77
DESKRIPSI PERTUNJUKAN MUSIK BLUES DI MEDAN DI DALAM KOMUNITAS MEDAN BLUES SOCIETY SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : ALBERT HFE SIAHAAN NIM : 130707080 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2018

DESKRIPSI PERTUNJUKAN MUSIK BLUES DI MEDAN DI …mendominasi di kota Medan adalah musik Rock dan keberadaan musik Blues dalam komunitas Medan Blues Society di kota Medan benar-benar

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DESKRIPSI PERTUNJUKAN MUSIK BLUES DI MEDAN DI DALAM

KOMUNITAS MEDAN BLUES SOCIETY

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : ALBERT HFE SIAHAAN

NIM : 130707080

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2018

DESKRIPSI PERTUNJUKAN MUSIK BLUES DI MEDAN DI DALAM

KOMUNITAS MEDAN BLUES SOCIETY

OLEH:

NAMA : ALBERT HFE SIAHAAN

NIM : 130707080

DosenPembimbing I, DosenPembimbing II,

Drs. Irwansyah, M.A. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si.

NIP.196212211997031001 NIP.195804021987031003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2018

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada Tanggal : 18 JULI 2018

Hari : SENIN

Dr. Budi Agustono, M.S.

NIP. 196008051987031001

Panitia Ujian : TandaTangan

1. Drs. Irwansyah, M.A. ( )

2. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si. ( )

3. Drs. BebasSembiring M. Si ( )

4. Drs. KumaloTarigan, M.A. ( )

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

ArifniNetrirosa, SST., M.A.

NIP 196502191994032002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 APRIL 2018

ALBERT HFE SIAHAAN

130707080

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan keberadaan

musik Blues di kota Medan. Dan sebagai referensi tentang musik Blues. Metode

dalam penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dimana data

tersebut di teliti melalui wawancara, pengumpulan data, dalam bentuk buku, karya

tulis ilmiah maupun elektronik yang bahan materinya berdasarkan topik dari

penelitian. Penelitian ini memilih lokasi di Kafe Kaleng Jl. Jamin Ginting gang

Senina Padang Bulan No. 11 Medan. Dalam melancarkan penelitian penulis

menggunakan teori wighted scale. Diharapkan penelitian ini nantinya dapat

membantu komunitas-komunitas musik Blues di kota medan agar lebh

berkembang dan mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Populasi yang di

ambil dalam penelitian ini adalah pelaku musik dan penikmat dalam komunitas

Medan Blues Society serta informan yang berhubungan untuk menjadi kajian

dalam penelitian ini. Setelah dilihat, ditemukan hasil bahwa perkembangan musik

Blues di kota medan di mulai dari tahun 2000an dikarenakan musik yang sangat

mendominasi di kota Medan adalah musik Rock dan keberadaan musik Blues

dalam komunitas Medan Blues Society di kota Medan benar-benar ada dan masih

aktif sampai saat ini, walaupun sudah berganti nama dan kepengurusannya,

komunitas ini selalu mengadakan berbagai acara rutin sebulan sekali. Dalam hal

ini ketua dari komunitas diambil sebagai sampel penelitian untuk skripsi ini di

karenakan beliau adalah orang yang paling senior dan berpengaruh pada musik

Blues di kota Medan.

Kata kunci: Blues, Medan Blues Society, Pentatonic Blues, Medan.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat

dan anugerahnya yang begitu besar yang telah memberi petunjuk dan menyertai

hidup penulis, serta memberi kekuatan dan pengertian dalam penyelesaian skripsi

ini.

Skripsi ini berjudul “Deskripsi Pertunjukan Musik Blues Di Dalam

Komunitas Medan Blues Society”, skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penulisan atau penyusunan skripsi ini. Dan juga tidak luput dari kebosanan dan

jenuh yang penulis rasakan. Namun dengan adanya dorongan dari orang – orang

sekitar penulis maka penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,

Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasihyang tak terhingga

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, sebagai rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A., selaku ketua Program Studi

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

iii

4. Bapak Drs, Bebas Sembiring, M.Si, selaku sekretaris Program Studi

Etnomusikologi, Fakutas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan nasehat kepada penulis dalam masa perkuliahan,

sangat banyak nasehat dan pengalaman hidup yang penulis peroleh dari

beliau semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan kesehatan.

6. Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak memberikan arahan kepada penulis, dan saran – saran yang

sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A.,

Ph.D., Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Ibu Dra. Frida Deliana,

M.Si, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A.

Ph.D., Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D, Bapak Drs. Setia

Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs Fadlin, M.A. yang telah banyak

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis setelah bertahun – tahun

mengikuti perkuliahan. Semoga doa dari Bapak dan Ibu Dosen menyertai

Penulis sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang di terima ke tengah –

tengah masyarakat nantinya.

8. Secara khusus, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar – besarnya buat kedua orang tua yang penulis

hormati dan sayangi yaitu Bapak Ariondo Siahaan dan Ibu Elfi Zahara.

Terima kasih atas segala doa, ketabahan, kasih sayang, kerja keras,

semangat, dukungan moral dan material yang diberikan kepada penulis

iv

selama ini sampai penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Fakultas

Ilmu Budaya jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Terima

kasih semoga selalu diberi kesehatan dan murah rezeki oleh Tuhan yang

Maha Esa.

9. Terima kasih penulis ucapkan kepada kakak Nirwana Tampubolon buat

segala motivasi, bantuan, dorongan, serta doa yang kakak berikan,

sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan ini.

10. Terima kasih kepada abang Beng Handoko dan semua anggota Medan

Blues Society selaku informan penulis. Terima kasih buat segala informasi

yang sudah penulis terima sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan.

11. Teman – teman dari studio Musik B-three. Semoga Tuhan yang Maha Esa

senantiasa berkenan memberikan balasan yang setimpal bagi mereka

semua. Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di era globalisasi ini,

dan menjadi suatu bahan penelitian selanjutnya yang relevan.

Medan, 2018

Penulis

Albert H F E Siahaan

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Pokok Permasalahan ......................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 4

1.4 Konsep dan Kerangka Teori.............................................................. 5

1.4.1 Konsep .................................................................................... 5

1.4.2 Kerangka Teori ....................................................................... 8

1.5 Metode Penelitian.............................................................................. 12

1.5.1 Studi Kepustakaan .................................................................. 14

1.5.2 Studi Lapangan ....................................................................... 14

1.5.2.1 Observasi....................................................................... 15

1.5.2.2 Wawancara .................................................................... 16

1.5.2.3 Perekaman ..................................................................... 16

1.5.3 Kerja laboratorium .................................................................. 16

1.6 Lokasi Penelitian ............................................................................... 17

BAB II GENRE BLUES

2.1 Sejarah Awal Musik Blues ................................................................ 18

2.2 Asal Musik Blues dan Gambaran Umum Musik Blues .................... 20

2.2.1 Asal Musik Blues ................................................................... 20

2.2.2 Gambaran Umum Musik Blues ............................................. 22

2.3 Masuknya Musik Blues ke Medan Dalam Konteks Indonesia ......... 24

2.3.1 Masuknya Musik Blues Ke Indonesia………………………. 24

2.3.2 Masuknya Musik Blues Ke Medan………………………….. 26

BAB III MUSIK BLUES DI MEDAN DAN KEBERADAAN KOMUNITAS

MUSIK BLUES DI KOTA MEDAN 3.1 Musik Blues Di Medan ..................................................................... 28

3.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ............................................... 29

3.1.2 Keberadaan Musik Blues Di Medan ....................................... 30

3.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Musik Blues Di Medan ............ 31

3.1.3.1 Teknologi dan Media Masa .......................................... 32

3.1.3.2 Remaja………………………………………………… 33

3.1.3.3 Studio Musik………………………………………….. 33

3.1.3.4 Pertunjukan Musik……………………………………. 34

3.2 Keberadaan Komunitas Musik Blues di Kota Medan ....................... 36

3.2.1 Lahirnya Komunitas Musik Blues Kota Medan ..................... 36

3.2.2 Perkembangan Komunitas Musik Blues di Medan ................. 38

vi

BAB IV KARAKTERISTIK MUSIK BLUES DI DALAM KOMUNITAS

MEDAN BLUES SOCIETY

4.1 Karakteristik Musik Blues................................................................. 44

4.1.1 Birama ..................................................................................... 44

4.1.2 Tangga Nada Blues (Scale Pentatonic Blues) ......................... 47

4.2 Instrumentasi dalam musik Blues ..................................................... 48

4.3 Instrumentasi musik Blues dalam komunitas MBS .......................... 49

4.4 Metode pembelajaran musik Blues ................................................... 50

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 61

5.2 Saran .................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 63

DAFTAR INFORMAN……………………………………………… 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Musik Blues di Medan tidaklah begitu marak jika

dibandingkan dengan aliran-aliran musik lain. Daerah Medan sendiri masih sangat

melekat dengan jenis musik etnis, pop, metal, underground, dan dangdut

sehubungan karena pengaruh aliran musik tersebut sangatlah universal. Beda

halnya dengan aliran musik Blues.

Berdasarkan hal tersebut, jika berbicara tentang perkembangan Musik

Blues di kota Medan, erat hubungannya dengan komunitas musik Blues yaitu

Medan Blues Society atau yang dikenal dengan singkatan MBS. Sebelum MBS

pernah juga hadir Blues Brother Community (BBC) tetapi tidak berjalan dengan

lama. Bluesman pada BBC kemudian sepakat kembali untuk membentuk

komunitas baru yaitu MBS.

Medan Blues Society (MBS) adalah satu-satunya komunitas musik yang

beraliran Blues di Medan, Sumatera Utara, ditengah-tengah maraknya komunitas

musik beraliran lain.

Sejarah terbentuknya MBS berawal dari grup facebook, dimana Zul Fahmi

Pasaribu adalah pendiri utama yang juga merangkap sebagai Sekretaris MBS pada

periode tahun jabatan 2011 - 2015. Dedikasi Zul Fahmi terhadap dunia musik

selain kecintaannya terhadap Musik Blues, ia juga menumpahkannya dengan

menjadi Gitaris Band “Rockin Harmonic”, beraliran Rock Classic. Dengan

dipelopori oleh Beliau, Warung Nenek Ringroad, Medan menjadi tempat

2

pertemuan pertama yang dihadiri para musisi dari berbagai daerah untuk

menyepakati acara launcing berdirinya komunitas MBS. Hasil dari rapat para

musisi tersebut maka pada tanggal 08 Juli 2011, bertempat di Pitu Café, Medan

adalah hari lahirnya Medan Blues Society.

Visi dan Misi MBS berlandaskan charity yaitu komunitas non provit,

terbukti dengan aktivitas komunitas ini sejak tahun 2011 sampai sekarang sering

mengadakan event yang bertujuan hanya untuk menambah pengetahuan antar

musisi Medan tentang musik Blues dimana para peserta event tidak dipungut

biaya apapun. Kebersamaan para anggota dan wadah sejiwa yang berpedoman

pada kesederhanaan menjadikan MBS setiap tahunnya aktif mengadakan event

musik Blues. Pada tahun 2011 – 2013, MBS merupakan satu – satunya homeband

di Pitu Café Medan, aktivitas mereka konsisten mengadakan “Blues Night” setiap

bulan. Tahun 2014 MBS pun melebarkan sayapnya dengan perform di berbagai

café di Medan. Tidak berhenti di daerah Medan Kota saja, pada tahun 2015, MBS

pun menyemarakkan Musik Blues ke berbagai daerah di Sumatera Utara,

diantaranya perform di Roys Pub – Kabupaten Samosir, tahun 2016 di Bukit

Lawang, Binjai-Sumatera Utara. Antusias MBS tetap bertahan sampai saat ini

dengan menjadi homeband di Rock Café dimana aktivitas terakhir mereka pada

tanggal 16 - 17 Agustus 2017 guna menyambut Hut Kemerdekaan Ri Ke – 72,

mereka pun mengadakan acara Blues Night yang sukses dihadiri banyak musisi

Medan maupun Luar Daerah.

