37
DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Oleh : Ika Wahyu Astiyana 202013062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM … · aritmatika sosial. Materi ini sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP, karena dasar-dasar materi tersebut telah

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MEMECAHKAN

    MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI

    TAKSONOMI SOLO

    TUGAS AKHIR

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    pada Universitas Kristen Satya Wacana

    Oleh :

    Ika Wahyu Astiyana

    202013062

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP

    DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI

    ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO

    Ika Wahyu Astiyana1, Novisita Ratu

    2

    Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah.

    Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana

    memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha

    menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan

    masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa

    dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang

    berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian

    ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah

    pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini merupakan

    penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga siswa kelas VIII SMP

    Negeri 3 Salatiga yang masing-masing dikategorikan berdasarkan kemampuan matematika tinggi,

    sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa berkemampuan matematika

    tinggi, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level relasional. Pada siswa berkemampuan

    matematika sedang, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja. Dan

    pada siswa berkemampuan matematika rendah, jawaban siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan

    sehingga siswa berada pada level prastruktural. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka ruang

    untuk penelitian selanjutnya tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan perbedaan

    kemampuan matematika siswa yang berkaitan dengan Taksonomi SOLO.

    Kata Kunci : Kemampuan matematika, pemecahan masalah, aritmatika sosial, taksonomi SOLO.

    PENDAHULUAN

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting

    dalam dunia pendidikan. Tujuan utama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk

    meningkatkan kemampuan matematis siswa (Suherman, 2008). National Council of Teachers

    Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus

    dimiliki siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan

    koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Kemampuan pemecahan

    masalah adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan

    pembelajaran matematika (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemampuan memecahkan

    masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi

    komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi

    (Winarti, 2011:2). Akan tetapi, guru dalam memberikan contoh bagaimana menyelesaikan

    suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan

    sendiri cara penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan akibatnya siswa

    hanya mampu menyelesaikan suatu masalah bila telah diberikan contoh oleh guru

    (Nurannisa, 2013).

    Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut

    Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu

  • melakukan kegiatan seperti mengingat, mensimbolkan, memecahkan masalah, dan

    menciptakan merupakan suatu proses untuk mencapai pengetahuan yang disebut dengan

    kognitif. Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara

    penyelesaian yang tepat untuk mencapai tujuan (Santrock, 2010). Untuk meningkatkan

    kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah,

    merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

    (Depdiknas, 2006:1). Dalam pembelajaran matematika, salah satu pokok bahasan yang terkait

    dengan pemecahan masalah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah

    aritmatika sosial. Materi ini sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP,

    karena dasar-dasar materi tersebut telah dipelajari di tingkat SD. Aritmatika sosial merupakan

    bagian dari matematika yang membahas tentang perhitungan keuangan dalam perdagangan

    dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya. Materi aritmatika sosial lebih menekankan

    pada kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika kontektual yang

    menggambarkan kehidupan sehari-hari.

    Biggs dan Collis (1982) menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang

    sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Teori mereka dikenal

    dengan Structure of The Observed Learning Outcomes (SOLO) yaitu struktur dari hasil

    belajar yang diamati. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan

    siswa dalam merespon suatu masalah menjadi lima level berbeda yaitu prastruktural,

    unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Siswa pada level prastruktural

    adalah level dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang tidak berhubungan

    satu dengan yang lainnya dan tidak membentuk satu kesatuan konsep serta tidak memiliki

    makna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Level unistruktural adalah

    tingkatan dimana siswa memiliki hubungan yang jelas dan cukup sederhana mengenai

    keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya akan tetapi inti dari konsep ini belum

    seberapa detail dipahami. Level multistruktural siswa sudah memahami beberapa hal atau

    komponen dari materi jika melakukan pembelajaran tetapi belum tertata dengan baik dan rapi

    sehingga masih terpisah satu dengan yang lainnya dan masih belum bisa terbentuk

    pemahaman yang cukup baik. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan pemahaman yang siswa

    miliki kemampuan untuk merespon dengan baik tetapi respon yang diberikan belum tersusun

    dan belum menemui hubungan yang tepat antara satu dengan yang lainnya. Level relasional

    siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Tahapan ini

    dapat disimpulkan dengan kemampuan siswa untuk membandingkan, membedakan,

    menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, mengaplikasikan, dan

    menghubungkan. Level abstrak diperluas siswa melakukan penghubungan tidak hanya

    konsep yang didapat melainkan hubungan konsep diluar itu. Dapat disimpulkan dalam

    tahapan ini siswa sudah menguasai materi dan memahami soal yang di berikan dengan sangat

    baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep yang sudah ada.

    Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal

    menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis

    adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan

    sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah

    pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam

    soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman

  • terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal, 4) Pertanyaan Abstrak

    diperluas adalah pertanyaan yang menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis

    yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal.

    Menurut Oktarina (2012) model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk

    diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena menuntut kemampuan peserta didik

    memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan

    beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada

    peserta didik untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural),

    membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level

    relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu

    yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Taksonomi

    SOLO diaplikasi secara menarik dalam memberikan beberapa alternatif jawaban atau

    penyelesaian yang berkaitan.

    Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan

    kemampuan siswa kelas VIII SMP di tinjau dari Taksonomi SOLO. Oleh karena itu, peneliti

    melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Dalam

    Memecahkan Masalah Pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Taksonomi Solo. Tujuan

    penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan

    masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari taksonomi solo.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Melalui metode ini,

    peneliti menggambarkan dan menganalisis secara detail mengenai pemecahan masalah siswa

    dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dengan perbedaan kemampuan matematika siswa

    yang ditinjau dengan Taksonomi SOLO.

    Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga yang

    sebelumnya telah mempelajari materi Aritmatika Sosial. Cara pengambilan subjek dilakukan

    dengan memberikan lembar tes matematika tentang Aritmatika Sosial kepada semua siswa

    SMP kelas VIII F yang berjumlah 26 siswa. Kemudian dari 26 siswa tadi dipilah kembali

    untuk dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang, dan rendah dimana pengkategorian tersebut

    didasarkan pada hasil UAS dan kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria tinggi (81-

    100), sedang (61-80), dan rendah (

  • menjual kembali buku tulis tersebut dan semua

    laku terjual seharga Rp270.000,00

    a. Berapa harga beli 2 buku tulis?

    Multistruktural b. Berapa harga pembelian dari 5 lusin buku tulis?

    Relasional c. Tentukan apakah Andi mengalami untung atau rugi dan berapa besarnya?

    Abstrak di perluas d. Bila Andi menginginkan keuntungan sebesar 40 %, berapakah keuntungan yang

    diperoleh Andi?

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan hasil

    pekerjaan siswa untuk memperoleh data yang berasal dari jawaban siswa. Peneliti meneliti

    semua jawaban siswa yang merupakan data, kemudian peneliti menggunakan kategori tinggi,

    sedang, dan rendah yang diambil dari hasil UAS siswa kemudian meneliti jawaban siswa

    yang termasuk dalam kategori tersebut. Dan pada tahap terakhir dari hasil jawaban siswa tadi

    dianalisis untuk dikategorikan berdasarkan level-level pada Taksonomi SOLO.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Setelah dilakukan tes dengan memberikan satu soal uraian yang bertingkat sesuai

    dengan tingkatan pada Taksonomi SOLO dan diambil 3 siswa untuk dijadikan subjek dalam

    penelitian ini, maka dilakukan analisis dan diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 2. Nama Subjek Penelitian INISIAL Kategori Nilai UTS

    AY Tinggi 91

    RN Sedang 74

    EK Rendah 55

    1. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Tinggi

    Subjek AY mengerjakan semua permasalah a sampai d. AY dikatakan sudah paham

    tentang penyelesaian soal cerita pada materi aritmatika sosial, pada saat mengerjakan ia bisa

    dan menuliskan jawabannya sesuai dengan yang ditanyakan di soal. Hal itu terlihat dari hasil

    wawancara penulis dengan AY.

    P : “Ayu, kemarin kamu sudah mengerjakan soal ini kan? Tapi sebelum kita

    membahas soal ini, miss ika mau tanya dulu sama kamu. Kamu paham tidak

    materi aritmatika sosial itu?”

