Upload
may-may
View
107
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhhnnnmmvvf
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu bentuk
kependidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi
mahasiswa untuk bekerja dan bersosialisasi di Instansi Pemerintah,
Perusahaan Swasta, dan lembaga BUMN. PKL ini memberikan
kesempatan mahasiswa untuk mengabdikan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan di kampus, kemudian mengaplikasikan
teori dalam dunia kerja. Pengalaman yang diperoleh selama PKL
merupakan ilmu dan pengalaman yang tidak pernah didapat
sebelumnya di kampus. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan
tersebut diharapkan dapat menjembatani pertukaran informasi antara
pihak perguruan tinggi dan pihak instansi, serta dapat menjadi wadah
bagi mahasiswa untuk menerapkan disiplin ilmu yang didapatkan
sehingga mampu memasuki dunia kerja setelah memperoleh gelar
kelulusan.
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan
pengembangan pertanian yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan. Balittas mempunyai tugas
pokok untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada beberapa
1
2
komoditas yaitu tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak
industri.
Kegiatan PKL ini bertujuan untuk mengikuti kegiatan secara
langsung di lapangan dan mempelajari tatalaksana pekerjaan yang di
terapkan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
sebagai salah satu instansi yang berkaitan erat dengan bidang biologi
pengendalian hayati dan entomologi yang dapat memberikan
kesempatan mahasiswa biologi untuk praktik kerja guna berbagi
ilmu dan pengalaman terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Di Balittas ini menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan
penelitian meliputi laboratorium, kebun percobaan, peralatan
teknologi, perpustakaan dan musholla. Oleh sebab itu, mahasiswa
praktik kerja di balai ini diharapkan dapat menjadi sarana bertukar
informasi, pengetahuan dan pengalaman antara mahasiswa dan
peneliti.
B. Alasan Pemilihan Objek PKL
1. Balittas sebagai lembaga pemerintah yang fokus pada
kegiatan penelitian tanaman pemanis, tanaman serat buah,
tanaman serat batang, tanaman tembakau dan tanaman
minyak industri
2. Balittas sebagai lembaga pemerintah yang terus berupaya
meningkatan kualitas produksi tanaman pemanis dan serat,
utamanya dari ancaman serangan hama dan penyakit.
3
3. Balittas menggunakan prinsip-prinsip biologi dalam
melakukan berbagai penelitian baik yang berhubungan
dengan genetika, pemuliaan, perbenihan, pemanfaatan
plasma nuftah, agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi, dan fitopalogi.
C. Tujuan PKL
Adapun tujuan dari PKL ini terbagi dalam beberapa hal berikut.
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui secara langsung Balittas sebagai lembaga
yang menerapkan disiplin dan pengembangan karir.
b. Menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah ke
tempat kerja.
c. Memperoleh tambahan keterampilan, informasi, dan
wawasan tentang
d. dunia kerja yang diperoleh di Balittas sebagai modal
untuk memasuki dunia kerja setelah lulus nanti.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh keterampilan cara pengembangbiakan hama
dan parasitoidnya
b. Mengetahui ketidaksesuaian (incompability) reproduksi
pada empat spesies Trichogramma.
c. Mengetahui pembuktian konsep teori spesies.
BAB IIPELAKSANAAN
Kegiatan PKL dilaksanakan mulai 11 Mei hingga 23 Juni 2015.
Pelaksanaan kegiatan PKL memerlukan sebuah studi kepustakaan
untuk menunjang informasi mengenai tempat PKL dan menambah
pengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
PKL. Studi kepustakaan yang telah dilakukan antara lain sebagai
berikut.
A. Profil Tempat Pelaksanaan PKL
1. Sejarah dan Profil
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Jl.
Karangploso 199 Malang, Jawa Timur. Pada awalnya Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat berdiri pada tahun 1918
dengan nama Algemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL).
Balai Penelitian ini yang menangani Tanaman Pertanian Rakyat
meliputi tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan
rakyat Indonesia. Balai ini dibawah naungan Departemen Voor
Economische Zaken. Pada tahun 1942, Algemeen Proefstation Voor
de Landbouw (APL) dinamakan ”Noozi Sikenzyoo” atau disebut
Pusat Penyelidikan Pertanian Umum di bawah pimpinan pemerintah
Jepang. Tahun 1949, APL berubah menjadi Djawatan Penjelidikan
Pertanian (Dj. PP) di bawah organisasi Departemen Voor
Economische Zaken. Tahun 1950, Dj PP berubah menjadi Balai
4
5
Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) berpusat di Jl. Tjikeumeuh
sekarang Jl. Merdeka 99 Bogor.
Pada tahun 1951, Dibentuk Unit Pelaksana
Teknis/Administrasi di lingkup BBPP:1. Balai Penyelidikan Teknik
Pertanian (BPTP); 2. Balai Besar Cabang Makasar.; 3. Laboratorium
Perikanan Darat.; 4. Kantor Pusat Balai Besar sebagai koordinator.
