36
RESUME EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR OLEH: FERDIANSYAH 70200111025 JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014

epidemiologi tete

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ojjjjjjjjjjjjjjjjj

Citation preview

RESUMEEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

OLEH:FERDIANSYAH70200111025

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR2014

Pengertian EpidemiologiEpidemiologi menurut asal katanya dari bahasa Yunani, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal terjadi pada rakyat, (Epi=pada; Demos=penduduk/rakyat; logos=ilmu).(Bambang Sutrisna: 1).Epidemiologi merupakan studi terjadinya penyakit pada populasi manusia (Gary D. Friedman: 1, 1986).Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya (Noor Nasri Noor: 8, 2000). Epidemiologi didefinisikan sebagai sebagai studi tentang distribusi dan determinan yang berhubungan dengan kesehatan atau suatu peristiwa dalam populasi tertentu, dan penerapan studi ini untuk mengendalikan maslah kesehatan (R.Beaglehole dkk,1993 menyadur dari Last, 1988).Menurut buku Pengantar Epidemiologi Edisi 2 karangan Eko Budiarto dkk., pengertian epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan masing-masing yaitu: Sejarah Perkembangan EpidemiologiDari catatan sejarah yang dikumpul menunjukkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini bekaitan satu dengan yang lain. Misalnya, studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab suatu penyakit atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti:1. Ilmu faal,2. Biokimia,3. Patologi,4. Mikrobiologi,dan5. Genetika.Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapt digunakan untuk menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan, atau meramalkan hasil pengobatan.Perbedaan antara antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus demi kasus, sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu. Oleh karena itu, pada epidemiologi, selain membutuhkan ilmu kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu lain, seperti :1. Demografi2. Sosiologi3. Antropologi4. Geologi5. Lingkungan fisik6. Ekonomi7. Budaya, dan8. Statistika.Dari uraian diatas, jelaslah bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks. Walaupun epidemiologi telah dikenal dan dilaksanakan sejak zaman dahulu, tetapi dalam perkembangannya mengalami banyak hambatan hingga baru pada beberapa dasawarsa terkhir ini epidemiologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, epidemiologi seolah-olah ilmu yang baru.Salah satu penyebab hambatan tersebut belum semua ahli bidang kedokteran pada saat itu setuju dengan metode yang digunakan dalam epidemiologi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masih berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.Keberhasilan menembus paradigma tersebut bekat perjuangan yang gigih dari para serjana seperti Hippocrates, John Graunt, John Snow, William Faar, Robert Koch, James Lind, Lord Kelvin, Kuhn, dan Francies Galton. Para sarjana itu telah meletakan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut adalah :1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit2. Pengaruh data kuantitatif dan statistik,3. Penularan penyakit, dan4. Eksperimen pada manusiaUkuran-ukuran akibat:Akibat-akibat absolut ialah perbedaan-perbedaan dalam angka baku insidensi. Insidensi kumulatif, atau prevalensi. Akibat-akibat relatif menyangkut rasio-rasio dari ukuran-ukuran tersebut. Suatu proporsi akibat ialah proporsi dari suatu populasi sakit dengan pemaparan yang merupakan salah satu dari penyebab komponen dalam penyebab sufisien yang menyebabkan penyakit tersebut (Kenneth J. Rothman: 51, 1995).konsep Sehat dan SakitDefinisi sakit dan sehatDefinisi sehat yang paling ambisius adalah yang diusulkan oleh WHO pada tahun 1948: sehat adalah kondisi komplit dari fisik, mental dan kesejahteraan social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (R.Beaglehole, dkk., 1993).Batasan status sehat yang digunakan oleh ahli epidemiologi cenderung sederhana, seperti adanya penyakit atau tidak adanya penyakit. Kriteria untuk menegakkan adanya suatu penyakit memerlukan rumusan tentang normal dan abnormal. Namun, sering kali masih sulit untuk merumuskan apakah yang disebut normal dan seringkali pula tidak ada batas yang jelas antara normal dan abnormal. Kriteria diagnosa biasanya didasarkan pada gejala, tanda-tanda dan hasil pengujian. Mengukur frekuensi penyakitUkuran frekuensi penyakit didasarkan pada konsep dasar prevalens dan insidens.Prevalens dan insidens Prevalens suatu penyakit ialah jumlah kasus pada suatu populasi tertentu pada periode waktu tertentu.

