Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
i
EFEKTIVITAS ALAT PERAGA CONGKLAK PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PEMBAGIAN
Oleh
Siti Rahmatul Fitria
NIM.15.1.14.4.015
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2018
ii
ii
EFEKTIVITAS ALAT PERAGA CONGKLAK PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PEMBAGIAN
Skripsi Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Siti Rahmatul Fitria
NIM.15.1.14.4.015
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2018
iii
iii
iv
iv
vi
vi
vii
vii
MOTTO
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak diantara dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiramnya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 265)1
1 Dapertemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Fajar Siddik, 2002), hlm.
55-56.
viii
viii
PERSEMBAHAN
Rasa syukur tak terhingga ku panjatkan kepada Allah SWT, pemberi nikmat tanpa
batas dan Rasulullah SAW guru semua ummat yang terbaik disetiap waktu “Isyfa’lanaa Ya
Rasulullah”
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
❖ Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. Mursidin dan Hj. Haeniah serta nenek tercinta
Rinase. Terima kasih untuk curahan kasih sayang, cinta, doa, dorongan, semangat dan
pengorbanan yang tiada tara. Semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan Ayah
dan Ibu.
❖ Adik dan kakakku yaang ku cintai, Nurhaliza dan Mujahiddin serta tak lupa untuk
keponakan cantikku Gelby Nediva Balqis. Terima kasih atas motivasi, doa, dan
dukungan kalian selama ini.
❖ Sahabat-sahabatku dan semua teman-teman A14. Terima kasih atas kebersamaan,
motivasi dan dukungan kalian selama ini.
❖ Semua orang yang dengan sengaja dan tanpa sengaja kurepotkan, thanks for
everything.^^
ix
ix
KATA PENGANTAR
ب ح يم الر حمن الر هللا سم
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingg skripsi ini
dapat hadir di hadapan pembaca. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana.
Terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak M. Habib Husnial Pardi, MA. Sebagai Pembimbing I dan Ibu Kiki Riska
Ayu Kurniawati, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan,
motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah
kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan proposal skripsi ini lebih
matang dan cepat selesai;
2. Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Tadris Matematika Bapak Dr. Alkusairi,
M.Pd dan Bapak Ervin Evendi, M.Pd;
3. Ibu Dahlia Hidayati, M.Fil.I. dan Ibu Nurhilaliati, M.Ag. selaku dosen wali;
4. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
5. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram.
6. Mamik dan Ummi tercinta, H. Mursidin dan Hj. Haeniah terimakasih atas
semangat, dukungan, do’a dan motivasi yang telah Mamik dan Ummi berikan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
x
x
7. Guru-guruku, teman-teman seperjuangan A14 dan semua pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada pembaca
umumnya. Aamin
xi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah .............................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7
D. Definisi Operasional ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka ........................................................................................ 10
B. Kerangka Berfikir ................................................................................... 27
C. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................. 30
B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 30
C. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 31
D. Variabel Penelitian.................................................................................. 32
E. Desain Penelitian .................................................................................... 33
xii
xii
F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian ..................................................... 33
G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian ..................................... 35
H. Teknik Analisis Data .............................................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 41
B. Pembahasan ........................................................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 52
B. Saran ...................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian, 32. Tabel 3.2 Kategori Tingkat Efektivitas Penerapan Alat Peraga Congklak,
40. Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Pretest dan Posttest, 42.
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Konsultasi Lampiran 2 Silabus Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembagian Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Lampiran 5 Instrumen Penelitian (Pretest dan Posttest) Lampiran 6 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Lampiran 7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Lampiran 8 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Lampiran 9 Penilaian Dengan Skor Standar Untuk Menentukan Kategori
Tingkat Efektivitaspenerapan Alat Peraga Congklak Lampiran 10 Dokumentasi Aktivitas Siswa Lampiran 11 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian
xv
xv
EFEKTIVITAS ALAT PERAGA CONGKLAK PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MATERI PEMBAGIAN
Oleh:
Siti Rahmatul Fitria NIM: 15.1.14.4.015
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika materi pembagian khususnya di kelas II MI
Riyadhussolihin Thohir Yasin. Hal ini dikarenakan guru dalam proses belajar
mengajar hanya menggunakan poster sebagai media pembelajarannya, sehingga
siswa hanya menghafal tanpa mengetahui konsep dari materi pembagian itu sendiri.
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pembagian maka
digunakanlah alat peraga congklak. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu
(Quasy Exsperimen) dimana variabel yang dipandang paling dominan dalam
penelitian ini alat peraga congklak. Data dikumpulkan menggunakan metode tes
dan dokumentasi. Keseluruhan data dianalisis secara kuantitatif. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas II yang berjumlah 21 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pretest siswa adalah 29,714 dan rata-rata
hasil belajar posttest adalah 70,048. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan
uji-t berpasangan didapatkan data tobs = 9,820 dan ttabel = 2,086 sehingga tobs < ttabel.
Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak. Sedangkan hasil analisis efektivitas
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 85,71% dengan kategori tinggi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
xvi
xvi
penerapan alat peraga congklakefektif dalam meningkatkan hasil belajar congklak
pada pembelajaran matematika materi pembagian.
Kata Kunci: Alat Peraga Congklak, Pembagian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan karena merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang
pendidikan. Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah jam pelajarannya yang lebih
banyak serta ditetapkannya matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok
di setiap ujian akhir sekolah (UAS) maupun ujian akhir nasional (UAN). Bukan
hanya itu, ilmu matematika juga sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari
seperti perdagangan, pengukuran, bermain dan banyak hal lainnya yang
membutuhkan ilmu berhitung. Namun, dalam kenyataannya banyak dari siswa
beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit karena
bersifat abstrak. Hal ini sejalan dengan pendapat J. Tombokan Runtukahu dan
Selpius Kandou bahwa pengetahuan matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang abstrak sehingga hal ini menimbulkan berbagai kesukaran dalam mereka
berkomunikasi.2 Keabstrakan matematika inilah yang membuat siswa merasa
sulit dalam mencerna materi pelajaran.
Salah satu pendukung agar tercapainya tujuan pembelajaran adalah guru.
Guru memiliki banyak peran penting dalam proses pembelajaran terutama pada
proses pembelajaran matematika. Kreativitas yang dimiliki guru sangat
diperlukan dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Banyak guru berpikir
2 J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 74.
1
1
2
bahwa angka yang ditulis di papan tulis itu, berarti sudah ada sistem visual pada
pengajaran. Pendapat ini keliru. Angka dan huruf merupakan bentuk yang
abstrak bagi anak-anak, bukan bentuk yang konkret seperti bangku, meja,
televisi dan sebagainya,3 sehingga dalam proses pembelajaran matematika,
seorang guru memerlukan media pembelajaran untuk memberikan pemahaman
kosep matematika melalui indera visual sebagai bentuk konkret dari keabstrakan
matematika.
Media merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dari pemilik
informasi ke penerima informasi. Dalam hal ini pemilik informasi adalah guru
dan penerima informasi adalah siswa. Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry
Sutikno menyatakan bahwa dalam aktivitas pembelajaran, media dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan
dalam interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa.4 Media pembelajaran
dapat memudahkan guru untuk menjelaskan keabstrakan dan kerumitan materi
yang terdapat dalam pembelajaran matematika. Namun pemilihan media
pembelajaran haruslah dapat mendukung tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan, karena jika media yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran maka media tersebut akan menjadi penghambat proses
pembelajaran.
Alat-alat pendidikan yang secara langsung dipergunakan dalam penyampaian materi pendidikan, hendaknya alat-alat pendidikan yang dapat lebih banyak melibatkan indera siswa. Menurut penelitian para ahli dikatakan bahwa pendidikan yang hanya melibatkan indera pendengaran
3 Iwan Zahar, Belajar Matematikaku Pembelajaran Matematika Secara Visual dan
Kinestetik, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), hlm. 5. 4 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 65.
3
saja, maka materi pelajaran yang dapat diserap hanya meliputi 15% saja, sedangkan jika ditambah indera penglihatan, maka akan dapat menyerap materi pelajaran sebanyak 35-50%, dan jika mempergunakan indera penglihatan, pendengaran ditambah indera penggerak dan menggunakan pikiran, maka materi yang dapat diserap akan lebih banyak lagi yakni antara 80-90% (Darajat, 1996: 80).5
Salah satu media pembelajaran yang efektif dan melibatkan banyak
indera siswa adalaha alat peraga. Menurut Ruseffendi (1992) dalam Rostina
Sundaya menyatakan bahwa alat peraga adalah alat yang menerangkan atau
mewujudkan konsep matematika.6 Dengan menggunakan alat peraga, siswa
diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran matematika
sehingga siswa dapat bereksplorasi langsung menemukan konsep matematika
dengan menggunakan alat peraga. Iwan Zahar mengemukakan bahwa dalam
belajar matematika, perlu diciptakan situasi-situasi dimana siswa dapat aktif,
kreatif, dan responsif secara fisik pada sekitar.7 Namun kenyataannya, guru lebih
dominan menggunakan pembelajaran yang konvensional dalam pembelajaran
matematika di dalam kelas, sehingga siswa tidak dapat secara aktif, kreatif dan
responsif dalam proses pembelajaran matematika yang menyebabkan siswa
merasa kesulitan memahami dengan baik apa yang mereka pelajari. Hal inilah
yang mengakibatkan motivasi dan minat belajar matematika siswa menjadi
rendah yang akhirnya mengakibatkan hasil belajar matematika siswa menjadi
tidak optimal.
5 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), hlm. 59. 6 Rostiana Sundaya, Media dan Alat Peraga dalamPembelajaran Matematika,
(Bandung: Alfabeta, cv, 2016), hlm. 7. 7 Sutarto dan Syarifuddin, Desain Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Samudra
Biru, 2013), hlm. 38.
4
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Ibu Sri
Wahyu Ningsih, selaku guru bidang studi matematika di kelas II MI
Riyadhussolihin Thohir Yasin menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam memahami materi pada semester 2 terutama pada materi pembagian. Hal
ini dilihat dari nilai kelas II semester 2 mengalami penurunan dari semester 1
pada tahun ajaran sebelumnya.8
Media yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa poster menjadi
salah satu penyebab lambatnya siswa dalam memahami materi yang diajarkan,
karena siswa hanya dapat melihat dan menghafal pembagian tersebut tanpa
memahami konsep pembagian. Untuk itu perlu adanya inisiatif guru untuk
menggunakan alat peraga yang bersifat konkret dalam menjelaskan konsep
sebuah materi pelajaran terutama pada materi pembagian.
Piaget membagi tahap perkembangan pada manusia berdasarkan usia
dalam empat tahap, yaitu tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), tahap berpikir pra
operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional konkret (usia 7-12 tahun) dan
tahap operasional formal (usia 12-15 tahun).9 Dalam hal ini, siswa SD termasuk
ke dalam tahap operasional konkret, dimana anak sudah mampu berpikir rasional
untuk menyelesaikan masalah yang bersifat aktual. Artinya pada tahap ini guru
dapat memulai pembelajaran matematika berawal dari hal-hal yang nyata
kemudian barulah mengaitkan ke materi matematika yang bersifat abstrak.
