Upload
rika-fajriyani
View
67
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ANALISIS JOGLO
Citation preview
ESTETIKA ARSITEKTUR 2
Analisa Nilai Formal dan Informal
pada Rumah Joglo
Oleh :
Rika Fajriyani Mufidah
I0212070
Program Studi Arsitektur
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..1
B. Permasalahan.2
C. Tujuan.....2
BAB II TEORI
A. Joglo..3
B. Estetika Formal.....8
C. Estetika Informal........9
BAB III ANALISA
A. Estetika Formal...11
B. Estetika Informal............20
BAB VI KESIMPULAN.....24
DAFTAR PUSTAKA ...........25
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki berbagai macam keanekaragaman baik seni, budaya,
agama, suku, dll. Keanekaragaman suku misalnya, bisa dilihat dari banyaknya macam
suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku bangsa ini memiliki budaya yang beraneka
ragam. Rumah tradisional suku bangsa inipun bermacam-macam. Rumah tradisional
contohnya yaitu Rumoh Aceh, Rumah Panggung, Rumah Panjang, Rumah Joglo, dll.
Salah satu rumah tradisional Jawa yang terkenal yaitu Rumah Joglo. Rumah
Joglo adalah bangunan arsitektur tradisional jawa tengah, rumah joglo mempunyai
kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama
penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang
disangga soko guru. Seiring perkembangan zaman, beberapa Rumah Joglo asli
kurang diperhatikan dan dilestarikan. Namun di sisi lain, kini banyak bangunan yang
dibangun dengan aplikasi Rumah Joglo. Bangunan tersebut misalnya, restaurant,
kanopi gedung, dll.
Pada bangunan yang dianalisis kali ini merupakan Rumah Joglo asli yang
terletak di Jalan Tamtaman 2, Baluarti, Surakarta. Rumah Joglo ini berumur 150
tahun. Pemilik rumah menyebut rumah ini dengan Dalem Reksa Dinalan. Rumah
Joglo disini mempunyai fungsi sebagai rumah tinggal sebuah keluarga. Namun
sekarang fungsi ruang yang ada pada rumah ini berbeda, karena rumah ini juga
digunakan sebagai pabrik pembuatan kok.
Rumah ini merupakan Rumah Joglo asli yang telah mengalami renovasi
tetapi tetap mempertahankan keaslian Rumah Joglo itu sendiri. Renovasi rumah ini
yaitu dengan mengubah warna cat, mengganti pagar yang tadinya menggunakan
material seng, dan mengganti atap dengan genteng.
2
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik permasalahan :
1. Bagaimana spesifikasi dari bangunan Joglo ?
2. Bagaimana pengaplikasian Joglo ?
3. Apa saja nilai estetika formal maupun informal yang terkandung dalam
bangunan Dalem Reksa Dinalan yang dianalisa ?
C. TUJUAN
Tujuan dari Analisa Nilai Formal dan Informal pada Rumah Joglo yaitu untuk
memenuhi tugas Kompetensi Dasar 2 mata Kuliah Estetika Arsitektur 2 dan
mengetahui serta mengerti bagaimana bangunan Joglo, seperti apa pembagian
ruangnya, bagaimana pengaplikasian Joglo, serta nilai estetika formal dan informal
yang terkandung pada bangunan Joglo tersebut.
3
BAB II
TEORI
A. JOGLO
Joglo adalah jenis rumah adat suku Jawa yang terlihat sederhana dan
digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial seorang priyayi atau
bangsawan Jawa. Rumah ini mempunyai keunikan atau kekhasan tersendiri
dengan adanya tiang-tiang penyangga atau soko guru, beserta tumpang sari nya.
Setiap bagian rumah merepresentasikan fungsi yang berbeda, yang dibangun di
atas lahan yang luas juga. Oleh karena itu, rumah ini hanyalah dipunyai orang
dari kalangan berpunya saja.
