113
DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: RISKA PRISILA NIM : 100707008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK … · bahas ini dan kepada Mario King Sianipar yang sudah juga membantu saya dalam ... 40 3.5.1 Lapangan ... 4.1 Ragam Dan Pola Gerak

Embed Size (px)

Citation preview

DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA

UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI SARJANA

O

L

E

H

NAMA: RISKA PRISILA

NIM : 100707008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2014

DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA

UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI SARJANA

NAMA: RISKA PRISILA

NIM : 100707008

Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Fadlin, M.A Arifninetrirosa, SST.M.A

NIP. 196102201989031003 NIP. 196502191994032002

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2014

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi

salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP 195110131976031001

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D ( )

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd ( )

3. Drs. Fadlin, M.A ( )

4. Arifninetrirosa, SST. M.A ( )

5. Drs. Kumalo Tarigan, M.A ( )

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D

NIP 196512211991031001

i

ABSTRAK

Munalo dalam bahasa Gayo adalah penyambutan. Tari Munalo adalah suatu

tarian yang disajikan dalam penyambutan upacara perkawinan (mungerje) dan

penyambutan tamu-tamu penting. Dalam pembahasan ini penulis lebih memfokuskan

kepada proses berlangsungnya pertunjukan Munalo yang disajikan.

Pada Tari Munalo gerakan yang dilakukan terdapat ragam gerak dan juga

mempunyai arti tersendiri. Tari Munalo ditarikan minimal oleh 2 orang penari

perempuan dan 1 orang penari laki-laki yang di sebut juga dengan penari Guel. Tari

Munalo pada saat sekarang sudah menjadi tari yang dikreasikan sesuai dengan

perkembangan jaman.

Gerakan yang terdapat di dalam Tari Munalo tidak terlepas dengan musik

sebagai pengiring tarian tersebut. Iringan musik pada Tari Munalo sangat berperan

penting terhadap penari sebagai pengatur tempo gerakan di dalam tarian dan

memperindah tarian. Bukan hanya penting bagi penari tetapi juga untuk menambah

kemeriahan pada acara penyambutan. Adapun alat musik yang digunakan sebagai

pengiring Tari Munalo yaitu gegedem, canang dan gong.

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif untuk mendapatkan

data yang akurat tentang kesenian Tari Munalo yang ditampilkan dengan tahap

pengerjaan lapangan, pendeskripsian data, dan penulisan laporan. Pengumpulam data

terkait dengan metode wawancara, studi kepustakaan, obeservasi dan dokumentasi.

Kata kunci : Munalo, tari, deskripsi gerak dan musik iringan.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan, kemampuan serta rahmat dan karunianya sehingga penulis

dapat menyelesaikann skirpsi ini yang berjudul DESKRIPSI PERTUNJUKAN

TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA PERKAWINAN

ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL.

Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Seni (S.Sn) dari Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir yang

diselesaikan ini merupakan salah satu tahap untuk dapat belajar lagi karena belajar

bukanlah hal yang memiliki batas.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan serta

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

banyak kepada kedua orang tua saya yaitu Ibunda saya Hj. Nurainun dan ayahanda

saya H. Amris Chalid serta kepada abang saya Anzalik S.T, kakak-kakak saya Mula

Sarana A.md, Mila Rohanti A.md dan Tety Adriyani S.E.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Drs.

Muhammad Takari M.Hum, Ph.D selaku ketua Departemen Etnomusikologi. Begitu

juga kepada dosen pembimbing I Bapak Drs. Fadlin M.A dan dosen pembimbing II

Ibu Arifninetrirosa SST, M.A yang mana telah memberikan saya bimbingan,

semangat serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kemudian saya berterima

iii

kasih kepada segenap dosen dan pegawai Departemen Etnomusikologi, tidak lupa

juga saya mengucapkan terima kasih kepada informan Bapak H. Ibrahim Kadir dan

informan lainnya yang telah bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya untuk

berbagi dalam pengumpulan data penulis.

Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada orang-orang terdekat saya

Muhammad Rizky Firmansyah, Ayu Triana Putri Matondang, Kezia Ulimarina

Purba, Deby Sartika Gea, Falyas Tathi Yunis, Yurika Miraza S.Mn, Jackry Octora

Tobing yang telah membantu saya dan memberikan dukungan serta semangat sampai

penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya saya berterima kasih kepada teman-teman

seperjuangan yaitu Etno Sepuluh yang sudah menjadi teman buat saya selama masa

perkuliahan. Tidak lupa juga saya berterima kasih kepada Evi Nenta Sipahutar S.Sn

yang telah membantu saya dalam proses gerak pertunjukan dalam tari yang saya

bahas ini dan kepada Mario King Sianipar yang sudah juga membantu saya dalam

pentranskripsian.

Penulis telah berusaha memberikan yang terbaik dalam menyelesaikan tulisan

ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa tulisan ini belum dapat dikatakan sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan-masukan dan saran yang bersifat

membangun dalam mengembangkan tulisan ini.

Medan, … Oktober 2014

Penulis

Riska Prisila

100707008

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1 1.2 Pokok Permasalahan ................................................................... 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................. 6 1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................ 6

1.4 Konsep dan Teori........................................................................ 7 1.4.1 Konsep .............................................................................. 7 1.4.2 Teori ................................................................................. 9

1.5 Metode Penelitian ....................................................................... 11 1.5.1 Studi Kepustakaan ............................................................ 12 1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan ....................................... 12

1.5.2.1 Observasi ............................................................. 12 1.5.2.2 Wawancara............................................................ 13

1.6 Kerja Laboratorium .................................................................... 13 1.7 Lokasi Penelitian ........................................................................ 14

BAB II: GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GAYO DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL .........................................................

15

2.1 Asal Usul Masyarakat Gayo........................................................ 15 2.2 Gambaran Umum Masyarakat Gayo Di Medan ......................... 17 2.3 Letak Geografis Dan Pemerintahan Kecamatan Medan Sunggal ............................................................................................

19

2.4 Sistem Kepercayaan Dan Agama ............................................... 21 2.5 Sistem Kekerabatan .................................................................... 22 2.6 Mata Pencaharian ....................................................................... 26 2.7 Kesenian ..................................................................................... 27

BAB III: DESKRIPSI PERTUNJUKKAN TARI MUNALO PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO di MEDAN SUNGGAL .....................................................................................................

30

3.1 Asal Usul Munalo ....................................................................... 30 3.2 Gambaran Umum Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Gayo.

31

v

3.3 Tahapan Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo di Medan Sunggal .............................................................................................

33

3.4 Deskripsi Pertunjukkan Tari Munalo Pada Upacara Medan Gayo di Medan Sunggal ...................................................................

36

3.5 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Pertunjukkan ......................... 40 3.5.1 Lapangan .......................................................................... 41

3.6 Pendukung Pertunjukkan ............................................................ 41 3.6.1 Penari ................................................................................ 42 3.6.2 Pemusik ............................................................................ 43 3.6.3 Penonton ........................................................................... 44

3.7 Perlengkapan Pertunjukkan ........................................................ 44 3.7.1 Alat Musik ........................................................................ 44

3.7.1.1 Gegedem .............................................................. 44 3.7.1.2 Canang ................................................................. 45 3.7.1.3 Gong ..................................................................... 46

BAB IV: PENDESKRIPSIAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN .......................................................................................................

47

4.1 Ragam Dan Pola Gerak .............................................................. 47 4.2 Pertunjukkan Tari Munalo .......................................................... 48 4.3 Kostum Dan Properti .................................................................. 84 4.4 Alat Musik Pengiring ................................................................. 86 4.5 Analisis Musik Iringan ............................................................... 87

4.5.1 Pola Ritme Musik Pengiring Tari Munalo ....................... 88 4.6 Model Nilai Notasi ..................................................................... 89

4.6.1 Ritme Musik Munalo ........................................................ 90 4.6.2 Teks Nyanyian Pengiring Tari Munalo ............................ 95

BAB V: PENUTUP ....................................................................................... 97 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 97 5.2 Saran ........................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99 DAFTAR INFORMAN .................................................................................. 101

DAFTAR GAMBAR

vi

Gambar 3.1 Pengantin Perempuan Menunggu Kedatangan Pengantin Laki-Laki ...................................................

37

Gambar 3.2 Pengantin Perempuan Diantar Ke Tempat Pengantin Laki-Laki Berdiri .......................................................

38

Gambar 3.3 Posisi Pengantin Saat Dilaksanakan Tari Munalo....... 39 Gambar 3.4 Penari Munalo Dan Penari Guel ................................. 42 Gambar 3.5 Pemusik ....................................................................... 43 Gambar 3.6 Gegedem...................................................................... 45 Gambar 3.7 Canang ........................................................................ 46 Gambar 3.8 Gong ............................................................................ 46 Gambar 4.1 Ragam Unguk Punyuk................................................. 48 Gambar 4.2 Ragam Merenung ........................................................ 49 Gambar 4.3 Ragam Kipes ............................................................... 50 Gambar 4.4 Ragam Merenung ........................................................ 51 Gambar 4.5 Ragam Kipes ............................................................... 52 Gambar 4.6 Ragam Transisi ........................................................... 53 Gambar 4.7(a) Ragam Salam Semah .................................................. 55 Gambar 4.7(b) Ragam Salam Semah .................................................. 55 Gambar 4.7(c) Ragam Salam Semah .................................................. 57 Gambar 4.8 Ragam Transisi............................................................ 58 Gambar 4.9 Ragam Kipes................................................................ 59 Gambar 4.10 (a) Ragam Puter Tali......................................................... 60 Gambar 4.10 (b) Ragam Puter Tali......................................................... 61 Gambar 4.10 (c) Ragam Puter Tali......................................................... 62 Gambar 4.10 (d) Ragam Puter Tali ........................................................ 63 Gambar 4.11 Ragam Kipes .............................................................. 64 Gambar 4.12(a) Ragam Puter Tali ........................................................ 65 Gambar 4.12(b) Ragam Puter Tali ........................................................ 66 Gambar 4.13(a) Ragam Transisi............................................................ 67 Gambar 4.13(b) Ragam Transisi............................................................ 68 Gambar 4.14 Ragam Transisi............................................................ 69 Gambar 4.15 Ragam Transisi............................................................ 70 Gambar 4.16(a) Ragam Transisi............................................................ 71 Gambar 4.16(b) Ragam Transisi............................................................ 72 Gambar 4.17 Ragam Transisi............................................................ 73 Gambar 4.18(a) Ragam Transisi............................................................ 74 Gambar 4.18(b) Ragam Transisi............................................................ 75 Gambar 4.19 Ragam Transisi............................................................ 76 Gambar 4.20(a) Ragam Transisi............................................................ 77 Gambar 4.20(b) Ragam Transisi........................................................... 78 Gambar 4.20(c) Ragam Transisi........................................................... 79 Gambar 4.21(a) Ragam Transisi........................................................... 80 Gambar 4.21(b) Ragam Transisi........................................................... 81

vii

DAFTAR TABEL

Gambar 4.22 Ragam Transisi........................................................... 82 Gambar 4.23(a) Iulesi Kerawang …..................................................... 83 Gambar 4.23(b) Iulesi Kerawang ....................................................... 83 Gambar 4.24 Ragam Cincang Nangka .......................................... 84 Gambar 4.25 Penari Munalo Perempuan ...................................... 85 Gambar 4.26 Penari Guel .............................................................. 86

viii

Tabel 2.1 Data Pns di Kecamatan Medan Sunggal ......................... 20 Tabel 2.2 Perincian Nama Kelurahan, Luas Wilayah, Dan Jumlah

Penduduk ......................................................................... 22

Tabel 2.3 Penduduk Kecamatn Medan Sunggal Dan Sebaran Pekerjaan .........................................................................

22

Tabel 4.1 Ragam Gerak .................................................................. 48

1

DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA

UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesenian pada etnik Gayo sudah mulai banyak di ketahui oleh masyarakat lain di

luar etnis Gayo itu sendiri. Banyak orang yang mengetahui bahwa Gayo identik

dengan kesenian Didong1. Sesungguhnya masih banyak lagi kesenian lainnya yang

terdapat di dalamnya terutama pada tari penyambutan yang di kenal dengan sebutan

Tari Munalo. Tari Munalo sendiri digunakan untuk menyambut pengantin maupun

penyambutan tamu-tamu penting.