    AY : Yaa paham miss kayak jual beli gitu

    Selain itu, AY dalam mengerjakan soal runtut dan jelas hal itu terlihat dari jawaban

    AY pada saat mengerjakan soal. Selain itu pada saat ditanya AY membaca soal berapa kali,

    dia menjawab “1 kali” dan pada saat ditanya sudah paham, ia menjawab “sudah”.

    a. Level Unistruktural

    Pada permasalahan a, AY diminta untuk menentukan harga beli dalam soal. AY

    menuliskan harga beli per buku yaitu RP3.500,00 kemudian dikalikan dengan 2 karena

    pertanyaan dalam soal menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal itu terlihat dalam jawaban AY

    pada saat mengerjakan dan diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

  • Gambar 1. Jawaban Subjek AY pada Level Unistruktural

    P : Lalu yang soal nomor 1a maksutnya bagaimana?(sambil menunjuk soal 1a)

    AY : Menentukan harga beli dua buku tulis miss

    P : Apakah Ayu mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab

    nomor 1a?

    AY : Tau, kan sudah diketahui ini di dalam soal harga beli buku tulis nya

    Rp3.500,00 terus yang ditanya kan harga beli dua buku tulis, jadi kan

    Rp3.500,00 dikali 2.

    b. Level Multistruktural

    Pada permasalahan b, AY paham maksud dari perintah tersebut. hal itu diperjelas

    dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

    Gambar 2. Jawaban Subjek AY pada Level Multistruktural

    P : Oke, sekarang yang 1b maksutnya apa?

    AY : Berapa harga pembelian 5 lusin buku tulis tersebut

    P : Berarti langkah mengerjakannya gimana? AY : 5 lusin diubah dulu to miss , 1 lusin kan 12 kalau 5 lusin kan jadinya 12

    dikali 5 sama dengan 60 buku

    P : Setelah mengetahui jumlah per buku terus gimana ?

    AY : Kan tadi harga pembelian nya per buku Rp3.500,00 laku dikalikan 60 gitu P : Informasi apa yang Ayu dapat dari soal untuk menjawab soal ini?

    AY : emmmmm(sambil berpikir) Harus tau jumlah 5 lusin itu

    berapa terus harga beli per buku Rp3.500,00

    Dari hasil petikan wawancara penulis dengan AY terlihat bahwa AY paham maksud

    dari apa yang ditanyakan pada permasalahan b dan dia juga dapat menjelaskan alasan kenapa

    jawaban dia bisa seperti itu.

    c. Level Relasional

    Pada permasalahan ke-3 (c), AY diminta untuk menentukan besarnya untung atau rugi

    dari soal . AY menuliskan jawabannya dengan runtut dan dia juga dapat menjelaskan hasil

    dari pekerjaannya. Hal itu terlihat dari hasil wawancara penulis terhadap AY.

  • Gambar 3. Jawaban Subjek AY pada Level Relasional

    P : Sekarang yang c, kamu carinya gimana? AY : Menentukan untung atau rugi miss P : La ini 210.000 dan 270.000 dapat nya dari mana? (sambil menunjuk

    jawaban subjek)

    AY : 210.000 itu harga beli nya dari jawaban yang b , kalau 270.000 harga jualnya kan di soal sudah diketahui.

    P : Jadi soal c ada kaitannya dengan soal sebelumnya?

    AY : Ada miss, kan harga beli berdasarkan jawaban dari soal yang b tadi.

    P : “Lalu kenapa Ayu menuliskan Harga jual dikurangi harga beli?”(sambil

    menunjuk jawaban subjek)”

    AY : Kan harga jual nya lebih besar dari harga beli jadinya untung sebesar

    Rp60.000,00

    AY menuliskan hasil akhirnya dari permasalahan soal c dengan menjawab untung

    sebesar Rp60.000,00.

    d. Level Abstrak diperluas

    Pada permasalahan d, AY diminta untuk menentukan keinginan besarnya untung 40%

    sesuai dengan informasi sebelumnya (hasil jawaban permasalahan c) . Kemudian pada saat

    ditanya apakah ada kaitanya permasalahan c dan d, AY menjawab “ada”, dan pada saat

    diminta menjelaskan, AY mau menjelaskan alasannya tersebut. Hal ini diperkuat dengan

    hasil wawancara penulis dengan AY.

    Gambar 4. Jawaban Subjek AY pada Level Abstrak diperluas

    P : Yang soal c dan d, apakah ada kaitannya? AY : Ada, Kalau yang d ditanyakan besarnya untung 40%, terus jawaban c kan

    sudah tau harga jual nya Rp270.000,00 . jadi 40% dikalikan Rp270.000,00

    miss

    P : Berarti berapa hasilnya? AY : Rp108.000,00

  • AY dapat menyimpulkan hasil akhir dari pekerjaannya walaupun tidak sesuai dengan

    yang diharapkan.

    2. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Sedang

    Subjek RN mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek RN bisa

    dikatakan sedikit paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :

    P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu paham gak materi aritmatika sosial?

    RN : Ya paham tapi lupa, hehehe

    RN menuliskan jawabannya dengan runtut sesuai dengan maksud dari masing-masing

    permasalahan. Hal itu terlihat dari jawaban RN pada saat mengerjakan soal.

    a. Level Unistruktural

    Pada saat ditanya tentang berapa kali RN membaca soal dia menjawab ”3 kali” dan saat

    penulis bertanya tentang maksud dari permasalahan a, dia menjawab dengan benar dan dia

    paham maksud dari permasalahan a, hal ini di tunjukan dengan wawancara :

    Gambar 5. Jawaban Subjek RN pada Level Unistruktural

    RN : Maksudnya yang a kan mencari harga 2 buku tulis saja, kalau yang b disuruh mencari harga 5 lusin buku

    P : Apakah Ninda mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab soal ini?

    RN : Tau, harga per buku kan Rp3.500,00 terus ditanya nya kan harga 2 buku tulis jadi ya dikalikan 2 miss

    P : Berarti berapa hasilnya?

    RN : Rp7.000,00

    b. Level Multistruktural

    Pada saat penulis menanyakan kepada RN tentang maksud dari permasalahan kedua,

    RN dapat menjawab dengan lancar dan dapat menuliskan jawabannya sesuai dengan perintah

    yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dan jawaban RN pada saat

    mengerjakan

    Gambar 6. Jawaban Subjek RN pada Level Multistruktural

    P : Kalau yang 1b kamu paham tidak maksudnya? RN : Mencari harga pembelian 5 lusin buku tulis miss P : Langkah kamu mengerjakan bagaimana?

  • RN : 1 lusin itu kan 12 to miss, la ini yang ditanya kan 5 lusin berarti kan 5 dikalikan dengan 12 sama dengan 60 terus dikalikan Rp3,500,00 hasilnya

    Rp210.000,00

    P : Informasi apa yang Ninda dapatkan untuk dapat menyelesaikan soal ini?

    RN : Mengubah 1 lusin dulu terus dikali 5

    Dari wawancara tersebut terlihat bahwa RN paham maksud dari soal yang diberikan dan dia

    mampu menerapkan informasi sebelumnya untuk menyelesaikan permasalah b.

    c. Level Relasional

    Pada permasalahan c, RN diminta untuk mencari besarnya untung atau rugi dari soal.

    RN menggunakan cara lain untuk menentukan untung atau rugi. Dalam membaca soal RN

    terlihat tidak paham apa maksudnya dan terlihat bingung. Selain itu, dia juga masih belum

    yakin dengan apa yang ia tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan RN.

    Gambar 7 : Jawaban Subjek RN pada Level Relasional

    P : Oke, yang c ini maksutnya bagaimana?

    RN : Emmm (sambil berpikir) mencari harga jual dulu ya miss?

    P : Gimana caranya? Kok ini bisa menuliskan 270.000 dibagi 60 kenapa ?

    (sambil menunjuk jawaban dari subjek)

    RN : Kan harga jual nya 270.000 terus dibagi 60 kan beli nya tadi 5 lusin

    hasilnya ketemu 4.200 miss

    P : Ada tidak kaitannya soal yang c dengan soal yang sebelumnya?

    RN : Ada, kan sudah diketahui tadi harga jual Rp270.000,00 terus saya bagi 60

    karena belinya 6 lusin

    P : Terus untung atau rugi? Berapa besarnya?

    RN : Ya untung miss, kan harga jual nya lebih besar dari harga belinya. Jadi 4200

    dikurangi dengan 3500 kan jadi untung nya sebesar Rp700,00

    d. Level Abstrak diperluas

    Pada permasalahan d, RN diminta untuk mencari keinginan besarnya untung 40%. Dia

    menuliskan jawabannya dan kurang teliti dalam menghitung dan menyebabkan jawabannya

    tidak sesuai dengan yang diharapkan. RN juga tidak yakin dengan jawabannya karena dia

    tidak bisa mengerjakan permasalahan sebelumnya (c) Hal itu dibuktikan dengan wawancara

    terhadap RN.

