Upload
yoga-aditya-pratama
View
103
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pentingnya kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sebenarnya sudah menjadi kepedulian dari para ekonom pembangunan meskipun langkah konkret setelah itu tidak selalu menjadi perhatian.
Citation preview
STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK RAKYAT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekonomi Politik
yang dibina oleh Bapak Drs. Mohammad Arief, Msi.
Oleh
Totok Hariyanto 100413401221
Tutus Veronika 100413401201
Wartanindita 100413401230
Yoga Aditya 100413401215
William Calvin L. 100413401211
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
April 2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga
merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas.
Di sektor pertanian, terdapat proporsi rumah tangga miskin yang sangat besar
(0,72 %) dibandingkan sektor lainnya. Kemiskinan inilah yang menjadi akar
permasalahan dan ketidakmampuan rumah tangga petani untuk menyediakan
pangan dalam jumlah, mutu dan ragam yang sesuai dengan kebutuhan setiap
individu, untuk memenuhi asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
yang bermanfaat bagi pertumbuhan, kesehatan dan daya tahan jasmani maupun
rohani. Dengan demikian, sebagian besar petani tergolong rawan pangan dan gizi
secara ekonomis.
Selain kebutuhan pangan, kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat
juga diperlukan untuk supaya mereka tidak di tindas oleh orang lain. Bahkan
dalam era globalisasi sekarang ini tidak jarang dijumpai beberapa orang tua yang
masih beranggapan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan sekunder. Demikian
sehingga mayoritas penduduk di perdesaan hanya mempunyai latar belakang
pendidikan tamatan Sekolah Dasar (SD) bahkan ada juga yang tidak sampai tamat
SD. Pada saat petani mampu mengatasi kesulitan hidupnya dalam upaya
memenuhi kebutuhan pokoknya, mereka tentu menggunakan berbagai strategi
agar dapat bertahan hidup. Bila kehidupan masyarakat sudah baik pasti
perekonomian di Indoinesia akan mengalami kemajuan. Dalam makalah ini akan
dibahas bagaiman menangani kebutuhan pokok khususnya di Indonesia. Mulai
dari pangan sampai sector pemerintah tentang kesehatan, pendidikan dan banyak
lagi.
1
B. Rumusan Masalah.
1. Apakah yang dimaksud Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok ?
2. Apasajakah Kebutuhan Pangan?
3. Bagaimanakah Tuntutan (Voice) dan Pengorbanan (Exit) Di Indonesia
Terhadap Kebutuhan Pokok?
4. Apasajakah Bentuk Tata Niaga Kebutuhan Pokok?
5. Apasajakah Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pokok?
C. Tujuan Pembahasan.
1. Untuk mengetahui Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok.
2. Untuk mengetahui Kebutuhan Pangan.
3. Untuk mengetahui Tuntutan (Voice) dan Pengorbanan (Exit) Di
Indonesia Terhadap Kebutuhan Pokok.
4. Untuk mengetahui Bentuk Tata Niaga Kebutuhan Pokok.
5. Untuk mengetahui Strategi Pemenuhan Kebutuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok
Pengalaman pendekatan pertumbuhan (growth strategy) memunculkan
masalah kemiskinan dan ketimpangan maka pendekatan pembangunan berikutnya
adalah pendekatan kebutuhan pokok yang mulai digagas dan di dukung oleh
International Labor Organization (ILO) tahun 1976. Pentingnya kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia sebenarnya sudah menjadi kepedulian dari para
ekonom pembangunan meskipun langkah konkret setelah itu tidak selalu menjadi
perhatian. Albert Hirschman mengemukakan tentang kebutuhan pokok adalah:
Dalam waktu yang tidak lama, perhatian tidak hanya ditujukan kepad
aspek-aspek distribusi pendapatan relative, tetapi juga kepada tingkat
pemenuhan kebuthan absolute penduduk miskin suatu negara. Maka
perhatian terhadap kebutuhan pokok, pangan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya yang sekarang ini muncul sesungguhnya sudah lama
merupakan prinsip yang digandrungi ekonomi pembangunan.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan
oleh manusia. Kebutuhan manusia yang terus meningkat menyebabkan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkat. Kebutuhan pokok manusia
adalah sandang, pangan dan papan:
Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai mahluk
berbudaya.Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan
hewan yang tersedia di alamKemudian manusia mengembangkan teknologi
pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian.Pakaian
berfungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin.Lama kelamaan fungsi pakaian
berubah, yakni untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan
seperti pakaian kerja, pakaian rumah, untuk tidur dan sebagainya.