Bangunan ini secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar,
mempunyai empat buah tiang pokok di tengah peruangannya yang kita sebut
sebagai saka guru. Saka guru berfungsi untuk menopang blandar tumpang
sari yang bersusun keatas semakin keatas semakin melebar dan biasanya
berjumlah ganjil serta diukir. Ukiran pada tumpang sari ini menandakan status
sosial pemiliknya. Untuk mengunci struktur saka guru diberikan sunduk yang
disebut sebagai koloran atau kendhit. Letak koloran ini terdapat di bawah
tumpang sari yang berfungsi mengunci dan menghubungkan ke empat saka
guru menjadi satu kesatuan. Tumpang sari berfungsi sebagai tumpuan kayu
usuk untuk menahan struktur brunjung dan molo serta usuk yang memanjang
sampai tiang emper bangunan Joglo. Dalam perkembangannya. Bangunan
Joglo ini memiliki banyak variasi perubahan penambahan-penambahan struktur
yang semakin mempercantik Rumah adat ini.
Beberapa variasi bangunan joglo, antara lain :
a. Rumah Adat tradisional Joglo limasan lawakan (Joglo Lawakan)
b. Rumah Adat tradisional Joglo Sinom
c. Rumah Adat tradisional Joglo Jompongan
d. Rumah Adat tradisional Joglo Pangrawit
e. Rumah Adat tradisional Joglo Mangkurat
f. Rumah Adat tradisional Joglo Hageng
4
g. Rumah Adat tradisional Joglo Semar Tinandhu
Konstruksi Rumah Joglo
Gambar 2. a. 1. Konstruksi Rumah Joglo
Sumber :
http://xdesignmw.wordpress.com/2010/06/04/konstruksi-rangka-bangunan-joglo-
rumah-adat-jawa/
Keterangan :
1. Molo (mulo / sirah / suwunan), balok yang letaknya paling atas, yang
dianggap sebagai kepala bangunan.
2. Ander (saka-gini), Balok yang terletak di atas pengeret yang berfungsi
sebagai penopang molo.
3. Geganja, konstruksi penguat / stabilisator ander.
4. Pengeret (pengerat), Balok penghubung dan stabilisator ujung-ujung tiang;
kerangka rumah bagian atas yang terletak melintang menurut lebarnya
rumah dan ditautkan dengan blandar.
5. Santen, Penyangga pengeret yang terletak di antara pengeret dan kili.
6. Sunduk, Stabilisator konstruksi tiang untuk menahan goncangan / goyangan.
7. Kili (Sunduk Kili), Balok pengunci cathokan sunduk dan tiang.
http://xdesignmw.wordpress.com/2010/06/04/konstruksi-rangka-bangunan-joglo-rumah-adat-jawa/http://xdesignmw.wordpress.com/2010/06/04/konstruksi-rangka-bangunan-joglo-rumah-adat-jawa/
5
8. Pamidhangan (Midhangan), Rongga yang terbentuk dari rangkaian balok /
tumpang-sari pada brunjung.
9. Dhadha Peksi (dhadha-manuk), Balok pengerat yang melintang di tengah
tengah pamidhangan.
10. Penitih / panitih.
11. Penangkur.
12. Emprit-Ganthil, Penahan / pengunci purus tiang yang berbentuk tonjolan;
dudur yang terhimpit.
13. Kecer, Balok yang menyangga molo serta sekaligus menopang atap.
14. Dudur, Balok yang menghubungkan sudut pertemuan penanggap, penitih
dan penangkur dengan molo.
15. Elar (sayap), Bagian perluasan keluar bagian atas sakaguru yang menopang
atap.
16. Songgo-uwang, Konstruksi penyiku / penyangga yang sifatnya dekoratif
Bagian-bagian Rumah Joglo
a. Kuncung
adalah bangunan terdepan dari rumah tradisional jawa. Lantai kuncung lebih
rendah dari lantai Pendhapa berfungsi sebagai tempat pemberhentian
kendaraan tamu atau pemilik rumah, sedangkan lantai kuncung yang
sebidang dengan lantai pendhapa berfungsi sebagai tmepat bersantai pemilik
rumah dan tamu, serta berfungsi sebagai tempat pertunjukan yang dapat
dinikmati masyarakat yang hadir di halaman rumah.
