676
OLEH: NI NYOMAN SERIATI NIP. 131763784 JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Diktat Koreografi Tari I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diktat Koreografi Tari I

OLEH: NI NYOMAN SERIATI

NIP. 131763784

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Page 2: Diktat Koreografi Tari I

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

karuniaNya, penyusunan Diktat yang berjudul Komposisi dan Koreografi I ini dapat

diselesaikan.

Diktat ini disusun untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam mempelajari

mata kuliah Komposisi dan Koreografi I, dan mempermudah proses belajar mengajar di

kelas, yang diharapkan dengan adanya diktat ini mahasiswa mempunyai gambaran

secara menyeluruh mengenai Komposisi dan Koreografi I. Disamping itu, minimnya

referensi yang berkaitan dengan kekoreografian (penciptaan tari) memicu semangat

penulis untuk menyusun diktat tentang komposisi dan koreografi I meskipun masih

sangat sederhana. Kebanyakan referensi tentang komposisi dan koroegrafi disusun

dalam bahasa Inggris, sedangkan yang dalam bentuk terjemahan masih sulit

didapatkan di toko-toko buku. Oleh karena itu, penyusunan diktat ini diharapkan dapat

membantu mahasiswa mempermudah memahami pengetahuan tentang komposisi dan

koreografi.

Proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Pembantu Dekan I yang telah berkenan

memproses terbitnya izin penulisan Diktat ini

2. Rekan-rekan pengajar Komposisi dan Koreografi I, II, dan III

3. Para peraga yang membantu dalam pendokumentasian desain atas

Page 3: Diktat Koreografi Tari I

iii

4. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun pikiran.

Diktat ini sangat sederhana dan banyak kekurangannya. Untuk itu penyusun

megharapkan masukan, kritik, dan saran untuk peningkatan dan perbaikan penyusunan

berikutnya. Mudah-mudahan Diktat ini dapat bermanfaat. Semoga.

Yogyakarta, November 2008

Penyusun,

Ni Nyoman Seriati

Page 4: Diktat Koreografi Tari I

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………….…………………………... Kata Pengantar …….……………………………………………….. Daftar Isi ……………………………………...………………………. Daftar Gambar ………………………………………………………. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………….…………..………………… B. Kompetensi Dasar …………………….……….…………

C. Tujuan ……………………………………………………… D. Manfaat ……………………………………………………

BAB II KOMPOSISI DAN KOREOGRAFI I A. Pengertian Tari .. ………………………………………… B. Elemen Komposisi Tari ………………………………….. 1.Gerak ……...……………………………………………. 2. Desain Atas …………………………………………… a. Desain Datar ……………………………………….. b. Desain Dalam ………………………………………. c. Desain Vertikal ……………………………………... d. Desain Horisontal ………………………………….. e. Desain Kontras …………………………………..… f. Desain Murni ………………………….………..…… g. Desain Statis ………………………………………... h. Desain Lurus ……………………………………….. i. Desain Lengkung …………………………………… j. Desain Bersudut ………………………………….. k. Desain Spiral ……………………………………….. l. Desain Tinggi ……………………………………….. m. Desain Medium …………………………………... n. Desain Rendah …………………………………… o. Desain Terlukis …………………………………… p. Desain Lanjutan …………………………………... q. Desain Tertunda ………………………………….. r. Desain Simetris …………………………………… s. Desain Asimetris …………………………………. 3. Desain Lantai (Floor design) ……………..…………. a. Garis Lurus …………………………………………. b. Garis Lengkung ……………………………………. 4. Tema …………………………………………………… 5. Desain Dramatik ……………………………………… a. Desain dramatic Kerucut Tunggal ……………… b. desain dramatic Kerucut Berganda ……………… 6. Dinamika ………………………………………………. 7. Desain Musik ………………………………………….. 8. Komposisi kelompok ………………………………….

i ii

iv vi

1 2 3 3

4 5 5 5 6 6 7 8 8 9 9

10 11 11 12 13 13 14 14 14 15 15 16 16 17 17 18 21 21 22 23 26 27

Page 5: Diktat Koreografi Tari I

v

9. Tata Rias dan Busana ……………………………….. a. Tata Rias …………………………………………… b. Tata Busana ……………………………………….. 10. Property ……………………………………………..... 11. Lighting/Tata Lampu ………………………………… 12. Stage/Tata Panggung ………………………………. C. Koreografi …………………………………………………. 1. Aspek Koreografi ……………………………………… a. Aspek Bentuk ………………....……………………. b. Aspek Teknis ……………..…………………………. c. Aspek Proyeksi ….………………………………….. 2. Proses Penggarapan Koreografi …………………….. a. Eksplorasi …………………………………………… b. Improvisasi ………………………………………….. c. Evaluasi ……………………………………………… d. Pembentukan/Komposisi ………………………… 3. Kreativitas …………………………………………... BAB III METODE KONSTRUKSI

A. Metode Konstruksi I …………….…………………..…… B. Tipe Tari …………..…………………………….…………

C. Metode Penyajian …………………………..…………… BAB IV PRINSIP BENTUK SENI

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok …………

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………

31 31 33 37 38 39 39 40 40 40 41 42 42 43 44 44 44

51 52 54

55

58

59

Page 6: Diktat Koreografi Tari I

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang ……………………….. Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga nampa ………………………… Gambar 3: Desain vertikal ………………………………..…………………… Gambar 4: Salah satu desain horisontal ………………………...…………… Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis ………………………………….…… Gambar 6: Pose awal tayungan impur ……………………………………..… Gambar 7: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi gerak kaki ke samping kiri …………………………………………………….….. gambar 8: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi gerak kaki ke samping kiri …………………………………………………….….. Gambar 9: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi gerak kaki ke samping kiri …………………………………………………….….. Gambar 10: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi gerak kaki ke samping kiri …………………………………………………….….. Gambar 11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi gerak kaki ke samping kiri …………………………………………………….….. Gambar 12: Pose tancep …………………………...…………………………… Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak ……………………………….. Gambar 14: Agem pada tari Bali ……………………………………………… Gambar 15: Pose pada proses gerak glebagan ……………………………… Gambar 16: Pose pada proses gerak glebagan ……………………………… Gambar 17: Pose pada proses gerak glebagan ……………………………… Gambar 18: Pose pada proses gerak glebagan ……………………………… Gambar 19: Desain tinggi ………………………………………………………. Gambar 20: Desain medium ……………………………………………………. Gambar 21: Posisi awal sembahan ……………………………………………. Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah ………… Gambar 23: Proses seblak sampur ……………………...…………………….. Gambar 24: Proses seblak sampur ……………………...…………………….. Gambar 25: Desain asimetris ………..…………………...…………………….. Gambar 26: Garis lurus diagonal ….……..………...…………...……………… Gambar 27: Garis lurus horisontal.……....……………...……...……………… Gambar 28: Garis lengkung lingkaran dan setengah lingkaran …………… Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari ……………………… Gambar 30: Desain Kerucut Tunggal …………… ……………………………. Gambar 31: Desain Kerucut Berganda .………… ……………………………. Gambar 32: Gerak yang dilakukan secara serempak …………… …………. Gambar 33: Gerak yang dilakukan secara serempak …………… …………. Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang …………… ………… Gambar 35: Gerak yang dilakukan secara berurutan ………………………. Gambar 36: Gerak yang dilakukan secara berurutan ………………………. Gambar 37: Gerak yang dilakukan secara berurutan ……………………….

6 7 7 8 8 9

10

10

10

10

10 11 11 12 12 12 12 12 13 13 14 15 15 15 16 17 17 18 18 22 22 28 28 28 29 29 29

Page 7: Diktat Koreografi Tari I

vii

Gambar 38: Gerak yang dilakukan secara berurutan ………………………. Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling ……………………. Gambar 40: Kelompok terpecah ………………………..………………………. Gambar 41: Gerak yang dilakukan secara berurutan ……………………….

29 30 30

Page 8: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 9: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 10: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 11: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 12: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 13: Diktat Koreografi Tari I

6

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 14: Diktat Koreografi Tari I

7

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 15: Diktat Koreografi Tari I

8

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 16: Diktat Koreografi Tari I

9

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

Page 17: Diktat Koreografi Tari I

10

c. Desain Vertikal

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

Page 18: Diktat Koreografi Tari I

11

e. Desain Kontras

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 19: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 20: Diktat Koreografi Tari I

13

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 21: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 22: Diktat Koreografi Tari I

15

Pertemuan 4

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas dilanjutkan dengan pengertian Musik

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 23: Diktat Koreografi Tari I

16

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 24: Diktat Koreografi Tari I

17

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 25: Diktat Koreografi Tari I

18

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 26: Diktat Koreografi Tari I

19

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 27: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 28: Diktat Koreografi Tari I

21

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 29: Diktat Koreografi Tari I

22

Pertemuan 5 Tentang Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 30: Diktat Koreografi Tari I

23

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 31: Diktat Koreografi Tari I

24

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 32: Diktat Koreografi Tari I

25

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 33: Diktat Koreografi Tari I

26

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 34: Diktat Koreografi Tari I

27

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 35: Diktat Koreografi Tari I

28

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 36: Diktat Koreografi Tari I

29

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 37: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 38: Diktat Koreografi Tari I

31

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 39: Diktat Koreografi Tari I

32

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 40: Diktat Koreografi Tari I

33

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 41: Diktat Koreografi Tari I

34

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 42: Diktat Koreografi Tari I

35

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 43: Diktat Koreografi Tari I

36

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Page 44: Diktat Koreografi Tari I

37

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Page 45: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 46: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 47: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 48: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 49: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 50: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 51: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 52: Diktat Koreografi Tari I

6

7. Bagong Kussudiardjo seorang ahli tari dari Yogyakarta

berpendapat tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan

manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa harmonis.

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

Page 53: Diktat Koreografi Tari I

7

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya. Oleh karenanya gerak penari

sangat berkaitan dengan pola irama atau unsur musikal yang dapat

dirasakan oleh penari/penonton, misalnya cepat, lambat, kontras dsbnya.

Koreografer yang jeli akan mempertimbangkan pemilihan gerak

berkaitan dengan tempat dimana karyanya akan dipentaskan, apakah

ditempat tertutup atau arena terbuka dengan jarak penonton yang jauh

Page 54: Diktat Koreografi Tari I

8

seperti misalnya pada panggung terbuka di prambanan, panggung Arda

Candra yang ada fdi Bali. Kalau demikian halnya pemilihan gerak

sebaiknya dibuat gerak yang tegas/kuat dan menghindari gerak yang

kecil-kecil dan rumit. Sebaliknya pada panggung tertutup dapat dibuat

gerak yang kecil-kecil dan rumit karena penonton dapat mencermati

dengan baik.

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

Page 55: Diktat Koreografi Tari I

9

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Page 56: Diktat Koreografi Tari I

10

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

c. Desain Vertikal

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Page 57: Diktat Koreografi Tari I

11

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

e. Desain Kontras

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Page 58: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 59: Diktat Koreografi Tari I

13

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Page 60: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Page 61: Diktat Koreografi Tari I

15

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Pertemuan 4

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas.

