85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PEMBERIAN ASI ( DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Diajukan oleh : SUPRAPTI NIM : S 540809127 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ...eprints.uns.ac.id/8789/1/186521111201110011.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ( DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

DALAM PEMBERIAN ASI

( DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program

Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SUPRAPTI

NIM : S 540809127

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TESIS

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM

PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA

KABUPATEN PONOROGO

Disusun Oleh :

SUPRAPTI

NIM : S540809127

Telah disetujui Oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal 20 Desember 2010

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I Prof. Dr. Sri Anitah, MPd NIP :130345741

................................................

Pembimbing II Pancrasia Murdani K. dr, MHPEd NIP :1948051219799032001

................................................

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK NIP: 19480313197601001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM

PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA

KABUPATEN PONOROGO

Disusun oleh :

SUPRAPTI

NIM : S540809127

Telah disetujui Tim Penguji

Pada Tanggal : 13 Januari 2011

Dewan Penguji Nama Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji: Prof.Dr.Didik Tamtomo, dr. MM.M.Kes.PAK ...................... NIP : 19480313 197610 1001 Sekretaris : Dr.Nunuk Suryani, M.Pd. ...................... NIP : Pembimbing I : Prof. Dr. Sri Anitah, MPd NIP :130345741 Pembimbing II Pancrasia Murdani K. dr, MHPEd NIP :1948051219799032001

Mengetahui :

Direktur PPs UNS, Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga, Prof. Drs. Suranto,MSc.,PhD Prof.Dr. Didik Tamtomo, dr.,MM.,M.Kes.,PAK NIP. 195708201985031004 NIP. 194803131976101001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya

Nama : Suprapti

NIM : S540809127

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PENGARUH PEMBERIAN

PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

DALAM PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN

PONOROGO adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan situnjukkan dalam daftar pustaka tersebut.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis

tersebut.

Surakarta, Pebruari 2010

Yang membuat pernyataan

Suprapti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, taufik serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Proposal Tesis dengan judul “ Pengaruh Pemberian Penyuluhan Pada Ibu

Meneteki Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Dalam Pemberian ASI di Puskesmas

Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Proposal Tesis ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

derajat Magister di Program Studi Kedokteran Keluarga Minat utama Pendidikan Profesi

Kesehatan Unversitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Proposal Tesis ini

banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr, SpKJ(K), selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh

Pendidikan Pascasarjana (S-2).

2. Prof. Drs. Suranto, MSc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Keehatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, MKes, PAK, selaku Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan

kepada penulis untuk menyelesaikan Proposal Tesis.

4. Pancrasia Murdani K, dr, MHPEd, selaku Koordinator Minat Utama Pendidikan

Profesi Kesehatan dan selaku Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan dan

dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal tesis serta yang telah

memberikan bimbingan secara optimal kepada penulis.

5. Prof. Dr. Sri Anitah, MPd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

secara optimal kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama

Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penulisan Proposal Tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan

kesempatan, dukungan, bantuan, dan bimbingan dalam menyelesaikan Proposal Tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Proposal Tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan dalam

perbaikan penyusunan Proposal Tesis ini.

Surakarta, Pebruari 2010

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM ..................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

ABSTRACT ........................................................................................................

xi

xviii

xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................

C. Tujuan Penelitian ......................................................................

D. Manfaat Penelitian ....................................................................

1

6

6

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ..............................................................................

1. Penyuluhan .........................................................................

8

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Pengetahuan ........................................................................

3. Sikap (Attitude) ...................................................................

4. ASI (Air Susu Ibu ) ............................................................

5. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) .................

6. Gizi Seimbang .......................................................................

B. Penelitian Yang Relevan ...........................................................

C. Kerangka Berfikir .....................................................................

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................

12

15

21

27

32

41

45

46

BAB III

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................

B. Metode Penelitian .....................................................................

C. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan

Sampel ......................................................................................

D. Kerangka Penelitian ..................................................................

E. Variabel Penelitain dan Definisi Operasional ...........................

F. Instrumen Penelitian .................................................................

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

H. Teknik Analisa Data .................................................................

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis ......................................................................

1. Data Umum ...................................................................

2. Data Khusus ..................................................................

B. Pembahasan .........................................................................

47

47

47

49

49

51

52

52

54

54

56

61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan / Hasil ..............................................................

B. Implikasi ..............................................................................

C. Saran ....................................................................................

69

69

70

DAFTAR PUSTAKA 71

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses Perubahan Sikap ............................................................. 18

Gambar 2. Kerangka Berfikir ...................................................................... 45

Gambar 3. Kerangka Penelitian ................................................................ 49

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Komposisi gizi MP-ASI dalam 100 gr. ...................................... 30

Tabel 2. Definisi Operasional pengetahuan dan sikap Ibu meneteki dalam

pemberian ASI ............................................................................

51

Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu meneteki. ........ 54

Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu

Meneteki ...........................................................................

55

Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu Meneteki ....... 55

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

dalam pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan. ...................

56

Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan. ....................

57

Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan

pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah

diberi penyuluhan pada ibu meneteki......................................

57

Tabel 9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dalam

pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan. ................................

58

Tabel 10. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dalam

pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan. ............................

59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 11. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan

sikap dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi

penyuluhan pada ibu meneteki. ...............................................

59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian Dari Puskesmas

Ponorogo Utara ...................................................................

73

Lampiran 2. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas ......... 74

Lampiran 3. Permuhonan Menjadi Responden ........................................ 75

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................ 76

Lampiran 5. Kisi-kisi Pengetahuan Ibu Meneteki dalam Pemberian ASI

.............................................................................................

77

Lampiran 6. Kisi-kisi Sikap dalam Pemberian ASI ................................. 78

Lampiran 7. Data Demografi / Data Umum ............................................. 79

Lampiran 8. Kuesioner Pengetahuan Ibu ................................................. 80

Lampiran 9. Kuesioner Sikap Ibu ............................................................ 82

Lampiran 10. Leaflet Air Susu Ibu .......................................................... 85

Lampiran 11. Leaflet Ibu Yang Menyusui Banyinya adalah ibu yang

bijaksana .............................................................................

87

Lampiran 12. Leaflet manfaat ASI dan ASI Ekslusif .............................. 89

Lampiran 13. Leaflet perawatan payudara ................................................ 91

Lampiran 14. Data Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ............................. 93

Lampiran 15. Data Pengetahuan Sesudah Penyuluhan .............................. 94

Lampiran 16. Data Sikap Sebelum Penyuluhan ......................................... 95

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 17. Data Sikap Sesudah Penyuluhan ......................................... 96

Lampiran 18. Output SPSS Frequencies .................................................... 97

Lampiran 19. Uji Validitas Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ................ 98

Lampiran 20. Uji Validitas Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ................. 100

Lampiran 21. Uji Validitas Sikap Sebelum Penyuluhan ............................ 101

Lampiran 22. Uji Validitas Sikap Sesudah Penyuluhan ............................ 108

Lampiran 23. Uji Reliabilitas Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ............. 114

Lampiran 24. Uji Reliabilitas Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ............. 115

Lampiran 25. Uji Reliabilitas Sikap Sebelum Penyuluhan ........................ 116

Lampiran 26. Uji Reliabilitas Sikap Sesudah Penyuluhan ......................... 117

Lampiran 27. Output SPSS Crosstabs Pengetahuan .................................. 118

Lampiran 28. Output SPSS Crosstabs Sikap .............................................. 119

Lampiran 29. Uji Chi-Square Sikap ........................................................... 120

Lampiran 30. Uji T-Test............................................................................. 122

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Suprapti, S540809127. 2010. Pengaruh Pemberian Penyuluhan pada Ibu Meneteki terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Pemberian ASI. Tesis. Surakarta: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar Belakang: Pengetahuan dalam pemberian ASI adalah tindakan seseorang ibu dalam memberikan ASI. Sedangkan sikap dalam pemberian ASI adalah reaksi atau respon seseorang ibu dalam memberikan ASI. Pengetahuan dan kesadaran ibu dalam pemberian ASI masih kurang sehingga cakupan ibu meneteki masih rendah. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis adakah pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif. Populasi penelitian ini adalah ibu meneteki yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo. Sampel penelitian adalah 30 orang dan diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner. Kemudian data ditabulasi dan diuji secara statistik menggunakan formula Uji T (T-Test) dengan taraf signifikansi 0,05. Validitas dan reliabilitas data diuji menggunakan formula Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 15.0. Hasil: Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah positif 30%, dan negatif 70%. Sesudah penyuluhan, pengetahuan dalam pemberian ASI adalah positif 90% dan negatif 10%. Selanjutnya, sikap dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah sebagai berikut: sangat setuju 13,3%; setuju 20%; ragu-ragu 20%; tidak setuju 43,3%; dan sangat tidak setuju 3,4%. Sesudah penyuluhan. sikap dalam pemberian ASI adalah sebagai berikut: sangat setuju 23,3%; setuju 63,3%; ragu-ragu 13,4%; tidak setuju 0%; dan sangat tidak setuju 0%. Hasil uji statistik untuk pengetahuan dengan nilai t = -5,899 (p 0,000 < 0,05), untuk sikap dengan nilai t = -4,743 (p 0,000 < 0,05). Jadi baik untuk pengetahuan maupun sikap artinya ho ditolak dan ha diterima. Simpulan: Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI. Untuk itu diharapkan agar ibu meneteki lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pemberian ASI Kata kunci: Penyuluhan, pengetahuan, sikap, dan pemberian ASI.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Suprapti, S540809127. The Effect of the Extension Administration to Breastfeeding Mothers on their Knowledge and Attitude on Breast milk Administration Thesis: The Graduate Program in Family Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta 2010.