b. Pendhapa
adalah bangunan terbuka, terletak dibelakang kuncung dan serambi depan
yang berfungsi sebagai tempat ruang tamu atau tempat penyelenggaraan
upacara adat sehingga merupakan ruang publik yang bersifat provan.
pendhapa berasal dari kata dasar pa-andhap-an. Andhap berarti rendhah dari
lantai Dalem Ageng. bentuk dan arsitektur mencerminkan status sosial
pemilik rumah. pendhapa berbentuk joglo dengan tumpang sari banyak dan
disertai ragam hiasan, maka pemilik rumah merupakan orang dengan status
6
sosial yang tinggi. sedangkan bagi orang kebanyakan bentuk pendhapa
basanya limasan.
c. Pringgitan
adalah ruangan diantara pendhapa dan dalem ageng yang berfungsi sebagai
tempat pementasan wayang kulit. pringgitan berasal dari kata rinngit yang
berarti wayang. karena letak pringgitan berada diantara pendhapa yang
bersifat profan dan dalem ageng yang bersifat sakral/privat, maka pringgitan
bersifat semi publik atau semi privat. pertunjukan wayang kulit dapat
dinikmati dari pendhapa bagi tamu dan masyarakat umum, sedang bagi
keluwarga dan saudara menikmati pertunjukan dari Dalem Ageng atau
belakang kelir/layar
d. Senthong Tengah
adalah kamar berjumlah tiga buah di dalem ageng tepatnya dibawah atap
pananggap. senthong tengah berada diantara dua saka guru sisi belakang
dalem ageng yang mempunyai kedudukan khusus dan paling di sakralkan.
bagi masyarakat pedesaan, ruangan ini khusus bagi dewi sri/dewi kesuburan
dan kebahagiaan rumah tangga. saat musim panen padi, seuntai padi yang
dipotong pertama kali dibalut kain batik dan ditempatkan di senthong tengah
sebagai persembahan kepada dewi sri sehingga senthong tengah disebut
Pasren yang berarti tempat untuk dewi Sri.
e. Senthong Tengen
merupakan senthong (kamar) yang berada di sebelah kanan senthong
tengah. senthong tengen ini berfungsi sebagai tempat tidur bagi bapak ibu
kepala rumah tangga atau pemilik rumah.
f. Senthong Kiwa
berada disebelah kiri senthong tengah, berfungsi sebagai tempat menyimpan
senjata atau alat2 pertanian pemilik rumah, namun adakalanya senthong
kiwa juga digunakan sebagai tempat menyimpan bahan-bahan kebutuhan
pokok keluwarga,spertti padi, palawija dsb.
g. Gandhok
adalah bangunan memanjang, terletak di sebelah kanan dan kiri dalem ageng
yang dipisahkan dengan halaman terbuka. untuk menghubungkan halaman
7
tersebut dengan halaman rumah bagian luar dibuat dinding pasangan bata
berpintu yang disebut deketheng. bentuk atap gandhok pada umumnya
kampung atau limasan dengan variannya. fungsi gandhok sebagai ruang
tinggal keluarga/kerabat, serta menginap tamu. gandhok tengen berfungsi
sebagai ruang tidur wanita, sedang gandhok kiwa berfungsi swbagai ruang
tidur pria.
h. Gadri
merupakan ruangan dibelakang dalem ageng menghadap kebelakang atau
kearah pawon. karena atap gadri ini menyatu dengan atap dalem ageng dan
merupakan susunan atap ketiga setelah Brunjung, dan penanggap yang
disebut emper, maka gadri ini juga disebut emper mburi ( emper belakang).
sisi depan gadri tidak berdinding dan tidak berpintu. fungsi gadri untuk
tempat bersantai bagi keluarga sekaligus sebagai ruang makan letaknya dekat
dengan pawon (dapur)
i. Longkangan
adalah sebuah jalan yang memisahkan antara pendhapa dan pringgitan.
longkangan berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan bagi pemilik
rumah atau keluarga, yang disebut juga dengan paretan, berarti tempat
pemberhentian kereta. dalam perkembanganyya halaman terbuka antara
gandhok dengan dalem ageng juga disebut longkangan, namun tidak
berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan.