  • Gambar 8. Jawaban Subjek RN pada Level Abstrak diperluas

    P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya

    gimana?

    RN : (sambil berpikir dan senyum-senyum) sebentar miss saya agak lupa P : Terus seinget kamu carinya gimana? RN : Carinya, 40% dikalikan 270.000 karena sudah diketahui di soalnya tadi kan

    270.000 to, terus dicoret-coret gini miss(sambil menunjuk jawabannya sendiri)

    P : Lalu besarnya keuntungan yang diinginkan Dina berapa? RN : Ini miss, jadi Dina ingin untung Rp18.000,00 P : Kamu yakin tidak dengan jawaban ini? RN : Enggak yakin karena cari yang c kayaknya salah dehh miss P : Ada cara yang lain gak kira-kira? RN : Gak ada miss

    RN kurang teliti dalam membaca soal sehingga menyebabkan dia salah dalam

    memahami soal dan kurang tepat dalam menuliskan hasil akhirnya.

    3. Analisis Kemampuan Siswa Kategori Rendah

    Subjek EK mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek EK masih

    dikatakan belum paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :

    P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu paham gak materi aritmatika sosial?

    EK : Ya paham tapi lupa, hehehe

    EK menuliskan jawabannya dengan runtut namun EK masih bingung dan kurang

    paham maksud dari masing-masing permasalahan soal. Hal itu terlihat dari jawaban EK pada

    saat mengerjakan soal. Selain itu saat ditanya EK membaca soal berapa kali, dia menjawab

    “lebih dari 5 kali”.

    a. Level Unistruktural

    Pada permasalahan a, EK diminta untuk menentukan harga pembelian 2 buku tulis,

    namun EK tidak mengetahui informasi langsung dari soal untuk menentukan jawaban akhir,

    sehingga dalam menuliskan jawaban EK belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu

    diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK

  • Gambar 9. Jawaban Subjek EK pada Level Unistruktural

    P : Langkah-langkah untuk mengerjakan soal ini bagaimana?

    EK : Kan 1 lusin sama dengan 12 terus dikali 5 sama dengan 60. Terus Rp3.500,00 dikali 60 sama dengan Rp210.000,00 dikurangkan dengan Rp270.000,00 jadi

    ketemu 60.000,00 terus dibagi 60 jadinya Rp1000,00

    P : Jadi Rp1000,00 itu harga beli per buku? EK : Bukan miss, kan tadi yang pertama Rp3.500,00 ditambah dengan Rp1000,00

    sama dengan Rp4500,00, jadi harga satu buku tulis itu Rp4500,00. Kalau 2

    buku jadi Rp4500 dikali 2 sama dengan Rp9.000,00

    b. Level Multistruktural

    Pada permasalahan b, EK diminta untuk menentukan harga beli buku tulis seluruhnya.

    EK menuliskan harga perbuku Rp4500,00 dikalikan dengan 60 sama dengan Rp270.000,00

    kemudian EK menuliskan lagi Rp4500,00 dikalikan dengan 12 sama dengan Rp54.000,00

    dan kemudian dijumlahkan. Tetapi pada saat ditanya maksud dari permasalahan b, dia

    menjawab masih ragu dengan hasil jawabannya. Kemudian pada saat ditanya lagi mengenai

    hasil yang dia tulis pada lembar penyelesaiannya (Rp324.000,00), dia menjawab kalau itu

    harga pembelian 5 lusin buku tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan

    EK.

    Gambar 10. Jawaban Subjek EK pada Level Multistruktural

    P : Soal 1b maksutnya gimana? EK : Menentukan harga pembelian 5 lusin buku tulis P : Lalu langkah-langkah mengerjakannya bagaimana? EK : 1 lusin kan 12 terus dikali 5 sama dengan 60 dikali dengan harga beli

    Rp4500,00 jadi ketemu Rp270.000,00.

    P : Soal b ini Eka paham tidak maksudmya bagaimana?

  • EK : Saya lupa miss P : Coba diingat-ingat lagi bagaimana penyelesaiannya. EK : 1 lusin sama dengan 12 dikali Rp4500,00 sama dengan Rp54.000,00 terus

    ditambahkan Rp270.000,00 jadi ketemunya harga beli 5 lusin itu

    Rp324.000,00

    P : Informasi apa yang Eka peroleh untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini?

    EK : Mengubah 1 lusin sama dengan 12 dulu terus dikali 5.

    c. Level Relasional

    Pada permasalahan c, EK diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa

    besarnya. EK mengerjakan dengan menuliskan dahulu harga beli dan harga jual kemudian

    dikurangkan sehingga mengetahui besarnya kerugian, hal ini diperkuat dengan hasil

    wawancara penulis dengan EK.

    P : Kalau yang c perintah soalnya bagaimana? FE : Menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya P : Caranya gimana? FE : Jadi harga beli nya Rp 324.000,00 dan ini harga jual nya Rp270.000,00 jadi

    rugi ini miss

    P : Kenapa bisa menyimpulkan kalau itu rugi? FE : Ya karena harga belinya lebih besar terus harga jual nya sedikit jadikan

    mengalami rugi

    P : Terus besarnya kerugian yang dialami berapa? FE : Rp324.000,00 dikurangi Rp270.000,00 hasilnya Rp54.000,00 P : Apakah ada kaitannya dengan soal a dan b tadi? FE : Ada (sambil berpikir) sudah tau harganya dijawaban b Rp270.000,00

    Gambar 11. Jawaban Subjek EK pada Level Relasional

    Pada saat mengerjakan, EK tidak begitu yakin dalam menjawab, namun EK bisa

    menjelaskan mengapa jawaban nya bisa seperti itu. Hal itu diperkuat dengan hasil jawaban

    FE pada saat mengerjakan.

    d. Level Abstrak diperluas

  • Gambar 12. Jawaban Subjek EK pada Level Abstrak diperluas

    Pada permasalahan d, EK diminta untuk menentukan besarnya keinginan untung sekian

    persen dan permasalahan ini masih ada kaitannya dengan permasalahan sebelumnya tetapi

    pada saat ditanya apakah ada hubungannya soal c dan d, EK menjawab “ada” dan pada saat

    dikonfirmasi ulang, EK menjawab “tidak yakin”. EK masih sering ragu-ragu dalam

    menjawab dan tidak percaya diri dengan jawaban yang dia tuliskan. Hal itu diperkuat dengan

    hasil wawancara penulis dengan EK.

    P : Sekarang coba liat soal c dan d, apakah ada kaitannya? EK : Ada P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya

    gimana

    EK : (sambil berpikir) kayaknya ini salah P : Kenapa bisa bilang ini salah? Coba di ingat-ingat kembali caranya

    bagaimana?

    EK : Caranya 270.000 dikali 40 terus dibagi 100 kan bisa dicoret-coret miss tingal 2700 dikali 40 sama dengan Rp108.000,00

    P : Sudah yakin dengan jawaban ini?

    EK : Kayaknya salah ini miss (ragu-ragu dalam menjawab)

    4. Analisis Jawaban Siswa Menggunakan Taksonomi SOLO

    4.1 Siswa Kategori Tinggi

    Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek AY dapat menuliskan semua

    jawaban yang ditanyakan dalam soal. AY dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural

    karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level

    Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara AY mengaku ada bagian yang

    lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini AY dapat menuliskan jawaban dengan benar. Hal itu

    dibuktikan dengan jawaban AY pada saat mengerjakan permasalahan a. AY menuliskan

    jawabannya sesuai dengan konteks soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini

    berarti AY dapat memenuhi indikator tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah

    informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaiannya.

    Pada permasalahan b (Level Multistruktural), AY diminta untuk menentukan harga

    keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan AY dapat menuliskan hasil jawabannya

    dengan tepat dan pada saat wawancara AY juga dapat menjelaskan jawabannya dengan baik.

    Sehingga dapat dikatakan AY mencapai tingkat multistruktural karena dapat memenuhi

    indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat menggunakan lebih dari

    satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara dia menghitung jumlah

    semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.

