15
1 DIBALIK PAKET KEBIJAKAN BANK INDONESIA 16 JUNI 2010 1 Melalui paket kebijakan 16 Juni 2010 Bank Indonesia (BI) mengambil langkahlangkah untuk memperdalam pasar keuangan yaitu dengan menyediakan instrument pasar yang lebih beragam dan mendorong perbankan lebih banyak bertransaksi di pasar sekunder (demand creation). Di pihak lain, profil jatuh waktu (maturity profile) transaksi perbankan dengan BI diutamakan ke tenor yang lebih panjang guna menyerap kelebihan likuiditas yang tidak diperlukan. Dengan langkahlangkah kebijakan tsb diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, menjaga kesinambungan stabilitas makro, sekaligus memperkuat momentum pemulihan ekonomi. Artikel ini ingin memberikan pemahaman yang menyeluruh baik aspek substansi dan teknis dari paket kebijakan tsb. 1. Mengapa BI menerbitkan “Paket Kebijakan 16 Juni 2010” ? Dari pengalaman krisis ke krisis (199820052008) telah menempa Pemerintah dan Bank Indonesia untuk terus semakin memperkokoh fondasi fundamental makroekonomi, terutama melalui pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten dan berhatihati (prudent). Dengan pengelolaan kebijakan makro seperti itu, ekonomi Indonesia dapat melewati badai krisis global 2008/2009 relatif lebih baik dari negara lain. Selama krisis 2009, terbukti hanya tiga negara di Asia yang terhindar dari kontraksi ekonomi, yakni China, India, dan Indonesia. Dengan pengelolaan kebijakan makro yang konsisten dan prudent, kepercayaan internasional pun terus membaik. Peringkat kredit (sovereign credit rating) Indonesia perlahan tapi pasti terus meningkat mendekati zona investment grade (Grafik 1). Dalam satu atau dua tahun ke depan, Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam zona ‘investment grade’ tsb. Credit Default Swap (CDS) Indonesia saat ini beraada pada level terendahnya, menunjukkan tingginya kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia ke depan (Grafik 2) Grafik 1: Sovereign Credit Rating Indonesia (Fitch) Grafik 1: Credit Default Swap (CDS) Indonesia 1 Pertanyaan terhadap artikel ini dapat ditujukan ke [email protected] (Nanang Hendarsah, Senior Economist Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter) atau [email protected] (Ramdan Denny Prakoso, Senior Economist, Direktorat Pengelolaan Moneter) BBB BB+ BB BBB+ B BOutlook Positif 23Des97 8Jan98 21Jan98 16Mar98 1Aug02 20Nov03 27Jan05 14Feb08 25Jan10 100 300 500 700 900 1100 1300 9,000 9,500 10,000 10,500 11,000 11,500 12,000 12,500 Jan08 Jun08 Nov08 Apr09 Sep09 Feb10 IDRUSD S IDR/US Risk Worsen IDR Depreciates CDS Spread

DIBALIK PAKET KEBIJAKAN BANK INDONESIA 16 JUNI 20101 · tsb diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, menjaga ... kebijakan quantitative easing di negara ... mengenai

  • Upload
    vannhan

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  

1  

DIBALIK PAKET KEBIJAKAN BANK INDONESIA 16 JUNI 20101 

Melalui  paket  kebijakan  16  Juni  2010    Bank  Indonesia  (BI)  mengambil  langkah‐langkah  untuk memperdalam pasar  keuangan  yaitu dengan menyediakan  instrument pasar  yang  lebih beragam dan mendorong perbankan  lebih banyak bertransaksi di pasar  sekunder  (demand  creation). Di pihak  lain, profil  jatuh waktu  (maturity  profile)  transaksi  perbankan  dengan  BI  diutamakan  ke  tenor  yang  lebih panjang guna menyerap kelebihan  likuiditas yang  tidak diperlukan. Dengan  langkah‐langkah kebijakan tsb diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, menjaga kesinambungan  stabilitas makro,  sekaligus  memperkuat  momentum  pemulihan  ekonomi.    Artikel  ini  ingin  memberikan pemahaman yang menyeluruh baik aspek substansi dan teknis dari paket kebijakan tsb. 

1. Mengapa BI menerbitkan “Paket Kebijakan 16 Juni 2010” ? 

Dari pengalaman krisis ke krisis  (1998‐2005‐2008)  telah menempa Pemerintah dan Bank  Indonesia untuk  terus  semakin  memperkokoh  fondasi  fundamental  makroekonomi,  terutama  melalui pengelolaan  kebijakan    fiskal  dan  moneter  yang  konsisten  dan  berhati‐hati  (prudent).  Dengan pengelolaan  kebijakan  makro  seperti  itu,  ekonomi  Indonesia  dapat  melewati  badai  krisis  global 2008/2009 relatif  lebih baik dari negara  lain. Selama krisis 2009,  terbukti hanya  tiga negara di Asia yang terhindar dari kontraksi ekonomi, yakni China, India, dan Indonesia.  

Dengan pengelolaan  kebijakan makro  yang  konsisten dan prudent,  kepercayaan  internasional pun terus  membaik.  Peringkat  kredit  (sovereign  credit  rating)  Indonesia  perlahan  tapi  pasti  terus meningkat  mendekati  zona  investment  grade  (Grafik  1).  Dalam  satu  atau  dua  tahun  ke  depan, Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam zona ‘investment grade’ tsb. Credit Default Swap (CDS) Indonesia  saat  ini  beraada  pada  level  terendahnya,  menunjukkan  tingginya  kepercayaan  pasar terhadap perekonomian Indonesia ke depan (Grafik 2) 

Grafik 1: Sovereign Credit Rating Indonesia (Fitch) Grafik 1: Credit Default Swap (CDS) Indonesia 

                                                            1 Pertanyaan terhadap artikel ini dapat ditujukan ke [email protected] (Nanang Hendarsah, Senior Economist Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter) atau [email protected] (Ramdan Denny Prakoso, Senior Economist, Direktorat Pengelolaan Moneter) 

BBB‐

BB+

BB

BB‐

B+

B

B‐

Outlook Positif

23‐Des‐97

8‐Jan‐98

21‐Jan‐98

16‐Mar‐98

1‐Aug‐02

20‐Nov‐03

27‐Jan‐05

14‐Feb‐08

25‐Jan‐10

100

300

500

700

900

1100

1300

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

Jan‐08 Jun‐08 Nov‐08 Apr‐09 Sep‐09 Feb‐10

IDRUSD

S

IDR/US

Risk WorsenIDR Depreciates

CDS Spread

  

2  

Berbagai pencapaian positif  tsb semakin memperkuat optimisme, prospek ekonomi  Indonesia akan terus membaik. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan terus meningkat disertai dengan inflasi yang rendah dan stabil.  

