
F. Manfaat Penelitian
Ditinjau dari dua manfaat, yakni 1) manfaat teoretis; 2) manfaat praktis, hasil
penelitian ini diuraikan masing-masing sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis sebagai berikut:
a. Melakukan deskripsi wujud makna kalimat imperatif dalam biografi
berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
b. Melakukan deskripsi penerapan wujud kalimat imperatif yang
terdapat dalam buku “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker
terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
2. Manfaat praktis sebagai berikut:
a. Dapat dijadikan sebagai acuan penelitian lebih lanjut bagi peneliti
yang akan datang.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan dalam pelajaran bahasa Indonesia, pada materi pelajaran
mengungkapkan hal-hal menarik dan mengungkapkan hal-hal yang
dapat diteladani dari tokoh dalam buku biografi.
7
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Sosiopragmatik
Istilah sosiopragmatik pertama kali disampaikan di dalam buku Leech yang
sangat ternama berjudul “Prisip-prinsip Pragmatik”. Ia menjelaskan tentang
jangkauan pragmatik umum (general pragmatics). Ia juga menyatakan mengenai
sosiopragmatik, pernyataannya sebagai berikut:
“Sosiopragmatik pada dasarnya adalah pragmatik yang terjadi dalam konteks
sosial dan konteks kultural tertentu. Pemakaian bahasa dalam komunikasi terkait
pula dengan faktor-faktor non bahasa yang merupakan kondisi sosial dan budaya
“lokal” yang bersifat spesifik. Pemakaian bahasa dalam konteks yang bersifat
spesifik itu menjadi bidang kajian sosiopragmatik. Sosiopragmatik didasarkan
pada prinsip komunikasi bahwa proses komunikasi beroperasi secara berbeda
dalam kebudayaan-kebudayaan dan masyarakat yang berbeda dalam dan
masyarakat bahasa yang berbeda, dalam situasi sosial yang berbeda, dalam kelas
sosial yang berbeda.”1
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka sosiopragmatik sangat berkaitan erat
dengan sosiologi, termasuk sosiologi bahasa. Kondisi/ranah sosial dan budaya
mayarakat menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam kajian ini. Jadi, dapat
dikatakan bahwa sosiopragmatik merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu, ilmu
sosiolinguistik dan pragmatik.
Kartomiharjo dalam Zamzani menjelaskan kajian sosiopragmatik didasarkan
pada kenyataan bahwa prinsip kerja sama dan kesopanan beropersi secara berlainan
dalam kebudayaan dan masyarakat bahasa yang berbeda, dalam situasi sosial yang
berbeda, dalam kelas sosial yang berbeda dan sebagainya. Hal tersebut memberikan
gambaran atau petunjuk kepada pamakai bahasa mengapa dapat dengan mudah
1 Geoffrey Leech, Prinsip-prinsip Pragmatik, Terj. M.D.D Oka. (Jakarta: UI Press, 2011),
hlm. 15.
8
terjadi kesalahpahaman di dalam komunikasi antar manusia yang berlainan latar
kebudayaan, sosial dan sebagainya.2
Setiap masyarakat bahasa memiliki prinsip kerjasama dan kesopanan yang
berbeda (tidak universal). Misalnya, masyarakat yang satu memandang perilaku
tertentu sopan, sedangkan masyarakat yang lain memandang perilaku tersebut tidak
sopan. Namun demikian, prinsip kerjasama dan kesopanan sangat diperlukan dalam
komunikasi dan harus berhubungan dengan kebudayaan masyarakat pemakai bahasa
itu. Penggunaan prinsip kerja sama dan kesopanan secara tepat akan menunjang
keberhasilan dalam berkomunikasi. Berdasarkan pemaparan di atas jelas sekali bahwa
sosiopragmatik menggabungkan dua disiplin ilmu Bahasa, yakni sosiolinguistik dan
pragmatik.
1. Sosiolinguistik
Kajian sosiolinguistik cenderung berfokus pada variasi bahasa yang muncul di
masyarakat yang biasanya dapat ditelusuri karena keberadaan berbagai stratifikasi
sosial dalam masyarakat.3 Pernyataan tersebut kemudian dipertegas oleh I Dewa Putu
Wijana dan Muhammad Rohmadi yang menyatakan bahwa konsepsi sosiolinguistik
struktur masyarakat yang selalu bersifat heterogen (tidak pernah homogen)
mempengaruhi struktur bahasa. Adapun struktur bahasa masyarakat di sini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti siapa yang berbicara (who speaks), dengan
siapa (with whom), di mana (where), kapan (when), dan untuk apa (to what end).4
Jadi, jelas sekali bahwa dalam sosiolinguistik, bahasa dan masyarakat merupakan
komponen utama kajiannya. Bahasa dalam masyarakat bersifat heterogen sehingga
akan muncul variasi bahasa yang setiap struktur bahasanya berbeda pula.
Wardhaugh dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Sociolinguistics
menyatakan bahwa:
2 Zamzani, Kajian Sosiopragmatik, (Yogyakarta: Cipta Pustaka, 2007), hlm. 21.
3 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 230. 4 I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis,
(yogyakarata: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 5.
9
“Sociolinguistics is concerned with investigating the relationships between language
and society with the goal being better understanding of the structure of language
function in communication.”5
[Sosiolinguistik menaruh perhatian pada penyelidikan terhadap hubungan antara
bahasa dan lingkungan sosialnya yang memiliki tujuan sebuah pemahaman yang
lebih baik dari sebuah struktur bahasa dan bagaimana fungsi bahasa dalam
berkomunikasi].
Sosiolinguistik menyelidiki kedudukan bahasa dalam hubungannya antara
bahasa dan lingkungannya. Hubungan ini menerangkan antara struktur bahasa dengan
faktor-faktor sosiokultural pertuturannya. Jadi, dari berbagai pendapat para ahli, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dengan faktor-
faktor kemasyarakatan sebagai akibat dari keadaan masyarakat yang heterogen.
Faktor-faktor kemasyarakatan itu mencakup faktor sosial, situasional dan kultural.
2. Pragmatik
Istilah pragmatik berasal dari pragmatika yang diperkenalkan oleh Charles
Moris (1938). Moris menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah hubungan antar
lambang dan penafsirannya.6 Pendapat lain menyatakan bahwa pragmatik mencakup
studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia
yang dimiliki oleh pendengar/pembaca.7
Yule (1996: 3) dalam Subuki menyebutkan empat macam definisi pragmatik
sebagai berikut:8
1) Bidang yang mengkaji arti pembicara.
2) Bidang yang mengkaji arti bahasa menurut konteksnya.
5 Ronald Wardhaugh, An Introduction to Sociolinguistics, (Oxford: BasilBlackwell, 2002),
hlm. 12. 6 Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984,
(Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 15. 7 Fatimah Djajasudarma, Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur, (Bandung: PT.
Refika Aditama, Cet. Kedua, 2006), hlm. 60. 8 Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Trans Pustaka,
2012), hlm. 32.
10
3) Bidang yang melebihi kajian arti yang diujarkan, mengkaji arti yang
dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara.
4) Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi
partisipan terlibat dalam percakapan tertentu.
Sejalan dengan pendapat Yule, Mey menyatakan bahwa pragmatik ialah “the
study of conditions of human languages uses as these are determined by contexs of
society” (kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan
oleh konteks masyarakat).9 Pragmatik adalah telaah umum tentang cara menafsirkan
kalimat dalam suatu konteks.10
Jadi, pragmatik merupakan ilmu bahasa yang
menelaah ujaran berdasarkan konteks situasi tuturnya.
Pragmatik merupakan disiplin ilmu bahasa yang mempelajari makna satuan-
satuan kebahasaan secara eksternal. Ilmu ini mengamati bagaimana satuan-satuan
kebahasaan dikomunikasikan. Pandangan tersebut sesuai dengan pendapat Parker
dalam I Dewa Putu Wijana yang mengemukakan bahwa “Pragmatics is distinct from
grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the
study of how language is used to communicate” „Pragmatik berbeda dengan
gramatika yang mempelajari struktur bahasa secara internal. Pragmatik adalah kajian
tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi.11
Dari pengertian berbagai ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik
adalah ilmu bahasa yang menelaah arti bahasa dengan memperhatikan konteks situasi
tuturan (faktor eksternal) untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Bahasa digunakan
untuk berkomunikasi dan memiliki maksud atau tujuan tertentu. Hubungan antara
bahasa dan maksud tersebut bertujuan untuk mencari suatu penafsiran yang sesuai
dengan konteks. Oleh karena itu, maksud tuturan yang disampaikan penutur dapat
diterjemahkan oleh lawan tutur dengan baik.
9 F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 4.
10 Hindun, Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012), hlm. 3.
11 I Dewa Putu Wijana, Dasar-dasar Pragmatik, (Yogyakarta: ANDI, 1996), hlm. 2.
11
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa pragmatik menelaah arti
bahasa berdasarkan konteksnya, maka pragmatik sangat berhubungan erat dengan
tindak tutur yang bertujuan untuk melakukan sesuatu bukan hanya untuk
menginformasikan sesuatu. Hal itu sejalan dengan pemikiran Austin dalam bukunya
yang berjudul How To Do Things With Word, ia menyatakan bahwa dalam
menuturkan sebuah ujaran seseorang tidak hanya menyatakan suatu hal, tetap juga
melakukan tindakan. Tuturan dalam kalimat merupakan bagian dari melakukan
sesuatu, tidak hanya mengatakan sesuatu. Pada saat seseorang berkata “I name this
ship….”, penuturnya tidak hanya menuturkan sesuatu tetapi melakukan sesuatu yaitu
memberi nama. Tuturan-tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif atau
ungkapan performatif, atau singkatnya performatif.12
Beranjak dari pemikiran Austin, Searle mengemukakan bahwa secara
pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh
seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary
act), tindak perlokusi (perlocutionary act). 13
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur
untuk menyatakan sesuatu, tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying
Something. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya berfungsi untuk
menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu, tindak
tutur ini disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak tutur perlokusi adalah
tindak tutur yang diutarakan seseorang mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi
yang mendengarkannya, tindak tutur ini disebut The Act of Affercting Someone.
B. Kalimat Imperatif
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh.14
Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan
12
J.L Austin, How To Do Things With Word, (Cambridge: Harvard University Press, 1962),
hlm. 5-6. 13
Opcit, hlm. 17. 14
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka
(Persero), 2014, Edisi ketiga Cet. IX), hlm. 317.
12
suara naik turun, keras lembut, dan diakhiri dengan intonasi. Dalam bentuk tulisan,
kalimat diawali dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya,
atau tanda seru. Kalimat dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, salah satunya yakni
kalimat imperatif (kalimat perintah).
Kalimat imperatif mengungkapkan atau menyatakan suatu perintah, perintah
tersebut dapat berupa melakukan sesuatu atau melarang melakukan sesuatu. Keraf
menyebut kalimat imperatif sebagai kalimat perintah ialah menyuruh orang lain untuk
melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Sebab itu perintah meliputi suruhan keras
hingga ke permintaan yang sangat halus. Begitu pula suatu perintah dapat ditafsirkan
sebagai mengizinkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, atau menyatakan syarat
untuk terjadinya sesuatu, sampai kepada tafsiran makna ejekan atau sindiran.15
Lebih
lanjut Keraf memberikan ciri-ciri kalimat perintah, yakni kalimat perintah memiliki
intonasi yang keras (terutama perintah biasa dan larangan), kata kerja yang
mendukung isi perintah itu biasanya merupakan kata dasar, dan mempergunakan
partikel pengeras –lah.16
Alwasilah memberikan pengertian imperatif sebagai jenis kalimat yang
menyatakan perintah atau nasihat. Misalnya, Mari ke sini! Hati-hatilah di jalan!.17
Sejalan dengan pengertian yang diberikan oleh Alwasilah, Chaer menggunakan
imperatif sebagai kalimat perintah atau larangan. Kalimat perintah berisi
mengharapkan adanya reaksi berupa tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak
berbicara (pendengar atau pembaca). Jika kalimat perintah itu mengharapkan orang
lain tidak melakukan suatu tindakan atau perbuatan, maka kalimat tersebut dinamai
kalimat larangan.18
15
Gorys Keraf, Tatabahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas, (Ende: Nusa Indah, 1984, cet.
ke 10), hlm. 159. 16
Ibid, hlm. 160. 17
A. Chaedar Alwasilah, Pengantar Sosiologi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1993, cet. ke 10),
hlm. 21. 18
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011, cet. ke
3), hlm. 356.
13
Alisjahbana (1978) dalam Rahardi mengartikan sosok kalimat perintah
sebagai ucapan yang isinya memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta,
agar orang yang diperintah itu melakukan apa yang dimaksudkan di dalam perintah
itu.19
Imperatif merupakan kalimat atau verba untuk mengungkapkan perintah atau
keharusan atau larangan melaksanakan perbuatan.20
Chaer memperinci kemungkinan kalimat perintah menjadi tujuh jenis, sebagai
berikut:21
a. Perintah biasa: 1. usirlah anjing itu!
2. pergilah dari sini!
3. kerjakanlah soal ini sebaik-baiknya!
b. Permintaan: dalam permintaan sikap orang yang menyuruh lebih
merendah, misalnya: 1. tolong sampaikan kepadanya, bahwa ia
boleh datang besok!
2. coba ambilkan saya buku itu!
c. Ijin: memperkenankan seseorang untuk berbuat sesuatu
1. ambillah buku itu, seberapa kau suka!
2. masuklah ke dalam, kalau tuan perlu!
d. Ajakan: 1. marilah kita beristirahat sebentar!
2. baiklah kamu menyusuli dia ke sana!
e. Syarat: adalah semacam perintah yang mengandung syarat untuk
terpenuhnya suatu hal, misalnya: tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan
menerangkannya kepadamu!.
f. Cemooh atau sindiran: adalah perintah yang mengandung ejekan, karena
kita yakin bahwa yang diperintah tak akan melakukannya.
19
R. Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm. 19. 20
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, Edisi
Keempat, cet. kedua) 21
Gorys Keraf, Tatabahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas, (Ende: Nusa Indah, 1984,
cet. ke 10), hlm. 159-160.
14
1. buatlah itu sendiri, kalau ahli!
2. pukullah dia, kalau engkau berani!
g. Larangan: adalah semacam perintah yang mencegah berbuat sesuatu.
1. jangan lewat di sini!
2. jangan bicara!
Berbeda dengan Chaer, Ramlan menyebut kalimat perintah dengan kalimat
suruhan dan membaginya menjadi empat jenis, yakni kalimat suruh yang sebenarnya,
kalimat persilaan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan.22
Sudarno dan Rahman
memvariasikan kalimat perintah menjadi kalimat melarang (ditandai dengan kata
jangan atau tidak boleh), kalimat membiarkan (ditandai dengan kata biarlah atau
biarkanlah), kalimat mengajak (ditandai dengan kata silakan, marilah, coba, baiklah,
seyogyanya, alangkah baiknya, dan hendaknya), kalimat permintaan atau
permohonan (ditandai dengan partikel –lah), dan pengharapan (biasanya ditujukan
kepada yang dinggap lebih tinggi).23
Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,
kalimat imperatif atau perintah dapat diperinci menjadi enam golongan, sebagai
berikut:24
1. Perintah atau suruhan biasa jika pembicara menyuruh lawan bicaranya
berbuat sesuatu;
2. Perintah halus jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi
menyuruh mencoba atau mempersilahkan lawan bicara sudi berbuat
sesuatu;
3. Permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, minta lawan bicara
berbuat sesuatu;
22
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983, cet. ke 3),
hlm. 38. 23
Sudarno dan Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
(Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), hlm. 85. 24
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka
(Persero), 2014, Edisi ketiga Cet. IX), hlm. 361-362.
15
4. Ajakan dan harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara
berbuat sesuatu;
5. Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan
dilakukan sesuatu;
6. Pembiaran jika pembicara minta agar jangan dilakukan.
C. Wujud dan Makna Imperatif dalam Bahasa Indonesia
Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berupa tuturan yang
beragam dan dikonstruksikan dengan wujud imperatif ataupun nonimperatif. Wujud
pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila
dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya.25
Maka dari itu,
makna pragmatik imperatif tuturan sangat ditentukan oleh konteks yang
mewadahinya.
Dari penelitian yang dilakukan Rahardi, setidaknya ada tujuh belas macam
makna pragmatik imperatif yan ditemukan. Ketujuh belas macam makna tersebut
ditemukan di dalam tuturan imperatif langsung maupun tuturan imperatif tidak
langsung. Wujud makna pragmatik imperatif tersebut diuraikan sebagai berikut:26
1. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
(1) “Monik, Lihat!”
Informasi indeksial:
Tuturan yang disampaikan oleh seorang pacar Monic ketika ia melihat
ada sebuah mobil yang menyelonong ke arahnya pada saat mereka berdua
berjalan di sebuah lorong kota.
(2) “Kerusuhan Pekalongan itu ada yang menggerakkan.”
Informasi indeksial:
25
R. Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 2005), hlm. 93. 26
Ibid, hlm. 93-116.
16
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima angkatan bersenjata
kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan di berbagai kota mulai
terjadi menjelang peristiwa pemilihan umum.
Pada contoh (1) tuturan mengandung makna perintah, tuturan tersebut
dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim
digunakan dalam analisis struktural. Pada contoh (2) terlihat perbedaan,
tuturan tersebut merupakan imperatif tidak langsung yang hanya dapat
diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang
melatarbelakanginya. Dalam analisis penelitian ini yang digunakan adalah
tuturan seperti yang tertuang pada contoh (2) yang melibatkan konteks situasi
tuturan.
2. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh
penanda kesantunan coba seperti terlihat pada contoh tuturan berikut.
(3) “Coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan”
(3a)“Saya menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk
lagi perlahan-lahan.”
Informasi indeksial:
Tuturan disampaikan oleh ahli pijat urat kepada seorang pasien. Pasien
terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan dalam keadaan
normal.
Tuturan (3) diparafrasa menjadi tuturan (3a) bertujuan untuk mengetahui
secara pasti apakah benar tuturan tersebut merupakan imperatif dengan makna
suruhan. Pada kegiatan bertutur sesungguhnya, makna pragmatik imperatif
suruhan tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif seperti yang
diungkapkan di atas. Wujud pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan
dengan bentuk tuturan interogatif seperti yang terlihat pada contoh berikut.
17
(4) Dosen : “Pagi saya akan banyak menyampaikan kuliah dengan banyak
menjelaskan. Mike dan wirelesnya sudah disiapkan atau belum?”
Mahasiswa: “Sebentar Pak, saya dating ke bagian perlengkapan dulu.”
Informasi indeksial:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya di dalam ruangan
kuliah kampus pada saat ia akan mengawali perkuliahan.
3. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan
Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya
terdapat ungkapan dengan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang
bermakna minta.
(5) Totok: “Tolong pamitkan, Mbak!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada sahabatnya pada saat
akan meninggalkan rumahnya pergi ke kota karena keperluan yang tidak
dapat ditinggalkan. Pada saaat yang sama padahal ia seharusnya
menghadiri sebuah acara rapat karang taruna di desanya.
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa bentuk-bentuk makna
imperatif dalam bertutur tidak selalu dikonstruksikan dengan konstruksi
imperatif, tetapi dapat juga dikonstruksikan dengan wujud deklaratif atau
interogatif.
4. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna permohonan
ditandai dengan ungkapan kesantunan mohon. Selain itu partikel –lah juga
lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan.
(6) “Mohon ampunilah segala dosa kami!”
Informasi indeksial:
18
Tuturan seorang ibu yang sedang berdoa memohon pengampunan kepada
Tuhan karena ia merasa telah membuat banyak kesalahan dalam
hidupnya.
5. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
Lazimnya, imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau
mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata
harap dan harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi
yang digunakan untuk menuturkan imperatif ini, cenderung lebih keras
dibandingkan dengan intonasi tuturan imperatif lain.
(7) Bibi kepada Monik: “Ayo makan dulu. Nanti temanmu kamlaman
pulangnya. Ayo! Ayo, makan dulu!
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh Bibinya Monik apada saat Monik bersama
temannya berada di rumah sang bibi.
6. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya
diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga
imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong.
(8) Ibu kepada anaknya yang masih kecil: “Habiskan susunya dulu, yo!
Nanti terus pergi ke Malioboro Mall.”
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya yang masih
kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk
membujuk si anak agar ia mau minum susu.
7. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
19
Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya digunakan
bersama partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama
dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon.
(9) “Jagalah kebersihan lingkungan!”
Informasi indeksial:
Bunyi tuturan di sebuah taman wisata di kota Yogyakarta.
8. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya digunakan dengan
penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif
dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu.
(10)”Silakan Saudara Monik!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini dituturkan oleh ketua senat mahasiswa yang terjadi di sebuah
kampus pada saat berlangsung rapat senat mahaisiswa.
9. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Imperatif dengan makna ajakan biasanya ditandai dengan penanda
kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan tersebut
masing-masing memiliki makna ajakan.
