Upload
gilang-anindita
View
545
Download
92
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qqq
Citation preview
Tugas Kelompok Fisika Modern
“Efek Zeeman Normal”
Disusun untuk memenuhi tugas semester V
Mata Kuliah : Fisika Modern
Dosen Pengampu : Dwi Teguh R, M.Si
Oleh,
1. Aditya Santoso (K2310002 )
2. Aprilia Dwinta K (K2310010)
3. Arif Kurniawan (K2310016)
4. Fairusy Fitria H (K2310037)
PENDIDIKAN FISIKA 2010A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
Penjelasan tentang struktur atom yang lebih lengkap diperlukan untuk
mengetahui struktur yang lebih detil tentang elektron di dalam atom. Model atom
yang lengkap harus dapat menerangkan misteri efek Zeeman dan sesuai untuk
atom berelektron banyak. Dua gejala ini tidak dapat diterangkan oleh model atom
Bohr
Efek Zeeman
Spektrum garis atomik teramati saat arus listrik dialirkan melalui gas di
dalam sebuah tabung lecutan gas. Garis-garis tambahan dalam spektrum emisi
teramati jika atom-atom tereksitasi diletakkan di dalam medan magnet luar. Satu
garis di dalam spektrum garis emisi terlihat sebagai tiga garis (dengan dua garis
tambahan) di dalam spektrum apabila atom diletakkan di dalam medan magnet.
Terpecahnya satu garis menjadi beberapa garis di dalam medan magnet dikenal
sebagai efek Zeeman.
Efek Zeeman tidak dapat dijelaskan menggunakan model atom Bohr.
Dengan demikian, diperlukan model atom yang lebih lengkap dan lebih umum
yang dapat menjelaskan efek Zeeman dan spektrum atom berelektron banyak.
Penjelasan Efek Zeeman secara mekanika Kuantum
Bilangan Kuantum Orbital l
Jika elektron bergerak dalam sebuah lingkaran dengan jari-jari r, maka
besarnya momentum sudut relatif terhadap pusat lingkaran, maka L = me vr. Arah
dari L adalah tegak lurus bidang lingkaran dan dinyatakan oleh aturan tangan
kanan. Berdasarkan fisika klasik, besarnya L dari momentum sudut orbital dapat
memiliki nilai berapa pun.
Akan tetapi, dalali model atom hidrogen Bohr
menyatakan bahwa besarnya momentum sudut dari elektron dibatasi hanya pada
kelipatan ; yakni me vr = n . Model ini harus dimodifikasi, karena prediksinya
bahwa keadaan dasar dari hidrogen hanya memiliki satu satuan momentum sudut,
tidaklah tepat. Selain itu, dalam model Bohr, jika L dianggap nol, maka akan
tergambarkan bahwa elektron sebagai sebuah partikel yang berisolasi di sepanjang
garis lurus yang melalui inti, sebuah situasi yang tidak dapat diterima.
Kesulitan ini dapat diatasi oleh model atom mekanika kuantum, meskipun
harus mengabaikan representasi mental dari sebuah elektron yang mengorbit
dalam jalur melingkar. Meskipun tanpa representasi ini, atom tetap memiliki
sebua momentum sudut, dan kita menyebutnya momentum sudut orbital.
Berdasarkan mekanika kuantum, sebuah atom dalam keadaan yang bilangan
kuantum utamanya n, dapat memiliki nilai-nilai diskret berikut untuk besarnya
momentum sudut orbitalnya
Dengan adanya nilai-nilai yang diizinkan untuk L, maka apabila L = 0
adalah suatu nilai yang bisa diterima yakni dalam interpretasi mekanika kuantum,
awan elektron untuk keadaan L = 0 adalah simetris bola dan tidak memiliki
sumbu rotasi yang pokok.
Apa yang terjadi pada atom dalam medan magnetik?
Dalam medan magnet eksternal B, sebuah dwikutub magnetik mempunyai
energi potensial Vm yang bergantung dari besar momen magnetik µ dan orientasi
momen ini terhadap medan (gambar 6.12)
μ
θ
B
Energi Potensial Dwikutub Magnetik
Momen magnetik sebuah sosok arus
Gambar 6.12 sebuah dwikutub magnetik bermomen µ , membentuk sudut θ
relatif terhadap medan magnetik B
Torka τ pada sebuah
dwikutub magnetik dalam sebuah medan magnetik berkerapatan fluks B ialah
τ = μ x B
sinB
dengan θ menyatakan sudut antara µ dan B. Torka ini maksimum bila
dwikutubnya tegak lurus medan dan nol jika sejajar atau anti-sejajar terhadapnya.
