Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
CLARA DIAN AYU PUSPATANTRI
NIM : 131424002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis ini untuk keluargaku, teman–teman, kekasih, dosen–
dosen dan keluarga besar PFIS USD khususnya pak Rohandi dan pak Sarkim,
dan para motivator (Ansi dan Meldi) yang tak pernah lelah sebagai sponsor
materi, doa dan menjadi inspirator untuk melawan ketermalasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Sebuah pertanyaan “Kapan Lulus?”
Akan terjawab tepat pada waktu dikala malas lenyap ke antah berantah
****Clara Dian Ayu****
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Januari 2019
Penulis
Clara Dian Ayu Puspatantri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Clara Dian Ayu Puspatantri
NIM : 131424002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin
kepada saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 17 Januari 2019
Yang menyatakan
Clara Dian Ayu Puspatantri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA
Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2018
Clara Dian Ayu Puspatantri
131424002
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gerak agem kanan dalam
tari Pendet yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains dan mendesain
model pembelajaran sains yang melibatkan budaya Bali.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan
di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
Januari – Mei 2018. Subyek penelitian adalah 1 pelatih tari yang merupakan
penduduk asli Bali dan 1 penari tari Pendet. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah observasi yang memberikan data berupa gambar dan wawancara untuk
mengetahui tentang tari Pendet dan gerakan–gerakannya. Hasil observasi dan
wawancara selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi besaran–besaran fisis
yang terdapat tari Pendet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) gerak agem kanan dalam tari
Pendet memiliki relevansi terhadap konsep kesetimbangan benda tegar dan momen
gaya pada pembelajaran fisika serta (2) dapat dirancang model pembelajaran sains
berbasis budaya lokal pada kasus tari Pendet.
Kata kunci: Tari Pendet, Budaya Lokal, Kesetimbangan Benda Tegar, Momen
Gaya dan Media Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
TARI PENDET EXPLORATION AS LEARNING MEDIA ON CULTURAL
BASED PHYSICS LEARNING
Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program, Mathematics and
Science Department, Teacher and Education Science Faculty, Sanata Dharma
University, Yogyakarta 2018
Clara Dian Ayu Puspatantri
131424002
This research aims to identify agem kanan motion on tari Pendet which
can be integrated on science learning and designing science learning model that
involve Balinese culture.
It’s a descriptive qualitative research which held at Tari Bali Sekar Jepun
Community of Sanata Dharma University Yogyakarta during January – May 2018.
Subject of this research is 1 dance instructor whom a real Balinese resident and 1
tari Pendet dancer. Research instrument that being used is observation, which gives
data in the form of pictures and also interview in order to understand tari Pendet
and its motions. Observation and interview results then analyzed to identify
physical unit that discovered on tari Pendet.
Results of the research shows that (1) agem kanan motion on tari Pendet
has relevance towards rigid body equilibrium concept and moment of force on
Physics learning (2) can be designed science learning model based on local culture
on tari Pendet case.
Keywords: Tari Pendet, Local Culture, Rigid Body Equilibrium, Moment of Force
and Learning Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal skripsi dengan judul
“EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan
dan dukungan dari beberapa pihak yang berperan penting dalam penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
2. Ibu Ni Kadek Rai Dewi Astini yang bersedia sebagai narasumber saya dan
Mam Ni Luh Putu Rosiandani yang telah mengijinkan saya melakukan
penelitian di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun.
3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis.
4. Segenap dosen program studi Pendidikan Fisika dan karyawan JPMIPA
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Keluargaku tercinta papa DM. Daroji, mama Benidita Suardini, AMd. Kep.,
kembaranku Agnes Diah Ayu Pusparini, AMd. Kep., Nyoman Ludowika,
Wayan Servasius, dan Eugenius Ragil yang selalu memberikan dukungan
dana dan doa dalam penyelesaian kuliah dan skripsi ini.
6. Ansi Udak, Meldi Danus dan Reza Luthfan yang tidak pernah lelah
menemani dan menanti skripsi ini terselesaikan, memberikan motivasi,
semangat dan dukungan kepada penulis.
7. Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2013 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
8. Serta semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari jika dalam penulisan skripsi ini memiliki beberapa
kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang berguna membangun skripsi ini. semoga skripsi ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 17 Januari 2019
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. .... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Budaya dan Sains ................................................................. 7
1. Pengertian Budaya ............................................................................ 7
2. Pengertian Sains ............................................................................... 7
B. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ........................................................ 9
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual .............................................. 9
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .......................................... 10
C. Pembelajaran Berbasis Budaya .............................................................. 13
1. Belajar dengan budaya ..................................................................... 13
2. Belajar melalui budaya ..................................................................... 14
D. Media Pembelajaran ............................................................................... 16
E. Tari Pendet dan Gerak Agem Kanan ...................................................... 18
1. Pengertian dan Makna Tari Pendet ................................................... 18
2. Istilah–Istilah dalam Gerakan Tari Pendet ....................................... 18
3. Agem Kanan ..................................................................................... 19
F. Kesetimbangan Benda Tegar .................................................................. 20
G. Momen Gaya .......................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 24
B. Desain Penelitian .................................................................................... 24
1. Pengumpulan Informasi Tentang Budaya Bali ................................. 25
2. Memilih Informasi yang Relevan Terhadap Pembelajaran Sains .... 26
3. Identifikasi Tari Pendet dalam Segala Aspek Terhadap Konsep–Konsep
Sains yang Relevan ........................................................................... 26
4. Perumusan Hasil Kajian ................................................................... 26
C. Sampel Penelitian ................................................................................... 27
D. Waktu Penelitian .................................................................................... 27
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................................... 28
1. Metode Observasi ............................................................................. 28
2. Metode Wawancara .......................................................................... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
F. Metode Analisis Data ............................................................................. 30
1. Analisis informasi dari studi literatur sebagai sumber acuan penulis 30
2. Analisis hasil wawancara dari penari dan pelatih tari Pendet untuk
mengetahui budaya lokal .................................................................. 30
3. Analisis hasil observasi dari mengamati latihan tari Bali di Komunitas
Tari Bali Sekar Jepun Yogyakarta untuk mengetahui besaran–besaran
fisis yang terkandung dalam budaya tari Pendet .............................. 31
4. Proses triangulasi data ...................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian ................................................................................ 33
B. Gambaran Masyarakat Bali Tentang Tari Pendet................................... 34
C. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................... 38
1. Posisi agem kanan dalam tari Pendet ............................................... 39
2. Diagram gerak agem kanan dalam budaya tari Pendet .................... 41
3. Hubungan antara gerak agem kanan dan konsep fisika ................... 45
4. Skenario pembelajaran berbasis budaya local .................................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 54
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 54
Saran ................................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Identifikasi besaran–besaran fisika dalam tari Pendet ..................... 30
Tabel 4.1 Deskripsi konseptual gerak dalam tari Pendet terhadap fisika ........ 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal (Kasus Tari
Pendet) ............................................................................................................. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sebuah benda mengalami gaya di titik P tetapi torsinya bekerja di
titik o ................................................................................................................ 22
Gambar 4.1 Data pusat gravitasi tiap segmen tubuh tampak samping pada saat (a)
berdiri tegak dan (b) membungkuk .................................................................. 38
Gambar 4.2 Diagram gaya dalam gerak dasar tapak sirang pada ................... 38
Gambar 4.3 Diagram geraak dasar tapak sirang pada kemudian mendak ...... 39
Gambar 4.4 Posisi agem kanan dikombinasikan dengan mendak (a) tampak depan
dan (b) tampak samping ................................................................................... 40
Gambar 4.5 Diagram pada posisi agem kanan dalam tari Pendet (a) tampak depan
dan (b) tampak samping ................................................................................... 41
Gambar 4.6 (a) luas daerah stabil ketika kaki berdekatan dan (b) luas daerah stabil
ketika kaki terpisah .......................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal .... 54
Lampiran 2 Hasil Data Wawancara dengan Masyarakat ................................. 60
Lampiran 3 Foto Penelitian .............................................................................. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari budaya yang hidup, tumbuh dan
berkembang di sekitar alam dan lingkungannya. Manusia mempunyai
tuntutan kebutuhan hidup yang ditempuh dengan mencurahkan akal dan
budinya untuk menciptakan kebudayaan dan hidup dalam dunia berbudaya.
Sebagai konsekuensinya, manusia harus dilengkapi dengan nilai-nilai atau
norma-norma kebudayaan yang wajib disampaikan dalam pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan merupakan suatu hal yang penting
untuk dijadikan sarana penyampaian nilai dan norma kebudayaan kepada
generasi selanjutnya. Pendidikan membuat anak–anak diangkat ke dalam
masyarakat yang berbudaya juga.
Pendidikan berfungsi memberdayakan potensi manusia untuk
mewariskan, mengembangkan serta membangun kebudayaan dan peradaban
masa depan. Pendidikan berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang
positif dan menciptakan perubahan ke arah kehidupan yang lebih inovatif.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan dapat dikatakan memiliki fungsi kembar
(Budhisantoso, 1992; Pelly, 1992 dalam Suastra, 2010). Hal inilah yang
menyebabkan sistem pendidikan asli di suatu daerah memiliki peran penting
dalam perkembangan pendidikan dan kebudayaan.
Disadari secara langsung maupun tidak langsung, proses pembudayaan
sebenarnya terjadi di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Di sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
terdapat mata pelajaran khusus mengenai budaya seperti mata pelajaran seni
budaya, seni musik, seni tari, seni lukis, kesenian dan kerajinan tangan, dan
beberapa pelajaran tentang budaya lainnya. Sebagian besar pelajaran-
pelajaran tersebut hanya sebagai tambahan pengetahuan seputar budaya
daerah dan nusantara sehingga sangat jarang diintegrasikan terhadap mata
pelajaran lain karena dianggap tidak saling berhubungan.
Pembelajaran sains khususnya pelajaran fisika di sekolah sebagian
besar hanya mengacu pada buku teks pegangan siswa dan guru. Buku-buku
yang dipakai telah memuat konsep–konsep, fakta, prinsip/hukum, teori dan
rumus-rumus serta beberapa contoh aplikasinya unntuk tiap-tiap bab yang
dipelajari. Contoh-contoh yang termuat dalam buku teks cenderung
mengadopsi pembelajaran budaya Barat yang sebagian tidak dikenal oleh
anak-anak Indonesia khususnya yang berada di daerah-daerah tertentu yang
masih mengandalkan alam. Mereka akan merasa asing dengan pelajaran
fisika beserta dengan contoh–contoh yang termuat di dalam buku. Hal ini
dapat menyebabkan pelajaran menjadi kurang bermakna bagi kehidupan
sosial–budaya mereka.
Dalam pembelajaran di kelas, siswa–siswa yang mengerti akan sains
cenderung lebih mengandalkan pengetahuan mereka untuk menjawab
pertanyaan dari soal–soal hitungan dibuku teks. Para siswa hanya menjadi
mahir dalam menjawab soal–soal bukannya memiliki pengetahuan tentang
sains yang luas. Guru sains (fisika, biologi dan kimia) ditantang untuk
mencari metode, strategi maupun pendekatan yang lebih relevan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kondisi siswa sehingga mereka mendapatkan pengetahuan dan inovasi
melalui pendidikan dan kebudayaan.
Pelestarian budaya diperkenalkan kepada anak–anak Indonesia melalui
pendidikan nonformal seperti orang tua, tokoh masyarakat dan lingkungan di
mana mereka tinggal, serta pembelajaran budaya dalam mata pelajaran di
sekolah sebagai pendidikan formal. Budaya bukan hanya sebagai koleksi
daerah atau negara semata. Budaya adalah warisan yang harus dijaga dan
diperkenalkan kepada semua generasi. Melestarikan budaya itu juga bukan
hanya dimaknai sebagai warisan. Makna lain yang terkandung di dalamnya
adalah pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar sehingga kebudayaan
dapat dilihat tidak hanya dari pemanfaatan di bidang pariwisata dan seni
namun dapat diintegrasikan dan dimanfaatkan pula dalam bidang pendidikan.
Integrasi budaya dalam aspek pendidikan telah dikaji oleh beberapa
peneliti. Sebagai contohnya Setiawan (2008) menggunakan pengetahuan
budaya Jawa dalam kehidupan sehari–hari dalam pengembangan desain
pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) di
Yogyakarta. Enita (2013) mengintegrasikan pengetahuan masyarakat Dayak
mengenai perubahan fase–fase bulan ke dalam pembelajaran fisika kelas VII.