j. Pawon
pawon atau dapur letaknya ada di dibelakang dalem ageng berhadapan
dengan gadri yang dipisahkan dengan halaman terbuka. pawon berasal dari
kata dasar awu (abu) karena zaman dulu memasak menggunakan bahan
bakar kayu,apabila kayu habis terbakar menyisakan abu (abu). selain untuk
memasak pawon juga untuk menyimpan peralatan dapur bahkan kadang juga
untuk menyimpan bahan dasar makanan.
k. Pekiwan
adalah kamar mandi dan toilet, letaknya dibuat terpisah dengan bangunan
induk yaitu disebelah kiri dapur. kata dasar pekiwan adalah kiwa yang berarti
kiwa. pada zaman dulu kamar mandi dan toilet dianggap tempat kotor dan
8
berbau, sehingga harus dijauhkan dari bangunan induk. didalam pekiwan ini
juga terdapat sumur sebagai sumber air untuk mandi,cuci, dan masak.
l. Gedhongan
adalah kandang kuda dengan konstruksi kayu, beratap dan berlantai kayu
yang tidak sebidang dengan muka tanah (panggung). kuda bagi pemiliknya
merupakan binatang gegedhug (binatang yang diandalkan oleh pemiliknya)
karena sifatnya yang multifungsi, sehingga dari kata gegedhug ini kandang
kuda disebut dengan gedhongan. Adapula yang berpendapat bahwa kata
gedhongan ini diambil dari suara yang ditimbulkan beradunya tracak (kuku
kaki kuda) dengan lantai gedhongan yang berupa papan.
Ragam Hias pada Joglo
Ragam Hias merupakan suatu bentuk tambahan pada suatu bengunan dengan
lebih mementingkan estetika dan tanpa mempengaruhi fungsi, Namun
kepercayaan jaman dulu ragam hias memiliki fungsi filosofis, seperti sebagai
penunjuk derajat dari sang pemilik. Ragam hias pada bangunan
tradisional jawa pun memiliki jenis yang cukup beragam, peletakannya pun
berbeda-beda. Untuk ragam hias pada pendopo ataupun bangunan yang lain
pada rumah tradisional jawa, terdapat 5 bentuk ragam hias berdasarkan motif
yang terdapat pada ragam hias yaitu : Flora, Fauna, Alam, Agama dan Anyam-
anyaman.
- Flora : Lung-lungan, saton, wajikan, nanasan, tlacapan, kebenan,
patron, dll
- Fauna : Ular naga, jago, mirong, peksi garuda, kemamang, dll.
- Alam : Gunungan, makutha, praba, kepetan, mega mendhung, dll.
- Agama : Mustaka, kaligrafi
- Anyaman
B. ESTETIKA FORMAL
Adalah produk estetika yang terukur secara visual atau dapat dilakukan dengan
menghitung.
Sifat : Objektif, subjektif, terukur, dan rasional.
Aplikasi :
9
- PROPORSI : hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian lain
atau bagian dengan elemen keseluruhan. Kesebandingan dapat dijangkau
dengan menunjukkan hubungan antara :
1. Suatu elemen dengan elemen lain
2. Elemen bidang/ruang dengan dimensinya
3. Dimensi bidang/ruang itu sendiri
- SKALA : suatu system pengukuran (alat pengukur) yang
menyenangkan,dapat dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari unit-unit
yang akan diukur.
- IRAMA : elemen desain yang dapat menggugah emosi atau perasaan
yang terdalam.
- SUMBU : Garis yang terbentuk oleh dua unsur titik.
- SIMETRI : Distribusi unsur dan bentuk yang sama dan seimbang terhadap
suatu garis/sumbu bersama.
- HIERARKI : Penekanan suatu hal yang dianggap penting terhadap unsur
dan bentuk dalam suatu komposisi.
- PENGULANGAN : frekuensi keberadaan unsur atau bentuk yang
sama/mirip dalam sebuah komposisi (ukuran, raut, rinci, warna).
