62
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi laut seperti halnya kapal barang merupakan alat transportasi yang sampai saat ini masih memegang peranan yang sangat penting dan sangat dominan, karena sangat efisien dalam mengangkut muatan dengan jumlah yang banyak tetapi tetap harus memperhatikan keselamatan para awak kapal. Keselamatan dan keamanan kerja adalah suatu kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan cara peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik jasmani, rohani dan sosial. Keselamatan dan keamanan kerja secara khusus bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal, peralatan kerja, dan muatan kapal. Kapal Mesin (KM) Tonasa lines X adalah kapal cargo milik PT Pelayaran Tonasa Lines merupakan kapal khusus yang membantu pekerjaan mendistribusikan produk perusahaan berupa semen ke unit pengantongan yang tersebar di berbagai wilayah. Jenis type KM Tonasa Lines X adalah

Drill man overbord

  • Upload
    msriadi

  • View
    43

  • Download
    9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi jurusan nautika

Citation preview

Page 1: Drill man overbord

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarana transportasi laut seperti halnya kapal barang merupakan alat transportasi

yang sampai saat ini masih memegang peranan yang sangat penting dan sangat dominan, karena

sangat efisien dalam mengangkut muatan dengan jumlah yang banyak tetapi tetap harus

memperhatikan keselamatan para awak kapal. Keselamatan dan keamanan kerja adalah

suatu kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan cara

peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik jasmani, rohani dan sosial.

Keselamatan dan keamanan kerja secara khusus bertujuan untuk mencegah atau

mengurangi kecelakaan dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal, peralatan kerja,

dan muatan kapal.

Kapal Mesin (KM) Tonasa lines X adalah kapal cargo milik PT Pelayaran

Tonasa Lines merupakan kapal khusus yang membantu pekerjaan mendistribusikan

produk perusahaan berupa semen ke unit pengantongan yang tersebar di berbagai

wilayah. Jenis type KM Tonasa Lines X adalah Cement Carrier ( Cargo Ship   ) dengan

IMO:7353846,Callsign:YGYH MMSI:666000001..

Di perlukan pelatihan keselamatan diatas kapal untuk mengantisipasi keadaan

darurat, keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau

potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda

maupun lingkungan.

Salah satu keadaan darurat dalam pembahasan penelitian ini adalah mengenai

orang jatuh ke laut (Man Over Board) merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang

membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan

Page 2: Drill man overbord

2

yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada

keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun

fasilitas yang tersedia.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada KM Tonasa Lines X

bahwa ada sejumlah permasalahan berkaitan dengan Drill Man Over Board yaitu :

1. Minimnya kesadaran awak kapal dalam menaati peraturan-peraturan keselamatan

kerja di atas kapal

2. Kelayakan alat-alat keselamatan termasuk perawatan dan pemeliharaan terhadap

alat-alat untuk kejadian darurat (Man Over Board) kurang diperhatikan

3. Rute pelayaran jarak pendek yang meminimkan waktu latihan keselamatan Man

Over Board

4. Tidak continue atau terus menerus diadakan pada KM Tonasa Lines X mengenai

pelatihan Man Over Board

5. Sistem pelaksanaan tentang Drill Man Over Board minim praktek, hanya sebatas

teori saja.

Berdasar  uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan

mengemukakan dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Pelaksanaan Drill Man Over

Board Untuk Penyelamatan Orang Jatuh Ke Laut”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pelaksanaan Drill Man Over Board untuk penyelamatan orang jatuh

ke laut .

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah:

Page 3: Drill man overbord

3

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Drill Man Over Board untuk

penyelamatan orang jatuh ke laut

2. Untuk mengetahui masalah dan hambatan pelaksanaan Drill Man Over Board

untuk penyelamatan orang jatuh ke laut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat dikemukakan dari penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pemikiran dan pengetahuan

dalam bidang nautika bagi penyusun khususnya dan dunia keilmuan kemaritiman

pada umumnya

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat berupa gambaran

kepada pembaca mengenai pelaksanaan Drill Man Over Board untuk

penyelamatan orang jatuh ke laut

3. Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat berupa informasi

sekaligus masukan pada PT Pelayaran Tonasa Lines dalam peningkatan

pentingnya Man Over Board untuk penyelamatan orang jatuh ke laut dari atas

kapal KM Tonasa Lines X.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Mengingat banyaknya jenis pelatihan keadaan darurat yang dibutuhkan oleh

crew kapal KM Tonasa Line X maka dalam penulisan ini penulis membatasi

Page 4: Drill man overbord

4

pembahasan hanya pada permasalahan pelaksanaan Drill Man Over Board untuk

penyelamatan orang jatuh ke laut.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membagi dalam beberapa bagian

penulisan. Setiap bagian pada ini akan membantu dalam memahami maksud dari

penulisan tugas akhir ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan dan rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang akan memaparkan tentang landasan teori

yang berhubungan dengan pengertian tentang keselamatan dan

kecelakaan kerja, keselaman pelayaran dan drill Man Over Board,

Untuk Penyelamatan Orang Jatuh Ke Laut.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, berisi definisi operasional penelitian, Objek

Penelitian, Jenis Penelitian serta metode pengambilan data sampai

pada metode analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISA

Pada bab ini merupakan pembahasan mengenai pelaksanaan drill

man over board untuk penyelamatan orang jatuh ke laut yang

diawali sebelum pembahasan yaitu hasil dari pada penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Page 5: Drill man overbord

5

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil

penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan

yang diteliti.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah satunya yaitu

perlindungan keselamtan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara

aman melakukan kerjanya secara aman melakukan kerjanya sehari-hari untuk

meningkatkan produktivitas.

Semua kegiatan kerja, baik yang didarat, dilaut, diudara ataupun disemua

tempat kerja itu dilakukan sangat memerlukan dukungan keselamatan, Hal tersebut

seperti telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-undang No. 1 Th. 1970. Menurut

Undang-undang No. 1 Th. 1970 pasal I menyebutkan tempat kerja yang memerlukan

keselamatan kerja adalah ditiap ruangan atau lapangan baik yang terbuka maupun yang

tertutup, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki oleh tenaga kerja untuk

keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber bahaya

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja

Berikut adalah pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut para ahli

adalah sebagai berikut:

Keselamatan menurut Notoatmodjo, (2007) adalah suatu kondisi yang bebas

dari risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingakatan tertentu. Sedangkan resiko

adalah tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan

dan intensitas bahaya tersebut

Page 6: Drill man overbord

6

Suardi (2007) mendefiniskan keselamatan kerja adalah sarana utama untuk

pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenega kerja.

Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan

kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya

proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain.

Menurut Wilson (2012:377) Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas

keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan

pekerjaan

Keselamatan kerja Ratna (2006:16) menunjukkan pada kondisi yang aman atau

selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

Menurut (Depnakes: 2005),Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala

daya upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi dan

mengurangi terjadinya kecelakan dan dampak melalui langkah-langkah identifikasi,

analisis dan pengendalian bahaya dengan menerapkan pengendalian bahaya secara

tepat dan melaksanakan perundang- undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

Menurut Sibarani Mutiara (2012:163), Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil

karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan keselamatan dan kesehatan

kerja adalah suatu upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja

dan manusia pada umumnya.

2.1.2 Tujuan Pelaksananan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Page 7: Drill man overbord

7

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya meminimalisir kemungkinan

yang akan menjadi kecelakaan atau berpotensi celaka. Tujuan pelaksananan

keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

mengungkapkan sebab akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian

cermat dilakukan atau tidak.

Flippo, dalam (Sibarani Mutiara, 2012:114), berpendapat bahwa tujuan

keselamatan dan kesehatan kerja dapat dicapai, jika unsur- unsur yang mendukung,

yaitu:

1. Adanya dukungan dari pimpinan puncak

2. Ditunjuknya direktur keselamatan

3. Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman

4. Diberikannya pendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman

5. Terpeliharanya cacatan-catatan tentang kecelakaan

6. Menganalisis penyebab kecelakaan

7. Kontes keselamatan

8. Melaksanakan peraturan

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993,

tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan

lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana

lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang

sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.”

2.2 Kecelakaan kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang

Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan

Page 8: Drill man overbord

8

kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula

yang dapat menimbulkan korban manusia dan harta benda.

Reese, (2009).Kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan tidak

aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh manajemen.

Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung

(immediate / primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang jelas

atau nyata dan secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi.

Menurut Suma’mur, (2009).Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau

peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta

benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan

korban manusia dan atau harta benda. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa kecelakaan kerja merupakan perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat

mengakibatkan kecelakaan, kerusakan dan kerugian didalam pekerjaan

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua

faktor, yaitu :

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan

kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan

dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang

mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-

kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar

seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian,

melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan

untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan.

Page 9: Drill man overbord

9

Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.

Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor

manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi

keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat

pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor

mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan

suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat

disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dab pengangkat,

terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang

dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar

oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang

menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi

maupun di tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral

pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan

kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini

terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja

tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna

sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga

orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya

ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

2.2.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.

Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis

setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab kecelakaan harus benar-benar

Page 10: Drill man overbord

10

diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab

terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat

penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan

insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya risiko bahaya.

Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada

lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia.

1. Lingkungan Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,

pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang

kerja

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang

dapat menjamin keselamatan

c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan

penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat

dan ruangan

2. Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan

memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari

baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang

bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah

terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup

Universitas Sumatera Utara pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan

ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya

keselamatan pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus

terpenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata,

Page 11: Drill man overbord

11

sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan

kenyamanan dalam penggunaannya.

4. Faktor manusia Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi

peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja,

meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin

kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta

menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.

2.3 Keselamatan Pelayaran

Pengaturan mengenai keselamatan dan pengawasan ini didasarkan pada

konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh International Maritime Organization (IMO)

dan International Labour Organization (ILO). Penting pula semua pembaharuan dan

amandemen-amandemen konvensi-konvensi tersebut yang harus disesuaikan dalam

undang-undang dan peraturan pelaksanaan nasional.

Keselamatan dalam pelayaran baik yang sedang berlayar, berlabuh atau sedang

melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan /terminal meskipun sudah dilakukan

usaha/upaya yang kuat untuk menghindarinya. Keadaan darurat dikapal dapat

merugikan, Nahkoda dan ABK, pemilik kapal, lingkungan laut dan terganggunya

ekosistem dasar laut. Perlu pemahaman kondisi keadaan darurat, agar memiliki

kemampuan untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat, sehingga situasi

tersebut dapat teratasi.

Untuk melindungi pelaut dan mencegah resiko dalam suatu kegiatan diatas

kapal, harus diperhatikan ketentuan dalam Health and Safety Work Act th. 1974.

Kapal laut yang bergerak dengan gaya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi

berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, dapat saja mengalami masalah

yang disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang pada

Page 12: Drill man overbord

12

akhirnya akan mengganggu pelayaran. Gangguan tersebut dapat diatasi langsung, perlu

bantuan atau bahkan awak kapal harus meninggalkan kapal.

Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 1992 yang masih berlaku hingga

sekarang, keselamatan pelayaran diatur dalam Bab VII pasal 35 hingga pasal 44 dan

pasal 55 hingga pasal 64 (tentang pengawakan kapal). Pengaturan telah disesuaikan

dengan situasi nasional waktu itu. Penyesuaian-penyesuaian dengan situasi setempat ini

dapat dianggap menimbulkan kontroversi terhadap situasi pelayaran internasional.

Kondisi penyelenggaraan transportasi laut saat ini dapat dijabarkan berdasarkan

kondisi 5 (lima) elemen yaitu angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan,

keamanan pelayaran, perlindungan lingkungan maritim, dan sumber daya manusia yang

saling berinteraksi guna mewujudkan penyelenggaraan transportasi laut yang efektif

dan efisien berkesinambungan yang yang bisa menjaga keutuhan para pekerja yang

berkaitan dengan transportasi laut.

2.4 Keselamatan Kerja diatas kapal

Keselamatan kerja adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menciptakan

lingkungan kerja yang aman dan mencegah semua bentuk kecelakaan.

Adapun keselamatan penerapan sistim manajemen keselamatan di laut

berdasarkan International Safety Management Code (ISM Code) adalah sebagai

berikut :

Sistim manajemen keselamatan merupakan sistim yang dipersyaratkan sesuai

peraturan keselamatan International yaitu Safety Of Life At Sea (SOLAS) yang tertuang

didalam peraturan ISM Code, Sistim Manajemen Keselamatan harus diterapkan pada

seluruh perusahaan pelayaran yang memiliki armada kapal sesuai peraturan.

Perusahaan pelayaran secara berkala ditinjau ulang untuk memastikan agar suatu

Page 13: Drill man overbord

13

manajemen yang efektif tersusun dan telah diterapkan dalam organisasi Perusahaan

maupun kapal-kapalnya.

Perusahaan Pelayaran atau industri perkapalan pada umumnya didirikan untuk

mendapatkan keuntungan dari para pelanggan – pelanggannya. Untuk menjalankan

kegiatan didalam hal ini mengoperasikan kapal secara Aman dan mencegah

Pencemaran Lingkungan, perusahaan harus ada 4 faktor yang saling berkaitan erat

antara lain :

a. Karyawan/pelaut

b. Sistim

c. Kapal

d. Manajemen

2.4.1 Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di

kapal antara lain sebagai berikut ini :

1. Undang-undang No. 1 Th. 1970 mengenai keselamatan kerja.

2. Peraturan Menteri No. 4 Tahun 1980 mengenai syarat-syarat pemasangan dan

pemeliharaan alat pemadam api ringan.

3. SOLAS 1974 beserta amandemen -amandemennya mengenai persyaratan

keselamatan kapal.

4. STCW 1978 Amandemen 1995 mengenai standar pelatihan bagi para pelaut.

5. ISM Code mengenai code manajemen internasional untuk keselamatan

pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran.

6. Occupational Health Th. 1950 mengenai usaha kesehatan kerja.

Page 14: Drill man overbord

14

7. International Code of Practice mengenai petunjuk - petunjuk tentang prosedur /

keselamatan kerja pada suatu peralatan, pengoperasian kapal dan terminal.

2.4.2 Pengertian Keadaan Darurat Dilaut

Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam, Healt and

Safety Work Act, 1974 untuk melindungi pelaut/pelayar dan mencegah resiko-resiko

dalam melakukan suatu aktivitas diatas kapal terutama menyangkut kesehatan dan

keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat. Suatu keadaan darurat

biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistim secara prosedural

ataupun karena gangguan alam. Prosedur adalah suatu tata cara atau pedoman kerja

yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik.

Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai

kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan

manusia, harta benda, maupun lingkungan.

Jadi Prosedur Keadaan Darurat adalah tata cara/pedoman kerja dalam

menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau

mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar.

Menggunakan peralatan keselamatan kerja atas kapal sangat dibutuhkan agar

segala sesuatu kecelakaan tidak banyak korbannya, dan setiap orang yang bekerja

mengalami kondisi yang aman kalau terjadi kecelakaan prosentasenya sangat rendah.

Jenis-Jenis Keadaan Darurat di laut

Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada

kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu,

akan mengalami berbagai problematik yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti cuaca, keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat

Page 15: Drill man overbord

15

diduga oleh kemampuan manusia dan akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari

kapal.

Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung

diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan

yang mengakibatkan nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk

mengatasi gangguan tersebut serta harus meninggalkan kapal. Keadaan gangguan

pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokan menjadi keadaan darurat yang di

didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun

sebagai berikut :

1. Tubrukan

Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan

dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin dapat situasi kerusakan pada

kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan

kebakaran, situasi lainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru

memperlambat tindakan, pengamanan penyelamatan dan penanggulangan keadaan

darurat tersebut.

2. Kebakaran/ledakan

Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap

kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan

perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah

kapal. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran

terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat

serta perlu untuk diatasi. Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tertentu

Page 16: Drill man overbord

16

sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang

demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang

kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun

peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.

3. Kandas

Kapal kandas pada umumnya didahului tanda-tanda putaran Baling-baling terasa

berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan

kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak. Pada saat kapal kandas

tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar laut

atau sungai dan situasi dalam kapal tertentu akan tergantung juga pada keadaan

kapal tersebut.

Pada kapal kandas kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau

bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi,

sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar

atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan nyala api

dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran. Kemungkinan kecelakaan

manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga

atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi kapal. Kapal kandas sifatnya dapat

permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi permukaan

dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat

seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi rumit.

4. Kebocoran/tenggelam

Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi

karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit plat kapal karena

Page 17: Drill man overbord

17

korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam. Air yang

masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas,

bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini

akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak

didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk

mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.

Orang jatuh ke laut

Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat

situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang

diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada

keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan,

maupun fasilitas yang tersedia.

Pencemaran

Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan limbah muatan kapal tangki,

buangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm, dan karena muatan

kapal tengki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.

Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena

untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia

yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh

pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan pencemaran.

Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta

pemilik kapal maupun lingkungan laut bahkan juga dapat menyebabkan

terganggunya ekosistem dasar laut, sehingga perlu untuk memahami kondisi

keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk

dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat

Page 18: Drill man overbord

18

diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerja sama dengan pihak yang

terkait.

Dasar Penanggulangan Keadaan Darurat Yang Terjadi Diatas Kapal

Adalah Pola terpadu yang mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan atau

upaya-upaya penanggulangan secara cepat, tepat aman terkendali atas dukungan dari

pihak-pihak luar, sumber daya manusia dan fasilitas-fasilitasnya.

2.4.3 Manfaat Adanya Pola Penanggulangan Keadaan Darurat

Manfaat adanya pola penanggulangan keadaan darurat adalah sebagai berikut

Ahmadi (2013) :

1. Mencegah/menghilangkan kemungkinan kerusakan akibat meluasnya keadaan

darurat.

2. Memperkecil kerusakan-kerusakan materi dan lingkungan.

3. Menguasai keadaan / under control.

2.4.4 Faktor-Faktor Yang Dapat Menyebabkan Keadaan Darurat

Adapun factor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan darurat menurut

Ahmadi (2013) adalah sebagai berikut :

1. Faktor alam

Keadaan darurat yang disebabkan adanya cuaca buruk dan keadaan lainnya

yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya

2. Faktor manusia

Kelalaian manusia yang dapat mengakibatkan keadaan darurat (kebakaran,

tubrukan, dll)

3. Faktor teknis

Keadaan darurat akibat dari ketidakbaik laut-lautnya kapal sehingga kapal tidak

dapat meneruskan Pelayaran dengan aman (kapal bocor, mesin rusak, dll)

Page 19: Drill man overbord

19

2.5 Pengertian Man Over Board

Orang jatuh kelaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi

menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang diberikan

tidak mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta

kemampuan  yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia. Dalam

pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh kelaut,

Sesuai dengan ketentuan peraturan keselamatan jiwa di laut maupun demi rasa

kemanusiaan, maka kapal yang melihat orang jatuh kelaut harus melakukan upaya

pertolongan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan keselamatan kapal dan

awaknya sendiri. Berkaitan dengan itu ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam

memberi pertolongan terhadap orang yang jatuh ke laut yaitu :

2.6.1 Kewajiban ABK Yang Melihat Orang Jatuh Ke Laut

1. Bertteriak keras “orang jatuh di laut, di sebelah kanan/kiri

2. Melemparkan pelampungm penolong yang terdekat pada orang tersebut

3. Mengawasi orang yang jatuh itu.

2.6.2 Menolong Orang Jatuh Di Laut Dalam Kondisi Cuaca Normal

1. Memberhentikan mesin dan kemudi cikar ke arah orang yang jatuh itu,

2. Kapal di putar keliling sampai sampai tiba ke tempat pelampung tersebut (putaran

tunggal),Sekoci di awaki dan di area sampai di dekat permukaan air

3. Tindakan untuk menolong orang tersebut secara cepat dan aman, tergantung dari

keadaan cuaca

Pada umumnya kapal di olah gerak sehingga segera duduk berhenti di atas

angin dan sedekat mungkin dengan orang yang jatuh tersebut dan kemudian

menurunkan sekoci di sisi olak

2.6.3 Menolong Orang Jatuh Ke Laut Dalam Kondisi Cuaca Tidak Normal

Page 20: Drill man overbord

20

Apabilah keadaan tidak mengijinkan untuk menurunkan sekoci maka, orang

tersebut ditolong dengan tali yang di-ikatkan pada sebuah alat pengapung. Diperairan

sempit kapal tidak dapat diputar keliling. Disini kapal harus mundur dengan kekuatan

penuh untuk menuju ke tempat kecelakaan tersebut.

2.6.4 Tindakan Olah Gerak Menolong Man Over Board

Tindakan olah gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-

factor sebagai berikut :

a. Sesuai dengan pengalaman dan kesiapan tim penolong dikapal.

b. Kemampuan olah gerak kapal.

c. Jenis mesin penggerak.

d. Disisi mana motor boat / sekoci yang dapat digunakan.

e. Jarak penglihatan pada saat itu.

f. Keadaan perairan.

g. Jarak dengan kapal lain yang ada disekitarnya.

h. Lokasi kejadian terhadap bahaya navigasi.

Adapun pertolongan dapat dilakukan dengan cara :

1. Double Turn

a. Jika korban telah bebas dari baling- baling, mesin maju penuh dan gunakan

kemudi kembali sehingga kapal dapat kembali pada posisi semula.

b. Jaga jarak secukupnya hingga korban dapat didekat dengan aman.

c. Tempatkan korban pada posisi dibawah angina, dan dekati korban tersebut,

usahakan berada pada lambung kapal jauh dari baling – baling dan usahakan

dalam keadaan diam.

Apabila digambarkan dalam gambar tindakan Double Turn yang dapat di

gunakan dalam pertolongan dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini :

Page 21: Drill man overbord

21

Gambar 2.1.

Double Turn

Sumber : Maneuver used to bring a ship or boat under power back to a point it

previously passed through, often for the purpose of recovering a

man overboard" www.cruiseserver.net diakses tanggal 25 September

2015

2. Single Turn

Cara ini sangat cocok digunakan oleh kapal yang mempunyai kemampuan olah

gerak sangat baik khususnya lingkaran putar dan kekuatan mesin.

1. Sebelum memulai olah gerak terlebih dahulu mesin stop.

2. Kemudi putar kearah jatuhnya korban dengan mesin maju penuh.

3. Jika kapal sudah berputar kira-kira 2/3 lingkaran, kurangi kecepatan, maka

kapal akan bergerak secara efektif mendekati korban.

4. Jika korban telah berada kira – kira 15 derajat disamping haluan kapal, mesin

stop, atur kemudi dan kecepatan kapal agar dapat dihentikan tepat pada tempat

yang dikehendaki.

Adapun tindakan Single Turn dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut ini :

Gambar 2.2

Single Turn

Page 22: Drill man overbord

22

Sumber : Single turn (270º manoeuvre): Rudder hard over (in an "immediate

action" www.cruiseserver.net diakses tanggal 25 September 2015

3. Williamson Turn

Dipergunakan jika penglihatan kurang baik, karena cara ini akan membawa

kapal kembali pada posisi semula.

1. Putar kemudi kearah dimana korban jatuh dan stop mesin.

2. Jika diperkirakan korban telah bebas dari baling – baling maka mesin maju

penuh dengan kemudi masih tetap cikar kearah korban.

3. Jika haluan kapal telah berubah 60 derajat maka kemudi cikar kearah

sebaliknya, kapal akan kembali pada tempat semula dengan haluan yang

berlawanan dari haluan semula.

4. Setelah korban terlihat tempatkan korban pada sisi bawah angin, usahakan

korban berada dilambung kapal.

Adapun tindakan Williamson Turn dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut ini :

Gambar 2.3

Williamson Turn

Page 23: Drill man overbord

23

Sumber : rudder hard over to the opposite side; when heading 20º short of

opposite course, rudder to midship position and ship to be turned to

opposite course. www.cruiseserver.net diakses tanggal 25 September

2015

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional sangat diperlukan agar konsep yang digunakan dapat

diukur secara empiris serta untuk menghindari kesalah pahaman dan penafsiran yang

berbeda.

Latihan (drill) menurut Nana Sudjana (1991:86) , metode drill adalah satu

kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan

tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi permanen. Ciri yang

khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu

hal yang sama.

Page 24: Drill man overbord

24

Man Over Bord adalah sebuah situasi darurat dan sangat penting di mana

dalam anggota awak kapal jatuh di laut dari kapal, tidak peduli di mana kapal berlayar,

pada lautan yang terbuka atau masih perairan di pelabuhan

Keselamatan Kerja menurut Undang-undang No. 1 Th. 1970. Semua kegiatan

kerja, baik yang didarat, dilaut, diudara ataupun disemua tempat kerja itu dilakukan

sangat memerlukan dukungan keselamatan.

Keselamatan Pelayaran menurut Hananto Soewedo (majalah Figur, edisi

XIV/2007, hal 13) mengatakan bahwa : ”Keselamatan pelayaran merupakan faktor

yang sangat penting ketika seorang Nakhoda menjalankan tugasnya menahkodai kapal

pelayaran mengarungi samudera”

Keadaan Darurat adalah Keadaan yang lain dari keadaan normal yang

mempunyai Kecenderungan atau potensi membahayakan, baik bagi keselamatan

manusia, harta benda maupun lingkungan. Prosedur Keadaan Darurat ialah Tata

cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud

untuk mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar. Kecelakaan

pada kapal dapat terjadi setiap saat dalam pelayaran, baik sedang berlabuh maupun

sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan meskipun sudah dilakukan

upaya untuk menghindarinya. Untuk melindungi para pelaut dan mencegah resiko

dalam suatu aktifitas di atas kapal, setiap pihak harus memperhatikan ketentuan yang

diatur dalam Health and Safety Work Act tahun 1974, terutama yang menyangkut

kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat.

3.2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi obyek penelitian yaitu pada Kapal KM Tonasa

Lines X Milik PT. Pelayaran Tonasa Lines

3.3. Jenis Penelitian

Page 25: Drill man overbord

25

Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka jenis

penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Habertus (2002:110) Deskriptif

Kualitatif merupakan metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan secara

terperinci fenomena sosial tertentu.

Hadari (1995:31) Penelitian Deskriptif Kualitatif juga dapat diidentikkan

sebagai penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau

keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk

mengungkapkan fakta (fact finding). Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau

lisan dan juga perilaku yang nyata, teliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi

penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah kepada pendeskripsian secara

rinci dan pendalaman mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi

menurut apa adanya di lapangan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penggalian data melalui observasi ke

objek penelitian yaitu pelaksanaan drill man over board untuk penyelamatan orang

jatuh ke laut.

3.4. Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (field work research)

Penelitian yang dilakukan langsung ke objek penelitian yang diteliti guna

memperoleh data yang diperlukan guna penelitian di Kapal KM Tonasa Lines X

sebagai data primer.

Data diperoleh dengan cara:

a. Wawancara (interview)

Page 26: Drill man overbord

26

Cara ini dimaksudkan agar dapat mengumpulkan banyak data dan informasi

yang diperlukan dalam penelitian dengan cara mengadakan wawancara langsung

dengan seluruh Crew kapal KM. Tonasa Lines X

b. Dokumentasi

Metode ini melakukan suatu kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan

dokumentasi atau arsip kapal KM. Tonasa Lines X terutama dokumen yang berkaitan

dengan pelaksanaan drill man over board untuk penyelamatan orang jatuh ke laut

2. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara mempelajari serta

menelaah literatur-literatur berupa buku, jurnal, maupun makalah yang berhubungan

dengan penelitian, sebagai data sekunder

3.5. Teknik Pengambilan Data

3.5.1.Sumber Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis

menggunakan Sumber data sebagai berikut :

1. Data Primer, yaitu informasi mengenai pelaksanaan drill man over board untuk

penyelamatan orang jatuh ke laut

2. Data Sekunder mengutip buku literatur, jurnal, tulisan-tulisan serta dokumen-

dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.6. Metode Analisis Data

Teknik analisis data tahap analisis data ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

penting pelaksanaan drill man over board untuk penyelamatan orang jatuh ke laut.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif yang

dilengkapi dengan data kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan teknik

analisis yang mentransformasikan data mentah kedalam bentuk data yang mudah

Page 27: Drill man overbord

27

dimengerti dan diinterprestasikan, serta menyusun dan menyajikan data menjadi

informasi yang jelas.

Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan

mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama proses penelitian.

Menurut Iskandar (2009:142) analisis data dengan menggunakan 4 model tahapan

analisis data yaitu :

a. Pengumpulan data

b. Reduksi data

c. Display data

d. Penarikan kesimpulan serta verifikasi data.

1. Pengumpulan data

Proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif telah dilakukan sebelum

penelitian, saat penelitian, dan pada akhir penelitian. Pada awal penelitian,

peneliti melakukan studi pre-eliminary untuk membuktikan bahwa femomena

yang akan diangkat dan diteliti benar-benar ada dan layak untuk diteliti. Setelah

data mencukupi untuk proses analisis dan membuang ha-hal yang tidak penting

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan

kemudian dilakukan reduksi data.

2. Reduksi data

Inti dari reduksi data adalah proses penyeragaman dan penggabungan semua

bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis.

3. Display data

Display data adalah proses pengolahan semua data berbentuk tulisan menjadi

beberapa kategori sesuai dengan tema atau kelompok masing-masing dan

biasanya disajikan dalam bentuk tabel, diagram, matriks, ataupun grafik.

Page 28: Drill man overbord

28

4. Kesimpulan/verifikasi

Setelah ketiga tahapan selesai, tahapan akhir adalah penarikan

kesimpulan/verifikasi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Obyek penelitian skripsi ini adalah pada KM Tonasa line X milik PT. Pelayaran

Tonasa Lines yang beralamat di TONASA – Pangkep Sulawesi Selatan Telephone 62

410 310031, 310033 fax 62 410 310032, adapun data kapal yang menjadi obyek

penelitian adalah sebagai berikut :

Name Of Vessel : KM. TL-X

Nationality : Indonesia

Part Of Register : Makassar

Owner : PT. Tonasa Lines

Page 29: Drill man overbord

29

Bahan Utama Kapal : Baja

Call Sign : Y G Y H

Tahun Pembuatan : Tahun 1993 / 1973 Japan

Tanda Pendaftaran : 2002 LIa No. 2433/ L

Tanda Selar : 2266 No. 608 / LIa

GRT : 2266 GT

NRT : 1211 NT

DWT : 3.994.090 Ton

LOA : 92.00 Meter

LWL : 86.26 Meter

LBP : 85.50 Meter

Bread Moulded : 13.80 Meter

Deep Moulded : 6.95 Meter

Light Draft : 1.80 Meter

Full Draft : 6.014 Meter

List At Light : 5.383.00 Ton/ M3

Light Ship : 389.00 M3

Bale Of Space : 3471.88 M3

Speed : 14.92 Knot

Main Engine : Diesel AKASAKA AHYOYTAK Tunggal

2700HP / RPM 290

Auxiliary engine : (A/E) DAIHATSU bpkt 16 (2X184 KW)

A/E No. 1 : No. 2025-616078

A/E No. 2 : No. 2026-616079

Master : Kunrad Saleh

Page 30: Drill man overbord

30

ChiefEngineer : Muchtar Razaff

Chief Officer : Armansyah

Selain spesifikasi tentang objek penelitian yang tersebut diatas berikut juga di

cantumkan gambar objek penelitian ini yaitu KM Tonasa line X yang berhasil peneliti

dokumentasikan selama periode penelitian. Adapun gambar objek penelitian tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut :

Gambar 4.1

KM Tonasa line X

Sumber : KM. Tonasa Lines X Hasil Dokumentasi peneliti (2016)

5.2. Alat Keselamatan Man Over Board di Kapal KM Tonasa Lines X

Berdasarkan hasil penelitian berikut adalah jenis alat keselamatan yang ada di

dalam kapal KM Tonasa Line X yang berkaitan dengan Man Over Board adalah

sebagai berikut :

1. Pelampung penolong dan jaket/rompi penolong (Life Jacket): Gunanya untuk

mengapungkan orang yang menggunakannya diatas air

2. Survival suit dan Immersion suit: Gunanya sebagai pelindung/pencegah suhu

tubuh yang hilang akibat dinginnya air laut

3. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid): Gunanya sebagai pelindung

tubuh, mengurangi hilangnya panas tubuh

4. Isyarat visual (Pyrotechnis): Gunanya sebagai isyarat tanda bahaya bilamana

penyelamat melihat ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat diliihat oleh mata

Page 31: Drill man overbord

31

pada siang hari digunakan isyarat asap apung (bouyant smoke signal). Pada

malam hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor parasut

(parachute signal)

5. Pesawat luput maut (survival craft) : Gunanya untuk menolong/mempertahankan

jiwa orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut

meninggalkan kapal

6. Sekoci penyelamat (life boat) : Gunanya selain digunakan untuk menyelamatkan

orang-orang dalam keadaan bahaya juga digunakan untuk memimpin pesawat

luput maut

Gambar 4.2

Gambar Life boat Kapal KM Tonasa Lines X

Sumber : Kapal KM Tonas Lines X

Gambar 4.3

Gambar Life bouy Kapal KM Tonasa Lines X

Page 32: Drill man overbord

32

Sumber : Kapal KM Tonas Lines X

7. Roket pelempar tali (line throwing appliances): Gunanya sebagai alat

penghubung pertama antara kapal yang ditolong dengan yang menolong yang

selanjutnya dipakai untuk keperluan lainnya.

8. Petunjuk cara pertolongan pertama apabila berhasil menolong orang yang jatuh

kelaut

Gambar 4.4

Petunjuk Mengeluarkan Benda Dari Mulut di kapal KM Tonasa Line X

Sumber : KM Tonasa Lines X

Gambar 4.5

Petunjuk Memberikan pernafasan bantuan dari mulut kemulut kapal KM Tonasa Lines

X

Page 33: Drill man overbord

33

Sumber : KM Tonasa Lines X

Gambar 4.6

Petunjuk Pernafasan Bantuan Dan Pemompaan Pada Dada di kapal KM Tonasa Line X

Sumber : KM Tonasa Lines X

Gambar 4.7

Petunjuk Membantu korban lemas atau tenggelam di kapal KM Tonasa Line X

Sumber : KM Tonasa Lines X

5.3. Isyarat Bahaya Man Over Board Pada Kapal KM Tonasa Lines X

Page 34: Drill man overbord

34

Adapun isyarat bahaya apabila ada orang jatuh kelaut pada Kapal KM Tonasa

Lines X adalah sebagai berikut :

_____ _____ _____ Berteriak dan katakan orang jatuh kelaut sebelah kiri /

kanan …… orang jatuh ke laut ke arah anjungan. (3 Tiup panjang pada terompet

kapal). Adapun gambar isyarat bahaya yang didapat dari KM Tonasa Lines X adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.2

Isyarat Kondisi Bahaya kapal KM Tonasa Line X

Sumber : kapal KM Tonasa Line X (2016)

5.4. Prosedur Pertolongan Man Over Board Pada Kapal KM Tonasa Lines X

Orang jatuh kelaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat

situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang

diberikan tidak mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca

saat itu serta kemampuan  yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang

tersedia. Dalam kapal KM Tonasa Lines X apabila seorang  awak  kapal  melihat  orang

jatuh  kelaut,  maka  tindakan  yang dilakukan adalah  berteriak  “Orang Jatuh ke Laut”

dan segera melapor ke Mualim Jaga. Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat

yang harus dilakukan dalam Dalam kapal KM Tonasa Lines X antara lain :

1. Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap

sedekat orang yang jatuh

Page 35: Drill man overbord

35

2. Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling- baling

3. Posisi dan letak pelampung diamati

4. Mengatur gerak tubuh menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup

disarankan menggunakan metode “ WILLIAMSON  TURN “

5. Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap terlihat

6. Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan

7. Regu penolong siap di sekoci

8. Nakhoda diberitahu

9. Kamar mesin diberi tahu

10. Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot

11. Posisi  kapal  tersedia  di  kamar  radio  dan  diperbaharui  bila  ada perubahan

Dapat disimpulkan dari hasil pengamatan peneliti tentang prosedur man over

board yang dilakukan pada kapal KM Tonasa Lines X dilakukan secara benar dan

sesuai prosedur.

5.5. Pelaksanaan Drill Man Over Board untuk menyelamatkan orang jatuh ke laut

pada kapal KM Tonasa Lines X

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan Drill Man Over Board untuk

menyelamatkan orang jatuh ke laut dari atas kapal KM Tonasa Lines X bertujuan untuk

:

1. Menjaga ketrampilan ABK

2. Menjaga kesiapan ABK

3. Membiasakan diri ABK dalam situasi darurat apabila ada orang jatuh kelaut

4. Memeriksa kondisi peralatan

5. Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam SOLAS

5.5.1. Latihan Man Over Board pada kapal KM Tonasa Lines X

Page 36: Drill man overbord

36

   Untuk menjaga kewaspadaan dan kesiapan ABK KM Tonasa Lines X diadakan

latihan baik teori maupun praktek secara berkala dan teratur. Latihan bersama baik

mengenai jumlah maupun letak alat keselamatan guna menolong orang yang jatuh

kelaut dan guna memperlancar dalam pelaksanaan bila terjadi orang jatuh kelaut.

Adapun pelaksanaan pelatihan yang dilakukan di kapal KM Tonasa Lines X adalah

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Latihan-latihan darurat sesuai SOLAS

2. Diatas kapal latihan sekoci dilaksanakan 1 kali seminggu atau segera sesudah

meniggalkan pelabuhan terakhir

3. Diatas kapal latihan sekoci dan dilaksanakan 1 kali sebulan atau 24 jam sesudah

meninggalkan pelabuhan bila ada penggantian ABK lebih dari 25 %

4. Pelaksanaan latihan darurat harus dicatat dalam buku jurnal / log book

5. Setiap 3 bulan sekali sekoci penolong harus diturunkan keair / bergiliran

6. Semboyan bahaya terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan satu

tiupan panjang.

Berdasarkan keterangan para ABK KM Tonasa Lines X setiap ada kegiatan

pelatihan selalu di dokumentasikan namun karena yang berwenang memberikan

gambar serta catatan mengenai drill Man Over Board tidak berada di kapal maka

peneliti tetap berusaha mendapatkan informasi dari ABK yang lainnya. Berikut gambar

drill Man Over Board yang berhasil peneliti himpun :

Gambar 4.1

Drill Man Over Board KM Tonasa Lines X

Page 37: Drill man overbord

37

Sumber : kapal KM Tonasa Line X (2016)

5.6. Masalah Dan Hambatan Pelaksanaan Drill Man Over Board Untuk Penyelamatan

Orang Jatuh Ke Laut

Dari pengamatan penulis selama peneltian terdapat masalah dan hambatan

pelaksanaan Drill Man Over Board untuk menyelamatkan orang jatuh ke laut dari atas

kapal KM Tonasa Lines X adalah sebagai berikut :

1. Sistem pelaksanaan tentang Drill Man Over Board kurang sistematis meskipun

ada jadwal pelatihan tetapi kurang kosistem dalam menjalankannya.

2. Materi pelatihan tidak terdokumentasi dengan baik Drill Man Over Board

3. Sistem pelaksanaan tentang Drill Man Over Board minim praktek, hanya sebatas

teori saja

4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran awak kapal tentang pentingnya pelatihan

Man Over Board

5. Drill Man Over Board hanya sebagai selingan diantara beberapa keadaan darurat

diatas kapal, yang sering dilakukan pelatihan tentang bahaya kebaran dan

keadaan darurat lainnya

6. Rute pelayaran jarak pendek yang meminimkan waktu pelatihan keselamatan.

7. Kurangnya perawatan dan pemeliharaan terhadap alat-alat keselamatan.

5.7. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan drill man over board untuk

penyelamatan orang jatuh ke laut, pelatihan keadaan darurat khususnya drill man over

board kapal KM Tonasa Lines X masih pasif dan tidak bersifat aktiv seperti pelatihan

Page 38: Drill man overbord

38

keadaan darurat yang lainnya yang sering terjadi diatas kapal, hingga penelitian ini

dilakukan tidak pernah terjadi keadaan darurat orang jatuh kelaut selama pelayaran

kapal KM Tonasa Lines X.

Sarana dan prasarana kapal KM Tonasa Lines X yang digunakan disesuaikan

dengan keadaan darurat yang paling mungkin akan terjadi di kapal KM Tonasa Lines X

seperti halnya kondisi darurat apabila kapal kandas, kondisi darurat apabila terjadi

bahaya kebakaran termasuk juga pencemaran. Sehingga pemahaman crew/ABK KM

Tonasa Lines X tentang segala keadaan darurat lebih memahami bahaya menghadapi

kebakaran, kandas, pencemaran dari pada kondisi darurat man over board atau orang

jatuh kelaut.

Berkaitan dengan hal diatas dalam pembahasan ini penulis mencoba

menyimpulkan dari hasil observasi langsung serta wawancara, pelatihan banyak

difokuskan pada antisipasi resiko besar apabila penanganan keadaan darurat tidak

dilakukan oleh crew/ABK yang tidak terlatih di KM Tonasa Lines X seperti :

1. Tingkat kerusakan kapal

2. Gangguan keselamatan kapal (Stabilitas) apabila tenggelam

3. Kekhawatiran terhadap kondisi muatan

4. Pengaruh kerusakan pada lingkungan

5. Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.

Pembahasan selanjutnya dalam mengantisipasi menghadapi setiap keadaan

darurat KM Tonasa Lines X tidak dilakukan pendataan sejauh mana keadaan darurat

tersebut dapat membahayakan Crew/ABK, kapal dan lingkungannya serta bagaimana

cara mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia di KM

Tonasa Lines X.

Page 39: Drill man overbord

39

Pelatihan orang jatuh kelaut atau drill man over board masih belum dianggap

pengetahuan yang utama dari segala pelatihan daurat pelatihan orang jatuh kelaut

dilakukan tidak bersifat penerapan dari pada pengetahuan dan keahlian, jadi lebih

bersifat teoritis bukan praktis. Padahal tujuan dari semua pelatihan keselamatan kerja

haruslah berupa pendidikan teori maupun praktek, yang menuntut ketrampilan

individual untuk mewujudkan keadaan yang selamat, terbebas dari rasa takut, dari

berbagai ancaman, gangguan yang dapat mengancam keselamatan jiwa crew/ABK,

harta benda termasuk kapal dan lingkungan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan dan pemaparan pada bab-bab sebelumnya,

maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Page 40: Drill man overbord

40

1. Kurang maksimal dan terorganisir secara sistematis tentang bentuk drill man over

board baik berupa materi, waktu pelaksanaan di KM Tonasa Lines X.

2. Kurang terdokumentasikanya jenis pelatihan drill man over board KM Tonasa

Lines X.

3. Sistem pelaksanaan tentang Drill Man Over Board minim praktek, hanya sebatas

teori jarang dilakukan simulasi, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara

sebagian besar para awak kapal dapat menjelaskan tentang bagaimana

pertolongan apabila ada orang jatuh kelaut, dan sebagian besar awak kapal bisa

menjawab secara teoritis. Dan lebih lanjut ditanyakan tentang rutinitas pelatihan

Man Over Board di KM Tonasa Lines X secara praktek sebagian besar banyak

yang lupa kapan terakhir kali dilakukan serta kapan jadwal selanjutnya untuk

dilakukan pelatihan Man Over Board

5.2. Saran

Selanjutnya untuk melengkapi penulisan ini, dan dari hasil kesimpulan yang

disampaikan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut;

1. Sebagai antisipasi dari keselamatan seluruh awak kapal agar dimaksimalkan Drill

Man Over Board melalui materi pelatihan yang lengkap serta waktu pelaksanaan

yang teratur

Page 41: Drill man overbord

41

2. Setiap pelaksanaan seluruh pelatihan keadaan darurat agar selalu di

dokumentasikan dengan baik, hal ini juga merupakan bukti bahwa KM Tonasa

Lines X peduli terhadap keselamatn kerja

3. Agar setiap pelaksanaan pelatihan keadaan darurat di KM Tonasa Lines X di

perbanyak pada pelatihan praktek dari pada teori, hal ini bisa memudahkan

peserta latih mudah memahami materi yang sebenarnya karena praktek

merupakan kejadian yang sebenarnya namun tidak termasuk keadaan darurat

karena hanya berupa simulasi.