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa berkembang melalui
8 Sri Wahyu Ningsih, Wawancara, Kamasan, 10 Januari 2018. 9 Ibid., hlm. 21.
5
tiga tahap perkembangan mental yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap
simbolik. Pada tahap enaktif, siswa secara langsung terlihat menggunakan atau
memanipulasi objek-objek konkret secara langsung dalam mempelajari
matematika. Dalam tahap ikonik, kegiatan siswa mulai menyangkut mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek konkret, dan tahap simbolik merupakan
tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya
dengan objek-objek.10 Teori Brownwell beranggapan bahwa salah satu cara bagi
anak-anak untuk mengembangkan pemahaman tentang matematika adalah
dengan menggunakan benda-benda tertentu ketika mereka mempelajari konsep
matematika,11 sedangkan Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika
dapat dipandang sebagai studi tentang struktur, keterkaitan antara struktur dan
mengategorikan hubungan-hubungan diantara berbagai struktur. Tiap konsep
atau prinsip matematika yang diajarkan dalam bentuk konkret akan lebih
dipahami anak.12
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Piaget, Teori
Belajar Brunner, Teori Belajar Brownwell dan Teori Belajar Dienes
menganjurkan dalam proses pembelajaran matematika di dalam kelas diawali
dengan sesuatu yang bersifat konkret kemudian mengaitkannya dengan konsep
matematika yang bersifat abstrak.
Perlu diperhatikan bahwa siswa SD masih senang pada dunia
bermainnya. Untuk itu peneliti berinisiatif menggunakan permainan tradisional
10 Ibid., hlm. 23-24. 11 Ibid., hlm. 27. 12 J. Tombokam Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajaran …, hlm. 71.
6
sebagai alat peraga dalam proses pembelajarannya terutama pada materi
pembagian. Permainan tradisional merupakan permainan yang tumbuh dan
berkembang di suatu daerah dan dimainkan secara turun temurun hingga saat ini.
Namun, keberadaannya sudah berangsur-angsur mengalami kepunahan. Di
zaman yang serba menggunakan teknologi saat ini adalah faktor penyebab
kepunahan permainan tradisional. Anak-anak zaman sekarang terutama di
perkotaan lebih banyak memilih gadget sebagai permainannya sehari-hari,
padahal permainan tradisional memiliki banyak manfaat dalam mengasah
kecerdasan anak. Direktoriat Nilai Budaya (2000) dalam Euis Kurniati
menyatakan bahwa setiap permainan rakyat tradisional sebenarnya mengandung
nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan anak-anak.13
Salah satu permainan tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pendidikan anak adalah congklak atau biasa juga disebut dhakon. Congklak
merupakan permainan tradisional yang dapat melatih anak dalam kecakapan
berhitung.14 Pada intinya permainan ini mengisi atau membagi lubang pada
setiap papan congklak dengan biji-bijian dan tidak boleh terlewati atau terisi
lebih dari satu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Alat Peraga Congklak Pada Pembelajaran Matematika
Materi Pembagian.”
13 Euis Kurniati, Permainan Tradisioanl dan Perannya dalam Mengembangkan
Keterampilan Sosial Anak, (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hlm. 3. 14 Morena Cindo, Permainan Tradisional, (Jakarta: CV. Ghina Walafa, 2010), hlm. 5.
7
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Apakah penerapan alat peraga congklak efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pembagian?”
2. Batasan Masalah
a. Batasan Objek Penelitian
Batasan objek dalam penelitian ini adalah dibatasi pada efektivitas
alat peraga congklak dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pembagian. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
hasil belajar pada ranah kognitif.
b. Batasan Subjek Penelitian
Batasan subjek dalam penelitian ini adalah dibatasi pada siswa kelas
II MI Riyadhussolihin Thohir Yasin Tahun Pelajaran 2017/2018.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas alat peraga congklak dalam meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas II MI Riyadhussolihin Thohir Yasin pada materi
pembagian.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:
8
1) Guru
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi guru mata pelajaran matematika agar
menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran
matematika di MI Riyadhusshalihin Thohir Yasin.
2) Siswa
Meningkatnya kemampuan dan kreativitas siswa dalam memahami
materi pembagian.
3) Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan
dalam memberikan bimbingan kepada guru matematika agar
menggunakan alat peraga di setiap pertemuan guna meningkatkan hasil
belajar siswa dan mutu pendidikan.
b. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan hasil
penelitian dapat dijadikan sebagai pedoman mengajar dalam
menggunakan alat peraga congklak khususnya pada materi pembagian.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil atau
membuahkan hasil. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran
yang telah ditentukan. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
9
untuk mengetahui efektif tidaknya penerapan alat peraga congklak pada
proses pembelajaran matematika terutama pada materi pembagian di dalam
kelas.
2. Alat peraga congklak
Alat peraga merupakan sebuah media yang dapat menimbulkan
rangsangan terhadap siswa agar siswa dapat secara aktif dan responsif dalam
proses pembelajaran. Alat peraga yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah congklak. Congklak merupakan sebuah permainan tradisional yang
dapat melatih anak dalam kecakapan berhitung.
3. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor di setiap bidang studi
setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diterapkannya
alat peraga congklak khususnya dalam segi kognitif siswa. Hasil belajar ini
digunakan untuk mengetahui efektif tidaknya penerapan alat peraga congklak
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil atau
membuahkan hasil. Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang
menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana
semakin besar persentase target yang dicapai, maka semakin tinggi
efektivitasnya.15
Konsep pembelajaran efektivitas adalah keberhasilan pembelajaran yang
diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan. Jika semua tujuan pembelajaran telah tercapai maka
pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif.16
Jadi, efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan guru dalam
mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada siswa yang dilihat dari
ketuntasan hasil belajar siswa. Efektivitas yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektif tidaknya penerapan alat peraga
15 Hidayat, “Pengertian Efektivitas”, dalam https//dansite.wordpress.com/, diakses
tanggal 11 April 2018, pukul 21.48. 16 HM. Musfiqon, Pengembangan Media Dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2012), hlm. 45.
10
11
congklak pada proses pembelajaran matematika terutama pada materi
pembagian di dalam kelas. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan nilai
minimum dalam perhitungan uji efektivitas adalah 65 (KKM). Penelitian ini
dikatakan efektif jika persentase yang diperoleh siswa sesuai dengan kategori
tingkat efektivitas penerapan alat peraga congklak pada tabel 3.2.
2. Alat peraga
a. Pengertian alat peraga
Alat peraga menrupakan bagian dari media pembelajaran yang
diartikan sebagai semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda
mati). Oleh karena itu istilah media perlu dipahami terlebih dahulu
sebelum dibahas lebih lanjut mengenai alat peraga.
Media merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dari
pemilik informasi ke penerima informasi. Dalam hal ini, pemilik informasi
adalah guru dan penerima informasi adalah siswa. Arsyad (dalam Prima
Nataliya, 2015) mengungkapkan bahwa media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara siswa
dengan lingkungannya, serta siswa belajar sendiri sesuai minat dan
kemampuannya. Salah satu media pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa dalam proses pembelajaran adalah alat peraga.
Alat peraga merupakan suatu benda kongkret yang dapat dilihat,
disentuh dan diamati melalui panca indera. Belajar dengan menarik
perhatian siswa sangat penting dalam proses pengajaran karena dapat
12
membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa. Alat peraga digunakan
untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran sehingga dapat
memperjelas keabstrakan dari suatu materi pelajaran. Dengan
menggunakan alat peraga, siswa tidak hanya menggunakan indera
pendengaran saja, namun siswa juga dapat memfungsikan visualnya
bahkan dapat bereksplorasi langsung dalam menemukan konsep suatu
materi.
Tujuan pembelajaran sangat penting dalam menunjang pemilihan
alat peraga yang hendak digunakan seorang guru dalam mengajar, karena
jika alat peraga yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran,
maka alat peraga tersebut akan menjadi penghambat proses pembelajaran.
b. Syarat dan kriteria media alat peraga
Syarat dan kriteria media alat peraga sangat penting untuk menarik
perhatian siswa agar minat dan motivasi belajarnya semakin meningkat,
sehingga pemilihan alat peraga yang digunakan diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi
pembagian. Menurut Rusefendi (1998), terdapat beberapa persyaratan
yang dapat dijadikan sebagai alat peraga antara lain:
1) Tahan lama. 2) Bentuk dan warnanya menarik. 3) Sederhana dan mudah dikelola. 4) Ukurannya sesuai. 5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar,
atau diagram. 6) Sesuai dengan konsep matematika. 7) Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya. 8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir
abstrak bagi siswa.
13
9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga.
10) Jika mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak).17
Berdasarkan syarat dan kriteria yang dikemukakan oleh Rusefendi
(1998) alat peraga yang akan peneliti gunakan telah memenuhi syarat,
dimana alat peraga congklak terbuat dari plastik (tidak cepat rusak),
berwarna, sederhana, dapat memperjelas konsep pembagian sehingga
dapat menumbuhkan konsep berpikir abstrak bagi siswa, dan siswa dapat
bereksplorasi sendiri dalam menggunakan alat peraga tersebut.
c. Fungsi alat peraga
Pemilihan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran
haruslah memiliki fungsi. Adapun fungsi alat peraga antara lain:
1) Membantu dan mempermudah para guru dalam mencapai tujuan intruksional secara efektif dan efisien.
2) Mempermudah para siswa menangkap materi pelajaran, memperkaya pengalaman belajar serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan mereka.
3) Menstimulasi pengembangan pribadi serta profesi para guru dalam usahanya mempertinggi mutu pengajaran di sekolah.18
d. Tujuan penggunaan alat peraga
Adapun tujuan penerapan alat peraga didalam kelas adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa karena dapat merangsang
tumbuhnya perhatian serta mengembangkan keterampilan.
17 Rosita Sundayana, Media …, hlm. 18-19. 18 Binti Maunah, Ilmu …, hlm. 67.
14
2) Peraga dapat memfokuskan perhatian siswa, pendidik dapat
menggunakan peraga dengan melihat benda yang sesungguhnya diluar
kelas maupun didalam kelas.
3) Menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan kehidupan nyata
dalam rangka meningkatkan daya antusias siswa terhadap materi
pelajaran.
4) Membuat suasana dalam kelas menjadi hidup.
5) Alat peraga lebih meningkatkan interaksi antar siswa dalam kelas.
3. Congklak
Congklak merupakan suatu permainan yang berasal dari Mesir sebelum
abad ke-17, dikenal dan berkembang sejak lama di Indonesia serta merupakan
permainan lintas usia secara turun-temurun (De Voogt, 2010).19 Congklak
merupakan suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam
nama di seluruh Indonesia. Di Malaysia permainan ini lebih dikenal dengan
nama congklak dan istilah tersebut juga dikenal di beberapa daerah sumatera
dengan kebudayaan melayu. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan
nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Selain itu di Lampung
permainan ini dikenal dengan nama Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang
dan Nogarata. Dalam Bahasa Inggris, permainan ini disebut Mancala.20
Congklak merupakan salah satu dari sekian banyaknya permainan
tradisional yang ada di Indonesia yang dapat membantu anak-anak berlatih
19 Andy Surya Putra, dkk., “Peningkatan Kapasitas Working Memory melalui
Permainan Congklak pada Siswa Sekolah Dasar”, Vol. 44, Nomor. 1, 2017, hlm. 21. 20 Morena Cindo, Permainan …, hlm. 15.