Di bawah organisasi BBPP. Pada tahun yang sama BPTP
berdasarkan mandatnya dibagi menjadi 3 bagian 1. Bagian Teknik
Pertanian; 2. Bagian Tanaman Dagang; 3. Bagian Tanaman
Makanan. Pada Bagian Tanaman Dagang memulai kegiatan
penelitian: komoditas tembakau, kapas, kapuk, serat batang, kelapa,
jarak kepyar, wijen, tanaman insektisida, tebu, dan lain lain.
Pada tahun 1954, R. Isman Sastrodarmo menjadi Pimpinan
BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan Jawa Timur berkedudukan di KP
Genteng, Banyuwangi di bawah organisasi BBTP Pusat. Tahun
1958, W.G.P.T. Tamboenan menjadi Kepala Cabang BBPP Malang
berkantor di Serayu 2, Malang. R. Isman Sastrodarmo menjadi
Pimpinan BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan Jawa Timur
berkedudukan di Jl. Kenanga 36 sekarang Jl. Industri Timur 36
Malang. Pada tahun 1961, Bagian Tanaman Dagang dipecah 2
bagian: 1. Lembaga Tanaman Serat dan Jenis-Jenis Tanaman Industri
Lainnya (LPTS); 2. Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis lemak
Lainnya (LPKL) di bawah organisasi induk Direktorat Jendral
Perkebunan. Tahun 1968, LPTS dan LPKL dilebur menjadi
6
Perwakilan Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Jawa
Timur di Malang.
Pada tahun 1972, LPTS dan LPKL dijadikan satu menjadi
Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang di
bawah organisasi induk LPTI Pusat Bogor. Kemudian tahun 1981
Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang
diubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Industri (Balittri) di bawah
organisasi Puslitbang Tanaman Industri. Pada tahun 1984, Balittri
diubah menjadi Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
(Balittas) di bawah organisasi induk Puslitbang Tanaman
Perkebunan. Pada tahun 2002, Balai Penelitian Tembakau dan
Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat (Balittas). Kemudian pada tahun 2011 Balai
Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). Tahun 2012
sampai sekarang, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
(Balittas) di bawah organisasi induk Puslitbang Tanaman
Perkebunan.
Balittas mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan
kegiatan penelitian tanaman pemanis dan serat seperti tanaman
pemanis (tebu, bit, stevia), tanaman serat buah (kapas dan kapuk),
tanaman serat batang (rami, kenaf, rosela, jute, abaca, agave, linum,
dan tanaman serat batang yang lain), tembakau, dan tanaman minyak
industri (wijen, jarak kepyar, jarak pagar, kemiri minyak, dan bunga
matahari). Program penelitian dibuat berdasarkan Rencana Strategi
7
Balittas Tahun 2009-2014. Prioritas dan fokus penelitian berdasarkan
kepentingan stakeholders dan antisipasi terhadap permasalahan yang
ada yang meliputi program-program sebagai berikut:
a. Perakitan varietas tembakau untuk menurunkan kadar tar dan
nikotin, tahan penyakit, serta meningkatkan mutu dan
produktivitas.
b. Pengembangan varietas kapas yang tahan terhadap A.
biguttula dan hama penggerek buah, serta kekeringan, yang
memiliki produktivitas dan mutu serat tinggi.
c. Pengembangan varietas unggul jarak pagar.
d. Pengembangan varietas unggul kenaf untuk lahan kering dan
masam.
e. Pengembangan varietas unggul wijen di lahan sawah
sesudah padi.
f. Pengembangan varietas unggul rami.
g. Usaha tani terpadu jarak kepyar di lahan kering.
Varietas-varietas unggul tersebut dilengkapi dengan paket
teknologi budi daya dan kajian kelayakan sosial ekonominya. Usulan
kegiatan penelitian dan pelaksanaan dievaluasi dan dimonitoring
oleh tim yang dibentuk oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Pembiayaan kegiatan penelitian dianggarkan melalui
APBN dan kerja sama dengan swasta dan pihak terkait lainnya
2. Visi dan Misi Balittas
Adapun visi dari Balittas sesuai dengan program
pembangunan pertanian yaitu Menjadi Institusi Andal Berkelas
8
Dunia Sebagai Penyedian Inovasi Teknologi Tepat Guna Tanaman
Pemanis, Serat, Tembakau, dan Minyak Industri. Adapun misi
Balittas adalah sebagai berikut.
a. Menghasilkan dan merakit teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas, mutu, dan daya saing tanaman pemanis, serat,
tembakau, dan minyak industri.
b. Meningkatkan kerjasama dan diseminasi hasil penelitian.
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan sarana
pendukung.
d. Memberikan saran kebijakan teknologi dan agribisnis tanaman
pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri.