Penelitian terbaru dari Gea (2017) mengambil kebudayaan lompat batu dari
Nias dan mendapatkan pengintegrasian dalam bahasan gerak parabola untuk
pembelajaran sains di sekolah menengah.
Tari Pendet sebagai salah satu kebudayaan masyarakat Bali telah
menjadi bahan kaji penelitian dalam bidang komputerisasi. Heryadi Yaya dkk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
(2012) mengembangkan aplikasi untuk mengenali gerak dari setiap gerakan–
gerakan dalam dari penari tari Pendet. Kemudian pada tahun 2015, Heryadi
Yaya dan kawan–kawan membuat pembaharuan metode dalam penelitian
mereka menggunakan metode pengenal gerak dan skoring dengan klasifikasi
dua lapis pada bidang acak dan mendapatkan hasil lebih baik dari penelitian
sebelumnya.
Berdasarkan hal di atas, peneliti menyadari perlunya
mengintegrasikan tari Pendet sebagai budaya lokal masyarakat Bali ke dalam
pembelajaran sains untuk membantu siswa menyadari bahwa belajar sains
bukan hanya dipelajari dari buku teks yang mengadopsi budaya Barat. Tari
Pendet khususnya untuk gerak agem kanan diangkat sebagai topik penelitian
yang diintegrasikan dalam konsep kesetimbangan dan momen gaya yang
bertujuan untuk mengembangkan sains berbasis budaya lokal di sekolah–
sekolah di Bali dan daerah–daerah transmigran Bali seperti Kabupaten Parigi
Moutong di Sulawesi Tengah dan Lampung menggunakan budaya yang
sudah ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan
dalam tari Pendet memiliki relevansi dengan konsep kesetimbangan dan
momen gaya?
2. Bagaimana merancang pembelajaran sains yang diintegrasikan dalam
budaya Bali?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan
dalam tari Pendet yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains.
2. Mendesain model pembelajaran sains yang melibatkan tari Pendet.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru dan calon guru
a. Dapat memperoleh wawasan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan kualitas pembelajaran sains dengan memperhatikan
lingkungan sosial-budaya anak. Pelatih tari Bali juga memperoleh
pengetahuan sains dalam tari Bali untuk meneruskan, meningkatkan,
dan mengembangkan latihan tari Bali.
b. Menyediakan alternatif pembelajaran sains dengan memperhatikan
aspek budaya dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran sains dan
sebaliknya menyediakan pula alternatif latihan tari Bali dengan
memperhatikan konsep fisika yang terkandung di dalamnya.
c. Sebagai referensi bagi guru dan calon guru agar nantinya dalam
merencanakan pembelajaran sains hendaknya juga memperhatikan
budaya lokal anak. Referensi bagi pelatih tari Bali untuk membantu
para penari berlatih tari Bali dengan sebaik-baiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Bagi siswa
a. Siswa dapat belajar sains, baik dari adopsi budaya Barat maupun
budaya lokal/lingkungan siswa sendiri.
b. Siswa akan lebih menghargai budaya lokalnya sendiri dan
mengembangkan pengetahuan lokal.
3. Bagi peneliti
a. Dapat mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian sains
berbasis budaya lokal yang lain atau di daerah yang berbeda sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan memperkenalkan
budaya lokal di daerah sendiri atau di daerah lain.
b. Menambah pengetahuan peneliti tentang sains dan budaya di daerah
peneliti berasal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Budaya dan Sains
1. Pengertian Budaya
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta, buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi. Kata ini sering diucapkan dalam bahasa
Indonesia budi, yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Sementara itu, istilah budaya jika diambil dari bahasa Inggris culture
berasal dari bahasa Latin cultura dari kata dasar colere yang artinya mengolah
atau mengerjakan (to cultivate).
Menurut Santrock (2014), budaya mengacu pada pola perilaku,
keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok orang tertentu yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Produk ini hasil interaksi antara
kelompok orang dan lingkungan mereka selama bertahun-tahun.
Spranger (dalam Suriasumantri, 2017: 471) mengidentifikasikan enam
nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik
dan agama. Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang
lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut dari setiap
kategori.
2. Pengertian Sains
Sains merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “Scientia” artinya
“tahu” atau mengetahui. John Woodbum dan E. O. Obourn (dalam Isabel
Gedgrave, 2009: 1) menganggap sains sebagai upaya manusia yang berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
untuk mencari penjelasan bahkan meningkatkan akurasi, peristiwa dan
kenyataan yang terjadi atau hidup dalam lingkungan alam kita. Walaupun
pengertian sains tersebut adalah mengetahui, pada akhirnya sains itu sendiri
tidak sekedar hanya untuk mengetahui. Menurut pandangan antropologi
budaya, kebudayaan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan yang berkembang di masyarakat. Dari hal tersebut pembelajaran
sains dapat dianggap sebagai transmisi budaya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sains merupakan bagian dari
budaya, yaitu pada sistem pengetahuan yang dimiliki manusia melalui proses
belajar. Proses belajar itu sendiri merupakan proses pembudayaan yang tidak
dapat dipisahkan dari aksi dan interaksi. Hal ini dikarenakan persepsi dan
aktivitas berjalan seiring secara dialogis.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa budaya berperan penting
dalam pembelajaran sains yang memungkinkan anak mempelajari banyak
pengetahuan tentang pelajaran fisika dan pengetahuan sains. Melalui hal
tersebut memungkinkan juga budaya bisa menjadi alat atau sarana yang
berharga bagi anak dalam mengembangkan pengetahuan baru. Dalam proses
pembelajaran, budaya digunakan oleh guru sains untuk menyampaikan sains
yang berkaitan dengan produk dan proses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Menurut Elaine B. Johnson (2010: 14),
“contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila
mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan
mereka menangkap makna-makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka
bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah mereka miliki sebelumnya.”
Blancard (2001: 1), Berns dan Erickson (2001: 2) dalam Komalasari
(2010: 6) mengemukakan bahwa:
“ Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning
that helps teachers relate subject matter content to real world situations;
and motivates students to make connections between knowledge and its
aplications to their lives as family members, citizens, and workers and
engage in the hard work that learning requires.”
Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar
dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara, dan pekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khusus
yang membedakannya dengan pendekatan pendidikan lain. Elaine B.
Johnson (2010: 65–66) mengidentifikasi ada delapan komponen yang
menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang
berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama,
(5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membangun individu untuk tumbuh dan
berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan
penilaian autentik.
Sounders (1995: 5–10) dalam Komalasari (2010: 8–10) menjelaskan
bahwa pembelajaran difokuskan pada REACT (Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, dan Transfering) yang diuraikan sebagai berikut;
a. Relating (keterkaitan, relevansi)
Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan
bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri
siswa (relevansi antarfaktor internal seperti bekal pengetahuan,
keterampilan, bakat, minat, dengan faktor ekksternal seperti ekspose
media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan
konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat
untuk bekal bekerja di kemudian hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Experiencing (pengalaman langsung)
Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman
langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventori,
investigasi, penelitian, dan sebagainya. Experiencing dipandang
sebagai jantung pembelajaran kontekstual, proses pembelajaran akan
berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi
peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-
bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif. Untuk mendorong
daya tarik dan motivasi maka diperlukan penggunaan strategi
pembelajaran dan media seperti audio, video, membaca dan menelaah
buku teks, dan sebagainya.
c. Applying (aplikasi)
Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam
situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi,
lebih sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang
telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang
berbeda merupakan penggunaan (use) fakta konsep, prinsip atau
prosedur atau “pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk
menggunakan (use)” (Reigeluth dan Merril, 1987: 7 dalam Komalasari,
2010: 9).
Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks
yang bermanfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir
dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia kerja.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini
dilaksanakan dengan menggunakan buku teks, video, laboratorium, dan
bila memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman
langsung melalui kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan,
magang, dan sebagainya.
d. Cooperating (kerja sama)
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antarsesama siswa,
antarsiswa dengan guru, antarsiswa dengan narasumber, memecahkan
masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi
pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman
bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi
pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia
nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika
dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim.
e. Transfering (alih pengetahuan)
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk
mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki
pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau
dialihkan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa untuk
menerapkan materi yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
masalah baru merupakan strategi kognitif (Gagne, 1988: 19 dalam
Komalasari, 2010: 10) atau “pencapaian tujuan pembelajaran dalam
bentuk menemukan (finding)” (Reigeluth dan Merril, 1987: 17 dalam
Komalasari 2011: 10).
C. Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan
lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengitegrasikan
budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran (Suprayekti dkk, 2008: 4.12
dalam Wihelmina, 2017: 13). Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada
pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental (mendasar dan
penting) bagi pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan
perkembangan pengetahuan.
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui
budaya. Pada topik ini dibahas integrasi budaya dalam pembelajaran sains
sehingga pembahasan hanya difokuskan pada masalah belajar dengan budaya
dan belajar melalui budaya.
1. Belajar dengan budaya
Belajar tipe ini terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai cara atau metode untuk mempelajari suatu mata pelajaran tertentu.
Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan
budaya. Belajar dengan budaya dan perwujudannya menjadi media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pembelajaran dalam proses belajar menciptakan kondisi di mana siswa
mempelajari konteks dari contoh–contoh konsep atau prinsip dalam suatu
mata pelajaran menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam
suatu pelajaran.
2. Belajar melalui budaya
Belajar melalui budaya merupakan metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna
yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan
budaya. Belajar melalui budaya juga merupakan salah satu bentuk multiple
representation of learning assesment atau bentuk penilaian pemahaman
dalam ragam bentuk. Melalui metode ini memungkinkan siswa untuk
memperlihatkan kedalaman pemikirannya, penjiwaannya terhadap konsep
atau prinsip yang dipelajari dalam suatu mata pelajaran, serta imajinasi
kreatifnya dalam mengekspresikan pemahamannya. Belajar melalui
budaya dapat dilakukan di sekolah dasar, sekolah menengah atau
perguruan tinggi serta dalam mata pelajaran apapun.
Dalam pengertian yang seluas–luasnya pendidikan dapat dipandang
sebagai pengalihan kebudayaan, yakni pemindahan nilai–nilai dan berbagai
pengetahuan yang terkumpul dalam sesuatu masyarakat dari generasi yang
terdahulu kepada generasi berikutnya. Sains dalam zaman modern ini tumbuh
dan berkembang di negara–negara Barat dengan latar belakang kebudayaan
Barat. Tetapi, negara–negara sedang berkembang pada umumnya, termasuk
Indonesia mempunyai kebudayaan yang berlainan. Semangat keilmuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
negara–negara sedang berkembang dan tidak dengan sendirinya berkembang
dalam masyarakat. Dengan demikian, pendidikan sains di Indonesia
mempunyai peranan utama yang sangat penting untuk menumbuhkan dan
membina suatu kebudayaan ilmiah (The Liang Gie, 1992: 21-29).
Pembelajaran berbasis budaya merupakan salah satu cara yang
dipersepsikan menjadi dua makna. Pertama, menjadikan pembelajaran
bermakna dan kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya, di
mana suatu bidang ilmu dipelajari dan akan diterapkan nantinya di dalam
komunitas budaya dari mana Anda berasal. Kedua, menjadikan pembelajaran
menarik dan menyenangkan. Maksudnya ialah menciptakan kondisi belajar
yang memungkinkan terjadinya penciptaan makna secara kontekstual
berdasarkan pada pengalaman awal Anda sebagai anggota suatu masyarakat
yang berbudaya serta merupakan salah satu prinsip dasar dari teori
konstruktivisme.
Menurut Vygotsky, perkembangan fungsi kebudayaan pada anak
mengalami dua fase, yaitu fase sosial dan fase individu. Interaksi sosial
memberikan pengalaman pada anak dan pada tahap selanjutnya pengalaman–
pengalaman yang mereka lalui diinternalisasi oleh anak dan menjadi struktur
pengetahuan atau skemata anak. Selanjutnya, Vygotsky juga mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif sangat ditentukan oleh interaksi sosial anak
dengan lingkungannya, terutama pada masa anak berada dalam zone of
proximal development yang secara intelektual dapat pula diartikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
memberikan makna baru dari pengalaman–pengalaman yang telah mereka
miliki (Martini Jamalis, 2013: 151–153).
D. Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadirman,
1993 dalam Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, 2013: 7). Dijelaskan pula
oleh Raharjo (1989) dalam Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto (2013: 7)
bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan
kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
Pembelajaran merupakan usaha–usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber–sumber belajar agar proses belajar terjadi dalam diri
siswa. Hal inilah yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan secara
sadar untuk membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan dan minat mereka. Proses pembelajaran mengandung lima
komponen, yaitu komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, siswa
(komunikan) dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian–pengertian
tersebut, media pembelajaran adalah alat yang membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan (bahan pembelajaran)
yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih
baik.
Secara umum dapat dikatakan media dalam proses pembelajaran
mempunyai kegunaan, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1. Wakil guru dalam menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas
dan menarik;
2. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;
3. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera;
4. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dan sumber belajar;
5. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestiknya;
6. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, Kemp dan Dayton (1985) dalam Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2013: 21) menjabarkan kontribusi media pembelajaran sebagai
berikut.
1. Penyampaian pelajaran tidak kaku.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar.
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dipersingkat.
5. Kualitas belajar dapat ditingkatkan.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana saja diperlukan,
terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan
secara individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
E. Tari Pendet dan Gerak Agem Kanan
1. Pengertian dan Makna Tari Pendet
Menurut Kusmayati dkk (2003) dalam Siluh Made A. dan Usrek T. U.
(2007: 170)
“Pada jaman dahulu tari Pendet merupakan tarian Pura yang fungsinya untuk
memuja para dewa–dewi yang berdiam di Pura selama upacara odalan
berlangsung.”
Tari Pendet merupakan perkembangan dari memendet yaitu suatu
perilaku manusia ketika ngaturang ayah atau mempersembahkan
kemampuan yang mereka miliki ketika berada di pura dalam pelaksanaan
upacara keagamaan (bebali). Tari Pendet yang sudah dikembangkan dan
diperbaiki selama beberapa masa kini dipergunakan juga untuk pariwisata,
khususnya di daerah Bali.
Tari Pendet biasanya ditarikan oleh para gadis atau putri-putri remaja
baik itu secara kelompok kecil, kelompok besar, maupun secara masal yang
menggunakan properti berupa bokor dan ada juntaian daun janur yang
disebut dengan sampiyan. Di atas sampiyan diisi dengan bunga tabur.
2. Istilah–Istilah dalam Gerakan Tari Pendet
Pada dasarnya motif gerak tari Pendet sama seperti tari Bali pada
umumnya, yaitu;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Agem adalah sikap pokok yang mengandung maksud tertentu yaitu
suatu gerak pokok yang tidak berubah-ubah dari suatu sikap pokok ke
sikap pokok yang lain.
b. Tandang adalah cara memindahkan gerakan kaki dari suatu gerakan
pokok ke gerakan pokok lain sehingga menjadi suatu rangkaian gerak
yang saling berhubungan.
c. Tangkis adalah perkembangan gerakan tangan penari sehingga menjadi
rangkaian yang selaras dalam suatu tarian.
d. Tangkep adalah mimik yang memancarkan penjiwaan tari yaitu suatu
ekspresi yang timbul melalui cahaya muka.
3. Agem Kanan
Seperti yang telah dijelaskan bahwa agem adalah suatu sikap pokok
dalam menari Bali. Gerak agem meliputi agem kanan dan kiri, tapak sirang
pada, nuding, nabdab gelung dan nabdab gelung kana. Tulisan kali ini akan
lebih memfokuskan penjelasan mengenai gerak agem kanan sebagai suatu
media pembelajaran untuk menjelaskan suatu konsep fisika.
Agem kanan adalah sikap dasar bagaimana penari memahami sikap
tubuh. Sikap tubuh yang pertama, tubuh itu harus merendah atau disebut
dengan mendak. Kemudian mendorong tubuh ke depan atau disebut dengan
ngeed (di Jawa dikenal dengan mayuk). Cengked yaitu gerak menarik tulang
ekor supaya melengkung. Awalnya adalah tulang belikat menarik bahu ke
belakang, menyatunya tulang belikat kemudian melakukan gerak ngeed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Posisi kaki kanan diagonal terhadap kaki kiri di mana kaki kiri berada
di depan kaki kanan atau membentuk huruf “V”. Jarak antara kaki kanan
yang posisinya diagonal dengan posisi kaki kiri kira–kira satu genggaman
tangan. Kemudian jari kaki kanan dan kiri nyelekenting yaitu jari–jari
dinaikan ke atas dan dibuat melengkung ke belakang.
Pada mulanya berat badan diletakkan pada bagian tengah tubuh
penari. Ketika penari mendak artinya dia tidak sengaja meletakkan berat
badan pada bagian tubuh kanan. Untuk mendapatkan posisi seimbang maka
pinggul sedikit didorong ke kiri dan pinggang ke kanan.
Posisi tangan kiri sirang susu yaitu posisi tangan berada di samping
dada. Posisi ibu jari ditekuk ke belakang kemudian empat jari lainnya
melengkung ke belakang dan digetarkan yang disebut dengan jeriring.
Posisi tangan kanan sepat pala yaitu posisi tangan kanan sejajar bahu
kemudian lengan bawah ditekuk ke depan membentuk sudut siku–siku
dengan lengan atas. Posisi jari–jari pada tangan kanan sama seperti tangan
kiri. Posisi kepala direbahkan ke kanan kemudian mata dibuka lebar tanpa
berkedip dan difokus untuk menatap ke depan.
F. Kesetimbangan Benda Tegar
Tipler (1998) menyatakan bahwa kesetimbangan benda tegar adalah
kondisi benda dengan gaya resultan dan momen gaya resultan sama dengan nol
pada benda yang diam (statis) atau benda yang bergerak lurus (dinamis). Pada
pokok bahasan Hukum–hukum Newton telah dijelaskan bagaimana sebuah
partikel agar tetap diam, yaitu gaya neto yang bekerja pada partikel tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
adalah nol. Pada kondisi ini, partikel tidak dipercepat, dan jika kecepatan
awalnya nol, maka partikel tetap diam. Karena percepatan pusat massa sebuah
benda sama dengan gaya neto yang bekerja pada benda dibagi dengan massa
total benda, maka syarat ini juga berlaku untuk benda tegar yang berada pada
kesetimbangan. Namun, walaupun pusat massa sebuah benda diam, benda
dapat berputar. Jadi, syarat lain yang diperlukan adalah torsi neto terhadap
pusat massa sama dengan nol. Jika pusat massa sebuah benda diam dan tidak
ada rotasi mengelilinginya, maka tidak akan ada rotasi yang mengelilingi titik
mana pun. Jadi, agar kesetimbangan statik terjadi, torsi neto yang bekerja pada
sebuah benda harus sama dengan nol terhadap setiap titik.
Kesimpulannya, ada dua syarat yang diperlukan agar benda tegar berada
dalam kesetimbangan statik, yaitu;
1. Gaya eksternal yang bekerja pada benda sama dengan nol:
𝑭𝒏𝒆𝒕𝒐 = 0 ( 1 )
2. Torsi eksternal neto terhadap setiap titik harus sama dengan nol:
𝝉𝒏𝒆𝒕𝒐 = 0 ( 2 )
G. Momen Gaya
Halliday (1985) menyatakan bahwa momen gaya atau torsi atau
torka dari bahasa Latin torquere yang artinya memutar. Jadi, torsi adalah
kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar terhadap suatu
titik poros tertentu. Jika torsi resultan yang dialami oleh benda tidak sama
dengan nol, maka benda melakukan gerak putar dengan frekuensi sudut
ataupun periode yang berubah terhadap waktu. Artinya, bila torsi resultan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
nol, maka gerak putar itu mempunyai percepatan sudut yang tidak nol. Jika
torsi resultan pada benda bersifat nol, maka benda tersebut dalam
kesetimbangan rotasi. Selain itu, benda disebut dalam kesetimbangan translasi
bila gaya resultannya nol.
Jika benda bermassa m berada di posisi r (yaitu di titik P) relatif
terhadap titik asal koordinat (o), dan di titik P bekerja gaya F ( gambar 2.1 ),
maka torsi yang bekerja pada benda terhadap o didefenisikan sebagai :
𝝉 = 𝒓 × 𝑭 ( 3 )
Gambar 2.1 Sebuah benda mengalami
gaya di titik P tetapi torsinya bekerja
terhadap titik o.
Torsi adalah besaran vektor. Besarnya diberikan oleh :
𝜏 = 𝑟𝐹 sin 𝜃 ( 4 )
dengan θ adalah sudut antara r dan F; arahnya tegak lurus kepada bidang yang
dibentuk oleh r dan F. Arahnya dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan bagi
perkalian vektor antara dua vektor, yaitu ayunkan r dan F melalui sudut terkecil
diantaranya dengan cara mengepalkan jari–jemari tangan kanan kemudian
memperhatikan arah yang ditunjukkan oleh ibu jari yang ditegakkan menyatakan
arah τ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
kualitatif yaitu dengan menggunakan studi dokumentasi, observasi dan
wawancara. Wawancara dilakukan kepada penari dan pelatih Tari Bali di
Komunitas Sekar Jepun yang berdomisili di Yogyakarta. Observasi dilakukan
peneliti untuk membuat rekaman video serta pengambilan gambar tari Pendet.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yang dapat diperhatikan
pada bagan berikut ini:
Menganalisis Besaran-Besaran dalam Tari Pendet
Perumusan Hasil Kajian
Pengumpulan Informasi Tentang Budaya Bali
Memilih Informasi yang Relevan Dengan Pembelajaran Sains
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Adapun penjelasan tahap–tahap pada penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan Informasi Tentang Budaya Bali
Pengumpulan informasi tentang budaya Bali menggunakan tiga cara,
yaitu studi literatur, observasi dan wawancara. Literatur sangat berperan
penting dalam menemukan informasi yang dibutuhkan dalam suatu
penelitian. Maka dari itu peneliti mencari literatur yang menggambarkan
budaya Bali secara umum dan mengenai tari Pendet secara khusus. Literatur
digunakan sebagai referensi untuk melakukan mengetahui kehidupan
masyarakat berbudaya di Bali.
Pengumpulan informasi menggunakan metode wawancara dilakukan
kepada masyarakat suku Bali sebagai narasumber yang mengenal budaya
Bali. Narasumber yang dipilih adalah penduduk asli Bali yang berdomisili
di Yogyakarta. Informasi yang didapat oleh peneliti adalah informasi
mengenai aspek budaya lokal (budaya Bali) yang ada pada masyarakat di
mana mereka berasal serta kaitannya dengan pengetahuan lokal.
Wawancara dengan warga diperlukan untuk mendapatkan data tentang
pengetahuan lokal yang ada dan berkembang di lingkungan masyarakat
tersebut.
Selanjutnya peneliti melakukan observasi kegiatan pelatihan tari Bali
yang dilaksanakan oleh Komunitas Tari Bali Sekar Jepun di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Observasi ini memberikan dokumentasi berupa
rekaman video pelatihan dan pentas tari Pendet serta foto–foto proses
latihan salah satu tari Bali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Memilih Informasi yang Relevan Terhadap Pembelajaran Sains
Tari Pendet merupakan salah satu budaya lokal yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Bali dan kini juga banyak diketahui oleh
masyarakat Indonesia sebagai penunjang pariwisata di Bali. Melalui metode
pengumpulan informasi di atas, peneliti akan mendapatkan data dari
berbagai sumber tertulis maupun hasil wawancara bersama informan. Hasil
wawancara kemudian diolah guna mengetahui budaya lokal yang ada di
masyarakat. Selanjutnya peneliti memilih data yang relevan terhadap
konsep sains. Peneliti melakukan observasi pada salah satu
sanggar/komunitas tari Bali di Yogyakarta untuk mendapatkan data berupa
video dan foto mengenai tari Pendet yang dapat digunakan sebagai
informasi tentang tari Pendet.
3. Identifikasi Tari Pendet dalam Segala Aspek Terhadap Konsep–Konsep
Sains yang Relevan
Pada langkah ini akan diidentifikasi konsep–konsep sains yang
relevan dari pengetahuan lokal dalam tari Pendet sebagai budaya lokal
masyarakat Bali. Pengetahuan ini meliputi beberapa besaran fisika yang
dapat dijadikan sebagai fokus kajian dalam penelitian ini dari perspektif
penari dan pelatih tari Pendet.
