Upload
dittakirana
View
325
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN MARATUA, KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU, KALTIM.
Citation preview
PENDAHULUAN
Pengertian/Definisi Ekowisata
Sumberdaya kelautan dengan aneka-ragam ekosistemnya yang berupa
keaneka-ragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan
alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Potensi sumberdaya alam
bahari dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-
besarnya bagi kesejahtraan rakyat dengan tetap memperhatikan upaya konservasi
dan rehabilitasinya. Sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
pelestarian alam dan sekaligus sebagai obyek wisata alam, adalah: taman laut,
pesisir-pantai, flora termasuk hutan, fauna, dan berbagai bentuk ekosistem khusus.
Secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat
didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di
tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam
dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan Ekowisata Indonesia
Tujuan Ekowisata Indonesia adalah untuk (1) Mewujudkan
penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung upaya-upaya
pelestarian lingkungan alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Meningkatkan
partisipasi masyararakat dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat
setempat; (3) Menjadi model bagi pengembangan pariwisata lainnya, melalui
penerapan kaidah-kaidah ekowisata.
1 | E k o w i s a t a B a h a r i
EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN MARATUA, KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU, KALTIM
RingkasanWisata bahari adalah jenis wisata minat khusus yang memiliki aktivitas
yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut (marine) maupun
kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut (sub marine). Wisata minat
khusus adalah suatu bentuk perjalanan wisata dimana wisatawan mengunjungi
suatu tempat karena memiliki tujuan khusus mengenai suatu jenis obyek atau
kegiatan yang dapat ditemui atau dilakukan di lokasi atau daerah tujuan wisata
tersebut. Banyak kalangan lain menempatkan wisata bahari sebagai bagian dari
wisata lingkungan dan merupakan industry yang menjanjikan. Walau telah
dianggap sebagai industri yang menjanjikan dan telah didefinisikan oleh
pemerintah Indonesia, pada kenyataannya sekitar 70% atau 5.8 juta km persegi
dari luas wilayah Indonesia yang merupakan lautan, potensinya belum
dimanfaatkan secara optimal, baik untuk pengembangan pariwisata bahari mau
pun untuk pengembangan lainnya. Contohnya adalah ekowisata bahari di
Kecamatan Maratua, Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimanta Timur.
Wilayah kelautan Berau sudah dikenal sebagai destinasi wisata kelas
dunia. Wisatawan nasional dan mancanegara memberikan kesan yang luar biasa
atas kombinasi keindahan panorama dan kekayaan alam bawah laut dan industri
pariwisata menawarkan ragam produk-produk ekowisata dengan kualitas yang
sangat tinggi. Kemunculan pariwisata bahari di Berau dimulai pada awal 1990-an
dan diperkuat dengan kerjasama Regional ASEAN BIMP-EAGA untuk sektor
pariwisata dengan tanpa kejelasan panduan kebijakan, pola dan perencanaan,
sementara dokumen RIPPDA baru dipublikasikan pada 2003 dan
implementasinya belum optimal. Namun demikian, visi/misi Kabupaten Berau
menunjukkan kemajuan yang berarti dengan ditandai masuknya investasi dari luar
untuk pengembangan resort-resort di Kepulauan Derawan dan sekaligus menjadi
pemicu pengusaha lokal untuk berinvestasi di sektor ini.
2 | E k o w i s a t a B a h a r i
Beberapa faktor penghambat yang didapat dari pengalaman dan
pembelajaran dari perjalanan pariwisata bahari yang diperoleh di Pulau Derawan
adalah:
Arah kebijakan belum konsisten untuk perencanaan, pengembangan,
pengelolaan dan promosi pemasaran sehingga mengharuskan kita untuk
melakukan kaji-ulang kebijakan, perencanaan, implementasi dan konsultasi
para pihak
Kepemilikan bisnis ekowisata sebagian besar dikuasai pihak swasta asing dan
hanya sebagian kecil saja dari pengusaha lokal yang terlibat dalam bisnis
karena berbagai alasan seperti pandangan bahwa usaha pariwisata bukan
bisnis yang prospectus, kurang paham dan dukungan insentif serta akses
kebijakan dan financial yang tidak memadai. Sementara masyarakat lokal
menjadi buruh pariwisata, padahal sejatinya mereka adalah pemilik usaha
ekowisata oleh karena keberpihakan belum terjadi dan ketidakadilan terus
berlangsung
Ukuran konservasi bagi pengelolaan ekowisata belum ada kesepakatan
sehingga agak susah untuk mengukur keberhasilan suatu usaha ekowisata
secara menyeluruh
Konflik-konflik horizontal antara pengusaha dengan masyarakat masih terus
berlangsung karena tumpang-tindih kepentingan dann kompetisi ruang-ruang
pemanfaatan
Ketidakjelasan kebijakan dan kewenangan antara pusat dengan daerah tentang
investasi pariwisata sehingga sering terjadi disharmoni dalam pengambilan
kebijakan
Perspektif pemahaman dan definisi ekowisata sangat beragam bahkan
cenderung salahguna. Banyak operator wisata massal memainkan citra untuk
menangkap peluang ekowisata dan wisata berlabel hijau (green tourism) yang
diterapkan pada produk-produk ataupun paket-paket wisata yang
ditawarkannya dengan harapan akan mendokrak proyeksi keuntungan bisnis.
