Upload
others
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI PENGHUNI ASRAMA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana PsikologiProgram Studi Psikologi
Disusun oleh :
Anastasia Ika Septiana
NIM : 999114013
NIRM : 990051121705120012
Program Studi Psikologi
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
JOGJAKARTA
2007
ii
iii
Seorang ksatria cahaya tahu bahwa dia memiliki banyak hal yang
patut disyukuri.
Dalam perjuangannya dia dibantu oleh para malaikat, kekuatan
alam raya menempatkan setiap benda sesuai dengan tempatnya,
sehingga memberi jalan pada sang ksatria untuk menyumbangkan
kemampuan terbaiknya.
Sahabat – sahabatnya berkata,” Dia sangat beruntung!”. Dan
sang ksatria kadang – kadang mampu merengkuh segala hal di luar
kemampuan tindakannya.
Itulah sebabnya mengapa pada waktu matahari terbenam dia
bersimpuh dan menghaturkan rasa syukur atas zirah pelindung yang
melingkupinya.
Namun ketertarikannya tidak terbatas pada dunia spiritual
semata; dia tidak pernah melupakan sahabat – sahabatnya, selama
darah mereka bercampur bersama dalam dirinya di medan
pertempuran.
Seorang ksatria tidak perlu diingatkan tentang bantuan yang
diberikan oleh orang lain padanya; dialah orang pertama yang ingat
dan ia tentu membagi – bagikan ganjaran yang diterima pada
mereka………..
(The Warrior of The Light – Paulo Coelho)
Untuk yang terkasih
Bapa di surga
Orang tuaku P. Slamet Santosa – Yustina Suripti
Kedua adikku Christina Dwi Susanti – Agustine Tri Putri
Diriku sendiri
Akhirnya aku menang !!!!!!!!!
iv
v
ABSTRAK
Deskripsi Penyesuaian Diri Penghuni Asrama
Anastasia Ika Septiana999114013
Universitas Sanata DharmaJogjakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penyesuaiandiri di asrama. Asrama yang digunakan dalam penelitian ini adalah AsramaMahasiswa Syantikara. Latar belakangnya yaitu karena penghuni AsramaSyantikara semuanya mahasiswi yang berbeda asal, latar belakang, agama, danperguruan tinggi. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengetahui bagaimanapara mahasiswi tersebut menyesuaikan diri dengan kehidupan dan peraturan yangada.
Subyek penelitian kali ini adalah seluruh penghuni Asrama Syantikarayang berjumlah 102 orang. Alat ukur yang digunakan yakni skala yang dibuatsendiri oleh peneliti. Uji realibilitas menggunakan SPSS 13.0 dengan koefisienAlpha Cornbach sebesar 0,937. Item yang gugur sebanyak 37 dari keseluruhan 88item, sehingga item yang layak pakai sebanyak 51 butir.
Hasil analisis data mengungkapkan bahwa secara umum tingkatpenyesuaian diri pada penghuni Asrama Syantikara tinggi, dengan perincian 100orang subyek termasuk kategori tinggi dan 2 orang lainnya termasuk kategorisedang.
vi
ABSTRACT
The Description of Self Adjustment of Dormitory Occupant
Anastasia Ika Septiana999114013
Sanata Dharma UniversityJogjakarta
This research aimed to describe how the self adjustment at dormitory. Thedormitory which was used as a subject was Syantikara, which all the occupantsare girls. The reason was that the occupants of Syantikara have different socialbackground and religion, and also they study in different colleges. That was whythe writer was interested to understand how the occupants adapt to the existenceof the dormitory.
The subjects were all the occupants of Syantikara, which consists of 102students. Realibility test used SPSS 13.0 which coefficient of Alpha Cornbachwas 0,937. The number of failed items were 37 of 88 items, so that the number ofvalid items were 51 items.
The result stated that generally the self adjustment was high, which thedetail was that 100 students in high level and the rest in the middle level.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Bapa di surga atas berkat-Mu yang melimpah, untuk selalu
ada dan selalu memberikan apa yang ku butuhkan. Akhirnya saya dapat
melesaikan skripsi dengan judul “Deskripsi Penyesuaian Diri Penghuni Asrama”.
Banyak pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini baik disadari atau
tidak, yang mungkin tidak bisa saya sebutkan semuanya….. Terima kasih untuk
Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan izin penelitian, Ibu Sylvia
C.M.Y.M.,S.Psi.,M.Si., selaku Kaprodi dan dosen pembimbing (Ibu, makasih
untuk semuanya.. ketelitian, masukan dan saran, serta sharring-nya yang
menguatkan saya.…), Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., selaku dosen
pembimbing akademik (makasih ya Bu atas pengertian dan. dorongannya.), dan
seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,
mbak Naniek, mas Gandung, pak Gi, mas Muji, dan mas Doni (hehehe…
maaf ya mas atas segala kehebohan yang ditimbulkan dan makasih atas
bantuannya).
Terima kasih juga untuk Suster Benedicte CB dan segenap penghuni
Asrama Mahasiswi Syantikara yang telah bersedia memberikan izin dan
bantuan penelitian kepada saya. Kebersamaan Anda semua sungguh
mengagumkan…. Mungkin sekarang Anda belum merasakannya, tapi saya
sebagai “orang luar” telah menyaksikan sendiri kebaikan dari “masyarakat kecil”
kalian.. Khusus untuk warga Kopel XI ( Mika – makasih komputernya ya.. Jalan
– jalan lagi yux…. , Selly – buat ide cemerlangnya, hehe…. , Ani, Yaya,
Shanti, Wulan) makasih ya buat penerimaan kalian, baik sukarela ataupun
terpaksa menjadi great escape- ku di saat – saat tertentu…
Bagi kedua orang tua-ku P.Slamet Santosa (Be, makasih atas penerimaan,
kesabaran dan kebebasan yang tiada berbatas…), Yustina Suripti (makasih ya Mi
untuk doa dan dorongan yang ga pernah putus). Tuhan memang maha baik dan
maha tahu, sungguh beruntung aku menjadi anak kalian…. Untuk adik – adikku
viii
yang sangat pengertian dan sangat sabar menghadapi kakaknya ini, D Wik
(akhirnya aku bisa nyusul kamu!!) dan D Put (ayo nyusul aku ya!!!). Makasih ya
untuk semua doa dan harapan yang ga pernah hilang dari kalian terhadapku, juga
atas segala bantuan dan kekuatan yang aku dapat dari kalian.. Makasih juga untuk
keluarga Om Diyo & Bulik Tien (mb Rita, mas Yudi, si centil Kanaya – mb
Tuti, mas Jefri, si unyil Kimora – Dion, Nova, si Nduti Marvell), Om Is &
Bulik Mamiek (adik-adikku Reni, Tata, Villa), Om Tatheng & Tt. Andar
(Garry & Titan), (tante) Nining, kel. Bulik Susilah (rumah pertamaku di
Jogja)& keluarga besar Eyang Sarosa untuk semua pertanyaan dan dukungan
yang sudah diberikan. Untuk alm. Eyang2 & mbah2 – ku, maaf…. Baru sekarang
bisa kuwujudkan.
Tidak lupa untuk Rini sahabatku (15 tahun yang panjang!) & kel. Om
Wahyuno yang menjadi tempat pelarianku selama 5 minggu (makasih untuk
semuanya dan maaf sudah merepotkan..). Teman – teman masa kecil yang ga
pernah berhenti kasih semangat : Bayu, Lydia, Terrik, Helen, Roy & Jusak.
Teman – temanku SMU: Lala (makasih u/ Nanda),Kunti, Josephine, Tina,
Ayoe, & Bintara yang selalu tanya kapan lulusnya…
Rani (tanpa kamu aku ga mungkin bisa jadi begini. Makasih untuk setiap
detik kebersamaan kita..banyak banget hal2 yang kudapat dari kamu) & kel.
Zaluchu (Tante, mb Fatti-mas Han, Dita, Willy) yang selalu menerimaku
dengan tangan terbuka. Makasih juga untuk Ninuk (kamu membuktikan bahwa
sahabat sejati itu masih ada!), Dhayana (hehe.. aku berubah ya..), Lisa, Andy,
Yuli, Robert, akhirnya aku nyusul kalian !!!
Kel besar TPA-TK Grha Asih Anak yang menjadi keluargaku; Ibu
Yustina (makasih atas pengertian dan doanya), Ibu Ninik, Ibu Sriyanto, Ibu
Tri, Ibu Purwanti, Mb. Dina (u/ sms & kabar2 up to date-nya), Mb. Erni, Mb.
Maria (u/ dukungannya), & Mb. Karni. Sungguh beruntung bisa ikut berproses
bersama kalian. Juga untuk malaikat – malaikat kecil yang mengajariku untuk
lebih sabar & menjadi dewasa; Amara, Juan, Ian-Ano, Abed, Aldo, Esa, Argya,
Amanda, Evelyn, Matthew, Anind (makasih u/ Ibu Ch.Sri Windyaningsih &
mb Erna di sekrt PR II), Riri, Dita, Josean, Jati, Fanny, dll.
ix
Fausta, mb. Min – mas Nanto, Anggi, Febri, Ricky, Ian – Nike, Budi,
Doni, mas Saptono-mb Anik-Aletha, Cinuk, Robet, & teman2 lain, makasih
atas kebersamaan di PIA Kota Baru. Maafkan aku yang galak ini . Juga teman-
teman lain; Andi, Elang, Pt, Hayu, Yofi, Seva, Dina, dan barisan “pria berjubah”
yang ga pernah putus “meledek” supaya aku bersemangat ; Br. Bambang (duluan
siapa ni?), Rm. Andalas (best teacher), Rm. Gandhi, Rm. AriNdut, & Rm.
Setyawan (si Om), jangan pernah melepaskan Imamat kalian ya.. Hwa……….
Aku kangen dengan masa-masa dulu………
Untuk teman – teman kost; Rintul (makasih buat komputernya…), mb.
Vit (makasih u/ kerokannya ), Ucique, Ida (kamu baik banget ya…mau bikinin
power point & menguatkanku di saat aku rapuh), Anggun, Rena, my roommate
Anast, & Ibu Lilik (makasih ya Bu u/ menjadi Ibu, sahabat, teman diskusi, &
curhat yang sip!!!).
Krisna, makasih buat abstract-nya ya. Lulus tes pertama wis……
Keluarga Panjaitan (Daddy Erwin, Mami Jean, Cherry, Chacha, Clara,
& Craig. Makasih atas doa dan keceriaan yang selalu ada. Makasih udah nerima
aku di tengah keluarga kalian yang menyenangkan.
The last but not least, teman – teman seperjuangan; Dian & Tessa
(duh…sungguh beruntung aku bisa kenal kalian di saat – saat terakhirku. Makasih
ya…), Denny, Vincent, Lina, Della, Tony, Puti, Trini, Adi, Melly, Asih, dll,
makasih atas kebersamaan kita. Pfiuuhhh……………Akhirnya bisa juga
ya………… Kapan ni rame – rame bisa liburan di Jogja?
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu saya terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Semoga dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
ABSTRACT............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Penyesuaian Diri ...............................................................................
1. Pengertian Penyesuaian Diri ......................................................... 7
2. Proses Penyesuaian Diri................................................................ 9
xi
3. Macam – Macam Penyesuaian Diri ............................................. 12
4. Faktor – Faktor Penyesuaian Diri ................................................ 13
5. Penyesuaian Diri dan Aspek - Aspeknya ..................................... 14
B. Mahasiswa.........................................................................................
1. Batasan Usia.................................................................................. 18
2. Tugas Perkembangan Remaja ....................................................... 19
C. Kehidupan dan Peraturan Asrama Syantikara................................... 21
D. Dinamika Psikologis ......................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 30
B. Subyek Penelitian.............................................................................. 31
C. Variabel Penelitian ............................................................................ 32
D. Definisi Operasional.......................................................................... 32
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 34
F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas,...........................................
1. Validitas ........................................................................................ 36
2. Seleksi Item................................................................................... 37
3. Reliabilitas .................................................................................... 39
G. Analisis Data ...................................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah
1. Sejarah Syantikara......................................................................... 41
2. Penghuni Syantikara ..................................................................... 41
xii
3. Perguruan Tinggi........................................................................... 45
4. Agama ........................................................................................... 45
5. Asal Daerah................................................................................... 45
B. Pembahasan
1. Penelitian........................................................................................ 46
2. Hasil Penelitian
a. Uji Normalitas ............................................................................ 47
b. Deskripsi Data Penelitian........................................................... 47
c. Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri ....................................... 49
d. Grafik Penyesuaian Diri............................................................. 50
e. Kategori Penyesuian Diri ........................................................... 50
e.1. Aspek Kontrol Emosi .............................................................. 52
e.2.Aspek Belajar Dari Pengalaman............................................... 52
e.3.Aspek Berorientasi Pada Tugas................................................ 53
e.4.Aspek Interaksi Sosial .............................................................. 54
3. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 61
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 61
C. Saran ................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63
LAMPIRAN ........................................................................................... 66
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Blue Print Skala Penyesuaian Diri......................................... 32
Tabel 2 Kisi- kisi Skala Penyesuaian Diri........................................... 33
Tabel 3 Distribusi Item Setelah Digugurkan....................................... 36
Tabel 4 Distribusi Item Yang Baru .................................................... 36
Tabel 5 Norma Kategori Jenjang ........................................................
Tabel 6 Deskripsi Data Penelitian....................................................... 44
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Skor Penyesuaian Diri .......................... 46
Tabel 8 Kategorisasi............................................................................ 48
Tabel 9 Hasil Penelitian ..................................................................... 48
Tabel 10 Kategorisasi Aspek 1 ............................................................. 49
Tabel 11 Kategorisasi Aspek 2 ............................................................. 50
Tabel 12 Kategorisasi Aspek 3……………………………………… 51
Tabel 13 Kategorisasi Aspek 4…………………………………….... 52
Tabel 14 Kategorisasi Persentase Per Aspek……………………….. 52
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Gambar 1 Grafik Frekuensi Penyesuaian Diri .................................... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Skala Penelitian .............................................................. 66
Lampiran B Data Penelitian................................................................ 67
Lampiran C Seleksi Item ..................................................................... 68
Lampiran D Uji Reliabilitas ................................................................ 69
Lampiran E Hasil Penelitian ............................................................... 70
Lampiran F Surat Keterangan Penelitian………………………...… 71
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Itulah salah satu filosofi
orang Minang (Minangkabau, Sumatra Barat). Mereka percaya bahwa sukses
diraih bila mereka menjunjung tinggi adab, kebiasaan, kebudayaan masyarakat di
mana mereka tinggal. Suku Minang adalah contoh orang yang paling sukses
ketika hidup merantau. Jarang ada cerita konflik etnis Minang dengan etnis lain di
perantauan. Kita pun akan sukses bergaul dengan orang – orang baru, bila kita
menjunjung tinggi adat, kebiasaan, dan kebudayaannya (Nashori, 2007).