Sistem keanggotaan MBS tidak terstruktur secara formal, untuk hal – hal

yang berhubungan dengan event biasanya hanya diwakilkan oleh Ketua komunitas

sebagai “front liner” sehubungan karena seluruh anggota komunitas ini secara

3

sukarela bertanggung jawab bersama dalam setiap aktivitas atau event yang

diadakan MBS.

Aliran Blues di MBS diwarnai jenis musik White Blues dan Black Blues.

Hal ini dikarenakan musisi Blues atau Bluesman di MBS terdiri dari remaja dan

orangtua yaitu dengan range usia 19 tahun – 50 tahun. Bluesman MBS sendiri

banyak terinspirasi oleh musisi – musisi handal Indonesia maupun Dunia. Sebut

saja nama nama seperti Gugun Blues, John Mayer dari White Blues dan BB King,

Eric Clapton, Jimmy Hendrix (Black Blues).

Sampai saat ini MBS masih tetap exsist dan mendapatkan respon positif

dari kalangan musisi pada khususnya, MBS berpedoman akan selalu mengenalkan

musik Blues bagi kalangan masyarakat Medan, pada umumnya.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka pokok

permasalahan yang menjadi kajian tulisan ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan musik Blues di kota Medan.

2. Bagaimana keberadaan komunitas Medan Blues Society di kota Medan.

3. Bagaimana pertunjukan musik Blues di komunitas Medan Blues Society

4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Mantle Hood dalam musik, the unknown mengatakan bahwa salah satu

tujuan studi Etnomusikologi adalah “ mempelajari musik semua bangsa-bangsa

non-Eropa dan meliputi musik-musik suku bangsa, musik rakyat, dan musik

popular dari dunia Barat, dan hasil cangkokan dari musik-musik tersebut “

(1963:217).

Berdasarkan alasan diatas, penelitian yang penulis lakukan merupakan

salah satu bagian dari kajian dalam bidang Etnomusikologi. Adapun tujuan yang

ingin dicapai penulis dalam tulisan ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan musik Blues dari segi musikal dan pertunjukannya.

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan grup musik beraliran Blues di

kota Medan.

3. Untuk mengetahui teknik permainan Blues

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi di jurusan

Etnomusikologi, tentang salah satu musik populer yang berkembang di

kota Medan.

5

2. Dapat dijadikan data untuk bahan penulisan selanjutnya tentang musik

Blues.

3. Melalui hasil penelitian ini penulis dan pembaca akan mengetahui apa itu

musik Blues dan bagaimana perkembangan grup musik Blues di kota

Medan.

1.4 Konsep dan Kerangka Teori

1.4.1 Konsep

Koentjaraningrat (1980:207) menyebutkan bahwa konsep adalah system

pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu

masyarakat, masing-masing suku bangsa mempunyai istilah dalam musik yang

berbeda dengan suku lain.

Deskriptif, menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah

menggambarkan apaadanya. Kata “deskriptif” berasal dari bahasa Inggris yaitu

“deskriptive” yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan

gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan,

penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara

tulisan maupun lisan dengan sedetail-detailnya. Berdasarkan kedua kutipan

diatas, deskriptif yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bersifat menyatakan dan

menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkannya secara jelas

mengenai musik, kegiatan dan penampilan komunitas musik blues di kota Medan.

Seni pertinjukan Indonesia memiliki ciri yang istimewa. Ia adalah sosok

seni pertunjukan yang bersifat sangat lentur. Ia memiliki sifat yang demikian

6

karena lingkungan masyarakatnya selalu berada pada suatu kurun waktu tertentu,

mapan, dan mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu tradisi

(Umar Kayam, 2003:3).

Menurut Sal Murgiyanto (1996:156), pertunjukan adalah sebuah

komunikasi yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa

tanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah

tradisi seperti yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku

yang khas. Komunikasi akan terjadi jika pengirim pesan (pelaku pertunjukan)

benar-benar mempunyai maksud (intention) dan penonton memiliki perhatian

(attention) untuk menerima pesan. Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan

harus ada pemain (performer) penonton (audience), pesan yang dikirim dan cara

penyampaian yang khas. Melihat konsep di atas, berbagai pertunjukan Coconut

Head dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan dimana dalam pertunjukannya

ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan dengan penyampaian pesan yang

khas.

Pada situs http//id.wikipedia/org.wiki/komunitas dituliskan komunitas

berasal dari bahasa latin yaitu ”communitas” yang berarti ”kesamaan” kemudian

dapat diturukan dari communis yang berarti ”sama, publik, dibagi oleh semua

atau banyak”. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme

yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam

komunitas manusia individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, preperensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi

lain yang serupa.

7

Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan

kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan

norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam

bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas,

baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) musik adalah ilmu

atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan

temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan

dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan

bunyi-bunyi itu).

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwasanya musik dapat juga disebut sebagai media seni, dimana pada umumnya

orang mengungkapkan kreativitas dan ekspresi seninya melalui bunyi-bunyian

atau suara. Oleh karena itulah pengertian musik sangat Universal, tergantung

bagaimana orang memainkannya serta menikmatinya.

Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang

dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara)

adalah elemen musik paling dasar. Suara musik yang baik adalah hasil interaksi

dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan

suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan

karakter tersendiri pada setiap musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama

8

akan menghasilkan melodi tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara

irama dan melodi melahirkan bunyi yang harmoni.

“Blues” adalah musik yang berasal dari masyarakat Afrika-Amerika di

Deep South Amerika Serikat pada akhir abad ke 19 dari lagu rohani, lagu kerja,

teriakan lapangan (field hollers), dan narasi sederhana berirama balada. Pada

tulisan ini, maksud dari pada Blues adalah merupakan suatu aliran musik yang

berasal dan berkembang di Afrika – Amerika dan aliran musik blues tersebut juga

berkembang pesat di berbagai Negara.

1.4.2 Kerangka Teori

Teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang

merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas,

peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan, definisi,

baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat

teoritis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa dalam teori didalamnya harus terdapat konsep, defenisi dan proposisi,

hubungan logis diantara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi

yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi.

Berbagai teori dan metode keilmuan dan pendekatan etnomusikologis

dengan didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan

untuk mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai

produksi dari tingkah laku manusia (the product of behaviour). Hal ini seperti

yang dikatakan oleh Merriam (1964) di dalam bukunya The Antropology of Music

mengatakan bahwa “ The ultimate interest of man is man himself, and music part

9

of what he does and part of what he studies about”. “perhatian manusia yang

utama adalah manusia itu sendiri, dan musik yang termasuk di dalamnya adalah

merupakan bagian yang dikerjakan sebagai dirinya sendiri”.

Meriam ingin mengatakan bahwa dalam mempelajari manusia, salah satu

aspek yang cukup penting untuk mengungkapkannya ialah melalui musik, dimana

musik blues merupakan ungkapan perasaan untuk lebih merdeka dan bebas dalam

berkarya dan menunjukkan identitasnya. Sehingga dengan demikian manusia dan

musik adalah dua hal yang saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu dengan

yang lainnya. Dengan kata lain musik adalah merupakan produksi dari tata

tingkah laku yang sekaligus menjadi gambaran jiwa dan ekspresi seni

masyarakatnya.

Lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang

bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-

penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan

sesuai dengan tuntutan zaman.

Adapun dalam pembahasan terhadap pokok permasalahan dari penelitian

ini antara lain dalam hal:

-Teori perkembangan musik populer

Untuk membahas bahwa musik blues sebagai salah satu musik populer

yang selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman,

Nettl mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World (Manuel,

1998:2) bahwa musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang

diorientasikan kepada penonton, ditampilkan oleh para profesional yang

10

menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik

seni dari suatu budaya yang mulai pada abad ke-20, persebarannya meluas

melalui media massa, radio dan industri rekaman. Jadi jelas bahwa konser-konser

musik blues dalam hal ini sebagai salah satu sub genre dari musik rock yang

sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar dan media massa

yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan

musik blues.

Dalam mendeskripsikan musik blues ini, penulis mengacu pada teori

perkembangan musik populer dimana teori ini akan digunakan untuk melihat

sejauh mana perkembangan musik blues sebagai salah satu musik popular yang

berkembang di kota Medan. Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures:

Traditional dan Change (1978:171) menawarkan dua pola proses kebudayaan,

yaitu modernisasi dan westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses

pengadaptasian yang menonjolkan tampilan dari Barat dengan tujuan untuk

memperluas, dengan tidak menggantikan elemen-elemen utamanya. Westernisasi

adalah suatu proses pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya

tempatan atau asli yang menggantikan elemen-elemen budaya tempatan atau asli

tersebut. Berkaitan dengan perkembangan musik blues di Medan, kedua pola

proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh pemusik dan penikmat

musik blues di Medan. Pengaruh modernisasi tercermin dari pola pikir mereka

yang menyukai musik dan gaya hidup Rastafari yang secara nyata bukan berasal

dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan prilaku

sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru.

11

Shin Nakagawa dalam bukunya Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar

Etnomusikologi (2000:19-20) mengemukakan tentang pluralisme musik yang

hidup berdampingan (pluralistic coexistence of music) dimana pluralisme

kebudayaan biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya

bi- (dua) atau multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik tersebut,

pertama, saling mencampur unsur-unsur musik yang ada menjadi sintesis baru

dan kedua, masing-masing hidup secara berdampingan.

Untuk memperkuat teori bahwa musik blues berkembang di kota-kota

besar dan menjadi bagian dari kajian Ethnomusikologi, Nettl dalam Recent

Directions in Ethnomusicology (1992:380,384) mengemukakan tentang fenomena

Ethnomusicology Urban yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum

minoritas dan musik para imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa

gejala urbanisasi memunculkan istilah Ethnomusicology Urban dengan melihat

bagaimana telah terjadi transformasi kota dalam konteks budaya individu yang

melahirkan budaya sentramultikultural di pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan

sejarah awal musik blues yang berasal dari musik Amerika - Afrika, hal inilah

yang terjadi hingga akhirnya musik blues dan perkembangannya terus

berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota besar di Sumatera

Utara.

Selanjutnya untuk membahas masalah bahwa dalam bidang musik

populer menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik

blues, Manuel (1988:3) mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik

hiburan sekuler/duniawi yang produksi dan penggunaannya tidak diasosiasikan

secara intrinsik dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang

12

khusus atau memiliki satu “sistem bintang”, dimana media mempromosikan

pengaguman terhadap suatu kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para

musisi, fashion atau kehidupan pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan

penggemar memiliki jarak dan batas, dimana nantinya akan mengakibatkan rasa

ingin tahu yang berlebihan dari penggemar terhadap musisi idolanya itu.

Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk mendekatkan penggemar

secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour dalam berita-berita

terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para penggemar akan

selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

perkerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki melalui cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang di tentukan (Moeliono, 2005:649).

Sedangkan penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan,

analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk

memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum (Moeliono, 2005:732).