Setiap upacara perkawinan pada masyarakat Gayo khususnya di Aceh Tengah

selalu mengadakan riah-rie (pesta bersuka cita) yaitu sebuah pertunjukan seni budaya

yang sudah dilakukan secara turun temurun yaitu berupa pertunjukan didong, bunyi

musik yang dihasilkan oleh alat musik canang, syair dan lain sebagainya yang

bertujuan untuk meramaikan dan memeriahkan suasana perkawinan. Masyarakat

Gayo sendiri sangat mecintai dan menghargai kesenian yang tumbuh dan berkembang

di daerahnya. Adat istiadat serta kecintaan pada tanah kelahiran menumbuhkan

berbagai ragam seni budaya dalam kehidupan mereka. Apalagi dalam suatu upacara

1 Didong merupakan salah satu kesenian tradisional Gayo yang termasuk ke dalam seni sastra

(bertutur) dengan menggunakan bantal (kampas) sebagai penepok sepanjang 1 ½ jengkal dengan berbentuk persegi.

2

perkawinan masyarakat Gayo sendiri tidak merasa puas apabila tidak menampilkan

salah satu atau beberapa dari kebudayaan mereka sendiri.

Pada masa lampau untuk memeriahkan upacara-upacara para penyelenggara

(sukut bersinte) mengadakan tari penyambutan dengan Tari Guel. Tari Guel sendiri

hanya ditarikan oleh 2 orang penari laki-laki diantaranya adalah guru didong dan

gajah putih (Bener Meria). Tari Guel sendiri dahulunya tidak dipertontonkan oleh

rakyat ramai dan ini hanya bersifat khusus seperti penjemputan raja dan penjemputan

pejabat penting lainnya. Sedangkan untuk menyambut tamu dalam perkawinan

masyarakat Gayo, perempuan ikut serta dalam penyambutan kepada pihak tamu dari

aman mayak (pengantin laki-laki). Maka para seniman tari menata dan menciptakan

Tari Munalo dalam perkawinan dengan mengikut sertakan dan menggabungkan

penari laki-laki dan perempuan. Namun akar tari dari Tari Munalo tetap di ambil dari

Tari Guel kemudian dikembangkan. Ciri khas dari Tari Guel adalah berupa gerak,

lagu, dan musik serta kesenian yang ada di daerah Takengon. Tari Munalo dalam

penyambutan perkawinan ini adalah sebuah hasil karya tari yang sudah dikreasikan

dan bersumber dari tari tardisional yang berkembang dalam lingkup masyarakat

Gayo, kabupaten Aceh Tengah.2

Tari Munalo adalah salah satu kesenian yang terdapat di dataran tinggi tanah

Gayo terutama pada kabupaten Aceh Tengah. Tari Munalo merupakan gabungan dari

beberapa sastra yang berupa seni sastra, seni musik, dan seni gerak (tari). Jumlah

minimal dalam Tari Munalo adalah 3, diantaranya 2 penari perempuan dan 1 penari

2 Wawancara oleh H. Ibrahim Kadir, 21 April 2014.

3

laki-laki dan maksimal ditarikan 11 orang penari diantaranya 10 penari perempuan

dan 1 penari laki-laki. Tari Munalo dipersembahkan untuk menyambut tamu

mempelai laki-laki (aman mayak) dan pengantin wanita (inen mayak) serta tamu-

tamu pengiring/rombongan lainnya dimana sebelumnya sudah dilaksanakan akad

nikah.

Setelah akad nikah mempelai pengantin laki-laki kembali ke rumah persinggahan

mereka yang biasanya tidak jauh dari rumah mempelai perempuan untuk berganti

pakaian dan mempersiapkan kembali tamu pengiring dari pihak laki-laki dan

sedangkan mempelai pengantin perempuan berada di rumahnya untuk berganti

pakaian sembari menunggu mempelai pengantin laki-laki datang. Adapun waktu yang

diberikan untuk bertukar pakaian adalah kesepakatan dari kedua belah pihak antara

15-20 menit. Setelah ada pemberitahuan bahwa pihak mempelai laki-laki akan datang

pihak perempuan pun mulai bersiap-siap untuk menunggu di depan pagar rumah.

Sesampai pihak mempelai laki-laki datang bersama rombongan, pihak perempuan di

antar orang tuanya untuk bersanding dengan pihak mempelai laki-laki dan

didampingi dengan kedua orang tua pihak mempelai wanita dan laki-laki serta

rombongan yang mengikuti pengantin dari belakang. Setelah keduanya siap barulah

mereka di sambut dengan Tari Munalo.

Munalo adalah suatu rangkaian prosesi menyambut, menjemput, dan mengarak

pada upacara perkawinan masyarakat Gayo. Kegunaan tarian ini untuk memuliakan

tamu yang datang dengan segala hormat serta mengucap syukur atas terjalinnya

4

silaturahim diantara kedua belah pihak sehingga menjadi akrab serta memeriahkan

suasana perkawinan.

Pada saat sekarang tidak semua masyarakat Gayo yang ada di kota Medan

menggunakan Tari Munalo sebagai penyambutan pengantin. Ada beberapa alasan

tersendiri mengapa tarian ini jarang ditampilkan dalam upacara perkawinan

diantaranya adalah masih sedikitnya sanggar di Medan yang bisa menampilkan tarian

ini serta tidak semua masyarakat Gayo yang ada di Medan mengetahui keberadaan

Tari Munalo sendiri.3

Dalam etnik Gayo untuk menghormati tamu serta melambangkan suatu

kegembiraan dalam upacara perkawinan mereka juga menggunakan beberapa alat

musik pukul seperti gegedem4, canang5, dan gong6 sambil mendendangkan beberapa

lagu. Musik iringan tentunya sangat berpengaruh dalam sebuah gerakan tarian yaitu

untuk memperindah gerakan tarian dan pola gerak yang ada dalam Tari Munalo

sangat bergantung kepada ritmik musik. Jadi apabila Tari Munalo tidak menggunakan

musik pengiring makanya tari ini di anggap cacat dan tidak bisa mengatur

keharmonisan dalam gerak tari itu sendiri sehingga tarian itu menjadi tidak sempurna.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi modern Tari Munalo juga ada

yang menggunakan alat musik modern seperti keyboard sebagai tambahan pengiring

3 Hasil wawancara oleh Rizka Jannatan, 2 Juni 2014. 4 Gegedem/repana adalah sejenis gendang seperti rebana yang berbentuk lingkaran dan pipih

seperti gendang melayu. 5 Canang merupakan sebuah alat musik seperti gong kecil yang di pukul dengan stick yang

terbuat dari kuningan. 6 Gong dalah sebuah alat musik pukul yang di buat berbahan dasar logam berbentuk bulat

dengan mempunyai pencu di tengahnya.

5

tapi tanpa menghilangkan penyajian keaslian budaya itu sendiri. Akan tetapi pada

upacara perkawinan adat Gayo yang penulis teliti tetap memakai alat musik

traditional Gayo tanpa menambahkan alat musik modern. Hampir semua kegiatan

kehidupan masyarakat Gayo menggunakan musik baik itu sebagai media komunikasi

mereka ataupun hiburan pada masyarakat Gayo. Selain alat musik sebagai pengiring

tari Munalo, vocal juga sangat berperan penting dalam Tari Munalo yang berperan

untuk melantunkan lagu seiring musik berjalan.

Adapun konteks sebuah pengiring dalam tari memimliki bentuk beberapa aspek

yaitu dari segi bentuk, gaya, ritem, suasana maupun penggabungan dari aspek-aspek

tersebut. Maka dari uraian-uraian yang telah disebutkan diatas penulis tertarik untuk

menuliskan judul “Deskripsi Pertunjukan Tari Munalo Dan Musik Iringan Pada

Upacara Perkawinan Adat Gayo di Medan Sunggal”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka penulis

menemukan beberapa pokok masalah yang ingin di bahas, yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana penyajian pertunjukan Tari Munalo yang diadakan di Medan

Sunggal ?

2. Bagaimana bentuk musik serta alat yang digunakan sebagai pengiring Tari

Munalo pada upacara adat perkawinan Gayo di Medan Sunggal ?

6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sebuah tujuan penelitian pasti mengarah kepada apa yang ingin dituliskan yang

pada akhirnya dapat dirumuskan untuk mendapat gambaran ataupun hasil yang akan

di dapat. Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui penyajian pertunjukan Tari Munalo.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk iringan musik dan alat yang di pakai

sebagai pengiring Tari Munalo dalam upacara adat perkawinan Gayo di Medan

Sunggal.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dituangkan melalui tulisan hendaknya dapat

memberikan dampak positif kepada pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menambah referensi tentang Tari Munalo sebagai salah satu

kebudayaan tradisional Gayo di Indonesia dan khususnya buat masyarakat

Gayo yang ada di kota Medan.

2. Sebagai pendokumentasian tertulis agar kebudayaan suku Gayo tidak punah

dan dapat lebih mengembangkan Tari Munalo serta alat musik tradisionalnya.

3. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di departemen

Etnomusikologi USU.

7

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau

gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan

antara variabel-variabel mana yang kita lingkar untuk menentukan hubungan empiris

(Mely G. Tan (1992:21). Tari merupakan sebuah karya yang di bentuk dari gabungan

beberapa seni seperti seni sastra, seni musik, seni rupa, dan seni drama. Corrie

Hartong mengatakan “gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari tubuh dan

ruang.7 Menurut Soedarsono (1977:17) “tari adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan

melalui gerak-gerak ritmis yang indah.”

Munalo yang berarti tarian penyambutan yang terdapat dalam kesenian

masyarakat Gayo, terbagi atas 2 fungsi dalam penjemputan yaitu penjemputan kepada

tamu-tamu penting seperti raja serta para pejabat lainnya dan penjemputan pengantin.

Yang di bahas dalam tulisan ini adalah Munalo dalam perkawinan yang artinya

penjemputan pengantin.

Tari Munalo adalah tari untuk penyambutan pengantin. Tari yang

dipersembahkan oleh pihak keluarga perempuan untuk menyambut kedatangan pihak

pengantin laki-laki serta tamu rombongan. Setelah akad nikah selesai dilaksanakan

pihak pengantin laki-laki ditempatkan di sebuah rumah singgah (umah selangan)

yang letaknya tidak jauh dari rumah pengantin perempuan untuk berganti pakaian.

7 Pengantar pengetahuan tari, oleh Tuti Rahayu (2000;03).

8

Pada saat itu telah ada kesepakatan waktu dari pihak kedua keluarga mempelai

pengantin antara 15-20 menit. Setelah ada pemberitahuan kedua mempelai pengantin

selesai berganti pakaian, pihak laki-laki datang bersama rombongan menuju rumah

pengantin perempuan dan pengantin perempuan sudah bersiap-siap menunggu di

depan pagar rumahnya. Pihak pengantin laki-laki beserta rombongan berhenti dengan

jarak 5-10 meter dari tempat pengantin perempuan berdiri. Lalu pengantin perempuan

di antar kedua orang tuanya ketempat pengantin laki-laki berdiri serta masing-masing

pengantin didampingi orang tua mereka dan rombongan yang lain mengikut di

belakangnya. Setelah semua siap barulah musik dimainkan dan Tari Munalo mulai

ditarikan dengan penari yang berjumlah 7 diantaranya adalah 6 penari perempuan dan

1 penari laki-laki dimana penari laki-laki (guru didong) menghampiri pasangan

pengantin yang didampingi dengan penari perempuan untuk memberi hormat serta

mengajak kedua mempelai pengantin untuk ikut bersama mereka dengan iulesi

kerawang (diselimuti kerawang gayo)8 kepada kedua mempelai pengantin dan

mengaraknya sampai ke pelaminan.

Deskrispi adalah segala sesuatu yang kita lihat maupun kita dengar dalam

suatu penelitian dan ditulis kedalam sebuah tulisan. Yang dimaksudkan bentuk

iringan musik dalam penulisan ini adalah setiap babak atau tahapan-tahapan dari pola

gerak dan musik yang dilakukan mulai dari pola ritem, alat musik yang dimainkan,

8 Iulesi kerawang (di selimuti kerawang gayo) yang dimaksudkan disini adalah meletakkan

kerawang gayo di pundak kedua mempelai pengantin. Kerawang gayo (opoh ulen-ulen) merupakan sebuah kain dengan ukuran panjang 2,5 m dan lebar 1,5 m.

9

tangga nada, melodi, harmoni, nyanyian yang dihubungkan dengan tari, dan lain

sebagainya.

Upacara perkawinan adat Gayo di Medan yang dimaksudkan dalam tulisan ini

adalah masyarakat etnik Gayo yang sudah berpindah dan menetap di kota Medan.

Adat yang berarti budaya yang merupakan tradisi yang dilakukan dari waktu ke

waktu secara turun temurun. Di dalam adat Gayo pada tulisan ini dimaksudkan

kepada pemakaian adat Gayo yang di pakai oleh masyarakat Gayo itu sendiri

walaupun mereka sudah berpindah ataupun menetap di Medan. Yang di maksud

masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1993:106-107), yaitu

sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas

sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu. Dan

Soerjono Soekanto juga menambahkan bahwa istilah masyarakat sangat erat

kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain

sebagainya.

