4
REPUBLIKA JUMAT, 2 SEPTEMBER 2011 / 3 SYAWAL 1432 H n 13 Oleh Damanhuri Zuhri A lat ukur. Hal ini disam- paikan oleh cendeki- awan Muslim Nasar- uddin Umar mengenai bulan Syawal. Ia me- ngatakan, Syawal da- pat dijadikan sebagai pengukur apakah Ramadhan seseorang mabrur atau seba- liknya. Dan, mabrur tidaknya sebuah iba- dah mahdah, ujar dia, teridentifikasi setelah pelaksanaannya, seperti ibadah haji. “Mabrur atau tidaknya haji kita di- ukur berdasarkan tingkat perubahan dan keistiqamahan,” katanya, Kamis (25/8). Jika seseorang dapat mengubah dirinya menjadi lebih baik dibandingkan sebe- lumnya dan konsisten dalam nilai-nilai luhur ibadah, tanda-tanda kemabruran ada pada dirinya. Meski, kepastian kema- bruran itu hanya Allah SWT yang tahu. Menurut dia, bekal yang perlu diperta- hankan Muslim pada bulan Syawal ada- lah kebiasaan untuk senantiasa berlaku sabar, ikhlas, tekun, menjaga keluhuran budi pekerti, kejernihan batin, kebersih- an hati, dan kelurusan jalan pikiran. “Be- kal ini penting karena itulah yang akan membentengi kita dari berbagai godaan agar kita tidak jebol,” jelasnya. Hal tersebut terkait dengan target puasa Ramadhan yang mestinya dipaha- mi benar oleh setiap Muslim. Ia mengata- kan, sesuai dengan petunjuk Nabi Mu- hammad SAW, contohlah akhlak Allah. Salah satu target berpuasa ialah mem- peroleh derajat ketakwaan kepada Allah yang bisa diprogram dan ditakar di dalam diri masing-masing. Ibarat panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari. Setelah 11 bulan hidup di dalam suasana power struggle, penuh persaingan, over masculine, dan sesekali muncul konflik, maka pada bulan suci, Muslim berada di dalam bulan yang feminin, penuh kelembutan, dan kasih sayang. Jika di luar Ramadhan terasa Tuhan transenden, jauh dari kita, maka pada Ramadhan terasa Tuhan itu imanen, dekat sekali. Transendensi Tuhan terasa manakala seseorang terlalu dalam dicengkeram oleh logika dan pemikiran, seolah-olah semua- nya harus dilogikakan. Sesuatu yang ti- dak masuk akal, tidak ada tempatnya di dalam diri. Akibatnya, pragmatisme men- jadi pandangan hidup. Baik buruknya sesuatu diukur berdasarkan kepentingan dan selera biologis. Oleh karena itu, tentu hidup terasa melelahkan, kering, dan tak pernah tenang. Kedekatan Tuhan, jelas Nasaruddin, terasa ketika seseorang memberi sedikit ruang kepada batin guna merasakan kehangatan belaian kasih sayang Tuhan di dalam dirinya. “Puasa diharapkan mampu melembutkan jiwa dan melu- ruskan jalan pikiran kita,” tambahnya. Ia pun mengevaluasi apa yang terjadi pada Ramadhan lalu sebagai sebuah introspeksi. Menurut dia, ada dua fenomena sosial keagamaan yang muncul setiap bulan Ramadhan, yaitu syiar dan kesemarakan serta fenomena penghayatan dan pen- dalaman makna. Yang pertama meli- batkan emosi jamaah untuk merayakan Ramadhan dan yang kedua lebih mene- kankan kesadaran dan kekhidmatan ber- ibadah. Idealnya, kedua fenomena ini diintegrasikan jika menghendaki umat yang produktif. Sayangnya, umat Islam selama ini ma- sih lebih banyak berorientasi pada kese- marakan dan mengabaikan aspek peng- hayatan dan pendalaman makna. Hasil- nya, masih terdapat jarak antara peri- laku umat dengan esensi tujuan agama. Dengan kata lain, masih terdapat jarak antara umat dan ajaran agamanya yang melahirkan paradoks antara kesalehan individu dan sosial. Sering kali ditemukan amar makruf tidak berbanding lurus dengan nahi mungkar. Mereka beribadah sama rajin- nya dengan melakukan maksiat dan pelanggaran lainnya. “Seolah tak ada hubungan antara shalat, puasa, haji, dan korupsi. Ketaatan beragamanya tak memproteksi dirinya dari kebatilan,” kata Nasaruddin. Malah ada fenomena, yang berkali-kali haji dan umrah ber- ulang kali korupsi berjamaah. Pakar Alquran Muchlis M Hanafi menguraikan, Syawal terambil dari akar kata yang terdiri atas syin, waw, dan lam. Maknanya berkisar pada kata naik, me- ningkat, ringan. Dahulu, orang Arab me- namakan bulan dengan keadaan atau peristiwa yang terjadi saat itu, seperti Ramadhan yang datang saat panas terik. Dalam situasi panas, unta tidak meng- hasilkan susu. Itulah saat Syawal. Menurut pakar bahasa, al-Farra, dina- makan demikian karena saat itu unta sering mengangkat ekornya akibat panas. Dulu, masyarakat Arab menganggapnya sebagai bulan yang tidak baik untuk menikah sebab perempuan tidak akan mau digauli oleh suaminya seperti yang dilakukan unta dengan mengangkat ekornya. Pandangan ini dibatalkan oleh Islam sebab semua hari itu baik. Rasulullah menikahi Aisyah di bulan Syawal dan ternyata beliau menjadi istri yang sangat istimewa bagi Rasul. Apa pun sebab penamaan Syawal, yang jelas setelah melewati bulan Ramadhan dengan segala aktivitas ibadah di dalam- nya diharapkan ada peningkatan dalam amal ibadah. “Pembiasaan pada Rama- dhan semoga dapat membuat kita ringan beramal kebajikan di kemudian hari.” Latihan fisik dan olah jiwa selama bulan Ramadhan dengan melakukan pel- bagai amal ibadah, ujar Muchlis, menjadi bekal dalam memasuki masa-masa berikutnya. Agar perilaku terpuji tetap terjaga dan bahkan meningkat, diper- lukan istiqamah. “Salah satu pertanda amal ibadah kita diterima Allah yaitu munculnya dorongan dalam jiwa untuk terus melakukannya.” Dengan demikian, jangan hanya pada bulan Ramadhan berlaku baik dan rajin beribadah. Sifat pemaaf, sabar, derma- wan, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang dibiasakan pada bulan Ramadhan hen- daknya dipertahankan. Dan, agar terasa ringan dalam melakukan itu semua diper- lukan keikhlasan. Setia menjalankan per- intah agama itu berat, tetapi dengan keikhlasan akan terasa ringan. Muchlis menuturkan, salah satu ben- tuk istiqamah dalam meneladani sunah Rasulullah pada bulan Syawal yaitu berpuasa enam hari, yang dalam hadis riwayat Muslim disebut bernilai seperti puasa selama setahun. n ed: ferry kisihandi Diharapkan ada pening- katan ibadah. Menapaki Syawal Oleh Indah Wulandari A yu Andini Ibrahim telah memu- tuskan langkah apa yang dilakukannya pada Syawal ini. Masa pembuka dalam menapaki bulan-bulan selanjutnya setelah Ramadhan usai. Mungkin sederhana, tapi inilah ke- putusan yang menurutnya sangat penting. Ia hanya ingin ibadahnya meningkat. Ia mengaku, akan sangat menyayangkan jika grafik ibadah pada Syawal tak beranjak dari bulan-bulan sebelumnya. “Saya berprinsip, setiap harinya, harus berbuat lebih baik dalam menjalankan ibadah,” kata calon apoteker ini, pekan lalu. Selain ibadah wajib, kebiasan-ke- biasaan positif lain yang sudah lekat padanya akan ia lestarikan. Misalnya, ia lebih banyak beramal kepada kaum dhuafa serta menahan emosi yang kerap bergejolak. Jika dilakukan dalam keseharian, ujar Andin, panggilan Ayu Andini Ibrahim, itu menjelma sebagai kebiasaan. Cita-cita lain yang hendak diterapkan pada Syawal ini adalah mengaji Alquran. Ia berharap, lebih banyak mengaji kitab sucinya itu. Ia mampu menggerakkan hatinya untuk bertadarus setelah shalat tarawih pada Ramadhan dan ia menilai sangat bagus diteruskan setelah setiap shalat fardhu. Gairah mengisi Syawal bukan hanya monopoli Andin. Dorongan yang kuat mengisi hati Anik Fadhilla, seorang pegawai swasta di Surabaya, Jawa Timur. Ia kemungkinan akan fokus pada Alquran. Membaca Alquran hingga khatam adalah salah satu wujud tekadnya itu. Baginya, Syawal adalah masa yang baik mengawali perbaikan dan introspeksi diri. “Saya ingin menjadi manusia baru.” Ia berusaha memasukkan dirinya ke dalam kategori Muslimah ideal. Dalam pandangannya, itu ditandai dengan tingkah yang lebih baik dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Lebih dulu, ia mendata hal apa saja yang cenderung melahirkan mu- darat baginya. Hal-hal itu akan dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Manajemen waktu ia tekankan pula, terutama bagaimana mengatur dengan baik waktu untuk beribadah dan aktivitas lainnya, termasuk bekerja. “Di sela jam kerja, saya akan menyempatkan untuk mengaji,” ungkap Anik. Sementara itu, Aan Suhendra, pemilik biro perjalanan, mene- tapkan prioritas lain dalam mengisi Syawal tahun ini. Dia mau mengganti waktu yang banyak tersita untuk melayani pemakai jasa biro perjalanannya selama ini dengan mem- perdalam agama. Ia merasa sangat sa- yang bila tak melakukannya, apalagi me- lalui biro perjalanannya, ia sering meng- antarkan pelanggannya menjejak Tanah Suci, khususnya menunaikan umrah saat Ramadhan. Meski secara ritual dia melakoni pula ibadah umrah ini, ia anggap sangat perlu mengkaji lebih mendalam makna ibadah tersebut. Hal praktis yang lebih dulu adalah mempraktikkan kebaikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bukan melulu pada ibadah, melainkan juga hubungan dengan orang lain dalam masyarakat. Ia mengaku, Ramadhan yang baru saja terlampau membekas di dalam hatinya. Ia terus membatin agar memberikan yang terbaik kepada Allah dengan jalan ber- ibadah secara total kepada-Nya. Tak heran bila ia tak sebatas menjalankan ibadah wajib, lebih jauh, ia membiasakan mem- praktikkan ibadah sunah. Ini, kata Aan, menyempurnakan ibadah wajib. Perspektif lain dimiliki Adistya Riska. Karena itu, ia mengusung cara lain dalam mengawali Syawal. Karyawati swasta bidang layanan kesehatan ini mengambil hikmah dari kebersamaan antaranggota keluarganya kala Ramadhan. “Kesempatan beribadah bersama orang tua dan saudara menjadi perekat rasa kekeluargaan di antara kami,” jelas dia. Bahkan, momen Ramadhan biasanya ia manfaatkan guna meraih pahala dengan membahagiakan sesama, khususnya orang-orang terdekatnya. Dia meyakini, hal semacam itu membuka keberkahan untuk kehidupannya. Tak lupa, ia juga meng- gunakan Syawal sebagai pembuka ke- sempatan untuk saling memaafkan dan ber tobat. Lantaran, ia menilai dirinya masih belum mampu memberikan yang terbaik sebagai hamba Allah dan anak dari orang tuanya. n ed: ferry kisihandi MENGUSUNG TEKAD FOTO-FOTO: AP

Dialog Jumat

  • Upload
    asmat

  • View
    237

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Republika, 2 September 2011

Citation preview

Page 1: Dialog Jumat

REPUBLIKA

JUMAT, 2 SEPTEMBER 2011 / 3 SYAWAL 1432 H n 13

Oleh Damanhuri Zuhri

Alat ukur. Hal ini disam -paikan oleh cendeki-awan Muslim Nasar -uddin Umar mengenaibulan Syawal. Ia me -ngatakan, Syawal da -

pat dijadikan sebagai pengukur apakahRa madhan seseorang mabrur atau seba-liknya. Dan, mabrur tidaknya sebuah iba -dah mahdah, ujar dia, teridentifikasisetelah pelaksanaannya, seperti ibadahhaji.

“Mabrur atau tidaknya haji kita di -ukur berdasarkan tingkat perubahan dankeistiqamahan,” katanya, Kamis (25/8).Jika seseorang dapat mengubah dirinyamenjadi lebih baik dibandingkan sebe -lum nya dan konsisten dalam nilai-nilailuhur ibadah, tanda-tanda kemabruranada pada dirinya. Meski, kepastian kema -bruran itu hanya Allah SWT yang tahu.

Menurut dia, bekal yang perlu diperta-hankan Muslim pada bulan Syawal ada -lah kebiasaan untuk senantiasa ber lakusabar, ikhlas, tekun, menjaga kelu hur anbudi pekerti, kejernihan batin, kebersih -an hati, dan kelurusan jalan pikiran. “Be -kal ini penting karena itulah yang akanmembentengi kita dari berbagai godaanagar kita tidak jebol,” jelasnya.

Hal tersebut terkait dengan targetpuasa Ramadhan yang mestinya dipaha-mi benar oleh setiap Muslim. Ia mengata -kan, sesuai dengan petunjuk Nabi Mu -ham mad SAW, contohlah akhlak Allah.Salah satu target berpuasa ialah mem-peroleh derajat ketakwaan kepada Allahyang bisa diprogram dan ditakar di dalamdiri masing-masing.

Ibarat panas setahun dihapuskan olehhujan sehari. Setelah 11 bulan hidup didalam suasana power struggle, penuhpersaingan, over masculine, dan sesekalimuncul konflik, maka pada bulan suci,Muslim berada di dalam bulan yangfeminin, penuh kelembutan, dan kasihsayang. Jika di luar Ramadhan terasaTuhan transenden, jauh dari kita, makapada Ramadhan terasa Tuhan itu imanen,dekat sekali.

Transendensi Tuhan terasa manakalaseseorang terlalu dalam dicengkeram olehlogika dan pemikiran, seolah-olah semua -nya harus dilogikakan. Sesuatu yang ti -dak masuk akal, tidak ada tempatnya didalam diri. Akibatnya, pragmatisme men -jadi pandangan hidup. Baik buruknyasesuatu diukur berdasarkan kepentingan

dan selera biologis. Oleh karena itu, tentuhidup terasa melelahkan, kering, dan takpernah tenang.

Kedekatan Tuhan, jelas Nasaruddin,terasa ketika seseorang memberi sedikitruang kepada batin guna merasakankehangatan belaian kasih sayang Tuhandi dalam dirinya. “Puasa diharapkanmam pu melembutkan jiwa dan melu-ruskan jalan pikiran kita,” tambahnya. Iapun mengevaluasi apa yang terjadi padaRa madhan lalu sebagai sebuah introspeksi.

Menurut dia, ada dua fenomena sosialkeagamaan yang muncul setiap bulanRamadhan, yaitu syiar dan kesemarakanserta fenomena penghayatan dan pen-dalaman makna. Yang pertama meli-batkan emosi jamaah untuk merayakanRamadhan dan yang kedua lebih mene -kankan kesadaran dan kekhidmatan ber -ibadah. Idealnya, kedua fenomena inidiintegrasikan jika menghendaki umatyang produktif.

Sayangnya, umat Islam selama ini ma -sih lebih banyak berorientasi pada kese-

marakan dan mengabaikan aspek peng-hayatan dan pendalaman makna. Hasil -nya, masih terdapat jarak antara peri-laku umat dengan esensi tujuan agama.Dengan kata lain, masih terdapat jarakantara umat dan ajaran agamanya yangmelahirkan paradoks antara kesalehanindividu dan sosial.

Sering kali ditemukan amar makruftidak berbanding lurus dengan nahimungkar. Mereka beribadah sama rajin-nya dengan melakukan maksiat danpelanggaran lainnya. “Seolah tak adahubungan antara shalat, puasa, haji, dankorupsi. Ketaatan beragamanya takmemproteksi dirinya dari kebatilan,”kata Nasaruddin. Malah ada fenomena,yang berkali-kali haji dan umrah ber -ulang kali korupsi berjamaah.

Pakar Alquran Muchlis M Hanafimeng uraikan, Syawal terambil dari akarkata yang terdiri atas syin, waw, dan lam.Maknanya berkisar pada kata naik, me -ningkat, ringan. Dahulu, orang Arab me -namakan bulan dengan keadaan atau

peristiwa yang terjadi saat itu, sepertiRamadhan yang datang saat panas terik.Dalam situasi panas, unta tidak meng-hasilkan susu. Itulah saat Syawal.

Menurut pakar bahasa, al-Farra, dina-makan demikian karena saat itu untasering mengangkat ekornya akibat panas.Dulu, masyarakat Arab menganggapnyasebagai bulan yang tidak baik untukmenikah sebab perempuan tidak akanmau digauli oleh suaminya seperti yangdilakukan unta dengan mengangkatekornya. Pandangan ini dibatalkan olehIslam sebab semua hari itu baik.

Rasulullah menikahi Aisyah di bulanSyawal dan ternyata beliau menjadi istriyang sangat istimewa bagi Rasul. Apa punsebab penamaan Syawal, yang jelassetelah melewati bulan Ramadhandengan segala aktivitas ibadah di dalam-nya diharapkan ada peningkatan dalamamal ibadah. “Pembiasaan pada Rama -dhan semoga dapat membuat kita ringanberamal kebajikan di kemudian hari.”

Latihan fisik dan olah jiwa selama

bulan Ramadhan dengan melakukan pel-bagai amal ibadah, ujar Muchlis, menjadibekal dalam memasuki masa-masaberikutnya. Agar perilaku terpuji tetapterjaga dan bahkan meningkat, diper-lukan istiqamah. “Salah satu pertandaamal ibadah kita diterima Allah yaitumunculnya dorongan dalam jiwa untukterus melakukannya.”

Dengan demikian, jangan hanya padabulan Ramadhan berlaku baik dan rajinberibadah. Sifat pemaaf, sabar, derma -wan, dan sifat-sifat terpuji lainnya yangdibiasakan pada bulan Ramadhan hen-daknya dipertahankan. Dan, agar terasaringan dalam melakukan itu semua diper-lukan keikhlasan. Setia menjalankan per-intah agama itu berat, tetapi dengankeikhlasan akan terasa ringan.

Muchlis menuturkan, salah satu ben -tuk istiqamah dalam meneladani sunahRasulullah pada bulan Syawal yaituberpuasa enam hari, yang dalam hadisriwayat Muslim disebut bernilai sepertipuasa selama setahun. n ed: ferry kisihandi

Diharapkanada pening -

katan ibadah.

Menapaki Syawal

Oleh Indah Wulandari

Ayu Andini Ibrahim telah memu-tuskan langkah apa yangdilakukannya pada Syawal ini.Masa pembuka dalam menapaki

bulan-bulan selanjutnya setelah Ramadhanusai. Mungkin sederhana, tapi inilah ke -putusan yang menurutnya sangat penting.Ia hanya ingin ibadahnya meningkat. Iamengaku, akan sangat menyayangkan jikagrafik ibadah pada Syawal tak beranjakdari bulan-bulan sebelumnya.

“Saya berprinsip, setiap harinya, harusberbuat lebih baik dalam menjalankanibadah,” kata calon apoteker ini, pekanlalu. Selain ibadah wajib, kebiasan-ke -biasaan positif lain yang sudah lekatpadanya akan ia lestarikan. Misalnya, ialebih banyak beramal kepada kaumdhuafa serta menahan emosi yang kerapbergejolak.

Jika dilakukan dalam keseharian, ujarAndin, panggilan Ayu Andini Ibrahim, itumenjelma sebagai kebiasaan. Cita-cita lainyang hendak diterapkan pada Syawal iniadalah mengaji Alquran. Ia berharap, lebihbanyak mengaji kitab sucinya itu. Iamampu menggerakkan hatinya untukbertadarus setelah shalat tarawih padaRamadhan dan ia menilai sangat bagusditeruskan setelah setiap shalat fardhu.

Gairah mengisi Syawal bukan hanyamonopoli Andin. Dorongan yang kuatmengisi hati Anik Fadhilla, seorangpegawai swasta di Surabaya, Jawa Timur.

Ia kemungkinan akan fokus pada Alquran.Membaca Alquran hingga khatam adalahsalah satu wujud tekadnya itu. Baginya,Syawal adalah masa yang baik mengawaliperbaikan dan introspeksi diri. “Saya inginmenjadi manusia baru.”

Ia berusaha memasukkan dirinya kedalam kategori Muslimah ideal. Dalampandangannya, itu ditandai dengan tingkahyang lebih baik dibandingkan waktu-waktusebelumnya. Lebih dulu, ia mendata halapa saja yang cenderung melahirkan mu -darat baginya. Hal-hal itu akan diku rangiatau bahkan dihilangkan sama sekali.

Manajemen waktu ia tekankan pula,terutama bagaimana mengatur denganbaik waktu untuk beribadah dan aktivitaslainnya, termasuk bekerja. “Di sela jamkerja, saya akan menyempatkan untukmengaji,” ungkap Anik. Sementara itu, AanSuhendra, pemilik biro perjalanan, mene-tapkan prioritas lain dalam mengisi Syawaltahun ini.

Dia mau mengganti waktu yang banyaktersita untuk melayani pemakai jasa biroperjalanannya selama ini dengan mem-perdalam agama. Ia merasa sangat sa -yang bila tak melakukannya, apalagi me -lalui biro perjalanannya, ia sering meng -antarkan pelanggannya menjejak TanahSuci, khususnya menunaikan umrah saatRamadhan.

Meski secara ritual dia melakoni pulaibadah umrah ini, ia anggap sangat perlumengkaji lebih mendalam makna ibadahtersebut. Hal praktis yang lebih dulu

adalah mempraktikkan kebaikan dalammenjalani kehidupan sehari-hari. Bukanmelulu pada ibadah, melainkan jugahubungan dengan orang lain dalammasyarakat.

Ia mengaku, Ramadhan yang baru sajaterlampau membekas di dalam hatinya. Iaterus membatin agar memberikan yangterbaik kepada Allah dengan jalan ber -ibadah secara total kepada-Nya. Tak heranbila ia tak sebatas menjalankan ibadahwajib, lebih jauh, ia membiasakan mem-praktikkan ibadah sunah. Ini, kata Aan,menyempurnakan ibadah wajib.

Perspektif lain dimiliki Adistya Riska.Karena itu, ia mengusung cara lain dalammengawali Syawal. Karyawati swastabidang layanan kesehatan ini mengambilhikmah dari kebersamaan antaranggotakeluarganya kala Ramadhan.“Kesempatan beribadah bersama orangtua dan saudara menjadi perekat rasakekeluargaan di antara kami,” jelas dia.

Bahkan, momen Ramadhan biasanya iamanfaatkan guna meraih pahala denganmembahagiakan sesama, khususnyaorang-orang terdekatnya. Dia meyakini, halsemacam itu membuka keberkahan untukkehidupannya. Tak lupa, ia juga meng -gunakan Syawal sebagai pembuka ke -sempatan untuk saling memaafkan danber tobat.

Lantaran, ia menilai dirinya masihbelum mampu memberikan yang terbaiksebagai hamba Allah dan anak dari orangtuanya. n ed: ferry kisihandi

MENGUSUNG TEKAD

FOTO-FOTO: AP

Page 2: Dialog Jumat

REPUBLIKA

JUMAT, 2 SEPTEMBER 2011

tuntunan 14

Oleh Ferry Kisihandi

Seseorang datang meng-hadap Nabi MuhammadSAW. Ia mengadukan se -suatu yang membuatnyake sal dan terhina. Sangma jikan, Abu Dzar, telah

memanggilnya dengan sapaan “Hai yangberibukan perempuan berkulit hitam.”Karena sebutan ini, ia bergegas menemuiMuhammad dan ingin keberatannya itudidengar, meski dia hanya seorang pem-bantu atau budak.

Tak lama berselang, Abu Dzar ditegurdan dinasihati. Muhammad menegaskankepada sahabatnya itu bahwa apa yang

dilakukannya termasuk akhlak jahiliah.Seorang pembantu adalah saudara yangdijadikan Allah di bawah kekuasaannya.Hendaklah dia diberi makanan sepertiyang Abu Dzar makan dan demi kian puladengan pakaiannya.

Jangan pernah, ujar Muhammad,mempekerjakan mereka di luar kemam-puannya. Justru, bantulah mereka jikapekerjaan itu berat. Abu Dzar menyadarikekeliruannya dan menyampaikan terimakasih kepada Muhammad atas nasihat-nya itu. Lebih jauh, dia juga menjalankankandungan nasihat yang disampaikankepadanya.

Pada suatu hari, terlihat di hadapanorang banyak Abu Dzar mengenakan pa -kaian yang sama bagusnya dengan milik

pembantunya. Sopian Muhammad dalambukunya, Manajemen Cinta Sang Nabi,menceritakan kemampuan Rasulullahmembuat Abu Dzar menuruti nasihatnyakarena begitu dipercayainya sosok beliauoleh Abu Dzar.

Kepercayaan ini buah dari perilakuterpuji Nabi Muhammad di tengah ma -sya rakatnya sehingga menjadi teladanbagi para sahabatnya. Bahkan, dia me -nya takan siap membantu memecahkanpersoalan yang dihadapi sahabatnya.“Berta nyalah kepadaku. Tidaklah kalianberta nya padaku melainkan akan akujelaskan jawabannya kepada kalian,’’kata Muhammad dalam hadis ri wayatBukhari.

Suami Khadijah ini menambahkan, iaadalah seorang nabi dan pemberi nasihat.Berlaku layaknya saudara kandung danseorang ayah yang memberikan kasihsayang kepada anaknya. Beliau bukanhanya tempat bertanya, melainkan jugameluruskan kekeliruan yang dilakukanumatnya dan para sahabatnya, sepertiyang dia lakukan pada Abu Dzar.

Dalam buku Rasulullah Manusia Tan -pa Cela disebutkan, Rasul memberikannasihat dan teguran dengan beragam caraserta melihat situasi dan kondisi merekayang diberi teguran. Terkadang, dilaku -kan dengan isyarat dan suatu saat denganmemalingkan wajah. Bila keadaan me -mak sa, Beliau memutuskan hubunganuntuk sementara waktu atau menam-pakkan ketidaksukaan pada wajahnya.

Nabi pernah menegur Muadz bin Jabaldengan keras. Ini terkait dengan sikapMuadz yang mengimami shalat denganbacaan yang terlalu panjang hingga adajamaah yang memutuskan menghentikanshalatnya dan keluar meninggalkan tem -pat shalat. Ia tak betah mengikuti shalatyang berlangsung terlalu lama.

Muadz akhirnya mengetahui ada mak -mun yang meninggalkan shalat yang di -imaminya. “Dia seorang munafik,’’ seruMuadz. Si makmun mendengar pernya -taan Muadz dan segera menyampaikanhal ini kepada Rasulullah. Muadz ditegur,“Apakah engkau akan menimbulkan

fitnah?’’ Teguran tersebut diulangnyasebanyak tiga kali.

Memboikot adalah cara lain Muham -mad menegur sahabatnya. Ini misalnyadilakukan terhadap tiga orang sahabatyang tak ikut dalam Perang Tabuk tanpauzur dan alasan apa pun. Ketiganya ada -lah Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umay yah,dan Maraarah bin Rabi. Dia tak menga-jak mereka bicara dan memperlihatkansikap acuh. Sahabat lainnya diperin-tahkan bersikap sama.

Tiga sahabat itu merasakan batinnyatersiksa akibat pemboikotan itu. AllahSWT menggambarkan betapa gelisah dandukanya hati mereka. Bumi yang luasmereka rasakan menjadi sangat sempit.Tak ada kejelasan sebelum Allah mem-berikan ampunan kepada mereka. Ka’ab,salah satu dari tiga orang itu, mengung -kapkan perasaan selama masa boikot.

“Sampai-sampai dinding yang ada disekitarku bagaikan ikut berubah sikapkepadaku, aku tidak melihatnya sebagaihal yang biasa,’’ kata Ka’ab. Dengan tuju -an menanamkan pendidikan mengenaikebaikan sejak dini, Rasulullah pun me -nyampaikan teguran. Salah satunya ke -pa da mereka yang berbuat curang danberkhianat.

Abdullah bin Busr ash-Shahabiy me -nu turkan pengalamannya mengenai halini. Ia pernah diutus ibunya ke rumahRasulullah untuk memberikan setandananggur. Sebelum sampai ke tempat tuju -an, ia mengaku memakan sebagian ang -gur itu. Saat tiba di tempat Rasulullah,beliau tahu bahwa Abdullah telahberbuat curang dan ia menjewer telingaAbdullah sambil berkata, “Wahai sicurang.’’

Ini merupakan pelajaran untuk meng -ingatkan agar Abdullah tak berbuat cu -rang terhadap amanat yang diembannya.Hal ini bertujuan agar bila kelak merekadewasa, mereka tak menjalankan kebu -ruk an dengan mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada me -reka. Bila itu dibiarkan begitu saja, me -reka akan terus tumbuh dengan mem -bawa ketidakjujuran. n

Nabi melakukan-nya dengan

sejumlah caradan mempertim-

bangkan situasiserta kondisi.

Memberi Nasihat

AGUNG SUPRIYANTO

Oleh Ferry Kisihandi

P ada suatu kesempatan, Anasmenyampaikan ucapanRasulullah. “Seandainya akudiberi hadiah sepotong kaki

binatang, tentu akan menerimanya.”Beliau menambahkan, jika ada undanganmakan dengan lauk kaki binatang, akandipenuhinya undangan itu. Muslim dian-jurkan pula untuk saling memberi hadiah.Ada hikmah di balik itu, muncul rasamencintai satu sama lain.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah me -ngatakan, memberikan hadiah, sedekah,dan apa yang disebut ibraa atau penghiba-han utang kepada orang yang berutangadalah bagian dari makna umum hibah.Secara khusus, hibah berarti akad pem-berian harta milik seseorang kepadaorang lain pada saat masih hidup tanpaadanya imbalan. Hibah dimiliki setelah ter-jadinya akad.

Allah SWT mensyariatkan hibah sebagaisarana penjinakkan hati dan meneguhkankecintaan antara sesama manusia.Rasulullah menganjurkan hal yang sama.“Saling memberi hadiahlah, maka kalianakan saling mencintai.” Setelah menerimahadiah, biasanya beliau membalas hadiahkepada yang memberinya. Ini menjaditeladan bagi sahabat-sahabatnya.

Tak heran, untuk menggapai tujuan uta -ma hibah, yaitu terpeliharanya persahabat -an dan persaudaraan, Muhammad meneri-ma hibah, misalnya, dalam bentuk hadiah,meski mungkin apa yang diterima itu ada -lah barang kurang berharga. Dengan lan-dasan ini, para ulama bersepakat makruhbagi seseorang yang menolak hadiahtanpa ada halangan yang bersifat syara.

Abu Hurairah mengungkapkan, membe-berkan apa yang disampaikan Rasul agarsetiap Muslim memberi hadiah pada satusama lainnya. Ini dapat menghilangkanrasa benci di dalam dada. “Janganlahtetangga perempuan meremehkan hadiahdari tetangganya.” Dalam rekamansejarah, beliau pernah menerima hadiahdari orang kafir, di antaranya dari Kisradan Muqaukis. Sebaliknya, ia pun mem-beri hadiah.

Ada sebuah hadis yang diriwayatkanAhmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud menceri-takan mengenai Iyadh yang memberikan

hadiah kepada Rasulullah. Waktu itu,Rasul bertanya kepadanya apakah ia telahmasuk Islam. Iyadh menjawab belum.Setelah mendengar jawaban itu, Rasulmenyatakan, dia dilarang menerima hadi-ah dari Iyadh yang musyrik.

Merespons hadis ini, al-Khattabi menje-laskan, hadis itu telah dimansukh sebabNabi Muhammad pernah menerima begitubanyak hadiah dari orang-orang musyrik.Menurut Asy-Syaukani, Bukharimenuliskan di dalam kitab sahihnya padabab menerima hadiah dari orang musyrik,sebuah hadis yang membolehkan meneri-ma hadiah dari penyembah berhala.

Ustaz Aam Amiruddin dalam bukuBedah Masalah Kontemporer mengatakan,seorang Muslim boleh menerima hadiahdari non-Muslim. Syaratnya, selama hadi-ah tersebut tidak berkaitan dengan per -ibadatan mereka. Begitu juga, kata dia,Muslim boleh memberikan hadiah kepadamereka. Ia mengutip pernyataan Ali binAbu Thalib.

“Kaisar juga pernah memberi hadiahkepada Nabi, lalu beliau menerimanya.Demikian pula para raja memberi hadiah,lalu beliau menerimanya pula.” Aam me -ngatakan, kalau hadiah tersebut berkaitandengan peribadatan, misalnya Natalan,haram untuk menerimanya. Bagi dia, da -lam urusan duniawi, Muslim perlu bersi -kap hormat, santun, dan jujur kepada sia -pa pun, baik Muslim maupun non-Muslim.

Disunahkan, tambah Sayyid Sabiq,membalas suatu hadiah walaupun hadiahitu berasal dari orang yang lebih tinggikedudukannya. Rasulullah biasanya mem-berikan yang lebih baik, maksudnya agartak ada seorang pun yang mengutangkankebajikan kepadanya. Bila ada seseorangdiberi hadiah dan disyaratkan untuk mem-balasnya, ia wajib membalas hadiah itu.

Mayoritas ulama, jelas Sabiq, sepakatmembolehkan seseorang yang memutus -kan menghibahkan seluruh hartanya kepa-da orang lain.

Namun, Muhammad bin Hasan dansebagian kalangan Hanafi menegaskan,tidak sah menghibahkan semua hartameskipun hibah tersebut dengan tujuankebaikan.

Mereka menganggap, orang yang ber -buat demikian adalah orang bodoh yangwajib dibatasi tindakannya. n

fatwa

Menghibahkan Harta

pustaka syafi’i4 x 270

Page 3: Dialog Jumat

REPUBLIKA

JUMAT, 2 SEPTEMBER 2011 komunitas 15

Tragedi kelaparan yang terjadi diSomalia melahirkan keprihatinandan solidaritas kemanusiaan dariseluruh dunia. Muhammadiyah

sebagai organisasi sosial keagamaan turutberpartisipasi meringankan beban saudara-saudara di Somalia yang kini masih harusberkutat dengan bencana kemanusiaan itu.

“Kami turut merasakan penderitaan rak -yat Somalia. Semoga musibah dan cobaanyang menimpa mereka bisa segera ber -akhir,” kata Ketua Umum Pimpinan PusatMuham madiyah Din Syamsuddin saat me -nyerahkan bantuan melalui LAZIS Muham -madiyah (LAZISMU) sebesar Rp 100 juta diGedung Dewan Dakwah Muhammadiyah,Jakarta, Jumat (26/8) pekan lalu.

Mudah-mudahan ini baru sebuah awalbantuan untuk mereka yang ada di Somalia.Selanjutnya, kata Din, Muhammadiyah akan

membuka posko dan rekening bantuan untukSomalia atas nama lembaga amil zakat yangdimiliki Muhamadiyah. Pimpinan wilayah dandaerah Muhammadiyah di seluruh Indonesiaia kerahkan pula untuk menggalang danabantuan.

Bagi Din, apa yang Muhammadiyahlakukan melalui lembaga amil zakatnya danpimpinan Muhammadiyah itu adalah sebuahbentuk solidaritas. Duta Besar Somaliauntuk Indonesia Mohamud Olow Barow mem-berikan apresiasi atas bantuan tersebut. Iaberterima kasih sebab Muhamamdiyah mem-punyai perhatian terhadap penderitaan rak -yat Somalia.

“Insya Allah bantuan ini akan disampai -kan ke Somalia dan berguna untuk meri -ngan kan beban penderitaan yang sedangmenimpa kami,” kata Barow.

n kiriman muhammadiyah ed: ferry kisihandi

Oleh Damanhuri Zuhri

Sebanyak 38 ribu anggotapramuka dari 150 negaramengikuti Jambore Inter -nasional ke-22 di Swe -

dia. Indonesia juga mengirim kankontingennya dan santri PondokPesantren Modern Gontor menjadibagian di dalamnya. Jambore yangberlangsung pada 27 Juli hingga 15Agustus 2011 itu bertemaMeetings, Nature, and Solidarity.

Jambore menyatukan pesertadengan budaya, agama, suku, dannegara berbeda dalam satu per-saudaraan dan solidaritas.Indicahya Angraeni, pembimbingkontingen Gontor Putri, dalamketerangannya Kamis (25/8), me -ngatakan Indonesia mengirimkan191 orang. Mereka berasal dariberbagai kota, salah satunya JawaTimur dengan 19 santri Gontor.

Indicahya menyebutkan, kon -tingen Gontor dilepas pimpinanPondok Gontor pada 19 Juli 2011.Waktu itu, peserta diminta dapatmelakukan syiar Islam dalam setiapkegiatan. Setelah beberapa harimendapat pembekalan di Cibubur,Jakarta Timur, akhirnya kontingenIndonesia dilepas Presiden SusiloBambang Yudhoyono di IstanaNegara pada 22 Juli 2011.

Setelah melewati perjalananselama 16 jam, kontingen tiba dilokasi perkemahan. KegiatanJambore silih berganti dilalui. Salahsatunya adalah Indonesia Day.Pada momen ini, kontingen GontorPutri menampilkan Tari Tongkatyang menjadi pembuka. “Merekamendapatkan sambutan hangat,”kata Indicahya.

Mereka juga mengalami penga -laman berpuasa di negeri orang.Indicahya mengatakan, siangnyalebih panjang dibandingkan diIndonesia, yaitu 17 jam. Malamnyasangat pendek. Kontingen lainmengetahui kontingen Indonesiaada yang berpuasa dan sangatmenghormati. “Mereka pun tertarikmenanyakan tentang Islam,”ungkapnya.

Menurut Indicahya, merekabertanya mengenai penampilan

anggota kontingen yang mengena -kan jilbab, dengan penampilanserba tertutup. Pertanyaan itudires pons dengan baik. Ia menyata -kan, kontingen Gontor Putri menco-ba menerangkan hal itu sesuai de -ngan ajaran yang selama ini pelajaridan yakini. Kegembiraan merekarasakan ketika berbuka setelahmenahan lapar dan dahaga puluhanjam.

Tak lupa, mereka shalat Tarawihyang dilakukan di masjid daruratmeski harus menahan cuaca yangsangat dingin dan rasa kantuk.Tarawih mulai pukul 23.30 hingga01.00 waktu setempat. Di masjid,mereka bertemu Muslimah darinegara lainnya, seperti Mesir,Aljazair, Pakistan, dan Lebanon.“Ada 51 orang yang berjilbab, ter-masuk kami dari Gontor,” katanya.

n ed: ferry kisihandi

Muhammadiyah BerikanBantuan untuk Somalia

DOK MUHAMMADIYAH

silaturahim

Oleh Indah Wulandari

Islam sebagai rahmatan lil ala -min dipilih untuk tema talkhsowIslam untuk Indonesia yang dise-lenggarakan Takmir Masjid Uni -

versitas Diponegoro (Undip), Sema -rang. Kegiatan ini diselenggarakanpada paruh sepuluh hari terakhirRamadhan lalu. Latar belakangadanya acara ini untuk meresponsisu terorisme atas nama Islam yangmarak diberitakan di berbagai media.

Pihak takmir yang bekerja samadengan Rohis Insani Undip merasabertanggung jawab agar paham itutak menyentuh pemuda-pemuda diSemarang. Dua pembicara dihadir -

kan, yaitu Ustaz Muhammad Jazir,takmir Masjid Jogokaryan, Yogya -karta, dan Noor Huda Islamil, peng -amat terorisme. Talkshow dibukadengan uraian mengenai sejarah per -adaban Islam.

Di sisi lain, tidak bisa dipungkiribahwa perjuangan pergolakanmelawan penjajah pun di inisiasipara ulama dan pejuang Islam yangmuncul melalui masjid-masjid. Maka,lahirlah tokoh-tokoh penggerak seper-ti HOS Cokroaminoto, yang dianggapguru bagi para pejuang dari semuagerakan. Intinya, Muslim berperandalam perjuangan bangsa.

Ustaz Jazir dalam pembicaraannyamenitikberatkan pada revitalisasi

peran masjid untuk melanjutkan per-juangan para tokoh Islam dan solusibangsa. “Masjid merupakan basisperjuangan baik pada zamanRasulullah maupun sejarah Indone -sia,” katanya. Sekarang masjid punbisa menawarkan solusi bagi per-baikan bangsa karena dari masjidlahir pemimpin-pemimpin yang siapmemimpin dunia.

Jika Ustaz Jazir fokus pada fungsimasjid, Noor Huda Ismail lebih meni-tikberatkan pada citra Islam sebagairahmatan lil alamin yang kini memu-dar karena mengalami berbagaimacam perang pemikiran dan isuteroris. Menurut dia, teroris menjadisangat lekat dalam wajah Islam

seakan keduanya adalah dua halyang tak terpisahkan.

“Padahal, Islam dan terorismemerupakan hal yang jauh berbeda,”kata Noor Huda. Ketua Rohis InsaniUndip, Dwi Putro Utomo Utsman,mengatakan dengan talkshow inidiharapkan dapat mencegah generasimuda dari paham yang salah dan kedepan terjalin komunikasi yang baikantar-Muslim dalam agenda per-baikan bangsa.

“Kami juga ingin bangsa Indonesiayang mayoritas warganya beragamaIslam benar-benar dapat mengaktuali -sasikan nilai-nilai Islam dalam ke -hidupan berbangsa dan bernegara,”kata Dwi Putro. n ed: ferry kisihandi

Santriwati Gontor IkutJambore Internasional

Undip Selenggarakan Talkshow Islam untuk Indonesia

Oleh Indah Wulandari

Majelis Taklim PT ExcelcomindoPratama Tbk (MT XL) memegangsebuah misi. Menurut Redi RindayadiAhmad, ketua majelis taklim, misi

tersebut adalah mengantar karyawan dan keluar-ga untuk selalu dalam ridha Allah SWT dan masuksurga. Majelis ini mewadahi ribuan karyawanMuslim perusahaan provider seluler ini.

Majelis ini telah berjalan sejak berdirinya per -usahaan pada 1996. Secara lembaga, peresmian-nya dilakukan pada 1 Ramadhan 1429 H (1 Sep -tember 2008). “Rintisannya dimulai dari kegiatanshalat berjamaah,” katanya di Jakarta belum lamaini. Shalat ditunaikan di ruangan berukuran 2x2meter gedung GKBI, lantai 23, dan ruang shalat dilantai 2 Pancamarga.

Kegiatan ini terus bergulir sehingga terbentuksebuah mushala yang ada di Graha XL, MegaKuningan. “Itu mewujud berawal dari upaya men-cari tempat shalat bersama sekitar 1998,”ungkap salah satu perintis majelis taklim, AnwarFaruk. Ia melakukannya dengan sejumlah rekan,seperti Imam Rohadi, Khusnun, Horas, dan IwanSupriyadi.

Mereka menemui pengelola gedung Graha XLuntuk meminta mushala yang layak. Pasalnya,makin lama karyawan semakin banyak. Maka itu,lahirlah Mushala As Salaam yang kini telah menja-di Masjid As Salaam di lantai 2 Graha XL. Setelah

tempat ibadah ada, mereka mulai membuat struk-tur organisasi pada 2008 dan mencari kader.

Seiring waktu, jelas Redi, muncul ide-ide segarpengurus. Mulai dari pengumpulan zakatkaryawan se-Indonesia. Mobil klinik kesehatankeliling juga mereka sediakan cuma-cuma untukmasyarakat. Kala itu, ungkap dia, ada transfor-masi digital antarregion yang dimanfaatkan untukpengiriman pesan pendek (SMS) berisi hadis yangberlangsung setiap hari.

Ia berharap pesan pendek itu dapat menjadipelajaran atau tausiah harian bagi mereka yangtak bisa rutin datang mengikuti pengajian.Sekarang, kegiatan majelis taklim terbilang padat.Setiap hari ada kajian tafsir sedangkan kajianbahasa Arab digelar setiap Selasa. Kajian tematikdisuguhkan juga bagi jamaah, misalnya, akidah,sejarah Islam, tarikh, fikih, dan kajian Muslimahsaban Jumat.

Salah satu anggota majelis taklim, RetnoWulan, mengaku terbantu dengan keberadaankajian ini. Selain bisa mendapatkan ilmu setiaphari via seluler, dia tak kesulitan menyalurkanzakat serta mencari tempat bertanya tentangagama. “Saya bisa menyalurkan langsung zakatdan memperoleh ilmu agama di tengah suasanakekeluargaan di kantor,” katanya. n ed: ferry kisihandi

Majelis Taklim XL

Berharap Ridha Allah

FOTO-FOTO: DOK GONTOR

DOK UNDIP

FITRI, RUBYRATNA, MARIANI

SINTA, IDEN, INA

ELLY, FITRI

FOTO-FOTO: INDAH WULANDARI/REPUBLIKA

Page 4: Dialog Jumat

REPUBLIKA

JUMAT, 2 SEPTEMBER 2011 / 3 SYAWAL 1432 H n 16

Oleh Indah Wulandari

Sistem perbankan syariah me -nawan hati Maryana Yunus.Itu sudah dialaminya ber -tahun-tahun lalu dan saat iniia memasyarakatkan gerakancinta perekonomian syariah.

Apalagi, ia menduduki posisi strategis untukmenjalankan keinginannya tersebut, yaituProduct Development Department Head PTBRI Syariah.

Ia mengungkapkan, dunia perbankantidak asing baginya. Setelah menuntaskanstudinya di Institut Pertanian Bogor (IPB)pa da pertengahan 1991, ia sempat mengeyamsejumlah pekerjaan mulai dari asisten dosen,staf bank perkreditan rakyat, hingga staf disebuah toko buku terkemuka. Lalu, ia be -kerja di sebuah bank umum swasta.

Setelah 1,5 tahun bekerja di sana, ia me -mu tuskan pindah ke Bank Muamalat. “Sayatertarik karena ayah saya menjadi salah satupendirinya sekaligus ingin belajar tentangperbankan syariah,” katanya di Jakarta, be -lum lama ini. Menurut dia, dunia perbankansu dah begitu akrab bagi keluarganya. Sau -dara kandungnya pun berkecimpung di per-bankan.

Pada akhirnya, Maryana berlabuh di BRISyariah. Ia mengatakan sisi menarik sistembank syariah terletak pada varian produkyang lebih beragam. Dengan posisinya seka -rang di BRI Syariah, ia tertantang untukmembangun produk-produk syariah bagimasyarakat. Maka itu, ia terus menyosial-isasikan keunggulan perbankan syariah dari-pada konvensional.

Kalau masyarakat sudah mengetahui ke -unggulan sistem syariah, mudah bagi merekamemilih produk-produk perbankan syariah.Meski begitu, ia mengaku pemikiran publikmasih berkutat pada besaran dan raihan bu -nga bank. Perempuan kelahiran 31 Agustus1967 itu menyiasatinya. Tim customer serviceia pinta dengan sabar menjelaskan konsepbagi hasil.

Iming-iming bunga tinggi produk kon-vensional kepada nasabah diimbangi tawar -an keamanan penyimpanan dana di banksyariah. Dalam setiap kesempatan, baik pre-sentasi maupun seminar, ia menjelaskan ke -

untungan sistem syariah. “Ini bentuk jihadsaya untuk meyakinkan masyarakat pindahdari bank konvensional ke bank syariah,”katanya menegaskan.

Pendidikan terhadap masyarakat menge-nai perbankan syariah, ujar dia, perlu di -tingkatkan agar mereka terhindar dari keru-gian. Tekad Maryana ini didukung ide-idebri lian darinya agar konsep syariah bisa ma -suk ke semua bidang kehidupan dan pe me -nuhan segala kebutuhan. Mulai dari modalkerja, gadai, sewa, dan kredit perumahan.

Dorongan kuat selalu ada dalam diri Mar -yana untuk kembali pada praktik perekono-mian di zaman Rasulullah, salah satunyapeng gunaan emas sebagai alat tukar karenanilainya stabil dan terjamin keamanannya.Maryana mengadopsinya dalam konsep gadaiemas. Ia mengatakan, keadilan dapat dirasa -kan oleh kedua belah yang bertransaksi.

Kegiatannya selama ini di perbankan sya -riah memberikan kepuasan bagi Maryanakarena telah melanjutkan ide rintisan sangayah yang menginisiasi bank syariah. Sedikitdemi sedikit ilmunya juga ditularkan padaanaknya. Hasilnya, mereka telah mengertikonsep jual beli dan bagi hasil. Di kala seng -gang, ia mengampanyekan ekonomi syariahkepada ibu-ibu arisan di lingkungannya.

Tak berhenti di situ, jaringan komunitassekolah dan kuliah juga dijajakinya. IstriIfdal Lukman ini mengaku tak akan berpuasdiri dengan apa yang telah dicapai dan dila -ku kannya. Ia mendisiplinkan diri agar selalumenambah ilmu. Ia beralasan, pengembang -an produk perbankan syariah yang menjaditanggung jawabnya, membutuhkan cara-carainovatif.

Maryana mengatakan, bekal ilmu dapatmembuatnya siap menghadapi persaingandengan produk bank syariah lainnya dan me -nemukan celah baru agar produk bank tem-patnya bekerja digemari banyak kalangan.Kesibukannya beraktivitas tak membuatnyalupa tentang ibadahnya. Selama Ramadhanlalu, misalnya, intensitas ibadahnya mening -kat. Dia bukan hanya menahan lapar dandahaga.

Ia bersyukur dapat menjalankan kewa-jibannya sebagai seorang Muslimah. Iamemanfaatkan waktu yang dimilikinyauntuk beribadah.

n ed: ferry kisihandi

Aktivitas ini dianggapnya sebagai jihad.

Maryana Yunus

Mengampanyekan Ekonomi Syariah

Nama : Maryana YunusLahir : Palembang, 31 Agustus 1967Ayah : Yunus Umar Ibu : Siti Zaleha Suami : Ifdal LukmanAnak : M Rasyad (14)

Abdurrahman (12)M Khairi (10)

Pendidikan : S1 Jurusan Sosial Ekonomi IPB

Biodata

AGUNG SUPRIYANTO