    Pada permasalahan c (Level Relasional), AY diminta untuk menentukan untung atau

    rugi dan berapa besarnya dan terbukti AY dapat menentukan keuntungan dan menghitung

    besarnya untung tersebut dan AY dapat menjelaskan cara yang dia pakai dan hal ini

    diperjelas dengan wawancara terhadap AY, sehingga AY dapat menentukan besarnya untung

  • atau rugi. Dapat dikatakan AY dapat memenuhi indikator relasional yaitu dapat

    menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat menarik

    suatu kesimpulan yang relevan. Hal itu terlihat karena dia dapat menghubungkan informasi

    awal yang berupa banyaknya jumlah buku per lusin dan harga pembelian semua buku tulis

    untuk menentukan jawaban pada permasalahan c yaitu menentukan untung atau rugi dan

    menghitung besarnya untung atau rugi. .

    Pada permasalahan d (Level Abstrak di Perluas), AY diminta untuk menghitung

    besarnya keuntungan yang diketahui dalam soal dan AY tidak dapat menentukan besarnya

    keuntungan yang diinginkan karena dia salah dalam perhitungan dan kurang memahami

    maksut dari soal. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan bahwa AY tidak dapat memenuhi

    indikator abstrak di perluas karena subjek tidak dapat menghubungkan konsep diluar itu

    sehingga tidak didapat suatu kesimpulan yang tepat.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika tinggi (AY)

    dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai

    Level unistruktural sampai level relasional.

    4.2 Siswa Kategori Sedang

    Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek RN dapat menuliskan semua

    jawaban yang ditanyakan dalam soal. RN dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural

    karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level

    Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara RN mengaku ada bagian yang

    lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini RN dapat menuliskan jawaban dan mampu

    menjelaskan mengapa jawabannya bisa seperti itu. Hal itu dibuktikan dengan jawaban RN

    pada saat mengerjakan permasalahan a. RN menuliskan jawabannya sesuai dengan konteks

    soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini berarti RN dapat memenuhi indikator

    tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal

    untuk mendapatkan penyelesaiannya.

    Pada permasalahan b (Level Multistruktural), RN diminta untuk menentukan harga

    keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan RN dapat menuliskan hasil jawabannya

    dengan tepat. Sehingga dapat dikatakan RN mampu mencapai tingkat multistruktural karena

    dapat memenuhi indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat

    menggunakan lebih dari satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara

    dia menghitung jumlah semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.

    Pada permasalahan c (Level Relasional), RN diminta untuk menentukan untung atau

    rugi dan berapa besarnya namun pada saat wawancara dengan RN dia merasa tidak yakin

    dengan jawabannya dan dia juga bisa menjelaskan mengapa menuliskan jawaban seperti itu.

    RN belum mampu menghubungkan pada permasalahan soal sebelumnya dan kurang tepat

    menuliskan kesimpulan. Dapat dikatakan RN belum mampu memenuhi indikator relasional

    yaitu dapat menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat

    menarik suatu kesimpulan yang relevan.

    Pada permasalahan d (Level Abstrak Diperluas), RN kurang teliti dalam membaca soal

    dan perintah permasalahan d, dimana RN diminta untuk menentukan besarnya keuntungan

    yang diinginkan namun RN masih kurang teliti dan kurang cermat dalam perhitungan,

  • sehingga jawaban RN tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan RN belum

    mampu memenuhi indikator tingkat abstrak di perluas

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika sedang (RN)

    dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai

    Level unistruktural sampai level multistruktural.

    4.3 Siswa Kategori Rendah

    Pada permasalahan a (Level Unistruktural), EK diminta untuk menentukan harga beli 2

    buku tulis. EK menuliskan jawabannya namun dia tidak menggunakan informasi langsung

    dari soal untuk meperoleh jawaban akhir, sehingga menyebabkan jawabannya EK tidak

    sesuai yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat

    unistruktural yaitu menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk

    mendapatkan penyelesaian.

    Pada permasalahan b (Level Multistruktural), EK diminta menentukan harga

    keseluruhan buku tulis. EK tidak dapat menggunakan dua informasi dari soal sehingga

    jawaban yang dia tuliskan menjadi kurang tepat. Dapat dikatakan EK belum mampu

    memenuhi indikator soal tingkat multistruktural karena belum mampu menggunakan

    informasi dalam soal untuk dapat memecahkan masalah.

    Pada permasalahan c (Level Relasional), EK diminta menentukan harga keseluruhan

    buku tulis. EK menuliskan jawabannya harga beli dan harga jual kemudian menarik

    kesimpulan. EK dapat berpikir dengan menggunakan dua penggal informasi atau lebih dari

    soal yang diberikan tetapi tidak dapat menghubungkan informasi-informasi tersebut karena

    tidak menghitung harga beli dengan benar. Sehingga, kesimpulan yang EK tuliskan belum

    sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal

    tingkat relasional karena belum mampu menghubungkan informasi-informasi dan kesimpulan

    tidak relevan.

    Pada permasalahan d (Level Abstrak diperluas), EK diminta untuk menghitung

    besarnya keuntungan sekian persen. EK tidak dapat menghubungkan informasi-informasi dari

    soal dengan benar karena tidak menghitung dulu harga pembelian tetapi langsung dikalikan

    dengan harga penjualan, sehingga jawaban yang EK tuliskan belum sesuai dengan yang

    diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat abstrak

    diperluas karena belum mampu berpikir secara konseptual.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika rendah (EK)

    dalam memecahkan masalah aritmatika sosial berdasarkan taksomomi solo tidak ada yang

    sesuai dengan indikator soal pada taksonomi solo sehingga subjek hanya berada pada level

    prastruktural karena jawaban subjek tidak sesuai dengan yang diharapkan.

    PENUTUP

    Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti mengenai

    kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah di kelas VIII SMP ditinjau dari

    taksonomi SOLO, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

  • 1. Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi

    Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa

    berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada

    saat mengerjakan siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural, level

    multistruktural, dan level relasional, maka dapat disimpulkan bahwa siswa

    berkemampuan matematika tinggi mampu mengerjakan sampai dengan level relasional.

    2. Siswa Berkemampuan Matematika Sedang

    Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan

    matematika sedang dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan

    siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural dan level multistruktural, maka

    dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang hanya mampu

    mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja.

    3. Siswa Berkemampuan Matematika Rendah

    Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan

    matematika rendah dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan

    siswa tidak sesuai dengan indikator soal pada level Taksonomi SOLO sehingga

    menyebabkan jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat disimpulkan

    bahwa siswa berkemampuan matematika rendah berada pada level prastruktural.

    SARAN

    Berdasarkan penelitian mengenai deskripsi kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam

    memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO, maka

    didapatkan beberapa saran sebagai berikut:

    1. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan jika ada satu atau lebih subjek yang belum

    memenuhi tingkatan level berdasarkan Taksonomi SOLO agar bertanya kepada subjek

    tersebut agar benar-benar dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika

    siswa.

    2. Kepada guru, disarankan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika

    siswa dengan memperbanyak latihan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang

    berhubungan dengan soal uraian sehingga bisa meningkatkan kemampuan pemecahan

    masalah matematika siswa.

    3. Kriteria pertanyaan dalam tes pemecahan masalah lebih runtut sesuai dengan tingkat

    pertanyaan berdasarkan taksonomi SOLO yaitu unistruktural, multistruktural, relasional,

    dan abstrak yang diperluas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: RINEKA CIPTA

    Biggs J. And Collis, K.F. 1982. Evaluating the Quality of Learning. The SOLO Taxonomy.

    New York:Academic Press.

    Biggs, J. 2011. Biggs’Structure of The Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy.

    http://ebookbrowse.com/biggs-solo-pdf-d2294438393 diakses pada tanggal 20 Agustus

    2016 pukul 10.00 WIB

    http://ebookbrowse.com/biggs-solo-pdf-d2294438393

  • Depdiknas.2006. Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia tentang standar

    isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

    (Permen No.22 tahun 2006). Jakarta : Depdiknas

    Fitra Rizki, dkk. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan

    Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 7

    Jember. 1(1). 2015: Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-7

    Hasanah, 2009 :Taksonomi SOLO, tersedia dalam

    https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/ diakses Rabu, 26 Oktober

    2016 Pukul 10.30 WIB

    Hattie, J.A.C., & Brown, G.T.L. (2004) : Cognitive processes in asTTle: The SOLO

    taxonomy. asTTle Technical Report, University of Auckland/Ministry of Education.

    Miles, Matthew B.& A. Michael Huberman, (2009) Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI-

    Press

    NCTM.2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston. VA:

    National Council of Teachers of Mathematics

    Oktarina Puspita Wardani. (2012). Pengembangan Perangkat Evaluasi Berdasarkan

    Taksonomi The Structure Of Observed Learning Outcome (SOLO) Pada Mata

    Pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Membaca Peserta Didik Kelas X SMA. 1(2),

    2012: Universitas Negeri Semarang.

    Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

    Sugiyono. (2012) : Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Ketujuh). Bandung : Alfabeta.

    Suherman, Erman. (2008) : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :

    JICA.UPI

    Suparno, Paul. (2001) : Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius: Yogyakarta.

    Winarti, Titi W. 2011. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII

    Berdasarkan Taksonomi SOLO Dilihat Dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan

    Perbedaan Gender. 2011 : Surabaya

    DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP

    DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI

    ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO

    Ika Wahyu Astiyana1, Novisita Ratu

    2

    Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah.

    Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana

    memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha

    menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan

    masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa

    dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang

    berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian

    https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/

  • ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah

    pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini merupakan

    penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga siswa kelas VIII SMP

    Negeri 3 Salatiga yang masing-masing dikategorikan berdasarkan kemampuan matematika tinggi,

    sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa berkemampuan matematika

    tinggi, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level relasional. Pada siswa berkemampuan

    matematika sedang, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja. Dan

    pada siswa berkemampuan matematika rendah, jawaban siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan

    sehingga siswa berada pada level prastruktural. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka ruang

    untuk penelitian selanjutnya tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan perbedaan

    kemampuan matematika siswa yang berkaitan dengan Taksonomi SOLO.

    Kata Kunci : Kemampuan matematika, pemecahan masalah, aritmatika sosial, taksonomi SOLO.

    PENDAHULUAN

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting

    dalam dunia pendidikan. Tujuan utama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk

    meningkatkan kemampuan matematis siswa (Suherman, 2008). National Council of Teachers

    Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus

    dimiliki siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan

    koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Kemampuan pemecahan

    masalah adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan

    pembelajaran matematika (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemampuan memecahkan

    masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi

    komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi

    (Winarti, 2011:2). Akan tetapi, guru dalam memberikan contoh bagaimana menyelesaikan

    suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan

    sendiri cara penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan akibatnya siswa

    hanya mampu menyelesaikan suatu masalah bila telah diberikan contoh oleh guru

    (Nurannisa, 2013).

    Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut

    Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu

    melakukan kegiatan seperti mengingat, mensimbolkan, memecahkan masalah, dan

    menciptakan merupakan suatu proses untuk mencapai pengetahuan yang disebut dengan

    kognitif. Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara

    penyelesaian yang tepat untuk mencapai tujuan (Santrock, 2010). Untuk meningkatkan

    kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah,

    merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

    (Depdiknas, 2006:1). Dalam pembelajaran matematika, salah satu pokok bahasan yang terkait

    dengan pemecahan masalah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah

    aritmatika sosial. Materi ini sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP,

    karena dasar-dasar materi tersebut telah dipelajari di tingkat SD. Aritmatika sosial merupakan

    bagian dari matematika yang membahas tentang perhitungan keuangan dalam perdagangan

    dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya. Materi aritmatika sosial lebih menekankan

    pada kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika kontektual yang

    menggambarkan kehidupan sehari-hari.

  • Biggs dan Collis (1982) menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang

    sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Teori mereka dikenal

    dengan Structure of The Observed Learning Outcomes (SOLO) yaitu struktur dari hasil

    belajar yang diamati. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan

    siswa dalam merespon suatu masalah menjadi lima level berbeda yaitu prastruktural,

    unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Siswa pada level prastruktural

    adalah level dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang tidak berhubungan

    satu dengan yang lainnya dan tidak membentuk satu kesatuan konsep serta tidak memiliki

    makna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Level unistruktural adalah

    tingkatan dimana siswa memiliki hubungan yang jelas dan cukup sederhana mengenai

    keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya akan tetapi inti dari konsep ini belum

    seberapa detail dipahami. Level multistruktural siswa sudah memahami beberapa hal atau

    komponen dari materi jika melakukan pembelajaran tetapi belum tertata dengan baik dan rapi

    sehingga masih terpisah satu dengan yang lainnya dan masih belum bisa terbentuk

    pemahaman yang cukup baik. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan pemahaman yang siswa

    miliki kemampuan untuk merespon dengan baik tetapi respon yang diberikan belum tersusun

    dan belum menemui hubungan yang tepat antara satu dengan yang lainnya. Level relasional

    siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Tahapan ini

    dapat disimpulkan dengan kemampuan siswa untuk membandingkan, membedakan,

    menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, mengaplikasikan, dan

    menghubungkan. Level abstrak diperluas siswa melakukan penghubungan tidak hanya

    konsep yang didapat melainkan hubungan konsep diluar itu. Dapat disimpulkan dalam

    tahapan ini siswa sudah menguasai materi dan memahami soal yang di berikan dengan sangat

    baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep yang sudah ada.

    Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal

    menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis

    adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan

    sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah

    pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam

    soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman

    terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal, 4) Pertanyaan Abstrak

    diperluas adalah pertanyaan yang menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis

    yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal.

    Menurut Oktarina (2012) model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk

    diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena menuntut kemampuan peserta didik

    memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan

    beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada

    peserta didik untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural),

    membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level

    relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu

    yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Taksonomi

    SOLO diaplikasi secara menarik dalam memberikan beberapa alternatif jawaban atau

    penyelesaian yang berkaitan.

  • Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan

    kemampuan siswa kelas VIII SMP di tinjau dari Taksonomi SOLO. Oleh karena itu, peneliti

    melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Dalam

    Memecahkan Masalah Pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Taksonomi Solo. Tujuan

    penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan

    masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari taksonomi solo.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Melalui metode ini,

    peneliti menggambarkan dan menganalisis secara detail mengenai pemecahan masalah siswa

    dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dengan perbedaan kemampuan matematika siswa

    yang ditinjau dengan Taksonomi SOLO.

    Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga yang

    sebelumnya telah mempelajari materi Aritmatika Sosial. Cara pengambilan subjek dilakukan

    dengan memberikan lembar tes matematika tentang Aritmatika Sosial kepada semua siswa

    SMP kelas VIII F yang berjumlah 26 siswa. Kemudian dari 26 siswa tadi dipilah kembali

    untuk dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang, dan rendah dimana pengkategorian tersebut

    didasarkan pada hasil UAS dan kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria tinggi (81-

    100), sedang (61-80), dan rendah (

  • yang termasuk dalam kategori tersebut. Dan pada tahap terakhir dari hasil jawaban siswa tadi

    dianalisis untuk dikategorikan berdasarkan level-level pada Taksonomi SOLO.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Setelah dilakukan tes dengan memberikan satu soal uraian yang bertingkat sesuai

    dengan tingkatan pada Taksonomi SOLO dan diambil 3 siswa untuk dijadikan subjek dalam

    penelitian ini, maka dilakukan analisis dan diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 2. Nama Subjek Penelitian INISIAL Kategori Nilai UTS

    AY Tinggi 91

    RN Sedang 74

    EK Rendah 55

    5. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Tinggi

    Subjek AY mengerjakan semua permasalah a sampai d. AY dikatakan sudah paham

    tentang penyelesaian soal cerita pada materi aritmatika sosial, pada saat mengerjakan ia bisa

    dan menuliskan jawabannya sesuai dengan yang ditanyakan di soal. Hal itu terlihat dari hasil

    wawancara penulis dengan AY.

    P : “Ayu, kemarin kamu sudah mengerjakan soal ini kan? Tapi sebelum kita

    membahas soal ini, miss ika mau tanya dulu sama kamu. Kamu paham tidak

    materi aritmatika sosial itu?”

    AY : Yaa paham miss kayak jual beli gitu

    Selain itu, AY dalam mengerjakan soal runtut dan jelas hal itu terlihat dari jawaban

    AY pada saat mengerjakan soal. Selain itu pada saat ditanya AY membaca soal berapa kali,

    dia menjawab “1 kali” dan pada saat ditanya sudah paham, ia menjawab “sudah”.

    e. Level Unistruktural

    Pada permasalahan a, AY diminta untuk menentukan harga beli dalam soal. AY

    menuliskan harga beli per buku yaitu RP3.500,00 kemudian dikalikan dengan 2 karena

    pertanyaan dalam soal menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal itu terlihat dalam jawaban AY

    pada saat mengerjakan dan diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

    Gambar 1. Jawaban Subjek AY pada Level Unistruktural

    P : Lalu yang soal nomor 1a maksutnya bagaimana?(sambil menunjuk soal 1a)

    AY : Menentukan harga beli dua buku tulis miss

    P : Apakah Ayu mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab

    nomor 1a?