15
dalam berhitung. Permainan congklak terdiri dari papan congklak dan biji
congklak. Pada umumnya, papan congklak terbuat dari kayu maupun plastik
dan biji congklak terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan,
kelereng, dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai biji congklak.
Papan congklak terdiri dari 16 lubang diantaranya 14 buah lubang kecil yang
saling berhadapan dan 2 buah lubang besar di kedua sisinya. Permainan ini
dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan. Setiap orang memiliki 7
buah lubang kecil dan 1 buah lubang besar yang terdapat pada papan
congklak. Setiap lubang kecil diisi dengan 7 buah biji congklak sedangkan
lubang besar akan diisi ketika permainan sedang berlangsung. Biasanya
permainan dimulai kesepakatan antara dua pemain untuk memulai terlebih
dahulu, pemain yang memulai terlebih dahulu memilih lubang yang akan
diambil dan meletakkan biji congklak satu per satu di setiap lubang kecuali
lubang besar milik lawan. Jika biji congklak berakhir di lubang yang terdapat
biji congklak maka biji congklak tersebut diambil kemudian diletakkan ke
lubang congklak berikutnya. Akan tetapi, apabila biji congklak berakhir pada
lubang yang kosong maka permainan dilanjutkan oleh lawan pemain.
Permainan selesai jika biji-biji congklak telah habis di lubang-lubang kecil
pada papan congklak. Biji congklak terbanyak pada lubang besar adalah
pemenangnya.
4. Hasil belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yang membentuknya, yakni “hasil” dan
“belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat
16
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional,21 Sedangkan belajar menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) dalam Hamdani mengemukakan pendapat-pendapat dari
beberapa ahli mengenai pengertian belajar adalah sebagai berikut:
a. Witherington (1952), “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
b. Crow & Crow (1958), “Belajar adalah upaya pemerolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.”
c. Hilgard (1962), “Belajar adalah proses muncul atau berubahnya suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi.”
d. Di Vesta dan Thompson (1970), “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.”
e. Gage & Berliner, “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.
f. Fonata, seperti yang dikutip Udin S. Winataputra, mengemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
g. Thursan Hakim (2000: 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.”22
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat
dipahami mengenai makna hasil dan belajar. Hasil merupakan suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan
perubahan, sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu setelah melakukakan suatu aktivitas atau
pengalaman. Dengan demikian hasil belajar adalah pencapaian yang
21 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 44. 22 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 21.
17
diperoleh seseorang setelah melakukan aktivitas atau pengalaman yang
mengakibatkan adanya perubahan yang relatif tetap dalam diri individu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor di setiap bidang studi setelah
mengalami proses pembelajaran.
Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir seperti
menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi.
Ranah kognitif terdiri dari enam aspek atau jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang berbagai hal tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2) Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang
18
siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-
katanya sendiri.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi
yang baru dan kongkret.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan yang lainnya.
5) Sintesis
Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang baru.
6) Evaluasi
Evaluasi yang dimaksudkan adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide.23
23 Muhammad Nurman, Evaluasi Pendidikan, (Mataram: Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram, 2015), hlm. 29-30.
19
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Dalam
ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berfikir, yakni: menerima atau
memerhatikan (receiving atau attending), merespon atau menanggapi
(responding), menilai atau menghargai (valuing), mengorganisasikan atau
mengelola (organization), dan berkarakter (characterization). Adapun
penjelasan dari masing-masing proses berfikir pada ranah afektif, yaitu:
1) Kemampuan menerima
Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan atau stimulus dari luar yang dating kepada dirinya
dalambentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
Kemampuanmenerima atau memerhatikan terlihatdari kemauan untuk
memerhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.
2) Kemampuan merespon
Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikutsertakan dirinya seara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
Kemampuan merespon juga dapat daiartikan sebagai kemampuan
menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu,
dan kemampuan menanggapi.
3) Kemampuan menilai
Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila
20
kegiatan itu tidak dikerjakan, maka akan terdapat rasa rugi atau
penyesalan.
4) Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan
Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan artinya kemampuan
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
5) Kemampuan berkarakter
Kemampuan berkarakter (characterization) atau menghayati adalah
kemampuan memadukan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang memengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotorik memiliki enam
tingkatan keterampilan, yaitu:
1) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keteerampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4) Kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
21
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil
belajar pada ranah kognitif terbatas pada jenjang pengetahuan, pemahaman,
dan aplikasi.24
5. Materi pembagian
Operasi pembagian pada dasarnya merupakan pengurangan bilangan
yang dilakukan secara berulang-ulang.
a. Pembagian sebagai pengurangan berulang
Contoh:
25 : 5 25 – 5 = 20
20 – 5 = 15
15 – 5 = 10
10 – 5 = 5
5 – 5 = 0
Jadi, 25 : 5 = 5 karena terdapat lima kali pengurangan bilangan
secara berulang-ulang.
b. Membagi bilangan dengan angka 1
Angka 1 merupakan identitas dari pembagian. Jika suatu bilangan
dibagi dengan angka 1 maka hasilnya merupakan bilangan itu sendiri.
24 Asep Hidayat, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa’, (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016), hlm. 26-28.
22
Contoh:
4 : 1 4 – 1 = 3
3 – 1 = 2
2 – 1 = 1
1 – 1 = 0
Jadi, 4 : 1 = 4 karena terdapat empat kali pengurangan bilangan
secara berulang-ulang.
c. Membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri
Jika suatu bilangan dibagi dengan bilangan itu sendiri, maka hasil
pembagiannya adalah 1.
Contoh:
4 : 4 4 – 4 =0
Jadi, 4 : 4 = 1 karena terdapat satu kali pengurangan bilangan secara
berulang-ulang.
6. Penerapan alat peraga congklak pada pelajaran matematika materi
pembagian.
Langkah-langkah penerapan alat peraga congklak dalam pembelajaran
matematika pada materi pembagian yaitu:
a. Peragaan dilakukan perkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa.
b. Masing-masing kelompok memiliki 1 buah papan congklak beserta
bijinya.
23
c. Setiap kelompok membagi tugas masing-masing sebagai peraga, pencatat
hasil, pembaca soal, dan tugas utamanya adalah mengamati setiap langkah
peragaan untuk menemukan konsep pembagian.
d. Guru memberikan soal.
e. Guru mengarahkan dan memantau percobaan yang dilakukan siswa
sepanjang proses pembelajaran.
f. Setiap kelompok mengambil biji congklak sesuai dengan banyaknya
pembagi yang telah disajikan dalam soal, kemudian membaginya ke
lubang kecil sesuai dengan soal.
g. Siswa mengamati kemudian mencatat hasil percobaan.
7. Telaah pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap penelitian-penelitian
terdahulu untuk menghindari plagiasi dan menjamin keaslian data dalam
penelitian ini. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Penelitian oleh Jannatul Uzmi dengan judul “Penggunaan Alat Peraga
Congklak pada Mata Pelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas III SDN 37 Mataram Tahun Ajaran 2015/2016.” Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan alat peraga
congklak dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III
SDN 37 Mataram. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah materi yang diteliti dalam penelitian ini
24
adalah materi perkalian dan pembagian sedangkan peneliti hanya
mengangkat materi pembagian saja, kelas dan tempat penelitian juga
berbeda yakni kelas dan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah
kelas III di SDN 37 Mataram sedangkan peneliti akan melakukan
penelitian pada kelas II di MI Riyadhussolihin Thohir Yasin. Penelitian ini
juga memiliki persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
yakni sama-sama menggunakan alat peraga congklak dalam proses
pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan SD.
b. Penelitian oleh Henti Widiastuti dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Melakukan Operasi Perkalian Melalui Permainan Dakon dan
Kartu Warna Pada Siswa Kelas II semester II MI Muhammadiyah Selo,
Hargorejo, Kokap, Kulon Progo Tahun Ajaran 2013/2014.” Jenis
penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga dakon dan kartu warna
dalam proses pembelajaran ternyata memudahkan siswa cara memahami
perkalian. Kemampuan belajar siswa dapat mengalami peningkatan
setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, setelah
diadakan penelitian tindakan kelas rata-rata yang diperoleh dari siklus I
adalah 71,5 dan siklus ke II rata-rata 88,38, peningkatan rata-rata sebesar
16,85 dan hasil rata-rata telah melebihi nilai yang ditetapkan oleh sekolah
sebesar 65. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah dalam penelitian ini ada alat peraga pembanding
yaitu kartu warna sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan hanya
25
menggunakan alat peraga congklak tidak menggunakan alat peraga
pembanding, tempat penelitian juga berbeda yakni tempat penelitian
dalam penelitian ini adalah di MI Muhammadiyah Selo, Hargorejo,
Kokap, Kulon Progo, sedangkan peneliti akan melakukan penelitian di MI
Riyadhussolihin Thohir Yasin. Penelitian ini juga memiliki persamaan
dengan penelitian yang akan peneliti lakukaan yakni sama-sama
menggunakan alat peraga congklak dalam proses pembelajaran
matematika pada jenjang pendidikan SD kelas II semester 2.
c. Penelitian oleh Saidah Nurul Haq dengan judul “Pengaruh Permainan
Dakon Terhadap Kemampuan Berhitung Siswa Kelas 1 di SD
Bandardawung Tawangmangu Tahun Ajaran 2016/2017”. Jenis penelitian
dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada
kelompok eksperimen yakni diperoleh thitung 2,259 dengan taraf signifikan
0,25% > ttabel 2,064. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan dakon
dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah materi
yang diteliti dalam penelitian ini adalah materi operasi hitung sedangkan
peneliti mengangkat materi pembagian, kelas dan tempat penelitian juga
berbeda yakni kelas dan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah
kelas I di SD Bandardawung Tawangmangu sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian pada kelas II di MI Riyadhussolihin Thohir Yasin.
Penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian yang akan
26
peneliti lakukaan yakni sama-sama menggunakan alat peraga congklak
dalam proses pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan SD.
d. Penelitian oleh Prima Nataliya dengan judul “Efektivitas penggunaan
media pembelajaran permainan tradisional congklak untuk meningkatkan
kemampuan berhitung pada siswa Sekolah Dasar.” Jenis penelitian dalam
penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen pra-eksperimental yaitu
pretest-posttest design (before and after). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berhitung siswa SD
sebelum dan setelah diberikan media pembelajaran berupa permainan
tradisional congklak (t = −5,776 ; p = 0,000 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa media pembelajaran permainan tradisional congklak
efektif untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa SD. Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah materi yang diteliti dalam penelitian ini mencakup materi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sedangkan peneliti
hanya mengangkat materi pembagian saja, kelas dan tempat penelitian
juga berbeda yakni kelas dan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah
kelas III di SD Muhammadiyah 08 Dau Malang sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian pada kelas II di MI Riyadhussolihin Thohir Yasin.
Penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan yakni sama-sama menggunakan alat peraga congklak
dalam proses pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan SD.
27
e. Penelitian oleh Kabut Amrita Nurhayati, dkk. dengan judul
“Pengembangan Media Permainan Congklak Matematika untuk
Mengefektifkan Penyampaian Materi KPK dan FPB Kelas IV di Sekolah
Dasar.” Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media permainan
congklak matematika layak digunakan untuk pembelajaran. Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media permainan
congklak matematika. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui kelayakan media permainan congklak matematika,
mengetahui pengaruh media permainan congklak matematika terhadap
keefektifan waktu pembelajaran, mengetahui respons guru terhadap media
permainan congklak matematika, dan mengetahui respon siswa terhadap
media permainan congklak matematika sedangkan tujuan penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan
alat peraga congklak terhadap hasil belajar siswa saja, materi yang diteliti
dalam penelitian ini adalah materi KPK dan FPB sedangkan peneliti
mengangkat materi pembagian, kelas dan tempat penelitian juga berbeda
yakni kelas dan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah kelas IV di
dua SD Kecamatan Kesugihan-Cilacap sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian pada kelas II di MI Riyadhussolihin Thohir Yasin.
Penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian yang akan
28
peneliti lakukaan yakni sama-sama menggunakan alat peraga congklak
dalam proses pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan SD.
B. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap
sulit oleh sebagian siswa. Keabstrakan yang menjadi ciri khasnya membuat
siswa merasa kesulitan dalam mencerna materi yang dikandungnya. Terkadang
strategi yang kurang tepat digunakan oleh guru juga penyebab anak merasa
bosan dan kurang menyenangi pelajaran matematika. Oleh karena itu seorang
guru harus memiliki kreativitas dalam mengajarkannya. Salah satu cara
membelajarkan matematika adalah dengan menghadirkan media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar.
Media pembelajaran merupakan sebuah perantara yang dapat
menjelaskan keabstrakan matematika. Alat peraga merupakan salah satu dari
sekian banyaknya media pembelajaran efektif yang dapat digunakan oleh
seorang guru. Penggunaan alat peraga harus sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan penelitian di jenjang Sekolah
Dasar. Jika dilihat dari segi usia berdasarkan teori piaget, siswa SD berada dalam
tahap oprasional konkret. Dimana siswa SD sudah mampu berpikir rasional
untuk menyelesaikan masalah yang bersifat aktual. Berdasarkan karakteristiknya
yang masih senang bermain, maka peneliti mencoba mengkolaborasikan proses
belajar matematika dengan bermain sambil belajar. Permainan-permainan
tradisional dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai alat peraga yang bisa menarik
perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam belajar matematika sehingga
29
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Permainan
congklak merupakan salah satu permainan yang dapat dijadikan sebagai alat
peraga dalam belajar. Selain menyenangkan dan edukatif, siswa juga dapat
mengenal dan mengetahui manfaat dari permainan-permainan tradisional
Indonesia.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.25 Ada dua jenis hipotesis yaitu hipotesis kerja (Ha) dan
hipotesis nol (H0). Hipotesis kerja atau disebut dengan hipotesis alternatif (Ha)
menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan
antara kedua kelompok. Sedangkan hipotesis nol atau hipotesis statistik (H0)
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya
pengaruh variabel X terhadap variabel Y.26
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif dalam penelitian
ini adalah (Ha): penerapan alat peraga congklak efektif dalam meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada materi pembagian.
25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,cv, 2010), hlm. 64. 26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 112-113.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian jenis eksperimen semu (Quasi
Exsperimen). Metode eksperimen semu adalah metode eksperimen yang tidak
memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap semua variabel
yang relevan. Pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu
variabel yang dianggap paling dominan.27 Variabel yang dianggap paling
dominan dalam penelitian ini alat peraga congklak.
Adapun pendekatan yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan
menggunakan data-data numerik, kemudian dianalisis yang umumnya
menggunakan statistik.28
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.29
27 Asep Hidayat, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016), hlm. 34.
28 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT Reflika Aditama,2014), hlm. 49.
29 Sugiyono, Metode …, hlm. 80.
30
31
Jadi populasi merupakan keseluruhan atau jumlah obyek penelitian yang
dapat dijadikan sumber data seperti: manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-
benda lainnya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas II
MI Riayadhussolihin Thohir Yasin. Jumlah keseluruhan kelas II yakni 21
siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.30 Jadi sampel merupakan perwakilan dari populasi yang
akan diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang akan peneiliti gunakan
adalah teknik sampling jenuh. Sampling jenuh merupakan teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Biasanya
teknik ini dilakukan jika populasi relatif kecil atau kurang dari 30 orang.31
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu yang digunakan peneliti selama
proses penelitian yang dimulai dari pengajuan judul, pelaksanaan observasi,
hingga pelaporan penelitian.
30 Ibid., hlm. 81. 31 Ibid., hlm. 85.
32
Untuk lebih jelasnya peneliti paparkan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Perencanaan Waktu Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ag
1 Pengajuan
Judul √
2 Observasi
Sekolah √
3 Penyusunan
Proposal √
4 Seminar
Proposal √
5 Ujian
Proposal √
6 Penelitian
Lapangan √
7 Penyusunan
Laporan √
8 Ujian Skripsi √
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Riyadhussolihin Thohir Yasin
karena rendahnya hasil belajar kelas II pada materi pembagian dan belum ada
penelitian sebelumnya yang meneliti tentang alat peraga congklak di MI
tersebut.
33
D. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian,
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.32 Terdapat dua variabel
dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (Variabel Independen) dan variabel
terikat (Variabel Dependen). Variabel bebas merupakan variabel yang
memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Berdasarkan pernyataan tersebut variabel bebas dalam penelitian ini
adalah alat peraga congklak, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar matematika siswa pada materi pembagian.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan paparan strategi dalam mengatur penelitian
agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel
dan tujuan penelitian. Peneliti menggunkaan desain penelitian jenis One group
pretest-posttest. Jenis penelitian ini memberikan pretest terdahulu sebelum
diberikan perlakuan terhadap responden. Setelah diberikan perlakuan
menggunakan alat peraga congklak, responden diberikan tes kembali (posttest)
menggunakan instrumen yang sama dengan pretest. Kemudian akan
dibandingkan hasil sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
Perlakuan dikatakan berhasil apabila hasil setelah diberi perlakuan (posttest)
32 Suharsimi Arikunto, Prosedur …, hlm. 161.
34
lebih baik dari hasil sebelum diberi perlakuan (pretest). Untuk mengetahui hasil
perbandingan antara pretest dan posttest digunakan uji t-test.
F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani
antara subjek dan objek (secara subtansi antara hal-hal teoritis dengan empiris,
antara konsep dengan data), sejauh mana data mencerminkan konsep yang ingin
diukur tergantung pada instrumen (yang substansinya disusun berdasarkan
penjabaran konsep/penentuan indikator) yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data.33
Menurut Nana Sudjana dalam Uhar Suharsaputra, dalam penyusunan
instrumen penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel harus jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.
2. Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.
3. Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitas.
4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.
5. Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.34
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam belajar matematika
khususnya materi pembagian. Tes yang diberikan berupa tes tertulis yang
33 Uhar Suharsaputra, Metode …, hlm. 94. 34 Ibid., hlm. 49-50.
35
berbentuk uraian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
sebelum dan setelah diberi perlakuan.
Peneliti menggunakan 5 butir soal uraian singkat untuk pretest dan
posttest. Soal yang akan peneliti gunakan diambil dari LKS Matematika siswa.
Soal posttest akan dijawab siswa secara individu tanpa menggunakan alat peraga
congklak.
G. Teknik Pengumpulan Data / Prosedur Penelitian
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan peneliti
dalam mengumpulkan data. Peneliti menggunakan metode tes dan dokumentasi.
1. Tes
Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam suatu bidang/materi tertentu. Instrumen yang berupa tes ini dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan dan pencapaian atau hasil. Khusus
untuk tes hasil belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tes buatan guru dan tes terstandar.
Bentuk tes dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahap yakni tahap
pretest dan tahap posttest. Tahap pretest dilakukan sebelum diberi perlakuan
menggunakan alat peraga congklak dan tahap posttest dilakukan setelah
perlakuan menggunakan alat peraga congklak.35
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
35 Suharsimi Arikunto, Prosedur …, hlm. 266.
36
seseorang.36 Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai kegiatan siswa-siswi ketika proses belajar, keaktifan siswa di dalam
kelas, data mengenai absensi kehadiran siswa selama proses belajar, serta
data-data lainnya yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Normalitas sebaran data menjadi suatu asumsi yang menjadi syarat untuk
menentukan jenis statistik apa yang akan dipakai dalam penganalisisan
selanjutnya. Asumsi normalitas senantiasa disertakan dalam penelitian
pendidikan karena erat kaitannya dengan sifat dari subjek/objek penelitian.37
Untuk tes normalitas data, peneliti menggunakan metode Liliefors.
Uji normalitas dengan metode Liliefors digunakan apabila datanya tidak
dalam distribusi data bergolong. Pada metode Liliefors, setiap data Xi diubah
menjadi bilangan baku zi dengan transformasi:
zi =Xi − X
s
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Liliefors antara
lain:
a. Merumuskan hipotesis
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Ha: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Taraf signifikan
36 Sugiyono, Metode …, hlm. 240. 37 Alfira Mulya Astuti, Statistika Penelitian, (Mataram: Insan Madani Publishing
Mataram, 2016), hlm 61.
37
α = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan:
L = Maks|F(zi) − S(zi)|; dengan F(zi) = P(Z ≤ zi); Z~N(0,1), dan
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi.
d. Komputasi
e. Daerah kritis:
DK = {L|Lobs > Ltabel}
f. Keputusan uji
Jika Lobs > Ltabel, maka H0 ditolak
Jika Lobs < Ltabel, maka H0 diterima
g. Kesimpulan
1) Jika H0 ditolak, maka sampel berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal.
2) Jika H0 diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.38
2. Teknik Uji Hipotesis dan Analisis Efektivitas
a. Uji Hipotesis
Dalam uji hipotesis ini, peneliti menggunakan uji t. Uji t pada
dasarnya adalah uji hipotesis nihil tentang perbedaan Mean dari dua
variabel. Masing-masing variabel tersebut berskala internal/rasio dan
38 Budiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Surakarta: UNS (UNS Press), 2009), hlm.
170-171.
38
adanya linieritas dan normalitas. Uji t yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji t populasi tidak independen (populasi berpasangan), populasi-
populasi normal, 𝜎2 tak diketahui. Rumus uji t untuk populasi berpasangan
adalah:
t =D − d0
sd/√n ~t(n − 1)
Keterangan:
t = nilai t hitung
D = rata-rata selisih pengukuran X – Y
d0 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata)
Sd = deviasi baku dari D
n = jumlah sampel
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan uji t berpasangan
antara lain:
1) Merumuskan hipotesis
H0: μ2 ≤ μ1 (penerapan alat peraga congklak tidak efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi
pembagian.).