Background: The knowledge of breast milk administration is an action done by breastfeeding mothers in breast milk administration. The attitude on breast milk administration is a reaction or a response of breastfeeding mothers in breast milk administration. The knowledge and the awareness of breastfeeding mothers in breast milk administration are still so low that the coverage of the breastfeeding mothers is low too. Objective: The objective of the research is to analyze whether there is an effect of the extension to breastfeeding mothers on their knowledge and attitude on breast milk administration. Method: This research used an analytical comparative research method. The population of the research was all of the breastfeeding mothers residing in the working area of Ponorogo Utara Community Health Center of Ponorogo regency. The samples of the research were 30 breastfeeding mothers and were taken by using a purposive sampling technique. The data of the research were gathered through questionnaire. The data were then tabulated and statistically tested by using formula T-test at the significance level of 0.05. The validity and the reliability of the data were tested by using Alpha Cronbach formula aided with the computer program of SPSS 15.0. Result: The results of the research are as follows: The knowledge of the breast milk administration prior to the extension according to the stipulated criteria is as follows: positive 30% and negative 70%. Following the extension the knowledge of the breast milk administration becomes as follows: positive 90% and negative 10%. Furthermore, the attitude of breast milk administration prior to the extension according to the stipulated criteria is as follows: strongly agree 13.3%; agree 20%; hesitate 20%; disagree 43.3%; and strongly disagree 3.4%. Following the extension, the attitude of the breast milk administration becomes as follows: strongly agree 23.3%; agree 63.3%; hesitate 13.4%; disagree 0%; and strongly disagree 0%. Statistic test result for knowledge with value t = - 5,899 ( p 0,000 < 0,05), for position with value t = - 4,743 ( p 0,000 < 0,05). To be well for knowledge and also position mean ho refused and ha is received. Conclusion: Based on the results of the analysis, a conclusion is drawn that there is a positive and significant effect of the extension to breastfeeding mothers on their knowledge and attitude on breast milk administration. Thus, the breastfeeding mothers are expected to improve their knowledge and attitude on the breast milk administration. Keywords: Extension, knowledge, attitude, and breast milk administration

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi dan anak membutuhkan perhatian khusus dari ibu, ayah serta orang

yang dipercaya untuk merawat, terutama pada masa pertumbuhan tiga tahun

pertama untuk mengembangkan potensi maksimal pada bayi masa kini (Roesli,

2004 : vii). Sesuatu yang terbaik tidak harus mahal bahkan bisa sebaliknya,

terbaik dan termurah. Air Susu Ibu ( ASI ) eksklusif terbaik untuk bayi karena

tidak hanya membuat anak lebih sehat tetapi juga lebih cerdas dan lebih

mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. ASI juga murah karena memang

gratis dari ibu (Roesli, 2004 : viii). ASI eksklusif dianjurkan pada 0-6 bulan

pertama kehidupan bayi. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa

makanan dan minuman lain. (Depkes RI, 2002 : 5). Untuk mencapai tumbuh

kembang optimal, didalam Global Strategy for Infant and Young Child

Feeding, WHO/UNICEP merekomendasikan empat hal penting yang harus

dilakukan yaitu: pertama memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30

menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau pemberian

ASI secara eksklusip sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga

memberikan makanan pendamping ASI ( MP ASI ) sejak bayi berusia 6 bulan

sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak

berusia 24 bulan. ( Depkes RI, 2006 : 2 ). Pemberian ASI sangat dianjurkan,

terlebih saat 4 bulan pertama, tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan yang

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan makanan padat. ( Buku Kesehatan,

2010 : 16 ).

Pemberian makanan dan minuman selain ASI pada bayi umur 0-6 bulan

dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu mencerna makanan

selain ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima makanan selain

ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi, dan

bahaya lain yang fatal (Depkes RI, 2003 : 32). Balita yang mengalami

kekurangan gizi atau yang tinggal dalam sanitasi yang tidak memadai akan

mempercepat kondisi lebih jelek seperti menurunnya daya imun sehingga

balita akan mudah terserang penyakit dan tumbuh kembang balita akan

terganggu (IPANI, 2006).

Di Indonesia maupun banyak negara yang sedang berkembang terjadi

lonjakan jumlah bayi dengan penderita gizi buruk dan gizi kurang. Salah satu

yang menjadi penyebab terjadinya adalah pemberian ASI yang kurang dari

kebutuhan bayi. Hasil penelitian di Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa

anak yang di beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tidak ada yang menderita

gizi buruk ketika mereka berusia 5 bulan (Depkes RI, 2002 : 2).

Hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dari jumlah

itu 40% kematian disebabkan karena diare dan ISPA. Penyakit tersebut dapat

dicegah dengan pemberian ASI eksklusif (Http://www.bkkbn.go.id),

sedangkan menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) hanya 48%

bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Dinas Kesehatan kabupaten Ponorogo tahun 2009 dari 12.700

bayi, hanya terdapat 5.449 (42,91%) yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini

menunjukkan rendahnya kesadaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif di

Kabupaten Ponorogo. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif paling

sedikit yang pertama yaitu di wilayah Puskesmas Ponorogo Utara sebanyak 51

bayi atau 11,26%, yang kedua yaitu wilayah Puskesmas Badegan sebanyak 52

bayi yaitu 11.35 % dan yang ketiga di wilayah Puskesmas Ngrayun sebanyak

61 bayi atau 12.21%.

Berdasarkan data maka Puskesmas Ponorogo Utara merupakan wilayah

yang menduduki rangking terendah, sehingga penelitian ini akan dilakukan di

wilayah tersebut. Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif

pada bayi 0-6 bulan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

kurangnya pengetahuan tentang cara pemberian ASI eksklusif yang

sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada

payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa

nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain (Soetjiningsih,1997:84).

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian ASI

eksklusif kepada bayi. Rendahnya pendidikan ibu juga menyebabkan berbagai

keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga serta

anaknya (Notoatmojo, 2003). ASI dan menyusui umumnya dianggap suatu hal

biasa yang tidak perlu dipelajari lagi. Padahal ASI khususnya ASI eksklusif

adalah suatu ilmu yang relative baru sehingga masih perlu dipelajari. Di lain

pihak penerangan tentang susu formula sangat bertubi – tubi, bahkan kadang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terdapat iklan yang menyesatkan. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi rasa

percaya diri ibu yang ingin memberikan ASI pada bayinya (Roesli, 2004 : ix).

Kurangnya pengertian dan keterampilan petugas kesehatan tentang

keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah

terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagi

pengganti air susu ibu (PASI), sehingga dewasa ini semakin banyak ibu

bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka (Depkes

RI, 2002 : 1).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat dipengaruhi oleh makanan

yang diberikan, dimana makanan bayi usia 0-6 bulan adalah terdiri dari ASI.

ASI mengandung zat gizi yang berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi atau anak, ASI juga

mengandung protein yang tinggi (Depkes RI, 2002 ). ASI mempunyai

kelebihan yang meliputi 3 aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek

kejiwaan berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan

mental dan kecerdasan anak. Pemberian ASI eksklusif disertai makanan lain

dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim

untuk mencerna makanan selain ASI (Depkes RI, 2003: 33), namun pada

kenyataannya masih banyak ibu rumah tangga yang memberikan makanan

selain ASI pada usia kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat menurunkan konsumsi

ASI dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau diare. Kegagalan

pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan berkurangnya jumlah sel – sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

otak bayi sebanyak 15-20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan

bayi pada tahap selanjutnya (Depkes RI, 2003 : 34).

Dalam rangka menanggulangi dampak krisis ekonomi terhadap status

kesehatan dan gizi pada keluarga miskin, berbagai langkah dan upaya terus

menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu upayanya

adalah peningkatan pengetahuan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif

pada bayi 0-6 bulan melalui penyuluhan kesehatan, sehingga diharapkan

dengan adanya peningkatan pengetahuan ibu maka terjadi peningkatan tumbuh

kembang secara optimal. Untuk itu diperlukan peran serta kader dan tenaga

kesehatan lainnya untuk memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI

eksklusif yang baik dan benar pada masyarakat tersebut.