Insidens ialah jumlah kasus baru yang timbul dalam periode tertentu dari suatu populasi tertentu.

Insidens rate kumulatif atau riskInsiden rate kumulatif adalah suatu ukuran yang lebih sederhana tentang kejadian suatu penyakit atau kasus kesehatan.

Case fatalityCase fatality adalah ukuran keganasan suatu penyakit dan didefinisikan sebagai proporsi kasus penyakit tertentu atau kondisi yang fatal dalam periode waktu tertentu. Hubungan antara berbagai ukuran

P = Insidens rate x Rata-rata lama sakitPrevalens tergantung baik pada insidens rate maupun lamanya sakit.

Perkembangan Konsep Terjadinya PenyakitKonsep Masyarakat Primitif: Berbagai penyakit dan bencana yang menyengsarakan umat manusia dipercayai merupakan pengaruh kekuatan supernatural, sesuatu kekuatan yang berada di luar pemahaman dan kendali manusia. Teori Hyppocrates: Ia adalah orang pertama yang menjelaskan konsep penyakit secara rasional. Ia menempatkan penyakit sebagai fenomena masyarakat selain sebagai fenomena individu. Sumbangan yang sangat berharga dalam bidang kesehatan adalah konsepnya tentang perbedaan antara penyakit-penyakit endemik yang bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Juga terhadap penyakit-penyakit epidemik yang memperlihatkan prevalen yang bervariasi sepanjang masa. Menurut konsep Hyppocrates, tubuh manusia terdiri dari empat substansi yang berbeda yang disebut sebagai humours atau cairan yang masing-masing mempunyai komposisi yang sama besar. Keempat humours tersebut adalah darah (blood), lendir (phlegm), empedu kuning (yellow bile), dan empedu hitam (black bile). Setiap humours terdiri dari himpunan sejenis atom yang sama. Darah terdiri dari atom udara yang bersifat panas dan basah. Lendir terdiri dari atom air yang bersifat dingin dan basah. Empedu kuning terdiri dari atom api yang panas dan kering. Empedu hitam terdiri dari atom tanah yang bersifat dingin dan kering. Pada manusia sehat keempat atom tersebut berada dalam jumlah yang sama dan dalam komposisi yang simbang, sesuai dengan nilai moderation dan balence dalam filsafat Yunani. Hyppocrates berpendapat bahwa keadaan sakit akan terjadi jika pada suatu ketika terjadi ketidakseimbangan dari komposisi dan jumlah humour tersebut. Sebagai contoh, kelebihan darah yang basah dan panas akan mengakibatkan demam, kekeringan dan diare, sementara kelebihan empedu hitam yang dingin dan kering akan menyebabkan menggigil dan konstipasi (sulit buang air besar).Teori GalenGuna menjelaskan adanya individu yang mengalami sakit dan yang tetap sehat ketika terpapar dengan faktor risiko yang sama, Galen menambahkan dua elemen tambahan terhadap konsep Hyppocrates. Elemen pelengkap yang dimaksud adalah Temprament dan Procatartic. Berbeda dengan Hyppocrates yang menganggap tubuh terdiri dari bagian elemen dengan jumlah dan komposisi yang sama, Galen mengajukan konsep elemen yang dominan.Konsep MiasmaKonsep Miasma muncul setelah periode Hyppocrates dan Galen. Miasma yang dianggap bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit adalah suatu yang dapat ditanggapi indra selain mata. Ketika seseorang secara tidak sengaja menghirup Miasma lewat pernapasannya, maka miasma yang masuk itu akan mempengaruhi homourousnya dan menyebabkannya menderita penyakit. Miasma yang dianggap sebagai biang penyakit dari air tenang, udara kotor,angin malam ataupun tumpukan sampah. Oleh sebab itu, pencegahan penyakit dialakukan dengan membatasi gerak dan mengeliminasi miasma.Konsep miasma terus berkembang dan dalam periode yang panjang mendominasi gagasan manusia tentang penyakit. Berbeda dengan konsep kantagion yang meskipun masuk akal tetapi sulit diterima karena tidak tertangkap oleh panca indra. Sebaliknya, miasma mampu menyakinkan orang banyak, miskipun dia tidak bisa dilihat, tetapi dia dapat ditangkap oleh panca indra yang lain seperti penciuman dan perasaan. Istilah masuk angin ataupun terserang angin duduk diduga merupakan peninggalan atau pengaruh dari konsep miasma.Teori Jasad Renik Gagasan bahwa penyakit disebabkan oleh organisme penyebab penyakit telah timbul paling tidak sejak zaman Romawi. Lucretius, Varro, dan columella adalah beberapa nama dari dokter besar Romawi yang berspekulasi tentang adanya makluk kecil penyebab penyakit tersebut.Tangan Bersih Penebar Penyakit Pada tahun 1985, Oliver Wandell Holmes, seorang dokter yang lebih terkenal sebagai bapak pengadilan, menulis suatu artikel yang berjudul The contagiousness of puerperal Favel (penulis demam nifas). Dalam tulisan itu Holmes berpendapat bahwa demam nifas ditularkan oleh seorang ibu ke ibu yang lain melalui dokter dan bidan. Reaksi masyarakat terhadap pandangan tersebut beragam, mulai dari yang acuh dan tak acuh sampai menganggapnya penghinaan.Puncak Teori Jasad RenikTeori jasad renik mencapai kejayaannya pada masa Lois Pastur yang hidup pada periode tahun 1827-1912. Pastur menemukan bahwa fermentasi merupakan hasil pertumbuhan ragi pada juice anggur. Ragi tumbuh dalam jumlah yang kecil secara alami pada kulit anggur. Ketika anggur dihancurkan, ragi mencapai juice yang kaya gula dan mengubahnya secara prolafikasi.Triad EpidemiologiPenyakit manusia tidak muncul dalam sebuah ruang hampa. Penyakit tersebut dihasilkan dari interaksi host (orang), agen (contoh: bakteri), dan lingkungan (contoh: udara yang terkontaminasi). Meskipun beberapa penyakit sebagian besar bersifat genetik pada aslinya, hampir semua penyakit dihasilkan dari interaksi faktor genetik dan lingkungan, dengan keseimbangan yang tepat berbeda untuk penyakit yang berbeda. Banyak dari prinsip-prinsip dasar yang mengatur penularan penyakit paling jelas ditunjukkan menggunakan penyakit menular sebagai model (Leon Gordis, 1996).