1.4.2 Teori

Teori adalah sebagai kerangka penulisan dalam suatu penelitian. Adapun

teori-teori yang dituliskan dalam penulisan ini adalah melalui kajian dan studi

kepustakaan berupa dari buku-buku dan jurnal penelitian yang berhubungan (relevan)

serta mendukung masalah penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai acuan atau

pedoman dalam melaksanakan masalah-masalah yang muncul dalam penelitian.

10

Sumantri (1993:143) mengatakan, teori juga merupakan pengetahuan ilmiah yang

mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.

Menurut Murgiyanto (1996:156) kata seni pertunjukan secara umum memiliki

arti tontonan yang bernilai seni seperti drama, tari, musik yang ditarikan secara

khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan Tari Munalo penulis juga

menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996:164-165) yang menjelaskan bahwa

pertunjukan selalu memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir,

(3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok

penonton, (6) tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk mempertunjukannya.

Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari, ditambah

dengan penyesuaian dengan ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya

merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik,

1990:23).

Musik dan tari adalah salah satu perpaduan yang sempurna untuk

menghasilkan suatu tarian ataupun pertunjukan yang harmonis. Apalagi di dalam Tari

Munalo sendiri musik dan gerak tari sangat saling berkaitan satu sama lain dimana

ritem pada musik merupakan hitungan gerak dalam tari.

Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian

adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik

merupakan audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio

(bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu

11

(Sachs,1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran

yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan antara keduanya adalah

waktu, yaitu berupa gerak ritmis (musik dan tari) serta tempo.

Untuk mengetahui ritme yang dimainkan oleh musik pengiring Tari Munalo

penulis menggunakan pendekatan yang di kemukakan oleh Nettl (1963 : 98) yaitu :

“kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita

dengar dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan

apa yang kita lihat”.9

1.5 Metode Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode yang bersifat kualitatif

dimana peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik itu dari referensi

buku, wawancara dengan beberapa nara sumber bahkan terjun langsung ke lapangan

sehingga mendapatkan hasil yang deskriptif untuk menghasilkan data-data yang di

kumpulkan baik berupa gambar, lisan maupun tulisan. Seperti yang di kemukakan

oleh Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (1988), metode kualitatif

dijadikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa

kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.

Penelitian ini juga mengacu pada disiplin etnomusikologi seperti yang

dikemukakan oleh Curt Sachs dan Nettl (1964:62) yaitu penelitian etnomuiskologi di

bagi adalah dua jenis perkerjaan yakni kerja lapangan (field work) dan kerja 9 Terjemahann March Perlman 1990 yang di ambil dalam skripsi sarjana Fadlin).

12

laboratorium (desk work). Metode peneliatian analisis yang digunakan dalam ritme

musik iringan Tari Munalo mengacu kepada skirpsi sarjana Bapak Fadlin 1988

tentang Studi Deskriptif Konstruksi dan Dasar-Dasar Pola Ritem Gendang Melayu

Sumatera Timur.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi pengumpulan data penulis mencari informasi melalui

literatur-literatur ysng dapat membantu proses pemecahan masalah dalam penulisan

skripsi ini. Literatur ini dapat berupa buku-buku, skripsi, jurnal maupun bacaan yang

berhubungan dengan penulisan judul skripsi ini.

Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan teori-teori,

konsep dan lainnya. Selanjutnya hasil yang di dapat dalam studi kepustakaan ini akan

dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi.

1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan

1.5.2.1 Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik yang termasuk dalam pengumpulan

data di lapangan. Obeservasi dilakukan untuk melihat langsung acara yang akan di

teliti sehingga dapat menghasilkan data sesuai dengan apa yang di lihat dan di dengar.

Menurut Soehartono (1995:69) mengatakan bahwa, obeservasi atau pengamatan

dapat berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan

indera penglihatan, yang berarti juga tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

13

Kemudian pendapat ini di perkuat lagi dengan pendapat Muhammad Ali (1987:25)

yang mengatakan bahwa: “Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

pengamatan terhadap subyek, baik secara langsung maupun tidak menggunakan

teknik yang disebut dengan pengamatan.”

Berdasarkan teori yang penulis kutip di atas, penulis mengumpulkan

informasi yang diperlukan dengan cara mengamati subjek penelitian, misalnya proses

berjalannya Tari Munalo, sarana dan prasana yang diperlukan dan masalah yang

berhubungan dengan pokok permasalahan dan pengamatan.

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara juga merupakan sebuah proses untuk melengkapi sebuah data

yang akan dituangkan dalam tulisan. Wawancara di lakukan dengan 2 tahapan yang

pertama adalah wawancara yang dilakukan dengan format dalam arti sudah

mempersiapkan data-data pertanyaan yang akan diajukan kepada informan dan yang

kedua wawancara sambil lalu yang artinya perbincangan antara penulis kepada

informan dengan tidak terfokus kepada penelitian tetapi masih mengarah kepada

penelitian yang di tuju.

1.6 Kerja Laboratorium

Setelah semua data dikumpulkan baik itu dalam perekaman, catatan dan

sebagainya penulis akan mengolahnya dalam kerja laboratorium yaitu melalakukan

14

transkripsi pada ritem musik. Hal ini dilakukan sebagai pendokumentasian tertulis

dari sebuah penelitian.

Terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98)

dalam mendeksripsikan materi musik pada kerja laboratorium, yaitu (1) kita dapat

menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan cara

menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu mendeskripsikan apa

yang kita lihat. Dari kedua pendekataan di atas penulis lebih mengacu kepada

pendekatan kedua. Penulis juga akan melakukan transkripsi untuk menuliskan musik

iringan yang digunakan dalam proses pertunjukan tari Munalo. Transkripsi adalah

proses pemindahan bunyi yang di dengar dan menuliskannya di atas kertas dalam

betntuk notasi.

1.7 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Amal Gg. Keding Karang no. 84f

kecamatan Medan Sunggal dengan penyajian tari dari sanggar renggali. Penelitian

ini di lakukan di lokasi tersebut karena disana terdapat cakupan lingkup penduduk

etnis Gayo paling banyak di kota Medan dan penetua adat Gayo kota Medan juga

berdomisili di lokasi ini.

15

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GAYO DI KECAMATAN MEDAN

SUNGGAL

2.1 Asal Usul Masyarakat Gayo

Gayo berasal dari kata “Pegayon” yang artinya tempat mata air yang jernih

dimana tempat ikan suci (bersih) dan kepiting. Kebudayaan Gayo telah ada sejak

orang Gayo bermukim diwilayah dataran tinggi Gayo dan mulai berkembang pada

masa Kerajaan Linge pertama abad X M (abad IV).

Dalam sejarah, penduduk yang mendiami kampung Kebayakan dan Bebesen

merupakan kampung inti di Gayo Lut (laut), dimana mempunyai satu anggapan

bahwa asal usul mereka berbeda. Masyarakat yang mendiami kampung Kebayakan

beranggapan bahwa mereka adalah suku asli Gayo sedangkan masyarakat yang

mendiami kampung Bebesen mereka berkata bahwa mereka berasal dari Batak, salah

satu diantaranya berasal dari Tanah Karo yang lebih terkenal disebut dengan Batak 27

(disebut dengan batak 27 dikarenakan dalam sejarah dahulunya ada 27 orang

masyarakat Batak yang datang ke Tanah Gayo). Dan masih belum jelas kapan

peristiwa itu terjadi. (alhafizniselianymailcom.blogspot.com.es/2012/02/asal-usul-

masayarakat-gayo.html?m=1)

Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah Al Kahar, pada abad ke

16M pernah tujuh pemuda dari tanah Karo bertamasya ke Tanah Gayo,

Takengon. Kedatangan mereka guna menyaksikan kebenaran keindahan laut tawar

16

(H. AR. LAtief, 1995:81). Sedangkan menurut Dr. C. Snouck Hougronje, kedatangan

Batak 27 adalah pada masa kejuruan (raja) bukit telah memeluk Islam. Kejuruan

bukit adalah salah satu bagain dari para raja yang ada di Gayo dan memiliki

hubungan baik dengan kerjaan yang lainnya. Kedatangan orang-orang dari Tanah

Karo yang dikenal dengan istilah “Batak 27” ini melahirkan nama-nama Belah atau

Klan di Gayo dengan nama yang hampir sama dengan marga yang ada di Tanah Karo

sendiri. Seperti klan Munthe, Cibero, Melala, Lingga, Tebe dan yang di Karo disebut

Munthe, Sibero, Meliala dan sebagainya.

Sebagian pendapat masyarakat bahwa orang Gayo adalah berasal dari orang-

orang yang lari dari daerah Peureulak, Aceh Timur ke daerah pedalaman karena tidak

mau masuk Islam. Kata-kata Gayo yang artinya dengan kata-kata dalam bahasa Aceh,

yaitu “Ka-Yo” yang berarti “sudah takut”. Meskipun tidak ada penjelasan ilmiah

mengenai hal ini, namun jika di lihat dari letak daerah Gayo dalam peta Aceh, tidak

mustahil jika orang-orang Gayo pada zaman dahulu berasal dari penduduk daerah

Peureulak, Aceh Timur atau daerah Pasee, Aceh Utara melalui sungai-sungai yang

hulunya berada di daerah Gayo pedalaman. Hal yang lebih dekat lagi mengingat

kedua daerah Peureulak dan Pasee berada di pinggir pantai Aceh yang menghadap ke

Selat Melaka, yaitu daerah hubungan lalu lintas antar bangsa yang ramai dalam

kawasan Asia Tenggara.

Hingga saat ini penduduk Gayo ini dibagi menurut daerah kediamannya. Suku

Gayo disebut sebagai orang Gayo Laut atau Gayo Lut mereka bagi yang berdiam di

sekitar Gayo Lues dan orang Gayo serba jadi bagi mereka yang berdiam di sekitar

17

serba jadi sembung-lukup (sekarang Kabupaten Gayo Lues-red). Suku bangsa Gayo

mendiami daerah dataran tinggi Gayo atau sering disebut Tanoh Gayo, komunitas

masyarakatnya untuk saat ini yang banyak mendiami 5 kabupaten di Aceh yaitu Aceh

Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Tamiang dan Gayo Lues. Pada

dasarnya suku bangsa Gayo terdiri dari tiga bagian atau kelompok, Gayo laut

mendiami daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah, Gayo Lues mendiami daerah Gayo

Lues dan Aceh Tenggara serta Gayo Blang mendiami sebagian kecamatan di Aceh

Tamiang.

2.2 Gambaran Umum Masyarakat Gayo di Medan

Sebagai sekelompok masyarakat yang membatasi identitas budayanya, etnik

Gayo juga memiliki cara hidup yang berbeda dengan etnik yang lainnya. Secara

individual kebudayaan berarti segenap logika, etika, maupun estetika dalam

pembangunan kepribadian setiap manusia antara hubungan manusia dengan manusia

dan hubungan manusia dengan penciptanya.

Medan merupakan sebagain dari salah satu kota yang memiliki perjalanan

sejarah yang sangat panjang dan kompleks. Sekelompok etnis Gayo berasal dari

provinsi Daerah Istimewa aceh pada bagian tengah. Wilayah asli orang Gayo sendiri

biasanya disebut dengan Dataran Tinggi Tanoh Gayo yang merupakan bagian dari

seputaran bukit barisan yang berada di pulau Sumatera.

Sekitar tahun 1950 para pendatang etnis Gayo mulai memasuki wilayah

Medan dengan tujuan ingin melanjutkan pendidikan di kota Medan. Beberapa orang

18

yang perantauan yaitu seperti bapak Usup Rakawali yang sekarang sebagai pensiunan

Dosen UNIMED dan bapak alm. H. Daut SH. Setelah tahun 1960-an barulah terlihat

penambahan pendatang etnis Gayo di Medan, terutama pada akhir 1960-an dan

seterusnya. Dan pada tahun 1970 terjadi peningkatan yang signifikan.

Menurut informan bapak Hasan, dari tamat SLTA melanjutkan kuliah di

Medan pada tahun 1973. Pada tahun 1973 itu di Takengon tidak ada universitas

disana, karena ingin menlanjutkan pendidikan yang lebih tinggi beliau harus

merantau ke Medan. Pada umumnya perantau orang Gayo yang datang ke Medan

ingin melanjutkan pendidikan pasti menginginkan pekerjaan sebagai guru atau

pegawai negeri. Setelah mendapatkan pekerjaan tetap barulah beliau merasa nyaman

tinggal di kota Medan. Dahulu orang-orang di Takengon apabilah sudah merantau ke

Medan pasti tidak ingin kembali ke Takengon, mereka lebih baik melanjutkan

pendidikan di Medan dari pada harus balik ke Takengon dan menjadi petani. Pada

waktu itu bukan hanya Medan yang jadi tujuan untuk melanjutkan pendidikan, tapi

sebagian besar juga ada yang melanjutkan pendidikan ke Banda Aceh. Sebelum

1970-an untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi hanya berkisar 70%

dikarenakan tingkat perekonomian yang masih sulit pada masa itu.

Menurut informan bapak Mansuriah, datang ke Medan pertama sekali bukan

untuk melanjutkan pendidikan tetapi melanjutkan usaha dan menjadi wirausaha pada

tahun 1980 serta mengembangkan usahanya. Perputaran di kabupaten sangat berbeda

dengan di provinsi. Bisa diibaratkan 1:10, misalkan di Takengon bisa mendapatkan

hasil 10 juta sedangkan di Medan bisa mendapat 100 juta. Berbagai usaha di coba

19

seperti bidang jasa, agen mobil, perkebunan coklat, perkebunan kopi dan lain

sebagainya. Walaupun prospek usaha di Medan tetap saja ada naik dan turun tetapi

tetap menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dibandungkan di Aceh Tengah.

Setelah beliau berhasil akhirnya beliau mempunyai keluarga di Medan dan tinggal

sampai sekarang di Medan. Sesekali beliau kembali ke Takengon untuk melihat

keluarga yang lain disana. (skripsi sarjana Gusmiari 2009).

2.3 Letak Geografis dan Pemerintahan Kecamatan Medan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu diantara 21 kecamatan di

kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia yang terdiri dari 6 Desa ataupun

keluarahan. Sebagian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang

seperti Aceh, Minang, Batak, Tionghoa dan Jawa. Sedangkan suku asli suku Melayu

Deli sekitar 40% saja.

Di kecamatan ini terdapat sebuah lembaga pendidikan yang beralamat di Jl.

Medan Sunggal yang cukup terkenal bernama Yayasan Budi Bersubsidi Sunggal.

Lembaga pendidikan ini menghasilkann cukup banyak menghasilkan banyak lulusan

yang telah berhasil di dunia pendidikan dan dunia bisnis.

Dari sisi pemerintahan, kecamatan Medan Sunggal ini dipimpin oleh seorang

Camat seperti tabel 2.1 dibawah ini:

20

Tabel 2.1

Data PNS di kecamatan Medan Sunggal

No. Nama NIP Jabatan

1. Syahrul Efendi Rame, S.Sos 196903221990091001 Camat

2. Rudy Asriandy, S.STP 197612251995111001 Sekcam

3. Yusreina I.Lubis SP 197005091998032005 Kasubag Umum

4. Ardi Sani Manulang S.E 197703132006111001 Kasubabag Keuangan

5. Elfianti Pohan S.E 197806232002122002 Kasi Pemerintahan

6. Drs. Suharto P.Hasibuan 196881001990091001 Kasi Trantip

7. Drs. Ruslan Isra Pulungan 196610311993021001 Kasi Kesos

8. Hobbiner 196303161986031007 Lurah Simpang Tanjung

9. Subhan fajri Harahap, STTB 198412222003121001 Lurah Lalang

10. Abu Kosim S.Sos 196908211993031007 Lurah Tanjung Rejo

11. H. Kasrin S.E 19700925208011002 Lurah Babura

12. Derliana 196112311985032035 Lurah Sei Sikambing B

13. Jalaluddin Nasir Pohan S.E 1967100519900910021 Lurah Sunggal

Sumber: Kantor Kecamatan Medan Sunggal (2014)

Kecamatan Medan Sunggal memiliki luas wilayah 13,9 km2 dan mempunyai

6 kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 112.744 jiwa. Adapun batas wilayah

kecamatan Medan Sunggal adalah sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Medan Selayang.

21

Sebelah Timur berbatasan dengan kecamaran Medan Polonia.

Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Medan Johor.

Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Medan Petisah.

Perincian jumlah penduduk dan luas wilayah tiap kelurahan di medan

sunggal ini dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut

Tabel 2.2 Perincian nama Kelurahan, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk

No. Kelurahan Luas (km2) Persentase Luas Wilayah (%) Jumlah Penduduk

1. Sunggal 4,93 34,90 30.599

2. Tanjung Rejo 3,50 25,00 31.094

3. Babura 1,06 5,70 9.214

4. Simpang Tanjung 0,32 2,30 863

5. Sei Sikambing B 2,84 23,20 23.146

6. Lalang 1,25 8,90 18.051

Sumber: Kantor Camat Medan Sunggal (2014)

2.4 Sistem Kepercayaan dan Agama

Pada umumnya masyarakat gayo beragama Islam. Oleh karena itu sistem

keagamaanya sama dengan masyarakat Islam lainnya. Upacara-upacara keagamaan

pada hari tertentu juga dirayakan seperti Maulid sebagai upacara bersejarah bagi umat

Islam yang dilakukan setiap bulan Rabiulawal. Upacara Maulid hanya dilakukan

22

dengan sederhana sekedar memperingati hari bersejarah umat Islam dan juga dengan

upacara keagamaan yang lainnya.

Pada zaman dahulu masyarakat gayo juga memiliki sistem kepercayaan

kepada kekuautan gaib dan kekuatan sakti. Kepercayaan pada kekuatan gaib masih

dapat kita temui dalam kegiatan tolak bala. Kegiatan tolak bala ini dilakukan jika

terjadi suatu musibah seperti suatu penyakit yang menyerang secara masal. Upacara

ini dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti di bawah pohon atau tempat yang di

anggap masyarakat memiliki kekuatan gaib. Upacara ini dilakukan dengan disertai

saji-sajian berupa makanan.

2.5 Sistem Kekerabatan

Sebagaimana masyarakat Aceh lainnya masyarakat Gayo juga menganut

sistem keluarga batih, dimana sebuah rumah tangga terdiri atas keluarga kecil yaitu

ayah, ibu, dan anak yang belum menikah. Jika seorang anak sudah menikah ia juga

akan membangun rumah tangga sendiri sebagai keluarga batih. Dalam suatu keluarga

batih semua kegiatan merupakan tanggung jawab bersama sekeluarga.

Hal yang paling mendasar dalam etnis gayo adalah tutur bahasa, apabila

tutur ini tidak diterapkan baik dalam keluarga maupun masyarakat maka yang

bersangkutan termasuk golongan orang yang tidak berakhlak baik. Dalam bahasa

gayo panggilan bapak atau ibu harus dikembalikan kepada tutur bahasa gayo yaitu

“ama dan ine”, begitu juga dengan panggilan paman harus di kembalikan kepada

23

“pun” karena kedudukannya menurut tutur entis gayo sangat mulia dan dihormati.

Adapun 63 tutur bahasa dalam etnis gayo, adalah:

1. Rekel : Generasi paling tua

2. Entah : Turunan dari rekel

3. Muyang : Moyang, di bawah entah

4. Datu : Para datu yang berada di bawah moyang (1 sampai dengan 4

sudah termasuk leluhur)

5. Datu Rawan : Orang tua (bapak dari kakek)

6. Datu Bunan : Orang tua (ibu dari kakek)

7. Awan Pedih : kakek (ibu dari ayah)

8. Anan Pedih : Nenek (ibu dari ayah)

9. Awan Alik : kakek (bapak dari ibu)

10. Anak Alik : Nenek (ibu dari ibu)

11. Uwe : Kakak tertua dari ibu kandung

12. Ama Kul : Bapak Wo (saudara laki-laki sulung dari bapak)

13. Ine Kul : Mal wo (istri dari Pak Wo atau istri abang tertua dari bapak)

14. Ama : Bapak

15. Ine : Ibu

16. Ama Engah : Bapak Engah (tengah) adik dari bapak

17. Ine Engah : Ibu Engah (tengah) adik dari ibu

18. Ama Ecek/Ucak : Pakcik (sudara laki-laki bungsu dari bapak)

19. Ine Ecek/Ucak : Makcik

24

20. Encu Rawan : Ucu (terbungsu) laki-laki

21. Encu Banan : Ucu (terngusu) perempuan

22. Ibi : Bibi (adik atau kakak kandung dari bapak)

23. Kil : Suami dari Bibi, apabila bibi ikut suami

24. Ngah/Encu : Perubahan Kil menjadi Engah atau Encu apabila ikut

istri

25. Abang : Abang

26. Aka : Kakak

27. Engi : Adik

28. Anak : anak

29. Ume : Besan

30. Empurah : Mertua (orang tua dari istri)

31. Tuen : Mertua (bapak dari istri)

32. Inen Tue : Mertua (ibu dari istri)

33. Lakun : Sebutan sesame ipar

34. Inen Duwe : Istria bang dengan istri adiknya abang

35. Kawe : Istri abang dengan dengan saudara perempuan dari suaminya

36. Era : Adik laki-laki dari abang dengan istri abang yang bersangkutan

37. Temude : Abang dari istri

38. Impel : Anak bibi yang menikah dengan anak dari saudara laki-

lakinya (anak saudara perempuan dari ibu)

39. Kumpu : Cucu

40. Piut : Cicit

25

41. Ungel : Anak semata wayang (tunggal)

42. Aman Nuwin : Putra pertamanya laki-laki (untuk bapak)

43. Inen Nuwin : Putra pertamanya laki-laki (untuk ibu)

44. Aman Nipak : Putra pertamanya perempuan (untuk bapak)

45. Inen Nipak : Putra pertamanya perempuan (untuk ibu)

46. Aman Mayak : Remaja (laki-laki yang telah menikah dan belum

memiliki keturunan)

47. Inen Mayak : Remaja (putrid yang telah menikah dan belum

memiliki keturunan)

48. Empun : perubahan panggilan dari posisi kakek (awan) menjadi

Empun dengan memanfaatkan salah satu nama cucu

49. Win : Panggilan untuk anak laki-laki

50. Ipak : Panggilan untuk anak perempuan

51. Periben : Untuk nama yang bersamaan atau sesama suami dari istri

yang bersaudara kandung

52. Uti, Mok, Item, Ecek, Ucak, Onot : Panggilan kesayangan. Yang

dimaksudkan panggilan tersebut boleh jadi karena warna kulit, raut

wajah maupun bentuk badan.

53. Serinen : Satu saudara kandung laki-laki maupun perempuan

54. Biak : Kenalan yang sudah di anggap seperti suadara

55. Dengan : Saudara laki-laki dengan saudara perempuan kandung

56. Pun : Saudara laki-laki dari ibu

57. Ine Pun : Istri dari saudara laki-laki dari ibu

26

58. Pun Kul : Abang kandung sulung dari ibu

59. Pun Lah : Abanfg kandung ibu antara sulung dengan yang bungsu

60. Pun Ucak : Abang kandung ibu yang bungsu

61. Kile : Menantu laki-laki

62. Pemen : Menantu perempuan

63. Until : Anak saudara kandung perempuan

Dari 63 tutur bahasa Gayo di atas sekiranya sudah cukup untuk mewakili dari

semua tutur yang ada maupun yang tidak tertera. Tutur di atas sudah cukup

menjelaskan dan mengetahui siapa kita di dalam kekeluargaan.

2.6 Mata Pencaharian

Menurut data yang penulis dapat di lapangan, secara umum masyarakat di

kecamatan medan sunggal memilik berbagai macam profesi mata pencaharian seperti

abri, PNS, pedagang dan lain-lain. Namun potensi utama masyarakat Medan Sunggal

adalah PNS. Berikut ini adalah data yang penulis peroleh di lapangan:

No. Mata

Pencaharian

Sunggal Tanjung

Rejo

Babura Simpang

Tanjung

Sei Sikambing B Lalang

1. Petani 750 988 517 5 689 397

2. PNS 2.552 2.680 1.256 66 2.574 1.988

Tabel 2.3 Penduduk Kecamatan Medan Sunggal dan sebaran Pekerjaannya

27

Sumber: Kantor Lurah Sekecamatan Medan Sunggal

2.7 Kesenian

Kebudayaan tidak pernah terlepas dari kata kesenian. Setiap kebudayaan pasti

mempunyai ciri khas kesenian yang berbeda-beda. Pada etnik Gayo sendiri salah satu

unsur budaya yang paling mengikat yaitu keseniannya. Kesenian yang terjadi ini terus

berkembang. Kesenian merupakan ekspresi manusia terhadap keindahan, dalam

kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif

(Koenjtaraningrat,1982:395-397).

Adapun beberapa keberagaman kesenian pada kebudayaan Gayo, yaitu :

1. Didong

Didong adalah salah satu kesenian masyarakat Gayo yang menggabungkan

diantaranya seni sastra, seni suara, dan seni tari. Ada yang berpendapat bahwa kata

“didong“ mendekati pengertian kata “denang“ atau “donang” yang artinya “nyanyian

sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”.