Berdasarkan masalah diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian

penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam

pemberian ASI di Puskesmas Ponorogo Utara kabupaten Ponorogo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap

pengetahuan dalam pemberian ASI?

2. Adakah pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap sikap

dalam pemberian ASI?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki

terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki

terhadap pengetahuan dalam pemberian ASI.

b. Mengidentifikasi pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki

terhadap sikap dalam pemberian ASI.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menilai seberapa jauh pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu

meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI di Puskesmas

Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan

strategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya

peningkatan sikap ibu meneteki dalam pemberian ASI melalui suatu

pengarahan, penyuluhan atau seminar sebagai upaya peningkatan pemberian

ASI.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Bagi Responden

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu

tentang pemberian ASI yang baik dan benar.

c. Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini peneliti dapat mengetahui adakah pengaruh

pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap

dalam pemberian ASI.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1.Penyuluhan

a.Pengertian

Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang meliputi upaya – upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif) untuk

mengembalikan serta merubah kembali perilaku individu, keluarga

dan kelompok masyarakat. Pelayanan kesehatan ini diberikan dengan

lebih menekankan kepada upaya promotif dan preventif dengan tidak

melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Penyuluhan kesehatan

adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan

pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar,

tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran

yang ada hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 1998 : 17).

b.Tujuan Penyuluhan

Menurut WHO dalam Notoatmojo (1997) tujuan dari

penyuluhan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau

masyarakat di bidang kesehatan.

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c.Manfaat Penyuluhan

1). Sebagai sumber informasi

2). Sebagai sumber pengetahuan.

d.Metode Penyuluhan

1).Metode Didaktif

Metode ini yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan

kesehatan sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan

kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapat dan pertanyaan.

Proses penyuluhan ini bersifat satu arah (one way method), yang

termasuk dalam metode ini adalah secara langsung (ceramah), secara

tidak langsung : poster, media cetak, media elektronik.

2).Metode Sokratik

Sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga

mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar (metode dua arah).

Yang termasuk dalam metode ini adalah secara langsung (diskusi,

curah pendapat, simulasi), secara tidak langsung : via telepon, satelit

komunikasi.

( Notoatmodjo, 2005 )

e.Sumber Belajar dan Waktu Yang dibutuhkan

1).Sumber Belajar yang dibutuhkan

a).Materi penyuluhan

b).Leaf leat

2)..Waktu yang dibutuhkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Waktu yang dibutuhkan adalah ± 60 menit

a).Penyajian materi ± 30 menit

b).Sesion tanya jawab ± 30 menit

f.Faktor Yang Mempengaruhi keberhasilan Penyuluhan

Menurut Effendi, N (1998), faktor yang mempengaruhi penyuluhan

antara lain:

1).Faktor Penyuluh

a).Kurang kesiapan

b).Kurang penguasaan materi

c).Penampilan kurang menyakinkan

d).Bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran,

banyak menggunakan istilah asing.

e).Intonasi suara terlalu kecil.

f).Penyampaian materi penyuluhan monoton.

2).Sasaran

a).Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima

pesan yang disampaikan.

b).Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak

begitu memperhatikan pesan yang disampaikan.

c).Kepercayaan dan adat istiadat yang sudah tertanam

sehingga sulit dirubah.

g.Teknik Penyuluhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1).Penyuluhan perorangan dengan tatap muka.

2).Penyuluhan kelompok

3).Penyuluhan disertai peragaan.

h.Komponen Penyuluhan

1).Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan

:

a).Penyuluhan kesehatan masyarakat.

b).Peningkatan Gizi.

c).Pemeliharaan kesehatan perseorangan.

2).Preventif

Upaya preventif ditujuan untuk mencegah terjadinya penyakit

dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat, melalui kegiatan :

a).Imunisasi masal terhadap bayi dan anak balita serta ibu

hamil.

b).Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui

posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah.

c).Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu,

puskesmas ataupun di rumah.

d).Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan

menyusui.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3).Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota

keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah

kesehatan melalui kegiatan

4).Rehabilitatif

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang

dirawat di rumah maupun terhadap kelompok tertentu yang

menderita penyakit yang sama.

2.Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan merupakan fungsi dan sikap. Menurut fungsi ini manusia

mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan

untuk mengorganisaaikan pengalamanya. Unsur-unsur pengalaman yang

semula tidak konsisten dengan yang diketahui individu akan disusun,

ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu

pengetahuan yang konsisten. Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu

yang diperoleh dari berbagai informasi dan berbagai sumber. Pengetahuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperoleh dari pendidikan yang direncanakandan tersusun secara baik,

maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Pendidikan yang

direncanakan diperoleh melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan-

pendidikan formal, sedangkan informasi yang tersusun secara baik melalui

membaca surat kabar, majalah, pembicaraan sehari-hari dengan teman dan

keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi dan berdasarkan

pengalaman diri (Mantra, 1993). Kunci untuk menguji pengetahuan

melalui berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai dengan

pengetahuan yang akan diikuti dengan pernyataan-pernyataan tentang

bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simon-Morton et

al, 1995)

Tingkat Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yakni :

a.Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari suatu

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya;

b.Memahami (comprehension)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar;

c.Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya);

d.Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut masih ada kaitannya satu sama lain;

e.Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru atau suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi

yang ada;

f.Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2005).

3.Sikap (Attitude)

a.Pengertian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003 : 130).

Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu.

b.Komponen Pokok Sikap

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

c.Tingkatan Sikap

1).Menerima (Receiving). Menerima diartikan bahwa orang

(subyek) mau dan memperhatikan yang diberikan (obyek).

2).Merespons (Responding). Memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

3).Menghargai (Valuing). Mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4).Bertanggung jawab (Responsible). Bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

d.Praktek atau Tindakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi sesuai perbuatan nyata

diperlukan faktor atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

adalah fasilitas.

Tingkat – tingkat praktik :

1) Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2) Respon terpimpin (Guided response). Dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme (Mecanism). Seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.

4) Adopsi (Adaptation). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan

yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2003 : 127-

128).

e.Perubahan Sikap

1).Pengertian

Perubahan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Perubahan sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut

(Azwar, 2005 : 5).

2).Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sikap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Faktor Sumber : Keahlian, dapat dipercaya, disukai, status, ras,

agama

b) Faktor Pesan : urutan argumentasi, satu sisi atau dua sisi, tipe

daya tarik, kesimpulan

c) Faktor Subjek Penerima, kemudahan dibujuk, sikap semula,

harga diri, kepribadian.

3).Komponen Perubahan Sikap

d) Adanya stimulus

e) Adanya perhatian

f) Adanya pemahaman

g) Adanya penerimaan

h) Respons

4) Proses Perubahan Sikap

Gambar 1. : Proses Perubahan Sikap ( Azwar, 2005 ).

STIMULUS

Perhatian Pemahaman Penerimaan

Respon (Perubahan Sikap)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bahwa perhatian dan pemahaman subjek terhadap komunikasi

atau pesan yang disampaikan akan menentukan apa yang akan

dipelajari oleh subjek mengenai isi pesan (stimulus), sedangkan

proses lain dianggap menentukan apakah isi yang dipelajari itu

akan diterima atau diadopsi oleh subjek atau tidak ( Azwar, 2005

).

f.Sikap dalam Pemberian ASI

Ibu adalah orang perempuan yang telah melahirkan seseorang atau

seorang perempuan yang sudah memiliki anak, ibu adalah sebutan

untuk wanita yang sudah bersuami (Daryanto, 1997 : 272). Meneteki

adalah menyusui bayi. Jadi pengertian ibu meneteki adalah seorang

perempuan yang telah melahirkan seseorang dan menyusuinya sejak

bayi itu lahir dari usia 0 bulan.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak ada

satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI

mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek yaitu aspek gizi, aspek

kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang yang

penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI,

2003 : 33).

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu sedini mungkin setelah

persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Hubertin,

2004:3). ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan

padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim

(Roesli, 2004 : 3). Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan

untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin

sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan ia harus mulai

diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli,

2004 : 3). Agar pemberian ASI ekslusif dapat berhasil selain tidak

memberikan susu formula perlu pula diperhatikan cara menyusui yang

baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin,

termasuk menyusui pada malam hari (Depkes RI, 2003:34).

g.Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI

1).Pengaruh Kebiasaan Yang Kurang Baik

Pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan atau

minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada

hari – hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut

antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan

kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk

merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan bayi pada

payudara ibu (Depkes RI, 2002 : 1).

