78
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. 1 Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ- organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara- negara yang sedang berkembang ,seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi. Keganasan efusi pleuramerupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura 1

Efusi Pleura Masif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: Efusi Pleura Masif

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura

bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.1

Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas

paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-

organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi

pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi

darah.2

Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal

jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di

negara-negara yang sedang berkembang ,seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh

infeksi. Keganasan efusi pleuramerupakan salah satu komplikasi yang biasa

ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru

dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat

dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementara 5%

kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan

sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akanmengalami efusi pleura.2

Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura

ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap

penyebabnya sehingga hasilnya akan memuaskan.2

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan

menyajikan informasi mengenai efusi pleura agar dapat menjadi bahan masukan

kepada diri penulis dan kita semua sehingga dapat mendiagnosis serta

memberikan terapi yang tepat pada penderita efusi pleura.

1

Page 2: Efusi Pleura Masif

BAB 2PRESENTASI KASUS

2.1 Identitas pasien

Nama : Tn. Y

Umur : 41tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Sabu Tunong, Nagan Raya

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Aceh

Status : Menikah

No. CM : 103966xx

Tanggal Pemeriksaan : 04 Maret 2015

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

Sesak Nafas

Keluhan Tambahan:

Batuk, demam, nafsu makan dan berat badan menurun

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien rujukan dari Meulaboh datang ke RSUZA dengan keluhan utama

sesak nafas dan sudah terpasang WSD sejak 3 hari sebelum masuk RSUZA.

Keluhan sesak tersebut bersifat terus menerus dan memberat dalam 2 hari

terakhir. Sesak berhubungan dengan aktivitas, keluhan sesak berkurang jika

pasien beristirahat terutama dengan posisi miring ke kanan dan dengan

menggunakan 2 bantal. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang sudah

dialami sejak 1 bulan terakhir. Dahak berwarna putih kekuningan-kuningan

dengan volume ±15 cc. Batuk yang dialami pasien tidak disertai darah. Keluhan

ini juga disertai demam. Demam yang dialami pasien bersifat naik turun dan tidak

terlalu tinggi. Demam tidak disertai menggigil. Pasien juga mengalami penurunan

2

Page 3: Efusi Pleura Masif

nafsu makan dan berat badan. Serta keringat pada malam hari. BAK (+) normal

dengan jumlah ±1500 cc dengan warna kuning jernih. BAB (+) normal.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien pernah menderita tuberkulosis paru 3 tahun lalu.

Riwayat DM (-), riwayat hipertensi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Pemakaian Obat:

Pasien telah meminum obat Rimstar ( Rifampisin, Pirazynamid, Isoniazid,

Etambutol) dan paracetamol.

Riwayat Kebiasaan Sosial:

Pasien tinggal di rumah dengan ukuran luas rumah ± 72 m2, yang

beranggotakan 6 orang dengan kamar memiliki ventilasi. Terdapat tetangga yang

mengalami sakit yang sama dengan pasien.

2.3 Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : E4 M6 V5

Tekanan Darah : 140/80 mmHg

Nadi : 96x/menit

Pernapasan : 28 x/menit

Suhu : 37, 9 °C

a. Kulit

Warna : Sawo Matang

Turgor : Cepat Kembali

Cyanosis : (-)

Icterus : (-)

Oedema : (-)

3

Page 4: Efusi Pleura Masif

b.Kepala

Rambut : Hitam, sukar dicabut

Wajah : Simetris, oedema (-), deformitas (-)

Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-)

sekret (-/-), refleks cahaya (+/+),Pupil isokor bulat 3 mm/3

mm

Telinga : Serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), Napas cuping hidung (-)

Mulut

- Bibir : Bibir kering (-), mukosa kering (-),sianosis (-)

- Lidah : Tremor (-), beslag (-), hiperemis (-).

- Tonsil : Hiperemis (-/- ) T1 – T1,

c. Leher

Inspeksi : Simetris, retraksi (+).

Palpasi : Pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-).

d. Thoraks

Thoraks depan

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan asimetris.

Tipe pernafasan : Abdominal-torakal

Retraksi : Interkostal (+)

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Normal Normal

Lap. Paru tengah Menurun Normal

Lap. Paru bawah Menurun Normal

Perkusi

4

Page 5: Efusi Pleura Masif

Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Sonor Sonor

Lap. Paru tengah Redup Sonor

Lap.Paru bawah Redup Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru tengah Vesikuler melemah Vesikuler

Lap.Paru bawah Vesikuler melemah Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)

Lap. Paru tengah Rh(+) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

Thoraks belakang

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan asimetris.

Tipe pernafasan : Thorako-abdominal

Retraksi : interkostal (+)

Palpasi

Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru Atas Normal Normal

Lap. Paru Tengah Normal Normal

Lap. Paru Bawah Normal Normal

Perkusi

5

Page 6: Efusi Pleura Masif

Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Sonor Sonor

Lap. Paru tengah Sonor Sonor

Lap.Paru bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap. Paru tengah Vesikuler melemah Vesikuler

Lap. Paru bawah Vesikuler melemah Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)

Lap. Paru tengah Rh(+) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

e. Jantung

- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

- Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V linea midclavicula 2 jari ke arah

lateral

- Perkusi : Batas-batas jantung

Atas: ICS II linea parasternal sinistra

Kiri : ICS V, dua jari lateral linea midclavicula

Kanan : linea parasternal kanan

- Auskultasi: BJ I > BJ II,regular, bising sistolik (+)

f. Abdomen

Inspeksi : Simetris, distensi (-), vena kolateral (-)

Palpasi : Nyeri Tekan (-), defans muscular (-)

Hepar : tidak teraba

6

Page 7: Efusi Pleura Masif

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), Undulasi (-)