Gambar: Triad epidemiologi (diadaptasi dari Thomas C. Timmreck, 2004)WABAHa. Definisi wabah Peraturan menteri kesehatan no 949/MENKES/SK/VII.2004 tentang tentang pedoman penyelenggaraan system kewaspadaan dini luar biasa ( SKDLB) , kesehatan mendefinisikan wabah sebagai berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat senyata nyata melebihi lazimnya pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.b. Beberapa tips penyebaran wabaha. Penyebara prosodemikYaitu penyebaran penyakit yang dapat terjadi dari orang ke orang sehingga relative berjalan lebih lambat dan berupa penyakit menular, apabila penyakit dapat menimbulkan kekebalan maka wabah akan menyusut dengan sendirinya sehingga suatu ketika akan berhenti.b. Penyebaran holomiantikYaitu dapat terjadi pada penyakit menular dan tidak menular apabila Paparan agent terjadi sekaligus pada air, makanan, uadara dll Paparan agent secara continue diluarkan dari reservoir melalui media lingkungan seperti air sumur yang mengandung agent kemudian digunakan penduduk, atau limbah yang terus membawa agent ke perairan kemudian masuk ke rantai makanan, maka pola penyebaran penyakit akan tampak cepat.c. Proses terjadinya wabah1) Terjadi perubahan kualitas lingkungan sehingga : Transmisi agent penyakit berjalan cepat seperti terjadi keadaan banjir Masyarakat yang terpapar terhadap agent sekaligus dalam jumlah banyak. Adanya keberdesakan yang tinggi2) Terdapat agent baru sehingga semua orang sangat peka terhadpnya.3) Distribusi kepekaan host berubah sehingga proporsi host yang peka sangat banyakd. Wabah sebagai penyakit menularWabah penyakit menular dapat terjadi apabila dipenuhi beberapa factor sebgai berikut :a) Agent penyakit harus dapat keluar dari reservoir melalui suatu portal of exit. b) Agent harus dapat bertahan didalam lingkungan untuk beberapa waktu dalam keadaan baik c) harus ada media yang dapat membawa agent ke host laind) agent harus memasuki tubuh host lain melalui portal of entry sumber : buku epidemiologi,Masriadi, 2012

Pencegahan PenyakitUpaya pencegahan penyakit terdiri atas tiga level, yaitu:1. Pencegahan Primer: upaya menurunkan angka kesakitan dengan menurunkan jumlah kejadian kasus baru.2. Pencegahan Sekunder: upaya menurunkan angka prevalens dengan cara melakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan segera. Hal ini dapat mengurangi penularan penyakit dari pejamu yang satu ke pejamu lainnya dan juga mereduksi insidens penyakit.3. Pencegahan tersier: pencegahan jangka panjang terhadap cacat dan kematian yang dilakukan dengan cara pengobatan dan rehabilitasi.Masalah-Masalah Mendasar dalam Epidemiologi1. terjadinya, 2. ukuran asosiasi, 3. pengganggu, 4. seleksi bias, 5. informasi bias, 6. variasi acak, 7. modifikasi efek,8. penyocokan,9. ukuran sampel dan kekuatan studi.

Jenis-Jenis Studi EpidemiologiTipe StudiNama AlternatifUnit Studi

Studi pengamatan Studi deskriptif Studi analitik: Ekologi Cross-sectional Case-control Cohort

Studi eksperimen Uji terkendali acak Uji lapangan Uji komunitas

KorelasionalPrevalensCase-referenceFollow up

Studi IntervensiTrial klinik

Studi intervensi komunitas

PopulasiIndividuIndividuIndividu

PasienOrang sehatKomunitas

Sumber: Dasar-Dasar Epidemiologi Buku I, R.Beaglehole, dkk.,1993

Studi Epidemiologi Pengamatan1. Studi deskriptif Suatu deskripsi sederhana tentang status kesehatan suatu komunitas, berdasarkan pada data rutin yang tersedia atau pada data yang diperoleh melalui survey khusus.2. Studi ekologik Dalam studi ekologik, unit analisis lebih berupa populasi atau kelompok orang disbanding individu.3. Studi cross-sectional Mengukur prevalens penyakit dan sering kali disebut sebagai studi prevalens. Dalam studi cross-sectional, pengukuran pemaparan dan dampak dilakukan pada saat yang sama. Pertanyaan kunsi yang perlu ditanyakan dalam tipe studi ini adalah pemaparan mendahului ataukah mengikuti dampak. 4. Studi case-control Studi case-control merupakan studi longitudinal, berlawanan dengan studi cross-sectional. Studi case-control disebut sebagai studi retrospektif karena peneliti melihat ke belakang, dimulai dari penyakit ke kemungkinan sebab.5. Studi cohort Studi cohort disebut juga sebagai studi follow up atau studi insidens, dimulai dengan kelompok orang (cohort) yang bebas dari sakit, yng digolongkan ke dalam sub kelompok sesuai dengan pemaparan oleh suatu potensi penyebab penyakit atau outcome. Variabel yang dipelajari, dirinci dan diukur, kemudian seluruh cohort diikuti untuk melihat perbedaan outcome antara sub kelompok yang mendapat pemaparan dan sub kelompok yang tidak. Studi cohort bersifat longitudinal.Studi Epideniologi Eksperimental1. Percobaan terkendali acakAdalah eksperimen epidemiologic untuk mempelajari prosedur pencegahan atau pengobatan.2. Percobaan lapanganAdalah kebalikan percobaan klinik, melibatkan orang-orang yang bebas dari sakit tetapi dianggap memiliki risiko; pengumpulan data dilakukan di lapangan, biasanya di antara orang-orang awam dalam populasi.3. Percobaan komunitasAdalah eksperimen yang kelompok perlakuannya ialah masyarakat, bukan individu.Tujuan Studi EpidemiologiMenurut Lilienfeld dan Lilienfeld yang dikutip dari buku Epidemiolgi Suatu Pengantar Edisi 2 karangan Thomas C. Timmreck, tujuan umum studi epidemiologi ada 3, yaitu:1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu social/perilaku;2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu pperilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru;3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan; yang kesemuanya itu akan digunakan untuk mnegevaluasi keberhasilan langkah-langkah, kegiatan, dan program intervensi. Pengertian Penyakit MenularDewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungan nya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis yang erat hubungan nya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan biologis.Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama yakni:1. Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.2. Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama.3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.

Faktor Penyebab Penyakit MenularPada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab (agent) yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir maupun resources), adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara meninggalkaan penjamu dan cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu sendiri.Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur biologis, yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme multi selular yang cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:1. Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan lain-lain.2. Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.3. Kelompok protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.4. Fungus atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.5. Bakteri termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikro-organisme, unsur penyebab penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya.Adapun usaha tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang sesuai/menguntungkan, terutama pada penjamu /host dimana mikro-organisme tersebut berada, berpindah tempat dari satu penjamu lainnya yang lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk pertahanan khususnya pada situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk lainya.

Mekanisme Penyakit MenularAspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain:1. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.2. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia .3. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)Pada umumnya selama unsur penyebab atau mikro-organisme penyebab masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang mengganggu dan mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu.Unsur penyebab yang akan meninggalkan penjamu di mana ia berada dan berkembang biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat masing-masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab dari tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur penyebab yang dapat menggunakan lebih satu cara.

Cara penularan(mode of transmission)Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni:1. Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.au2. Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menulara. Pencegahan Penyakit MenularPengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruskan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasilpengamatan penelitian epidemiologis.Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan secara umum yakni:1. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan penjamu. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka menurunkan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularannya. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perubahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan kehidupan sosial masyarakat. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah raga kesehatan.2.Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat . sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi akibat samping atau komplikasi. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.

2. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.

Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

b. Penanggulangan penyakit menular.Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut.Seperti halnya pada upaya pencegahan penyakit, maka upaya penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran langsung melawan sumber penularan atau reservoir, sasran ditujukan pada cara penularan penyakit, sasaran yang ditujukan terhadap penjamu dengan menurunkan kepekaan penjamu.

c.Sasaran langsung pada sumber penularan penjamu.Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan demikian keberadaan sumbar penularan tersebut memegang peranan yang cukup penting serta menentukan cara penanggulangan yang paling tepat dan tingkat keberhasilannya yang cukup tinggi. Sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestik) maka upaya mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan dengan memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala) Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber. Sasaran penanggulangan penyakit pada sumber penularan dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur penyebab (mikro-organisme) atau menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber.

d.Sasaran ditujukan pada cara penularanUpaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan melalui udara, terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan bahan kimia atau dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil. Sedangkan usaha lain dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan tampaknya lebih bermanfaat.

e.Sasaran ditujukan pada penjamu potensial.Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa faktor yang berpengaruh pada penjamu potensial terutama tingkat kekebalan (imunitas) serta tingkat kerentanan/kepekaan yang pengaruhi oleh status gizi, keadaan umum serta faktor genetika. Berbagai penyakit dewasaini dapat dicegah melalui usaha imunitas yakni peningkatan kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian vaksinasi. Pemberian imunisasi aktif untuk perlindungan penyakit (DPT) merupakan pemberian imunisasi dasar kepada anak-anak sebagai bagian terpenting dalam program kegiatan kesehatan masyarakat. Peningkatan kekebalan umum.Berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan penjamu terhadap penyakit infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan keluarga, peningkatan gizi balita melalui program kartu menuju sehat (KMS), peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui posyandu. Keseluruhan program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum dalam usaha menangkal berbagai ancaman penyakit infeksi.

f.Pengertian penyakit menularKesamaan penyebutan tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu dengan yang lainnya. Penyakit kronik biasanya dapat di pakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik (menahun) atau lama. Namun ada juga penyakit menular yang kelangsungan mendadak/akut , misalnya keracunan.Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena PTM biasanya bukan oleh mikro-organisme. Disebut juga sebagai penyakit degeratif karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut.

g. Pengertian dan jenis faktor resiko.1). Pengertian penyakit faktor resiko.Risk factors are characteristics, signs, symptoms, in disease free individual which are statistically associated with an increased incidence of subsequent disease (simborg DW) 2). Macam- macam faktor resiko.Dikenal beberapa macam faktor resiko menurut segi dari mana faktor resiko yang diamati: a. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah: Unchangeable risk factors: faktor risiko tidak dapat berubah, misalnya faktor umur atau genetik. Changeable risk factors: faktor risiko yang dapat berubah, misalnya kebiasaan merokok atau latihan olahraga. b. Menurut kestabilan peranan faktor resiko dikenal: Suspected risk factors: faktor resiko yang di curigai, yakni faktor-faktor yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil; hasil penelitian sebagai faktor resiko. Misalnya rokok sebagai penyebab kanker rahim. Established risk factors: faktor resiko yang telah ditegakkan, yakni faktor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranan sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok, sebagai faktor resiko kanker paru-paru.c. Ada juga yang membagi faktor resiko atas faktor risiko yang well document dan less well documented.d. Ataupun pembagian atas resiko yang strong dan weak;, faktor risiko yang kuat dan lemah. Upaya pencegahan penyakit tidak menular.1. Tingkat-tingkat pencegahan.Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM. Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut:a) Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup yang dan faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya menciptkan prakondisi sehingga masyarakat meras bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok.b) Pencegahan tingkat pertama meliputi:Promosi kesehatan masyarakat, misalnya:Kampanye kesadaran kesehatan.Promosi kesehatan.Pendidikan kesehatan masyarakat.Pencegahan khusus, meliputi:Pencegahan keterpaparan.Pemberian kemopreventif.Pencegahan tingkat kedua:Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.Pengobatan,misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.Pencegahan tingkat ketiga: Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.Contoh UpayaPencegahan PTMUpaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasikan. Misalnya pada penderita stoke, hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan hipertensi.Sebagai itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan kesehatan. (a) gaya hidup dengan melakukan reduksi stres, makan rendah garam, lemak dan kalori.(b) lingkungan dengan menyadari stres kerja. (c) biologi dengan memberikan perhatian terhadap faktor resiko biologis(jenis kelamin, riwayat keluarga). (d) pelayanan kesehatan, dengan memberikan health education dan pemeriksaan tensi.