Untuk menghitung energi potensial Vm , mula-mula kita harus membuat
konfigurasi acuan, di sini Vm, berharga nol menurut definisi. (Karena hanya energi
potensial saja yang dapat ditentukan secara eksperiental, pilihan konfigurasi acuan
dapat diambil sembarang). Untuk memudahkan kita ambil Vm=0 jika θ=900, yaitu
jika µ tegak lurus B. Energi potensial pada orientasi yang lain dari µ sama dengan
kerja eksternal yang harus dilakukan untuk memutar dwikutub dari θ0=900 ke
sudut θ yang menentukan orientasinya. Jadi
cos
.sin.0 090 90
BV
dBdV
m
m
(1)
Jika µ searah dengan B, maka Vm = -µB merupakan harga minimum. Hal ini
merupakan akibat wajar dari pertanyaan bahwa dwi kutub magnetik cenderung
untuk menjajarkan dini dengan medan magnetik eksternal.
Karena gerak magnetik elektron orbital dalam sebuah atom hidrogen
bergantung dari momentum sudut L, besar dan
arah L terhadap medan menentukan berapa besar
sumbangan magnetik pada energi total atom jika
lZ mL
terletak dalam medan magnetik. Momen magnetik sebuah sosok arus (current
loop) ialah :
µ=I.A
dengan I merupakan arus dan A menyatakan luas yang dilingkunginya. Sebuah
electron yang melakukan v putaran/s dalam orbit lingkaran berjari-jari r setara
dengan arus –ev (karena muatan elektron ialah –e), dan momen magnetiknya
menjadi:
2rev
Oleh karena momen magnetik μ dari atom dapat dikaitkan dengan
vektor momentum sudut L, maka arah-arah diskrit dari μ menjelaskan fakta
bahwa arah dari L adalah terkuantisasi. Hasil kuantisasi ini berarti bahwa Lz
(proyeksi dari L pada sumbu z) hanya dapat memiliki nilai yang jelas. Bilangan
kuantum magnetik orbital ml menunjukkan bahwa nilai yang diizinkan untuk
komponen z dari momentum sudut orbital didasarkan pada persamaan
Kuantisasi dari berbagai orientasi yang mungkin untuk L terhadap sebuah medan
magnet sering kali disebut kuantisasi ruang.
Perhatikan bahwa ml dapat memiliki kisaran nilai dari –l, hingga l. Apabila nilai
l=0, maka ml = 0, dan Lz = 0. Apabila nilai l = 1, maka nilai ml = -1, 0, 1 sehingga
harga Lz = - , 0 dan dan seterusnya.
Sudut θ antara arah L dan arah z hanya boleh
berharga tertentu yang ditetapkan oleh hubungan
Energi magnetik
dan magneton
Bohr
momen magnetik elektron
sedangkan harga L yang diizinkan adalah
Kelajuan linear v dari elektron itu ialah 2fr, sehingga momen sudutnya
menjadi
22 mvrmvrL
Dengan membandingkan momen magnetik µ dan
momentum sudut L kita lihat momen magnetik
elektron:
Lm
e
2 (2)
untuk elektron orbital (gambar 6.13). Kuantitas (-e/2m) yang bergantung hanya
pada muatan dan massa elektron disebut rasio giromagnetik. Tanda minus berarti
bahwa arah µ berlawanan dengan L. Rumusan tersebut untuk momen magnetik
elektron orbital diperoleh secara klasik, namun ternyata mekanika kuantum pun
mendapatkan hasil yang sama. Jadi, energi potensial magnetik sebuah atom dalam
medan magnetik ialah:
cos2
LBm
eVm
(3)
yang merupakan fungsi dari B dan θ.
Untuk mendapatkan energi magnetik sebuah atom yang mempunyai
bilangan kuantum magnetik m1 jika atom itu terletak dalam medan magnetik B,
kita masukkan rumus untuk cos θ dan L dalam persamaan (3) menghasilkan
Bm
emV lm
2
(4)
Kuantitas me 2/ disebut magneton Bohr:
TJxm
eb /1027,9
224
(5)
Jadi dalam medan magnetik, energi keadaan atomik
tertentu bergantung pada harga m1 seperti juga pada n.