Auskultasi : Peristaltik (+) N

g. Tulang Belakang: Simetris

h. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)

i. Ekstremitas:

Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Pucat - - - -

Sianosis - - - -

Oedema - - - -

2.4 Kondisi Pasien

Gambar 2.1 Pasien dengan WSD sudah dilepas

2.5 Pemeriksaan Penunjang

7

Page 8: Efusi Pleura Masif

2.5.1 Foto Thoraks

Tanggal : 08 Februari 2015

Gambar 2.2 Foto Thorak Tn.Y

Kesan:

a. Cor : Tampak membesar ke kiri dan ke kanan

8

Page 9: Efusi Pleura Masif

b. Lung :Pulmo tampak infiltrat

Sinus phrenicocostalis kanan tertutup perselubungan, kiri tajam

Tampak perselubungan homogen di sisi lateral hemitoraks kanan

Tampak terpasang WSD di hemithoraks kanan.

c. Kesimpulan : Cardiomegali

Efusi pleura kanan

2.5.2 Foto CT- Scan Thoraks

Tanggal : 16 Februari 2015

9

Page 10: Efusi Pleura Masif

Gambar 2.3 Foto CT- Scan Thorak Tn.Y

10

Page 11: Efusi Pleura Masif

Gambar 2.4 Foto CT- Scan Thorak Tn.Y

11

Page 12: Efusi Pleura Masif

Gambar 2.5 Foto CT- Scan Thorak Tn.Y

Kesan:

a. CT-Scan thoraks tanpa kontras:

Irisan axial, coronal, dan sagital tanpa kontras:

Paru kanan dan kiri tampak area hyperdens abnormal berbentuk

fibroinfiltrat dengan cavitas di paru kanan

Jantung tampak membesar dengan dan pembuluh darah besar normal

Pleura kanan menebal, tampak efusi pleura kanan

Dinding thoraks tampak swelling di soft tissue

Aorta normal

Esophagus normal

Trachea di tengah dengan diameter yang normal

Main bronchus kanan dan kiri normal

Carina trachealis normal

Vertebra dan costa normal

Tak tampak pembesaran kelenjar

Hepar normal

Tidak tampak cairan di cavum abdomen

Supra renal normal

Tampak WSD di hemithorax dextra

Kesimpulan:

TB paru dengan efusi pleura dextra yang telah mengalami organisasi

(pleura peal dextra)

Soft tissue swelling

LVD, LAD, RVD

b. CT-Scan thoraks dengan kontras:

Irisan axial, coronal, dan sagital dengan kontras:

12

Page 13: Efusi Pleura Masif

Paru kanan dan kiri tampak area hyperdens abnormal berbentuk

fibroinfiltrat dengan cavitas di paru kanan

Jantung tampak membesar dengan dan pembuluh darah besar normal

Pleura kanan menebal, tampak efusi kanan

Dinding thoraks tampak swelling di soft tissue

Aorta normal

Esophagus normal

Trachea di tengah dengan diameter yang normal

Main bronchus kanan dan kiri normal

Carina trachealis normal

Vertebra dan costa normal

Tak tampak pembesaran kelenjar

Hepar normal

Tidak tampak cairan di cavum abdomen

Supra-renal normal.

Tampak WSD di hemithorax dextra.

Pada pemberian kontras tampak kontras abnormal di daerah lesi.

Kesimpulan:

TB paru dengan efusi pleura dextra yang telah mengalami organisasi

(pleura peal dextra).

Soft tissue swelling

LVD, LAD, RVD

2.5.3 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 23 Februari 2015

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 13,4 g/dL* 14,0-17,0 g/dL

Hematokrit 42 %* 45-55 %

Eritrosit 4,7.106/mm3 4,7-6,1.106/mm3

13

Page 14: Efusi Pleura Masif

Leukosit 7,0.103/mm3 4,5-10,5.103/mm3

Trombosit 178.103U/L 150-450.103U/L

Hitung Jenis

Eosinofil 2 0-6%

Basofil 1 0-2%

Netrofil Segmen 63 5-70%

Limfosit 25 20-40%

Monosit 9* 2-8%

Kimia Klinik

Hati dan empedu

Protein total 6,9g/dL 6,4-8,3 g/dL

Albumin 2,8 g/dL* 3,5-5,2 g/dL

Globulin 4,10 g/dL

Elektrolit

Natrium 137 mmol/L 135-145 mmol/L

Kalium 3,5mmol/L 3,5-4,5 mmol/L

Klorida 104 mmol/L 90-110 mmol/L

Elektrolit

Natrium 136 135-145 mmol/L

Kalium 3,1* 3,5-4,5mmol/L

Diabetes

Glukosa darah sewaktu 144 <200 mg/dl

2.5.4 Pemeriksaan EKG

Tanggal : 13 Februari 2015

14

Page 15: Efusi Pleura Masif

Interpretasi EKG (2015)

Irama : Aritmia

Heart Rate : 100x/menit, reguler

Interval PR : 0,24 detik

Kompleks QRS : 0,12 detik

Regularitas : Reguler

Axis : Normal

Morfologi :

- Gelombang P : Normal

- Kompleks QRS : VES di lead I, II, dan III

- Gelombang R : Normal

- Gelombang Q patologis : LeadII

- T inverted : Negatif

- ST elevasi : Negatif

- ST depresi : Negatif

- Hipertrofi ventrikel : LVH (-), RVH (-)

Kesan : Aritmia, 100x/menit, q patologis di lead II, VES di lead I, II, dan III

2.6 Resume

Pasien atas nama Tn.Y rujukan dari Meulaboh datang ke RSUZA dengan

keluhan utama sesak nafas yang sudah terpasang WSD sejak 3 hari sebelum

masuk Rumah Sakit Zainal Abidin dengan keluhan utama sesak nafas dan pasien

tersebut mengeluhkan keluhan batuk berdahak yang dialami sejak 3 tahun

terakhir. Sesak tersebut juga dirasakan meberat apabila melakukan aktivitas dan

berkurang apabila saat beristirahat dengan posisi tidur miring ke kanan dengan

15

Page 16: Efusi Pleura Masif

memakai 2 atau 3 bantal. Batuk berdahak dirasakan pasien semakin memberat

saat tidur dimalam hari. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat malam hari

dan penurunan nafsu makan. Riwayat demam. Pada pemeriksaan umum

didapatkan kesadaran compos mentis, TD: 140/80mmHg, frekuensi nadi:

96x/menit, frekuensi napas: 28 x/menit, suhu: 37,9°C.