- DATUM : Unsur titik, garis atau bidang yang berguna untuk
mengumpulkan, mengelompokkan dan mengorganisir suatu pola
komposisi.
- TRANSFORMASI : Prinsip tentang konsep komposisi yang dapat
dipertahankan, diperkuat, dibangun melalui sederetan manipulasi.
- NILAI ESTETIS : Penilaian terhadap keindahan suatu karya seni dengan
tanpa keterlibatan secara personal.
C. ESTETIKA INFORMAL
Adalah produk estetika yang terukur secara non-visual (pabrikasi).
Sifat : Subjektif, nilai rasa dominan, abstrak
Aplikasi :
- NILAI KEARIFAN LOKAL
10
Gagasan-gagasan atau nilai-nilai, pandangan-padangan setempat atau
(lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
- NILAI FILSAFAT
Nilai-nilai historis yang mempunyai makna atau maksud tertentu tentang
suatu bentuk. Dapat dikaitkan dengan hal-hal sakral ataupun
perkembangan dari masa lalu.
- NILAI ARTISTIK
Penilaian terhadap keindahan suatu karya seni dengan keterlibatan
secara personal.
- TREND
Sesuatu yang banyak diminati yang dipengaruhi oleh modernisasi
perkembangan zaman dan teknologi, era globalisasi, ketersediaan bahan
baku, pergeseran selera, pergeseran budaya juga gaya hidup masyarakat.
11
BAB III
ANALISA
A. ESTETIKA FORMAL
Irama
Pada bangunan ini juga mengaplikasikan prinsip irama yang bisa dilihat dari
pengulangan kolom pada pendhapa. Kolom-kolom ini memiliki jarak yang sama
antara satu sama lain. Selain itu juga ditunjukkan pada setiap pintu yang
memiliki bentuk dan ukuran yang sama, serta jendela yang memiliki bentuk dan
ukuran serupa pula.
Gambar 3. a. 1. Penataan kolom-kolom pada Pendhapa
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. a. 2. Bukaan-bukaan yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama
Sumber : Dokumen Pribadi
12
Proporsi
Bangunan ini memiliki proporsi yang tepat. Misalnya saja pada pendhapa,
pendhapa dibuat luas dan besar agar mencerminkan kesan sederhana
namun tetap megah. Selain itu dipadukan dengan tiang-tiang dengan tinggi
tiang bagian depan 3m dan soko guru 4m.
Gambar 3. a. 3. Proporsi Pendhapa Rumah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. a. 4. Tinggi tiang pendhapa
Sumber : Dokumen Pribadi
13
Skala
Skala yang digunakan disini adalah skala manusia. Yaitu tinggi manusia
1,5m dan tinggi tiang pada Ndalem Ageng ini 3m.
Gambar 3. a. 5. Perbandingan skala manusia
Sumber : Dokumen Pribadi
Sumbu
Dalem Reksa Dinalan ini memiliki sumbu yang membentuk pola grid jika
dilihat dari penataan kolom-kolom pendhapa. Jika dilihat dari denah
pendhapa, pendhapa ini juga memiliki sumbu yang seimbang antara vertikal
dan horizontalya.
Gambar 3. a. 6. Sumbu yang memperlihatkan pola grid pada bangunan
Sumber : http://prestylarasati.files.wordpress.com/2007/11/denah.jpg
http://prestylarasati.files.wordpress.com/2007/11/denah.jpg
14
Simetri
Keseimbangan simetri ini dapat dilihat dari fasad depan bangunan yang
berukuran sama antara sisi kanan dan kiri. Ketinggian antara soko (tiang)
juga seimbang di kedua sisinya. Selain dari fasad depannya, pembagian
ruangnya juga seimbang antara ruang yang terletak di sebelah kanan atau
kiri Ndalem Ageng.