Dalam hidup ini, kita tidak lepas dari keharusan untuk bergaul dengan
orang – orang baru. Saat kita meninggalkan daerah asal, mau tak mau kita harus
berkenalan dan hidup berada di antara orang – orang baru, bahkan mereka
menjadi mitra kita.
Perpindahan ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa yang akan
bekerja, tetapi juga para pelajar dan mahasiswa. Demi meraih cita – citanya
mereka rela menuntut ilmu sampai ke tempat yang belum pernah mereka datangi
sekalipun. Untuk itu mereka harus mandiri, meninggalkan keluarga dan
lingkungan yang mereka cintai. Tentunya akan banyak perubahan dalam
kehidupan yang mereka alami. Dari yang terbiasa dengan hidup nyaman bersama
orang tua, tiba – tiba kini mereka harus hidup mandiri, mengurusi segala
sesuatunya sendiri, mulai dari kebutuhan primer seperti makan, tidur, pakaian,
1
serta bersosialisasi, dan terutama masalah studi; kapan saat belajar, bagaimana
cara belajar yang tepat, dan lain – lain. Kemudian mereka akan tinggal di
lingkungan yang baru. Ada yang tinggal di tempat saudara, kost – kost –an, dan
beberapa tinggal di asrama.
Banyak hal yang membedakan kost, apartemen, dan asrama. Bagi mereka
yang tinggal di kost atau apartemen segala sesuatunya lebih bebas jika
dibandingkan dengan mereka yang tinggal di asrama (walaupun bukan berarti kost
atau apartemen tidak mempunyai aturan sama sekali). Di kost, bapak / ibu kost
biasanya tidak terlalu bertanggung jawab terhadap kehidupan anak kostnya.
Aturan – aturan bersama yang ditetapkan tidak terlalu mengikat para penghuni
kost, ssehingga rumah kost lebih berfungsi sebagai tempat pengembangan privasi.
Demikian juga halnya dengan apartemen. Bangunan apartemen dirancang untuk
memungkinkan setiap orang yang tinggal di dalamnya lebih bebas untuk
mengembangkan individualitasnya. Tidak adanya pengawasan dari pengelola
dalam hidup sehari – hari membuat setiap penghuni bebas melakukan apapun
yang diinginkan. Bahkan terkadang mereka tidak saling mengenal, apalagi untuk
melakukan kegiatan bersama.
Di asrama semua warga asrama terikat oleh peraturan ketat. Peraturan ini
antara lain memuat hal – hal tentang jam tertentu yang telah diatur, izin yang
diberikan, kebiasaan dan larangan – larangan yang berlaku keras bagi seluruh
warga asrama tanpa terkecuali. Selain itu ada pula pengawasan ketat dari ibu atau
bapak asrama yang amat berperan dalam kehidupan berasrama. Kemudian yang
tidak ketinggalan adalah tanggung jawab untuk mengurus rumah bersama,
2
kepekaan sosial yang terus dilatih dengan hidup berasrama dan berinteraksi
dengan orang lain dalam satu atap. Inilah yang membuat penghuni asrama hidup
tidak sebebas mereka yang tinggal di kost atau apartemen. Hal – hal tersebut
membuat peran asrama kurang populer di mata mahasiswa.
Asrama jika dilihat dari fungsinya memang pada dasarnya sama dengan
kost, yaitu sebagai tempat tinggal para mahasiswa yang merantau ke tempat yang
jauh dari rumah untuk mencari ilmu dalam dunia universitas. Namun yang
membedakannya dengan kost adalah harapan dan peran asrama yang ditujukan
untuk perkembangan anggota asrama. Bukan hanya berkembangnya kedewasaan
intelektual para anggota tetapi juga mengejar target kedewasaan pribadi.
Kehidupan sebuah asrama tidak dapat dilepaskan dari dunia pendidikan,
dalam hal ini kampus, tempat di mana mereka (para mahasiswa) menggali
kemampuan intelektualnya. Berdirinya sebuah asrama diharapkan mampu
menumbuhkan kedewasaan pribadi dan perkembangan intelektual mahasiswa
secara bersama – sama dan tidak berjalan sendiri – sendiri.
Mahasiswa, akan menjadi pendukung dan aktor dalam pembangunan jika
mereka mempunyai kemampuan yang potensial. Kemampuan potensial tidak
hanya tercermin dalam prestasi akademik seorang mahasiswa saja namun dapat
dilihat dari kedewasaan pribadi mereka. Kedewasaan pribadi muncul dan tumbuh
dari kehidupan yang berkualitas. Mahasiswa yang hidup dalam sebuah pola yang
berkualitas memiliki nilai – nilai kemanusiaan, nilai kepekaan dan tanggung
jawab besar yang bukan hanya dikembangkan untuk dirinya sendiri namun
3
bagaimana mereka mampu bekerja, bertanggung jawab terhadap dirinya,
lingkungannya, dan orang lain.
Asrama sebagai lokasi penelitian kali ini adalah Asrama Syantikara.
Asrama Syantikara sebagai salah satu asrama bagi mahasiswa putri di Yogyakarta
merupakan gambaran kecil masyarakat Indonesia. Asrama ini memuat
keanekaragaman di dalamnya, baik itu suku, ras, agama, maupun golongan. Sejak
awal berdirinya, Syantikara memiliki sebuah motto yang sampai saat ini masih
teguh dijadikan pedoman dalam setiap perjalanan kehidupannya, baik warga
sendiri maupun asrama pada umumnya. Motto tersebut yang dalam bahasa Latin
adalah “Caritas et Sapientia” mengandung arti “Cinta dan Kebijaksanaan”.
Asrama Syantikara dalam kehidupannya selalu mengajarkan makna – makna
kesederhanaan pada setiap warganya.
Agar mampu hidup dengan beragam peraturan dan kesederhanaan yang
ada dalam lingkup asrama serta demi mencapai kedewasaan pribadi, maka para
penghuni dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya
yang jelas sangat berbeda bila dibandingkan dengan kehidupan di luar asrama.
Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya, manusia
sepanjang hidupnya dituntut untuk menyesuaikan diri yang berarti menyelaraskan
tuntutan – tuntutan dalam dirinya dengan realitas obyektif dan tuntutan
lingkungan (Pramadi dalam Sophiani,1999). Menurut Kartono (1997)
penyesuaian diri dimaksudkan agar individu mampu mengendalikan dirinya,
menghindari konflik, mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan dan
tidak mengalami kesulitan di dalam mengekspresikan dirinya.
4
Namun untuk menyesuaikan diri bukanlah hal yang mudah. Banyak
individu yang menderita karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri.
Baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan dalam masyarakat pada
umumnya. Tak jarang pula banyak orang mengalami stress dan depresi
disebabkan oleh kegagalan dalam penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh
tekanan (Majalah Psikologi Plus, vol.II no.1 Juli 2007).
Bagi penghuni Asrama Syantikara penyesuaian diri mutlak diperlukan
agar mampu hidup bersama dengan suasana yang penuh cinta dan kebijaksanaan,
hal mana yang sesuai dengan motto asrama. Penghuni dituntut untuk mampu
menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku. Inilah yang terkadang
berbenturan dengan kehendak hati mereka. Penghuni Asrama Syantikara yang
semuanya adalah mahasiswi berusia sekitar 18-23 tahun. Usia ini masih berada
dalam tahap remaja akhir, di mana seperti yang kita ketahui usia remaja adalah
usia yang menghendaki kebebasan untuk mencoba – coba terhadap segala sesuatu.
Terlebih bagi sebagian besar penghuni ini adalah kali pertama mereka lepas dari
jangkauan kontrol orang tua. Dalam pergaulan di dunia luar mereka menyaksikan
kehidupan teman – teman mereka yang tinggal di luar asrama tidak terikat
peraturan ketat seperti mereka. Selain itu lokasi asrama yang berada di tengah
kota, tidak hanya dekat dengan kampus, tetapi juga dekat dengan pusat
perbelanjaan dan warung makan membuat hidup sederhana menjadi suatu hal
yang sulit untuk diterapkan.
Bagi penulis, bagaimana para penghuni asrama menyesuaikan diri dengan
kehidupan berasrama yang penuh peraturan dan kesederhanaan yang bertujuan
5
untuk menjadikan manusia dewasa yang berpotensi merupakan hal yang menarik
untuk dibahas.
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang di atas, maka muncullah suatu permasalahan yaitu
bagaimanakah penyesuaian diri penghuni Asrama Syantikara terhadap kehidupan
di dalam asrama?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penyesuaian diri
penghuni Asrama Syantikara terhadap kehidupan di dalam asrama.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyesuaian diri
para penghuni Asrama Syantikara dengan kehidupan di dalam asrama.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu Psikologi, khususnya
bidang Psikologi Sosial, yang dapat digunakan sebagai pedoman lebih lanjut bagi
penelitian lain tentang penyesuaian diri atau kehidupan di dalam asrama.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Konsep penyesuaian diri berasal dari pengertian yang didasarkan pada
ilmu biologi yang merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin (www.e-
psikologi.com). Dalam biologi, istilah yang digunakan ialah adaptasi. Menurut
teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap
lingkungan fisiknya sajalah yang dapat tetap hidup (Vembriarto,1993).
Senada dengan hal ini, dalam Huffman (1997), adaptasi adalah perubahan
struktural atau fungsional yang membuat individu dapat bertahan hidup.
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat
dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan
tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua makhluk
hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan
cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat
bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah
adjustment.
Menurut Davidoff (dalam www.e-psikologi.com), adjustment itu sendiri
merupakan proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan
tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu
7
sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus – menerus
menyesuaikan diri.
Berdasarkan uraian di atas, penyesuaian diri merupakan suatu proses
dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan
yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar
pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup
untuk membuat hubungan – hubungan yang menyenangkan antara manusia
dengan lingkungannya.
Schneiders dalam Ali dan Asrori (2004) berpendapat bahwa penyesuaian
diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :
a. penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)
Penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam
arti fisiologis atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari
daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang
berlaku di daaerah dingin tersebut.
b. penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup
konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini
pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian
diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu
seakan – akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
8
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial,
maupun emosional.
c. penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Penyesuaian diri diartikan sebagai usaha penguasaan (mastery) yaitu
kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam
cara – cara tertentu sehingga konflik – konflik, kesulitan, dan frustrasi
tidak terjadi.
Berdasarkan tiga sudut pandang tentang penyesuaian diri yang tersebut di
atas, akhirnya penyesuaian diri atau personal adjustment dapat diartikan sebagai
suatu proses yang mencakup respon – respon mental dan behavioral yang
diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan – kebutuhan
internal, ketegangan, frustrasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar
atau lingkungan tempat individu berada.
Dalam penelitian ini penyesuaian diri atau personal adjustment diartikan
sebagai proses perubahan perilaku individu agar dapat hidup selaras dengan
tuntutan – tuntutan baik dari dalam maupun dari luar individu (lingkungan).
2. Proses Penyesuaian Diri
Sears (1994) menyatakan pada dasarnya orang menyesuaikan diri karena
dua alasan utama, yaitu :
a. perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat
9
b. kita menyesuaikan diri karena ingin diterima secara sosial dan
menghindari celaan
Menurut Schneiders dalam Ali dan Asrori (2004) setidaknya ada tiga
unsur yang terlibat dalam proses penyesuaian diri, yaitu :
a. motivasi
Motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses
penyesuaian diri. Motivasi merupakan kekuatan internal yang
menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme.
Ketegangan dan ketidakseimbangan merupakan kondisi yang tidak
menyenangkan karena sesungguhnya kebebasan dari ketegangan dan
keseimbangan dari kekuatan – kekuatan internal lebih wajar dalam
organisme apabila dibandingkan dengan kedua kondisi tersebut. Ini sama
dengan konflik dan juga frustrasi yang tidaak menyenangkan, berlawanan,
dengan kecenderungan organisme untuk meraih keharmonisan internal,
ketenteraman jiwan dan kepuasan dari pemenuhan kebutuhan dan
motivasi. Ketegangan dan ketidakseimbangan memberikan pengaruh
kepada kekacauan perasaan patologis daan emosi yang berlebihan atau
kegagalan mengenal pemuasan kebutuhan secaara sehat karena mengalami
frustrasi dan konflik.
Respon penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat
dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi
ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar.
Kualitas respon, apakah itu sehat, efisien, merusak, atau patologis
10
ditentukan terutama oleh kualitas motivasi, selain juga hubungan individu
dengan lingkungan.
b. sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri
Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu
bereaksi terhadap manusia di sekitarnya, benda – benda, dan hubungan –
hubungan yang membentuk realitas. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas
itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Beberapa
perilaku seperti sikap antisosial, kurang berminat terhadap hiburan, sikap
bermusuhan, kenakalan, dan semaunya sendiri, semuanya itu sangat
mengganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas.
Berbagai tuntutan realitas, adanya pembatasan, aturan, dan norma – norma
menuntut individu untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu
proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal yang
dimanifestasikan dalam bentuk sikap dengan tuntutan eksternal dari
realitas. Jika individu tidak tahan terhadap tuntutan – tuntutan itu, akan
muncul situasi konflik, tekanan, dan frustrasi. Dalam situasi seperti itu,
organisme didorong untuk mencari perbedaan perilaku yang
memungkinkan untuk membebaskan diri dari ketegangan.
c. pola dasar penyesuaian diri
Dalam penyesuaian diri sehari – hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian
diri. Misalnya, seorang anak membutuhkan kasih saying dari orang tuanya
yang selalu sibuk. Dalam situasi itu, anak akan frustrasi daan berusaha
11
menemukan pemecahan yang berguna mengurangi ketegangan anatara
kebutuhan akan kasih sayang dengan frustrasi yang dialami. Boleh jadi,
suatu saat upaya yang dilakukan itu mengalami hambatan. Akhirnya dia
akan beralih pada kegiatan lain untuk mendapat kasih sayang yang
dibutuhkannya, misalnya dengan mengisap – isap ibu jarinya sendiri.
Demikian juga pada orang dewasa, akan mengalami ketegangan dan
frustrasi karena terhambatnya keinginan memperoleh rasa kasih sayang,
memperoleh anak, meraih prestasi, dan sejenisnya. Untuk itu, dia akan
berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang
ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi kebutuhannya.