Keadaan dengan bilangan kuantum n terpecah menjadi
beberapa sub-keadaan jika atom itu berada dalam
Sub-keadaan
mempunyai energi
berbeda dalam medan
magnetik
medan magnetik, dan energinya bisa sedikit lebih besar atau lebih kecil dari
keadaan tanpa medan magnetik. Gejala itu menyebabkan “terpecahnya” garis
spectrum individual menjadi garis-garis terpisah jika atom dipancarkan ke dalam
medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung dari besar medan itu.
Terpecahnya garis spectral oleh medan magnetik disebut efek zeeman ;
nama itu diambil dari nama seorang fisikawan Belanda Zeeman yang mengamati
efek itu dalam tahun 1896. Efek Zeeman merupakan bukti yang jelas dari
kuantisasi ruang.
Karena m1 dapat memiliki 2l+1 harga dari +l
melewati 0 hingga –l, suatu keadaan dengan bilangan
kuantum orbital l terpecah menjadi 2l+1 sub-keadaan yang berbeda dengan μbB
jika atom itu diletakkan dalam medan magnetik.
Namun karena perubahan m1 terbatas pada Δm1=0, ±1, kita dapat
mengharapkan bahwa garis spectral yang timbul dari transisi antara dua keadaan
dengan l berbeda hanya terpecah menjadi tiga kompone. Efek Zeeman normal
terdiri dari garis spectral berfrekuensi v0 terpecah menjadi tiga komponen
berfrekuensi
Bm
ev
h
Bvv b
4001
Efek Zeeman normal 02 vv (6)
Bm
ev
h
Bvv b
4003
Dengan meyakini bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik,
Michael Faraday pada tahun 1862 menyelidiki pengaruh medan magnet
terhadap cahaya dari nyala Natrium, tetapi hasilnya nihil. Kemudian pada
tahun 1896 Pieter Zeeman ( 1856-1943 ) melakukan percobaan yang sama tetapi
dengan menggunakan spektrometer yang resolusinya atau daya pisahnya tinggi.
Hasilnya, Zeeman menemukan perubahan pada spektra yang diamatinya. Dengan
mengikuti saran dari Lorentz, pengamatan dilakukan dari dua arah, yakni tegak
Efek Zeeman normal
lurus arah medan dan sejajar arah medan magnet dengan cara memberi lubang
pada kutub magnet.
Pada arah tegak lurus medan magnet, garis spektra yang semula hanya satu
ternyata terpecah menjadi tiga buah. Spektra yang di tengah mempunyai panjang
gelombang yang sama dengan spektra asli, tetapi terpolarisasi bidang dengan arah
medan listrik dari cahaya sejajar arah medan magnet. Di sebelah kanan dan kiri
spectra tadi masing-masing terdapat satu spectra yang terpolarisasi bidang dengan
arah medan listrik dari cahaya tegak lurus pada arah medan magnet.
Temuan ini dapat dijelaskan dengan teori klasik, namun untuk ekperimen
berikutnya dengan ditemukannya jumlah spektra lebih dari tiga buah. Jadi, teori
yang menjelaskan tentang spectra yang terpolarisasi dapat dibagi menjadi 2 teori,
yakni efek Zeeman normal untuk temuan pertama Zeeman dimana satu garis
spectra terurai mejadi 3 buah gari spektra, dan efek Zeeman anomaly untuk
temuan Zeeman selanjutnya.
Efek zeeman dapat digunakan untuk mengukur medan magnet di luar
bumi. Sebagai contoh, pemecahan garis-garis spektral dalam cahaya dari atom
hidrogen pada permukaan matahari dapat digunakan untuk menghitung besarnya
medan magnet pada lokasi tersebut.
Penjelasan efek Zeeman secara klasik
Sebuah garis spektrum dari atom–atom yang tereksitasi dapat terpisah
menjadi dua atau tiga garis, ketika atom–atom yang tereksitasi tersebut diletakkan
dalam medan magnet luar. Efek pemisahan sebuah garis spektral di bawah
pengaruh medan magnet luar dikenal sebagai efek Zeeman Normal. Untuk
menghasilkan efek Zeeman, sumber cahaya dari lampu Sodium atau dari lecutan
gas ditempatkan di antara kutub magnet. Cahaya yang keluar dari sumber diamati
melalui spektroskop resolusi tinggi, secara tegak lurus atau sejajar medan magnet.
sebelum diberi medan magnet
efek Zeeman transversal
efek Zeeman longitudinal
U
Sdibor
Gambar 3.10. Skema efek Zeeman
Ketika diberi medan magnet
1. Cahaya sumber yang diamati secara tegak lurus medan magnet luar akan
terpisah menjadi 3 komponen garis. Garis yang di tengah sama dengan garis
awal sebelum diberi medan magnet luar. Ini dikenal sebagai efek Zeeman
Transversal.
2. Cahaya sumber yang diamati secara sejajar medan magnet (magnet dibor
untuk keluarnya sumber cahaya) akan terpisah menjadi 2 komponen garis
(garis yang di tengah tidak tampak). Ini dikenal sebagai efek Zeeman
Longitudinal.
Efek Zeeman normal dapat dijelaskan oleh teori elektron Lorentz sebagai
berikut : Tinjau gerak elektron pada orbit lingkar dengan kecepatan v dan pada
radius r, sehingga gaya sentripetalnya
jika medan magnet luar diberikan, maka sebuah gaya tambahan bekerja pada arah
tegak lurus arah gerak elektron. (searah gaya sentripetal). Gaya ini juga tegak
lurus arah medan magnet. Ketika gaya ini bekerja ke dalam (sepanjang jari-jari),
kecepatan elektron bertambah dan ketika gaya bekerja ke arah luar, kecepatan
elektron berkurang.
misal : F1 adalah gaya tambahan pada elektron karena pengaruh medan magnet.
v1 adalah kecepatan elektron yang meningkat setalah diberi medan magnet
maka sehingga total gaya yaitu :
dan ; v = ω r
dan
karena maka mendekati / diperkirakan sama dengan
atau atau
Ketika elektron bergerak berlawanan arah, medan magnet menghasilkan gaya
dalam arah berlawanan dan kecepatan elektron berkurang menjadi , sehingga
total gaya yaitu : dan
dan
karena maka
atau atau
Garis spektrum yang mula-mula tunggal lalu terpisah secara sama di kedua sisi
dengan dan
dan adalah magneton Bohr
dari percobaan efek Zeeman dapat diperoleh rasio e/m
dan dikenal sebagai
jarak pisah Zeeman Normal
Kesimpulan
ΔfΔf
f f131ari tiga komponen berfrekuensi31ari tiga komponen berfrekuensi31ari tiga komponen berfrekuensi31ari tiga komponen berfrekuensi31ari tiga komponen berfrekuensi
f2
1. Terpecahnya satu garis menjadi beberapa garis di dalam medan magnet dikenal
sebagai efek Zeeman.
2. teori yang menjelaskan tentang spectra yang terpolarisasi dapat dibagi menjadi
2 teori, yakni efek Zeeman normal untuk temuan pertama Zeeman dimana satu
garis spectra terurai mejadi 3 buah garis spektra, dan efek Zeeman anomaly
untuk temuan Zeeman selanjutnya.
3. m1 dapat memiliki 2l+1 harga dari +l melewati 0 hingga –l, suatu keadaan
dengan bilangan kuantum orbital l terpecah menjadi 2l+1 sub-keadaan yang
berbeda dengan μbB jika atom itu diletakkan dalam medan magnetic
4. nilai Δml yang diizinkan adalah -1, 0, +1, sehingga besarnya frekuensinya
adalah
Efek Zeeman normal
Dimana Δml = ml1 – ml2, selisih dari bilangan kuantum magnetik orbital saat
transisi ke sub kulit yang lebih rendah.
Contoh Soal :
1. Hitung nilai magneton Bohr (diketahui massa elektron m = 9,1.10– 31 kg)
Jawab :
2. Hitung pergeseran Zeeman yang teramati pada efek Zeeman Normal ketika
sebuah garis spektral λ = 500 nm dikenai medan magnet luar 0,4 T.
Jawab :
Pergeseran Zeeman yaitu ; ;
; ;
3. Berapa besar B yang dikehendaki untuk mengamati efek Zeeman Normal jika
sebuah spektrometer dapat memisahkan garis – garis spektral terpisah 0,05 nm
pada 500 nm ?
Jawab :
4. Komponen Zeeman garis spektrum 546,1 nm terpisah 0,0417 nm ketika diberi
medan magnet B = 1,5 T. Hitung nilai e/m elektrom ?
Jawab :
5. Berapa kali elektron mengelilingi inti dalam orbit pertama Bohr atom Hidrogen
per detik ?
Jawab :
Jumlah revolusi per detik yaitu
dan