3. Mandat Kerja Balittas
a. Melaksanakan penelitian genetika, pemuliaan, pembenihan, dan
pemanfaatan plasma nutfah tanaman pemanis, serat, tembakau,
dan minyak industri.
b. Melaksanakan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi, fitopatologi tanaman pemanis, serat, tembakau, dan
minyak industri.
c. Melaksanakan penelitian komponen teknologi, sistem dan usaha
agribisnis tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak
industri.
d. Melaksanakan penelitian penanganan hasil tanaman pemanis,
serat, tembakau, dan minyak industri.
e. Memberikan pelayanan teknik penelitian tanaman pemanis,
serat, tembakau, dan minyak industri.
9
f. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian
tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri.
g. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan rumahtangga.
Balittas memiliki laboratorium terpadu yang terdiri dari
laboratorium pemuliaan dan plasma nutfah, laboratorium
fitopatologi, laboratorium ekofisiologi, dan laboratorium entomologi.
Adapun tugas dari laboratorium terpadu ialah untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan penelitian tanaman pemanis dan serat di
laboratorium, rumah kasa, rumah kaca, dan rumah ultraviolet.
4. Struktur Organisasi
Balittas dipimpin oleh seorang kepala balai, saat ini yang
menjabat sebagai kepala balai adalah Bapak Mastur. Kepala Balai
bertugas memimpin, membina, mengarahkan dan mengendalikan
sumber daya Balittas menuju pencapaian tugas pokok dan fungsinya
sesuai dengan perundangan. Struktur organisasi Balittas dapat dilihat
pada bagan berikut:
Kepala Subag. Tata Usaha
Ir. Rr. Erna Nurdjajati., M.Sc
Kepala Seksi Jasa PenelitianIr. Moch. Machfud, MP.
Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Ir. Cece Suhara, MP.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kepala BalaiIr. Mastur, M.Si.
Ph.D
10
B. Waktu Pelaksanaan PKL
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan minimal selama 32 hari
aktif yang dilaksanakan pada tempat dan waktu sebagai berikut.
Tempat :Laboratorium Entomologi Balittas, Karangploso
Malang.
Waktu : 11 Mei – 23 Juni 2015
C. Deskripsi dan Sekuensi Aktivitas Pelaksanaan PKL
No Hari/Tanggal Kegiatan1. Senin
11 Mei 2015 Mendapat pengarahan tentang hal-hal
yang akan dilakukan selama PKL terutama penelitian yang akan dilakukan
Membersihkan botol vial yang akan digunakan untuk menyimpan telur yang terparasit
Memasukkan madu ke dalam botol vial yang digunakan sebagai makanan parasit
Menguas telur dari piasan telur Corcyra yang sudah terparasit oleh parasitoid
Memasukkan telur ke dalam botol vial masing-masing botol diisi satu telur
Melabeli masing-masing tempat penyimpanan notol vial sesuai dengan spesiesnya
2. Selasa12 Mei 2015
Membuat potongan-potingan kertas dengan ukuran 2x2 cm (pias)
Mengamati morfologu parasitoid
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Balittas
11
Trichogramma pada bagian antena untuk membedakan jenis kelamin jantan dan betina
3. Rabu13 Mei 2015
Meletakkan telur Corcyra di atas kertas pias dengan cara satu persatu yang ditempelkan dengan lem cair. Jika pias tidak dipakai disimpan di dalam almari es untuk mencegah telur Corcyra menetas
Memeriksa satu per satu telur-telur parasitoid yang ada di dalam botol vial. jika ada yang menetas maka diamati jenis kelaminnya.
Mengamati jenis kelamin pada masing-masing Trichograma dengan melihat morfologi antenanya
Menyilangkan 4 Jenis spesies Trichogramma yaitu Trichogramma japonicum, Trichogramma chilonis, Trichogramma nana, Trichogramma bactrae.