Gambar 3. a. 7. Keseimbangan simetri pada Pendhapa Rumah Joglo
Sumber : http://prestylarasati.files.wordpress.com/2007/11/lambang.jpg
Pengulangan
Perulangan pada bangunan ini bisa dilihat pada consoule gandhok yang
sekarang digunakan sebagai pabrik kok. Consoule ini diletakkan secara
bersebrangan dan berurutan sesuai dengan ukuran tertentu. Selain itu
terdapat ukiran yang mengelilingi plafond nya.
http://prestylarasati.files.wordpress.com/2007/11/lambang.jpg
15
Gambar 3. a. 8. Letak consoule dan ukiran kayu yang mengelilingi plafond
Sumber : Dokumen Pribadi
Perulangan juga ditunjukkan pada tiang-tiang yang berada pada pendhapa.
Selain itu juga terdapat suatu hiasan yang terbuat dari kayu yang terletak
diantara tiang-tiangnya.
Gambar 3. a. 9. Perulangan yang ditunjukkan oleh susunan tiang (soko)
Sumber : Dokumen Pribadi
16
Gambar 3. a. 10. Letak hiasan kayu diantara tiang (soko)
Sumber : Dokumen Pribadi
Transformasi
Rumah Joglo ini tidak mengalami transformasi bentuk karena pemiliknya
tetap mempertahankan keaslian Joglo ini. Hanya saja fungsi ruang-ruang
didalamnnya yang berubah. Misalnya saja, pada gandhok sekarang dijadikan
sebagai pabrik kok. Ruang yang dulunya dijadikan tempat menyimpan
barang-barang pegadaian digunakan sebagai kamar tidur, dll.
Nilai Estetis
Nilai estetis atau keindahan di sini dapat dilihat dari ukiran maupun ornamen
pada furniture atau pada bagian bangunannya.
Gambar 3. a. 11. Ukiran yang terdapat di atas pintu
17
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. a. 12. Ukiran atau ornamen pada furniture di Ndalem Ageng
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. a. 13. Ndalem Ageng
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. a. 14. Ukiran atau
ornamen
Sumber : Dokumen Pribadi
18
Hierarki
Prinsip hirarki berlaku secara umumnya, walaupun tidak keseluruhan pada
komposisi-komposisi arsitektur perbedaan yang nyata muncul di antara
bentuk-bentuk dan ruang-ruang. Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan
derajat kepentingan dari bentuk dan ruang, serta peran-peran fungsional,
formal dan simbolis yang dimainkan di dalam organisasinya.
Pada dalem ini, unsur hirarki terlihat pada organisasi ruangnya. Dimana
pendhapa merupakan ruang publik, dalem agung dan krobongan merupakan
ruang private, pringgitan merupakan ruang semi-private, dan gandhok
merupakan ruang service.
Gambar 3. a. 15. Pendhapa (Ruang Publik)
Sumber : Dokumen Pribadi
Di pendhapa terdapat beberapa kursi untuk para tamu yang akan bertamu.
Bagian yang masih asli pada pendhapa ini adalah kayu-kayu yang digunakan
baik untuk tiang maupun usuk. Atap rumah ini dulunya adalah sirap, namun
sekarang sudah diganti genteng. Pagar bagian depan dulunya menggunakan
material seng, namun sekarang sudah direnovasi sedemikian rupa.
19
Gambar 3. a. 16. Gandhok (Ruang Service)
Sumber : Dokumen Pribadi
Pada gandhok ini sekarang tidak digunakan sebagai dapur, namun sebagai
pabrik pembuatan kok si pemilik rumah.
Gambar 3. a. 17. Dalem Ageng dan
Krobongan (Ruang Private)
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. a. 18. Lantai pada Dalem Ageng
Sumber : Dokumen Pribadi
Pada dalem agung hanya atap yang direnovasi. Perabotan yang ada di dalem
agung ini merupakan peninggalan jaman dulu yang sudah berumur
150tahun. Namun pada bagian krobongan, karena sudah tidak dirawat
sekarang dijadikan sebagai gudang untuk meletakkan barang-barang yang
tidak terpakai.