    AY : Tau, kan sudah diketahui ini di dalam soal harga beli buku tulis nya

    Rp3.500,00 terus yang ditanya kan harga beli dua buku tulis, jadi kan

    Rp3.500,00 dikali 2.

    f. Level Multistruktural

  • Pada permasalahan b, AY paham maksud dari perintah tersebut. hal itu diperjelas

    dengan hasil wawancara penulis dengan AY.

    Gambar 2. Jawaban Subjek AY pada Level Multistruktural

    P : Oke, sekarang yang 1b maksutnya apa?

    AY : Berapa harga pembelian 5 lusin buku tulis tersebut

    P : Berarti langkah mengerjakannya gimana? AY : 5 lusin diubah dulu to miss , 1 lusin kan 12 kalau 5 lusin kan jadinya 12

    dikali 5 sama dengan 60 buku

    P : Setelah mengetahui jumlah per buku terus gimana ?

    AY : Kan tadi harga pembelian nya per buku Rp3.500,00 laku dikalikan 60 gitu P : Informasi apa yang Ayu dapat dari soal untuk menjawab soal ini?

    AY : emmmmm(sambil berpikir) Harus tau jumlah 5 lusin itu

    berapa terus harga beli per buku Rp3.500,00

    Dari hasil petikan wawancara penulis dengan AY terlihat bahwa AY paham maksud

    dari apa yang ditanyakan pada permasalahan b dan dia juga dapat menjelaskan alasan kenapa

    jawaban dia bisa seperti itu.

    g. Level Relasional

    Pada permasalahan ke-3 (c), AY diminta untuk menentukan besarnya untung atau rugi

    dari soal . AY menuliskan jawabannya dengan runtut dan dia juga dapat menjelaskan hasil

    dari pekerjaannya. Hal itu terlihat dari hasil wawancara penulis terhadap AY.

    Gambar 3. Jawaban Subjek AY pada Level Relasional

    P : Sekarang yang c, kamu carinya gimana? AY : Menentukan untung atau rugi miss P : La ini 210.000 dan 270.000 dapat nya dari mana? (sambil menunjuk

    jawaban subjek)

    AY : 210.000 itu harga beli nya dari jawaban yang b , kalau 270.000 harga jualnya kan di soal sudah diketahui.

    P : Jadi soal c ada kaitannya dengan soal sebelumnya?

    AY : Ada miss, kan harga beli berdasarkan jawaban dari soal yang b tadi.

  • P : “Lalu kenapa Ayu menuliskan Harga jual dikurangi harga beli?”(sambil

    menunjuk jawaban subjek)”

    AY : Kan harga jual nya lebih besar dari harga beli jadinya untung sebesar

    Rp60.000,00

    AY menuliskan hasil akhirnya dari permasalahan soal c dengan menjawab untung

    sebesar Rp60.000,00.

    h. Level Abstrak diperluas

    Pada permasalahan d, AY diminta untuk menentukan keinginan besarnya untung 40%

    sesuai dengan informasi sebelumnya (hasil jawaban permasalahan c) . Kemudian pada saat

    ditanya apakah ada kaitanya permasalahan c dan d, AY menjawab “ada”, dan pada saat

    diminta menjelaskan, AY mau menjelaskan alasannya tersebut. Hal ini diperkuat dengan

    hasil wawancara penulis dengan AY.

    Gambar 4. Jawaban Subjek AY pada Level Abstrak diperluas

    P : Yang soal c dan d, apakah ada kaitannya? AY : Ada, Kalau yang d ditanyakan besarnya untung 40%, terus jawaban c kan

    sudah tau harga jual nya Rp270.000,00 . jadi 40% dikalikan Rp270.000,00

    miss

    P : Berarti berapa hasilnya? AY : Rp108.000,00

    AY dapat menyimpulkan hasil akhir dari pekerjaannya walaupun tidak sesuai dengan

    yang diharapkan.

    6. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Sedang

    Subjek RN mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek RN bisa

    dikatakan sedikit paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :

    P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu paham gak materi aritmatika sosial?

    RN : Ya paham tapi lupa, hehehe

    RN menuliskan jawabannya dengan runtut sesuai dengan maksud dari masing-masing

    permasalahan. Hal itu terlihat dari jawaban RN pada saat mengerjakan soal.

    c. Level Unistruktural

    Pada saat ditanya tentang berapa kali RN membaca soal dia menjawab ”3 kali” dan saat

    penulis bertanya tentang maksud dari permasalahan a, dia menjawab dengan benar dan dia

    paham maksud dari permasalahan a, hal ini di tunjukan dengan wawancara :

  • Gambar 5. Jawaban Subjek RN pada Level Unistruktural

    RN : Maksudnya yang a kan mencari harga 2 buku tulis saja, kalau yang b disuruh mencari harga 5 lusin buku

    P : Apakah Ninda mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab soal ini?

    RN : Tau, harga per buku kan Rp3.500,00 terus ditanya nya kan harga 2 buku tulis jadi ya dikalikan 2 miss

    P : Berarti berapa hasilnya?

    RN : Rp7.000,00

    d. Level Multistruktural

    Pada saat penulis menanyakan kepada RN tentang maksud dari permasalahan kedua,

    RN dapat menjawab dengan lancar dan dapat menuliskan jawabannya sesuai dengan perintah

    yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dan jawaban RN pada saat

    mengerjakan

    Gambar 6. Jawaban Subjek RN pada Level Multistruktural

    P : Kalau yang 1b kamu paham tidak maksudnya? RN : Mencari harga pembelian 5 lusin buku tulis miss P : Langkah kamu mengerjakan bagaimana? RN : 1 lusin itu kan 12 to miss, la ini yang ditanya kan 5 lusin berarti kan 5

    dikalikan dengan 12 sama dengan 60 terus dikalikan Rp3,500,00 hasilnya

    Rp210.000,00

    P : Informasi apa yang Ninda dapatkan untuk dapat menyelesaikan soal ini?

    RN : Mengubah 1 lusin dulu terus dikali 5

    Dari wawancara tersebut terlihat bahwa RN paham maksud dari soal yang diberikan dan dia

    mampu menerapkan informasi sebelumnya untuk menyelesaikan permasalah b.

    e. Level Relasional

    Pada permasalahan c, RN diminta untuk mencari besarnya untung atau rugi dari soal.

    RN menggunakan cara lain untuk menentukan untung atau rugi. Dalam membaca soal RN

    terlihat tidak paham apa maksudnya dan terlihat bingung. Selain itu, dia juga masih belum

    yakin dengan apa yang ia tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan RN.

  • Gambar 7 : Jawaban Subjek RN pada Level Relasional

    P : Oke, yang c ini maksutnya bagaimana?

    RN : Emmm (sambil berpikir) mencari harga jual dulu ya miss?

    P : Gimana caranya? Kok ini bisa menuliskan 270.000 dibagi 60 kenapa ?

    (sambil menunjuk jawaban dari subjek)

    RN : Kan harga jual nya 270.000 terus dibagi 60 kan beli nya tadi 5 lusin

    hasilnya ketemu 4.200 miss

    P : Ada tidak kaitannya soal yang c dengan soal yang sebelumnya?

    RN : Ada, kan sudah diketahui tadi harga jual Rp270.000,00 terus saya bagi 60

    karena belinya 6 lusin

    P : Terus untung atau rugi? Berapa besarnya?

    RN : Ya untung miss, kan harga jual nya lebih besar dari harga belinya. Jadi 4200

    dikurangi dengan 3500 kan jadi untung nya sebesar Rp700,00

    f. Level Abstrak diperluas

    Pada permasalahan d, RN diminta untuk mencari keinginan besarnya untung 40%. Dia

    menuliskan jawabannya dan kurang teliti dalam menghitung dan menyebabkan jawabannya

    tidak sesuai dengan yang diharapkan. RN juga tidak yakin dengan jawabannya karena dia

    tidak bisa mengerjakan permasalahan sebelumnya (c) Hal itu dibuktikan dengan wawancara

    terhadap RN.

    Gambar 8. Jawaban Subjek RN pada Level Abstrak diperluas

    P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya

    gimana?