3. Pegawai

Swasta

48 215 10 0 11 43

4. Abri 63 14 0 4 0 30

5. Nelayan 0 0 0 0 0 0

6. Pedagang 2.395 2.552 466 101 1.209 1.860

7. Pensiunan 126 743 105 8 223 80

8. Lainnya 304 357 172 29 809 565

28

Dan para pendapat lain mengatakan bahwa didong berasal dari kata “din” dan

“dong”. “Din” berarti agama dan “dong” berarti dakwah. Didong merupakan seni

berdendang yang ditampilkan oleh 2 kelompok dengan masing-masing grup terdiri

dari 25-30 orang yang duduk melingkar selama semalam suntuk. Didong ada sejak

zaman Reje Linge XIII dan sampai sekarang. (id.wikipedia..org/wiki/didong)

2. Tari Guel

Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo. Guel yang diartikan

membunyikan. Tarian ini merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik, dan seni

tari itu sendiri. Tarian ini sepenuhnya terinspirasi dari perwujudan alam, lingkungan

dan kemudian dirangkai dengan sedemikian rupa melalui gerakan-gerakan simbolis

dan hentakan irama. Tari Guel biasanya disajikan pada saat penyambutan tamu-tamu

penting ataupun terhormat.

3. Tari Munalo

Tari Munalo merupakan tari kreasi yang berasal dari Tari Guel. Munalo yang

artinya menjemput. Tarian ini berproses seperti memanggil, menjemput serta

mengajak. Tarian ini khusus ditarikan untuk menyambut pengantin ataupun tamu-

tamu penting lainnya.

4. Melengkan

Melengkan merupakan seni berbalas pidato adat dengan kandungan sastra Gayo

yang disampaikan oleh 1 atau 2 orang pelaku yang saling berhadapan dalam etnik

29

Gayo. Biasanya juga ini dilakukan dalam acara kepemerintahan Aceh Tengah

maupun pernikahan masyarakat Gayo.

5. Tari Resam Berume

Tarian ini merupakan suatu gambaran kehidupan masyarakat Gayo yang saling

bergotong royong dalam pekerjaan berume (bersawah). Ragam gerak dalam tarian ini

di ambil dari aktifitas masyarakat Gayo yang sedang bersawah setiap harinya.

6. Tari Bines

Tari bines disebut sebagai “belahan jiwa” dari tari saman. Tarian ini hanya

ditarikan oleh perempuan saja. Tari Bines muncul dikarenakan pada dahulu

perempuan tidak boleh menarikan Tari Saman yang keras dan kencang serta diikuti

dengan memukul-mukul dada. Tari ini diawali dengan lantunan syair yang

dinyanyikan beralun dan dinyanyikan lebih dahulu oleh seorang dari penari yang

terdepan.

7. Sebuku (Pepongoten)

Pepongoten merupakan seni sastra yang terdapat dalam etnik Gayo. Pepongoten

adalah nyanyian dalam tangisan. Pepongoten ini dinyanyikan berdarkan spontanitas

yang berisi kata-kata sedih.

30

BAB III

DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO PADA UPACARA

PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO di MEDAN

3.1 Asal-Usul Tari Munalo

Tari Munalo merupakan salah satu kesenian etnis Gayo yang terdapat di

Dataran Tinggi Tanah Gayo. Tari Munalo biasanya di pakai untuk penyambutan

tamu-tamu penting. Tari Munalo sendiri berasal dari Tari Guel yang dikembangkan.

Tari Munalo berasal dari beberapa gabungan seni seperti seni sastra, seni musik, seni

gerak. Pada awalnya untuk menyambut tamu-tamu penting tari yang di pakai adalah

Tari Guel. Biasanya tarian ini digunakan untuk menjemput raja-raja, gubernur, dan

tamu penting lainnya. Tari Guel juga tidak untuk diperlihatkan orang banyak. Untuk

lebih memperindah dan meramaikan penyambutan para pakar seniman menciptakan

Tari Munalo.

Tari Munalo adalah suatu bentuk kesenian yang merupakan hasil dari kreasi

masyarakat Gayo yang didasarkan atas alam atau lingkungan dan situasi tata

kehidupan masyarakat yang dapat diibaratkan berupa gerak-gerak simbolis serta

hentakan anggota tubuh yang berirama, serta bermakna menyambut tamu dalam suatu

upacara perkawinan.

Tari Munalo ditarikan dengan penari perempuan sebagai penari Munalo dan

penari laki-laki sebagai penari Guel. Penari Munalo diposisikan sebagai pengiring

penari Guel dimana penari Munalo berdiri mendampingi penari Guel.

31

Setiap upacara perkawinan di beberapa daerah diadakan tari penyambutan

demikian pula dengan daerah Gayo di Aceh Tengah, Tari Munalo ini dikreasikan

berdasarkan Tari Guel yang memiliki tujuan sebagai penyambutan tamu. Tari Munalo

ini dianggap cukup penting dalam upacara perkawinan masyarakat Gayo. Hal ini

dikarenakan Tari Munalo adalah merupakan salah satu simbol pernghormatan untuk

menyambut tamu agung, contohnya kedua mempelai pengantin beserta tamu

rombongan.

Begitu juga masyarakat Gayo di kota Medan mereka juga membawa kesenian

khas Tari Munalo ini ke kota Medan sebagai salah satu kota perantauan mereka.

Gerakan yang ditarikanpun sama dengan yang ditarikan di Aceh Tengah. Pada

dasarnya ragam gerak Tari Munalo disebut dengan beberapa istilah, yaitu: salam

semah, gerak kipes, puter tali, kepur nunguk, dan cincang nangka.

3.2 Gambaran Umum Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Gayo

Perkawinan (mungerje) tentunya menjadi salah satu upacara tradisional yang

berkaitan dengan daur hidup bagi masyarakat Gayo itu sendiri. Aturan-aturan serta

adat yang dilakukan telah lama hadir dan hingga sampai sekarang tetap dilaksanakan.

Proses perkawinan tentunya harus ada ikatan janji diantara kedua belah pihak

pengantin serta keluarga kedua mempelai pengantin.

Dalam pasal undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan, yang

mendefenisikan bahwa pernikahan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

32

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedangakan menurut Bachtiar (2004) pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua

hati yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak,

bahagia, harmonis serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang

kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang mendalam dari masing-masing pihak

untuk hidup berhgaul guna memelihara kelangsungan hidup manusia di bumi.

(http://smktpi99.blogspot.com/2013)

Dalam adat perkawinan (mungerje) masyarakat di Gayo apabila sudah sampai

umur 18 hingga 20 tahun sudah diwajibkan kawin baik laki-laki maupun perempuan.

Adapun sistem adat etnis Gayo dalam perkawinan yaitu :

1. Apabila laki-laki ataupun perempuan sedang menjalin hubungan dengan

orang lain maka hendak di kenalkan kepada orang tua dan langsung

dikawinkan.

2. Apabila laki-laki ataupun perempuan tidak sedang menjalin hubungan dengan

orang lain maka orang tua yang akan mencarikan pasangan anaknya.

Di dalam perkawinan masyarakat Gayo terkhususnya di Medan biasanya

berlangsung dengan konseptual dan praktis mulai dari proses perkenalan, persetujuan

kedua belah pihak, meminang dan perkawinan. Di kota Medan terkhususnya pada

kecamatan Medan Sunggal, masih dilaksanakan proses sesuai dengan adat-adat serta

norma-norma yang berlaku walaupun sudah tidak baku atau murni secara tradisi

33

Gayo yang artinya sudah terdapat percampuran dalam proses perkawinan. Hal ini

dapat kita lihat adanya penyajian seperti marhaban dan keyboard dalam upacara

perkawinan. Walaupun demikian pada dasarnya pelaksanaan upacara perkawinan ini

masih berupaya menunjukkan identitas bahwasanya mereka adalah masyarakat Gayo.

Menurut adat istiadat masyararakat Gayo di Takengon harus mempunyai

tanggal baik dan hari baik menurut mereka yaitu pada tanggal 2-4-6-8-10-12-24-16-

18-20 dan bulan yang tidak baik yaitu terapit dengan bulan muharram walaupun

terdapat tanggal baik bulan tersebut tidak dapat pesta apapun.

3.3 Tahapan Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo Di Medan Sunggal

Rangkaian upacara dan adat istiadat perkawinan pada upacara perkawinan

masyarakat Gayo tentunya juga mempunyai beberapa tahapan hingga sampai kepada

proses perkawinan. Segala persiapan dilakukan jauh hari agar segala sesuatunya dapat

berjalan dengan baik hingga maksimal.

Pelaksanaan tata cara perkawinan pada masyarakat Gayo khususnya di Medan

Sunggal tidaklah jauh berbeda dengan yang ada di Aceh Tengah, Takengon. Hanya

saja proses yang dilakukan di Medan lebih memiliki waktu yang singkat mengingat

bahwa akan ada juga tamu lain yang hadir yang terdiri dari berbagai suku lainnya.

(Wawancara oleh Ipak Gayo, 08-09-2014).

Adapun tahapan yang dilakukan dalam upacara perkawinan di mulai dari

proses sebelum perkawinan sampai dengan selama berjalannya proses perkawinan,

yaitu :

34

1. Risik Kono (Perekenalan Keluarga)

Pada acara ini dimaksudkan untuk lebih mengenal diantara kedua belah pihak

keluarga. Biasanya pihak keluarga mempelai wanita juga sudah menyiapkan

hidangan untuk menyambut kedatangan pihak keluarga laki-laki sebagai rasa hormat

kepada tamu yang datang. Maksud dan tujuan kedatangan kedua orang tua pihak laki-

laki ke rumah orang tua wanita adalah menyampaikan kepada kedua orang wanita

bahwasanya mereka ingin mengajak pihak kedua orang tua wanita untuk berbesanan

dan sambil meperkenalkan lebih dalam bagaimana kedua anak mereka.

2. Munginte (Meminang/Melamar)

Pelaksanaan pada acara munginte (meminang) ini dilakukan setelah ada

kesepakatan sebelumnya dari orang tua kedua belah pihak. Pada proses peminangan

ini biasanya pihak keluarga laki-laki diwakilkan dengan pihak saudaranya seperti

adik, kakak atau abang sebagai juru bicara dari pembuka hingga akhir. Proses yang

dilakukan pada acara ini pun beragam. Adanya pertukaran cincin diantara kedua

belah pihak yang mana cincin tersebut telah dibeli oleh calon pengantin laki-laki. Dan

beberapa barang bawaan sebagai barang hantaran disaat meminang seperti

seperangkat alat sholat, kebaya, dan perlengkapan lain yang disepakati oleh kedua

belah pihak terlebih dahulu.

35

3. Segenap dan Begenap (Musyawarah dan Keluarga)

Dalam acara musyawarah keluarga ini biasanya di sebut sebagai pembukaan

panita yang dimaksudkan disini adalah untuk membentuk serta membagikan tugas

sebagai persiapan pada saat pesta perkawinan nanti berlangsung. Biasanya tamu yang

datang pada acara ini adalah saudara, tetangga, dan kerabat dekat. Acara ini dilakukan

pada malam hari sehabis sholat Maghrib.

4. Beguru (Pemberian Nasihat)

Beguru yang biasanya di kenal dengan “malam beguru” dilakukan sebelum

hari akad nikah pada malam hari sehabis sholat Maghrib dan pihak calon pengantin

wanita duduk di tengah-tengah saudara yang hadir. Pada saat malam beguru calon

pengantin wanita akan di beri berbagai nasihat dari pihak saudara-saudara yang telah

berumah tangga. Nasihat yang diberikan yaitu tentang arahan bagaimana nantinya

berperilaku serta bersikap setelah berumah tangga.

Dalam acara ini juga dilakukan doa bersama untuk mendoakan agar pihak

kedua pengantin nantinya menjadi keluarga yang sakinnah mawaddah warrahmah.

Setelah selesai pemberian nasihat kepada pihak pengantin wanita pihak keluarga juga

melakukan tepung tawar kepada calon pengantin wanita dan salam kepada seluruh

tamu undangan yang hadir pada saat acara. Sebagai penghujung acara pihak keluarga

juga mendendangkan didong sebagai hiburan.

36

5. Mungerje (Menikah)

Menikah adalah proses dimana kedua mempelai pegantin duduk dihadapan

tuan kadi untuk disahkan menurut agama Islam yang biasanya disebut ijab kabul. Hal

yang di sahkan dalam proses akad nikah yaitu ijab kabul, para saksi, pernyataan

tentang uang mahar oleh pengantin laki-laki serta persetujuan ucapan persetujuan

diantara kedua belah pihak beserta di sahkannya oleh para saksi.

6. Munalo

Munalo artinya adalah menyambut, menjemput, dan mengarak. Kegunaan

tarian ini untuk memuliakan tamu yang datang dengan segala hormat serta mengucap

syukur atas terjalinnya silaturahim diantara kedua belah pihak sehingga menjadi

akrab serta memeriahkan suasana perkawinan. Pada proses acara ini para penari dan

pemusik sudah bersiap-siap untuk menunggu kedatangan pihak mempelai pengantin

laki-laki berserta rombongan sedangkan mempelai pengantin wanita sedang bersiap-

siap di dalam rumah sambil didandani oleh penata rias.