(11)”Mari makan, Tante!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini dituturkan oleh seorang keponakan kepada tantenya. Tuturan
ini terjadi dalam ruang makan pada sebuah keluraga, orang yang satu
mengajak orang lain untuk makan bersama.
10. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Izin
Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai dengan
penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.
20
(12)”Pak, boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?”
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya, ia
meminta izin untuk membersihkan dulu meja kerja direktut yang saat itu
penuh dengan kertas dan berkas-berkas.
11. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Mengizinkan
Imperatif yang bermakna mengizinkan lazimnya ditandai dengan
pemakaian penanda kesantunan silakan.
(13)”Silakan merokok di tempat ini!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk
para perokok. Di lokasi itu orang tidak diperkenankan merokok selain di
tempat itu.
12. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia biasanya
ditandai oleh pemakaian kata jangan.
(14)”Khusus dokter dan perawat!”
Informasi indeksial:
Tulisan pada pintu sebuah WC rumah sakit di Yogyakarta. Tuturan ini
dimaksudkan agar orang lain, seperti pasien atau tamu tidak boleh
menggunakan wc tersebut.
13. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
Imperatif yang menyatakan harapan biasanya ditandai dengan penanda
kesantunan harap dan semoga. Kedua penanda kesantunan itu di dalamnya
mengandung makna harapan.
(15)”Semoga cepat sembuh!”
21
Informasi indeksial:
Bunyi tuturan pada kantong plastik obat dari suatu apotek.
14. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan
Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa
Indonesia pada komunikasi keseharian.
(16) Antaranak muda: “Mampus kamu sekarang!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang anak muda yang saat itu mendengar
kabar bahwa temannya dijemput polisi dan diangkut ke kantor polisi.
15. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Pemberian
Ucapan Selamat
Imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakain Bahasa
Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia
bahwa peristiwa-peristiwa tertentu, biasanya anggota masyarakat Bahasa
Indonesia saling menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada
anggota masyarakat lain.
(17) Teman kepada teman lain yang sedang melaksanakan pesta
pernikahan: “Selamat berbahagia, selamat menempuh hidup baru!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini dituturkan dalam acara penutupan pesta pernikahan pada saat
tamu menyalami mempelai sebelum para tamu pulang.
16. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya
ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya.
(18) Orang tua kepada anak: “Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di
almari.”
22
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh Ibu kepada anaknya yang masih kecil. Ia
baru saja mendapatkan uang dari saudaranya.
17. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”
Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna
pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti
seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang
dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Makna imperatif melarang,
lazimnya diungkapkan dengan penanda kesantunan jangan seperti
disampaikan pada bagian terdahulu. Imperatif yang bermakna “ngelulu” di
dalam bahasa Indonesia lazimnya tidak diungkapkan dengan penanda
kesantunan itu melainkan berbentuk tuturan imperatif biasa.
(19) Dosen kepada mahasiswa: “Teruskan saja menyonteknya biar nanti
dapat nilai A!”
Informasi indeksial:
Mahasiswa itu diam-diam sambil menyembunyikan buku catatannya
seolah-olah tidak mendengar suara sang dosen yang sebenarnya sudah
sejak lama memperhatikannya.
Dalam penelitiannya lebih lanjut, Rahardi meneliti entitas imperatif
menggunakan tinjauan sosiopragmatik yang meneliti terhadap delapan ranah, yakni
ranah pendidikan, ranah perkantoran, ranah kemasyarakatan, ranah keagamaan, ranah
kekeluargaan, ranah media, ranah pemerintahan, dan ranah transaksional bisnis. Dari
kedelapan ranah tersebut, ditemukan dua puluh enam macam makna sosiopragmatik
imperatif, yakni ajakan, sindiran, permintaan, perintah, suruhan, pancingan, tawaran,
imbauan, peringatan, permohonan, persilaan, saran, anjuran, harapan, instruksi,
pemberian izin, petunjuk, larangan, seruan, pemberitahuan, desakan, pemberi aba-
aba, bujukan, penjelasan, tawaran, dan pengumuman.
23
D. Ranah
Ranah merupakan konsep yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa. Dalam
biografi digunakan penggunaan bahasa yang biasanya berhubungan erat dengan ranah
sosiologi. Penggunaan ranah dalam penelitian ini dikarenakan ancangan yang
diterapkan adalah ancangan sosiopragmatik. Adapun pendefinisian ranah menurut
Kunjana dan Fishman hampir mirip yang membedakan hanya penyebutannya saja.
Kunjana menyebutnya dengan nama ranah sedangkan Fishman menyebutnya dengan
nama domain.
Kunjana menyatakan bahwa sosok ranah sendiri di dalam linguistik telah
didefinisikan sebagai konteks yang melembaga (institutionalized contexts), yang
lazimnya merupakan konstelasi antara tiga hal, yakni (1) lokasi atau tempat, (2) topik,
(3) partisipan.27
Fishman dalam Chaer menyatakan bahwa domain dipandang sebagai
konstelasi faktor-faktor seperti lokasi, topik, dan partisipan.28
Jadi, ranah merupakan
bentuk yang berhubungan dengan lokasi, topik, dan partisipan.
Ranah dalam penelitian ditentukan berdasarkan aspek berikut:
(1) Penutur dan mitra tutur
(2) Tempat terjadinya tuturan/lokasi
(3) Diksi/ pilihan kata yang dipakai penutur dan mitra tutur dalam berujar.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata
pengarang untuk menggambarkan cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih
memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan,
ungkapan, dan sebagainya.29
Penggunaan bahasa dalam masyarakat terjadi di berbagai ranah. Fishman
dalam Darsita menyebutkan empat ranah, yakni ranag keluarga, ketetanggaan, kerja
27
R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural
dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 39. 28
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 154. 29
Darsita Suparno, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Adabia Press, 2012), hlm. 96.
24
dan agama. Scmidt-Rohr dalam Darsita menyebut sembilan ranah, yakni keluarga,
tempat bermain, sekolah, gereja, sastra, pers, militer, pengadilan, dan administrasi
pemerintahan. Greenfield dalam penelitiannya terhadap lima orang Pucrto Rican di
New York menemukan lima macam ranah, yakni ranah keluarga, kekariban, agama,
pendidikan, dan kerja.30
Selain itu, Parasher dalam Rahardi menyebutkan tujuh
macam ranah, yakni ranah keluarga, kekariban, ketetanggaan, transaksi, pendidikan,
pemerintahan, dan kerja. 31
Jadi, ranah-ranah yang diterapkan dalam sebuah penulisan
atau penelitian dapat ditentukan sendiri oleh penulis atau peneliti yang disesuaikan
dengan maksud dan tujuannya.
Pemaparan dari berbagai ahli mengenai berbagai macam ranah tersebut
memiliki beberapa kesamaan misalnya ranah rumah, ranah kekariban, ranah
pendidikan agama, dan pemerintahan. Darsita menyatakan bahwa kesamaan ranah-
ranah ini menunjukkan adanya dua isyarat pola penggunaan bahasa yaitu (1)
pemakaian bahasa resmi dan (2) pemakaian bahasa tak resmi. Dalam banyak
penelitian, analisis ranah dikaitkan juga dengan konsep diglosia tentang dikotomi
ragam bahasa tinggi (T) dan ragam bahasa renda (R).32
Penetapan ranah dalam kajian tentang wujud dan makna imperatif ini
disesuaikan dengan hasil temuan yang ada dalam biografi Jokowi. Penentuan ranah
tidak ditetapkan dari awal penelitian, tetapi disesuaikan dengan kenyataan sosial yang
terdapat dalam biografi Jokowi. Sehingga ranah dapat ditentukan ketika peneliti
sudah membaca dan memahami isi dari biografi Jokowi.
E. Biografi
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yang terbentuk dari kata bios artinya
hidup dan graphia artinya tulisan. Dalam istilah sastra, biografi merupakan riwayat
30
Darsita Suparno, “Situasi Pemertahanan Bahasa Ranau,” Disertasi pada Pascasarjana
Universitas Samratulangi Manado, Manado, 2012, hlm. 24, tidak dipublikasikan. 31
R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural
dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 39. 32
Darsita, op. cit. hlm. 24.
25
hidup seseorang yang dibukukan.33
Menurut KBBI biografi adalah riwayat hidup
seseorang yang ditulis oleh orang lain.34
Biografi sering juga disebut sebagai memoir,
profil, atau riwayat hidup.35
Banyak istilah yang digunakan yang merujuk pada
biografi, seperti yang sudah diungkapkan, yakni riwayat hidup, memoir, perjalanan
hidup seseorang, profil seseorang. Biografi biasanya memuat tokoh-tokoh terkenal
atau berpengaruh sehingga diharapkan mampu menginspirasi pembacanya. Hal
tersebut seperti yang dikemukakan oleh Dwi Susanto sebagai berikut.
“Biografi merupakan informasi yang penting untuk mengetahui riwayat
seseorang, terutama tokoh terkenal ataupun pengarang tertentu. Biografi
didefinisikan sebagai bagian dari sejarah kehidupan seseorang. Kehidupan
yang dilukiskan atau dituliskan adalah aktivitasnya, karakternya, dan juga
prestasinya dalam bidangnya.”36
Biografi, riwayat hidup, memoir, atau istilah lainnya didefinisikan sebagai
sejarah kehidupan seseorang untuk mengetahui informasi tentang aktivitas, karakter,
peristiwa, prestasinya. Biografi biasanya memuat tokoh-tokoh yang terkenal dan
berpengaruh di bidangnya. Misalnya, biografi presiden, biografi ilmuwan, dan
biografi sastrawan. Dari pembacaan biografi tersebut, diharapkan dapat menginspirasi
dan memotivasi pembacanya.
Haryanta menyatakan bahwa biografi merupakan buku yang isinya
mengisahkan riwayat hidup seseorang dan memberikan informasi tentang
pekembangan pribadi maupun mengenai karyanya, yang dihubungkan dengan
keadaan zaman tertentu. Biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal
33
Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hlm. 77. 34
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012,
Edisi IV Cet. keempat), hlm. 197. 35
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009, cet. ketiga), hlm. 90. 36
Dwi Susanto, Kamus Istilah Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 91.
26
lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang
perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.37
Dari uraian yang sudah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa biografi
merupakan karangan, tulisan, atau buku yang menguraikan riwayat hidup seseorang
yang ditulis oleh orang lain. Manfaat dari membaca buku biografi, yakni pertama
dapat mengetahui perjalanan hidup tokoh yang ditulis dalam buku biografi. Kedua,
dapat meneladani kisah hidup tokoh tersebut untuk membangkitkan semangat hidup.
Ketiga, memetik pelajaran yang berharga. Keempat, dapat menambah wawasan dan
pengetahuan.
F. Penelitian Relevan
Dalam mendukung penelitian ini, akan dipaparkan beberapa penelitian
terdahulu sebagai berikut:
I Gde Wayan Soken Bandana (2010) dengan penelitiannya yang berjudul
“Kalimat Imperatif dan Makna Mantra Saa Caru Pangrupukan.” Penelitian ini
mengkaji jenis kalimat imperatif dan maknanya yang terdapat dalam mantra saa caru
pangrupukan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat lima jenis
kalimat imperatif, yakni kalimat imperatif transitif, kalimat imperatif halus, kalimat
imperatif permohonan, dan kalimat imperatif larangan. Sementara itu hasil kajian
maknanya didapatkan makna perintah, makna permohonan, makna penghormatan,
makna pengharapan, dan makna larangan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Bandana dengan penelitian yang
dilakukan, yakni sama-sama meneliti kalimat imperatif beserta maknanya.
Perbedaannya, yakni jika penelitian yang dilakukan Bandana hanya mengkaji secara
struktural sedangkan penelitian ini mengkaji secara sosiopragmatik yang bergantung
pada konteks. Bandana hanya meneliti secara sintaksis untuk jenis kalimat
imperatifnya dan secara semantik untuk mengkaji maknanya. Pada penelitian yang
37
Agung Tri Haryanta, Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan, (Surakata: Aksarra Sinergi
Media, 2012), hlm. 33.
27
dilakukan peneliti mengkaji wujud tuturan imperatif beserta maknanya secara
sosiopragmatik, artinya situasi sosial, kultural, dan konteks sangat mempengaruhi
makna imperatif yang akan terwujud.
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh Bandana menggunakan
metode studi pustaka dan observasi, analisis datanya dilakukan dengan menelaah
data, mereduksi data, dan menyusun data. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Bandan, metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti, yakni menggunakan
metode simak yang dilanjutkan dengan teknik dasar sadap, teknik simak bebas libat
cakap, dan teknik catat. Selanjutnya data yang sudah dianalisis oleh Bandana
disajikan dengan metode formal dan metode informal, sedangkan peneliti menyajikan
data yang sudah dianalisis menggunakan metode padan atau menghubungkan dengan
konteks. Tahapan berikutnya Bandana menyajikan data menggunakan metode formal,
dan metode informal, sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Ema Rahardian (2010) melakukan penelitian dengan judul “Makna Imperatif
dalam Tuturan Rapat Panitia Khusus Bank Century”. Hasil dari penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat 31 tuturan imperatif yang terdiri atas tuturan bermakna
pragmatik perintah biasa, permintaan, larangan, desakan, anjuran, persilaan, imbauan,
permohonan, dan mengizinkan. Kemudian terdapat pula 61 tuturan deklaratif yang
terdiri atas tuturan bermakna pragmatik imperatif perintah biasa, imbauan, larangan,
anjuran, permohonan, persilaan, umpatan, harapan, dan permintaan. Selanjutnya
ditemukan juga 9 tuturan interogatif yang terdiri atas tuturan bermakna pragmatik
imperatif perintah biasa, desakan, dan ajakan.
Metode penyediaan data yang digunakan Rahardian, yakni metode simak
dengan teknik dasar sadap, dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap dan
teknik catat. Sama halnya dengan Rahardian, peneliti juga mengunakan metode dan
teknik yang sama. Tidak hanya itu, metode penyediaan data secara kualitatif juga
sama-sama digunakan oleh Rahadian dan peneliti. Hal yang membedakan dari
penelitian Rahadian dengan penelitian yang dilakukan, yakni Rahadian hanya
28
mengkaji makna imperatif secara pragmatik sedangkan peneliti mengkaji makna
imperatif secara sosiopragmatik yang dibagi atas berbagai macam ranah.
I Wayan Gede Mega Saputra, dkk (2014) meneliti tentang kesantunan
imperatif dengan judul “Kesantunan Imperatif Tuturan Guru untuk Memotivasi
Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja.”
Ada tiga pembahasan pokok pada penelitian ini, yakni teknik-teknik motivasi guru,
wujud imperatif tuturan guru untuk memotivasi siswa, dan tingkat kesantunan
imperatif tuturan guru. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik
motivasi guru bisa dilakukan dengan pernyataan penghargaan secara verbal,
memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat, menggunakan materi yang dikenal
siswa sebagai contoh dalam belajar, mengembangkan persaingan dengan diri sendiri,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan
umum, menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya,
menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu kebehasilan. Selain itu, hasil penelitian
tersebut mengungkapkan bahwa wujud imperatif tuturan guru untuk memotivasi
siswa berupa wujud imperatif permintaan, imperatif larangan, imperatif mengizinkan,
imperatif suruhan, dan imperatif imbauan. Tingkat kesantunan imperatif guru untuk
memotivasi siswa ada 38 tuturan, yang terdiri dari 36 tuturan atau 95% tuturan
santun, 1 tuturan atau 25% tuturan kurang santun, dan 1 tuturan atau 25% tuturan
tidak santun.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Sapurta dan dilakukan oleh
peneliti ialah dalam hal metode penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan
oleh Saputra, yakni metode observasi nonpartisipatif, sedangkan metode penelitian
yang digunakan peneliti adalah metode simak, dengan teknik dasar sadap, teknik
lanjutan simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Perbedaan yang lainnya adalah
pembahasan pada penelitian Saputra ada tiga, yakni teknik-teknik motivasi guru,
wujud imperatif tuturan guru, dan tingkat kesantunan imperatif, sedangkan peneliti
membahas wujud dan makna imperatif sosiopragmatik dengan berbagai macam
ranah, serta implikasinya terhadap pembelajaran di sekolah. Penyajian data secara
29
garis besar sama, yakni menggunakan deskripsi kualitatif karena hanya menjabarkan
menggunakan kata-kata, dan angka-angka hanya sebagai penjelas saja. Persamaan
selanjutnya dalam hal pembahasannya yang menjabarkan wujud imperatif, hanya saja
jika Saputra menjelaskan wujud imperatif untuk memotivasi siswa, sedangkan
peneliti membahas wujud imperatif dan maknanya sesuai dengan konteks dan ranah.
Anisah (2015) meneliti wujud imperatif dengan judul “Entitas Imperatif
dalam Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.” Hasil penelitiannya
menemukan empat belas macam makna imperatif. Keempat belas macam makna
imperatif tersebut di antaranya makna imperatif perintah, makna imperatif suruhan,
makna imperatif permintaan, makna imperatif permohonan, makna imperatif desakan,
makna imperatif bujukan, makna imperatif imbauan, makna imperatif persilaan,
makna imperatif ajakan, makna imperatif larangan, makna imperatif harapan, makna
imperatif umpatan, makna imperatif anjuran, dan makna imperatif sindiran.
Persamaan antara penelitiaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah menggunakan ancangan sosiopragmatik dalam menganalisis temuan. Metode
penelitian yang digunakan juga sama, yaitu menggunakan metode analisis kualitatif
deskriptif dalam memaparkan hasil temuan. Pengambilan data digunakan metode
simak dan diikuti dengan teknik bebas libat cakap dan teknik catat. Analisis data
menggunakan metode pada ekstralingual dengan memperhatikan konteks tuturan
yang melatrbelakangi dan mewadahi.
Perbedaannya terletak pada objek kajian yang digunakan. Objek kajian
penelitian Anisah berupa tuturan imperatif yang terdapat dalam cerpen, sedangkan
objek penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji tuturan imperatif yang terdapat
dalam biografi. Selain itu, implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah berbeda dalam hal aspek standar kompetensi yang dan indikator
yang akan dicapai. Dalam penelitiannya, implikasinya terhadap pembelajaran di
sekolah yaitu siswa dapat menemukan bentuk dan macam-macam makna imperatif
serta dapat menganalisis nilai-nilai kehidupan dalm kumpulan cerpen. Dalam
30
penelitian yang dilakukan siswa diharapkan mampu meneladani sifat dan karakter
tokoh dalam biografi sehingga siswa menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Bagan Konseptual
Sumber: Alwasilah (1993: 16) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti untuk keperluan
riset ini
Alat
Komunikasi
Bahasa
Lisan
Objek Kajian
Tulisan
Morfologi Sintaksis Fonologi
Semantik
Pragmatik
Konteks
Situasi
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode.1
Metodologi dalam penelitian sangatlah penting agar proses mendapatkan data hingga
pengolahan data menjadi terorganisir dengan baik. Adapun unsur-unsur metodologi
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1 T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), cet.
Kedua), hlm. 1.
Metodologi Penelitian
Ancangan
Sosiopragmatik
Metode
Kualitatif
Deskriptif
Teknik
1. Keluarga
2. Tempat kerja
3. Pemerintahan
4. Ekonomi
5. Pilkada
6. Pemilu
Pragmatik Sosiolinguistik Metode
Simak
Teknik
Simak
Sosiologi Linguistik
Ranah Semantik
Makna
Wujud
dan
makna
imperatif
Teknik
Catat
Teknik Simak
Bebas Cakap
32
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan aspek nyata yang menunjukkan cara
melaksanakan penelitian. Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga cakupan
metodologi penelitian, yaitu ancangan penelitian, metode penelitian, dan teknik
penelitian. Ancangan penelitian merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai
paradigma berpikir. Ancangan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
ancangan sosiopragmatik yang melibatkan aspek eksternal. Aspek eksternal
maksudnya adalah keadaan situasional, dan kultural masyarakat serta konteksnya.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif desktiptif. Kualitatif karena data
pada penelitian ini dikumpulkan dan disediakan bukan dalam bentuk angka-angka.
Angka-angka dalam hasil penelitian di sini hanya untuk memaparkan atau
memperjelas hasil temuan peneliti, sehingga lebih mudah untuk memahami hasil
penelitian. Data yang sudah diperoleh kemudian dideskripsikan secara jelas dan rinci
menggunakan kata-kata. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Djajasudarma “Data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka, dapat berupa kata-
kata atau gambaran sesuatu. Hal tersebut sebagai akibat dari metode kualitatif.
Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat
alamiah itu sendiri. Data yang dikumpulkan mungkin berasal dari naskah,
wawancara, catatan, lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, dsb.2
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah wujud dan makna imperatif dalan buku
biografi berjudul “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Tayrun.
Wujud imperatif tidak selalu dikonstruksikan dengan bentuk imperatif saja, tetapi
dapat dikonstruksikan dengan berbagai bentuk nonimperatif dan selanjutnya makna
2 Ibid, hlm.16-17.
33
ditentukan berdasarkan konteks yang melatarbelakangi tuturan diucapkan. Pada
penelitian ini makna imperatif ditentukan dengan berlandaskan pada penggolongan
makna imperatif yang ditemukan oleh Rahardi, seperti yang sudah dipaparkan pada
Bab II.