4. Perumusan Hasil kajian
Berdasarkan data observasi, wawancara dan analisis awal, peneliti
akan mengidentifikasi konsep–konsep yang sesuai dengan konsep–konsep
sains yang sudah dikenal. Hasil di atas akan digunakan sebagai dasar untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengarahkan pengembangan media berbasis budaya lokal sebagai media
pembelajaran sains di sekolah.
C. Sampel Penelitian
Tari Pendet digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Sampel
pada penelitian ini adalah 3 responden penduduk asli Bali, 1 responden penari
Bali, 2 buah video tari Pendet dan gambar gerakan Agem dalam tari Pendet.
Dua responden utama adalah 1 penari Bali (bukan penduduk asli Bali) dan 1
pelatih tari Bali (penduduk asli Bali) yang tergabung dalam Komunitas Tari
Bali Sekar Jepun Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dua responden
lainnya adalah mahasiswa jurusan S1 Psikologi Universitas Sanata Dhama
Yogyakarta yang merupakan orang asli Bali.
D. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Januari – Mei 2018 di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam Komunitas Tari Bali Sekar
Jepun.
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan dua cara, yaitu metode observasi dan wawancara.
1. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai tari
Bali dan mengetahui serta mempelajari gerakan-gerakan yang terdapat
dalam tari Pendet. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penari berlatih melakukan gerakan-gerakan dan bagaimana instruksi
pelatih tari Bali memberikan bimbingan tari kepada penari dari awal
sampai penari bisa melakukan gerakan-gerakan dasar tari dan
memadukannya menjadi tari Pendet melalui alunan musik.
Observasi ini dilakukan di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun yang
merupakan sebuah wadah kegiatan pelatihan dan produksi pementasan tari
Bali di bawah payung Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
beranggotakan mahasiswa, alumni, dosen dan karyawan Universitas
Sanata Dharma. Pada observasi ini peneliti mengambil video latihan tari
Pendet dan beberapa foto gerakan–gerakan yang dilakukan penari dan
pelatih tari Pendet. Video dan foto akan digunakan sebagai bahan
identifikasi budaya lokal yang potensial relevan dengan konsep–konsep
sains.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode yang baik untuk
mendapatkan informasi yang luas. Metode ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui budaya Bali terutama perihal tari Bali yang dapat
mendukung penelitian kaitan aspek budaya lokal dan pengetahuan lokal
yang nantinya dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran sains di
sekolah. Wawancara dilakukan terhadap empat orang narasumber. Dua
narasumber umum memberikan informasi mengenai budaya Bali sebagai
budaya lokal dan beberapa tarian Bali yang dikenal secara umum oleh
masyarakat dan sebagian besar pernah dilakukan oleh anak-anak mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dari pra-sekolah sampai dewasa khususnya untuk anak-anak perempuan
serta pengetahuan lokal yang ada di masyarakat Bali. Kemudian, dua
narasumber khusus yang bergelut dalam bidang tari Bali (penari dan
pelatih tari Bali) memberikan informasi mengenai makna dan gerakan-
gerakan yang terdapat dalam tari Pendet.
Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara bebas.
Pertanyaan–pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber digunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan informasi-informasi yang sesuai
dengan aspek budaya Bali dan kaitannya dengan pengetahuan lokal di
mana mereka tinggal. Pertanyaan wawancara dapat dikembangkan saat
wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak sesuai
dengan topik penelitian.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis informasi dari studi literatur sebagai sumber acuan penulisan
a. Mencari beberapa informasi dari kumpulan Tugas Akhir mahasiswa
prodi Pendidikan Fisika mengenai budaya lokal yang telah diteliti dan
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains di sekolah
b. Mendapatkan beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan penulisan
Tugas Akhir peneliti mengenai pemahaman pemanfaatan budaya lokal
dalam pendidikan
c. Peneliti mencari literatur mengenai tari Pendet dan menemukan tari
Pendet sebagai penelitian budaya dan penelitian bidang komputerisasi
yang telah dipublikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d. Dalam konteks bidang fisika peneliti menemukan jika tari Pendet
relevan dengan beberapa konsep fisika melalui buku-buku fisika
kedokteran dan fisika untuk sains dan teknologi
2. Analisis hasil wawancara dari penari dan pelatih Tari Pendet untuk
mengetahui budaya lokal
a. Wawancara memberikan informasi tentang budaya lokal yang ada di
daerah tempat pelatih tari berasal
b. Budaya lokal diidentifikasi dan dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran sains
c. Dari hasil identifikasi, dipilih budaya lokal yang berhubungan dengan
konsep fisika yang dapat digunakan dalam penelitian terhadap
perancangan media pembelajaran sains di sekolah
3. Analisis hasil observasi dari mengamati latihan tari Bali di Komunitas Tari
Bali Sekar Jepun Yogyakarta untuk mengetahui besaran-besaran fisis yang
terkandung dalam budaya Tari Pendet
a. Memilih salah satu tari Bali yaitu tari Pendet yang akan digunakan
dalam penelitian
b. Membuat dokumentasi berupa video dan foto-foto gerakan-gerakan
yang dilakukan penari dalam mempelajari tari Pendet
c. Memilih gerak agem kanan yang akan dianalisis sebagai integrasi
pembelajaran sains berbasis budaya lokal
d. Melakukan wawancara kembali bersama pelatih tari Bali untuk
mendapatkan data spesifik tentang gerak agem kanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Berdasarkan proses triangulasi data melalui studi literatur, wawancara dan
observasi, identifikasi besaran–besaran fisika bertujuan untuk menge-tahui
konsep fisika yang terdapat pada realitas latihan (lokal) yakni tari Pendet
sebagai media pembelajaran sains berbasis budaya lokal pada pokok
bahasan kesetimbangan benda tegar dan momen gaya. Hasil wawancara
dikoding ke dalam beberapa tema yang berkaitan dengan konsep fisika
yang dapat dilihat dalam tabel identifikasi di berikut ini.
Tabel 3.1 Identifikasi besaran–besaran fisika dalam tari Pendet
Deskripsi Data Agem Kanan dalam
Tari Pendet
Konsep Fisika yang
relevan
Deskripsi gambar 1 dan kutipan
wawancara
Konsep fisika 1
Deskripsi gambar 2 dan kutipan
wawancara
Konsep fisika 2
Deskripsi gambar 3 dan kutikan
wawancara
Konsep fisika 3
Keterangan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara
kepada masyarakat dan observasi di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun.
Wawancara kepada masyarakat Bali yang berdomisili di Yogyakarta
dilaksanakan mulai tanggal 12 Januari–23 Februari 2018 di kampus III Paingan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan di Sanggar Saraswati Bantul.
Wawancara dilaksanakan kepada tiga orang suku Bali dan satu penari Bali
bukan suku Bali. Tiga orang suku Bali yang diwawancarai yaitu dua orang
mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan satu orang
pelatih tari Bali yang bedomisili di Yogyakarta.
Observasi dilaksanakan pada tanggal 22 September dan 17 Oktober
2017 di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun yang bertempat di Ground Gedung
Pusat Kampus II Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil observasi yang
diperoleh berupa rekaman video dan foto latihan tari Pendet. Peneliti juga
mendapatkan DVD pementasan tari Pendet yang diberikan oleh
penanggungjawab Komunitas Tari Bali Sekar Jepun. Identifikasi tari Pendet
dilakukan untuk menemukan konsep–konsep fisika yang relevan dengan
pembelajaran sains. Kemudian peneliti mendesain skenario pembelajaran yang
relevan dengan pokok bahasan kesetimbangan benda tegar dan momen gaya
menggunakan tari Pendet sebagai budaya lokal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
B. Gambaran Masyarakat Bali Tentang Tari Pendet
Pendet merupakan tari sajian untuk para leluhur (Bhatara dan
Bhatari). Tari ini dipentaskan di halaman pura, menghadap ke sebuah
pelinggih, di mana Bhatara dan Bhatari itu bersemayam. Pendet dilakukan
oleh para wanita dengan memakai pakaian adat. Para penari membawa bokor
yang berisi canang sari, bunga–bunga dan kewangen. Sebagian diantara
mereka juga membawa alat–alat upacara seperti: sangku, kendi dan
pengasepan. Tari ini dilakukan secara massal dan dipimpin oleh seorang
pemangku (pemimpin upacara) dengan membawa sebuah pengasepan atau alat
pedudusan yang penuh dengan asep menyan yang dibakar. Pada bagian akhir
dari tariannya, para penari meletakkan sajian-sajian, canang sari dan
kewangean itu pada pelinggih dan ada juga yang menaburkan bunga kepada
Bhatara–Bhatari sebagai suatu penghormatan. Tari ini diiringi dengan
gambelan gong (Bandem, 1982 : 143–144).
Tari Pendet diciptakan pada tahun 1950-an sebagai tari ritual
mamendet, yaitu ritual dalam pemujaan kepada para leluhur. Pada tahun 1967,
tari Pendet mengalami perkembangan dan modifikasi oleh seniman Bali
bernama I Wayan Rindi bersama Ni Ketut Reneng yang juga mengajar tari Bali
di kediamannya sebagai tari penyambutan. Tari Pendet yang awalnya hanya
dipentaskan di pura kini bisa dinikmati sebagai tari pertunjukkan untuk
hiburan/balih–balihan. Meski demikian, tari Pendet masih mempunyai fungsi
religius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Nyoman Djayus (1979) mengatakan bahwa dalam melakukan agem
kanan, berat badan berada di kaki kanan dan kaki kiri di depan dengan jarak
satu kepalan tangan dan tubuh dimiringkan ke kanan. Lengan kanan lebih
tinggi dari lengan kiri. Jari diluruskan dengan ibu jari menutup telapak tangan.
Gerakan-gerakan yang dipelajari sebelum melakukan gerak agem kanan dalam
tari Pendet yaitu:
1. Gerakan kaki
a. Tapak sirang pada merupakan gerak/posisi kaki membentuk sudut,
posisi tubuh akan naik dan turun ini dilakukan terus menerus untuk
mengendurkan otot–otot dalam melakukan gerakan tari jari–jari kaki
diangkat.
b. Jinjit merupakan gerakan tumit diangkat dan diturunkan lagi untuk
memperkuat daya tahan karena kaki harus string dalam setiap gerakan
ketika memegang berat badan. Berjalan di tempat yang sama, kanan
dan kiri diangkat secara bergantian dan dilakukan berulang–ulang
untuk mengendurkan otot–otot kaki.
c. Nyeregseg merupakan gerakan kaki yang dilakukan secara cepat ke
kiri dan ke kanan dengan posisi berjinjit.
d. Pilak adalah kedua tumit bertemu dengan ujung kaki dibuka, kaki
kanan mengarah ke kanan dan kaki kiri mengarah ke kiri. Gerakan
mendak atau mayuk tetap dilakukan sebagai sikap dasar karena posisi
merendah/mendak selalu dilakukan terutama ketika ngagem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Gerakan pinggang dan bahu
Pinggang bergeser ke kanan dan kiri sesuai dengan posisi agem tersebut.
Jika untuk agem kanan pinggang bergeser ke kanan dan pada agem kiri
pinggang bergeser ke kiri. Gerakan ini dilakukan berulang–ulang
sehingga posisi pinggang tidak berubah sesuai dengan agem tersebut.
Ngeed: dada dicondongkan ke depan, tulang belikat ditarik ke belakang,
posisi tulang belakang melengkung ke depan.
3. Gerakan kepala
Kipekan: kepala bergerak ke kanan dan kiri, kepala tegak menghadap ke
depan. Jika agem kanan kepala akan bergerak ke kiri dan jika agem kiri
kepala bergerak ke kanan.
4. Gerakan tangan
Jeriring: jari bergetar ringan ketika melakukan gerakan apapun. Jari
harus selalu digetarkan ringan untuk membuat tarian terlihat hidup dan
tidak kaku.
Posisi lengan saat agem, lengan terentang ke samping dan ditekuk ke
depan. Saat agem kanan, lengan kanan lebih tinggi dari dari lengan kiri
dan saat agem kiri lengan kiri lebih tinggi dari lengan kanan.
5. Gerakan mata
Ndelik: membuka dan menutup mata untuk mengendurkan otot – otot
mata.