20
Gambar 3. a. 18. Krobongan yang dijadikan sebagai gudang
Sumber : Dokumen Pribadi
B. ESTETIKA INFORMAL
Nilai Kearifan Lokal
Gambar 3. b. 1. Pintu masuk Dalem Reksa
Dinalan
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3. b. 2. Ndalem Ageng
Sumber : Dokumen Pribadi
Ukuran dan bentuk rumah merupakan lambang kedudukan sosial keluarga
yang menempatinya dalam suatu masyarakat. Yang membedakan Joglo
21
dengan tipologi rumah Jawa lainnya adalah konstruksi atapnya yang memiliki
brunjung lebih menjulang tinggi sekaligus lebih pendek dengan susunan
tumpang sari, yaitu yang ditopang oleh empat tiang utama yang disebut saka
guru. Bagian saka guru dan tumpang sari biasanya sarat dengan ukiran, baik
yang rumit maupun yang sederhana. Material yang digunakan oleh Joglo
juga lebih banyak dan biasanya menggunakan kayu jati, jadi Joglo menjadi
simbol bahwa pemiliknya termasuk dalam strata sosial atas. Usaha mencapai
kesempurnaan hidup tersebut adalah melalui etika Jawa.
Nilai Filosofis
Gambar 3. b. 3. Analogi Rumah Joglo
Sumber : http://prestylarasati.files.wordpress.com/2007/11/lambang.jpg
Pendhapa terdiri dari lantai, kolom, dan atap. Ketingggian lantai, kolom, dan
atap merupakan perwujudan fisik dari tubuh manusia, yaitu kaki, badan,
dan kepala. Sedangkan perwujudan non fisik menurut perjalanan hidupnya,
yaitu dari lahir, hidup, mati, sampai kembali kepada Tuhan. Dimensi atap
yang dominan menunjukkan bahwa orang Jawa mengutamakan bagian
kepala dan isinya (pikiran dan ide) karena dengan kemampuan akal pikirnya
akan dapat membawa manusia untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin
sebelum mati untuk menemui Tuhan.
Lahir
Hidup
Mati
Tuhan
Kepala
Badan
Kaki
http://prestylarasati.files.wordpress.com/2007/11/lambang.jpg
22
Nilai filosofis bangian-bagian ruang pada Dalem Reksa Dinalan :
a) Pendhapa
Bagian ini selalu terbuka tanpa pembatas ruangan untuk melambangkan
kerukunan, keakraban dan kebersamaan antara tuan rumah dan yang
datang bertamu. Selain itu juga melambangkan bahwa orang Jawa yang
selalu bersikap ramah, terbuka dan tidak memilih dalam hal menerima
tamu.
b) Pringgitan
Pringgitan memiliki makna konseptual yaitu tempat untuk
memperlihatkan diri sebagai simbolisasi dari pemilik rumah bahwa
dirinya hanya merupakan bayang-bayang atau wayang dari Dewi Sri
(dewi padi) yang merupakan sumber segala kehidupan, kesuburan, dan
kebahagiaan.
c) Dalem Ageng
Dalem Ageng rumah joglo ini merupakan ruang pribadi pemilik rumah.
Dalam ruang utama dalem ini ada beberapa bagian yaitu ruang keluarga
dan beberapa kamar atau yang disebut senthong. Kata Ageng dalam
bahasa jawa berarti adalah besar, sehingga ruangan ini dibuat besar dan
luas.
d) Krobongan
Krobongan merupakan ruang istimewa dalam rumah tradisional ini.
Unsur religi/ Kepercayaan terhadap dewa diwujudkan dengan ruang
pemujaan terhadap Dewi Sri sesuai dengan mata pencaharian
masyarakat Jawa. Krobongan adalah kamar yang selalu kosong, namun
lengkap dengan ranjang, kasur, bantal, dan guling sebagai perwujudan
atau simbol penyatuan hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan.
Selain benda tersebut juga dapat ditemukan patung pengantin Jawa yang
melambangkan kebahagiaan dan kesuburan suami istri. Sehingga
ruangan ini dapat digunakan sebagai ruang malam pertama bagi
pengantin baru.