2).Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tingkat pengetahuan ibu sangat mempengaruhi dalam

pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui yang kurang mengerti

tentang fungsi dari kolostrum sehingga masih banyak dijumpai ibu

yang tidak memanfaatkan kolostrum (ASI yang keluar pada hari

pertama), karena dianggap tidak baik untuk makanan bayi, susu

basi.. Selanjutnya pemberian makanan pendamping ASI diberikan

tidak tepat waktu (terlalu dini atau terlalu lambat) serta tidak

mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya (Depkes RI, 2002 :

1-2).

3).Sikap Petugas Kesehatan

Sikap petugas kesehatan dari berbagai tingkat pelayanan petugas

kesehatan yang kurang mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

dan konsep baru tentang pemberian ASI serta hal yang

berhubungan dengan ibu hamil, menyusui dan bayi baru lahir.

Hasil penelitian di Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa 76%

dari ibu menyusui memakai susu formula karena dianjurkan oleh

petugas kesehatan, 21% ibu melihat iklan susu formula di Rumah

sakit, 19,5% di praktek klinik swasta dan 19,5% di Puskesmas

(Depkes RI, 2002:2).

4.ASI (Air Susu Ibu)

a.Kandungan ASI

1).Kolostrum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari – hari pertama

setelah kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental

karena mengandung banyak vitamin A yang tinggi karbohidrat

dan rendah lemak. Kolostrum juga mengandung protein dan zat

kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit

infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin A, E, K serta

beberapa mineral seperti natrium dan Zn. Kolostrum membantu

pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang berwarna hitam

kehijauan (Depkes RI, 2002 : 4-6).

ASI yang dikeluarkan pada 7 hari pertama setelah bayi lahir

disebut kolostrum. Kolostrum sangat baik diberikan pada bayi

baru lahir karena mengandung banyak anti bodi dan sel dara

putih, serta vitamin A yang diperlukan bayi karena dapat

memberikan perlindungan terhadap infeksidanalergi

(http://gudangmakalah.blokspot.com/2009/02/makalah-

pentingnya-peran-asi-bagi-bayi.html )

2).Taurin, DHA dan AA

Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam

ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai

neuro-tranmitter dan berperan penting untuk maturasi sel otak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Decosahexanoic (DHA) dan Arachidonic (AA) adalah asam lemak tak

jenuh rantai panjang (Polyunsaturated fatty-acids) diperlukan untuk

pembentukkan sel – sel otak yang optimal. DHA dan AA yang terdapat

dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan

dan kecerdasan anak dikemudian hari. Disamping dapat diperoleh

secara langsung, DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk atau

disintesa dari substansi pembentuknya (precursomnya) yaitu masing –

masing dari Omega 3 (Asam linolenat) dan omega 6 (Asam linoleat)

3).Immunoglobulin

Terutama immunoglobin (Ig.A), kadarnya lebih tinggi dalam

kolostrum dibandingkan ASI.

a).Laktoferin

Sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan

dalam ASI yang meningkat zat besi (ferum) di saluran

pencernaan.

b).Sel Darah Putih

Selama 2 minggu pertama ASI mengandung lebih dari 4000

sel per mil.

c).Faktor Bifidus

Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang

pertumbuhan bakteri lactobasilus bifidus. Bakteri ini menjaga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keasaman flora usus bayi dan berrguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi menjadi

bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yang terdapat

dalam susu botol.

b.Manfaat ASI

1).Bagi Bayi, ASI :

a).Sebagai nutrisi

b).Meningkatkan kecerdasan.

c).Meningkatkan daya tahan tubuh.

d).Mudah dicerna.

e).Mengandung zat gizi berkualitas tinggi, berguna untuk

kecerdasan dan pertumbuhan.

f).Mengandung zat kekebalan, melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi.

g).Selalu aman dan bersih.

h).Tidak pernah basi.

i).Mempunyai suhu yang tepat, dapat langsung diminumkan.

j).Menghindarkan bayi dari alergi dan diare.

k).Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.

2).Bagi Ibu

Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin

sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan

perdarahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C.Alasan mengapa ibu tidak menyusui secara eksklusif.

1).ASI Tidak Cukup

Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu

untuk tidak memberikan ASI secara ekslusif. Walaupun banyak

ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2

5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya

selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup

untuk bayinya.

2).Ibu Bekerja Dengan Cuti Hamil Tiga Bulan

Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif,

karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah

sehari sebelumnya.

3).Takut Ditinggal Suami

Dari sebuah survey yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 terhadap ibu se

jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti

memberikan ASI pada anaknya adalah takut ditinggal suami. Ini

semua karena mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah

bentuk payudara menjadi jelek. Sebenarnya mengubah bentuk

payudara adalah kehamilan bukan menyusui.

4).Tidak Diberi ASI Tetap Berhasil “Jadi Orang”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar,

bahkan mungkin berhasil “Jadi Orang”, namun kalau bayi ini diberi

ASI eksklusif akan lebih berhasil.

Bukan tanpa alasan kalau para ahli menamakan ASI sebagai

“darah putih”. Air susu ibu bukan sekedar makanan, ASI merupakan

cairan hidup yang lebih menyerupai darah. Cairan yang mengandung

sel darah putih, zat kekebalan, hormone, faktor pertumbuhan,

vitamin, air, protein, bahkan zat yang dapat membunuh bakteri dan

virus.

5).Bayi Akan Tumbuh Menjadi Anak Yang Tidak Mandiri Dan

Manja.

Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena

terlalu sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh

menjadi kurang mandiri, manja dan agresif karena kurang perhatian

bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua.

6).Susu Formula Lebih Praktis

Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula

diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus

steril dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru

dibuat. Sementara itu ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat

setiap saat serta tidak memerlukan api atau listrik dan perlengkapan

yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula.

7).Takut Badan Tetap Gemuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat

badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah

mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan

bukti bahwa menyusui akan membantu ibu – ibu menurunkan berat

badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.

Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan

untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan

lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

d.Dampak Yang Dialami Bayi Bila Tidak Di Beri ASI.

1).Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar

mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena

ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI (WHO dalam

Depkes RI 2002 : 2).

2).Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan berkurangnya

jumlah sel – sel otak bayi sebanyak 15-20%, dari yang seharusnya

sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap

selanjutnya (Depkes RI 2003 : 34).

3).Pemberian makanan dan minuman selain ASI pada bayi umur 0-6

bulan dapat membahayakan, karena bayi belum mampu mencerna

makanan selain ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima

makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi

seperti diare, alergi, dan bahaya lain yang fatal (Depkes RI, 2003 : 32).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5.Makanan Pendamping Air Sisu Ibu ( MP-ASI)

a.Definisi

Makanan bayi usia 6-11 bulan adalah terdiri dari Air Susu ibu

(ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan dan

minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi usia 6-11

bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI,

2006)

MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air

Susu Ibu (ASI) kepada bayi 6-11 bulan untuk untuk memenuhi

kebutuhan gizinya (Depkes RI, 2003).

b.Jenis MP-ASI

1) MP-ASI Lokal

Menurut Depkes RI (2006) MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang

diolah dirumah tangga atau diposyandu, terbuat dari bahan makanan

yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau

oleh masyarakat dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsums

sasaran.

Kandungan gizi adalah jumlah zat gizi terutama energi dan

protein yang harus ada di dalam MP-ASI lokal setiap hari yaitu

sebesar 250 kalori, 6-8 gram protein untuk bayi usia 6-12 bulan.

Beberapa persyaratan pembuatan MP-ASI adalah bahan makanan

mudah diperoleh, mudah diolah harga terjangkau, dapat diterima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sasaran dengan baik, kandungan zat gizi memenuhi kecukupan gizi

sasaran, mutu protein dapat memacu pertumbuhan fisik (protein

Eficiency Ratio/PER lebih besar atau sama dengan 70% mutu casein,

setara dengan >1,75).

Jenis MP-ASI disesuaikan dengan umur sasaran adalah bebas

dari kuman penyakit, pengawet, pewarna dan racun, memenuhi nilai

sosial, ekonomi, budaya dan agama.

Selain itu beberapa zat gizi yang terkait erat dengan tumbuh

kembang anak yang perlu diperhatikan adalah kepadatan energi

(Densitas), protein dan lemak.

2) MP-ASI Instans

Menurut Depkes RI (2003) MP-ASI instans adalah makanan

bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi usia 6-11 bulan

untuk memenuhi kecukupan gizinya. MP-ASI dapat segera

dikonsumsi dengan cara menambahkan air matang.

Spesifikasi teknis MP-ASI untuk bayi 6-11 bulan :

a) Bahan

MP-ASI terbuat dari campuran beras, kedelai, gula, minyak

nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah

dengan penyedap rasa dan aroma (flafour).

Bahan yang digunakan harus berkualitas baik, bebas dari

bahan-bahan asing dan bahan yang menggangu kesehatan,

kerusakan oleh serangga dan kontaminasi jamur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Komposisi gizi dalam 100 gram.

Tabel 1 : Komposisi gizi MP-ASI dalam 100 gram

NO ZAT GIZI KADAR SATUAN

1 Energi 360-460 kkal 2 Protein (kualitas

protein tidak kurang dari 70% kasein

15-20 gram

3 Lemak (kadar asam lenoleat min.300mg/100kkal

10-15 gram

4 Karbohidrat -Gula (sukrosa) -Serat

10-15 Maks.5

gram gram

5 Vitamin A 250-350 re 6 Vitamin D 7-10 ug 7 Vitamin E 3-4 mg 8 Vitamin K 7-10 mg 9 Thiamin 0.3-0.4 mg

10 Riboflavin 0.3-0.5 mg 11 Niasin 2.5-3.8 mg 12 Vitamin B12 0.06-0.1 ug 13 Asam folat 22-32 ug 14 Vitamin B6 0.4-0.6 mg 15 Asam pentotenat 1.5-2.1 mg 16 Vitamin C 25-35 mg 17 Besi 10-12 mg 18 Kalsium 300-400 mg 19 Natrium 240-400 mg 20 Seng 5-6 mg 21 Iodium 50-70 ug 22 Fosfor 200-250 mg 23 Selenium 13-15 ug 24 Air Maks.4 gram

c) Karakteristik Produk

Bentuk MP-ASI berbentuk serbuk dengan distribusi partikel

95% lolos uji penyaringan 600 micrometer, dan 100% lolos uji

penyaringan 1000 micrometer.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Konsistensi MP-ASI bila dicampur dengan air akan

menghasilkan bubur halus tanpa gumpalan dengan kekentalan

yang memungkinkan pemberian dengan sendok.

Rasa MP-ASI mempunyai rasa yang sesuai misalnya: rasa

pisang, madu dan vanilla.

Kadaluwarsa MP-ASI aman dikonsumsi dalam waktu 12

bulan setelah tanggal produksi.

d) Pengolahan

Pengolahan MP-ASI harus sesuai dengan Keputusan

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :

02665/B/SK/VII/91 tentang cara Produksi Makanan Bayi dan

Anak.

Proses pengolahan menggunakan teknologi tinggi guna

memperoleh MP-ASI berkualitas.

e) Keamanan

Bebas dari mikro organisme patogen, bebas dari cemaran

logam, bebas dari bahaya toksin.

f) Kemasan dan Label

Jenis kemasan MP-ASI : metalized plastic, berat bersih tiap

kemasan 200 gram atau 100 gram, setiap 24 kemasan atau 28

kemasan 100 gram dikemas lagi dalam satu kotak karton,

pelabelan harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.69

Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

g) Pengujian

Pengujian yang dimaksud disini adalah untuk keperluan

penawaran harga. Pengujian dilakukan terhadap komposisi gizi

minimal energi, lemak, mutu protein, air, vitamin A, zat besi,

iodium, seng, asam folat, dan terhadap keamanan produk antara

lain Total plate Count (TPC) dan Caliform. Pengujian dilakukan

juga terhadap indeks urease (tidak lebih dari 0.2 pH unit) dan

trypsin inhibitor activity (tidak lebih 8.0 ppm).

6.Gizi Seimbang

a.Konsep Dasar Gizi Seimbang

Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzali” yang artinya makanan

dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzali juga dapat di artikan sari

makanan yang manfaatnya untuk kesehatan. Ilmu gizi adalah ilmu

yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya

agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal.

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan

kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis

kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil,

menyusui.

Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang

memerlukan 5 kelompok gizi dalam jumlah cukup, tidak berlebihan

dan juga tidak:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Karbohidrat

2) Protein

3) Lemak

4) Vitamin

5) Mineral

Di samping itu manusia, manusia memerlukan air dan serat untuk

memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok

zat gizi tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45

jenis zat gizi.

Peranan berbagai kelompok bahan makanan secara jelas tergambar

dalam logo seimbang yang berbentuk kerucut (Tumpeng). Dalam logo

tersebut bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat

gizi yang dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah “Tri Guna

Makanan”.

1) Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta

tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut.

2) Sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buahan digambarkan

pada bagian tengah kerucut.

3) Sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan, makanan hewani,

dan hasil olahan, digambarkan pada bagian atas kerucut.

b.Ada 13 Pesan Gizi Seimbang

Untuk menanggulangi masalah gizi ganda, yakni “gizi kurang”

dan “gizi lebih”, membiasakan mengonsumsi hidangan sehari-hari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan susunan zat gizi yang seimbang. Untuk maksud tersebut, ada

13 Pesan Dasar Gizi Seimbang:

1) Makanlah Aneka Ragam Makanan

Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi,

yang mampu membuat seseorang tumbuh untuk hidup sehat,

tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu

mengonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi umur 0-6 bulan

yang cukup hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja.

2) Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup

mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan

sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga, berekreasi,

kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat

dipenuhi dengan mengonsumsi sumber karbohidrat, protein dan

lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh

berat badan yang normal.

3) Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah dari

Kebutuhan Energi

Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu Karbohidrat

kompleks dan karbohidrat sederhana. Makanan sumber

karbohidrat kompleks adalah padi-padian(beras, jagung, gandum);

Umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang); dan makanan lainya

seperti tepung, sagu, dan pisang. Sedangkan gula, sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi

gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi

lain.

4) Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari

Kecukupan Energi

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna

untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan

vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya

makanan.

Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3

golongan, yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh

ganda yang mudah dicerna, lemak yang mengandung lemak tak

jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung

asam lemak jenuh yang sulit dicerna.

Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan

tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali

minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya

berasal dari hewani.

Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari

kebutuhan energi seyogyanya menggunakan lemak dan minyak

nabati, karena minyak nabati mudah dicerna oleh tubuh.

5) Gunakan Garam Beryodium

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan

KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm.

Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar

di Indionesia harus menggandung yodium. Kebijaksanaan ini

berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia. GAKI merupakan

masalah gizio yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit

gondok dan kretin. Kekurangan yodium dalam makanan sehari-

hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.

Indonesia saat ini diperkirakan kehilangan 140 juta I.Q point

akibat GAKY.

6) Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses

pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh

dari makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari

secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau

yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.

Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh

wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada

umumnya, karena fungsi kodrati.

Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan

kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan

utama untuk memenuhi Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati hanya

diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal

hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi Fe

pangan asal hewani (haeme) lebih mudah diserap daripada zat besi

pangan asal nabati (non haeme).

7) Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai Umur 6 Bulan dan

Tambahkan MP-ASI Sesudahnya

Air Susu Ibu (ASI) adalah Makanan terbaik untuk bayi. Tidak

ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena

ASI mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek, yaitu : aspek

gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih

sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan

anak.

8) Biasakan Makan Pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang.

Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,

mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan

produktivitas kerja. Bagi anak sekolahan, makan pagi dapat

meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap

pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

9) Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan

bebas kuman. Untuk mendapatkanya, air minum harus di didihkan

terlebih dahulu.

Fungsi air dalam tubuh adalah :

a) Melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh

b) Mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh

c) Mengatur suhu tubuh

d) Melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil

Untuk memenuhi fungsi tersebut diatas, cairan yang

dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurang-

kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari.

Selain itu, mengonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi

atau kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan resiko

penyakit batu ginjal.

10) Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur

Aktivitas fisik bermanfaat bagi setiap orang. Karena dapat

meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan.,

meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat

proses penuaan.

11) Hindari Minum Minuman Beralkohol

Seseorang yang minum minuman beralkohol akan sering

buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Alkohol hanya

mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kebiasaan minum minuman alkohol dapat mengakibatkan :

a) Terhambatnya proses penyerapan zat gizi.

b) Hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut

mengonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup.

c) Kurang gizi

d) Penyakit gangguan hati

e) Kerusakan saraf otak dan jaringan

12) Makanlah Makanan yang Aman Bagi Kesehatan

Selain harus bergizi lengkap dan seimbang makanan harus

juga layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan

yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan

kimia berbahaya, serta tidak bertentangan dengan keyakinan

masyarakat.

Makanan yang tidak bertentangan dengan keyakinan atau

norma agama dikenal dengan istilah ”halal”.

13) Bacalah Label Pada Makanan yang Dikemas

Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang

isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat

gizi, tanggal kadaluarsa dan keterangan penting lain. Air minum

dalam kemasan, yang banyak beredar di pasaran, telah diproses

sesuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-syarat

kesehatan. Peraturan perundang-undangan menetapkan, bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan

keterangan pada label.

Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara

lain :

- MD = Makanan yang dibuat di dalam negeri

- ML = Makanan luar negeri (import)

- E & P = Tanggal kadaluarsa

- SNI = Standar Nasional Indonesia

- SP = Sertifikat Penyuluhan

( Depkes RI, 2003 ).

B. Penelitian Yang Relevan

1. Peneliti Universitas McGill tahun 2008 di kanada, menemukan bahwa bayi

yang mendapat ASI memiliki hasil lebih baik pada tes IQ. Al-Quran telah

memerintahkan ibu menyusui ASI cukup lama..

2. Kepala penelitian Profesor Michael Kramer tahun 2008, mengatakan

‘Memberi ASI secara eksklusif dalam jangka panjang tampaknya

mempertajam pengembangan daya pikir anak”. Tetapi dia menambahkan

“Meski perbedaan itu terlihat, masih belum jelas apakah keuntungan yang

kami amati dari ASI itu disebabkan oleh zat yang terdapat didalam air susu

ibu atau terkait dengan kedekatan hubungan fisik dan social antara ibu dan

bayi dalam proses menyusui”. Kandungan asam lemak (fatty acid) di dalam

ASI diduga meningkatkan kecerdasan, tetapi laporan itu mengatakan aspek

kedekatan fisik dan batin dalam proses menyusui mungkin mendorong

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perubahan permanent pada otak bayi yang sedang berkembang. Para

peneliti juga mengatakan menyusui bayi mungkin meningkatkan interaksi

dengan kata – kata dari ibu ke anak, yang bisa membantu pengembangan

kemampuan otak bayi. Namun Profesor Karmer mengatakan pemberian

ASI harus terus digiatkan.

3. Sementara WHO, peneliti dan pegiat HAM baru mengusulkan dan

mendesak memberikan ASI kepada anak, Islam telah menyatakan ini lebih

dari 1400 tahun. Setidaknya ini tertulis dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:

233 yang berbunyi, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama

dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara

ma’ruf (Hidayatullah, 1990).

4. Para ilmuwan Universitas Bristol tahun 2002, mengungkap bahwa di

antara manfaat ASI jangka panjang adalah dampak baiknya terhadap

tekanan darah, yang dengannya tingkat bahaya serangan jantung dapat

dikurangi. Kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perlindungan

yang diberikan ASI disebabkan oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil

penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran Circulation, bayi

yang diberi ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit jantung.

Telah diungkap bahwa keberadaan asam-asam lemak tak jenuh berantai

panjang (yang mencegah pengerasan pembuluh arteri), serta fakta bahwa

bayi yang diberi ASI menelan sedikit natrium (yang berkaitan erat dengan

tekanan darah) yang dengannya tidak mengalami penambahan berat badan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berlebihan, merupakan beberapa di antara manfaat ASI bagi jantung..

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat meningkatkan

kegiatan penyuluhan baik kwantitas maupun kwalitas. Bagi peneliti ingin

menindaklanjuti penelitian ini diharapkan melakukan uji validitas

kuesioner. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas SDM bukan

hanya pada manusia yang produktif, tetapi harus dimulai sedini mungkin,

yaitu sejak bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting adalah

pemberian ASI dan kolostrum. Selama ini masyarakat belum tahu benar

akan pentingnya ASI dan kolostrum. Diharapkan dengan pengetahuan yang

baik para ibu-ibu bisa ASI dan kolostrum pada bayi secara optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu

menyusui tentang ASI dan kolostrom di IRNA Brawijaya BRSD Kepanjen.

Adapun pengambilan sampel menggunkan teknik purposive sampling

dengan jumlah sampel 30 orang. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 23-

28 September 2002 dengan jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan

menggunakan metode pengambilan sampel dengan angket tertutup.

5. Puskesmas Batua Kecamatan Manggala tahun 2002 melakukan penelitian

dengan hasil, terlihat bahwa responden yang memberikan ASI Eksklusif

sebanyak 43 responden (71,7%). Alasan utama responden memberikan ASI

Eksklusif adalah karena ASI lebih ekonomis sebanyak 12 orang (27,9%),

anak lebih sehat sebanyak 28 orang (65,1%) dan karena pengalaman

pengasuhan sebelumnya sebanyak 3 orang (7%). Dari hasil penelitian ini

juga terlihat bahwa responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebanyak 17 responden (28,3%). Alasan utama responden tidak

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah bayi menolak ASI

sebanyak 6 orang (35,3%) karena sebagian responden ada yang memiliki

kelainan pada puting susunya misalnya puting besar, puting masuk

kedalam sehingga bayi merasa tidak nyaman untuk menyusu pada Ibunya,

disamping itu sebelum memberikan ASI pada bayi, Ibu terlebih dahulu

sudah memberikan makanan pralakteal kepada bayinya berupa susu

formula, madu dan air tajin sehingga bayi merasa bingung puting, yang

akhirnya menyebabkan kedudukan ASI tergantikan. Alasan lain adalah

pengaruh iklan sebanyak 6 orang (35,3%), Semakin baik akses Ibu

terhadap media, maka semakin besar peluang Ibu untuk tidak memberikan

ASI Eksklusif. Hal ini bisa dipahami karena umumnya informasi tentang

ASI sangat minim sekali, sebaliknya informasi tentang susu formula sangat

mendominasi. Sedangkan yang memiliki alasan karena faktor ibu bekerja

yakni sebanyak 5 orang (29,4%). Adapun jenis pekerjaan ibu bervariasi

yakni bekerja sebagai pegawai negeri (1,7%), pegawai swasta (3,3%),

wiraswasta (30%) dan pedagang (1,7%).

C. Kerangka Berfikir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam penelitian ini digunakan kerangka berfikir berdasarkan pendekatan

system secara detail dijelaskan pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Kerangka Berfikir

: Diteliti : Tidak diteliti

Berdasarkan gambar 2. diatas dapat di jelaskan bahwa dalam penyuluhan

pada ibu meneteki diharapkan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap

dalam pemberian ASI dimana pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI

tersebut dipengaruhi oleh dorongan orang lain, pendidikan formal dan

Penyuluhan

Pengetahuan Sikap

1. Dorongan orang lain 2. Pendidikan formal 3. Pendidikan non formal (dari

Nakes, media massa dan lain-lain

Cakupan ibu meneteki

Ibu meneteki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pendidikan non formal ( dari tenaga kesehatan, teman, keluarga, media massa

dan lain-lain ) sehingga cakupan ibu meneteki dapat meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap

pengetahuan dalam pemberian ASI.

2. Ada pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap sikap

dalam pemberian ASI.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ponorogo Utara pada bulan

Juni - Desember 2010

B. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

analitik komparatif. Rancangan analitik komparatif adalah Rancangan yang

difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada

kelompok subjek tanpa adanya suatu perlakuan / rekayasa dari peneliti

(Nursalam, 2003 : 85).

Dalam penelitian ini akan memaparkan tentang pengaruh pemberian penyuluhan

pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI.

C. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Tehnik Pengambilan Sampel.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang meneteki di wilayah kerja

Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo sebanyak 300 orang.

47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian ibu meneteki di wilayah kerja Puskesmas Ponorogo Utara yang

memenuhi kriteria sampel

Kriteria inklusi responden adalah :

a. Ibu meneteki yang berusia 20 – 35 tahun.

b. Ibu meneteki yang memiliki bayi usia 0-24 bulan.

c. Dapat berkomunikasi dengan baik.

d. Bersedia menjadi responden

3. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan objek

penelitian. Untuk besar populasi < 1000 maka penentuan jumlah sampel

adalah 10-20% dari jumlah populasi. Sehingga sampel yang digunakan

adalah 30 responden.

4. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling).

Teknik pengambilan sampel adalah proses menyeleksi populasi yang

dapat mewakili populasi yang ada. Sampling dalam penelitian adalah

Purposive Sampling. Purposive sampling adalah merupakan metode

penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. (

Sugiyono, 2006 : 61 ).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Kerangka Penelitian

Gambar 3. Kerangka Penelitian

E. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas, yaitu pemberian penyuluhan pada ibu meneteki

b. Variabel terikat, yaitu pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI

c. Variable perancu :

1) Dukungan keluarga

2) Dukungan petugas kesehatan

Populasi Sasaran 300 ibu menetei

Populasi Sampel 30 sampel

Pengetahuan Sikap

Kuesioner Kuesioner

Analisa Data: 1. Uji T (T-Test) 2. Program SPSS

Kesimpulan

Kriteria Iklusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Umur

4) Pekerjaan

5) Pendidikan

6) Pendapatan keluarga

7) Paritas

8) Kondisi fisik dan mental ibu

9) Promosi susu formula

10) Sosial Budaya

11) Sarana Prasarana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional pengetahuan dan sikap Ibu meneteki dalam pemberian ASI.

No Variable

Penelitian Definisi

Operasional Parameter Alat Ukur Skala

1.

2.

Pengetahuan ibu meneteki dalam pemberian ASI. Sikap ibu meneteki dalam pemberian ASI

Pengetahuan ibu meneteki dalam pemberian ASI kepada bayi yang seharusnya pada usia 0-24 bulan. Sikap ibu meneteki dalam pemberian ASI kepada bayi yang seharusnya pada usia 0-24 bulan.