Seledet: gerakan mata berkedip ke kanan dan kiri, di mana lengan kanan
lurus ke kanan dan tangan kiri lurus ke depan. Kedua tangan membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tinju kecuali untuk jari telunjuk, mata melihat tangan kanan dan
kemudian tangan kiri, dan seterusnya. Selanjutnya posisi tangan berganti,
tangan kiri lurus ke kiri dan kanan lurus ke depan, pertama melihat ke
kiri kemudian ke kanan. Gerakan ini dilakukan berulang – ulang.
Ngelier: menyipitkan salah satu mata. Jika ngelier ke kanan mata kiri
disipitkan, jika ngelier ke kiri mata kanan disipitkan.
C. Analisis Data dan Pembahasan
Tari Pendet adalah salah satu budaya dalam masyarakat Bali yang masih
diwariskan kepada generasi masa kini. Tari ini pada awalnya berfungsi sebagai
tari penyembahan kepada para dewa yang ditarikan di pura. Seiring
berkembangnya kebudayaan dalam masyarakat, seniman–seniman Bali mulai
menggubah tari Pendet menjadi tari pertunjukkan hiburan tanpa
menghilangkan makna sakral dari tarian tersebut.
Tari Pendet mulai diperkenalkan dan diajarkan kepada putri–putri usia
TK/SD sebagai pengenalan budaya dan untuk mengisi waktu luang setelah
pulang sekolah. Tari Pendet menjadi tari paling awal yang dipelajari oleh para
penari putri sebelum menarikan tari Bali lainnya. Pada tari Pendet terdapat
gerak–gerak pokok yang mudah dipelajari dan diingat oleh pemula dalam tari
Bali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1. Posisi agem kanan dalam Tari Pendet
Gerak–gerak dasar yang dipelajari para penari tari Pendet adalah
kembang pada, tapak sirang pada, mendak, ngeseh, piles, agem, agem
kanan, agem kiri, seledet. Gerak awal yang utama dipelajari oleh penari
adalah gerak tapak sirang pada yang dikombinasikan dengan gerakan
mendak berulang–ulang untuk melatih otot–otot kaki.
Salah satu gerak pokok yang dipelajari dalam tari Pendet adalah
gerak agem. Gerak agem dibagi menjadi dua, yaitu agem kanan dan agem
kiri. Dalam penelitian ini, gerak agem kanan akan menjadi fokus analisis
yang berkaitan dengan konsep fisika untuk pembelajaran di sekolah
menengah. Sebelum melakukan gerakan dasar dalam tari Bali, para penari
harus mempelajari adeg–adeg atau aturan tentang agem yang benar seperti
yang telah dituturkan oleh pelatih tari Bali;
“Penari Bali harus memiliki adeg–adeg atau aturan tentang agem
yang benar. Jadi mereka mengawali dengan sikap tarik. Proses ini
membutuhkan waktu yang lama. Tapi sebelum agem itu ada sikap
yang namanya tapak sirang pada dulu. Sebelum masuk ke agem
harus mengajari dulu siswanya kembang pada yaitu posisi tegap ke
depan.”
Kemudian cara berjalan juga dipelajari untuk memahami gerakan
kaki yang harus dilakukan, kanan dan kiri :
“Selain kembang pada, anak-anak juga harus diajari teknik berjalan
hingga mereka memahami kaki kanan yang mana dan kaki kiri yang
mana serta melangkahnya seperti apa. Biasanya ada anak yang
melangkah dompo yaitu gerakan kaki dan kepala tidak serasi.
Koordinasinya kita harus memberikan pemahaman kepada anak
didik ketika mengangkat kaki kanan mengawali gong dengan
delapan hitungan yang jatuh pada pukulan gong. Anak didik diajar
untuk jalan ditempat dulu dengan hitungan seperti berjalan natural.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Untuk melakukan gerak agem kanan, posisi tubuh penari tidak boleh
dalam keadaan berdiri sempurna. Berbeda dengan penari Jawa, tubuh
penari Bali itu cenderung melengkung. Tubuh harus merendah yang
disebut dengan mendak atau dalam bahasa Jawa disebut mayuk. Posisi kaki
diserong ke kanan dan berbentuk “V” untuk memperkuat pijakan sehingga
penari dapat menjaga keseimbangan tubuh lebih lama. Jarak antartumit
kaki kira–kira satu kepalan tangan. Meskipun kaki serong ke kanan, tubuh
tetap mengarah ke depan dan tidak boleh membungkuk. Posisi tangan
kanan berada sejajar mata di atas bahu disebut sepat pala dan tangan kiri
sejajar dada yang disebut sirang susu.
2. Diagram Gerak Agem Kanan dalam budaya Tari Pendet
Melalui observasi dan wawancara, gerak agem kanan memiliki
kaitan dengan konsep kesetimbangan benda tegar dan momen gaya dalam
pelajaran fisika di sekolah menengah. Tubuh manusia mempunyai titik
pusat massa gravitasi (center of gravitation on human body) dan titik berat
pada setiap segmen–segmen tubuh pusat gravitasi tiap segmen tubuh
sesuai posisi tubuh (a) dan (b) menurut J. F. Gabriel (2012: 19). yang dapat
dilihat pada gambar 4.1. Pada penelitian ini, analisis dalam diagram akan
difokuskan pada pusat massa gravitasi tubuh dan titik berat pada bagian
lutut untuk melihat dinamika gaya–gaya yang bekerja terhadap segmen–
segmen tersebut. Tahap analisis gerak agem kanan ke dalam konsep–
konsep fisika dapat dilihat dari gambar proses latihan agem kanan berikut
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Gambar 4.1. Data pusat gravitasi tiap segmen tubuh tampak samping
pada saat (a) berdiri tegak dan (b) membungkuk.
Gambar 4.2. Diagram gaya dalam gerak dasar tapak sirang pada
w
N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 4.3. Diagram gerak dasar tapak sirang pada kemudian mendak.
Pada gerak tapak sirang pada, penari memfokuskan pusat massa
tubuh di bagian tengah dengan kedua kaki sebagai penopang berat badan.
Dada dicondongkan ke depan, tulang belikat ditarik ke belakang untuk
membuat kesan tegap dan optimis. Sikap ini dapat disebut sebagai gaya
pelawan dari gaya. Telapak kaki sebagai penopang tubuh dibuat bentuk
“V” untuk menjaga keseimbangan tubuh lebih lama dan tidak mudah jatuh.
Gerak mendak kemudian dilanjutkan untuk melatih otot–otot kaki
supaya kaki tidak mudah lelah. Mendak yang dilakukan setiap penari
berbeda–beda tergantung dari kekuatan lutut mereka. Gerak ini harus
w
Fdorong
z
α α
F cos α
N
F cos α
F sin α F sin α
x
y
w
N
F sin α (kiri) F sin α (kanan)
Fdorong Pantat
ΣF = 0
ΣFx = 0
ΣFy = 0
ΣFz = 0
Στ = 0
Στx = 0
Στy = 0
Στz = 0
Nilai gaya–gaya dan torsi yang
bekerja berdasarkan diagram gerak
mendak adalah :
F cos α (kiri) + F cos α (kanan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mempertimbangkan kenyamanan penari terutama yang memiliki riwayat
penyakit peradangan persendian di bagian lutut.
(a) (b)
Gambar 4.4. Posisi agem dikombinasikan dengan mendak (a) tampak depan
dan (b) tampak samping.
Pada gerak dasar agem, pusat massa tubuh penari masih
dikonsentrasikan di tengah. Kemudian saat pelatih menginstruksikan
gerak agem kanan, posisi kaki penari akan serong ke kanan dengan tidak
merubah bentuk adeg–adeg-nya. Posisi tubuh menghadap ke depan
dengan tegap dan optimis (bukan membungkuk). Posisi kedua tangan yang
awalnya sejajar dada akan berubah. Posisi tangan kanan terlihat lebih
Fdorong pantat
N
w
Fdorong
F sin α F sin α
Fdorong F cos α F cos α
α α
F cos α
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
tinggi dari tangan kiri. Posisi pinggul yang awalnya ditengah pun berubah
menjadi sedikit dinaikkan ke kiri. Dalam gerak agem maupun agem kanan
penari harus dalam keadaan mendak. Keadaan ini secara tidak sengaja
telah merubah posisi titik berat penari yang awalnya di tengan menjadi ke
kanan. Maka dari itu dalam gerak agem kanan kaki kanan akan menjadi
tumpuan berat badan penari.
Gambar 4.5. Diagram pada posisi agem kanan dalam tari Pendet
w
Fdorong
pantat
Fdorong
Fdorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3. Hubungan antara Gerak Agem Kanan dan Konsep Fisika
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Bali tentang tari Pendet dan
latihan tari Pendet yang dilakukan oleh para putri di Bali, dapat dianalisis
konsep–konsep fisika yang terkandung dalam tari Pendet tersebut, yaitu
gerak kaki sebagai penopang, posisi tangan, keadaan tubuh dan
penempatan titik berat yang sempurna difokuskan untuk membuat penari
dalam keadaan seimbang dengan posisi melengkung indah sesuai instruksi
pelatih sampai penari dapat melakukan gerak agem kanan tanpa mudah
terjatuh. Berikut ini adalah konsep–konsep fisika yang terdapat dalam
gerak agem kanan pada tari Pendet:
a. Pusat Massa atau Pusat Gravitasi Tubuh Manusia dan Daerah
Stabilitas pada Telapak Kaki
J. F. Gabriel (2012: 16) menyatakan titik yang dipakai gaya
gravitasi pada tubuh dikenal sebagai pusat gravitasi. Pusat gravitasi
ini merupakan bagian dari pusat massa. Pada manusia yang berdiri
tegak ketika dilihat dari belakang, pusat gravitasi berlokasi pada
pelvis di depan bagian atas depan sacrum dan pada sekitar 58%
tinggi seseorang dari tanah (J. R. Cameron dkk, 2006: 61).
Tubuh akan stabil selama proyeksi vertikal cg (pusat massa
gravitasi) berada dalam daerah berarsir yang ditunjukkan pada
gambar 4.6. Jika proyeksi vertikal dari pusat massa gravitasi
individu berada di luar area yang terarsir maka orang tersebut akan
jatuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 4.6. (a) luas daerah stabil ketika kaki berada berdekatan
dan (b) luas daerah stabil ketika kaki terpisah.
Mengawali adeg–adeg tentang agem yang benar sampai ke
gerak agem kanan melalui proses gerak kembang pada, tapak sirang
pada, mendak atau mayuk, serong ke kanan, posisi tangan sepat pala
dan sirang susu, posisi kepala dan pandangan mata dapat dilihat
perubahan titik berat tubuh yang semula dikonsentrasikan di tengah
sampai secara tidak sengaja diletakkan di bagian tubuh sebelah
kanan dengan kaki kanan sebagai penopang berat badan.
Pada saat gerakan kembang pada, titik berat tubuh berada di
tengah dan ditopang oleh kedua kaki yang membentuk “V”. Tujuan
kaki dibuat demikian supaya penari mampu menahan berat badan
lebih lama ketika posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi
mendak/mayuk. Pada saat agem kanan, kaki kanan dan kaki kiri
sama–sama dibuat serong kanan dengan tidak mengubah adeg–adeg
telapak kaki yang berbentuk “V”. Tubuh menghadap ke depan
kemudian mendak. Badan akan melengkung ke kanan dan pinggul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sedikit dinaikkan sehingga titik berat kini dikonsentrasikan di kanan
dengan kaki kanan yang menopang seluruh berat badan.
“ – proses nari Bali ini tapak sirang pada. Kalau agem kanan-
nya posisi kaki kanan diagonal dan berat badan itu ada di
tengah. Seluruh berat bada dan konsentrasi itu ada di sisi
tengah dahulu – Berat badan di tengah dahulu kemudian
mendak – ketika kita turun artinya kita tidak sengaja untuk
meletakkan berat badan kita di kanan, otomatis berat badan
kita di kanan.”
b. Kesetimbangan Benda Tegar dan Momen Gaya
Pada konsep kesetimbangan ini, posisi kaki sangat
mempengaruhi keadaan penari tari Pendet. Pada posisi kedua telapak
kaki lurus ke depan, kecenderungan penari jatuh ketika
melengkungkan badan akan lebih besar. Untuk menambah
keseimbangan maka adeg–adeg telapak kaki dibuat berbentuk “V”
untuk memperluas daerah stabilitas penari. Hal ini juga bisa berlaku
dalam kegiatan–kegiatan olahraga yang membutuhkan
keseimbangan.