    RN : (sambil berpikir dan senyum-senyum) sebentar miss saya agak lupa P : Terus seinget kamu carinya gimana? RN : Carinya, 40% dikalikan 270.000 karena sudah diketahui di soalnya tadi kan

    270.000 to, terus dicoret-coret gini miss(sambil menunjuk jawabannya sendiri)

    P : Lalu besarnya keuntungan yang diinginkan Dina berapa? RN : Ini miss, jadi Dina ingin untung Rp18.000,00 P : Kamu yakin tidak dengan jawaban ini?

  • RN : Enggak yakin karena cari yang c kayaknya salah dehh miss P : Ada cara yang lain gak kira-kira? RN : Gak ada miss

    RN kurang teliti dalam membaca soal sehingga menyebabkan dia salah dalam

    memahami soal dan kurang tepat dalam menuliskan hasil akhirnya.

    7. Analisis Kemampuan Siswa Kategori Rendah

    Subjek EK mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek EK masih

    dikatakan belum paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :

    P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu paham gak materi aritmatika sosial?

    EK : Ya paham tapi lupa, hehehe

    EK menuliskan jawabannya dengan runtut namun EK masih bingung dan kurang

    paham maksud dari masing-masing permasalahan soal. Hal itu terlihat dari jawaban EK pada

    saat mengerjakan soal. Selain itu saat ditanya EK membaca soal berapa kali, dia menjawab

    “lebih dari 5 kali”.

    e. Level Unistruktural

    Pada permasalahan a, EK diminta untuk menentukan harga pembelian 2 buku tulis,

    namun EK tidak mengetahui informasi langsung dari soal untuk menentukan jawaban akhir,

    sehingga dalam menuliskan jawaban EK belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu

    diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK

    Gambar 9. Jawaban Subjek EK pada Level Unistruktural

    P : Langkah-langkah untuk mengerjakan soal ini bagaimana?

    EK : Kan 1 lusin sama dengan 12 terus dikali 5 sama dengan 60. Terus Rp3.500,00 dikali 60 sama dengan Rp210.000,00 dikurangkan dengan Rp270.000,00 jadi

    ketemu 60.000,00 terus dibagi 60 jadinya Rp1000,00

    P : Jadi Rp1000,00 itu harga beli per buku? EK : Bukan miss, kan tadi yang pertama Rp3.500,00 ditambah dengan Rp1000,00

    sama dengan Rp4500,00, jadi harga satu buku tulis itu Rp4500,00. Kalau 2

    buku jadi Rp4500 dikali 2 sama dengan Rp9.000,00

    f. Level Multistruktural

    Pada permasalahan b, EK diminta untuk menentukan harga beli buku tulis seluruhnya.

    EK menuliskan harga perbuku Rp4500,00 dikalikan dengan 60 sama dengan Rp270.000,00

    kemudian EK menuliskan lagi Rp4500,00 dikalikan dengan 12 sama dengan Rp54.000,00

    dan kemudian dijumlahkan. Tetapi pada saat ditanya maksud dari permasalahan b, dia

  • menjawab masih ragu dengan hasil jawabannya. Kemudian pada saat ditanya lagi mengenai

    hasil yang dia tulis pada lembar penyelesaiannya (Rp324.000,00), dia menjawab kalau itu

    harga pembelian 5 lusin buku tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan

    EK.

    Gambar 10. Jawaban Subjek EK pada Level Multistruktural

    P : Soal 1b maksutnya gimana? EK : Menentukan harga pembelian 5 lusin buku tulis P : Lalu langkah-langkah mengerjakannya bagaimana? EK : 1 lusin kan 12 terus dikali 5 sama dengan 60 dikali dengan harga beli

    Rp4500,00 jadi ketemu Rp270.000,00.

    P : Soal b ini Eka paham tidak maksudmya bagaimana? EK : Saya lupa miss P : Coba diingat-ingat lagi bagaimana penyelesaiannya. EK : 1 lusin sama dengan 12 dikali Rp4500,00 sama dengan Rp54.000,00 terus

    ditambahkan Rp270.000,00 jadi ketemunya harga beli 5 lusin itu

    Rp324.000,00

    P : Informasi apa yang Eka peroleh untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini?

    EK : Mengubah 1 lusin sama dengan 12 dulu terus dikali 5.

    g. Level Relasional

    Pada permasalahan c, EK diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa

    besarnya. EK mengerjakan dengan menuliskan dahulu harga beli dan harga jual kemudian

    dikurangkan sehingga mengetahui besarnya kerugian, hal ini diperkuat dengan hasil

    wawancara penulis dengan EK.

    P : Kalau yang c perintah soalnya bagaimana? FE : Menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya P : Caranya gimana? FE : Jadi harga beli nya Rp 324.000,00 dan ini harga jual nya Rp270.000,00 jadi

    rugi ini miss

    P : Kenapa bisa menyimpulkan kalau itu rugi? FE : Ya karena harga belinya lebih besar terus harga jual nya sedikit jadikan

    mengalami rugi

    P : Terus besarnya kerugian yang dialami berapa? FE : Rp324.000,00 dikurangi Rp270.000,00 hasilnya Rp54.000,00 P : Apakah ada kaitannya dengan soal a dan b tadi? FE : Ada (sambil berpikir) sudah tau harganya dijawaban b Rp270.000,00

  • Gambar 11. Jawaban Subjek EK pada Level Relasional

    Pada saat mengerjakan, EK tidak begitu yakin dalam menjawab, namun EK bisa

    menjelaskan mengapa jawaban nya bisa seperti itu. Hal itu diperkuat dengan hasil jawaban

    FE pada saat mengerjakan.

    h. Level Abstrak diperluas

    Gambar 12. Jawaban Subjek EK pada Level Abstrak diperluas

    Pada permasalahan d, EK diminta untuk menentukan besarnya keinginan untung sekian

    persen dan permasalahan ini masih ada kaitannya dengan permasalahan sebelumnya tetapi

    pada saat ditanya apakah ada hubungannya soal c dan d, EK menjawab “ada” dan pada saat

    dikonfirmasi ulang, EK menjawab “tidak yakin”. EK masih sering ragu-ragu dalam

    menjawab dan tidak percaya diri dengan jawaban yang dia tuliskan. Hal itu diperkuat dengan

    hasil wawancara penulis dengan EK.

    P : Sekarang coba liat soal c dan d, apakah ada kaitannya? EK : Ada P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya

    gimana

    EK : (sambil berpikir) kayaknya ini salah P : Kenapa bisa bilang ini salah? Coba di ingat-ingat kembali caranya

    bagaimana?

    EK : Caranya 270.000 dikali 40 terus dibagi 100 kan bisa dicoret-coret miss tingal 2700 dikali 40 sama dengan Rp108.000,00

    P : Sudah yakin dengan jawaban ini?

    EK : Kayaknya salah ini miss (ragu-ragu dalam menjawab)

    8. Analisis Jawaban Siswa Menggunakan Taksonomi SOLO

    4.1 Siswa Kategori Tinggi

  • Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek AY dapat menuliskan semua

    jawaban yang ditanyakan dalam soal. AY dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural

    karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level

    Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara AY mengaku ada bagian yang

    lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini AY dapat menuliskan jawaban dengan benar. Hal itu

    dibuktikan dengan jawaban AY pada saat mengerjakan permasalahan a. AY menuliskan

    jawabannya sesuai dengan konteks soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini

    berarti AY dapat memenuhi indikator tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah

    informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaiannya.

    Pada permasalahan b (Level Multistruktural), AY diminta untuk menentukan harga

    keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan AY dapat menuliskan hasil jawabannya

    dengan tepat dan pada saat wawancara AY juga dapat menjelaskan jawabannya dengan baik.

    Sehingga dapat dikatakan AY mencapai tingkat multistruktural karena dapat memenuhi

    indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat menggunakan lebih dari

    satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara dia menghitung jumlah

    semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.

    Pada permasalahan c (Level Relasional), AY diminta untuk menentukan untung atau

    rugi dan berapa besarnya dan terbukti AY dapat menentukan keuntungan dan menghitung

    besarnya untung tersebut dan AY dapat menjelaskan cara yang dia pakai dan hal ini

    diperjelas dengan wawancara terhadap AY, sehingga AY dapat menentukan besarnya untung

    atau rugi. Dapat dikatakan AY dapat memenuhi indikator relasional yaitu dapat

    menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat menarik

    suatu kesimpulan yang relevan. Hal itu terlihat karena dia dapat menghubungkan informasi

    awal yang berupa banyaknya jumlah buku per lusin dan harga pembelian semua buku tulis

    untuk menentukan jawaban pada permasalahan c yaitu menentukan untung atau rugi dan

    menghitung besarnya untung atau rugi. .

