9
DISINFESTASI RADIASI BAL-BAL TEMBAKAU UKURAN EKSPOR All Rahayu*, M. Hoedaya*, Rosalina S. Haryadi*, dan Harsojo* ABSTRAK - ABSTRACT DISINFESTASI RADIASI BAL-BAL TEMBAKAU UKURAN EKSPOR. 1iga puluh enam bal tern bakau masing-masing berukuran 100 cm x 75 cm x 40 cm yang diperoleh dari ATI Jember digunakan dalam percobaan ini. Seliap bal diinfeksi dengan 25 ekor larva, 25 ekor pupa, dan 50 ekor imago Lasioderma serricome F. (Coleoptera: Anobiidae). Satu minggu setc:1ahinfeksi, bal-bal terse but dibagi dalam tiga kelompok. Kc:1ompokpertama tidak mendapat- kan perlakuan sebagai kontrol, kelompok kedua dengan sinar gamma pada dosis 0,301 - 0,631 kGy, dan ke10mpok ketiga difumigasi dengan fostoksin pada dosis 3 g fosfin!m3. Populasi serangga, kadar air daun, dan pertumbuhan kapang diamati liap dua bulan sc:1amaenam bulan penyimpanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa iradiasi dan fumigasi mempunyai efek- tivitas yang sama terhadap perkembangan pupa dan imago sedang terhadap larva dan serangga keseluruhan, fumigasilebih efektif daripada iradiasi. Penyimpanan yang sama cenderung menaik- kan kadar air claun tembakau, dan hal ini akan mendukung pertumbuhan kapang. Akan tetapi iradiasi dan fumigasi dengan fostoksin pada tingkat dosis yang digunakan dalam percobaan ini tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan kapang. RADIATION DISINFESTATION OF EXPORT-8IZE TOBACCO BALES. Thirty-six export-size tobacco bales of 100 cm x 75 cm x 40 cm, supplied by ITA Jember were used in this experiment. Each bale was infested with 25 larvae, 25 pupae, and 50 adults of Lasioderma serricorne F. One week after infestation, the bales were divided into three groups. The first group was wed as untreated control, the second group was irradiated with gamma ray at dose range of 0.301 - 0.631 kGy, and the third group was fumigated with 3 g phosphin!m3• Insect density, leaf moisture, and mold growth were observed every 2 months during 6-month storage period. The results showed that irradiation and fumigation had the same effect on the develop- ment of pupae and adults, whereas fumigation was more effective than irradiation to inhibit the development of larvae and total population of insect. Prolonged storage had a tendency to increase leaf moisture content, and it supported development of mold. However, the irradiation and phostoxin fumigation used in this experiment had no si~cant e-ffect on the development of mold growth on the samples. PENDAHULUAN Tembakau merupakan salah satu komoditi ekspor non-migas utama Indonesia. Sebagai komoditi perdagangan, tembakau dan juga industri rokok kretek merupa- kan penghasil cukai terbesar bagi negara. Pada tahun 1982/1983 cukai rokok yang diterima negara sekitar 600 milyar rupiah (I), dan volume ekspor tembakau mencapai 19,547 ton dengan nilai devisa yang diperoleh sekitar 32,1 juta dolar Amerika (2). • PUlat Aplikasi Isotop clan Radiasi, BATAN 469

DISINFESTASI RADIASI BAL-BAL TEMBAKAU UKURAN …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · DISINFESTASI RADIASI BAL-BAL TEMBAKAU UKURAN EKSPOR All Rahayu*,

Embed Size (px)

Citation preview

DISINFESTASI RADIASI BAL-BAL TEMBAKAU UKURAN EKSPOR

All Rahayu*, M. Hoedaya*, Rosalina S. Haryadi*, dan Harsojo*

ABSTRAK - ABSTRACT

DISINFESTASI RADIASI BAL-BAL TEMBAKAU UKURAN EKSPOR. 1iga puluhenam bal ternbakau masing-masing berukuran 100 cm x 75 cm x 40 cm yang diperoleh dariATI Jember digunakan dalam percobaan ini. Seliap bal diinfeksi dengan 25 ekor larva, 25 ekorpupa, dan 50 ekor imago Lasioderma serricome F. (Coleoptera: Anobiidae). Satu minggusetc:1ahinfeksi, bal-bal terse but dibagi dalam tiga kelompok. Kc:1ompokpertama tidak mendapat­kan perlakuan sebagai kontrol, kelompok kedua dengan sinar gamma pada dosis 0,301 - 0,631kGy, dan ke10mpok ketiga difumigasi dengan fostoksin pada dosis 3 g fosfin!m3. Populasiserangga, kadar air daun, dan pertumbuhan kapang diamati liap dua bulan sc:1amaenam bulanpenyimpanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa iradiasi dan fumigasi mempunyai efek­tivitas yang sama terhadap perkembangan pupa dan imago sedang terhadap larva dan seranggakeseluruhan, fumigasilebih efektif daripada iradiasi. Penyimpanan yang sama cenderung menaik­kan kadar air claun tembakau, dan hal ini akan mendukung pertumbuhan kapang. Akan tetapiiradiasi dan fumigasi dengan fostoksin pada tingkat dosis yang digunakan dalam percobaan initidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan kapang.

RADIATION DISINFESTATION OF EXPORT-8IZE TOBACCO BALES. Thirty-sixexport-size tobacco bales of 100 cm x 75 cm x 40 cm, supplied by ITA Jember were used inthis experiment. Each bale was infested with 25 larvae, 25 pupae, and 50 adults of Lasiodermaserricorne F. One week after infestation, the bales were divided into three groups. The firstgroup was wed as untreated control, the second group was irradiated with gamma ray at doserange of 0.301 - 0.631 kGy, and the third group was fumigated with 3 g phosphin!m3• Insectdensity, leaf moisture, and mold growth were observed every 2 months during 6-month storageperiod. The results showed that irradiation and fumigation had the same effect on the develop­ment of pupae and adults, whereas fumigation was more effective than irradiation to inhibitthe development of larvae and total population of insect. Prolonged storage had a tendency toincrease leaf moisture content, and it supported development of mold. However, the irradiationand phostoxin fumigation used in this experiment had no si~cant e-ffect on the developmentof mold growth on the samples.

PENDAHULUAN

Tembakau merupakan salah satu komoditi ekspor non-migas utama Indonesia.Sebagai komoditi perdagangan, tembakau dan juga industri rokok kretek merupa­kan penghasil cukai terbesar bagi negara. Pada tahun 1982/1983 cukai rokok yangditerima negara sekitar 600 milyar rupiah (I), dan volume ekspor tembakaumencapai 19,547 ton dengan nilai devisa yang diperoleh sekitar 32,1 juta dolarAmerika (2).

• PUlat Aplikasi Isotop clan Radiasi, BATAN

469

Pengalaman menunjukkan bahwa dunia pertembakauan Indonesia mengalami

hambatan, dan salah satu penyebab utamanya ialah serangan kumbang bubuk

Lasioderma serricome F. (Coleoptera: Anobiidae). Pada waktu ini kumbang bubukbanyak ditemukan di daerah Jember dan sekitamya, dimana 60 % produksitembakau Indonesia dihasilkan (3).

Kumbang bubuk L. serricome adalah jenis hama gudang yang sejak stadiumlarva hidup di dalam lipatan daun tembakau, rajangan daun tembakau, dan bahkandapat ditemukan pada komoditi lain. Sampai menjelang berke porn pong, larva (ulat)tinggal di dalam substrat terse but danjuga dapat berpindah ke tempat lain.

Menurut LEMBAGA TEMBAKAU (4) dan TENHET (5), L.serricome merupa­kan hama gudang utama yang menyebabkan kerusakan daun tembakau keringselama penyimpanan. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama terse but, paraeksportir dan pihak~pihak yang berhubungan dengan dunia pertembakauan, khusus­nya tembakau bahan cerutu melakukan fumigasi terhadap bal-bal tembakau, baikselama penyimpanan, sebelum pengapalan, maupun selama pengapalan denganmenggunakan fostoksin. Akan tetapi usaha ini ternyata belum memberikan hasilseperti yang diharapkan. Oleh karena itu masih perlu dicari usaha lain yang mungkindapat digunakan untuk mengatasi masalah ini.

Penggunaan sinar gamma untuk memberantas hama gudang dikenal dengannama teknik disinfestasi radiasi. CORNWEL (7) menyatakan bahwa disinfestasiradiasi merniliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan fumigasi, antara lain ialahdaya penetrasi sinar gamma lebih tinggi dan dapat menyebar lebih merata daripadafumigan. Hasil yang diperoleh di beberapa negara menunjukkan bahwa penerapanteknik disinfestasi radiasi pada berbagai komoditi seperti gandum, beras, jagung,terigu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya ternyata cukup memberikan harapan.

Penelitian pendahuluan mengenai pengaruh iradiasi gamma terhadap kemandul­an dan kematian L. serricome telah ban yak dilaporkan dalam tahun-tahun 1960-an,diantaranya oleh RUANG0PAS (8) di Thailand, TILTON dkk. (9) di AmerikaSerikat, PENDLEBURY dkk. (10) di Inggris, CAVALLORO dkk. (11) di ltalia danISCHAK (12) di Indonesia. Selain itu, HOEDA YA dkk. (13) telah pula melaporkanpenelitian pendahuluan penerapan teknik disinfestasi radiasi pada tembakau denganmenggunakan bal-bal mini berukuran 13 x 8 x 6 cm dengan berat sekitar 250 gram.

Percobaan yang dilaporkan sekarang ini, merupakan lanjutan percobaan pene­rapan teknik disinfestasi radiasi terdahulu dengan menggunakan bal tembakauberukuran komersial (ekspor). Di samping itu percobaan ini juga merupakan salahsatu percobaan yang tern1asuk dalam "IAEA Coordinated Research Programme"yang dikerjakan bersama oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi - BATAN, Lemb agaTembakau Pusat, Lembaga Tembakau Jatim II di Jember, Dinas Riset PTP. XXVIIJember, dan Asosiasi Tembakau Indonesia - Jember.

BAHAN DAN METODE

Tembakau yang digunakan dalam pereobaan ini terdiri dari 36 bal, masing­masing berukuran 100 x 75 x 40 em dengan berat sekitar 100 kg yang diperoleh

sebagai sumbangan dap Asosiasi Tembakau Indonesia, Jember. Untuk mematikan

470

L. serricome yang mungkin sudah ada di dalam tembakau, maka bal-bal terse butdifumigasi dengan fostoksin yang dilakukan di gudang PTP. XXVII Jember. Segerasetelah fumigasi selesai, dari tiap bal diambil eontoh untingan daun tembakau untukpengukuran kadar air.

Untuk memastikan adanya infestasi L. serricome setiap bal diinfeksi dengan 25

ekor larva, 25 ekor pupa dan 50 ekor imago. Ketiga stadia seran"ggaterse but dilepas­kan ke dalam 'kantong kasa berukuran sekitar 30 x 20 em dengan dua unting dauntembakau di dalamnya. Selanjutnya kantong kasa tersebut d~m_asukkan ke dalambal. Seminggu setelah infeksi, bal-bal terse but dibagi menjadi tiga kelompok (masing­masing 12 bal). Kelompok pertama tidak mendapatkan perlakuan sebagai kontrol,kelompok kedua diiradiasi sinar gamma pada dosis 0,301 - 0.631 kGy dan kelom­pok ketiga difumigasi dengan fostoksin pada dosis 3 g fosfin/m3 .

Berdasarkan penelitian pendahuluan, iradiasi dilakukan seeara terputus dengan12 kali perubahan posisi bal terhadap sumber radiasi. Setiap perubahan posisi balyang dilakukan seeara manual, memerlukan waktu sekitar 2 menit. Pada saattersebut iradiasi dihentikan. Waktu iradiasi untuk tiap posisi 3 menit. Distribusi

dosis radiasi yang terserap oleh setiap bagian bal berkisar antara 0,301 (dosisminimal) dan 0,631 kGy (dosis maksimal). Bagian tengah bal dimana kantong kasayang berisi L. serricorne diletakkan menerirna radiasi sekitar 0.356 kGy.

Fumigasi dengan fostoksin dilakukan di dalam ruangan khusus dengan volumesekitar 27 m3 untuk 12 bal. Fostoksin yang digunakan sebanyak 27 tablet yang

terbagi pada 4 tempat dan diletakkan terse bar di dalam ruangan terse but selama8 hari.

Raneangan pereobaan yang digunakan ialah raneangan aeak kelompok (RAK)pola faktorial dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati yaitu, populasiserangga (larva, pupa dan imago), kadar air daun tembakau dan pertumbuhankapang; masing-masing diamati setelah penyirnpanan 0 bulan (segera setelah perla­kuan selesai), 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

Penghitungan populasi L. serricome dilakukan dengan mengambil kantongkasa dari dalam bal dan membukanya. Semua stadium serangga yang ditemukan,

dikumpulkan dan dipisahkan antara yang hidup dan yang mati untuk kemudiandiWtung.

Dua unting daun tembakau diambil seeara aeak dari setiap bal, untuk diguna­kan sebagai eontoh pengukuran kadar air dan pertumbuhan kapang. Pengukurankadar air dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kadar air Aqua Boy tipeTam II rnilik Dinas Riset PIP. XXVII, Jember. Identifikasi kapang yang terdapatpada daun tembakau dilakukan dengan jalan menginkubasikan eontoh daun padamedium Sabouraud Dextrose Agar (SDA - Difeo) di dalam ruangan dengan suhusekitar 300C selama 4 - 5 hari. Kapang yang tumbuh dimurnikan dan diidentifikasiseeara mikroskopis.

BASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi serangga yang ditemukan pada bal-bal kontrol (tanpa perlakuan)memperlihatkan adanya peningkatan selama penyirnpanan, yaitu dari 100 ekoryang diinfeksikan menjadi 240, 261 dan 312 ekor masing-masing pada pengamatan

471

bulan kedua, keempat dan keenam. Tetapi persentase kematian serangga jugameningkat yaitu, 62% pada pengamatan pertama, 46 % pada pengamatan kedua,

~4% pada pengamatan 1cetlga dan d1 atdtir pengamatan mencapai ~~ % (Tabel1~.Hal ini menunjukkan bahwa tiap stadium serangga yang diinfeksikan dapat berkem­bang. Tetapi di pihak lain timbul suatu keraguan, karena serangga yang diinfeksikanbaru mencapai dua generasi kematiannya telah mencapai 99%. Suatu kejanggalantampaknya telah terjadi, akan tetapi perlu diingat bahwa pengamatan tidak dilaku­kan terhadap serangga pada bal yang sarna. Demikian pula pola penyimpanan(pemupukan) bal, cara infeksi dan letak kantong kasa di dalam bal, semuanyamerupakan faktor teknis yang mungkin akan mempengaruhi atau menyebabkankematian serangga baik sebelum perlalruan maupun sesudahnya.

Tabel 1. Perkembangan populasi L. serricome dalam bal tembakau (jumlah total larva, pupadan imago).

Masa simpan (bulan)Perlakuan

02 46

Kontrol

100 (62)240 (46)261 (64)312 (99)lradiasi

94 (73)76 (87)75 (100)52 (100)

Fumigasi

70 (94)91 (100)87 (99)90 (99)

Rata-rata dari tiga ulangan dan angka dalam tanda kurung adalah persentase kematian.

Pelaksanaan percobaan ini agak menyimpang dari yang direncanakan sebelum­nya. Semula infeksi serangga akan dilalrukan langsung ke dalam bal tembakau, akantetapi mengingat kemungkinan sukarnya pengamatan populasi serangga yangmenyebar ke seluruh bagian bal, maka infeksi dilakukan dengan menggunakankantong kasa yang dimasukkan ke dalam bal. Oleh karena itu untuk lebih meman­tapkan percobaan yang akan datang, dosis iradiasi dan beberapa faktor teknis diatas perlu dipikirkan lebih lanjut.

Berbeda dengan kontrol, populasi serangga yang ditemukan baik pada bal yangmendapat perlakuan iradiasi maupun fumigasi, ternyata tidak memperlihatkanadanya perkembangan, dan persentase kematian serangga lebih tinggi. Hal inimenunjukkan bahwa kedua perlakuan terse but dapat menghambat perkembangandan mematikan serangga yang diinfeksikan. Uji F data yang diperoleh menunjukkanbahwa kedua perlakuan terse but memang dapat menghambat perkembangan danmematikan serangga yang diinfeksikan dengan sangat nyata (P<0,01). Adanyapopulasi yang lebih rendah dari populasi yang diinfeksikan pada pengamatanpertama, kedua, ketiga, dan keempat, ialah karena tidak dapat diketemukannyasisa~isa larva, pupa maupun imago yang telah mati yang mungkin juga disebabkanoleh faktor teknis seperti telah diterangkan di atas.

472

Menurut LEMBAGA TEMBAKAU (6) sebanyak 2.233 bal dari 201..171 balyang diekspor pada tahun 1982. 3.344 bal dari 239.261 bal yang diekspor padatahun 1983. dan 650 bal dari 206.048 bal yang diekspor pada tahun 1984 dito~ak

oleh negara pengimpor, karena adanya Lasioderma yang masih hidup di dalam bal­bal tembakau tersebut. Oleh karena itu uji beda nyata efektifitas antara iradiasi danfumigasi fostoksin hanya dilakukan berdasarkan jumlah serangga yang masih hidupdi dalam bal-bal tembakau. Dari hasil pengarnatan dan a~~~sis data ternyata fumigasifostoksin terhadap stadium larva dan serangga keseluruhan lebih efektif daripadairadiasi. Tetapi terhadap stadium pupa dan imago, efektifitas iradiasi dan fumigasiadalah sarna (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah larva, pupa, imago dan total stadia yang masih hidup dalam bal tembakausetelah penyimpanan 6 bulan.

Perlakuan

Kontrol

Iradiasi

Fumigasi

Jellis populasi

Larva

PupaImagoTotal stadia

17,33 a

4,00 a18.25 a39,58 a

3,08 b

0,67b1,83 b5,58 b

1,00 c

0,50b0,50 b2,00 c

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda nyata(p<O,05).

Tampaknya perlakuan iradiasi maupun fumigasi tidak menyebabkan adanyaperubahan kadar air daun tembakau, sedangkan lamanya penyimpanan cenderungmeningkatkan kadar air daun. Walaupun hasil pengukuran kadar air daun tidakdapat dianalisis secara statistik, dari angka-angka yang diperoleh dapat dilihatbahwa kadar air daun tembakau dari bal-bal yang mendapat perlakuan iradiasi danfumigasi tampaknya tidak berbeda dengan kontrol, yaitu berkisar antara 13,90 dan15,50 % (Tabe13).

Telah diketahui bahwa pada kadar air sekitar 13% kapang mulai tumbuh.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa baik iradiasi maupun fumigasi denganfostoksin pada tingkat dosis yang digunakan pada percobaan ini tidak dapat mene­kan pertumbuhan kapang. Padahal penurut LEMBAGA TEMBAKAU (6) sebanyak387 bal dari 201.171 bal yang diekspor pada tahun 1982, 1.792 bal dari 239 .261bal yang diekspor pada tahun 1983, dan 846 bal dari 206.048 bal yang dieksporpada tahun 1984 ditolak oleh negara pengimpor karena mengandung kapang ataulembab. Dari 36 bal percobaan (12 bal kontrol, 12 bal iradiasi dan 12 bal fumigasi)yang diamati, dapat diidentifikasi 5 jenis kapang. Kapang-kapang tersebut ialah :Aspergillus sp., Monilia sp., Mucor sp., Penicillium sp., dan Rhyzopus sp (Tabe14).

473

Tabel 3. Kadar air (%) daun tembakau selama penyimpanan.

Masa simpan Perlakuan(bulan)

KontrolIradiasiFumigasi

0

14.2414.6213.992

13.9014.7914.744

14.6314.8815.506

14.6614.4414.96

Hasil rata-rata dari tiga ulangan pengamatan.Kadar air daun tembakau mula-mula yang diukur di gudang PTP. xxvn Jember sebe1umtembakau dibawa ke Jakarta antara 13 dan 14%.

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa populasi serangga yangdiinfeksikan ke dalam bal tembakau dapat berkembang, tetapi persentase kematian­nya relatif tinggi.

Perlakuan iradiasi dengan dosis an tara 0,30 dan 0.63 kGy dan fumigasi dengandosis 3 g fosfin/m3 mempunyai efektifitas yang sarna terhadap perkembangan pupadan imago L. semcome, sedang terhadap perkembangan larva dan populasi seranggakeseluruhan. fumigasi lebih efektif daripada iradiasi.

Penyimpanan yang lama cenderung meningkatkan kadar air daun tembakau,yang akan mendukung pertumbuhan kapang. Perlakuan iradiasi maupun fumigasidengan fostoksin pada tingkat dosis yang digunakan dalam percobaan ini tidakmemberikan pengaruh yang jelas pada pertumbuhan kapang.

UCAP AN TERIMA KASm

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para eksportir dan pengusahatembakau yang tergabung dalam Aosisasi Tembakau Indonesia di Jember yang telilhmenyumbangkan bal-bal tembakau untuk keperluan percobaan ini. Kepada Bapak­bapak If. Abdullah Lumaela (Kepala Lembaga Tembakau Pusat). Ir. SoegengPangestoe (Kepala Lembaga Tembakau Jember) dan DR. Widojo (Kepala DinasRiset PTP. XXVII - Jember) kami menyampaikan penghargaan dan terima kasihatas partisipasinya dalam pelaksanaan percobaan ini. Ucapan terima kasih kamisampaikan pula kepada Bapak Sudjana Kardha B.sc. (Kepala Instalasi FasilitasIradiator - PAIR) beserta stafnya. dan Saudara Muklas Sadar atas bantuannyadalam pelaksanaan percobaan ini.

474

DAFTAR PUSTAKA

1. DlREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN, DEPARTEMEN PERTANIAN,''Pertembakauan Indonesia secara singkat", Pertemuan Teknik Tembakau

V, Jember (1984).

2. LEMBAGA TEMBAKAU, Data-data produksi, ekspor dan nilai devisa temba­kau Indonesia tahun 1982 - 1984, Tidak dipublikasikan.

3. SOEGENG PANGESTOE (1985), Komunikasi pribadi.

4. LEMBAGA TEMBAKAU, "Lasioderma serricome F. sebagai hama utama pada

daun krosok tembakau di tempat penyimpanan, serta usaha-usaha untukmencegah dan pemberantasannya di Indonesia", Pra Seminar Sidang VIIFAO Regional Plant Protection Committee for the South East Asia andPacific Region, Bogor (1971).

5. TEHNET, J.N. Tobacco fumigant and fumigation, Tobacco 144 12 (1967) 1.

6. LEMBAGA TEMBAKAU, "Evaluasi tembakau ekspor tahun 1983,PertemuanTeknik Tembakau V, Jember (1984).

7. CORNWELL, P.B., The Entomology Disinfestation of Grain, Pergamon PressLtd., London (1966).

8. RUANGOPAS, S., "A preliminary study on the use of gamma radiation in thecontrol of cigarette beetle Lasioderma serricorne Fbr.", Presented at theSeminar on Insect Eradication by Irradiation, Office of the Atomic Energyfor Peace, Bangkok, Thailand (1966).

9. TILTON, E.W., BURKHOLDER, W.E., and COGBURN, R.R., Effects ofgamma radiation on Rhizoptera domica, Sitophilus oryzae, Tribo/iumconfusum and Lasioderma serricorne, Journal of Economic Entomology596 (1966) 1363.

10. PENDLEBURY, J.B., JEFFERIES, DJ., BANHAM, EJ., and BULL,1.0.,"Some effects of gamma radiation on Rhizoptera domonica F., Candracautella Wik., Plodia interpunctella Hubn., and Lasioderma serricome

Fabr"., The Entomology Radiation Disinfestation of Grain (CORNWELL,P.B., Ed.), Pergamon Press Ltd., London (1966) 143.

11. CAVALLORO, R., "Effects de 1'irradiation gamma sur Lasioderma serricome

F.", Proceeding of the fourth International Tobacco Scientific Congress,Ethens (1966).

12. ISCHAK, S., Pengaruh sinar gamma Co-60 pada Lasioderma serricome Fabr.(PPs1/60/1971), Pusat Penelitian Pasar Jumat, BATAN, Jakarta (1971).

13. HOEDA YA, M.S., SASTRADIHARDJA, S.I., dan SOETRISNO, S., Pengaroh

radiasi pada kumbang tembakau Lasioderma serricome F. dan disinfestasiradiasi pada daun tembakau kering, Majalah BATAN VI 2 & 3 (1973) 62.

475

DISKUSI

ESmER MUL YANI ADm:

1. Pacla perlakuan fumigasi mengapa tidak dilakukan dengan dosis yang berbecla­becla, sehingga diketahui pada dosis berapa yang paling efektif untuk mengatasiserangan serangga terse but.

2. Bagaimana tentang kapang yang masih terdapat pacla tembakau tersebut'apakah tidak perlu diteliti pula pacla dosis berapa mereka dapat ditekanpertumbuhannya? karena adanya kapang tersebut tentunya menurunkankualitas tembakau.

ALl RAHA YU :

1. Pacla percobaan ini tidak digunakan iradiasi dan fumigasi yang berbecla-becla,karena dosis iradiasi yang digunakan merupakan hasilpenelitian sebelumnyadan dosis fumigasi yang digunakan juga merupakan dosis yang biasa digunakanpara pengusaha kalangan pertembakauan.

2. Mengnai kapang akan diteliti pada percobaan berikutnya clan akan dilakuKanoleh pihak yang khusus menangani bidang ini.

WIDJANG H. SISWORO :

1. Apakah dalam penelitian ini suclah dicegah kemungkinan reinfestasi serangga?misalhya larva dari yang tidak diiradiasi masuk ke tembakau yang diiradiasi.

2. Apakah ada gagasan untuk meningkatkan dosis iradiasi sehingga efektivitasnyamembasmi larva menyamai fumigasi.

3. Penelitian ini bertujuan membasmi hama karena itu dosis yang digunakancukup rendah, menurut hemat saya dengan dosis tersebut memang tidak akanberpengaruh terhadap kapang.

ALl RAHA YU :

1. Kemungkinan reinfestasi serangga dari bal yang tidak diiradiasi ke bal yangdiiradiasi atau sebaliknya sudah dicegah, antara lain:a. Sebelum percobaan, dilakukan fumigasi terhadap semua bal.b. Infeksi serangga dilakukan pada kimtong kasa yang sedikit sekali kemung­

kinannya untuk direinfestasi.c. Tumpukan bal-bal tembakau tiap perlakuan ditutup dengan plastik.

2. Gagasan untuk meningkatkan dosis iradiasi sudah ada dan bahkan sudah selesaidikerjakan dengan dosis 1 dan 2 kGy.

3. Dalam hal ini dosis yang dipakai memang cukup rendah apabila digunakanuntuk membasmi kapang dan pengamatan kapang pada percobaan ini bertujuansebagai kontrol untuk percobaan berikutnya yang akan dilakukan oleh pihak

, yang khusus menangani bidang ini.

476

SRI YUNI HARTA TI :

Saran :

~t saya penelitian ini perlu dilanjutkan 1agi untuk mencari dosis iradiasi yangtepat, karena apabila penelitian ini berhasil tentunya dapat merupakan petunjukuntuk memberantas hama gudang dan penyakit pasca panen lainnya yang disebab­kan oleh kapang.

ALl RAHAYU :

.1. Penelitian ini tujuan utamanya untuk pemberantasan hama, dalam hal ini hamabubuk tembakau dan dosis yang diterapkan pada percobaan ini merupakanhasil penelitian sebe1umnya.

2. Penelitian ini memang perlu dilanjutkan dan bahkan te1ah selesai dilakukandengan dosis yang lebih tinggi.

477