Sehingga perlu dilakukan re-definisi atas ekowisata dan membangun standar
ekowisata Berau.
3 | E k o w i s a t a B a h a r i
Beberapa kebijakan dan panduan yang dikeluarkan dunia internasional dan
nasional tentang ekowisata nampak kental keberpihakan pada penanam modal,
sementara posisi masyarakat ditempatkan sebagai mitra atau ada keharusan
berpartisipasi dalam mengembangkan ekowisata di daerahnya.
Kepulauan Derawan memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan
ekowisata berbasis masyarakat dengan perspektif pemahaman yang utuh. Kondisi
dasar yang dimilikinya adalah:
(1) Sebagai masyarakat pulau (tempatan),
(2) Memiliki ruang (hidup) kelola dan inter-relasi tradisional dengan sumberdaya
alamnya (natural assets),
(3) Kekuatan sumberdaya manusia, dan
(4) Keunggulan sumberdaya sosial (asset sosial) dan sosio-kapital. Gabungan aset
tersebut sudah dapat memulai usaha ekowisata. Namun demikian mereka perlu
dukungan dalam peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan serta
kemudahan akses terhadap skema finansial sebagai start-up business atau modal
kerja.
Ekowisata berbasis masyarakat adalah usaha jasa lingkungan milik
masyarakat dan dikelola oleh masyarakat tempatan dengan mengedepankan tiga
pilar ECO secara berimbang, yaitu Ecology, Economy, dan ECO = Evaluating
Community Opinion1 dalam mengelola sumberdaya masing-masing wilayah
secara berkeadilan dan berkelanjutan. Kebijakan dan pengaturan usaha (business
policies and arrangement) diputuskan berdasarkan kesepakatan, termasuk
didalamnya adalah pengaturan kepemilikan saham, pengelolaan saham dan
mekanisme pembagian keuntungan.
Inisiatif mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat telah dimulai
sejak 2002, lalu ditindaklanjuti dengan serangkaian kegiatan 2004-2007 dimana
Bestari memfasilitasi dan memberikan dukungan teknik bagi masyarakat di Pulau
Maratua untuk membangun kepercayaan diri menuju kemandirian dalam
pengelolaan sumberdaya kelautan secara berkeadilan dan berkelanjutan. Hasil
pengkajian dan penggalian diri atas prinsip, nilai dan keyakinan yang dimiliki,
masyarakat telah menyepakati untuk membangun rencana kelola ekowisata
berbasis masyarakat sebagai sebuah program yang dinilai sangat strategis.
4 | E k o w i s a t a B a h a r i
Rencana Kelola Ekowisata Berbasis Masyarakat kepulauan Derawan 2008-2013
berisikan visi dan definisi ekowisata berbasis masyarakat yang telah dipahami dan
disepakati oleh masyarakat. Rencana kelola ini menyajikan kerangka kerja untuk
paruh waktu 5 (lima) tahun ke depan yang menjadi panduan dalam implementasi.
Kecamatan Maratua dipilih sebagai titik masuk dalam pengembangan ekowisata
bahari berbasis masyarakat di Berau melalui beragam pertimbangan penting,
diantaranya adalah (1) aspek ekologi, (2) aspek ekonomi, (3) sosial-budaya, dan
(4) aspek geopolitik.
Untuk mewujudkan gagasan, diatas Yayasan Bestari bersama masyarakat
di Pulau Maratua sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 ini telah melakukan
serangkaian kegiatan antara lain :
1. Melakukan Seminar dan Lokakaraya
Semiloka ”inisiatif pengembagan ekowisata berbasis penyu di Kabupaten
Berau” dengan narasumber Suhartini Sekartjakrarini pakar ekowisata dari
IdeA, Bogor.
Seminar Input Rencana Pengelolaan ”Menggagas Ekowisata berbasis
Masyarakat di Kab. Berau” Februari tahun 2008 dengan Narasumber dari
Pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada (UGM) dan Wayan
Dirgayusa dari Jaringan Ekowisata Desa, Bali.
2. Peningkatan Sumberdaya Manusia melalui Pelatihan untuk mendukung
ekowisata Berbasis Masyarakat.
Pelatihan Dasar Eco-guide (Pemandu Ekowisata) tahun 2008. Pelatihan
ini di Pandu oleh I Gde Wirata dan I Wayan D dari Jaringan Ekowisata
Desa (JED), Bali.
Pelatihan Selam (Dasar dan Advance) bagi kelompok Guide Ekowisata
berbasis Masyarakat, Kerjasama Bestari – POSSI yang di ikuti 10 peserta,
tahun 2010.
5 | E k o w i s a t a B a h a r i
3. Melaksanakan Management Plan (Rencana Pengelolaan) Ekowisata
Berbasis Masyarakat Pulau Maratua.
4. Membangun Jaringan dengan Jaringan Ekowisata Desa (JED) Bali,
Indonesian Ecotourism Network (Indecon) dan Pusat Studi Pariwisata UGM
Jogjakarta serta Lembaga lainnya yang diharapkan mendukung Program ini.
5. Mengikuti Launching JED, Bali tahun 2007 dan Pertemuan Nasional
Pariwisata Berbasis Masyarakat di Jogjakarta tahun 2008 dan di Pangkep, Sulsel
tahu 2009
Pencapaian:
1. Telah ada kelompok Guide yang mempunyai kemampuan dasar memandu
tamu sebanyak 20 orang dan 12 orang telah mempunyai sertifikat selam
tingkat dasar dan Advance dari ADS Internasional dan POSSI.
2. Telah ada Sarana Transportasi penunjang wisata seperti speedboat,
glassbottom boat dan Kapal yang dimiliki oleh masyarakat dan kelompok
ekowisata.
3. Mendapat Penghargaan Cipta Pesona Wisata (CIPTA AWARD) dari
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI katagori Kelompok
Masyarakat/LSM dalam upaya mempromosikan Daya Tarik Wisata
Penyu, 4 November 2010
4. Telah ada dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan kapasitas,
pendanaan, promosi dll.
Solusi Rencana Ke Depan:
1. Membangun Jaringan pemasaran dengan berbagai pihak yang terkait
dengan pariwisata berbasis masyarakat baik di tingkat Nasional maupun
Internasional.
2. Melakukan Identifikasi dan Reflikasi Program di Kampung yang
mempunyai potensi wisata yang dapat di kembangkan oleh Masyarakat Kampung
di Kabupaten Berau. Diharapkan ada 10 kampung wisata di Kabupaten Berau
yang terbangun sampai tahun 2015.
6 | E k o w i s a t a B a h a r i
3. Menyiapkan/memfasilitasi infrastruktur pendukung dan dukungan
sumberdaya (permodalan dan peningkatan kapasitas)bagi kelompok ekowisata di
tiap kampung.
4. Membangun unit usaha yang dikelola dan dimiliki oleh Masyarakat
Lokal.
5. Membangun Pusat Informasi wisata berbasis masyarakat di Tanjung
Redeb.
6. Menginisiasi berdirinya ”BERAU ECOTOURISM ASSOSIATION”,
sebuah lembaga yang anggotanya adalah kampung – kampung yang mempunyai
potensi wisata dan mereka yang peduli dengan ekowisata berbasis masyarakat.
Wadah ini berfungsi sebagai pusat pemasaran, pendidikan, pelatihan dan
pengembangan kapasitas bagi anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA
Yayasan Berau Lestari (Bestari) Jl. Mangga III No. 14 Kelurahan Gayam, Tanjung Redeb Website : www.maratuaecoturism.wordpress.com
7 | E k o w i s a t a B a h a r i