3.4 Deskripsi Pertunjukan Tari Munalo Pada Upacara Adat Gayo di Medan

Sunggal

Sebelum resepsi pernikahan di mulai, pada pagi harinya kedua pihak

pengantin terlebih dahulu melaksanakan akad nikah yang dilangsungkan di rumah

mempelai pengantin wanita. Setelah akad nikah selesai aman mayak (pengantin laki-

laki) beserta rombongan bergegas untuk segera meninggalkan rumah pengantin

37

wanita untuk sementara. Sebelum pihak pengantin laki-laki kembali lagi ke rumah

penganti wanita mereka berserta rombongan terlebih dahulu berhenti dan ditempatkan

di rumah persinggahan yang disebut dengan umah selangan selama 15-20 menit

dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan diantara dua belah pihak. Tempat

persinggahan tersebut tidak jauh dari kediaman pengantin wanita. Selama waktu

senggang yang di berikan pada saat itulah pengantin wanita dan laki-laki berganti

pakaian dan berhias. Setelah ada pemberian kabar dari pihak keluarga pengantin

wanita, pengantin laki-laki kembali menuju rumah pengantin wanita beserta

rombongannya. Para penari dan pemusik juga bersiap-siap untuk menyambut

kedatangan pengantin laki-laki. Di dalam perjalanan menuju rumah pengantin wanita,

pengantin wanita sudah menunggu kedatangan pihak mempelai laki di depan pagar.

Gambar 3.1:

Pengantin perempuan menunggu kedatangan pengantin laki-laki

(Dokumentasi Riska Prisila)

38

Setelah pengantin laki-laki berserta rombongan sampai di halaman rumah

pengantin wanita dengan saling berhadapan yang berjarak berkisar 5 meter pihak

perempuan diantarkan kedua orang tuanya untuk bersanding disebelah pengantin laki-

laki dengan didampingi oleh masing-masing orang tua kedua belah pihak.

Gambar 3.2

Pengantin wanita di antar ke tempat pengantin laki-laki berdiri

(Dokumentasi Riska Prisila)

39

Gambar 3.3:

Posisi pengantin saat dilaksanakan Tari Munalo

(Dokumentasi Riska Prisila)

Kemudian barulah para pemusik memainkan alat musik dan penari mulai

menjemput kedatangan kedua mempelai beserta rombongan yang ikut di belakang

pengantin. Posisi penari perempuan dibariskan menjadi 2 bagian barisan di samping

kanan dan kiri saling bersebarangan dan posisi penari laki-laki berada di pertengahan

jalan untuk menjemput pihak pengantin.

Para penari Munalo menarikan tarian ini dengan mengikuti ritem sesuai yang

dimainkan pemusik. Musik pengiring pada tarian Muanlo ini sangat berperan aktif

sebagai tempo atau hitungan bagi penari untuk menjaga keharmonisasian tari yang

mereka tarikan. Pada saat penjemputan para penari perempuan diposisikan di

belakang penari laki-laki atau yang di sebut dengan penari Guel. Penari Guel

menjemput kedua mempelai pengantin sedangkan penari Munalo menunggu untuk

40

menyambut pengantin. Setelah penari Guel selesai kemudian barulah di sambut oleh

penari Munalo. Dengan secara bertahap Tari Guel ditarikan hingga sampai ke tempat

kedua pengantin berdiri sambil mengibas-ibaskan “Kerawang Gayo” yang di pakai di

pundaknya seperti burung mengepakkan sayap. Sesampai penari Guel di tempat

kedua pengantin lalu kerawang diletakkan di kedua pundak pengantin untuk

mengajak pengantin duduk ke pelaminan. Pada saat “Kerawang Gayo” diletakkan,

orang yang mengajak atau menarik pengantin yaitu ibu dari pihak mempelai wanita

hingga sampai kepelaminan. Penari Munalo tetap menari yang dilambangkan sebagai

rasa hormat dan gembira saat melakukan Tari Munalo tersebut.

3.5 Tempat dan Waktu Pelaksaan Pertunjukan

Pada umumnya acara akad nikah beserta resepsi bisa di lakukan dimana saja

seperti rumah, masjid, gedung dan di tempat lainnya yang mendukung. Namun

upacara perkawinan masyarakat gayo yang sedang di bahas kali ini diadakan di

rumah. Menurut tanggapan dari beberapa masyarakat Gayo sekitar pelaksanaan

perkawinan yang dilakukan di rumah dengan membawakan Tari Munalo di anggap

lebih kekeluargaan dan lebih dapat menyatukan silaturahmi kepada semua tamu yang

hadir lebih utama. Mereka menganggap dapat diibaratkan seperti berada di kampung

halaman sendiri.

Tari Munalo merupakan sebuah tari penyambutan dimana para penari

menjemput, mengajak kedua pengantin untuk mempersilahkan duduk ke pelaminan

41

yang diikuti dengan musik iringan. Tari Munalo adalah sebuah tarian penghormatan

serta hiburan kepada kedua pengantin beserta tamu rombongan yang datang.

Tari Munalo ini biasanya dilakukan pada pagi hari setelah akad nikah

dilaksanakan. Tari Munalo dilakukan pada pukul 10.00-11.00. Waktu pelaksanaan

tidak terfokuskan pada waktu yang ada. Semua pemilihan waktu tergantung yang

mempunyai acara tersebut. Biasanya tarian ini dilaksanakan sebelum pukul 12.00

agar tidak mengganggu waktu sholat dzuhur.

3.5.1 Lapangan

Lapangan pertunjukkan Tari Munalo ini biasanya berupa jalan yang

dikosongan yang terletak di depan rumah inen mayak dan selalu dilakukan di luar

ruangan. Hal ini berhubungan dengan tujuan tari munalo ini sendiri.

Luas area yang digunakan tergantung dari luas jalan yang ada tetapi harus bisa

mencukupi untuk penari dan pemusik selama proses tarian berlangsung dan jalan

yang sudah mendapat ijin dari pihak yang bersangkutan. Di sepanjang jalan itu juga

biasanya dipenuhi warga setempat yang ingin menyaksikan tarian ini.

3.6 Pendukung Pertunjukan

Sebuah pertunjukan selalu mempunyai beberapa pendukung agar terlihat lebih

maksimal. Tari Munalo sendiri dalam penyajiannya termasuk ke dalam tari

pertunjukkan yang di lihat orang ramai. Ada pun faktor-faktor pendukung pada

pertunjukan Tari Munalo ini adalah penari, pemusik serta penonton.

42

3.6.1 Penari

Penari adalah salah satu elemen penting dalam tarian Munalo ini, dalam tarian

ini penari berperan sebagai penyambut tamu sebagaimana tujuan awal dari tarian

Munalo ini adalah sebagai penyambutan tamu. Para penari juga sebagai pusat

perhatian dalam tarian itu. Maka dari itu kemampuan dan keahlian penari dalam

menari sangat diperlukan.

Dalam petunjukkan Tari Munalo ini biasa ditarikan oleh penari yang

berjumlah minimal 3 penari dan jumlah maksimal 11 dengan komposisi minimal 2

penari perempuan dan 1 penari pria sebagai penari Guel. Sedangkan yang penulis

teliti di daerah medan sunggal, pertunjukkan tari munalo ini ditampilkan dengan

penari yang berjumlah 7 orang penari yang terdiri dari 6 penari perempuan dan 1

penari laki-laki.

Gambar 3.4:

Penari Munalo dan penari Guel

(Dokumentasi Riska Prisila)

43

3.6.2 Pemusik

Pada acara pernikahan yang di adakan di medan sunggal ini, Tari Munalo ini

diiringi oleh pemusik yang menggunakan alat musik tradisional. Pemusik ini sendiri

berjumlah 6 orang, yang terdiri dari 2 orang pemain gegedem, 2 orang pemain canang

dan 1 orang pemain gong serta juga 1 orang vokalis. Pemain musik pengiring tari

Munalo ini biasanya laki-laki.

Pada saat menari, musik adalah elemen yang penting karena penari mengikuti

alunan musik. Untuk itu keahlian dan kecakapan pemusik juga diperlukan agar tarian

dan musik berkesinambungan dengan apik.

Gambar 3.5:

Pemusik

(Dokumentasi Riska Prisila)

44

3.6.3 Penonton

penonton dalam setiap pertunjukkan tarian Munalo adalah tamu undangan

yang hadir di acara perkawinan tersebut. Tari Munalo ini biasanya di pertunjukkan di

depan tempat resepsi pernikahan berlangsung, dan juga berfungsi sebagai penyambut

kedua belah pihak pengantin beserta rombongannya.

3.7 Perlengkapan Pertunjukan

Sebelum dimulai pertunjukkan tari munalo ini ada beberapa hal yang perlu di

persiapkan untuk mendukung jalannya pertunjukkan, serta dapat meningkatkan daya

tarik dari tarian ini sendiri. Persiapan ini sendiri juga harus direncanakan dengan baik

agar mendapatkan hasil yang baik. Maka dari itu persiapan ini sebaiknya dilakukan

jauh hari sebelum hari pertunjukkan atau pernikahan.

3.7.1 Alat Musik

Musik pengiring tarian ini terdiri atas vokal dan instrumen. Vokal ada yang

dilakukan secara solo oleh guru didong, dan ada juga yang dilakukan secara bersama-

sama oleh penari dan pemusik.

3.7.1.1 Gegedem

Gegedem adalah sejenis alat musik membranophone10 yang berperan penting

sebagai pembawa tempo dalam tari dan memiliki bentuk menyerupai rebana dengan

diameter 50 cm pada bagian atas yang berkulit dan 40 cm pada bagian bawah yang 10 Membranophone adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari kulit.

45

tidak berkulit dan memiliki ketebalan sekitar 2 cm. Gegedem terbuat dari bahan kayu

dan memiliki membran yang biasanya terbuat dari kulit kambing.

Gegedem berfungsi sebagai hitungan dan pengatur tempo dalam tarian

Munalo. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh satu orang laki-laki dengan posisi di

kepit di antara kedua kaki dan di pukul menggunakan kedua tangan. Gegedem yang

digunakan dalam tarian Munalo ini berjumlah 2 buah.

Gambar 3.6

Gegedem

3.7.1.2 Canang

Canang adalah sejenis gong yang berukuran kecil yang terbuat dari kuningan

dengan memiliki satu pencu di bagian tengah dan dimainkan dengan cara di pukul

dengan menggunakan sebatang kayu. Dalam Tari Munalo ini digunakan canang

sebanyak 2 buah. Canang berfungsi sebagai pengisi musik.

46

Gambar 3.7

Canang

3.7.1.3 Gong

Gong adalah sebuah alat musik yang di pukul dan terbuat dari kuningan

dengan memiliki satu buah pencu di tengah. Secara bentuk canang dan gong

mempunyai ciri yang sama hanya saja gong memiliki ukuran yang relatif lebih besar

dari pada ukuran canang. Gong yang digunakan dalam Tari Munalo ini berjumlah 1

buah yang dimainkan oleh satu orang laki-laki. Alat musik ini sendiri berfungsi

sebagai acuan tempo bagi pemusik.

Gambar 3.8

Gong

47

BAB IV

PENDESKRIPSIAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN

Tari merupakan rangkaian gerak tubuh seseorang yang dilakukan pada tempat

dan waktu tertenu. Corrie Hartong mengatakan “gerak-gerak yang diberi bentuk dan

ritmis dari tubuh dan ruang. Menurut Soedarsono (1977:17) “tari adalah ekspresi jiwa

yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah.”

Tarian ini juga mempunyai nilai tersendiri untuk dilihat dan dinikmati oleh

para penontonnya sehingga terdapat juga penambahan koreo dari sisi tempat

pertunjukan untuk terlihat lebih baik. Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari

masing-masing penari, ditambah dengan penyesuaian dengan ruang, sinar, warna, dan

seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut

koreografi (Djelantik, 1990:23).

4.1 Ragam dan Pola Gerak

Dalam Tarian munalo ini terdapat beberapa ragam dan pola gerakan dan

mempunyai istilah yang berbeda. Tidak semua ragam tari mempunyai nama ragam

yang sesuai dengan gerakan tari. Ada juga nama bagian dari ragam gerak tari diambil

dari ritem yang dimainkan.

Sedangkan pola yang dimaskudkan yaitu bagian dari ragam gerak yang

menjadi bentuk pada setiap tahapannya. Ragam dan pola saling berhubungan untuk

menjadikan suatu tarian yang indah untuk ditarikan dan di lihat orang lain karena Tari

48

Munalo ini bukan tari yang bersifat tertutup. Adapun ragam pada Tari Munalo ini

yaitu salam semah/munatap, kepur nunguk, sining lintah, semer kalang, gerdak (dak).