D. Objek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah tuturan yang
bermakna imperatif dalam buku biografi berjudul “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa
Rocker” karya Yon Tayrun. Tuturan yang bermakna imperatif tidak selalu
berkonstruksi imperatif, tuturan tersebut bisa berkonstruksi deklaratif ataupun
interogatif.
E. Pengumpulan Data
Metode penyediaan data yang digunakan adalah metode simak. Disebut
metode simak atau penyimakan, karena memang berupa penyimakan: dilakukan
dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa.3 Menyimak tidak hanya
berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa
secara tertulis.4 Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa metode simak berarti
peneliti menyimak penggunaan bahasa yang digunakan pada objek kajian, menyimak
bukan hanya dilakukan berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan saja, tetapi juga
penggunaan bahasa tertulis. Seperti pada penelitian ini, digunakan metode
penyimakan penggunaan bahasa secara tertulis karena objek kajian penelitian ini
berupa biografi berjudul “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon
Tayrun.
1) Teknik dasar sadap
3 Sudaryanto, Metode Linguistik: Bagian Kedua, Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan
Data, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), hlm. 2. 4 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 92.
34
Berdasarkan metode penyediaan data yang menggunakan metode simak,
dilanjutkan dengan teknik dasar sadap. Teknik sadap pada penelitian ini dilakukan
dengan tidak berpartisipasi ketika menyimak. Peneliti menangkap informasi yang
terdapat dalam biografi tanpa terlibat langsung dalam percakapan. Hal tersebut
dilakukan karena objek kajian penelitian ini berupa biografi.
2) Teknik simak Bebas Libat Cakap
Teknik bebas libat cakap yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog
atau konversi: jadi, tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang
saling berbicara.5 Dalam penelitian ini peneliti hanya sebagai pengamat saja, tidak
terlibat dalam peristiwa tutur karena memang objek kajiannya tertulis (biografi).
Peneliti menyimak tuturan tokoh yang terdapat dalam buku bografi “Jokowi
Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Tayrun.
3) Teknik Catat
Setelah itu, teknik bebas libat cakap diikuti dengan teknik catat sebagai
teknik lanjutannya. Pada penelitian ini, peneliti mengamati penggunaan bahasa
tertulis, kemudian data dikumpulkan dan dicatat. Data yang dikumpulkan berupa
tuturan imperatif, setelah data terkumpul, peneliti mengklasifikasikan data
berdasarkan ranah-ranahnya. Data yang sudah diklasifikasikan di dalam setiap
ranah kemudian diklasifikasikan lagi untuk menentukan makna-makna imperatif
secara sosiopragmatiknya. Makna sosiopragmatik imperatif bisa berupa
permintaan, permohonan, bujukan, seruan, persilaan, ajakan, imbauan, dan
lainnya.
5 Op Cit, hlm. 3.
35
Gambar 3.1 Metode Penyediaan Data yang sudah dimodifikasi peneliti
Sumber: Mahsun (2007)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah form data
yang berbentuk tabel terdiri dari nomor data, lokasi, penutur, wujud imperatif/
tuturan, konteks tuturan menurut peneliti, dan makna imperatif. Instrumen penelitian
ini dimodifikasi dari peneliti sebelumnya yaitu Rahardi (2009) agar sesuai dengan
kebutuhan penelitian ini. Komponen-komponen tersebut akan ditampilkan dalam
form tabel di bawah ini.
No.
Data
Lokasi Wujud Imperatif / Isi
Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1. Keluarga Nah, gara-gara itu alisnya
sempat hilang, karena
Dituturkan oleh seorang ibu
mengenang masa kanak-kanak
‘peringatan’
Metode
Penyediaan
Data
Metode
Simak
Teknik Dasar
Sadap
Teknik Lanjut
1. Simak
Bebas Libat
Cakap
2. Catat
36
(Ibu Jokowi) main-main long bumbung
itu. (Hal 5)
anak lelakinya. Ia menuturkan hal
tersebut untuk memberikan
peringatan kepada pembaca agar
berhati-hati jika bermain.
2.
Keluarga
(Jokowi)
Saya ingin bertemu dengan
manajemen Lamb of God
ketika mereka pentas di
Singapura nanti untuk
membicarakan
kemungkinan Lamb of God
pentas di Solo dalam acara
Rock in Solo. (Hal 10)
Dituturkan Jokowi ketika
mengemukakan keinginannya
agar salah satu band rock dapat
datang ke acara daerah yang
dipimpinnya.
‘harapan’
dst…
Sumber: Rahardi (2009) yang dimodifikasi oleh peneliti
G. Analisis Data
Selanjutnya metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode
padan. Metode padan terbagi menjadi dua, yakni metode padan intralingual dan
metode padan ekstralingual. Pada penelitian ini digunakan metode padan
ekstralingual. Metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis unsur yang
bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang
berada di luar bahasa.6 Jadi, peneliti memadankan atau membandingkan segala
sesuatu yang sifatnya di luar kebahasaan. Di dalam penelitian ini berarti peneliti
menghubungkan data yang didapatkan berupa tuturan sosiopragmatik imperatif
dengan konteks, sehingga akan didapatkan makna tuturan sosiopragmatik imperatif
sesuai dengan konteks situasi tuturan.
Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan teknik dasar hubung
banding yang bersifat intralingual dan ekstralingual, teknik hubung banding
menyamakan, teknik hubung banding membedakan, dan teknik hubung banding
menyamakan hal pokok sebagai teknik lanjutan dari metode padan ekstralingual.
6 Ibid, hlm. 120.
37
Pada penelitian ini tuturan imperatif yang diperoleh tidak bisa dilepaskan
dari konteks yang mewadahinya. Jadi, pada penelitian ini tuturan imperatif yang
sudah didapatkan dihubungkan dengan konteks situasi tuturnya untuk
menentukan makna sosiopragmatik imperatifnya.
Gambar 3.2 Metode Analisis Data yang sudah dimodifikasi peneliti
Sumber: Mahsun (2007)
H. Tahap Analisis Data
Rahardi (2009) mengungkapkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
penelitian imperatif yang menggunakan ancangan sosiopragmatik, ia membagi
Metode Padan
Metode Padan
Intralingual
Metode Padan
Ekstralingual
Teknik Hubung
Banding Menyamakan
Teknik Hubung
Banding yang
Bersifat
Ekstralingual
Teknik Hubung
Banding Membedakan
Teknik Hubung
Banding Menyamakan
Hal Pokok
Teknik Hubung
Banding yang
Bersifat Lingual
38
tahapan tersebut menjadi tiga tahapan.7 Tahapan-tahapan tersebutsecara umum dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Mengumpulkan dan menyediakan data
Peneliti mengumpulkan data dengan cara mencatat tuturan-tuturan
imperatif dalam buku biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa
Rocker‟ yang sesuai dengan karakteristik penelitian.
2. Mengklasifikasikan data
Setelah data dikumpulkan, kemudian data diklasifikasikan berdasarkan
ranah sosial yang melatarbelakangi, lokasi, penutur, wujud imperatif,
konteks tuturan, dan makna imperatif. Semua data diklasifikasikan dengan
menggunakan form data yang sudah disebutkan pada instrumen penelitian.
3. Menganalisis data
Data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis berdasarkan
ancangan sosiopragmatik. Data dianalisis menggunakan konteks sosial
kultural yang melatarbelakanginya dan konteks situasi tutur.
I. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan-tahapan atau urutan-urutan yang
harus dilaksanakan dalam suatu penelitian. Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian
sebagai berikut:
1. Peneliti mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berisi teori-teori
kajian sosiopragmatik.
2. Peneliti membaca dengan teliti buku biografi berjudul Jokowi Pemimpin
Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Tayrun.
3. Peneliti membaca ulang buku biografi berjudul Jokowi Pemimpin Rakyat
Berjiwa Rocker karya Yon Tayrun untuk menemukan wujud imperatifnya
dan implementasijnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
7 Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural
dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 36.
39
4. Peneliti mengumpulkan data yang berwujud dan bermakna imperatif.
5. Peneliti mengklasifikasikan data yang diperoleh dengan membaginya ke
beberapa ranah sosial.
6. Peneliti mendeskripsikan dan menganalisis data menggunakan ancangan
sosiopragmatik dengan memperhatikan konteks situasi tutur.
7. Peneliti menyimpulkan hasil penelitian
40
Bagan Pelaksanaan Penelitian Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi
Berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker Karya Yon Tayrun.
s
Sumber: Mahsun (2011) yang telah dimodifikasi oleh peneliti
Metode dan Teknik
Analisis Data
Teori Sosiopragmatik
Metode Padan Intralingual
dan Ekstralingual
Teknik Hubung Banding
Menyamakan
Teknik Hubung Banding
Menyamakan Hal Pokok
Hasil Data Wujud kalimat
imperatif dalam biografi
berjudul „Jokowi Pemimpin
Rakyat Berjiwa Rocker.‟
Klasifikasi Data Berdasarkan Wujud dan
Makna Imperatif
Analisis Data dan Pembahasan
Teknik Dasar Sadap, Teknik Lanjut Simak
Bebas Libat Cakap dan Catat
Penyediaan Data Wujud kalimat imperatif dalam biografi
berjudul „Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.‟
Metode Simak
Teknik Hubung Banding
Membedakan
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Sinopsis Biografi
Jokowi namanya melesat naik ketika dikabarkan akan mencalonkan diri
sebagai calon gubernur DKI Jakarta dan dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah
terbaik ketika menjadi wali kota Solo. Jokowi memimpin daerahnya dengan caranya
sendiri, ia menabrak peraturan protokoler dan birokrat yang dinggapnya dapat
memberikan dampak merepotkan dirinya dalam bertugas. Semua kebijakan yang
dibuatnya bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat, bukan hanya sekadar
retorika semata, tetapi terwujud sesuai dengan janjinya ketika berkampanye.
Jokowi merupakan sosok yang sederhana, begitupun dengan kehidupan masa
lalunya yang begitu sederhana. Ia terlahir dari keluarga yang ekonominya pas-pasan.
Kondisi serba sulit membuat Jokowi terbiasa dengan makan sulit, tidur sulit, apapun
sulit. Namun dengan keyakinannya yang sangat kuat, ia selalu berusaha untuk tidak
menyusahkan kedua orangtuanya dan tidak pernah meminta apapun kepada orang
tuanya. Ia selalu membantu usaha orang tuanya sebagai tukang kayu.
Dalam biografi ini dipaparkan kehidupan masa lalu Jokowi hingga pencalonan
dirinya sebagai gubernur DKI Jakarta. Biografi ini menceritakan masa kecil hingga
kuliah, dari tukang kayu menjadi wali kota, Jokowi di mata pers dan wartawan, kisah
mobil ESEMKA, pengalaman pilkada, pendapat para ajudan dan supir pribadinya
mengenai sosok Jokowi, program-program pembangunan kota Solo, hingga nama
Jokowi ramai dibicarakan akan mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta.
Semua pemaparan bersumber dari cerita-cerita orang terdekat Jokowi dan yang
pernah bekerja dengan Jokowi, yakni ibu Jokowi, isteri Jokowi, anak Jokowi, teman-
teman ASMINDO, ajudan Jokowi, wartawan, supir. Semua terungkap dalam buku
biografi berjudul Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Thayrun.
42
B. Wujud dan Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Enam Macam Ranah
1. Ranah Keluarga
Apabila seseorang penutur berbicara di rumah dengan salah satu anggota
keluarga yang lain tentang suatu topik, maka penutur tersebut dikatakan berada
dalam ranah keluarga. Ranah keluarga yang dirujuk dalam penelitian ini terdiri
dari anggota keluarga, isteri, dan anak. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna
imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah keluarga.
Pada Tabel 1 diuraikan sejumlah wujud dan makna imperatif dalam ranah
keluarga yang dilontarkan oleh anggota keluarga Jokowi. Wujud dan makna
imperatif dalam ranah keluarga didapatkan dari biografi berjudul „Jokowi
Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker‟ karya Yon Thayrun. Di dalam ranah keluarga
ini peneliti menemukan lima tuturan yang mengandung makna-makna
sosiopragmatik imperatif. Dari lima tuturan yang ditemukan dapat
diklasifikasikan bahwa satu tuturan makna sosiopragmatik ajakan, satu tuturan
makna sosiopragmatik harapan, dua tuturan makna sosiopragmatik larangan, dan
satu tuturan makna sosiopragmatik persilaan.
Tabel 1
Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Keluarga
No.
Data
Lokasi Wujud Imperatif / Isi
Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1.
Rumah ibu
Jokowi
(Jokowi)
Musik rock adalah
kebebasan. Musik rock itu
liriknya liar, tegas,
semangat, dan mampu
mendobrak perubahan.
(Hal 10)
Dituturkan oleh Jokowi ketika
mengungkapkan pendapatnya
mengenai musik rock. Secara
tersirat ia mengajak pembaca agar
mendengarkan musik rock dan
setuju dengan pendapatnya.
„ajakan‟
2. Rumah ibu Saya ingin bertemu dengan
manajemen Lamb of God1
Dituturkan Jokowi ketika
mengemukakan keinginannya
„harapan‟
1 Nama grup musik metal asal Amerika Serikat
43
Jokowi
(Jokowi)
ketika mereka pentas di
Singapura nanti untuk
membicarakan
kemungkinan Lamb of God
pentas di Solo dalam acara
Rock in Solo. (Hal 10)
agar salah satu band rock dapat
datang ke acara daerah yang
dipimpinnya.
3.
Rumah
Jokowi
(Anak
Jokowi)
Saya nggak pengen Bapak
jadi wali kota, untuk apa?.
(Hal 31)
Tuturan ini dikemukakan oleh
seorang anak laki-laki kepada
Bapaknya yang saat ini menjabat
sebagai wali kota. Tuturan ini
bermaksud tidak mendukung dan
melarang ayahnya ketika ingin
menyalonkan diri sebagai wali
kota.
„larangan‟
4.
Rumah
Jokowi
(Iriana/ isteri
Jokowi)
Kita kan sudah
berkecukupan, untuk apa
lagi harus mencalonkan
diri sebagai wali kota.
(Hal 31)
Dituturkan oleh isteri Jokowi
(Iriana) mencoba untuk
menjelaskan tentang
keinginannya agar Jokowi tidak
mencalonkan diri menjadi wali
kota.
„larangan‟
5.
Rumah
Jokowi
(Iriana/ isteri
Jokowi)
Sebagai seorang istri saya
tentu memberikan masukan
yang baik untuk Bapak,
tapi saya percaya dengan
Bapak. Feelingnya2 itu lho,
selalu tepat. Dari dulu.
(Hal 31)
Tuturan ini dikemukakan oleh
Iriana ketika ditanyakan
pendapatnya tentang pencalonan
diri suaminya menjadi wali kota
Solo. Tuturan ini disampaikan
setelah Iriana awalnya tidak
menyetujui pencalonan Jokowi.
„persilaan‟
Terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam
tuturan “Sebagai seorang istri saya tentu memberikan masukan yang baik untuk
Bapak, tapi saya percaya dengan Bapak. Feelingnya itu lho, selalu tepat. Dari
dulu.” Dalam tuturan tersebut Iriana menggunakan kata feelingnya untuk
menyebut perasaan. Jika ditelusuri lebih dalam tentang Iriana, ternyata ia pernah
kuliah di Universitas Muhamadiyah Surakarta, dalam civitas akademik perguruan
tinggi biasanya sering menggunakan bahasa Inggris. Ia juga selalu mendampingi
2 Perasaan, kepekaan perasaan.
44
Jokowi pada berbagai kesempatan termasuk dalam hal bisnis kayunya yang
sering terlibat bertransaksi dengan pembeli dari luar negeri yang pastinya
menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, sangat
dimungkinkan jika Iriana melakukan campur kode antara bahasa Indonesia
dengan bahasa Inggris.
Jika diwujudkan dalam bentuk persentase, maka angka-angka frekuensi
kemunculan setiap tuturan menjadi sebagai berikut. Makna sosiopragmatik
imperatif larangan sebesar 40%. Makna makna sosiopragmatik imperatif ajakan,
makna sosiopragmatik imperatif harapan, dan makna sosiopragmatik imperatif
persilaan masing-masing sebesar 20%. Persentase makna sosiopragmatik dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif
dalam Ranah Keluarga
No. Jenis Makna Imperatif Frekuensi
Pemakaian
Persentase
Kemunculan
1. Makna sosiopragmatik ajakan 1 20
2. Makna sosiopragmatik harapan 1 20
3. Makna sosiopragmatik larangan 2 40
4. Makna sosiopragmatik persilaan 1 20
Jumlah Tuturan 5 100,00
2. Ranah Tempat Kerja
Ranah tempat kerja yang dirujuk dalam penelitian ini terdiri dari organisasi
pengusaha mebel Solo, dan kantor wali kota Solo. Berikut ini dipaparkan wujud
dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah tempat kerja.
45
Di dalam ranah tempat kerja peneliti menemukan enam tuturan yang
memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Tuturan yang ditemukan mengandung
empat macam makna sosiopragmatik imperatif dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) makna sosiopragmatik imperatif suruhan, (2) makna sosiopragmatik imperatif
harapan, (3) makna sosiopragmatik imperatif umpatan, (4) dan makna
sosiopragmatik perintah.
Jika diuraikan dengan bentuk angka, maka dapat diuraikan bahwa
ditemukan satu tuturan yang bermakna sosiopragmatik imperatif suruhan, satu
tuturan yang bermakna sosiopragmatik imperatif harapan, dua tuturan yang
bermakna sosiopragmatik imperatif umpatan, dan dua tuturan yang bermakna
sosiopragmatik perintah.
Tabel 2
Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Tempat Kerja
No.
Data
Lokasi Wujud Imperatif/
Isi Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1. Persatuan
pengusaha
mebel
(Penulis
buku)
Sebagai eksportir
mebel senior di kota
Solo, teman-teman
pengusaha mebel yang
tergabung dalam
Asmindo pun
mendaulat dirinya
untuk menjadi ketua
Komda Solo Raya.
(Hal 23)
Tuturan ini diungkapkan
oleh penulis buku
berdasarkan hasil
wawancaranya kepada
teman-teman Jokowi.
Berarti secara tidak
langsung penulis buku
menyampaikan maksud
dari tuturan teman-
temannya. Maksud
tuturannya ialah untuk
mendorong atau menyuruh
Jokowi agar mau menjadi
ketua perkumpulan
pengusaha mebel di Solo,
dan secara otomatis berarti
Jokowi harus mampu
„suruhan‟
46
membangun usaha mebel
di Solo menjadi lebih baik
lagi.
2. Persatuan
pengusaha
mebel
(Penulis
buku)
Dia diharapkan dapat
membantu untuk
mendapatkan peluang
ekspansi bisnis dan
meningkatkan
produksi usaha kecil
menengah di Solo.
(Hal 24)
Tuturan ini diungkapkan
oleh penulis buku
berdasarkan hasil
wawancaranya kepada
teman-teman Jokowi.
Berarti secara tidak
langsung penulis buku
menyampaikan maksud
dari tuturan teman-
temannya. Tuturan ini
bermaksud mengharapkan
Jokowi agar dapat
meningkatkan usaha kecil
menengah di Solo ketika
menjabat sebagai ketua
Asmindo.
„harapan‟
3. Persatuan
pengusaha
mebel
(Jokowi)
Dari dulu wali kota
Solo tidak bisa
mengatur kota dengan
baik. dari tahun ke
tahun semakin tidak
baik. Hotel juga tidak
laku, kota semakin
tidak teratur, semakin
tidak rapi, di mana-
mana ada PKL yang
tidak di-manage3
dengan baik. Itu yang
kelihatan mata. (Hal
25)
Tuturan ini dituturkan oleh
Jokowi ketika
mengemukakan
pendapatnya tentang
pemerintahan kota Solo
sebelum dirinya menjabat.
Tuturan ini ditunjukan
untuk memberikan kritikan
kepada pemerintahan kota
Solo yang dianggapnya
tidak baik dari segi
apapun.
„umpatan‟
4. Persatuan
pengusaha
mebel
(Jokowi)
Dia dan teman-
temannya di Asmindo
juga merasa gemas,
kenapa Solo tak
maju-maju. Padahal,
kota Solo memiliki
potensi besar untuk
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi dan teman-
temannya sesama
pengusaha mebel. Tuturan
ini ditunjukkan untuk
pemerintah Solo yang
selama ini dirasa belum
„umpatan‟
3 diatur
47
dikembangkan. (Hal
25)
mampu memanfaatkan
potensi yang ada di Solo.
5. Kantor wali
kota Solo
(Jokowi)
Saya mencopot lurah
maupun camat yang
tidak bisa mengikuti
pola sistem kerja saya.
Karena mereka tidak
punya niat menolong
masyarakat dalam
percepatan waktu
pembuatan KTP.
Selain itu, ruang
pelayanan pembuatan
KTP maupun
pelayanan perizinan
saya buat seperti
bank, biar masyarakat
nyaman. Masak dari
dulu tempat pelayanan
hanya itu-itu terus.