23
Trend
Walaupun zaman sekarang merupakan zaman yang modern , Dalem Reksa
Dinalan tetap mempertahankan keaslian dari suatu Rumah Tradisional Jawa
yaitu Rumah Joglo. Tidak banyak yang diubah dari rumah ini, hanya
beberapa bagian yang diganti. Pagar rumah yang awalnya berbahan material
seng sekarang diganti dengan batu-bata. Dulunya seng ini dipakai dengan
tujuan apabila ada pencuri maka saat memasukki rumah seng akan berbunyi.
Dulu rumah ini menggunakan sirap sebagai penutup atap, namun karena
sudah rusak maka sekarang diganti genteng. Warna cat tembok juga diganti.
Yang tidak berubah yaitu lantai, beberapa perabot, dan fasad bangunannya.
Bangunan Dalem Reksa Dinalan ini masih asli dan berumur 150 tahun.
24
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa bangunan Dalem Reksa Dinalan
ini merupakan Rumah Joglo asli yang terletak di Jalan Tamtaman 2, Baluarti, Surakarta.
Rumah ini mengandung nilai-nilai estetika, baik estetika formal maupun informal.
Dilihat dari estetika formal, rumah ini memiliki skala dan proporsi yang sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai tempat tinggal suatu keluarga. Bentuk bangunannya pun
simetris yang dibentuk dari sumbu vertikal maupun horizontal. Pada bagunan pendhapa
misalnya, jika dipotong pada bagian tengah, sisi kanan dan kiri pendhapa terlihat seimbang
(sama besar). Pembagian ruangannya memenuhi prinsip hierarki yaitu sesuai tingkatan
ruang publik, private, dan service. Selain itu, penataan tiang, consoule, dan ornamen-
ornamen lainnya memenuhi prinsip komposisi arsitektur yaitu irama, pengulangan, dan
datum.
Selain dilihat dari estetika formal, rumah ini juga memenuhi nilai estetika informal.
Rumah ini dibangun dengan beberapa pertimbangan yaitu nilai kearifan lokal, nilai filosofis,
dan trend. Nilai kearifan lokal ini berkaitan langsung dengan nilai kebudayaan dan kebiasaan
daerah setempat. Kebiasaan orang daerah keraton yang ramah, terbuka, dan tidak memilih-
milih dalam menerima tamu dapat dilihat dari nilai filosofis bagian depan rumah yaitu
pendhapa. Dalem Reksa Dinalan ini tetap mempertahankan keaslian Joglonya, walaupun
ada beberapa bagian rumah yang direnovasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://pilnas.ristek.go.id/jurnal/index.php/record/view/36137
http://xdesignmw.wordpress.com/2010/06/04/konstruksi-rangka-bangunan-
joglo-rumah-adat-jawa/
http://pendopoonline.blogspot.com/2013/04/rumah-tradisional-jawa.html
http://alatmusiktradisional.com/rumah-adat-jawa-tengah-joglo-dan-ciri-
khasnya.html
http://www.tourismsleman.com/dir_detail_2.php?id=192&kat=50
http://rajajoglo.blogspot.com/p/rumah-joglo.html
http://prestylarasati.wordpress.com/2007/11/21/joglo-lambang-sari/
http://augiedyani.blogspot.com/2009/11/makna-filosofis-joglo.html
http://pilnas.ristek.go.id/jurnal/index.php/record/view/36137http://xdesignmw.wordpress.com/2010/06/04/konstruksi-rangka-bangunan-joglo-rumah-adat-jawa/http://xdesignmw.wordpress.com/2010/06/04/konstruksi-rangka-bangunan-joglo-rumah-adat-jawa/http://pendopoonline.blogspot.com/2013/04/rumah-tradisional-jawa.htmlhttp://alatmusiktradisional.com/rumah-adat-jawa-tengah-joglo-dan-ciri-khasnya.htmlhttp://alatmusiktradisional.com/rumah-adat-jawa-tengah-joglo-dan-ciri-khasnya.htmlhttp://www.tourismsleman.com/dir_detail_2.php?id=192&kat=50http://rajajoglo.blogspot.com/p/rumah-joglo.htmlhttp://prestylarasati.wordpress.com/2007/11/21/joglo-lambang-sari/http://augiedyani.blogspot.com/2009/11/makna-filosofis-joglo.html