4. Kamis14 Mei 2015
Menyilangkan Trichogramma♀j >< ♂c♀j >< ♂b♀j >< ♂n♀c >< ♂b♀c >< ♂n♂c >< ♀b♂c >< ♀n♀b >< ♂n♂b >< ♀n♀n >< ♂n
5. Jum’at15 Mei 2015
Membuat piasan telur Corcyra Menyilangkan Trichogramma untuk
ulangan ke II♀j >< ♂j♀j >< ♂c
12
♀c >< ♂c♀c >< ♂b♀c >< ♂n♂c >< ♀b♂c >< ♀n♀b >< ♂b♀b >< ♂n♂b >< ♀n♀n >< ♂n
6. Senin18 Mei 2015
Membersihkan botol vial yang akan digunakan untuk mengampul
Memasukkan telur-telur dari empat spesies yaitu Trichogramma japonicum, Trichogramma chilonis, Trichogramma nana, Trichogramma bactrae. ke dalam botol vial
7. Selasa19 Mei 2015
Membersihkan vial yang digunakan untuk mengampul
Mengisi madu dalam botol vial8. Rabu
20 Mei 2015 Mengambil hama Empoasca sp. pada
tanaman rami Meletakkan hama tersebut pada cawan
petri yang sudah di beri kertas yang dibasahi air dan 1 lembar daun rami, masing-masing cawan petri diisi 10 ekor hama
Mengamati hama yang mati dan hidup setelah diberi perlakuan yaitu disemprot dengan pestisida
9. Kamis21 Mei 2015
Mengamati anakan hasil persilangan Ulangan I♂c >< ♀c♂j >< ♀j♂j >< ♀b♂j >< ♀j♂b ><♀b
13
♂j >< ♀n Mengamati telur-telur ampulan dari 4
spesies Trichogramma untuk melihat apakah sudah ada yang menetas atau belum
Mengamati dengan mikroskop jenis kelamin jantan dan betina pada telur yang sudah menetas
Menyilangkan Trichogramma yang sudah diamati yaitu ♂c >< ♀c untuk ulangan ke III
Mengambil hama Empoasca sp. pada tanaman rami di rumah kasa dengan menggunakan alat aspirator
Meletakkan hasil tangkapan hama pada tabung serangga masing-masing tabung diisi 10 ekor hama kemudian ditutup dengan kapas yang dibungkus dengan kain kasa
10. Jum’at22-05-2015
Mengamati jenis kelamin jantan dan betina dengan mikroskop pada masing-masing telur spesies yang sudah menetas
Membuat pias dengan telur Corcyra Menyilangkan 4 jenis Truchogramma
yaitu Ulangan II♂j ><♀n♂c >< ♀n♀j ><♂nUlangan III♀j >< ♂j♀c >< ♂b♂c >< ♀b♂c >< ♀n♂b >< ♀n♀n >< ♂n
Mengamati anakan Trichogramma hasil
14
persilangan ulangan I♀j >< ♂c♀j >< ♂b♀j >< ♂n♀c >< ♂b♂c >< ♀b
11. Senin 25-05-2015
Menyilangkan Trichogramma Ulangan II ♂j >< ♀c dan Ulangan III ♀b >< ♂b
Membuat piasan telur Corcyra untuk memperbanyak stok Trichogramma dari masing-masing spesies
Mengampul telur-telur yang terparasit oleh Trichogramma dari masing-masing spesies
Mengamati hasil persilangan Trichogramma Ulangan I♂c >< ♀n ♂b >< ♀n♀n >< ♂n ♀b >< ♂nUlangan II♂j ><♀b ♀c ><♂n♂c ><♀n ♀b ><♂b♀c ><♂b ♂b ><♀n
12. Selasa26 Mei 2015
Mengamati anakan hasil persilangan Trichogramma Ulangan III♀c ><♂b♀c ><♂n♀n ><♂c
Mengambil hama Empoasca dengan aspirator di kebun. Hama tersebut dimasukkan ke dalam tabung masing-masing diisi 10 ekor hama.
Mengganti media larva engkes ke media yang baru. Dalam media tersebut diisi pasir halus dan pakan berupa wortel
Mengamati dan menghitung trikoma pada
15
daun sampel yang diambil dari daerah Asembagus
13. Rabu27 Mei 2015
Mengamati dan menghitung trikoma pada daun sampel yang diambil dari daerah Asembagus
14. Kamis28 Mei 2015
Mengamati dan menghitung trikoma pada daun yang diambil dari daerah Asembagus
Mengamati ampulan telur dari 4 jenis Trichogramma
Mengamati dan menghitung Empoasca yang mati dan hidup setelah diberi perlakuan
15. Jum’at29 Mei 2015
Mengamati dan menghitung trikoma pada daun yang diambil dari daerah Asembagus
Mengambil Empoasca pada daun rami dengan aspirator. dan dimasukkan ke dalam tabung yang masing-masing diisi 10 ekor
16. Minggu31 Mei 2015
Mengamati jenis kelamin jantan dan betina dari masing-masing jenis Trichogramma.
Menyilangkan Trichogramma.Ulangan III♂j >< ♀n ♂j >< ♀c♀j >< ♂c ♀c >< ♂n♀b >< ♂nUlangan IV♂j >< ♀n ♂c >< ♀c♀j >< ♂j ♀n >< ♂cUlangan V♂j >< ♀n ♂c >< ♀n♀j >< ♂j Ulangan VI ♂j >< ♀n ♀j >< ♂j
Mengamati hasil persilangan
16
17. Senin1 Juni 2015
Membersihkan botol vial Memasukkan madu ke dalam botol vial Mengamati hasil persilangan Mengambil Empoasca di kebun dengan
aspirator dan dimasikkan ke dalam tabung, setiap tabung diisi 10 ekor.