Pola gerak yang akan ditarikan bisa dapat kita lihat pada tabel berikut.

4.2 Pertunjukan Tari Munalo

Tabel 4.1 Ragam Gerak

No. Ragam Gerak Hitungan Deskripsi 1. Unguk-Punyuk. Maknanya

adalah melambangkan burung unguk-punyuk terbang. Tari ini di awali dengan penari Guel.

1 menit 7 detik Penari laki-laki berlari menghampiri kedua pengantin sambil mengepak-kepakkan kerawang.

Gambar 4.1

Ragam Unguk-Punyuk

49

2. Ragam Merenung Penari perempuan melakukan gerak merenung dengan mengepalkan tangan kanan dan diletakkan di depan dahi sedangkan tangan kiri berada di belakang pinggang. Sedangkan penari laki-laki duduk bersilang sambil menundukkan kepalanya.

Gambar 4.2

Ragam Merenung

3. Ragam Kipes Ritem Musik Penari perempuan

melakukan gerakan sesusai ritem pada iringan musik. Posisi tangan kiri berada di belakang pinggang

50

sementara tangan kanan melakukan gerakan melambai dari depan dada hingga kebelakang. Pada gerakan selanjutnya dilakukan gerakan pengulangan dengan posisi tangan bergantian.

Gambar 4.3

Ragam Kipes

51

4. Di ulang kembali ragam merenung.

5× 8 + 1 Penari melakukan gerak merenung dengan mengepalkan tangan kanan dan diletakkan di depan dahi, sementara tangan kiri berada di belakang pinggang dengan bergerak kesamping kanan dan kiri. Pada hitungan 1 terakhir kedua tangan berada di belakang pinggang.

Gambar 4.4

Ragam Merenung

52

5. Pengulangan ragam kipes. Ritem Musik Disini terdapat pengulangan ragam gerak. Penari perempuan melakukan gerakan sesusai ritem pada iringan musik. Posisi tangan kiri berada di belakang pinggang sementara tangan kanan melakukan gerakan melambai dari depan dada hingga kebelakang. Pada gerakan selanjutnya dilakukan gerakan pengulangan dengan posisi tangan bergantian.

Gambar 4.5

Ragam Kipes

53

6. Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

Ritem Musik Tangan kiri diletakkan di depan perut sementara tangan kanan bergerak kesamping kanan dengan memutar tangan ke atas dan ke bawah. Gerakan di lakukan berulang dengan arah yang berbeda.

Gambar 4.6

Ragam Transisi

54

7. Salam Semah. Maknanya adalah pemberian hormat kepada kedua pengantin dan tamu kehormatan.

1× 8 Penari melakukan pindah posisi menjadi sebaris berbanjar dengan menghadap pengantin dan para tamu rombongan dengan mengayunkan kedepan kedua tangan dan bergerak ke atas dan kebawah.

55

Gambar 4.7(a)

Ragam Salam Semah

7(b) 2× 8

Penari melakukan gerakan salam dengan merapatkan kedua telapak tangan di depan wajah sambil membungkukkan badan.

Gambar 4.7(b)

Ragam Salam Semah.

56

7(c) 2× 8

1-8 Penari kembali menegakkan badan dengan posisi kedua telapak tangan masih di rapatkan dengan posisi di depan dada. 1-8 Penari mengubah posisi berbentuk huruf “U” dengan menggerakkan tangan dari depan sampai ke depan dada dan dilakukan secara berulang-ulang.

Gambar 4.7(c)

Ragam Salam Semah

57

8 Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

4× 8 + 1 Penari melakukan gerakan mengangkat bahu ke atas dan ke bawah serta mengayunkan bahu dari bawah ke atas dengan posisi badan menyerong. Sementara posisi tangan pada hitungan 1 tangan kanan berada di atas menutup tangan kiri 2-3 menggerakkan bahu dan hitungan 4 mengayunkannya dan sebaliknya. Gerakan tersebut diulangi dengan gerakan tangan di arah yang berbeda.

Gambar 4.8

Ragam Transisi

58

9. Pengulangan ragam kipes. Ritem Musik Penari bergerak berpindah tempat mengubah pola berbentuk 2 lingkaran kecil. Penari perempuan melakukan gerakan sesusai ritem pada iringan musik. Posisi tangan kiri berada di belakang pinggang sementara tangan kanan melakukan gerakan melambai dari depan dada hingga kebelakang. Pada gerakan selanjutnya dilakukan gerakan pengulangan dengan posisi tangan bergantian.

59

Gambar 4.9

Ragam Kipes

10. Ragam Puter Tali. 3× 8 Hitungan 1-2

tangan digerakkan keatas kebawah dengan dengan mengepalkan tangan seperti memutar tali. Pada hitungan ke-3 kedua tangan diletakkan di atas paha kanan, 4-8 bahu digerakkan ke depan dan kebelakang.

60

Gambar 4.10(a)

Ragam Puter Tali

10(b) Pada hitungan ke-3 kedua tangan diletakkan di atas paha kanan, 4-8 bahu digerakkan ke depan dan kebelakang. Gerakan tersebut dilakukan kembali ketika penari bergerak mengubah pola menjadi lingkaran besar.

61

Gambar 4.10(b)

Ragam Puter Tali

10(c) Kemudian Hitungan 1-2 tangan digerakkan keatas kebawah dengan dengan mengepalkan tangan seperti memutar tali.

62

Gambar 4.10(c) Ragam Puter Tali

10(d) Pada hitungan ke-3 kedua tangan diletakkan di atas paha kanan, 4-8 bahu digerakkan ke depan dan kebelakang.

63

Gambar 4.10(d)

Ragam Puter Tali

11. Pengulangan ragam kipes. 2× 8 Penari perempuan melakukan gerakan sesusai ritem pada iringan musik. Posisi tangan kiri berada di belakang pinggang sementara tangan kanan melakukan gerakan melambai dari depan dada hingga kebelakang. Pada gerakan selanjutnya dilakukan gerakan pengulangan dengan posisi tangan bergantian.

64

Gambar 4.11 ragam Kipes

12. Pengulangan ragam puter

tali 2× 8 Posisi penari

berubah menjadi lingkarang besar. Pola pada 3 penari berjalan masuk kedalam mendekati penari laki-laki. Posisi tangan kiri berada di belakang pinggang sementara tangan kanan melakukan gerakan melambai dari depan dada hingga kebelakang. Pada gerakan selanjutnya dilakukan gerakan pengulangan

65

dengan posisi tangan bergantian. Sementara 3 penari yang lain berada di posisi luar yang membentuk lingkaran besar melakukan gerakan hitungan 1-2 tangan digerakkan dengan posisi di kepal dan digerakkan ke atas dan ke bawah seperti memutar tali. Pada hitungan 4-8 tangan direntangkan di buka ke samping dengan gerakan tangan di putar-putar diikuti gerakan bahu ke atas dan ke bawah. Gerakan tersebut di ulangi dengan gerakan yang sama dan dengan posisi bergantian.

66

Gambar 4.12(a) Ragam Puter Tali

12(b) 1× 8 Kedua gerakan berbeda tersebut ditarikan ditarikan secara berasma-sama dengan pola lingkaran besar.

Gambar 4.12(b) Ragam Puter Tali

13. Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini

2× 8 Hitungan 1-6 penari melakukan

67

hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

gerakan seperti menabur ke arah kanan dan kiri.

Gambar 4.13(a) Ragam Transisi

13(b) Pada hitungan 7-8

posisi kedua tangan berada di belakang pinggang diikuti gerakan badan ke atas dan ke bawah mengarah kiri dan kanan. Pada hitungan 1-5 penari mundur ke belakang membentuk pola

68

sebaris.

4.13(b)

Ragam Transisi

14. Pengulangan ragam Transisi 6 (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

Ritem Musik Penari perlahan menghadapi kiri menghadap kiri hingga membentuk 1 baris lurus dan penari melakukan gerak tangan kiri diletakkan di depan perut sementara tangan kanan bergerak

69

kesamping kanan dengan memutar tangan ke atas dan ke bawah. Gerakan di lakukan berulang dengan arah yang berbeda.

Gambar 4.14

Ragam Transisi

15. Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan

1× 8 1-8 penari melakukan gerakan menjentikkan jari

70

penghubung untuk gerakan selanjutnya.

jemarinya ke atas dan ke bawah sehingga membentuk sudut 90̊ di depan dada sambil berjalan berpindah pola hingga membentuk posisi yang sama.

Gambar 4.15

Ragam Transisi

71

16. Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

2× 8 1-2 penari bertepuk tangan sambil membungkukkan badannya,

Gambar 4.16 Ragam Transisi

72

4.16(b) Pada hiutngan 3-4 penari memutar pergelangan tangan sambil berjalan mundur. Gerakan tersebut dilakukan secara berulang.

Gambar 4.16(b) Ragam Transisi

73

17. Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

2× 8 + 4 Hitungan 1-2 penari diam di tempat. 3-4 penari melakukan gerakan seperti memetik bunga. Gerakan tersebut dilakukan secara berulang sambil berjalan melingkar membentuk pola.

Gambar 4.17

Ragam Transisi

74

18. Pengulangan ragam transisi 16. (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

2× 8 1-2 penari bertepuk tangan sambil membungkukkan badannya.

Gambar 4.18(a)

Ragam Transisi

75

4.18(b) Pada hitunga 3-4 penari memutar pergelangan tangan sambil berjalan mundur. Gerakan tersebut dilakukan secara berulang.

Gambar 4.18(b)

Ragam Transisi

76

19 Pengulangan ragam Transisi 6 (tidak ada nama ragam). Grakan ini hanya sebagai penghubung untuk gerakan selanjutnya

Ritem Musik Tangan kiri diletakkan di depan perut sementara tangan kanan bergerak kesamping kanan dengan memutar tangan ke atas dan ke bawah. Gerakan ini dilakukan berulang dengan arah yang berbeda.

Gambar 4.19

Ragam Transisi

77

20. Ragam Transisi (tidak ada nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

2× 8 + 6 Kedua tangan penari berada di depan perut sementara bahu diangkat ke atas dan ke bawah sambil digerakkan dari depan ke belakang.

Gambar 4.20(a)

Ragam Transisi

78

4.20(b) 7-8 +1 × 4 Penari melakukan gerakan seperti burung terbang.

Gambar 4.20(b)

Ragam Transisi

4.20(c) 1× 4 Dengan pola sebaris penari perlahan turun ke bawah dengan gerak mengarahkan kedua tangan ke atas dan ke bawah sehingga berbentuk diagonal.

79

Gambar 4.20(c)

Ragam Transisi

21. 2× 8 Dengan pola di

bawah menggerakkan kedua telapak tangan ke atas dan ke bawah sehingga berbentuk diagonal.

80

Gambar 4.21(a)

Ragam Transisi

4.21(b) 3× 8

Penari memutar pergelangan tanganya dengan posisi atas sebelah kanan, gerakkan ini dilakukan secara silang.

1× 8 Penari perlahan berdiri hingga membentuk posisi sebaris dengan

81

melakukan gerakan yang sama menghadap pengantin.

Gambar 4.21(b)

Ragam Transisi

22. Ragam Transisi (tidak ada

nama ragam. Gerakan ini hanya sebagai gerakan penghubung untuk gerakan selanjutnya.

2× 8 Penari membentuk posisi 2 baris saling berhadapan dengan kedua tangan di depan sambil memutar kedua pergelangan tangan dengan posisi badan di tundukkan sedikit. Yang diartikan sebagai mempersilahkan

82

kedua pengantin dan tamu rombongan untuk masuk.

Gambar 4.22 Ragam Transisi

23. Iulesi kerawang

(menyelimuti kerawang) Penari laki-laki

mulai menghampiri kedua pengantin dan mengiulesi kerawang kepada kedua pengantin.

83

Gambar 4.23(a)

Gambar 4.23(b)

Iulesi Kerawang

84

4.3 Kostum dan properti

Kostum yang di pakai oleh penari laki-laki dan perempuan dalam Tari Munalo

ini adalah baju khas Gayo dengan motif yang di sebut dengan kerawang. Terdapat

juga penambahan serta perbedaan properti dan kostum yang di pakai oleh penari laki-

24. Cincang Nangka Dalam tarian ini penari sudah berada di belakang kedua pengantin dengan posisi sama dengan tamu rombongan lainnya. Gerakkan yang di gerakkan seperti menabur.

Gambar 4.24

Ragam Cincang Nangka

85

laki dan perempuan. Penari perempuan memakai baju kerawang serta belgong

(penghias leher) dan pawak (kain songket kerawang) sebagai rok penari serta

memakai ketawak (ikat pinggang) dan jilbab yang di belakangnya di hiasi dengan

daun kepies sebagai penambahan properti dari kostum. Sedangkan penari laki-laki

memakai baju kerawang, seruwel (celana berkerawang), ketawak sebagai kain

pinggang dan juga memakai opoh ulen-ulen (kain panjang yang berkerawang) dan

topi kerawang.