(Hal 30)
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi dengan
maksud untuk
memerintahkan para lurah
dan camat agar bisa
mengikuti pola
pemerintahannya yang pro
rakyat dengan melayani
masyarakat dengan cepat
dan fasilitas yang nyaman.
„perintah‟
6. Kantor wali
kota Solo
(Jokowi)
Untuk apa sih
berpanjang-panjang?
Kalau memang sudah
setuju semua dan
sudah bisa
ditindaklanjuti, yang
harus disiapkan bukan
pidato panjang, tapi
memikirkan
bagaimana
menindaklanjuti
dengan segera
rencana pemerintah
agar bermanfaat bagi
rakyat. Kalau untuk
rakyat saya tidak bisa
berlama-lama. (Hal
32)
Dituturkan oleh Jokowi
setelah rapat dengar
pendapat dengan anggota
Dewan Perwakilam
Rakyat Kota Solo. Tuturan
ini memerintahkan para
anggota DPR Kota Solo
harus bisa bekerja dan
bermanfaat untuk rakyat.
„perintah‟
48
Terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam
tuturan “Dari dulu wali kota Solo tidak bisa mengatur kota dengan baik. dari
tahun ke tahun semakin tidak baik. Hotel juga tidak laku, kota semakin tidak
teratur, semakin tidak rapi, di mana-mana ada PKL yang tidak di-manage
dengan baik. Pada mulanya Jokowi bertutur menggunakan bahasa Indonesia,
tetapi ditengah-tengah tuturan Jokowi secara tidak sadar menggunakan bahasa
Inggris manage yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu diatur. Hal ini
dapat terjadi karena faktor pendidikan Jokowi yang merupakan lulusan dari
sebuah universitas yang biasa menggunakan bahasa Inggris dan sebagai wali kota
biasanya sering bertemu dengan pemimpin-pemimpin daerah dari berbagai dunia
sehingga mengharuskannya mengerti bahasa Inggris dan menggunakan bahasa
Inggris dalam berkomunikasi. Sehingga wajar jika Jokowi menyelipkan bahasa
Inggris ketika melakukan tuturan.
Frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif dalam ranah
tempat kerja dapat diwujudkan dalam angka persentase. Tuturan yang bermakna
sosiopragmatik suruhan, dan tuturan yang bermakna harapan masing-masing
sebesar 16,67%. Tuturan yang bermakna sosiopragmatik imperatif umpatan dan
perintah masing-masing sebesar 33,33%. Agar lebih mudah dipahami data
frekuensi kemunculan makna sosiopragmatik imperatif dari setiap tuturan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif
dalam Ranah Tempat Kerja
No. Jenis Makna Imperatif Frekuensi
Pemakaian
Persentase
Kemunculan
1. Makna sosiopragmatik suruhan 1 16,67
2. Makna sosiopragmatik harapan 1 16,67
49
3. Makna sosiopragmatik umpatan 2 33,33
4. Makna sosiopragmatik perintah 2 33,33
Jumlah Tuturan 6 100,00
3. Ranah Pemerintahan
Ranah pemerintahan yang dirujuk dalam penelitian ini terdiri dari Jokowi
sebagai wali kota Solo, gubernur Jawa Tengah, juru bicara presiden . Berikut ini
dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada
ranah pemerintahan.
Di dalam ranah pemerintahan peneliti menemukan dua puluh tiga tuturan
yang memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari dua puluh tiga tuturan itu
ditemukan tujuh makna sosiopragmatik imperatif. Tujuh makna sosiopragmatik
itu dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) makna sosiopragmatik imperatif
larangan, (2) makna sosiopragmatik imperatif perintah, (3) makna
sosiopragmatik imperatif harapan, (4) makna sosiopragmatik imperatif umpatan,
(5) makna sosiopragmatik imperatif permintaan, (6) sosiopragmatik imperatif
suruhan, (7) makna sosiopragmatik imperatif desakan.
Makna sosiopragmatik imperatif yang paling dominan dalam ranah
pemerintahan ini adalah makna sosiopragmatik imperatif perintah, yakni
sebanyak enam tuturan dan makna sosiopragmatik imperatif harapan sebanyak
enam tuturan. Makna sosiopragmatik larangan, makna sosiopragmatik imperatif
umpatan, makna sosiopragmatik imperatif permintaan dan makna sosiopragmatik
umpatan masing masing tiga tuturan.. Makna sosiopragmatik imperatif suruhan,
anjuran, dan desakan masing-masing sebanyak satu tuturan. Berikut ini
dipaparkan wujud dan makna imperatif dalam ranah pemerintahan dengan
menggunakan tabel agar lebih mempermudah membacanya.
50
Tabel 3
Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Pemerintahan
No.
Data
Lokasi Wujud
Imperatif/ Isi
Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1. Kantor wali
kota Solo
(Jokowi)
Kenapa harus diganti
jika mobil itu masih
bisa digunakan?. (Hal
55)
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi ketika
ditanyakan penggantian
mobil dinasnya. Ia
mengganti mobil dinasnya
dari Toyota Camry
menjadi mobil bermerek
Esemka. Ia bermaksud
untuk melarang pajabat
yang suka mengganti
mobil dinasnya menjadi
mobil dinas yang mewah
padahal mobil dinas yang
lama masih bisa
digunakan.
„larangan‟
2. Kantor wali
kota Solo
(Jokowi)
Saya tidak mau
mencolok, ndak4 enak
sama masyarakat.
(Hal 57)
Dituturkan oleh Jokowi
sambil mencopot jas
warna hitam yang
digunakannya ketika
bekerja di balai kota. Ia
meminta kepada supirnya
untuk mengganti nomor
polisi mobil dinasnya ke
nomor polisi yang
berwarna hitam. Maksud
tuturan itu adalah untuk
memerintahkan supirnya
mengganti plat nomor
mobil dinasnya.
„perintah‟
3. Pemerintahan/ Gue butuh pemimpin
yang seperti ini,
Tuturan ini dilontarkan
oleh seorang pengguna
„harapan‟
4 Tidak
51
Media Sosial
(Pengguna
facebook)
bukan seperti
pemimpin di Jakarta.
(Hal 59)
facebook menanggapi
kinerja Jokowi sebagai
kepala daerah. Secara
tidak langsung orang itu
mengharapkan pemimpin
daerahnya, yakni Jakarta
bisa melakukan kinerja
yang baik seperti Jokowi.
4. Pemerintahan/
Media sosial
(Pengguna
facebook)
Sudah sepantasnya
pemimpin-pemimpin
lain meniru Jokowi
menggunakan produk
dalam negeri. (Hal
59)
Tuturan ini disampaikan
oleh salah satu pengguna
facebook mengomentari
kinerja Jokowi. Tuturan
ini bertujuan untuk
mengharapkan pemimpin
lain bisa mencontoh
Jokowi.
„harapan‟
5. Pemerintahan/
Media sosial
Maju terus, Pak
Jokowi. (Hal 61)
Dituturkan oleh salah satu
pembaca di sebuah laman
berita terkenal. Tuturan ini
dimaksudkan
mengaharapkan dan
mendukung Jokowi untuk
selalu memberikan kinerja
yang baik.
„harapan‟
6. Pemerintahan
(Pejabat
daerah)
Jangan cari muka
deh. (Hal 65)
Dituturkan oleh salah satu
pejabat daerah
mengomentari kinerja
Jokowi dan mobil Esemka.
Tuturan ini bermaksud
mencibir Jokowi.
„umpatan‟
7. Pemerintahan
(Pejabat
daerah)
Jika ambrol di jalan
terus nabrak kebo,
piye5?(Hal 65)
Tuturan ini dilontarkan
oleh gubernur Jawa
Tengah, Bibit Waluyo
mengomentari produksi
mobil Esemka. Tuturan ini
bertujuan untuk mencibir
produksi mobil Esemka.
„umpatan‟
8. Pemerintahan Saya katakan kepada
Pak Dubes, saya tidak
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi ketika
„permintaan‟
5 Bagaimana?
52
(Jokowi) minta duit atau
investor. Saya minta
teknisi yang bisa
membantu
penyempurnaan mobil
Esemka. (Hal 66)
menceritakan infrastruktur
untuk memproduksi mobil
Esemka. Ia
menuturkannya kepada
Dubes Jerman, berarti ia
meminta bantuan teknisi
untuk penyempurnaan
mobil Esemka.
9. Pemerintahan
(Jokowi)
Saya tidak butuh
investor luar. Saya
butuh investor lokal.
(Hal 67)
Tuturan ini dilontarkan
Jokowi menegaskan ke
pada pemerintah untuk
meminta investor dari
dalam negeri.
„permintaan‟
10. Pemerintahan
(Jokowi)
Jadi kami berharap
pemerintah mau
membantu
kekurangan dana
yang kami butuhkan
untuk pengembangan
pabrik Esemka di Solo
Technopark. (Hal 69)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi kepada
pemerintah. Tuturan ini
bertujuan meminta
bantuan dana
pengembangan pabrik
Esemka.
„harapan‟
11. Pemerintahan
(Juru bicara
presiden)
Tentu Bapak Presiden
telah mendengar
kreasi dan inovasi
yang positif dari anak
bangsa di Jawa
Tengah. Perakitan
mobil nasional ini
patut diapresiasi.
(Hal 79)
Dituturkan oleh juru
bicara presiden kepada
pers bahwa presiden
sangat mengapresiasi
karya anak SMK. Secara
tersirat sebenarnya tuturan
ini bertujuan untuk
menyuruh semua pihak
untuk bisa mengapresiasi
karya anak SMK.
„perintah‟
13. Pemerintahan
(Jokowi)
Kami gabungkan
keduanya. Harus
cepat, tapi prosedur
tetap terpenuhi. (Hal
111)
Dituturkan oleh Jokowi
kepada pejabat untuk
mendesak agar cepat
dalam melayani
masyarakat, cepat dalam
mengikuti perubahan
sistem yang berlaku.
„desakan‟
12. Pemerintahan Jika realistis, 10
miliar pun saya
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi kepada kepala
„perintah‟
53
(Jokowi) setujui asal jumlah
PSK bisa berkurang
di Solo. (Hal 114)
dinas untuk membuat
proposal rehabilitasi PSK
yang realistis agar
program rehabilitasi
berjalan dengan baik.
13. Pemerintahan
(Jokowi)
Silakan berinvestasi
di sini, tapi jangan
coba-coba menyuap
staf saya dan
perangkat
pemerintahan di Solo
untuk mendapatkan
izin. (Hal 114)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi kepada
investor agar tidak
menyuap para pejabatnya
untuk melancarkan urusan
perizinan pembuatan hotel
di Solo. tuturan ini
bertujuan memperingatkan
para investor agar bersikap
baik dan harus sesuai
prosedur untuk
mendapatkan izin
pendirian hotel.
„peringatan‟
14. Pemerintahan
(Jokowi)
Kasus pabrik es Sari
Petodjo yang
merupakan bangunan
bersejarah dan
dilindungi adalah
salah satu bukti tata
cara investasi kotor
yang menghalalkan
segala cara. (Hal
115)
Dituturkan oleh Jokowi
menjelaskan salah satu
bangunan bersejarah yang
dirobohkan untuk dibuat
mall. Jokowi tidak mau
kasus seperti itu terjadi
lagi ketika dirinya
menjabat. Oleh karena itu,
tuturan ini bermaksud
untuk mengumpat
pemimpin atau pejabat
terdahulu.
„umpatan‟
15. Pemerintahan
(Jokowi)
Undang-undang
melarang merusak
cagar budaya di Solo.
saya tidak melawan
Gubernur, tapi saya
menjalankan amanat
undang-undang. (Hal
122)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi menceritakan
tentang perobohan salah
satu benda cagar budaya.
Ia masih mempertahankan
sebagian bangunan
bersejarah itu. Tuturan ini
bertujuan untuk melarang
semua pihak merobohkan
bangunan cagar budaya
hanya untuk kepentingan
pribadi (pembuatan mal).
„larangan‟
54
16. Pemerintahan
(Jokowi)
…coba saja
crosscheck6 pada
ajudan saya. (Hal
151)
Ditutukan oleh Jokowi
ketika ditanyakan perihal
gajinya sebagai wali kota.
Tuturan ini bermaksud
untuk memerintahkan
yang bertanya untuk
langsung bertanya kepada
ajudannya.
„perintah‟
17. Pemerintahan
(Jokowi)
…yang penting saya
tidak pernah ambil
gaji. Kalau tidak
percaya, tanya saja
kepada sekretaris
atau ajudan saya.
(Hal 151)
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi ketika
ditanyakan perihal gajinya
sebagi wali kota. Ia
menegaskan bahwa ia
tidak pernah mengambil
gajinya sebagai wali kota,
ia menyuruh si pemberi
pertanyaan untuk langsung
memeriksa kebenaran
tersebut ke sekretaris atau
ajudannya.
„suruhan‟
18. Pemerintahan
(Jokowi)
Kenapa orang-orang
di Eropa bisa menata
kotanya dengan baik?
kita juga pasti bisa.
Sistem harus dibuat
dan dijalankan
dengan benar.
Komunikasi dengan
siapa saja harus
dibangun agar semua
bisa berjalan dan
Solo bisa menjadi
pionir perubahan.
(Hal 168)
Dituturkan oleh Jokowi
kepada semua pihak agar
bisa bekerjasama
membangun kota Solo.
Secara tidak langsung
Jokowi memerintahkan
untuk membuat dan
menjalankan sistem
dengan benar agar
terbentuk kota Solo yang
baik dan menjadi pionir
perubahan.
„perintah‟
19. Pemerintahan
(Jokowi)
Saya ingin di periode
terakhir
kepemimpinan saya
ini, Solo bisa menjadi
kota dalam kebun.
Dan satu waktu nanti
Dilontarkan oleh Jokowi
sebagai wujud harapannya
kepada pemerintahannya
untuk membangun kota
Solo menjadi kota dalam
kebun.
„harapan‟
6 Memeriksa kembali
55
dapat menjadi kota
dalam hutan. (Hal
174)
20. Pemerintahan
(Jokowi)
12 saja sudah cukup.
Itu pun sudah
telanjur. (Hal 181)
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi secara
singkat. Tuturan ini
lontarkan ketika dirinya
ditanyakan perihal
permohonan izin
pembangunan minimarket.
Tuturan ini bertujuan
untuk tidak memberikan
izin atau melarang
pembangunan minimarket
lagi di Solo.
„larangan‟
21. Pemerintahan
(Jokowi)
Saya ingin
menjadikan Solo
sebagai kota karnaval
seperti Rio de Janeiro
di Brasil. (Hal 188)
Dituturkan oleh Jokowi
mengharapkan kota Solo
menjadi kota karnaval. Ia
berharap kepada seluruh
seniman agar melakukan
pementasan akbar pada
acara Solo Batik Carnaval.
„harapan‟
22. Pemerintahan
(Jokowi)
Saya prihatin Solo
hanya memiliki
sebuah museum,
karena saya percaya
peradaban sebuah
negeri salah satunya
diukur dari
bagaimana sebuah
museum dimiliki dan
dirawat. (Hal 188)
Dituturkan oleh Jokowi
sebagai wujud
kekecewaannya kepada
DPR Kota Solo karena
menolak rencananya
membangun museum.
Secara tidak langsung,
tuturan ini bermaksud
meminta kepada DPR
Kota Solo agar menyetujui
rencananya.
„permintaan‟
23. Pemerintahan
(Jokowi)
Saya tidak mau
bekerja dengan
orang-orang yang
tidak berpihak kepada
masyarakat. (Hal
190)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi kepada
seluruh kepala dinas
pemerintahannya. Tuturan
ini dilontarkan ketika ia
meminta kepala dinas
pemerintahan mengajukan
proposal yang
„perintah‟
56
anggarannya realistis, jika
tidak mampu maka akan
digeser.
Dalam tuturan “Saya tidak mau mencolok, ndak enak sama masyarakat”
terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi sebagai wali kota Solo, ndak dalam bahasa Indonesia
memiliki arti tidak. Seperti yang diketahui pada saat bertutur ini, Jokowi
menjabat sebagai wali kota Solo yang merupakan daerah bersuku Jawa, biasa
menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, mitra tutur Jokowi pada saat bertutur
merupakan ajudannya yang berasal dari Solo. Dalam keseharian ketika bertemu
dan berkomunikasi dengan masyarakat untuk mendengarkan aspirasinya pasti
menggunakan bahasa Jawa. Faktor-faktor yang sudah disebutkan menjadi
penyebab Jokowi secara tidak sadar mencampur bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa.
Tuturan “Jika ambrol di jalan terus nabrak kebo, piye” dituturkan oleh
gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo ketika mengomentari produksi mobil
Esemka. Tuturan ini ditujukan kepada Jokowi yang selama ini sangat
membanggakan mobil Esemka. Dalam tuturan ini terjadi campur kode antara
bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Terselip kata piye yang dalam bahasa
Indonesia memiliki arti bagaimana. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh latar
belakang Bibit sebagai gubernur Jawa Timur yang bersuku Jawa, pasti dalam
kesehariannya menemui masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, ia
juga mengomentari Jokowi yang seperti diketahui sangat kental dengan Jawa.
Dalam tuturan “coba saja crosscheck pada ajudan saya” dan tuturan
“Seharusnya pemerintah daerah memberikan fasilitas seluas-luasnya kepada
PKL. Terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
crosscheck dalam bahasa Indonesia memiliki arti periksa kembali. Tuturan ini
57
disampaikan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal gajinya sebagai wali kota
Solo. Campur kode ini dapat terjadi karena latar belakang pendidikan, latar
belakang pekerjaannya sebagai tukang kayu, dan latar belakang jabatannya.
Jokowi yang merupakan lulusan Universitas Gajah Mada terbiasa menggunakan
bahasa Inggris dalam kehidupan perkuliahan, Jokowi sering bertransaksi
penjualan kayu dengan pembeli dari luar negeri menuntutnya mengerti dan
berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, dan Jokowi merupakan wali kota
Solo yang sering bertemu dengan pemimpin-pemimpin daerah dari berbagai
negara tentunya menggunakan bahasa Inggris ketika berkomunikasi. Oleh karena
itu, sangat dimungkinkan jika Jokowi menyelipkan bahasa Inggris ketika
bertutur.
Makna-makna sosiopragmatik imperatif dari setiap tuturan dapat dihitung
dengan angka persentase kemunculan. Makna sosiopragmatik imperatif perintah
sebesar 26,09%. Makna sosiopragmatik imperatif harapan sebesar 26,09%.
Makna sosiopragmatik larangan, makna sosiopragmatik imperatif umpatan, dan
makna sosiopragmatik imperatif permintaan masing-masing sebesar 13,04%.
Makna sosiopragmatik imperatif suruhan, dan desakan masing-masing sebesar
4,35%.
Tabel 3.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif
dalam Ranah Pemerintahan
No. Jenis Makna Imperatif Frekuensi
Pemakaian
Persentase
Kemunculan
1. Makna sosiopragmatik larangan 3 13,04
2. Makna sosiopragmatik perintah 6 26,09
3. Makna sosiopragmatik harapan 6 26,09
58
4. Makna sosiopragmatik umpatan 3 13,04
5. Makna sosiopragmatik permintaan 3 13,04
6. Makna sosiopragmatik suruhan 1 4,35
7. Makna sosiopragmatik desakan 1 4,35
Jumlah Tuturan 23 100,00
4. Ranah Ekonomi
Ranah ekonomi yang dirujuk dalam penelitian ini berlokasi di pameran
mobil Esemka. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang
ditemukan dalam biografi pada ranah ekonomi.
Peneliti menemukan empat belas tuturan dalam ranah ekonomi yang
memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari empat belas tuturan itu, dapat
diidentifikasikan ke dalam enam jenis makna tuturan. Dari enam jenis tuturan itu,
dapat diklasifikasikan bahwa enam tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif
bujukan, tiga tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif ajakan, dua tuturan
bermakna sosiopragmatik imperatif harapan, dan masing-masing satu tuturan
bermakna sosiopragmatik imperatif desakan, suruhan, dan permintaan.
Tabel 4
Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Ekonomi
No.
Data
Lokasi Wujud Imperatif/
Isi Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1. Pameran
mobil
Esemka
Bagi Jokowi, memiliki
dan menggunakan
produk bangsa sendiri
merupakan sebuah
kebangggaan, selain
Tuturan tersebut berasal
dari penulis buku yang
merupakan hasil dari
wawancara Jokowi, berarti
tuturan tesebut berasal dari
„bujukan‟
59
(Penulis
buku)
itu harganya pasti
lebih murah. (Hal 55)
Jokowi. Tuturan tersebut
dilontarkan ketika
mempromosikan mobil
Esemka. Tuturan tersebut
dimaksudkan untuk
membujuk semua orang
untuk membeli produk
bangsa sendiri yang lebih
murah harganya.
2. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Hal ini pantas
didukung karena ini
adalah awal dari
kebangkitan industri
mobil nasional. (Hal
55)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi ketika
mempromosikan mobil
Esemka. Ia mengatakan hal
itu bertujuan untuk
mengajak semua orang
untuk mendukung produk
hasil anak bangsa.