3. Macam – Macam Penyesuaian Diri
Gerungan (1996) dalam Psikologi Sosial menyatakan penyesuaian diri
dapat diartikan menjadi 2 macam, yaitu :
a) autoplastis ; mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (pasif)
b) alloplastis ; mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan / keinginan diri
(aktif)
Seseorang yang hidup dalam suatu lingkungan selalu harus mengadakan
penyesuaian baik secara pasif maupun aktif. Bila lingkungan itu berubah terus,
maka seseorang harus melakukan penyesuaian diri secara terus – menerus
(Gunarsa, 1986).
12
4. Faktor – Faktor Penyesuaian Diri
Beberapa faktor dalam Kartono (1989) yang sangat menentukan dalam
usaha penyesuaian diri adalah sebagai berikut :
a. kondisi dan konstitusi fisiknya
Faktor penentu herediter (hereditair dominant) daari kondisi dan konstitusi
fisik tersebut antara lain sistem syaraf, sistem kelenjar, sistem otot,
kesehatannya (dalam keadaan sakit atau sehat,dan lain – lain).
b. kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangan
Faktor utama dalam kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangan
tersebut antara lain kematangan intelektual, kematangan sosial dan moral,
serta kematangan emosionalnya.
c. determinan psikologis
Yang termasuk dalam determinan psikologis (faktor – faktor) psikologis
ini adalah pengalaman – pengalaman, trauma – trauma, situasi dan
kesulitan belajar, kebiasaan, penentuan diri (self determination), frustrasi,
konflik, dan saat – saat kritis.
d. kondisi lingkungan dan alam sekitar
Yang termasuk dalam faktor ini adalah keluarga, rumah tangga, sekolah,
lingkungan kerja, teman – teman, dan lain – lain. Dalam faktor ini jika
terdapat “model” yang kurang baik dalam lingkungannya, maka individu
akan mengalami kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain di
dalam lingkungannya.
13
e. faktor adat – istiadat, norma – norma sosial, religi dan kebudayaan.
Faktor ini dapat membantu individu menyesuaikan dirinya dengan baik.
Faktor tersebut mengatur perilaku individu agar sesuai dengan
lingkungannya, ssehingga terciptalah penyesuaian diri yang baik.
5. Penyesuaian Diri dan Aspek - Aspeknya
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik
(well adjusted person) jika mampu melakukan respon – respon yang matang,
efisien, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan
respon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan
sehat artinya bahwa respon – respon yang dilakukannya sesuai dengan hakikat
individu, lembaga, atau kelompok antar individu, dan hubungan antar individu
dengan penciptanya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah
gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan
bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik. (Ali, 2004).
Selain itu, menurut Meichati (1974) proses penyesuaian diri yang sehat
tidak dapat terjadi dengan sendirinya, karena masalah penyesuaian diri ini
diperoleh melalui proses belajar dan memerlukan waktu kemasakan kemampuan
yang mendasarinya. Maka seharusnya lingkungan tempat berkembangnya
individu tersebut dapat banyak membantu.
Akan tetapi usaha penyesuaian diri ini dapat terhambat jika kita tidak
mengetahui cara – cara dan hal – hal yang bersangkutan dengan proses tersebut.
14
Hal ini ditunjukkan dengan buruknya hubungan sosial individu dengan
lingkungan sekitarnya (jbptgunadarma-gdl-s1-2004-herdiyanma-641-bab1.pdf).
Orang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik menurut Gunarsa
(1985) ciri – cirinya yaitu :
a. dapat diterima di suatu kelompok
b. dapat menerima dirinya sendiri
c. dapat menerima kekurangan dan kelebihan sendiri.
Warga (1983) mengatakan bahwa ciri – ciri orang yang berpenyesuaian
diri dengan baik adalah :
a. memperlakukan orang lain sebagai individu
b. berpotensi kerja tinggi
c. produktif di masyarakat
d. mampu menikmati banyak hal dalam hidup
e. dapat mengatasi tekanan eksternal dan internal
f. mengenal, menerima, dan memahami orang lain baik yang disukai ataupun
tidak
g. mengerjakan tugasnya
h. emosinya tidak mudah terganggu oleh stress / tekanan
i. memiliki rasa ingin tahu tentang segala sesuatu
Ada enam penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yakni sebagai
berikut :
a. menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam
kepribadiannya
15
b. menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam kebudayaan
tempatnya berada
c. mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan
kemampuan untuk menghadapi kehidupan
d. mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat
e. mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai – nilai
yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan
f. memecahkan problem – problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam
kaitannya dengan lingkungan (Carballo dalam Sarwono, 2005).
Pada dasarnya menurut Mutadin (2002) penyesuaian diri memiliki dua
aspek, yaitu :
a. penyesuaian pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri
sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan
sekitarnya.
b. penyesuaian sosial
Setiap individu hidup di masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat
proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut
timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan,
hukum, adat dan nilai – nilai yang mereka patuhi, demi mencapai penyelesaian
bagi persoalan – persoalan hidup sehari – hari. Dalam bidang ilmu psikologi
sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
16
terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain (www.e-psikologi.com).
Darlega dkk (1978) mengatakan bahwa penyesuaian diri yang sehat akan
mengandung aspek – aspek sebagai berikut :
a. individu dapat menerima kenyataan yang ada
b. tidak mengulangi kesalahan – kesalahan yang telah lampau
c. mampu memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
d. mampu bekerja sama dan hidup bersama dengan individu yang lain dalam
suasana yang menyenangkan
e. mampu mengendalikan luapan emosinya, sehingga individu merupakan
orang yang tidak mudah marah, tidak mudah iri hati, tidak mudah
mengalami kekecewaan dan merupakan orang yang mampu memberi
respon yang rasional serta mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
konflik
f. mampu menerima diri sendiri seperti apa adanya dan tidak mengalami
gangguan masalah seksual
g. siap mengadakan interaksi dengan orang lain
Berdasarkan dua keterangan di atas maka aspek – aspek yang akan
digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
a. kontrol emosi
Individu mampu mengendalikan emosinya ketika menghadapi tuntutan –
tuntutan baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
17
b. belajar dari pengalaman
Individu mampu menerima kenyataan yang sudah terjadi dan mau belajar
dari kesalahan untuk mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari.
c. berorientasi pada tugas
Individu adalah seorang yang mampu memilih pekerjaan yang dapat
memuaskan dirinya sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
d. siap berinteraksi sosial
Individu mampu berelasi dan bekerja sama dengan orang lain.
B. Mahasiswa
1. Batasan Usia
Sarwono (2005), menurut WHO pada tahun 1974, remaja adalah suatu
masa ketika :
a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak – kanak menjadi dewasa
c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Sehingga WHO membagi kurun usia remaja dalam dua bagian, yaitu
remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam hal ini PBB
(Perserikatan Bangsa – Bangsa) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda (youth).
18
Walaupun demikian, sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan
usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan
pertimbangan – pertimbangan tertentu.
2. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (Hurlock, 1996) tugas perkembangan remaja adalah
sebagai berikut :
a. mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
b. mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita
c. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e. mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa
lainnya
f. mempersiapkan karier ekonomi
g. mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Mahasiswa sebagai penghuni Asrama Syantikara sebenarnya adalah salah
satu golongan dari lapisan adolesen dan masa remaja, yang memperoleh
kesempatan untuk lebih menyelami lapangan hidupnya melalui perguruan tinggi.
Untuk menjadi mahasiswa, remaja harus melalui berbagai penjaringan yang
ditempuhnya di sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga akhirnya benar –
benar dapat memasuki perguruan tinggi.
19
Mahasiswa adalah remaja yang beruntung. Mereka memiliki kemampuan
yang cukup dalam bidang pengetahuan yang dipelajarinya, mempunyai
kecerdasan normal, bahkan mungkin di atas normal. Dalam perkembangan
jasmani dan fungsi jiwa lainnya tentu juga ada penjaringan secara ringan, seperti
kesehatan umum yang cukup, keadaan mental yang normal, sikap sosial yang
dijamin belum pernah bertindak melanggar hukum, dan masih banyak lagi yang
menjadi syaratnya.
Namun keadaan ini tidak menjamin kebebasan dari masalah keseimbangan
mental. Dalam perkembangan kepribadiannya mereka masih memerlukan
penambahan isi, baik secara ilmiah sebagai pengetahuan yang akan dimilikinya,
maupun sebagai bimbingan yang akan menyempurnakan perkembangan
kepribadiannya. Dalam kehidupan kemahasiswaan terdapat persoalan – persoalan
yang meminta kematangan untuk menyesuaikan diri. Mereka di samping harus
menjadi ahli dalam segi ilmiah biasanya juga diharapkan untuk menjadi pemimpin
dalam bidangnya.
Tugas perguruan tinggi memang berat. Tidak hanya mengembangkan
intelektual calon – calon tenaga ahli. Yang lebih penting yaitu menyiapkan
manusia dengan pribadi yang seimbang, yang dapat memenuhi tuntutan ilmiah,
jasmani – rohani sehat, tanggung jawab sosial yang masak. Untuk itu mahasiswa
harus memiliki tiga kemampuan pokok, yaitu : tahu, berbuat, menghargai. Ia harus
selalu menyesuaikan diri dengan masyarakat tempatnya kelak mengabdikan diri
setelah selesai. Lepas dari berbagai harapan yang dikenakan pada mahasiswa, ia
sendiri mempunyai persoalan.
20
Macam – macam persoalan kemahasiswaan antara lain :
a. kesiapan mahasiswa terhadap dunia dan masyarakatnya yang baru
b. kesiapan untuk mengatur diri sendiri
c. kesiapan menghadapi persaingan dalam masyarakat.
Untuk menghadapi kemungkinan itu semua, maka sebelum memasuki
salah satu perguruan tinggi perlu adanya orientasi yang luas, planning yang baik
dengan bimbingan penasihat setelah memilih jurusan, dan menggunakan segala
fasilitas yang disediakan oleh perguruan tinggi di dalam menjamin kesejahteraan
mahasiswanya melalui penyuluhan dan bimbingan. Perpustakaan, asrama, dan
kampus dapat membantu banyak dalam pemecahan berbagai persoalan mahasiswa
(Meichati,1969).
C. Kehidupan dan Peraturan Asrama Syantikara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) asrama berarti bangunan
tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah
kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Pendapat ini didukung Aryatmi
(dalam Prasetyo,2004) yang mendefinisikan asrama sebagai rumah pemondokan
agak besar yang menerima banyak anak atau orang dan berhubungan dengan salah
satu sekolah atau yayasan yang memiliki tujuan tertentu. Anak yang diterima
dalam asrama tersebut merupakan kelompok selektif dan memiliki ciri yang sama.
Kehidupan dan peraturan asrama menjadi acuan bagi seseorang dalam
menentukan pilihan untuk hidup di kost atau asrama. Asrama Syantikara dalam
kehidupannya mempunyai berbagai macam aturan tegas yang harus ditaati oleh
21
seluruh warga asrama tanpa terkecuali. Mulai dari jam, pengaturan kamar,
kebiasaan dalam unit, sampai tugas – tugas yang harus dilakukan tiap minggunya,
semua itu diatur dan dikenalkan ke warga saat mereka masuk ke asrama ini untuk
pertama kalinya. Pengenalan warga akan peraturan yang berlaku di asrama dan
keharusan mengenal warga lama diberikan dalam masa orientasi mahasiswa,
sering disebut POSMA (Pekan Orientasi Mahasiswa).
Ada beberapa tugas yang wajib dilakukan warga setiap seminggu sekali.
Tugas yang disebut “tugas unit” ini terdiri dari bermacam – macam kegiatan yang
tiap minggunya dilakukan secara bergantian oleh anggota masing – masing unit.
Tugas unit yang merupakan kewajiban untuk membersihkan unit yang ditempati
warga, antara lain mengepel, membersihkan kaca, membersihkan kamar mandi,
menata rak sepatu, dan lain – lain.
Dalam asrama ada pengaturan waktu seperti “jam tamu” (waktu yang
diperbolehkan untuk dikunjungi) dalam tiap harinya dari pukul 16.00 WIB sampai
dengan pukul 17.30 WIB. Lebih dari itu warga tidak diperbolehkan menerima
kunjungan kecuali dari orang tua. Sedangkan “jam tenang” merupakan jam yang
berfungsi sebagai penanda waktu belajar warga yang dimulai dari pukul 08.00
WIB – pukul 10.00 WIB dan dilanjutkan pukul 19.00 WIB – 21.00 WIB. Warga
diharuskan pulang setiap hari sebelum pukul 22.00 WIB, dan selebihnya bagi
warga yang melanggar ketentuan tersebut akan menerima konsekuensi yang
diberikan oleh suster. Kepergian warga tiap hari setelah pukul 18.00 WIB harus
memberitahu suster atau paling tidak “simbok” dan “wakil simbok” (sebutan bagi
22
ketua unit dan wakilnya), ke mana tujuannya dan jam berapa mereka akan
pulang.
Setiap harinya warga tidak diperkenankan untuk menonton televisi. Warga
boleh menonton televisi hanya setiap hari Sabtu dan Minggu. Tidak boleh
menonton televisi bukan berarti warga kehilangan hak untuk mendapatkan
informasi tentang perkembangan dunia, karena asrama telah menyediakan
beberapa media cetak untuk dibaca setiap harinya.
Ada lagi peraturan “pindah unit” yang dilaksanakan tiap tahun. Pindah unit
merupakan kebiasaan asrama yang dilakukan untuk mengubah formasi warga
dalam satu unit. Formasi tersebut selalu berganti dan warga tidak punya hak untuk
menentukan siapa yang menjadi teman satu unitnya, karena yang berhak
menentukan adalah suster.
Ada juga kebiaasan yang selalu dilakukan oleh tiap unit walaupun itu
bukan merupakan peraturan asrama namun tidak jarang hal itu sering dilakukan
oleh setiap unit. Misalnya “rapat unit”. Kebiasaan ini merupakan kegiatan yang
dipakai warga sebagai sarana penyelesaian masalah baik personal maupun unit.
Asrama mempunyai kegiatan bersama yang difasilitasi oleh beberapa
warga. Warga yang dipercaya sebagai pengelola kegiatan dan menjadi
penghubung antara suster dengan warga ataupun warga dengan pihak luar
mendapat sebutan sebagai pengurus. Pengurus mempunyai masa jabatan selama
satu tahun ajaran. Yang berhak menentukan calon kepengurusan adalah warga
sendiri, namun tidak jarang suster juga mengambil peran di dalam pengambilan
keputusan. Kepengurusan dibagi ke dalam dua bagian, kepengurusan inti dan
23
kepengurusan harian. Pengurus inti selain bertugas sebagai pelaksana tugas –
tugas inti, mereka juga mengkoordinasi beberapa kegiatan harian asrama yang
dikelola oleh masing – masing koordinator.