Ha: μ2 > μ1 (penerapan alat peraga congklak efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi
pembagian.).
2) Taraf signifikan
α = 0,05
3) Statistik uji yang digunakan
39
t =D − d0
sd/√n ~t(n − 1)
Keterangan:
t = nilai t hitung
D = rata-rata selisih pengukuran X – Y
d0 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata)
Sd = deviasi baku dari D
n = jumlah sampel
4) Komputasi
5) Daerah kritis
Dk = {t | tobs > ttabel}
6) Kriteria keputusan untuk uji t
Jika tobs > ttabel, maka keputusan H0 ditolak.
Jika tobs ≤ ttabel, maka keputusan H0 diterima.
7) Kesimpulan.
a) Jika H0 ditolak, maka penerapan alat peraga congklak efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi
pembagian.
b) Jika H0 diterima, maka penerapan alat peraga congklak tidak efektif
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi
pembagian.
b. Pengujian Efektivitas
Pengujian efektivitas dilakukan bertujuan untuk melihat sejauh
mana tingkat keberhasilan penerapan alat peraga congklak yang telah
40
dilaksanakan. Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis uji
efektivitas adalah sebagai berikut:
KBs = 𝑛𝑖
𝑛× 100%
Keterangan:
KBs = ketuntasan belajar siswa secara klasikal
ni = banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 (KKM).
n = banyaknya siswa
kategori tingkat efektivitas penerapan alat peraga congklak dianalisis
berdasarkan penilaian dengan skor standar.39 Pemberian nilai yang
menggunakan skor standar dilakukan dengan mengubah skor hasil tes
siswa kedalam bentuk penyimpangannya dari mean dalam satuan deviasi
standar. Dalam hal ini pun suatu pedoman pemberian nilai yang
merupakan norma ditentukan lebih dahulu. Adapun rumus yang digunakan
untuk menentukan kategori tingkat efektivitas penerapan alat peraga
congklak pada pembelajaran matematika materi pembagian adalah sebagai
berikut.
(M + 1,50s) < X Sangat Efektif
(M + 0,50s) < X ≤ (M + 1,50s) Efektif
(M – 0,50s) < X ≤ (M + 0,50s) Cukup Efektif
(M – 1,50s) < X ≤ (M – 0,50s) Kurang Efektif
X ≤ (M – 1,50s) Tidak Efektif
39 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi Dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), hlm. 163.
41
Setelah dianalisis, kategori tingkat efektivitas penerapan alat peraga
congklak dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Efektivitas Penerapan Alat Peraga Congklak. (Lampiran 9)
Nilai Kategori
85 ≤ 100 Sangat Efektif
75 ≤ 84 Efektif
65 ≤ 74 Cukup Efektif
55 ≤ 64 Kurang Efektif
0 ≤ 54 Tidak Efektif
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II MI Riyadhussolihin Thohir Yasin
tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah 21 siswa. Penelitian ini
dilaksanakan empat kali pertemuan dengan materi pembagian. Untuk
mengukur hasil belajar yang telah di capai, peneliti menggunakan instrument
tes, tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian singkat yang
terdiri dari lima soal dan setiap soal memiliki skor masing-masing.
Pensekoran dilakukan dengan cara rubrik, yaitu setiap langkah diberi skor.
Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest, maka tes dilakukan pada
awal dan akhir pertemuan. Berdasarkan hasil pretest diperoleh nilai terendah
adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 66, sedangkan hasil posttest diperoleh nilai
terendah adalah 46 dan nilai tertinggi adalah 96.
42
43
Untuk lebih jelasnya peneliti paparkan hasil pretest dan posttest pada
tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Pretest dan Posttest
No. Inisial Jenis kelamin
Kehadiran dalam pertemuan Nilai
I II III IV Pretest Posttest 1 Abd. L √ √ √ √ 15 70 2 A.A.W. P √ √ √ √ 40 66 3 A.N.S. P √ √ √ √ 50 72 4 A.Ok. P √ √ √ √ 55 66 5 Ath. L √ √ √ √ 20 72 6 B.A.H. P √ √ √ √ 61 83 7 B.B.A. P √ √ √ √ 55 76 8 Es.A. P √ √ √ √ 30 66 9 H.Fr. L √ √ √ √ 15 46 10 Hmd.. L √ √ √ √ 20 66 11 H.Gf. L √ √ √ √ 56 66 12 Ir.A. L √ √ √ √ 10 75 13 Il.M. L √ √ √ √ 2 71 14 L.Pt. P √ √ √ √ 15 75 15 M.Hf. L √ √ √ √ 40 75 16 Mly. P √ √ √ √ 66 96 17 M.F.Z. L √ √ √ √ 35 60 18 Rnd. L √ √ √ √ 25 75 19 R.Rd. L √ √ √ √ 12 75 20 Sbr. P √ √ √ √ 1 54 21 A.P.R. P √ √ √ √ 1 66
Rata-rata 29,714 70,048
Berdasarkan paparan data pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata pada pretest adalah 29,714 dan rata-rata posttest adalah 70,048. Jadi,
dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari pretest (tes
sebelum perlakuan) dan posttest (tes setelah diberi perlakuan).
44
a. Uji persyaratan analisis data hasil belajar
1) Uji normalitas data hasil belajar pretest siswa
Untuk menguji data hasil belajar pretest siswa, peneliti
menggunakan metode liliefors. Berdasarkan hasil perhitungan yang
telah peneliti lakukan menggunakan program Ms. Excel dengan taraf
signifikan 5% diperoleh data bahwa Lobs = 0,154 dan Ltabel = 0,187,
sehingga Lobs < Ltabel. Berdasarkan kriteria keputusan uji yang telah
ditentukan, jika Lobs < Ltabel maka H0 diterima. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa H0 diterima, maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. (Lampiran 7)
2) Uji normalitas data hasil belajar posttest siswa
Untuk menguji data hasil belajar posttest siswa, peneliti
menggunakan metode liliefors. Berdasarkan hasil perhitungan yang
telah peneliti lakukan menggunakan program Ms. Excel dengan taraf
signifikan 5% diperoleh data bahwa Lobs = 0,183 dan Ltabel = 0,187,
sehingga Lobs < Ltabel. Berdasarkan kriteria keputusan uji yang telah
ditentukan, jika Lobs < Ltabel maka H0 diterima. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa H0 diterima, maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. (Lampiran 7).
b. Uji hipotesis dan analisis efektivitas data hasil belajar siswa
1) Uji hipotesis
Data hasil belajar siswa ini dianalisis secara manual. Setelah semua
persyaratan analisis dihitung, maka dapat dilakukan analisis hipotesis
45
untuk keperluan uji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji-t populasi tidak independen (populasi berpasangan)
untuk mengetahui keefektifan alat peraga congklak dalam meningkatan
hasil belajar siswa pada materi pembagian. Berdasarkan hasil analisis
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan
menggunakan alat peraga adalah 29,71429 dan setelah diberikan
perlakuan rata-ratanya adalah 70,04762. Sehingga terdapat peningkatan
secara deskriptif, nilai tobs yang didapatkan adalah 9,820 dan ttabel adalah
1,725 sehingga tobs > ttabel maka H0 ditolak. (Lampiran 8)
2) Analisis efektivitas
Adapun hasil analisis pengujian efektivitas penerapan alat peraga
congklak pada materi pembagian di kelas II MI Riyadhussolihin Thohir
Yasin peneliti paparkan sebagai berikut:
KBs = 𝑛𝑖
𝑛× 100%
= 18
21× 100%
= 0,8571 × 100%
= 85,71%
Berdasarkan hasil pengujian efektivitas yang telah dilakukan,
bahwa terdapat 18 siswa dari 21 siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65
(KKM), sehingga ketuntasan belajar mencapai 85,71% dengan
kategori sangat efektif.
46
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di MI Riyadhussolihin Thohir Yasin pada
tanggal 14 mei 2018 sampai dengan tanggal 31 mei 2018, pada penelitian ini
peneliti menggunakan satu kelas dengan jumlah 21 siswa. Peneliti melakukan 4
kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu pada hari senin tanggal 14 mei 2018
peneliti memberikan pretest kepada siswa kelas II untuk mendapatkan data awal
sebelum diberikan perlakuan menggunakan alat peraga congklak. Hasil pretest
didapatkan nilai terendah adalah 1, nilai tertinggi 66, dan rata-rata 29,714.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 15 mei 2018,
peneliti mulai memberikan perlakuan atau mengajar menggunakan alat peraga
congklak. Peneliti diberikan waktu penuh dari jam 08.00 hingga 11.00 WITA
untuk melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan materi pelajaran mereka sudah
habis dibahas dalam pertemuan sebelumnya dan pada hari senin tanggal 21 mei
2018 mereka menempuh ulangan semester genap. Sebelum proses pembelajaran
dimulai siswa terlihat antusias dengan congklak yang peneliti bawa ke dalam
kelas. Hal ini dapat peneliti lihat dari pertanyaan siswa yang bertanya mengenai
congklak dan untuk apa dibawa ke dalam kelas. Setelah peneliti jelaskan bahwa
congklak tersebut akan peneliti jadikan sebagai alat peraga dalam proses
pembelajarannya terutama pada materi pembagian, siswa-siswa merasa senang
dan tertarik untuk belajar. Pada pertemuan kedua ini peneliti membahas
mengenai pembagian sebagai pengurangan berulang sampai habis, hasil
pembagian suatu bilangan yang dibagi 1 angka dan pembagi 1 angka, hasil
pembagian suatu bilangan yang dibagi 2 angka dan pembagi 1 angka dengan
47
menggunakan alat peraga congklak. Pada proses pembelajarannya peneliti
membagi siswa menjadi 5 kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa
dan setiap kelompok memiliki 1 buah alat peraga congklak. Proses pembelajaran
peneliti mulai dengan membuka pelajaran kemudian memberikan pemahaman
kepada siswa mengenai materi pembagian sebagai pengurangan berulang sampai
habis. Peneliti memberikan gambaran atau memberikan contoh cara
memperaktikkan materi tersebut dengan menggunakan alat peraga congklak.
Pertama peneliti menuliskan soal pada papan tulis, kemudian langsung
mengaplikasikannya pada alat peraga congklak, setiap tahap pengerjaan soal
peneliti aplikasikan pada alat peraga congklak dan langsung menuliskannya
pada papan tulis. Misalkan soal yang peneliti berikan adalah menentukan hasil
dari pembagian 15 : 5, maka peneliti mengambil 15 biji congklak sembari
mengarahkan siswa untuk mengikuti setiap tahap yang peneliti lakukan,
kemudian 15 biji congklak tersebut peneliti bagi ke dalam 5 lubang kecil yang
terdapat pada papan congklak secara satu per satu. Setiap tahap pengerjaan soal
peneliti tuliskan pada papan tulis. Jika 5 lubang sudah terisi satu persatu, peneliti
tuliskan pada papan tulis bahwa 15 biji congklak telah berkurang 5 biji dan dapat
diketahui bahwa biji congklak yang tersisa sebanyak 10 biji, kemudian mengisi
kembali ke 5 lubang yang sama dan kembali menuliskan pada papan tulis bahwa
10 biji yang tersisa berkurang 5 biji congklak lagi dan didapatkan hasil yang
tersisa adalah 5 biji, kemudian mengisi kembali 5 lubang yang sama dengan biji
congklak yang tersisa sampai habis, sehingga didapatkan hasil pada papan tulis
yakni 15-5=10, 10-5=5, 5-5=0. Jadi, terdapat 3 kali pengulangan berulang
48
sampai habis hingga dapat dikatakan bahwa 15 : 5 = 3. Materi berikutnya peneliti
ajarkan dengan cara yang sama.
Setelah siswa terlihat memahami materi, peneliti memberikan soal pada
setiap kelompok dan menjawab soal tersebut dengan menggunakan alat peraga
congklak. Siswa-siswi terlihat aktif saat mereka mulai bereksplorasi
menggunakan congklak sebagai alat peraganya. Pembelajaran berjalan lancar
walaupun terjadi tarik menarik antar siswa memperebutkan alat peraga congklak
untuk memeragakannya terlebih dahulu dalam menjawab soal di satu kelompok.
Sebelum pembelajaran berakhir peneliti memberikan umpan balik terhadap
materi pembagian yang telah dipelajari, siswapun merespon dengan baik
pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan sebagai penguat dan meluruskan
kesalahfahaman siswa dalam memahami materi tersebut, setelah itu peneliti
memberikan kesimpulan terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari.
Pertemuan ketiga yaitu pada hari rabu tanggal 30 mei 2018 peneliti
kembali melakukan penelitian dan memberikan perlakuan kedua yaitu
pemberian materi mengenai mengenal sifat pembagian dengan bilangan 1 dan
menyelesaikan soal-soal cerita yang menggunakan pembagian, sama seperti
pertemuan sebelumnya siswa-siswa terlihat tidak bersabar untuk memulai
pelajaran. Pada pertemuan ketiga ini peneliti diberi waktu penuh untuk meneliti
karena siswa-siswi telah selesai melakukan ulangan semester genap. Peneliti
kembali membagi siswa-siswa menjadi beberapa kelompok kecil dan memulai
pelajaran. Proses pembelajaran peneliti mulai dengan membuka pelajaran
dengan memberikan motivasi-motivasi kepada siswa, mengulang kembali
49
materi yang telah peneliti ajarkan, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari. Setelah itu, peneliti menjelaskan dan memberikan
pemahaman kepada siswa mengenai materi mengenal sifat pembagian dengan
bilangan 1 dan menyelesaikan soal-soal cerita yang menggunakan pembagian.
Materi mengenal sifat pembagian dengan bilangan 1 peneliti ajarkan dengan
menuliskan soal pada papan tulis kemudian mengambil biji congklak sesuai
dengan soal yang ada dipapan tulis dan dibagi berdasarkan soal pembagi yang
telah peneliti sajikan pada papan tulis. Misalnya, soal yang peneliti berikan
adalah menentukan hasil pembagian dari 3 : 1, maka peneliti mengambil 3 biji
congklak sembari mengarahkan siswa untuk mengikuti setiap tahap yang
peneliti lakukan dan mengaplikasikannya ke papan congklak yakni membagi 3
biji congklak ke dalam 1 lubang papan congklak sebanyak 3 kali, setiap langkah
pembagian peneliti tuliskan pada papan tulis yaitu menuliskan 3 dikurangi 1
sebanyak 3 kali secara berulang sampai habis (3-1=2, 2-1=1, 1-1=0), sehingga
didapatkan hasil dari 3 : 1 = 3. Contoh kedua misalkan 3 : 3, maka peneliti
mengambil 3 biji congklak kemudian membaginya ke dalam 3 lubang pada
papan congklak sebanyak 1 kali, setiap langkah pembagian peneliti tuliskan pada
papan tulis yaitu menuliskan 3 dikurangi 3 sebanyak 1 kali secara berulang
sampai habis (3-3=0) sehingga didapatkan hasil 3 : 3 = 1. Setelah itu peneliti
memberikan waktu untuk siswa bertanya mengenai materi yang mereka belum
fahami. Selanjutnya peneliti memberikan materi kedua yakni menyelesaikan
soal-soal cerita yang menggunakan pembagian. Pertama, peneliti membacakan
soal dan menuliskan inti-inti dari soal cerita tersebut kemudian
50
menyelesaikannya dengan mengaplikasikan soal tersebut menggunakan alat
peraga congklak. Tahapan penyelesaian soal peneliti ajarkan dengan cara yang
sama seperti perlakuan sebelumnya.
Siswa-siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran dan terlihat
memahami materi yang peneliti berikan. Hal ini dapat peneliti lihat dari respon
siswa saat peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
dipelajari. Setelah peneliti memberikan penjelasan terhadap materi mengenal
sifat pembagian dengan bilangan 1 dan menyelesaikan soal-soal cerita yang
menggunakan pembagian, peneliti membagikan lembaran soal untuk setiap
kelompok dan dikerjakan menggunakan alat peraga congklak.
Penelitian dengan mengguakan alat peraga congklak ini bukan hanya
menarik perhatian siswa kelas II untuk belajar, tetapi juga dapat menarik
perhatian para siswa kelas lain untuk belajar menggunakan alat peraga tersebut.
Hal ini dapat peneliti lihat dari ketertarikan kelas lain yang ingin diajarkan
menggunakan alat peraga congklak.
Pertemuan keempat yaitu pada hari kamis tanggal 31 mei 2018 peneliti
memberikan posttest yakni memberikan tes kembali kepada siswa sebagai bahan
evaluasi untuk mengetahui perkembangan ataupun peningkatan hasil belajar
siswa setelah diberikan perlakuan berupa mengajar menggunakan alat peraga
congklak. Pada pertemuan ini peneliti menggunakan jam pertama untuk
mengetes kembali siswa-siswi perindividu secara acak dan bergiliran. Peneliti
mempersiapkan 5 buah congklak, setiap congklak diperagakan oleh satu orang
siswa dan setiap siswa mendapatkan satu butir soal secara acak, kemudian
51
menjawab soal dengan memeragakannya menggunakan congklak. Kemudian
jam kedua peneliti gunakan untuk memberikan posttest kepada siswa.
Berdasarkan hasil posttest peneliti mendapatkan data nilai terendah adalah 46,
nilai tertinggi 96, dan rata-rata siswa 70,048.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t berpasangan pada taraf
signifikan 5% diperoleh bahwa nilai tobs = 9,820 dan ttabel = 1,725 sehingga tobs >
ttabel, dengan demikian H0 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa “penerapan
alat peraga congklak efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa
pada materi pembagian.
Selain itu, peneliti juga melakukan analisis efektivitas untuk mengetahui
tingkat keefektifan penerapan alat peraga congklak yang telah dilakukan. Hasil
pengujian didapatkan bahwa terdapat 18 dari 21 siswa yang mendapatkan nilai
lebih dari nilai yang telah peneliti tentukan yakni 65, sehingga ketuntasan
belajar mencapai 85,71%. Berdasarkan tabel 3.2 yang telah peneliti paparkan,
maka dapat diketahui bahwa analisis efektivitas hasil belajar siswa termasuk ke
dalam kategori sangat efektif.
Berdasarkan data hasil nilai pretest dan posttest penelitian ini dikatakan
berhasil karena terdapat peningkatan hasil belajar secara signifikan antara rata-
rata hasil belajar pretest yakni 29,714 dan hasil belajar posttest yakni 70,048.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh gambaran yang jelas
bahwa penggunaan alat peraga efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian para ahli yang mengatakan bahwa
pendidikan yang hanya melibatkan indera pendengaran saja, maka materi
52
pelajaran yang dapat diserap hanya meliputi 15% saja, sedangkan jika ditambah
indera penglihatan, maka akan dapat menyerap materi pelajaran sebanyak 35-
50%, dan jika menggunakan indera penglihatan, pendengaran ditambah indera
penggerak dan menggunakan pikiran, maka materi yang dapat diserap akan lebih
banyak lagi yakni antara 80-90%.40 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori
Piaget yang menyatakan bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) termasuk ke dalam
tahap operasional kongkret (usia 2-7 tahun), dimana anak sudah mampu berpikir
rasional untuk menyelesaikan masalah yang bersifat aktual.41 Artinya pada tahap
ini guru dapat memberikan objek-objek yang nyata untuk menjelaskan konsep
matematika yang bersifat abstrak. Dengan menggunakan alat peraga dalam
proses pembelajaran, berarti guru dapat memberikan pengalaman belajar kepada
siswa mulai dari sesuatu yang bersifat konkret menuju sesuatu yang bersifat
abstrak. Maka, alat peraga sangat diperlukan sebagai sarana dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini
selaras dengan hasil penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Prima Nataliya
(2015) dimana penggunaan media pembelajaran permainan tradisional congklak
efektif dalam meningkatkan kemampuan berhitung siswa SD seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, karena terdapat
peningkatan rata-rata kemampuan berhitung siswa SD setelah diberikan media
pembelajaran permainan tradisional congklak. Biji-biji congklak yang
merupakan benda konkret dapat membantu siswa untuk menyelesaikan soal
40 Binti Maunah, Ilmu…, hlm. 59. 41 Sutarto dan Syarifuddin, Desain…, hlm. 38.
53
berhitung sehingga menunjang kemampuan anak dalam berhitung sesuai dengan
tahap perkembangannya.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alat peraga congklak terbukti
efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi
pembagian didalam kelas. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis posttest
menggunakan uji t berpasangan menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (9,820 >
1,725) pada taraf signifikansi 5% atau (α = 0,05). Selain itu, berdasarkan nilai
rata-rata menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar secara
signifikan antara rata-rata hasil belajar pretest yakni 29,714 dan hasil belajar
posttest yakni 70,048.
Penerapan alat peraga congklak dalam proses pembelajaran matematika
pada materi pembagian termasuk dalam kategori sangat efektif. Hal ini
berdasarkan pada hasil perhitungan analisis efektivitas dengan menggunakan
rumus ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KBs). Hasil analisis berdasarkan
KBs didapatkan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 85,71
(kategori sangat efektif), sedangkan kategori tingkat efektivitas dianalisis
berdasarkan penilaian dengan skor standar.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini maka
dapat disimpulkan bahwa “penerapan alat peraga congklak efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pembagian.”
54
55
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada
guru mata pelajaran matematika dan peneliti lainnya sebagai bahan/acuan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, sebagai berikut:
1. Bagi guru MI Riyadhussolihin Thohir Yasin khususnya guru mata pelajaran
matematika agar lebih kreatif lagi dalam membelajarkan matematika didalam
kelas. Penggunakan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan khususnya
pada materi pembagian.
2. Alat peraga congklak ini dapat dijadikan sebagai alat peraga yang efektif
dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
3. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut diharapkan mempersiapkan
waktu yang cukup lama serta rencana yang matang dan menggali lebih
mendalam lagi mengenai hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Andarini. Permainan Tradisional. Jakarta: CV. Ghina Walafa, 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010. Astuti, Alfira Mulya. Statistika Penelitian. Mataram: Insan Madani Publishing
Mataram, 2016. Azwar, Saifuddin. Tes Prestasi Fungsi Dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Budiyono. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS (UNS Press), 2009. Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT Reflika Aditama, 2014.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Haq, Saidah Nurul. “Pengaruh Permainan Dakon Terhadap Kemampuan Berhitung
Siswa Kelas 1 di SD Bandardawung Tawangmangu Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017.
Hidayat. Pengertian Efektivitas. dalam https//dansite.wordpress.com/, diakses
tanggal 11 April 2018, pukul 21.48. Hidayat, Asep. “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.
Kurniati, Euis. Permainan Tradisional dan Perannya dalam Mengembangkan
Keterampilan Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group, 2016. Maunah, Binti. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009, cet. ke-1. Musfiqon, HM. Pengembangan Media Dan Sumber Belajar. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2012. Nataliya, Prima. “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Permainan
Tradisional Congklak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Siswa Sekolah Dasar”. JIPT, Vol. 03, Nomor 02, Januari 2015.
Nurhayati, Kabut Amrita, dkk. “Pengembangan Media Permainan Congklak Matematika untuk Mengefektifkan Penyampaian Materi KPK dan FPB Kelas IV di Sekolah Dasar”. Dinamika Pendidikan Dasar, Vol. 8, Nomor 1, Maret 2016.
Nurman, Muhammad. Evaluasi Pendidikan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram, 2015. Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Putra, Andy Surya, dkk. “Peningkatan Kapasitas Working Memory melalui
Permainan Congklak pada Siswa Sekolah Dasar”. Psikologi. Vol. 44, Nomor 1, Agustus 2017.
Runtukahu, J. Tombokan dan Selpius Kandou. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
cv, 2010. Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: PT Reflika Aditama, 2014. Sundaya, Rostiana. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.
Bandung: Alfabeta, cv, 2016. Sutarto dan Syarifuddin. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Samudra
Biru, 2013. Uzmi, Jannatul. “Peggunaan Alat Peraga Congklak pada Mata Pelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN 37 Mataram Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi, Universitas Mataram, Mataram, 2016.
Widiastuti, Henti. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Melakukan Operasi
Perkalian Melalui Permainan Dakon dan Kartu Warna pada Siswa Kelas II MI MUHAMMADIYAH SELO, HARGOREJO, KOKAP, KULON PROGO TAHUN AJARAN 2013/2014”. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014.
Zahar, Iwan. Belajar Matematikaku Pembelajaran Matematika Secara Visual dan
Kinestetik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009.
Lampiran-Lampiran
2
3
Pemetaan Standar Isi Nama Sekolah : MI RiyadhussolihinThohir Yasin
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/2
2
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
Materi
Pokok
Ruang
Lingkup
Alok
asi
Wak
tu 1 2
1. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
1.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
- Memahami arti perkalian sebagai penjumlahan berulang.
- Menentukan hasil perkalian dua bilangan.
- Menunjukkan sifat pertukaran pada perkalian dengan penjumlahan berulang.
- Mengingat fakta perkalian dua bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
- Menentukan hasil kali dengan bilangan satu dan bilangan nol.
- Menyelesaikan
soal cerita yang
menggunakan
perkalian
bilangan yang
hasilnya dua
angka.
- Operasi perkalian bilangan.
√ 2
0 x 35’
3
1.2 Melakukan pem-bagian bilangan dua angka
- Menentukan suatu pembagian sebagai pengurangan berulang sampai habis.
- Menentukan pembagian sebagai kebalikan perkalian.
- Menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yang dibagi 1 angka dan pembagi 1 angka.
- Menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yang dibagi 2 angka dan pembagi 1 angka.
- Mengenal sifat pembagian dengan bilangan 1.
- Menyelesaikan soal-soal cerita yang menggunakan pembagian.
- Operasi pem-bagian bilangan
√
10 x 35’
1.3 Melakukan ope-rasi hitung cam-puran
- Menggunakan operasi hitung campuran yang melibatkan
- Operasi hitung campuran
√
10 x 35’
4
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
Materi
Pokok
Ruang
Lingkup
Alok
asi
Wak
tu 1 2
penjumlahan dan pengurangan.
- Menggunakan operasi hitung campuran yang melibatkan perkalian dan pembagian.
- Menyelesaikan soal cerita yang melibatkan operasi hitung campuran.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah/Madrasah : MI Riyadhussolihin Thohir Yasin
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 Jam Pelajaran)
A. Standar kompetensi
1. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
B. Kompetensi dasar
1.2 melakukan pembagian bilangan dua angka.
C. Indikator pencapaian
1. Menentukan suatu pembagian sebagai penguragan berulang.
2. Menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yang dibagi 1 angka
dan pembagi 1 angka.
3. Menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yang dibagi 2 angka
dan pembagi 1 angka.
D. Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan suatu pembagian sebagai pengurangan berulang
sampai habis.
2. Siswa dapat menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yag
dibagi 1 angka, dan pembagi 1 angka.
3. Siswa dapat menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bialngan yang
dibagi 2 angka, dan pembagi 1 angka.
E. Materi pokok
Operasi pembagian bilangan
F. Metode pembelajaran
Diskusi kelompok, demonstrasi, dan penugasan
2
G. Alat dan sumber belajar
1. Alat : Alat Peraga Congklak.
2. Sumber belajar : Buku Paket dan LKS Matematika Kelas II.
H. Langkah-langkah pembelajaran
1. Kegiatan pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam dan berdo’a.
b. Guru memeriksa kehadiran, dan memeriksa kenyamanan dalam kelas.
c. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
d. Memberikan pemahama kepada siswa mengenai pengertian pembagian.
e. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang megaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
f. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
2. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1) Guru membagi siswa menjadi beberapakelompok kecil yang
beranggotakan 4-5 siswa.
2) Guru memberikan informasi agar siswa dapat menjelaskan tentang
pengertian pembagian bilangan.
3) Guru memberikan informasi agar siswa dapat menjelaskan tentang
pembagian sebagai operasi pengurangan berulang sampai habis dengan
memperagakannya menggunakan permainan congklak.
4) Guru memberikan informasi agar siswa dapat memahami pembagian
suatu bilangan satu angka dengan bilangan satu angka dengan
memperagakannya menggunakan permainan congklak.
5) Guru memberikan informasi agar siswa dapat memahami pembagian
suatu bilangan dua angka dengan bilangan satu angka dengan
memperagakannya menggunakan permainan congklak.
6) Guru memfasilitasi terjadinya iteraksi antarsiswa serta antara siswa
dengan guru, ligkungan, dan sumber belajar lainnya.
3
b. Elaborasi
1) Melalui diskusi dan tanya jawab, siswa dapat memahami pembagian
sebagai operasi pengurangan berulang sampai habis, memahami
pembagian suatu bilangan
2) Melalui metode demonstrasi,siswa dapat membuktikan pembagian
sebagai operasi pengurangan berulang sampai habis dan dapat
menentukan pembagian suatu bilangan dengan menggunakan alat
peraga congklak.
3) Siswa dapat mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang pembagian
suatu bilangan pada buku LKS Matematika maupun buku penunjang
lainnya.
c. Konfirmasi
1) Guru melakukan tanya jawab bersama siswa mengenai hal-hal yang
belum difahami siswa.
2) Guru melakukan tanya jawab bersama siswa untuk meluruskan
kesalah pemahaman, memberikan penguatan da menyimpulkan.
3. Kegiatan penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa diminta untuk membuat rangkuman
materi.
b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
c. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remidi, program pengayaan, memberikan tugas, baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa.
d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
I. Penilaian hasil belajar
1. Teknik/Jenis : -
2. Bentuk instrumen : -
3. Instrumen/Soal : -
4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah/Madrasah : MI Riyadhussolihin Thohir Yasin
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 Jam Pelajaran)
A. Standar kompetensi
2. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
B. Kompetensi dasar
1.2 melakukan pembagian bilangan dua angka.
C. Indikator pencapaian
1. Mengenal sifat pembagian dengan bilangan 1.
2. Menyelesaikan soal-soal cerita yang menggunakan pembagian.
D. Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal sifat pembagian dengan bilangan 1.
2. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal cerita yang menggunakan pembagian.
E. Materi pokok
Operasi pembagian bilangan
F. Metode pembelajaran
Diskusi kelompok, demonstrasi, dan penugasan
G. Alat dan sumber belajar
1. Alat : Alat Peraga Congklak.
2. Sumber belajar : Buku Paket dan LKS Matematika Kelas II.
H. Langkah-langkah pembelajaran
1. Kegiatan pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam dan berdo’a.
b. Guru memeriksa kehadiran, dan memeriksa kenyamanan dalam kelas.
c. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untukmengikuti proses
pembelajaran.
2
d. Mengulang kembali materi pembagian sebelumnya.
e. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang megaitkan pengetahua
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
f. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
2. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4-5 siswa.
2) Guru memberikan informasi agar siswa dapat menjelaskan materi
sebelumnya.
3) Guru memberikan informasi agar siswa dapat memahami pembagian
suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri dengan memeragakannya
menggunakan permainan congklak.
4) Guru memberikan informasi agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal
cerita yang berkaitan dengan pembagian dengan memeragakannya
menggunakan permainan congklak.
5) Guru memfasilitasi terjadinya iteraksi antarsiswa serta antara siswa
dengan guru, ligkungan, dan sumber belajar lainnya.
b. Elaborasi
1) Melalui diskusi dan tanya jawab, siswa dapat memahami pembagian
suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri dan dapat menyelesaikan
soal-soal cerita yang berkaitan dengan pembagian.
2) Melalui metode demonstrasi, siswa dapat membuktikan pembagian
suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri dan dapat menyelesaikan
soal-soal cerita yang berkaitan dengan pembagian dengan
menggunakan alat peraga congklak.
3) Siswa dapat mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang pembagian
suatu bilangan pada buku LKS Matematika maupun buku penunjang
lainnya.
3
c. Konfirmasi
1) Guru melakukan tanya jawab bersama siswa mengenai hal-hal yang
belum difahami siswa.
2) Guru melakukan tanya jawab bersama siswa untuk meluruskan
kesalah pemahaman, memberikan penguatan da menyimpulkan.
3. Kegiatan penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa diminta untuk membuat rangkuman
materi.
b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
c. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remidi, program pengayaan, memberikan tugas, baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa.
d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
I. Penilaian hasil belajar
1. Teknik/Jenis : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Tes Uraian.
3. Instrumen/Soal :
1. Tentukan bentuk pembagian dari 30 − 6 − 6 − 6 − 6 − 6 = 0!
2. Tentukan hasil dari 9 : 3!
3. Tentukan nilai dari pembagian 36 : 6!
4. Tentukan hasil pembagian berikut!
a) 14 : 1
b) 55 : 55
5. Jumlah siswa kelas dua adalah 28 siswa.
Siswa-siswa tersebut akan dibentuk menjadi 4 kelompok belajar yang
terdiri dari beberapa siswa. berapa banyak siswa tiap kelompok belajar?
4
Kisi-Kisi Dalam Pembuatan Soal Pembagian
No. Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
Nomor
Soal Skor Soal
Sumber
Instrumen
1 1. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
1.2 Melakukan
pembagian
dua angka
Menentukan suatu pembagian sebagai pegurangan berulang sampai habis. 1 15
1. Tentukan bentuk dan hasil
pembagian sebagai
pengurangan berulang dari
36 : 6!
Buku
matematika
kelas II
untuk SD/MI
Semester 2
Menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yang dibagi 1 angka dan pembagi 1 angka.
2 15
2. Tentukan hasil dari 9 : 3!
Buku
matematika
kelas II
untuk SD/MI
Semester 2
Menentukan hasil pembagian suatu bilangan, bilangan yang dibagi 2 angka dan pembagi 1 angka.
3 15
3. Tentukan nilai dari
pembagian 24 : 6!
Buku
matematika
kelas II
untuk SD/MI
Semester 2
3
Mengenal sifat pembagian dengan bilangan 1.
4 30
4. Tentukan hasil pembagian
berikut!
a) 14 : 1
b) 55 : 55
Buku
matematika
kelas II
untuk SD/MI
Semester 2
Menyelesaikan
soal-soal cerita yang
menggunakan
pembagian.
5 25
5. Jumlah siswa kelas dua
adalah 28 siswa.
Siswa-siswa tersebut akan
dibentuk menjadi 4
kelompok belajar yang
terdiri dari beberapa siswa.
berapa banyak siswa tiap
kelompok belajar?
Buku
matematika
kelas II
untuk SD/MI
Semester 2
Instrumen Penelitian
1. Tentukan bentuk dan hasil pembagian sebagai pengurangan berulang dari 36 :
6!
2. Tentukan hasil dari 9 : 3!
3. Tentukan nilai dari pembagian 24 : 6!
4. Tentukan hasil dari pembagian berikut!
a) 14 : 1
b) 55 : 55
5. Jumlah siswa kelas dua adalah 28 siswa.
Siswa-siswa tersebut akan dibentuk menjadi 4 kelompok belajar yang terdiri dari
beberapa siswa. Berapa banyak siswa tiap kelompok belajar?
KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
No. Jawaban Skor Jumlah skor
1 Diketahui:
36 : 6
Ditanya:
Bentuk dan hasil pembagian
sebagai pengurangan berulang
Jawab:
Bentuk pembagian dari 36 : 6
adalah
→ 36 − 6 = 30
→ 30 − 6 = 24
→ 24 − 6 = 18
→ 18 − 6 = 12
→ 12 − 6 = 6
→ 6 − 6 = 0
Karena terdapat 6 kali
pengurangan berulang, maka
hasil dari 36 : 6 = 6
1
1
1
1
1
5
5
15
2 Diketahui:
9 : 3
Ditanya:
Hasil pembagian
Jawab:
9 : 3 sama artinya dengan
→ 9 − 3 = 6
→ 6 − 3 = 3
→ 3 − 3 = 0
1
1
1
1
1
5
15
Karena terdapat 3 kali
pegurangan berulang, maka nilai
dari 9 : 3 adalah 3
5
3 Diketahui:
24 : 6
Ditanya:
Nilai pembagian
Jawab:
24 : 6 sama artinya dengan
→ 24 − 6 = 18
→ 18 − 6 = 12
→ 12 − 6 = 6
→ 6 − 6 = 0
Karena terdapat 4 kali
pegurangan berulang, maka nilai
dari 24 : 6 adalah 4
1
1
1
1
1
5
5
15
4 a. Diketahui: 14 : 1
Ditanya:
Hasil pembagian
Jawab:
14: 1 sama artinya dengan
→ 14 − 1 = 13
→ 13 − 1 = 12
→ 12 − 1 = 11
→ 11 − 1 = 10
→ 10 − 1 = 9
→ 9 − 1 = 8
→ 8 − 1 = 7
1
1
1
1
1
5
30
→ 7 − 1 = 6
→ 6 − 1 = 5
→ 5 − 1 = 4
→ 4 − 1 = 3
→ 3 − 1 = 2
→ 2 − 1 = 1
→ 1 − 1 = 0
Karena terdapat 14 kali
pengurangan berulang, maka
nilai dari 14 : 1 = 14
b. Diketahui: 55 : 55
Ditanya:
Hasil dari pembagian
Jawab:
55 : 55 sama artinya dengan
→ 55 − 55 = 0
Karena terdapat 1 kali
pengurangan berulang, maka
nilai dari 55 : 55 = 1
5
1
1
1
1
1
5
5
5 Diketahui :
Jumlah siswa kelas 2 = 28
akan dibagi menjadi 4 kelompok
Ditanya :
Berapa banyak siswa tiap
kelompok belajar?
Jawab :
28 : 4 sama artinya dengan
→ 28 − 4 = 24
→ 24 − 4 = 20
1
2
2
1
2
1
25
→ 20 − 4 = 16
→ 16 − 4 = 12
→ 12 − 4 = 8
→ 8 − 4 = 4
→ 4 − 4 = 0
Karena terdapat 7 kali
pengurangan berulang, maka
nilai dari 28 : 4 = 7
10
6
Jumlah Skor 100
Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Hasil Belajar Siswa
1. Uji normalitas data pretest hasil belajar siswa
Untuk menguji normalitas data hasil belajar pretest siswa peneliti
menggunakan metode liliefors, adapun langkah-langkah pengujian normalitas
data hasil belajar pretest siswa adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Menentukan taraf signifikan
Taraf signifikan dalam penelitian ini adalah:
𝛼 = 0,05
c. Menentukan statistik uji
Statistik uji dalampenelitian ini adalah
L = Maks |F(zi) – S(zi)|;
Dengan F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1); dan S(zi) = proporsisi cacah Z ≤ zi
terhadap zi
d. Komputasi
Komputasi dalam penelitian ini menggunakan program Excel. Berdasarkan
hasilperhitungan diperoleh rata-rata = 29,714, standar deviasi = 21,091, dan
L = Maks |F(zi) – S(zi)| = 0,154.
e. Daerah kritis
Daerah kritis dalam penelitian ini adalah: DK = {L|Lobs > Ltabel}
Berdasarkan perhitungan menggunakan program Excel diperoleh L0,05,21 =
0,187, DK = {L|L > 0,187}, Lobs = 0,154.
f. Menentukan keputusan uji
Keputusan uji dalam penelitian ini adalah:
Jika Lobs > Ltabel, maka H0 ditolak
Jika Lobs < Ltabel, maka H0 diterima
Berdasarkan perhitungan menggunakan Excel diperoleh Lobs < Ltabel, maka H0
diterima
g. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah peneliti paparkan dapat diketahui bahwa H0
diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji normalitas data posttest hasil belajar siswa
Untuk menguji normalitas data hasil belajar posttest siswa peneliti
menggunakan metode liliefors, adapun langkah-langkah pengujian normalitas
data hasil belajar posttest siswa adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Menentukan taraf signifikan
Taraf signifikan dalam penelitian ini adalah:
𝛼 = 0,05
c. Menentukan statistik uji
Statistik uji dalam penelitian ini adalah:
L = Maks |F(zi) – S(zi)|;
Dengan F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1); dan S(zi) = proporsisi cacah Z ≤ zi
terhadap zi
d. Komputasi
Komputasi dalam penelitian ini menggunakan program Excel. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh rata-rata = 70,048, standar deviasi = 10,107, dan
L = Maks |F(zi) – S(zi)| = 0,183.
e. Daerah kritis
Daerah kritis dalam penelitian ini adalah: DK = {L|Lobs > Ltabel}
Berdasarkan perhitungan menggunakan program Excel diperoleh L0,05,21 =
0,187, DK = {L|L > 0,187}, Lobs = 0,183.
f. Menentukan keputusan uji
Keputusan uji dalam penelitian ini adalah:
Jika Lobs > Ltabel, maka H0 ditolak
Jika Lobs < Ltabel, maka H0 diterima
Berdasarkan perhitungan menggunakan Excel diperoleh Lobs < Ltabel, maka H0
diterima.
g. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah peneliti paparkan dapat diketahui bahwa H0
diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji Hipotesis Data Hasil Belajar Siswa
Setelah semua persyaratan analisis dihitung, maka dapat dilakukan
analisis hipotesis untuk keperluan uji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji uji-t populasi tidak independen (populasi
berpasangan) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi
pembagian. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan uji t berpasangan yaitu:
1. Merumuskan hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: μ1 ≤ μ2 (penerapan alat peraga congklak tidak efektif dalam meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada materi pembagian).
Ha: μ1 ≥ μ2 (penerapan alat peraga congklak tidak efektif dalam meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada materi pembagian).
2. Taraf signifikan
Taraf signifikan dalam penelitian ini adalah: α = 0,05
3. Statistik uji
Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
t =D − d0
sd/√n ~t(n − 1)
Keterangan:
t = nilai t hitung
D = rata-rata selisih pengukuran X – Y
d0 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata)
Sd = deviasi baku dari D
n = jumlah sampel
4. Komputasi
D =847
21= 40,333
Sd2 =(21)(41.247) − (847)2
(21)(20)
=866.187 − 717.409
420
=148.778
420
Sd2 = 354,233
Sd = √354,233 = 18,821
tobs =D − d0
Sd√n
⁄
=40,333 − 0
18,821√21
⁄
=40,333
4,107= 9,820
ttabel => t0,05;20 = 1,725
5. Daerah kritis
Dk = {t | tobs > ttabel}
6. Kriteria keputusan untuk uji t
Berdasarkan hasil komputasi dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena tobs > ttabel.
7. Kesimpulan.
Karena H0 ditolak, maka alat peraga congklak efektif dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada materi pembagian.
Penilaian Dengan Skor Standar Untuk Menentukan Kategori Tingkat
Efektivitas Penerapan Alat Peraga Congklak
Rumus untuk menentukan kategori tingkat efektivitas penerapan alat peraga
congklak berdasarkan penilaian dengan skor standar:
(M+1,50s) < X ≤ Sangat efektif
(M+0,50s) < X ≤ (M+1,50s) Efektif
(M-0,50s) < X ≤ (M+0,50s) Cukup efektif
(M-1,50s) < X ≤ (M-0,50s) Kurang efektif
< X ≤ (M-1,50s) Tidak efektif
Keterangan:
M = Mean = 70,048
s = Standar Deviasi = 10,107
perhitungan:
1. M + 1,50s = 70,048 + (1,50 × 10,107)
= 70,048 + 15,160
= 85,208 dibulatkan menjadi 85
2. M + 0,50s = 70,048 + (0,50 × 10,107)
= 70,048 + 5,053
= 75,101 dibulatkan menjadi 75
3. M – 0,50s = 70,048 – (0,50 × 10,107)
= 70,048 – 5,053
= 64,995 dibulatkan menjadi 65
4. M – 1,50s = 70,048 – (1,50 × 10,107)
= 70,048 – 15,160
= 54, 888 dibulatkan menjadi 55
Jadi, kategori tingkat efektivitas penerapan alat peraga congklak
berdasarkan penilaian dengan skor standar adalah:
Nilai Kategori
85-100 Sangat Efektif
75-84 Efektif
65-74 Cukup Efektif
55-64 Kurang Efektif
0-54 Tidak Efektif