„ajakan‟
3. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Ini sebuah kreativitas
dan inovasi dari anak-
anak SMK untuk
bangsa ini, mengapa
kita harus diam? (Hal
58)
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi ketika
menceritakan keberadaan
mobil Esemka. Ia sangat
mendukung keberadaan
mobil Esemka tuturan ini
bertujuan untuk mengajak
semua orang khususnya
anak muda untuk selalu
berinovasi dan tidak boleh
diam, serta harus
mendukung inovasi dari
anak SMK.
„ajakan‟
4. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Industri mobil Esemka
ini harus
dikembangkan
bersama seluruh
lapisan masyarakat
dan juga dikerjakan
oleh semua anak-anak
Esemka dari seluruh
Indonesia, bukan saja
hanya di Solo. (Hal
58)
Dituturkan oleh Jokowi
ketika menceritakan
keberadaan mobil Esemka.
Ia sangat mendukung
keberadaan mobil Esemka,
maka dari itu tujuan dari
tuturan tersebut adalah
untuk mengajak seluruh
masyarakat untuk
mengembangkan industri
mobil Esemka.
„ajakan‟
60
5. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Nyaman, sangat
nyaman, tidak kalah
dengan mobil-mobil
lain yang sejenis. (Hal
58)
Tuturan ini dilontarkan
Jokowi saat mencoba
mobil Esemka. Sebagai
brand ambassador dari
mobil Esemka tentu saja
tuturan ini betujuan untuk
membujuk masyarakat
membeli mobil Esemka.
„bujukan‟
6. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Sebagai brand
ambassador7 saya
juga menyediakan test
drive8. (Hal 62)
Tuturan ini disampaikan
oleh Jokowi kepada para
pengunjung pameran mobil
Esemka di pelataran rumah
dinasnya. Tuturan ini
bertujuan untuk
mendorong pengunjung
mencoba mobil Esemka.
„bujukan‟
7. Pameran
mobil
Esemka
(Pengunjung
pameran)
Harganya murah dan
terjangkau. Mobilnya
bagus dan desainnya
juga bagus. Saya akan
membelinya satu. (Hal
63)
Dituturkan oleh seseorang
yang sengaja datang untuk
melihat langsung mobil
Esemka. Tuturan ini
dimaksudkan untuk
mempengaruhi pengunjung
lain agar membeli juga
mobil Esemka.
„bujukan‟
8. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Beberapa menteri dari
kabinet Indonesia
Bersatu jilid dua pun
sudah pesan. (Hal 65)
Dituturkan oleh Jokowi
menceritakan tentang
mobil Esemka ketika
bertugas di pameran mobil
Esemka. Sebagai brand
ambassador mobil Esemka
dengan mencontohkan
menteri yang membeli
mobil Esemka secara
tersirat sebenarnya ia
mempromosikan dan
mendorong masyarakat
untuk membeli mobil
Esemka.
„bujukan‟
7 Duta dari sebuah merek
8 Tes mengemudi
61
9. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Afgan si penyanyi itu
juga sudah mesan lho.
(Hal 65)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi ketika
bertugas di pameran mobil
Esemka. Tuturan ini
bertujuan untuk
mendorong masyarakat
membeli mobil Esemka.
„bujukan‟
10. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Saya tidak peduli.
Saya jalan terus. Yang
penting saya akan
menyelesaikan
persoalan uji emisi
sebelum bulan Agustus
ini. Kemudian
mengurus prinsipal
brand Indonesianya.
Tidak ada yang bisa
menghalangi, ini
bukan untuk
kepentingan saya,
mobil Esemka ini
kebanggan rakyat
Indonesia. (Hal 66)
Dituturkan oleh Jokowi
menanggapi cibiran dari
berbagai pihak. Tuturan ini
di sampaikannya ketika
suasan santai di rumah
dinasnya. Tuturan ini
dimaksudkan untuk
menegaskan ke semua
orang bahwa ia benar-
benar serius mengurus
mobil Esemka.
„desakan‟
11. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Saat ini mobil Esemka
hanya ada enam unit,
bulan Agustus nanti
sudah harus
memproduksi 200 unit
sehingga tepat di hari
kemerdekaan Agustus
2012 nanti, Esemka
bisa dijadikan simbol
kebangkitan mobil
nasional. (Hal 67)
Dituturkan oleh Jokowi
menceritakan tentang
produksi mobil Esemka.
Tuturan ini ditujukan
kepada anak SMK yang
terlibat dalam produksi
mobil Esemka agar
menambah hasil
produksinya.
„suruhan‟
12. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Jadi kita berharap
masyarakat juga dapat
berpartisipasi untuk
menyediakan suku
cadang Esemka lewat
industri rumahan.
(Hal 68)
Tuturan ini dilontarkan
oleh Jokowi kepada
masyarakat yang hadir di
pameran mobil Esemka.
Tuturan ini mengharapkan
masyarakat ikut telibat
mendukung penyediaan
suku cadang mobil
„harapan‟
62
Esemka.
13. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Semua masukan
tentunya akan
bermanfaat bagi kita.
(Hal 72)
Tuturan ini dilontarkan
Jokowi kepada semua
pihak meminta saran untuk
penyempurnaan mobil
Esemka.
„permintaan‟
14. Pameran
mobil
Esemka
(Jokowi)
Saya ingin belajar
bagaimana mereka
membangun industri
otomotif nasional.
(Hal 73)
Dituturkan oleh Jokowi
menceritakan
kunjungannya ke Malaysia
melihat produksi mobil
nasional Malaysia. Tuturan
ini merupakan harapan
Jokowi agar bisa
mempelajari pembangunan
industri mobil nasional.
„harapan‟
Tuturan “Sebagai brand ambassador saya juga menyediakan test drive”
disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka. Melihat latar
tempat yaitu pameran mobil yang biasanya dihadiri oleh masyarakat yang
memiliki taraf menengah ke atas, maka sangat dimungkinkan Jokowi memilih
penggunaan brand ambassador dan test drive untuk mengatakan duta dari sebuah
merek dan tes mengemudi. Latar belakangnya sebagai pengusaha kayu yang
mengekspor produknya ke berbagai dunia mengharuskannya menggunakan bahasa
Inggris, dan sebagai wali kota biasanya sering melakukan pertemuan dengan
berbagai pemimpin daerah dari seluruh dunia, memungkinkan Jokowi secara tidak
sadar melakukan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Jika diwujudkan dalam persentase, maka angka-angka frekuensi
kemunculan makna sosiopragmatik imperatif sebagai berikut: tuturan bermakna
sosiopragmatik imperatif bujukan sebesar 33,33%, tuturan bermakna
sosiopragmatik imperatif ajakan sebesar 16,67%, tuturan bermakna
63
sosiopragmatik imperatif harapan sebesar 11,11%, dan masing-masing 5,56%
untuk tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif tawaran, desakan, suruhan,
petunjuk, permintaan, saran, dan sindiran.
Tabel 4.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif
dalam Ranah Ekonomi
No. Jenis Makna Imperatif Frekuensi
Pemakaian
Persentase
Kemunculan
1. Makna sosiopragmatik bujukan 6 42,86
2. Makna sosiopragmatik ajakan 3 21,43
3. Makna sosiopragmatik desakan 1 7,14
4. Makna sosiopragmatik suruhan 1 7,14
5. Makna sosiopragmatik harapan 2 14,28
6. Makna sosiopragmatik permintaan 1 7,14
Jumlah Tuturan 14 100,00
5. Ranah PILKADA
Ranah PILKADA yang dirujuk dalam penelitian ini membicarakan topik
pemilihan wali kota Solo. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif
yang ditemukan dalam biografi pada ranah PILKADA.
Di dalam ranah PILKADA peneliti menemukan enam tuturan yang
memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari enam tuturan itu dapat
diidentifikasikan menjadi empat jenis tuturan. Dari empat jenis tuturan itu dapat
diidentifikasikan bahwa dua tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif ajakan,
satu tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif harapan, satu tuturan bermakna
sosiopragmatik imperatif imbauan, dan dua tuturan bermakna sosiopragmatik
imperatif umpatan.
64
Tabel 5
Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah PILKADA
No.
Lokasi Wujud
Imperatif/ Isi
Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1. PILKADA
(Slogan)
Solo Berseri Tanpa
Korupsi. (Hal 84)
Tulisan ini merupakan
slogan yang diusung
oleh Jokowi ketika
kampanye pencalonan
dirinya menjadi wali
kota Solo. Tuturan ini
secara tersirat mengajak
masyarakat untuk
memilihnya jika ingin
kota Solo bersih dari
korupsi.
„ajakan‟
2. PILKADA/Fa
cebook
(Anton Red
Devilz)
Kula dukung
panjenengan dados
gubernur DKI
Jakarta, Pak.9 (Hal
206)
Tuturan ini disampaikan
oleh salah satu
mahasiswa Indonesia
yang sedang kuliah di
University of
Mancester, Inggris
dengan nama akun
Facebook Anton Red
Devilz. Ia meyatakan
dukungannya kepda
Jokowi untuk maju
menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Tuturan ini
bertujuan mengajak
masyarakat yang
membaca statusnya
Facebooknya untuk ikut
mendukung Jokowi.
„ajakan‟
3. PILKADA/Por
tal berita
Indonesia butuh
orang seperti Anda
mengabdikan diri.
Tuturan ini dilontarkan
oleh seorang pembaca
di portal berita, ia
„harapan‟
9 Saya mendukung Anda (Jokowi) menjabat/menjadi gubernur DKI Jakarta, Pak.
65
(otong.efendi) Setelah no.1 di DKI,
jadi menteri,
kemudian RI 1.
Mudah-mudahan
Anda panjang umur.
(Hal 207)
mengomentari berita
dengan judul “Jokowi:
Masalah di Jakarta
dengan Solo Sama
Saja.” Tuturan ini
sebagai bentuk
pengharapannya
terhadap Jokowi. Ia
berharap agar Jokowi
tahap demi tahap bisa
memasuki jenjang karir
politik yang semakin
tinggi, hingga akhirnya
bisa menjadi presiden.
4. PILKADA
(Rudy)
Beliau kan selain
milik Solo, juga milik
masyarakat
Indonesia. Solo juga
harus bangga kalau
ada putranya yang
bisa memimpin
daerah lain. (Hal
212)
Dituturkan oleh Ketua
DPC PDI perjuangan
Solo bernama Hadi
Rudyatmo (Rudy).
Tuturan ini dilontarkan
ketika masyarakat
sedang khawatir
pencalonan diri Jokowi
menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Masyarakat
Solo menginginkan
Jokowi tetap memimpin
Solo saja. Tuturan ini
bertujuan
mengharapkan
masyarakat untuk
memahami keadaan
Jokowi, dan harus selalu
mendukung apapun
keputusan Jokowi,
karena Jokowi milik
masyarakat Indonesia,
bukan masyarakat Solo
saja.
„imbauan‟
5. PILKADA/Tw
itter
(@Puput_Shev
Huahhh yakin bos??.
(Hal 215)
Tuturan ini merupakan
kicauan twitter dari
pemilik akun
@Puput_Sheva. Ia
memberikan komentar
„umpatan‟
66
a) sebuah berita berjudul
“Jokowi Mampu Atasi
Macet Jakarta.” Ia
langsung berkomentar
di akun twitter Jokowi.
Tuturan ini bermaksud
untuk mengumpat
Jokowi, ia tidak percaya
dan meremehkan
Jokowi bisa mengatasi
kemacetan Jakarta.
6. PILKADA/Tw
itter
(@j_aritra)
Hahaha ngomong
ama tembok noh.
(Hal 215)
Tuturan ini merupakan
kicauan twitter dari
pemilik akun @j_aritra.
Ia memberikan
komentar sebuah berita
berjudul “Jokowi
Mampu Atasi Macet
Jakarta.” Tuturan ini
mengumpat Jokowi
yang digadang-gadang
akan mencalonkan diri
menjadi Gubernur DKI
Jakarta dan mengatasi
macet Jakarta. Maksud
dari tuturan ini, yakni
ketidak percayaan
penutur terhadap Jokowi
yang direalisasikan
dengan tuturan yang
kurang baik. Ia
mengatakan „ngomong
sama tembok‟, seperti
diketahui tembok
merupakan benda mati,
tidak mungkin
merespon pembicaraan
manusia. Sehingga jelas
bahwa tuturan ini
mengumpat Jokowi.
„umpatan‟
67
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa angka persentase dari setiap
makna sosiopragmatik imperatif dalam ranah PILKADA sebagai berikut: (1)
makna sosiopragmatik imperatif ajakan sebesar 22,22%, (2) makna
sosiopragmatik imperatif pemberitahuan 11,11%, (3) makna sosiopragmatik
imperatif harapan 11,11%, (4) makna sosiopragmatik imperatif imbauan sebesar
11,11%, (5) makna sosiopragmatik imperatif seruan sebesar 11,11%, (6) makna
sosiopragmatik imperatif umpatan 22,22%, (8) makna sosiopragmatik imperatif
sindiran sebesar 11,11%.
Tabel 5.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif
dalam Ranah PILKADA
No. Jenis Makna Imperatif Frekuensi
Pemakaian
Persentase
Kemunculan
1. Makna sosiopragmatik ajakan 2 33,33
3. Makna sosiopragmatik harapan 1 16,67
4. Makna sosiopragmatik imbauan 1 16,67
6. Makna sosiopragmatik umpatan 2 33,33
Jumlah Tuturan 6 100,00
6. Ranah PEMILU
Ranah PEMILU yang dirujuk dalam penelitian ini membicarakan topik
pemilihan presiden Republik Indonesia dengan calon presidennya Jokowi.
Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam
biografi pada ranah PEMILU.
Di dalam ranah PEMILU peneliti menemukan tiga tuturan yang memiliki
makna sosiopragmatik imperatif. Dari tiga tuturan itu dapat diidentifikasikan
menjadi dua jenis tuturan. Dari dua jenis tuturan itu diidentifikasikan menjadi
68
dua tuturan bermakna imperatif bujukan, dan satu tuturan bermakna imperatif
ajakan.
Tabel 6
Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah PEMILU
No.
Data
Lokasi Wujud
Imperatif/ Isi
Tuturan
Konteks Tuturan
Menurut Peneliti
Makna
Imperatif Penutur
1. PEMILU
(Anggota
Komisi 1
Dia (Jokowi) kontras
dengan SBY yang
beda antara tindakan
dan pidato. (Hal 200
Dituturkan oleh salah
satu anggota Komisi 1
DPR untuk membujuk
masyarakat agar
memilih Jokowi. Ia
melontarkan pujian
terhadap diri Jokowi
sebagai bentuk
abujukannya/rayuannya
untuk memilih Jokowi
jika maju dalam pemilu.
„bujukan‟
2. PEMILU
(Akun
10.000.000 FB’ers10
Dukung Dahlan Iskan
dan Jokowi untuk RI
1 & RI 2. (Hal 201)
Tulisan ini merupakan
judul fanpage Facebook
. Tidak jelas siapa yang
membuat fanpage yang
memajang foto Dahlan
Iskan sebagai profilnya,
tetapi sudah jelas bahwa
fanpage ini mendukung
Dahlan Iskan dan
Jokowi maju dalam
PEMILU. Secara tidak
tersirat, mengajak para
pengunjung fanpage
facebook untuk ikut
mendukung dan
memilih Dahlan Iskan
dan Jokowi.
„ajakan‟
3. PEMILU/blog …Saya, tentunya Tuturan ini disampaikan „bujukan‟
10
Para pengguna jejaring sosial facebook
69
(Linda Djalil) masyarakat lain, juga
berharap bahwa
kerja berat Anda
berdua kelak
membuahkan hasil
gemilang. Cita-cita,
niatan tulus,
keinginan besar
memajukan Indonesia
dengan cara apa pun,
betul-betul
dilaksanakan dengan
ikhlas pula tanpa
halangan maupun
kontaminasi. (Hal
203)
oleh seorang mantan
wartawati bernama
Linda Djalil melalui
akun blognya. Ia
mengharapkan Dahlan
Iskan dan Jokowi jika
maju menjadi calon
presiden dan wakil
presiden memberikan
dampak yang baik bagi
Indonesia, bisa
memajukan Indonesia.
Tabel 6.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif
dalam Ranah PEMILU
No. Jenis Makna Imperatif Frekuensi
Pemakaian
Persentase
Kemunculan
1. Makna sosiopragmatik bujukan 2 66,67
2. Makna sosiopragmatik ajakan 1 33,33
Jumlah Tuturan 3 100,00
70
Tabel Frekuensi Kemunculan Makna Tuturan Sosiopragmatik
Imperatif dalam Enam Ranah
No. Jenis Makna Tuturan Frekuensi Kemunculan
R1 R2 R3 R4 R5 R6
1. Ajakan 1 - - 3 2 1
2. Harapan 1 1 6 2 2 -
3. Larangan 2 - 3 - - -
4. Persilaan 1 - - - - -
5. Suruhan - 1 1 1 - -
6. Umpatan - 2 3 - 2 -
7. Perintah - 2 6 - - -
8. Permintaan - - 3 1 - -
9. Bujukan - - - 6 - 2
10. Desakan - - 1 1 - -
11. Imbauan - - - - 1 -
Keterangan:
R1 : Ranah Keluarga R4 : Ranah Ekonomi
R2 : Ranah Tempat Kerja R5 : Ranah Pilkada
R3 : Ranah Pemerintahan R6 : Ranah Pemilu
71
C. Pembahasan Penelitian
1. Analisis Data Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Berjudul
Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Tayrun.
a. Makna Imperatif Ajakan
Makna imperatif ajakan biasanya ditandai dengan pemakaian penanda
kesantunan mari atau ayo. Tetapi penanda kesantuan tersebut tidak selalu
hadir ketika diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang berbentuk imperatif
dengan ancangan sosioprgamatik. Makna imperatif ajakan bermaksud
untuk mengajak mitra tutur agar mengikuti sesuatu yang diutarakan oleh
penutur. Makna imperatif ajakan diperoleh sebanyak 7 tuturan. Tujuh
tuturan itu ditemukan dari ranah keluarga, ranah ekonomi, ranah pilkada,
dan ranah pemilu.
(1) “Musik rock adalah kebebasan. Musik rock itu liriknya liar, tegas,
semangat, dan mampu mendobrak perubahan.” (Hal 10)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi ketika mengungkapkan
pendapatnya mengenai musik rock. Secara tersirat ia mengajak
penulis buku dan pembaca agar mendengarkan musik rock dan
setuju dengan pendapatnya.
Tuturan (1) terdapat dalam ranah keluarga. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi kepada penulis buku ketika diwawancarai untuk
memperoleh informasi demi membuat biografi tentang Jokowi. Jokowi
mengungkapkan pendapatnya tentang musik rock yang menurutnya
berarti kebebasan, musik rock memberikan semangat dan mendobrak
perubahan. Tuturan ini bermaksud agar penulis buku setuju dengan
pendapatnya dan mengajak penulis buku untuk mendengarkan dan suka
musik rock.
(2) “Hal ini pantas didukung karena ini adalah awal dari kebangkitan
industri mobil nasional.” (Hal 55)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi ketika
mempromosikan mobil Esemka. Ia mengatakan hal itu bertujuan
72
untuk mengajak semua orang untuk mendukung produk hasil anak
bangsa.
Tuturan (2) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan tersebut
sangat jelas memiliki makna imperatif ajakan. Tuturan ini dimaksudkan
Jokowi mengajak semua orang khususnya yang berada di pameran mobil
Esemka untuk mendukung produk hasil dari anak Esemka yang menjadi
kebanggaan bangsa.
(3) “Ini sebuah kreativitas dan inovasi dari anak-anak SMK untuk
bangsa ini, mengapa kita harus diam?” (Hal 58)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika
menceritakan keberadaan mobil Esemka. Ia sangat mendukung
keberadaan mobil Esemka tuturan ini bertujuan untuk mengajak
semua orang khususnya anak muda untuk selalu berinovasi dan
tidak boleh diam, serta harus mendukung inovasi dari anak SMK.
Tuturan (3) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka.
Tuturan ini disampaikan dengan maksud mengajak anak-anak SMK
mengembangkan bakat dan kemampuannya, selalu menumbuhkan
kreativitas dan inovasi-inovasi jangan hanya berdiam diri tidak
melakukan perubahan. Selain itu, tuturan ini juga mengajak agar setiap
orang yang hadir pada pameran tersebut mendukung kreativitas dan
inovasi anak SMK.
(4) “Industri mobil Esemka ini harus dikembangkan bersama seluruh
lapisan masyarakat dan juga dikerjakan oleh semua anak-anak
Esemka dari seluruh Indonesia, bukan saja hanya di Solo.” (Hal
58)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi ketika menceritakan
keberadaan mobil Esemka. Ia sangat mendukung keberadaan
mobil Esemka, maka dari itu tujuan dari tuturan tersebut adalah
73
untuk mengajak seluruh masyarakat untuk mengembangkan
industri mobil Esemka.
Tuturan (4) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka.
Tuturan ini bertujuan mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung
dan mengembangkan industri mobil Esemka. Pengembangan industri
mobil Esemka harus dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat dari
seluruh kota di Indonesia, bukan hanya tanggung jawab di kota Solo saja.