Awalnya kegiatan asrama hanya difokuskan pada kegiatan dalam
lingkungan asrama saja. Namun tepatnya tahun 1986, untuk menumbuhkan
kepekaan, kerjasama, kepedulian pada masyarakat, serta supaya ada hubungan
dengan masyarakat, asrama menetapkan harus ada kegiatan ke luar yang
kemudian dinyatakan sebagai kegiatan wajib. Kegiatan tersebut seperti
mendampingi bimbingan belajar anak – anak di Pingit, Sagan, dan Code,
pendampingan iman untuk warga sekitar, serta beberapa keikutsertaan warga
dalam kegiatan politik.
Kegiatan – kegiatan asrama harus dipilih oleh masing – masing warga,
namun tidak semua ditujukan ke luar. Ada beberapa kegiatan ke dalam yang tetap
memberi kesempatan pada warga asrama yang mengalami kesulitan dalam
membagi waktunya dengan studi. Kegiatan tersebut seperti koor, akademik,
ilmiah, dan kegiatan di luar asrama seperti kegiatan kampus, organisasi
kepemudaan dan berbagai kegiatan lain selama kegiatan tersebut tidak
mengganggu studi dari masing – masing warga.
Para mahasiswi yang tinggal di Asrama Syantikara dituntut tidak hanya
berkembang kemampuan intelektualnya saja tetapi juga kedewasaan pribadi.
Berbagai kegiatan yang dilakukan menjadi sarana melatih kerjasama,
mengembangkan sikap sederhana di tengah maraknya arus globalisasi, serta lewat
interaksi dengan banyak orang yang memiliki latar belakang, suku, agama, dan
24
budaya, diharapkan dapat dibangun sikap saling menghargai dalam semangat
persaudaraan sejati seraya mengembangkan keterbukaan memperluas wawasan.
Kedewasaan pribadi dibentuk Asrama Syantikara dalam tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan lingkungan. Pemahaman tentang aturan mampu
menjadikan warga memahami maksud dan makna suatu tindakan. Diharapkan
peraturan – peraturan yang ada mampu mengarahkan dan membantu masing –
masing pribadi untuk kehidupan mereka di luar kelak.
Kesederhanaan dalam hidup berasrama tidak hanya sebatas aturan dan
kegiatan yang dihayati bersama namun makna – makna yang terkandung di
dalamnya pun tetap dipegang dalam kehidupan mereka. Larangan membawa
Hand Phone (HP), sepeda motor dan pemakaian listrik asrama mungkin
merupakan hal yang naïf untuk masa sekarang. Akan tetapi asrama bukannya anti
teknologi. Larangan menggunakan barang – barang di atas hanyalah sebagai salah
satu cara agar teknologi tersebut pelan – pelan diolah sehingga tidak menjadi
bumerang bagi warga nantinya.
Tidak semua warga boleh membawa HP. Seperti halnya warga tingkat satu
yang dirasa belum perlu untuk memiliki barang tersebut. Sedangkan warga tingkat
dua yang harus menghubungi dosen dengan alat komunikasi tersebut karena
kesulitan bertemu, akan diizinkan oleh suster. Berbeda dengan warga tingkat
empat dan lima yang sudah diizinkan membawa HP tanpa syarat apapun. Meski
demikian, warga tetap harus jujur melapor kepada suster akan kepemilikan barang
tersebut. Main sembunyi – sembunyi sangat dihindari terjadi dalam asrama,
25
karena hal itu akan menumbuhkan watak tidak jujur yang akan merugikan warga
nantinya.
Sama halnya dengan kepemilikan HP, asrama tidak mengizinkan semua
warga memiliki sepeda motor. Hanya warga yang tempat kuliahnya tidak
terjangkau dengan kendaraan umum dan memiliki banyak kegiatan yang
diperbolehkan membawanya. Selain alasan tidak tercukupinya tempat untuk
parkir, suster berharap agar warga tidak begitu mudah lari dari asrama saat
menghadapi masalah. Apa yang sedang dihadapi di asrama harus diselesaikan di
dalam asrama.
Warga boleh membawa sepeda jika menginginkannya. Sepeda bisa
dimanfaatkan saat mereka pergi ke kampus maupun kegiatan asrama yang
dilakukan malam hari, seperti saat memberi bimbingan belajar di Code.
Warga tidak boleh memakai listrik untuk sembarang kegiatan. Warga
hanya boleh memakai listrik untuk komputer dan menyeterika yang dilakukan di
ruang seterika. Harapannya agar warga bisa mengontrol apa yang mereka pakai.
Adanya jam tamu, jam belajar dan larangan meminjam barang milik orang
lain tanpa izin pemilik mengajarkan mereka bagaimana harus menghargai waktu
dan privasi orang lain. Larangan untuk pulang melebih jam yang telah ditentukan
membuat warga sadar akan pentingnya menjaga keselamatan pribadi di
masyarakat. Kebiasaan hidup sehari – hari yang warga lakukan membantu mereka
untuk menyelesaikan sesuatu tanpa mesti tergantung orang lain. Kepekaan pada
warga lain menjadikan mereka lebih peduli pada sesama.
26
Sejak awal para pendiri mengharapkan agar asrama tidak hanya sebagai
tempat tinggal bersama, namun lebih ditujukan sebagai wadah dan sarana
pembinaan diri. Tujuan pokoknya yaitu melatih sikap jujur, kepekaan, rasa
tanggung jawab, kepedulian pada sesama, kemandirian, serta menumbuhkan rasa
toleransi pada sesama yang berbeda.
Para suster (sebagai pimpinan asrama) dan warga Syantikara dalam
kesehariannya, dibantu oleh beberapa karyawan. Para karyawan bertugas untuk
membersihkan asrama, mengantar suster belanja, membetulkan saluran yang
rusak, serta membuat berbagai peralatan yang menjadi kebutuhan asrama seperti
meja, kursi, tempat tidur, bahkan juga bertugas untuk membetulkan genteng saat
ada kebocoran (Widhayanie, 2004).
D. Dinamika Psikologis
Ketika akan menuntut ilmu seringkali seorang mahasiswa harus rela
meninggalkan keluarga dan lingkungan yang mereka cintai, kemudian mereka
pindah ke tempat baru yang terkadang belum pernah mereka datangi. Di tempat
baru, mereka kemudian akan tinggal bersama keluarga atau kenalan mereka,
namun tak sedikit pula yang tinggal bersama dengan orang baru yang belum
pernah mereka temui. Dalam pemilihan rumah untuk tinggal ada yang memilih
tinggal di rumah saudara, tinggal di kost atau apartemen, ada juga sebagian kecil
yang memilih tinggal di asrama.
Asrama bukanlah pilihan yang populer di kalangan mahasiswa. Rentetan
peraturan, kewajiban, dan larangan yang harus dipatuhi membuat mahasiswa
27
enggan untuk tinggal di asrama. Hal ini tidak sulit untuk dipahami, mengingat
para mahasiswa ini masih berada dalam usia remaja akhir yang masih ingin
mencoba mencari jati dirinya, menginginkan kebebasan, dan sederetan aktivitas
yang telah menanti mereka di dunia perkuliahan yang baru mereka jalani.
Namun bagi sebagian kecil yang tinggal di asrama hidup di Asrama
Syantikara bukanlah hal yang mudah mereka jalani. Banyak perubahan yang harus
mereka alami. Mulai dari mengatasi rasa rindu kepada kampung halaman,
berkenalan dengan lingkungan tempat tinggal dan orang – orang baru, juga
mengikuti perkuliahan yang menjadi tujuan utama mereka berpindah tempat.
Ditambah lagi dengan kehidupan asrama yang sangat berbeda bila dibandingkan
dengan teman – teman mereka yang tinggal di luar asrama. Untuk itu dibutuhkan
kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi terhadap perubahan – perubahan
tersebut.
Kemampuan menyesuaikan diri ini penting agar mereka mampu menjalani
kehidupan mereka baik di asrama maupun di kampus, terutama agar mereka
mampu menjadi manusia dewasa yang berpotensi tinggi yang akan berguna dalam
membangun negara.
Penyesuaian diri ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan seseorang,
kedewasaan pribadi, kondisi psikologis, dan lingkungan tempatnya hidup. Selain
itu kebiasaan dan budaya masyarakat yang berlaku juga berpengaruh terhadap
kemampuan penyesuaian diri seseorang.
Proses penyesuaian diri yang sehat tidak dapat terjadi begitu saja. Proses
ini didapat dari belajar dan memerlukan waktu yang berbeda dari setiap individu.
28
Lingkungan tempat individu tinggal akan banyak membantu proses penyesuaian
diri tersebut. Tetapi usaha penyesuaian diri ini bisa terhambat bila individu tidak
mengetahui cara dan hal yang bersangkutan dengan proses tersebut. Hal ini
ditunjukkan salah satunya dengan buruknya hubungan sosial individu tersebut.
Melihat latar belakang di atas, maka muncullah suatu permasalahan yaitu
bagaimanakah penyesuaian diri penghuni Asrama Syantikara terhadap kehidupan
di dalam asrama?
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi yang sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat populasi atau daerah tertentu. Selain
itu, menurut Suryabrata (1998), penelitian deskriptif hanya menggambarkan
variabel yang akan diteliti melalui pengisian skala tanpa perlu mencari atau
menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau
mendapatkan makna dan implikasi.
Nawawi (2003) mengartikan metode deskriptif sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan
subyek/ obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya.
Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada
usaha mengemukakan gejala – gejala secara lengkap di dalam aspek yang
diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu metode deskriptif
tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuan fakta – fakta seadanya
(fact finding). Penemuan gejala – gejala itu berarti juga tidak sekedar
menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan
hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek – aspek yang diselidiki itu.
30
Ciri – ciri pokok penelitian desriptif menurut Nawawi (2003) :
a. memusatkan perhatian pada masalah – masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah – masalah yang bersifat
aktual. Dalam penelitian kali ini peneliti hanya akan memusatkan
perhatian pada perilaku penyesuaian diri pada penghuni Asrama
Syantikara.
b. menggambarkan fakta – fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang adekuat.
Nantinya peneliti akan menyertakan bukti – bukti berupa hasil
penghitungan kuantitatif serta laporan selama melakukan penelitian.
Berdasarkan hal – hal tersebut di atas maka penelitian ini menggunakan
data kuantitatif mengenai variabel, yang diperoleh melalui analisis jawaban
subyek pada skala yang akan diberikan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan
menggambarkan penyesuaian diri penghuni Asrama Syantikara.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni Asrama Syantikara.
Alasan dipilihnya subyek didasarkan pada pertimbangan berikut :
a. Asrama Syantikara merupakan asrama yang berbeda dari asrama lainnya.
Syarat khusus yang bisa menjadi penghuninya adalah seorang mahasiswi.
Penghuni berasal dari berbagai daerah di nusantara, bahkan beberapa ada
yang dari luar negeri. Selain itu tempat kuliah penghuni asrama berbeda –
beda, begitu juga halnya dengan agama mereka. Status ekonomi mereka
31
pun berbeda pula. Menurut peneliti hal – hal tersebut di atas akan
memperkaya proses penyesuaian diri mereka bila dibandingkan dengan
asrama mahasiswa lainnya yang biasanya berasal dari daerah serumpun,
golongan atau agama yang sama, bahkan didirikan oleh suatu universitas
sehingga semua penghuninya berkuliah di tempat yang sama.
b. Usia penghuni berkisar 18-23 tahun yang masih dalam periode remaja
akhir. Mereka diberi waktu 5 tahun untuk tinggal di asrama, dengan
pertimbangan dalam masa itu semestinya mahasiswi telah lulus kuliah.
Ada juga dispensasi khusus bagi mereka yang kuliah di fakultas yang
dianggap “sulit” seperti kedokteran atau kedokteran hewan.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian adalah penyesuaian diri penghuni Asrama
Syantikara, Jogjakarta. Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif, karena itu
tidak ada kontrol terhadap variabel.
D. Definisi Operasional
Menurut Kerlinger (1993) definisi operasional merupakan spesifikasi
kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya. Suatu
definisi operasional merupakan semacam buku pegangan yang berisi petunjuk
bagi peneliti. Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau
variabel dengan cara menetapkan kegiatan – kegiatan atau tindakan – tindakan
yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu.
32
Penyesuaian diri atau personal adjustment diartikan sebagai proses
perubahan perilaku individu agar dapat hidup selaras dengan tuntutan – tuntutan
baik dari dalam maupun dari luar individu (lingkungan).
Seseorang yang hidup dalam suatu lingkungan selalu harus mengadakan
penyesuaian baik secara pasif maupun aktif. Bila lingkungan itu berubah terus,
maka seseorang harus melakukan penyesuaian diri secara terus – menerus
(Gunarsa, 1986).
Aspek – aspek dari penyesuaian diri yang menjadi indikator dalam
penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
a. kontrol emosi
Individu mampu mengendalikan emosinya ketika menghadapi tuntutan –
tuntutan baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
b. belajar dari pengalaman
Individu mampu menerima kenyataan yang sudah terjadi dan mau belajar
dari kesalahan untuk mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari.
c. berorientasi pada tugas
Individu adalah seorang yang mampu memilih pekerjaan yang dapat
memuaskan dirinya sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
d. siap berinteraksi sosial
Individu mampu berelasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Pengukuran penyesuaian diri kali ini menggunakan skala yang berkaitan
dengan aspek –aspek tersebut di atas. Semakin tinggi skor total yang diperoleh
subyek maka akan semakin tinggi pula penyesuaian dirinya. Begitu juga
33
sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subyek maka akan semakin
rendah pula penyesuaian dirinya.
E. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah skala yang memuat kumpulan pertanyaan yang diberikan kepada subyek
dan subyek diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pemakaian skala ini berdasarkan asumsi bahwa :
a. subyek adalah orang yang tahu akan dirinya
b. apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
c. interpretasi subjek tentang pertanyaan atau pernyataan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti (Hadi, 2000).
Penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2002). Namun skala Likert ini telah
dimodifikasi untuk menghindarkan jawaban ragu – ragu dan efek kecenderungan
untuk menjawab ke tengah (central tendency effect) yang akan menhilangkan
banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat
diperoleh dari responden (Hadi, 1991).
34
Ada empat alternatif jawaban yang akan digunakan dalam penelitian ini,
yaitu :
SS (Sangat Setuju) S (Setuju) TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak
Setuju)
Untuk pernyataan SS item yang favorable mendapat skor 4, S mendapat skor 3,
TS mendapat skor 2, dan STS mendapat skor 1, sedangkan item yang unfavorable
pernyataan SS mendapat skor 1, S mendapat skor 2, TS mendapat skor 3, dan STS
mendapat skor 4.