Pemberian ASI pada bayi yang seharusnya pada usia 0-24 bulan, meliputi faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong

Kuesioner

Kuesioner

Soal positif skor 1 = ya, skor 0 = tidak Soal negatif skor 1 = tidak, skor 0 = ya Skala Nominal. Pernyataan favorable = Skor 5 = SS Skor 4 = S Skor 3 = RR Skor 2 = TS Skor 1 = STS Pernyataan unfavorable adalah sebaliknya. Skala Likert

F. Instrmen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner

yang diberikan kepada responden baik kuesioner pengetahuan maupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kuesioner sikap menggunakan dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan

Favorabel dan Unfavorabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner

ini diberikan kepada responden, yang bertujuan untuk mengumpulkan data

tentang pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI pada ibu meneteki.

Kuesioner ini ditujukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan

berupa formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk

mendapatkan tanggapan dan jawaban.

H. Teknik Analisa Data

1. Data Umum

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data demograf

(data umum) dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi.

2. Data Khusus

a. Persiapan

Dalam langkah ini peneliti memeriksa kembali semua data yang

dikumpulkan. Untuk mengecek kembali kelengkapan data yang telah

diisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Tabulasi.

1) Memberikan Kode (coding), dalam penelitian ini kode yang

digunakan dalam angket adalah huruf abjad.

2) Memberikan Skor (scoring), setelah data terkumpul sebagai hasil

akhir pernyataan jawaban responden, dengan memberikan penilaian

atau skor.

c. Untuk menguji pengaruh karakteristik subjek dilakukan uji T (T-test).

Dalam penelitian ini uji validitas reliabilitas menggunakan program

SPSS 15.0 yaitu Alpha Cronbach’s untuk menguji antar item-item

kuesioner yang disebut konsistensi internal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

1. Data Umum

Dalam karakteristik responden akan dibahas mengenai umur, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan ibu meneteki.

a. Umur

Pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik umur

responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 : Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu meneteki.

Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

< 18 18-21 22-26 27-32 > 32

0 7

11 8 4

0 23,3

36,7 26,7 13,3

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah (36,7%)

berumur 22 sampai 26 tahun sebanyak 11 orang.

54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Pendidikan

Pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 4 : Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu meneteki.

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD SMP SMA

Diploma Sarjana

0 10 14

3 3

0 33,3

46,7 10 10

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar (47%)

berpendidikan SMA sebanyak 14 orang.

c. Pekerjaan

Pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 5 : Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu meneteki.

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

PNS Guru

Swasta IRT

1 3 6

20

3,3 10

20 66,7

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar (66,7%)

sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 20 orang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Data Khusus

Hasil penelitian ini membahas mengenai pengetahuan dan sikap dalam

pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi penyuluhan pada ibu meneteki

di Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo.

a. Pengetahuan Dalam Pemberian ASI sebelum diberi Penyuluhan

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 6 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan.

Pengetahuan dalam

pemberian ASI sebelum diberi

penyuluhan

Frekuensi Persentase (%)

Ya (positif) Tidak (negatife)

9 21

30 70

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar (70%)

pengetahuan responden dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan

adalah tidak baik sebanyak 21 orang.

b. Pengetahuan Dalam Pemberian ASI sesudah diberi Penyuluhan

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 7 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan.

Pengetahuan dalam

pemberian ASI sesudfah diberi

penyuluhan

Frekuensi Persentase (%)

Ya (positif) Tidak (negative)

27 3

90 10

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (90%)

pengetahuan responden dalam pemberian ASI sesudah penyuluhan

adalah baik sebanyak 27 orang.

c. Perbedaan Pengetahuan Dalam Pemberian ASI sebelum dan

sesudah diberi penyuluhan pada Ibu Meneteki.

Tabel 8 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi penyuluhan pada ibu meneteki.

NO Kategori Pengetahuan

Perbedaan x y

∑ % ∑ % 1 Positif 9 21 27 90 Meningkat 90% 2 Negatif 30 70 3 10 Menurun 10%

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh untuk

pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan (x) yang berpengetahuan

positif 9 responden (30%), yang berpengetahuan negatif 21 responden

(70%). Sedangkan pengetahuan sesudah penyuluhan (y) nilai yang

diperoleh untuk berpengetahuan positif 27 responden (90%), yang

berpengetahuan negative 3 responden (10%). Hal ini menunjukkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa pengetahuan ibu meneteki dalam pemberian ASI sebelum dan

sesudah penyuluhan ada perbedaan dan penyuluhan yang dilakukan

efektif. Sehingga dengan demikian ada pengaruh pemberian penyuluhan

pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dalam pemberian ASI.

d. Sikap Dalam Pemberian ASI sebelum diberi Penyuluhan

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden seperti tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dalam pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan.

Sikap dalam pemberian ASI sebelum

diberi penyuluhan Frekuensi

Persentase (%)

Sangat Setuju ( SS ) Setuju ( S ) Ragu-Ragu ( RR ) Tidak Setuju ( TS ) Sangat Tidak Setuju (STS)

4 6 6

13 1

13,3 20 20

43,3 3,4

JUMLAH 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2010

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar (43,3%) sikap

responden dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah tidak baik

sebanyak 13 orang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Sikap Dalam Pemberian ASI sesudah diberi Penyuluhan

Tabel 10 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan.

Sikap dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan

Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju ( SS ) Setuju ( S ) Ragu-Ragu ( RR ) Tidak Setuju ( TS ) Sangat Tidak Setuju (STS)

7 19

4 0 0

23,3 63,3 13,4 0 0

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar (86,6%) sikap

responden dalam pemberian ASI sesudah penyuluhan adalah baik

sebanyak 26 orang.

f. Perbedaan Sikap Dalam Pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi

penyuluhan pada Ibu Meneteki.

Tabel 11: Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan sikap dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi penyuluhan pada ibu meneteki.

NO Kategori Sikap

Perbedaan X Y ∑ % ∑ %

1. Sangat setuju (SS) 4 13,3 7 23,3 Meningkat 23,3% 2. Setuju (S) 6 20 19 63,3 Meningkat 63,6% 3. Ragu-ragu (RR) 6 20 4 13,4 Menurun 13,4% 4. Tidak setuju (TS) 13 43,3 0 0 Menurun 0% 5. Sangat tidak setuju (STS) 1 3,4 0 0 Menurun 0%

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh untuk

sikap sebelum dilakukan penyuluhan (x) yang bersikap sangat setuju 4

responden (13,3%), setuju 6 responden (20%), ragu-ragu 6 responden

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(20%), yang tidak setuju 13 responden (43,3%), sangat tidak setuju 1

responden (3,4%). Sedangkan sikap sesudah dilakukan penyuluhan (y)

yang bersikap sangat setuju 7 responden (23,3%), setuju 19 responden

(63,3%), ragu-ragu 4 responden (13,4%), yang tidak setuju 0 responden

(0%), sangat tidak setuju 0 responden (0%). Hal ini menunjukkan bahwa

sikap ibu meneteki dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah

penyuluhan ada perbedaan dan penyuluhan yang dilakukan sangat

efektif. Sehingga dengan demikian ada pengaruh pemberian penyuluhan

pada ibu meneteki terhadap sikap dalam pemberian ASI.

g. Hasil Pengujian Hipotesis

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II, Hipotesis pada

penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki

terhadap pengetahuan dalam pemberian ASI.

2.Ada pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki

terhadap sikap dalam pemberian ASI. .

Sebenarnya hasil uji hipotesis dalam penelitian ini telah dapat

diketahui melalui hasil analisa data, namun untuk lebih memperkuat

analisa tersebut penulis menggunakan Uji T ( T- Test ) dengan bantuan

program statistic SPSS ( Statistic Product for Service Solution ) versi 15

under windows. Dasar pengambilan keputusan dapat menggunakan nilai

probabilitas, jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. ( Sugiyono,

2006 : 119 ).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil analisis melalui perhitungan statistik “Uji T( T- Test) ” adalah

sebagai berikut ( halaman 123 ) :

Untuk pengetahuan dengan nilai t = -5,899 (p 0,000 < 0,05) berarti ho

ditolak dan ha diterima. Untuk sikap dengan nilai t = - 4,743 (p 0,000 <

0,05) berarti ho ditolak dan ha diterima. Jadi kesimpulannya bahwa, ”ada

pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap

pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI”.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Dalam Pemberian ASI Sebelum diberi Penyuluhan Pada

Ibu Meneteki

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dari 30 responden

tentang pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan pada

ibu meneteki adalah : dari tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar

(70%) pengetahuan responden dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan

adalah tidak baik sebanyak 21 orang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Pengetahuan Dalam Pemberian ASI Sesudah diberi Penyuluhan Pada

Ibu Meneteki

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (90%)

pengetahuan responden dalam pemberian ASI sesudah penyuluhan adalah

baik sebanyak 27 orang.