Pangan adalah kebutuhan paling utama manusia. Pangan dibutuhkan
manusia secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Usaha mencukupi kebutuhan
pangan di negara-negara berkembang dilakukan secara tradisional atau dengan
cara memperluas lahan pertanian yang disebut ekstentifikasi, sedangkan di negara
3
maju, sistem pertanian telah dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu cara
mengolah pertanian dengan lebih baik dan moderen. Hal itu menyebabkan
produksi pertanian negara maju lebih banyak dibanding negara berkembang
Di berbagai masyarakat, bahan makanan pokok memegang peranan utama dalam
memenuhi kebutuhan penduduk. Contohnya orang di Sumatera dan Jawa sebagian
besar mengonsumsi nasi sedangkan masyarakat Maluku dan Papua mengonsumsi
sagu.
Papan adalah kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Pada
awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri. Namun lama kelamaan berubah
menjadi tempat tinggal keluarga. Karena itu kebutuhan akan memperindah rumah
semakin ditingkatkan.
Menurut ILO kebutuhan pokok pada dasarnya meliputi dua elemen, yaitu:
1. Meliputi persyaratan minimum tertentu bagi konsumsi sendiri, pangan
yang cukup, perlindungan, dan pakaian.
2. Termasuk pelayan an esensial yang sebagian besar disediakan oleh dan
untuk masyarakat, seperti air minum yang bersih, sanitasi, kendaraan
umum dan fasilitas pendidikan.
Secara lebih rinci strategi pemenuhan kebutuhan pokok terutama
berorientasi pada penyediaan secara langsung kebutuhan dasar meliputi hal
berikut:
1. Kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, dan permukiman.
2. Jasa-jasa kebutuhan dasar berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, dan
transformasi secara publik.
3. Lapangan kerja yang produktif yang dapat menjamin pendpatan yang bisa
menjamin pemenuhan kebutuhan pokok.
4. Partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan sendiri.
Tentang kebutuhan pokok ini terdapat tiga nilai inti dalam pembangunan
yang harus diwujudkan. Tiga nilai inti dalam pembangunan, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan pokok
2. Aktualisasi self-estreem, dan
3. Aktualisasi nilai-nilai kebebasan (freedom)
4
Dalam pemenuhan kebutuhan pokok pelayanan publik merupakan
kebutuhan pokok sebenarnya bisa berkaitan dengan dua jenis barang, yaitu barang
privat dan barang publik. Barang privat adalah barang yang penggunaannya bisa
dikecualikan dari penggunaan oleh orang lain (excudable). Misalnya: beras, jam,
baju, dsb, yang kalau sudah diproduksi dan dibeli oleh seseorang maka orang lain
tidak bisa ikut menikmatinya. Sedangkan Barang publik adalah barang yang
penggunaannya tidak bisa dikecualikan (non excludable) dari penggunaan oleh
orang lain. Misalnya: Kesehatan, pendidikan.listrik, air minum, dan seseorang
memperbaiki jalan yang rusak. Jalan tersebut tidak hanya dinikmati oleh orang
tersebut melainkan juga oleh orang yang melewatinya. Hal yang sama, juga
berlaku terhadap keamanan, udara bersih, dan kali bersih.
B. Kebutuhan Pangan
Definisi Ketahanan pangan menurut Undang-Undang Pangan No.7 Tahun
1996 adalah “kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau”.