(5) “Solo Berseri Tanpa Korupsi.” (Hal 84)
Konteks tuturan: Tulisan ini merupakan slogan yang diusung oleh
Jokowi ketika kampanye pencalonan dirinya menjadi walikota
Solo. Tuturan ini secara tersirat mengajak masyarakat untuk
memilihnya jika ingin kota Solo bersih dari korupsi.
Tuturan (5) terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini terdapat
dalam slogan yang diusung oleh tim kampanye Jokowi ketika Jokowi
mencalonkan diri menjadi wali kota Solo. Tuturan ini bertujuan untuk
mengajak warga Solo memilih Jokowi ketika mencoblos dengan janji
kota Solo akan terbebas dari korupsi.
(6) “Kula dukung panjenengan dados gubernur DKI Jakarta, Pak.”
(Hal 206)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh salah satu
mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di University of
Mancester, Inggris dengan nama akun Facebook Anton Red
Devilz. Ia meyatakan dukungannya kepda Jokowi untuk maju
menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tuturan ini bertujuan mengajak
masyarakat yang membaca statusnya Facebooknya untuk ikut
mendukung Jokowi.
Tuturan (6) terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini berasal dari
status facebook Anton Red. Tulisan ini berarti menyatakan dukungan
74
terhadap Jokowi untuk menjadi gubernur DKI Jakarta. Tuturan ini
bermaksud mengajak setiap orang yang membaca status facebooknya
mendukung dan memilih Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta.
(7) “10.000.000 FB’ers Dukung Dahlan Iskan dan Jokowi untuk RI 1
& RI 2.” (Hal 201)
Konteks tuturan: Tulisan ini merupakan judul fanpage Facebook .
Tidak jelas siapa yang membuat fanpage yang memajang foto
Dahlan Iskan sebagai profilnya, tetapi sudah jelas bahwa fanpage
ini mendukung Dahlan Iskan dan Jokowi maju dalam PEMILU.
Secara tidak tersirat, mengajak para pengunjung fanpage facebook
untuk ikut mendukung dan memilih Dahlan Iskan dan Jokowi.
Tuturan (7) terdapat dalam ranah Pemilu. Tuturan ini merupakan
judul dari sebuah media sosial facebook. Tuturan ini bermaksud untuk
mengajak seluruh pengguna facebook mendukung dan memilih Dahlan
Iskan dan Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Makna
imperatif ajakan untuk mendukung sangat jelas terlihat dalam tuturan
“10.000.000 FB’ers Dukung Dahlan Iskan dan Jokowi untuk RI 1 & RI
2.” Ada kata dukung yang menjadi kata kuncinya.
b. Makna Imperatif Harapan
Imperatif yang menyatakan harapan biasanya ditandai dengan penanda
kesantunan harap dan semoga. Tetapi tidak mutlak harus menggunakan
kedua penanda kesantunan tersebut dan harus dihubungkan lagi dengan
konteks tuturan yang disampaikan. Tuturan yang bermakna imperatif
harapan ditemukan dalam lima ranah. Kelima ranah itu yakni, ranah
keluarga, ranah tempat kerja, ranah pemerintahan, ranah ekonomi, dan
ranah pilkada. Berikut ini dipaparkan hasil temuannya.
(8) “Saya ingin bertemu dengan manajemen Lamb of God ketika
mereka pentas di Singapura nanti untuk membicarakan
kemungkinan Lamb of God pentas di Solo dalam acara Rock in
Solo.” (Hal 10)
75
Konteks tuturan: Dituturkan Jokowi ketika mengemukakan
keinginannya agar salah satu band rock dapat datang ke acara
daerah yang dipimpinnya.
Tuturan (8) ditemukan dalam ranah keluarga. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi kepada penulis buku. Tuturan ini bermaksud
untuk mengharapkan band/ grup musik rock kesukaannya Lamb of God
bisa hadir ke Solo untuk meramaikan acara Rock in Solo. Ia berharap bisa
bertemu managemen band rock tersebut ketika pentas di Singapura untuk
membicarakan keinginannya.
(9) “Dia diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan peluang
ekspansi bisnis dan meningkatkan produksi usaha kecil menengah
di Solo.” (Hal 24)
Konteks tuturan: Tuturan ini diungkapkan oleh penulis buku
berdasarkan hasil wawancaranya kepada teman-teman Jokowi.
Berarti secara tidak langsung penulis buku menyampaikan maksud
dari tuturan teman-temannya. Tuturan ini bermaksud
mengharapkan Jokowi agar dapat meningkatkan usaha kecil
menengah di Solo ketika menjabat sebagai ketua Asmindo.
Tuturan (9) ditemukan dalam ranah tempat kerja. Tuturan ini
merupakan hasil wawancara dari penulis buku pada teman-teman kerja
Jokowi yang tergabung dalam organisasi pengusaha mebel (ASMINDO).
Tuturan ini bermaksud mengharapkan Jokowi bisa membantu sesama
pengusaha karena ia merupakan orang yang dituakan sekaligus sebagi
ketua ASMINDO sehingga para pengusaha dapat mengembangkan bisnis
mebel dengan mendapatkan ekspansi bisnis dan meningkatkan usaha
kecil menengah di Solo.
(10) “Gue butuh pemimpin yang seperti ini, bukan seperti pemimpin
di Jakarta.” (Hal 59)
76
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh seorang pengguna
facebook menanggapi kinerja Jokowi sebagai kepala daerah.
Secara tidak langsung orang itu mengharapkan pemimpin
daerahnya, yakni Jakarta bisa melakukan kinerja yang baik seperti
Jokowi.
Tuturan (10) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini
disampaikan oleh pengguna facebook dengan maksud mengharapkan
pemimpin di Jakarta bisa melakukan hal positif seperti yang dilakukan
oleh Jokowi. Ia berharap Jokowi bisa menjadi pemimpin di Jakarta suatu
saat nanti.
(11) “Sudah sepantasnya pemimpin-pemimpin lain meniru Jokowi
menggunakan produk dalam negeri.” (Hal 59)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh salah satu
pengguna facebook mengomentari kinerja Jokowi. Tuturan ini
bertujuan untuk mengharapkan pemimpin lain bisa mencontoh
Jokowi.
Tuturan (11) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini
disampaikan oleh pengguna facebook. Tuturan ini sangat jelas
mengharapkan pemimpin-pemimpin lain bisa meniru sikap Jokowi yang
bangga, mengapresiasi produk dalam negeri dengan cara menggunakan
produk-produk dalam negeri. Tuturan ini sangat mengharapkan
pemimpin-pemimpin yang lain bisa menghargai produk dalam negeri dan
bisa membanggakan produk negerinya sendiri.
(12) “Maju terus, Pak Jokowi.” (Hal 61)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh salah satu pembaca di sebuah
laman berita terkenal. Tuturan ini dimaksudkan mengaharapkan
dan mendukung Jokowi untuk selalu memberikan kinerja yang
baik.
77
Tuturan (12) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini
disampaikan oleh salah satu pembaca di sebuah laman terkenal
mengharapkan Jokowi terus sukses dan maju mengembangkan produk-
produk dalam negeri khusunya mobil Esemka karena banyak yang
meremehkan bahkan mencibir Jokowi yang mendukung produk mobil
anak Esemka. Tuturan ini juga bermaksud mengharapkan Jokowi untuk
selalu bekerja dengan baik demi masyarakatnya.
(13) “Jadi kami berharap pemerintah mau membantu kekurangan
dana yang kami butuhkan untuk pengembangan pabrik Esemka di
Solo Technopark.” (Hal 69)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada
pemerintah. Tuturan ini bertujuan meminta bantuan dana
pengembangan pabrik Esemka.
Tuturan (13) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi, tuturan ini bermaksud mengharapkan
pemerintah dapat membantu kekurangan dana untuk mengembangkan
pabrik mobil Esemka. Jokowi berharap pemerintah dapat memberikan
dukungan berupa dana agar produk Esemka di Solo Technopark terus
maju.
(14) “Saya ingin di periode terakhir kepemimpinan saya ini, Solo
bisa menjadi kota dalam kebun. Dan satu waktu nanti dapat
menjadi kota dalam hutan.” (Hal 174)
Konteks tuturan: Dilontarkan oleh Jokowi sebagai wujud
harapannya kepada pemerintahannya untuk membangun kota Solo
menjadi kota dalam kebun.
Tuturan (14) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi. Tuturan ini mengungkapkan keinginan Jokowi
sebagai wali kota Solo di periode terakhir kepemimpinannya. Ia berharap
78
bisa menjadikan kota Solo sebagai kota dalam kebun di periode akhir
kepemimpinannya. Tidak hanya menjadi kota dalam kebun, Jokowi juga
berharap suatu saat nanti Solo bisa menjadi kota dalam hutan.
(15) “Saya ingin menjadikan Solo sebagai kota karnaval seperti Rio
de Janeiro di Brasil.” (Hal 188)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi mengharapkan kota Solo
menjadi kota karnaval. Ia berharap kepada seluruh seniman agar
melakukan pementasan akbar pada acara Solo Batik Carnaval.
Tuturan (15) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi mengharapkan kota Solo bisa menjadi kota
karnaval. Ia juga mengharapkan partisipasi dari seluruh seniman agar mau
mengikuti pementasan akbar pada acara Solo Batik carnival.
(16) “Jadi kita berharap masyarakat juga dapat berpartisipasi
untuk menyediakan suku cadang Esemka lewat industri rumahan.
(Hal 68)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada
masyarakat yang hadir di pameran mobil Esemka. Tuturan ini
mengharapkan masyarakat ikut telibat mendukung penyediaan
suku cadang mobil Esemka.
Tuturan (16) terdapat dalam ranah ekonomi. Maksud dari tuturan
ini yaitu berharap agar masyarakat bisa mendukung produk Esemka
dengan cara menyediakan suku cadang mobil melalui industri rumahan.
Tuturan ini juga mengharapkan agar masyarakat bisa mengembangkan
keahlian mereka dengan memproduksi suku cadang mobil Esemka ditaraf
industri rumahan.
(17) “Saya ingin belajar bagaimana mereka membangun industri
otomotif nasional.” (Hal 73)
79
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menceritakan
kunjungannya ke Malaysia melihat produksi mobil nasional
Malaysia. Tuturan ini merupakan harapan Jokowi agar bisa
mempelajari pembangunan industri mobil nasional.
Tuturan (17) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini
disampaikan oleh Jokowi. Ia menyampaikan keinginannya agar bisa
belajar membangun industri otomotif nasional seperti halnya Malaysia
yang sukses membangun industri otomotif nasionalnya. Maksud dari
tuturan ini ialah bahwa Jokowi berharap bisa belajar dari negara Malaysia
tentang proses dan cara membangun industri otomotif nasional, sehingga
nantinya bisa diterapkan dan disesuaikan untuk industri otomotif di Solo.
(18) “…Saya, tentunya masyarakat lain, juga berharap bahwa kerja
berat Anda berdua kelak membuahkan hasil gemilang. Cita-cita,
niatan tulus, keinginan besar memajukan Indonesia dengan cara
apa pun, betul-betul dilaksanakan dengan ikhlas pula tanpa
halangan maupun kontaminasi.” (Hal 203)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh seorang mantan
wartawati bernama Linda Djalil melalui akun blognya. Ia
mengharapkan Dahlan Iskan dan Jokowi jika maju menjadi calon
presiden dan wakil presiden memberikan dampak yang baik bagi
Indonesia, bisa memajukan Indonesia.
Tuturan (18) terdapat dalam ranah pilkada. Dari tuturan ini dapat
dilihat bahwa sangat besar harapan penulis blog agar Dahlan Iskan dan
Jokowi menjadi Calon presiden dan wakil presiden bisa memajukan
bangsa Indonesia dengan berbagai cara yang dilakukan dengan ikhlas
tanpa adanya pengaruh dari manapun dan siapapun.
(19) “Indonesia butuh orang seperti Anda mengabdikan diri.
Setelah no.1 di DKI, jadi menteri, kemudian RI 1. Mudah-
mudahan Anda panjang umur.” (Hal 207)
80
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh seorang pembaca di
portal berita, ia mengomentari berita dengan judul “Jokowi:
Masalah di Jakarta dengan Solo Sama Saja.” Tuturan ini sebagai
bentuk pengharapannya terhadap Jokowi. Ia berharap agar Jokowi
tahap demi tahap bisa memasuki jenjang karir politik yang
semakin tinggi, hingga akhirnya bisa menjadi presiden.
Tuturan (19) terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini
disampaikan oleh pembaca di salah satu portal berita. Tuturan ini
mengharapkan Jokowi bisa mengabdikan dirinya menjadi pemimpin,
mulai dari menjadi pemimpin kota Solo, kemudian bisa menjadi
pemimpin Jakarta, atau bisa juga menjadi menteri, dan harapannya yang
paling tinggi agar Jokowi menjadi presiden Indonesia. Tuturan ini juga
mengharapkan agar Jokowi diberikan umur yang panjang sehingga bisa
mewujudkan semua yang sudah dicita-citakan terhadap Jokowi.
c. Makna Imperatif Larangan
Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia biasanya
ditandai oleh pemakaian kata jangan. Tetapi tidak mutlak harus
menggunakan pemakaian kata jangan, dapat disesuaikan dengan konteks
tuturan yang melatarbelakanginya. Makna imperatif larangan yang ada
pada biografi Jokowi hanya ditemukan dalam ranah keluarga dan
pemerintahan. Masing-masing dalam ranah keluarga ditemukan sebanyak
2 tuturan dan dalam ranah pemerintah sebanyak 3 tuturan. Berikut
dijelaskan tuturan-tuturan yang memiliki makna imperatif larangan
tersebut.
(20) “Saya nggak pengen Bapak jadi wali kota, untuk apa?.” (Hal
31)
Konteks tuturan: Tuturan ini dikemukakan oleh seorang anak laki-
laki kepada Bapaknya yang saat ini menjabat sebagai wali kota.
Tuturan ini bermaksud tidak mendukung dan melarang ayahnya
ketika ingin menyalonkan diri sebagai wali kota.
81
Tuturan (20) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
keluarga. Tuturan ini disampaikan Kaesang kepada Jokowi bermaksud
untuk melarang Jokowi agar tidak mencalonkan diri menjadi wali kota
Solo. Kaesang mempertanyakan tujuan bapaknya yang berniat ingin
mencalonkan diri menjadi wali kota Solo.
(21) “Kita kan sudah berkecukupan, untuk apa lagi harus
mencalonkan diri sebagai wali kota.” (Hal 31)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh isteri Jokowi (Iriana) mencoba
untuk menjelaskan tentang keinginannya agar Jokowi tidak
mencalonkan diri menjadi wali kota.
Tuturan (21) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
keluarga. Dituturkan Iriana dengan maksud melarang Jokowi agar tidak
mencalonkan diri menjadi wali kota Solo karena menurutnya keadaan
keluarganya sudah berkecukupan, tidak perlu lagi menjadi wali kota.
(22) “Kenapa harus diganti jika mobil itu masih bisa digunakan?.”
(Hal 55)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika
ditanyakan penggantian mobil dinasnya. Ia mengganti mobil
dinasnya dari Toyota Camry menjadi mobil bermerek Esemka. Ia
bermaksud untuk melarang pejabat yang suka mengganti mobil
dinasnya menjadi mobil dinas yang mewah padahal mobil dinas
yang lama masih bisa digunakan.
Tuturan (22) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Tuturan ini bermaksud melarang pejabat yang suka
mengganti mobil dinas dengan mobil yang mewah, padahal mobil
dinasnya masih bagus dan layak digunakan.
(23) “Undang-undang melarang merusak cagar budaya di Solo.
saya tidak melawan Gubernur, tapi saya menjalankan amanat
undang-undang.” (Hal 122)
82
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi
menceritakan tentang perobohan salah satu benda cagar budaya. Ia
masih mempertahankan sebagian bangunan bersejarah itu. Tuturan
ini bertujuan untuk melarang semua pihak merobohkan bangunan
cagar budaya hanya untuk kepentingan pribadi (pembuatan mal).
Tuturan (23) merupakan tuturan yang ditemukan dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud melarang semua orang untuk merusak
cagar budaya di Solo berdasarkan undang-undang yang berlaku.
(24) “12 saja sudah cukup. Itu pun sudah terlanjur.” (Hal 181)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi secara
singkat. Tuturan ini lontarkan ketika dirinya ditanyakan perihal
permohonan izin pembangunan minimarket. Tuturan ini bertujuan
untuk tidak memberikan izin atau melarang pembangunan
minimarket lagi di Solo.
Tuturan (24) merupakan tuturan yang ditemukan dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud melarang pembangunan dan pendirian
minimarket di kota Solo yang saat itu sudah ada 12 minimarket.
Menurutnya kedua belas minimarket tersebut juga sudah terlanjur
didirikan, apabila ada yang ingin mendirikannya lagi Jokowi tidak akan
memberikan izin.
d. Makna Imperatif Persilaan
Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya digunakan
dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk
pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif
persilaan itu. Akan tetapi tidak mutlak harus digunakan penanda-penanda
kesantunan tersebut, dapat dilihat dari konteks yang melatarbelakanginya.
Makna imperatif persilaan ditemukan dalam ranah keluarga sebanyak 1
tuturan. Berikut pemaparan wujud dan makna tuturan tersebut.
83
(25) “Sebagai seorang istri saya tentu memberikan masukan yang
baik untuk Bapak, tapi saya percaya dengan Bapak. Feelingnya itu
lho, selalu tepat. Dari dulu. (Hal 31)
Konteks tuturan: Tuturan ini dikemukakan oleh Iriana ketika
ditanyakan pendapatnya tentang pencalonan diri suaminya menjadi
wali kota Solo. Tuturan ini disampaikan setelah Iriana awalnya
tidak menyetujui pencalonan Jokowi.
Tuturan (25) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
keluarga. Tuturan ini disampaikan Iriana sebagai rasa dukungannya
mempersilakan suaminya mencalonkan diri menjadi wali kota Solo
setelah sebelumnya melarangnya.
e. Makna Imperatif Suruhan
Makna imperatif suruhan berarti memerintahkan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan
dapat ditandai oleh penanda kesantunan coba. Makna imperatif suruhan
dalam biografi ini tidak selalu ditandai dengan penanda kesantunan coba.
Tetapi makna ditentukan dari memperhatikan konteks tuturan yang
melatarbelakanginya. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan
makna imperatif suruhan sebanyak 1 tuturan dalam ranah tempat kerja, 1
tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 1 tuturan dalam ranah ekonomi.
(26) “Sebagai eksportir mebel senior di kota Solo, teman-teman
pengusaha mebel yang tergabung dalam Asmindo pun mendaulat
dirinya untuk menjadi ketua Komda Solo Raya.
Konteks tuturan: Tuturan ini diungkapkan oleh penulis buku
berdasarkan hasil wawancaranya kepada teman-teman Jokowi.
Berarti secara tidak langsung penulis buku menyampaikan maksud
dari tuturan teman-temannya. Maksud tuturannya ialah untuk
mendorong atau menyuruh Jokowi agar mau menjadi ketua
perkumpulan pengusaha mebel di Solo, dan secara otomatis berarti
Jokowi harus mampu membangun usaha mebel di Solo menjadi
lebih baik lagi.
84
Tuturan (26) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat
kerja. Teman-teman Jokowi bermaksud menyuruh Jokowi agar mau
menjadi ketua pengusaha mebel di Solo (ASMINDO), dan juga menyuruh
Jokowi agar bisa memajukan para pengusaha dalam usaha mebelnya di
Solo.
(27) “…yang penting saya tidak pernah ambil gaji. Kalau tidak
percaya, tanya saja kepada sekretaris atau ajudan saya.” (Hal
151)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika
ditanyakan perihal gajinya sebagi walikota. Ia menegaskan bahwa
ia tidak pernah mengambil gajinya sebgai walikota, ia menyuruh si
pemberi pertanyaan untuk langsung memeriksa kebenaran tersebut
ke sekretaris atau ajudannya.
Tuturan (27) merupakan tuutran yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud menyuruh si pemberi pertanyaan agar
menanyakan perihal gajinya langsung kepada sekretarisnya atau
ajudannya. Makna imperatif suruhan memang tidak ditandai dengan
penanda kesantunan coba, tetapi dari konteks tuturan yang
melarabelakangi dapat ditentukan bahwa tuturan ini bermakna tuturan
imperatif suruhan.
(28) “Saat ini mobil Esemka hanya ada enam unit, bulan Agustus
nanti sudah harus memproduksi 200 unit sehingga tepat di hari
kemerdekaan Agustus 2012 nanti, Esemka bisa dijadikan simbol
kebangkitan mobil nasional.” (Hal 67)
Tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang produksi
mobil Esemka. Tuturan ini ditujukan kepada anak SMK yang
terlibat dalam produksi mobil Esemka agar menambah hasil
produksinya.