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

Page 62: Diktat Koreografi Tari I

16

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Page 63: Diktat Koreografi Tari I

17

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Page 64: Diktat Koreografi Tari I

18

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Page 65: Diktat Koreografi Tari I

19

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

r. Desain Simetris

Page 66: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008) Desain Musik

Page 67: Diktat Koreografi Tari I

21

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

Page 68: Diktat Koreografi Tari I

22

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Pertemuan 5 Tema

Page 69: Diktat Koreografi Tari I

23

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

Page 70: Diktat Koreografi Tari I

24

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Page 71: Diktat Koreografi Tari I

25

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya Petemuan 6 Desain Dramatik

Page 72: Diktat Koreografi Tari I

26

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Page 73: Diktat Koreografi Tari I

27

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 74: Diktat Koreografi Tari I

28

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Desain dramatik dapat juga diibaratkan sebagai perjalanan hidup

manusia awal bisa disebut sebagai masa romantik diamana kehidupan

seseorang dipenuhi dengan kesenangan, cintakasih tidak ada rasa

ketakutan. Sealanjutnya kehidupan dianamis mulai muncul dinamika yaitu

pada sisi kehidupan ada usaha-usaha untuk mendapatkan sesuatu disini

mulailah muncul masalah dalam kehidupan umat manusia konflik satu

dengan yang lainnya, saling bersinggungan untuk memenuhi keinginan

dllnya. Fase Keberhasilan menemukan kebaikan atau keburukan sesuai

dengan apa yang diperbuat. Terakhir adalah fase hidup tenang denga

penyucian diri (kesadaran/menyadari)

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 75: Diktat Koreografi Tari I

29

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Page 76: Diktat Koreografi Tari I

30

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Page 77: Diktat Koreografi Tari I

31

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Page 78: Diktat Koreografi Tari I

32

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 79: Diktat Koreografi Tari I

33

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

Page 80: Diktat Koreografi Tari I

34

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

Page 81: Diktat Koreografi Tari I

35

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Page 82: Diktat Koreografi Tari I

36

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 83: Diktat Koreografi Tari I

37

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

Page 84: Diktat Koreografi Tari I

38

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Page 85: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Page 86: Diktat Koreografi Tari I

40

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Page 87: Diktat Koreografi Tari I

41

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 88: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 89: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 90: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 91: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 92: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 93: Diktat Koreografi Tari I

6

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 94: Diktat Koreografi Tari I

7

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 95: Diktat Koreografi Tari I

8

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 96: Diktat Koreografi Tari I

9

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

c. Desain Vertikal

Page 97: Diktat Koreografi Tari I

10

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

e. Desain Kontras

Page 98: Diktat Koreografi Tari I

11

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 99: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 100: Diktat Koreografi Tari I

13

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 101: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 102: Diktat Koreografi Tari I

15

Pertemuan 4

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas.

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 103: Diktat Koreografi Tari I

16

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 104: Diktat Koreografi Tari I

17

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 105: Diktat Koreografi Tari I

18

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 106: Diktat Koreografi Tari I

19

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 107: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 108: Diktat Koreografi Tari I

21

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 109: Diktat Koreografi Tari I

22

Pertemuan 5 Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 110: Diktat Koreografi Tari I

23

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 111: Diktat Koreografi Tari I

24

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 112: Diktat Koreografi Tari I

25

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 113: Diktat Koreografi Tari I

26

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 114: Diktat Koreografi Tari I

27

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 115: Diktat Koreografi Tari I

28

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 116: Diktat Koreografi Tari I

29

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 117: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 118: Diktat Koreografi Tari I

31

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 119: Diktat Koreografi Tari I

32

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 120: Diktat Koreografi Tari I

33

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 121: Diktat Koreografi Tari I

34

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 122: Diktat Koreografi Tari I

35

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 123: Diktat Koreografi Tari I

36

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Page 124: Diktat Koreografi Tari I

37

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Page 125: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 126: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 127: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 128: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 129: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 130: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 131: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 132: Diktat Koreografi Tari I

6

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 133: Diktat Koreografi Tari I

7

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 134: Diktat Koreografi Tari I

8

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 135: Diktat Koreografi Tari I

9

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

c. Desain Vertikal

Page 136: Diktat Koreografi Tari I

10

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

e. Desain Kontras

Page 137: Diktat Koreografi Tari I

11

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 138: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 139: Diktat Koreografi Tari I

13

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 140: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 141: Diktat Koreografi Tari I

15

Pertemuan 4

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas.

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 142: Diktat Koreografi Tari I

16

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 143: Diktat Koreografi Tari I

17

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 144: Diktat Koreografi Tari I

18

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 145: Diktat Koreografi Tari I

19

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 146: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 147: Diktat Koreografi Tari I

21

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 148: Diktat Koreografi Tari I

22

Pertemuan 5 Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 149: Diktat Koreografi Tari I

23

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 150: Diktat Koreografi Tari I

24

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 151: Diktat Koreografi Tari I

25

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 152: Diktat Koreografi Tari I

26

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 153: Diktat Koreografi Tari I

27

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 154: Diktat Koreografi Tari I

28

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 155: Diktat Koreografi Tari I

29

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 156: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 157: Diktat Koreografi Tari I

31

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 158: Diktat Koreografi Tari I

32

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 159: Diktat Koreografi Tari I

33

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 160: Diktat Koreografi Tari I

34

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 161: Diktat Koreografi Tari I

35

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 162: Diktat Koreografi Tari I

36

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Page 163: Diktat Koreografi Tari I

37

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Page 164: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 165: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 166: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 167: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 168: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 169: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 170: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 171: Diktat Koreografi Tari I

6

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 172: Diktat Koreografi Tari I

7

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 173: Diktat Koreografi Tari I

8

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 174: Diktat Koreografi Tari I

9

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

c. Desain Vertikal

Page 175: Diktat Koreografi Tari I

10

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

e. Desain Kontras

Page 176: Diktat Koreografi Tari I

11

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 177: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 178: Diktat Koreografi Tari I

13

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 179: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 180: Diktat Koreografi Tari I

15

Pertemuan 4 Desain Atas

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas.

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 181: Diktat Koreografi Tari I

16

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 182: Diktat Koreografi Tari I

17

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 183: Diktat Koreografi Tari I

18

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 184: Diktat Koreografi Tari I

19

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 185: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 186: Diktat Koreografi Tari I

21

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 187: Diktat Koreografi Tari I

22

Pertemuan 5 Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 188: Diktat Koreografi Tari I

23

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 189: Diktat Koreografi Tari I

24

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 190: Diktat Koreografi Tari I

25

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 191: Diktat Koreografi Tari I

26

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 192: Diktat Koreografi Tari I

27

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 193: Diktat Koreografi Tari I

28

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 194: Diktat Koreografi Tari I

29

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 195: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 196: Diktat Koreografi Tari I

31

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 197: Diktat Koreografi Tari I

32

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 198: Diktat Koreografi Tari I

33

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 199: Diktat Koreografi Tari I

34

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 200: Diktat Koreografi Tari I

35

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 201: Diktat Koreografi Tari I

36

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Page 202: Diktat Koreografi Tari I

37

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Page 203: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 204: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 205: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 206: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 207: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 208: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 209: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 210: Diktat Koreografi Tari I

6

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 211: Diktat Koreografi Tari I

7

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 212: Diktat Koreografi Tari I

8

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 213: Diktat Koreografi Tari I

9

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

c. Desain Vertikal

Page 214: Diktat Koreografi Tari I

10

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

e. Desain Kontras

Page 215: Diktat Koreografi Tari I

11

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 216: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 217: Diktat Koreografi Tari I

13

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 218: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 219: Diktat Koreografi Tari I

15

Pertemuan 4 Desain Atas

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas.

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 220: Diktat Koreografi Tari I

16

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 221: Diktat Koreografi Tari I

17

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 222: Diktat Koreografi Tari I

18

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 223: Diktat Koreografi Tari I

19

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 224: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 225: Diktat Koreografi Tari I

21

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 226: Diktat Koreografi Tari I

22

Pertemuan 5 Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 227: Diktat Koreografi Tari I

23

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 228: Diktat Koreografi Tari I

24

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 229: Diktat Koreografi Tari I

25

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 230: Diktat Koreografi Tari I

26

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 231: Diktat Koreografi Tari I

27

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 232: Diktat Koreografi Tari I

28

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 233: Diktat Koreografi Tari I

29

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 234: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 235: Diktat Koreografi Tari I

31

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 236: Diktat Koreografi Tari I

32

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 237: Diktat Koreografi Tari I

33

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 238: Diktat Koreografi Tari I

34

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 239: Diktat Koreografi Tari I

35

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 240: Diktat Koreografi Tari I

36

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Page 241: Diktat Koreografi Tari I

37

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Page 242: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 243: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 244: Diktat Koreografi Tari I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 245: Diktat Koreografi Tari I

2

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 246: Diktat Koreografi Tari I

3

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 247: Diktat Koreografi Tari I

4

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 248: Diktat Koreografi Tari I

5

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 249: Diktat Koreografi Tari I

6

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 250: Diktat Koreografi Tari I

7

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 251: Diktat Koreografi Tari I

8

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 252: Diktat Koreografi Tari I

9

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

c. Desain Vertikal

Page 253: Diktat Koreografi Tari I

10

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

e. Desain Kontras

Page 254: Diktat Koreografi Tari I

11

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 255: Diktat Koreografi Tari I

12

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 256: Diktat Koreografi Tari I

13

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 257: Diktat Koreografi Tari I

14

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 258: Diktat Koreografi Tari I

15

Pertemuan 4 Desain Atas

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas.

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 259: Diktat Koreografi Tari I

16

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 260: Diktat Koreografi Tari I

17

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 261: Diktat Koreografi Tari I

18

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 262: Diktat Koreografi Tari I

19

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 263: Diktat Koreografi Tari I

20

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 264: Diktat Koreografi Tari I

21

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 265: Diktat Koreografi Tari I

22

Pertemuan 5 Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 266: Diktat Koreografi Tari I

23

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 267: Diktat Koreografi Tari I

24

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 268: Diktat Koreografi Tari I

25

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 269: Diktat Koreografi Tari I

26

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 270: Diktat Koreografi Tari I

27

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 271: Diktat Koreografi Tari I

28

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 272: Diktat Koreografi Tari I

29

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 273: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 274: Diktat Koreografi Tari I

31

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 275: Diktat Koreografi Tari I

32

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 276: Diktat Koreografi Tari I

33

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 277: Diktat Koreografi Tari I

34

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 278: Diktat Koreografi Tari I

35

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 279: Diktat Koreografi Tari I

36

Pertemuan 9 Tata rias dan Busana

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Page 280: Diktat Koreografi Tari I

37

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Page 281: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 282: Diktat Koreografi Tari I

39

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 283: Diktat Koreografi Tari I

31

PERTEMUAN 9 dan 10 TATA RIAS DAN BUSANA

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian tata Rias dan Busana

Uraian Materi

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Sementara itu

Harymawan (1993: 134) menyatakan Tata rias adalah seni menggunakan

bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan

Page 284: Diktat Koreografi Tari I

32

memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar. Sebagai

penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh

pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun hiasan

terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Sesuai fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

Page 285: Diktat Koreografi Tari I

33

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

Page 286: Diktat Koreografi Tari I

34

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Page 287: Diktat Koreografi Tari I

35

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Page 288: Diktat Koreografi Tari I

36

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampur orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuartet yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

Page 289: Diktat Koreografi Tari I

37

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekuatan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Page 290: Diktat Koreografi Tari I

38

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

Page 291: Diktat Koreografi Tari I

39

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 292: Diktat Koreografi Tari I

40

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

Page 293: Diktat Koreografi Tari I

41

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

Page 294: Diktat Koreografi Tari I

42

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

Page 295: Diktat Koreografi Tari I

43

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Page 296: Diktat Koreografi Tari I

44

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

3. Kreativitas

Page 297: Diktat Koreografi Tari I

45

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Page 298: Diktat Koreografi Tari I

46

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

Page 299: Diktat Koreografi Tari I

47

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Page 300: Diktat Koreografi Tari I

48

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

Page 301: Diktat Koreografi Tari I

49

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 302: Diktat Koreografi Tari I

50

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Page 303: Diktat Koreografi Tari I

51

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Page 304: Diktat Koreografi Tari I

52

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

Page 305: Diktat Koreografi Tari I

53

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Page 306: Diktat Koreografi Tari I

54

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 307: Diktat Koreografi Tari I

55

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

Page 308: Diktat Koreografi Tari I

56

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

Page 309: Diktat Koreografi Tari I

57

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 310: Diktat Koreografi Tari I

58

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

Page 311: Diktat Koreografi Tari I

59

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Page 312: Diktat Koreografi Tari I

60

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 313: Diktat Koreografi Tari I

31

PERTEMUAN 9 dan 10 TATA RIAS DAN BUSANA

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian tata Rias dan Busana

Uraian Materi

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

Page 314: Diktat Koreografi Tari I

32

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 315: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan. Demikian halnya pemakaian rias

sebaiknya mempertimbangkan jarak dekat dan jauh misalnya pada

panggung terbuka rias dibuat lebih tebal pada garis-garis wajah,

sedangkan pada panggung tertutup dapat menggunakan rias lebih tipis

Page 316: Diktat Koreografi Tari I

34

yang terpenting adalah penari menyadari betul bahwa dirinya

memerankan orang lain (menghindari selalu menggunakan rias cantik)