Konsep ketahanan pangan tersebut paling tidak melingkupi lima unsur
pokok, yaitu:
1. berorientasi pada kebutuhan rumah tangga dan individu;
2. Setiap saat bahan pangan tersedia dan dapat diakses;
3. Mengutamakan aksesibilitas pangan bagi rumah tangga dan individu; baik
secara fisik, maupun sosial-ekonomi;
4. Bertujuan pada pemenuhan kebutuhan gizi secara aman;
5. Sasaran akhir adalah hidup sehat dan produktif.
Upaya mewujudkan ketahanan pangan minimal harus melingkupi empat
aspek berikut:
a. Penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup, ketersediaan pangan dalam
arti luas, meliputi bahan pangan nabati dan hewani / ikani untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
beserta derivatifnya, yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
5
b. Pemenuhan pangan dengan kondisi yang aman, bebas dari cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia, serta baik dan halal.
c. Penyediaan pangan dengan kondisi yang merata, dalam arti pangan yang
harus tersedia menurut dimensi waktu dan ruang.
d. Penyediaan pangan yang dapat dijangkau, bahan pangan mudah diperoleh
rumah tangga dan / atau dengan harga yang terjangkau.
Dalam pendekatan right based approach terkandung adanya kewajiban negara
untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin
secara bertahap. Oleh karena itu kebijakan yang diambil dalam rencana aksi pun
diarahkan agar negara dapat melaksanakan kewajiban dalam melindungi dan
memenuhi hak-hak dasar rakyat. Dalam hal bidang pangan, kebijakan yang
diambil adalah:
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat
dalam mendukung ketahanan pangan local;
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diversifikasi konsumsi
pangan dan pangan gender keluarga;
3. Meningkatkan efisiensi produksi pangan petani dan hasil industri
pengolahan dengan memperhatikan mutu produksi;
4. Menyempurnakan sistem penyediaan, distribusi dan harga pangan;
5. Meningkatkan pendapatan petani pangan dan sekaligus melindungi produk
pangan dalam negeri dari pangan impor;
6. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dalam gizi dan rawan pangan;
7. Menjamin kecukupan pangan masyarakat miskin dan kelompok rentan
akibat goncangan ekonomi, sosial dan bencana alam.
Kebijakan pada butir 1 hingga 6 merupakan kebijakan untuk mencegah terjadinya
masalah-masalah pangan, sehingga kebijakan-kebijakan tersebut dapat diartikan
sebagai penjabaran kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan (melindungi).
Sedangkan kebijakan pada butir 7 lebih merupakan langkah Negara melaksanakan
kewajibannya untuk memenuhi hak dasar rakyat miskin atas pangan.
6
Konsep ketahanan pangan lazimnya melingkupi lima konsep utama, yaitu:
1. Ketersediaan Pangan (food availability) : yaitu ketersediaan pangan dalam
jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu
negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan
maupun bantuan pangan.
2. Akses pangan (food access) : yaitu kemampuan semua rumah tangga dan
individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan
yang cukup untuk kebutuhan gizinya. Akses rumah tangga dan individu
terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung
pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik menyangkut
tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan akses
sosial menyangkut tentang preferensi pangan.
3. Penyerapan pangan (food utilization) yaitu penggunaan pangan untuk
kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan
kesehatan lingkungan.
4. Stabilitas pangan (food stability) merupakan dimensi waktu dari ketahanan
pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis (chronic food
insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity).
Kerawanan pangan kronis adalah ketidak mampuan untuk memperoleh
kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara
adalah kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan
karena masalah kekeringan banjir, bencana, maupun konflik sosial.
5. Status gizi (Nutritional status ) adalah outcome ketahanan pangan yang
merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi
ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian
bayi.
Jadi pda intinya kebutuhan pokok yang dianggap paling inti adalah
pangan. Di Indonesia, kebutuhan akan pangan terutama berpusat pada kebutuhan
akan beras sehingga kebijakan pangan di Indonesia sering identik dengan
kebijakan perbesaran. Hal ini terjadi karena upaya penganekaragaman pangan
dengan mendorong substitusi pangan dengan karbohidrat yang lain kurang
berjalan meskipun sudah dituangkan dalam Inpres No. 14 tahun 1974 dan
7
disempurnakan dengan Inpres No. 20 tahun 1979. Kebijakan pemerintah dalam
hal pangan sering diukur dari:
1. Ketersediaan produksi beras untuk konsumsi masyarakat
2. Keterjangkauan dan stabilnya harga beras mengingat harga beras
mempunyai implikasi langsung dengan masalah inflasi.