Gerakan agem kanan tidak boleh dilakukan dalam keadaan
berdiri tegak. Lutut penari harus ditekuk atau dalam posisi mendak.
Ketika agem kanan, kaki kanan sangat berperan dalam menjaga
keseimbangan tubuh penari dan menjadi titik tumpu bagi penari.
Perubahan gaya yang terjadi pada titik berat penari bisa saja
membuat kesembangan penari menjadi lemah jika posisi kaki tidak
dalam adeg–adeg yang benar. Posisi tangan kanan yang berada lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tinggi dari tangan kanan juga mendukung kesimbangan penari dalam
melakukan gerak agem kanan.
Konsep momen gaya juga berlaku dalam gerak agem kanan
yang dilakukan oleh penari tari Pendet. Konsep ini dapat
diperhatikan dari posisi lutut dan tubuh penari. Ketika penari tidak
sanggup menahan massa tubuh, akan ada kecenderungan kaki yang
menjadi penopang melakukan perputaran sehingga membuat penari
terjatuh. Perputaran terjadi karena torsi yang bekerja pada titik berat
bagian lutut tidak sama dengan nol. Hal ini juga terpengaruh ketika
lengkungan tubuh penari berada di luar area stabilitas kaki. Seperti
yang dituturkan oleh pelatih tari Bali dalam wawancara;
“Sebelum masuk ke agem harus mengajari dulu siswanya
kembang pada yaitu posisi tegap ke depan. Tarik tulang
belikat, kempeskan perut kemudian merendah sampai kedua
tangan masuk di sini (terjepit di sendi tulang selangkang) dan
di dorong ke depan. Ini dulu lama mereka belajarnya sampai
saya biasanya duduk di paha supaya di sini (paha) ada
bonjengan. Kalau sudah bisa kita duduk di situ berarti itu
posisi benar sedangkan kalau mereka terjatuh berarti mereka
tidak seimbang. Kalau mereka menahan berat badan berarti
mereka sudah mengunci di area sacrum. Itu yang pertama.”
Hasil analisis pada gambar–gambar tapak sirang pada,
mendak, agem dan agem kanan hanya mencakup gaya – gaya yang
bekerja pada gerak–gerak tersebut. Sesuai dengan syarat – syarat
kesetimbangan di mana ΣF = 0 maka Στ = 0 juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4.1. Deskripsi konseptual gerak dalam tari Pendet terhadap fisika
No Gerak Tari Pendet Deskripsi Konseptual
1 Tapak Sirang Pada 1.1.Pada posisi ini penari berdiri
tegak, gaya–gaya yang bekerja
pada titik pusat massa tubuh dan
masing–masing titik berat setiap
segmen tubuh adalah gaya berat
ke bawah dan gaya normal ke
atas.
1.2.Posisi kaki berbentuk “V” untuk
memperluas daerah stabilitas.
1.3.Diagram posisi ini dapat dilihat
pada gambar 4.2.
2 Mendak 2.1.Titik berat pada segmen kaki
bergeser (titik berat tidak
berpindah dari bagian tubuh
yang telah ditentukan) karena
kaki ditekuk.
2.2. Gaya–gaya yang bekerja pada
titik pusat gravitasi adalah gaya
gravitasi ke bawah dan gaya
normal
2.3.Gaya–gaya yang bekerja pada
segmen lutut dapat dilihat pada
diagram gambar 4.3 ketika
penari melakukan posisi
mendak.
3 Agem 3.1.Antar telapak kaki diberi jarak
sekitar satu kepalan tangan
untuk memperluas daerah
stabilitas.
3.2.Gaya–gaya yang bekerja pada
daerah titik berat di lutut saat
posisi ini sama dengan gaya–
gaya yang bekerja pada daerah
kaki saat posisi mendak.
3.3.Gaya – gaya yang bekerja pada
titik pusat gravitasi tubuh masih
sama seperti saat penari
melakukan gerak mendak.
3.4.Diagram gaya–gaya yang terjadi
saat posisi ini dapat dilihat pada
gambar 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4 Agem Kanan 4.1.Posisi kaki di serong ke kanan
dengan mempertahankan bentuk
“V” untuk menjada daerah
stabilitas tubuh.
4.2. Gaya–gaya yang bekerja pada
titik pusat gravitasi tubuh dan
titik berat pada kedua lutut
dapat dilihat pada gambar 4.5.
4.3. Lutut kanan yang menjadi pusat
tumpuan tubuh penari
cenderung melakukan
perputaran atau terjadi torsi
karena penari tidak mampu
menahan massa tubuhnya.
4. Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal (Kasus Tari Pendet)
Skenario aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sains
berbasis budaya lokal kasus tari Pendet pada pokok bahasan
kesetimbangan benda tegar dan momen gaya dapat digunakan sebagai
acuan PBM di dalam kelas. Skenario ini berisikan tentang sebuah budaya
yang dikenal oleh siswa dan dipilih sebagai media pembelajaran sains di
sekolah. Kemudian guru membuat rancangan PBM di dalam
menggunakan RPP yang disusun sesuai dengan kasus budaya yang
digunakan ke dalam topik pembelajaran sains yang relevan. Melalui
pembelajaran berbasis budaya ini siswa diharapkan mampu memahami
konsep fisika yang dipelajari sekaligus lebih mengenal budaya yang telah
mereka ketahui dapat dikaitkan dalam pembelajaran di sekolah. Berikut ini
adalah bagan contoh skenario budaya lokal kasus tari Pendet untuk
pembelajaran fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pra
Pembelajaran
Pengumpulan Informasi
tentang Budaya Bali:
1. Studi Literatur
2. Observasi
3. Wawancara
Mengenal lebih jauh
tentang budaya yang
potensial relevan
dengan konsep fisika
PB
M d
i k
ela
s
1. Belajar budaya Bali tentang tari Bali
khususnya tari Pendet
2. Memperagakan gerak – gerak dasar
dalam tari Pendet
Awal
Menggunakan
aspek budaya
untuk belajar
fisika dalam
pembelajaran
di kelas
Memilih informasi yang Relevan terhadap
Pembelajaran Sains:
1. Merekam latihan tari Pendet dan dan
mangambil foto setiap gerak–gerak
yang terdapat dalam tari Pendet
2. Menganalisis gerak agem kanan
yang terdapat dalam tari Pendet
3. Mengkonfirmasi hasil analisis
dengan mengintegrasikan budaya
dan sains
4. Menganalisis besaran–besaran gerak
agem kanan ditinjau dari pandangan
masyarakat Bali
5. Memahami hubungan antara teknik
gerak agem kanan dengan konsep
fisika berdasarkan persepsi
masyarakat dan sains
Inti
1. Membuat kesimpulan tentang konsep–
konsep fisika yang dipelajari
2. Memahami hubungan antara konsep
yang dipelajari dan relevansinya dalam
budaya tari Pendet
akhir
Pasc
a P
BM
Penerapan konsep yang dipelajari untuk
diaplikasikan dalam konteks yang lebih
luar dalam budaya masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Bagan 4.1. Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal (Kasus Tari
Pendet)
Bagan di atas dapat digunakan sebagai skenario untuk merancang sebuah rancangan
program pembelajaran (RPP) yang dimuat pada lampiran 1. RPP yang dirancang
disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa–siswi
di jenjang sekolah menengah dengan menggunakan acuan kurikulum yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa;
1. Tari Pendet yang telah dikenal oleh masyarakat Bali, khususnya pada
gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan mempunyai
relevansi dalam pokok bahasan kesetimbangan benda tegar dan momen
gaya pada pelajaran sains di sekolah menengah.
2. Rencana Program Pembelajaran (RPP) pada lampiran 1 digunakan sebagai
model desain pembelajaran sains di kelas menggunakan gerak tapak
sirang pada, mendak, agem dan agem kanan pada tari Pendet untuk pokok
bahasan kesetimbangan benda tegar dan momen gaya sebagai konsep
fisika yang dipelajari dalam proses belajar mengajar di kelas.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan pada
tari Pendet ini hanya difokuskan untuk merancang desain pembelajaran di
kelas. Oleh sebab itu, perlu adanya tahap implementasi rancangan
pembelajaran terhadap konsep fisika di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
C. Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi para guru
dan/atau calon guru untuk mengajar fisika/sains menggunakan model
pembelajaran berbasis budaya lokal.
2. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan mengujicobakan skenario
pembelajaran yang telah dirancang dan menyelidiki variabel–variabel yang
terkait, misalnya minat, motivasi, pemahaman konsep, efektivitas proses
belajar–mengajar dan variabel–variabel lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
DAFTAR PUSTAKA
Astini, Siluh Made dan Usrek Tani Utina. Tari Pendet Sebagai Tari Balih–Balihan
Kajian Koreografi. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni,
Volume VIII No. 2 Edisi Mei – Agustus 2007, hal. 170–179
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/789/720
diakses tanggal 20/02/2018.
Bandem, I Made. 1982. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari
Indonesia Denpasar.
Cameron, John R., dkk. 2006. Fisika Kedokteran: Fisika Tubuh Manusia Edisi Ke-
2. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Djayus, Nyoman. 1980. Teori Tari Bali Cetakan Ketiga. Denpasar: CV. Sumber
Mas Bali.
Enita. 2013. Pengetahuan Lokal Sebagai Bagian dalam Pembelajaran Sains pada
Pokok Bahasan Fase-Fase Bulan Kelas VIII SMP Negeri 32 Sendawar
Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Skripsi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Gabriel, J. F. 2012. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Gea, Wihelmina Jelfan. 2017. Lompat Batu Sebagai Media Pembelajaran Sains
Berbasis Budaya Lokal Pada Pokok Bahasan Gerak Parabola. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Gedgrave, Isabel. 2009. Teaching Modern Of Physics. New Delhi: Global Media.
Gie, The Liang. 1992. Pendidikan Sains Bagi Pembangunan Nasional. Yogyakarta:
Yayansan Studi Ilmu dan Teknologi.
Halliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Heryadi, Yaya dkk. 2012. Grammar of Dance Gesture from Bali Traditional Dance.
https://pdfs.semanticscholar.org/550c/8753691af6b8589a37ec53e8b452ce
90e4a1.pdf diakses tanggal 20/02/2018 16:20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Heryadi, Yaya dkk. 2014. A Method for Dance Motion Recognition and Scoring
Using Two-Layer Classifier Bassed on Conditional Random Field an
Stochastic Error-Correcting Context-free Grammar.
https://www.researchgate.net/profile/Mohamad_Ivan_Fanany/publication/
272202289_A_Method_for_Dance_Motion_Recognition_and_Scoring_Us
ing_Two-
Layer_Classifier_Based_on_Conditional_Random_Field_and_Stochastic_
Error-Correcting_Context-
free_Grammar/links/54df7ba80cf29666378b1086/A-Method-for-Dance-
Motion-Recognition-and-Scoring-Using-Two-Layer-Classifier-Based-on-
Conditional-Random-Field-and-Stochastic-Error-Correcting-Context-
free-Grammar.pdf diakses tanggal 20/02/2018 16:24.
Jamalis, Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit Kaifa.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Kustandi, Cecep & Bambang Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran Manual dan
Digital Edisi Kedua. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan: Educational Psychology Edisi 5
Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Setiawan, S. Yakobus E. S. 2008. Pengetahuan Lokal Sebagai Bagian Dalam
Mengembangkan Desain Pembelajaran Sains di SD Bungkus, Parangtritis,
Kretek. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Suastra, I Wayan. 2010. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di
SMP. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPP/article/view/1697/1484
diakses tanggal 06/11/2017.