Gambar 4.25

Penari Munalo perempuan

(Dokumentasi Riska Prisila)

Baju Kerawang

Ketawak

(ikat pinggang)

Pawak

(kain songket)

Daun Kepies

86

Gambar 4.26

Penari Guel

4.4 Alat Musik Pengiring

Alat musik pengiring yang di pakai dalam iringan Tari Munalo ini adalah

gong dan canang. Pada kedua alat musik ini mempunyai bentuk yang sama hanya saja

canang merupakan akat musik gong kecil. Gong disini berperan sebagai patokan

tempo agar tempo yang di mainkan tetap konstan. Canang dalam iringan tari ini

terdapat 2 buah yang berperan sebagai tempo dari gegedem.

Kedua canang ini dimainkan saling bersaut-sautan atau saling mengisi.

Sedangkan gegedem adalah tempo untuk hitungan para penari. Penari tidak memakai

Ketawak

(ikat pinggang)

Topi Kerawang

Kain Sarung Kerawang

Opoh Ulen-ulen

(kain panjang kerawang)

Seruwel

(celana panjang

kerawang)

87

hitungan yang pasti hanya saja mereka mengikuti tempo dari iringan musik yang

dimainkan. Karena itu mengapa iringan musik sangat berpengaruh besar terhadap

Tari Munalo ini. Dan yang terakhir yaitu vocal dimana penyanyi menyanyikan lagu-

kagu khas Gayo yang isinya adalah berupa ungkapan kesedihan beserta kebahagiaan.

4.5 Analisis Musik Iringan

Dalam analisis musik iringan pada Tari Munalo ini dapat dilakukan

berdasarkan metodologi yang dikemukakan oleh Charles Seeger yang membedakan

dua notasi yaitu notasi prespektif dan notasi deskriptif. Yang di maksud dengan

prespektif adalah notasi yang melukiskan secara garis besar nada dari suatu lagu,

tanpa ada yang menunjukkan secara lengkap apa-apa saja yang ditampilkan dalam

musik iringan pertunjukan dalam Tari Munalo. Sedangkan desriptif adalah laporan

yang di sertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal

dalam suatu pertunjukan yang ditampilkan. Salah satu yang termasuk dalam notasi

deskriptif adalah penulisan not balok yang terdapat di dalamnya. Hal ini di dukung

dalam keberadaannya yang efektif dalam melakukan pentranskripsian dan juga notasi

Barat ini dapat mewakilkan mewakilkan sejumlah nilai nada-nada yang terdapat

dalam musik iringan Tari Munalo ini dan selalu digunakan dalam penulisan sebuah

musik.

Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan yang berkenaan dengan

pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa

88

yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan

mendeskripsikan apa yang kita lihat.

Dari kedua hal di atas untuk dapat memvisualisasikan musik iringan pada Tari

Munalo, penulis melakukan transkripsi untuk lebih mudah menganalisisnya terutama

pada ritme, motif dan tempo. Sehingga dengan ini dapat membantu kita untuk

mengkomunikasikan serta menyampaikan kepada pembaca tentang apa yang kita

dengar. Dalam pentranskripsian penulis menggunakan notasi Barat untuk

mempermudah penulisan. Keberadaan musik pengiring dalam Tari Munalo ini sangat

penting untuk menghitung tempo gerakan penari serta pergantian ragam gerak.

Dalam pengiringan musik Tari Munalo, ide atau pemikiran yang di buat dan

di perjelas dengan menggunakan onomatopeik11 berdasarkan skripsi sarjana Fadlin.

Analisis hanya dilakukan pada ritme yang dimainkan oleh musik pengiring saja

dikarenakan ritem dari iringan alat musik yang dimainkan sangat bergantung pada

hitungan gerakan tari.

4.5.1 Pola Ritem Musik Pengiring Tari Munalo

Yang dimaksud dengan pola ritem adalah bentuk pola dasar ritem pada musik

iringan Tari Munalo yang dimainkan. Dalam menganalisi pola ritem penulis

menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1964) yakni: dalam

menganalisis ritem maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem,

repetisi dan variasi.

11 Onomatopeik adalah suara atau bunyi bahasa.

89

Dalam penulisan ritem, penulis menggunakan notasi barat untuk

mempermudah penulis dalam pentranskripsian. Penulis juga menambahkan simbol-

simbol lain untuk menyatakan sebuah ritme yang sulit untuk ditranskripkan sesuai

dengan kebutuhan yang penulis inginkan.

4.6 Model Nilai Notasi

Dalam transkrip ini penulis menggunakan notasi Barat. Hal ini dilakukan

untuk mempermudah para pembaca memahaminya. Ada pun beberapa symbol yang

digunakan, yaitu :

Garis para nada yang memiliki lima buah garis para nada dan empat buah spasi

dengan tanda kunci G.

Merupakan not ½ yang bernilai dua ketuk.

Merupakan not ¼ yang bernilai satu ketuk.

90

Merupakan not 1/8 yang bernilai setengah ketuk.

Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk.

Simbol-simbol di atas merupakan beberapa contoh dari simbol-simbol yang

terdapat dalam partitur yang perlu di ketahui agar para pembaca untuk dapat

memahami setiap ketukannya.

Keterangan:

C = deng

× = tak

4.6.1 Ritem Musik Tari Munalo

Berikut ini adalah beberapa variasi transkripsi musik iringan Tari Munalo

yang dimainkan pada upacara perkawinan masyarakat Gayo di Medan sunggal:

Terdapat ritme yang sama dalam beberapa gerakan yang ditarikan di

antaranya ragam 1 (ragam unguk-punyuk), ragam 2 (ragam merenung) , ragam 3

(ragam kipes), ragam 5 (ragam kipes), ragam 7 (ragam salam semah) dan ragam 9

(ragam kipes). Ritem ini digunakan dalam tempo cepat. Terdapat not seperenam

belas dan tanda trimolo12 yang berarti dimainkan berulang kali.

12 Trimolo adalah suatu teknik permain.

91

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 4 (ragam merenung).

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 6 (ragam transisi).

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 8 (ragam transisi)

.

92

Pada ritme ini beberapa gerakan yang ditarikan diantaranya ragam 10 (ragam

puter tali), ragam 11 (ragam kipes), ragam 12 (ragam puter tali), dan ragam 13

(ragam transisi).

93

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 14 (ragam transisi).

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 15, 16, 17, dan 18. Semua

ragam tersebut merupakan ragam transisi.

Pada ritme ini terdapat beberapa gerakan yang ditarikan diantaranya ragam

20, 21, 22 termasuk ragam transisi dan ragam 23 (ragam iulesi kerawang). Tempo

yang dimainkan lambat pada ragam 20, 21, 22.

94

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 19 (ragam transisi).

Pada ritme ini gerakan yang ditarikan adalah ragam 24 (ragam cincang

nangka). Tempo dimainkan cepat yang melambangkan kegembiraan

95

4.6.2 Syair Pengiring Tari Munalo

Item…ooo item…eee…eee…em…item

Enging ku ine…eee…

Mulintes emun i langit

Enge singkih mata mu manang

Gere gintes riku muserit

Ate pekekit munutu mayang,

Sayang…sayang…

Item o item…eee…eee…em…item

Ee…mas…

Assalamualaikum bayakku ine…eee..

Mulo ari kami salam nimat jari bayakku ine…eee…eee…eee

Seleseh ni bele..eeee

Eee…mas

96

Jejeari sepoloh bayakku ine…eee…eee ku tatangan pumu

Menonjongni lau restu bayakku ine…eee…eee

Tuah ro bahgie…eee…

Eee…eee…salamualaikum

Mulo ari kami salam nimat jari wo reje

Todong paying ruje emas ku ine…eee…eee

Buge selamat mi wo reje kudodok tenge

Emas ku ine…

Rang, gede gede gerang, rang, gede gede gerang

Kami munepoke dele, dele gure gure, kami munepoke dele, dele gure gure

Tarin abang pe gelah lempuk, pulelengek kerang bercucuk atan ni bulang,

Rang, gede gede Gerang, rang gede gede Gerang

Kami munepoke dele, dele gure gure, kami munepoke dele, dele gure gure

97

BAB V

5.1 kesimpulan

Sesuai dengan uraian-uraian pada bab sebelumnya, maka penulis dapat

mengambil beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Tari Munalo adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Aceh Tengah,

perlu dilestarikan dan dibina serta dikembangkan sehingga generasi

berikutnya dapat mempertahankan keberadaannya di tengah masyarakat dan

dapat menangkal pengaruh asing yang mungkin tidak sesuai dengan norma-

norma ketimuran khususnya pada masyarakat Gayo.

2. Tari Munalo yang ditampilkan pada saat ini sudah merupakan tari yang

dikreasikan dan tidak mengandung unsur norma-norma adat yang ketat akan

tetapi masih mengandung etika yang di pandang dengan baik.

3. Penulisan tentang Tari Munalo merupakan salah satu upaya pelestarian serta

kesenian terhadapat etnik Gayo dan masih diperlukan usaha yang lain sebagai

penunjang kreatifitas, sehingga pelestarian kesenian ini tetap terjaga dan tidak

hilang.

5.2 Saran

1. Khususnya kepada para seniman Tari Munalo untuk dapat melanjutkan

pembekalan kepada generasi muda sebagai generasi penerus guna

melestarikan dan meningkatkan pembinaan agar keberadaan Tari Munalo

tetap terjaga dan terpelihara tanpa menghilangkan budaya aslinya.

98

2. Karena sulitnya nara sumber serta pelatih Tari Munalo perlu secepat mungkin

di tindak lanjuti secara bijak baik dari instansi terkait maupun pemerintahan

daerah menaruh perhatian dengan cara membentuk sanggar sebagai salah satu

contoh memberi dukungan dan sebagai penunjang pelestarian kesenian daerah

khususnya Aceh Tengah..

99

DAFTAR PUSTAKA

Blacking, John. 1974. How Musical is Man ? Seattle : University of Washington Press.

Bogdan, Robert and Steven J., Taylor, 1975. Introduction to Qualitative Research Methode. Jhon Wiley Sons, New York.

Cut, Banta Rafinis, 2004. Adat Istiadat Budaya Gayo Takengen Neggeri Antara. Takengon.

Djafar, Fadlin 1998. Studi Deskriptif Kontruksi dan Dasar Pola-Pola Ritem Gendang Melayu Sumatera Timur. Skripsi Sarjana.

Djelantik, 1990. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Husin, T.A Hasan, 1980. Sistem Gotong Royong Dalam Masyarakat Gayo di Aceh Tengah. Banda Aceh.

Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Lumbantoruan, Reny Yulyati, 2013. “Hubungan Struktur Tari ,Musik Iringan, dan Fungsi Tari Galombang yang Dipertujukan Sanggar Tigo Sapilin Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan.” Medan : Skripsi Sarjana Etnomusikologi.

Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terJemahannya dalam bahasa Indonesia, William P.Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur Tengah, dan Asia, dialih bahasakan oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera Utara Press.

Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology Of Music. Chicago Nortwestern University.

Moleong , Lexi J., 1988. Metodologi Peneliatian Kualitatif. Bandung : Remaja Poskakarya.

Nettl, Bruno, 1964. Theory and Methode in Ethnomusicology. New York : The Free Press.

Pinan, A.R Hakim Aman, 2003. Pesona Tanoh Gayo. Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah.

Sach, Curt, 1993. World History Of The Dance. New York : The Norton Library.

100

Soehartono, 1995. “Pendidikan Seni Dalam Kaitannya Dengan Pariwisata.” (Makalah Seminar Dalam Rangka Peringatan Hari Jadi Jurusan Pendidikan Sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 pebruari 1995).

Wimbrayardi, 1989. Analisis Ritem Musik Adok Adat Pengiring Tari Bentan. Medan. Skripsi Sarjana Sastra USU.

Buku Ronggeng dan Serampang Dua Belas oleh Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D dan Drs. Fadlin Muhammad Dja’far, M.A. 2014

Internet :

alhafizniselianymailcom.blogspot.com.es/2012/02/asal-usul-masayarakat-gayo.html?m=1

http://smktpi99.blogspot.com/2013

101

DAFTAR INFORMAN

Nama : H. Ibrahim Kadir

Umur : 74 Tahun

Pekerjaan : Pencipta Tari Kreasi Dan Lagu Didong

Nama : Rizka Jannatan

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Ketua Sanggar Mahasiswa Gayo

Nama : Nurwayuningsih. M.A, S.pd

Umur : 22 Tahun

Pekerjaan : Penari

Nama : Ipak Gayo

Umur : 27 Tahun

Pekerjaan : Pengantin Perempuan