Kebijakan perberasan pada masa Orde Baru terutama dimulai ketika
terjadi kenaikan harga beras yang tinggi sebagai akibat kekeringan tahun 1972-
1973. Pemerintah mempunyai banyak dana untuk diinvestasikan bagi
pengembangan sector pertanian (padi) lewat program bimbingan missal (bimas)
yang kemudian diganti dengan intesifikasi missal (inmas). Program yang sudah
dimulai sejak awalj 1960-an dalah diperkenalkannya Panca Usaha Tani, meliputi:
1. Pengenalan dan percepatan penggunaan varietas unggul padi
2. Penumpukan
3. Pemberantasan hama dan penyakit
4. Pengairan, dan
5. Perbaikan dalam bercocok tanam
Dengan kebijakan itu, ketergantungan Indonesia terhadap beras impor
menjadi teratasi, terutama setelah tahun 1984. Hal ini sekaligus menjadi legitimasi
politik bagi pemerintah karena telah mampu menjaga kebutuhan pokok dengan
rumus “selalu ada dengan harga murah”. Keterkaitan produksi pangan terhadap
kehidupan politik, tentu saja disertai dengan dampak bagi masing-masing pihak,
terutama bagi petani.
C. Tuntutan (Voice) dan Pengorbanan (Exit) Di Indonesia Terhadap
Kebutuhan Pokok
Albert Hirschman menjelaskan tentang proses perkembangan dalam
masyarakat dengan bentuk voice dan exit. Tuntutan (voice) yang kuat dalam
masyarakat akan penyediaan barang-barang kebutuhan pokok. Sedangkan exit
(dari sisi ekonomi) berarti adanya pengorbanan bagi publik karena telah
mengambil suatu pilihan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi tidak
optimal. Strategi ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sejak tahun
pertama Repelita I. Strategi pertumbuhan yagn dilakukan, antara lain lewat
8
konsesi terhadap modal asing ini kemudian menimbulkan kesenjangan. Namun,
pemerintah tidak juga melakukan kebijakan lain, sampai akhirnya terjadi tuntutan
yang besar dengan adanya peristiwa yang kemudian dikenal dengan Malapetaka
Limabelas Januari ( Malari) sebagai kelanjutan dari tuntutan gencar mahasiswa
berkaitan dengan modal asing. Dari pihak pemerintah juga menjalankan program-
program pembiayaan usaha kecil seperti Kredit Investasi Kecil (KIK) dan kredit
modal kerja permanen (KMKP). Dengan nuansa yang agak berbeda, peningkatan
suhu politik yang mamanas telah menghasilkan perubahan urutan prioritas trilogy
dengan menekankan kepada aspek pemerataan.
Untuk menegaskan bahwa logi pemerataan mendapatkan priotitas maka
dilancarkan pula kebijakan delapan jalur pemerataan , yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khusunya
pangan, sandang, dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Kebijakan baru yang juga dikenal dengan pendekatan kebutuhan pokok,
diawali dengan desakan eksternal terhadap pemerintah pada tahun 1987. Dengan
perubahan komposisi trilogy pembangunan, tampak secara eksplisit telah terjadi
pergeseran strategi pembangunan dari strategi pembangunan yang menekankan
pertumbuhan kepada pemerataan.
Tuntutan publik akan ketersediaan kebutuhan pokok tersebut
memungkinkan berdiri dan beroperasinya puskesmas, SD Inpres, prasarana jalan,
air bersih, dan listrik di berbagai pelosok. Tentu saja tidak ketinggalan adalah
dorongan pemerintah bagi berlangsungnya revolusi hijau (green revolution)
berupa perubahan besar-besaran dalam produksi padi sehingga pada tahun 1980
9
dicapai swasembada beras. Dengan swasembada pangan terutama beras, stabilitas
harga dan stabilitas politik bisa dijaga.