18. Selasa2 Juni 2015
Libur
19. Rabu3 Juni 2015
Menghitung larva penggerek pada tebu Mengambil daun jarak di kebun Menghitung ulat dan membuang daun
jarak sudah berlubang dan diganti dengan daun jarak yang baru
20. Kamis4 Juni 2015
Menghitung larva penggerek pada tebu Menghitung ulat dan membuang daun
jarak yang sudah berlubang dan diganti daun jarak yang baru
Mengambil daun jarak di kebun Mengambil telur terparasit dari 4 jenis
Trichogramma21. Jum’at
5 Juni 2015 Menghitung larva penggerek pada tebu Mengambil daun jarak di kebun Menghitung ulat dan membuang daun
jarak sudah berlubang dan diganti daun jarak yang baru
Memindahkan imago penggerek ke dalam toples yang berisi plastik
22. Senin8 Juni 2015
Mengamati hasil persilangan Trichogramma
Mengamati jenis kelamin jantan dan betina pada masing-masing spesies Trichogramma
Menyilangkan masing-masing spesies Trichogramma padaUlangan VII-X : ♂j >< ♀j
17
Ulangan V-VIII : ♂c >< ♀cUlangan V-IX : ♂j >< ♀bUlangan V-IX : ♂j >< ♀cUlangan VIII : ♂j >< ♀nUlangan V : ♂j >< ♀bUlangan V-X : ♂c >< ♀bUlangan VI : ♂b >< ♀b
Mengampul telur terparasit dari jenis Trichogramma nana dan Trichogramma bactrae
23. Selasa9 Juni 2015
Mengampul telur terparasit dari jenis Trichogramma chilonis
Membersihkan botol vial Memberi sedikit madu ke dalam botol vial
untuk makanan Trichogramma Menghitung pupa dan larva penggerek
batang tebu
24. Rabu10 Juni 2015
Mencari Empoasca di kebun Memasukkan Empoasca ke dalam cawan
petri masing-masing diisi 10 ekor Menghitung pupa dan larva penggerek
batang tebu Mengambil imago dari pupa penggerek
dan kemudian diletakkan di dalam toples 25. Kamis
11 Juni 2015 Menghitung pupa dan larva penggerek
batang tebu Memasukka piasan telur Corcyra ke
dalam tabung untuk perbanyakan stock Trichogramma
Memberi madu pada tabung stock Trichogramma
18
26. Jum’at12 Juni 2015
Menghitung pupa dan larva penggerek batang tebu
Membuat larutan ringer Menyilangkan 4 Jenis Trichogramma Konsultasi pada dosen pembimbing
lapangan mengenai cara pembedahan spermatheca
27. Senin15 Juni 2015
Melakukan pembedahan spermatheca Menyilangkan spesies Trichogramma
28. Selasa16 Juni 2015
Melakukan pembedahan spermatheca Menyilangkan spesies Trichogramma
29. Rabu17 Juni 2015
Melakukan pembedahan spermatheca Menyilangkan spesies Trichogramma
30. Kamis18 Juni 2015
Melakukan pembedahan spermatheca Menyilangkan spesies Trichogramma Konsultasi mengenai laporan PKL
Pada dosen pembimbing lapangan
31. Jum’at19 Juni 2015
Melakukan pembedahan spermatheca Membersihkan botol vial
32. Selasa 23 Juni 2015
Membersihkan peralatan yang dipakai selama PKL
Mengumpulkan draft laporan PKL33. Rabu
24 Juni 2015 Mendiskusikan hasil penelitian selama
PKL dengan dosen pembimbing Perpisahan dengan karyawan dan dosen
pembimbing di Balittas
Kegiatan yang dilakukan selama PKL terkait dengan Studi
ketidaksesuaian reproduksi pada empat spesies Trichogramma,
persiapan ruang penelitian, persiapann alat dan bahan penelitian,
Perbanyakan stok Trichogramma, proses persilangan Trichogramma,
19
proses Pembedahan alat reproduksi betina. Berikut ini uraian alat dan
bahan penelitian antara lain:
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mikroskop
cahaya, mikroskop binokuler, jarum, kuas, gunting, botol vial,
tabung serangga, cawan petri, toples, kaca benda, kaca penutup
dan LAF (Laminary Air Flow).
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur Corcyra
cephalonica, madu, larutan ringer, kapas, kain kasa, kertas pias,
tissu, lem cair dan alat tulis.
Prosedur kerja selama pelaksanaan PKL yang terkait dengan
Studi Ketidaksesuaian Reproduksi pada Empat Spesies
Trichogramma adalah sebagai berikut.
a. Perbanyakan stok Trichogramma
1. Menyiapkan kertas Manila berukuran 3 x 2 cm (pias) dan
dibagi menjadi 2 bagian (1 cm dan 2 cm)
2. Pada bidang kertas 2 x 2 cm diratakan tipis-tipis lem cair
yang tidak berwarna dan tidak berbau
3. Taburkan telur Corcyra cephalonica secara merata di atas
kertas pias (telur C. cephalonica sebaiknya dipaparkan
dengan sinar UV selama 20 menit dan untuk menjaga agar
telur tidak menetas maka disimpan di dalam almari es)
4. Masukkan sebanyak 1 pias telur C. cephalonica ke dalam
masing-masing tabung T. japonicum, T. nana, T. chilonis,
dan T. bactrae
20
5. Setelah 3 – 5 hari telur inang terparasit akan berubah warna
menjadi hitam kelabu
b. Proses Persilangan Trichogramma
1. Mengampul atau memasukkan telur C. cephalonica yang
terparasit (telur yang berwarna hitam) dengan Trichogramma
ke dalam botol vial, dengan cara menguas telur secara
perlahan agar terlepas dari piasan telur.
2. Memasukkan satu per satu telur terparasit ke dalam botol
vial dari masing-masing spesies Trichogramma.
3. Ditunggu sekitar 4-5 hari agar telur menetas.
4. Mengamati dan membedakan jenis kelamin jantan dan betina
dari masing-masing spesies Trichogramma.
5. Mengawinkan 4 spesies Trichogramma yaitu T. japonicum,
T. nana, T. chilonis, dan T. bactrae beserta resiproknya.
Dengan cara memasukkan Trichogramma jantan dan betina
ke dalam botol vial yang sudah diberi setitik madu (sebagai
pakan) dan piasan telur C. cephalonica.(sebagai inangnya)
6. Setelah 7-8 hari, anakan yang muncul diamati jenis
kelaminnya di bawah mikroskop.
7. Mencatat jenis kelamin yang muncul setiap persilangan
ditabel pengamatan.
c. Proses Pembedahan alat reproduksi betina
1. Mengawinkan 4 spesies Trichogramma yaitu T. japonicum,
T. nana, T. chilonis, dan T. bactrae beserta resiproknya di
21
dalam botol vial yang sudah diberi madu tanpa diberi piasan
telur C. cephalonica.
2. Setelah satu hari, melakukan pembedahan spermatheca yaitu
meletakkan kaca benda di bawah mikroskop, meletakkan
satu tetes larutan ringer, kemudian mengambil
Trichogramma betina dengan jarum dan meletakkan di
dalam larutan ringer.
3. Proses pembedahan spermatheca yaitu menenggelamkan
Trichogramma agar tidak bergerak dengan jarum, kemudian
membalikkan tubuhnya dan menusuk bagian ventral thorax.
Setelah itu, jarum satunya menarik bagian ujung dari
ovipositor secara perlahan-lahan sampai terpisah.
4. Menutup preparat dengan coverglass, kemudian mengamati
pergerakan spermatozoid di dalam spermatheca dengan
mikroskop.
Prosedur pengembangbiakan larva penggerek batang tebu yaitu
sebagai berikut:
1. menyiapkan batang tebu muda berumur 3-4 bulan kemudian
di potong 8-10 cm.
2. memasukkan bagasse sebanyak 40 gram pada bagian dasar
tabung erlenmeyer lalu diisi air sebanyak 100 ml.
3. kemudian batang tebu ditata di dalam tabung erlenmayer
1000 ml.
22
4. selanjutnya tabung erlenmayer disumbat dengan kapas,
ditutup dengan plastik dan diikat dengan benang, lalu
disterilisasi dengan menggunakan autoclave selama 1,5 jam
pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm.
5. setelah disterilisasi, tabung erlenmayer berisi sogolan tebu
dimasukkan ke dalam ruang steril yang disinari dengan
lampu ultra violet dan disimpan selama 2-3 hari sebelum
diinvestasikan dengan telur C. auricilius yang telah
dipersiapkan oleh Laboratorium Entomologi (Sudarsono,
2011).
6. selanjutnya, menginokulasikan telur ulat penggerek ke dalam
tabung erlenmayer sebanyak satu kumpulan atau satu
kelompok telur.
7. setelah ±1 bulan, telur akan menetas dan akan membentuk
pupa. Jika pada tabung sudah terlihat pupa yang muncul
maka saatnya untuk memanen dan meletakkan di dalam
cawan petri.
8. setelah beberapa hari, pupa akan menjadi imago, kemudian
imago dipindahkan ke dalam plastik yang diletakkan di
dalam toples
9. imago akan menghasilkan telur dan siap dikembangbiakkan
lagi atau diberi perlakuan atau diperjual-belikan.
BAB III
23
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh rebusan simplisia daun
pulutan (Urena lobata Linn) terhadap kerusakan sel hati mencit
jantan galur Balb-c. Rancangan penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan termasuk
kontrol, masing-masing dengan 4 ulangan.
Variabel terikat: persentase nekrosis sel hati mencit jantan
galur Blab-c
Variabel bebas: konsentrasi rebusan simplisia daun pulutan
(Urena lobata L.), yaitu 0% sebagai kontrol,
5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%.
Variabel kontrol: keadaan eksternal mencit, meliputi suhu,
intensitas cahaya, pakan mecit dan kandang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan, dimulai dari
bulan Nopember hingga Desember 2015. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan Universitas
Negeri Malang dan kandang pemeliharaan Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang serta pembuatan
24
preparat organ dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Dr.
Saiful Anwar Malang.
C. Objek Penelitian
Objek yang diamati dalam penelitian ini, yaitu 24 ekor
mencit putih galur Balb-c jenis kelamin jantan berumur 8-10
minggu dengan berat 22 ±2gram yang diperoleh dari Balai
Pengembangbiakan Hewan Penelitian Singosari Malang.
D. Alat Dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
serbuk daun pulutan yang dibeli dari di Batu Material Medica
(BMM), aquades, formalin 10%, parafin, kain saring, xylol,
hematoxylin-eosin, alkohol 70% untuk sanitasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu siring 3
ml, alat bedah, pipet tetes, cawan petri, kaca pengaduk, bunsen,
mikroskop binokuler, kandang mencit, kaca benda, kaca
penutup, beaker glass 500 ml, beaker glass 250 ml, beaker
glass 100 ml, gelas ukur 10 ml, gelas ukur 100 ml, botol vial,
botol 250 ml.
E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Hewan Percobaan
25
Penelitian ini dimulai dengan pemeliharaan mencit, yaitu
dengan mengaklimatisasi selama 1 minggu dan
menempatkan dalam kandang yang terbuat dari plastik dan
diberi alas sekam yang diganti 2 kali seminggu. Selain itu
mencit diberi minum secara ad libitum dan pakan
menggunakan pallet susu sapi A.
2. Penentuan Konsentrasi dan Cara Rebusan Simplisia
Melakukan rebusan simplisia terhadap daun pulutan dengan
cara metode penyeduhan. Daun pulutan yang digunakan
dalam rebusan simplisia berupa serbuk halus diperoleh dari
Batu Materia Medica (BMM). Serbuk halus daun pulutan
sebanyak 50 gram ditambah dengan aquades sebanyak 100
ml. Dipanaskan di atas api hingga mendidih. Hasil seduhan
didinginkan dan disaring dengan kain saring. Hasil saringan
seduhan daun pulutan dengan pelarut aquades konsentrasi
100%. Larutan stok rebusan simplisi daun pulutan dibuat
beberapa konsentrasi sebagai perlakuan, yaitu 5%, 7,5%,
10%, 12,5%, 15% (Handayani et al., 2014).
3. Pemberian Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 6 level perlakuan masing-
masing dengan 4 ulangan. Kelompok perlakuan dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu, kelompok kontrol 0%, perlakuan
1 diberikan larutan rebusan simplisia daun pulutan dengan
26
konsentrasi 5%, perlakuan 2 diberikan larutan rebusan
simplisia daun pultuan dengan konsentrasi 7,5%, perlakuan
3 diberikan larutan rebusan simplisia daun pulutuan dengan
kosentras 10%, perlakuan 4 diberikan larutan rebusan
simplisia daun pulutan dengan konsentrasi 12,5%, dan
perlakuan 5 diberikan larutan rebusan simplisia daun
pulutan dengan konsentrasi 15%. Kelompok kontrol hanya
diberikan pelarut (aquades) dengan volume dan cara yang
sama dengan kelompok perlakuan. Pemberian perlakuan
selama 18 hari berturut-turut sebanyak 1 kali sehari secara
oral dengan menggunakan siring sebanyak 0,5 ml/20g BB
setiap pemberian (Handayani et al., 2014)..
4. Pengambilan Data
Mencit dibedah dan dibunuh dengan cara dislokasi leher
pada hari ke 19 dan diambil organ hatinya, selanjutnya
lobus hati yang paling besar dipotong. Potongan lobus hati
tersebut difiksasi dengan menggunakan larutan formalin
10% untuk dibuat sediaan histologis dengan menggunakan
metode parafin, diiris dengan ketebalan 8 µm dan
selanjutnya dilanjutkan dengan pewarnaan dengan
menggunakan hematoxylin dan eosin. Hasil dari proses
pembuatan preparat histologi hati mencit, yaitu 5 irisan hati
dalam 1 kaca benda.
27
F. Teknik Pengumpulan Data .
Hasil dari proses pembuatan preparat histologi hati mencit
diamati 3 dari 5 irisan hati mencit dalam satu kaca benda di
bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 40x10. 3
irisan masing-masing diamati 3 bidang pandang. Setiap bidang
pandang mengamati 1 lobulus kemudian menghitung 100 sel
disekitar vena sentral dengan menggunakan hand tally counter.