Angket yang dibuat oleh peneliti akan digunakan untuk mengungkapkan
penyesuaian diri berdasarkan aspek – aspeknya. Adapun perincian yang disusun di
dalam blue print adalah sebagai berikut :
Tabel 1Blue Print Skala Penyesuaian Diri
Jumlah ButirNo
.
Aspek/ indikator
Favorable Unfavorable
Jumlah Prosentase
1.
2.
3.
4.
Kontrol emosi
Belajar dari pengalaman
Berorientasi pada tugas
Interaksi sosial
11
11
11
11
11
11
11
11
22
22
22
22
25 %
25 %
25 %
25%
Total 44 44 88 100 %
35
Tabel 2Kisi – kisi Skala Penyesuaian Diri
No. soalNo. Aspek
Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Kontrol emosi 1,2,18,20,25,27,40,45,51,
54,70
11,13,33,37,53,61,65,69
,71,73,79
22
2. Belajar dari
pengalaman
5,7,14,17,21,29,39,46,57,
77,83
3,8,24,30,35,48,50,
58,74,80,87
22
3. Berorientasi pada
tugas
4,6,41,52,60,63,67,72,81,
86,88
22,34,38,43,49,55,62,66
,68,75,82
22
4. Interaksi sosial 12,15,28,32,44,56,59,64,
76,84,85
9,10,16,19,23,26,31,36,
42,47,78
22
Jumlah 88
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan
data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai
tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 1996),
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu
validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau lewat professional judgement.
36
Validasi ini mengungkapkan sejauh mana item – item tes mewakili
komponen – komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur
(aspek representasi) dan sejauh mana item – item tes mencerminkan ciri perilaku
yang hendak diukur (aspek relevansi).
Dalam hal ini yang melakukan professional judgement adalah dosen
pembimbing peneliti, sebagai orang yang dianggap ahli dan professional di
bidangnya.
2. Seleksi Item
Langkah pertama dalam prosedur seleksi subjek berdasarkan evaluasi
kualitatif untuk melihat kesesuaian dengan blue print atau indikator perilaku yang
hendak diukur, apakah item yang ditulis sesuai dengan kaidah penulisan dan
apakah item masih mengandung social desirability yang tinggi. Selanjutnya
dilakukan prosedur seleksi item berdasarkan data empiris yaitu data hasil uji coba
item pada sekelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek untuk
penelitian.
Penentuan daya diskriminasi item menggunakan koefisien korelasi item
total (rix). Sebagai kriteria digunakan batasan rix ≥ 0,30. Item dengan rix minimal
0,30 dianggap valid, sedangkan item dengan rix kurang dari 0,30 dinyatakan
memiliki daya diskriminasi rendah sehingga harus digugurkan (Azwar,1999).
Setelah diujikan ternyata item dari skala penelitian ini gugur sebanyak 37
item. Dengan demikian item yang dapat digunakan sebanyak 51 item. Item yang
gugur adalah item nomor 1, 2, 3, 4, 7, 20, 25, 27, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 40, 41,
42, 44, 46, 52, 53, 54, 59, 60, 64, 65, 66, 67, 72, 74, 76, 77, 80, 83, 85, 86.
37
Penyebaran item menjadi :
Tabel 3Tabel Distribusi Item Setelah Digugurkan
No. soalNo. Aspek
Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Kontrol emosi 18,45,51,70 11,13,33,61,69,71,73,79 12
2. Belajar dari
pengalaman
5,14,17,21,29,39,57 8,24,35,48,50,58,87 14
3. Berorientasi pada
tugas
6,63,81,88 22,43,49,55,62,68,75,82 12
4. Interaksi sosial 12,15,28,56,84 9,10,16,19,23,26,47,
78
13
Jumlah 51
Setelah item yang gugur dihilangkan kemudian nomor item dipadatkan,
sehingga distribusi penyebaran item yang baru kemudian menjadi :
Tabel 4Tabel Distribusi Item yang Baru
No. soalNo. Aspek
Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Kontrol emosi 13,26,31,41 6,8,22,36,40,42,43,46 12
2. Belajar dari
pengalaman
1,9,12,15,21,24,34 3,18,23,28,30,35,50 14
3. Berorientasi pada
tugas
2,38,47,51 16,25,29,32,37,39,44,48 12
4. Interaksi sosial 7,10,20,33,49 4,5,11,14,17,19,27,45 13
Jumlah 51
38
3. Reliabilitas
Menurut Azwar (1997), ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tingginya
tingkat reliabilitas dapat dilihat dari tingginya nilai koefisien reliabilitas yang
mendekati nilai 1,00 berdasarkan rumus – rumus reliabilitas. Pendidikan ini juga
mempunyai nilai praktis dan efisien yang tinggi, karena hanya dilakukan pada
sekelompok subjek (Azwar,1997). Pengukuran reliabilitas dan uji analisis dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien reliabilitas Alpha
dari Cronbach dengan program SPSS 13.0 for Windows. Jika hasil koefisien
Alpha dari skala tersebut mendekati koefisien sempurna yaitu 1, maka skala
tersebut dinyatakan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin mendekati
angka 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.
G. Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
metode statistik deskriptif, meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan
nilai maksimum, nilai minimum, mean teoritis, mean empiris, dan standar deviasi,
serta penghitungan prosentase. Kemudian penentuan kategori tingkat penyesuaian
diri didasarkan pada kategori jenjang. Tujuan kategori jenjang adalah
menempatkan individu ke dalam kelompok – kelompok terpisah secara jenjang
menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Menurut Azwar (1999)
penentuan kategorisasi jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik
sebagai berikut :
39
Tabel 5Tabel Norma Kategori Jenjang
Norma Kategori
(µ + 1,0 δ) ≤ x
(µ - 1,0 δ) ≤ x ≤ (µ + 1,0 δ)
x < (µ - 1,0 δ)
Tinggi
Sedang
Rendah
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
1. Sejarah Syantikara
Didirikannya Asrama Syantikara pada mulanya karena keprihatinan dari
para Suster St. Carolus Borromeus (CB), yang melihat secara langsung pondokan
tempat tinggal para mahasiswa yang menjadi anak didiknya. Mahasiswa perantau
yang ada di Yogyakarta tinggal dalam pondokan yang menurut suster sangat tidak
layak untuk dijadikan tempat tinggal. Dari sinilah keinginan mendirikan sebuah
asrama muncul. Ketika keinginan itu semakin besar sedangkan suster sendiri
belum memiliki tempat khusus untuk para mahasiswa, maka pada 6 Juni 1952,
suster memberanikan diri menerima 4 orang mahasiswa dan ditempatkan di
Asrama Stella Duce (asrama yang dikhususkan untuk siswi SMU Stella Duce I
sekarang). Namun dalam perkembangannya jumlah mahasiswa yang
mendaftarkan diri semakin bertambah hingga akhirnya mencapai 60 orang
mahasiswa. Para suster akhirnya tetap menerima para mahasiswa tersebut, tetapi
karena keterbatasan tempat maka mereka kemudian ditempatkan di kantor
yayasan.
Pemikiran membangun sebuah asrama khusus untuk mahasiswa terus
berkembang, sampai akhirnya setelah memiliki cukup uang, suster CB membeli
sebidang tanah yang terdapat di sebelah utara gedung susteran CB. Tanah yang
rencananya akan dibangun asrama tersebut kemudian diminta oleh Universitas
41
Gajah Mada (UGM) untuk membangun proyek perumahan dosen UGM. Tanah
itu kemudian diganti dengan sebidang tanah di atas rawa-rawa yang terletak di
timur susteran. Di tempat itulah –sebelah selatan Wisma MM UGM (sekarang)-
akhirnya dibangun asrama mahasiswi Syantikara.
Sebelum asrama didirikan, terjadi pemikiran untuk memisahkan asrama
untuk mahasiswa dengan mahasiswi. Akhirnya para pastor dari Serikat Jesus (SJ)
diminta untuk membuat dan mengelola Asrama Realino sebagai asrama putra,
sedangkan suster CB membuat dan mengelola Asrama Syantikara sebagai asrama
putri dengan lokasi yang terpisah.
Proyek pembangunan Asrama Syantikara di atas tanah seluas 2105m2 itu,
dibiayai oleh Misereor –sebuah badan usaha Jerman yang membantu
pembangunan negara-negara berkembang- awalnya hanya membangun kamar
sebanyak 11 unit. Kemudian dengan bertambahnya waktu, jumlah mahasiswa
yang mendaftarkan diri semakin lama semakin meningkat. Selanjutnya asrama
menambah jumlah kamar menjadi 21 unit. Sebutan “unit” itulah yang sering
dipakai oleh warga dalam menyebut nama kamar-kamar. Ada istilah “unit atas”
dan “unit bawah” masing-masing terdiri dari 8 unti dan 13 unit. Unit bawah yang
letaknya di sebelah barat aliran sungai yang melintasi kompleks asrama, terdiri
dari warga tahun pertama sampai dengan tahun ketiga. Sedangkan asrama atas
yang terdapat di sebelah timur sungai, dikhususkan untuk mereka yang sudah
menduduki tahun keempat dan kelima. Jumlah daya tamping asrama tiap tahun
rata-rata berkisar antara 135 sampai 146 mahasiswi.
42
Asrama Syantikara sekitar tahun 1980-an pernah mengalami penghilangan
beberapa ruang publik. Bangunan tersebut ditujukan sebagai tempat kegiatan
bersama, tidak hanya dikhususkan untuk warga asrama sendiri namun diharapkan
juga berfungsi bagi orang luar. Harapan ini merupakan salah satu harapan
Syantikara yang ingin membuka dirinya untuk orang lain. Ruang tersebut adalah
Menza, Kafetaria, Tentir Besar, Tentir Kecil, dan Tentir Luar. Awalnya tempat-
tempat tersebut difungsikan untuk ruang belajar bagi para mahasiswa di luar
asrama, karena pada masa itu awal tahun 80-an belum banyak listrik di kost-kost-
an yang letaknya di daerah sekitar pedesaan. Banyak mahasiswa yang ingin dapat
belajar dengan nyaman di tempat yang luas dengan penerangan yang bagus. Dari
situlah awal pembangunan ruang-ruang tersebut berasal. Kini ruang-ruang
tersebut beralih fungsi menjadi ruang diskusi, seminar, pameran, dan kegiatan
besar lainnya. Ini terjadi mungkin karena sudah bagusnya sistem penerangan di
daerah kost-kost-an sekarang ini sehingga sudah jarang para mahasiswa datang ke
asrama untuk belajar. Tahun 2006 beberapa ruang publik dan unit diambil alih
oleh yayasan.
Nama Syantikara menurut kamus bahasa Kawi berasal dari bahasa
Sansekerta. Canti berarti rumah atau tempat. Kara berarti pertapaan. Sehingga
secara harafiah Syantikara berarti rumah pertapaan. Namun ada juga yang
mengartikan Kara adalah cahaya. “Supaya orang yang dididik di asrama ini dapat
menjadi cahaya di masyarakat”. Sedangkan menurut salah satu mantan kepala
asrama, Syantikara berarti rumah damai. “Syantikara menjadi tempat anak-anak
43
putri dididik, digembleng, supaya mereka nantinya bisa menjadi wanita yang
mandiri dan kuat kalau sudah terjun di masyarakat.
Motto Syantikara “Caritas et Sapientia” sampai saat ini masih terus
disemangati dan masih selalu menjadi pegangan bersama dalam setiap perjalanan
kehidupannya baik warga sendiri maupun asrama pada umumnya. Artinya adalah
cinta dan kebijaksanaan. Asrama dalam kehidupannya selalu mengajarkan makna
kesederhanaan pad tiap warganya.
2. Penghuni Syantikara
Berbeda dengan asrama lain yang terdapat di Yogyakarta, Syantikara
merupakan asrama yang plural. Disebut sebagai asrama pluralis karena terdapat
berbagai mahasiswi yang memiliki agama, suku, perguruan tinggi, dan latar
belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Asrama ini tidak diperuntukkan bagi
mahasiswi dengan kategori tertentu saja, seperti halnya dalam asrama homogen.
Di dalamnya ada kehidupan yang mampu membangun persaudaraan antar mereka.
Asrama Syantikara rata-rata berjumlah 135 orang tiap tahunnya,
sedangkan kapasitas penerimaan warga baru tiap awal tahun rata-rata 45 orang.
Masing-masing angkatan mengalami dinamika jumlah yang tidak sama. Ini terjadi
karena kepindahan warga asrama ke luar, baik di awal tahun maupun di tengah
tahun ajaran. Bagi warga asrama dalam menyebut tahun angkatan merupakan
tahun mereka masuk pertama kalinya di asrama. Masing-masing warga berhak
untuk tinggal maksimal 5 tahun.
44
3. Perguruan Tinggi
Warga asrama Syantikara mengikuti pendidikan dari berbagai perguruan
tinggi yang ada di Yogyakarta, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM),
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sanata Dharma (USD),
Universitas Atma Jaya (UAJY), Universitas Pembangunan Nasional (UPN),
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Akademi Kesejahteraan Sosial (AKS
Tarakanita), dan beberapa perguruan tinggi lainnya.
4. Agama
Tidaklah mudah untuk hidup bersama dengan orang yang berbeda.
Kenyataannya itulah yang terjadi di asrama ini. Meskipun Asrama Syantikara
merupakan sebuah asrama yang didirikan oleh yayasan Katolik dan pengelolanya
adalah para biarawati, namun warga yang pernah dan sedang tinggal di asrama ini
terdiri dari berbagai macam agama. Memang tidak disangkal bahwa mayoritas
warga Syantikara memeluk agama Katolik, namun terbukti tidak sedikit
mahasiswi yang beragama lain tinggal di sini.
5. Asal Daerah
Penghuni asrama berasal dari berbagai daerah. Asrama ini dapat
menghilangkan stereotipe masyarakat mengenai dominasi Jawa, yang disebabkan
oleh letak berdirinya asrama. Memang tidak semua pelosok daerah pernah ada di
sini. Namun dari catatan yang ada, berbagai macam provinsi telah terwakili.
45
B. Pembahasan
1. Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian maka peneliti meminta izin terlebih dahulu
kepada kepala asrama, yakni Sr. Benedicte CB tanggal 14 September 2007. Atas
saran dari beliau (untuk mempermudah proses penelitian) peneliti tidak perlu
bertemu langsung dengan subyek penelitian. Skala dititipkan kepada salah
seorang warga seperti yang telah direkomendasikan Suster. Penelitian kali ini
menggunakan try out terpakai, sehingga penyebaran skala hanya dilakukan satu
kali, yaitu pada 19 September 2007 sampai dengan 21 September 2007. Alasan
menggunakan try out terpakai pada penelitian ini karena subyek penelitiannya
terbatas. Pada try out terpakai penyebaran skala dilakukan satu kali saja.