D. Bentuk Tata Niaga Kebutuhan Pokok
Bentuk tata niaga bermacam-macam ada yang beras dan tepung terigu:
1. Tata Niaga Beras
Konsekuensi dari kebijakan politik perberasan adalah bahwa pengadaan
distribusi beras cenderung diambil alih oleh pemerintah. Dalam kaitan ini, lewat
Badan Urusan Logistik (BULOG) dengan aparat di daerah dengan nama Depot
Logistik (DOLOG) merupakan lembaga yang diberi wewenang di bidang tata
niaga beras. Bulog diberi wewenang yang dominan dalam stabilitas harga beras,
distribusi, dan pengadaan komoditas pangan utama. Bulog diberi wewenang untuk
menentukan harga dasar (floor prince) agar ketika panen berlangsung, harga
beras dari petani dengan harga minimal yang ditentukan. Ketika harga beras
merangkak naik, Bulog membuat kebijakan harga tertinggi (ceiling prince)
dengna melakukan opersasi pasar berupa penjualan beras murah. Dengan
demikian, harga beras di pasar bisa dipaksa untuk turun sehingga tidak merugikan
konsumsen dengan perekonomian secara nasional (infalasi). Dalam pengadaan
beras impor, Bulog menunjuk sejumlah perusahaan pengimpor beras untuk
menjamin pasokan beras. Contoh gambaran perusahan yan diberikan hak untuk
mengimpor beras oleh Bulog. Dari table tampak perusahaan yang dijadikan klien
dari Bulog adalah perusahaan yang dekat dengan kekuasaan. Oleh karena itu,
berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pangan di Indonesia kiranya tidak bisa
di analisis hanya dengan menggunakan analisis ekonomi murni melainkan seudah
merupakan analisis ekonomu politik.
2. Tata Niaga Terigu
Tata niaga pangan yang juga penuh dengan nuansa perburuan rente adalah
tata niaga terigu. Tata niaga terigu adalah tata niaga yang cenderung dimonopoli
oleh para kroni kekuasaan. Pasar monopolistic berawal ketika Bulog menunjuk
PT Bogasari Flour Mills untuk mengimpor pengolahan dan distribusi tepung
gandum nasional. Keuntungan yang diterima oleh bogasari sebenarnya bukan
hanya penerimaan rente secara tetap atas setiap kilogram terigu yang dipasok.
10
Karena selain Bogasari memonopoli pasokan terigu nasional, ia juga akan mampu
mengontrol pasar tepung terigu di tingkat nasional. Namun disamping itu,
Bogasari pada akhirnya mengembangkan sayap usahanya dengan memproduksi
produk turunan dari terigu berupa makanan cepat saji seperti berbagai jenis mie
lewat PT Indofood Sukses Makmur dan berbagai anak perusahannya. Sebagai
akibatnya, harga berbagai jenis makanan yang menggunakan bahan baku terigu
akn ditentukan oleh kelompok perusahaan itu. Dengan demikian, mesyarakat
umum akan dirugikan.
E. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pokok
Permasalahan pangan sebenarnya adalah permasalahan lokal, yaitu
bagaimana sebenarnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pangan rumah tangga ditempat tinggalnya yang sesuai dengan preferensi dan
kemampuan sumber daya yang dimiliki. Berbagai faktor harus diperhatikan dalam
merumuskan kebijakan pangan di tingkat lokal yang berbasis pada sistem sosial
budaya setempat. Faktor-faktor tersebut adalah culture, religion, status,
community, tradition, school, home & family, geography, history, economics,
science, technology, agriculture, climate, medicine, genetics..
Manusia (individu maupun kelompok) merupakan penggerak berbagai aset
dan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
pangannya. Manusia dalam hal ini memiliki akses terhadap berbagai aset dan
sumberdaya produktif yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan pangan
dan kebutuhan hidup lainnya. Penghidupan berkelanjutan merupakan: “suatu
penghidupan yang meliputi kemampuan atau kecakapan, aset-aset (simpanan,
sumberdaya, claims dan akses) dan kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana
hidup”.
Ada lima sumberdaya kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu atau
unit sosial yang lebih tinggi dalam upayanya mengembangkan kehidupannya
yaitu:
a) humane capital, yakni modal yang dimiliki berupa keterampilan,
pengetahuan, tenaga kerja, dan kesehatan;
11
b) Social capital, adalah kekayaan sosial yang dimiliki masyarakat seperti
jaringan, keanggotaan dari kelompok-kelompok, hubungan berdasarkan
kepercayaan, pertukaran hak yang mendorong untuk berkoperasi dan juga
mengurangi biaya-biaya transaksi serta menjadi dasar dari sistem jaringan
pengaman sosial yang informal;
c) Natural capital adalah persediaan sumber daya alam seperti tanah, hutan,
air, kualitas udara, perlidungan terhadap erosi, keanekaragaman hayati,
dan lainnya;
d) Physical capital adalah infrastruktur dasar jalan, saluran irigasi, sarana
komunikasi, sanitasi dan persediaan air yang memadai, akses terhadap
komunikasi, dsbnya;
e) Financial capital, adalah sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh
masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan kehidupannya seperti uang
tunai, persediaan dan peredaran uang reguler.