Pengamatan dibawah mikroskop dengan cara mengamati
ada/tidaknya nekrosis dan menghitung jumlah nekrosis
hepatosit mencit.:
: irisan yang diamati
: irisan yang tidak diamati
Gambar 3.1 Diagram Preparat yang
diamati
28
Data yang didapatkan dari penilitan berupa persentase,
kemudian data tersebut ditabulasi dan transformasi untuk
dianalisis dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tabulasi Data Persentase Kerusakan Hepatosit Mencit akibat Pemberian Rebusan Simplisia Daun pulutan (Urena lobata Linn.) untuk Masing-Masing Kategori Kerusakan Hepaosit (Piknosis, Kareoreksis, Kariolisis)
Perlakuan Ulangan 1 …… Ulangan 4
P Kareo Kario P Kareo Kario P Kareo Kario
0%
5 %
7,5%
10 %
12,5 %
15 %
G. Analisis Data
29
Analisis statistik yang digunakan yaitu analisi varian
tunggal (ANAVA). Hal ini untuk mengetahui ada/tidaknya
pengaruh rebusan semplisia daun pulutan terhadap nekrosis sel
hati mencit. Jika hasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan maka, dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf
selang kepercayaan 95%. Hal ini, untuk mengetahui
konsentrasi berapakah rebusan simplisia daun pulutan mulai
berpengaruh terhadap kerusakan sel hati mencit.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Jasssabi, S., Sofian, M., & Saad, A. 2011. Biochemichal Studies on Role of Curcumin in the Protection of Liver and Kidney Damage by Antimalaria Drug Choloquine. Journal of Toxicological Sciences. 3(1): 17-22.
Anggraini, H. 2011. Pengaruh Pemberian Jus Mengkudu (Morinda citrofolia L) terhadap Nitric Oxide (No) dan Reaktif Oxygen Intermediet (Roi) Makroag Tikus yang Terpapar Asap Rokok. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang: UNDIP.
Ashfahani, D, E., Wiratmini,I.N., & Sukmaningsih, A.A.S.A. 2015. Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L) Setelah Pemberian ekstrak Temu Putih (Curcuma zaedoaria (Berg.). Iran Red Crescent Med J. 17(4): E2252.
Bohtear S.U. 2011. Urena lobata L. Bangladesh: Ethnobotany Lab, Departemen of Botany, Chittagong University, Chittagong 4331. Online, (http://www.mpbdinfo/plant/urena lobata.php), diakses agustus 2015.
Dhanapal, R., Ratna J.V., Gupta, M., & Sarathchandran, I. 2012. Preliminary study on antifertility activity of Enicostemma axillare leaves and Urena lobata root used in Indian traditional folk medicine. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine. 45(12): 616-622.
Dwi, M., & Ernawati, W. 2006. Pengaruh Paparan Udara Halotan dengan Dosis Subanestes Terhadap Gangguan Hati Mencit. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 11 (2): 71-75 ISSN: 1410 – 0177.
Gunawan, S.A. 2008. Pengaruh Akut Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Akar Senggugu ( Clerodendron Serratum Spreng )terhadap Gambaran Histopatologis Hepar Mencit Balb/C. Skripsi Tidak Diterbitkan. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Hajar, S. 2012. Skor APRI pada fibrosa hati yang dibandingkan dengan fibroscan. Disertasi tidak diterbitan. Medan: USU.
Hariyono, Y. 2010. Pengaruh paparan berulang formalin inhalasi terhadap keusakan sel hati dan sel ginjal mencit betina (Mus musculus) galur Balb-c. Disertasi yang tidak diterbitkan. Malang: UM.
Irawati, Erlin. 2014. Efek Hepatoprotektif Rebusan Simplisia Daun Kemunting (Rhodomyrtus Tomentosa [Aiton] Hassk.) terhadap Hepatotoksisitas yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi Tidak Dipublikasi. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Maryami T. 2011. Uji kandungan kimia Rebusan Simplisia air dan alkohol Urena lobata L. Hasil seduhan, rendaman alkohol 70% selama 24 jam, decocta, dan infusa. Buku Program Dan Abstrak Seminar Nasional Pokjanas TOI XXXX1. Malang: jurusan Biologi FMIPA UM.
Mshelia, I.Y., Dalori, B.M.., Hamman, L.L., & Garba, S.H. 2013. Effect of the Aqueous Root Extract of Urena lobata (Linn) on the Liver of Albino Rat. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology. 5(1): 01-06. ISSN: 2040-7459.
Oeij, A A., Wahyuni, L. A., Sadiah, A., & Aming, T. 2007. Gambaran Anatomi Mikroskopik dan Kadar Malondialdehida pada Hati Mencit setelah pemberian Minyak Kelapa Sawit Bekas Menggoreng. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7 (1): 15-25.
30
31
Wulandari, R., Utami P. I., & Hartanti, D. 2009. Penapisan Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri ekstrak Etanol Herba Pulutan (Urena lobata Linn.). Journal of Pharmacy. 06(01): 1-9. ISSN 1693-3591.
Wunderlin R.P., & Hansen, F. 2008. Atlas of Florida Vascular plant. Institute of Systematic Botany: University of South Florida.
Purnomo,Y., Soeatmadji, D.W., Sumitro S.B., & Widodo M.A. 2015. Anti-diabetic potential of Urena lobata leaf extract through inhibition of dipeptidyl peptidase IV activity. Asian Pac J Trop Biomed. 5(8): 630-634.