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif yang bersifat kualitatif. Sesuai dengan apa yang di tawarkan oleh

Bogdan dan Taylor (1975:5), yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

13

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penulis juga menggunakan

metode pengukuran alat-alat, misalnya dengan membuat angket, teknik sampling,

table atau wawancara berstruktur (Tan 1990:251). Angket adalah teknik

pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan

untuk diisi sendiri oleh responden (Soehartono 1995:65). Daftar pertanyaan yang

penulis buat ada yang bersifat pertanyaan bebas (jawaban terbuka) dan

pertanyaan tertutup (jawaban tersedia/pilihan).

Deksriptif menyangkut data yang dikumpulan adalah berupa kata-kata

dan gambar-gambar. Data tersebut antara lain berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, foto, video, dan dokumen lainnya.

Untuk mendukung pada pengumpulan data dalam mengambil segala

permasalahan serta untuk mengaplikasikan metode yang bersifat kualitatif,

penulis akan berpedoman pada disiplin ilmu Etnomusikologi seperti apa yang

telah di ungkapkan oleh Nettl (1964:63), bahwa ada 2 cara kerja Etnomusikologi

yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium. Demikian juga yang dikatakan

Merriam, dimana data dikumpulkan dari lapangan, oleh penyidik pada akhirnya

di analisis di laboratorium hasil dari kedua metode akan dipusatkan kedalam

suatu studi akhir (1964:39).

14

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan

dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian penulis terlebih

dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literatu atau sumber

bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.

Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari penelitian luar maupun

peneliti dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau

Koran, bulletin, buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain

penulis juga menggunakan artikel-artikel yang penulis dapat dari beberapa situs

internet dan buku-buku yang dianggap cukup relevan dengan topik permasalahan

dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut pada analisis deskriptif musikal

dan kebudayaan. Buku-buku tersebut antara lain adalah, Musik Populer, terbitan

Lembaga Pendidikan Musik Nusantara (LPSN) yang di tulis oleh Mauly Purba

dan Ben M Pasaribu, 2006; The Anthropology Of Music, tulisan Alan P Merriam,

1964; pokok-pokok Anthropologi budaya, karya T.O Ihromi, 1987; serta buku-

buku lain yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.

1.5.2 Studi Lapangan

Curt Sachs (1962:16) membagi penelitian etnomusikologis menjadi dua

macam pekerjaan, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja meja (desk work).

Kerja lapangan mengacu pada kegiatan mengumpulkan rekaman-rekaman dan

memperoleh pengalaman tentang kehidupan musikal dari tangan pertama dalam

kebudayaan tertentu.

15

Penelitian lapangan tidak hanya mengumpulkan data berupa rekaman-

rekaman dan catatan. Namun, penelitian lapangan juga merupakan pembentukan

hubungan personal antara peneliti dan masyarakat yang musiknya akan direkam.

Penulis melakukan observasi dan wawancara, dilakukan pula perekaman

terhadap informasi utama, seperti perekaman terhadap pertunjukan musik Blues

dan wawancara terhadap pemusik dan penonton yang didalamnya banyak

menggunakan istilah-istilah atau terminologi setempat dengan menggunakan

teknik pendekatan elisitasi (bertanya langsung ke informan).

1.5.2.1 Observasi

Observasi atau pengamatan dapat berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran dengan menggunakan indra penglihatan yang juga berarti

tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono 1995:69). Untuk

melakukan pengamatan terlibat, penulis berusaha untuk selalu ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang di teliti.

Penulis melakukan penelitian selama empat bulan lebih, dari bulan

februari sampai bulan mei. Selain ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan, penulis juga mengunjungi beberapa event musik Blues yang di gelar

yang menjadi tempat tampilnya grup-grup musik Blues di kota Medan. Dan

kebetulan pula penulis juga terlibat sebagai anggota dari komunitas Blues di kota

Medan. Hal ini sangat membantu penulis dalam mengumpulkan data yang berupa

rekaman pertunjukan dan wawancara terhadap musisi dan audiensnya. Serta

wawancara terhadap pengamat-pengamat musik yang kebetulan juga hadir dalam

kegiatan-kegiatan tersebut.

16

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara menurut Soeharto (1995:67) adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara

(pengumpul data) kepada responden (informan) dan jawaban-jawaban responden

akan dicatat atau direkam dengan alat perekam. Wawancara adalah satu-satunya

teknik yang digunakan untuk memperoleh data tentang kejadian yang tidak dapat

diamati secara langsung. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah

wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free interview).

1.5.2.3 Perekaman

Merriam (1954: 6) menekankan pentingnya menggunakan perekaman

yang mudah dioperasikan dan dipasang untuk kerja lapangan. Perekaman dapat

memudahkan penulis dalam proses transkripsi dan analisis. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan kamera digital dengan spesifikasi Canon EOS 500D

1.5.3 Kerja Laboratorium

Etnomusikologi bukan hanya sebuah disiplin lapangan, tetapi juga

merupakan disiplin laboratorium. Dalam kerja laboratorium, semua data yang

dikumpulkan oleh penulis akhirnya akan dianalisis dalam laboratorium. Data hasil

wawancara dengan penulis dicatat kembali dan menguraikannya sesuai kebutuhan

tulisan ini.

17

Selanjutnya, data audio-visual yang direkam dalam kerja lapangan

diputar secara berulang-ulang dan ditranskripsikan kemudian dianalisis oleh

penulis yang dibagi berdasarkan kajian dalam tulisan ini yaitu analisis tekstual dan

musikal. Pada dasarnya, kerja laboratorium merupakan proses transkripsi, analisis,

dan penarikan kesimpulan.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Cafe Rockkoffie Jl Amal, No 17

Medan Sunggal No Medan. Pemilihan lokasi ini dikarenakan Komunitas Medan

Blues Society yang akan diteliti yaitu di Cafe Rockkoffie, merupakan tempat

berlangsungnya acara rutin “ Blues Nite “ yang mereka adakan sebulan sekali. Di

dalam melakukan penelitian ini, penulis berinteraksi dan ikut bergabung secara

langsung dengan narasumber untuk memperoleh data secara akurat.

18

BAB II

GENRE BLUES

2.1 Sejarah Awal Musik Blues

Berbicara tentang asal usul musik Blues tidak lepas kaitannya dengan

zaman perbudakaan Eropa. Pada tahun 1800 ada suatu pertunjukan drama di

Eropa bertujuan untuk menyindir oknum – oknum penguasa, termasuk raja,

penguasa daerah, dan lembaga – lembaga yang terkait dengan sistem

pemerintahaan kala itu. Pertunjukan drama itu dinamakan Blue Devils. Blue

Devils yang berarti melankolis dan kesedihan. Istilah “Blues” yang kita kenal saat

ini mengacu kepada pertunjukan tersebut. Penggunaan awal istilah dalam

pengertian ini ditemukan pada George Colman.

Selain itu, ada pula beberapa sumber yang menerangkan bahwa asal usul

musik Blues berawal dari aktivitas para pekerja tambang yang setiap hari

menggunakan kereta tambang (sarana lokomotif yang cara jalannya harus di

pompa). Dari sinilah rhytm/tempo dan ketukan blues itu didapatkan, karena yang

biasa mereka dengar itu suara kereta yang bunyinya, jek, jek jek, jek jek, jek jek.

Pola dan tempo yang teratur itu secara tak sadar menjadi pondasi dari rhytm

Blues, makanya basic pattern untuk Blues kayak bunyi kereta.

Selanjutnya berkembang ketika perbudakan mulai dilarang, kulit hitam

masih diburu, digantung, disiksa. Waktu itu adalah masa yang sangat buram dan

menyedihkan. Sehingga banyak budak-budak yang menyanyikan lagu secara asal

dan terdengar murung, sedih (feel dari Blues) dengan suara yang mengayun sendu

menggunakan satu vocal sebagai ratapan dan hiburan bagi mereka. Blues semakin

19

berkembang menjadi musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas

mantan budak-budak tersebut di AS.

Musik Blues dimulai sebagai “call and response”, bentuk musik yang

dinyanyikan oleh para budak saat bekerja di sawah, blues berkembang menjadi

suatu bentuk di mana “call” adalah gitar dan “response” adalah penyanyi. Secara

tradisional, musik Blues dimainkan dalam 4/4 tempo yang terdiri atas 12 bar,

dengan lirik yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Permainan gitar pada musik

Blues, populer pada abad ke–20. Sebelumnya para musisi Blues sering memakai

banjo selama bertahun – tahun.

Pada awal dekade 60-an Perkembangan instrument musik Blues

melahirkan warna baru seperti Electric Blues, Electric Harmonica Blues, Modern

Acoustic Blues dan Modern Electric Blues. Modern Electic Blues adalah subgenre

Blues yang paling populer hingga saat ini. Dari genre ini lahir puluhan tokoh

musik Blues seperti B.B King, Budy Guy, John Lee Hocker, Johnny Winter, Koko

Taylor, Robert Cray, Taj Mahal, Dave Hole, Tinsley Ellis, Freddie King, Stevie

Ray Vaughan, Kenny Wayne Stepherd, Jeff Back dan Uriah Heep.

Sebelumnya di Negara Amerika lahir warna musik Blues yang berbeda

seperti Chicago Blues (Willie Dixon, Muddy Waters, Koko Tayor), Deta Blues

(Robert Lockwood jr, Robert Johnson), East Cost Blues (John Jackson) dan Texas

Blues (Mike Morgan & The Crawl).

20

2.2 Asal Musik Blues dan Gambaran Umum Musik Blues

2.2.1 Asal Musik Blues

Blues adalah nama yang diberikan untuk kedua bentuk musik dan genre

musik yang diciptakan terutama dalam Masyarakat Afrika-Amerika di Deep South

Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dari lagu rohani , lagu kerja , hollers

lapangan , teriakan, dan narasi sederhana berirama balada.

Akhir abad ke–19, musik Blues mulai mendominasi daerah pinggiran di

bagian Selatan Amerika. Pada tahun 1910 terciptalah istilah “Blues”, kemudian

dilanjutkan pada tahun 1912 Blues pertama kali direkam oleh Hart Wand (Dallas

Blues), lalu diikuti oleh Bo Carter, Blind Lemon Jefferson, Lonnie Johnson,

Tampa Red, Blind Blake. Seiring berkembangnya zaman hingga sekarang, Blues

merupakan sumber awal atau pengaruh besar dari berbagai macam aliran musik

seperti Jazz, Rock, Rock n Roll, Funk, R&B maupun aliran lain yang marak

ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Berdasarkan penelitian Sylviane Diouf (Schomburg Center for Reasearch

in Black Culture, Newyork) Blues memiliki relasi dengan tradisi masyarakat

Muslim di Afrika Barat. Keterkaitan antara Blues Amerika dengan tradisi kaum

Muslim, Diouf memutar 2 (dua) rekaman, yaitu :

1. Rekaman yang berisi lantunan Adzan/panggilan umat Islam untuk

melaksanakan Shalat.

2. Rekaman yang berisi lagu Blues lawas yang pertama kali muncul di

Delta Mississippi sekitar 100 tahun yang lalu dikenal denagan nama

Levee Camp Holler.

21

Levee Camp Holler bukanlah lagu Blues yang biasa. Lagu itu diciptakan oleh

komunitas kulit hitam Muslim asal Afrika barat yang bekerja di Amerika pasca

perang sipil. Lirik lagu tersebut berisi panggilan Adzan tentang keagungan Allah.