85
Tuturan (28) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Jokowi bermaksud menyuruh anak SMK yang memproduksi
mobil Esemka agar menambah jumlah produksi mobilnya agar tercapai
200 unit mobil ketika hari kemerdekaan Indonesia Agustus 2012.
f. Makna Imperatif Umpatan
Makna imperatif umpatan digunakan sebagai bentuk makian, cercaan,
atau umpatan sebagai rasa marah atau kekecewaan..Imperatif jenis ini
relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada
komunikasi keseharian. Makna imperatif umpatan ditemukan sebanyak 2
tuturan dalam ranah tempat kerja, 3 tuturan dalam ranah pemerintahan,
dan 2 tuturan dalam ranah pilkada. Berikut dipaparkan tuturan-tuturan
tersebut.
(29) “Dari dulu wali kota Solo tidak bisa mengatur kota dengan
baik. dari tahun ke tahun semakin tidak baik. Hotel juga tidak
laku, kota semakin tidak teratur, semakin tidak rapi, di mana-
mana ada PKL yang tidak di-manage dengan baik. Itu yang
kelihatan mata. “(Hal 25)
Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan oleh Jokowi ketika
mengemukakan pendapatnya tentang pemerintahan kota Solo
sebelum dirinya menjabat. Tuturan ini ditunjukan untuk
memberikan kritikan kepada pemerintahan kota Solo yang
dianggapnya tidak baik dari segi apapun.
Tuturan (29) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat
kerja. Jokowi berusaha untuk mengkritik wali kota sebelum-sebelumnya
yang tidak bisa mengatur kota dengan baik. Tuturan ini bermaksud
mengumpat pemerintahan kota Solo periode sebelum Jokowi.
(30) “Dia dan teman-temannya di Asmindo juga merasa gemas,
kenapa Solo tak maju-maju. Padahal, kota Solo memiliki potensi
besar untuk dikembangkan.” (Hal 25)
86
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dan teman-
temannya sesama pengusaha mebel. Tuturan ini ditunjukkan untuk
pemerintah Solo yang selama ini dirasa belum mampu
memanfaatkan potensi yang ada di Solo.
Tuturan (30) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat
kerja. Tuturan ini bermaksud menuangkan kekecewaan terhadap
pemerintah Solo padahal Solo memiliki potensi yang bagus. Tuturan ini
juga mengkritik kinerja pemerintah Solo yang belum bisa memanfaatkan
potensi kota Solo sehingga kota Solo tidak bisa maju.
(31) “Jangan cari muka deh.” (Hal 65)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh salah satu pejabat daerah
mengomentari kinerja Jokowi dan mobil Esemka. Tuturan ini
bermaksud mencibir Jokowi.
Tuturan (31) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Salah satu pejabat daerah bermaksud mengeluarkan
kemarahannya terhadap Jokowi yang dinggapnya hanya cari muka saja. Ia
bermaksud mengumpat Jokowi dengan cibiran Jangan cari muka deh.
Cari muka memiliki arti bahwa jangan mencari simpati dari berbagai
pihak.
(32) “Jika ambrol di jalan terus nabrak kebo, piye?(Hal 65)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh salah satu pejabat
daerah mengomentari produksi mobil Esemka. Tuturan ini
bertujuan untuk mencibir produksi mobil Esemka.
Tuturan (32) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Salah satu pejabat (yang tidak disebutkan namanya)
mencoba untuk mencerca dan mencibir produksi mobil esemka,
menurutnya mobil tersebut tidak layak digunakan, dan ia
87
mempertanyakan kelayakan mobil tersebut dengan kalimat Jika ambrol di
jalan terus nabrak kebo, piye?.
(33) “Kasus pabrik es Sari Petodjo yang merupakan bangunan
bersejarah dan dilindungi adalah salah satu bukti tata cara
investasi kotor yang menghalalkan segala cara.” (Hal 115)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menjelaskan salah satu
bangunan bersejarah yang dirobohkan untuk dibuat mall. Jokowi
tidak mau kasus seperti itu terjadi lagi ketika dirinya menjabat.
Oleh karena itu, tuturan ini bermaksud untuk mengumpat
pemimpin atau pejabat terdahulu.
Tuturan (33) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Jokowi menuturkan rasa kekecewaannya terhadap
pemerintah sebelumnya karena menghancurkan pabrik es Sari Petodjo
yang merupakan bangunan bersejarah dan dilindungi. Tuturan ini
bermaksud mengumpat pemerintahan yang sebelumnya yang
mengizinkan investor kotor masuk ke Solo dan menghalalkan segala cara
agar bisa membangun gedung lain dengan mengorbankan bangunan
bersejarah dan dilindungi.
(34) “Huahhh yakin bos??.” (Hal 215)
Konteks tuturan: Tuturan ini merupakan kicauan twitter dari
pemilik akun @Puput_Sheva. Ia memberikan komentar sebuah
berita berjudul “Jokowi Mampu Atasi Macet Jakarta.” Ia langsung
berkomentar di akun twitter Jokowi. Tuturan ini bermaksud untuk
mengumpat Jokowi, ia tidak percaya dan meremehkan Jokowi bisa
mengatasi kemacetan Jakarta.
Tuturan (34) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pilkada. Tuturan ini bermaksud menyangsikan dan mengumpat Jokowi
yang katanya bisa mengatsi kemacetan Jakarta jika ia menjadi gubernur
Jakarta. Tuturan ini bermakna imperatif mengumpat ditandai dengan
88
kalimat Huahhh yakin bos??, itu merupakan pertanyaan yang secara tidak
langsung meremehkan Jokowi dengan umpatan.
(35) “Hahaha ngomong ama tembok noh.” (Hal 215)
Konteks tuturan: Tuturan ini merupakan kicauan twitter dari
pemilik akun @j_aritra. Ia memberikan komentar sebuah berita
berjudul “Jokowi Mampu Atasi Macet Jakarta.” Tuturan ini
mengumpat Jokowi yang digadang-gadang akan mencalonkan diri
menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mengatasi macet Jakarta.
Tuturan (35) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pilkada. Maksud dari tuturan ini adalah ketidak percayaan penutur
terhadap Jokowi yang direalisasikan dengan tuturan yang kurang baik. Ia
mengatakan „ngomong sama tembok‟, seperti diketahui tembok
merupakan benda mati, tidak mungkin merespon pembicaraan manusia.
Sehingga jelas bahwa tuturan ini mengumpat Jokowi. Tuturan ini
menyangsikan Jokowi yang katanya bisa mengatasi kemacetan Jakarta.
g. Makna Imperatif Perintah
Makna imperatif perintah memiliki maksud memerintah agar mitra
tutur melakukan sesuatu hal seperti yang dikehendaki oleh penutur.
Makna imperatif perintah dtemukan sebanyak 2 tuturan dalam ranah
tempat kerja, dan 6 tuturan dalam ranah pemerintahan. Berikut
dipaparkan tuturan-tuturan tersebut.
(36) “Saya mencopot lurah maupun camat yang tidak bisa
mengikuti pola sistem kerja saya. Karena mereka tidak punya niat
menolong masyarakat dalam percepatan waktu pembuatan KTP.
Selain itu, ruang pelayanan pembuatan KTP maupun pelayanan
perizinan saya buat seperti bank, biar masyarakat nyaman. Masak
dari dulu tempat pelayanan hanya itu-itu terus. (Hal 30)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dengan
maksud untuk memerintahkan para lurah dan camat agar bisa
mengikuti pola pemerintahannya yang pro rakyat dengan
melayanin masyarakat dengan cepat dan fasilitas yang nyaman.
89
Tuturan (36) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat
kerja. Jokowi bermaksud memerintahkan agar seluruh lurah dan camat
mengikuti pola pemerintahan Jokowi. Jokowi memerintahkan kepada
mereka agar selalu melayani masyarakat dengan cepat, aman, dan
nyaman. Perintah Jokowi ini cukup tegas karena ia akan mencopot lurah
dan camat yang tidak mau mengikuti polanya.
(37) “Untuk apa sih berpanjang-panjang? Kalau memang sudah
setuju semua dan sudah bisa ditindaklanjuti, yang harus disiapkan
bukan pidato panjang, tapi memikirkan bagaimana
menindaklanjuti dengan segera rencana pemerintah agar
bermanfaat bagi rakyat. Kalau untuk rakyat saya tidak bisa
berlama-lama. (Hal 32)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi setelah rapat dengar
pendapat dengan anggota Dewan Perwakilam Rakyat Kota Solo.
Tuturan ini memerintahkan para anggota DPR Kota Solo harus
bisa bekerja dan bermanfaat untuk rakyat.
Tuturan (37) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat
kerja. Jokowi bermaksud memerintahkan anggota DPR kota Solo harus
bisa bekerja untuk rakyat, harus bisa bermanfaat bagi rakyat. Ia
memerintahkan agar segera bekerja dan menindak lanjuti keputusan yang
sudah disepakati bersama, baginya tidak penting berpidato lama-lama, hal
yang penting adalah bekerja untuk rakyat.
(38) “Saya tidak mau mencolok, ndak enak sama masyarakat.” (Hal
57)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi sambil mencopot jas
warna hitam yang digunakannya ketika bekerja di balai kota. Ia
meminta kepada supirnya untuk mengganti nomor polisi mobil
dinasnya ke nomor polisi yang berwarna hitam. Maksud tuturan itu
adalah untuk memerintahkan supirnya mengganti plat nomor
mobil dinasnya.
90
Tuturan (38) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud memerintahkan supirnya agar
mengganti plat mobil dinasnya dengan plat yang biasa saja, tidak perlu
menggunakan plat khusus yang mencolok, ia merasa tidak enak dengan
masyarakat, ia ingin biasa-biasa saja walaupun menjadi seorang walikota.
(39) “Tentu Bapak Presiden telah mendengar kreasi dan inovasi
yang positif dari anak bangsa di Jawa Tengah. Perakitan mobil
nasional ini patut diapresiasi.” (Hal 79)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh juru bicara presiden kepada pers
bahwa presiden sangat mengapresiasi karya anak SMK. Secara
tersirat sebenarnya tuturan ini bertujuan untuk menyuruh semua
pihak untuk bisa mengapresiasi karya anak SMK.
Tuturan (39) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Tuturan ini bermaksud memerintahkan seluruh masyarakat
mendukung karya anak bangsa, memerintahkan kepada seluruh pihak
untuk mengapresiasi karya anak SMK di Jawa Tengah. Makna imperatif
perintah ditandai dengan kalimat Perakitan mobil nasional ini patut
diapresiasi.
(40) “Jika realistis, 10 miliar pun saya setujui asal jumlah PSK bisa
berkurang di Solo. (Hal 114)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada
kepala dinas untuk membuat proposal rehabilitasi PSK yang
realistis agar program rehabilitasi berjalan dengan baik.
Tuturan (40) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud memerintahkan kepala dinas untuk
membuat proposal anggaran dana untuk rehabilitasi PSK di kota Solo. Ia
juga memerintahkan agar anggaran dana yang diusulkan harus realistis
sehingga ia bisa menyetujuinya.
91
(41) “…coba saja crosscheck pada ajudan saya.” (Hal 151)
Konteks tuturan: Ditutukan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal
gajinya sebagai walikota. Tuturan ini bermaksud untuk
memerintahkan yang bertanya untuk langsung bertanya kepada
ajudannya.
Tuturan (41) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Dalam tuturan ini Jokowi bermaksud memerintahkan
kepada si penanya perihal gajinya untuk langsung menanyakan gajinya
kepada ajudannya. Ia memerintahkan untuk mengeceknya kepada
ajudannya, apakah Jokowi mengambil gajinya atau tidak.
(42) “Kenapa orang-orang di Eropa bisa menata kotanya dengan
baik? kita juga pasti bisa. Sistem harus dibuat dan dijalankan
dengan benar. Komunikasi dengan siapa saja harus dibangun
agar semua bisa berjalan dan Solo bisa menjadi pionir
perubahan.” (Hal 168)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi kepada semua pihak agar
bisa bekerjasama membangun kota Solo. Secara tidak langsung
Jokowi memerintahkan untuk membuat dan menjalankan sistem
dengan benar agar terbentuk kota Solo yang baik dan menjadi
pionir perubahan.
Tuturan (42) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud memerintahkan agar seluruh perangkat
pemerintahan di bawah naungannya bisa membuat dan menjalankan sitem
pemerintahan yang benar. Jokowi juga memerintahkan agar membangun
komunikasi dengan siapa saja sehingga kota Solo bisa menjadi agen
perubahan.
(43) “Saya tidak mau bekerja dengan orang-orang yang tidak
berpihak kepada masyarakat.” (Hal 190)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada
seluruh kepala dinas pemerintahannya. Tuturan ini dilontarkan
92
ketika ia meminta kepala dinas pemerintahan mengajukan proposal
yang anggarannya realistis, jika tidak mampu maka akan digeser.
Tuturan (43) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Jokowi bermaksud untuk memerintahkan seluruh kepala
dinas pemerintahannya untuk bekerja untuk rakyat, harus berpihak
kepada masyarakat. Ia tidak mau bekerja dengan orang yang tidak bisa
mengikuti pola kerjanya.
h. Makna Imperatif Permintaan
Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya
terdapat ungkapan dengan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang
bermakna minta. Tetapi tidak selalu ditendai dengan kedua penanda
kesantunan tersebut. Makna imperatif permintaan dapat ditentukan
dengan melihat konteks tuturan yang melatarbelakanginya. Dalam
biografi ini ditemukan tuturan yang bermakna imperatif permintaan
sebanyak 3 tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 1 tuturan dalam ranah
ekonomi. Makna imperatif permintaan dijabarkan sebagai berikut.
(44) “Saya katakan kepada Pak Dubes, saya tidak minta duit atau
investor. Saya minta teknisi yang bisa membantu penyempurnaan
mobil Esemka.” (Hal 66)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika
menceritakan infrastruktur untuk memproduksi mobil Esemka. Ia
menuturkannya kepada Dubes Jerman, berarti ia meminta bantuan
teknisi untuk penyempurnaan mobil Esemka.
Tuturan (44) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Melalui tuturan tersebut Jokowi meminta kepada Pak
Dubes Jerman mengirimkan teknisi yang dapat menyempurnakan mobil
Esemka buatan anak SMK kota Solo. Makna imperatif permintaan dalam
tuturan ini ditandai dengan penanda kesantunan minta.
93
(45) “Saya tidak butuh investor luar. Saya butuh investor lokal.”
(Hal 67)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan Jokowi menegaskan ke
pada pemerintah untuk meminta investor dari dalam negeri.
Tuturan (45) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi bermaksud meminta
ke pada pemerintah untuk mengutamakan investor dalam negeri, karena
yang dibutuhkan adalah investor dalam negeri. Makna imperatif
permintaan dapat ditentukan dari kata butuh, secara tidak langsung berarti
kata tersebut menegaskan permintaan terhadap suatu hal.
(46) “Saya prihatin Solo hanya memiliki sebuah museum, karena
saya percaya peradaban sebuah negeri salah satunya diukur dari
bagaimana sebuah museum dimiliki dan dirawat.” (Hal 188)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi sebagai wujud
kekecewaannya kepada DPR Kota Solo karena menolak
rencananya membangun museum keris, museum artefak, museum
topeng. Secara tidak langsung, tuturan ini bermaksud meminta
kepada DPR Kota Solo agar menyetujui rencananya.
Tuturan (46) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Jokowi dengan maksud
meminta kepada DPR Kota Solo agar menyetujui rencananya
membangun museum keris, museum artefak, dan museum topeng. Makna
imperatif permintaan pada tuturan tersebut ditentukan dengan
memperhatikan konteks yang melatarbelakanginya tuturan.
(47) “Semua masukan tentunya akan bermanfaat bagi kita.” (Hal
72)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan Jokowi kepada semua
pihak meminta saran untuk penyempurnaan mobil Esemka.
94
Tuturan (47) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Tuturan ini dimaksudkan untuk meminta masukan yang
bermanfaat untuk menyempurnakan mobil Esemka produksi anak SMK
di Solo.
i. Makna Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya
diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat
juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong.
Tetapi tidak selalu diungkapkan dengan penanda kesantunan tersebut,
makna bisa dilihat dari konteks yang melatarbelakangi terjadinya sebuah
tuturan. Makna imperatif bujukan bermaksud untuk meyakinkan mitra
tutur bahwa yang dikatakan penutur benar, atau bisa juga untuk memikat
hati mitra tutur agar mempercayai tuturan yang dilontarkan penutur. Dari
biografi Jokowi, makna imperatif bujukan ditemukan dalam ranah
ekonomi, dan dalam ranah pemilu. Berikut ini dipaparkan tuturan-tuturan
tersebut.
(48) “Bagi Jokowi, memiliki dan menggunakan produk bangsa
sendiri merupakan sebuah kebangggaan, selain itu harganya pasti
lebih murah.” (Hal 55)
Konteks tuturan: Tuturan tersebut berasal dari penulis buku yang
merupakan hasil dari wawancara Jokowi, berarti tuturan tesebut
berasal dari Jokowi. Tuturan tersebut lontarkan ketika
mempromosikan mobil Esemka. Tuturan tersebut dimaksudkan
untuk membujuk semua orang untuk membeli produk bangsa
sendiri yang lebih murah harganya.
Tuturan (48) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Melalui tuturan ini Jokowi meyakinkan setiap orang agar
menggunakan produk dalam negeri. Jokowi membujuk agar membeli
produk dalam negeri yang harganya sudah pasti lebih murah. Makna
95
imperatif bujukan sangat terlihat dari dari tuturan Jokowi yang
mengiming-imingi harga yang lebih murah.
(49) “Nyaman, sangat nyaman, tidak kalah dengan mobil-mobil
lain yang sejenis.” (Hal 58)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan Jokowi saat mencoba
mobil Esemka. Sebagai brand ambassador dari mobil Esemka
tentu saja tuturan ini bertujuan untuk membujuk masyarakat
membeli mobil Esemka.
Tuturan (49) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran
mobil Esemka. Tuturan ini bermaksud membujuk masyarakat agar
membeli mobil Esemka. Jokowi membujuk masyarakat dengan cara
memikat hati masyarakat melalui perkataannya memuji kenyamanan
mobil Esemka. Makna imperatif bujukan dalam tuturan ini ditentukan
dari konteks yang melatarbelakanginya tuturan ini dilontarkan Jokowi
saat mencoba mobil Esemka. Sebagai brand ambassador dari mobil
Esemka tentu saja tuturan ini betujuan untuk membujuk masyarakat
membeli mobil Esemka.
(50) “Sebagai brand ambassador saya juga menyediakan test
drive.” (Hal 62)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada para
pengunjung pameran mobil Esemka di pelataran rumah dinasnya.
Tuturan ini bertujuan untuk mendorong pengunjung mencoba
mobil Esemka.
Tuturan (50) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dengan maksud
membujuk pengunjung pameran mobil Esemka agar mau mencoba
mengendarai mobil Esemka, dan akhirnya membujuk pengunjung agar
tertarik membeli mobil Esemka.
96
(51) “Harganya murah dan terjangkau. Mobilnya bagus dan
desainnya juga bagus. Saya akan membelinya satu.” (Hal 63)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh seseorang yang sengaja datang
untuk melihat langsung mobil Esemka. Tuturan ini dimaksudkan
untuk mempengaruhi pengunjung lain agar membeli juga mobil
Esemka.
Tuturan (51) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh salah satu pengunjung pameran
mobil esemka yang tidak disebutkan namanya. Melalui tuturan ini
pengunjung tersebut membujuk kepada pengunjung lain agar membeli
mobil Esemka seperti dirinya. Pengunjung tersebut menyampaikan
berbagai macam keunggulan dari mobil Esemka agar pengunjung lain
tertarik membelinya.
(52) “Beberapa menteri dari kabinet Indonesia Bersatu jilid dua
pun sudah pesan.” (Hal 65)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang
mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil Esemka. Sebagai
brand ambassador mobil Esemka dengan mencontohkan menteri
yang membeli mobil Esemka secara tersirat sebenarnya ia
mempromosikan dan mendorong masyarakat untuk membeli mobil
Esemka.
Tuturan (52) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi untuk mempengaruhi
masyarakat agar membeli mobil Esemka. Ia memikat hati masyarakat
dengan mengatakan bahwa mobil Esemka sudah dipesan oleh beberapa
menteri. Makna imperatif bujukan pada tuturan ini ditentukan dengan
konteks tuturan yang melatarbelakanginya dituturkan oleh Jokowi
menceritakan tentang mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil
Esemka. Sebagai brand ambassador mobil Esemka dengan
97
mencontohkan menteri yang membeli mobil Esemka secara tersirat
sebenarnya ia mempromosikan dan mendorong masyarakat untuk
membeli mobil Esemka.
(53) “Afgan si penyanyi itu juga sudah mesan lho.” (Hal 65)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi sebagai
brand ambassador mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil
Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat
membeli mobil Esemka.
Tuturan (53) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Melalui tuturan ini Jokowi bermaksud membujuk
masyarakat untuk membeli mobil Esemka. Penentuan makna
imperatif bujukan dalam tuturan ini dapat dilihat dari konteks
tuturan yang melatarbelakanginya tuturan ini dilontarkan oleh
Jokowi sebagai brand ambassador mobil Esemka ketika bertugas
di pameran mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong
masyarakat membeli mobil Esemka.