    Pada permasalahan d (Level Abstrak di Perluas), AY diminta untuk menghitung

    besarnya keuntungan yang diketahui dalam soal dan AY tidak dapat menentukan besarnya

    keuntungan yang diinginkan karena dia salah dalam perhitungan dan kurang memahami

    maksut dari soal. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan bahwa AY tidak dapat memenuhi

    indikator abstrak di perluas karena subjek tidak dapat menghubungkan konsep diluar itu

    sehingga tidak didapat suatu kesimpulan yang tepat.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika tinggi (AY)

    dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai

    Level unistruktural sampai level relasional.

    4.2 Siswa Kategori Sedang

    Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek RN dapat menuliskan semua

    jawaban yang ditanyakan dalam soal. RN dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural

    karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level

    Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara RN mengaku ada bagian yang

    lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini RN dapat menuliskan jawaban dan mampu

    menjelaskan mengapa jawabannya bisa seperti itu. Hal itu dibuktikan dengan jawaban RN

    pada saat mengerjakan permasalahan a. RN menuliskan jawabannya sesuai dengan konteks

  • soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini berarti RN dapat memenuhi indikator

    tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal

    untuk mendapatkan penyelesaiannya.

    Pada permasalahan b (Level Multistruktural), RN diminta untuk menentukan harga

    keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan RN dapat menuliskan hasil jawabannya

    dengan tepat. Sehingga dapat dikatakan RN mampu mencapai tingkat multistruktural karena

    dapat memenuhi indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat

    menggunakan lebih dari satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara

    dia menghitung jumlah semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.

    Pada permasalahan c (Level Relasional), RN diminta untuk menentukan untung atau

    rugi dan berapa besarnya namun pada saat wawancara dengan RN dia merasa tidak yakin

    dengan jawabannya dan dia juga bisa menjelaskan mengapa menuliskan jawaban seperti itu.

    RN belum mampu menghubungkan pada permasalahan soal sebelumnya dan kurang tepat

    menuliskan kesimpulan. Dapat dikatakan RN belum mampu memenuhi indikator relasional

    yaitu dapat menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat

    menarik suatu kesimpulan yang relevan.

    Pada permasalahan d (Level Abstrak Diperluas), RN kurang teliti dalam membaca soal

    dan perintah permasalahan d, dimana RN diminta untuk menentukan besarnya keuntungan

    yang diinginkan namun RN masih kurang teliti dan kurang cermat dalam perhitungan,

    sehingga jawaban RN tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan RN belum

    mampu memenuhi indikator tingkat abstrak di perluas

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika sedang (RN)

    dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai

    Level unistruktural sampai level multistruktural.

    4.3 Siswa Kategori Rendah

    Pada permasalahan a (Level Unistruktural), EK diminta untuk menentukan harga beli 2

    buku tulis. EK menuliskan jawabannya namun dia tidak menggunakan informasi langsung

    dari soal untuk meperoleh jawaban akhir, sehingga menyebabkan jawabannya EK tidak

    sesuai yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat

    unistruktural yaitu menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk

    mendapatkan penyelesaian.

    Pada permasalahan b (Level Multistruktural), EK diminta menentukan harga

    keseluruhan buku tulis. EK tidak dapat menggunakan dua informasi dari soal sehingga

    jawaban yang dia tuliskan menjadi kurang tepat. Dapat dikatakan EK belum mampu

    memenuhi indikator soal tingkat multistruktural karena belum mampu menggunakan

    informasi dalam soal untuk dapat memecahkan masalah.

    Pada permasalahan c (Level Relasional), EK diminta menentukan harga keseluruhan

    buku tulis. EK menuliskan jawabannya harga beli dan harga jual kemudian menarik

    kesimpulan. EK dapat berpikir dengan menggunakan dua penggal informasi atau lebih dari

    soal yang diberikan tetapi tidak dapat menghubungkan informasi-informasi tersebut karena

    tidak menghitung harga beli dengan benar. Sehingga, kesimpulan yang EK tuliskan belum

    sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal

  • tingkat relasional karena belum mampu menghubungkan informasi-informasi dan kesimpulan

    tidak relevan.

    Pada permasalahan d (Level Abstrak diperluas), EK diminta untuk menghitung

    besarnya keuntungan sekian persen. EK tidak dapat menghubungkan informasi-informasi dari

    soal dengan benar karena tidak menghitung dulu harga pembelian tetapi langsung dikalikan

    dengan harga penjualan, sehingga jawaban yang EK tuliskan belum sesuai dengan yang

    diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat abstrak

    diperluas karena belum mampu berpikir secara konseptual.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika rendah (EK)

    dalam memecahkan masalah aritmatika sosial berdasarkan taksomomi solo tidak ada yang

    sesuai dengan indikator soal pada taksonomi solo sehingga subjek hanya berada pada level

    prastruktural karena jawaban subjek tidak sesuai dengan yang diharapkan.

    PENUTUP

    Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti mengenai

    kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah di kelas VIII SMP ditinjau dari

    taksonomi SOLO, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

    4. Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi

    Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa

    berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada

    saat mengerjakan siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural, level

    multistruktural, dan level relasional, maka dapat disimpulkan bahwa siswa

    berkemampuan matematika tinggi mampu mengerjakan sampai dengan level relasional.

    5. Siswa Berkemampuan Matematika Sedang

    Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan

    matematika sedang dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan

    siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural dan level multistruktural, maka

    dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang hanya mampu

    mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja.

    6. Siswa Berkemampuan Matematika Rendah

    Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan

    matematika rendah dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan

    siswa tidak sesuai dengan indikator soal pada level Taksonomi SOLO sehingga

    menyebabkan jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat disimpulkan

    bahwa siswa berkemampuan matematika rendah berada pada level prastruktural.

    SARAN

    Berdasarkan penelitian mengenai deskripsi kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam

    memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO, maka

    didapatkan beberapa saran sebagai berikut:

  • 4. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan jika ada satu atau lebih subjek yang belum

    memenuhi tingkatan level berdasarkan Taksonomi SOLO agar bertanya kepada subjek

    tersebut agar benar-benar dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika

    siswa.

    5. Kepada guru, disarankan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika

    siswa dengan memperbanyak latihan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang

    berhubungan dengan soal uraian sehingga bisa meningkatkan kemampuan pemecahan

    masalah matematika siswa.

    6. Kriteria pertanyaan dalam tes pemecahan masalah lebih runtut sesuai dengan tingkat

    pertanyaan berdasarkan taksonomi SOLO yaitu unistruktural, multistruktural, relasional,

    dan abstrak yang diperluas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: RINEKA CIPTA

    Biggs J. And Collis, K.F. 1982. Evaluating the Quality of Learning. The SOLO Taxonomy.

    New York:Academic Press.

    Biggs, J. 2011. Biggs’Structure of The Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy.

    http://ebookbrowse.com/biggs-solo-pdf-d2294438393 diakses pada tanggal 20 Agustus

    2016 pukul 10.00 WIB

    Depdiknas.2006. Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia tentang standar

    isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

    (Permen No.22 tahun 2006). Jakarta : Depdiknas

    Fitra Rizki, dkk. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan

    Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 7

    Jember. 1(1). 2015: Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-7

    Hasanah, 2009 :Taksonomi SOLO, tersedia dalam

    https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/ diakses Rabu, 26 Oktober

    2016 Pukul 10.30 WIB

    Hattie, J.A.C., & Brown, G.T.L. (2004) : Cognitive processes in asTTle: The SOLO

    taxonomy. asTTle Technical Report, University of Auckland/Ministry of Education.

    Miles, Matthew B.& A. Michael Huberman, (2009) Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI-

    Press

    NCTM.2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston. VA:

    National Council of Teachers of Mathematics

    Oktarina Puspita Wardani. (2012). Pengembangan Perangkat Evaluasi Berdasarkan

    Taksonomi The Structure Of Observed Learning Outcome (SOLO) Pada Mata

    Pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Membaca Peserta Didik Kelas X SMA. 1(2),

    2012: Universitas Negeri Semarang.

    Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

    Sugiyono. (2012) : Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Ketujuh). Bandung : Alfabeta.

    Suherman, Erman. (2008) : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :

    JICA.UPI

    Suparno, Paul. (2001) : Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius: Yogyakarta.

    http://ebookbrowse.com/biggs-solo-pdf-d2294438393https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/

  • Winarti, Titi W. 2011. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII

    Berdasarkan Taksonomi SOLO Dilihat Dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan

    Perbedaan Gender. 2011 : Surabaya