Foto Thorax PA+ Ct Scan Tanpa Kontras dan dengan kontras.

Kesimpulan: Efusi Pleura + Kardiomiogali

2.7 Diferensial Diagnosis

1. Efusi Pleura Dekstra + Cardiomegali

2. Pneumonia Lobaris Dekstra + Cardiomegali

3. Atelektasis Dekstra + Cardiomegali

2.8 Diagnosis Kerja

Efusi Pleura Dekstra+Cardiomegali

2.9 Terapi

Pada Paru:

- Inj. Metronidazole 500 mg/ 5 jam

- Rimstar (Rifampisin, Pyrazinamid, Isoniazid, Ethambutol) 1x4

- Curcuma tab 3x1

Pada Jantung:

- Inj. Farsix 1 Amp/8 jam

- Digoxin tab 1x1

- Simvastatin 1x20 mg

- Cardace 1x5 mg hanya pada malam saja

- Spironolakton 1x50 mg

- Recolven 2x1

2.10 Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

16

Page 17: Efusi Pleura Masif

Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

BAB 3TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum)

pleura yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc

cairan.Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleuraatau efusi pleura

adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang

berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.2

Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga pleura

ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura

viseralis dengan pleura parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru

(mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan mulus. Dalam keadaan

normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml. Cairan pleura

komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai

kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 gr/dl.1,2

Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura

antara lain darah, pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol

tinggi.1,2

17

Page 18: Efusi Pleura Masif

a. Hidrothoraks

Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam hal ini

penyakitnya disebut hidrothoraks dan biasanya ditemukan bilateral. Sebab-

sebab lain yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis hati dengan

asites, serta sebagai salah satu trias dari syndroma meig (fibroma ovarii, asites

dan hidrothoraks).

b. Hemothoraks 

Hemothoraks adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya terjadi

karena trauma toraks. Trauma ini bisa karena ledakan dahsyat di dekat

penderita, atau trauma tajam maupun trauma tumpul. Kadar Hb pada

hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah

hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini

mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil

oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya

darah tersebut berasal dari trauma dinding dada. Penyebab lainnya

hemotoraks adalah: 

Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan

darahnya ke dalam rongga pleura.

Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta)

yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.

Gangguan pembekuan darah, akibatnya darah di dalam rongga

pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah

dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. 

c. Empiema 

Bila karena suatu infeksi primer maupun sekunder cairan pleura patologis

iniakan berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut piothoraks atau

empiema. Pada setiap kasus pneumonia perlu diingat kemungkinan terjadinya

empiema sebagai salah satu komplikasinya. Empiema bisa merupakan

komplikasi dari: 

Pneumonia 

Infeksi pada cedera di dada 

18

Page 19: Efusi Pleura Masif

Pembedahan dada 

d. Chylothoraks 

Chylothoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah

bening pada rongga pleura. Adapun sebab-sebab terjadinya chylothoraks

antara lain :

Kongenital,sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus thorasikus, tapi

terdapat fistula antara duktus thorasikus rongga pleura.

Trauma yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau

pukulan pada dada (dengan/tanpa fratur). Yang berasal dari efek operasi

daerah thorakolumbal, reseksi esophagus 1/3 tengah dan atas, operasi leher,

operasi kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.

Obstruksi, karena limfoma malignum, metastasis karsinoma ke mediastinum,

granuloma mediastinum (tuberkulosis, histoplasmosis).

Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap

duktus thorasikus secara kombinasi. Disamping itu terdapat juga penyakit

trombosis vena subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan duktus thorasikus

dan menyebabkan kilotoraks.1,2

3.2 Anatomi dan fisiologi pleura

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis

dan parietalis.Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial,

jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat

tipis.Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis,

sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thoraks, diafragma, dan

mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan

dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi

sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus

paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis,

diantaranya :1,2,3

a) Pleura Visceralis

Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis <30mm.

Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-sel

19

Page 20: Efusi Pleura Masif

mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di

bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat

elastik. Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang

banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a.

Brakhialis serta pembuluh limfe menempel kuat pada jaringan paru.

Fungsinya untuk mengabsorbsi cairan pleura.

b) Pleura parietalis

Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat

(kolagen dan elastis). Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung

kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan

banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan

perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada

dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Mudah menempel dan lepas

dari dinding dada di atasnyaFungsinya untuk memproduksi cairan pleura

Gambar 3.1. Tampilan depan paru dan pleuranya

20

Page 21: Efusi Pleura Masif

Gambar 3.2 Gambaran Anatomi Pleura

3.3 Fisiologi

Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura

parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah

pemisahan thoraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek

yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran

satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan.

Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam

pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura

viseralis. Masing-masing dari kedua pleura merupakan membran serosa mesenkim

yang berpori-pori, dimana sejumlah kecil transudat cairan intersisial dapat terus

menerus melaluinya untuk masuk kedalam ruang pleura.

Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih

besar dari pada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan

permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis sehingga dalam

keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura.1

21

Page 22: Efusi Pleura Masif

Gambar 3.3 Terlihat dinamika pertukaran cairan dalam ruang pleura.

Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya

beberapa mililiter yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa

jumlah cairan pleura sebanyak 12-15 ml1. Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari

cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa

keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga

pleura kedalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan permukaan

lateral pleural parietalis3. Oleh karena itu, ruang pleura (ruang antara pleura

parietalis dan pleura visceralis) disebut ruang potensial, karena ruang ini

normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.1,2,3

3.4 Epidemiologi

Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus per 100.000 orang di

negara-negara industri, dengan distribusi etiologi terkait dengan prevalensi

penyakit yang mendasarinya.

Secara umum, kejadian efusi pleura adalah sama antara kedua jenis

kelamin. Namun, penyebab tertentu memiliki kecenderungan seks. Sekitar dua

pertiga dari efusi pleura ganas terjadi pada wanita. Efusi pleura ganas secara

signifikan berhubungan dengan keganasan payudara dan ginekologi. Efusi pleura

yang terkait dengan lupus eritematosus sistemik juga lebih sering terjadi pada

wanita dibandingkan pada pria.2

22

Page 23: Efusi Pleura Masif

3.5 Etiologi

Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 mL cairan, hal ini

memperlihatkan adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan

onkotik dalam pembuluh darah pleura viseral dan parietal dan drainase limfatik

luas. Efusi pleura merupakan hasil dari ketidakseimbangan tekanan hidrostatik

dan tekanan onkotik.2

Efusi pleura merupakan indikator dari suatu penyakit paru atau non

pulmonary, dapat bersifat akut atau kronis. Meskipun spektrum etiologi efusi

pleura sangat luas, efusi pleura sebagian disebabkan oleh gagal jantung kongestif,.

pneumonia, keganasan, atau emboli paru. Mekanisme sebagai berikut memainkan

peran dalam pembentukan efusi pleura:

Perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya, radang,

keganasan, emboli paru)

Pengurangan tekanan onkotik intravaskular (misalnya,

hipoalbuminemia, sirosis)

Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan pembuluh darah

(misalnya, trauma, keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat

hipersensitivitas, uremia, pankreatitis)

Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan

atau paru-paru (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava

superior)

Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi paru penuh

(misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma)

Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan lengkap, termasuk

obstruksi duktus toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma)

Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi di diafragma melalui

limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis peritoneal)

Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura viseral

Peningkatan tekanan onkotik di cairan pleura yang persisiten

menyebabkan adanaya akumulasi cairan di pleura

23

Page 24: Efusi Pleura Masif

Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberkulosis,

pneumonia, virus, bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus

ke rongga pleura), karena tumor dan trauma

3.6 Klasifikasi

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme

pembentukan cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau

eksudat. Transudat hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan

tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau

drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi

kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan eksudat.1,2,3

3.6.1 Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:

a. Transudat

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu

adalah transudat. Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara

tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga terbentuknya cairan

pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal

ini terjadi pada:

1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner

3. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura

4. Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:

a. Gagal jantung kiri (terbanyak)

b. Sindrom nefrotik

c. Obstruksi vena cava superior

d. Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma

atau masuk melalui saluran getah bening)

b. Eksudat

24

Page 25: Efusi Pleura Masif

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran

kapiler yang permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi

tinggi dibandingkan protein transudat. Bila terjadi proses peradangan

makapermeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel

mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran

cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling

sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai

pleuritis eksudativa tuberkulosa.Protein yang terdapat dalam cairan pleura

kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein

getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan

peningkatan konsentasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan

eksudat.

Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:

a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)

b. Tumor pada pleura

c. Iinfark paru

d. Karsinoma bronkogenik

e. Radiasi

f. Penyakit dan jaringan ikat/kolagen/SLE (Sistemic Lupus

Eritematosis)

25

Page 26: Efusi Pleura Masif

Gambar 3.4 Klasifikasiefusi pleura

3.7 Patofisiologi

Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga

pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi

oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi.

Kemampuan untuk reabsorpsinya dapatmeningkat sampai 20 kali. Apabila antara

produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat atau

reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.1,2,3,4

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara

cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura

dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi

yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial

submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga

pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena

adanya perbedaantekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan

kebanyakan diabsorpsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang

26

Page 27: Efusi Pleura Masif

diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan

cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel

mesothelial.1,2,3,4

Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan oleh peradangan.

Bila proses radang oleh kuman piogenik akanterbentuk pus/nanah, sehingga

terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar

pleura dapat menyebabkan hemotoraks. 1,2,3,4

penumpukan cairan pleura dapat terjadi bila:

Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan

pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum

Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung

kiri dan sindroma vena kava superior.

Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada

atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis.

Meningkatnya kadar proteindalam cairan pleura dapat menarik lebih

banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura

Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan

transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura

Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe

bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena

sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe, gangguan kontraksi

saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening.

Efusi pleura akanmenghambat fungsi paru dengan membatasi

pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada

ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara

perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul

dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan

menyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan

pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial

27

Page 28: Efusi Pleura Masif

Karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas

darah.

