Upload
haanh
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINGKAT PENCEMARAN AIR SUNGAI KRUENG ACEHDI KOTA BANDA ACEH
Dar Kasih dan Fitria IlmitaAsisten Laboratorium Geografi FKIP Unsyiah Banda Aceh
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2014
ABSTRAK
Kata Kunci: Tingkat Pencemaran, kimia air, air Krueng Aceh.Sungai merupakan sumber daya air yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Selain berfungsi sebagai tempat berlangsungnya ekosistem, sungai juga sebagai sumber kelangsungan hidup bagi masyarakat sekitarnya. Air sungai dikatakan tercemar apabila terkontaminasi dengan zat atau material secara berlebihan yang mengubah sifat-sifat air sehingga tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana tingkat penceraman kimia air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran kimia air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh. Objek penelitian adalah air krueng Aceh yang ada disepanjang Kota Banda Aceh. Pengambilan sampel air dilakukan dilima titik, yaitu kawasan Pango Raya, Kuta Alam, Jalan Tepi Kali, Taman Krueng Aceh dan TPA. Data dihasilkan dari pengujian sampel di Laboratorium BPPL BAPEDAL Pemerintah Aceh. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa air Krueng Acehdi Kota Banda Aceh memiliki tingkat keasaman, oksigen terlarut dan nitrat memenuhi kriteria baku mutu yang telah ditetapkan menurut PP No. 82 tahun 2001 kelas II, sedangkan kandungan fosfat melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Artinya, air sungai Krueng Aceh di Kota Banda Aceh telah tercemar oleh fosfat dengan nilai berkisar antara 0,30-0,72 mg/L. Kandungan fosfat tertinggi berada dilokasi Jalan Tepi Kali.
PENDAHULUAN
Sungai merupakan sumberdaya air yang memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan. Selain berfungsi sebagai tempat berlangsungnya ekosistem, sungai juga
berfungsi sebagai sumber kelangsungan hidup bagi masyarakat disekitarnya. Air sungai
dapat menunjang kegiatan-kegiatan perekonomian nasional, seperti sektor pertanian,
perikanan, dan peternakan. Adanya degradasi lingkungan yang disebabkan oleh
berbagai aktivitas manusia menyebabkan terjadinya penurunan kualitas sumberdaya air.
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi
makhluk hidup dan tidak dapat digantikan dengan zat atau benda lainnya. Dapat
dikatakan bahwa air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Tanpa adanya
air maka kehidupan tidak mungkin terjadi, sehingga perlu dijaga kualitasnya agar tetap
bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Seiring berjalannya waktu diikuti dengan pertambahan penduduk,
perkembangan industri dan teknologi menyebabkan terjadinya peningkatan pencemaran
lingkungan dimana-mana dengan laju yang begitu pesat. Begitu juga Keberadaan
permukiman di sepanjang pinggiran sungai semakin memicu terjadinya peningkatan
pencemaran sungai. Subagyo (2002:3) menyatakan bahwa “Pencemaran adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain
kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan sehingga kualitas
lingkungan berubah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya”. Hal ini telah menimbulkan masalah pencemaran air yang disebabkan
karena sungai menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga dan limbah industri,
bahkan menjadi tempat pembuangan sampah dari penduduk yang kurang menyadari
pentinganya menjaga kelestarian dan keberlanjutan sungai. Bahwa air sungai dikatakan
tercemar apabila terkontaminasi dengan zat atau material secara berlebihan yang
mengubah sifat-sifat air yang menyebabkan penurunan mutu air sehingga
peruntukannya tidak dapat mendukung kehidupan biota yang ada didalamnya.
Sungai Krueng Aceh merupakansalahsatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
penyuplai air terbesarbagimasyarakat Aceh Besardan Kota Banda Aceh. Sungai ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang berbagai aktivitas
masyarakat yang digunakan sebagai penyedia air minum (PDAM), sarana transportasi,
dan irigasi. Namun, Sungai Krueng Aceh tidak terlepas dari permasalahan lingkungan
seperti yang terjadi disungai-sungai lainnya. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
penduduk sekitar, khususnya penduduk yang ada di sepanjang pinggiran sungai Krueng
Aceh menyebabkan terkontaminasinya air sungai dengan bahan pencemar atau polutan.