Ada beberapa cara manusia dalam mengakses pangan yaitu:
• direct entitlement, yakni hak atas pangan yang diperoleh melalui hubungan
hubungan di dalam kegiatan proses produksi pangan;
• exchange entitlement, yakni hak dan akses atas pangan yang diperoleh
melalui hubungan tukar menukar jasa atau keahlian;
• trade entitlement, yakni hak atas pangan yang diperoleh melalui hubungan
jual beli komoditi yang diproduksi sendiri; dan
• social entitlement, yakni hak dan akses terhadap pangan yang diperoleh
melalui pertukaran sosial di antara anggota komunitas sosial.
Sistem pangan individu, rumahtangga atau masyarakat yang lebih luas
bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis. Dinamika ini antara lain dipengaruhi
oleh tingkat kerentanan (vulnerability) dan kemampuan individu atau
rumahtangga dalam menghadapi perubahan. Penyebab kerentanan adalah shock
yaitu perubahan mendadak dan tidak terduga (karena alam, ekonomi, konflik, dan
lainnya).
Seasonality atau musiman yang dapat diperkirakan dengan hampir pasti,
seperti perubahan secara musiman dari harga, produksi, dan iklim. Setiap individu
dan unit sosial yang lebih besar mengembangkan system penyesuaian diri dalam
12
merespon perubahan tersebut (shocks, trends, dan seasonality). Respons itu
bersifat jangka pendek yang disebut coping mechanism atau yang lebih jangka
panjang yang disebut adaptive mechanism. Mekanisme dalam menghadapi
perubahan dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses pangan
(entitlement), sedangkan jangka panjang bertujuan untuk memperkuat sumber-
sumber kehidupannya (livelihood assets). Ketidakmampuan menyesuaikan diri
dalam jangka pendek akan membawa ke kondisi rawan pangan. Penyesuaian
rawan pangan yang tidak memperhitungkan aspek penguatan sumber-sumber
kehidupan dalam jangka panjang justru tidak akan menjamin keberlanjutan
ketahanan pangan individu dan rumahtangga. Terdapat strategi-strategi yang
digunakan, antara lain:
1. Strategi Produksi
Sektor pertanian masih merupakan sumber pendapatan utama bagi
mayoritas penduduk Indonesia. Sekitar 40 % penduduk Indonesia bekerja di
sektor pertanian, serta sebagian besar adalah petani tanaman pangan. Perilaku
rumah tangga petani skala kecil ini umumnya bersifat semi komersial yang
berperan sebagai produsen, konsumen dan pensuplai tenaga kerja, dimana
keputusan dalam usahataninya tidak dapat terpisahkan dengan keputusan aktifitas
rumah tangganya. Dengan kata lain tidak tampak tegas terpisah antara
pengelolaan sektor produksi dengan pengelolaan sektor konsumsi dalam suatu
rumah tangga petani. Adapun strategi produksi pangan yang dilakukan oleh
petani:
1) Intensifikasi Produksi Pangan
Intensifikasi merupakan usaha untuk menaikkan hasil pertanian tanpa
menambah areal lahan pertanian, caranya antara lain dengan pemilihan bibit
unggul, pemupukan, irigasi yang baik, mencegah gangguan hama dsb.
Intensifikasi pertanian juga dapat dimaknai sebagai usaha peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan sumberdaya alam serta upaya peningkatan
keunggulan daya saing dengan penerapan iptek dan sarana produksi yang efisien
.
13
2) Diversifikasi Produksi Pangan
Indikator diversifikasi pertanian yang lazim digunakan adalah: (1) multiple
croppingindex (MCI) yang menunjukkan derajat intensitas tanam, (2) harvest
diversity index (HDI) yang merefleksikan derajat diversifikasi pemanfaatan lahan,
dan (3) diversity index (DI) yang menunjukkan derajat diversifikasi pendapatan.
Semakin tinggi nilai ketiga indikator tersebut, makin tinggi derajat diversifikasi
pertanian di tingkat wilayah dan di tingkat usaha tani.
3) Kontinyuitas Produksi Pangan
Apabila musim kemarau tiba, petani melakukan pergiliran tanaman.
Pergiliran tanaman difungsikan agar petani tetap produktif bercocok tanam meski
pasokan air berkurang, sehingga dilakukan penanaman palawija. Pola pergiliran
tanaman juga mempunyai fungsi penting yaitu untuk memutus siklus
perkembang-biakan hama dan penyakit tanaman, selain itu juga untuk menekan
terjadinya erosi dan mencegah terkurasnya unsur hara dari dalam tanah.
4) Sustainabilitas Produksi Pangan
Konsep ini adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang
besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya
internal. Pertanian berkelanjutan merupakan suatu cara bertani yang
mengintegrasikan secara komprehensif dari aspek lingkungan hingga sosial
ekonomi masyarakat pertanian.
Kerangka pikir gerakan makan beragam, bergizi seimbang dan aman
dalam mencapai sasaran yang ditetapkan, dapat diperhatikan pada bagan berikut.
14
2. Pengelolaan Tanaman Secara Terpadu (PTT)
Pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) adalah pendekatan dalam
pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan
iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas,
pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. PTT komoditas dapat dirancang
berdasarkan pengalaman implementasi berbagai sistem intensifikasi yang pernah
dikembangkan di Indonesia, hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar
lahan telah mengalami kemunduran kesuburan, dan adopsi filosofi Sistem
Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification) yang semula dikembangkan di
Madagaskar.
Tujuan penerapan PTT komoditas (misalnya jagung) adalah untuk
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan
produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu.
Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu
15
Integrasi
Dalam implementasinya di lapangan, PTT mengintegrasikan sumber daya
lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas
lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi petani.
Interaksi
PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara dua atau
lebih komponen teknologi produksi.
Dinamis
PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologi dan
penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani. Oleh karena itu,
PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologi yang dikembangkan melalui
pendekatan PTT senantiasa mempertimbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim,
dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat.
Partisipatif
PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untuk
memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada penyuluh dan
peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta menyampaikan pengetahuan yang
dimiliki kepada petani yang lain.
Dalam menerapkan pengelolaan tanaman secara terpadu ternyata teknologi
tepat guna memegang peran sangat penting. Agar komponen teknologi yang
dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses pemilihan atau
perakitannya didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau
dikenal dengan PRA (Participatory Rural Appraisal). Dari hasil PRA dapat
teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi. Untuk
memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang akan diintroduksikan, baik
dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan
dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan
penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di
wilayah setempat.
16
Komponen teknologi dasar (compulsory) adalah komponen teknologi yang
relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, antara lain:
1) Varietas unggul, baik dari jenis hibrida maupun komposit atau bersari
bebas,
2) Bibit bermutu dan sehat (perlakuan benih),
3) Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha,
4) Pemupukan berimbang, pupuk N diberikan sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman dan menggunakan bagan warna daun (BWD)
untuk menentukan waktu dan takaran pemupukan. Pupuk P dan K
diberikan berdasarkan hasil analisis tanah,
5) Saluran drainase (lahan kering) atau irigasi (lahan sawah).
Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi yang lebih bersifat
spesifik lokasi, antara lain:
1) Penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah tanah (TOT) atau
teknologi pengolahan tanah, bergantung pada tekstur tanah setempat,
2) Bahan organik, pupuk kandang, dan amelioran,
3) Penyiangan dengan herbisida atau secara manual,
4) Pengendalian hama dan penyakit yang tepat sasaran,
5) Penanganan panen dan pascapanen.
Selain itu pemerintah juga melakukan program Pemberdayaan masyarakat
dalam mewujudkan Ketahanan Pangan
Fokus pemantapan ketahanan pangan berada pada tingkat rumah tangga.