Suriasumantri, Jujun S. 2017. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
Keterkaitan Ilmu, Agama dan Seni. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 1
Contoh Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 TORUE
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/I
Kompetensi Inti : KI. 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar : 3.6 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat,
dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis)
dalam kehidupan sehari-hari
4.6 Merencanakan dan melaksanakan percobaan titik berat
dan keseimbangan benda tegar
Alokasi Waktu : 3 × 45 Menit (1 × pertemuan)
A. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengenal tentang kesetimbangan benda tegar dan momen gaya dalam tari
Pendet
2. Menganalisis masalah kesetimbangan benda tegar dan momen gaya dalam
gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan dalam tari Pendet
3. Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari–hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
B. Tujuan Pembelajaran
1. Mengenal tentang kesetimbangan benda tegar dan momen gaya dalam tari
Pendet
2. Menganalisis masalah kesetimbangan benda tegar dan momen gaya dalam
gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan dalam tari Pendet
3. Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari–hari
C. Materi Ajar
Kesetimbangan Benda Tegar
Tipler (1998) menyatakan bahwa kesetimbangan benda tegar adalah
kondisi benda dengan gaya resultan dan momen gaya resultan sama dengan nol
pada benda yang diam (statis) atau benda yang bergerak lurus (dinamis). Pada
pokok bahasan Hukum–hukum Newton telah dijelaskan bagaimana sebuah
partikel agar tetap diam, yaitu gaya neto yang bekerja pada partikel tersebut
adalah nol. Pada kondisi ini, partikel tidak dipercepat, dan jika kecepatan
awalnya nol, maka partikel tetap diam. Karena percepatan pusat massa sebuah
benda sama dengan gaya neto yang bekerja pada benda dibagi dengan massa
total benda, maka syarat ini juga berlaku untuk benda tegar yang berada pada
kesetimbangan. Namun, walaupun pusat massa sebuah benda diam, benda
dapat berputar. Jadi, syarat lain yang diperlukan adalah torsi neto terhadap
pusat massa sama dengan nol. Jika pusat massa sebuah benda diam dan tidak
ada rotasi mengelilinginya, maka tidak akan ada rotasi yang mengelilingi titik
mana pun. Jadi, agar kesetimbangan statik terjadi, torsi neto yang bekerja pada
sebuah benda harus sama dengan nol terhadap setiap titik.
Kesimpulannya, ada dua syarat yang diperlukan agar benda tegar berada
dalam kesetimbangan statik, yaitu;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
1. Gaya eksternal yang bekerja pada benda sama dengan nol:
𝑭𝒏𝒆𝒕𝒐 = 0 ( 1 )
2. Torsi eksternal neto terhadap setiap titik harus sama dengan nol:
𝝉𝒏𝒆𝒕𝒐 = 0 ( 2 )
Momen Gaya
Halliday (1985) menyatakan bahwa momen gaya atau torsi atau
torka dari bahasa Latin torquere yang artinya memutar. Jadi, torsi adalah
kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar terhadap suatu
titik poros tertentu. Jika torsi resultan yang dialami oleh benda tidak sama
dengan nol, maka benda melakukan gerak putar dengan frekuensi sudut
ataupun periode yang berubah terhadap waktu. Artinya, bila torsi resultan tidak
nol, maka gerak putar itu mempunyai percepatan sudut yang tidak nol. Jika
torsi resultan pada benda bersifat nol, maka benda tersebut dalam
kesetimbangan rotasi. Selain itu, benda disebut dalam kesetimbangan translasi
bila gaya resultannya nol.
Jika benda bermassa m berada di posisi r (yaitu di titik P) relatif
terhadap titik asal koordinat (o), dan di titik P bekerja gaya F ( gambar 2.1 ),
maka torsi yang bekerja pada benda terhadap o didefenisikan sebagai :
𝝉 = 𝒓 × 𝑭 ( 3 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 2.1 Sebuah benda mengalami
gaya di titik P tetapi torsinya bekerja
terhadap titik o.
Torsi adalah besaran vektor. Besarnya diberikan oleh :
𝜏 = 𝑟𝐹 sin 𝜃 ( 4 )
dengan θ adalah sudut antara r dan F; arahnya tegak lurus kepada bidang yang
dibentuk oleh r dan F. Arahnya dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan
bagi perkalian vektor antara dua vektor, yaitu ayunkan r dan F melalui sudut
terkecil diantaranya dengan cara mengepalkan jari–jemari tangan kanan
kemudian memperhatikan arah yang ditunjukkan oleh ibu jari yang ditegakkan
menyatakan arah τ.
D. Metode Pembelajaran
Ceramah, Tanya jawab, Diskusi kelas
E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pembuka
a. Memberi salam, melakukan presensi serta mempersiapkan alat dan
bahan yang diperlukan untuk pembelajaran.
b. Guru memberikan motivasi atau pertanyaan untuk mendorong
keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. Misalnya
menanyakan “Apa yang kalian ketahui tentang kesetimbangan benda
tegar?” dan “Apa hubungan kesetimbangan dan momen gaya?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
c. Siswa diminta untuk mengungkapkan ide awal dan keyakinan mereka
terhadap pertanyaan tersebut.
d. Guru menuliskan gagasan–gagasan mereka di papan tulis tanpa
membenarkan atau menyalahkan jawaban mereka.
2. Inti
a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok–kelompok kecil (3–5 orang)
dan memberikan LKS kepada masing–masing siswa.
b. Siswa menyaksikan dan memperhatikan video singkat latihan gerak–
gerak pokok dalam tari Pendet yang diputar oleh guru menggunakan
proyektor.
c. Setiap kelompok melakukan penyelidikan tentang kesetimbangan
benda tegar dan momen gaya dari video yang telah diputarkan.
d. Setiap kelompok disarankan membuat laporan hasil penyelidikan.
e. Perwakilan kelompok melaporkan hasil penyelidikan di papan tulis.
f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil penyelidikan kelompok dan
siswa lain diberi kesempatan menyanggah atau memberi komentar.
g. Guru mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang bersifat terbuka untuk
mengecek kompetensi dasar siswa maupun budaya lokal terkait dengan
topik yang dipelajari.
h. Guru memfasilitasi siswa untuk berkomentar, mengajukan pertanyaan,
mengklarifikasi topik yang dipelajari dan melakukan refleksi.
i. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil penyelidikan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
j. Guru memberikan umpan balik positif dalam bentuk pujian tertulis atau
pun lisan terhadap keberhasilan siswa.
k. Guru melakukan penilaian selama proses berlangsung.
3. Penutup
a. Guru menyarankan siswa menyimpulan materi/hasil pembelajaran yang
telah dipelajari sebagai catatan rangkuman siswa.
b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah
c. Menginformasikan materi yang akan dibahas berikutnya
d. Berdoa untuk mengakhiri proses belajar mengajar.
I. ALAT/ SUMBER BELAJAR
• LKS, LCD, Laptop, Power Point, Gambar dan Video
• Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XI Semester 1.
Jakarta: Erlangga.
• Halliday, David & Robert Resnick. 1985. FISIKA JILID I EDISI
KETIGA. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
• Tipler, Paul A. 1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid
I. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
J. PENILAIAN
a. Teknik penilaian : Tugas, tes tertulis, pengamatan nilai karakter
b. Bentuk instrumen : Esai, tabel pengamatan nilai karakter
Nilai = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 2
Hasil Data Wawancara dengan Masyarakat
Pelatih tari Pendet
Q : Apa makna Tari Pendet dalam kebudayaan Bali?
A : Tari Pendet adalah sebuah tari penyambutan, tari selamat datang yang awalnya
bahwa Tari Pendet itu perkembangan dari memendet yaitu menari perilaku
manusia ketika kita ngaturang ayah atau mempersembahkan kemampuan yang
kita miliki ketika kita ada di pura dalam pelaksanaan upacara. Dari memendet
itu terus dikembangkan atau diperbaiki akhirnya menjadi tarian Pendet yang
merupakan tarian penyambutan (selamat datang) yang kemudian sekarang
berkembang juga dipergunakan untuk pariwisata. Tarian ini biasanya ditarikan
oleh para gadis atau putri-putri remaja baik itu secara kelompok kecil,
kelompok besar, ataupun secara masal yang menggunakan properti berupa
bokor dan ada juntaian daun janur yang disebut dengan sampiyan. Di atas
sampiyan diisi dengan bunga tabur.
Q : Di mana awal adanya Tari Pendet?
A : Tari Pendet berawal dari tarian upacara, memendet (bergerak). Bagi putri-putri
di Bali kan yang menari itu adalah putri-putri, kaum remaja putri, anak-anak.
Memendet diambil dari gerakan secara otomatis mengikuti alunan gending atau
ngigelan gending (menarikan musik) karena musik dan tari itu adalah
faktornya. Jadi musik Pendet kemudian ada Tari Pendet atau gerak Tari Pendet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Bergerak saja dengan menggunakan properti berupa sarana upacara seperti
tabung (sebuah botol yang berisi arak, berem, dan air suci) dan sajen.
Bergerak, melangkah mengikuti alunan musik. Ketika ada SMKI di Denpasar
melihat bahwa tarian ini perlu dikembangkan untuk generasi kita berikutnya.
Dari memendet menjadi Tari Pendet.
Q : Bagaimana posisi atau gerakan Agem Kanan yang baik dalam Tari Pendet?
A : Dalam setiap tarian di Bali, agem itu adalah sikap dasar. Kita mengatakan kalau
agem seseorang itu bagus (baik), sikap dasar dari gerak agem itu adalah sikap
dasar yang sebenarnya. Tidak hanya di Tari Pendet, di tari yang lain pun agem
itu harus ada baik itu agem kanan atau agem kiri. Dua sisi itu harus ada. Kanan
kiri atau atas bawah. Karena orang Bali percaya dengan konsep rwa bhinneda
(dua sisi yang berbeda tetapi selalu berdampingan). Pada kesempatan ini agem
kanan yang ditanyakan begitu ya. Agem kanan itu sikap dasarnya bagaimana
kita memahami sikap tubuh. Sikap tubuh yang pertama, tubuh itu harus
merendah atau disebut dengan mendak. Kemudian mendorong ke depan atau
disebut dengan ngeep atau di Jawa dikenal dengan mayuk. Cengked itu menarik
tulang ekor supaya melengkung. Awalnya adalah tulang belikat menarik bahu
ke belakang, menyatunya tulang belikat kemudian mendorong ngeep (columna
vertebrae dilengkungkan yang ditarik adalah tulang ekornya). Mendak,
cengked, mayuk atau ngeed adalah posisi yang harus dipahami oleh penari Bali.
Terlepas dari ada koordinasi antara kepala, tangan, torso, dan gerak kaki yang
disebut dengan tribangga (tiga gerak tubuh dalam Tari Bali). Mengawali
sebelum agem ada gerakan kembang pada namanya di mana sikap ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
disebut agem. Tapi proses nari Bali ini tapak sirang pada. Kalau agem kanan-
nya, posisi kaki kanan diagonal dan berat badan itu ada di tengah. Seluruh berat
badan dan konsentrasi itu ada sisi yang tengah dahulu. Kaki kanan diagonal,
kaki kiri juga diagonal, diambil garis diagonal di antara posisi kaki. Kesepuluh
jari kaki disebut nyelekenting (pangkal jari kaki sampai ujung jari kaki ditarik
ke atas). Jarak antara kaki kanan yang posisinya diagonal dengan posisi kaki
kiri diagonal kira-kira satu genggaman tangan. Berat badan di tengah dulu
kemudian mendak (merendah). Otomatis dalam Tari Bali itu tidak ada
pemaksaan. Tubuh tidak harus kontemporer. Tubuh mengikuti secara alami
saja. Sekarang kita rendah, maka tubuh ikut merendah atau turun kemudian
didorong ke depan mayuk. Otomatis ini (gerakan tersebut) akibat saja, ini
semuanya akibat. Ketika kita naik maka itu adalah akibat juga. Ketika kita
turun artinya kita tidak sengaja untuk meletakkan berat badan kita di kanan,
otomatis berat badan kita di kanan. Sedikit mendorong pantat ke kiri dan
pinggang ke kanan kemudian kepala. Nah sekarang berat badan itu ada di
mana? Ada di kanan. Semua berat badan kita ada di kanan. Ketika kaki kiri
diangkat penari tidak jatuh. Ketika agem kiri maka semua berat badan ada di
kiri. Posisi tubuh dan kaki sebagai support atau penyangga. Kemudian posisi
tangan dalam agem kanan disebut dengan sirang susu. Bahu tidak boleh naik
kalau dalam tari putri. Tulang belikat yang ditarik. Posisi tangan kiri sirang
susu, posisi jari-jari adalah ibu jari ditekuk ke belakang kemudian empat jari
lainnya melengkung ke belakang dan digetarkan yang disebut dengan jeriring.