Namun demikian, tidak sedikit tantangan yang perlu diatasi.  Pemulihan ekonomi dan pasar keuangan global  masih  dihadapkan  pada  berbagai  ketidakpastian.  Misalnya,  krisis  fiskal  yang  membelit beberapa  negara  Eropa  masih  menjadi  potensi  risiko  (downside  risk)  yang  dapat  mengancam pemulihan ekonomi global dan memicu kembalinya gejolak di pasar keuangan.  

Sementara  itu,  keberlangsungan  pertumbuhan  ekonomi  yang  diharapkan  terus meningkat,  belum ditopang oleh struktur mikro pasar keuangan yang dalam dan  likuid. Bahkan, pasar keuangan masih mengalami kelebihan likuiditas karena tidak mengalir optimal ke sektor riil. Untuk menjaga stabilitas moneter,  BI  pun  harus  menjaga  keseimbangan  jumlah  likuiditas  di  pasar  keuangan  agar  sesuai dengan kemampuan ekonomi untuk menyerapnya. BI melakukan penyerapan kelebihan likuiditas tsb terutama melalui penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).  

Diagram 1.  Lalu Lintas Modal Portfolio Global : Push and Pull Factors 

 

 Diagram  2  :  Monetary  Policy,  Depth  of  Financial Market, and Short Term Capital Flows.  

    Diagram  3  :  Capital  Inflow  and  the  Complicated Monetary Policy 

 

Global Liquidity Expansion (Post ‐Crisis)

Advanced Economy• Low Interest Rate• Unsustainable Debt• Tightening Lending Standard

Stronger Growth Outlook

Higher Interest Rate

Expected Currency 

Appreciation

Rising Asset Valuation Return

GLOBAL : PUSH FACTORS EMERGING MARKET (EM) : PULL FACTORS

Risk of Asset Bubble

Strong Currency Appreciation

Risk of  Sudden & Large Reversal

More Complex Macroeconomic Management

MAJOR CONSEQUENCES 

Vulnerable Financial System

Short TermCapital Flows

Monetary Policy

Shallow Financial Market

Exchange Rate 

Volatility

Economic Growth & Inflation

?

Accommodate a Stronger Currency ?

Short Term Capital Inflows

PolicyMix

International Reserve ?

External Balance?

Open Market Operation ?

Sterilized Intervention?

Negative Spread ?

  

3  

Di  tengah melimpahnya  likuiditas global  (sebagai  implikasi  kebijakan quantitative  easing di negara maju selama krisis), terus membaiknya kepercayaan  internasional, serta  lebarnya selisih suku bunga dalam  dan  luar  negeri  (Grafik  3),  mendorong  arus  masuk  modal  ke  pasar  keuangan  domestik, termasuk  ke  SBI.  Preferensi  penempatan  investor  portfolio  lebih  banyak  ke  SBI  karena  risikonya rendah (bebas risiko default) dan pasarnya sangat likuid (Grafik 4).  

Grafik 3 : Selisih Suku Bunga Dalam dan Luar Negeri Grafik 4: Lalu Lintas Portofolio Asing (Flows)  

Dengan  kondisi  pasar  keuangan  domestik  yang  masih  belum  dalam  dan  terbatasnya  instrument keuangan  yang  tersedia,  lalu  lintas modal  ke  SBI dalam  skala besar  (in‐out) menyebabkan nilai  tukar rupiah  cenderung  fluktuatif  (Diagram  2)  serta  menimbulkan  komplikasi  bagi  pengelolaan  kebijakan moneter  (Diagram 3). Nilai  tukar  rupiah yang  terlalu  fluktuatif dan  sering bergerak menjauh dari nilai fundamentalnya,  akan  menganggu  kestabilan  makro  dan  system  keuangan  serta  pencapaian keseimbangan  optimal  perekonomian  (internal  and  external  balance)  sehingga  menghambat kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah panjang. 

Guna  merespon  berbagai  tantangan  tsb,  BI  perlu  mengambil  langkah‐langkah  kebijakan  untuk memperdalam  pasar  keuangan melalui  penyediaan  instrument  yang  lebih  beragam  dan mendorong perbankan  lebih banyak bertransaksi di pasar  sekunder  (demand  creation). Di pihak  lain, profil  jatuh waktu  transaksi  perbankan  dengan  BI  diutamakan  ke  tenor  yang  lebih  panjang  untuk  menyerap kelebihan  likuiditas  yang  tidak  diperlukan  (lengthening  maturity  profile).  Dengan    langkah‐langkah kebijakan  tsb diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, menjaga kesinambungan stabilitas makro, sekaligus memperkuat momentum pemulihan ekonomi.  

Apa saja cakupan paket kebijakan 16 Juni ? 

1) Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N. 2) Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Netto (PDN); 3) Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia (SBI); 4) Penambahan instrumen moneter non‐securities dalam bentuk term deposit; 5) Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; dan 6) Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN). 

‐3.0

‐1.0

1.0

3.0

5.0

7.0

9.0

11.0

Jan‐05

May‐05

Aug

‐05

Nov‐05

Feb‐06

May‐06

Aug

‐06

Nov‐06

Feb‐07

May‐07

Aug

‐07

Nov‐07

Feb‐08

May‐08

Aug

‐08

Nov‐08

Feb‐09

May‐09

Aug

‐09

Nov‐09

Feb‐10

%

Malaysia

Korea

Filipina

Indonesia

9,000 

9,500 

10,000 

10,500 

11,000 

11,500 

12,000 ‐8000

‐6000

‐4000

‐2000

0

2000

4000

6000

Aug

‐08

Sep‐08

Oct‐08

Nov‐08

Dec‐08

Jan‐09

Feb‐09

Mar‐09

Apr‐09

May‐09

Jun‐09

Jul‐0

9Aug

‐09

Sep‐09

Oct‐09

Nov‐09

Dec‐09

Jan‐10

Feb‐10

Mar‐10

Apr‐10

May‐10

Jun‐10

Saham SUN SBI IDR/USD

USD Milion IDR/USD

  

4  

Rincian masing‐masing kebijakan dapat dilihat pada Pokok‐Pokok Penjelasan Paket Kebijakan 16 Juni 2010. 

1. Bagaimana  keterkaitan  Paket  Kebijakan  16  Juni  2010  dengan  Grand  Design  Penyempurnaan Operasi Moneter ? 

Berbagai kebijakan yang tertuang dalam “Paket kebijakan 16 Juni” saling terkait satu sama  lain dan merupakan bagian dari  ‘Grand Design Penyempurnaan Operasi Moneter”(Diagram 4), yang secara umum diarahkan untuk mendorong pasar uang rupiah dapat berfungsi  lebih baik  (well  functioning money market) sehingga meningkatkan peran pasar uang dalam transmisi kebijakan moneter.    

Diagram 4 : Grand Design Penyempurnaan Operasi Moneter 

 

 

Diagram 5 : Grand Design Penyempurnaan Operasi Moneter dan  Kaitannya dengan Paket Kebijakan 16 Juni 2010 

 

 

 

BI mulaimenerapkanInflation Targeting Framework dengan BI Rate sebagai signal kebijakanmoneter.

Penyempurnaan operasimoneter difokuskan kepadapersiapan implementasipenggunaan suku bunga PUAB o/n sebagai sasaranoperasional kebijakan moneter, melalui : 

• penyempitan lebar koridorsuku bunga, 

• perluasan eligible asset operasi moneter, 

• pengaktifan fine tune operation  

• perpanjangan tenor SBI dengan memunculkan tenor 6 bulan.

Penyempurnaan operasimoneter diarahkan untukmendorong well functioning money market sehinggameningkatkan peran pasar uangdalam transmisi kebijakanmoneter. 

Hal ini dilakukan, antara lain melalui : 

• Perpanjangan profil jatuh waktu SBI dan upaya‐upayamengaktifkan instrumen pasaruang lainnya terutama Repo. 

• Perluasan basis investor dipasar uang.

2008 ‐ 2009 2010 ‐…2005 

Beberapa Tujuan

Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N

Demand creation di pasar uang pada tenor  pendek

Meningkatkan aktivitas  instrumen pasar uang selain SBI

Mendukung perkembangan pasar keuangan khususnya obligasi

Penguatan manajemen moneter

Minimum One Month Holding Period (MHP) yang diberlakukanbagi : non residen& residen

Penyerapan likuiditas Dengan Instrumen Non‐securities (Term Deposit)

(BI berjangka waktu 9 dan 12 bulan

Triparti Repo (Repo SUN Pinjaman)

Terpeliharanya Kestabilan Makro

Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar Keuangan

  

5  

2. Apakah kebijakan “pelebaran koridor suku bunga PUAB Overnight” dapat membantu pendalaman pasar uang ? 

YA.  Pelebaran  koridor mendorong  perbankan  untuk  tidak  tergantung  pada  BI  dalam mengelola kelebihan  lilkuiditas  jangka pendek. Selama  ini, volume  transaksi di pasar uang antar bank  (PUAB) sangat rendah karena perbankan sangat  tergantung pada BI untuk menempatkan  likuiditas  jangka pendek.  Ini tercermin dari tingginya volume   harian FASBI dan FTK yang    jauh diatas volume PUAB (Grafik 5) 

Dengan menjarangkan  lelang SBI menjadi bulanan dari sebelumnya mingguan serta dilebarkannya koridor  suku bunga PUAB O/N akan mendorong bank untuk  terlebih dahulu bertransaksi di pasar uang antar bank, sebelum menempatkan kelebihan likuiditas ke BI melalui standing deposit facilities  (BI Rate ‐ 100 bps) atau  meminjam dari BI  melalui standing lending facilities (BI Rate + 100 bps).   

Sebelumnya,  spread  yang  relatif  sempit  antara  rate  FASBI  dengan  BI  Rate  (50  bps)  menjadi penyebab utama bank‐bank memelihara dana hariannya dalam volume yang  jauh diatas kebutuhan hariannya (tercermin dari volume harian FASBI dan FTK, sekitar Rp 30 – 50 triliun) sehingga kurang optimal menciptakan  demand  creation  di  pasar  uang  antar  bank  yang  volume  hariannya masih sekitar Rp 10 triliun. 

Grafik 5:  Vol Harian FASBI, FTK dan PUAB Grafik 6: Koridor  dan Suku Bunga PUAB  Overnight (O/N)  

3. Apakah  kebijakan  pelebaran  koridor  merepresentasikan  stance  kebijakan  moneter  BI  yang melonggar (penurunan suku bunga) ? 

TIDAK. Dalam  operasi moneter,    BI  akan  tetap melakukan  fine  tuning  untuk menjaga  agar  suku bunga PUAB O/N tetap bergerak disekitar BI rate sebagai ‘policy rate’. 

4. Apakah  penambahan  instrument moneter  SBI  9  dan  12  Bulan  dapat mendorong  pendalaman pasar keuangan dan meningkatkan efektivitas kebijakan moneter? 

YA. Penerbitan SBI dengan tenor yang lebih panjang  (9 dan 12 bulan)  akan memberikan ruang yang lebih  besar  pada  BI  dalam  memperkuat  manajemen  moneter  khususnya  dalam  mengendalikan kelebihan  likuiditas yang sifatnya  lebih permanen (struktural). Kebijakan  ini sebagai kelanjutan dari 

20 

40 

60 

80 

100 

120 

02/01/2008

22/01/2008

11/02/2008

28/02/2008

19/03/2008

09/04/2008

28/04/2008

16/05/2008

05/06/2008

24/06/2008

11/07/2008

31/07/2008

20/08/2008

08/09/2008

25/09/2008

20/10/2008

06/11/2008

25/11/2008

15/12/2008

07/01/2009

27/01/2009

13/02/2009

04/03/2009

24/03/2009

15/04/2009

04/05/2009

22/05/2009

10/06/2009

29/06/2009

17/07/2009

06/08/2009

26/08/2009

14/09/2009

06/10/2009

23/10/2009

11/11/2009

01/12/2009

21/12/2009

11/01/2010

28/01/2010

16/02/2010

08/03/2010

26/03/2010

15/04/2010

04/05/2010

24/05/2010

Rp Triliun

PUAB FASBI + FTK

0

9

18

27

36

45

Feb/

00M

ei/0

0Se

p/00

Jan/

01M

ei/0

1Ag

ust/0

1D

es/0

1Ap

r/02

Jul/0

2N

op/0

2M

ar/0

3Ju

l/03

Okt

/03

Feb/

04Ju

n/04

Okt

/04

Feb/

05Ju

n/05

Sep/

05Ja

n/06

Mei

/06

Sep/

06D

es/0

6Ap

r/07

Agus

t/07

Nop

/07

Mar

/08

Jul/0

8N

op/0

8M

ar/0

9Ju

n/09

Okt

/09

Feb/

10Ju

n/10

% PUAB O/N Rate BI Rate FASBI O/N Repo Rate O/N

  

6  

perpanjangan profil  jatuh tempo (maturity profile) SBI 3 dan 6 bulan yang mulai diterapkan secara penuh bulan Juni 2010. Dengan penerbitan SBI 9 dan 12 bulan tersebut maka struktur maturitas SBI menjadi  lengkap  sampai dengan 1  tahun  sehingga mendukung pendalaman pasar uang domestik baik melalui ketersediaan instrumen, struktur maturitas maupun pembentukan struktur suku bunga jangka pendek.  

5. Apakah  penambahan  SBI  12  bulan  akan menciptakan  ‘crowding‐out’  di  pasar  uang  khususnya terhadap SPN ? 

TIDAK. Penerbitan SBI 12 bulan tidak dimaksudkan untuk menciptakan crowding‐out di pasar uang namun  untuk  pengayaan  instrumen  tenor  terpanjang,  sehingga  dapat  lebih  efisien  dalam mekanisme pembentukan harga.  

Posisi SPN per 15 Juni 2010 adalah Rp27 triliun atau sekitar 10% dari total posisi SBI. Penerbitan SBI 12  bulan    dapat  berfungsi membantu  dalam  pembentukan  harga  (price  discovery)  apabila  dalam masa krisis SPN  tidak dapat diterbitkan karena   pertimbangan yield yang  terlalu  tinggi   atau  tidak wajar (Grafik 8). 

Dengan penjarangan  lelang SBI, pelebaran koridor, dan penyerapan kelebihan  likuiditas yang  lebih permanen melalui SBI 6 dan 12 bulan akan mendorong peningkatan ‘demand creation’ di pasar uang pada tenor jangka pendek. Ini akan menjadikan pasar uang lebih berkembang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan peran pasar uang dalam transmisi kebijakan moneter.  

Grafik 7 : Outstanding SBI dan SPN  Grafik  8  :  Rata‐rata  Suku  Bunga  SBI  dan  SPN  di  Pasar Primer

6. Mengapa BI memperkenalkan instrument “term deposit” ? 

Term Deposit adalah  instrumen pengelolaan  likuiditas oleh Bank  Indonesia  tanpa underlying surat berharga,  tidak  dapat  dipindah  tangankan,  namun  dapat  dicairkan  sebelum  jatuh  tempo  (early redemption) dengan persyaratan tertentu.  

Bagi  bank‐bank,  instrumen  ini  dapat  dipergunakan  untuk  keperluan manajemen  likuiditas  jangka pendeknya, di  samping  instrumen moneter  yang  selama  ini  telah disediakan oleh Bank  Indonesia seperti  transaksi FASBI dan  repo.  Instrumen  term‐deposit  ini akan disediakan oleh Bank  Indonesia melalui mekanisme  lelang. Untuk  tahap awal akan diperkenalkan  term deposit berjangka waktu 1 

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan-

07

Mar

-07

May

-07

Jul-0

7

Sep-

07

Nov-

07

Jan-

08

Mar

-08

May

-08

Jul-0

8

Sep-

08

Nov-

08

Jan-

09

Mar

-09

May

-09

Jul-0

9

Sep-

09

Nov-

09

Jan-

10

Mar

-10

May

-10

Rp TriliunPosisi SBI dan SPN

SPN SBI

6

7

8

9

10

11

12

13

Jan-

08Fe

b-08

Mar

-08

Apr

-08

May

-08

Jun-

08Ju

l-08

Aug

-08

Sep

-08

Oct

-08

Nov

-08

Dec

-08

Jan-

09Fe

b-09

Mar

-09

Apr

-09

May

-09

Jun-

09Ju

l-09

Aug

-09

Sep

-09

Oct

-09

Nov

-09

Dec

-09

Jan-

10Fe

b-10

Mar

-10

Apr

-10

May

-10

% RRT Suku Bunga SBI & SPN di Pasar Primer

SBI 1 Bln

SBI 6 Bln

SPN 12 Bln

SBI 3 Bln

  

7  

bulan. Dengan demikian,  apabila  sebelum  jatuh  tempo  1 bulan bank memerlukan  likuiditas  yang mendesak, bank dapat melakukan early redemption dengan beberapa persyaratan tertentu. 

Dengan  tersedianya  instrument  term  deposit,  bank  memiliki  pilihan  lain  untuk  menempatkan kelebihan  likuiditas  jangka  pendek.  Saat  ini,  komposisi  instrumen  moneter  didominasi  oleh instrumen SBI pada kisaran 80% (Grafik 9).  

Grafik  9  :  Komposisi  Instrument Moneter  :  SBI  dan Non‐SBI  Grafik 10 : Yield Curve 

  

7. Apa manfaat lain dengan beberapa instrument kebijakan tsb di atas ? 

Suku  bunga  berdasarkan  jangka  waktu  (term  structure  of  interest  rate)  yang  terbentuk melalui mekanisme pasar khususnya untuk tenor di bawah satu tahun akan semakin lengkap. Dalam konteks perumusan kebijakan moneter,  ini akan memudahkan BI dalam menangkap perubahan ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi dan  inflasi ke depan. Pada gilirannya stance kebijakan moneter BI (keputusan  BI  Rate)  juga  dapat mempengaruhi  ekspektasi  inflasi  dengan mencermati  perubahan struktur suku bunga tsb (Grafik 10).  

8. Apa tujuan BI memperkenalkan mekanisme “Triparty repo SBN” ? 

Upaya pendalaman pasar keuangan sekaligus pengayaan  instrument moneter  juga akan ditempuh dengan mekanisme Triparty repo SBN. Selama ini, kepemilikan SBN oleh Dana Pensiun dan Asuransi sebagian  besar  dipegang  hingga  jatuh  tempo.  Tabel  1  memperlihatkan  pangsa  kepemilikan perusahaan  asuransi  dan  dana  pensiun  dalam  SBN  masing‐masing  mencapai  12.4%  dan  6.0%, dengan pangsa volume transaksi (beli dan jual) sebesar 1.3% dan 0.9% dari total volume.” 

Melalui mekanisme “Triparty Repo SBN” pengelolaan  likuiditas oleh BI dilakukan melalui  transaksi “reverse repo” dengan underlying asset SBN yang diperoleh dari pihak lain yang ditetapkan, antara lain Dana Pensiun dan Asuransi. Melalui mekanisme  tsb, diharapkan peranan  Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dalam pasar Surat Berharga Negara (SBN) dapat meningkat sehingga mendukung pendalaman pasar keuangan domestik melalui perluasan basis investor domestic. 

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

400 

450 

Jan‐09 Mar‐09 May‐09 Jul‐09 Sep‐09 Nov‐09 Jan‐10 Mar‐10 May‐10

NON‐SBI SBI

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

11.0

PUAB O/N

SBI 1 Mo

SBI 3 Mo

SBI 6 Mo

FR10 (1 th)

FR15 (2th)

FR51 (5 th)

FR27 (7 th)

FR36 (10th)

FR44 (15th)

FR47 (20th)

FR50 (30th)

22 Jun‐10 31 May‐10

Sumber: Bloomberg

%

  

8  

Tabel  1  :  Pangsa  kepemilikan  SBN  dan  Pangsa  Volume  Transaksi (%) 

Grafik 11: Komposisi Total Transaksi Jual‐Beli SBN 1 Jan‐15 Jun 2010

Dalam  rangka  implementasi kebijakan  ini, BI akan melakukan kerja  sama dengan Pemerintah dan berbagai  instansi/lembaga  terkait untuk mempersiapkan berbagai ketentuan dan mekanisme yang diperlukan, dan diharapkan dapat mulai dilakukan pada tahun 2011 

9. Mengapa BI menerapkan ketentuan “one month holding period” bagi pembeli SBI baik di pasar primer maupun pasar skunder? 

Ketentuan  ini  akan  memiliki  beberapa  manfaat  dalam  mendukung  pendalaman  pasar  sekaligus memperkuat stabilitas makro : 

a) Kepemilikan SBI maupun transaksinya di pasar sekunder dapat lebih berjangka panjang. b) Meningkatkan ketahanan kestabilan makro, karena dapat mencegah aliran modal yang keluar 

secara tiba‐tiba dalam skala besar (large and sudden reversal) seperti pada saat krisis Oktober 2008 (Lehman Brorthers) dan Mei 2010 (Krisis Yunani) mengalami eskalasi (Grafik 12) 

c) Mendukung pendalaman pasar keuangan secara keseluruhan, yaitu: ‐ Pendalaman pasar obligasi domestik melalui peningkatan porsi SBN dalam portofolio aset 

individu perbankan,  yang pada  gilirannya  akan meningkatkan    volume  transaksi   di pasar sekunder SBN.  

Kecenderungan  shifting  dari  SBI  ke  SBN  sudah  terlihat  dari  yield    SBN  khususnya  SPN  (1 tahun) yang menurun tajam pada 23 Juni 2010 (Grafik 13) 

‐ Mendorong pengembangan instrumen pasar uang (money market) lain, seperti Commercial Paper dan Promissory Notes  yang perkembangannya  sangat  lambat dan ditengarai  akibat begitu superiornya kedudukan SBI 

Posisi Total Jual & Beli15‐Jun‐10 1 Jan ‐ 15 Jun'10

Bank  38,0 52,0Asuransi 12,4 1,3Dana Pensiun 6,0 0,9Korporasi 0,3 0,6Lemb. Keuangan 2,8 2,2Perorangan 3,8 0,5Reksadana 8,0 2,5Sekuritas 0,0 12,4Yayasan 0,4 0,1Lainnya 4,2 0,5Non Residen 24,0 26,8

100,0 100,0

Persentase

Bank 52%

Asuransi1%

Dana Pensiun1%Korporasi

0,65%Lemb. Keuangan

2%

Perorangan0,51%

Reksadana3%

Sekuritas12%Yayasan

0,14%

Lainnya0,47%

Non Residen27%

Komposisi Total Transaksi Jual dan Beli SBN1 Jan - 15 Jun 2010

  

9  

Grafik  12  :  Pelepasan  SBI  oleh  investor  Asing  April‐Mei 2010 

 Grafik 13. Yield Curve 

 

10. Bagaimana BI menyikapi arus modal portfolio asing, termasuk ke SBI? 

BI perlu menyikapi  lalu  lintas modal portofolio asing secara cukup hati‐hati.   Arus modal portfolio asing memiliki aspek positif dan negatif bagi perekonomian dan pasar keuangan domestik.  

Apa aspek positifnya? Pertama, bagaimana pun arus modal portfolio termasuk yang ditanamkan ke SBI memiliki dampak positif. Misalnya,  tidak  selamanya pasokan dan permintaan devisa di dalam negeri  berimbang.  Dalam  kondisi  pasar  mengalami  kelebihan  permintaan  devisa  karena meningkatnya kebutuhan  impor  (Grafik 14), pasokan devisa yang bersumber arus modal portfolio berperan menutup ekses permintaan devisa tsb (Grafik 15). Kedua, peningkatan arus masuk modal portofolio  asing  terutama  sejak  awal  2006  merepresentasikan  “menguatnya  persepsi  positif internasional terhadap ekonomi Indonesia”. 

 Grafik 14. Impor Barang   

Grafik 15 : Supply‐Deman Valas di Pasar  

 Apa  aspek  negatifnya?  Terdapat  bagian  dari  arus  masuk  modal  portfolio  tsb  yang  spekulatif (destabilizing) yang seringkali masuk dan keluar  secara tiba‐tiba dalam skala besar (Grafik 12).  

Oleh  karenanya,  BI  berupaya  menjaga  agar  aspek  positif‐nya  tetap  terjaga,  sementara meminimalkan aspek negatifnya.  

0

2

4

6

8

10

12

tril Rp

May 2010

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

11.0

PUAB O/N

SBI 1 Mo

SBI 3 Mo

SBI 6 Mo

FR10 (1 th)

FR15 (2th)

FR51 (5 th)

FR27 (7 th)

FR36 (10th)

FR44 (15th)

FR47 (20th)

FR50 (30th)

23 Jun‐10 31 May‐10

Sumber: Bloomberg

%

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

Jan‐08 Apr‐08 Jul‐08 Oct‐08 Jan‐09 Apr‐09 Jul‐09 Oct‐09 Jan‐10 Apr‐10

Capital Goods

Raw Materials & Auxiliary Goods

Consumption GoodsGrowth M Nonmigas ‐ rhs

USD juta yoy

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

Jul-0

8

Aug

-08

Sep

-08

Oct

-08

Nov

-08

Dec

-08

Jan-

09

Feb

-09

Mar

-09

Apr

-09

May

-09

Jun-

09

Jul-0

9

Aug

-09

Sep

-09

Oct

-09

Nov

-09

Dec

-09

Jan-

10

Feb

-10

Mar

-10

Apr

-10

May

-10

Jun-

10

Net S(+)/D(‐) ‐ Foreign Player Net S(+)/D(‐) ‐ Domestic Player

Excess Supply

Excess Demand

US$ Million

  

10  

11. Apakah ketentuan  “one month minimum holding period” (MHP)  merupakan kebijakan “capital control”? 

TIDAK.  Kebijakan ini mewajibkan pembeli SBI di pasar primer dan sekunder menahan  SBI  minimum 1  bulan  dan  dilarang  menjual  kembali  SBI  atau  di‐repo  (repurchase  mechanism)  kepihak  lain sebelum  satu  bulan,  berlaku  baik  bagi  residen  maupun  non‐residen.  Dengan  demikian,  tidak terdapat diskriminasi perlakuan antara residen dan non‐residen dalam hal kepemilikan SBI.  

12. Bagaimana mekanisme transaksi pembelian SBI oleh pihak asing dan bagaimana ketentuan “one month minimum holding period”  (MHP) diterapkan dalam mekanisme transaksi tsb ?  BI  akan mengeluarkan  peraturan  untuk  “melarang”  bank  dan  sub‐registry memfasilitasi  transaksi yang  bertentang  dengan  ketentuan  one month minimum  holding  period.    Dengan  demikian,  BI dapat menerapkan ketentuan baik terhadap setlement SBI  (Ketentuan One Month Holding Period) maupun  transfer  rupiah  (PBI  No.  7/14/2005)  atas  transaksi  yang  dilakukan  oleh  non‐residen (Diagram 6)  Diagram 6  : Contoh  Mekanisme Transaksi Rupiah dan SBI : Non‐Residen dan Bank Domestik 

 Penjelasan  Skema Transaksi : 

a) Non‐Residen membeli SBI di pasar uang sekunder (money market) dari Bank  Domestik B. b) Bank Domestik B melakukan settlement SBI dari Sub‐registri B ke Sub‐registri A 

Non Residen

(NR)

Bank Domestik A

$

RP Economic Underlying ?

PBI : 7/14/2005

Vostro Acct NR

Bank Domestik B

Sub-Registry A

Buy SBI

Sell $ / Buy Rp

RP

ForexMarket

Money Market

Rekening NR di Bank Domestik A

SBI?

Sub-Registry BSBI

KetentuanMHP

KetentuanMHP

Rp

Rp

c

a

d

e

b

  

11  

c) Non‐Residen  (NR) menjual  valas  / membeli  rupiah  di  pasar  spot  (forex market)  ke  bank Domestik A  dengan ‘underlying’ SBI (PBI No. 7/14/2005 mengharuskan setiap transfer rupiah ke non‐residen disertai underlying) 

d) Bank Domestik A membukukan rupiah pada rekening Vostro Account (Rp) untuk untung NR, harus dengan underlying  (PBI No. 7/14/2005). Vostro account adalah rekening rupiah miliki NR di bank domestik 

e) NR  memerintahkan  Bank  A  untuk  melakukan  transfer  Rupiah  dari  Vostro  Account  ke Rekening Rupiah Bank Domestik B 

 13. Apakah  bank  yang memberli  di  pasar  primer  (lelang)  dapat  segera menjual  ke  non‐residen  / 

investor asing ? TIDAK. Bank domestik yang membeli SBI dari pasar primer harus menahan SBI selama 1 bulan, untuk selanjutnya dapat dijual ke pihak  lain seperti non‐residen. Selanjutnya non‐residen harus menahan SBI yang diberli dari bank domestik tsb selama 1 bulan. 

14. Apakah non‐residen dapat membeli SBI dengan transaksi forward (penyerahan) misalnya 1 bulan? 

Non‐residen  dapat  membeli  SBI  dengan  penyerahan  forward misalnya  1  bulan,  namun  setelah tanggal penyerahan (forward) non‐residen harus menahan selama 1 bulan kemudian. 

15. Apakah ketentuan “one month minimum holding period” (MHP)  akan meminimalkan arus modal yang spekulatif? 

YA. Dengan mewajibkan pembeli SBI menahan minimal 1 bulan  (Diagram 7), maka  investor asing yang  memiliki  perspektif  sangat  jangka  pendek  (spekulatif)  terutama  yang  hanya  mencari keuntungan  dari  fluktuasi  nilai  tukar  (forex  crarry  trade)  akan  semakin  berkurang.  Dengan tertahannya modal pada SBI selama 1 bulan, maka investor asing  harus memperhitungkan kerugian karena fluktuasi nilai tukar (Diagram 8). 

 Diagram 7 : One Month Minimum Holding Period  

Diagram 8 : Minimum Holding : Aliran SBI dan Devisa 

MinimumOne Month Holding

Minimum One Month Holding

1 2 30t

Entry Entry

Three Months SBI

PBI No. 7/14

Foreign Investor

SBI

SBI

One Month Locked‐in Period

Rp (+)

$(‐)

Spot

Rp (‐)

$(+)

Spot

DomesticBank

Rp

Rp

$

$

  

12  

 Grafik 16 : Komposisi Total Transaksi Jual dan Beli SBI 2009 

 Grafik 17 : Komposisi Total Transaksi Jual dan Beli SBI Jan‐Jun 2010

 

16. Bagaimana  investor  asing  dapat melakukan  lindung  nilai  dari  risiko  kurs  (exchange  rate  risk) karena harus menahan SBI 1 bulan? 

Pihak  asing  dilarang melakukan  transaksi  derivative  untuk  keperluan  hedging  atas  pembelian  SBI (lihat Penjelasan PBI N0. 7/14/2005 Pasal 12  Aayat 1)  

17. Bagaimana  BI  dapat  memastikan  kepatuhan  pelaku  pasar    terhadap  kebijakan  “one  month minimum holding period”?   

BI dapat mengawasi kepatuhan  (compliancy)  terhadap kebijakan  ini karena memiliki  seluruh data transaksi SBI baik di pasar primer (central registri) dan sekunder (sub‐registri). BI akan mengeluarkan peraturan  untuk  melarang  bank  dan  sub‐registry  untuk  tidak  bertransaksi  dan  memfasilitasi transaksi  yang  bertentangan  dengan  kebijakan  1 month  holding  period.  Selain  itu,  BI melakukan on‐site supervision untuk memastikan kepatuhan pelaku pasar terhadap kebijakan  ini. Jika terbukti melakukan pelanggaran, bank dan sub‐registry akan dikenakan sanksi sebagaimana yang akan diatur dalam ketentuan Bank Indonesia 

18. Apakah  kebijakan  “one  month  minimum  holding  period”  akan  mempengaruhi  pengelolaan likuiditas perbankan domestik? 

TIDAK.  Kebijakan ini: 

(i) Tidak  akan  banyak  berdampak  kepada   manajemen  likuiditas  perbankan  domestic    karena sekitar 97% posisi  SBI milik perbankan  adalah bersifat hold  to maturity. Data menunjukkan sebagian besar pembelian SBI oleh perbankan domestik   melalui pasar primer ditahan sampai jatuh  tempo.  Ini  juga  tercermin dari prilaku perbankan yang  selalu me‐rollover SBI yang  jatuh tempo  (Grafik 18). Sementara  itu,  jumlah  likuiditas yang diperlukan perbankan untuk berjaga‐jaga relatif kecil. Hal ini tercermin dari dari posisi FASBI yang jauh lebih kecil relatif dibandingkan posisi SBI (Grafik 19). 

(ii) Tidak akan banyak berdampak pada pasar repo di antara pelaku pasar dari sisi ketersediaan aset underlying, karena lebih dari 95% underlying transaksi repo tersebut adalah menggunakan 

Bank53%

SR-Residen10%

SR-Non Residen

37%

Komposisi Total Transaksi Jual dan Beli SBI2009

Bank61%

SR-Residen3%

SR-Non Residen

36%

Komposisi Total Transaksi Jual dan Beli SBI1 Jan - 15 Jun 2010

  

13  

SBN  (Grafik  20).  SBI  cenderung  dipergunakan  oleh  perbankan  sebagai  underlying  repo  pada transaksi repo dengan BI (Grafik 21). 

Grafik 18. Profil Lelang SBI  

Grafik 19. Perkembangan Posisi FASBI 

Grafik 20  : Rata‐rata harian Volume Repo SBI dan SBN antar Pelaku Pasar 

Grafik  21  : Rata‐rata  harian Volume Repo  SBI dan  SBN  antar Pelaku Pasar dan BI

19. Mengapa BI merevisi ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) Bank ? 

Ketentuan posisi devisa neto  (PDN) ON Balance  Sheet  yang  sebelumnya dibatasi 20% dari modal dihapuskan, sementara PDN OVERALL (ON plus OFF Balance Sheet) tetap maksimal 20%.   

Dengan dihapuskannya batasan ON Balance Sheet akan memberikan beberapa manfaat, antara lain: 

a) Devisa milik perbankan yang bersumber dari simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK Valas)  dapat lebih dimanfaatkan  di  pasar  keuangan  dalam  negeri.  Bank  selama  ini  lebih  banyak menempatkan devisa khususnya dalam instrument call money di pasar uang luar negeri  (Grafik 22) 

97,6%

102,4%

101,5%

95 

96 

97 

98 

99 

100 

101 

102 

103 

2008 2009 2010 (ytd)

% Profil Lelang SBI

Win/Due

10.000.000 

20.000.000 

30.000.000 

40.000.000 

50.000.000 

60.000.000 

70.000.000 

80.000.000 

90.000.000 

02/01/2008

13/02/2008

27/03/2008

07/05/2008

17/06/2008

25/07/2008

05/09/2008

21/10/2008

28/11/2008

14/01/2009

24/02/2009

07/04/2009

19/05/2009

29/06/2009

10/08/2009

18/09/2009

02/11/2009

11/12/2009

25/01/2010

05/03/2010

16/04/2010

27/05/2010

Rp Triliun FASBI

FASBI

28 per. Mov. Avg. (FASBI)

Smt I: RRH FASBI Rp25 triliun

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

800 

Jan 2008

Mar 2008

Mei 2008

Jul 2008

Sep 2008

Nop 2008

Jan 2009

Mar 2009

Mei 2009

Jul 2009

Sep 2009

Nop 2009

Jan 2010

Mar 2010

Mei 2010

RRH Volume Repo SBI & SBN antar Pelaku Pasar(Rp Miliar)

Repo SBN Repo SBI

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

Jan 2008

Mar 2008

Mei 2008

Jul 2008

Sep 2008

Nop 2008

Jan 2009

Mar 2009

Mei 2009

Jul 2009

Sep 2009

Nop 2009

Jan 2010

Mar 2010

Mei 2010

RRH Volume Repo SBI & SBN dengan BI(Rp Miliar)

Repo SBN Repo SBI

  

14  

Grafik 22: Perkembangan Foreign Asset Bank Grafik 23 : Volume Transaksi Valas Spot (IDR/USD)  

Bank‐bank  yang  memiliki  kelebihan  valas  namun  kekurangan  rupiah  memiliki  opsi  dalam pendanaan (funding) rupiah, dengan masuk ke transaksi swap beli (sell $ spot, buy $ forward).  

Bank‐bank yang memiliki kelebihan  rupiah namun kekurangan valas dapat memiliki opsi untuk funding valas melalui transaksi swap  jual (buy $ spot, sell $ forward) dengan ongkos yang  lebih murah, yang selama ini  tergantung pada DPK valas dengan bunga yang sangat tinggi. 

b) Mendorong pengembangan instrument lindung nilai  

Bank memiliki  ruang  gerak  (dua  arah)  yang  lebih besar untuk memfasilitas  kebutuhan  lindung nilai nasabah. (Lampiran : Contoh Perhitungan PDN terkait Trasaksi Lindung Nilai). 

c) Menurunkan suku bunga valas di dalam negeri 

Dengan  semakin  berkembangan  transaksi  swap  sebagai  sumber  pendanaan  valas  dapat menurunkan  suku bunga valas di dalam negeri, karena bank memiliki alternatif  lain  selain DPK Valas. 

20. Dengan  dihapuskannya  batasan  PDN  ON  Balance  Sheet,  apakah  tidak  dikhawatirkan  akan memberikan peluang spekulasi di pasar valas ? 

Penyempurnaan  ketentuan  PDN  ini  tetap  mengedepankan  aspek  prudential.  Batasan  OVERALL Balance Sheet sebesar 20% diberlakukan setiap 30 menit, dan akan disertai dengan monitoring dan pengawasan (on/off site supervision) yang ketat terhadap transaksi devisa perbankan.   

Lampiran : 

Contoh Perhitungan PDN dalam rangka memfasilitas lindung nilai (hedging) investor asing  

5

10

15

20

25

30

35

Apr‐08

May‐08

Jun‐08

Jul‐0

8

Aug

‐08

Sep‐08

Oct‐08

Nov

‐08

Dec‐08

Jan‐09

Feb‐09

Mar‐09

Apr‐09

May‐09

Jun‐09

Jul‐0

9

Aug

‐09

Sep‐09

Oct‐09

Nov

‐09

Dec‐09

Jan‐10

Feb‐10

Mar‐10

Apr‐10

Foreign Asset Perbankan DPK ValasUSD Miliar

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

Jan‐07

Mar‐07

May‐07

Jul‐0

7

Sep‐07

Nov‐07

Jan‐08

Mar‐08

May‐08

Jul‐0

8

Sep‐08

Nov‐08

Jan‐09

Mar‐09

May‐09

Jul‐0

9

Sep‐09

Nov‐09

Jan‐10

Mar‐10

May‐10

USD Billion

  

15  

 

1. POSISI AWAL

VALUTA JPY AUD GBP USD NILAIABSOLUT

NERACA (ON-BALANCE SHEET)AKTIVA 0 1,000 1,050 1,000PASIVA 0 50 1,300 1,000POSISI NERACA 0 950 (250) 0 1,200LONG (SHORT)

REKENING ADMINISTRATIVE (OFF)TAGIHAN 125 80 100 0KEWAJIBAN 0 2,000 70 0POSISI REK. ADMINISTRATIVE 125 (1,920) 30 0 2,075NET LONG (SHORT)POSISI KESELURUHAN 125 (970) (220) 0 1,315NILAI ABSOLUT

NILAIABSOLUT (%)

PDN NERACA (ON-BALANCE SHEET) 1,200 12.0PDN KESELURUHAN 1,315 13.2ASUMSI MODAL 10,000

2. TRANSAKSI SWAP JUAL UNTUK MEMENUHI HEDGING INVESTOR ASING

VALUTA JPY AUD GBP USD NILAI SWAP JUALABSOLUT

NERACA (ON-BALANCE SHEET)AKTIVA 0 1,000 1,050 1,000PASIVA 0 50 1,300 0POSISI NERACA 0 950 (250) 1,000 2,200LONG (SHORT) 1 BULAN

REKENING ADMINISTRATIVE (OFF)TAGIHAN 125 80 100 0KEWAJIBAN 0 2,000 70 1,000POSISI REK. ADMINISTRATIVE 125 (1,920) 30 (1,000) 3,075NET LONG (SHORT)POSISI KESELURUHAN 125 (970) (220) 0 1,315NILAI ABSOLUT

NILAIABSOLUT (%)

PDN NERACA (ON-BALANCE SHEET) 2,200 22.0PDN KESELURUHAN 1,315 13.2ASUMSI MODAL 10,000

BUY USDSELL IDR

SELL USDBUY USD

INVESTOR

STOCK / BOND

1) Posisi awal PDN ON adalah 12.0% dan Overal 13.2% dari modal

2) Bank domestik memfasilitas transaksi lindung nilaiinvestor yang membeli obligasi atau saham :

Investor : Sell $ spot, Buy $ Forward (Swap Beli)

Bank Domestik : Buy $, Sell $ Forward (Swap Jual)

3) Posisi PDN ON bank meningkat dari 12.0% menjadi22.0%. Sedangkan PDN Overall tetap 13.2%

4) Dengan dibatasinya PDN ON menyebabkan bank sulitmenampung kebutuhan trasanski hedging nasabah,.