(54) “Dia (Jokowi) kontras dengan SBY yang beda antara tindakan
dan pidato.” (Hal 200)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh salah satu anggota Komisi 1
DPR (Gus Choi) ketika mengadakan sebuah pertemuan diskusi
Forum Alumni Kelompok Cipayung dengan jajaran redaksi harian
Rakyat Merdeka. Ia melontarkan pujian terhadap diri Jokowi
sebagai bentuk bujukannya/rayuannya untuk memilih Jokowi jika
maju dalam pemilu.
Tuturan (54) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemilu.
Tuturan ini disampaikan oleh Gus Choi membujuk para peserta yang
hadir dalam pertemuan untuk memilih Jokowi jika maju dalam pemilu
presiden. Makna imperatif bujukan ditentukan dengan melihat konteks
yang melatarbelakanginya tuturan dituturkan oleh salah satu anggota
Komisi 1 DPR (Gus Choi) ketika mengadakan sebuah pertemuan diskusi
Forum Alumni Kelompok Cipayung dengan jajaran redaksi harian
Rakyat Merdeka.
98
j. Makna Imperatif Desakan
Imperatif dengan makna desakan biasanya menggunakan kata ayo atau
mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga
kata harap dan harus untuk memberi penekanan maksud desakan
tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperatif ini,
cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi tuturan imperatif
lain. Tetapi makna imperatif desakan tidak harus ditandai dengan
pemarkah makna tersebut, pemaknaan dilihat dari konteks yang
melatarbelakanginya. Makna imperatif desakan ditemukan sebanyak 1
tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 1 tuturan dalam ranah ekonomi.
Berikut ini dijelaskan tuturan tersebut.
(55) “Saya tidak peduli. Saya jalan terus. Yang penting saya akan
menyelesaikan persoalan uji emisi sebelum bulan Agustus ini.
Kemudian mengurus prinsipal brand Indonesianya. Tidak ada
yang bisa menghalangi, ini bukan untuk kepentingan saya, mobil
Esemka ini kebanggan rakyat Indonesia.” (Hal 66)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menanggapi cibiran dari
berbagai pihak. Tuturan ini di sampaikannya ketika suasan santai
di rumah dinasnya. Tuturan ini dimaksudkan untuk menegaskan ke
semua orang bahwa ia benar-benar serius mengurus mobil
Esemka.
Tuturan (55) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pemerintahan. Melalui tuturan ini Jokowi mendesak pemerintah agar
mendukungnya menyelesaikan persoalan uji emisi dan merek mobil
Esemka. Ia juga mendesak bahwa tidak ada yang bisa mengahalanginya
untuk persoalan produksi mobil Esemka.
(56) “Kami gabungkan keduanya. Harus cepat, tapi prosedur tetap
terpenuhi.” (Hal 111)
99
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi kepada pejabat untuk
mendesak agar cepat dalam melayani masyarakat, cepat dalam
mengikuti perubahan sistem yang berlaku.
Tuturan (56) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi untuk mendesak pejabat
agar cepat beradaptasi dan mengikuti perubahan sistem yang berlaku saat
ini. Tuturan ini juga mendesak pejabat untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan cepat dan tentunya tetap memenuhi prosedur
yang sudah ditetapkan.
k. Makna Imperatif Imbauan
Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya digunakan
bersama partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan
bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. Tetapi
penanda kesantunan tersebut tidak harus selalu hadir dalam makna
imperatif imbauan, pemaknaan bisa ditentukan dengan cara melihat
konteks yang melatarbelakangi tuturan terjadi. Makna imperatif imbauan
hanya ditemukan sebanyak 1 tuturan dalam ranah pilkada. Berikut ini
disampaikan pemaparannya.
(57) “Beliau kan selain milik Solo, juga milik masyarakat
Indonesia. Solo juga harus bangga kalau ada putranya yang bisa
memimpin daerah lain.” (Hal 212)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Ketua DPC PDI perjuangan Solo
bernama Hadi Rudyatmo (Rudy). Tuturan ini dilontarkan ketika
masyarakat sedang khawatir pencalonan diri Jokowi menjadi
Gubernur DKI Jakarta. Masyarakat Solo menginginkan Jokowi
tetap memimpin Solo saja. Tuturan ini bertujuan mengharapkan
masyarakat untuk memahami keadaan Jokowi, dan harus selalu
mendukung apapun keputusan Jokowi, karena Jokowi milik
masyarakat Indonesia, bukan masyarakat Solo saja.
100
Tuturan (57) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah
pilkada. Tuturan ini disampakan oleh Hadi Rudyatmo bermaksud untuk
mengimbau masyarakat agar memahami keadaan Jokowi dan mengimbau
masyarakat agar selalu mendukung Jokowi. Melalui tuturan ini ia juga
mengimbau agar masyarakat Solo bangga terhadap Jokowi.
2. Penerapan Temuan Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di
Sekolah
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Menengah Pertama kelas VII semester genap pada kurikulum KTSP terdapat
materi pelajaran yang membahas mengenai biografi tokoh. Kompetensi dasar
materi pelajaran ini adalah peserta didik diharapkan mampu mengungkapkan
hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif.
Indikator pencapaian pembelajarannya, yakni peserta didik mampu
menyarikan riwayat hidup tokoh, mampu mendata keistimewaan tokoh, dan
mampu mendata hal-hal yang dapat diteladani. Biografi berjudul ”Jokowi
Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Thayrun ini dapat dijadikan
contoh buku biografi yang dapat peserta didik pilih dalam pembelajaran.
Penelitian ini menemukan berbagai tuturan yang berwujud dan
bermakna sosiopragmatik imperatif. Dari wujud dan makna imperatif yang
ditemukan dapat diimplikasikan dalam pembelajaran mengungkapkan hal-hal
menarik dan mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam
buku biografi. Implikasinya, yakni dari makna tuturan yang didapatkan secara
tidak langsung dapat mengungkapkan karakter tokoh dalam biografi.
Karakter-karakter yang terungkap bisa karakter baik, ataupun tidak baik.
Karakter yang baik berarti masuk ke dalam hal-hal yang dapat diteladani dari
tokoh dalam buku biografi. Selain itu, baik dari tuturan ataupun maknanya
dapat mengungkapkan keistimewaan tokoh dalam buku biografi.
101
Pada pembelajaran, peserta didik ditugaskan untuk membaca buku
biografi Jokowi. Kemudian peserta didik mengidentifikasi wujud-wujud
imperatif dan makna imperatif. Setelah itu peserta didik mengungkapkan hasil
identifikasinya, dan guru memberikan pelurusan serta tambahan. Di
pertemuan selanjutnya peserta didik ditugaskan untuk mengungkapkan hal-hal
yang menarik tentang Jokowi dan hal-hal yang dapat diteladani dari Jokowi
berdasarkan wujud dan makna imperatif dari biografi Jokowi yang sudah
peserta didik baca. Dengan demikian, implikasi dari penelitian ini bertujuan
membentuk karakter peserta didik menjadi orang yang berperilaku baik, dan
dari pembacaan biografi dapat menumbuhkan motivasi peserta didik agar
bersemangat menggapai mimpinya dengan usaha yang keras.
102
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan temuan yang sudah dipaparkan dalam bab IV, maka diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Dari biografi Jokowi ditemukan enam macam ranah tuturan yang bermakna
imperatif, yakni ranah keluarga, ranah tempat kerja, ranah pemerintahan,
ranah ekonomi, ranah pilkada, dan ranah pemilu. Makna sosiopragmatik
imperatif yang ditemukan dari enam macam ranah tersebut sebanyak sebelas
macam makna imperatif dan lima puluh delapan wujud tuturan. Sebelas
macam makna imperatif tersebut diantaranya (a) makna imperatif ajakan, (b)
makna imperatif harapan, (c) makna imperatif larangan, (d) makna imperatif
persilaan, (e) makna imperatif suruhan, (f) makna imperatif umpatan, (g)
makna imperatif perintah, (h) makna imperatif permintaan, (i) makna
imperatif bujukan, (j) makna imperatif desakan, dan (k) makna imperatif
imbauan. Selain makna impertif yang ditemukan, ditemukan pula campur
kode dalam tuturan yang terdapat pada biografi Jokowi. Campur kode
tersebut terjadi antara bahasa Indonesia dengan Jawa, dan terjadi antara
bahasa Indonesia dengan Inggris.
2. Wujud dan makna imperatif yang ditemukan dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP kelas 7 semester genap
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
kurikulum, terdapat Kompetensi Dasar yang diterapkan pada materi pelajaran
ini adalah peserta didik diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang
dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif. Melalui
pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat terpacu mengerjar mimpi-
103
mimpinya melalui usaha yang maksimal dan meneladani sikap Jokowi seperti
yang terungkap dalam wujud dan makna imperatif biografi Jokowi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Penelitian wujud dan makna imperatif menggunakan ancangan
sosiopragmatik dapat dilakukan dengan berbagai ranah lain selain daripada
ranah yang sudah ditemukan pada penelitian ini. Sehingga makna imperatif
yang ditemukan lebih beragam.
2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai wujud dan makna imperatif dapat
menggunakan ancangan penelitian lain sehingga penulisan wujud dan makna
imperatif dalam bahasa Indonesia menjadi lengkap. Selama ini ancangan
yang digunakan yaitu ancangan struktural, ancangan sosiopragmatik, dan
ancangan pragmatik, kurang satu lagi ancangan yaitu ancangan
sosiolinguistik. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melengkapi ancangan
tersebut sehingga akan ditemukan perbedaan yang beragam.
3. Bagi peserta didik dan guru, hasil temuan ini dapat dimanfaatkan dalam
dimanfaatkan pada saat berkomunikasi. Melalui wujud dan makna imperatif
yang ditemukan maka peserta didik dan guru lebih memahami bagaimana
bertutur kata dengan orang yang lebih tua, atau lebih muda, atau sebaya
sehingga akan tercipta kesopanan bertutur.
104
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar Pengantar Sosiologi Bahasa. Cet. ke 10. Bandung: Angkasa,
1993.
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi ketiga Cet. IX. Jakarta:
PT Balai Pustaka (Persero), 2014.
Austin, J.L. How To Do Things With Word. Cambridge: Harvard University Press,
1962.
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Cet. ke 3. Jakarta: Rineka
Cipta, 2011.
------------------.dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV Cet. Keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.
----------------------------------. Metode Linguistik, Bandung: PT Refika Aditama, 2006.
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Cet. Ketiga. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009.
Haryanta, Agung Tri. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakata: Aksarra
Sinergi Media, 2012.
Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012.
HP, Achmad dan Alex Abdullah. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga, 2012.
Keraf, Gorys. Tatabahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas. Cet. ke 10. Ende: Nusa
Indah, 1984.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Edisi Keempat, cet. Kedua. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
105
Leech, Geoffrey. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terj. M.D.D Oka. Jakarta: UI Press,
2011.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Martinus, Surawan. Kamus Kata Serapan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008.
Nadar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak
Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga, 2005.
--------------------------. Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks
Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya. Jakarta: Erlangga, 2009.
Ramlan, M. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Cet. ke 3. Yogyakarta: CV Karyono,
1983.
Subuki, Makyun. Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Trans
Pustaka, 2012.
Sudarno dan Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986.
Sudaryanto. Metode Linguistik: Bagian Kedua, Metode dan Aneka Teknik
Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988.
Suparno, Darsita. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Adabia Press, 2012.
---------------------. “Situasi Pemertahanan Bahasa Ranau,” Disertasi pada
Pascasarjana Universitas Samratulangi Manado: 2012. tidak dipublikasikan.
Susanto, Dwi. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Thayrun, Yon. Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker. Jakarta: Noura Books,
2012.
Wardhaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: BasilBlackwell,
2002.
106
Wijana, I Dewa Putu. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI, 1996.
-------------------------. dan Muhammad Rohmadi. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan
Analisis, Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 2012.
Zamzani. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka, 2007.
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP DARUSSALAM CIPUTAT
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Standar Kompetensi : Aspek Membaca
11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca
intensif dan membaca memindai.
Kompetensi Dasar : 11.1 Mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat
diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif.
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 kali pertemuan)
A. Indikator
1. Mampu membuat inti sari riwayat hidup tokoh.
2. Mampu menemukan wujud imperatif dalam biografi.
3. Mampu mengklasifikasikan makna imperatif yang terdapat dalam biografi.
4. Mampu menyimpulkan keistimewaan tokoh.
5. Mampu menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat
dalam biografi.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat membuat inti sari riwayat hidup tokoh.
2. Peserta didik dapat menemukan wujud imperatif dalam biografi.
3. Peserta didik dapat mengklasifikasikan makna imperatif yang telah ditemukan
dalam biografi.
4. Peserta didik dapat menyimpulkan keistimewaan tokoh.
5. Peserta didik dapat mencatat hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Ketulusan ( Honesty )
C. Materi Pembelajaran
1. Pengungkapan imperatif dalam biografi tokoh Jokowi.
2. Definisi biografi dan manfaat dari pembacaan biografi tokoh.
3. Pengungkapan hal-hal teladan dari tokoh Jokowi dalam biografi.
D. Metode Pembelajaran
1. Penugasan
2. Tanya Jawab
E. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku Biografi Tokoh Jokowi
2. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahap
Pembelajaran
Deskripsi
Kegiatan Guru dan Siswa
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengajak peserta didik
berdoa/mensyukuri nikmat yg telah diberikan
Allah SWT. Guru meminta ketua kelas
memimpin doa sebelum pelajaran dimulai.
2. Guru mengecek kehadiran, kebersihan dan
kerapihan kelas.
3. Apersepsi/ Motivasi:
Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang
tokoh yang dapat diteladani.
4. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
10 menit
Kegiatan Inti Eksplorasi
5. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang
definisi dan manfaat dari membaca buku
biografi tokoh.
6. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang
tuturan imperatif
Elaborasi
7. Peserta didik diarahkan untuk membentuk
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
8. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
berdiskusi menemukan wujud-wujud imperatif
yang terdapat dlam biografi Jokowi.
60 menit
9. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk
menentukan makna imperatif dari wujud-
wujud imperatif yang sudah ditemukan.
10. Setelah diskusi selesai, masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil temuan
mereka tentang wujud dan makna imperatif
yang terdapat dalam biografi Jokowi.
11. Selama salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain
memperhatikan dengan seksama.
Konfirmasi
12. Guru bersama peserta didik mengungkapkan
kembali hasil presentasi yang telah dilakukan.
13. Guru meluruskan pemahaman peserta didik
atas hasil diskusi yang telah dilakukan.
Penutup 14. Guru bersama peserta didik menyimpulkan
materi pelajaran yang sudah dilakukan.
15. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya yaitu menemukan
hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh
Jokowi.
10 menit
Pertemuan Kedua
Tahap
Pembelajaran
Deskripsi
Kegiatan Guru dan Siswa
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengajak peserta didik 10 menit
berdoa/mensyukuri nikmat yg telah diberikan
Allah SWT. Guru meminta ketua kelas
memimpin doa sebelum pelajaran dimulai.
3. Guru mengecek kehadiran, kebersihan dan
kerapihan kelas.
4. Apersepsi/ Motivasi:
Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang
materi pelajaran sebelumnya.
5. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti Eksplorasi
6. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang
hal-hal menarik yang biasa terdapat dalam
buku biografi.
7. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang dapat diteladani dari seorang
tokoh.
Elaborasi
8. Peserta didik diarahkan untuk membentuk
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
(kelompok masih sama seperti pada pertemuan
sebelumnya)
9. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
berdiskusi menemukan hal-hal menarik yang
terdapat dalam biografi Jokowi dan
menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari
tokoh Jokowi.
10. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk
60 menit
membuat inti sari dari biografi Jokowi.
11. Setelah diskusi selesai, masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil temuan
mereka tentang hal-hal menarik dan hal-hal
yang dapat diteladani dari tokoh Jokowi.
12. Ketika salah satu kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, kelompok lain
memperhatikan dengan seksama.
Konfirmasi
13. Guru bersama peserta didik mengungkapkan
kembali hasil presentasi yang telah dilakukan.
14. Guru meluruskan pemahaman peserta didik
atas hasil diskusi yang telah dilakukan.
Penutup 15. Guru bersama peserta didik menyimpulkan
materi pelajaran yang sudah dilakukan.
16. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
10 menit
G. Penilaian
No
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Instrumen Bobot
1. Mampu
menyarikan
riwayat hidup
tokoh
Tugas
individual/
kelompok
Proyek Bacalah sebuah buku
biografi Jokowi!
Kemudian buatlah
laporan yang berisi:
5
1. Inti sari riwayat
hidup tokoh.
2. Keistimewaan to-
koh
3. Hal-hal yang dapat
diteladani dari tokoh!
2. Mampu mendata
keistimewaan
tokoh
Tugas
individual/
kelompok
Uraian/lisan 5
3. Mampu mendata
hal-hal yang dapat
diteladani
Tugas
individual/
kelompok
Uraian/lisan 5
Penilaian
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5
Penafsiran angka : 1. Sangat kurang, 2. Kurang, 3. Cukup, 4. Baik, 5. Amat baik
Nilai akhir peserta didik:
H. Rubrik Pedoman Penskoran untuk Uji Petik Produk (Kemampuan Membaca
dan Bercerita)
No. Kegiatan Skor
1. 1.1 Peserta didik dapat menjawab dengan benar.
1.2 Peserta didik berusaha menjawab, tetapi masih salah.
3
1.3 Peserta didik tidak menjawab. 1
0
2. 2.1 Peserta didik dapat menceritakan tokoh Jokowi yang sudah
dibacanya dengan (1) suara yang jelas dan intonasi yang tepat, (2)
lengkap, dan (3) runtut (identitas, keunggulan, dan alasan).
2.2 Peserta didik dapat menceritakan tokoh Jokowi dengan (1)
suara yang jelas dan intonasi yang tepat, (2) lengkap, tetapi tidak
(3) runtut (identitas, keunggulan, dan ala an).
2.3 Peserta didik dapat menceritakan tokoh Jokowi dengan (1)
suara yang jelas dan intonasi yang tepat, tetapi tidak (2) lengkap,
dan tidak (3) runtut (identitas, keunggulan, dan alasan).
2.4 Peserta didik berusahat menceritakan tokoh idolanya, tetapi
tidak dengan (1) suara yang jelas dan intonasi yang tepat, (2) tidak
lengkap, dan (3) tidak runtut (identitas, keunggulan, dan alasan).
2.5 Peserta didik tidak bersedia menceritakan tokoh Jokowi.
30
20
10
5
0
Skor Perolehan
NILAI = ------------------------------------ x 100
Skor Maksimum (49)
Mengetahui Tangerang Selatan, 2016
Guru Pamong Calon Guru
Ade Irwan Setiawan, S.Pd Desi Komalasari
NIP NIM 1111013000059
Biodata Penulis Biografi
Yon Thayrun, seorang wartawan freelance yang lahir pada tahun 1967 di
Meulaboh, Aceh. Rasa ingin tahu dan kesenangannya membaca dan berbicara
mengantarnya menjadi penyiar radio selama lebih dari 15 tahun. Dia mulai terjun ke
dunia wartawan pada reformasi 1998, di sebuah radio di Medan. Menjadi wartawan
radio telah membawanya berkeliling Indonesia untuk membuat program feature dan
documenter untuk 153 jaringan radio. Jaringan ini merupakan jaringan Internews
Indonesia, sebuah lembaga yang memperkuat pemberitaan dan program radio untuk
mendukung demokratisasi Indonesia.
Serius menekuni dunia wartawan, Yon dan beberapa wartawan di Medan
membangun Aliansi Wartawan Independen (AJI) kota Medan pada tahun 1994.
Kemudian pada tahun 2000-2002 AJI mempercayakan dirinya sebagai Sekretaris
Jenderal AJI Jakarta. Selepas itu, waktunya dihabiskan menjadi media officer di
sebuah lembaga humanitarian asal Inggris, Oxfam GB untuk program pembangunan
kembali Aceh pasca tsunami 2004. Kemudian, dirinya juga sempat menjadi dosen di
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta selepas pulang dari Aceh.
Tak hanya itu, Yon pernah bekerja di CAPATV sebuah rumah produksi
terbesar di Prancis yang memproduksi program-program televisi untuk stasiun
televisi terbesar di Prancis, Canal+. Dia juga beberapa kali membantu Explorer
Production, rumah produksi pembuat program Don’t Tell My Mother yang disiarkan
di National Geographic TV.
BIODATA PENULIS
Desi Komalasari dilahirkan pada 31 Desember 1992 di
Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Noin dan Marsinah. Penulis mempuh pendidikan
pertama kali di SDN Semanan 06 tamat pada tahun 2005.
Kemudian anak bungsu ini melanjutkan pendidikan ke
SMPN 45 Jakarta tamat pada tahun 2008. Selepas SMP,
melanjutkan pendidikan ke SMAN 94 Jakarta tamat pada
tahun 2011.
Setelah itu gadis betawi ini melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, yakni berkuliah
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia pada tahun 2011.