Pengetahuan adalah merupakan tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Ibu meneteki yang

memiliki pengetahuan yang bagus maka dengan pengetahuan tersebut ibu

akan mempunyai sikap yang bagus pula karena ibu sudah memiliki

pengetahuan yang cukup untuk meningkatkan sikap dalam pemberian ASI,

Sedangkan faktor – faktor yang berhubungan dengan karakteristik subyek

atau responden sendiri meliputi usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 5 dapat diketahui bahwa

sebagian besar (46,7%) berpendidikan SMA sebanyak 14 orang. Semakin

tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai – nilai yang baru. Hal ini sesuai dengan teori yang

diungkapkan Kuncoroningrat (1997) dikutip oleh Nursalam (2001 : 133)

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sehingga responden yang berpendidikan SMA diharapkan mempunyai

pengetahuan tentang pemberian ASI dalam tingkatan baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Sikap Dalam Pemberian ASI Sebelum diberi Penyuluhan Pada Ibu

Meneteki

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dari 30 responden

tentang pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan pada

ibu meneteki adalah : dari tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar

(43,3%) sikap responden dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah tidak

baik sebanyak 13 orang.

4. Sikap Dalam Pemberian ASI Sesudah diberi Penyuluhan Pada Ibu

Meneteki

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar (86,6%) sikap

responden dalam pemberian ASI sesudah penyuluhan adalah baik sebanyak

26 orang.

Sikap dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan dalam kategori

baik hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, salah

satunya yaitu pekerjaan ibu.

Thomas (1996) menyatakan pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Menurut Erich (1996), Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Menurut Swanburg (2000 :

34), pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kebutuhan keluarga. Markum (1991) menyatakan bahwa bekerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu (dikutip oleh Nursalam,

Pariani, 2001 : 133).

Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 6 dapat diketahui bahwa

sebagian besar (66,7%) sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 20 orang.

Sikap dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan dalam kategori

cukup baik, hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar ibu tidak

bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut kemungkinan

menyebabkan ibu memiliki perhatian terhadap keluarga terutama pada buah

hatinya. Peran ibu sebagai ibu rumah tangga dapat meningkatkan sikap

dalam pemberian ASI.

Hal lain yang mempengaruhi sikap dalam pemberian ASI selain faktor

pekerjaan adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain (Notoatmojo, 2003 : 167).

5. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Dalam Pemberian ASI Sebelum dan

Sesudah diberi Penyuluhan Pada Ibu Meneteki.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 repsonden menunjukkan bahwa

baik pengetahuan maupun sikap dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah

diberi penyuluhan mempunyai perbedaan. Uji statistik ”chi square test” dan

uji T dengan taraf signifikan 0,05 untuk pengetahuan dengan nilai t = -

5,899 (p 0,000 < 0,05) berarti ho ditolak dan ha diterima. Untuk sikap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan nilai t = - 4,743 (p 0,000 < 0,05) berarti ho ditolak dan ha diterima.

Jadi kesimpulannya bahwa, ”ada pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu

meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI”.

Hal ini berarti ada perbedaan antara pengetahuan dan sikap dalam

pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

Hal ini terbukti dalam penelitian ini dengan didapatkannya sebagian

besar (70%) pengetahuan responden dalam pemberian ASI sebelum

penyuluhan adalah tidak baik sebanyak 21 orang dan hampir seluruhnya

(90%) pengetahuan responden dalam pemberian ASI sesudah penyuluhan

adalah baik sebanyak 27 orang. Dan sebagian besar (43,3%) sikap responden

dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah tidak baik sebanyak 13 orang,

dan sebagian besar (86,6%) sikap responden dalam pemberian ASI sesudah

penyuluhan adalah baik sebanyak 26 orang.

Perubahan positif dari pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI pada

ibu meneteki ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan.

Suwarno (1992) dalam Nursalam, Pariani (2001 : 132) menyatakan

pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu

Kuncoroningrat (1997) dalam Nursalam, Pariani (2001 : 133) menyatakan

bahwa pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik

pula tingkat pengetahuannya sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengetahuan itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk

mengingat fakta, simbul, prosedur teknik dan teori (Nursalam,

Pariani,2001 : 163). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang

menyatakan bahwa sebagian besar pendidikan ibu meneteki adalah sekolah

menengah atas (SMA), sehingga dengan pendidikan ibu tersebut dapat

mempermudah ibu dalam mendapatkan informasi.

Selain itu dari hasil penelitian didapatkan hampir setengah (36,7%)

berumur 22 sampai 26 tahun sebanyak 11 orang. Perubahan dari

pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI ini disebabkan oleh faktor

yang mempengaruhi yaitu usia ibu.

Elizabeth (1995) dalam Nursalam, Pariani (2001 : 134), menyatakan usia

adalah variabel yang selalu diperhatikan. Usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Notoatmojo

(2003:15) menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat motivasi seseorang karena usia dapat menjadi tolok

ukur kesiapan fisik dan mental seseorang dalam menghadapi masalah.

Huclock (1998) dalam Nursalam, Pariani (2001 : 134) menyatakan, semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang makin konstruktif

dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Nursalam,

Pariani, 2001: 134). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan

yaitu hampir setengahnya (39%) berumur 21 sampai 26 tahun. Usia ibu

yang masih relative muda mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena usia yang muda dapat menyebabkan kurang telatennya ibu dalam

pemberian ASI pada bayinya.

Adapun pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI sebelum dan

sesudah diberi penyuluhan pada ibu meneteki yang tidak mengalami

perubahan, hal ini dipengaruhi selain dari faktor diatas juga dipengaruhi

oleh faktor yang lain yaitu pengaruh kebiasaan yang kurang baik.

Pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan atau minuman

untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari pertama

setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut antara lain air tajin, air kelapa,

madu yang membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya

kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan

bayi pada payudara ibu (Depkes RI, 2002 : 1).

Faktor lain yang mempengaruhi adalah Faktor pendukung (enabling

factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas–fasilitas atau sarana–sarana kesehatan serta sikap

petugas kesehatan. Sikap petugas kesehatan dari berbagai tingkat pelayanan

petugas kesehatan yang kurang mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

dan konsep baru tentang pemberian ASI serta hal yang berhubungan dengan

ibu hamil, menyusui, dan bayi baru lahir.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada ibu meneteki di Puskesmas Ponorogo

Utara Kabupaten Ponorogo. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh positif yang signifikan untuk pengetahuan dengan nilai

t = -5,899 (p 0,000 < 0,05) berarti ho ditolak dan ha diterima, jadi

dengan pemberian penyuluhan pada ibu meneteki dapat meningkatkan

pengetahuan dalam pemberian ASI.

2. Ada pengaruh positif yang signifikan untuk sikap dengan nilai t = - 4,743 (p

0,000 < 0,05) berarti ho ditolak dan ha diterima, jadi ada pengaruh

pemberian penyuluhan pada ibu meneteki sehingga dapat memperbaiki

sikap dalam pemberian ASI.

Jadi kesimpulannya bahwa, “ Dengan pemberian penyuluhan pada ibu

meneteki akan meningkatkan pengetahuan dan perbaikan sikap dalam

pemberian ASI”.

B. Implikasi

1. Bagi responden

Diharapkan agar ibu meneteki lebih meningkatkan pengetahuan tentang

pemberian ASI yang baik dan benar. Sehingga dengan pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan sikap yang baik pula.

2. Bagi institusi (tempat penelitian)

Puskesmas Ponorogo Utara merupakan institusi yang menaungi tenaga

kesehatan di wilayah tersebut agar dapat meningkatkan motivasi dan lebih

meningkatkan pendidikan bagi tenaga puskesmas, karena semakin tinggi

pendidikan maka semakin baik pula tingkat pengetahuan yang dimiliki 69

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga dapat mengembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk

disampaikan kepada masayarakat khususnya ibu meneteki agar dapat

meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap nilai-nilai yang baru.

Puskesmas dapat pula meningkatkan peninjauan secara berkala terhadap

dokumen yang ada. .

C. Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan:

1. Menumbuhkan sikap positif ibu tentang pemberian ASI melalui penyuluhan

kesehatan terhadap ibu selama meneteki, keluarga maupun masyarakat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

besar, metode sampling yang lebih akurat dengan mengendalikan faktor

perancu untuk meningkatkan kuasa statistiknya dan menumbuhkan sikap

positif ibu melalui penyuluhan kesehatan terhadap ibu selama meneteki,

keluarga maupun masyarakat.

3. Perlu adanya kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo mengenai

komitmen program peningkatan pemberian ASI dengan melibatkan keluarga

sebagai kelompok sasaran penyuluhan kesehatan di kalangan tenaga

kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan.