68
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN NOVEMBER 2017 PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (GERAKAN PENGENDALIAN OPT TANAMAN PERKEBUNAN) TAHUN 2018

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1516780072.… · 3. Spesifikasi Teknis Perangkap Jaring (Trap Barier) dan Lampu Perangkap

Embed Size (px)

Citation preview

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANKEMENTERIAN PERTANIANNOVEMBER 2017

PEDOMAN TEKNIS

PENANGANAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

(GERAKAN PENGENDALIAN OPT TANAMAN PERKEBUNAN)

TAHUN 2018

i

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) melalui Gerakan Pengendalian OPT Perkebunan tahun 2018 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan UPT Pusat.

Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, Tujuan dan Pengertian Umum; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis, Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pengadaan Barang; Bab V. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VII. Pembiayaan; serta Bab VIII. Penutup.

Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.

Scanned by CamScanner

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................... i DAFTAR ISI .................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .......................... v

I. PENDAHULUAN .......................... 1

A. Latar Belakang ...................... 1 B. Sasaran Kegiatan ................... 4 C. Tujuan ............................... 4 D. Pengertian Umum.................... 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 9

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ............................. 9

B. Spesifikasi Teknis .................. 15

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ............. 23

A. Ruang Lingkup ...................... 25 B. Pelaksana dan Penanggung Jawab

Kegiatan ............................. 23 C. Lokasi, Jenis dan Volume ......... 29 D. Simpul Kritis ......................... 30

IV. PENGADAAN BARANG ................... 33

Halaman

iv

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN.. 34

A. Pembinaan, Pengendalian, Penga- walan dan Pendampingan ......... 34

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengen-dalian, Pengawalan dan Pendam- pingan ................................ 35

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................. 37

A. Monitoring ............................ 37 B. Evaluasi ............................... 37 C. Pelaporan ............................ 38

VII. PEMBIAYAAN ............................ 40

VIII. PENUTUP ................................. 40

LAMPIRAN ....................................... 42

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Spesifikasi Teknis Sex Feromon………………………

43

2. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon………….

44

3. Spesifikasi Teknis Perangkap Jaring (Trap Barier) dan Lampu Perangkap (Light Trap)…….

51

4. Cara dan Waktu Aplikasi Perangkap Jaring (Trap Barier) dan Lampu perangkap (Light trap)…………………………………………………………………

53 5. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT

Tanaman Kelapa (Hama Oryctes) …………….……

55 6. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT

Tanaman Karet (Penyakit JAP)……………………….

55 7.

8. 9.

Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kopi (Hama PBKo)…………………………..

Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kakao (Hama PBK) …………………………

Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Jambu Mete (Penyakit JAP) ……………

55

56

56

10. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Hama Uret)……………………………

57

11. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan……….

58

12. Form Laporan Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan……….

60

13. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan………………………………

61 14. Out Line Laporan Akhir…………………………………… 62

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luas areal perkebunan Indonesia sekitar 24,44 juta ha. Luas areal yang diusahakan oleh rakyat sekitar 66,38% dari total areal perkebunan. Produktivitas komoditi utama perkebunan baru mencapai sekitar 7,12–80,9%. Rendahnya produktivitas dan mutu antara lain disebabkan oleh penggunaan benih unggul berkontribusi sebesar 40% terhadap keberhasilan pertanaman, rendahnya kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya kehilangan hasil akibat serangan OPT.

Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada komoditi utama perkebunan tahun 2016 sekitar 3,83 juta ha. Kondisi tersebut diperburuk dengan terjadinya cekaman iklim seperti kekeringan, kebakaran lahan dan banjir.

Kerugian akibat serangan OPT pada 16 komoditas perkebunan yaitu tebu, kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, jambu mete, cengkeh, lada, teh, tembakau, nilam, sagu, kemiri sunan, pala dan kapas pada tahun 2016 berdasarkan data perhitungan taksasi kerugian hasil diperkirakan sekitar Rp.1,087 trilyun.

Jenis OPT utama yang masih menjadi ancaman dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan antara lain: Penggerek Buah Kakao (PBK), penyakit Vascular

2

Streak Dieback (VSD), dan busuk buah pada kakao; Penggerek Buah pada Kopi (PBKo); penyakit busuk pangkal batang dan jamur pirang pada lada; penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Kering Alur Sadap (KAS) pada karet; hama Sexava sp., Oryctes sp., Rhyncophorus sp., Brontispa sp., tungau (Aceria guerreronis) dan penyakit busuk pucuk pada kelapa; hama Helopeltis sp., penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Jamur Akar Coklat (JAC) pada jambu mete; hama ulat api dan penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa sawit; hama uret, tikus, babi hutan, penggerek batang (Chilo sp.) dan penggerek pucuk (Scirphophaga sp.) pada tebu; hama Spodoptera sp. dan penyakit lanas Phytophthora sp. pada tembakau; penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum.), budok (Synchytrium sp.) dan nematoda pada nilam; hama penggerek buah Helicoverpa sp., wereng daun Sundapteryx sp. dan ulat daun Spodoptera sp. pada kapas; hama Helopeltis sp. dan penyakit cacar daun pada teh; hama penggerek batang Nothopeus sp., Jamur Akar Putih/JAP (Rigidophorus lignosus) dan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh/BPKC (Pseudomonas syzigii) pada cengkeh; hama penggerek batang (Batocera hercules), penyakit Jamur akar putih (Rigidophorus lignosus), penyakit layu pembuluh (Ceratocystis sp), dan penyakit kanker batang (Phytopthora palmivora) pada pala.

3

Sesuai dengan UU No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan, Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/07.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, bahwa Perlindungan Tanaman dilaksanakan dengan pemantauan, pengamatan, dan pengendalian OPT.

Penanganan OPT masih belum optimal karena peran, kesadaran dan kemampuan masyarakat masih relatif rendah. Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian, diperlukan bantuan pengendalian dan pemberdayaan petani oleh pemerintah untuk mendorong peran serta dan kesadaran masyarakat dalam mengendalikan OPT.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pada tahun anggaran 2018 Direktorat Jenderal Perkebunan mengalokasikan dana APBN Tugas Pembantuan (TP) untuk kegiatan penanganan OPT tanaman perkebunan melalui kegiatan Gerakan Pengendalian OPT tanaman perkebunan pada pusat-pusat serangan atau areal yang memiliki potensi untuk menjadi sumber serangan pada kawasan pengembangan komoditas perkebunan.

4

B. Sasaran Nasional

Sasaran kegiatan penanganan OPT tanaman perkebunan melalui Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan pada tahun 2018 berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah terkendalinya serangan OPT sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan berkelanjutan.

C. Tujuan

Tujuan kegiatan penanganan OPT melalui Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan) adalah:

Mendorong/membantu petani melakukan pengendalian OPT secara mandiri melalui gerakan massal pada pusat-pusat serangan agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas pada areal tanaman lainnya.

D. Pengertian Umum

Dalam rangka menyamakan persepsi untuk kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Perkebunan, maka perlu disampaikan beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Gerakan pengendalian OPT adalah Pengendalian OPT secara mandiri melalui

5

gerakan massal pada pusat-pusat serangan agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas pada areal tanaman lainnya.

2. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

3. Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL) adalah kelompok tani/Gabungan kelompok tani/lokasi yang akan diusulkan menjadi peserta kegiatan yang akan dilaksanakan.

4. Hamparan tanaman adalah luas pertanaman dengan yang relatif homogen.

5. Sosialisasi adalah penyampaian/penjelasan lebih rinci tentang kegiatan penanganan OPT perkebunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah setempat dan petani.

6. Aksi gerakan pengendalian OPT adalah pelaksanaan pengendalian OPT secara massal dan serentak oleh petani

7. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman adalah jenis serangga, tumbuhan (gulma), jamur/cendawan, bakteri, nematoda, virus, vertebrata dan jasad renik lainnya yang dapat merusak, mengganggu kehidupan tanaman budidaya sehingga

6

menyebabkan berkurang/hilangnya produksi dan kualitas hasil tanaman perkebunan.

8. Agens Pengendali Hayati (APH) adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikroplasma serta organisme lainnya dalam semua tahap perkem-bangannya yang dapat digunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluan lainnya.

9. Feromon serangga adalah senyawa yang dihasilkan dari tubuh/badan serangga hama betina atau sintentis yang digunakan untuk menarik/menangkap serangga hama jantan, sehingga perkawinan gagal terjadi.

10. Atraktan adalah senyawa kimia yang mempunyai daya tarik terhadap serangga.

11. Patogen adalah suatu mikroorganisme yang hidup dan makan (memarasit) pada atau di dalam suatu organisme inang yang lebih besar dan menyebabkan inangnya sakit atau mati.

12. Pengamatan adalah kegiatan perhitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi dan tingkat serangan OPT dan faktor-faktor iklim yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu.

7

13. Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor-faktor yang mempe-ngaruhinya secara berkala pada tempat tertentu.

14. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pengendalian OPT dengan cara menggabungkan berbagai tindakan pengendalian yang kompatibel untuk menjaga agar populasi OPT tetap berada dibawah ambang kerusakan ekonomi dengan memperhatikan hubungan antara dinamika populasi OPT dan lingkungannya.

15. Luas serangan adalah luas tanaman yang mengalami kerusakan akibat gangguan/ serangan OPT yang dinyatakan dalam hektar.

16. Luas pengendalian adalah luas tanaman terserang yang dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian.

17. Sanitasi adalah tindakan membersihkan tanaman atau bagian tanaman terserang OPT, sehingga tidak menjadi sumber serangan.

18. Eradikasi adalah tindakan memusnahkan tanaman atau bagian tanaman terserang OPT, sehingga tidak menjadi sumber serangan.

8

19. Eksplosi adalah tingkat populasi hama sangat tinggi yang terjadi secara mendadak dan singkat akibat hampir tidak adanya faktor penghambat.

20. Insentif diberikan kepada petugas pelaksana kegiatan gerakan pengendalian OPT dalam melaksanakan pengamatan dan pengendalian OPT serta pembinaan kepada petani di lapangan.

9

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan umum

Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.

a. SK Tim Pelaksana Kegiatan

1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/Kepala UPT Pusat/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.

2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan Tugas Pembantuan (TP) provinsi, ditetapkan oleh Kepala Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi.

b. Rencana kerja

Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Direktorat Jenderal Perkebunan.

c. Juklak/Juknis

Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK

10

Tim pelaksana dan mengacu kepada pedoman teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

d. Koordinasi

Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.

e. Sosialisasi Pengendalian OPT

Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan dan petugas lapangan kepada petani peserta kegiatan gerakan pengendalian OPT dan pihak terkait lainnya.

f. Aksi Gerakan Pengendalian OPT

Aksi gerakan pengendalian dilakukan secara serentak dan massal oleh petani dibimbing petugas lapangan/ Dinas Provinsi/kabupaten/Kota yang menangani perkebunan dan aparat Pemda.

11

g. Pengadaan Barang

Pengadaan barang dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pengadaan barang dan jasa harus selesai pada bulan Januari 2018. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.

h. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung.

i. Laporan

1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh penanggung jawab kegiatan kepada Direktur Perlindungan Perkebunan secara berkala.

2) Laporan fisik dan keuangan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai form SIMONEV.

3) Laporan akhir kegiatan gerakan pengendalian OPT disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan ke Direktur Perlindungan Perkebunan paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2018.

12

2. Prinsip Pendekatan Teknis

a. Calon petani/Calon Lokasi

1) Survei Calon Petani/Calon Lokasi dilakukan oleh Dinas Provinsi dan berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota.

2) Calon Petani/Calon Lokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

b. Petugas lapangan

Petugas lapangan membimbing/mendampingi petani dalam melakukan gerakan pengendalian OPT dan ditetapkan oleh Kepala Dinas yang membidangi perkebunan.

c. Sosialisasi

Sosialisasi kepada petani dan pihak terkait lainnya dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan Gerakan pengendalian OPT Tanaman Perkebunan.

d. Gerakan Pengendalian OPT

Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan dilaksanakan secara serentak dan massal oleh petani dan dibimbing oleh petugas lapangan.

13

e. Bahan dan alat Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan/teknologi

1) Bahan dan alat untuk kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan meliputi: APH/Pupuk hayati, feromon, bahan sarungisasi, fungisida, jaring perangkap dan lain-lain.

2) Pengadaan bahan dan alat yang digunakan untuk kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan harus memenuhi Spesifikasi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

3) Menerapkan teknologi pengendalian OPT yaitu dengan memadukan cara biologis, mekanis dan kimiawi.

f. Aksi gerakan pengendalian OPT

Aksi gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan dilaksanakan pada kesempatan pertama setelah dilakukan penetapan Calon Petani/Calon lokasi, pelaksanaan sosialisasi dan setelah tersedianya bahan pengendalian OPT, serta disesuaikan dengan karakter komoditas dan serangan OPT masing-masing komoditas.

14

g. Pelaksana

Pelaksana kegiatan adalah Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

h. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut pada tahap pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

1) Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Segera menindaklanjuti rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi bila ditemukan ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan.

2) Tahap Pasca Kegiatan

a) Kelompok tani/Gapoktan diharapkan melakukan pengendalian OPT secara berkelanjutan.

b) Provinsi pelaksana gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan diharapkan terus melakukan pendampingan pengendalian OPT kepada Petani.

c) Petugas melakukan pencatatan/ evaluasi perkembangan pelaksanaan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan, dan petani melakukan pemeliharaan tanaman perkebunan.

15

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Calon petani pelaksana kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani/gapoktan pada areal eksisting/kawasan pengembangan komoditas perkebunan/sentra serangan OPT.

b. Calon lokasi Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan merupakan hamparan tanaman yang relatif kompak dengan tingkat serangan yang masih dapat dikendalikan/dipulihkan pada areal eksisting/kawasan pengembangan komoditas perkebunan/sentra serangan OPT.

c. Petugas lapanganan adalah petugas yang memiliki kemampuan teknis untuk membimbing petani dalam melakukan gerakan pengendalian OPT dan ditetapkan oleh Kepala Dinas yang membidangi perkebunan

d. Gerakan Pengendalian OPT

Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan dilakukan secara serentak dan massal untuk mengendalikan OPT tanaman perkebunan yaitu: Oryctes sp.

16

pada kelapa, PBKo pada kopi, Hama Uret pada tebu, JAP pada karet dan jambu mete, PBK dan BBK pada tanaman kakao.

e. Bahan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan /teknologi

1) APH/Pupuk Hayati, Pestisida sintetis dan feromon yang digunakan untuk kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan telah terdaftar dan memperoleh izin dari Menteri Pertanian.

2) Menerapkan teknologi pengendalian OPT yaitu dengan memadukan cara biologis, mekanis dan kimiawi.

2. Metode

a. Sosialisasi

Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada petani peserta Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan dan pihak terkait lainnya setelah penetapan Calon Petani/Calon Lokasi di lokasi kegiatan.

b. Aksi Gerakan Pengendalian OPT

Aksi gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan dilaksanakan pada

17

kesempatan pertama setelah dilakukan penetapan Calon Petani/Calon Lahan, pelaksanaan sosialisasi serta telah tersedianya bahan pengendalian OPT, yang disesuaikan dengan karakter komoditas dan serangan OPT masing-masing.

c. Pengamatan

1) Pengamatan awal dilakukan sebelum pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan untuk melihat kondisi atau rona awal (produktivitas tanaman, kondisi tanaman dan keadaan OPT, serta teknik pengendalian yang pernah dilakukan) dari kebun yang akan digunakan sebagai lokasi Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan.

2) Pengamatan akhir dilakukan setelah pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan untuk melihat efektivitas hasil pengendalian.

3) Pengamatan awal dan akhir dilakukan oleh petugas lapangan bersama dengan petani peserta kegiatan Gerakan Pengendalian dan OPT Tanaman Perkebunan.

4) Khusus untuk Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan dengan

18

menggunakan feromon dan perangkap jaring dilakukan pengamatan jumlah tangkapan OPT sasaran.

d. Teknologi PHT

Teknologi PHT yang diterapkan untuk kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan sebagai berikut :

1) Gerakan pengendalian Hama Kumbang Nyiur Oryctes sp. pada Kelapa:

a) Mekanis: pemerangkapan imago Oryctes sp. menggunakan feromon yang berbahan aktif etil 4 metil oktanoat sebanyak 1 set/ ha. Penggantian feromon dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.

b) Sanitasi: membersihkan kebun dan memusnahkan semua tempat perkembangbiakan Oryctes rhynoceros seperti sisa tanaman mati, sampah-sampah, tumpukan kotoran ternak, tumpukan serbuk gergaji, dan lainnya; memotong-motong tanaman kelapa yang tumbang/mati kemudian dimusnahkan atau ditimbun tanah.

2) Gerakan pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada Karet

19

a) Mekanis/Eradikasi: menebang, membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang berat/mati;

b) Sanitasi kebun: mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta melakukan pengendalian gulma;

c) Aplikasi fungisida berbahan aktif hexaconazol: disiramkan disekitar pangkal pohon dengan sebelumnya dibuat parit kecil di sekeliling pohon agar fungisida dapat terserap hingga ke daerah perakaran.

d) Penggunaan APH/pupuk hayati berbahan aktif jamur Trichoderma untuk menekan perkembangan JAP.

e) Penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan dan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit Jamur Akar Putih (JAP)

3) Gerakan pengendalian Penggerek Buah Kopi (PBKo)

a) Pengaturan naungan;

b) Petik bubuk, lelesan dan rampasan akhir panen/racutan;

c) Pemasangan atraktan/sex feromon sebanyak 25 set/hektar/aplikasi.

20

Aplikasi feromon diulang dengan interval setiap 1 (satu) bulan.

4) Gerakan pengendalian OPT Kakao (Penggerek Buah Kakao dan Busuk Buah Kakao)

a) Pemangkasan dilakukan dengan memotong semua cabang/tunas baru yang arahnya ke atas di luar batas 4 m;

b) Panen sering dilakukan dengan interval panen 4-7 hari sekali dengan tujuan untuk memutus siklus hidup hama PBK;

c) Sanitasi dengan memetik semua buah kakao yang terserang Busuk Buah kakao yang dilakukan bersamaan saat pemangkasan atau panen, kemudian dibenamkan kedalam tanah sedalam 30 cm;

d) Penyarungan buah dilakukan pada saat buah kakao berumur 3 bulan atau ukuran panjang 8-10 cm dengan kantong plastik lebar 15 – 17 cm, panjang 28 cm, dan tebal minimal 0,2 mm. Dasar kantong plastik dibiarkan terbuka sebagai ventilasi untuk mengatur kelembaban buah yang disarungi.

21

5) Gerakan Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada Jambu mete

a) Mekanis/Eradikasi: menebang, membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang berat/mati;

b) Sanitasi kebun: mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta melakukan pengendalian gulma;

c) Aplikasi fungisida berbahan aktif hexaconazol: disiramkan disekitar pangkal pohon dengan sebelumnya dibuat parit kecil di sekeliling pohon agar fungisida dapat terserap hingga ke daerah perakaran.

d) Penggunaan APH/pupuk hayati berbahan aktif jamur Trichoderma sp. untuk menekan perkembangan JAP.

e) Penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan dan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit Jamur Akar Putih (JAP)

6) Gerakan pengendalian Penggerek Hama Uret pada Tebu

a) Sanitasi dilakukan dengan membongkar dan membersihkan tunggul-tunggul tanaman sehingga tidak tersedia makanan untuk uret.