Menurut Diouf, langgam yang sengau antara lagu Blues Levee Camp Holler

sangat mirip dengan Adzan, hal ini Diouf menyatakan bahwa kedua hal tersebut

berhubungan satu sama lain.

Disamping berdasarkan penelitian Sylviane Diouf, adapula pendapat yang

memperkuat bahwasanya musik Blues berasal dari kaum Muslim yaitu menurut

para sejarawan sekitar 30% budak dari Afrika barat yang dipekerjakan secara

paksa di Amerika adalah kaum Muslim. Jonathan Curiel menyatakan pengaruh

lain yang diberikan komunitas kulit hitam yang beragama Muslim di Amerika

terhadap musik Blues adalah alat-alat musiknya. Penggunaan alat-alat musik kala

itu dilarang menabuh drum maka budak muslim tersebut menggunakan alat musik

gesek yang dianggap mirip Biola.

Prof Gehard Kubik (Guru besar Etnomusikologi dari Universitas Mainz,

Jerman) menulis sebuah buku tentang relasi musik Blues dengan peradaban Islam

di Afrika Barat dalam bukunya Africa and The Blues (University Press of

Mississippi, 1999), menerangkan gaya vokal kebanyakan penyanyi Blues

menggunakan Melisma, intonasi bergelombang. Gaya vokal seperti itu merupakan

peninggalan masyarakat Afrika Barat yang telah melakukan kontak dengan dunia

Islam sejak abad ke-7 dan 8. Melisma menggunakan banyak nada dalam satu suku

kata, sedangkan intonasi bergelombang merupakan rentetan yang beralih dari

Mayor ke skala Minor. Hal itu sangat umum digunakan saat kaum Muslim

melantunkan Adzan dan membaca Alquran. Berkaitan dengan fakta tersebut, Prof

22

Gehard Kubik menegaskan bahwa Blues berakar dari tradisi Islam yang

berkembang di Afrika Barat.

Danielian, Jersey City, New Jersey berpendapat sama dengan para peneliti

diatas bahwasanya musik Blues erat hubungannya dengan para budak Muslim

kulit hitam. Hal ini dinyatakan oleh Danielian dalam pendapatnya yaitu suara

lantunan Adzan dan ayat-ayat Alquran yang biasa dilantunkan para Muslim kulit

hitam di Amerika mengadung musikalitas, yang mengandung unsur genre musik

Blues di dalamnya.

2.2.2 Gambaran Umum Musik Blues

Blues adalah nama bentuk dan genre musik yang berasal dari masyarakat

Afrika-Amerika di Deep South Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 yang

berasal dari lagu rohani, lagu kerja, teriakan lapangan (field hollers), dan narasi

sederhana berirama balada. Ciri-ciri umum musik Blues dapat dilihat dari kord

progresif tertentu dengan 8,12 dan 16 bar akord, menggunakan salah satu skala

melodi dan skema sajak, dinyanyikan atau di tampilkan dengan ataupun tanpa alat

musik, lantunan melodi sebagai komponen utamanya. Komposisi dasar 12 bar

Akord merefleksikan sebuah perkembangan standart harmoni progresif 12 bar

dalam tempo 4/4. Adapula komposisi permainan Blues yang disebut Harmonic

Seventh (internal 7 kord harmoni) yang lebih populer disebut Blues Seven.

Ciri khas lain dari musik Blues dapat dilihat pada alunan Bass dan

Instrumentasi yang digunakan. Syair lagu Blues juga terbilang unik, dimana lagu-

lagu bass klasik menggunakan satu baris lirik yang di ulang sebanyak empat kali

23

sesuai alunan musik. Adapula yang menggunakan struktur AAB di bagian ritme

akhir lirik. Blues juga memiliki sejumlah subgenre, yang populer adalah Delta

Blues, Country Blues, Chicago Blues. Delta Blues adalah gaya permainan Blues

berasal dari daerah Mississipi dan berkembang di Tennesse, Vickburg dan ke

Yazoo River. Alat musik yang dominan biasa digunakan pada genre ini adalah

gitar, harmonika, dan Cigar Box Guitar. Chicago Blues adalah gaya permainan

Blues yang berkembang di Chicago, Illinois. Menggunakan alat musik akustik

gitar dan harmonika. Chicago Blues lahir dari unsur Delta Blues.

Musik Blues sendiri baru benar-benar populer diseluruh dunia setelah

Perang Dunia II, terutama setelah berkembangnya aliran Blues dan Blues. Musik

Blues banyak dipadukan dengan aliran musik lain, misalnya Blues Jazz atau R&B

(Rhytm and Blues) yang merupakan aliran musik pengembangan Blues.

Musik Blues biasanya menggunakan chord pentatonic atau pentatonic

scale. Chord pentatonic atau biasa kita kenal dengan lima nada berasal dari tangga

nada Mayor yang mana tangga nada tersebut mengalami pengurangan nada atau

menghilangkan beberapa nada sehingga nada yang tersisa menjadi pentatonic

(tinggal lima nada). Selain itu ciri khas musik Blues lainnya adalah menggunakan

Blue Note. Blue Note tercipta dari adaptasi tradisi musik Afrika yang pentatonic

terhadap musik diatonis dari Eropa. Blue Note terdiri dari 2 kata yaitu Blue dan

Note kalau di artikan secara harafiah, Blue memiliki artian sedih/murung

sedangkan Note adalah nada, penulis mengambil kesimpulan Blue Note ada warna

melodi yang memiliki unsur kesedihan tingkatan intervalnya 1-1-1/2-1-1/2 dengan

nada ketiga dan keempat menjadi patokan atau nada utama, Bending Note atau

24

nada yang berliuk-liuk menandakan adaptasi pada musik Blues. Musik Blues

terkesan sedih dan melankolis.

2.3 Masuknya musik Blues di Medan dalam konteks Indonesia

2.3.1 Masuknya Musik Blues ke Indonesia

Titik awal masuknya musik Blues di Indonesia di percaya di awali oleh

pahlawan nasional sekaligus komposer besar Indonesia, Ismail Marzuki. Hal ini

disebabkan oleh pada era 30-an lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki mengandung

lantunan Blues. salah satu lagu ciptaan nya adalah “lagu juwita malam” yang

kemudian dinyanyikan ulang oleh grup band slank dengan alunan Blues yang

sangat kental. Diikuti pula oleh seniman legendaris Benyamin sub yang populer

dengan gambang kromong serta pop jenakah beraliran Blues dengan hampir satu

album rekaman Benyamin sub yaitu di era 70-an. Selain Benyamin sub Harry

Rusly juga turut serta mengawali perkembangan musik Blues di Indonesia.

Adapun sejarah musik Blues di Indonesia berbanding lurus dengan lahirnya

komunitas-komunitas yang beraliran Blues seperti Indonesia Blues Assosiation

(INA Blues). INA Blues merupakan pelopor perkembangan Blues baik sebagai

konten maupun komersil di Indonesia. Sejumlah tokoh yang bergabung di INA

Blues diantaranya adalah Kiboud Maulana, Frans Sunito, Tammi Daud, Oding

Nasution, Bambang Wuryanto, Edwin Chaseiro Hoediro.

Seiring perkembangan zaman lahir pula lah komunitas musisi Blues yang

mewakili berbagai daerah di Indonesia seperti Bandung Blues Society (BBS),

Jogja Blues Forum (JBF), Semarang Blues Community (SBC), dan Medan Blues

25

Society (MBS), Bali Blues Island (BBI), dan grup-grup independen seperti Blues

Trio (Gugun Blues Shelter), Rama Satria dan The Electric Mojo’s, Blues Duo

(Endah&raisa), Blues Solo (Adrian Adioetomo).

Musik Blues di Indonesia selalu berkembang dari tahun ke tahun hal ini

dapat dilihat dari aktivitas komunitas-komunitas Blues dan Grup Band independen

kerap kali mengadakan festival Blues baik secara Nasional maupun Internasional.

Pada tahun 2010 Jakarta dengan di gawangi Indonesia Blues Asosiattion

melaksanakan festival musik Blues berskala International dengan di hadiri lebih

dari seratus musisi Blues baik dari dalam maupun luar negeri (Istora Senayan,

Jakarta). Pada tanggal 16 November 2013 masih dengan komunitas yang sama

yaitu Indonesia Blues Asosiattion menggelar festival Blues terbesar di Asia

Tenggara (Istora Senayan, Jakarta). 2014 di adakan Jakarta Blues festival yang

tidak kalah meriahnya dibanding dengan festival pada tahun sebelumnya tetap

menduduki peringkat pertama di kawasan Asia Tenggara. Dengan diadakan

festival demi festival tersebut menjadikan barometer perkembangan musik Blues

di Indonesia di perhitungkan di kawasan Asia Tenggara. Masih di tahun yang

sama, festival musik Blues di Beale Street, Memphis, Tennessee di adakan

kompetisi tahunan musik Blues International ke 30 menjadi ajang pertemuan

musisi-musisi Blues di Dunia, adapun Negara-negara yang bergabung di dalam

nya adalah Amerika, Eropa, Afrika bahkan Asia dan salah satunya adalah Negara

Indonesia. Pada tanggal 26 – 27 Mei 2017 di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Bali

diadakan Bali Blues festival yang merupakan acara tahunan wajib bagi musisi

Blues tanah air. Berdasarkan konsistensi pengadaan festival musik Blues setiap

tahun oleh komunitas Blues tanah air menjadikan benang merah bahwasanya

26

dewasa ini animo masyarakat Indonesia terhadap musik Blues semakin

berkembang pesat.

2.3.2 Masuknya Musik Blues Ke Medan

Pada era 90-an awal Rock menjadi awal masuknya genre musik Blues di

kota Medan. Band yang mengusung genre Blues pada saat itu diantaranya adalah

Sunset dan Summer Blues. Pada tangal 10 Maret tahun 2002 genre musik Blues

berkembang dengan terbentuknya komunitas musik Blues Medan yaitu Blues

Brother Community (BBC). Blues Brother Community (BBC) tidak bertahan lama

hal ini disebabkan tidak adanya wadah untuk mengembangkan musik Blues,

mengingat pada saat itu pengaruh media atau sarana yang mendukung kemajuan

komunitas BBC masih minim. Belajar dari kegagalan komunitas BBC lahirlah

sebuah komunitas baru yaitu Medan Blues Society (MBS) pada tanggal 8 Juli

2011 dimana visi dan misinya tertata lebih apik dari pada komunitas yang

sebelumnya.

Perkembangan musik Blues di Medan erat hubungannya dengan Medan

Blues Society. Sehubungan karena MBS merupakan satu-satunya komunitas

musik bergenre Blues di kota Medan. Seiring berjalannya waktu musisi-musisi

Medan banyak bergabung dengan MBS dan kerap kali mengadakan festival-

festival Blues seperti pada tanggal 8 Juli 2011 launching sekaligus festival Blues

diadakan oleh MBS sangat menarik antusias masyarakat yang diadakan di Pitu

Café Medan.

27

Beng Handoko, ketua komunitas Medan Blues Society menyatakan pecinta

musik Blues Medan banyak di dominasi oleh anak muda. Hal ini dikarenakan

pengaruh Gugun Blues Shelter sangat kental dikalangan anak muda Medan. Sejak

lahirnya MBS kota Medan pun diwarnai aliran musik Blues dimana MBS

memiliki agenda rutin bulanan yang dinamakan Blues Night, selain itu adapula

event lepas “Blues Session” di berbagai tempat hampir diseluruh daerah kota

Medan baik Café, On The Street, kampus, maupun tempat lain yang bertujuan

untuk mengenalkan dan mengembangkan musik Blues dikalangan masyarakat

Medan yang tetap konsisten hingga saat ini.