Karena itu, kemungkinan air sungai Krueng Aceh telah mengalami penurunan
kualitasnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimana tingkat pencemaran air sungai Krueng Aceh di Kota Banda Aceh?,
dengan pengamatan terhadap parameter kimia air sesuai kriteria mutu air menurut PP
No. 82 Tahun 2001 kelas II. Parameter kimia yang diuji meliputi derajat keasaman
(pH), oksigen terlarut (dissolved oxygen), fosfat, dan nitrat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran air sungai
Krueng Aceh di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada pemerintah yang dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam pengambilan kebijakan dan program penanggulangannya, disamping
sebagai informasi bagi masyarakat umum, khususnya yang tempat tinggal di bantaran
sungai Krueng Aceh tentang tingkat pencemaran Krueng Aceh di Kota Banda Aceh.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini diuji di Laboratorium BPPL Bapedal Pemerintah Aceh. Objek
penelitian adalah tingkat pencemaran kimia airsungai Krueng Aceh yang ada di
sepanjang Kota Banda Aceh pada Juli 2014.Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan pengujian air sungai di laboratorium. Sebelum pengujian di laboratorium
terlebih dahulu menentukan sampel kemudian diuji kualitas kimianya. Pengambilan
sampel air dilakukan di lima titik, yaitu di kawasan Pango Raya, Kuta Alam, Jalan Tepi
Kali, Taman Krueng Aceh, dan TPA Gampong Jawa.
Uji Derajat Keasaman (pH) dengan Menggunakan pH Meter
a. Alat dan Bahan- pH meter dengan perlengkapannya- Pengaduk gelas atau magnetik- Gelas piala 250 ml- Kertas tissue- Timbangan analitik- Termometer- Larutan penyangga, pH 4,004 (25oC)- Larutan penyangga, pH 6,863 (25oC)- Larutan penyangga, pH 10,014 (25oC)
b. Prosedur- Mengeringkan elektroda dengan kertas tisu dan membilasnya dengan air suling- Membilas elektroda dengan contoh uji- Mencelupkan elektroda kedalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap- Mencatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter
Uji Oksigen Terlarut secara Yodometri (Modifikasi Azida)
a. Alat dan Bahan-- Na Iodida atau Kalium Iodida- Amilum/kanji- Natrium azida- pekat
-- Botol winkler- Buret mikro 2 ml atau digital buret 25 ml- Pipet volume 5 ml 10 ml dan 50 ml- Pipet ukur 5 m- Erlenmeyer 125 ml- Gelas piala 400 ml- Labu ukur 1000 ml
b. Prosedur- Mengambil contoh yang sudah disiapkan- Menambahkan1 ml dan 1 ml alkali iodidaazida dengan ujung pipet tepat
di atas permukaan larutan- Menutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna- Membiarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai dengan 10 menit- Menambahkan 1 ml pekat, menutup dan homogen kan hingga endapan
larut sempurna- Memasukkan pipet 50 ml kedalam erlenmeyer 150 ml- Titrasi dengan menggunakan indikatoramilum/kanji sampai warna biru
hilang
- Menghitung, oksigen terlarut (mg/L) , dengan V adalah ml , N adalah normalitas , F adalah faktor (volume botol dibagi
volume botol dikurangi volume pereaksi dan alkali iodidaazida)
Uji Kadar Fosfat dengan Spektrofotometer secara Asam Askorbat
a. Alat dan Bahan- Larutan asam sulfat ( 5N- Larutan campuran (mencampurkan secara berturut-turut 50 ml 5N, 5 ml
larutan kalium antimonil tartrat, 15 ml larutan amonium molibdat, dan larutan asam askorbat)
- Spektrofotometer- Timbangan analitik- Erlenmeyer- Labu ukur 100 ml, 250 ml, dan 1000 ml- Gelas ukur 25 ml dan 50 ml- Pipet ukur 10 ml- Pipet volumetrik 2 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, dan 25 ml- Gelas piala 1000 ml- Pipet tetes
b. Prosedur- Pipet uji 50 ml contoh uji secara duplo dan memasukkan masing-masing ke
dalam erlenmeyer
- Menambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, menambahkan tetes demi tetes 5N sampai warna hilang
- Menambahkan 8 ml larutan campuran dan dihomogenkan- Memasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan mencatat
serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit
- Menghitung, kadar fosfat (mg P/L) , dengan keterangan C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L), fp adalah faktor pengenceran.
Uji Nitrat dengan Spektrofotometera. Alat dan Bahan
- Contoh uji (air sungai)- Asam klorida (HCl) 6 N- Larutan pekat ammonium klorida-etilendiamin tetra asetat (NH4Cl-EDTA)- Larutan pewarna- Gelas piala- Pipet volumetrik- Labu ukur
b. Prosedur- Mengatur pH contoh uji antara 7-9 dengan menambah HCl atau NaOH- Menyiapkan 25 ml contoh uji kedalam labu ukur 100 ml- Menambahkan 75 ml larutan NH4Cl-EDTA pekat lalu mengocoknya- Lewatkan larutan di atas kedalam kolom reduksi, atur kecepatan 7-10 ml/menit- Membuang 25 ml tampungan pertama- Selanjutnya tamping dalam labu- Mengukur 50 ml larutan yang sudah direduksi dan memasukkan ke dalam
erlenmeyer 50 ml- Menambahkan 2 ml larutan pewarna dan kocok- Membaca absorbansinya dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 2 jam
setelah penambahan larutan pewarna- Menentukan kadar nitrit total dari kurva kalibrasi- Menghitung, kadar nitrat (mg NO3-N/L) = A –B, dengan A adalah kadar NO2-N
dari kolom reduksi dan B adalah kadar NO2-N tanpa melewati kolom reduksi
DESKRIPSI WILAYAH
Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Aceh, secara astronomis terletak
diantara 5º16'15"–5º36'16" Lintang Utara dan 95º16'15"–95º22'35" Bujur Timur dengan
tinggi rata-rata wilayah sekitar 0,80 m diatas permukaan laut (dpl). Letak geografis
wilayah Kota Banda Aceh adalah:
Sebelah utara : Selat Malaka
Sebelah timur dan selatan : Kabupaten Aceh Besar
Sebelah barat :Samudera Indonesia (BPS, 2013:1)
Letak wilayah penelitian secara astronomis dan geografis dapat dilihat pada
lampiran(Gambar 3.1). Luas wilayah Kota Banda Aceh seluas 61.359 Ha (61,36 km²)
dan keadaan penduduknya, secara rincidapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1: Luas Wilayah dan Keadaan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2013
No. KecamatanWilayah Penduduk
Km² (%) Jiwa Kepadatan1 Meuraxa 7,26 11,83 17.614 2.4262 Jaya Baru 3,78 6,16 23.543 6.2283 Banda Raya 4,79 7,81 22.325 4.6614 Baiturrahman 4,54 7,40 32.463 7.1525 Lueng Bata 5,34 8,70 25.211 4.7206 Kuta Alam 10,05 16,38 45.115 4.4907 Kuta Raja 5,21 8,49 11.149 2.1398 Syiah Kuala 14,24 23,21 37.243 2.6149 Ulee Kareng 6,15 10,02 24.121 3.922
Banda Aceh 61,36 100,00 238.784 3.891Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh
Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk Kota Banda
Aceh pada tahun 2012 sebanyak 238.784 jiwa yang terdiri dari 117.732 jiwa penduduk
laki-laki dan 110.830jiwa penduduk perempuan. Persebaran penduduk terkonsentrasi di
dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Syiah Kuala. Kepadatan
penduduk Kota Banda Aceh mencapai 3.891 jiwa per km². Penduduk terpadat berada di
Kecamatan Baiturrahman yang mencapai yang mencapai 7.152 jiwa per km²,
sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kuta Raja dengan
kepadatan penduduk sebesar 2.139 jiwa per km².
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian air Krueng Aceh Kota Banda Aceh yang dilakukan
di Laboratorium Bapedal Aceh, maka dapat diketahui tingkat pencemaran Krueng Aceh
dengan pengujian parameter pH, DO (dissolved oxygen), fosfat, dan nitrat adalah seperti
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Parameter Air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh
No Lokasi Parameter Metode Uji Satuan Baku Mutu Hasil Uji
1. Pango Raya
pH Potensiometri - 6 - 9 7,45DO Winkler mg/L 4 (minimum) 7,42Fosfat Spectrofotometr
i mg/L 0,2 0,30
Nitrat Spectrofotometri mg/L 10 0,312
2. Kuta Alam
pH Potensiometri - 6 - 9 7,37DO Winkler mg/L 4 (minimum) 7,31Fosfat Spectrofotometr
i mg/L 0,2 0,55
Nitrat Spectrofotometri mg/L 10 0,156
3. Jalan Tepi Kali
pH Potensiometri - 6 - 9 7,30DO Winkler mg/L 4 (minimum) 7,73Fosfat Spectrofotometr
i mg/L 0,2 0,72
Nitrat Spectrofotometri mg/L 10 0,23
4. Taman Krueng Aceh
pH Potensiometri - 6 - 9 7,84DO Winkler mg/L 4 (minimum) 7,72Fosfat Spectrofotometr
i mg/L 0,2 0,55
Nitrat Spectrofotometri mg/L 10 0,112
5. TPA pH Potensiometri - 6 - 9 7,79DO Winkler mg/L 4 (minimum) 7,52Fosfat Spectrofotometr
i mg/L 0,2 0,59
Nitrat Spectrofotometri mg/L 10 0,066
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Berdasarkan Tabel 5.1 dinyatakan bahwa kelima lokasi pengambilan sampel
memiliki nilai pH yang hampir sama disetiap lokasi sampel. Sampel di lokasi Pango
Raya memiliki nilai 7,45, lokasi Kuta Alam memiliki nilai 7,37, lokasi Jalan Tepi Kali
memiliki nilai 7,30, lokasi Taman Krueng Aceh memiliki nilai 7,84, dan lokasi TPA
memiliki nilai 7,79.
Nilai untuk parameter DO lebih tinggi dari batas minimum baku mutu. Pada
sampel di lokasi Pango Raya memiliki nilai DO 7,42 mg/L, lokasi Kuta Alam memiliki
nilai 7,31 mg/L, lokasi Jalan Tepi Kali memiliki nilai 7,73 mg/L, lokasi Taman Krueng
Aceh memiliki nilai 7,72 mg/L, dan lokasi TPA memiliki nilai 7,52 mg/L. Kandungan
fosfat pada titik sampel di lokasi Pango Raya adalah 0,30 mg/L, lokasi Kuta Alam dan
Taman Krueng Aceh memiliki nilai 0,55 mg/L, lokasi Jalan Tepi Kali memiliki nilai
0,72 mg/L, dan lokasi TPA memiliki nilai 0,59.
Pengukuran dengan parameter nitrat menunjukkan bahwa kandungan nitrat pada
kelima lokasi sampel memiliki nilai yang sangat rendah dari baku mutu. Pada lokasi
Pango Raya memiliki nilai 0,312 mg/L, lokasi Kuta Alam memiliki nilai 0,156 mg/L,
lokasi Jalan Tepi kali memiliki nilai 0,23 mg/L, lokasi Taman Krueng Aceh memiliki
nilai 0,112 mg/L, dan lokasi TPA memiliki nilai 0,066 mg/L.
Pembahasan
Sungai Krueng Aceh mempunyai peranan penting bagi masyarakat di Kota
Banda Aceh dan Aceh Besarmenjadi salah satu penyuplai air terbesar bagi masyarakat.
Berdasarkan pengamatan, umumnya bahan pencemar air Krueng Aceh lebih banyak
berasal dari limbah rumah tangga.Kualitas kimia air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh
ditinjau dari parameter PH, DO (dissolved oxygen), fosfat, dan nitrat tidak memiliki
perbedaan besar antara titik sampel yang satu dengan lainnya. Berdasarkan hasil
pengujian parameter derajat keasaman (pH) di laboratorium dengan menggunakan pH
meter menunjukkan bahwa air sungai Krueng Aceh memiliki nilai pH yang tidak
melebihi atau mengurangi baku mutu yang telah ditetapkan. Derajat keasaman (pH) air
Krueng Aceh kelima sampel berkisar antara 7,30-7,84. Artinya, semua sampel
memenuhi kriteria air kelas II dengan baku mutu 6-9. Air Krueng Aceh yang memiliki
nilai pH tertinggi, yaitu titik sampel yang berada di lokasi Taman Krueng Aceh.
Oksigen terlarut (DO) memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
perairan, karena berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Kandungan oksigen terlarut (DO) pada air Krueng Aceh di 5 (lima) titik
sampel cukup tinggi atau melebihi baku mutu minimum, yaitu antara 7,31-7,73 mg/L.
Dengan demikian, semua titik sampel kadar oksigen terlarut (DO) memenuhi kriteria air
kelas II (4 mg/L) atau dalam kondisi sangat baik. Kandungan oksigen terendah terdapat
pada sampel di lokasi Kuta Alam, yaitu 7,31 mg/L.
Parameter fosfat diuji dengan spektrofotometer. Sumber utama fosfat berasal
dari buangan limbah rumah tangga dan pupuk pertanian. Fosfat pada air Krueng Aceh
berkisar antara 0,30-0,72 mg/L. Semua titik sampel mengandung fosfat melebihi baku
mutu air sungai kelas II, yaitu 0,2 mg/L. Kandungan fosfat tertinggi terdapat pada
sampel yang berada di lokasi Jalan Tepi Kali.
Parameter terakhir yang diuji, yaitu nitrat. Kandungan nitrat pada kelima
sampel air Krueng Aceh, yaitu berkisar antara 0,066-0,312 mg/L. Kandungan nitrat
pada Krueng Aceh tidak melebihi baku mutu air sungai kelas II, yaitu 10 mg/L. Kadar
nitrat tertinggi terdapat pada sampel yang berada di lokasi Pango Raya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa tingkat derajat keasaman
(pH), oksigen terlarut (DO), dan nitrat pada air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh
memenuhi kriteria baku mutu air yang telah ditetapkan menurut PP No. 82 Tahun 2001
kelas II. Sedangkan, kandungan fosfat melebihi batas baku mutu yang telah ditetapkan.
Artinya, air sungai Krueng Aceh di Kota Banda Aceh telah tercemar oleh fosfat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian tentang pencemaran kimia air
Sungai Krueng Aceh di Kota Banda Aceh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Parameter derajat keasaman (pH) yang diuji dengan metode potensiometri
menunjukkan bahwa air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh memenuhi kriteria
air kelas II. Nilai pH berkisar antara 7,30-7,84.
2. Parameter DO (dissolved oxygen) yang diuji dengan metode winkler
menunjukkan bahwa air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh memenuhi kriteria
air kelas II (4 mg/L) atau dalam kondisi sangat baik. Kandungan DO pada semua
titik sampel melebihi baku mutu minimum, yaitu berkisar antara 7,31-7,73
mg/L.
3. Parameter fosfat yang diuji dengan metode spektrofotometri menunjukkan
bahwa air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh telah tercemar oleh fosfat. Semua
sampel yang diuji melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Kandungan fosfat
berkisar antara 0,30-0,72 mg/L. Kandungan fosfat tertinggi terdapat di lokasi
Jalan Tepi Kali.
4. Parameter nitrat yang diuji dengan metode spektrofotometri menunjukkan
bahwa kadar nitrat pada air Krueng Aceh di Kota Banda Aceh berkisar antara
0,066-0,312 mg/L. Kandungan nitrat tidak melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan. Kandungan nitrat tertinggi berada di lokasi Pango Raya.
Saran
Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi pihak pemerintah untuk selalu memantau dan melakukan upaya
meningkatkan kualitas air Krueng Aceh agar tidak terjadi penurunan kualitasnya
dan tetap sesuai dengan peruntukannya.
2. Masyarakat diharapkan untuk selalu menjaga dan memelihara kelestarian sungai
dengan baik dengan tidak membuang sampah atau limbah ke sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Daerah Kota Banda Aceh. Banda Aceh: BPS
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fandeli, Chafid. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan
Pemapanannya dalam Pembangunan. Yogyakarta: Liberty.
Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta: Andi.
Novalinda dan Sarah Waddell. 2009. Air Perkotaan dalam Pembangunan Kota yang
Berkelanjutan. Jakarta: ADEKSI.
Subagyo, P. Joko. 2002. Hukum Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudiarsa, I Wayan. 2004. Air untuk Masa Depan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suriawiria, Unus. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung:
PT Alumni.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
Lampiran
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Krueng Aceh di Kota Banda Aceh