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Page 317: Diktat Koreografi Tari I

35

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Page 318: Diktat Koreografi Tari I

36

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

Page 319: Diktat Koreografi Tari I

37

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 320: Diktat Koreografi Tari I

38

PERTEMUAN 11 PROPERTI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian Properti

Uraian Materi

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Page 321: Diktat Koreografi Tari I

39

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

Page 322: Diktat Koreografi Tari I

40

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

Page 323: Diktat Koreografi Tari I

41

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

Page 324: Diktat Koreografi Tari I

42

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Page 325: Diktat Koreografi Tari I

43

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

Page 326: Diktat Koreografi Tari I

44

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

Page 327: Diktat Koreografi Tari I

45

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

Page 328: Diktat Koreografi Tari I

46

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

Page 329: Diktat Koreografi Tari I

47

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

Page 330: Diktat Koreografi Tari I

48

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

Page 331: Diktat Koreografi Tari I

49

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

Page 332: Diktat Koreografi Tari I

50

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 333: Diktat Koreografi Tari I

51

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

Page 334: Diktat Koreografi Tari I

52

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

Page 335: Diktat Koreografi Tari I

53

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Page 336: Diktat Koreografi Tari I

54

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

Page 337: Diktat Koreografi Tari I

55

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 338: Diktat Koreografi Tari I

56

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

Page 339: Diktat Koreografi Tari I

57

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Page 340: Diktat Koreografi Tari I

58

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 341: Diktat Koreografi Tari I

59

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

Page 342: Diktat Koreografi Tari I

60

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 343: Diktat Koreografi Tari I

31

PERTEMUAN 9 dan 10 TATA RIAS DAN BUSANA

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian tata Rias dan Busana

Uraian Materi

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

Page 344: Diktat Koreografi Tari I

32

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 345: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 346: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 347: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 348: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 349: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 350: Diktat Koreografi Tari I

38

PERTEMUAN 11 PROPERTI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian Properti

Uraian Materi

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 351: Diktat Koreografi Tari I

39

PERTEMUAN 12 TATA LAMPU DAN TATA PANGGUNG

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian Properti

Uraian Materi

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

Page 352: Diktat Koreografi Tari I

40

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

Page 353: Diktat Koreografi Tari I

41

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

Page 354: Diktat Koreografi Tari I

42

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

Page 355: Diktat Koreografi Tari I

43

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

Page 356: Diktat Koreografi Tari I

44

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

Page 357: Diktat Koreografi Tari I

45

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

Page 358: Diktat Koreografi Tari I

46

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

Page 359: Diktat Koreografi Tari I

47

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

Page 360: Diktat Koreografi Tari I

48

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

Page 361: Diktat Koreografi Tari I

49

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

Page 362: Diktat Koreografi Tari I

50

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 363: Diktat Koreografi Tari I

51

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

Page 364: Diktat Koreografi Tari I

52

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

Page 365: Diktat Koreografi Tari I

53

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Page 366: Diktat Koreografi Tari I

54

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

Page 367: Diktat Koreografi Tari I

55

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 368: Diktat Koreografi Tari I

56

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

Page 369: Diktat Koreografi Tari I

57

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Page 370: Diktat Koreografi Tari I

58

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 371: Diktat Koreografi Tari I

59

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

Page 372: Diktat Koreografi Tari I

60

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 373: Diktat Koreografi Tari I

1

OLEH: NI NYOMAN SERIATI

NIP. 131763784

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Page 374: Diktat Koreografi Tari I

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 375: Diktat Koreografi Tari I

3

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 376: Diktat Koreografi Tari I

4

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 377: Diktat Koreografi Tari I

5

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 378: Diktat Koreografi Tari I

6

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 379: Diktat Koreografi Tari I

7

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 380: Diktat Koreografi Tari I

8

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 381: Diktat Koreografi Tari I

9

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 382: Diktat Koreografi Tari I

10

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

Page 383: Diktat Koreografi Tari I

11

c. Desain Vertikal

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

Page 384: Diktat Koreografi Tari I

12

e. Desain Kontras

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 385: Diktat Koreografi Tari I

13

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 386: Diktat Koreografi Tari I

14

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 387: Diktat Koreografi Tari I

15

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 388: Diktat Koreografi Tari I

16

Pertemuan 4

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas dilanjutkan dengan pengertian Musik

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 389: Diktat Koreografi Tari I

17

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 390: Diktat Koreografi Tari I

18

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 391: Diktat Koreografi Tari I

19

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 392: Diktat Koreografi Tari I

20

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 393: Diktat Koreografi Tari I

21

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 394: Diktat Koreografi Tari I

22

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 395: Diktat Koreografi Tari I

23

Pertemuan 5 Tentang Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 396: Diktat Koreografi Tari I

24

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 397: Diktat Koreografi Tari I

25

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 398: Diktat Koreografi Tari I

26

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 399: Diktat Koreografi Tari I

27

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 400: Diktat Koreografi Tari I

28

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 401: Diktat Koreografi Tari I

29

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 402: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 403: Diktat Koreografi Tari I

31

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 404: Diktat Koreografi Tari I

32

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 405: Diktat Koreografi Tari I

33

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah

Komposisi dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 406: Diktat Koreografi Tari I

34

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 407: Diktat Koreografi Tari I

35

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 408: Diktat Koreografi Tari I

36

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 409: Diktat Koreografi Tari I

37

PERTEMUAN 13 KOMPOSISI KELOMPOK

Kompetensi Dasar

Setelah Proses Belajar mengajar mhs diharapakan mampu:

1, Memahami pengertian komposisi kelompok

Uraian Materi

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Page 410: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

Page 411: Diktat Koreografi Tari I

39

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 412: Diktat Koreografi Tari I

40

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 413: Diktat Koreografi Tari I

1

OLEH:

NI NYOMAN SERIATI

NIP. 131763784

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2008

Page 414: Diktat Koreografi Tari I

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Komposisi dan Koreografi I pada Program Studi

Pendidikan Seni tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa, yang

dilaksanakan pada semester gassal. Mata kuliah ini merupakan dasar

atau bagian pertama dari mata kuliah Komposisi dan Koreografi II dan III,

yang diberikan dengan beban teori dan praktek seimbang.

Beban sks yang terdapat dalam mata kuliah Komposisi dan

Koreografi I ini 2 SKS T/P. Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran ini adalah

teori dan praktik. Disamping itu penulisan diktat ini juga didasari oleh

adanya kenyataan bahwa masing-masing mahasiswa memiliki

kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga

kemampuannya dalam mencipta tari menjadikan sesuatu yang

menakutkan.dengan tatap muka satu kali tiap minggu, waktu

pembelajaran 100 menit tiap satu kali tatap muka.

Pembahasan dalam mata kuliah ini mengenai teori komposisi tari,

elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi, prinsip bentuk

seni, metode konstruksi I dan II. Mempraktekkan desain atas dan desain

lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan gerak

tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa membuat pengembangan gerak

dalam kelompok dengan merangkai gerak dari hasil penerapan komposisi

Page 415: Diktat Koreografi Tari I

3

tari dengan menekankan pada desain atas, desain lantai, dinamika, dan

dramatic.

Kemampuan dan pengusaan dalam proses pembelajaran

penciptaan tari terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sehingga beberapa gambar contoh penerapan dari pengetahuan

komposisi tari yang dipelajari disertakan dalam diktat ini, yang diharapkan

dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan pemahaman dan

kemampuan setelah membaca dan memahami contoh-contoh gambar

tersebut. Oleh karena itu, pembahasan dalam diktat ini diseputar proses

penciptaan tari sampai dengan bagaiman cara penerapannya ke dalam

praktik.

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi dan

Koreografi I.

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

3. Memahami aspek-aspek tentang Koreografi

4. Memahami _ogged-unsur pokok dalam Tari.

5. Memahami pengertian kreativitas serta cara menerapkan dalam

praktik.

6. Memahami konsep-konsep dasar metode konstruksi I dan II

Page 416: Diktat Koreografi Tari I

4

7. Memahami prinsip bentuk seni

8. Mengusai pengelolaan pembelajaran penciptaan seni tari

9. Menguasai evaluasi pembelajaran penciptaan seni tari.

10. Memiliki krepribadian dan wawasan professional serta

pengembangannya.

C. Tujuan

Penyusunan diktat mata kuliah Komposisi dan Koreografi I ini

bertujuan untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Seni Tari dalam mempelajari Komposisi dan

Koreografi I, dan menambah bahan bacaan bagi pendidik atau calon

pendidik seni khusunya seni tari.

D. Manfaat

Setelah mempelajari diktat ini mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan dan pengalaman tentang Komposisi dan Koreografi I, yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan lebih

baik.

Page 417: Diktat Koreografi Tari I

5

Pertemuan I

Pengertian Komposisi Tari

B. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memahami landasan dan wawasan tentang Komposisi Tari

2. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

Uraian Materi Komposisi berarti susunan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

penyusunan tari yang disebut dengan koreografi. Pengetahuan ini harus

dipahami oleh seorang penata tari mulai dari pencarian ide , gerak

sampai dengan penyiapan di atas pentas. Sebelum pada pengetahuan

tentang elemen-elemen komposisi sebaiknya terlebih dahulu saudara

memahami pengertian tari. Banyak pendapat tentang pengertian tari baik

yang berasal dari dalam maupun luar negera.

A. Pengertian Tari

1. Pengertian tari menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis yang indah.

2. Pengertian tari menurut Pangeran Suryadiningrat sebagai berikut “

Ingkang dipun wastani beksa inggih puniko obahing sedaya

saranduning badan, katata pikantuk wiramaning gendhing,

Page 418: Diktat Koreografi Tari I

6

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging Joged” (Tari adalah gerak-

gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu). Kedua

tokoh tersebut bersal dari Yogyakarta.

3. Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya berjudul Danskunst

memberikan definisi tentang tari adalah gerak-gerak yang diberi

bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.

4. Curt Sahcs menyatakan tari adalah gerak yang ritmis dan indah.

5. H Doubler mengatakan bahwa tari adalah ekspresi gerak ritmis dari

keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang

lambang-lambang geraknya dengan sadar dirancang untuk

kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman ulang, ungkapan,

berkomunikasi, melaksanakan, serta penciptaan dari bentuk-

bentuk.

6. Kealiinohomoku seorang pakar antropologi tari memberikan

definisinya tentang tari adalah sebagi berikut, Tari adalah ekspresi

yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh

manusia yang bergerak di dalam ruang.

Dari semua para ahli di atas menekankan bahwa gerak sebagai

elemen utama dalam tari, oleh karenanya betapa penting arti gerak

dalam tari.

Page 419: Diktat Koreografi Tari I

7

Pertemuan 2 Pengertian Gerak

. Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami elemen-elemen Komposisi Tari.

2. Memahami tentang pengertian gerak

Uraian Materi

B. Elemen Komposisi Tari

Dalam penyusunan karya tari perlu kiranya dibekali dengan

beberapa teori untuk membimbing sebagai penata tari pemula.

Adapun elemen-elemen komposisi tersebut: Gerak,Desain atas,

musik, tema, dramatik, desain lantai, dinamika, tata rias dan

busana, properti, komposisi kelompok, tata panggung, tata lampu

dan tata suara.

1. Gerak

Pendapat para pakar tari yang tersebut di atas menyatakan,

elemen utama dari tari adalah gerak baik gerak di tempat (non lokomotor)

maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak dalam tari dibedakan

menjadi 2 yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang sama sekali tidak mengandung arti, sedangkan gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti. Dengan adanya perbedaan

Page 420: Diktat Koreografi Tari I

8

gerak tersebut maka gerak dalam tari menurut wataknya dibedakan

mnejadi 2 yaitu gerak yang memiliki watak feminim dan watak maskulin.

Gerak yang feminim biasanya memiliki volume gerak yang lebih

kecil/sempit, sedangkan gerak maskulin memilki volume gerak yang lebih

besar. Jenis gerak feminim biasanya pada tari-tarian tradisional di Jawa

banyak dipakai pada tari halusan, sedang gerak maskulin banyak

digunakan pada tari gagahan dan pada tari Bali biasanya digunakan pada

tari putra keras.