28

BAB III

MUSIK BLUES DI MEDAN DAN KEBERADAAN KOMUNITAS MUSIK

BLUES DI KOTA MEDAN

3.1 Musik Blues di Medan

3.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Menurut Biro Statistika, kota ialah wilayah yang jumlah penduduknya

lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu criteria penelitian terhadap suatu kota

adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainya, terutama dari segi

ekonomi serta menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merupakan

pusat pemerintahan dari provinsi Sumatera Utara.

Dari keterangan diatas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat

Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa

yang berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat bersama

yaitu masyarakat Medan. Pada masa sekarang ini, kota Medan menjadi salah satu

kota yang berkembang di Indonesia, karena telah melakukan banyak

pembangunan, baik dibidang fisik maupun nonfisik. Selain itu, kota Medan juga

menjadi kota nomor tiga terbesar di Indonesia setelah Surabaya, sehingga

menjadikan Medan sebagai salah satu kota yang penuh dengan berbagai macam

kegiatan.

Penduduk asli kota Medan adalah suku Melayu yang menurut riwayat kota

Medan ini pada mulanya disebut kampong Medan didirikan oleh guru Patimpus,

yaitu nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Suku Piring, yang merupakan

nenek dari empat Kepala Suku Kesultanan Deli. Disamping itu, Medan juga

29

merupakan daerah perkotaan yang dihuni oleh berbagai etnis dengan latar

belakang budaya yang berbeda pula.

Karena menjadi pusat kegiatan di provinsi Sumatera Utara, maka Medan

menjadi kota yang sangat sibuk, sehingga hampir sepanjang waktu kota ini selalu

ramai dengan orang beserta kegiatannya. Hal ini dimungkinkan karena Medan

memiliki dua terminal besar, yaitu terminal amplas yang menghubungkan kota

Medan dengan provinsi lainnya, dan terminal tepadu Pinang Baris yang

menghubungkan kota Medan dengan kota – kota yang ada di provinsi Sumatera

Utara. Seain itu Medan juga memiliki satu stasiun kereta api yang

menghubungkan beberapa kota di Sumatera Utara. Dan juga Bandar udara, yang

menghubungkan Medan dengan provinsi – provinsi diluar Sumatera Utara dan

diluar Indonesia.

Letak geografis kota Medan terletak dibagian timur provinsi Sumatera

Utara dan berada pada garis koordinat diantara 2º 29‟30-2º 47‟30 LU dan

98º35‟30-98º 44‟30 BT, dan luas area kota Medan mencapai 26.510Ha. secara

administrative, kota Medan memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara dengan selat Malaka.

- Sebelah Selatan dengan kecamatan Deli Tua dan kecamatan

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah Barat dengan kecamatan Sunggal kabupaten Deli

Serdang.

30

- Sebelah Timur dengan kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung

Morawa kabupaten Deli Serdang.

Dalam tulisan ini masyarakat kota Medan yang dijadikan objek penelitian,

tetapi bukanlah masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan

orang, melainkan masyarakat atau komunitas tertentu yang ada di wilayah kota

Medan yang menjadi pecinta dan penikmat musik Blues.

3.1.2 Keberadaan Musik Blues di Medan

Pada tahun 1950 sampai 1965, Medan – Sumatera Utara masih di

dominasi musik Melayu seperti terdapat pada seni tari, lagu, atau kebudayaan

masyarakat Medan pada umumnya. Terkait hal tersebut, masuknya aliran musik

lain di luar dari aliran musik tradisional (Melayu) tidak lepas dari pengaruh genre

musik yang ada di mancanegara terutama pengaruh genre musik dari barat

maupun negara-negara Asia lainnya, seperti Blues, Rock, Pop, K – pop, Clasic,

Funk, Gospel, Metalcore, Hardcore, Electronic/Techno, Ska, Reggae, Dub, Hip

Hop. Dalam hal ini, penulis akan membahas bagaimana keberadaan musik Blues

di Medan dibandingkan dengan aliran musik yang tersebut di atas, dimana animo

masyarakat Medan terhadap musik Blues tidak terlalu ter-explore dengan baik jika

disejajarkan dengan musik lain, walaupun sebenarnya banyak musisi-musisi

Medan sudah berusaha untuk memajukan atau melestarikan dengan membentuk

komunitas – komunitas musik bergenre Blues di Medan. Upaya untuk memajukan

musik Blues di Medan dapat dilihat banyaknya terselenggara festival Blues di

31

kalangan masyarakat Medan tetapi musisi pelaksananya masih dari komunitas

yang sama.

Aliran musik Blues biasa identik dengan aliran musik yang diminati oleh

orangtua dan terkesan khusus untuk orang tertentu saja yang memiliki selera

musik yang berbeda dari biasanya, tetapi beda halnya di daerah Medan-Sumatera

Utara musik Blues di dominasi oleh anak muda, terlihat dari peserta festival Blues

di Medan digandrungi oleh musisi muda.

(Doc : musisi Blues di MBS didominasi oleh anak muda, 16 September 2013, lokasi : Pitu Café – Medan).

32

3.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Musik Blues di Medan

3.1.3.1 Teknologi dan Media Masa

Di era digital seperti sekarang ini kemajuan teknologi dan ilmu

pengetahuan berkembang dengan pesat. Kemajuan teknologi dan ilmu

pengetahuan tersebut secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi banyak aspek

dalam kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan

teknologi adalah aspek seni dan budaya. Lebih spesifiknya lagi adalah musik.

Teknologi dan musik saat ini merupakan hal yang dapat dikaitkan satu sama lain.

Seperti, di era teknoogi ini sosial media muncul dan berperan sebagai media yang

mempermudah kita untuk mengakses musik yang kita inginkan, seperti musik

Blues.

Dulu, manusia biasanya mendengarkan musik secara langsung seperti

melalui acara-acara kebudayaan, pesta adat maupun acara-acara kemasyarakatan

lainnya. Seiring berkembangnya zaman banyak beredar sarana untuk

mendengarkan musik seperti rekaman dalam bentuk CD (Compact Disc), Mp3

atau Mpeg (Moving Picture Expert Grup). Saat ini, tidak hanya melalui sarana

yang tersebut diatas mendengarkan musik dapat diakses melalui jejaring sosial

contoh media sosial yang paling banyak dipergunakan yaitu Facebook, Twitter,

Youtube, Instagram, Google, ataupun situs web dan aplikasi yang dapat

digunakan untuk membentuk sebuah forum. Begitu pulalah terkait faktor yang

mempengaruhi perkembangan musik Blues di Medan, banyak musisi Blues

menjadikan sarana media sosial menjadi wadah untuk mengembangkan,

mengeluarkan inspirasi, melestarikan atau untuk berbagi pengetahuan tentang

33

musik Blues antar sesama Bluesman ataupun masyarakat umum yang pada

akhirnya menyukai musik Blues di Medan. Bahkan, media sosial menjadi sarana

utama terciptanya komunitas Blues di Medan.

3.1.3.2 Remaja

Penelitian membuktikan bahwa musik sangat mempengaruhi

perkembangan kehidupan remaja, baik pembentukan jiwa maupun karakter

remaja. Dikatakan remaja memiliki faktor yang mempengaruhi perkembangan

musik Blues di Medan dapat dilihat dari mayoritas penonton maupun musisi

dalam sebuah konser atau festival musik Blues di Medan adalah remaja. Survei

membuktikan lebih dari seribu penonton konser musik Blues berumur 11 sampai

18 tahun (remaja).

3.1.3.3 Studio Musik

Studio musik dibagi menjadi 2 bagian yaitu studio latihan dan studio

rekaman. Secara umum banyak sekali terdapat studio-studio musik di Medan,

tetapi sebagian besar berfungsi sebagai studio latihan bermusik. Dewasa ini,

pengaruh studio latihan bermusik tidaklah semarak sebelum adanya komunitas-

komunitas musik di Medan. Sama halnya dengan studio rekaman juga mengalami

penurunan fungsi seiring semakin pesatnya jejaring sosial sebagai sarana

mempromosikan musik dengan cepat dan mudah untuk di akses. Sebanding lurus

dengan perkembangan musik Blues itu sendiri.

34

3.1.3.4 Pertunjukan Musik

Salah satu ciri khas musik Blues di Medan adalah disajikan dalam bentuk

pertunjukan live (konser, event, festival) oleh Bluesman Medan. Dalam hal ini

banyak generasi – generasi atau musisi Blues muda lahir yang awalnya sebagai

penonton pertunjukan musik berkembang menjadi pemain musik Blues atau

dikenal Bluesman. Animo masyarakat terkait pertunjukan musik sangatlah besar

karena selain dapat memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat juga memiliki

tujuan unutk kepentingan popularitas musisi dan komunitas yang mengadakannya.

Di Medan, lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat penyelenggaraan

pertunjukan musik Blues secara langsung adalah Rock koffie, Kopi Baba’s Café,

Pitu Café, PRSU, Cambridge, Roys pub, Grand Antares, dan diberbagai kawasan

Medan sekitarnya seperti Binjai, dan Deli Serdang. Untuk melestarikan dan

mengembangkan musik Blues di Medan, tidak hanya melalui pertunjukan dan

event juga melalui publikasi di berbagai media, baik media sosial maupun media

elektronik (radio).

(Doc : Blues Session oleh MBS, 27 September 2013, lokasi : Kopi Baba’s – Medan).

35

(Doc : Blues Session oleh MBS, 27 September 2013, lokasi : Kopi Baba’s – Medan).

(Doc : Blues Night oleh MBS, 07 November 2013, lokasi : Pitu Café – Medan).

(Doc : MBS ON AIR di STAR FM Medan, 22 November 2013, lokasi : Radio STAR FM – Medan).

36

3.2 Keberadaan Komunitas Musik Blues di Kota Medan

3.2.1 Lahirnya Komunitas Musik Blues di Medan

Terbentuknya suatu komunitas tentu memiliki latar belakang tersendiri

yang dimiliki masing – masing anggotanya. Di Medan sendiri, banyak terdapat

komunitas – komunitas musik yang memiliki genre atau aliran musik yang

berbeda, seperti komunitas musik Rock, Metal, Punk, Jazz, dan komunitas Blues.

Dalam hal ini penulis akan membahas lahirnya komunitas musik Blues di Medan.

Pada tanggal 10 Maret 2002 lahirlah komunitas musik Blues pertama di Medan

yaitu Blues Brother Community (BBC), tetapi tidak konsisten hingga saat ini. Hal

ini disebabkan wadah untuk mengembangkan atau melestarikan musik Blues pada

saat itu masih minim, sehingga BBC hanya bisa bertahan dalam periode 1 (satu)

tahun. Eksistansi komunitas musik Blues sempat vakum selama 7 (tujuh) tahun,

setelah BBC bubar. Berlandaskan atas kerinduan Bluesman akan wadah inspirasi

atau tempat mengembangkan kecintaan akan musik Blues, pada tanggal 8 Juli

2011 lahirlah Medan Blues Society (MBS) yang merupakan satu – satunya

komunitas musik Blues di Medan.

Pendiri Medan Blues Society (MBS) adalah Zul Fahmi Pasaribu (usia : 35

tahun), seorang gitaris dari grup band Rockin Harmonic. Berawal dari

kecintaannya terhadap musik Blues, Zul fahmi pun mengundang keikutsertaan

beberapa musisi – musisi di Medan untuk turut mendirikan komunitas musik

spesifik genre Blues. Zul Fahmi memilih media sosial (Facebook dan BBM)

sebagai sarana untuk mensosialisasikan tujuannya dalam pembentukan komunitas

Blues di Medan. Visi dan misi Zul Fahmi diterima para musisi Medan dengan

37

baik, dapat dilihat dari kurang lebih 20 (dua puluh) musisi Medan memberikan

respon positif yaitu sepakat berkumpul di Warung Nenek pada tanggal 30 Juni

2011 untuk membentuk sebuah komunitas Blues yang dinamakan Medan Blues

Society (MBS). Hasil pertemuan di Warung Nenek ditentukanlah pertemuan

lanjutan yang bertempat di Pitu Café-Medan pada tanggal 8 Juli 2011, untuk

membahas kepengurusan dan aktivitas MBS. Pada pertemuan itu anggota

komunitas MBS melakukan voting untuk menentukan ketua dan sekretaris MBS.

Berdasarkan hasil voting, maka :

1. Ketua : Beng Handoko alias Bengbeng

2. Sekretaris : Zul Fahmi Pasaribu

Aktivitas Medan Blues Society (MBS), antara lain :

1. Diadakan Bluesman Discussion setiap hari senin, Sekip - Medan

2. Diadakan event Blues Night setiap hari kamis, Pitu Café – Medan

3. Setiap bulan diadakan live event yang bertempat di Café secara random di

kawasan Medan dan sekitarnya.

38

(Doc : Zul Fahmi, Beng Handoko dan anggota MBS pertama, 8 Juli 2011, lokasi : Pitu Café – Medan).

3.2.2 Perkembangan Komunitas Musik Blues di Medan

Berbicara tentang perkembangan erat hubungannya terhadap serangkaian

perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan

pengalaman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan komunitas

musik Blues di Medan signifikan dengan banyaknya jumlah komunitas maupun

penikmat musik Blues sejak musik Blues ada di Medan. Demikian pula jika kita

berbicara komunitas maka kita berbicara tentang sekelompok orang yang saling

peduli satu sama lain, memiliki visi dan misi yang sama, dimana didalam sebuah

komunitas terjadi relasi pribadi yang erat dikarenakan adanya kesamaan interest

atau values (minat atau menyenangkan).

39

Perkembangan komunitas musik Blues di Medan berawal pada tahun 1997,

pada saat itu genre musik Blues diawali munculnya band pengusung perdana yang

bernama Sunset Bluesbite, tetapi masih dalam ruang lingkup yang sempit dimana

Sunset Bluesbite hanyalah merupakan sekelompok musisi Blues atau yang kita

kenal dengan sebutan Bluesman bergabung dalam sebuah band bukan merupakan

satu kesatuan komunitas. Seiring perkembangan minat antar Bluesman dalam hal

ini personil Sunset Bluesbite diikuti dengan adanya kesatuan ide, visi dan misi

untuk mengenalkan, mengembangkan, melestarikan genre musik Blues maka

Sunset Bluesbite pun sepakat untuk membentuk satu komunitas musik Blues di

Medan.

Pada tanggal 10 Maret 2002, terbentuklah Blues Brother Community

(BBC) yang diprovokatorin oleh Beng Handoko dan personil Sunset Bluesbite

yang lain. Berlokasi di Jalan Kapten Muslim “Studio Bintang (Gedung Ungu)”

dihadiri lebih dari 50 orang Bluesman merupakan rapat pertama komunitas Blues

Brother Community. Pada saat itu, antusias Bluesman yang sangat tinggi tidak

sebanding dengan kokohnya pondasi komunitas Blues Brother Community, karena

BBC tidak bertahan lama disebabkan oleh satu dan lain hal seperti tidak adanya

tempat atau sarana yang mendukung mereka untuk melakukan event maupun

sekedar perkumpulan antar Bluesman.

Pada tanggal 8 Juli 2011 lahirlah Medan Blues Society (MBS), masih di

pelopori oleh Beng Handoko dan personil Sunset BluesBite. Berdasarkan

narasumber Penulis, Medan Blues Society adalah merupakan reinkarnasi BBC.

Belajar dari pengalaman penyebab bubarnya BBC maka MBS pun melakukan

improvisasi dalam komunitasnya, diantaranya :

40

1. MBS memiliki basecamp di Pitu Café, Medan Sunggal

2. MBS mengadakan rapat komunitas setiap minggu

3. MBS merancang schedule komunitas untuk mengadakan event Blues

diantaranya “Blues On The Streets” pada titik – titik tertentu seperti

kampus, tempat keramaian maupun tempat nongkrong di Medan

4. MBS melakukan aktivitas promosi seperti menyebarkan selebaran pada

moment “Launching Medan Blues Society” dimeriahkan seperangkat alat

– alat musik yaitu Gitar, Harmonika, beserta mini sound dan banner MBS

5. MBS mengadakan acara “Blues Night” rutin setiap bulan

Berlandaskan kekuatan pondasi antar Bluesman dikomunitas MBS diikuti

dengan semakin jelasnya struktur organisasi, aktivitas, dan pergerakkan

komunitas ini maka antusiasme musisi yang sebelumnya tidak pernah terpikir

untuk bergabung dengan komunitas MBS berubah haluan untuk turut serta

menyemarakkan, mengembangkan genre musik Blues dikalangan masyarakat

pada umumnya, antar musisi Blues di MBS pada khususnya.

Dampak positif dari perkembangan komunitas ini, berawal hanya 1 (satu)

band saja yaitu Sunset Bluesbite, bergabunglah band – band yang termasuk ber-

genre Blues lain, diantarnya adalah :

41

Nama

Band

Personil

Genre/Ali

ran

Referensi

Range

Usia

Lagu

Ciptaan

Sunsite

Bluesbite

(1997-

2018)

Vocal,

Gitar,

Drum, Bass

dan

Saxophone

Black

Blues

Led Zeppelin,

Aerosmith, Billy

Cobham, BB King,

The Police, CCR,

Black Brothers, The

Mercy‟s, Muddy

Waters, dan Chuck

Berry.

20 – 40

tahun

Blues is

Good For

You, Bisa

Boogie,

Scooter

Rockin

Harmonic

(2010 –

2018)

Vocal,

Gitar,

Drum, Bass

dan

Keyboard

Rockabilly,

Rock n

Roll

Led Zeppelin, Elvis

Presley, CCR dan

Chuck Berry

30 – 35

tahun

Mesin

1964,

This is

True

Babe I

Miss You

Billy

Backpack

(2014 –

2018)

Vocal,

Gitar, Bass

dan Drum

Black

Blues

Eric Clapton, Robert

Johnson, BB King, dan

Sony Boy Wiliam Son

25 – 30

tahun -

Linimasa

(2014 –

2018)

Vocal,

Gitar, Bass

dan Drum

Blues Rock

& Roll

CCR, Led Zeppelin,

Freddie King, Deep

Purple, dan Pink Floyd

23 – 26

tahun

Beauty

dan

Orang

Pinggiran

Aksen

(2014 –

2018)

Vocal,

Gitar, Bass

dan Drum

Slow Rock,

Blues Rock

& Roll

CCR, Led Zeppelin,

Deep Purple, Steve

Ray Vaughan, dan

Gugun Blues Shelter

23 – 27

tahun -

42

(Doc : Sunset Buesbite, 03 Desember 2015, lokasi : Medan).

(Doc : Rockin Harmonic, 08 Juli 2012, lokasi : Medan).

43

(Doc : Billy Backpack, 02 November 2014, lokasi : Medan).

MBS yang merupakan satu – satunya komunitas Blues di Medan

menerapkan sistem yang terbuka untuk umum dimana tidak hanya anggota dari

komunitas ini saja yang boleh berperan melainkan membebaskan musisi dari

genre lain untuk melakukan jamming di setiap Blues sessions, seperti beberapa

komunitas musik lain yaitu Youth Jazz Community (YJC), Medan Guitar Family

(MGF), Medan Guitar Jam (MGJ), dan tidak menutup kemungkinan akan lahir

komunitas lain yang turut berperan dalam perkembangan musik Blues di Medan

pada khususnya, dan aliran musik lain pada umumnya, selaras dengan visi dan

misi terbentuknya komunitas MBS.

44

BAB IV

KARAKTERISTIK MUSIK BLUES DI DALAM KOMUNITAS MEDAN

BLUES SOCIETY

4.1 Karakteristik Musik Blues

4.1.1 Birama

Birama adalah bagian atau segmen dari suatu garis melodi yang

menunjukan beberapa ketukan dalam bagian tersebut. Seperti halnya birama pada

aliran musik lain yang mengacu pada jenis – jenis ketukan musik yang dibatasi

oleh garis birama demikian pula pada musik Blues, dimana acuan dalam hal ini

bergerak terhadap karakteristik musik Blues di dalam komunitas MBS,

diantaranya adalah :

1. Birama 8 Bar Blues

Dalam musik Blues birama 8 bar disebut Stright Eight yang merupakan

Rhythm Blues paling mendasar dan sangat umum digunakan. Pola Rhythm

nya menggunakan skala Mayor dengan menggunakan nada ke I – IV – V

sehingga mendapatkan progresi chord tonik (I), sub dominant (IV) dan

dominant (V) tetapi dapat pula digunakan dominant ke nada VII. Dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

45

Penjelesan :

Untuk Root (kolom berwarna hijau) Do = C maka Rhtyhm berada di chord

C – F – G/G7. Sedangkan bila Root Do = A maka Rhythm berada di chord

A – D – E/E7.

Contoh lagu: Sweet Little Miss (Sunset Bluesbite)

2. Birama 12 Bar Blues

Birama 12 bar Blues juga merupakan birama paling umum digunakan.

Dasar 12 bar Blues yaitu : I – IV, I – I, IV – IV, I – I, V – IV, I – V.

Contoh :

Nada dasar C menjadi = C7 – F7, C7 – C7, F7 – F7, C7 – C7, G7 –

F7, C7 – G7.

Nada dasar A menjadi = A7 – D7, A7 – A7, D7 – D7, A7 – A7, E7

– D7, A7 – E7, demikianlah pola birama 12 bar Blues dapat

digunakan dengan nada dasar lain.

Dapat dilihat pada gambar ilustrasi dibawah ini :

Contoh lagu: Little Wing (Jimi Hendrix)

46

3. Birama 16 Bar Blues

Birama 16 bar Blues adalah merupakan variasi dari birama standart Blues

yaitu 8 bar Blues atau 12 bar Blues. Birama ini sering digunakan pada

music ragtime (ragtime adalah genre musik asli Amerika yang populer

pada tahun 1897 – 1918, jenis musik ini muncul pada zaman perbudakkan

di Amerika Serikat yang sering digunakan oleh masyarakat kulit hitam).

Variasi pada bar ini biasanya dilakukan dengan pengulangan 2 kali pada

birama 8 bar Blues.

Contoh lagu: The Ballad of John and Yoko (The Beatles)

4. Call and Response

Musik Blues memiliki pola call and response diyakini masyarakat

Amerika Serikat di popularkan oleh “Bapak Blues” – WC Handy (1873 –

1958). Pengertian pola call and response adalah dua kalimat

diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dimana kalimat

keduanya diilustrasikan sebagai “jawaban” pada kalimat pertama.

47

4.1.2 Tangga Nada Blues (Scale Pentatonic Blues)

Pentatonic berasal dari kata penta dan tonic yaitu penta berarti 5 tonic

berarti nada. Pentatonic Scale adalah susunan dari 5 buah nada yang

membentuk suatu tangga nada. Pada musik Blues terdapat 2 tangga nada

yaitu skala Blues Mayor dan skala Blues Minor.

1. Tangga Nada Blues Mayor

Interval (jarak) antar nada dari tangga nada Blues Mayor adalah,

1 – 1 - ½ - ½ - 1 - ½ - 1 - ½ - 1.

Contoh : C = Do maka tangga nada Blues Mayor adalah,

C – D – DIS – E –Fis – G – A – Bes – C

E = Do maka tangga nada Blues Mayor adalah,

E – Fis – G – Gis – Bes – B – Cis – D – E

2. Tangga Nada Blues Minor

Interval (jarak) antar nada dari tangga nada Blues Minor adalah,

1 – 1 – ½ - 1 – ½ - ½ - 1½ - 1

Contoh : C = Do maka tangga nada Blues Minor adalah,

C – D – Dis – F – Fis – G – Bes – C

E = Do maka tangga nada Blues Minor adalah,

E – Fis – G – A – Bes – B – D – E

48

4.2. Instrumentasi Dalam Musik Blues

Pada dasarnya 3 (tiga) instrumen terkuat dari musik Blues adalah gitar,

harmonika dan vocal, tetapi variasi instrumen lainnya dapat menggunakan

terompet, saxophone, trombone, banjo, piano, bass dan drum. Seiring

perkembangan zaman musik Blues berkembang menjadi musik Blues modern

yang menggunakan alat musik electrik dan alat musik yang dihasilkan oleh

teknologi seperti komputer.

Penggunaan alat musik Blues berdasarkan jumlah pemain, sebagai berikut :

1 orang pemain : biasanya dapat menggunakan gitar maupun piano.

2 orang pemain : biasanya 1 orang pada gitar, yang lainnya pada bass,

harmonika, bisa juga diharmonisasikan pada piano.

3 orang pemain : kombinasi dengan drum

4 orang pemain : kombinasi dari semua alat musik diatas ditambah

terompet/saxophone, biola maupun banjo.

5 orang pemain : sering pula divariasikan dengan alat musik electrik.

Contoh band Blues mendunia yaitu Muddy Waters yang di bentuk di

Chichago pada awal tahun 1950 merupakan band Blues yang memiliki formasi 5

orang pemain dengan menggunakan instrumen gitar, bass, piano, drum, dan

harmonika. Lain halnya dengan band Blues B.B King yang memvariasikan

permainan musik Blues dengan terompet.

49

4.3 Instrumentasi Dalam Musik Blues Di Dalam Komunitas Medan Blues

Society (MBS)

Komunitas Medan Blues Society terdiri dari perkumpulan musisi – musisi

Blues yang memiliki keahlian memainkan alat musik yang beragam. Dalam

setiap pertunjukan atau event yang dilaksanakan MBS kerap kali menampilkan

penampilan band Blues dengan konsep yang bervariasi seperti Blues estetika

akustika dan Blues estetika sound teknologi.

1 Blues estetika akustika di dalam komunitas MBS

Range usia : 30 sampai 45 tahun

Jenis kelamin : mayoritas pria

Intrument : diperankan oleh 1 orang atau 2 orang musisi dengan

menggunakan gitar dan harmonika.

Band : biasanya spontan dimainkan oleh anggota komunitas saat

jamming atau event.

2 Blues estetika sound teknologi di dalam komunitas MBS

Range usia : 20 sampai 45 tahun

Jenis kelamin : Pria dan Wanita

Intrumen : diperankan oleh 4 orang atau 5 orang musisi dengan

menggunakan full instrumen, sering pula dikombinasikan

dengan minus one atau backing track.

Band : Sunset Bluesbite (1997 – 2018), Rockin Harmonic (2010 -

2018), Billy Backpack (2014 – 2018), Linimasa (2014 –

2018) Aksen (2014 – 2018).

Pertunjukan : Reguler, Event dan Charity Show

Karakter Sound : Efek overdrive, Equalizer Midle Low

Jika dilihat dari pemaparan komposisi konsep instrumen di komunitas MBS

didominasi Blues estetika sound teknologi, hal ini disebabkan oleh MBS terbentuk

pada tahun 2011 dizaman teknologi dimana anggota komunitas “kaula muda”

MBS terinspirasi dengan jenis musik elektrik Blues.

50

4.4. Metode Pembelajaran Musik Blues

Penerapan metode lesson study yang sudah berlangsung kurang lebih selama

15 tahun di Indonesia dilakukan awalnya hanya pada mata pelajaran Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya di tingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Kedua bidang studi tersebut sudah mengalami perkembangan

yang cukup signifikan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang terus

meningkat. Lesson Study merupakan sebuah proses pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Dengan tuntutan terjadinya

proses maka tidak mungkin lesson study hanya dilakukan satu kali, melainkan

akan menjadi rutinitas. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menemukan sim

biomutualis antara pengajaran musik jika menggunakan pola lesson study dengan

pengajaran musik yang telah ada saat ini, yang biasanya dilakukan oleh para

pengajar/guru sebagai mediator ilmu, khususnya bagi anak-anak usia dini. Salah

satu hubungan yang nampak jelas dalam pembelajaran ini adalah adanya

kolaboratif. Dengan mengelaborasikan lesson study ke dalam pembelajaran ini

diharapkan serangkaian pencapaian keberhasilan pembelajarannya dapat

terlaksana dengan baik untuk dapat lebih cepat memahami bermain musik.

Pentingnya belajar musik di usia dini adalah karena pada fase inilah Anak

memiliki kekayaan imajinasi, namun bila tidak tepat dalam pengajarannya justru

membahayakan diri dan lingkungannya. Musik Blues, merupakan salah satu seni

musik yang tergolong klasik dan mempelajarinya pun nggak cukup susah. Hampir

semua gaya bermusik Blues cukup sulit dimainkan, salah satunya adalah bermain

gitar gaya blues. Gitar blues merupakan gaya gitar yang sangat populer, dan jika

ingin mempelajari gitar blues haruslah diperlukan waktu yang lama dan

51

memerlukan disiplin diri baik. Berikut adalah metode pembelajaran musik Blues:

1. Belajar Dasar

Setiap individu yang ingin belajar bermain musik Blues pertama-tama

perlu untuk mendapatkan penguasaan dasar-dasar gitar yang umum untuk

semua gaya. Setelah Anda mendapatkan pegangan tersebut, maka Anda

akan siap untuk mempelajari teknik-teknik gitar Blues secara khusus.

Pertama yang perlu dipahami adalah: Bagaimana untuk string dan tune

gitar dengan menggunakan tuning standar (EADGBE). Postur tubuh yang

benar dan posisi tangan, ganti tangan kiri dan tangan kanan. Bagaimana

membentuk akord sederhana. Cara memegang gitar, memetik, dan

memainkan pola strumming sederhana. Cara bermain not individu dan

lagu yang mudah. Bagaimana membaca tab gitar (dan notasi musik lebih

sederhana juga, meskipun hal ini tidak penting) Setelah Anda dapat

melakukan semua ini, Anda dapat mulai belajar bermain gitar Blues.

2. Bermain Ritme Blues

Seperti jenis gendre musik gitar lainnya, ketika belajar gitar Blues yang

terbaik untuk mulai dengan mempelajari teknik gitar, dan kemudian lulus

untuk bermain lead. Bermain ritme Blues yang mencakup belajar akord

dan pola ritmik atau karakter yang paling khas dari musik blues. Ke-12 bar

Blues itu pola yang paling umum, dan ini adalah pola yang harus Anda

pelajari dulu. Blues bar 12 hanya terdiri dari tiga baris, masing-masing

dengan empat bar. Akord I, IV dan V (dan variasi mereka seperti sevenths)

52

sehingga misalnya, 12 bar Blues yang mudah pola di kunci E akan terlihat

seperti:

E / E / E / E / A / A7 / E / E / B7 / A7 / E / E

Blues 12 bar bisa dimainkan dalam kunci apapun, meskipun kunci A E

sangat populer. Pola blues lainnya termasuk blues 8 bar, 16 bar dan 24 bar.

Cara mudah untuk memulai dengan berlatih urutan ini menggunakan satu

akord memetik, kemudian menggabungkan irama berkarakteristik lagu-

lagu Blues, seperti pola shuffle dan ritme Blues yang lambat.

3. Bermain Lead

Usai Anda memahami bermain ritme gitar Blues, saatnya untuk

mempelajari beberapa skala Blues dan lulus untuk bermain solo. Gitar

Blues solo didasarkan pada skala lima not pentatonik baik skala besar dan

kecil dapat digunakan, walaupun skala kecil adalah yang paling

karakteristik dari suara Blues. Gitar Blues juga memanfaatkan „not Blues‟,

yang biasanya (dipipihkan) berkurang kelima, meskipun pertiga berkurang

dan berkurang sevenths juga dapat digunakan. Not Blues ini membantu

memberikan ekspresi yang lebih besar untuk musik. Dengan bermain

melalui setiap tahap ini,

Perlu diketahui bahwa dalam mempelajari musik Blues, tidak lepas dari hal

paling dasar sampai tahapan lebih lanjut. Pada pembahasan ini penulis akan

mengambil sample instrument pada gitar untuk membahas metode dasar dalam

mempelajari musik Blues, berikut adalah tahapan-tahapan dasar belajar gitar

Blues:

53

1. Mengenal Gitar dan Bagian-bagiannya

Dalam memilih gitar bukanlah hal yang mudah karena salah dalam

memilih kita akan mendapatkan gitar yang sumbang dan pelan suaranya.

Untuk itu perlu diketahui persyaratan-persyaratan gitar yang baik.

- Badan gitar setebal mungkin

- Lebar kepala batang gitar sekitar 5cm

- Senar gitar sedekat mungkin dengan lidi logam (frets)

- Lidi logam (frets) jangan terlalu menonjol agar tidak terlalu

sakit pada jari ketika dimainkan

- Papan tekan (fingerboard) harus lurus

- Lubang suara jangan terlalu besar

- Tumpuan senar (bridge) sedekat mungkin dengan lubang suara

- Setem dengan teliti dan coba dengan nada-nada baku jangan

sampai ada satu nada pun yang sumbang.

54

2. Kolom Pada Gitar

6 5 4 3 2 1

Kolom 1

Kolom 2

Kolom 3

Kolom 4

Kolom 5

Kolom 6

Kolom 7

Kolom 8

Kolom 9

Kolom 10

Kolom 11

Kolom 12

Kolom 13

Kolom 14

Kolom 15

Kolom 16

Kolom 17

Kolom 18

Kolom 19

55

3. Menyetem Gitar

Sebelum kita bermain gitar hendaklah distem dahulu, sebab suara gitar yang

belum distem akan terdengar sumbang karena nada senar satu dengan yang lain

tidak sesuai. Berikut adalah beberapa cara menyetem gitar yaitu:

- Dengan tuts piano

- Dengan garpu tala

- Dengan feeling ( Pendengaran)

- Dengan peluit tala

4. Nada-nada yang Terdapat Pada Gitar

- Senar 6 pada gitar akan menghasilkan nada E

- Senar 5 pada gitar akan menghasilkan nada A

- Senar 4 pada gitar akan menghasilkan nada D

- Senar 3 pada gitar akan menghasilkan nada G

- Senar 2 pada gitar akan menghasilkan nada B

- Senar 1 pada gitar akan menghasilkan nada E

Senar 6 Nada yang dihasilkan

Kolom 1 F

Kolom 2 Fis/Ges

Kolom 3 G

Kolom 4 Gis/As

56

Kolom 5 A

Kolom 6 Ais/Bes

Kolom 7 B

Kolom 8 C

Kolom 9 Cis/Des

Kolom 10 D

Senar 5 Nada yang dihasilkan

Kolom 1 Ais/Bes

Kolom 2 B

Kolom 3 C

Kolom 4 Cis/Des

Kolom 5 D

Kolom 6 Dis/Es

Kolom 7 E

Kolom 8 F

Kolom 9 Fis/Ges

Kolom 10 G

Senar 4 Nada yang dihasilkan

Kolom 1 Dis/Es

Kolom 2 E

57

Kolom 3 F

Kolom 4 Fis/Ges

Kolom 5 G

Kolom 6 Gis/As

Kolom 7 A

Kolom 8 Ais/Bes

Kolom 9 B

Kolom 10 C

Senar 3 Nada yang dihasilkan

Kolom 1 Gis/As

Kolom 2 A

Kolom 3 Ais/Bes

Kolom 4 B

Kolom 5 C

Kolom 6 Cis/Des

Kolom 7 D

Kolom 8 Dis/Es

Kolom 9 E

Kolom 10 F

58

Senar 2 Nada yang dihasilkan

Kolom 1 C

Kolom 2 Cis/Des

Kolom 3 D

Kolom 4 Dis/Es

Kolom 5 E

Kolom 6 F

Kolom 7 Fis/Ges

Kolom 8 G

Kolom 9 Gis/As

Kolom 10 A

Senar 1 Nada yang dihasilkan

Kolom 1 F

Kolom 2 Fis/Ges

Kolom 3 G

Kolom 4 Gis/As

Kolom 5 A

Kolom 6 Ais/Bes

Kolom 7 B

Kolom 8 C

Kolom 9 Cis/Des

59

Kolom 10 D

5. Latihan Melodi Dengan Berbagai Nada Dasar

Melodi sangat penting sekali dalam bermain gitar karena melodi

merupakan variasi dalam mengiringi sebuah lagu serta sering digunakan sebagai

pembuka lagu/intro. Untuk itu diperlukan latihan-latihan melodi dengan berbagai

nada dasar. Untuk dapat menggunakan dan membuat melodi yang bervariasi

diperlukan wawasan yang luas dalam mengeksplore nada, dan menguasai setiap

nada dasar yang akan dijadikan patokan nada. Perlunya belajar fingering untuk

melatih tangan agar tidak kaku saat memainkan melodi.

Berikut penjelasan yang dikemukakan oleh Setyaningsih (2007:19-20):

a. Teknik Fingering adalah teknik penempatan posisi jari yang benar pada alat

musik khusus bagi pemula teknik ini penting sekaligus sebagai tahap awal

penguasaan tangga nada serta cadence.

b. Teknik Touching bertujuan untuk memahami interpretasi dalam bermain musik

khususnya pada alat musik yang berjenis akustik seperti halnya gitar.

Pengertiannya, bermain alat musik tidak hanya sekedar bermain musik namun

musik sendiri yang harus keluar dari „rasa‟. Dengan teknik Touching maka

akan tahu kapan harus bermain cepat atau lambat, keras atau lembut, putus atau

sambung, dengan tekanan atau tanpa tekanan, pada intinya harus ada

keseimbangan dinamika, feeling, serta ekspresi.

c. Teknik Rhythm dan tempo adalah teknik penyesuaian nada-nada dengan alat

musik lain seperti gitar, bass, drum, percussion, dan alat musik pendukung

60

lainnya. Intinya pada teknik ini harus mengetahui not dan ketukan (rhythm

pattern) sehingga ada groove atau soul dalam bermain musik. Jika rhythm dan

tempo telah dikuasai maka hanya ada satu “nyawa” dalam satu band yang

terdiri dari beragam alat musik.

d. Teknik Harmony mencakup chord progression dan voicingand accompaniment,

bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dalam mengembangkan chord yang

digunakan pada sebuah lagu. Selain itu teknik ini sekaligus untuk

mengembangkan bunyi dari hasil permainan chord. Intinya jika terjadi

harmonisasi yang baik maka akan tercipta satu komposisi musik yang

harmonis.

e. Teknik Reading ini ditujukan kepada yang ingin belajar alat musik tapi belum

begitu menguasai not balok dan juga combo partitur. Dengan teknik ini

diharapkan kita bisa membaca partitur not balok (combo part), sekaligus

mengenal kunci G (treble clef) serta kunci F (bass clef).

6. Improvisasi

Improvisasi adalah sebuah penyimpangan nada yang sifatnya membuat

atau menambah nuansa dari lagu atau melodi yang dimainkan, dengan menambah

improvisasi pemain berharap akan mendapatkan suasana yang lebih menarik dan

membuat pendengar tidak jenuh dengan nada-nada yang terus diulang. Gitar

sebagai salah satu pembawa melodi pada sebuah komposisi grup musik/band

memiliki peran yang besar dalam menambahkan dan memberikan variasi-variasi

improvisasi yang baik tanpa mengurangi rasa dari lagu yang dimainkan.

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan mengenai Deskripsi Pertunjukan Musik Blues Di

Dalam Komunitas Medan Blues Society dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan musik Blues dikota Medan erat hubungannya dengan rekam

jejak terbentuknya Medan Blues Society dimana komunitas ini merupakan

satu-satunya komunitas beraliran Blues.

2. Perkembangan musik Blues dikota Medan dimulai sejak tahun 2000an.

3. Keberadaan komunitas Medan Blues Society diterima dengan baik oleh

masyarakat Medan, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya anggota komunitas

dari tahun ke tahun hingga saat ini.

4. Pertunjukan musik Blues di Medan diadakan rutin setiap bulan, berlokasi di

berbagai café, event outdoor, charity show baik di Medan maupun luar daerah.

5. Jenis musik Blues di kota Medan didominasi elektrik Blues.

6. Range usia penikmat maupun musisi Blues di Medan Blues Society antara 20 –

45 tahun.

62

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari latar belakang masalah penulisan

skripsi ini, maka penulis memberikan saran diantaranya adalah :

1. Untuk musisi di kota Medan khususnya agar bersama-sama memberikan

kontribusi dalam hal mengembangkan dan melestarikan musik Blues sehingga

dapat berkembang sampai tingkat Nasional maupun Internasional.

2. Untuk komunitas Medan Blues Society agar selalu eksis, lebih terkordinir,

memperbanyak pertunjukan menyeluruh di kota Medan maupun luar daerah.

3. Agar musisi Blues di kota Medan secara umum maupun anggota komunitas

Medan Blues Society khususnya dikemudian hari mampu mengorbitkan lagu

ciptaan sendiri bergenre Blues dan dipublikasikan menyeluruh ke masyarakat

Indonesia.

4. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan

penulisan skripsi dikemudian hari.

63

DAFTAR PUSTAKA

Arifah,Ema Nur, (2010) didalam http://www.detikbandung.com/dekatkan-

musikblues-ke-anak-muda.htm/. Diakses 10-12-2017

Bog, R dan Taylor S.J. 1975. Introduction to Qualitative Research Methode.

Newyork

Echols, M John. 2004. Kamus Inggris Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta

Hood, Mantle. 1963. Music, The Unknown. Englewood Cliffs. Prentice Hall

Koentjaraningrat. 1973. Metode - Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.

Jakarta

Merriam, Alan P. 1964. The Antropology of Music. Eraston III. North Western

University Press

Nettl, Bruno. 1978. Eight Urban Musical Cultures. Traditional dan Change.

University of Illinois Press

Nakagawa, Shin. 2000. Musik dan Kosmos. Sebuah Pengantar Etnomusikologi

Nettl, Bruno. 1998. Popular Music of the non. Western World

Purba, Mauly dan Ben M Pasaribu. 2006. Musik Populer. Pendidikan Seni

Nusantara (PSN). Jakarta

Soekarto, M. 1992. Kamus Musik. Gramedia. Jakarta

Suhartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Remaja Roselak. Bandung

Sipangkar, Roventus. 2012. Eksistensi Grup Musik Roris Band Sebagai

Entertainer di Kota Medan. Medan. Skripsi. Universitas Negeri Medan

Tan, Melly G. 1990. Metode Penelitian Ilmiah Dalam Metode-Metode Pendidikan

Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Tambunan, Esmita Samaria Dewi. 2013. Keberadaan Komunitas Musik Coconut

Head di Medan. Skripsi. Universitas Negeri Medan

Tampubolon, Agus. 2016. Grup Musik Session Band di Medan: Deskripsi

Pengelolaan dan Pertunjukkan. Medan. Skripsi. Universitas Sumatera

Utara

64

Sumber Internet :

http://ardyan1593.blogspot.co.id/2012/09/makalah-seni-musik.html

http://dompet-inspirasi.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-genre-musik-dan-

pengertianya.html

http://daniyjutek.blogspot.co.id/2013/06/makalah-musik-populer_27.html

https://dramaticbandindonesia.wordpress.com/2014/12/13/music/

http://fransphysics.blogspot.com/2012/04/sejarah-blues.html

http://guitarnetwork.wordpress.com/category/referensi/kilas-musik/

http://guitaristroom.blogspot.com/2011/03/scale-progres-akord-blues-12-bar.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Genre_musik#Pop

http://literatursejarah.blogspot.com/2010/01/sejarah-musik-blues.html

http://randaka-musik.blogspot.com/2011/11/sejarah-musik-blues.html

http://solarmusik.blogspot.com/2010/11/sejarah-blues.html

http://www.majalahpraise.com/asal-usul-blues-590.html

http://yupazq.blogspot.com/2010/08/blues.html

65

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Bambang Prio Handoko

Alamat : Jalan Jamin Ginting, gg senina Padang bulan Medan

Umur : 40 Tahun

Pengalaman seni : Ketua komunitas MBS

Pekerjaan : Wiraswasta

2. Nama : Ade Gurusinga

Alamat : Jalan bunga rampe Simalingkar B Medan

Umur : 27 Tahun

Pengalaman seni : Anggota komunitas MBS

Pekerjaan : Karyawan Swasta

3. Nama : Albert Siahaan

Alamat : Pasar II Setiabudi Tanjung Sari

Umur : 23 Tahun

Pengalaman seni : Anggota MBS

Pekerjaan : Mahasiswa

4. Nama : Arif Anwar

Alamat : Jln Arias No. 4 Komplek DOLOG Helvetia Timur

Umur : 24 Tahun

Pengalaman seni : Anggota MBS

Pekerjaan : Mahasiswa

5. Nama : Tisa Lim

Alamat : Asrama Brimob Blok C-1 Medan

Umur : 21 Tahun

Pengalaman seni : Sekretaris MBS

Pekerjaan : Karyawan Swasta

6. Nama : Ridho

Alamat : Jl 2 Lingkungan 5 nomor b12 pulo brayan bengkel

Umur : 25 Tahun

Pengalaman seni : Anggota MBS

Pekerjaan : Wiraswasta

7. Nama : Zul Fahmi

Alamat : Pasar I Setia Budi

Umur : 32 Tahun

Pengalaman seni : Anggota MBS

Pekerjaan : Karyawan Swasta

66

8. Nama : Fattah

Alamat : Jl Bromo gang Mesjid Alhidayah

Umur : 24 Tahun

Pengalaman seni : Anggota MBS

Pekerjaan : Mahasiswa