Pengolahan hasil penelitian didasarkan pada data yang masuk satu kali itu.
Skala yang disebarkan oleh peneliti berjumlah 135 buah, sesuai dengan
jumlah warga asrama. Akan tetapi karena tidak semua warga sedang berada di
tempat, maka skala hanya kembali sebanyak 102 buah. Jumlah tersebut kemudian
dirasa cukup mewakili populasi.
Dari hasil uji reliabilitas dan seleksi item didapatlah 51 item yang sahih
dan layak. Sehingga uji frekuensi kemudian dilakukan pada ke-51 item tersebut.
2. Hasil Penelitian
a. Uji Normalitas
Uji asumsi, yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil berasal dari sebuah distribusi normal. Bila p > 0,05 maka sebaran normal
46
(sampel atau data berasal dari distribusi yang normal). Dengan menggunakan
SPSS seri 13 maka uji Kolmogorov_- Smirnov menghasilkan angka 0,338,
sehingga p > 0,05, dan data normal.
b. Deskripsi Data Penelitian
Skor teoritik penyesuaian diri yang dapat dicapai oleh subyek adalah
sebagai berikut :
Xmin = 51 x 1 = 51
Xmaks = 51 x 4 = 204
Range = 204 – 51 = 153
Mean (µ) = (204 + 51) / 2 = 255 / 2 = 127,5
Standar deviasi (δ) = 153 / 6 = 25,5 = 26
Dari skoring penelitian didapatlah hasil sebagai berikut :
Tabel 6
Deskripsi Data Penelitian
N = 102
Mean empirik (µ) = 148,49
Mean teoritik (µ) = 127,5
Skor minimum empirik (X) = 79
Skor minimum teoritik (X) = 51
Skor maksimum empirik (X) = 178
Skor maksimum teoritik (X) = 204
Standar deviasi empirik (δ) = 17,019
Standar deviasi teoritik (δ) = 25,5
47
Keterangan :
N = jumlah subyek penelitian
Skor minimum empirik = skor paling rendah yang diperoleh dari data penelitian
Skor minimum teoritik = skor paling rendah yang mungkin diperoleh subyek pada
skala
Skor maksimum empirik = skor paling tinggi yang diperoleh dari data penelitian
Skor maksimum teoritik = skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subyek
pada skala
Mean empirik = rata – rata skor yang diperoleh dari data penelitian
Mean teoritik = rata – rata skor yang mungkin diperoleh subyek pada skala
Standar deviasi empirik = menunjukkan variasi jawaban penelitian
Standar deviasi teoritik = variasi jawaban yang mungkin terjadi pada skala
c. Distribusi Frekuensi Penyesuaian DiriTabel 7
Tabel Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri
Skor Frekuensi Persentase79
111119122123124125127129133134135137138139140141142143144145
211112121112231323432
211112121112221
2,92
2,93,92,92
48
146147148149150151152153155156157158159160161162163164165166167168169171172176176177178
Total
64121233522216122221151111111
102
5,93,91212
2,92,94,92221
5,91222211
4,91111111
100
Dari hasil pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows
13.0 diperoleh gambaran tantang distribusi frekuensi penyesuaian diri warga
Asrama Syantikara. Skor penyesuaian diri terendah sebesar 79 yaitu pada 2
subyek dan skor tertinggi yang dicapai adalah sebesar 178 yaitu pada 1 subyek.
49
d. Grafik Penyesuaian Diri Warga Asrama Syantikara
178
177
176
173
172
171
169
168
167
166
165
164
163
162
161
160
159
158
157
156
155
153
152
151
150
149
148
147
146
145
144
143
142
141
140
139
138
137
135
134
133
129
127
125
124
123
122
119
111
79
total
6
5
4
3
2
1
0
Fre
qu
en
cy
total
e. Kategori Penyesuaian Diri
Penggolongan dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :
(μ + 1,0 σ) ≤ x : kategori tinggi
(μ - 1,0 σ) ≤ x < (μ + 1,0 σ) : kategori sedang
x < (μ - 1,0 σ) : kategori rendah
Dari perhitungan nilai teoritis sebelumnya diketahui bahwa standar deviasi
(σ) = 26 dan mean (μ) = 76,5 , maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
(76,5 + 1,0 . 26) ≤ x : kategori tinggi
(76,5 - 1,0 . 26) ≤ x < (76,5 + 1,0 . 26) : kategori sedang
x < (76,5 - 1,0 . 26) : kategori rendah
sehingga perolehan kategorinya :
50
Tabel 8Kategorisasi
Skor KategoriX ≥ 103 Tinggi51 – 103 SedangX < 51 Rendah
Dari hasil penelitian diperoleh hasil demikian :Tabel 9
Tabel Hasil Penelitian
Kategori Jumlah Subyek PersentaseTinggiSedangRendah
10020
98,041,96
0Total 102 100
Sebanyak 100 orang subyek (98,4%) dari jumlah keseluruhan subyek termasuk
kategori tinggi, sedangkan 2 orang yang lainnya termasuk kategori sedang, yaitu
1,96%.
e.1. aspek kontrol emosi (12 item)
Xmin : 12 x 1 = 12
Xmaks : 12 x 4 = 48
Range : 48 – 12 = 36
Standar deviasi (δ) : 36 / 6 = 6
Mean (µ) : (12 + 48) / 2 = 60 / 2 = 30
Dengan standar deviasi (δ) = 6 dan Mean (µ) = 30, maka kategori menjadi :
30 + 1,0 (6) ≤ X : tinggi
30 – 1,0 (6) ≤ X < 30 + 1,0 (6) : sedang
X < 30 – 1,0 (6) : rendah
Sehingga perolehan kategorinya adalah sebagai berikut :
51
Tabel 10Kategorisasi Aspek 1
Skor KategoriX ≥ 36 Tinggi24 - 36 SedangX < 24 Rendah
Dari hasil penelitian didapatlah sejumlah 23 orang (22,55%) mendapatkan
kategori tinggi, sedangkan yang terbanyak adalah yang berada di kategori sedang,
sebesar 70,59%, yaitu 72 orang. Dan yang berada pada kategori rendah yaitu 7
orang (6,86%).
e.2. aspek belajar dari pengalaman (14 item)
Xmin : 14 x 1 = 14
Xmaks : 14 x 4 = 56
Range : 56 – 14 = 42
Standar deviasi (δ) : 42 / 6 = 7
Mean (µ) : (14 + 56) / 2 = 70/ 2 = 35
Dengan standar deviasi (δ) = 7 dan Mean (µ) = 35, maka kategori menjadi :
35 + 1,0 (7) ≤ X : tinggi
35 – 1,0 (7) ≤ X < 35 + 1,0 (7) : sedang
X < 35 – 1,0 (7) : rendah
Sehingga perolehan kategorinya adalah sebagai berikut :
Tabel 11Kategorisasi Aspek 2
Skor KategoriX ≥ 42 Tinggi28 – 42 SedangX < 28 Rendah
52
Dari hasil penelitian didapatlah sejumlah 67 orang (65,69%) mendapatkan
kategori tinggi, sedangkan yang berada di kategori sedang sebesar 35,35%, yaitu
33 orang. Dan yang berada pada kategori rendah yaitu 2 orang (1,96%).
e.3. aspek berorientasi pada tugas (12 item)
Xmin : 12 x 1 = 12
Xmaks : 12 x 4 = 48
Range : 48 – 12 = 36
Standar deviasi (δ) : 36 / 6 = 6
Mean (µ) : (12 + 48) / 2 = 60 / 2 = 30
Dengan standar deviasi (δ) = 6 dan Mean (µ) = 30, maka kategori menjadi :
30 + 1,0 (6) ≤ X : tinggi
30 – 1,0 (6) ≤ X < 30 + 1,0 (6) : sedang
X < 30 – 1,0 (6) : rendah
Sehingga perolehan kategorinya adalah sebagai berikut :
Tabel 12Kategorisasi Aspek 3
Skor KategoriX ≥ 36 Tinggi24 - 36 SedangX < 24 Rendah
Dari hasil penelitian didapatlah sejumlah 50 orang (49,02%) mendapatkan
kategori tinggi, sedangkan yang berada di kategori sedang sebesar 48,04%, yaitu
49 orang. Dan yang berada pada kategori rendah yaitu 3 orang (2,94%).
e.4. aspek interaksi sosial (13 item)
Xmin : 13 x 1 = 13
Xmaks : 13 x 4 = 52
53
Range : 52 – 13 = 39
Standar deviasi (δ) : 39 / 6 = 6,5 = 7
Mean (µ) : (13+ 52) / 2 = 65 / 2 = 32,5 = 33
Dengan standar deviasi (δ) = 7 dan Mean (µ) = 33 maka kategori menjadi :
33 + 1,0 (7) ≤ X : tinggi
33 – 1,0 (7) ≤ X < 33 + 1,0 (7) : sedang
X < 33 – 1,0 (7) : rendah
Sehingga perolehan kategorinya adalah sebagai berikut :
Tabel 12Kategorisasi Aspek 4
Skor KategoriX ≥ 40 Tinggi26 – 40 SedangX < 26 Rendah
Dari hasil penelitian didapatlah sejumlah 42 orang (41,18%) mendapatkan
kategori tinggi, sedangkan yang terbanyak adalah yang berada di kategori sedang,
sebesar 58,82%, yaitu 60 orang. Dan tidak ada yang berada pada kategori rendah.
Setelah dilakukan pengkategorian seperti yang tertera di atas,
keseluruhannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13Kategorisasi Persentase per Aspek
Aspek Penyesuaian
Diri
Kategori Jumlah Subjek Persentase
Tinggi 23 22,55
Sedang 72 70,59
Kontrol emosi
Rendah 7 6,86
Tinggi 67 65,69
Sedang 33 32,35Belajar dari pengalaman
Rendah 2 1,96
54
Tinggi 50 49,02
Sedang 49 48,04
Berorientasi pada tugas
Rendah 3 2,94
Tinggi 42 41,18
Sedang 60 58,82Interaksi sosial
Rendah 0 0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aspek belajar dari pengalaman merupakan
aspek yang tingkat rata – ratanya tinggi, yaitu sebesar 65,69%. Sedangkan aspek
berorientasi pada tugas berada pada tingkat kedua tertinggi, yaitu 49,02%. Yang
ketiga sebesar 41,18% adalah aspek interaksi sosial. Dan yang terakhir yakni
aspek yang pertama, yaitu kontrol emosi sebesar 22,55%.
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari deskripsi data di atas dapat dilihat bahwa skor minimum empirik
lebih besar dari skor minimum teoritik (79 > 51). Skor maksimum empirik
mendekati skor maksimum teoritik. Sedangkan mean empirik lebih besar dari
mean teoritik (148,49 > 127,5). Ini berarti subyek penelitian secara umum memiliki
tingkat penyesuaian diri yang tinggi. Jika standar deviasi empirik lebih kecil dari
standar deviasi teoritik berarti tingkat variasi jawaban subyek pada kelompok data
lebih rendah dari pada tingkat variasi jawaban teoritik. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat penyesuaian diri pada subyek cenderung homogen, dapat dikatakan
merata.
Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa skor yang didapat dari
seluruh subyek termasuk tinggi, yaitu 100 orang berada di kategori tinggi
(98,04%), sedangkan 2 orang termasuk kategori sedang. Hal ini mengindikasikan
55
bahwa warga Asrama Syantikara mempunyai tingkat penyesuaian diri yang tinggi.
Menurut peneliti ini mungkin terjadi karena kesadaran sebagai seorang individu
yang memasuki kehidupan berasrama. Mau tidak mau mereka harus
menyesuaikan diri dengan tata cara, peraturan dan kebiasaan di asrama serta
warga lain sebagai sesama penghuni asrama. Lama tinggal di asrama bagi subyek
juga berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hanya sebagian kecil subyek yang
baru mulai tinggal di asrama, yaitu sebanyak 30 orang. Bagi 72 orang subyek
lainnya hal mengenai penyesuaian diri merupakan suatu hal yang telah menjadi
kebiasaan mereka sehari – hari. Malahan mereka-lah yang harus mengajari adik –
adik baru di unit mereka bagaimana tata cara dan kebiasaan sehari – hari di
asrama.
Selain itu adanya POSMA bagi penghuni asrama yang baru, serta kegiatan
– kegiatan lain yang diadakan di asrama rupanya amat membantu proses
penyesuaian diri terjadi. Menurut Sears (1994) pada dasarnya hal ini terjadi
karena dua alasan, yaitu :
a. Karena perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat
Adanya “simbok” dan senior lain di dalam satu unit yang sama dengan
yunior berfungsi untuk mengenalkan tata cara dan peraturan kehidupan
berasrama. POSMA yang diadakan oleh para senior pun tujuan utamanya
adalah untuk membantu proses penyesuaian diri para yunior.
b. Karena ingin diterima dan menghindari celaan
Suapaya merasa nyaman, dapat bersosialisasi , dan tidak menjadi bahan
pembicaraan maka seorang penghuni asrama harus dapat menyesuaikan
dirinya dengan baik.
56
Dari seleksi item terlihat bahwa aspek – aspek yang ada tidak
menunjukkan ketimpangan yang terlalu berarti. Aspek yang paling banyak lolos
mempunyai skor paling tinggi dibandingkan aspek yang lain, yakni aspek belajar
dari pengalaman, sebanyak 14 item. Jumlah subyek yang mendapat skor tinggi
pada aspek ini sebanyak 67 orang, yaitu 65,69% dari 102 orang jumlah
keseluruhan, sedangkan yang berada di kategori sedang ada 33 orang, yaitu
32,35%. Ada dua subyek berada di kategori rendah, yaitu 1,96%. Ini menandakan
bahwa para warga Asrama Syantikara mampu menerima kenyataan yang sudah
terjadi dan mau belajar dari kesalahan untuk mencapai hasil yang lebih baik di
kemudian hari. Berarti seperti harapan Carballo (dalam Sarwono, 2005) warga
Asrama Syantikara telah berhasil menyesuaikan diri yang sesuai dengan usia
mereka. Gunarsa (1985) mengungkapkan bahwa ciri orang yang mampu
menyesuaikan diri dengan baik itu adalah dapat menerima dirinya dan dapat
menerima kekurangan dan kelebihan sendiri. Menurut Schneiders (dalam Ali dan
Asori, 2004) pengalaman menyehatkan yang dialami individu (sesuatu yang
mengenakkan, mengasyikkan, dan bahkan dirasa ingin mengulangnya kembali)
akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru. Selain itu adanya latihan akan membantu
individu untuk lebih mampu menyesuaikan diri. Tidak jarang seseorang yang
sebelumnya memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku,
tetapi karena melakukan latihan secara sungguh – sungguh, akhirnya lambat laun
menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
57
Aspek yang skor jawaban subyeknya termasuk kategori tinggi nomor dua
adalah aspek berorientasi pada tugas (12 item). Sebanyak 50 orang subyek dari
102 orang mendapat kategori tinggi, sekitar 49,02%. Yang termasuk kategori
sedang ada 49 orang (48,04%), sedangkan yang termasuk rendah ada 3 orang,
yakni sebesar 2,94% dari keseluruhan yang ada. Sebagai mahasiswa sekaligus
warga Asrama Syantikara subyek mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk
mengutamakan tugas dan kewajibannya baik di asrama maupun di kampus. Warga
(1983) mengatakan bahwa seorang yang mampu menyesuaikan diri itu ciri –
cirinya berpotensi kerja tinggi, produktif di masyarakat, dan mengerjakan
tugasnya. Selain itu menurut Darlega dan Janda (1978) seorang yang mampu
menyesuaikan diri itu mampu memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Aspek yang berada di urutan ketiga tertinggi adalah interaksi sosial, yaitu
sebanyak 42 orang (41,18%) dari 102 subyek. 60 orang lainnya (58,82%) berada
di kategori sedang. Tidak ada subyek yang menduduki kategori rendah. Setiap
individu di asrama haruslah mempunyai keterampilan sosial untuk berinteraksi
dengan sesama penghuni yang lain. Hal ini mutlak diperlukan karena individu
hidup bersama sehingga setiap individu akan saling mempengaruhi satu sama lain.
Kemudian timbullah suatu pola kebudayaan dan tingkah laku yang sesuai dengan
sejumlah aturan, kebiasaan, dan nilai – nilai yang mereka patuhi demi mencapai
penyelesaian persoalan hidup sehari – hari (www.e-psikologi.com). Dalam hal ini
individu dan masyarakat sebenarnya sama – sama memberikan dampak bagi
komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang
58
ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang
diberikan oleh si individu. Proses yang masih harus dilakukan individu kemudian
adalah kemauan untuk mematuhi norma –norma dan peraturan sosial
kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun
dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai – nilai tertentu yang mengatur
hubungan individu dengan kelompok. Dalam hal ini masyarakat adalah penghuni
Asrama Syantikara. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan
dengan kaidah – kaidah dan peraturan – peraturan tersebut lalu mematuhinya
sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi
pola tingkah laku kelompok.
Aspek terakhir adalah kontrol emosi. Sebanyak 23 orang dari 102 subyek
berada di kategori tertinggi (22,55%). Justru sebagian besar subyek berada pada
kategori sedang, yaitu sebanyak 72 orang (70,59%), sedangkan yang berada pada
kategori rendah hanya 7 orang subyek (6,86%) dari keseluruhan 102 orang subyek
Kemampuan warga asrama Syantikara dalam mengendalikan emosinya ketika
menghadapi tuntutan – tuntutan baik dari dalam maupun dari luar dirinya
termasuk sedang, yang mana hal ini sangat dibutuhkan dalam hidup bersama
seperti yang mereka alami. Salah satu ciri orang yang mampu menyesuaikan diri
menurut Warga (1983) yaitu individu tidak mudah terganggu emosinyaoleh stress/
tekanan. Demikian halnya dengan Darlega dan Janda (1978) yang mengatakan
bahwa salah satu aspek penyesuaian diri yaitu mampu mengendalikan luapan
emosi, sehingga individu merupakan orang yang tidak mudah marah, tidak mudah
59
iri hati, tidak mudah mengalami kekecewaan, dan merupakan orang yang mampu
memberi respon yang rasional serta mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
konflik.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh gambaran bahwa secara
umum warga Asrama Syantikara mempunyia tingkat penyesuaian diri yang tinggi.
Secara umum dari 102 orang subyek, sebanyak 100 orang subyek skor
penyesuaian dirinya termasuk kategori tinggi, sebesar 98,04%, sedangkan dua
orang lainnya (1,96%) berada di kategori sedang.
B. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan yang dialami saat melakukan penelitian ini,
antara lain :
1. Tidak bertemu mukanya peneliti dengan subyek (peneliti tidak menunggui
saat pengisian skala). Peneliti hanya menitipkan skala untuk dibagikan
pada seluruh warga asrama Syantikara. Bisa jadi pada saat pengisian skala
ada pertanyaan yang kurang dimengerti maksudnya oleh subyek.
2. 30 orang subyek adalah warga Asrama Syantikara tahun pertama. Pada
saat terjadinya penelitian mereka belum genap 2 bulan tinggal di asrama
dan mungkin belum genap 1 bulan menjadi mahasiswa, sedangkan ada
beberapa pertanyaan yang mengarah kepada kehidupan dan tugas
kemahasiswaan serta tugas dan kewajiban di asrama.
61
C. Saran
a. Bagi pengurus Asrama Syantikara
Selama ini menurut peneliti kegiatan – kegiatan yang diadakan telah
menunjang proses penyesuaian diri warga, tidak hanya ke dalam asrama,
tapi juga ke luar asrama. Harapan peneliti semoga Asrama Syantikara
semakin memperkaya warganya dengan kegiatan – kegiatan yang semakin
baik kualitasnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian di Asrama
Syantikara.
Banyak hal yang dapat dikaji di Asrama Syantikara, terutama bagi
penelitian sosial dan psikologi. Oleh sebab itu hendaknya diadakan
penelitian yang lebih mendalam.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asori, M. 2004. Psikologi Remaja. Bandung: Bumi Aksara
Azwar, Saifuddin . 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______________. 1997. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_______________. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______________. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : PustakaPelajar.
B., Triton P. 2006. SPSS 13.0 Terapan, Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta :Penerbit ANDI
Darlega, V.I. & Janda, L.H. 1978. Personal Adjustment The Psychology ofEveryday Life.New Jersey: General Learning Press.
Gerungan, DR.W.A., 1996. Psikologi Sosial. Bandung: PT Eresco.
Hadi, S. 1991. Analisis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta : Andi Offset.
______. 1996. Statistik Jilid II. Yogyakarta : Andi Offset.
Huffman, K., Vernon, M., & Vernon, J. 1997. Psyhology in Action. Canada: JohnWiley & Sons Inc.
Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas. Bandung: MandarMaju
Kartono, K.1997. Patologi Sosial 3: Gangguan – Gangguan Kejiwaan. Jakarta:Raja Grafindo Perkasa.
Kerlinger, Fred N. 1993. Asas – Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : GadjahMada University Press.
Meichati, S. 1969. Mental Hygiene dan Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fak.Psikologi UGM.
Meichati, S. 1974. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fak.Psikologi Universitas Gadjah Mada.
63
Mutadin,Z. 2002. www.e-psikologi .com.
Nashori, H.Fuad Psi. 2007. Seni Beradaptasi di Perantauan. Majalah PsikologiPlus.
Nawawi, Hadari. Prof. Dr., 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.
.Prasetyo, E. Catur Eko. 2004 . Perbedaan Kemandirian Pelajar dari Keluarga
dengan Pola Asuh Demokratis yang Tinggal di Kos dan yang Tinggal diAsrama. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi USD.
Riduwan, Drs. M.B.A. 2002. Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian.Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sears, David O. dkk. 1994. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
Soesilowindradini, Dra.MA. 2006 . Psikologi Perkembangan Masa Remaja.Surabaya:Usaha Nasional
Sophiani, R. 1999. Asertivitas dan Penyesuaian Diri Pada Masa Dewasa Dini.Skripsi (tidak diterbitkan).Semarang:Fakultas Psikologi UnikaSoegijapranata.
Sukmarani. 2000. Korelasi Antara Penyesuaian Diri dan Tipe KepribadianEkstravert-Intravert Pada Siswa SMU van Lith Muntilan. Skripsi (tidakditerbitkan). Yogyakarta :Fakultas Psikologi USD.
Suryabrata, S. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Garfindo Persada.
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13, Analisis Data Statistik.Yogyakarta : Penerbit ANDI
Vembriarto,St. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widia SaranaIndonesia.
Warga, Richard G. 1983. Personal Awareness A Psychology of Adjustment.Boston: Houghton Mifflin Company.
Widhayanie, M.H.. 2004. Asrama Sebagai Ruang Pembelajaran Pluralisme.Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fisipol UGM.
64
Wijayengrana, Mira Sunu. 2004. Tingkat Agresivitas Siswa SMU InstitutIndonesia. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta :Fakultas PsikologiUSD.
jbptgunadarma-gdl-s1-2004-herdiyanma-641-bab1.pdf
_________. 2007. Jangan Lengkapi Wajah Malaikat dengan Tubuh Setan.Majalah Psikologi Plus vol.II no.1 Juli
65
LAMPIRAN ASKALA PENELITIAN
66
Identitas Subjek Penelitian
Nama (Initial) :
Umur :
Asal :
Unit :
Tahun (tahun ke berapa tinggal di asrama) :
Kepada teman – teman warga Asrama Syantikara yang terkasih,
Di tengah kesibukan yang tengah Anda jalani, Saya meminta kesediaan
teman – teman meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala penelitian yang
telah Saya buat guna memenuhi tugas akhir perkuliahan di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta.
Untuk itu Saya mohon teman – teman membaca dengan seksama serta
mengisi pernyataan secara lengkap, sesuai dengan keadaan diri Anda tanpa
dipengaruhi oleh siapapun. Tidak ada jawaban yang salah atau memalukan
jika teman – teman menjawab sesuai dengan keadaan diri Anda sendiri.
Setiap orang memiliki sifat dan pengalaman yang berbeda – beda, sehingga
dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk.
Pelu diketahui bahwa jawaban teman – teman akan terjamin
kerahasiaannya. Saya sangat berharap tidak ada pernyataan yang terlewati
atau tidak terjawab. Mohon pernyataan dijawab sesuai dengan keadaan diri
Anda, bukan jawaban yang sesuai dengan keinginan Anda.
Atas bantuan dan kerjasamanya Saya ucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya.
Anastasia Ika
Septiana
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Jogjakarta
Petunjuk Pengisian :
Baca dan pahami baik – baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan – pernyataan tersebut sesuai dengan diri
Anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom pilihan jawaban yang
tersedia. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan atau tidak
terjawab.
Pilihan jawaban terdiri atas :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Skala Penelitian Psikologi
No Pertanyaan SS S TS STS
1. Saya sabar menghadapi orang yang menjengkelkan saya.
2. Saya tidak panik saat mendapatkan tugas yang mendadak.
3. Biarlah orang lain yang mencarikan solusi atas permasalahan
saya.
4. Waktu kuliah adalah saat yang menyenangkan.
5. Bila mempunyai masalah, saya akan langsung mencari
solusinya.
6. Tugas – tugas kuliah saya kerjakan dengan sepenuh hati.
7. Saya tidak mudah menyerah bila menghadapi permasalahan
yang sulit.
8. Saya mudah lari dari masalah.
9. Saya panik bila berada di tengah orang – orang yang tidak
saya kenal.
10. Menurut saya banyak teman akan merepotkan.
11. Saya tidak sabar menghadapi orang yang menjengkelkan
saya.
12. Saya senang bertemu dan berhubungan dengan orang baru.
13. Saya berkeringat dingin bila mendapat tugas mendadak.
14. Saya senang menerima kritik dan saran.
15. Saya ikut kegiatan baik di dalam maupun luar asrama supaya
teman saya bertambah.
16. Saya sering kesepian walaupun berada di asrama.
17. Kesalahan di masa lalu merupakan pelajaran yang berharga
dalam hidup saya.
18. Saya tidak mudah tersinggung dengan kata – kata kasar.
19. Saya canggung untuk memulai percakapan dengan orang
yang belum saya kenal.
20. Saya jarang cemas ketika saya mempunyai masalah.
21. Saya akan mengakui kesalahan saya.
22. Saya sering malas kuliah.
23. Saya curiga teman saya akan menyebarkan sharring saya.
24. Saya tersinggung bila orang lain mengkritik saya.
25. Saya tidak mudah menangis bila kangen rumah.
26. Saya risih bila ada orang yang perhatian pada saya.
27. Saya hanya tertawa menghadapi teman yang bercanda
kelewat batas.
28. Saya bahagia berada di tengah teman – teman.
29. Saya akan meminta maaf bila telah menyakiti orang lain.
30. Kesalahan di masa lalu tidak perlu diungkit – ungkit lagi.
31. Saya menyimpan pikiran dan perasaan saya sendiri.
32. Saya mudah bergaul dengan siapa saja.
33. Saya mudah tersinggung dengan perkataan orang lain.
34. Saya merasa terbebani dengan tugas kuliah.
35. Saya sulit mengakui kesalahan saya.
36. Teman – teman sering tidak menyadari bahwa saya sedang
bersedih.
37. Saya sulit tidur bila sedang bermasalah.
38. Aktivitas lain di luar kuliah bukanlah hal yang penting.
39. Saya mudah memaafkan kesalahan orang lain.
40. Saya mencoba mengatur nafas bila ada sesuatu yang
membuat saya marah.
41. Saya mengikuti kegiatan selain kuliah di luar kegiatan
asrama.
42. Pergi ke luar bersama teman – teman hanya membuang
waktu.
43. Saya baru mau mengerjakan tugas kebersihan unit bila saya
ingin.
44. Saya memiliki hubungan yang baik dengan teman – teman
saya.
45. Saya mudah melupakan hal – hal yang membuat saya
jengkel.
46. Kegagalan adalah sukses yang tertunda.
47. Saya belum pernah diminta menjadi panitia dalam kegiatan
apapun.
48. Meminta maaf akan menurunkan harga diri saya di mata
orang.
49. Saya sering menunda – nunda waktu untuk mengerjakan
tugas kuliah dan asrama.
50. Tidak mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain.
51. Saya tidak suka menyimpan amarah berlarut – larut.
52. Sudah sepantasnya saya ikut serta menjaga kebersihan dan
kerapian unit.
53. Saya sering menangis karena kangen rumah.
54. Saya menikmati setiap aktivitas yang saya jalani.
55 Saya takut acara di asrama akan berantakan bila saya yang
menjadi panitia.
56. Saya suka memperhatikan dan diperhatikan orang lain.
57. Saya menerima diri saya apa adanya.
58. Kegagalan membuat pikiran saya buntu.
59. Teman – teman sering melibatkan saya dalam pembicaraan
atau diskusi.
60. Saya langsung mengerjakan tugas kuliah dan asrama tanpa
menunda waktu.
61. Saya ingin melabrak teman yang menurut saya bercanda
kelewat batas.
62. Saya mengikuti kegiatan di asrama karena terpaksa
63. Saya senang diserahi tanggung jawab bila di asrama ada
acara.
64. Selalu ada teman yang menghibur bila saya bersedih.
65. Saya menjadi gemetar bila marah dan takut.
66. Saya kesulitan mengatur waktu untuk belajar.
67. Bagi saya kegiatan di asrama merupakan merupakan sarana
refreshing dari tugas kuliah.
68. Saya memilih menjadi hadirin dibanding panitia.
69. Saya masih ingat setiap kejadian yang menjengkelkan saya.
70. Saya pantang putus asa bila keadaan tidak berjalan seperti
yang saya inginkan.
71. Saya ingin balas dendam pada orang yang menyakiti saya.
72. Saya bisa mengatur waktu belajar.
73. Saya mudah bosan dengan rutinitas.
74. Saya sering merasa tidak bahagia dengan keadaan diri saya.
75. Saya akan mengerjakan tugas kuliah yang sulit bila
waktunya sudah mendekati deadline.
76. Saya sering berjalan – jalan dengan teman – teman.
77. Kenyataan adalah hal yang harus dihadapi.
78. Saya sulit percaya pada orang lain.
79. Saya frustrasi bila rencana saya berantakan.
80. Saya sulit menerima kenyataan.
81. Saya termasuk aktif bila di asrama ada kegiatan.
82. Kegiatan wajib di asrama hanya membuang – buang waktu
saja.
83. Keberhasilan di masa lalu menjadi pegangan bagi saya untuk
berusaha lebih baik lagi.
84. Hampir di setiap kegiatan yang saya ikuti baik di asrama
maupun di luar asrama, saya diminta menjadi panitia.
85. Saya mudah percaya pada orang lain.
86. Tugas kuliah yang sulit membuat saya semakin tertantang
untuk mengerjakannya.
87. Keberhasilan di masa lalu membuat saya terlena.
88. Kegiatan yang diwajibkan asrama untuk diikuti oleh
penghuni asrama merupakan sarana untuk pengembangan
diri.
LAMPIRAN BDATA PENELITIAN
67
LAMPIRAN CSELEKSI ITEM
68
Reliability
Case Processing Summary
102 100.0
0 .0
102 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.917 88
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
item1 251.07 416.876 .169 .917
item2 251.22 415.874 .203 .916
item3 250.46 414.845 .284 .916
item4 250.65 419.993 .060 .917
item5 250.50 412.233 .452 .915
item6 250.71 415.418 .323 .916
item7 250.60 414.421 .280 .916
item8 250.70 403.936 .607 .914
item9 250.79 410.739 .402 .915
item10 250.26 411.028 .394 .915
item11 251.11 408.216 .440 .915
item12 250.32 414.043 .322 .916
item13 250.80 414.179 .360 .916
item14 250.63 410.573 .372 .915
item15 250.31 411.227 .417 .915
item16 250.76 409.706 .364 .915
item17 250.08 411.222 .410 .915
item18 251.09 410.933 .300 .916
item19 251.16 404.985 .480 .914
item20 251.35 418.211 .119 .917
item21 250.57 414.050 .394 .915
item22 250.83 406.219 .467 .915
item23 250.88 407.748 .552 .914
item24 250.77 404.592 .653 .914
item25 251.13 418.627 .059 .918
item26 250.69 404.277 .565 .914
item27 251.12 420.303 .028 .918
item28 250.13 411.597 .431 .915
item29 250.27 409.528 .466 .915
item30 251.91 426.160 -.173 .919
item31 251.28 421.314 -.011 .918
item32 250.64 415.362 .222 .916
item33 250.90 403.297 .659 .913
item34 250.81 414.391 .288 .916
item35 250.71 409.497 .467 .915
item36 251.37 412.216 .285 .916
item37 251.33 419.274 .045 .918
item38 250.44 414.922 .265 .916
item39 250.81 407.579 .504 .914
item40 250.48 416.252 .188 .916
item41 250.46 419.974 .051 .917
item42 250.37 420.058 .050 .917
item43 250.43 412.505 .303 .916
item44 250.51 415.262 .240 .916
item45 251.12 405.253 .522 .914
item46 250.21 421.413 -.006 .918
item47 250.30 409.085 .415 .915
item48 250.24 407.013 .498 .914
item49 251.00 411.564 .305 .916
item50 250.86 406.436 .497 .914
item51 250.81 404.846 .568 .914
item52 250.07 417.332 .178 .916
item53 250.94 413.185 .223 .917
item54 250.40 417.431 .172 .916
item55 250.73 406.082 .538 .914
item56 250.55 410.824 .358 .915
item57 250.40 409.570 .438 .915
item58 250.67 409.888 .416 .915
item59 250.62 419.050 .130 .917
item60 251.14 416.753 .178 .916
item61 250.72 407.631 .448 .915
item62 250.44 407.358 .512 .914
item63 250.78 405.478 .557 .914
item64 250.51 420.629 .030 .917
item65 251.01 420.802 .013 .918
item66 250.99 413.733 .262 .916
item67 250.90 417.376 .129 .917
item68 250.96 406.573 .523 .914
item69 251.23 403.761 .521 .914
item70 250.83 413.586 .315 .916
item71 250.60 400.896 .627 .913
item72 250.97 418.346 .134 .917
item73 251.25 411.316 .331 .916
item74 250.66 413.931 .245 .916
item75 251.14 405.862 .446 .915
item76 250.58 420.048 .049 .917
item77 250.09 415.685 .242 .916
item78 251.08 409.974 .437 .915
item79 251.11 409.721 .424 .915
item80 250.72 414.205 .284 .916
item81 251.00 414.119 .307 .916
item82 250.49 408.866 .515 .915
item83 250.11 418.572 .139 .917
item84 251.13 409.736 .413 .915
item85 251.17 414.259 .269 .916
item86 250.80 416.852 .181 .916
item87 250.76 410.202 .385 .915
item88 250.10 415.297 .300 .916
LAMPIRAN DUJI RELIABILITAS
69
Reliability
Case Processing Summary
102 100.0
0 .0
102 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.937 51
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
item1 145.36 281.580 .466 .936
item2 145.57 284.941 .290 .937
item3 145.56 275.061 .601 .935
item4 145.66 282.287 .320 .937
item5 145.13 280.944 .386 .937
item6 145.97 277.455 .482 .936
item7 145.19 284.411 .262 .937
item8 145.67 284.917 .269 .937
item9 145.49 278.629 .448 .936
item10 145.18 280.246 .453 .936
item11 145.63 281.424 .295 .937
item12 144.94 278.610 .527 .936
item13 145.95 282.344 .238 .938
item14 146.02 276.811 .441 .936
item15 145.43 282.723 .432 .936
item16 145.70 276.530 .477 .936
item17 145.75 277.598 .577 .935
item18 145.64 275.045 .674 .935
item19 145.55 273.973 .616 .935
item20 144.99 282.881 .344 .937
item21 145.14 277.862 .549 .936
item22 145.76 274.598 .651 .935
item23 145.57 278.525 .516 .936
item24 145.68 276.419 .573 .935
item25 145.29 280.289 .376 .937
item26 145.98 275.920 .525 .936
item27 145.17 279.804 .388 .937
item28 145.10 275.178 .597 .935
item29 145.86 280.377 .337 .937
item30 145.73 274.795 .589 .935
item31 145.68 274.439 .622 .935
item32 145.59 276.403 .551 .935
item33 145.41 279.156 .419 .936
item34 145.26 277.682 .526 .936
item35 145.53 282.212 .309 .937
item36 145.58 276.682 .500 .936
item37 145.30 275.897 .597 .935
item38 145.65 276.112 .561 .935
item39 145.82 276.622 .544 .935
item40 146.09 275.091 .508 .936
item41 145.70 281.461 .387 .937
item42 145.46 271.914 .647 .935
item43 146.11 280.869 .336 .937
item44 146.00 276.911 .430 .936
item45 145.94 279.719 .446 .936
item46 145.97 279.752 .421 .936
item47 145.86 281.961 .379 .937
item48 145.35 276.944 .621 .935
item49 145.99 280.030 .399 .936
item50 145.63 279.286 .420 .936
item51 144.96 285.444 .234 .937
LAMPIRAN EHASIL PENELITIAN
70
FrequenciesStatistics
total
Valid 102N
Missing 0
Mean 148.49
Median 149.00
Mode 146(a)
Std. Deviation 17.019
Variance 289.658
Range 99
Minimum 79
Maximum 178
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
total
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
79 2 2.0 2.0 2.0
111 1 1.0 1.0 2.9
119 1 1.0 1.0 3.9
122 1 1.0 1.0 4.9
123 1 1.0 1.0 5.9
124 2 2.0 2.0 7.8
125 1 1.0 1.0 8.8
127 2 2.0 2.0 10.8
129 1 1.0 1.0 11.8
133 1 1.0 1.0 12.7
134 1 1.0 1.0 13.7
135 2 2.0 2.0 15.7
137 2 2.0 2.0 17.6
138 3 2.9 2.9 20.6
139 1 1.0 1.0 21.6
140 3 2.9 2.9 24.5
141 2 2.0 2.0 26.5
142 3 2.9 2.9 29.4
143 4 3.9 3.9 33.3
144 3 2.9 2.9 36.3
145 2 2.0 2.0 38.2
146 6 5.9 5.9 44.1
147 4 3.9 3.9 48.0
148 1 1.0 1.0 49.0
149 2 2.0 2.0 51.0
150 1 1.0 1.0 52.0
Valid
151 2 2.0 2.0 53.9
152 3 2.9 2.9 56.9
153 3 2.9 2.9 59.8
155 5 4.9 4.9 64.7
156 2 2.0 2.0 66.7
157 2 2.0 2.0 68.6
158 2 2.0 2.0 70.6
159 1 1.0 1.0 71.6
160 6 5.9 5.9 77.5
161 1 1.0 1.0 78.4
162 2 2.0 2.0 80.4
163 2 2.0 2.0 82.4
164 2 2.0 2.0 84.3
165 2 2.0 2.0 86.3
166 1 1.0 1.0 87.3
167 1 1.0 1.0 88.2
168 5 4.9 4.9 93.1
169 1 1.0 1.0 94.1
171 1 1.0 1.0 95.1
172 1 1.0 1.0 96.1
173 1 1.0 1.0 97.1
176 1 1.0 1.0 98.0
177 1 1.0 1.0 99.0
178 1 1.0 1.0 100.0
Total 102 100.0 100.0
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
total
N 102
Mean 253.63Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 20.535
Absolute .071
Positive .041
Most ExtremeDifferences
Negative -.071
Kolmogorov-Smirnov Z .715
Asymp. Sig. (2-tailed) .685
a Test distribution is Normal.b Calculated from data.
ASPEK 1
KONTROL EMOSI
Statistics
total
Valid 102N
Missing 0
Sum 3261
total
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
15 2 2.0 2.0 2.0
19 1 1.0 1.0 2.9
21 2 2.0 2.0 4.9
22 1 1.0 1.0 5.9
23 1 1.0 1.0 6.9
25 3 2.9 2.9 9.8
26 1 1.0 1.0 10.8
27 1 1.0 1.0 11.8
28 2 2.0 2.0 13.7
29 7 6.9 6.9 20.6
30 11 10.8 10.8 31.4
31 15 14.7 14.7 46.1
32 8 7.8 7.8 53.9
33 5 4.9 4.9 58.8
34 7 6.9 6.9 65.7
35 12 11.8 11.8 77.5
36 8 7.8 7.8 85.3
37 6 5.9 5.9 91.2
38 2 2.0 2.0 93.1
39 4 3.9 3.9 97.1
40 2 2.0 2.0 99.0
42 1 1.0 1.0 100.0
Valid
Total 102 100.0 100.0
ASPEK2
BELAJAR DARI PENGALAMAN
Statistics
total
Valid 102N
Missing 0
total
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
19 2 2.0 2.0 2.0
31 1 1.0 1.0 2.9
32 1 1.0 1.0 3.9
34 1 1.0 1.0 4.9
36 4 3.9 3.9 8.8
37 1 1.0 1.0 9.8
38 2 2.0 2.0 11.8
39 7 6.9 6.9 18.6
40 10 9.8 9.8 28.4
41 6 5.9 5.9 34.3
42 8 7.8 7.8 42.2
43 14 13.7 13.7 55.9
44 6 5.9 5.9 61.8
45 9 8.8 8.8 70.6
46 6 5.9 5.9 76.5
47 7 6.9 6.9 83.3
48 4 3.9 3.9 87.3
49 8 7.8 7.8 95.1
50 1 1.0 1.0 96.1
51 1 1.0 1.0 97.1
52 1 1.0 1.0 98.0
53 1 1.0 1.0 99.0
54 1 1.0 1.0 100.0
Valid
Total 102 100.0 100.0
ASPEK 3
BERORIENTASI PADA TUGAS
Statistics
total
Valid 102N
Missing 0
total
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
17 2 2.0 2.0 2.0
23 1 1.0 1.0 2.9
27 3 2.9 2.9 5.9
29 2 2.0 2.0 7.8
30 4 3.9 3.9 11.8
31 4 3.9 3.9 15.7
32 4 3.9 3.9 19.6
33 9 8.8 8.8 28.4
34 12 11.8 11.8 40.2
35 11 10.8 10.8 51.0
36 18 17.6 17.6 68.6
37 9 8.8 8.8 77.5
38 4 3.9 3.9 81.4
39 4 3.9 3.9 85.3
40 5 4.9 4.9 90.2
41 7 6.9 6.9 97.1
42 1 1.0 1.0 98.0
43 2 2.0 2.0 100.0
Valid
Total 102 100.0 100.0
ASPEK 4
INTERAKSI SOSIAL
Statistics
total
Valid 102N
Missing 0
total
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
27 1 1.0 1.0 1.0
28 2 2.0 2.0 2.9
29 2 2.0 2.0 4.9
31 1 1.0 1.0 5.9
32 4 3.9 3.9 9.8
33 3 2.9 2.9 12.7
34 4 3.9 3.9 16.7
35 4 3.9 3.9 20.6
36 7 6.9 6.9 27.5
37 13 12.7 12.7 40.2
38 7 6.9 6.9 47.1
39 12 11.8 11.8 58.8
40 7 6.9 6.9 65.7
41 5 4.9 4.9 70.6
42 6 5.9 5.9 76.5
43 7 6.9 6.9 83.3
44 4 3.9 3.9 87.3
45 5 4.9 4.9 92.2
46 2 2.0 2.0 94.1
47 5 4.9 4.9 99.0
48 1 1.0 1.0 100.0
Valid
Total 102 100.0 100.0
LAMPIRAN FSURAT KETERANGAN PENELITIAN
71