Untuk itu, kegiatan prioritas dalam pembangunan ketahanan pangan diarahkan
pada pemberdayaan masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri dalam
mewujudkan ketahanan pangan. Dengan demikian ruang lingkup kegiatan dalam
konteks pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan
masyarakat meliputi upaya :
1. meningkatkan kemampuan dalam kegiatan on-farm, off-farm dan non-farm
2. meningkatkan kemampuan dalam mengelola ketersediaan pangan, distribusi
pangan, konsumsi pangan, dan kerawanan pangan; serta
17
3. meningkatkan kemampuan kelembagaan pangan untuk mengembangkan
usahanya.
Pemberdayaan masyarakat tersebut diupayakan melalui peningkatan kapasitas
SDM agar dapat bersaing memasuki pasar tenaga kerja dan kesempatan berusaha
yang dapat menciptakan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Kesempatan berusaha tersebut tidak harus selalu pada usahatani padi (karena luas
lahan sempit tidak mungkin dapat meningkatkan kesejahteraannya), tetapi juga
pada usaha tani non padi (on- farm), off-farm, dan bahkan non-farm.
Dengan adanya peningkatan, maka daya beli rumah tangga mengakses bahan
pangan akan meningkat. Kemampuan membeli tersebut akan memberikan
keleluasaan bagi mereka untuk memilih (freedom to choose) pangan yang
beragam sesuai seleranya, termasuk untuk pemenuhan kecukupan gizi yang lebih
baik. Dalam kondisi demikian, ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dapat
dicapai apabila terbangun kemampuan (daya beli) rumah tangga tersebut untuk
memperoleh pangan (dari produksi sendiri maupun dari pasar) yang cukup,
bergizi, aman, halal, yang dapat mendukung hidup sehat dan produktif. Dengan
demikian ketahanan pangan yang dibangun bukan diarahkan agar rumah tangga
tersebut menghasilkan sendiri seluruh kebutuhan pangannya, tetapi diwujudkan
melalui kemampuan memperoleh peningkatan pendapatan (daya beli) secara
berkelanjutan. Karena itu pula, perdagangan pangan (baik dalam negeri/antar
daerah ataupun perdagangan internasional) seyogyanya didorong agar mampu
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut ILO kebutuhan pokok pada dasarnya meliputi dua elemen, yaitu:
1. Meliputi persyaratan minimum tertentu bagi konsumsi sendiri,
pangan yang cukup, perlindungan, dan pakaian.
18
2. Termasuk pelayan an esensial yang sebagian besar disediakan oleh
dan untuk masyarakat, seperti air minum yang bersih, sanitasi,
kendaraan umum dan fasilitas pendidikan.
Tiga nilai inti dalam pembangunan, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan pokok
2. Aktualisasi self-estreem, dan
3. Aktualisasi nilai-nilai kebebasan (freedom)
Konsep ketahanan pangan tersebut paling tidak melingkupi lima unsur pokok,
yaitu:
1. Berorientasi pada kebutuhan rumah tangga dan individu;
2. Setiap saat bahan pangan tersedia dan dapat diakses;
3. Mengutamakan aksesibilitas pangan bagi rumah tangga dan
individu; baik secara fisik, maupun sosial-ekonomi;
4. Bertujuan pada pemenuhan kebutuhan gizi secara aman;
5. Sasaran akhir adalah hidup sehat dan produktif.
Delapan kebijakan jalur pemerataan , yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khusunya
pangan, sandang, dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,
khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu:
Interaksi
PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara dua atau
lebih komponen teknologi produksi.
19
Dinamis
PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologi dan
penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani.
Integrasi
Dalam implementasinya di lapangan, PTT mengintegrasikan sumber daya
lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas
lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi petani.
Partisipatif
PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untuk memilih,
mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada penyuluh dan peneliti
untuk menyempurnakan PTT, serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki
kepada petani yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
.Hudiyanto. 2004. Ekonomi Politik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Perencanaan kebutuhan bahan. (online), (http://go-phelz.blogspot.com/2011/01/perencanaan-kebutuhan-bahan-mrp.html), diakses 18 April 2012.
Konsep dan implementasi strategi nasional penanggulangan kemiskinan. (online), (www.bappenas.go.id), diakses 18 April 2012.
20
21