3.8 Manifestasi Klinis

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit

dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,

sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi

akan menentukan keparahan gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya

asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan,dan berat badan yang

menurun seperti pada efusi yang lain.1,2,3,4,5

Darianamnesadidapatkan :

a. Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi pada saat

permulaan pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah

cairan efusinya meningkat, terutama kalau cairannya penuh

b. Rasa berat pada dada

c. Batuk pada umumnya non produktif dan ringan, terutama apabila disertai

dengan proses tuberkulosis di parunya, Batuk berdarah pada karsinoma

bronchus atau metastasis

d. Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empiema

Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit)

a. Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal

b. Vokal fremitus menurun

c. Perkusi dull sampal flat

d. Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang

e. Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba

pada treakhea

Nyeri dada pada pleuritis :

Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan

diperberat oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri

dihasilkan dari pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari

28

Page 29: Efusi Pleura Masif

nervus intercostal. Nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya

pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah lain :

1. Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G.

Nervuis intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan

abdomen.

2. Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus

menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.

3.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuatdiagnosa efusi

pleura antara lain :4,5,6

Rontgen dada

Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan

untuk mendiagnosis efusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya

cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi

pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor,

adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas

parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.

USG Dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan.

Jumlahnya sedikit dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat

membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam

rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.

CT Scan Dada

CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan

dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam

menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan

adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini

tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.

29

Page 30: Efusi Pleura Masif

Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui

torakosentesis.

Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang

dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh

pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diuagnostik

maupun terapeutik.

Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan

posisi duduk. Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah paru di sela

iga v garis aksilaris mediadengan memakai jarum Abbocath nomor 14

atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500

cc pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi

berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat

menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru.

Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat.

Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena

adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan

aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.

Biopsi Pleura

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka

dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk

dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan

pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis

tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak

memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20%

penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab

dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi biopsi antara

lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada

dinding dada.

30

Page 31: Efusi Pleura Masif

Analisa cairan pleura

Untuk diagnostik cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :

1. Warna Cairan

Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-

xantho-ctrorne.Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada

trauma, infark paru, keganasan.adanya kebocoran aneurisma aorta.

Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya

empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena

ameba

2. Biokimia

Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Perbedaan Transudat Eksudat

- Kadar protein dalam efusi (g/dl)

- Kadar protein dalam efusi

Kadar protein dalam serum

- Kadar LDH dalam efusi (I.U)

- Kadar LDH dalam efusi

Kadar LDH dalam Serum

- Berat jenis cairan efusi

- Rivalta

< 3.

< 0,5

< 200

< 0,6

< 1,016

negatif

> 3.

> 0,5

> 200

> 0,6

> 1,016

positif

Di. samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia

diperiksakan juga pada cairan pleura :

- kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-

penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma

- kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan

metastasis adenokarsinoma.

-

3. Sitologi

31

Page 32: Efusi Pleura Masif

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk

diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis

atau dominasi sel-sel tertentu.

- Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksi akut.

- Sel limfosit : Menunjukkan adanya infeksi kronik

sepertipleuritis tuberkulosa atau limfomamalignum

- Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat,

inimenunjukkanadanyainfark paru. Biasanya juga ditemukan

banyak sel eritrosit.

- Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma

- Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid

- Sel L.E : Pada lupus eritematosus sistemik

4. Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung

mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan

empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman

yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan

dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli, Kleibsiella,

Pseudomonas, Entero-bacter.

Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam

hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.

Pemeriksaan Laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Cairan Pleura

Hitung sel total

Protein total

Laktat dahidrogenase

Hitung diferensial, hitung sel darah merah, sel

jaringan

Rasio protein cairan pleura terhadap seum > 0,5

menunjukkan suatu eksudat

Bila terdapat organisme, menunjukkan empiema

32

Page 33: Efusi Pleura Masif

Pewarnaan Gram dan

tahan asam

Biakan

Glukosa

Amylase

pH

Sitologi

Hematokrit

Komplemen

Preparat sel LE

Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur dan

mikobakteria harus ditanam pada lempeng

Glukosa yang rendah (< 20 mg/dL) bila gula darah

normal menunjukkan infeksi atau penyakit reumatoid

Meningkat pada pankreatitis, robekan esofagus

Efusi parapneumonik dengan pH > 7,2 dapat

diharapkan untuk sembuh tanpa drainase kecuali bila

berlokusi. Keadaan dengan pH < 7,0 menunjukkan

infeksi yang memerlukan drainase atau adanya

robekan esophagus.

Dapat mengidentifikasineoplasma

Pada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat

membantu membedakan hemotoraks dari torasentesis

traumatik

Dapat rendah pada lupus eritematosus sistemik

Bila positif, mempunyai korelasi yang tinggi dengan

diagnosis lupus aritematosus sistemik

Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber

cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-

kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain.

33

Page 34: Efusi Pleura Masif

Scanning Isotop

Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli

paru.

Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)

Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau

tuberculosis pleura.Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding

dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan

dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat

kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan

beberapa biopsy.

3.10 Diagnosa

Anamnesis dan gejala klinis

Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita

membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur

miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke

sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat

ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan

yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung

selain melebar dan kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal

melemah, redup sampai pekak pada perkusi, dan suara napas lemah atau

menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat. Bila

tidak ada pendorongan, sangat mungkin disebabkan oleh keganasan

Pemeriksaan radiologik

Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam

mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam

menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan yang kurang

dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atras

300 ml.

34

Page 35: Efusi Pleura Masif

Foto toraks dengan posisi Posterioe Anterior akan memperjelas

kemungkinan adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak

perselubungan masif dengan pendorongan jantung dan mediastinum ke sisi

yang sehat.

Torakosentensi

Tujuan torakosentesis (punksi pleura) di samping sebagai diagnostik

juga sebagai terapeutik.

3.11 Penatalaksanaan

Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan

pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam

pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah

sebagai berikut :1,2,3,4,5,6

1. Obati penyakit yang mendasarinya

a. Hemotoraks

Jika darah memasuki rongga pleurahempotoraks biasanya

dikeluarkan melalui sebuah selang.Melalui selang tersebut bisa

juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah

(misalnya streptokinase dan streptodornase).Jika perdarahan terus

berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang,

maka perlu dilakukan tindakan pembedahan

b. Kilotoraks

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki

kerusakan saluran getah bening.Bisa dilakukan pembedahan atau

pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran

getah bening.

c. Empiema

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran

nanah.Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam

bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan

sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang

35

Page 36: Efusi Pleura Masif

selang yang lebih besar.Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk

memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).

d. Pleuritis TB.

Pengobatan dengan obat-obat antituberkulosis (Rimfapisin, INH,

Pirazinamid/Etambutol/Streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan.

Dosis dan cara pemberian obat seperti pada pengobatan

tuberkulosis paru. Pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat

diserap kembalai, tapi untuk menghilangkan eksudat ini dengan

cepat dapat dilakukan torakosentesis.Umumnya cairan diresolusi

dengan sempurna, tapi kadang-kdang dapat diberikan

kortikosteroid secara sistematik (Prednison 1 mg/kgBB selama 2

minggu, kemudian dosis diturunkan).2

2. Torakosentesis

keluarkan cairan seperlunya hingga sesak - berkurang (lega);

jangan lebih 1-1,5 liter pada setiap kali aspirasi. Zangelbaum dan Pare

menganjurkan jangan lebih 1.500 ml dengan waktu antara 20-30 menit.

Torakosentesis ulang dapat dilakukan pada hari berikutnya. Torakosentesis

untuk tujuan diagnosis setiap waktu dapat dikerjakan, sedangkan untuk

tujuan terapeutik pada efusi pleura tuberkulosis dilakukan atas beberapa

indikasi.

a. Adanya keluhan subjektif yang berat misalnya nyeri dada, perasaan

tertekan pada dada.

b. Cairan sudah mencapai sela iga ke-2 atau lebih, sehingga akan

mendorong dan menekan jantung dan alat mediastinum lainnya,

yang dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba.

c. Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada, walaupun sudah

melewati masa 3 minggu. Dalam hal seperti ini biasanya cairan

sudah berubah menjadi pyotoraks.

d. Penyerapan cairan yang terlambat dan waktu sudah mendekati 6

minggu, namun cairan masih tetap banyak.

36

Page 37: Efusi Pleura Masif

Gambar 3.5 Metode Torakosintesis

3. Chest tube

Jika efusi yang akan dikeluarkan jumlahnya banyak, lebih baik

dipasang selang dada (chest tube), sehingga cairan dapat dialirkan dengan

lambat tapi sempurna. Tidaklah bijaksana mengeluarkan lebih dari 500 ml

cairan sekaligus. Selang dapat diklem selama beberapa jam sebelum 500

ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang terlalu cepat akan menyebabkan

distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul edema paru.2

4. Pleurodesis

Pleurodesis dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga

akan mencegah penumpukan cairan pluera kembali. Hal ini

dipertimbangkan untuk efusi pleura yang rekuren seperti pada efusi karena

keganasan Sebelum dilakukan pleurodeSis cairan dikeluarkan terlebih

dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan mengembang

Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang

dimasukkan ke dalam rongga pleura. Efektifitas dari bahan ini tergantung

pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler

pleura. Bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk keperluan

pleurodesis ini yaitu : Bleomisin, Adriamisin, Siklofosfamid, ustard,

Thiotepa, 5 Fluro urasil, perak nitrat, talk, Corynebacterium parvum dan

tetrasiklin Tetrasiklin merupakan salah satu obat yang juga digunakan

37

Page 38: Efusi Pleura Masif

pada pleurodesis, harga murah dan mudah didapat dimana-mana. Setelah

tidak ada lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak 500 mg

yang sudah dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam

rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 10 ml larutan garam

fisiologis untuk pencucian selang dada dan 10 ml lidokain 2% untuk

mengurangi rasa sakit atau dengan memberikan golongan narkotik 1,5-1

jam sebelum dilakukan pleurodesis. Kemudian kateter diklem selama 6

jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit dan selama itu posisi

penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh

ronggapleura. Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada

dicabut.2

5. Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk :

a. Hematoraks terutama setelah trauma

b. Empiema

c. Pleurektomi yaitu mengangkat pleura parietalis; tindakan ini jarang

dilakukan kecuali pada efusi pleura yang telah mengalami kegagalan

setelah mendapat tindakan WSD, pleurodesis kimiawi, radiasi dan

kemoterapi sistemik, penderita dengan prognosis yang buruk atau pada

empiema atau hemotoraks yang tak diobati

d. Ligasi duktus torasikus, atau pleuropritoneal shunting yaitu

menghubungkan rongga pleura dengan rongga peritoneum sehingga

cairan pleura mengalir ke rongga peritoneum. Hal ini dilakukan

terutama bila tindakan torakosentesis maupun pleurodesis tidak

memberikan hasil yang memuaskan; misalnya tumor atau trauma pada

kelenjar getah bening.2

3.12 Komplikasi

Infeksi.

Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat mengakibatkan

infeksi (empiema primer), dan efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelah

tindakan torasentesis {empiema sekunader).Empiema primer dan sekunder

38

Page 39: Efusi Pleura Masif

harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi

fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan antibiotika

dapat diubah setelah hasil biakan diketahui. 2

Fibrosis

Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi

denganmembatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat

menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-

reseksipleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi

infeksidan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik

dilakukandalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena

selamajangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan

baik (fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah.1,3,5

3.13 Prognosis

Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang

mendasari kondisi itu.Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan

pengobantan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi daripada pasien

yang tidak memedapatkan pengobatan dini.

Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan

kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari

1 tahun.Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti

limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin untuk dihubungkan dengan

berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan mereka dari kanker

paru-paru atau mesothelioma.Efusi parapneumonic, ketika diakui dan diobati

segera, biasanya dapat di sembuhkan tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun,

efusi parapneumonikyang tidakterobati atau tidak tepat dalam pengobatannya

dapat menyebabkan fibrosis konstriktif.4,5

39

Page 40: Efusi Pleura Masif

BAB 4MODALITAS RADIOLOGI

4.1 Rontgen thoraks

Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-

300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian

cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang

kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus

dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.

- Posisi tegak posteroanterior (PA)

Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak lurus, cairan akan cenderung

untuk terakumulasi pada posisi infrapulmonary jika rongga pleura tidak

terdapat adhesi dan paru-parunya sehat, sehingga membentuk efusi

subpulmonary. Pada umumnya dapat setujui bahwa gravitasi mungkin

merupakan faktor utama yang menentukan lokasi cairan. Hampir bersamaan

dengan akumulasi dari infrapulmonary, cairan pleura akan terlihat pada

sulcus costophrenic dan dapat terlihat pada awalnya sebagai perubahan letak

medial dari sudut costophrenic yang tumpul.1,4

Gambar 4.1. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena efusi pleura

40

Page 41: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.2. Efusi pleura : tanda meniscus (tanda panah) paru kanan pada foto tegak PA

Gambar 4.3. Efusi pleura sinistra massif. Tampak mediastinum terdorong kontralateral

Gambar 4.4. Efusi pleura bilateral

41

Page 42: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.5. Loculated pleural effusion. Tampak berbatascukup tegas dan biconvex. Sering disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura

- Posisi lateral

Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian

cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada

penelitian mengenai model roentgen patologi Collins menunjukkan bahwa

sedikitnya 25ml dari cairan pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada

radiogram dada lateral tegak lurus dapat dideteksi sebagai akumulasi cairan

subpulmonic di posterior sulcus costophrenic, tetapi hanya dengan adanya

pneumoperitoneum yang terjadi sebelumnya.

Teknik Foto Lateral tegak adalah tempatkan bagian dada pasien sejajar

dengan garis ;tengah kaset. Tempatkan tangan ke atas dengan elbow fleksi

serta kedua antebrachi bersilang diletakkan di belakang kepala seperti

bantalan dengan kedua tangan memegang elbow. Usahakan pasien bernapas

dan ekspirasi penuh untuk memaksimalkan area.8,9

42Gambar 4.6. Gambaran efusi pleura pada foto posisi lateral

Page 43: Efusi Pleura Masif

- Posisi Lateral Decubitus

Radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun

untuk mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Cairan yang kurang dari

100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus

dan arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul disisi samping

bawah.Posisi pasien selama pemeriksaan pada X-ray dada dengan posisi

lateral dekubitus kiri. Setelah bersandar selama 5 menit pada pinggang

dalam posisi trendellenburg, maka sinar X-ray yang sentral diarahkan

pada dinding thorax lateral.1,9

Pada contoh di Gambar 4, cara mengukur Pleural Effusion Index ialah

a/b x 100

Gambar 4.6 Posisi Lateral Dekubitus

Gambar 4.7. Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan cairan yang ditunjukkan dengan panah biru).

43

Page 44: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.8. Efusi pleura pada posisi left lateral dekubitus

4.3 Computed Tomography Scan

CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan dengan

jaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai daerah

berbentuk bulan sabit di bagian yang tergantung dari hemithorax yang terkena.

Permukaan efusi pleura memiliki gambaran cekung ke atas karena tendensi recoil

dari paru-paru. Karena kebanyakan CT pemeriksaan dilakukan dalam posisi

terlentang, cairan mulai menumpuk di posterior sulkus kostofrenikus. Pada efusi

pleuran yang banyak, cairan meluas ke aspek apikal dan anterior dada dan

kadang-kadang ke fisura tersebut. Dalam posisi tengkurap atau lateral, cairan

bergeser ke aspek yang tergantung dari rongga pleura. Pergeseran ini menegaskan

sifat bebas dari efusi tersebut.8,9

44Gambar 4.9. CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks

PA)

Page 45: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.10. CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda panah

Gambar 4.11.CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin menunjukkan daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan

margin atas lengkung (E). Temuan khas dari efusi pleura. Perhatikan pergeseran lokasi cairan pada gambar ini dibandingkan dengan radiografi dada

posteroanterior dan lateral. Limfadenopati mediastinum dapat dilihat di mediastinum tengah dan posterior (panah).

45

Page 46: Efusi Pleura Masif

4.4 Ultrasonografi

Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara

pleura visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi

dan posisi.

Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan USG dengan apa yang

disebut sebagai “elbow position”. Pemeriksaan ini dimulai dengan pasien

diletakkan pada posisi lateral decubitus selama 5 menit ( serupa dengan radiografi

dada posisi lateral decubitus) kemudian pemeriksaan USG dilakukan dengan

pasien bertumpu pada siku (gambar 12). Maneuver ini memungkinkan kita untuk

mendeteksi efusi subpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung akan

terakumulasi dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus. 8.9

Gambar 12. Menunjukkan posisi siku dengan meletakaan transduser selama pemeriksaan untuk melihat keadaan rongga pleura kanan.

Ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan ronggapleura.

Pada dekade terakhir ultrasonografi (USG) dari rongga pleura menjadi metode

utama untuk mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit. Kriteria USG

untuk menentukan efusi pleura adalah : setidaknya zona anechogenic memiliki

ketebalan 3mm diantara pleura parietal dan visceral dan atau perubahan ketebalan

lapisan cairan antara ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak posisi

pasien. Karena USG adalah metode utama maka sangatlah penting untuk

46

Page 47: Efusi Pleura Masif

melakukan pengukuran sonografi dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap

dinding dada. 1,9

Gambar 4.13. Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas. Gambar menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm;

berbentuk kurva,-gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding selamaekspirasi ( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-gambar kanan).

Gambar 14. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-laki dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma. Ini studi sagital dan

pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk. Cairan Echogenic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah). The

pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi pleura ganas)

47

Page 48: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.15. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47 tahun dengan efusi pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan dilakukan

dengan pasien duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah)

Gambaran anechoic terutama diamati pada transudat. Dalam sebuah

penelitian terhadap 320 pasien dengan efusi, transudat memberikan gambaran

anechoic, sedangkan efusi anechoic dapat transudat atau eksudat. Adanya

penebalan pleura dan lesi parenkim di paru-paru menunjukkan adanya eksudat.

Cairan pleura yang memberikan gambaran echoic dapat dilihat pada efusi

hemoragik atau empiema.

Doppler berwarna ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan

efusi kecil dari penebalan pleura dengan menunjukkan tanda-warna cairan (yaitu,

adanya sinyal warna dalam pengumpulan cairan).

4.4 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat membantu dalam mengevaluasi etiologi efusi pleura.

Nodularity dan / atau penyimpangan dari kontur pleura, penebalan pleura

melingkar, keterlibatan pleura mediastinal, dan infiltrasi dari dinding dada dan /

atau diafragma sugestif penyebab ganas kedua pada CT scan dan MRI.

48

Page 49: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.16. Seorang neonatus 2-bulan kesulitan jantung dan respiratory distress. Resusitasi tidak berhasil. Coronal T2-W MRI menunjukkan hematopericard

(panah terbuka), hematothorax (panah) dan efusi pleura (kepala panah. Ada vena paru abberant mengalir ke ventrikel kiri (buka panah). Perut menunjukkan asites

(tanda bintang)

4.5 Klasifikasi Efusi Pleura

4.5.1 Efusi pleura ringan

Gambar 4.17 Efusi pleura ringan

49

Page 50: Efusi Pleura Masif

4.5.2 Efusi pleura sedang

Gambar 4.18 Efusi pleura sedang

4.5.3 Efusi pleura masif

- Berselubung homogen

- Perm.konkaf,tapering,

meniscus sign à Ellis damoiseau

- Sinus / Diafragma tertutup

Pendorongan jantung

Gambar 4.19 Efusi pleura massif

50

Perselubungan Homogen

Sela iga melebar

Pendorongan mediastinum

Page 51: Efusi Pleura Masif

4. 6 Differential Diagnosis Efusi Pleura

4.6.1 Tumor Paru

• Sinus tidak terisi

• Permukaan tidak concaf tetapi sesuai bentuk tumor

• Bila tumor besar dapat mendorong jantung

Gambar 4.20 Tumor Paru

4.6.2 Pneumonia

Peradangan paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur,

bahan kimia, lesi kanker, dan radiasi ion. Jika udara dalam alveoli digantikan oleh

eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto Roentgen.

Kelainan ini dapat melibatkan sebagian atau seluruh lobus (pneumonia lobaris)

atau berupa bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar

(bronkopneumonia). Berbeda dengan efusi yang memperlihatkan bayangan

homogen, pneumonia memperlihatkan bayangan in homogen berdensitas tinggi

pada satu segmen, lobis paru, atau pada sekumpulan segmen lobus yang

berdekatan, berbatas tegas.

Gambaran kelainan ini dapat dibedakan dari atelektasis, yaitu tidak

terdapat pengurangan volume dan daerah paru yang terserang. Gambaran

Roentgen pneumonia primer dan sekunder selalu sama, yaitu berupa ukuran besar

dan jumlah corakan paru yang bertambah atau konsolidasi, atau berupa campuran

51

Page 52: Efusi Pleura Masif

dan keduanya. Untuk mempelajari konsolidasi paru , baik menyangkut perluasan

dan lokasi kelainan dibuat foto toraks proyeksi lateral, oblique ,dan frontal.

• Batas atas rata / tegas sesuai dgn bentuk lobus

• Sinus terisi paling akhir

Gambar 4.21 Pneumonia lobaris kiri

• Tidak tampak tanda pendorongan organ

• Air bronchogram ( + )

4.6.3 Atelektasis

Gambaran radiologik atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru

baik lobaris, segmental, atau seluruh paru yang berakibat kurangnya aerasi

sehingga memberikan bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dengan

penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas

dan sela iga menyempit. Ini yang membedakan dengan efusi dimana penarikannya

kearah bagian yang tidak mengalami kelainan.

52

Page 53: Efusi Pleura Masif

Gambar 4.22: Atelektasis, tampak perselubungan seluruh paru kiri dengan penarikan mediastinum (jantung dan trachea) ke kiri dan sela iga menyempit

53

Page 54: Efusi Pleura Masif

BAB 5KESIMPULAN

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura

bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu

penyakit.Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka

kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan

organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi

pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi

darah.

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit

dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,

sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi

akan menentukan keparahan gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya

asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan ,dan berat badan yang

menurun seperti pada efusi yang lain

Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan

pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Ada beberapa macam

pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif.

54

Page 55: Efusi Pleura Masif

DAFTAR PUSTAKA

1. Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar

Lampung.

2. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

3. Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam,

Jilid II, edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38

4. Rofiqahmad. 2001. Thorax. http://emedicine.medscape.com/article/299959-

overviewdiakses tanggal 3 Februari 2015

5. Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI

6. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI

7. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

8. Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi

pleura/080308/thorax/weblog.htm. diakses tanggal 1 Februari 2015

9. Rasad Sjahriar.2009. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI

10. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and

Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.

55