Pada umumnya gerak dalam tari diambil dari gerak sehari-hari baik

itu gerak yang dilakukan oleh manusia, binatang, alam (seperti ombak,

pohon ditiup angin, angin pusaran dan yang lainnya), dari semua gerak-

gerak tersebut mengalami perubahan /diperhalus (stilirisasi) dan distorsi

(dirombak). Gerak tari adalah gerak yang indah, maksudnya adalah yang

dapat menggetarkan jiwa yang melihatnya.

Page 421: Diktat Koreografi Tari I

9

Pertemuan 3

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

2. Desain Atas (Air Design)

Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang

tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini

dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari,

karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas

nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.

Menurut Soedarsono dalam bukunya yang berjudul pengantar

pengetahuan dan komposisi tari mengemukakan ada 19 desain atas dan

masing-masing memiliki sentuhan emosional yang berbeda-beda. Adapun

19 dari desain tersebut sebagai berikut.

a. Desain Datar

Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua

anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain datar ini

Page 422: Diktat Koreografi Tari I

10

memberikan kesan konstruktif, ketenangan, kejujuran. Contoh : gerak

impur, kapang-kapang.

Gambar 1: Pose awal dalam gerak kapang-kapang (Foto: Trie, 2008)

b. Desain Dalam

Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah

penonton, badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa

anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan,

ke samping, dan menyudut. Contoh gerak: lampah sekar, ulap-ulap miring,

ngerajasinga dalam tari Bali.

Gambar 2: Pose awal dalam gerak sangga asto (Foto: Trie, 2008)

Page 423: Diktat Koreografi Tari I

11

c. Desain Vertikal

Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan

pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah. Contoh:

gerak sesaji, kapang-kapang.

Gambar 3: Desain vertikal (Foto: Trie, 2008)

d. Desain Horisontal

Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari

anggota badan mengarah ke garis horisontal (lihat ganbar 4). Kalang

kinantang, nayung, jomplangan.

Gambar 4: Salah satu desain horisontal (Foto: Trie, 2008)

Page 424: Diktat Koreografi Tari I

12

e. Desain Kontras

Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang

dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.

Contoh: ukel pakis, sindet.

Gambar 5: Pose awal gerak ukel pakis (Foto: Trie, 2008)

f. Desain Murni

Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari

yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. Contoh: tancep,

kapang-kapang, tayungan impur.

Page 425: Diktat Koreografi Tari I

13

Gambar 6: Pose awal tayungan impur (Foto: Trie, 2008)

g. Desain Statis

Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang

sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Contoh: kapang-kapang, atur-atur, ngegol dalam tari Bali.

Gambar 7-11: Pose tangan kapang-kapang dengan variasi proses gerak kaki ke samping kiri (Foto: Trie, 2008)

Page 426: Diktat Koreografi Tari I

14

h. Desain Lurus

Desain lurus adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan. Contoh: tancep.

Kapang-kapang.

Gambar 12: Pose tancep (Foto: Trie, 2008)

i. Desain Lengkung

Desain lengkung adalah desain dari badan dan anggota –anggota

badan lainnya menggunakan garis lengkung. Contoh: ukel, ngigel, golek

iwak.

Page 427: Diktat Koreografi Tari I

15

Gambar 13: Pose awal pada gerak golek iwak (Foto: Trie, 2008)

j. Desain Bersudut

Desain bersudut adalah desain yang banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi-sendi seperti lutut, pergelangan

tangan, kaki, dan siku. Contoh: mendhak, kambeng, ridhong sampur,

agem pada tari Bali. Pose agem pada tari Bali putri dapat dilihat pada

gambar di halaman berikut ini.

Gambar 14: Agem pada tari Bali (Foto: Trie, 2008)

Page 428: Diktat Koreografi Tari I

16

Pertemuan 4

Materi pertemuan ke 4 masih merupakan kelanjutan dari penjelasan desain atas dilanjutkan dengan pengertian Musik

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pngertian Desain Atas

k. Desain Spiral

Desain Spiral adalah desain yang menggunakan lebih dari satu

garis lingkaran yang searah pada anggota badan. Contoh: glebagan,

melincer pada tari Bali.

Gambar 15-18: Pose pada proses gerak glebagan (Foto: Trie, 2008)

Page 429: Diktat Koreografi Tari I

17

l. Desain Tinggi

Desain tinggi adalah desain yang dibuat dari bagian dada penari ke

atas. Contoh: gerak-gerak yang ada pada tari pemujaan yang banyak

menggunakan bagian dari dada ke atas.

Gambar 19: Desain tinggi (Foto: Trie, 2008)

m. Desain Medium

Desain medium adalah desain yang dipusatkan pada daerah

sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Contoh: obah lambung,

ogek, ukel asto.

Gambar 20: Desain medium (Foto: Trie, 2008)

Page 430: Diktat Koreografi Tari I

18

n. Desain Rendah

Desain rendah adalah desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Contoh: nglayang,

sembahan jengkeng.

Gambar 21: Pose awal sembahan jengkeng (Foto: Trie, 2008)

o. Desain Terlukis

Desain terlukis adalah desain bergerak yang dihasilkan oleh salah

satu atau beberapa anggota badan atau property yang bergerak untuk

melukiskan sesuatu. Contoh: Gajah ngoling, menggetarkan kain

melukiskan gelombang laut.

Page 431: Diktat Koreografi Tari I

19

p. Desain Lanjutan

Desain lanjutan adalah desain yang berupa garis lanjutan yang

seolah-olah ada , yang ditimbulkan oleh salah satu anggota badan.

Misalnya orang yang menyuruh pergi cukup menggerakkan lengan dan

mengacungkan jari menunjuk pintu.

Gambar 22: Desain lanjutan pada pose mengambil anak panah (Foto: Trie, 2008)

q. Desain Tertunda

Desain tertunda adalah desain yang terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh rambut panjang, rok panjang/lebar, selendang panjang

dan sebagainya. Contoh: seblak sampur, kipat sampur.

Gambar 23-24: Proses seblak sampur (Foto: Trie, 2008)

Page 432: Diktat Koreografi Tari I

20

r. Desain Simetris

Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.

Contoh: Kambeng, kapang-kapang, posisi tangan pada waktu agem.

s. Desain Asimetris

Desain Asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Contoh: Kalang kinantang, tancep, ngelung , gandang-gandang pada tari

Bali.

Gambar 25: Desain asimetris (Foto: Trie, 2008)

Page 433: Diktat Koreografi Tari I

21

Desain Musik

Musik/Karawitan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat

penting dalam suatu penggarapan tari. Musik/karawitan merupakan teman

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara

musik dan tari merupakan dua perpaduan yang harmonis. Sebagai

elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi.

Ritme adalah degupan dari musik dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Tempo adalah cepat lambatnya irama. Melodi adalah

susunan dari beberapa nada untuk membentuk satu gending.

Di dalam tari musik dibedakan menjadi dua yaitu musik internal dan

musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang bersal dari diri penari,

misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, nepuk dada, suara, tepuk paha,

Contoh dalam tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali. Musik eksternal

yaitu musik yang berasal dari luar diri penari atau suara yang dihasilkan

oleh alat . Untuk musik eksternal ini bisa dari musik diatonis atau

pentatonis.

Musik diatonis adalah alat musik yang menggunakan elektronik.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik gamelan atau disebut juga

musik tradisional. Contoh tari sebagian besar tarian menggunakan musik

eksternal kalau di Yogyakarta misalnya tari Golek, tari Bedoyo, Srimpi,

Klono Topeng dan sebagainya.

Page 434: Diktat Koreografi Tari I

22

Adapun fungsi musik dalam dalam tari

1) Sebagai iringan tari

2) Sebagai pemberi suasana pada garapan tari

3) Sebagai ilustrasi

Page 435: Diktat Koreografi Tari I

23

Pertemuan 5 Tentang Tema

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Memehami tentang pengertian Tema

Tema

Tema adalah ide-ide pokok/ ide sentral. (Masitoh, 2005: 47).

Dalam mengembangkan tema dapat dipilih dari berbagai topik yang

dipandang relevan.

Ada beberapa karakteristik tema antara lain:

1. Memberikan pengalaman langsung tentang objek bagi pemain.

2. Menciptakan kegiatan/kreasi sehingga pemain menggunakan

semua pemikirannya.

3. Membangun kegiatan yang berkaitan dengan minat.

Prinsip-prinsip Tema

1. Tema harus berorientasi pada usia atau perbedaan individu dan

karakteristik budaya anak.

2. Tema harus mengintegrasikan isi.

3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep dan membantu

untuk membangun konsep yang saling berhubungan.

Page 436: Diktat Koreografi Tari I

24

Untuk menentukan tema dalam penggarapan karya tari

membutuhkan waktu serta pemikiran yang matang sehingga hasil yang

diharapkan oleh piñata tari sesuai konsep dan ide. Bagi piñata tari

penentuan tema menjadi sangat penting karena tema ini lah yang

membimbing dalama pencarian gerak atau penentuan dramatik, dinamika

maupun elemen yang lainnya. Seringkali terjadi kesulitan atau

kebimbangan bagi peñata tari pemula dalam penentuan tema, ini

dikarenakan tidak diimbangi dengan pencarian referensi baik dalam

bentuk tulisan maupun kepekaan dalam merespon peristiwa sekitarnya.

Bagi seorang piñata tari yang kreatif semestinya hal tersebut tidak

terjadi atau tidak kesulitan dalam menentukan tema, karena banyak

peristiwa yang bisa dijadikan sumber tema diantaranya: Pengalaman

hidup diri pribadi maupun orang lain yang dialami seperti kesenangan,

kesedihan, kesombongan, kemarahan, ketamakan dan sebagainya,

kehidupan binatang, peristiwa sehari-hari seperti ketemtraman,

keresahan, kesederhanaan, kejahatan, kepanikan dan sebagainya. Cerita

rakyat atau legenda dari berbagai daerah misalnya: joko tarub, Raja Pala,

Roro Jonggrang, Jayaprana - Layonsari, Sangkuriang, Ande-ande Lumut,

Danau Toba, Malinkundang.

Cerita kepahlawanan sejarah perjuangan kemerdekaan,

perjuangan Diponogoro melawan Belanda, kepahlawanan Tuanku Imam

Bonjol, Teuku Umar, Nyai Ageng Serang, Cut Nya’ Dien, Cut Mutia,

Ngurah Rai, Puputan Badung Cerita-cerita sejarah misalnya Kerajaan

Page 437: Diktat Koreografi Tari I

25

Singosari, Hindu Mataram, Sejarah Majapahit, Sejarah pajang, Demak,

sejarah terjadinya keraton Surakarta dan Yogyakarta, Kerajaan Sri Wijaya,

Cerita yang bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana. Selain

hal tersebut diatas tema dapat juga diambil dari upacara-upacara ritual

keagamaan.

Menurut La Meri dalam bukunya yang berjudul Dance Composition

The Basic Elemen (Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, tjm.

Soedarsono) sebelum digarap tema perlu dites terlebih dahulu agar

mendapatkan hasik yang baik. La Meri mengyebutkan ada 5 tes tentang

tema yaitu:1). Keyakinan piñata tari atas nilai dari tema; 2). Dapatkah

tema tersebut ditarikan; 3). Efek sesaat dari tema terhadap penonton

apakah menguintungkan. 4). Perlengkapan teknik tari dari pencipta dan

penari. 5). Fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pertunjukan misalnya:

ruang, lighting, kostum, musik dan lain sebagainya.

Secara garis besar tema dibedakan menjadi 2 yaitu: tema literer

(tema yang bercerita dan non literer (tidak bercerita).

Tema literer dapat diambil dari berbagai cerita seperti cerita rakyat,sejarah, panji epos Mahabaratha, Ramayana dllnya. Sedangkan non literer dapat diambil dari peristiwa sosial berkaitan dengan perilaku manusia, binatang, peristiwa relegi, dllnya

Page 438: Diktat Koreografi Tari I

26

Petemuan 6 Desain Dramatik Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Dramatik

5. Desain Dramatik

Desain dramatik dalam komposisi adalah tanjakan emosional atau

klimaks dan jatuh keseluruhan. Soedarsono (1978: 27) menyatakan

bahwa suatu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks dan penutup.

Oleh karenya dalam suatu penggarapan cerita perlu dipikirkan

bagaimana mengawali dari sebuah cerita yang akan diungkap, peristiwa-

peristiwa apa saja yang perlu diekspresikan untuk mencapai klimaks atau

puncaknya dan kemudian dipikirkan bagaimana penurunannnya sebagai

penutup atau akhir dari suatu garapan.

Ada dua jenis desain dramatik yang dapat menopang untuk

mendapatkan keutuhan garapan yaitu desain kerucut tunggal dan kerucut

berganda. Dari kedua desain tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam

penerapannya di dalam karya tari.

Page 439: Diktat Koreografi Tari I

27

a. Desain Dramatik Kerucut Tunggal

Desain ini disebut juga teori Bliss Perry. Teori ini semula dipakai

didalam penggarapan drama.. Desain ini berbentuk segi tiga, teori ini

diibaratkan sebagi pendaki gunung yaitu pada awal dilakukan secara

pelan dan penuh dengan rintangan/liku2 kemudian mencapai puncak

(klimak) dan akhirnya penurunan.

Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat kembali ke dasar lagi

yang berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.

Desain ini biasanya dipakai dalam pengggarapan drama tari.

Gambar 30: desain kerucut tunggal

b. Desain Dramatik Kerucut Berganda

Desain kerucut berganda adalah desain dramatic yang dalam

pencapaian puncak/klimaks melalui beberapa tanjakan atau tahapan.

Setiap tanjakan merupakan pencapaian puncak kecil yang kemudian

penurunan ini dilakukan sampai beberapa kali dan akhirnya mencapai

puncak yang paling tertinggi yang disebut klimaks selanjutnya dilakukan

penurunan atau anti klimaks.

Page 440: Diktat Koreografi Tari I

28

Gambar 31: Desain kerucut berganda

Masing-masing dari klimaks kecil sebaiknya jangan dilakukan

terlalu lama untuk menghindari kebosanan dalam garapan tari, desain ini

baik dipakai dalam penggarapan tari tunggal.

Tugas Buatlah pembagian adegan berdasarkan alur cerita yang telah anda pilih dan tentukan klimaksnya

Page 441: Diktat Koreografi Tari I

29

Pertemuan 7 Desain Lantai Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah Komposisi

dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Desain Lantai

3. Desain Lantai (Floor Design)

Desain lantai adalah garis-gasir dilantai yang dilalui oleh seorang

penari di atas panggung atau garis dilantai yang dibuat oleh formasi

penari kelompok. Dalam pembuatan desain lantai garis menjadi bagian

yang sangat penting dan menentukan dalam pengaturan /penempatan

penari di atas panggung.

Menurut Heri Purnomo (2004: 7) garis memiliki demensi

memanjang , mempunyai arah dan mempunyai sifat. .Secara garis besar

garis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garis lurus dan garis lengkung.

a. Garis lurus

Garis lurus dapat dibuat dalam bentuk diagonal , vertikal, dan

horizontal. Garis lurus memiliki arti simbolis kuat dan tegas, dan biasanya

banyak digunakan untuk tari-tarian yang mengungkapkan kegembiraan.

Page 442: Diktat Koreografi Tari I

30

Gambar 26: Garis lurus diagonal Gambar 27: Garis lurus diago

Gambar 28: Garis lurus horizontal

b. Garis lengkung

Garis lengkung dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti

lingkaran, setengah lingkaran dan sebagainya. Garis lengkung memiliki

arti simbolis lembut, lemah, dan romantis. Desain ini banyak digunakan

dalam tari-tarian religius karena dianggap mampu menyatukan tujuan

/keinginan dari masyarakat pendukungnya.

Page 443: Diktat Koreografi Tari I

31

Gambar 28: Garis lengkung dalam bentuk lingkaran dan setengah

lingkaran

Dalam pembuatan desain lantai garis berfungsi untuk memperjelas

suatu bentuk, maksudnya jika seorang penata tari menginginkan membuat

garis diagonal seorang koreografer sudah mempertimbangkan jumlah

penari yang dibutuhkan agar garis tersebut nampak jelas diagonal.

Misalnya dilakukan oleh 5 -6 penari .

Garis juga dapat dipandang sebagai lambang/simbol misalnya

garis horizontal dapat memberi ekspresi ketenangan atau istirahat (Heri

Purnomo: 12).

Gambar 29: Garis horizontal dibawakan empat penari (Foto: Trie, 2008)

Page 444: Diktat Koreografi Tari I

32

Tugas kelompok

Mahasiswa membuat desain lantai dengan menggunakan garis lurus,

lengkung, dan campuran masing-masing satu desain dengan jumlah

penari 7 orang.

Page 445: Diktat Koreografi Tari I

33

Pertemuan 8 Dinamika

Kompetensi Dasar

Beberapa kompetensi dalam pembelajaran matakuliah

Komposisi dan Koreografi I

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat

1. Mamahami tentang pengertian Dinamika

6. Dinamika

Pengertian dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan

gerak menjadi hidup dan menarik (Soedarsono:29) dikatakan pula

dinamika adalah kekuatan, kualitas,kekuatan menarik , kekuatan

/mendorong, dinamika dapat dikatakan /diibaratkan sebagai jiwa emosionil

dari gerak.

Pencapaian dinamika ini berkaitan dengan penggunaan tenaga, ruang ,

dan waktu. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan

tenaga dalam melakukan gerak yaitu:

1). Intensitas yaitu berkaitan dengan banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak.

2). Tekanan atau aksen yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada

kalanya gerak yang membutuhkan tenaga yang banyak ada juga yang

sedikit. Contoh gerak menusuk, menghantam.

Page 446: Diktat Koreografi Tari I

34

3). Kwalitas yaitu berkaitan dengan penyaluran tenaga untuk

menghasilkan gerak bergetar, mengayun, mengalir, tegang/kuat dan

sebagainya.

Penggunaan besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan

pengaturan waktu dapat menghasilkan berbagai macam kontras yaitu

pelan-lembut-bertenaga, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tanpa

tenaga (Murgiyanto,1981: 16)

Ada beberapa teknik gerak untuk mencapai dinamika yang dipinjam

dari astilah musik diantaranya:

a. Accelerando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

mempercepat gerak

b. Ritardando yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

c. Crescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai denga

memperkuat/memperkeras gerak.

d. Decrescendo yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan

memperlambat gerak

e. Piano yaitu teknik dinamika yang dicapai dengan garapan yang

menggunakan gerak yang mengalir.

f. Forte ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

yang menggunakan tekanan.

g. Staccato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan menggunakan

gerak patah-patah.

Page 447: Diktat Koreografi Tari I

35

h. Legato ialah teknik dinamika yang dicapai dengan garapan gerak

mengalun.

Di samping itu dalam garapan tari dinamika juga dapat dicapai

melalui beberapa hal diantaranya:

1) Perubahan arah hadap

Agar gerak tari tidak nampak menoton perlu diadakan perubahan

arah hadap misalnya: gerak pertama dilakukan dengan arah hadap

ke depan, gerak kedua dilakukan dengan arah hadap ke samping

kanan ataupun kiri, dan juga bisa ke sudut depan kanan maupun ke

sudut depan kiri.

2) Perubahan pola lantai

Perubahan pola lantai juga dapat membantu untuk memunculkan

dinamika karena variasi pola lantai misalnya membagi jumlah

penari menjadi beberapa kelompok kecil, melihat variasi huruf

(abjad).

3) Perubahan level

Perubahan level dari tinggi,sedang dan rendah

4) Penggunaan properti

Penggunaan properti yang bervariasi juga bisa membantu

memunculkan dinamika karena dengan berbagai macam properti

membantu seorang koreografer mewujudkan berbagai macam

gerak.

Page 448: Diktat Koreografi Tari I

36

5) Musik

Perubahan berbagai macak dinamika musik sangat membantu

dalam pencapaian dinamika karena variasi perubahan tempo dan

ritme membantu mengungkapkan dinamika dalam gerak.

Page 449: Diktat Koreografi Tari I

37

PERTEMUAN 13 KOMPOSISI KELOMPOK

Kompetensi Dasar

Setelah Proses Belajar mengajar mhs diharapakan mampu:

1, Memahami pengertian komposisi kelompok

Uraian Materi

8. Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok adalah komposisis yang dilakukan oleh

sejumlah penari atau lebih dari satu orang penari.. Komposisi kelompok

dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

a. Kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 2 – 4 penari

b. Kelompok besar 5 – 10 orang bahkan bisa lebih.

c. Kolosal 50 lebih

d. Tari masal melibatkan orang lain di luar penari

Elemen-elemen komposisi kelompok yaitu Serempak, berimbang,

berturutan, bergantian, selang-seling, terpecah.

1) Serempak (Unison)

Gerak yang dilakukan oleh sejumlah penari secara bersama-sama.

Pengaturan penari dengan pola serempak ini dianggap yang paling

sederhana karena dapat diatur dalam pola lantai garis lurus maupun

garis lengkung.

Page 450: Diktat Koreografi Tari I

38

Gambar 32-33: Gerak yang dilakukan secara serempak

2) Berimbang (balance)

Pengertian kelompok berimbang adalah pembagian jumlah jumlah

kelompok kiri kanan sama atau disebut juga simetris. Selain

pembagian jumlah penari yang sama antara kanan dan kiri sama bisa

juga dilakukan dengan melakukan gerak antara kanan kiri dilakukan

oleh sisi tubuh yang berbeda.

Gambar 34: Gerak yang dilakukan secara berimbang (Foto: Trie, 2008)

Page 451: Diktat Koreografi Tari I

39

3) Berturutan/bergantian (canon)

Desain berturutan adalah gerak yang dilakukan secara berturutan atau

bergantian. Misalnya gerak yang memiliki frase gerak enam belas

hitungan dapat dipecah menjadi frase empat hitungan.Contoh

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Gambar 35-38: Gerak yang dilakukan secara berturutan (Foto: Trie, 2008)

d. Selang-seling (alternate)

Penggunaan desain kelompok selang-seling akan nampak menarik

apabila pengaturan penari dengan pengolahan level. Misalnya antara

nomor ganjil dan genap .

Page 452: Diktat Koreografi Tari I

40

Gambar 39: Gerak yang dilakukan secara selang-seling (Foto: Trie, 2008)

e. Terpecah (broken)

Seorang piñata tari hendaknya berhati-hati karena gerak dilakukan

oleh penari dengan bentuk heterogen tetapi nampak menjadi satu

kesatuan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 40: Kelompok terpecah (Foto: Trie, 2008)

Page 453: Diktat Koreografi Tari I

31

PERTEMUAN 9 dan 10 TATA RIAS DAN BUSANA

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian tata Rias dan Busana

Uraian Materi

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

Page 454: Diktat Koreografi Tari I

32

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 455: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 456: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 457: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 458: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 459: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 460: Diktat Koreografi Tari I

38

PERTEMUAN 11 PROPERTI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian Properti

Uraian Materi

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 461: Diktat Koreografi Tari I

39

PERTEMUAN 12 TATA LAMPU DAN TATA PANGGUNG

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Tata Lampu dan Tata

Panggung.

Uraian Materi

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

Page 462: Diktat Koreografi Tari I

40

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 463: Diktat Koreografi Tari I

41

PERTEMUAN 14 KOREOGRAFI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Koreografi

Uraian Materi

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Page 464: Diktat Koreografi Tari I

42

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

Page 465: Diktat Koreografi Tari I

43

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

Page 466: Diktat Koreografi Tari I

44

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

Page 467: Diktat Koreografi Tari I

45

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

Page 468: Diktat Koreografi Tari I

46

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

Page 469: Diktat Koreografi Tari I

47

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

Page 470: Diktat Koreografi Tari I

48

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

Page 471: Diktat Koreografi Tari I

49

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

Page 472: Diktat Koreografi Tari I

50

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 473: Diktat Koreografi Tari I

51

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

Page 474: Diktat Koreografi Tari I

52

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

Page 475: Diktat Koreografi Tari I

53

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

Page 476: Diktat Koreografi Tari I

54

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

Page 477: Diktat Koreografi Tari I

55

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 478: Diktat Koreografi Tari I

56

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

Page 479: Diktat Koreografi Tari I

57

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

Page 480: Diktat Koreografi Tari I

58

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 481: Diktat Koreografi Tari I

59

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

Page 482: Diktat Koreografi Tari I

60

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Page 483: Diktat Koreografi Tari I

61

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 484: Diktat Koreografi Tari I

31

PERTEMUAN 9 dan 10 TATA RIAS DAN BUSANA

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian tata Rias dan Busana

Uraian Materi

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

Page 485: Diktat Koreografi Tari I

32

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 486: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 487: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 488: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 489: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 490: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 491: Diktat Koreografi Tari I

38

PERTEMUAN 11 PROPERTI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian Properti

Uraian Materi

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 492: Diktat Koreografi Tari I

39

PERTEMUAN 12 TATA LAMPU DAN TATA PANGGUNG

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Tata Lampu dan Tata

Panggung.

Uraian Materi

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

Page 493: Diktat Koreografi Tari I

40

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 494: Diktat Koreografi Tari I

41

PERTEMUAN 14 KOREOGRAFI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Koreografi

Uraian Materi

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Page 495: Diktat Koreografi Tari I

42

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

Page 496: Diktat Koreografi Tari I

43

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

Page 497: Diktat Koreografi Tari I

44

PERTEMUAN 15 PROSES PENGGARAPAN KOREOGRAFI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Koreografi

Uraian Materi

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

Page 498: Diktat Koreografi Tari I

45

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

Page 499: Diktat Koreografi Tari I

46

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

Page 500: Diktat Koreografi Tari I

47

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

Page 501: Diktat Koreografi Tari I

48

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

Page 502: Diktat Koreografi Tari I

49

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

Page 503: Diktat Koreografi Tari I

50

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

Page 504: Diktat Koreografi Tari I

51

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 505: Diktat Koreografi Tari I

52

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

Page 506: Diktat Koreografi Tari I

53

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

Page 507: Diktat Koreografi Tari I

54

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Page 508: Diktat Koreografi Tari I

55

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

Page 509: Diktat Koreografi Tari I

56

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 510: Diktat Koreografi Tari I

57

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

Page 511: Diktat Koreografi Tari I

58

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Page 512: Diktat Koreografi Tari I

59

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 513: Diktat Koreografi Tari I

60

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

Page 514: Diktat Koreografi Tari I

61

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 515: Diktat Koreografi Tari I

31

PERTEMUAN 9 dan 10 TATA RIAS DAN BUSANA

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian tata Rias dan Busana

Uraian Materi

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

Page 516: Diktat Koreografi Tari I

32

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 517: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 518: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 519: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 520: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 521: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 522: Diktat Koreografi Tari I

38

PERTEMUAN 11 PROPERTI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami pengertian Properti

Uraian Materi

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 523: Diktat Koreografi Tari I

39

PERTEMUAN 12 TATA LAMPU DAN TATA PANGGUNG

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Tata Lampu dan Tata

Panggung.

Uraian Materi

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

Page 524: Diktat Koreografi Tari I

40

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 525: Diktat Koreografi Tari I

41

PERTEMUAN 14 KOREOGRAFI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Koreografi

Uraian Materi

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Page 526: Diktat Koreografi Tari I

42

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

Page 527: Diktat Koreografi Tari I

43

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

Page 528: Diktat Koreografi Tari I

44

PERTEMUAN 15 PROSES PENGGARAPAN KOREOGRAFI

Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Koreografi

Uraian Materi

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

Page 529: Diktat Koreografi Tari I

45

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

Page 530: Diktat Koreografi Tari I

46

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

Page 531: Diktat Koreografi Tari I

47

PERTEMUAN 16 KREATIVITA Kompetensi Dasar

Dapat memahami tentang pengertian Kreativitas

Uraian Materi 3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Page 532: Diktat Koreografi Tari I

48

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

Page 533: Diktat Koreografi Tari I

49

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

Page 534: Diktat Koreografi Tari I

50

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

Page 535: Diktat Koreografi Tari I

51

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 536: Diktat Koreografi Tari I

52

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

Page 537: Diktat Koreografi Tari I

53

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

Page 538: Diktat Koreografi Tari I

54

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Page 539: Diktat Koreografi Tari I

55

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

Page 540: Diktat Koreografi Tari I

56

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 541: Diktat Koreografi Tari I

57

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

Page 542: Diktat Koreografi Tari I

58

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Page 543: Diktat Koreografi Tari I

59

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 544: Diktat Koreografi Tari I

60

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

Page 545: Diktat Koreografi Tari I

61

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 546: Diktat Koreografi Tari I

31

Pertemuan 10 Tata Rias dan Busana

Kompetensi Dasar

Set

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

Page 547: Diktat Koreografi Tari I

32

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 548: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 549: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 550: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 551: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 552: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 553: Diktat Koreografi Tari I

38

Pertemuan 12 Properti

Kompetensi Dasar

10. Propertyi

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 554: Diktat Koreografi Tari I

39

Pertemuan 13 Lighting/Tata Lampu

Kompetensi Dasar

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

Page 555: Diktat Koreografi Tari I

40

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 556: Diktat Koreografi Tari I

41

Pertemuan 14 Koreografi

Kompetensi Dasar

Setelah Proses belajar mengajar mhs diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian koreografi

2. Memahami aspek-aspek koreografi dan dapat menerapkan dalam

penggarapan koreografi 2 dan 3.

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

Page 557: Diktat Koreografi Tari I

42

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

Page 558: Diktat Koreografi Tari I

43

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

Page 559: Diktat Koreografi Tari I

44

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

Page 560: Diktat Koreografi Tari I

45

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

Page 561: Diktat Koreografi Tari I

46

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

Page 562: Diktat Koreografi Tari I

47

Pertemuan 15 - 16 Kreativitas Kompetensi Dasar Setelah Proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian kreativitas 2. Mahasiswa dapat menerapkan dalam praktik

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

Page 563: Diktat Koreografi Tari I

48

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

Page 564: Diktat Koreografi Tari I

49

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

Page 565: Diktat Koreografi Tari I

50

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

Page 566: Diktat Koreografi Tari I

51

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 567: Diktat Koreografi Tari I

52

Pertemuan 17- 18 METODE KONSTRUKSI I

Kompetensi Dasar

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami metode konstruksi I

2. Mampu menerapkan metode Konsrtuksi I

dalam pempuatan rancangan tari

Uraian materi

Metode konstruksi I

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk

penyusunan dan pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai

keberhasilan yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline

Smith (trj. Ben Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam metode konstruksi I ini dijelaskan ada beberapa elemen

yang menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh

koreografer sebelum bekerja, diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara

penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

Page 568: Diktat Koreografi Tari I

53

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Page 569: Diktat Koreografi Tari I

54

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

Page 570: Diktat Koreografi Tari I

55

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

Page 571: Diktat Koreografi Tari I

56

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Reprensentasional

Tugas

1. Buatlah satu proposal rancangan karya tari dengan menerapkan

metode konstruksi I

2. Tugas ini dikumpulkan 2 minggu setelah pertemuan

Page 572: Diktat Koreografi Tari I

57

Pertemuan 19 – 20 PRINSIP BENTUK SENI

Kompetensi Dasar

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami Prinsip Bentuk Seni

2. Mampu menerapkan Prinsip Bentuk Seni

dalam pembuatan karya tari tunggal

maupun kelompok.

Uraian Materi

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

1. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

Page 573: Diktat Koreografi Tari I

58

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

2. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru. Variasi dalam gerak untuk mencapai suatu garapan gerak

(tari) yang dinamis.

3. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari.

Page 574: Diktat Koreografi Tari I

59

4. Transisi (perpindahan)

Transisi menurut Jacqueline Smith adalah berfungsi untuk

menghubungkan seluruh bagian-bagian sehingga secara efektif

menciptakan keutuhan menyeluruh (1985:73 74). Pada prinsipnya

transisi berfungsi sebagai penyambung sehingga perpindahan tidak

terasa janggal artinya enak dilihat. Pada tari-tari tradisi seperti pada

tari Jawa misalnya ditemukan berbagai macam gerak transisi baik

pada tari putra maupun putri, misalnya ada trisik, kenser, besut,

sabetan dllnya, pada tari Bali ada angsel, nyeregseg, ngutek dllnya

5. Rangkaian (rangkaian)

Gerak dalam konsrtruksi tari dibutuhkan tata urutan yang besifat

proposional. Urutan juga merupakan sebuah ketrampilan yang

menempatkan pola-pola gerak menjadi sebuah rangkaian yang

logis artinya dapat membangun sebuah konstruksi tari yang mampu

mengemukakan aspek bentuk maupun aspek isi. Dalam pengertian

struktur tata urutan adalah mampu merangkai antar adegan

peradegan, sedangkan pengertian dalam gerak yaitu mampu gerak

satu dengan gerak yang lainnya.

6. Perbandingan/seimbang (balance)

Garapan sebuah tarian diharapkan mampu mencapai prinsip

keseimbangan antara bagian yang satu dengan ybagian yang

lainnya, dengan demikian penonton dapat dengan enak

menangkap seluruh bentuk tarian. Dalam mewujudkan

Page 575: Diktat Koreografi Tari I

60

keseimbangan ini tidak melemahkan satu dengan yang lainnya

ataupun mengurangi makna dari bagian satu ndengan yang

lainnya.

7. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Tambahan yang ada pada NH Doubler adalah prinsip kontras dan

harmoni.

1. Kontras

Kontras dihadirkan untuk memberi variasi yang dimunculkan secara

tiba-tiba dengan tujuan untuk memberikan kualitas dinamika dalam

sebuah garapan. Kontras yang dimunculkan dalam garapan tari juga

bertujuan untuk menjaga keseimbangan garapan.

Page 576: Diktat Koreografi Tari I

61

2. Harmoni

Harmoni/ keselarasan adalah perpaduan antar seluruh prinsip yang

dipertimbangkan melaui evaluasi untuk mencapai artistik garapan.

Page 577: Diktat Koreografi Tari I

62

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Page 578: Diktat Koreografi Tari I

63

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB.

Page 579: Diktat Koreografi Tari I

64

---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta:LKAPHI.

Page 580: Diktat Koreografi Tari I

31

Pertemuan 10 Tata Rias dan Busana

Kompetensi Dasar

Set

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

Page 581: Diktat Koreografi Tari I

32

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 582: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 583: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 584: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 585: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 586: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 587: Diktat Koreografi Tari I

38

Pertemuan 12 Properti

Kompetensi Dasar

10. Propertyi

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 588: Diktat Koreografi Tari I

39

Pertemuan 13 Lighting/Tata Lampu

Kompetensi Dasar

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

Page 589: Diktat Koreografi Tari I

40

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 590: Diktat Koreografi Tari I

41

Pertemuan 14 Koreografi

Kompetensi Dasar

Setelah Proses belajar mengajar mhs diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian koreografi

2. Memahami aspek-aspek koreografi dan dapat menerapkan dalam

penggarapan koreografi 2 dan 3.

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

Page 591: Diktat Koreografi Tari I

42

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

Page 592: Diktat Koreografi Tari I

43

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

Page 593: Diktat Koreografi Tari I

44

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

Page 594: Diktat Koreografi Tari I

45

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

Page 595: Diktat Koreografi Tari I

46

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

Page 596: Diktat Koreografi Tari I

47

Pertemuan 15 - 16 Kreativitas Kompetensi Dasar Setelah Proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian kreativitas 2. Mahasiswa dapat menerapkan dalam praktik

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

Page 597: Diktat Koreografi Tari I

48

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

Page 598: Diktat Koreografi Tari I

49

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

Page 599: Diktat Koreografi Tari I

50

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

Page 600: Diktat Koreografi Tari I

51

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 601: Diktat Koreografi Tari I

52

Pertemuan 17- 18 METODE KONSTRUKSI I

Kompetensi Dasar

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami metode konstruksi I

2. Mampu menerapkan metode Konsrtuksi I

dalam pempuatan rancangan tari

Uraian materi

Metode konstruksi I

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk

penyusunan dan pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai

keberhasilan yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline

Smith (trj. Ben Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam metode konstruksi I ini dijelaskan ada beberapa elemen

yang menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh

koreografer sebelum bekerja, diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara

penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

Page 602: Diktat Koreografi Tari I

53

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Page 603: Diktat Koreografi Tari I

54

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

Page 604: Diktat Koreografi Tari I

55

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

Page 605: Diktat Koreografi Tari I

56

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Reprensentasional

Tugas

1. Buatlah satu proposal rancangan karya tari dengan menerapkan

metode konstruksi I

2. Tugas ini dikumpulkan 2 minggu setelah pertemuan

Page 606: Diktat Koreografi Tari I

57

Pertemuan 19 – 20 PRINSIP BENTUK SENI

Kompetensi Dasar

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami Prinsip Bentuk Seni

2. Mampu menerapkan Prinsip Bentuk Seni

dalam pembuatan karya tari tunggal

maupun kelompok.

Uraian Materi

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

1. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

Page 607: Diktat Koreografi Tari I

58

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

2. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru. Variasi dalam gerak untuk mencapai suatu garapan gerak

(tari) yang dinamis.

3. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari.

Page 608: Diktat Koreografi Tari I

59

4. Transisi (perpindahan)

Transisi menurut Jacqueline Smith adalah berfungsi untuk

menghubungkan seluruh bagian-bagian sehingga secara efektif

menciptakan keutuhan menyeluruh (1985:73 74). Pada prinsipnya

transisi berfungsi sebagai penyambung sehingga perpindahan tidak

terasa janggal artinya enak dilihat. Pada tari-tari tradisi seperti pada

tari Jawa misalnya ditemukan berbagai macam gerak transisi baik

pada tari putra maupun putri, misalnya ada trisik, kenser, besut,

sabetan dllnya, pada tari Bali ada angsel, nyeregseg, ngutek dllnya

5. Rangkaian (rangkaian)

Gerak dalam konsrtruksi tari dibutuhkan tata urutan yang besifat

proposional. Urutan juga merupakan sebuah ketrampilan yang

menempatkan pola-pola gerak menjadi sebuah rangkaian yang

logis artinya dapat membangun sebuah konstruksi tari yang mampu

mengemukakan aspek bentuk maupun aspek isi. Dalam pengertian

struktur tata urutan adalah mampu merangkai antar adegan

peradegan, sedangkan pengertian dalam gerak yaitu mampu

menyatukan antara gerak satu dengan gerak yang lainnya.

6. Perbandingan/seimbang (balance)

Garapan sebuah tarian diharapkan mampu mencapai prinsip

keseimbangan antara bagian yang satu dengan bagian yang

lainnya, dengan demikian penonton dapat dengan enak

menangkap seluruh bentuk tarian. Dalam mewujudkan

Page 609: Diktat Koreografi Tari I

60

keseimbangan ini tidak melemahkan satu dengan yang lainnya

ataupun mengurangi makna dari bagian satu dengan yang lainnya.

7. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Sementara menurut NH Doubler prinsip bentuk seni ada 9 tambahannya

yaitu: kontras dan harmoni.

1. Kontras

Kontras dihadirkan untuk memberi variasi yang dimunculkan secara

tiba-tiba dengan tujuan untuk memberikan kualitas dinamika dalam

sebuah garapan. Kontras yang dimunculkan dalam garapan tari juga

bertujuan untuk menjaga keseimbangan garapan.

2. Harmoni

Page 610: Diktat Koreografi Tari I

61

Harmoni/ keselarasan adalah perpaduan antar seluruh prinsip yang

dipertimbangkan melaui evaluasi untuk mencapai artistik garapan.

Page 611: Diktat Koreografi Tari I

62

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

Page 612: Diktat Koreografi Tari I

63

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.

Page 613: Diktat Koreografi Tari I

64

Page 614: Diktat Koreografi Tari I

31

Pertemuan 10 Tata Rias dan Busana

Kompetensi Dasar

Set

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

Page 615: Diktat Koreografi Tari I

32

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

Page 616: Diktat Koreografi Tari I

33

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Page 617: Diktat Koreografi Tari I

34

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

Page 618: Diktat Koreografi Tari I

35

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

Page 619: Diktat Koreografi Tari I

36

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Page 620: Diktat Koreografi Tari I

37

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

Page 621: Diktat Koreografi Tari I

38

Pertemuan 12 Properti

Kompetensi Dasar

10. Propertyi

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Page 622: Diktat Koreografi Tari I

39

Pertemuan 13 Lighting/Tata Lampu

Kompetensi Dasar

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

Page 623: Diktat Koreografi Tari I

40

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

Page 624: Diktat Koreografi Tari I

41

Pertemuan 14 Koreografi

Kompetensi Dasar

Setelah Proses belajar mengajar mhs diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian koreografi

2. Memahami aspek-aspek koreografi dan dapat menerapkan dalam

penggarapan koreografi 2 dan 3.

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

Page 625: Diktat Koreografi Tari I

42

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

Page 626: Diktat Koreografi Tari I

43

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

Page 627: Diktat Koreografi Tari I

44

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

Page 628: Diktat Koreografi Tari I

45

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

Page 629: Diktat Koreografi Tari I

46

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

Page 630: Diktat Koreografi Tari I

47

Pertemuan 15 - 16 Kreativitas Kompetensi Dasar Setelah Proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian kreativitas 2. Mahasiswa dapat menerapkan dalam praktik

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

Page 631: Diktat Koreografi Tari I

48

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

Page 632: Diktat Koreografi Tari I

49

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

Page 633: Diktat Koreografi Tari I

50

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

Page 634: Diktat Koreografi Tari I

51

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 635: Diktat Koreografi Tari I

52

Pertemuan 17- 18 METODE KONSTRUKSI I

Kompetensi Dasar

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami metode konstruksi I

2. Mampu menerapkan metode Konsrtuksi I

dalam pempuatan rancangan tari

Uraian materi

Metode konstruksi I

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk

penyusunan dan pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai

keberhasilan yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline

Smith (trj. Ben Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam metode konstruksi I ini dijelaskan ada beberapa elemen

yang menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh

koreografer sebelum bekerja, diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara

penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

Page 636: Diktat Koreografi Tari I

53

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Page 637: Diktat Koreografi Tari I

54

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

Page 638: Diktat Koreografi Tari I

55

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

Page 639: Diktat Koreografi Tari I

56

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Reprensentasional

Tugas

1. Buatlah satu proposal rancangan karya tari dengan menerapkan

metode konstruksi I

2. Tugas ini dikumpulkan 2 minggu setelah pertemuan

Page 640: Diktat Koreografi Tari I

57

Pertemuan 19 – 20 PRINSIP BENTUK SENI

Kompetensi Dasar

Setelah proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami Prinsip Bentuk Seni

2. Mampu menerapkan Prinsip Bentuk Seni

dalam pembuatan karya tari tunggal

maupun kelompok.

Uraian Materi

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

1. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

Page 641: Diktat Koreografi Tari I

58

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

2. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru. Variasi dalam gerak untuk mencapai suatu garapan gerak

(tari) yang dinamis.

3. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari.

Page 642: Diktat Koreografi Tari I

59

4. Transisi (perpindahan)

Transisi menurut Jacqueline Smith adalah berfungsi untuk

menghubungkan seluruh bagian-bagian sehingga secara efektif

menciptakan keutuhan menyeluruh (1985:73 74). Pada prinsipnya

transisi berfungsi sebagai penyambung sehingga perpindahan tidak

terasa janggal artinya enak dilihat. Pada tari-tari tradisi seperti pada

tari Jawa misalnya ditemukan berbagai macam gerak transisi baik

pada tari putra maupun putri, misalnya ada trisik, kenser, besut,

sabetan dllnya, pada tari Bali ada angsel, nyeregseg, ngutek dllnya

5. Rangkaian (rangkaian)

Gerak dalam konsrtruksi tari dibutuhkan tata urutan yang besifat

proposional. Urutan juga merupakan sebuah ketrampilan yang

menempatkan pola-pola gerak menjadi sebuah rangkaian yang

logis artinya dapat membangun sebuah konstruksi tari yang mampu

mengemukakan aspek bentuk maupun aspek isi. Dalam pengertian

struktur tata urutan adalah mampu merangkai antar adegan

peradegan, sedangkan pengertian dalam gerak yaitu mampu gerak

satu dengan gerak yang lainnya.

6. Perbandingan/seimbang (balance)

Garapan sebuah tarian diharapkan mampu mencapai prinsip

keseimbangan antara bagian yang satu dengan ybagian yang

lainnya, dengan demikian penonton dapat dengan enak

menangkap seluruh bentuk tarian. Dalam mewujudkan

Page 643: Diktat Koreografi Tari I

60

keseimbangan ini tidak melemahkan satu dengan yang lainnya

ataupun mengurangi makna dari bagian satu ndengan yang

lainnya.

7. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Tambahan yang ada pada NH Doubler adalah prinsip kontras dan

harmoni.

1. Kontras

Kontras dihadirkan untuk memberi variasi yang dimunculkan secara

tiba-tiba dengan tujuan untuk memberikan kualitas dinamika dalam

sebuah garapan. Kontras yang dimunculkan dalam garapan tari juga

bertujuan untuk menjaga keseimbangan garapan.

Page 644: Diktat Koreografi Tari I

61

2. Harmoni

Harmoni/ keselarasan adalah perpaduan antar seluruh prinsip yang

dipertimbangkan melaui evaluasi untuk mencapai artistik garapan.

Page 645: Diktat Koreografi Tari I

62

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Page 646: Diktat Koreografi Tari I

63

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB.

Page 647: Diktat Koreografi Tari I

64

---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta:LKAPHI.

Page 648: Diktat Koreografi Tari I

31

9. Tata Rias dan Busana

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat

dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari

perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana

yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan

dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian

dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang

karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema

cerita.

Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias

a. Tata Rias

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk

mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri

dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni

menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan

dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas

panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan,

1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting

yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha

menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam

kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri

Page 649: Diktat Koreografi Tari I

32

tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias

yaitu:

1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah

mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain

orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan

aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.

2) Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan

menjadi perempuan, demikian sebaliknya.

3) Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan

aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain.

Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa

Belanda.

4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda

(remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan

(kakek/nenek).

5) Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh

yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana,

Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh,

tokoh anak nakal.

Page 650: Diktat Koreografi Tari I

33

6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas

watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri

luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.

7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan

peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun

tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan

yang berbeda.

8) Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas

keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di

penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.

Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan,

diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan

watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang

pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter

manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan

tentang karakter dan tokoh pewayangan.

b. Tata Busana

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan

perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.

Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian

1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian

pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples

Page 651: Diktat Koreografi Tari I

34

2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya

binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.

3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian

tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,

mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada,

selendang, dan seterusnya.

4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala.

Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan

bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung

bokor, dan sejenisnya).

5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi

ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif,

pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung,

ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),

kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas

disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat,

payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.

Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di

alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang

dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan

warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan

sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga

Page 652: Diktat Koreografi Tari I

35

digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan

keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya.

Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu

dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku

Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna

primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang

terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah

simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna

tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.

Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai

kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada

drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau

putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya;

Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan

kegembiraan.

b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan

orange.

c) Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer

dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur

dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.

d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna

sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan

Page 653: Diktat Koreografi Tari I

36

orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet,

violet dengan merah.

e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan

warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan

12 warna campuran baru..

f) Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan

kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional

biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana.

Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih

memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam

drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang

dianggap suci.

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua

bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan

dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna

dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri

atas hijau, biru, ungu, dan violet.

Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi

perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan

peran, watak, dan karakter para tokohnya.

Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari

tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari

Page 654: Diktat Koreografi Tari I

37

dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna

mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.

Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak

merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna

kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian.

Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk

berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta.

Warna Ungu memberi kesan ketenangan.

10. Property

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang

akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan

pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan

stage prop.

Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau

dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property

yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan,

selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi,

boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya.

Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah

mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai

dengan isi garapan tarinya.

Page 655: Diktat Koreografi Tari I

38

Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung

yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai

antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

11.Lighting / Tata Lampu

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas

panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu

mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.

Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan

lampu modern.

a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak

tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.

b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya

spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga

perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang

berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana

yang diinginkan.

Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana,

misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah),

sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk

menguatkan adegan percintaan.

Page 656: Diktat Koreografi Tari I

39

12. Stage / Tata Panggung

Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis

pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan

modern.

Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di

Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan

baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu:

pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera.,

arena dan sebagainya.

Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung

proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup

biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri

panggung.

C. Koreografi

Seorang koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto

mengungkapkan koreografi adalah pemilihan dan tindakan atau proses

pemilihan dan pembentukan gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu

dikatakan kata koreografi berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian

koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian

koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara

merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.

Page 657: Diktat Koreografi Tari I

40

1. Aspek-aspek Koreografi

Dalam membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk

sebagi wujud dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh

karenanya ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna

mencapai hasil tersebut diantaranaya:

aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.

a. Aspek Isi

Aspek isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari

sebuah karya tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak

yang diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting yang

harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi inilah

penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta menentukan

langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika, serta

penokohan bila ada.

b. Aspek Bentuk

Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai form. Bentuk dalam sebuah karya tari adalah terjemahan

dari isi dan merupakan penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan

di dalam ruang (di atas panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak,

desain lantai, dinamika, dramatik dan yang lainnya.

c. Aspek Teknis

Aspek tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran

atau salah satu alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek

Page 658: Diktat Koreografi Tari I

41

tehnis ini membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari

diharapkan memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya

tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.

Apabila seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali

dirinya dengan gaya dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya

yang dipilih gaya Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata

tari harus tahu dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri

halus gaya Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan

patokan-patokan gerak yang harus ditaati.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga

memegang peran penting karena keberhasilan piñata tari sangat

tergantung pada penari, oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari

yang trampil dan sensitif untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah

sarana untuk mencapai sasaran

d. Aspek Proyeksi/jembatan

Aspek proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya

tari dengan penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah

yang memegang peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan

oleh penari dan diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan

,disiplin, keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus

terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.

Page 659: Diktat Koreografi Tari I

42

Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema

garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang

diinginkan piñata tari sampai ke penonton.

2. Proses Peggarapan Koreografi

a. Eksplorasi

Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai pengalaman

untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering disebut juga

dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan. Kegiatan ini

dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan terhadap peristiwa

yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam, dengan membaca

cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos Mahabarata,

Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang dialami

sendiri oleh piñata tari.

Dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang

kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi

politik, keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan dari

peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,

kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,

banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa

ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide

garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat

saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan

Page 660: Diktat Koreografi Tari I

43

terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya

salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.

b. Improvisasi

Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara spontan,

entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah muncul pada

saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut kepercayaan

diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.

Improvisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu

diawali dari gerak sederhana melalui bagian-bagian anggota badan

seperti menggerakan kaki, lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai

gerak di tempat selanjutnya berpindah tempat serta menggabungkan

beberapa gerak dari anggota tubuh.

Selanjutnya dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level,

mengisi suara musik mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan

gerak-gerak seperti tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak

untuk berkonsentrasi dengan memejamkan mata guna menghindari

pengaruh disekitarnya atau meniru teman lain.

Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang

lainnya, dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya

langsung ikut bergerak.

Page 661: Diktat Koreografi Tari I

44

c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan

mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus

memilih gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang

digarap. Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan

tidaknya gerak yang telah didapat

d. Pembentukan/Komposisi

Setelah melewati evaluasi selanjutnya adalah pembentukan, pada

proses ini pembentukan dimaksudkan adalah bagaimana gerak menjadi

satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam). Dalam hal ini sudah

barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema , bentuk, setruktur, irama

yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan dan disesuaikan dengan

tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu ragam dan telah

mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu keragam

berikutnya.

3. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu

berupa gagasan ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara

keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher

dalam Yeni Rochmawati, 2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: )

mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang abru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relative berbeda dengan apa yang telah ada. Definisi berilutnya diutrakan

Page 662: Diktat Koreografi Tari I

45

oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara

hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara itu menurut

Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun

yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang

kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu

kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat

mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga

tercipta sesuatu kebulatan yang baru.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,

estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang untuk

pemecahan ssuatu masalah.

Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)

1. Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar

katagori yang biasa..

Page 663: Diktat Koreografi Tari I

46

3. Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang

unik atau luar biasa.

4. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi

kenyataan

5. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan

menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)

1) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.

4) Menghargai fantasi.

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak

pasti.

9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

10) Percaya diri danmandiri.

11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.

12) Tekun dan tidak mudah bosan.

13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.

14) Kaya akan inisiatif.

Page 664: Diktat Koreografi Tari I

47

15) Peka terhadap situasi lingkungan.

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa

lalu.

17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.

18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan

mengandung teka-teki.

19) Memiliki gagasan yang orisinal.

20) Mempunyai minat yang luas.

21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan

konstruktif bagi pengembangan diri.

22) Kritis terhadap pendapat orang lain.

23) Senang mengajukan pertanyaan.

24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.

Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi

dan hanya berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar

maupun kecil.

Dalam proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan

antara lain: lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan

apresiasi.

1. Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan

lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor

pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang.

Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri

Page 665: Diktat Koreografi Tari I

48

seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti

pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam

pementasan.

2. Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan

tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu

fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang

dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.

3. Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki

daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon

peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam

suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan

untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena

keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk

dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk

memenuhi perwujudan sebuah tarian.

4. Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri

pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan

dimana seniman tersebut berada.

5. Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu ,

menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.

Page 666: Diktat Koreografi Tari I

49

6. Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai

dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.

Page 667: Diktat Koreografi Tari I

50

BAB III

METODE KONSTRUKSI

Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan

pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan

yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben

Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I

Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang

menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer

sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari

Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain

itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari..

Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar,

visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar

Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami

oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara

manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam

lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut

Page 668: Diktat Koreografi Tari I

51

dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari

suatu tarian.

b. Rangsang visual

Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu,

misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian),

pola, wujud. Dari rangsang tersebut piñata tari dapat melihat

dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah

kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang

tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat

duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana,

sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol

kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.

c. Rangsang gagasan/idesional

Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian,

peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak.

Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa

pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.

d. Rangsang Kinestetik

Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah

tarian yang dapat memberi inspirasi dalam

mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak

nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

Page 669: Diktat Koreografi Tari I

52

e. Rangsang Peraba

Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut,

kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari

Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik

sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik,

etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam

tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.

1. Tipe Dramatik

Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan

dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya

atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian

pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita

secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan

yang lainnya.

2. Drama Tari

Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita

secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh

yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam

cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi

Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman,

Page 670: Diktat Koreografi Tari I

53

Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian

juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta,

dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang

mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana,

pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan

antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara

Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang

antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan

Rama Dewa,

3. Tipe Komik

Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau

penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya

sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan,

menggerakkan tangan, badan yang ditekuk.

4. Tipe Murni

Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam

penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang

kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan

masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi

Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun

dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

Page 671: Diktat Koreografi Tari I

54

C. Mode Penyajian

Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan

garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap.

Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional

dan non-representasional.

Page 672: Diktat Koreografi Tari I

55

BAB IV

PRINSIP BENTUK SENI

Ada beberapa pandangan yang memberikan pendapatnya

mengenai prinsip bentuk seni namun pada pembahasan ini khusus akan

membicarakan prinsip bentuk yang berkaitan dengan Tari.

A. Prinsip Dalam Penyusunan Tari Kelompok

Prinsip dalam penyusunan koreografi kelompok (Hadi, 2003: 74)

antara lain kesatuan (unity), varisi, repetisi (pengulangan), Transisi

(perpindahan), rangkaian, perbandingan (balance), klimaks .

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan yang utuh dari berbagai aspek secara bersama mencapai

keutuhan. Dalam koreografi kelompok prinsip kesatuan

mengandung pengertian menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam

hal ini dimaksudkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sebagai satu bentuk yang utuh baik dari sisi gerak,

struktur/rangkaian cerita yang digarap, musik, rias dan busana dan

unsure yang lainnya.

b. Variasi.

Dalam proses koreografi prinsip variasi sangat penting baik variasi

gerak, tempo, musik, desain lantai guna mencapai hal-hal yang

baru.

Page 673: Diktat Koreografi Tari I

56

c. Repetisi (pengulangan)

Tari dikatakan sebagi seni yang sesaat artinya yang bisa dinikmati

saat ditampilkan setelah itu penonton tidak dapat mengingatnya

lagi, oleh karenanya dalam tatan tari diperlukan adanya gerak

pengulangan yang berfungsi untuk memberi kesan kepada

penonton tentang kemungkinan ada gerak-gerak menarik yang

telah disajikan. Revetisi juga diartikan sebagai pernyataan kembali

dari apa yang pernah terjadi. Dalam konsep pengulangan ini variasi

gerak sangat dibutuhkan guna menghindari kebosanan pada

penonton karena pengulangan gerak yang dilakukan berkali-kali

menjadi membosankan. Dengan demikian penempatan

pengulangan gerak harus dipertimbangkan dengan baik oleh

penata tari Gerak sebagai media ungkap dalam tari

d. Transisi (perpindahan)

e. Rangkaian

f. Perbandingan (balance)

g. Klimaks

Bentuk koreografi yang bersifat literal maupun non-literal kesatuan

dan keutuhan structural permulaan perkembangan sampai

mencapai klimaks turunnya penyelesaian atau akhir yang harus

terjadi dalam tari. Klimaks merupakan titik puncak dari suatu tema

cerita yang disajikan. Lihat penjelasan tentang desain dramatic.

Page 674: Diktat Koreografi Tari I

57

Prinsip bentuk seni yang diungkapkan oleh Margaret N.H’Doubler

(terj. Kumorohadi, 1985:148) mengemukakan bahwa prinsip betuk terdiri

atas: Unity, variasi, kontras, klimaks, transisi, balans, sequence, repetisi,

harmoni. Kesembilan bagian ini digambarkan sebagai jaringan laba-laba

yaitu antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau mendukung

sehingga dapat dinikmati.

Page 675: Diktat Koreografi Tari I

58

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Komposisi dan Koreografi (KK) I berbobot 2 SKS

dengan tatap muka satu kali tiap minggunya, dengan alokasi waktu

seratus menit tiap tatap muka di luar tugas terstruktur dan mandiri.

Materi Pembelajaran dalam Mata kuliah KK I mengenai teori

komposisi tari, elemen-elemen komposisi tari, aspek-aspek koreografi,

prinsip bentuk seni, metode konstruksi. Mempraktekkan desain atas dan

desain lantai, merangkai beberapa desain menjadi satu bentuk garapan

gerak tari. Diakhir perkuliahan mahasiswa merangkai gerak dari hasil

penerapan komposisi tari dengan menekankan pada desain atas, desain

lantai, dinamika, dan dramatik dalam sajian komposisi kelompok. Oleh

karena itu diperlukan bahan ajar yang sifatnya memperjelas dari teori yang

terdapat pada buku yang digunakan dalam referensi. Penulisan diktat ini

adalah salah satu upaya untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam

mempelajari matakuliah Komposisi dan Koreografi tari I. Dengan adanya

diktat ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktik sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Penulis sadari betul bahwa diktat ini jauh dari sempurna untuk kritik

dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan ke depan.

Page 676: Diktat Koreografi Tari I

59

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo,1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta. Akademi

Seni Tari Indonesi _____________, 199. Komposisi Kelompok. Yogyakarta a Yogyakarta. Jequiline, Smith (tjm. Ben Suharto) Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yoyakarta:

IKALASTI Margaret N,H”Doubler, Tarj. Kumorohadi, 1985. Tari Pengalaman Seni

Yang Kreatif. Surabaya: Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta. Munandar, Utami. 2 . Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Purnomo,Heri. 2004. Nirmana Dwimatra. Yogyakarta: Jur Pend Seni Rupa

dan Kerajinan, FBS, UNY.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti DirpemdikTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Soetejo, Tebok. 1983. Diktat Komposisi tari, Yogyakarta: Akademi Seni

tari Indonesi Soedarsono,197. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:

Akademi Seni Tari Indonesia. Suharto, Ben. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.

Yogyakarta: IKALASTI. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi. Belajar. Bandung: ITB. ---------------------, 2003 Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.

Yogyakarta:LKAPHI.