22

b) Mekanis dilakukan dengan pengambilan, pengumpulan dan pemusnahan uret pada saat pengolahan tanah.

c) Pemasangan jaring perangkap (trap) untuk Provinsi DIY.

d) Pemasangan jaring perangkap (trap) dan lampu perangkap light trap untuk Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Rincian spesifikasi teknis, cara dan waktu penggunaan sex feromon disajikan pada Lampiran 1, dan 2.

23

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan terdiri dari:

1. Gerakan Pengendalian OPT dilakukan di kebun petani kelapa, karet, kopi, kakao, jambu mete dan tebu.

2. Tahapan kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi:

a. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota BBPPTP (Medan/Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

b. Penetapan calon petani/calon lokasi gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan.

c. Penyiapan Juklak dan Juknis Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

d. Pengadaan alat dan bahan gerakan pengendalian OPT.

e. Pengamatan awal sebelum pelaksanaan gerakan pengendalian OPT

f. Sosialisasi Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

24

g. Aksi Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan.

h. Pengamatan akhir setelah pelaksanaan gerakan pengendalian OPT

i. Pembinaan, monitoring evaluasi (monev) dan pelaporan.

3. Indikator Kinerja

Setiap pelaksanaan kegiatan harus terukur. Indikator kinerja dari kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 1.

Tabel1.Indikator Kinerja Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

No Indikator Uraian 1 Input/

Masukan - Dana - SDM - Data dan informasi - Teknologi

2 Output/ Keluaran

Terlaksananya gerakan pengendalian OPT: Oryctes sp pada kelapa seluas 500 ha, JAP pada karet seluas 400 ha, Hama PBKo pada kopi seluas 1.325 ha, OPT Kakao seluas 2.525 ha, JAP pada jambu mete seluas 100 ha dan hama uret pada tebu seluas 475 ha .

3 Outcome/ hasil

Terkendalinya OPT: Oryctes sp pada kelapa seluas 500 ha, JAP pada karet seluas 400 ha,

25

Hama PBKo pada kopi seluas 1.325 ha, OPT Kakao seluas 2.525 ha, JAP pada jambu mete seluas 100 ha dan hama uret pada tebu seluas 475 ha .

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan adalah Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

2. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dalam melaksanakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan/Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

3. Kewenangan dan tanggung jawab :

a. Direktorat Perlindungan Perkebunan

1) Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis;

2) Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.

b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan;

26

2) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan C.q. Direktorat Perlindungan Perkebunan,BBPPTP Medan/Surabaya/Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;

3) Membuat Petunjuk Pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan;

4) Melakukan verifikasi CP/CL kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan bersama Dinas Kabupaten/Kota;

5) Menetapkan CP/CL kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan;

6) Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan setempat;

7) Melakukan sosialisasi kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;

8) Melakukan/membimbing aksi gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan

27

bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

9) Menindaklanjuti rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi Direktorat Perlindungan Perkebunan.

10) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

1) Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon), BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;

2) Melakukan verifikasi Calon Petani/Calon Lokasi bersama sama dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan;

3) Melakukan sosialisasi, aksi gerakan pengendalian OPT, pembinaan dan monev kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan bersama sama dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan;

28

d. Petugas Lapangan

1) Melakukan survey CP/CL kegiatan gerakan pengendalain OPT bersama sama dengan Dinas Provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perkebunan

2) Membimbing/ mendampingi petani dalam melakukan kegiatan gerakan pengendalain OPT bersama sama dengan Dinas Provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perkebunan

3) Menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan gerakan pengendalian OPT ke dinas provinsi yang membidangi perkebunan

e. Kelompok Tani/Petani :

1) Mengikuti sosialisasi kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan;

2) Mengikuti aksi gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan;

3) Melakukan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan dengan bimbingan petugas lapangan

4) Melakukan pengamatan awal dan akhir bersama-sama dengan petugas lapangan.

f. UPT Pusat/UPTD

Berkoordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan untuk

29

memberikan bimbingan teknis gerakan pengendalian OPT di lokasi binaan masing-masing.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi

a. Gerakan Pengendalian OPT Tanaman kelapa (Oryctes. sp)

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman kelapa (Oryctes. sp) seluas 500 ha di 2 Provinsi 2 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 5.

b. Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Karet (penyakit JAP)

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Karet (penyakit JAP) seluas 400 ha di 2 Provinsi 2 Kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 6.

c. Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kopi (Hama PBKo)

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kopi (Hama PBKo) seluas 1.325 ha di 5 Provinsi 5 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 7.

d. Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kakao (BPK dan BBK)

30

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kakao seluas 2.525 ha di 7 Provinsi 9 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 8.

e. Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Jambu mete (penyakit JAP)

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Jambu mete (penyakit JAP) seluas 100 ha di 1 Provinsi 1 Kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 9.

f. Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Hama Uret)

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Hama Uret) seluas 475 ha di 3 Provinsi 5 Kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 10.

D. Simpul Kritis

Simpul Kritis Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan sebagai berikut :

1. Pencermatan POK oleh pelaksana kegiatan seringkali terlambat sehingga bila ada ketidaksesuaian terlambat dilakukan revisi. Pencermatan POK segera dilakukan setelah diterimanya POK oleh Satker.

2. Penetapan SK Tim Pelaksana Provinsi dan CP/CL seringkali terlambat sehingga

31

pelaksanaan kegiatan menjadi terlambat. Untuk itu kepala Satker perlu mempercepat penetapan SK Tim Pelaksana agar kegiatan terlaksana tepat waktu.

3. Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan seringkali belum dijabarkan kedalam Juklak/Juknis. Untuk itu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota setelah menerima Pedoman Teknis dari Pusat diminta segera menyusun Juklak/Juknis sebelum kegiatan dimulai untuk mengakomodir hal-hal spesifik lokasi.

4. Proses pengadaan barang/jasa khususnya untuk kegiatan pengendalian OPT pada tanaman perkebunan seringkali dilakukan menjelang akhir tahun. Dihimbau kepada penanggung jawab kegiatan agar dilakukan percepatan proses pelelangan/pengadaan dan kontrak ditandatangani paling lambat pada awal tahun anggaran.

5. Jadwal pelaksanaan dan tahapan penarikan uang kegiatan belum sepenuhnya sesuai dengan ROPAK yang telah disusun. Penarikan anggaran harus mengacu pada ROPAK dan dilaksanakan secara konsisten.

6. Permasalahan yang dihadapi pelaksana kegiatan seringkali tidak dilaporkan secara berkala sehingga Direktorat Perlindungan

32

Perkebunan tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan kegiatan terlambat.

33

IV. PENGADAAN BARANG

Pengadaan barang dan jasa mengacu pada Perpres No 54 tahun 2010 dan Perpres No 70 tahun 2012. Penyaluran barang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.247/PMK.07/2010.

34

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan pelaksanaan gerakan pengendalian OPT perkebunan melalui dana Tugas Pembantuan dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan BBPPTP (Ambon, Surabaya, Medan)/BPTP Pontianak dan pihak terkait lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan gerakan pengendalian OPT perkebunan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan gerakan pengendalian OPT perkebunan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.

Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan gerakan pengendalian OPT perkebunan terhadap pelaksana kegiatan

35

(Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,

Pengawalan dan Pendampingan

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT perkebunan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.

Pendampingan terhadap kelompok tani peserta gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan dilakukan oleh petugas di tingkat lapangan mencakup tahapan persiapan dan pelaksanaan kegiatan.

Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan

36

kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi dan UPT pusat melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan tingkat provinsi.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan tingkat kabupaten/kota bersama dengan provinsi/UPT/UPTD Proteksi.

37

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

1) Monitoring dilakukan dalam rangka mengetahui perkembangan kemajuan pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan kendala yang dihadapi, serta solusi yang telah dilaksanakan atau tindak lanjut yang di perlukan.

2) Monitoring dilakukan secara periodik dan berjenjang pada setiap tingkatan administrasi wilayah penyelenggara dan pelaksana (pusat,provinsi, kabupaten/kota)

Monitoring dilaksanakan oleh petugas UPT Pusat, UPTD dan petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

38

Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan kegiatan Gerakan pengendalian OPT dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

1. Jenis Laporan :

a. Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

1) Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

Persiapan meliputi : penetapan tim pelaksana kegiatan; penyusunan juklak/ juknis; penetapan CP/CL; persiapan administrasi; pengadaan alat dan bahan; sosialisasi, dilaporkan setelah persiapan kegiatan selesai dilaksanakan.

2) Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Laporan pencapaian pelaksanaan kegiatan meliputi: pengamatan awal, aksi gerakan

39

pengendalian, aplikasi pengendalian, pemantauan, dan pengamatan akhir.

b. Laporan Fisik dan Keuangan

1) Laporan Mingguan

Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu pada hari Jum’at.

2) Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.

3) Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya.

4) Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan Gerakan

40

pengendalian OPT tanaman perkebunan setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail

Format Laporan Perkembangan Persiapan Kegiatan, Fisik dan Keuangan, Pelaksanaan Kegiatan dan Out Line Laporan Akhir seperti pada lampiran 11 s.d 14.

VII. PEMBIAYAAN

Penanganan OPT Tanaman Perkebunan (Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan) dibiayai dari dana APBN tahun anggaran 2018. VIII. PENUTUP Kegiatan Penanganan OPT Tanaman Perkebunan melalui gerakan pengendalian OPT tanaman perkebunan diharapkan mampu menstimulasi untuk mendorong peran serta dan kesadaran masyarakat dalam mengendalikan OPT tanaman perkebunan, secara mandiri, gradual dan berkesinambungan. Hasil akhir yang diharapkan adalah berkontribusi dalam menurunkan tingkat serangan OPT terutama pada pusat-pusat serangan di kawasan pengembangan perkebunan

41

sehingga dapat terkendali dan tidak meluas pada daerah lainnya.

Keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.

39

LAMPIRAN

42

43

Lampiran 1. Spesifikasi Teknis Sex Feromon

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan

1. - Atraktan/Feromon khusus untuk hama PBKo

- Bahan aktif:Etanol

25 set/ ha/ tahun. 1 set perangkap terdiri dari 1 trap/perangkap dan 4 sachet atraktan/ feromon

Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.

PBKo (Hypothenemus hampei) pada kopi

Diprioritaskan pada daerah serangan penggerek buah kopi.

2. - Atraktan/ Feromon khusus hama Kumbang Nyiur

- BahanAktif: etil-4 metil oktanoat

1 perangkap/ ha/tahun

Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.

Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros) pada kelapa

Diprioritaskan pada daerah serangan Oryctes rhinoceros

44

Lampiran 2. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

1. - Atraktan khusus untuk hama PBKo

- Bahan aktif: Etanol

Komponen atraktan terdiri dari: 1. Alumunium foil

didalamnya terdapat 4 Sachet atraktan dan 1 buah jarum serta trap/perangkap;

2. Gunting ujung kemasan alumunium foil dan ambil satu sachet atraktan, tusuk dengan jarum sesuai

- Aplikasi atraktan dilakukan 4 kali dalam satu tahun atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan.

- Aplikasi atraktan dimulai pada saat buah fase matang susu dan mulai ada serangan PBKo.

- Atraktan diganti setiap 4-6

- Atraktan harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan.

- Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang

45

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

dengan tanda jarum pada sachet, gantungkan sachet atraktan pada gantungan yang tersedia pada perangkap bagian atas;

3. Masukkan air yang telah di campur dengan sedikit detergen dengan tinggi + 2 cm dari dasar perangkap;

4. Pasangkan perangkap bagian

minggu atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

tepat. - Air detergen

dalam perangkap bagian bawah diganti pada saat pengamatan.

46

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

bawah ke perangkap bagian atas dengan cara diputar;

5. Perangkap yang sudah terpasang (atas dan bawah) digantungkan pada tiang kayu/bambu diantara tanaman kopi dengan ketinggian 1,5 m diatas per - mukaan tanah;

6. Sisa 3 sachet

47

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

atraktan dan satu buah jarum dimasukkan kembali ke kemasan alumunium foil untuk disimpan.

2. - Sex Feromon khusus untuk hama kumbang nyiur

- Bahan Aktif: etil-4 metil

oktanoat

1. Siapkan ember plastik volume 12 liter yang akan digunakan sebagai perangkap;

2. Pada bagian dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm

- Aplikasi feromon dilakukan minimal dua kali dalam satu tahun atau menyesuaikan de-ngan kondisi lapangan.

- Interval waktu aplikasi paling

- Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan.

- Sebelum aplikasi

48

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

untuk pembuangan air hujan;

3. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan dilubangi sebanyak 5 buah dengan diameter 55 mm;

4. Tutup ember yang sudah di letakkan terbalik, kemudian gantungkan satu kantong feromon pada bagian

lambat 3 bulan.

perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang tepat, yaitu pada saat ditemukan ada-nya serangan kumbang nyiur pada tanaman kelapa

49

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

tengah tutup ember plastik dengan menggunakan kawat;

5. Tutup ember plastik yang telah digantungi feromon dipasangkan pada ember plastik perangkap;

6. Ember plastik (perangkap) kemudian digantungkan pada tiang

50

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

kayu/bambu setinggi 4 m dari permukaan tanah dan dipasang dikebun/tanaman kelapa;

7. Kumbang yang terperangkap dikumpulkan dan dimusnahkan; Pekerjaan ini dilakukan setiap 2 minggu

51

Lampiran 3 . Spesifikasi Teknis Perangkap Jaring (Trap Barier) dan Lampu Perangkap (Light Trap)

No Jenis Spesifikasi OPT Sasaran Keterangan

1

Perangkap Jaring (Trap Barier) untuk Hama Uret

Lepidiota Stigma (Uret) pada Tebu

Diprioritaskan pada daerah serangan uret.

- Jaring 1. Twine/tebal senar : 0.15 mm 2. Mesh Size / lebar mata jaring :

1.5” inch 3. Depth / tinggi jaring : 100 md (mata jaring) 4. Length / panjang : 100 yds 5. Bahan polyethylene/nylon 6. Warna terang 7. Tidak cacat/sobek

52

No Jenis Spesifikasi OPT Sasaran Keterangan Peralatan

pemasangan jaring - Bambu

1. Jenis bambu kuat dan keras 2. Bambu sudah tua dan kering 3. Bambu relatif lurus 4. Panjang 4.5 m

- Kawat 1. Bahan besi/baja 2. Jenis BBG 3. Diameter minimal 0.15 mm 4. Tidak berkarat

2 Lampu perangkap (Light trap) untuk Hama Uret

Daya lampu ± 20 watt Lepidiota Stigma (Uret) pada tebu

Diprioritaskan pada daerah serangan uret.

53

Lampiran 4. Cara dan Waktu Aplikasi Perangkap Jaring (Trap Barier) dan Lampu perangkap (Light trap)

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

1. Perangkap Jaring (Trap Barier) untuk Hama Uret

Pasang perangkap jaring imago/trap barrier di sekitar pertanaman tebu, dengan cara dibentangkan dengan menggunakan bambu sebagai tiang bentang.

Pemasangan perangkap jaring dilakukan selama ± 3 bulan (dimulai pada saat awal musim penghujan

Pemasangan perangkap jaring digunakan sekali pada saat stadia imago Lepidiota stigma

2. Lampu perangkap (Light trap) untuk Hama Uret

1. Pasang lampu perangkap di sekitar perangkap

waktu pemasangan lampu perangkap berkisar antara

Jenis lampu perangkap yang digunakan adalah

54

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

jaring. 2. Jumlah lampu

perangkap 2 unit per ha, dengan Selanjutnya imago yang terperangkap dikumpulkan dan dimusnahkan.

jam 17.00 – 19.00. lampu emergency /lampu petromax

55

Lampiran 5. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kelapa (Hama Oryctes)

No Provinsi Kabupaten Volume 1 Sulawesi Tengah Donggala 200 Ha 2 Sulawesi Utara Minahasa Utara 300 Ha Jumlah 500 Ha

Lampiran 6. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Karet (Penyakit JAP)

No Provinsi Kabupaten Volume 1 Jambi Tebo 200 Ha 2 Sumatera Selatan Musi Rawas 200 Ha Jumlah 400 Ha

Lampiran 7. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kopi (Hama PBKo)

No Provinsi Kabupaten Volume

1 Jawa Barat Bandung 300 Ha

2 Sulawesi Selatan Enrekang 400 Ha

3 Bali Buleleng 225 Ha

4 Sulawesi Utara Kota Mobagu 200 Ha

5 Bengkulu Kepahiang 200 Ha

Jumlah 1.325 Ha

56

Lampiran 8. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kakao (Hama PBK)

No Provinsi Kabupaten Volume

1 Aceh Pidie 250 Ha 2 Sulawesi Selatan Bone 300 Ha

3 Sulawesi Tengah Poso 600 Ha

Toli-Toli 200 Ha

4 Sulawesi Barat Mamuju 150 Ha

5 Sulawesi Tenggara Konawe 300 Ha

Bombana 300 Ha

6 Kalimantan Utara Nunukan 150 Ha

7 Nusa Tenggara Barat

Lombok Utara 275 Ha

Jumlah 2.525 Ha

Lampiran 9. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Jambu Mete (Penyakit JAP)

No Provinsi Kabupaten Volume

1 Nusa Tenggara Timur

Sumba Barat Daya 100 Ha

Jumlah 100 Ha

57

Lampiran 10. Lokasi Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Uret)

No Provinsi Kabupaten Volume

1 DIY Sleman 75 Ha 2 Jateng Purworejo 100 Ha

3 Jatim Tulungagung 100 Ha Kediri 100 Ha Situbondo 100 Ha Jumlah 475 Ha

58

Lampiran 11. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

PROVINSI : KABUPATEN : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

NO URAIAN Ada/ sudah

Tidak/ belum

PERMASALAHAN RENCANA TINDAK LANJUT

KETERANGAN

1. Penetapan Tim Teknis

SK Tim Teknis dilampirkan

2. Penyusunan Juklak/Juknis

Juklak/Juknis dilampirkan

3. Penetapan CP/CL SK CP/CL dilampirkan

4. Pengadaan alat dan bahan

Waktu dan jadwal pengadaan

5. Sosialisasi Gerakan Pengendalian OPT

Lokasi, tanggal pelaksanaan dan peserta sosialisasi

6. Aksi gerakan Lokasi, tanggal

59

pengendalian OPT

pelaksanaan dan peserta aksi gerakan pengendalian

60

Lampiran 12. Form Laporan Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

1. Pengamatan Awal

- tanggal pengamatan:

- intensitas serangan OPT:

2. Sosialisasi

- Tanggal sosialisasi:

- Jumlah peserta sosialisasi:

- Lokasi sosialisasi:

3. Aksi Gerakan

- Tanggal aksi gerakan pengendalian OPT

- Jumlah peserta aksi gerakan pengendalian OPT

- Lokasi aksi gerakan pengendalian OPT:

4. Penyelesaian Aplikasi Pengendalian

- tanggal aplikasi

- jenis bahan dan alat pengendali

- dosis bahan pengendali dll

5. Pengamatan Akhir

- Tanggal pengamatan

- Intensitas serangan OPT setelah pengendalian

6. Pengamatan jenis dan populasi serangga yang

terperangkap

61

Lampiran 13. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

NO URAIAN PAGU (Rp) REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK (%)

PERMASALAHAN RENCANA TINDAK LANJUT

Rp %

62

Lampiran 14. Out Line Laporan Akhir

Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut :

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan D. Indikator Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi B. Alat dan Bahan C. Metode D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan F. Pelaksana G. Pembiayaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut

VI. DAFTAR PUSTAKA

VII. LAMPIRAN