Ini adalah rangkaian dari agem kanan. Kemudian rendah, ini namanya sirang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
susu dan ini namanya sepat pale (posisi tangan kanan sejajar bahu kemudian
lengan bawah ditekuk ke depan membentuk sudut siku-siku dengan lengan
atas) dan posisi jari-jari sama yaitu ibu jari disembunyikan dan empat jari
lainnya diberdirikan jeriring. Posisi kepala ke kanan (rebahnya ke kanan), mata
dibuka diam dan fokusnya ke depan. Ketika bergerak (mengangkat) semuanya
ada di kanan. Secara utuh dilihat dari ujung kaki sampai rambut, kepala ke
kanan, posisi tangan kiri sirang susu, posisi tangan kanan sepat pale, di dorong
ke depan inilah sikap agem. Ketika berpindah lain lagi yang disebut dengan
tandang.
Q : Dalam melakukan gerak atau posisi Agem Kanan ada kemungkinan penari
terjatuh. Sebagai pelatih Tari Bali, bagaimana instruksi Anda supaya penari
dapat melakukan posisi Agem Kanan dengan baik?
A : Mengawali dari anak-anak kecil yang belajar nari di Sanggar Saraswati, di
kampus atau di mana saja yang memang mereka belajar dari nol. Mengawali
itu kita memang harus memotivasi mereka, memberikan pemahaman kepada
mereka bahwa tubuh dalam penari Bali itu berbeda dengan tubuh penari Jawa
misalnya Tari Jogja. Tubuh penari Bali itu cenderung melengkung. Itu yang
selalu saya berikan pemahaman diawal bahwa tubuh itu selalu melengkung.
Tariklah tulang belikatmu ke belakang sehingga itu seperti ini (tulang belikat
itu menyatu). Menyatu dia. Sehingga tidak malu-malu untuk mendorong ke
depan dalam artian susunya (payudaranya) didorong. Terkadang yang baru-
baru itu mereka malu. Kelebihan yang kita miliki itu yang ditonjolkan. Penari
Bali itu seperti itu. Ketika tulang belikat sudah ditarik dengan benar lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
merendah mendak, cengked, mayuk atau ngeep tadi itu baru kita mengajarkan
ini sikap dasarnya seperti apa. Dari sikap kaki terlebih dahulu karena support
yang paling penting. Kaki dahulu yang mengawali. Ada beberapa sikap kaki
dalam Tari Bali. Dalam kali ini hanya mengenai agem kanan saja. Sikap ini
yang dipahami. Kalau sikap ini sudah benar, karena berbeda ketika orang
memposisikan kaki kirinya di depan sini (tengah-tengah kaki kanan) maka
hasilnya akan berbeda. Ini adalah posisi yang salah. Posisi yang benar adalah
di mana diagonal. Ini yang benar dulu kayak orang pencak silat kan kuda-
kudanya harus betul dulu. Dalam Tari Bali pun sama, belajar tari apapun sama.
Posisi kaki dulu kemudian merendah pelan. Mahasiswa diajak pelan-pelan
turun. Telapak tangan harus menyentuh lutut. Di sinilah jangkauannya. Kita
tidak boleh menari berdiri dan posisi kaki tidak boleh dalam keadaan berdiri
sempurna. Jadi ini (lutut) harus menekuk dan ukurannya adalah peganglah
lututmu sekuat-kuatnya dan diam. Tangan harus diluruskan (siku tidak boleh
menekuk) dan badan melengkung ke belakang (tidak boleh bungkuk, harus
menarik tulang belikat ke belakang). Tegap, optimis, tarik. Bukan bahu yang
diangkat. Kalau bahu yang diangkat itu berbeda dengan menarik tulang belikat.
Penari Bali harus memiliki adeg-adeg atau aturan tentang agem yang benar.
Jadi mereka mengawali dengan sikap tarik. Proses ini membutuhkan waktu
yang lama. Tapi sebelum agem itu ada sikap yang namanya tapak sirang pada
dulu. Sebelum masuk ke agem harus mengajari dulu siswanya kembang pada
yaitu posisi tegap ke depan. Tarik tulang belikat, kempeskan perut kemudian
merendah sampai kedua tangan masuk di sini (terjepit di sendi tulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
selangkang) dan di dorong ke depan. Ini dulu lama mereka belajarnya sampai
saya biasanya duduk di paha supaya di sini (paha) ada bonjengan. Kalau sudah
bisa kita duduk di situ berarti itu posisi benar sedangkan kalau mereka terjatuh
berarti mereka tidak seimbang. Kalau mereka menahan berat badan berarti
mereka sudah mengunci di area sacrum. Itu yang pertama. Kemudian tapak
sirang pade ini berat badan juga di tengah. Ini sudah bisa dibilang agem karena
posisinya tegak dengan kaki membentuk huruf “V” atau kaki mengerucut. Tapi
agem kanan dari sini kita memposisikan kaki seperti ini (sedikit serong ke
kanan) dan posisi tubuh yang lain mengikuti secara otomatis. Kita memberikan
keseimbangan dahulu. Selain kembang pade, anak-anak juga harus diajari
teknik berjalan hingga mereka memahami kaki kanan yang mana dan kaki kiri
yang mana serta melangkahnya seperti apa. Biasanya ada anak yang melangkah
dompo yaitu gerakan kaki dan kepala tidak serasi. Koordinasinya kita harus
memberikan pemahaman kepada anak didik ketika mengangkat kaki kanan
mengawali gong dengan delapan hitungan yang jatuh pada pukulan gong. Anak
didik diajar untuk jalan ditempat dulu dengan hitungan seperti berjalan natural.
Kemudian jari kaki nyelekenting dalam beberapa hitungan lalu mereka diminta
merendah atau mendak. Ketika mereka sudah terbiasa, tangan ditarik ke depan
seperti memegang bokor di depan dada. Kalau mereka sudah punya basic itu
maka akan otomatis bergerak. Walau yang belum punya basic pun mengikuti.
Setelah itu barulah lanjut kepala. Kepala ke kanan, kakinya jatuh kanan. Begitu
pula sebaliknya. Tapi ada juga yang dompo. Makanya memberikan
pemahaman kepada mereka butuh waktu untuk menyesuaikan tempo. Kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
harus jatuh bukan menoleh. Koordinasi kepala, tubuh, kaki. Tari Pendet
merupakan tarian yang menggunakan properti bokor makan diajar juga cara
memegang bokor. Ini juga mempengaruhi keseimbangan. Tangan ditarik ke
depan, lengan bawah ditekuk ke depan dada kemudian merendah. Memulai
tempo, gerakan kaki dan kepala akan otomatis jika sudah bisa. Dasarnya ini
dulu. Sebelum berangkat pada gerakan agem harus diajarkan gerakan ini
dahulu. Dari unsur-unsur tubuh apa yang dia miliki. Dari jari-jari, tangan dia,
kemudian bagaimana caranya menggerakan kaki, bagaimana cara
menggerakan kepala. Cara alami atau tidak mengada-ngada. Semuanya dicoba.
Seperti olahraga barulah ke gaya. Keunikannya karena dalam olahraga tidak
ada mendak, cengked, mayuk atau ngeed itu. Dalam tari Jawa juga berbeda.
Q : Berapa lama waktu yang dibutuhkan penari untuk mempelajari gerakan Agem
Kanan?
A : Cukup lama sebenarnya kalau ingin baik dalam artian memahami teknis.
Belajar sebuah budaya itu kan tidak bisa instan. Pertama dari melihat,
lingkungannya terdapat Tari Bali atau tidak. Tapi murid-murid yang saya ajar
itu butuh waktu yang cukup lama untuk posisi agem-nya baik. Jika mereka
hanya ingin sekedar kenal saja, mungkin delapan kali pertemuan mereka
sudah bisa mendapatkan pemahaman dasar yang bukan menjadi penari
profesional. Untuk menjadi seperti Bali belum bisa, butuh prosess.
Berlatihlah dengan giat untuk menjadi penari yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Penari Tari Pendet
Q : Apa makna dari Tari Pendet?
A : Kalau Tari Pendet maknanya yang sesungguhnya saya kurang tahu. Tapi kalau
dari jenisnya, Tari Pendet adalah tari pembukaan. Untuk maknanya yang saya
ketahui dari pelatih adalah persembahan kepada Dewata. Ada unsur bunganya
yang menjadi persembahan berupa bunga yang diletakkan di dalam bokor.
Q : Bagaimana posisi atau gerakan Agem Kanan yang baik dalam Tari Pendet?
A : Saya sebenarnya suka keliru dengan posisi Agem Kanan dan Agem Kiri
langsung otomatis gerak gitu lho. Agem Kanan itu kalau detailnya itu posisi
badan miring atau berbelok ke kanan, pinggulnya ke kiri, yang menjadi
tumpuan adalah kaki kanan. Kalau kita nekuk pinggulnya ke kiri kayak
otomatis badan gitu. Jadi kalau ke kanan pinggulnya ke kanan itu efek ke badan
itu nggak enak, sakit gitu. Otomatis karena tumpuannya di kanan, serongnya
pasti ke kanan. Seperti itu setahu saya.
Q : Apa yang dilakukan ketika pada posisi Agem Kanan penari tidak jatuh?
A : Ada kuncinya sebenarnya. Banyak peragaan sebenarnya. Pada penari itu
tumpuan pada kakinya membentuk “V”. Menurut pelatih saya itu lebih tahan
daripada kaki sejajar. Jadi pada posisi Agem juga kaki membentuk “V” cuma
serong dikit. Kaki kanan sebagai tumpuan dan kaki kirinya di depan yang
memperkuat juga. Posisi jari-jari kaki kiri nyelekenting. Keadaan jari kaki naik
atau melengkung ke atas yang menjadi lawannya tumit untuk memperkuat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
memperindah. Kalau sebagai tumpuan tetap pada kaki kanan. Tidak jatuh juga
karena tumpuannya di kanan dan kita menahan di kanan dan juga perutnya.
Jadi posisi badan juga harus tegak dan mayuk. Badannya kayak ditarik ke depan
supaya tulang belikatnya itu menyatu. Jadinya kita nahan, kaki nahan, badan
juga tidak memperberat kaki gitu. Kalau kita ke bawah gini pada gerakan
mendak kan makin berat, makanya kita narik badan kita ke belakang sampai
tulang belikatnya menyatu di belakang gini. Keadaan tersebut bisa membantu
keseimbangannya itu dalam menari nggak oleng gitu. Kaki tumpuan sangat
berperan penting. Kita tahu mana tumpuan yang dipakai. Kalau tidak tahu
mana tumpuannya, semisal tumpuannya tetap pada dua kaki itu berbeda dengan
tumpuan satu kaki yang membuat kita agak serong. Jadi memang yang bagus
itu kita tahu tumpuan kita menari itu di kaki kanan untuk Agem Kanan. Kalau
semisalnya kita belum dapat tumpuannya itu memang agak sulit untuk
mendapatkan posisi yang bagus. Yang pertama memang kaki, yang kedua
posisi badan. Itu membantu juga kita dapat posisi yang baik karena posisi
badan kita (tubuh kita) yang atas mayuk-nya tadi itu dapat, posisi Agem Kanan-
nya juga jadi lebih bagus. Posisi tangan adalah bagian dari tarian. Selain
memperindah juga membantu menyeimbangkan. Berbeda kalau posisi tegak,
kedua lengan sejajar bahu di depan dada. Ketika posisi Agem Kanan, kedua
lengan mengikuti posisi Agem Kanan yaitu tangan kanan sejajar samping mata
dan tangan kiri sejajar samping susu (payudara). Selain memperindah juga
membuat seimbang karena beratnya ikut serong juga kan. Yang kanannya
lebih tinggi dan kirinya lebih rendah kan membantu kita biar badannya mayuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dan menahan badan juga supaya tetap tegak namun ruas tulang belakang
(columna vertebrae) melengkung indah.
Q : Berapa lama waktu yang dibutuhkan penari untuk mempelajari gerakan Agem
Kanan?
A : Kalau itu tergantung orangnya sih ya. Memang butuh banyak latihan sih yaa.
Untuk Agem Kanan, kalau semisalnya latihannya seminggu sekali mungkin 2
minggu sudah bisa. Hanya untuk sekedar bisa saja, tahu tentang posisi-posisi
kaki, badan, kepala, dan tangan. Kalau untuk dapat sempurnanya itu proses
yang agak lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 3
Foto Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI